Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8
KETERLIBATAN AYAH SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH DALAM PENGASUHAN SEKSUALITAS SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN PERILAKU SEKS PRANIKAH REMAJA DI PURWOKERTO FATHER INVOLVEMENT ON PARENTING SEXUALITY AS PREVENTION EFFORTS OF ADOLESCENT PREMARITAL SEXUAL BEHAVIOR IN PURWOKERTO Setyawati1, Pambudi Rahardjo2 1,2
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Purwokerto Kampus Universitas Muhammadiyah Purwokerto Jalan Raya Dukuh Waluh Purwokerto ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah memperoleh informasi yang berkaitan dengan keterlibatan ayah serta faktor-faktor yang berpengaruh dalam pengasuhan seksualitas sebagai upaya pencegahan perilaku seks pra nikah remaja di Purwokerto. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan desain penelitian studi kasus.Subjek utama penelitian ini adalah ayah dan remaja khususnya remaja usia 11-20 tahun. Sebagai subjek pendukung adalah guru sekolah yang berjenis kelamin laki-laki .Penentuan subjek penelitian dilakukan secara purposive.Sumber data dalam penelitian ini terdiri atas jenis data primer dan data sekunder.Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari subjek utama dan subjek pendukung beserta hasil observasinya.Data sekunder adalah data yang berupa arsip, dokumen atau data statistik yang berkaitan dengan topik penelitian ini.Dalam penelitian ini metode pengumpulan data menggunakan wawancara dan FGD (Diskusi Kelompok Terarah).Penelitian ini mengambil lokasi di Kota Purwokerto yakni ayah remaja SLTP dan SLTA di Purwokerto.Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dengan model analisis interaktif dari Milles dan Huberman, yang komponennya terdiri atas reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan dengan proses pengumpulan data berbentuk siklus. Hasil penelitian ini yaitu keterlibatan ayah secara langsung dan tidak langsung dalam pencegahan perilaku seks pranikah remaja di Purwokerto. Keterlibatan ayah secara langsung dalam bentuk dialog, memberikan aturan, nasihat dan penanaman nilai moral dalam keluarga. Keterlibatan ayah secaratidak langsung yaitu hubungan yang baik di dalam keluarga serta relasi harmonis antara ayah dan ibu. Pengasuhan seksualitas yang dilakukan oleh ayah masih belum optimal mencakup keseluruhan aktivitas dan interaksi yang memberikan arahan atau bimbingan pada remaja sesuai dengan identitas jenis kelaminnya. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam pengasuhan seksualitas oleh ayah pada remaja. pengetahuan tentang seksualitas yang dimiliki oleh ayah, waktu, kesempatan dan cara komunikasi. Ayah yang masih “sungkan” berbicara seksualitas karena masih menganggapnya tabu. Kata kunci: keterlibatan ayah, pengasuhan, seksualitas remaja
ABSTRACT The purpose of this study was to obtain information relating to the involvement of the father and the factors that influence the sexuality of care for prevention of adolescent premarital sexual behavior in Purwokerto.This study is a qualitative research using case study research design. The main subject of this research is the father and adolescents, especially adolescents aged 11-20 years. As the subject is a supporter of the school teacher male sex. Determination of research subjects done purposively. Source of data in this study consisted of
216
Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8 primary data types and secondary data. Primary data is data obtained directly from the main subject and the subject and their supporters observations. Secondary data is data in the form of records, documents or statistical data related to the topic of this research. In this study the method of data collection using interviews and FGD (Focus Group Discussion). This study took place in the city of Purwokerto the father of junior and senior high school students in Purwokerto. Data analysis techniques used in this research is qualitative analysis with interactive model of Milles and Huberman, whose components consist of data reduction, data presentation, and conclusion to the process of data collection form cycle. Results of this research that father involvement is directly and indirectly in the prevention of adolescent premarital sexual behavior in Purwokerto. Father's involvement directly in the form of a dialogue, giving rules, advice and planting of moral values in the family. The involvement of fathers indirectly that good relationships within the family as well as the harmonious relationship between father and mother. Parenting sexuality conducted by the father is still not optimal covers all activities and interactions that provide direction or guidance in adolescents according to their gender identity. Factors that influence the care of the father on adolescent sexuality. knowledge about sexuality which is owned by the father, time, opportunity and means of communication. Dad is still "reluctant" to speak of sexuality as it is still considered taboo. Keywords: Father Involvement, Parenting, Sexuality PENDAHULUAN Salah satu persoalan yang selalu menarik untuk dilakukan pengkajian mendalam yaitu mengenai perilaku seksual remaja khususnya seks pra nikah. Masa remaja ditandai dengan adanya perubahan fisik berupa peningkatan hormon seks, yang tidak hanya menyebabkan perubahan tampilan luar remaja, seperti tumbuhnya rambut halus di area tertentu, membesarnya payudara, berubahnya suara, dan perubahan pada organ kelamin. Di sisi lain terjadinya peningkatan secara cepat hormon seks menimbulkan dorongan dan rangsangan seksual pada remaja. Kondisi ini membuat remaja ingin mengekspresikan dan mengeksplorasi dorongannya melalui berbagai perilaku seksual. Hasil penelitian Setyawati dan Suwarti (2011) pada remaja SLTP di Purwokerto ditemukan perilaku-perilaku seksual yang seringkali dilakukan remaja antara lain masturbasi, kissing, petting bahkan penetrasi seksual. Salah satu faktor penting yang mendukung keberhasilan remaja dalam menyelesaikan permasalahannya adalah pengasuhan orang tua. Generasi muda yang tangguh, cerdas dan bermoral merupakan harapan setiap orang tua. Untuk mewujudkan harapan tersebut diperlukan pola pengasuhan yang tepat dari lingkungan terdekat remaja. Pola asuh (parenting) didefinisikan sebagai perilaku yang menunjukkan kehangatan, kepekaan, penerimaan, timbal balik, rasa pengertian, dan ketepatan dalam menanggapi kebutuhan remaja (Garbarino dan Benn, 1992). Di sisi lain berdasarkan hasil penelitian sebelumnya Setyawati (2014) menemukan orang tua bersikap membiarkan dan kurang memperhatikan keluhan atau isi pembicaraan remaja. Orang tua menganggap masalah yang dihadapi remajanya merupakan masalah yang sepele. Dalam pandangan tradisional, pengasuhan dalam arti mendidik dan membesarkan remaja lebih dibebankan kepada ibu. Seiring dengan perkembangan jaman, pandangan mengenai peran tradisional orang tua semakin berubah. Saat ini mulai muncul pandangan mengenai peran orang tua yang sifatnya androgini, yakni baik ayah dan ibu memiliki peran dengan fungsi yang kurang lebih sama. Dengan begitu, kualitas pengasuhan yang diberikan baik oleh ibu ataupun ayah haruslah disejajarkan. Remaja membutuhkan peran dan sosok ayah, terutama mereka yang mulai beranjak remaja. Sayangnya, kehadiran ayah dalam kebanyakan keluarga tak dirasakan secara psikis meski secara fisik ayah hadir di rumah. Peran pengasuhan lebih banyak dilimpahkan kepada ibu. Keterlibatan ayah dalam proses pengasuhan adalah keikut sertaan ayah dalam pemantauan perilaku remaja yang meliputi keterlibatan secara fisik, emosional baik secara langsung maupun tidak langsung. Saat ini proses perkembangan memandang sosok ayah mempunyai peran yang sama pentingnya seperti ibu dalam pengasuhan remaja.
