Seminar Nasional Ilmu Komputer (SNIK 2015) - Semarang, 10 Oktober 2015 ISBN: 978-602-1034-19-4
IDENTIFIKASI FAKTOR PENYELARAS STRATEGI BISNIS DENGAN STRATEGI TEKNOLOGI INFORMASI (Studi Kasus: pada Usaha Kecil dan Menengah di Daerah Istimewa Yogyakarta) Purno Tri Aji1, Wing Wahyu Winarno2, Paulus Insap Santosa3 1,2,3
Departemen Teknik Elektro dan Teknologi Informasi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada Email:
[email protected],
[email protected],
[email protected]
ABSTRAK Kesuksesan implementasi Teknologi Informasi (TI) akan membawa Usaha Kecil Menengah (UKM) mencapai keunggulan kompetitif pada tingkat lokal maupun global. Pada kenyataannya, ketidakmampuan UKM untuk mengintegrasikan TI ke dalam bisnis mereka, menyebabkan daya saing produk UKM menjadi rendah. Intervensi pemerintah dan pihak terkait lainnya sangat diperlukan untuk memastikan tercapainya keselarasan strategi bisnis dengan strategi TI pada UKM. Dengan demikian adopsi TI dapat memberikan kontribusi bagi eksistensi UKM. Agar tercapai kondisi selaras tersebut, perlu dilakukan identifikasi terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi keselarasan. Dalam penelitian ini, penulis akan mengidentifikasi terhadap faktor-faktor keselarasan : komitmen pemilik UKM terhadap TI, dukungan keahlian TI eksternal, kompleksitas TI, ketidakpastian lingkungan bisnis dan dukungan stakeholder. Kata Kunci: Teknologi Informasi, Daya Saing, Adopsi TI, Keselarasan Strategi Bisnisdengan Strategi TI, FaktorFaktor Keselarasan
1. PENDAHULUAN Teknologi Informasi (TI) saat ini telah merubah cara kerja perusahaan dalam menjalankan bisnis mereka. Perubahan itu terjadi pada proses bisnis, cara berkomunikasi dengan pelanggan, pemasok dan antar karyawan di dalam perusahaan. Hal ini juga mempengaruhi bagaimana perusahaan memberikan pelayanan kepada pelanggan. Salah satu faktor kunci kesuksesannya adalah menyelaraskan trend baru pada teknologi informasi dengan apa yang sedang dilakukan pada sisi bisnis dalam organisasi. Keselarasan antara strategi teknologi informasi dengan strategi bisnis menjadi modal utama untuk mencapai kesuksesan perusahaan [1]. Strategi TI adalah perencanaan detail untuk mengimplementasikan sistem informasi baru yang sesuai dengan kebutuhan dari organisasi. Hal ini dilakukan dengan mengidentifikasi portofolio dari teknologi yang mendorong proses bisnis dengan tujuan untuk mencapai keunggulan kompetitif organisasi. Perencanaan tersebut harus selaras dengan kebutuhan, tujuan dan strategi bisnis. Keselarasan adalah sebuah pengukuran bagaimana menyesuaikan proyek teknologi informasi dengan performansi bisnis dan keuangan. Langkah pertama untuk meyakinkan keselarasan strategi bisnis dengan strategi TI adalah dengan menentukan tujuan dan merumuskannya dalam bentuk rencana strategis [2]. Berbagai teori mengenai keselarasan antara strategi TI dengan strategi bisnis dapat ditemukan di beberapa literatur. Keselarasan strategis melalui harmonisasi teknologi informasi dengan bisnis dipandang sebagai salah satu kunci keberhasilan bisnis. Keselarasan mampu mengoptimalkan pemanfaatan TI dalam perusahaan, mampu meningkatkan unjuk kerja perusahaan dan mengembangkan keunggulan kompetitif yang berkelanjutan [3]. Pendekatan melalui model keselarasan telah banyak dilakukan peneliti terdahulu dengan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempunyai pengaruh terhadap keselarasan strategi bisnis dengan strategi TI. