PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH EDISI 16 KHUSUS AKRUAL
SELAYANG PANDANG PELAPORAN KEUANGAN BERBASIS AKRUAL Oleh: Fitra Riadian dan Komang Ayu Kumaradewi
Pendahuluan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dalam Pasal 32 mengamanatkan bahwa bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD disusun dan disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan. Sesuai dengan amanat Undang-Undang Keuangan Negara tersebut, Pemerintah telah menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Standar Akuntansi Pemerintahan tersebut menggunakan basis kas untuk pengakuan transaksi pendapatan, belanja dan pembiayaan, dan basis akrual untuk pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dana. Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang yang sama, menyatakan bahwa pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual dilaksanakan selambat-lambatnya dalam 5 (lima) tahun, namun hingga tahun 2008 amanat tersebut belum dapat dilaksanakan. Oleh sebab itu, Pemerintah dan DPR membuat kesepakatan bahwa implementasi akuntansi berbasis akrual akan dimulai pada tahun 2015. Salah satu tindak lanjut atas kesepakatan tersebut, pada acara Rapat Kerja Nasional Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah yang diselenggarakan pada tanggal 12 September 2013 telah dideklarasikan kebulatan tekat baik dari Pemerintah
Pusat maupun Pemerintah Daerah akan mensukseskan implementasi akuntansi berbasis akrual pada tahun 2015. Adapun deklarasi dimaksud ditandatangani oleh Menteri Keuangan mewakili penyusun Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP),Menteri Pekerjaan Umum, Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri mewakili penyusun Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga (LKKL), dan Gubernur Provinsi Sulawesi Selatan, Bupati Kabupaten Bondowoso dan Walikota Bandar Lampung mewakili penyusun Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) dengan disaksikan oleh Wakil Presiden Republik Indonesia. Laporan keuangan yang dihasilkan dengan basis Akrual dimaksudkan untuk memberi manfaat lebih baik bagi para pemangku kepentingan, baik para pengguna maupun pemeriksa laporan keuangan pemerintah, yaitu dapat memberikan informasi yang lebih komprehensif, tidak hanya capaian realisasi anggaran, namun juga kinerja pengelolaan keuangan negara. Dasar Hukum Penerapan Pelaporan Keuangan dengan Basis Akrual Perubahan basis akuntansi berakibat pada perlunya perubahan terhadap peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar hukumnya. Selain mengubah basis Sistem Akuntansi Pemerintah dari kas menuju akrual 1
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH EDISI 16 KHUSUS AKRUAL
menjadi akrual, perubahan terhadap peraturan perundang-undangan tersebut sekaligus sebagai penyesuaian terhadap dinamika pengelolaan keuangan negara yang terus berkembang. Dengan demikian, diharapkan proses implementasi akuntansi berbasis akrual pada tahun 2015 dapat berjalan dengan baik.Adapun peraturan perundangundangan yang menjadi dasar hukum penerapan pelaporan keuangan berbasis akrual, antara lain: a.
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah Dalam menyusun Laporan Keuangan dengan menggunakan Akuntansi, diperlukan adanya Standar Akuntansi. Pada tahun 2005, telah dikeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah (SAP), namun masih menggunakan basis Kas Menuju Akrual. Kemudian diterbitkan PP No.71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah yang terdiri dari dua lampiran, yaitu Lampiran I yang berisi SAP Berbasis Akrual dan Lampiran II yang berisi SAP Berbasis Kas Menuju Akrual. Hal ini karena dari tahun 2010 hingga tahun 2014 pemerintah masih dapat menggunakan SAP berbasis Kas Menuju Akrual, dan pada tahun 2015 harus menggunakan SAP Basis Akrual. b. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 213/PMK.05/2013 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat.
Selain memerlukan Standar Akuntansi, dalam menyusun Laporan Keuangan juga diperlukan sistem (cara) dalam menyusun Laporan Keuangan. Untuk itu, diterbitkan PMK No.213/PMK.05/2013 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat berbasis akrual yang mengatur sistem dalam menyusun Laporan Keuangan Bendahara Umum Negara (LK-BUN), Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Instansi (LKKL), Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) dan Laporan Barang Milik Negara (L-BMN), termasuk tata cara rekonsiliasi, reviu atas Laporan Keuangan, dan Pernyataan Tanggung Jawab. Peraturan ini menggantikan PMK No.171/PMK.05/2007 yang mengatur system dalam menyusun Laporan Keuangan dengan basis Kas Menuju Akrual. c. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 214 Tahun 2013 tentang Bagan Akun Standar Peraturan ini berisi tentang segmensegmen Bagan Akun Standar yang menjadi pedoman dalam penyusunan RKA-KL/RDP-BUN, penyusunan DIPA, pelaksanaan anggaran, pelaporan keuangan Pemerintah Pusat, dan proses validasi transaksi keuangan Pemerintah Pusat. d. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 215 Tahun 2013 tentang Jurnal Akuntansi Pemerintah pada Pemerintah Pusat PMK ini berisi tentang jurnal standar dan jurnal detail yang digunakan dalam pencatatan setiap transaksi dalam rangka pelaksanaan dan 2
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH EDISI 16 KHUSUS AKRUAL
pelaporan keuangan pemerintah dengan basis akrual. e. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 219Tahun 2013 tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Pusat Peraturan ini berisi tentang kebijakan akuntansi yang dipilih dan dijadikan pedoman dalam pelaksanaan sistem dan prosedur akuntansi pemerintah pusat yang berbasisakrual. f. Keputusan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor KEP224/PB/2013 tentang Kodefikasi Segmen Akun pada Bagan Akun Standar Keputusan ini berisi daftar kode akun (beserta uraian penjelasannya) yang digunakan dalam implementasi basis akrual. Pada Kepdirjen ini terdapat akun-akun pendapatan dan belanja yang digunakan dalam menyusun Laporan Realisasi Anggaran dan akunakun pendapatan dan beban yang digunakan pada Laporan Operasional. Selain peraturan perundang-undangan yang telah disebutkan di atas, terdapat beberapa dasar hukum penerapan akuntansi berbasis akrual yang akan diterbitkan, antara lain: a. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan mengenai Pelaporan Badan Layanan Umum; b. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan mengenai Pendapatan pada Laporan Operasional; c. Peraturan Menteri Keuangan tentangSistem Akuntansi Hibah, termasuk hibah langsung.
Peranan dan Tujuan Pelaporan Keuangan Mengapa kita harus menyusun laporan keuangan? Karena setiap entitas pelaporan mempunyai kewajiban untuk melaporkan upaya-upaya yang telah dilakukan serta hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatan secara sistematis dan terstruktur dalam bentuk laporan keuangan pada suatu periode pelaporan, untuk kepentingan: 1.
2.
3.
