Prosiding Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM UMP 2014 ISBN 978-602-14930-3-8 Purwokerto, 20 Desember2014
Ibm Pemberdayaan Wanita Dhuafa Melalui Pengolahan Sampah Anorganik Secara Mandiri, Produktif Dan Ramah Lingkungan Di Kampung Dayak Kelurahan Karangklesem Banyumas Hj. Ratna Kartikawati Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Purwokerto Jl. Raya Dukuh Waluh PO BOX 202 Purwokerto 53182 ABSTRAK Kegiatan pengabdian pada masyarakat ini dilakukan dalam bentuk pendidikan dan pelatihan. Tujuan utama ialah untuk meningkatkan keterampilan membuat kerajinan dari sampah anorganik, produk yang layak jual dan laku di pasaran dan pembentukan e-market. Pencapaian tujuan dilakukan melalui penyediaan pengetahuan dan keterampilan dalam hal pembuatan kerajinan dari sampah anorganik, produk berharga dan permintaan di pasar dan pengadaan e-market. Kegiatan ini dilaksanakan dengan metode pelatihan pengelolaan dan pengolahan sampah anorganik, mendesain model dan strategi pemasaran produk olahan dan merintis e-market agar produk dapat dikenali serta diakses oleh semua kalangan. Kegiatan dilakukan di Kampung Dayak Karangklesem, Kecamatan Purwokerto Selatan, Kabupaten Banyumas. Hasil kegiatan menunjukkan kondisi yang memuaskan. Kebiasaan kelompok mitra yang selama ini menempatkan sampah tidak semestinya setelah pelatihan berubah. Sekarang sampah tersebut diolah menjadi produk yang layak jual. Kelompok mitra mampu membuat kerajinan dari sampah anorganik. Perempuan miskin yang mengikuti pelatihan juga dapat membuat pengemasan produk yang diberi label dan model desain serta strategi pemasaran produk dimana semua hal itu telah berhasil meningkatkan pendapatan keluarga. Kata kunci : perempuan miskin, sampah anorganik
PENDAHULUAN Masyarakat umumnya menganggap bahwa semua sampah itu tidak ada gunanya, kotor, menjijikkan sehingga harus dibuang atau dilenyapkan dari pandangan mata. Apapun caranya yang penting sampah tidak terlihat lagi. Banyak orang kemudian membuang sampah di tempat jauh, atau menghanyutkan di aliran sungai, mengubur atau menyembunyikan di dalam tanah atau bahkan membakarnya. Bahkan penanganan sampah yang dilakukan pemerintah secara umum masih sebatasmemindahkan sampah ke tempat lain, dalam hal ini TPA. Padahal keberadaan TPA lebih sering menimbulkan masalah bagi masyarakat sekitarnya dan mencemari lingkungan (air, tanah dan udara). Sampah anorganik jika terus dibiarkan dapat menggunung tak berguna karena tidak dapat didaur ulang oleh alam, Sampah anorganik (kemasan plastik) tidak dapat terdegradasi secara alami. hal ini bisa menimbulkan masalah dikemudian hari seperti banjir atau lingkungan yang kotor dan tidak sehat. Kebiasaan membakar dan mengubur sampah yang bukan sampah organikpun kian membudaya. . mereka tidak menyadari bahwa jenis sampah saat ini berbeda dengan sampah jaman dahulu. Jenis sampah saat ini cenderung didominasi oleh sampah pabrikan hasil modifikasi sintetis kimia seperti karet, styrofoam,, plastik, kaca, logam dan sebagainya. Apabila sampah-sampah itu dibakar akan mengeluarkan gas beracun yang bisa membahayakan kesehatan bagi manusia yang menghirupnya dan akan memperburuk kualitas udara (Tony Hare,1995:7). Pemahaman masyarakat terhadap 3R, yaitu reuse (memakai kembali), reduce (mengurangi) dan recycle (mendaur ulang) juga masih sangat rendah. Akibatnya produksi sampah yang dihasilkan oleh masyarakat semakin berlimpah dan menumpuk di mana-mana (Kharisma Widia Prastiwi dan Yuyun W.,2010:4). Sampai sekarang sepertinya pemerintah juga belum berdaya untuk mengendalikan