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Indonesia telah terbukti menjadi sektor yang paling dinamis, terutama saat krisis ekonomi pada masa lalu. UKM telah memberikan banyak kontribusi terhadap perekonomian nasional. Peran penting UKM diantaranya adalah membuka lapangan pekerjaan, meningkatkan taraf hidup masyarakat dan meningkatkan devisa negara melalui ekspor [4]. Globalisasi ekonomi dunia mendorong UKM untuk menjadi tulang punggung perekonomian nasional. Keberhasilan peran tersebut harus disertai dengan pemberdayaan UKM agar dapat bersaing di pasar global. Salah satu aspek pendorongnya adalah adopsi TI, termasuk di dalamnya electronic commerce atau e-commerce. Adopsi atau pemanfaatan TI oleh UKM tidak terlepas dari rencana strategis perusahaan tersebut, bagaimana mensinergikan strategi bisnis dengan strategi TI untuk mencapai performansi perusahaan. Kesuksesan implementasi TIK akan membawa perusahaan mencapai keunggulan kompetitif pada tingkat lokal maupun global. UKM yang memanfaatkan TIK tumbuh 46% lebih cepat dari pada yang tidak mengadopsi TIK [5]. Teknologi informasi memiliki peluang yang besar untuk meningkatkan 175
Seminar Nasional Ilmu Komputer (SNIK 2015) - Semarang, 10 Oktober 2015 ISBN: 978-602-1034-19-4 produktivitas perusahaan. Dengan memanfaatkan TI diharapkan UKM dapat meningkatkan akses kepada informasi, seperti menemukan pembeli potensial, menentukan pemilihan supplier dan melakukan perbandingan harga terkait pricing policy [6]. Keuntungan lain dari implementasi TI adalah meningkatkan pemasaran dan daya saing produk perusahaan. UKM di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai kontribusi yang penting dan strategis dalam perekonomian daerah, hal ini ditunjukkan dengan jumlah UKM pada tahun 2014 yaitu 135.554 dan serapan tenaga kerja sebesar 764.100 orang [7]. Di balik perannya yang besar tersebut, ternyata UKM menghadapi banyak permasalahan. Dalam penelitan yang dilakukan Edy Suandi dan Sri Susilo [8] menyatakan bahwa salah satu permasalahan yang dihadapi oleh UKM di DIY adalah masih rendahnya kapasitas UKM dalam inovasi dan pemanfaatan teknologi informasi. Saat ini baru sekitar 10 persen UKM di DIY yang memanfaatkan teknologi informasi. Rendahnya tingkat pemanfaatan teknologi informasi salah satunya dikarenakan minimnya sumber daya manusia UKM yang berkualitas. Ketidakmampuan UKM menyelaraskan strategi bisnisnya dengan pemanfaatan TI menyebabkan rendahnya daya saing produk UKM di pasaran. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, pemerintah telah berusaha dengan melakukan program pelatihan internet marketing (e-commerce) terhadap UKM. Program tersebut berupa pelatihan penggunaan fasilitas internet untuk proses marketing mulai dari email marketing, sosial media marketing hingga optimalisasi blog sebagai media soft selling produk bisnis yang dimiliki. Akan tetapi, pada kenyataannya tingkat adopsi TI oleh UKM masih rendah. Hal ini dikarenakan program pelatihan tidak disertai pendampingan yang berkelanjutan. Selain itu, faktor yang lebih utama karena UKM tidak memiliki kemampuan untuk mengintegrasikan TI ke dalam bisnis mereka. Dengan demikian diperlukan penelitian dalam rangka mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keselarasan strategi bisnis dengan TI pada level UKM. Penelitian ini memiliki tujuan untuk memberikan informasi tentang faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keselarasan strategi bisnis dengan strategi TI pada level UKM di DIY dan memberikan rekomendasi kepada UKM berdasarkan hasil penelitian 2. METODE Untuk mendapatkan model penelitian, maka perlu dilakukan telaah terhadap penelitian-penelitian sebelumnya terkait faktor-faktor yang mempengaruhi keselarasan strategi bisnis dengan strategi TI. Studi terhadap pengembangan model baru keselarasan atau memperluas model yang telah ada menjadi beberapa dimensi sudah