Akuntabilitas Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada entitas pelaporan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara periodik. Manajemen Membantu para pengguna untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan suatu entitas pelaporan dalam periode pelaporan sehingga memudahkan fungsi perencanaan, pengelolaan dan pengendalian atas seluruh aset, kewajiban dan ekuitas pemerintah untuk kepentingan masyarakat. Transparansi Memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada peraturan perundang-undangan.
3
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH EDISI 16 KHUSUS AKRUAL
4.
5.
Keseimbangan antargenerasi (intergenerational equity) Membantu para pengguna dalam mengetahui kecukupan penerimaan pemerintah periode pelaporan untuk membiayai seluruh pengeluaran yang dialokasikan dan apakah generasi yang akan datang diasumsikan akan ikut menanggung beban pengeluaran tersebut. Evaluasi Kinerja Mengevaluasi kinerja entitas pelaporan, terutama dalam penggunaan sumber daya ekonomi yang dikelola pemerintah untuk mencapai kinerja yang direncanakan.
Definisi Basis Akrual Apakah yang dimaksud dengan Basis Akrual? Kerangka Konseptual Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah Lampiran I (KK-PSAP Lamp.I) Paragraf 43 dan 45 menyatakan basis akrual adalah suatu basis yang menyatakan bahwa:
Selain bermanfaat dalam menilai akuntabilitas, laporan keuangan juga harus dapat membantu para penggunanya dalam membuat keputusan, baik keputusan ekonomi, sosial maupun politik. Untuk mencapai kedua tujuan tersebut (akuntabilitas dan pengambilan keputusan), maka penggunaan basis akrual akan lebih membantu apabila dibandingkan dengan menggunakan basis kas menuju akrual karena antara lain: 1.
2.
3.
Basis akrual dapat memberikan gambaran yang utuh atas posisi keuangan pemerintah; Basis akrual dapat menyajikan informasi yang sebenarnya mengenai hak dan kewajiban pemerintah; Basis akrual bermanfaat dalam mengevaluasi kinerja pemerintah terkait biaya jasa layanan, efisiensi dan pencapaian tujuan.
Pendapatan diakui pada saat hak untuk memperoleh pendapatan telah terpenuhi walaupun kas belum diterima di Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau oleh entitas pelaporan. Contoh: Satker ABC memiliki Gedung yang disewa oleh Pihak Ke-III pada tanggal 28 Desember 2015 dengan harga sewa Rp10.000.000,-. Pembayaran diterima oleh Satker ABC dari Pihak Ke-III pada tanggal 3 Januari 2016. Atas transaksi diatas, pada tanggal 28 Desember 2015 telah terpenuhi hak untuk memperoleh pendapatan karena telah diselesaikannya transaksi sewa-menyewa, walaupun kas/pembayarannya belum diterima. Sehingga Satker ABC: o Pada tanggal 28 Desember 2015 (atau pada laporan keuangan tahun 2015) harus mencatat adanya pendapatan sewa sebesar Rp 10.000.000,-. o Pada saat menerima kas/pembayaran pada tanggal 3 Januari 2016, tidak mencatat adanya pendapatan sewa. Beban diakui pada saat kewajiban yang mengakibatkan penurunan nilai kekayaan bersih telah terpenuhi walaupun kas belum dikeluarkan dari 4
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH EDISI 16 KHUSUS AKRUAL
Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau entitas pelaporan. Contoh: Satker ABC menyewa Gedung Pihak Ke-III pada tanggal 28 Desember 2015 dengan harga sewa Rp 20.000.000,-. Satker ABC membayar sewa gedung tersebut pada tanggal 25 Januari 2016. Atas transaksi diatas, pada tanggal 28 Desember 2015 telah terpenuhi kewajiban yang mengakibatkan penurunan nilai kekayaan bersih karena telah diselesaikannya transaksi sewamenyewa, walaupun kas/pembayarannya belum dilakukan. Sehingga Satker ABC: o Pada tanggal 28 Desember 2015 (atau pada laporan keuangan tahun 2015) harus mencatat adanya beban sewa sebesar Rp 20.000.000,- . o Pada saat pembayaran pada tanggal 25 Januari 2016, tidak mencatat adanya beban sewa. Transaksi Pendapatan dan Beban diatas dilaporkan dalam suatu laporan yang dinamakan Laporan Operasional (LO), sehingga disebut sebagai Pendapatan-LO dan Beban-LO. Untuk Neraca, aset, kewajiban dan ekuitas diakui dan dicatat pada saat terjadinya transaksi, atau pada saat kejadian atau kondisi lingkungan berpengaruh pada keuangan pemerintah, tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayar.
Hal ini berbeda bila dibandingkan dengan basis yang kita gunakan sampai
dengan penyusunan Laporan Keuangan tahun 2014, yaitu menggunakan basis kas menuju akrual, yaitu suatu basis yang menyatakan bahwa: (KK-PSAP Lamp II Par.40 & 41)
Pendapatan diakui pada saat kas diterima di Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau oleh entitas pelaporan. Contoh: Satker ABC memiliki Gedung yang disewa oleh Pihak Ke-III pada tanggal 28 Desember 2015 dengan harga sewa Rp 10.000.000,-. Pembayaran diterima oleh Satker ABC dari Pihak KIII pada tanggal 3 Januari 2016. Atas transaksi diatas, pendapatan sewa diakui pada saat kas diterima, yaitu pada tanggal 3 Januari 2016. Sehingga Satker ABC: o Pada tanggal 28 Desember 2015 (atau pada laporan keuangan tahun 2015) tidak mencatat adanya pendapatan sewa. o Pada saat menerima pembayaran pada tanggal 3 Januari 2016, mencatat adanya pendapatan sewa sebesar Rp 10.000.000,-. Belanja diakui pada saat kas dikeluarkan dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau entitas pelaporan. Contoh: Satker ABC menyewa Gedung Pihak Ke-III pada tanggal 28 Desember 2015 dengan harga sewa Rp 20.000.000,-. Satker ABC membayar sewa gedung tersebut pada tanggal 25 Januari 2016. Atas transaksi diatas, belanja sewa diakui pada saat 5
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH EDISI 16 KHUSUS AKRUAL
kas/pembayarannya dilakukan, yaitu pada tanggal 25 Januari 2016. Sehingga Satker ABC: o Pada tanggal 28 Desember 2015 (atau pada laporan keuangan tahun 2015) tidak mencatat adanya beban sewa. o Pada saat melakukan pembayaran pada tanggal 25 Januari 2016, mencatat adanya beban sewa sebesar Rp 20.000.000,-. Pada saat berlakunya basis akrual, pencatatan transaksi pendapatan dan belanja dengan basis diatas masih dilaksanakan dan dilaporkan dalam suatu laporan yang dinamakan Laporan Realisasi Anggaran (LRA), sehingga disebut sebagai Pendapatan-LRA dan Belanja-LRA. Untuk Neraca, pengakuannya adalah sama seperti pada basis akrual.
