Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8
PENGEMBANGAN PROGRAM COORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) MASYARAKAT DAERAH PENYANGGA PENGELOLAAN TAMAN NASIONAL (PTN) CIANJUR TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO THE DEVELOPMENT PROGRAM OF CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) LOCAL COMMUNITY IN BUFFER ZONES NATIONAL PARK MANAGEMENT (PTN) CIANJUR NATIONAL PARK OF MOUNT GEDE PANGRANGO 1,3
Tun Susdiyanti1, Linar Humaira2, Bambang Supriono3 Program Studi Kehutanan Fakultas Kehutanan, Universitas Nusa Bangsa Bogor. Jl. KH. Sholeh Iskandar Km. 4 Cimanggu Bogor Telp. (0251) 8340217 2 Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Nusa Bangsa Bogor. Jl. KH. Sholeh Iskandar Km. 4 Cimanggu Bogor Telp. (0251) 8340217 1 email:
[email protected] ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bentuk dan implementasi program CSR, persepsi dan kepuasan masyarakat di daerah penyangga Pengelolaan Taman Nasional (PTN) Cianjur Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Data dianalisis menggunakan metode Model Sikap Fishbein dan Customer Satisfaction Indeks (CSI). Sampel penelitian adalah masyarakat daerah penyangga PTN Cianjur. Program CSR dianalisis dari 3 aspek yaitu ekonomi, sosial dan lingkungan. Variabel ekonomi adalah variabel yang berkaitan dengan peningkatan pendapatan masyarakat sebagai hasil dari program CSR. Variabel sosial lebih menekankan pada tersedianya fasilitas umum dan berkurangnya pengangguran serta banyaknya kelompok masyarakat yang terlibat dalam program CSR. Variabel lingkungan berkaitan dengan lingkungan hidup adanya upaya pelestarian lingkungan dan kondisi kesehatan masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan bermitra dengan operator untuk menyalurkan dana CSRnya melalui program adopsi pohon yaitu penanaman pohon sebagai upaya penanaman kembali daerah yang rusak akibat kegiatan PHBM pada waktu status hutan masih hutan produksi, sedangkan program CSR pemberdayaan masyarakat berupa ternak kambing dan kelinci. Persepsi dan kepuasan program CSR dari 3 aspek dinilai masyarakat rendah. Kata Kunci: CSR, Daerah penyangga, Persepsi dan kepuasan, PTN Cianjur, TNGGP
ABSTRACT The purpose of this study was to determine the form and implementation of CSR programs, perceptions and satisfaction of the people in the buffer zone of the National Park Management (PTN) Cianjur National Park of Mount Gede Pangrango. Data were analyzed using the method Attitudes Fishbein Model and Customer Satisfaction Index (CSI). Samples were PTN Cianjur community buffer zone. CSR programs were analyzed from three aspects: economic, social and environmental. Economic variables are variables associated with an increase in people's income as a result of the CSR program. Social variables more emphasis on the availability of public facilities and the reduction of unemployment and the many community groups involved in CSR programs. Environmental variables related to the environment for environmental conservation and public health conditions. The results showed that the company is partnering with operators to channel funds through the program CSR adoption of trees is the planting of trees as replanting damaged areas PHBM activities on forest status while still forest
200
Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8 production, while the CSR empowerment program such as goats and rabbits. Perception and satisfaction CSR program from three aspects assessed people low. Keywords: buffer zones, CSR, perception and satisfaction, , PTN Cianjur, TNGGP PENDAHULUAN Pengelolaan hutan lestari merupakan pengelolaan hutan sesuai dengan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. Pengelolaan hutan lestari meliputi aspek sosial, ekonomi dan lingkungan. Pada saat sekarang pengelolaan sumberdaya hutan sudah dilakukan melalui partisipasi aktif masyarakat desa sekitarnya agar kebutuhan sosial ekonomi serta kelembagaan masyarakat desa dapat dipenuhi. Keberhasilan dalam mengatasi permasalahan sosial ekonomi dan kelembagaan tersebut merupakan salah satu keberhasilan pengelolaan sesuai dengan prinsip Sustainable Forest Management (SFM), dan Community Based Forest Management. Keberhasilan pembangunan kehutanan sangat ditentukan oleh adanya partisipasi masyarakat. Agar masyarakat dapat berperan secara optimal maka diperlukan peningkatan berupa teknis kehutanan, pengetahuan manajerial, kelembagaan maupun akses terhadap teknologi informasi, modal dan pasar. Selain itu keberhasilan suatu pembangunan kehutanan sangat ditentukan oleh adanya partisipasi dari pihak-pihak yang terkait seperti pemerintah, lembaga swadaya masyarakat (LSM), perusahaan dan masyarakat di dalam dan sekitar hutan. Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) adalah salah satu Kawasan Pelestarian Alam (KPA) yang berfungsi sebagai kawasan yang menjaga kelestarian dan keberadaan hutan di kawasan Gunung Gede Pangrango. Kelestarian kawasan ini penting untuk dijaga, karena jasa lingkungan yang diberikan begitu besar dan dapat dirasakan langsung oleh masyarakat yang berada di sekitar kawasan tersebut, seperti masyarakat yang berada di Bogor, Cianjur, dan Sukabumi (Apriono, 2013). Akan tetapi kawasan ini tidak dapat bertahan lama jika tidak dikelola secara baik. Badan Planologi Kehutanan (2008), melaporkan bahwa luas kerusakan hutan di Indonesia sampai tahun 2000 mencapai lebih dari 59 juta Ha, termasuk di dalamnya 4,69 juta Ha hutan konservasi. Pengelolaan Taman Nasional sangat terkait dengan pembangunan daerah penyangga yang ada disekitarnya. Daerah penyangga Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) masuk dalam wilayah kabupaten Bogor, Sukabumi dan Kabupaten Cianjur. Pembangunan daerah penyangga merupakan bagian integral dari pembangunan daerah secara terpadu. Daerah penyangga merupakan kawasan penting sebagai pendukung kawasan konservasi dan merupakan daerah yang sangat potensial untuk dikelola guna mempertahankan kelestarian biodiversitas dan ekosistem taman nasional. Permasalahan dalam pengelolaan TNGGP antara lain: sebagian besar kawasan TNGGP memiliki tutupan lahan ˂ 30% dan adanya tumbuhan jenis Invasive Allien Species (IAS); terdapat penggarap eks PHBM oleh masyarakat setempat dikarenakan adanya perluasan kawasan taman nasional; pengelolaan wisata alam dan pendidikan konservasi yang masih belum optimal, serta keterbatasan sumberdaya pengelola kawasan TNGGP. Permasalahan-permasalahan tersebut menuntut pentingnya dukungan sumberdaya dari pihak lain antara lain dari perusahaan/BUMN melalui program CSR. Sebanyak 78,28% penduduk di daerah penyangga TNGP adalah petani, 41% dari total penduduknya adalah buruh tani. Rasio luas lahan pertanian terhadap jumlah penduduknya kurang dari 0,25 ha. Perusahaan sebagai salah satu pelaku dalam pembangunan ekonomi nasional, sudah selayaknya tidak hanya bertujuan memperoleh keuntungan finansial namun juga perlu berkontribusi bagi masyarakat dan lingkungan di sekitarnya. Sebagaimana yang disebutkan oleh Wibisono (2007) bahwa tanggung jawab perusahaan kepada pemangku kepentingan untuk berlaku etis, meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif yang mencakup aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan (triple bottom line) dalam rangka mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan. Tanggung jawab perusahaan tersebut dewasa ini menggunaan konsep Corporate Social Responsibility (CSR), sebagai bentuk nyata kepedulian perusahaan akan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Dalam pelaksanaan CSR di Indonesia landasan hukum adalah UU No.25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal dan UU No.40 Tahun 2007 Tentang Perseroan terbatas. Program CSR yang telah dilakukan di Pengelolaan Taman Nasional (PTN) wilayah Cianjur antara lain: PT. Mitsubishi, PT. Daikin, PT. Super Wahana Tehno ‘Pristine’, PT. Medco Energy, PT. Toshiba,
201
Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8 PT. Sharp, PT. Yamaha, PWC, DNP, Kompas, Bank BNI, Bank Mandiri dalam pengelolaan taman nasional di TNGP. Peran perusahaan melalui program CSR masih bersifat mandiri, mekanisme dan jenis program sering didasarkan pada kepentingan dan tujuan perusahaan. Perusahaan dan masyarakat yang bermukim di sekitarnya merupakan dua komponen yang saling mempengaruhi. Aktivitas perusahaan tidak dapat dipungkiri memiliki dampak terhadap masyarakat sekitarnya. Dampak tersebut dapat berupa dampak positif (seperti antara lain penciptaan lapangan pekerjaan dan peningkatan ekonomi), maupun dampak negatif (seperti antara lain penurunan kualitas lingkungan dan kesehatan masyarakat). Masyarakat memiliki cara pandang tersendiri mengenai perusahaan. Cara masyarakat sekitar memandang perusahaan tersebut diartikan sebagai persepsi. Program-program CSR yang dilaksanakan seringkali kurang menyentuh akar permasalahan komunitas atau masyarakat yang sesungguhnya. Seringkali pihak perusahaan menganggap telah melakukan program tersebut telah sesuai dengan kebutuhan masyarakat sedangkan masyarakat merasa bahwa program tersebut kurang sesuai dengan kebutuhan yang mereka inginkan. Persepsi dan kepuasan masyarakat penerima program CSR di TNGP masih belum diketahui, sehingga perlu dilakukan penelitian ini. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk 1) Mengetahui bentuk program CSR yang telah dilksanakan di PTN Cianjur, 2). Mengetahui persepsi dan kepuasan masyarakat terhadap program CSR yang telah diikuti.
METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang persepsi dan kepuasan masyarakat terhadap program CSR.Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei yang disajikan secara deskriptif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk menguraikan karakteristik (sifat-sifat) tentang suatu keadaan (Sugiyono, 2010). Metode pengambilan data dilakukan dengan penyebaran kuesioner dan wawancara mendalam terhadap pihak-pihak tertentu yang mengetahui permasalahan ini. Metode pengambilan sampel dilakukan secara purposive (sengaja), dengan memperhatikan lamanya keikutsertaan masyarakat sekitar hutan TNGGP yang mendapat bantuan program CSR. Jumlah sampel dalam penelitian ini diambil sebanyak 37 orang masyarakat yang mengikuti rogram CSR. Selanjutnya data dianalisis dengan menggunakan Metode Sikap Fishbein dan Customer Satisfaction Indeks (CSI)
Operasionalisasi variabel kualitas jasa dapat dilihat pada Tabel 1: Tabel 1 Operasionalisasi Variabel Variabel Ukuran sosial sustainability terdiri dari 3 aspek yaitu :ekonomi, sosial dan lingkungan (triple bottom line ).
Sub Variabel Ekonomi Sosial
Lingkungan
Konsep Sub Variabel Variabel yang berkaitan dengan peningkatan pendapatan dan skill masyarakat sebagai hasil dari program CSR. Variabel yang berkaitan dengan bidang pendidikan, sarana prasarana, peluang usaha, berkurangnya pengangguran Variabel yang berkaitan dengan upaya pelestarian lingkungan dan kesehatan masyarakat
Skala Likert digunakan mengubah data kualitatif menjadi kuantitatif. Untuk mengevaluasi kuesioner apakah pernyataan-pernyataan dalam kuesioner valid dan reliable maka dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Uji validitas dikatakan valid jika batas koefisien korelasi minimal 0,3 (Saifuddin Azwar, 1997) sedangkan uji reliabilitas menunjukan seberapa jauh alat ukur dapat dipercaya atau diandalkan melalui pengujian validitas dan dinyatakan valid. Menurut Arikunto (2002), untuk uji reliabilitas digunakan teknik Alpha Cronbach, dimana suatu instrumen dapat dikatakan handal (reliabel) bila memiliki koefisien keandalan atau alpha sebesar 0,6 atau lebih dan uji reliabilitas menunjukkan koesioner
202
Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8 reliabel. Berdasarkan hasil uji validitas dan reliabilitas menunjukkan bahwa 3 indikator yang menjadi dasar pernyataan kuesioner adalah valid dan reliabel. Model Sikap Fishbein merupakan nama lain dari Attitude Toward Object Model. Model ini digunakan untuk mengidentifikasi bagaimana konsumen (masyarakat) merangkai kepercayaan terhadap atribut suatu produk, sehingga membentuk sikap tentang berbagai objek. Model ini mempunyai asumsi bahwa konsumen (masyarakat) menggunakan pendekatan dimana kepercayaan dapat membentuk satu sikap. Mengingat model ini digunakan untuk mengetahui sikap konsumen (masyarakat), maka model ini juga dikenal dengan Model Sikap Fishbein (Rangkuti, 2003). Cara mengukur sikap dengan menggunakan model ini adalah dengan cara menghitung nilai sikap total (AB): AB =