banyak dilakukan. Perluasan ini memotivasi para peneliti terdahulu mengkategorikan faktor-faktor yang mempengaruhi keselarasan untuk mengklarifikasi model yang mereka kembangkan. Beberapa penenelitian juga telah melakukan identifikasi terhadap fakor-faktor yang mempengaruhi keselarasan itu sendiri untuk mengeksplorasi sejauh mana kontribusinya terhadap keselarasan. Dalam Teo dan Ang [9], komitmen manajemen puncak untuk menggunakan TI menjadi faktor utama yang mempengaruhi keselarasan. Hal senada juga disampaikan oleh Luftman et. al. [10] meskipun dengan istilah yang berbeda, yaitu eksekutif senior mendukung TI menempati urutan pertama faktor yang mendukung keselarasan. Sementara itu, Hussin et. al. [11] juga memberikan pendapat yang sama bahwa komitmen CEO terhadap TI berkontribusi positif terhadap keselarasan. Beberapa pendapat lain yang serupa diantaranya disampaikan oleh Baker [12], kesuksesan keselarasan membutuhkan kepemimpinan yang kuat. Menurut Baker sebagian besar perusahaan yang dipimpin oleh manajer kolaboratif menunjukkan bahwa strategi TI perusahaan mereka selaras dengan strategi bisnis. Sementara itu, dalam perspektif UKM adopsi TI sebagian besar didorong oleh antusiasme dari pemilik UKM [13]. Dengan demikian, pemilik UKM memiliki kontribusi besar dalam pemanfaatan TI dan keselarasan strategis. UKM cenderung memiliki struktur yang informal, memiliki tenaga terampil yang terbatas dan tidak memiliki kemampuan untuk mengakses informasi eksternal [14]. Dengan demikian, terbatasnya sumber daya manusia terampil menjadi salah satu kendala dalam implementasi teknologi informasi di UKM. UKM sering menggunakan pihak ketiga seperti vendor dan konsultan yang berkompeten dalam bidang TI dalam rangka implementasi TI di dalam perusahaan. Hussin et. al. [11] menjadikan keahlian eksternal TI menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi keselarasan. Faktor lainnya yang mempengaruhi keselarasan yaitu kompleksitas TI. Beberapa peneliti menyampaikannya dengan berbeda nomenklatur namun dengan makna yang hampir sama. Jorfi [15] menggunakan frase fleksibilias dan kapabilitas TI yang artinya kemampuan TI untuk menyesuaikan dan 176
Seminar Nasional Ilmu Komputer (SNIK 2015) - Semarang, 10 Oktober 2015 ISBN: 978-602-1034-19-4 memberikan kontribusi. IT sophistication digunakan Hussin et. al. [11] menjadi faktor yang berpengaruh positif terhadap keselarasan. Keselarasan dapat dipandang sebagai kemampuan perusahaan dalam berbagi pengetahuan antara sisi bisnis dengan sisi TI. Banyak penelitian sebelumnya yang menjadikan kemampuan berbagi pengetahuan antara bisnis dan TI menjadi fakor yang mempengaruhi keselarasan. Teo dan Ang [9] menggunakan istilah manajemen sistem informasi mengetahui tentang bisnis. Sementara itu Luftman [10] mengidentifikasi faktor pendukung keselarasan yaitu TI terkandung dalam strategi bisnis, bagian TI mengetahui bisnis dan keterkaitan antara bisnis dengan TI. Chan et. al. [16] dalam penelitiannya menyatakan bahwa berbagi pengetahuan antara domain bisnis dan domain TI memiliki pengaruh positif terhadap keselarasan. Sementara itu Reich dan Benbasat [17] berargumen bahwa dengan saling berbagi pengetahuan antara eksekutif bisnis dan eksekutif TI maka keselarasan perusahaan akan tercapai. Kondisi lingkungan eksternal sangat berpengaruh terhadap bisnis perusahaan. Ketidakpastian lingkungan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi keselarasan. Chan et. al. [16] menyatakan ketidakpastian lingkungan memberikan pengaruh positif terhadap keselarasan. Lain halnya dengan Lee Lin dan Pai yang melakukan penelitian terhadap 202 eksekutif TI pada perusahaan besar di Taiwan