Komponen Laporan Keuangan Bila dibandingkan dengan akuntansi berbasis kas menuju akrual, terdapat 2 Laporan Keuangan baru pada laporan keuanganberbasis akrual, yaitu Laporan Operasional dan Laporan Perubahan Ekuitas. Dengan demikian komponen laporan keuangan pokok yang disusun oleh KLada 5, yaitu: a. b. c. d. e.
Laporan Realisasi Anggaran Laporan Operasional Laporan Perubahan Ekuitas Neraca Catatan atas Lapran Keuangan
Selain laporan keuangan pokok seperti disebut di atas, entitas pelaporan
wajib menyajikan laporan lain dan/atau elemen informasi akuntansi yang diwajibkan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan. Secara garis besar, masing-masing komponenlaporan keuangan pokok dijelaskan sebagai berikut: a. Laporan Realisasi Anggaran (LRA) Tujuan pelaporan realisasi anggaran adalah memberikan informasi realisasi dan anggaran entitas pelaporan. Perbandingan antara anggaran dan realisasinya menunjukkan tingkat ketercapaian target-target yang telah disepakati antara legislatif dan eksekutif sesuai dengan peraturan perundangundangan. Dengan kata lain, LRA mengungkapkan kegiatan keuangan pemerintah pusat/daerah yang menunjukkan ketaatan terhadap APBN/APBD. Adapun informasi yang tersaji dalam LRA adalah realisasi pendapatan-LRA dan belanja dari suatu entitas pelaporan yang masing-masing diperbandingkan dengan anggarannya. Informasi tersebut berguna bagi para pengguna laporan dalam mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber-sumber daya ekonomi, akuntabilitas dan ketaatan entitas pelaporan terhadap anggaran, karena menyediakan informasi sebagai berikut: 1. Informasi mengenai sumber, alokasi dan penggunaan sumber daya ekonomi; dan 2. Informasi mengenai realisasi anggaran secara menyeluruh yang 6
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH EDISI 16 KHUSUS AKRUAL
peraturan perundang-undangan.
berguna dalam mengevaluasi kinerja pemerintah dalam hal efisiensi dan efektivitas penggunaan anggaran.
Lebih lanjut, LRA akan dijelaskan dalam Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) dan memuat hal-hal yang memengaruhi pelaksanaan anggaran seperti kebijakan fiskal dan moneter, sebab-sebab terjadinya perbedaan yang material antara anggaran dan realisasinya, serta daftar-daftar yang merinci lebih lanjut angka-angka yang dianggap perlu untuk dijelaskan.
LRA juga dapat menyediakan informasi kepada para pengguna laporan tentang indikasi perolehan dan penggunaan sumber daya ekonomi apakah: 1. telah dilaksanakan secara efisien, efektif dan hemat; 2. telah dilaksanakan sesuai dengan anggarannya (APBN/APBD); dan 3. telah dilaksanakan sesuai
Contoh format LRA:
PEMERINTAH PUSAT LAPORAN REALISASI ANGGARAN UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 dan 20X0 (Dalam Rupiah)
NO. 1
Anggaran 20X1
Realisasi 20X1
(%)
Realisasi 20X0
xxx
URAIAN PENDAPATAN
2
PENDAPATAN PERPAJAKAN
3
Pendapatan Pajak Penghas ilan
xxx
xx
xxx
4
Pendapatan Pajak Pertam bahan Nilai dan Penjualan Barang Mewah xxx
xxx
xx
xxx
5
Pendapatan Pajak Bum i dan Bangunan
xxx
xxx
xx
xxx
6
Pendapatan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
xxx
xxx
xx
xxx
7
Pendapatan Cukai
xxx
xxx
xx
xxx
8
Pendapatan Bea Mas uk
xxx
xxx
xx
xxx
9
Pendapatan Pajak Eks por
xxx
xxx
xx
xxx
10
Pendapatan Pajak Lainnya
xxx
xxx
xx
xxx
xxx
xxx
xx
xxx
11
Jum lah Pendapatan Perpajakan (3 (3s s /d/d10) 10)
12 13
PENDAPATAN NEGARA BUKAN PAJAK
14
Pendapatan Sum ber Daya Alam
xxx
xxx
xx
xxx
15
Pendapatan Bagian Pem erintah atas Laba
xxx
xxx
xx
xxx
16
Pendapatan Negara Bukan Pajak Lainnya
xxx
xxx
xx
xxx
Jum lah Pendapatan Negara Bukan(14 Pajak s /d (14 16) s /d 16) xxx
xxx
xx
xxx
17 18 19
PENDAPATAN HIBAH
20
Pendapatan Hibah
21
xxx
Jum lah Pendapatan Hibah (20 s /d 20) (20 s /d 20)
22
xxx
xx
xxx
xxx
xxx
xx
xxx
JUMLAH PENDAPATAN(11 (11 ++ 17 17 ++ 21) 21) xxx
xxx
xx
xxx
23 24
BELANJA
25
BELANJA OPERASI
26
Belanja Pegawai
xxx
xxx
xx
xxx
27
Belanja Barang
xxx
xxx
xx
xxx
28
Bunga
xxx
xxx
xx
xxx
29
Subs idi
xxx
xxx
xx
xxx
30
Hibah
xxx
xxx
xx
xxx
31
Bantuan Sos ial
xxx
xxx
xx
xxx
32
Belanja Lain-lain
xxx
xxx
xx
xxx
xxx
xxx
xx
xxx
xxx
xxx
xx
xxx
33
Jumlah Belanja Operasi (26 s/d 32) (26 s /d 32)
34 35
BELANJA MODAL
36
Belanja Tanah
xxx
xxx
xx
xxx
37
Belanja Peralatan dan Mes in
xxx
xxx
xx
xxx
38
Belanja Gedung dan Bangunan
xxx
xxx
xx
xxx
39
Belanja Jalan, Irigas i dan Jaringan
xxx
xxx
xx
xxx
40
Belanja As et Tetap Lainnya
xxx
xxx
xx
xxx
41
Belanja As et Lainnya
xxx
xxx
xx
xxx
xxx
xx
xxx
xxx
xxx
xx
xxx
42
Jumlah Belanja Modal (36 s/d 41) (36 s /d 41)
43
JUMLAH BELANJA (33 + (33 42) + 42)
xxx
44 45 46
TRANSFER DANA PERIMBANGAN
47
Dana Bagi Has il Pajak
xxx
xxx
xx
xxx
48
Dana Bagi Has il Sum ber Daya Alam
xxx
xxx
xx
xxx
49
Dana Alokas i Um um
xxx
xxx
xx
xxx
50
Dana Alokas i Khus us
xxx
xxx
xx
xxx
xxx
xxx
xx
xxx
51
Jum lah Dana Perim bangan (47 s /d(47 50)s /d 50)
52 53
TRANSFER LAINNYA (disesuaikan dengan program yang ada)
54
Dana Otonom i Khus us
xxx
xxx
xx
xxx
55
Dana Penyes uaian
xxx
xxx
xx