Dimana:
( )
AB (bi) (ei) n
= Sikap total individu terhadap objek tertentu. = Kekuatan keyakinan konsumen (masyarakat) bahwa objek memiliki atribut i. = Evaluasi keyakinan konsumen (masyarakat) mengenai atribut i. = Jumlah kriteria atribut yang relevan. Data bi dan ei didapat melalui kuesioner yaitu pada varibel keyakinan (persepsi) dan variabel evaluasi (tingkat kepentingan). Berdasarkan hasil tanggapan yang diberikan oleh responden, skala bi dan ei diberi skor mulai -2 sampai +2. Tujuannya adalah untuk memberikan penilaian pada masing-masing atribut, yaitu dari sangat tidak setuju sampai sangat setuju. Selanjutnya dilakukan perhitungan untuk masing-masing atribut dengan rumus sebagai berikut: Atribut X =
2
+ 1 b + 0 c − 1 d − 2(e)
Dimana: a,b,c,d,e = jumlah responden yang menjawab atribut X dengan skor 2,1,0,-1 dan -2. N = jumlah keseluruhan responden. Ada dua kriteria yang harus dipenuhi apabila ingin menggunakan analisis fishbein (Rangkuti, 2003). Kriteria tersebut adalah: 1. Responden menyadari bahwa produk tersebut memiliki atribut yang diinginkan, yaitu apabila memiliki nilai ei positif, maka bi harus positif. 2. Responden menyadari bahwa apabila produk tersebut tidak memiliki atribut yang diinginkan, yaitu apabila memiliki nilai ei negatif, bi harus negatif. Kriteria diatas digunakan untuk menentukan apakah program CSR memiliki atribut yang diinginkan atau tidak, dan juga dapat mengetahui kadar untuk masing-masing atribut. Setelah mengetahui nilai sikap masyarakat terhadap program CSR, selanjutnya adalah membandingkan nilai sikap masyarakat dengan nilai maksimum sikap masyarakat terhadap program CSR. Hal ini dilakukan agar dapat diketahui apakah interpretasi sikap masyarakat terhadap program CSR sudah baik atau belum, nilai sikap maksimum didapatkan dengan mengalikan nilai evaluasi dengan nilai tingkat keyakinan maksimum sebesar +2. Dengan mengetahui nilai sikap maksimum, interpretasi sikap pelanggan (masyarakat) dapat di buat secara proporsional dengan asumsi rentang skor +2 (sangat baik) sampai -2 (sangat buruk), untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 2. Interpretasi Sikap Masyarakat Rentang Skor Rentang Nilai
-2 (Sangat Buruk) -Nilai Sikap Maksimum
-1 (Buruk) -Nilai Sikap Total
0 (ragu-ragu) 0
+1 (Baik) Nilai Sikap Total
+2 (Sangat Baik) Nilai Sikap Maksimum
Sumber : Rangkuti, Measuring Customer Satisfaction Satisfaction, 2003 : 75.