industry/perusahaan agar menggunakan bungkus/kemasan yang dapat didaur ulang (ramah lingkungan). Padahal secara tidak langsung pabrik ikut andil dalam menghasilkan sampah, terutama dalam penggunaan kemasan yang tidak bisa didaur ulang. Hal ini juga merupakan salah satu penyebab mempercepat penuhnya sampah di TPA, dan memperpendek umur TPA. Padahal betapa sulit dan mahalya mencari lokasi yang bisa digunakan untuk TPA, karena masyarakat cendrung menolak kehadiran TPA di wilayahnya. Kalau hal ini tidak dicarikan solusi yang tepat tentunya tinggal menunggu bom waktu meledaknya sampah di Indonesia ( Toyibah K,2010:4) Memang, sekarang sampah anorganik ada yang bisa dijual kepada pengepul barang rongsok akan tetapi tidak semua sampah anorganik bisa dijual kepada pengepul tapi hanya beberapa jenis sampah anorganic yang
119
Prosiding Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM UMP 2014 ISBN 978-602-14930-3-8 Purwokerto, 20 Desember2014 bisa dijual misalnya, besi, tembaga, botol air mineral dan sebagainya, itupun harganya murah sekali antara Rp.1.000,- sampai dengan Rp.5.000,- perkilogram. Ada banyak sampah anorganik yang tidak laku dijual misalnya aluminium foil. Styrofoam, gabus dan sebagainya.(Toyibah K.,2010:3) Sampah anorganik tidak dapat terdegradasi secara alami. Dengan kreativitas, sampah ini bisa didaur ulang untuk beragam kebutuhan (Agus Purwoko,2011:14). Seperti yang dilakukan oleh KSM “Mekar Abadi” di Desa Argorejo, Kecamatan Sedayu, Kabupaten Bantul Yogyakarta, dibawah bimbingan anggota Tim pengusul yaitu Toyibah Kusumawati, S.Sn.,M.Sn. mengubah sampah anorganik yang diambil dari Tempat Pembungan Akhir (TPA) menjadi kerajinan seperti cinderamata, souvenir perkawinan, tas, dompet, cover meja, tempat tisu, dan lain-lain. Hasil kerajinan tangan dari sampah anorganik ini sudah dijual di berbagai kota di Indonesia termasuk di Purwokerto. Di tengah berkecambuknya dan kroniknya masalah sampah terutama di Kota Purwokerto seperti tampak pada Gambar 1 perlu diciptakan system pengelolaan anorganik secara mandiri, produtif dan ramah lingkungan berbasis masyarakat di Kampung Dayak.
Gambar 1. Kampung Dayak Kampung Dayak merupakan salah satu kampung yang terkenal di kota Purwokerto. Kampung yang berada di tengah kota, tepatnya di belakang terminal lama Kota Purwokerto Kabupaten Banyumasini merupakan kampung yang dihuni 155 KK. Mayoritas penduduk Kampung Dayak adalah penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) yang sangat kompleks, lingkungan kumuh, ekonomi lemah., dan tingkat pendidikan rendah. Secara fisik lingkungan kampong Dayak terlihat kumuh dan kurang teratur, kondisi MCK yang tidak layak, serta kurangnya sarana dan prasarana yang kurang memadai. Secara Sosial dan ekonomi masyarakatnya berada di garis perekonomian lemah dan tergolong PMKS. Di kampung Dayak banyak remaja putrid usia sekolah tidak mengenyam pendidikan, mereka hanya jaga rumah karena orang tua mereka mengamen atau mengemis.. Sedangkan ibu-ibu di Kampung Dayak sebagian ada yang menganggur dan sebagian lagi menjadi pengemis atau pengamen. Sebagian besar masyarakat kampung ini adalah pendatang dari luar kota dan sangat jarang orang asli Purwokerto mengetahui tentang kondisi sosial ekonomi dan permasalahan yang ada di kampong ini..(berdsarkan wawancara dengan Bapak Musafa tokoh masyarakat di Kampung Dayak). Untuk memberdayakan potensi remaja putrid dan ibu rumah tangga Kampung Dayak, perlu dilakukan kegiatan yang mengarah kepada pemberdayaan wanita dhuafa untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga. Data Kondisi Mitra a.