menyatakan bahwa ketidakpastian lingkungan tidak signifikan mempengaruhi keselarasan. Hasil pembahasan di atas menunjukkan bahwa banyak faktor-faktor yang mempengaruhi keselarasan dengan definisi konsep yang didasarkan pada perspektif masing-masing peneliti. Selain itu, pendekatan melalui model keselarasan yang dilakukan peneliti terdahulu, sebagian besar ditujukan bagi organisasi atau perusahaan besar di negara-negara maju di mana tingkat kematangan bisnisnya telah mapan. Sementara itu, model keselarasan tersebut tidak relevan digunakan untuk level UKM karena ada kemungkinan faktor-faktor tersebut tidak sesuai dengan kultur UKM. Beberapa penelitian tentang keselarasan di negara berkembang juga telah banyak dilakukan. Sementara penelitian terkait keselarasan di level UKM di Indonesia masih sangat terbatas, salah satunya yang sedang dilakukan oleh Singgih Saptadi et. al. yang masih sebatas model konseptual keselarasan [18]. Penelitian yang akan dilakukan penulis bertujuan untuk mengatasi kesenjangan tersebut dengan memperkenalkan beberapa faktor yang mempengaruhi keselarasan pada level usaha kecil dan menengah di Indonesia. Faktor-faktor keselarasan yang diajukan penulis untuk dilakukan analisis yaitu komitmen pemilik UKM terhadap TI, dukungan keahlian TI eksternal, kompleksitas TI, ketidakpastian lingkungan bisnis dan dukungan stakeholder. Peneliti mengusulkan satu konstruk baru yaitu dukungan stakeholder. Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode kuantitatif. Alat yang digunakan untuk memperoleh data dari responden adalah kuesioner berskala Likert 6 tingkat mulai skor 1 sampai skor 6. Kuesioner pada penelitian ini bersifat tertutup. Kuesioner dikelompokan menjadi enam bagian yang merepresentasikan enam konstruk pada model penelitian. Setiap konstruk direpresentasikan dengan sejumlah daftar pernyataan subjektif dengan model penilaian 6 poin skala Likert. Metode sampling yang digunakan adalah purposive random sampling. Data yang diperoleh akan dianalisis menggunakan metode statistik kuantitatif berbasis varian yaitu PLS-SEM dengan bantuan aplikasi SmartPLS versi 3.2.1. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Pengembangan Hipotesis dan Model Penelitian Peneliti mengajukan lima faktor yang mempengaruhi keselarasan, yaitu komitmen pemilik UKM terhadap TI, dukungan keahlian TI eksternal, kompleksitas TI, ketidakpastian lingkungan bisnis dan dukungan stakeholder. Dukungan pemilik UKM terhadap TI sangat penting, karena UKM dikelola langsung pemiliknya. Disamping itu kontrol, pembuatan keputusan dan semua peran manajerial dipegang oleh pemiliknya [19]. Dukungan dan komitmen tersebut dapat ditunjukkan dengan pengalokasian sumber daya baik secara finansial maupun dukungan sumber daya manusia. Seorang pemilik UKM memiliki banyak fungsi dan peran dalam perusahaannya. Sehingga dapat dianalogikan bahwa komitmen pemilik sebagai komitmen dari senior eksekutif pada perusahaan besar yang menjadi faktor pendorong keselarasan. Hussin et al menyatakan bahwa komitmen eksekutif UKM memiliki pengaruh positif terhadap keselarasan [11]. H1: Komitmen pemilik UKM terhadap TI memiliki pengaruh positif terhadap proses keselarasan di UKM Konsultan dan vendor TI memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kesuksesan implementasi TI di UKM [20]. Pihak ketiga seperti vendor dan konsultan adalah pihak yang memiliki kompetensi dalam bidang TI. Mereka dapat memberikan dukungan jasanya dalam hal optimalisasi pengimplementasian TI 177