Customer Satisfaction Index (CSI) Hasil pengukuran CSI dapat digunakan sebagai acuan untuk menentukan sasaran dimasa yang akan datang dan digunakan untuk menentukan tingkat kepuasan masyarakat secara menyeluruh. Indeks
203
Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8 kepuasan responden dapat diperoleh dari penghitungan indeks kepuasan pelanggan (Customer Satisfaction Index ). Tanpa adanya indeks kepuasan pelanggan tidak mungkin top management dapat menentukan target dalam peningkatan kepuasan pelanggan. Selain itu indeks juga diperlukan karena proses pengukuran kepuasan pelanggan bersifat kontinus. Menurut Rangkuti (2003) metode indeks kepuasan pelanggan (masyarakat) Customer Satisfaction Index (CSI) merupakan indeks untuk mengukur tingkat kepuasan pelanggan (masyarakat). Manajemen berusaha menggunakan CSI. Adapun kriteria nilai CSI adalah sebagai berikut : Tabel 3. Kriteria Nilai CSI Indeks CSI Kinerja Parameter 90,01 – 100% Excellent (Sangat Puas) 70,01 - 90,00% Satisfied (Puas) 50,01 - 70,00% Average (Biasa) 25,01 - 50,00% Unsatisfied (Tidak Puas) 0 - 25,00% Very Unsatisfied (Sangat Tidak Puas) Sumber: Ariestonandri, Marketing Research for Beginner, 2006
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Model Sikap Fishbein dan Customer Satisfication Indeks (CSI). Pengolahan data dengan menggunakan SPSS dan Software Microsoft Excel 2010. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan RI No. 174/Kpts-II/2003 tanggal 10 Juni 2003 luas kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) dari 15.196 ha bertambah + 7.000 ha menjadi 22.871 ha meliputi wilayah Sukabumi, Bogor dan Cianjur. Sebelumnya, areal perluasan TNGGP merupakan kawasan hutan yang statusnya hutan produksi yang dikelola oleh Perum Perhutani dengan kondisi yang sebagian besar telah mengalami degradasi karena eksploitasi hutan karena statusnya sebagai Hutan Produksi Terbatas juga karena pemanfaatan lahan hutan oleh masyarakat melalui program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM). Wilayah penambahan TNGGP yang berasal dari wilayah Perhutani membawa permasalahan yang cukup kompleks baik masalah sosial maupun ekologi. Kondisi hutan akibat PHBM harus dikembalikan melalui restorasi kawasan hutan. Selain itu aktifitas masyarakat penggarap juga harus dibatasi. Dengan berubahnya status kawasan menjadi kawasan konservasi maka masyarakat tidak boleh lagi melakukan aktifitas bertani seperti pada PHBM. Oleh karena itu program CSR yang masuk wilayah TNGGP harus mengkombinasikan antara program berbasis restorasi kawasan dengan pemberdayaan masyarakat. Kegiatan-kegiatan yang melibatkan CSR di TNGGP berupa Restorasi, pendidikan lingkungan, dan Adopsi Pohon. Program CSR yang ada di TNGGP ditangani oleh lembaga non-pemerintah sebagai operator kegiatan. Kegiatan tersebut difasilitatori beberapa lembaga seperti Green Radio, Perkumpulan Gede Pahala, Concervation International (CI), OISCA, Forpela dan Voluntir PAL. OISCA dan Forpela menjadi operator kegiatan restorasi yang berlokasi di Kabupaten Sukabumi. CI mengelola kegiatan Restorasi di wilayah Kabupaten Bogor dan Sukabumi. Voluntir PAL mengelola kegiatan persemaian 1 juta bibit dan Green Radio mengelola kegiatan Adopsi Pohon di wilayah kabupaten Cianjur. Sedangkan kegiatan pendidikan lingkungan ke sekolah dan kampus di wilayah Sukabumi, Bogor, dan Cianjur dikelola oleh tenaga fungsional Pengendali Ekosistem Hutan (PEH) TNGGP. Karakteristik Responden Responden yang menjadi objek pada penelitian ini adalah masyarakat yang mengikuti program CSR sebanyak 37 orang. Rekapitulasi karakteristik responden yang menjadi sampel sebagai berikut:
204
Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8 Tabel 4. Rekapitulasi Karakteristik Masyarakat No 1 3 4 5 6 7
Karateristik Responden Jenis Kelamin Usia Tingkat Pendidikan Pekerjaan Penghasilan Pendapatan dari CSR
Keriteria Responden Laki-Laki 37- 46 tahun SD/Sederajat Petani Rp. 500.000 – Rp. 1.000.000 < Rp. 500.000,-
Jumlah (Orang) 35 20 31 26 30 30
Persentase (%) 94,59 54,05 83,78 70,27 81,08 81,08
Sumber: Data primer diolah, 2015
Hasil penelitian (Tabel 2) menunjukkan bahwa 94,59 % responden berjenis kelamin laki-laki. Hal ini dikarenakan masyarakat yang mengikuti program PHBM berjenis kelamin laki-laki, sedangkan untuk perempuan hanya bekerja sebagai buruh tani dan ibu rumah tangga. Sebanyak 31 orang atau 83.78 % responden berpendidikan sampai SD. Pekerjaan utama sebagai petani sebanyak 26 orang atau 70,27 %. Penghasilan utama sebagai petani pendapatan per bulan berkisar antara Rp. 500.000 – Rp. 1.000.000,sebanyak 81,08%, sedangkan pendapatan dari program CSR kurang dari Rp. 500.000,-.