Mitra merupakan kelompok remaja putri yang tergabung dalam yayasan “Sri Rahayu”, kelompok ibuibu Kampung Dayak, dan kelompok santriwati “Tombo Ati” Di Kampung Dayak yang termasuk penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) yang sangat kompleks, lingkungan kumuh, ekonomi lemah., dan tingkat pendidikan rendah.
b.
Kegiatan remaja putri yang tergabung dalam Yayasan“Sri Rahayu” hanya terbatas mengikuti berbagai pelatihan yang belum menghasilkan barang yang bernialai ekonomis, sehingga belum punya kegiatan positif yang dapat menambah penghasilan keluarga.
c.
Terdapat banyak sampah dan pemulung di sekitar Kampung Dayak yang berada di Tengah Kota Purwokerto.
d.
Perlu dilakukan Pengelolaan dan pengolahan Sampah Rumah Tangga Secara Mandiri, Produktif dan Ramah Lingkungan Berbasis Masyarakat .
e.
Perlu dilakukan pelatihan mengenai pengelolaan dan pengolahan sampah yang mempunyai nilai jual.
f.
Perlu dilatih strategi pemasaran dan cara memasarkan agar produk dari sampah yang dihasilkan cepat sampai ke sasaran.
120
Prosiding Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM UMP 2014 ISBN 978-602-14930-3-8 Purwokerto, 20 Desember2014 g.
Kegiatan kelompok santriwati “Tombo Ati” dan ibu-ibu Kampung Dayak Kota Purwokerto Kabupaten Banyumas sampai saat ini, belum ada kegiatan yang mengarah kepada pemberdayaan wanita untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga
Eksistensi Mitra terhadap Lingkungannya Mitra dalam program kegiatan ini adalah kelompok remaja putri yang tergabung dalam yayasan “Sri Rahayu”, kelompok ibu-ibu Kampung Dayak, dan kelompok santriwati “Tombo Ati” Di Kampung Dayak yang termasuk penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) yang sangat kompleks, lingkungan kumuh, ekonomi lemah., dan tingkat pendidikan rendah. Lokasi mitra tidak terlalu jauh dari lingkungan kampus Universitas Muhammadiyah Purwokerto sehingga diharapkan dapat melaksanakan salah satu Tri Dharma Perguruan tinggi, yakni pengabdian pada masyarakat untuk membantu meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat di sekitarnya. Mitra beranggotakan 156 orang, yang terdiri dari kelompok remaja putri yang tergabung dalam yayasan “Sri Rahayu” sejumlah 55 orang, kelompok ibu-ibu Kampung Dayak sebanyak 48 orang, dan kelompok santriwati “Tombo Ati” 53 anak. Permasalahan Mitra yakni: a.
Mitra merupakan kelompok remaja putri yang tergabung dalam Kelompok “Sri Rahayu”, kelompok ibuibu Kampung Dayak, dan kelompok santriwati “Tombo Ati” Di Kampung Dayak yang termasuk penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) yang sangat kompleks, lingkungan kumuh, ekonomi lemah., dan tingkat pendidikan rendah yang belum pernah mengikuti kegiatan yang mengarah kepada pemberdayaan wanita untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga.
b.
Belum ada kegiatan remaja putri yang tergabung dalam yayasan “Sri Rahayu” yang dapat menghasilkan barang yang bernialai ekonomis, sehingga belum punya kegiatan yang dapat menambah penghasilan keluarga.
c.
Terdapat banyak sampah dan pemulung di sekitar Kampung Dayak yang berada di Tengah Kota Purwokerto, yang selama ini sampah anorganik hanya dijual kepada pengepul dengan harga yang sangat murah antara Rp.1.000,- sampai dengan Rp.5.000,- Ada banyak sampah anorganik yang tidak laku dijual misalnya aluminium foil. Styrofoam, gabus dan sebagainya
d.
Belum pernah dilakukan pelatihan Pengelolaan dan pengolahan Sampah Rumah Tangga Secara Mandiri, Produktif dan Ramah Lingkungan Berbasis Masyarakat, sehingga dapat menambah pendapatan keluarga.
e.