xxx
xxx
xxx
xx
xxx
xxx
xx
xxx
JUMLAH BELANJA (43 + 57) DAN TRANSFER xxx (43xxx + 57)
xx
xxx
SURPLUS / DEFISIT (22 - 58)(22 - 58) xxx
xx
xxx
56 57 58
Jum lah Trans fer Lainnya (54 s /d 55) (54 s /d 55) JUMLAH TRANSFER (51(51 + 56) + 56)
xxx
59 60
xxx
7
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH EDISI 16 KHUSUS AKRUAL
(Dalam Rupiah) Anggaran Realisasi 20X1 20X1 NO. 61
(%)
Realisasi 20X0
URAIAN PEMBIAYAAN
62
PENERIMAAN
63
PENERIMAAN PEMBIAYAAN DALAM NEGERI
64
Penggunaan SAL
xxx
xxx
xx
xxx
65
Penerimaan Pinjaman Dalam Negeri - Sektor Perbankan
xxx
xxx
xx
xxx
66
Penerimaan Pinjaman Dalam Negeri - Obligasi
xxx
xxx
xx
xxx
67
Penerimaan Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya
xxx
xxx
xx
xxx
68
Penerimaan dari Divestasi
xxx
xxx
xx
xxx
69
Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Negara xxx
xxx
xx
xxx
70
Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Daerah xxx
xxx
xx
xxx
xxx
xx
xxx
71
Jumlah Penerimaan Pembiayaan Dalam (64 s/dNegeri 70) (64xxx s/d 70)
72 73
PENERIMAAN PEMBIAYAAN LUAR NEGERI
74
Penerimaan Pinjaman Luar Negeri
xxx
xxx
xx
xxx
75
Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Lembaga Internasionalxxx
xxx
xx
xxx
xxx
xx
xxx
xxx
xx
xxx
76
Jumlah Penerimaan Pembiayaan Luar (74 s/d Negeri 75) (74 s/d xxx 75)
77
JUMLAH PENERIMAAN (71 PEMBIAYAAN + 76) (71 xxx+ 76)
78 79
PENGELUARAN
80
PENGELUARAN PEMBIAYAAN DALAM NEGERI
81
Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Sektor Perbankan xxx
xxx
xx
xxx
82
Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Obligasi
xxx
xxx
xx
xxx
83
Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya
xxx
xxx
xx
xxx
84
Pengeluaran Penyertaan Modal Pemerintah (PMP)
xxx
xxx
xx
xxx
85
Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Negara
xxx
xxx
xx
xxx
86
Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Daerah
xxx
xxx
xx
xxx
xxx
xx
xxx
87
Jumlah Penerimaan Pembiayaan Dalam (81 s/dNegeri 86) (81xxx s/d 86)
88 89
xxx
xxx
xx
xxx
90
Pembayaran Pokok Pinjaman Luar Negeri
xxx
xxx
xx
xxx
91
Pemberian Pinjaman kepada Lembaga Internasional
xxx
xxx
xx
xxx
xxx
xx
xxx
93
JUMLAH PENGELUARAN (87 PEMBIAYAAN + 92) xxx (87 + 92) xxx
xx
xxx
94
PEMBIAYAAN (77NETO - 93) (77 - 93) xxx
xxx
xx
xxx
xxxx
xx
xxxx
92
PENGELUARAN PEMBIAYAAN LUAR NEGERI
Jumlah Pengeluaran Pembiayaan Luar (90 s/d Negeri 91) (90 xxx s/d 91)
95 96
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (62 + 94)
Apabila dibandingkan dengan LRA pada saat memberlakukan basis kas menuju akrual, perbedaannya adalah dalam LRA pada saat memberlakukan basis akrual tidak ada lagi pencatatan atas pendapatan non kas dan belanja non kas. LRA hanya mencatat transaksi kas, transaksi non kas dicatat dalam Laporan Operasional. Contoh transaksi non kas adalah pendapatan hibah dalam bentuk barang yang tidak akan dicatat sebagai pendapatan pada LRA namun dicatat sebagai pendapatan hibah pada LO.
(62 + 94)
xxxx
b. Laporan Operasional (LO) Tujuan pelaporan operasi adalah memberikan informasi tentang kegiatan operasional keuangan yang tercerminkan dalam pendapatan-LO, beban, dan surplus/defisit operasional dari suatu entitas pelaporan. Di samping melaporkan kegiatan operasional, LO juga melaporkan transaksi keuangan dari kegiatan non-operasional dan pos luar biasa yang merupakan transaksi di luar tugas dan fungsi utama entitas. 8
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH EDISI 16 KHUSUS AKRUAL
LO menyajikan ikhtisar sumber daya ekonomi yang menambah ekuitas dan penggunaannya yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah untuk kegiatan penyelenggaraan pemerintahan dalam satu periode pelaporan. Pengguna laporan membutuhkan Laporan Operasional dalam mengevaluasi pendapatan-LO dan beban untuk menjalankan suatu unit atau seluruh entitas pemerintahan, sehingga LO menyediakan informasi: 1. mengenai besarnya beban yang harus ditanggung oleh pemerintah untuk menjalankan pelayanan; 2. mengenai operasi keuangan secara menyeluruh yang berguna dalam mengevaluasi kinerja pemerintah dalam hal efisiensi, efektivitas, dan kehematan perolehan dan penggunaan sumber daya ekonomi; 3. yang berguna dalam memprediksi pendapatan-LO yang akan
diterima untuk mendanai kegiatan pemerintah pusat dan daerah dalam periode mendatang dengan cara menyajikan laporan secara komparatif; dan 4. mengenai penurunan ekuitas (bila defisit operasional), dan pengingkatan ekuitas (bila surplus operasional). LO disusun untuk melengkapi pelaporan dari siklus akuntansi berbasis akrual (full accrual accounting cycle) sehingga penyusunan LO, Laporan Perubahan Ekuitas, dan Neraca mempunyai keterkaitan yang dapat dipertanggungjawabkan. Contoh format LO:
PEMERINTAH PUSAT LAPORAN OPERASIONAL UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 dan 20X0 (Dalam rupiah)
No
URAIAN
20x1
20x 0
Kenaik an/
(%)
KEGIATAN OPERASIONAL 1 PENDAPATAN 2
PENDAPATAN PERPAJAKAN
3
Pendapatan Pajak Penghasilan
xxx
xxx
xxx
xxx
4
Pendapatan Pajak Pertambahan Nilai dan Penjualan Barang Mewah