Penilaian Sikap Masyarakat Terhadap Kegiatan CSR Analisis sikap masyarakat terhadap atribut-atribut CSR dengan menggunakan Model Sikap Fishbein. Model ini mempunyai asumsi bahwa sikap dapat terbentuk dengan pendekatan standar hierarki efek dimana kepercayaan dapat membentuk satu sikap. Model ini mencakup komponen kekuatan keyakinan (bi) dan komponen evaluasi keyakinan (ei). Penilaian sikap dilakukan dengan skor yang didapatkan dari pengukuran kekuatan keyakinan dan evaluasi keyakinan. Kekuatan keyakinan merupakan penilaian keyakinan yang diberikan masyarakat sebelum mengikuti kegiatan program CSR. Sedangkan evaluasi keyakinan merupakan penilaian keyakinan yang diberikan oleh masyarakat setelah mengikuti kegiatan program CSR. Data Kekuatan keyakinan dan evaluasi keyakinan diperoleh melalui kuesioner yaitu pada kekuatan keyakinan (bi) dan evaluasi keyakinan (ei). Kekuatan keyakinan menggambarkan keyakinan masyarakat untuk terlibat dalam kegiatan CSR yang dilakukan oleh TNGGP. Kekuatan Keyakinan diperoleh dari atribut dari indikator program CSR bagi masyarakat. Masyarakat yang terlibat program CSR melakukan penilaian terhadap kekuatan keyakinan indikator CSR. Indikator CSR yang dievaluasi adalah Ekonomi, Sosial dan Lingkungan. Berikut analisis kekuatan keyakinan Program CSR. Berdasarkan Hasil evaluasi pada Tabel 5, ternyata atribut yang paling diinginkan oleh masyarakat pada program CSR yang dilakukan oleh TNGGP dari segi indikator ekonomi adalah program yang memberikan peningkatan pendapatan, terpenuhinya kebutuhan hidup dan peningkatan kesejahteraan. Pendapatan masyarakat dari pekerjaan utama dan sampingan tidak memiliki ketetapan perbulannya, karena pendapatan dari pekerjaan utama ditentukan oleh banyaknya hasil panen yang mereka dapatkan dan harga jual dari hasil panen tersebut. Sebagian besar masyarakat memiliki rata-rata pendapatan dari pekerjaan utama berkisar antara Rp. 500.000, - 1.000.000,- yang masih dibawah standar nasional menurut Badan Pusat Statistik (BPS). Adanya program CSR memberikan tambahan pendapatan yaitu upah dari kegiatan adopsi pohon (penanaman dan pemeliharaan) serta bantuan ternak, walaupun pada saat penelitian pendapatan dari program CSR masih rendah (kurang dari Rp. 500.000,- per bulan) dikarenakan hasil ternak belum menghasilkan karena belum memenuhi umur untuk dijual, tetapi menurut masyarakat adanya CSR menambah penghasilan sehingga kebutuhan hidup akan terpenuhi dan akan meningkatkan kesejahteraan. Peningkatan pendapatan setelah adanya program CSR belum mampu mencapai Upah Minimum Kabupatan (UMK) Cianjur. UMK Kabupaten Cianjur adalah sebesar Rp 1.600.000 perbulan, sedangkan masyarakat memiliki pendapatan rata-rata Rp 1.000.000 perbulan (Perdana, 2014).