Seminar Nasional Ilmu Komputer (SNIK 2015) - Semarang, 10 Oktober 2015 ISBN: 978-602-1034-19-4 di UKM. Jasa yang diberikan dapat berupa informasi produk, instalasi perangkat TI, perencanaan TI, pelatihan, operasional TI, pemilihan software dan hardware serta pendampingan dalam hal pemanfaatan TI. Pihak ketiga ini memiliki peranan yang besar karena UKM tidak memiliki staf internal yang memiliki keahlian khusus terkait TI [21]. H2: Dukungan keahlian TI eksternal memiliki pengaruh positif terhadap proses keselarasan di UKM Kompleksitas TI merupakan faktor yang mempengaruhi keselarasan pada UKM. Kompleksitas TI meliputi aspek teknis dan manajemen TI yang berupa infrastruktur TI (proses, teknologi, dan staf TI) dan perencanaan TI. [11]. Sementara itu, menurut Saptadi et al., [18] kompleksitas TI meliputi aspek teknis dan inovasi. Aspek teknis terdiri dari ketrampilan staf TI, level implementasi TI dan level manajemen yang didukung TI. H3: Kompleksitas TI memiliki pengaruh positif terhadap proses keselarasan di UKM Keselarasan juga dipengaruhi faktor dari luar organisasi. Ketidakpastian lingkungan digunakan untuk memprediksi strategi TI yang akan digunakan. Ketidakpastian lingkungan bisnis dapat disebabkan oleh preferensi pelanggan dan pola permintaan mereka, kompetitor dan intervensi peraturan pemerintah [18]. Dalam ketidakpastian lingkungan bisnis, TI dapat membantu proses bisnis dalam memperoleh, menyimpan, mengolah dan menggunakan informasi. Oleh karena itu, dalam kondisi ketidakpastian, organisasi akan lebih bergantung pada IT, berinvestasi lebih banyak untuk TI dan meningkatkan keselarasan strategis [16]. Selama UKM membidik pasar yang relative kecil dan beberapa pelanggan utama, kekuatan pelanggan memiliki pengaruh yang kuat untuk penggunaan TI di UKM. Dengan kata lain, dalam kondisi lingkungan yang tidak pasti, organisasi akan meningkatkan kemampuannya untuk memproses informasi secara elektronik dan menciptakan hubungan dengan pemasok dan pelanggan. H4: ketidakpastian lingkungan bisnis memiliki pengaruh positif terhadap proses keselarasan di UKM UKM memberikan kontribusi yang besar dalam perekonomian Indonesia, sehingga hal ini mendorong pemerintah untuk meningkatkan daya saing UKM. Dalam sasaran strategis Kementerian Koperasi dan UKM disebutkan bahwa peningkatan pemberdayaan UKM melalui penerapan TI. Hal ini diwujudkan salah satunya melalui program pelatihan internet marketing yang banyak dilakukan oleh Dinas Koperasi dan UKM daerah terhadap UKM binaannya. Kenyataannya, tidak hanya pemerintah saja yang peduli, akan tetapi banyak stakeholder lain yang terlibat dalam upaya meningkatkan daya saing UKM, diantaranya adalah kalangan akademisi dari universitas, Lembaga Sosial Masyarakat, Bank, Perusahaan Swasta dan BUMN [22]. Para akademisi ditunjukkan salah satunya dengan melakukan Industrial Attachment Program yaitu semacam program magang pada UKM, dengan peserta mahasiswa yang telah disertifikasi oleh Cisco Networking Academy. Program ini memiliki tujuan untuk meningkatan penggunaan TI pada UKM yang terbagi ke dalam tiga area yaitu operasional, solusi bisnis dan teknologi, serta perencanaan strategis [23]. Perusahaan swasta dan BUMN biasanya memberikan bantuan melalui program Customer Social Relationship (CSR). PT Telkom memiliki program Kampung UKM Digital, sebuah gerakan yang dirancang untuk membantu UKM agar bergerak menuju era digital dengan bantuan sejumlah produk-produk Telkom. Meskipun demikian, tingkat adopsi TI oleh UKM masih rendah, hal ini dikarenakan ketidakmampuan UKM dalam menyelaraskan bisnis dengan TI. H5: Dukungan stakeholder memiliki pengaruh positif terhadap proses keselarasan di UKM Kelima hipotesis tersebut dapat digambarkan dalam model penelitian yang dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Model penelitian.