xxx
xxx
xxx
xxx
5
Pendapatan Pajak Bumi dan Bangunan
xxx
xxx
xxx
xxx
6
Pendapatan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
xxx
xxx
xxx
xxx
7
Pendapatan Cukai
xxx
xxx
xxx
xxx
8
Pendapatan Bea Masuk
xxx
xxx
xxx
xxx
9
Pendapatan Pajak Ekspor
xxx
xxx
xxx
xxx
Pendapatan Pajak Lainnya
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
10 11
Jumlah Pendapatan Perpajakan ( 3 s/d 10 )
12 13
PENDAPATAN NEGARA BUKAN PAJAK
14
Pendapatan Sumber Daya Alam
xxx
xxx
xxx
xxx
15
Pendapatan Bagian Pemerintah atas Laba
xxx
xxx
xxx
xxx
16
Pendapatan Negara Bukan Pajak Lainnya
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
17
Jumlah Pendapatan Negara Bukan Pajak (14 s/d 16)
18 19
PENDAPATAN HIBAH
20
Pendapatan Hibah
21 22
Jumlah Pendapatan Hibah (20) JUMLAH PENDAPATAN (11 + 17 + 21)
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
9
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH EDISI 16 KHUSUS AKRUAL
23 24 BEBAN 25
Beban Pegawai
xxx
xxx
xxx
xxx
26
Beban Persediaan
xxx
xxx
xxx
xxx
27
Beban Jasa
xxx
xxx
xxx
xxx
28
Beban Pemeliharaan
xxx
xxx
xxx
xxx
29
Beban Perjalanan Dinas
xxx
xxx
xxx
xxx
30
Beban Bunga
xxx
xxx
xxx
xxx
31
Beban Subsidi
xxx
xxx
xxx
xxx
32
Beban Hibah
xxx
xxx
xxx
xxx
33
Beban Bantuan Sosial
xxx
xxx
xxx
xxx
34
Beban Penyusutan
xxx
xxx
xxx
xxx
35
Beban Transfer
xxx
xxx
xxx
xxx
36
Beban Lain-lain
xxx
xxx
xxx
xxx
JUMLAH BEBAN (25 s/d 36)
xxx
xxx
xxx
xxx
SURPLUS/DEFISIT DARI KEGIATAN OPERASIONAL (22-37)
xxx
xxx
xxx
xxx
37 38 39 40 41 KEGIATAN NON OPERASIONAL 42
Surplus Penjualan Aset Nonlancar
xxx
xxx
xxx
xxx
43
Surplus Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang
xxx
xxx
xxx
xxx
44
Defisit Penjualan Aset Nonlancar
xxx
xxx
xxx
xxx
45
Defisit Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang
xxx
xxx
xxx
xxx
46
Surplus/Defisit dari Kegiatan Non Operasional Lainnya
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
47
JUMLAH SURPLUS/DEFISIT DARI KEGIATAN NON OPERASIONAL(42 s/d 46)
48
SURPLUS/DEFISIT SEBELUM POS LUAR BIASA (39 + 47)
49 50 POS LUAR BIASA 51
Pendapatan Luar Biasa
xxx
xxx
xxx
xxx
52
Beban Luar Biasa
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
53 54
POS LUAR BIASA (51-52) SURPLUS/DEFISIT-LO (48+53)
c. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE) LPE merupakan komponen laporan keuangan yang menyajikan sekurangkurangnya pos-pos ekuitas awal, surplus/defisit-LO pada periode bersangkutan, koreksi-koreksi yang langsung menambah/mengurangi ekuitas, dan ekuitas akhir. Koreksikoresksi yang langsung menambah/mengurangi ekuitas, antara lain berasal dari dampak kumulatif yang disebabkan oleh perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi kesalahan mendasar, misalnya: 1. Koreksi kesalahan mendasar dari persediaan yang terjadi pada periode-periode sebelumnya;
2. Perubahan nilai aset tetap karena revaluasi aset tetap. Untuk pemerintah pusat, dalam LPE ditambahkan pos transaksi antar entitas, yaitu akun Diterima dari Entitas Lain dan Ditagihkan ke Entitas Lain. Akun Diterima dari Entitas Lain berfungsi sebagai akun lawan transaksi penyetoran PNBP ke Kas Negara atau penerimaan aset dari entitas lain, sedangkan akun Ditagihkan ke Entitas Lain berfungsi sebagai akun lawan transaksi belanja (terbitnya SP2D) atau transfer aset ke entitas lain. Contoh format LPE:
10
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH EDISI 16 KHUSUS AKRUAL
d. Neraca Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu. Unsur yang dicakup oleh neraca tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumbersumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya. Aset dapat diklasifikasikan ke dalam aset lancar dan aset nonlancar. Suatu aset diklasifikasikan sebagai aset lancar jika diharapkan segera dapat direalisasikan atau dimiliki untuk dipakai atau dijual dalam waktu 12 bulan sejak tanggal pelaporan. Aset yang tidak dapat dimasukkan dalam kriteria tersebut
diklasifikasikan sebagai aset nonlancar. Aset lancar meliputi kas dan setara kas, investasi jangka pendek, piutang, dan persediaan. Sedangkan aset nonlancar meliputi investasi jangka panjang, aset tetap, dana cadangan, dan aset lainnya. 2. Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah. Dengan kata lain, pemerintah mempunyai kewajiban masa kini yang dalam penyelesaiannya mengakibatkan pengorbanan sumber daya ekonomi di masa yang akan datang. Kewajiban dikelompokkan ke dalam kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang. Kewajiban jangka pendek merupakan kelompok kewajiban yang diselesaikan dalam waktu kurang dari dua belas setelah tanggal pelaporan. Sedangkan kewajiban jangka panjang adalah kelompok kewajiban yang penyelesaiannya dilakukan setelah 12 (dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan.
11
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH EDISI 16 KHUSUS AKRUAL
3. Ekuitas adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara aset dan kewajiban pemerintah pada tanggal laporan.