217
Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8 Ayah yang terlibat dalam kehidupan remaja terutama dalam pendidikan dan pergaulannya akan meningkatkan kemampuan remaja dalam pendidikan dan ketrampilan sosial. Keterlibatan ayah dalam kehidupan remaja akan mempengaruhi mereka dalam hubungannya dengan teman sebaya dan prestasi disekolah, serta membantu remaja dalam mengembangkan pengendalian dan penyesuaian diri dalam lingkungannya (Flouri, 2005). Keterlibatan ayah dalam pengasuhan sangat mempengaruhi proses perkembangan remaja dimana ayah yang memberikan perhatian dan dukungan pada remaja akan memberikan perasaan diterima, diperhatikan dan memiliki rasa percaya diri, sehingga proses perkembangan remaja tersebut berjalan dengan baik (Sarwono, 2013). Seorang ayah dalam menjalankan tugas pengasuhannya pada keluarga, perlu memiliki ketrampilan keayahan (fathering skill) agar bisa mendidik dan mengasuh remaja dengan maksimal. Untuk menjadi ayah berkualitas, maka diperlukan pengasuhan ayah bermakna dan menyeluruh. Menurut penelitian keterlibatan ayah dalam kehidupan remaja berkorelasi positif dengan kepuasan hidup remaja, kebahagiaan dan rendahnya pengalaman depresi (Dubowits, dkk, 2001; Formoso, dkk, 2007). Selain itu penerimaan ayah secara signifikan mempengaruhi penyesuaian diri remaja (Veneziano, 2000), hal tersebut menjadi salah satu faktor yang memainkan peranan penting bagi pembentukan konsep diri dan harga diri. Beberapa penelitian tentang peran ayah diperoleh hasil ayah yang terlibat dalam pengasuhan, lebih matang secara sosial (Pleck,1997), merasa lebih puas dengan kehidupan mereka mampu memahami diri dan berempati dengan orang lain, serta mengelola emosi dengan baik (Heath, 1994). Keterlibatan ini akan menciptakan kekerabatan, serta interaksi yang erat dalam keluarga besar (Knoester dan Eggebean, 2006). Ayah yang terlibat dalam pengasuhan, akan memberikan pengaruh terhadap kebahagiaan perkawinan. Kestabilan dalam perkawinan, akan memunculkan perasaan bahagia walaupun perkawinan tersebut telah dijalani hingga dua puluh tahun (Snarey,1993). Hasil penelitian Susanto (2013) menunjukkan bahwa ketelibatan ayah secara positif dapat membentuk kekuatan dan ikatan emosional, interaksi yang diwarnai dengan kehangatan dan kasih sayang menjadikan remaja mampu dalam mengahadapi berbagai macam masalah. Kemampuan remaja yang dapat menyelesaikan masalahnya terbangun atas dasar cinta dan kasih sayang dari orang tua, remaja menjadi merasa diterima dan akan merasa nyaman untuk berbagi dengan orang tua. Sosok ayah memang sangat penting untuk remaja, terutama dalam urusan seks. Studi terbaru di USA menyatakan bahwa ayah berperan penting dalam mempengaruhi perilaku seks pada remaja. Bahkan, diketahui remaja yang dekat dengan ayahnya cenderung enggan melakukan seks bebas saat remaja. Dari studi yang dipublikasikan dalam Jurnal Pediatrics ini, disimpulkan bahwa remaja yang ayahnya terlalu ketat atau terlalu longgar dalam mendidik remajanya justru berisiko melakukan hubungan seksual lebih awal ketimbang remaja yang ayahnya tak begitu ketat ataupun longgar. Artinya, remaja yang dekat dengan ayah cenderung menunda aktivitas seksualnya. Dengan adanya peran dan peraturan yang jelas dari ayah, remaja akan memahami apa yang diharapkan ayahnya, serta mengetahui konsekuensi yang bisa mereka peroleh ketika melanggar peraturan yang ditetapkan oleh ayah. Tetapi, ayah juga mesti memberi pandangan jika remaja tetap diperbolehkan untuk membuat keputusannya sendiri. Remaja juga harus paham dan mengetahui kapan waktu yang tepat untuk bercerita kepada ayah atas keputusannya tersebut. Kurangnya fokus ayah terhadap perilaku remaja dapat mengakibatkan hilangnya kesempatan orang tua untuk meningkatkan kesehatan seksual dan reproduksi remaja. Indonesia didaulat sebagai Fatherless Country, negara tanpa keberadaan ayah secara psikologis. Hingga akibatnya remaja-remaja mengalami krisis Father Hunger, dimana remaja sangat membutuhkan sosok ayah, namun tak dapat dimilikinya, yang kemudian berdampak hilangnya rasa berani dan rasa percaya diri dalam dirinya. Selama ini studi-studi perkembangan remaja telah mengupas tentang peranan ibu secara luas dan mendalam, sayangnya peran ayah seakan diabaikan. Lamb (dalam Cabrera, 1999) sebagai salah satu perintis penelitian tentang fathering mengungkapkan bahwa ayah adalah the forgotten contributor. Padahal mengabaikan peran ayah sama saja dengan membiarkan terjadinya bias dalam penelitian perkembangan remaja. Kasus-kasus seks pra nikah yang semakin meningkat mengindikasikan adanya masalah dalam sistem keluarga, terutama bagi remaja, yang menunjukkan minimnya informasi yang diperoleh remaja lewat orangtuanya. Terlebih lagi jika informasi ini diberikan saat remaja menjelang remaja, di saat remaja mulai mengenal lawan jenis dan berpacaran. Penelitian ilmu psikologi menemukan bahwa peran ayah