178
Seminar Nasional Ilmu Komputer (SNIK 2015) - Semarang, 10 Oktober 2015 ISBN: 978-602-1034-19-4 3.2. Pembahasan Metode pengumpulan data akan dilakukan melalui survey menggunakan kuesioner. Berdasarkan teori model keselarasan dan melalui studi literatur, penulis mengembangkan instrumen survey berupa kuesioner untuk memvalidasi konstruk pada model yang diajukan dan akan menjawab hipotesis penelitian 1-5. Pada bagian awal kuesioner terdapat pertanyaan terkait profil demografi responden yang berisi latar belakang pemilik UKM dan profil perusahaan. Kemudian dilanjutkan dengan daftar pernyataan yang harus dijawab oleh responden. Sampel yang akan menjadi responden dalam penelitian adalah UKM yang telah mengimplementasikan TI dalam menjalankan proses bisnisnya. Peneliti akan menyebarkan kuesioner kepada UKM yang ada di wilayah DIY. Pertanyaan pada kuesioner akan dijawab oleh pemilik UKM atau staf yang mengetahui implementasi TI di organisasinya. Sebelum dilakukan survey kepada responden, terlebih dahulu akan dilakukan survey skala kecil untuk menguji validitas dan reliabilitas dari kuesioner. Setelah melalui pengujian awal, kuesioner akan dimodifikasi kembali berdasarkan masukan dan rekomendasi. Setelah finalisasi kuesioner, maka dilanjutkan dengan survey lapangan yang sesungguhnya. 4. SIMPULAN Pertama, model penelitian yang mengidentifikasi faktor keselarasan pada UKM akan menjadikan referensi untuk pemerintah dan pihak terkait dalam mengembangkan program yang efektif dalam rangka meningkatkan daya saing UKM. Kedua, penelitian ini membantu UKM untuk dapat menyusun strategi yang tepat dalam mengintegrasikan TI ke dalam bisnis mereka, sehingga investasi TI memberikan kontribusi positif terhadap daya saing UKM. Rencana penelitian selanjutnya adalah membangun kuesioner dengan mengacu pada definisi operasional dari konstruk pada model penelitian. Kemudian dilanjutkan dengan pengumpulan data melalui survey terhadap responden. Dari hasil pengolahan dan analisis data nantinya akan menjawab hipotesis penelitian. 5. REFERENSI [1] Niu, Y. dan Wang, X. 2010. Research on the matching of IT strategic planning and business strategy. Proc. - 2010 3rd IEEE Int. Conf. Comput. Sci. Inf. Technol. ICCSIT 2010. 6: 177–181. [2] Issa-Salwe, A., Ahmed, M., Aloufi, A, K., dan Kabir, M. 2010. Strategic Information Systems Alignment: Alignment of IS/IT with Business Strategy. JIPS. 6(1): 121–128. [3] Papp, R. 2001. Strategic Information Technology: Opportunities for Competitive Advantage. Idea Gr. Publ. [4] DEPKOP. 2010. Renstra 2010-2014, Ministry of Cooperatives, Small and Medium Enterprises Republic of Indonesia. Jakarta. [5] Kartiwi, M. dan MacGregor, R, C. 2007. Electronic commerce Adoption barriers in small to Medium-sized Enterprises ( SMEs ) in Developed and Developing countries : A cross-country comparison. J. Internet Bank. Commer. 