Saldo ekuitas di Neraca berasal dari saldo akhir ekuitas pada Laporan Perubahan Ekuitas. Contoh format Neraca:
PEMERINTAH PUSAT NERACA PER 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44
Uraian
(Dalam Rupiah) 20X1 20X0
ASET ASET LANCAR Kas di Bank Indonesia Kas di Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Kas di Bendahara Pengeluaran Kas di Bendahara Penerimaan Investasi Jangka Pendek Piutang Pajak Piutang Penerimaan Negara Bukan Pajak Penyisihan Piutang Beban Dibayar Dimuka Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Negara Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Daerah Bagian Lancar Pinjaman kepada Lembaga Internasional Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi Piutang Lainnya Persediaan Jumlah Aset Lancar (4 s/d 19) INVESTASI JANGKA PANJANG Investasi Nonpermanen Pinjaman Jangka Panjang Dana Bergulir Investasi dalam Obligasi Investasi dalam Proyek Pembangunan Investasi Nonpermanen Lainnya Jumlah Investasi Nonpermanen (24 s/d 28) Investasi Permanen Penyertaan Modal Pemerintah Investasi Permanen Lainnya Jumlah Investasi Permanen (31 s/d 32) Jumlah Investasi Jangka Panjang (29 + 33) ASET TETAP Tanah Peralatan dan Mesin Gedung dan Bangunan Jalan, Irigasi, dan Jaringan Aset Tetap Lainnya Konstruksi Dalam Pengerjaan Akumulasi Penyusutan Jumlah Aset Tetap (37 s/d 43)
xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx (xxx) xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx
xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx (xxx) xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx
xxx xxx xxx xxx xxx xxx
xxx xxx xxx xxx xxx xxx
xxx xxx xxx xxx
xxx xxx xxx xxx
xxx xxx xxx xxx xxx xxx (xxx) xxx
xxx xxx xxx xxx xxx xxx (xxx) xxx
12
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH EDISI 16 KHUSUS AKRUAL
46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77
ASET LAINNYA Tagihan Penjualan Angsuran Tuntutan Ganti Rugi Kemitraan dengan Pihak Ketiga Aset Tak Berwujud Aset Lain-Lain Jumlah Aset Lainnya (47 s/d 51)
xxx xxx xxx xxx xxx xxx
xxx xxx xxx xxx xxx xxx
xxxx
xxxx
KEWAJIBAN JANGKA PENDEK Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK) Utang Bunga Bagian Lancar Utang Jangka Panjang Pendapatan Diterima Dimuka Utang Belanja Utang Jangka Pendek Lainnya Jumlah Kewajiban Jangka Pendek (59 s/d 64)
xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx
xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx
KEWAJIBAN JANGKA PANJANG Utang Luar Negeri Utang Dalam Negeri - Sektor Perbankan Utang Dalam Negeri - Obligasi Premium (Diskonto) Obligasi Utang Jangka Panjang Lainnya Jumlah Kewajiban Jangka Panjang (68 s/d 72) JUMLAH KEWAJIBAN (65+73)
xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx
xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx
xxx xxxx
xxx xxxx
JUMLAH ASET (20+34+44+52) KEWAJIBAN
EKUITAS EKUITAS JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA (74+77)
78
79
Apabila dibandingkan dengan Neraca pada saat memberlakukan basis kas menuju akrual, perbedaannya adalah dalam Neraca pada saat memberlakukan basis akrual hanya terdapat satu pos Ekuitas, tidak ada lagi pos Diinvestasikan dalam Aset Lancar, Diinvestasikan dalam Aset Tetap, Cadangan Piutang dsb. e. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) Laporan keuangan mungkin mengandung informasi yang dapat mempunyai potensi kesalahpahaman di antara pembacanya. Kesalahpahaman tersebut dapat disebabkan oleh persepsi pembaca
laporan keuangan. Pembaca yang terbiasa dengan orientasi anggaran, mempunyai potensi kesalahpahaman dalam memahami konsep akuntansi akrual. Pembaca yang terbiasa dengan laporan keuangan komersial, cenderung melihat laporan keuangan pemerintah seperti laporan keuangan perusahaan. Oleh karena itu, untuk menghindari kesalahpahaman tersebut, atas sajian laporan keuangan, harus dibuat CaLK yang berisi informasi untuk memudahkan pengguna dalam memahami laporan keuangan. Selain itu, tujuan penyajian CaLK adalah untuk meningkatkan transparansi laporan. 13
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH EDISI 16 KHUSUS AKRUAL
CaLK meliputi penjelasan atau rincian dari angka yang tertera dalam LRA, LO, LPE, dan Neraca. CaLK juga mencakup informasi tentang kebijakan akuntansi yang dipergunakan oleh entitas pelaporan dan informasi lain yang diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan serta ungkapan-ungkapan yang diperlukan dalam menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar. CaLK mengungkapkan/menyajikan/menyed iakan hal-hal sebagai berikut: 1. Mengungkapkan informasi umum tentang entitas pelaporan dan entitas akuntansi; 2. Menyajikan informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan dan ekonomi makro; 3. Menyajikan ikhtisar pencapaian target keuangan selama tahun pelaporan berikut kendala dan hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target; 4. Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakankebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksitransaksi dan kejadian-kejadian penting lainnya; 5. Menyajikan rincian dan penjelasan masing-masing pos yang disajikan pada lembar muka laporan keuangan; 6. Mengungkapkan informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan yang belum disajikan dalam
7.
lembar muka laporan keuangan; dan Menyediakan informasi lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar, yang tidak disajikan dalam lembar muka laporan keuangan.
Siklus Akuntansi Akrual Sebagaimana diuraikan diatas, terdapat lima laporan yang disusun. Dari kelima laporan tersebut terdapat keterkaitan (siklus) diantara laporanlaporan tersebut. Siklus tersebut terjadi diantara LO, LPE dan Neraca sebagai berikut:
Transaksi Operasional (PendapatanLO dan Beban-LO), Transaksi Non Operasional (Keuntungan/Kerugian Penjualan Aset Tetap) dan Transaksi Luar Biasa dicatat pada Laporan Operasional. Penjumlahan dari transaksi-transaksi diatas menjadi nilai akhir Laporan Operasional dengan nama “Surplus/Defisit LO”. Nilai “Surplus/Defisit LO” akan menjadi salah satu nilai pada Laporan Perubahan Ekuitas (LPE). Pada LPE, “Surplus/Defisit LO” akan dijumlahkan dengan transaksi lain pada LPE yaitu Ekuitas Awal, Koreksi dan Transaksi Antarentitas yang akan menjadi nilai akhir LPE dengan nama “Ekuitas Akhir”. Nilai “Ekuitas Akhir” dari LPE akan menjadi Nilai Ekuitas pada Neraca. Pada Neraca Akrual, hanya terdapat satu akun pada pos Ekuitas, yaitu “Ekuitas”.
14
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH EDISI 16 KHUSUS AKRUAL
Khusus transaksi DIPA maupun Revisi DIPA, hanya akan dicatat pada LRA sebagai pagu. Transaksi DIPA tidak dicatat baik pada LO, LPE maupun Neraca. Aplikasi Dalam Menyusun Keuangan Basis Akrual
Laporan
Sebagaimana penyusunan laporan keuangan sampai dengan tahun 2014 yang berbasis kas menuju akrual, penyusunan laporan keuangan dilaksanakan dengan menggunakan aplikasi komputer yang dikeluarkan oleh Kementerian Keuangan.Pada tahun 2015, sistem yang digunakan dalam menyusun laporan keuangan berbasis akrual tetap menggunakan Sistem Akuntansi Instansi (SAI) yang terdiri dari Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK-BMN) dan Sistem Akuntansi Keuangan (SAK). Aplikasi yang digunakan pada masing-masing subsistem tersebut adalah:
SIMAK-BMN: terdiri dari Aplikasi Persediaan dan Aplikasi SIMAK-BMN; SAK: terdiri dari Aplikasi Sistem Akuntansi Instansi Berbasis Akrual (SAIBA), SAIBA-W, SAIBA-E1 dan SAIBA-KL.