218
Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8 sangat besar dalam menumbuhkan rasa berharga dalam diri remaja. Salah satu cara agar seorang remaja tidak mudah terjebak dalam seks pranikah adalah kedekatan dengan ayah. Secara tradisional, peran ayah dalam keluarga dilihat sebagai peran yang bersifat instrumental, yaitu sebagai pencari nafkah. Namun sebenarnya ayah juga mengisi peran yang lain, misalnya sebagai caregiver (pengasuh), dan peran tersebut bergeser seiring dengan perubahan struktur keluarga. Peningkatan kesempatan bagi ibu untuk bekerja, perubahan jadwal kerja, adanya waktu kerja yang fleksibel, adanya pekerjaan paruh waktu dan tersedianya pekerjaan yang bisa dilakukan dari rumah membuat pengasuhan remaja oleh ayah menjadi mungkin untuk dilakukan, bahkan dalam waktu yang panjang. Akibat dari perubahan tersebut, maka gagasan mengenai ayah sebagai mitra pengasuhan bagi ibu mulai muncul (Pleck, 1997). Dengan kasih sayang dan memenuhi kebutuhan remaja akan membuat karakter seksual remaja terbentuk dengan baik. Inilah modal yang memampukan remaja menolak saat digoda dalam pertemanan dan terhindar dari hubungan seks pranikah.
TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterlibatan ayah dalam pencegahan perilaku seks pranikah remaja di Purwokerto. Mendeskripsikan pengasuhan tentang seksualitas oleh ayah pada remaja di Purwokerto. Tujuan lain mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh dalam pengasuhan seksualitas oleh ayah pada remaja di Purwokerto. METODE PENELITIAN Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Studi kasus adalah uraian dan penjelasan komprehensif mengenai berbagai aspek seorang individu, suatu kelompok, suatu organisasi (komunitas), suatu program, atau suatu situasi sosial”. Dengan mempelajari semaksimal mungkin seorang individu, suatu kelompok atau suatu kejadian, peneliti bertujuan memberikan pandangan yang lengkap dan mendalam mengenai subjek yang diteliti. Subjek Penelitian Subjek utama penelitian ini adalah ayah dan remaja khususnya remaja usia 11-20 tahun. Sebagai subjek pendukung adalah guru sekolah yang berjenis kelamin laki-laki. Penentuan subjek penelitian dilakukan secara purposive. Metode dan Instrumen Pengumpulan data Sumber data dalam penelitian ini terdiri atas jenis data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari subjek utama dan subjek pendukung beserta hasil observasinya.Data sekunder adalah data yang berupa arsip, dokumen atau data statistik yang berkaitan dengan topik penelitian ini. Untuk mengumpulkan data baik primer maupun sekunder, dilakukan dengan cara wawancara dan observasi dengan tipe observer as participant (Sunarto: 2000). Untuk tipe pengamatan ini, peneliti hanya berada di tempat penelitian dalam jangka waktu pendek, sementara wawancara digunakan pedoman wawancara (daftar pertanyaan terstruktur) untuk mempermudah fokus pembicaraan. Focus Group Discussion untuk mengetahui peran komunitas pada pengasuhan remaja. Subyek yang terlibat FGD berjumlah 10 informan yang terdiri dari orang tua (ayah) dan guru. Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di Kota Purwokerto yakni ayah peserta didik SLTP dan SLTA di Purwokerto. Alasan diambil ke lokasi penelitian di sekolah agar memudahkan koordinasi dengan peneliti sehingga subyek penelitian dapat berkesinambungan. Selain itu hal ini diharapkan akan memudahkan akses menuju sekolah tersebut. Pengambilan lokasi penelitian tersebut juga dengan mempertimbangkan keterbatasan waktu dan dana penelitian serta tenaga untuk proses pengambilan data. Analisis Data Penelitian
219
Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8 Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dengan model analisis interaktif (Milles dan Huberman, 1992), yang komponennya terdiri atas reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan dengan proses pengumpulan data berbentuk siklus. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa ayah yang terlibat dalam proses pengasuhan memberikan informasi tentang seksualitas secara tidak langsung pada remaja. Hubungan yang baik di dalam keluarga serta relasi harmonis antara ayah dan ibu merupakan pengasuhan seksualitas secara tidak langsung. Remaja diberikan contoh-contoh negatif akibat perilaku seks pranikah. Sosok ayah kebanyakan memberikan aturan untuk pergaulan dengan lawan jenis. Keterlibatan ayah pada remaja dalam bentuk dialog, memberikan aturan, nasihat dan penanaman nilai moral dalam keluarga. Remaja yang memiliki ayah yang keras dan kaku cenderung mengalami kesulitan saat menerima nasihat yang disampaikan oleh ayah. Remaja mengalami hambatan saat berkomunikasi dengan ayah karena ada rasa canggung dan sungkan untuk dialog masalah seksualitas. Keterlibatan ayah dalam perkembangan dan kehidupan remaja sama pentingnya dengan peran dan keterlibatan ibu. Tanggung jawab seorang ayah dalam keluarga bukan hanya sekedar mencari nafkah tetapi juga mendukung dan terlibat langsung dengan pertumbuhan remaja. Meskipun sering peran dan tanggung jawab ayah dalam kehidupan sehari-hari digantikan oleh ibu dikarenakan kurangnya waktu yang disediakan untuk remaja atau minimnya interaksi dan komunikasi dengan remaja. Sang ayah harus sepenuhnya sadar bahwa agar mencapai hasil yang terbaik dalam perkembangan remaja, orangtua wajib memainkan perannya masing-masing. Biller (dalam Harris, 2010) menyatakan bahwa sosok dan peran ayah dalam keluarga sangat penting bagi perkembangan emosional dan sosial remaja. Remaja yang dibesarkan dalam keluarga dengan minimnya keterlibatan sang ayah pada masa pertumbuhan remaja, cenderung susah untuk bersosialisasi dan merasa kesulitan dalam mencari jati diri ketika beranjak dewasa. Hal ini dikarenakan kurangnya rasa percaya diri dan lebih memilih untuk menutup diri. Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan Biller (dalam Harris, 2010) yang menyatakan kehadiran ayah dalam kehidupan remaja sangat berpengaruh pada rasa percaya diri sang remaja. Sikap positif dan dorongan sang ayah untuk remaja dalam mengembangkan kemampuan remaja dapat memberikan hasil yang jauh lebih baik dibanding bila hanya mendapatkan dorongan dari ibu semata. Biller (dalam Harris, 2010) kedekatan (remaja) dengan sang ayah sangat penting dalam membina arti harga diri dan rasa percaya diri remaja. Kehadiran sosok ayah dalam kehidupan remaja dapat membangun rasa percaya diri remaja. Sering kali remaja menggambarkan sosok ayah mereka sebagai individu yang kuat dan mandiri sehingga memberikan rasa percaya diri kepada remaja itu sendiri. remaja yang tumbuh dewasa dengan kurangnya perhatian dari sang ayah atau bahkan tidak pernah mendapatkan sosok ayah sampai ia beranjak dewasa, cenderung mencari sosok pengganti ayah dalam kehidupan mereka pada pria lain. Remaja lelaki atau perempuan, akan selalu mencari sosok ayah pada pria lain yang dapat memberikan perhatian dan kasih sayang. Alhasil banyaknya permasalahan sosial yang dapat ditemukan yang didasari oleh alasan tersebut. Selain itu hasil penelitian ini menunjukan pengasuhan seksualitas yang dilakukan oleh ayah masih belum optimal mencakup keseluruhan aktivitas dan interaksi yang memberikan arahan atau bimbingan pada remaja sesuai dengan identitas jenis kelaminnya. Ayah meluangkan waktu untuk berdialog dengan remaja namun bukan membicarakan masalah sesksualitas. Ayah memberikan bimbingan pada remaja dengan mengkaitkan kasus perilaku seks pra nikah yang banyak dialami remaja saat ini. Ayah belum memberikan materi secara spesifik berkaitan dengan seksulitas saat membimbing remaja. Ayah belum membekali anak remajanya dengan pengasuhan seksualitas yaitu meyiapkan agar remaja bisa menerima dirinya, dengan berbagai perubahan fisik dan psikologis. Dengan begitu, remaja bisa percaya diri dan mampu mengendalikan keinginan seks yang sudah mulai muncul, apalagi dengan kondisi kekinian di mana banyak remaja sudah berhubungan seksual, meski dengan cara aman. Pengasuhan seksualitas dapat diberikan oleh orang tua dengan berlandaskan pada nilai, norma agama yang dimiliki oleh keluarga dapat mencegah remaja dari informasi yang tidak sesuai. Kekurangan informasi yang benar tentang masalah seks akan memperkuatkan kemungkinan remaja percaya salah paham yang diambil dari media massa dan teman sebaya. Akibatnya, kaum remaja masuk ke kaum beresiko melakukan perilaku berbahaya untuk kesehatannya.