Belum pernah dilakukan pelatihan mengenai strategi pemasaran dan cara memasarkan agar produk dari sampah yang dihasilkan cepat sampai ke sasaran.
1.
Persoalan Prioritas Mitra yang Disepakati untuk Diselesaikan dalam Pelaksanaan Program IbM Bagi Kelompok remaja putri yang tergabung dalam Yayasan “Sri Rahayu”, kelompok ibu-ibu Kampung Dayak, dan kelompok santriwati “Tombo Ati” Di Kampung Dayak:
a.
. Merintis usaha penngelolaan dan pengolahan sampah Selama ini sampah belum diolah secara maksimal yang mempunyai nilai jual, hanya sampah kering yang bisa di jual ke pengepul itupun hanya beberapa jenis sampah dan harganya pun murah sekali berkisar Rp.1.000,- sampai dengan Rp.5.000,- perkilogram, dan ada beberapa sampah kering yang tidak laku dijual seperti aluminiumfoil, stereform dan sebagainya , sehingga perlu dikembangkan inovasi-inovasi terhadap pengelolaan dan pengolahan sampah dan memberikan pelatihan-pelatihan mengenai pengelolaan dan pengolahan sampah. Diantaranya meliputi pelatihan membuat kerajinan dari sampah anorganik seperti sandal kamar untuk hotel-hotel, souvenir pesta, tas belanja, sarung bantal kursi, bross, yang selama ini masih mendatangkan dari di kota lain misalnya souvenir pesta didatangkan dari Kota Yogyakarta..
b.
. Mendesain model dan strategi pemasaran produk tersebut Agar produk dari sampah laku di pasaran maka perlu dilakukan pelatihan mendesain model dan strategi pemasaran. Pelatihan mendesain model dilakukan untuk menambah wawasan dan ketrampilan mitra dalam membuat desain dan membuat produk sehingga menghasilkan produk yang bagus, artistik dan disenangi masyarakat.Sedangkan pelatihan strategi pemasaran bertujuan agar produknya diterima dan dikenal luas oleh masyarakat dan laku di pasaran
121
Prosiding Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM UMP 2014 ISBN 978-602-14930-3-8 Purwokerto, 20 Desember2014 c.
3. Merintis e-market Untuk mengembangkan usaha dan memperluas pemasarannya perlu dirintis e-market sehingga usaha ini lebih dapat dikenali dan informasinya dapat diakses oleh semua kalangan.
TUJUAN Tujuan dari kegiatan ini adalah: peningkatan keterampilan membuat kerajinan dari sampah anorganik, produk yang layak jual dan laku di pasaran dan terealisasi pembentukan e-market.
METODE PELAKSANAAN 1. Metode Pendekatan Metode pendekatan pada program yang akan dilaksanakan adalah : a. melaksanakan pelatihan pengelolaan dan pengolahan sampah anorganik. d. mendesain model dan strategi pemasaran produk olahan tersebut e. merintis e-market agar produk dapat dikenali dan informasinya dapat diakses oleh semua kalangan
2. Partisipasi Mitra Mitra berpartisipasi aktif dalam setiap rencana kegiatan. Sebelum proposal ini dibuat terlebih dahulu dilakukan survei awal dan wawancara untuk mengetahui kondisi mitra dan hal-hal apa yang perlu dibenahi atau dilakukan untuk memberdayakan kelompok mitra. Berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan berdasarkan kesepakatan antara tim pengusul dan mitra. Selain itu, mitra dilibatkan dalam evaluasi program untuk menilai sejauh mana program telah dilaksanakan, apa dampak yang timbul setelah dilakukan berbagai kegiatan program, dan apa yang perlu dibenahi atau dikembangkan pada tahun mendatang. Tentunya, sangat diharapkan bahwa rangkaian kegiatan yang dilaksanakan dapat membantu meningkatkan perekonomian mitra pada khususnya dan masyarakat di sekitranya pada umumnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN Koordinasi Persiapan pelatihan pembuatan barang kerajinan dari sampah dengan mitra. Koordinasi dilaksanakan di rumah Ketua Pesantren Tombo Ati yaitu di rumah Bapak Musafa, pada intinya mereka sangat senang dengan adanya pengabdian ini, karena selama ini mitra belum pernah melakukan pelatihan seperti yang kami tawarkan. Dalam koordinasi tersebut disepakati waktu dan tempat pelatihan. Mereka sepakat pelatihan dilakukan di rumah Bapak Musafa (Gambar 2) karena tempatnya yang luas dan dilaksanakan selama dua minggu berturut-turut tanpa libur, dengan tujuan agar mudah diingat.