205
Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8 Tabel 5. Hasil evaluasi Program CSR dari Ketiga Aspek NO
ATRIBUT
bi
ei
bi*ei
EKONOMI 1
Kesempatan Kerja
1,07
-1,46
-1,56
2
Peningkatan Pendapatan
0,82
-0,63
-0,52
3
Menambah Ketrampilan
0,9
-1,01
-0,91
4
Terpenuhinya Kebutuhan Hidup
0,74
-0,96
-0,71
5
Peluang Usaha
0,96
-1,21
-1,16
6
Peningkatan Kesejahteraan
0,69
-1,1
-0,76
SOSIAL 1
Peningkatan Sarana Fisik
1,14
-1,42
-1,62
2
Kemajuan Pendidikan
0,64
-0,81
-0,52
3
Kemajuan Bidang Agama
1,02
-1,54
-1,57
4
Menurunkan jumlah pengangguran
0,68
-0,66
-0,45
5
Kemajuan kegiatan Karang taruna
1,09
-0,55
-0,60
LINGKUNGAN 1
Pelestarian Lingkungan
1,08
-0,06
-0,06
2
Kemajuan bidang Kesehatan
1,3
-1,61
-2,09
TOTAL
-14,48
Dari segi indikator sosial program yang paling diinginkan adalah kemajuan pendidikan, dapat menurunkan jumlah pengangguran dan memberikan kemajuan kegiatan Karang taruna. Hasil penelitian menunjukkan, responden mayoritas berpendidikan Sekolah Dasar (SD). Belum adanya sarana dan prasarana pendidikan dekat pemukiman menjadikan banyaknya masyarakat yang mengalami putus sekolah. Awalnya masyarakat menggantungkan kehidupannya dari program PHBM tetapi setelah berubahnya fungsi kawasan menjadi kawasan konservasi mengharuskan masyarakat meninggalkan lahan garapan di wilayah TNGGP, hal ini menyebabkan angka pengangguran bertambah. Dengan adanya program CSR memberi kesempatan masyarakat mendapatkan peluang usaha, sehigga akan menurunkan pengangguran dan mengaktifkan kembali kegiatan karang taruna melalui pengembangan dan penguatan kelembagaan. Sedangkan dari segi indikator lingkungan program yang paling diinginkan adalah program yang memberikan dampak pelestarian lingkungan dan kesehatan masyarakat. Menurut masyarakat dengan adanya program CSR memberikan dampak positif terhadap perubahan mindset masyarakat yang semula menganggap kehidupannya bergantung pada hutan. Sehingga setelah berjalannya program CSR, masyarakat dapat mengurangi aktivitas di sekitar hutan dan berkontribusi terhadap pelestarian kawasan hutan TNGGP dan lingkungan sekitar pemukiman. Program CSR merupakan alternatif mata pencaharian sampingan masyarakat saat ini setalah lahan yang sebelumnya mereka garap beralih menjadi milik TNGGP. Dengan kata lain program tersebut menjadi penengah konflik lahan antara pihak TNGGP dengan masyarakat yang semula menolak keluar dari kawasan hutan. Jadi dapat disimpulkan bahwa masyarakat tertarik untuk terlibat dalam kegiatan program CSR karena program tersebut dirasa memberikan dampak pada pelestarian lingkungan, menurunkan jumlah pengangguran, peningkatan pendapatan, memberikan kemajuan pendidikan,memberikan kemajuan kegiatan karang taruna, terpenuhinya kebutuhan hidup dan peningkatan kesejahteraan. Selanjutnya untuk mengetahui sikap masyarakat terhadap program CSR sudah baik atau belum, perlu dilakukan perbandingan antara nilai total sikap dengan nilai maksimum sikap masyarakat terhadap program CSR. Nilai sikap maksimum didapatkan dengan mengalikan nilai kekuatan keyakinan (bi) maksimum sebesar +2. Hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 6.
206
Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8 Tabel 6. Analisis Sikap Maksimum NO
ATRIBUT
Bi maksimum
ei
AB maksimum
EKONOMI 1
Kesempatan Kerja
2
-1,46
-2,92
2
Peningkatan Pendapatan
2
-0,63
-1,26
3
Menambah Ketrampilan
2
-1,01
-2,02
4
Terpenuhinya Kebutuhan Hidup
2
-0,96
-1,92
5
Peluang Usaha
2
-1,21
-2,42
6
Peningkatan Kesejahteraan
2
-1,1
-2,2
SOSIAL
0
1
Peningkatan Sarana Fisik
2
-1,42
-2,84
2
Sarana Prasarana
2
-1,68
-3,36
3
Kemajuan Pendidikan
2
-0,81
-1,62
4
Kemajuan Bidang Agama
2
-1,54
-3,08
5
Menurunkan jumlah pengangguran
2
-0,66
-1,32
6
Kemajuan kegiatan Karang taruna
2
-0,55
-1,1
LINGKUNGAN
0
1
Pelestarian Lingkungan
2
-0,06
-0,12