220
Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8 Penelitian Gronseth (Dagun, 2002) menemukan bahwa dengan ayah mengambil bagian dalam mengasuh anak, kaum ayah merasa lebih baik dan terbuka dengan anak-anaknya, sehingga anak-anak tumbuh dengan kemampuan diri yang lebih tinggi serta keyakinan diri yang lebih besar, cenderung lebih matang dan dapat bergaul, serta mampu menghadapi berbagai masalah. Sebaliknya, Oliker (2011) mengatakan bahwa remaja yang mengalami relasi intensif dengan ayahnya semenjak lahir akan tumbuh menjadi remaja yang memiliki emosi aman (emotionally secure), percaya diri dalam mengeksplorasi dunia sekitar, dan ketika tumbuh dewasa mereka mampu membangun relasi sosial yang baik. Faktor-faktor yang menghambat pengasuhan seksualitas oleh ayah meliputi pengetahuan tentang seksualitas yang dimiliki oleh ayah, waktu, kesempatan dan cara komunikasi. Ayah yang masih “sungkan” berbicara seksualitas karena masih menganggapnya tabu. Kesulitannya karena ada rasa canggung, tabu akan menceritakan masalah seksual karena hal-hal tersebut hanya diketahui oleh orangorang dewasa saja. Ketidaktahuan orangtua untuk memulai diskusi menjadi persoalan lainnya. Ayah juga belum bisa menghadapi perubahan emosi remaja yang masih belum stabil. Ayah masih menyerahkan peran pengasuhan seksualitas pada pihak lain misalnya ibu, sekolah, guru dan pemuka agama. Oleh karena itu sebagai seorang ayah yang mempunyai peran penting dalam perkembangan kepribadian anak, ayah perlu mengembangkan kemampuan berkomunikasi yang baik agar pesan-pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh remaja. Menurut Laswell & Laswell (dalam Astuti, 2004) komunikasi yang berkualitas selalu memperhatikan adanya sikap pengertian, keterbukaan, kejujuran, kepercayaan, menghargai, empati, dan mampu mendengarkan secara aktif. Oleh karena itu diharapkan seorang ayah dalam berkomunikasi dengan anak-anaknya hendaknya memperhatikan hal-hal tersebut. Bagi remaja, apabila kebutuhan untuk berkomunikasi dengan ayahnya tidak terpenuhi dapat memberikan dampak yang merugikan bagi remaja yang bersangkutan. Remaja menjadi tidak puas dengan peran ayahnya sebagai pendidik, panutan sekaligus teman bagi anak-anaknya sehingga akan mempengaruhi pembentukan konsep tentang dirinya. KESIMPULAN Keterlibatan ayah secara langsung dan tidak langsung dalam pencegahan perilaku seks pranikah remaja di Purwokerto. Keterlibatan ayah secara langsung dalam bentuk dialog, memberikan aturan, nasihat dan penanaman nilai moral dalam keluarga. Ayah yang terlibat dalam proses pengasuhan memberikan informasi tentang seksualitas secara tidak langsung pada remaja. Remaja diberikan contohcontoh negatif akibat perilaku seks pranikah. Secara tidak langsung yaitu hubungan yang baik di dalam keluarga serta relasi harmonis antara ayah dan ibu merupakan pengasuhan seksualitas secara tidak langsung. Pengasuhan seksualitas yang dilakukan oleh ayah masih belum optimal mencakup keseluruhan aktivitas dan interaksi yang memberikan arahan atau bimbingan pada remaja sesuai dengan identitas jenis kelaminnya. Ayah pada dasarnya meluangkan waktu untuk berdialog dengan remaja namun bukan membicarakan masalah seksualitas. Ayah memberikan bimbingan seksualitas pada remaja dengan mengkaitkan kasus perilaku seks pra nikah yang banyak dialami remaja saat ini. Ayah belum memberikan materi secara spesifik berkaitan dengan seksulitas saat membimbing remaja. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam pengasuhan seksualitas oleh ayah pada remaja yaitu pengetahuan tentang seksualitas yang dimiliki oleh ayah, waktu, kesempatan dan cara komunikasi. Ayah yang masih “sungkan” berbicara seksualitas karena masih menganggapnya tabu. Kesulitannya karena ada rasa canggung, tabu akan menceritakan masalah seksual karena hal-hal tersebut hanya diketahui oleh orang-orang dewasa saja. Ketidaktahuan orangtua untuk memulai diskusi menjadi persoalan lainnya. Ayah juga belum bisa menghadapi perubahan emosi remaja yang masih belum stabil. DAFTAR PUSTAKA Astuti, C.D.P. (2003). Hubungan Kualitas Komunikasi dengan Toleransi Stres dalam Perkawinan. Suksma. Vol 2. No.1. Hal 52-60 Cabrera, N., Tamis-Lemonda, C., Bradley, R., Hofferth, S. & Lamb, M. 2000. Fatherhood in the 21st Century. Child Development, 71, 127-136.