Gambar 2. Bersepakat Menentukan Waktu dan Tempak Pelatihan Pengadaan alat plepet/Press roll, pemotong/cloth cutting machine dan mesin jahit Alat ini tidak di Purwokerto tidak ada yang jual sehingga harus ke Yogyakarta, sehingga kami sepakat ke yogyakarta untuk membeli alat ini. Pada hari pertama kami tidak tahu tempat yang menjual alat ini sehingga diputuskan untuk ke ISI menemui pelatihnya untuk minta diantar ke toko yang menjual. Dan di toko tersebut 122
Prosiding Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM UMP 2014 ISBN 978-602-14930-3-8 Purwokerto, 20 Desember2014 barang sedang kosong sehingga kami harus memesannya. Dan minggu berikutnya barang sudah kami peroleh. Contoh barang dan alat pelatihan tampak pada Gambar 3.
Gambar 3. Alat dan Bahan Pengadaan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk pelatihan. Untuk pembelian bahan-bahan yang akan dipakai pelatihan (Gambar 4) kami mencari di kota Purwokerto dan Yogyakarta [sekalian mengambil alat]
Gambar 4. Penyiapan Bahan dan Alat Pelatihan membuat kerajinan dari sampah kering. Pelatihan ini dilaksanakan di rumah Bapak Mustofa karena mencari tempat yang luas dan nyaman. Bahan baku disediakan oleh tim pelaksana dan mitra. Hasil dari pelatihan ini peserta dapat membuat berbagai kerajinan dari sampah kering. Mereka sangat antusias dalam mengikuti pelatihan sehingga mereka cepat trampil membuatnya (Gambar 5). Dan hasilnya sangat memuaskan. Malah mulai ada pemesanan cinderamata perkawinan dan seminar.
123
Prosiding Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM UMP 2014 ISBN 978-602-14930-3-8 Purwokerto, 20 Desember2014
Gambar 5. Pelatihan Pelaksanaan pelatihan strategi pemasaran Peranan pemasaran saat ini tidak hanya menyampaikan produk atau jasa hingga tangan konsumen tetapi juga bagaimana produk atau jasa tersebut dapat memberikan kepuasan kepada pelanggan dengan menghasilkan laba. Pada pelatihan strategi pemasaran pelatihnya adalah tim pengabdian sendiri karena dari fakultas ekonomi jurusan menejemen. Mereka juga meminta diajari bagaimana mempromosikan lewat internet. Konsep dasar yang melandasi pemasaran adalah kebutuhan manusia. Kebutuhan manusia itu kompleks bukan hanya fisik (makanan, pakaian, perumahan) tetapi juga rasa aman, aktualisasi diri, sosialisasi, penghargaan, kepemilikan. Semua kebutuhan berasal dari masyarakat konsumen, bila tidak puas konsumen akan mencari produk dan atau jasa yang dapat memuaskan kebutuhan tersebut. Oleh karena itu producen harus menghasilkan produk yang berkualitas. Kepuasan pelanggan berkaitan erat dengan kualitas, kualitas baik maka pelanggan puas. Kualitas ditentukan melalui proses pembuatan produk yang melibatkan unsur bahan baku, teknik memproses dan tenaga pembuatnya. Selain itu juga diperlukan adanya hubungan yang baik dalam praktik membangun hubungan jangka panjang yang memuaskan dengan pihak-pihak pelanggan, pemasok, penyalur, guna mempertahankan bisnis jangka panjang. Jadi dalam strategi pemasaran yang harus diperhatikan ada 4 hal yaitu; memenuhi kebutuhan dan keinginan pada konsumen, produk berkualitas, mempunyai hubungan dan jaringan bisnis dan memenuhi kebutuhan konsumen.