5(September): 35–51. [6] Kartiwi, M. dan Gunawan, T, S. 2013. Assessment of e-commerce adoption benefits by Indonesian women entrepreneurs. 2013 5th Int. Conf. Inf. Commun. Technol. Muslim World, ICT4M 2013. 0–3. [7] Disperindagkop, D. 2014. Profil UMKM DIY. (Online), (http://disperindagkop.jogjaprov.go.id/berita544-profil-umkm-diy-awal--triwulan-iv-tahun-2014.html, diakses 01 Januari 2015). [8] Suandi, E. dan Susilo, Y, S. 2011. Strategi Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. 12: 45–55. [9] Teo, T., S., H. dan Ang, J., S., K. 1999. Critical success factors in the alignment of IS plans with business plans. Int. J. Inf. Manage. 19(2): 173–185. [10] Luftman, J., N., Papp, R., dan Brier, T. 1999. Enablers and Inhibitors Of Business-It Alignment Enablers and Inhibitors Of Business-It Alignment. 1(March): 1–33. [11] Hussin, H., King, M., dan Cragg, P. 2002. IT alignment in small firms. Eur. J. Inf. Syst. 108–127. [12] Baker, E. 2004. Leading Alignment. CIO Insight. 1(45): 19–20. [13] Levy, M., Powell, P., dan Yetton, P. 2001. SMEs: Aligning IS and the strategic context. J. Inf. Technol. 16(3): 133–143. [14] Nguyen, T, H. 2009. Information technology adoption in SMEs: an integrated framework. Int. J. Entrep. Behav. Res. 15(2): 162–186. [15] Jorfi, S. dan Jorfi, H. 2011. Strategic operations management: Investigating the factors impacting ITbusiness strategic alignment. Procedia - Soc. Behav. Sci. 24: 1606–1614. [16] Chan, Y, E., Sabherwal, R., dan Thatcher, J, B. 2006. Antecedents and Outcomes of Strategic IS Alignment : An Empirical Investigation. 53(1): 27–47. [17] Reich, B. H., Benbasat, I., Information, M., dan Division, S. 1999. Factors That Influence the Social Dimension of Alignment Between Business and Information Factors That Influence the Social 179
Seminar Nasional Ilmu Komputer (SNIK 2015) - Semarang, 10 Oktober 2015 ISBN: 978-602-1034-19-4 Dimension of Alignment Between Business and Information Technology Objectives. __(604): 1–59. [18] Saptadi, S., Sudirman, I., Samadhi, T. M. A. A., dan Govindaraju, R. 2012. Busi ness - IT alignment success framework for manufacturing SMEs (A conceptual model). 2012 IEEE Int. Conf. Manag. Innov. Technol. 400–404. [19] Lawrence, J. E. 2009. The Internet and Small to Medium-sized Enterprises: Research Notes. Information, Soc. Justice. 2(2): 221–235. [20] Thong, J. Y. L., Yap, C.-S., dan Raman, K., S. 1996. Top Management Support , and Information Expertise in Small External Systems Businesses Implementation. Inf. Syst. Res. 7(2): 248–267. [21] Cragg, B. P. B. dan Zeaiand, N. 1993. Small-Firm Computing : Motivators and Inhibitors. MIS Q. __(March): 47–61. [22] Untari, R. dan Sanjaya, R. 2011. Upgrading SME ’ s Business by ICT. Spec. Issue Int. J. Comput. Internet Manag. SP1(June): 42.1–42.6. [23] Santosa, P, I. dan Kusumawardani, S, S. 2010. Improving SME ICT utilization through industrial attachment program: Indonesia case. Proc. - Front. Educ. Conf. FIE. 1–5.
180