Sekilas Aplikasi SAIBA Pada dasarnya aplikasi SAIBA adalah pengembangan dari aplikasi SAKPA. Pengembangan yang dilakukan adalah:
Sesuai dengan komponen laporan keuangan yang harus disusun berdasarkan basis akrual, maka Aplikasi SAIBA dapat menghasilkan LO
dan LPE, selain menghasilkan LRA dan Neraca. Dalam rangka menghasilkan laporanlaporan tersebut, maka dalam aplikasi SAIBA terdapat tambahan menu transaksi, yaitu menu Jurnal Penyesuaian. Menu ini digunakan untuk meng-input transaksi-transaksi yang melibatkan akun-akun akrual, seperti: o Pendapatan Diterima diMuka; o Pendapatan yang Masih Harus Diterima; o Beban Dibayar diMuka; o Beban yang Masih Harus Dibayar; o Beban Persediaan; o Beban Penyisihan Piutang; dan o Beban Penyusutan;
Sedangkan tata cara penggunaan aplikasi SAIBA pada dasarnya sama dengan aplikasi SAKPA, yaitu: 1. Input dokumen sumber (DIPA, Revisi DIPA, SPM, SP2D, SSBP dan SSPB) 2. Input jurnal Neraca 3. Input Jurnal Penyesuaian 4. Posting 5. Cetak Laporan-Laporan Sistem Aplikasi Instansi (SAKTI)
Keuangan
Tingkat
Saat ini, Kementerian Keuangan tengah mengembangkan Sistem Aplikasi Keuangan Tingkat Instansi atau yang disingkat SAKTI. Aplikasi ini adalah suatu aplikasi yang mencatat, mengolah dan menghasilkan laporan-laporan atas seluruh transaksi keuangan yang ada pada kementerian negara/lembaga dalam 1 (satu) aplikasi yaitu:
15
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH EDISI 16 KHUSUS AKRUAL
Transaksi penganggaran, mulai dari RKA-KL sampai menjadi DIPA dan Revisinya; Transaksi kas pada Bendahara mulai dari Uang Persediaan, Kas Lainnya di Bendahara, penerimaan dan penyetoran PNBP/Pajak hingga dihasilkan Laporan pertanggungjawabannya; Transaksi Komitmen seperti pencatatan Surat Perintah Kerja (SPK) dan Kontrak serta pengawasannya; Transaksi pembayaran yang meliputi SPP, SPM hingga pencatatan SP2Dnya; Transaksi Aset yaitu pencatatan Persediaan dan Aset tetap/Aset lainnya hingga dihasilkan laporan BMN-nya; Transaksi Akuntansi dan Pelaporan Keuangan yang melakukan jurnaljurnal penyesuaian, posting dan menghasilkan laporan keuangan yang telah berbasis akrual.
aplikasi, maka tidak ada lagi perbedaan data antar aplikasi yang selama ini kerap terjadi. Misalnya, data pagu DIPA yang selama ini dimungkinkan terdapat perbedaan diantara aplikasi RKAKL/DIPA, SPM dan SAKPA. Dengan SAKTI, perbedaan tersebut tidak terjadi lagi. Pada saat aplikasi SAKTI diterapkan, maka dalam penyusunan laporan keuangan tidak lagi menggunakan aplikasi SAIBA, tetapi menggunakan aplikasi SAKTI.
Dengan disatukannya semua transaksi tersebut dalam 1 (satu) aplikasi, maka diharapkan terjadi:
Efisiensi yaitu tidak terjadinya pengulangan input data yang sama pada beberapa aplikasi. Misalnya, paguDIPA yang selama ini di-input 3 (tiga) kali yaitu dalam aplikasi RKA-KL, SPM dan SAKPA. Dengan disatukannya dalam satu aplikasi, maka data pagu cukup di-input padamodul RKAKL/DIPA saja, pada SPM dan akuntansi otomatis data tersebut akan terisi. Akurasi pencatatan dan pelaporan yang lebih baik. Dengan disatukannya
16
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH EDISI 16 KHUSUS AKRUAL
Konversi Laporan Keuangan Berbasis Kas Menuju Akrual Menjadi Laporan Keuangan Berbasis Akrual: Sebuah Alternatif di Masa Transisi Oleh: Kadek Eriksiawan
1.
Pendahuluan
berlaku selama masa transisi bagi entitas
Salah satu bagian dari reformasi
yang belum siap untuk menerapkan
keuangan negara adalah reformasi di
akuntansi basis akrual sampai dengan
bidang akuntansi pemerintahan yaitu
jangka waktu yang paling lama 4 (empat)
perubahan dari
akuntansi kas
tahun setelah tahun anggaran 2010. Hal
menjadi basis akuntansi akrual. Dengan
ini berarti bahwa implementasi akuntansi
perubahan ini, diharapkan akan dapat
akrual sudah harus diimplementasikan
meningkatkan
pada tahun 2015.
akuntabilitas
basis
transparansi pengelolaan
dan keuangan
Namun perubahan sebuah sistem
negara serta mengikuti international best
akuntansi tidaklah semudah membalikkan
practices yang disesuaikan dengan kondisi
telapak
di Indonesia.
memerlukan
tahapan-tahapan
panjang
melelahkan.
Hal ini sejalan dengan peraturan perundang-undangan
di
tangan.
dan
Setiap
perubahan yang
Perubahan
bidang
memerlukan penyediaan prasana fisik,
pengelolaan keuangan negara. UU No. 17
peraturan yang mendukung, sumber daya
Tahun 2003 dalam Pasal 36 ayat
(1)
manusia yang kompeten, sistem informasi
disebutkan bahwa ketentuan mengenai
dan yang terpenting kemauan serta
pengakuan dan pengukuran pendapatan
dukungan pimpinan dalam mengawal
dan belanja berbasis akrual dilaksanakan
proses perubahan ini.
selambat-lambatnya dalam 5 (lima) tahun.
Selain
itu,
proses
perubahan
Selanjutnya, PP No. 71 Tahun 2010
terkadang tidak berjalan sesuai dengan
tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
yang telah direncanakan baik karena
menyatakan bahwa SAP berbasis kas
kendala intern maupun ekstern entitas.
menuju akrual/cash toward accrual (CTA)
Salah satu kemungkinan penyebabnya
17
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH EDISI 16 KHUSUS AKRUAL
adalah belum selesainya sistem informasi
dan kekurangannya serta jenis laporan
atau aplikasi yang menjadi komponen
yang dihasilkan, kemudian akan dibahas
terpenting
faktor-faktor
dalam
perubahan
sistem
yang
mendukung
akuntansi kas menuju akrual ke sistem
keberhasilan pelaksanaan konversi sistem
akuntansi akrual.
akuntansi ini, serta yang terakhir yaitu
Berbagai
alternatif
hendaknya
langkah-langkah dalam konversi laporan
disiapkan untuk mengantisipasi apabila
keuangan akuntansi CTA ke laporan
pengembangan sebuah sistem akuntansi
keuangan akuntansi akrual.
tidak berjalan sesuai rencana. Misalnya,
2.