2
Kemajuan bidang Kesehatan
2
-1,61
-3,22
TOTAL
-29,4
Sumber : Data Diolah,2015
Berdasar Tabel 6. nilai maksimum sikap sebesar -29,40. Untuk memberikan intrepretasi sikap masyarakat dengan membandingkan antara nilai sikap total dengan nilai sikap maksimum. Menurut Rangkuti (2003) intrepretasi baik atau buruk dapat dibuat secara proporsional, dengan asumsi rentang skor +2 (sangat baik) sampai -2 (sangat buruk), maka didapatkan rentang nilai intrepretasi sikap 29,40 (sangat baik) sampai -29,40 (sangat buruk), dikarenakan nilai total sikap yang diperoleh adalah -14,48, maka nilai ini termasuk dalam kategori buruk. Hal ini dapat dilihat nilai evaluasi keyakinan yang bernilai negatif yang artinya kinerja kegiatan program CSR dinilai masyarakat masih rendah. Dari penilaian yang dilakukan oleh masyarakat penerima program CSR di wilayah PTN Cianjur, tingkat kinerja program CSR yang dikelola oleh Green Radio sebagai operator masih tergolong buruk, yang berarti masyarakat penerima program CSR di wilayah PTN Cianjur kurang puas dengan programprogram yang telah dilaksanakan oleh Green Radio. Program – program yang ada belum mampu memuaskankan masyarakat dapat terjadi karena kurangnnya informasi yang diperoleh masyarakat. Hal tersebut menggambarkan bahwa masyarakat tidak banyak berpartisipasi dalam perencanaan program. Masyarakat masih cenderung menjadi objek dalam pelaksanaan program CSR sedangkan pemberdayaan masyarakat dapat tercapai apabila masyarakat dapat berperan sebagai pelaku program. KESIMPULAN 1.
2.
Bentuk program CSR di daerah penyangga TNGGP Bidang PTN Wilayah Cianjur adalah Program Adopsi Pohon yang bertujuan untuk merehabilitasi kawasan eks-PHBM, dan pemberian bantuan berupa ternak kelinci dan domba. Indeks kepuasan masyarakat (CSI) menunjukkan masyarakat penerima program CSR di wilayah PTN Cianjur kurang puas dengan program-program yang telah dilaksanakan.
207
Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8 UCAPAN TERIMAKASIH Ucapan terima kasih kepada Kepala Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian pada Pengelolaan Taman Nasional (PTN) Wilayah Cianjur.
DAFTAR PUSTAKA Apriyono, Taupik. (2013). Pemberdayaan Masyarakat Pangrango, Resort Sarongge. Institut Pertanian Bogor.
di
Taman Nasional Gunung Gede
Arikunto. (2002). Prosedur Suatu Penelitian: Pendekatan Praktek. Edisi Revisi. Kelima. Jakarta: Rineka Cipta Ariestonandri, Prima. (2006). Marketing Research for Beginner “Panduan Praktis Riset Bagi Pemula. Penerbit C.V Andi Offset: Yogyakarta.
Pemasaran
Azwar, Syarifuddin. (2000). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka Belajar Badan Planologi Kehutanan. (2008). Pemantaun Hutan Indonesia. Kementrian Kehutanan Indonesia. BPS,
(2014). http://skpd.batamkota.go.id/sosial/persyaratan-perizinan/14-kriteria-miskin-menurutstandar-bps/ [diakses tanggal 26 Juni 2015]
Kementerian Kehutanan. (1990). Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Kementrian Kehutanan. Jakarta. Kotler, and Lee. (2005). Coorporate Social Responsibility: Doing the Most Good For Your and Your Cause. John Wiley Sons, Inc. Perdana, A.D. (2014). Daftar UMK Kota/Kabupaten Jawa Barat 2015. http://www.anggadwiperdana.com/daftar-umk-kota-kabupaten-jawa-barat-2015.html
Company Dalam
[diakses 5 Agustus 2015] Pristiyanto, D. (2005). Taman Nasional menurut Ditjen http://www.ditjenphka.go.id/kawasan/tn.php. [diakses tanggal 8 Maret 2015]
PHKA.
Dalam
Rangkuti, Freddy. (2003). Measuring Customer Satisfaction : Gaining Customer Relationship Strategy (Teknik Mengukur dan Strategi Meningkatkan Kepuasan Pelanggan). PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta. Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : ALFABETA. Wibisono, Yusuf. ( 2007). Membedah Konsep dan Aplikasi CSR. Gresik: Facsho Publishing.
208