Pelaksanaan pembentukan e-market Pembentukan e-market belum selesai karena menunggu pembuatan tas dan sandal yang membutuhkan waktu lama dan hasilnya benar-benar sudah rapi, karena pelatihannya baru bulan Juni dan Oktober sehingga mereka belum berani untuk dipromosikan dulu. Mitra baru bisa menerima orderan dari sekitar Banyumas saja. 1.
Evaluasi Program
a. Kriteria Evaluasi: Keberhasilan membuat kerajinan dari sampah kering, Indikatornya: Sudah terampil, tolak ukurnya: Kelompok sudah sering mengadakan pelatihan dan sudah memproduksi berbagai macam kerajinan dari sampah kering. Dan sudah menerima pemesanan souvenir, Pelaksanaan: Dilaksanakan selama pelatihan. b. Kriteria Evaluasi:Keberhasilan memfasilitasi pengadaan clothing machine, mesin jahit, alat untuk membuat bunga, sandal, tas dan Keranjang besar untuk tempat bahan dan hasil kerajinan. Indikatornya: Kelompok memiliki alat tersebut dan sudah bisa memakainya, tolak ukurnya: Kelompok memiliki alat tersebut dan sudah bisa memakainya c. Kriterianya:Keberhasilan pemasaran produk olahan tersebut dengan pelatihan pemasaran dan merintis emarket, Indikatornya: Kelompok sudah berhasil memasarkan pada para pemesan di sekitar Banyumasr, Tolak Ukur: Kelompok sudah berhasil memasarkan pada para pemesan di sekitar Banyumasr Permasalahan yang ditemui selama kegiatan antara lain: 1.
Anggota Mitra yang ikut kebanyakan berganti-ganti walaupun pakai satu nama Misalnya hari pertama yang datang ibunya, hari kedua anaknya, hari ketiga anak keduanya, hari keempat menantunya dengan 124
Prosiding Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM UMP 2014 ISBN 978-602-14930-3-8 Purwokerto, 20 Desember2014 memakai nama ibunya karena mereka kebanyakan sebagai pengemis, WTS, pengamen, dan pemulung, sehingga kalau siang harus turun ke jalan cari uang kecuali yang sebagai wanita pekerja seks. Sehingga mereka susah untuk diajari dan tidak cepat bisa.. Penyelesaian masalah: 1.
Mengundang beberapa orang saja yang benar-benar mau menekuni membuat cinderamata dari sampah. Yaitu hanya sekitar 5 orang saja..
KESIMPULAN Kesimpulan 1.
Mitra yang dulunya tidak punya kegiatan yang positif, sekarang sudah mempunyai usaha yang dapat menambah penghasilan keluarga tanpa harus mengemis, mengamen maupun menjual diri..
2.
Kegiatan IPTEKS mampu meningkatkan ketrampilan mitra dalam membuat berbagai produk kerajinan dari sampah yang berkualitas .
3.
Kelompok memiliki alat untuk membuat produk dari sampah,
4.
Kelompok sudah mendapat pesanan dari konsumen dan akan dipasarkan di internet
DAFTAR PUSTAKA Kusumawati, Thoyibah, 2010, pembinaan pengembangan kerajinan dari sampah kering pada KSM “Mekar Abadi” di Metes Argorejo Sedayu Bantul Yogyakarta, 21 November- 16 Desember 2009, program Pembinaan UKM Seni LPM ISI Yogyakarta Murhananto dan Ria Aryasatyani, 2002, Membuat Aneka Kreasi Pigura, Puspa Swara, Jakarta. Purwoko, Agus, 2011, Sampah Jadi Emas, PT Bhuana Ilmu Populer, Jakarta. Prastiwi, Kharisma Widia dan Yuyun Widihastuti, 2010, Recycle Bottle, Tiara Aksa, Surabaya. Sofyan, Patsiana T, 1996, Seri membuat Sendiri 4: Anyaman dari Kertas, PT Elex Media Komputindo, Jakarta. Yoyong, 2010, Kumpulan Inspirasi Kreatif, PT Kawan Pustaka, Jakarta. Hare, Tony, 1995, Daur Ulang, PT Rosda Jayaputra, Jakarta.
125