221
Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8 Dagun, Save. (2002). Psikologi Keluarga. Jakarta. Rineke Cipta. Dubowitz, H., Black, M.M., Cox, C.E., Kerr, M.A., Litrownik, A.J., Radhakrishna, A., English, D.J.,Wood Schneider, M. and Runyan, D.K. 2001. Father involvement and children’s functioning at age 6 years: A multisite study. Child Maltreatment, 6, 300-309. Flouri, E. (2005). Fathering and child outcomes. West Sussex, England: John Wiley & Sons Ltd Formoso, D., Gonzales, N. A., Barrera, M. and Dumka, L.E. (2007). Interparental relations, maternal employment, and fathering in Mexican American families. Journal of Marriage and Family, 69,26-39. Garbarino,J. and Benn, J.L. (1992).The Ecology of Childbearing and Child Rearing. Dalam garbarino, J (ed).1992. Children and families In The Social Environment,2nd ed.New York: Aldine de Grayter Harris, K. M., Furstenberg, F. F., and Marmer, J. K. (2010). Paternal involvement with adolescents in intact families: The influence of fathers over the life course. Demography, 35 (2), 201-216. Heath, D.H. (1994). The impact of delayed fatherhood on the father-child relationship. Journal of Genetic Psychology, 155 (4), 511-530. Knoester, C. and Eggebeen, D.J. (2006). The effects of the transition to parenthood and subsequent children on men’s well-being and social participation. Journal of Family Issues, 27 (11), 15321560. Miles, M.B., and A.M., Huberman. (1991). Designing Qualitative Research. Mc Graw Hill Company: New York Lerman, R. and Sorensen, E. (2000). Father involvement with their nonmarital children: Patterns determinants, and effects on their earnings. Marriage and Family Review, 29 (2/3), 137-158. Oliker, Ditta M. (2011). The Importance of Fathers Is Father's Day Real? Dalam http://www. psychologytoday.com/blog/the-long-reach-childhood/201106/the-importance-fathers. Diunduh 15 Desember 2014 Pleck, J.H. (1997). Paternal involvement: Levels, sources, and consequences. In M.E. Lamb (Ed.) The role of the father in child development (3rd ed., pp. 66-103). New York: John Wiley & Sons, Inc Sarwono, S. W. (2010). Psikologi Remaja, Edisi Revisi., Jakarta: PT Raja Grafindo Setyawati dan Suwarti. (2011). Profil Perilaku Seks sebelum Menikah Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kabupaten Banyumas. Jurnal SAINTEKS. Vol.VII No.2 Oktober 2011.LPPM UMP. Hal 1-13. Setyawati. (2014). Gaya Pengasuhan Positif Berbasis Komunitas untuk Mencegah Perilaku Seksual Sebelum Menikah pada Remaja di Wilayah Pedesaan Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas.Proceeding Seminar Nasional. ISBN: 978-979-796-324-8. Psychology Forum UMM Snarey, J. (1993). How fathers care for the next generation: A four-decade study. Cambridge, MA: Harvard University Press. Sunarto, Komanto, (2000), Pengantar Sosiologi, Edisi Kedua, Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi.
222
Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8 Susanto, Moh. Dedy. Keterlibatan Ayah Dalam Pengasuhan, Kemampuan Coping dan Resiliensi Remaja. Jurnal Sains Dan Praktik Psikologi .2013 Magister Psikologi UMM, ISSN: 2303-2936.Volume I (2),101 – 113. Veneziano, R.A. 2000. Perceived paternal and maternal acceptance and rural African American and European American youths’ psychological adjustment. Journal of Marriage and Family, 62 (1), 123-132.
223