sistem belum selesai sesuai dengan waktu yang
direncanakan,
belum
siapnya
Basis Akuntansi Basis Akutansi adalah prinsip-prinsip
akuntansi
yang
menentukan
kapan
infrastrusktur untuk implementasi sistem
pengaruh atas transaksi atau kejadian
atau kendala-kendala lainnya. Dengan
harus diakui untuk tujuan pelaporan
demikian,
yang
keuangan. Jenis dan kualitas informasi
berjalan sesuai
yang dihasilkan dalam suatu sistem
dengan yang direncanakan namun tetap
akuntansi akan ditentukan oleh basis
dapat dihasilkan laporan keuangan sesuai
akuntansi yang dianut oleh suatu entitas.
dengan amanat peraturan perundang-
Secara
undangan. Dan perlu dipahami bahwa
akuntansi yaitu basis kas dan basis akrual.
solusi alternatif adalah bukan merupakan
Namun dalam prakteknya berkembang
sistem utama yang dikembangkan dan
basis
tentunya kekurangan-kekurangan minor
modifikasi antara basis kas dan akrual
tidak bisa dihindari.
antara lain basis kas modifikasian, akrual
meskipun
dikembangkan belum
sistem
umum
terdapat
pencatatan
dua
yang
basis
merupakan
Dalam tulisan ini, akan diuraikan
modifikasian, termasuk basis kas menuju
salah satu alterntif dalam implementasi
akrual (cash toward accrual). Basis yang
akuntansi
dianut
akrual.
Alternatif
tersebut
oleh
suatu
entitas
biasanya
adalah melalui konversi laporan keuangan
ditentukan antara lain oleh informasi yang
yang dihasilkan oleh sistem akuntansi CTA
dibutuhkan, sumber daya yang dimiliki,
menjadi laporan keuangan dengan basis
dan regulasi yang berlaku.
akrual. Pada awal tulisan akan dijelaskan tentang basis akuntansi beserta kelebihan
Sampai dengan saat
ini
hampir
seluruh entitas pelaporan baik pada
18
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH EDISI 16 KHUSUS AKRUAL
Pemerintah Pusat maupun Pemerintah
neraca. Kedua, informasi yang disajikan
Daerah
mengimplementasikan
cukup memadai baik untuk akuntabilitas
akuntansi berbasis kas menuju akrual.
pelaksanaan APBN/D yaitu LRA dan neraca
Akuntansi berbasis kas menuju akrual
yang menggambarkan posisi keuangan
adalah basis akuntansi yang mengakui
entitas.
masih
pendapatan dan beban dalam basis kas
Namun demikian, basis kas menuju
serta mencatat aset, kewajiban, dan
akrual juga tidak lepas dari kelemahan-
ekuitas berdasarkan basis akrual. Dengan
kelemahan.
basis akuntansi ini dihasilkan Laporan
berguna dalam pengambilan keputusan
Realiasasi
tidak
Anggaran
(LRA)
yang
Pertama,
lengkap
karena
informasi
belum
yang
dapat
memberikan informasi mengenai sumber-
menyajikan informasi terkait kinerja dan
sumber pendapatan dan belanja yang
perubahan ekuitas suatu entitas. Kedua,
dikeluarkan untuk membiayai program-
kekurangakuratan
programnya yang dibandingkan dengan
dalam neraca, hal ini disebabkan karena
anggaran yang telah ditetapkan oleh
neraca yang dihasilkan tidak melalui siklus
DPR/DPRD. Di samping itu juga dihasilkan
akuntansi yang utuh.
neraca
yang
memberikan
gambaran
Implementasi
penyajian
informasi
akuntansi
berbasis
kondisi keuangan entitas pada tanggal
akrual lebih sulit dibandingkan dengan
pelaporan.
akuntansi kas menuju akrual. Akuntansi
Basis akuntansi kas menuju akrual mempunyai
beberapa
kelebihan
dan
akrual lebih banyak melibatkan prinsipprinsip dan kebijakan-kebijakan akuntansi.
kekurangan dibandingkan dengan basis
Selanjutnya,
akuntansi akrual. Kelebihannya antara
proses penyusunan laporan keuangannya
lain,
laporan
dilakukan dengan siklus akuntansi yang
keuangan relatif mudah. Pendapatan
utuh guna menjamin keintegrasian dan
hanya akan dicatat apabila terdapat
keakuratan informasi yang dihasilkan.
transaksi kas masuk dan belanja dicatat
Selain itu, membutuhkan sistem informasi
pada saat ada transaksi kas keluar dari kas
yang
umum negara/daerah. Sedangkan neraca
akuntansi
disusun dengan membukukan data aset,
peristiwa/kejadian yang mempengaruhi
kewajiban dan ekuitas hanya pada tanggal
kinerja dan posisi keuangan entitas.
pertama,
penyusunan
lebih
akuntansi
kompleks akrual
akrual
karena
mencatat
dalam
proses semua
19
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH EDISI 16 KHUSUS AKRUAL
3.
Konversi Laporan Keuangan Berbasis
baru diperlukan tahapan-tahapan. Proses
Kas Menuju Akrual ke Laporan
tersebut
Keuangan Berbasis Akrual sebagai
infrastrutur, pelatihan SDM, uji coba
Alterntif
sistem,
Terdapat menjadi
beberapa
tantangan
pusat/daerah akuntansi
kemudian
lain,
penyiapan
evaluasi
untuk
yang
perbaikan-perbaikan atas kelemahan yang
pemerintah
ada. Dan tantangan terbesarnya adalah
implementasi
lamanya waktu dan biaya yang dihabiskan
bagi
dalam
berbasis
faktor
antara
akrual.
Pertama,
kompleksitas dan jumlah transaksi yang
sampai dengan sistem yang baru dapat berjalan sesuai dengan tujuan.
harus dicatat dalam akuntansi semakin
Berkenaan dengan uraian di atas,
meningkat. Hal ini terjadi seiring dengan
salah satu alternatif solusi dalam rangka
makin meningkatnya tuntutan pelayanan
penerapan akuntansi berbasis akrual yang
kepada masyarakat dan transparansi.
bisa dilakukan pemerintah adalah dengan
Prinsip dan kebijakan akuntansi yang
melakukan konversi laporan keuangan
dilibatkan
penyusunan
yang dihasilkan sistem akuntansi kas
laporan akan semakin bervariasi. Kedua,
menuju akrual menjadi laporan keuangan
kompetensi SDM yang terlibat dalam
berbasis akrual. Cara ini bukan merupakan
akuntansi tidak merata. Misalnya, untuk
cara terbaik, akan tetapi dapat merupakan
pemerintah pusat terdapat kurang lebih
solusi di masa transisi hingga SDM,
25.000 entitas yang tersebar di seluruh
infrastruktur dan sistem informasi yang
Indonesia dengan kompetensi SDM yang
memadai telah tersedia.
dalam
proses
beragam dalam akuntansi dan teknologi informasi. akuntansi
Ketiga, yang
pengembangan. akuntansi
yang
sistem
masih
informasi
dalam
Sistem
Pada dasarnya, akuntansi kas menuju akrual berbeda dengan akuntansi akrual,
tahap
namun terdapat beberapa persamaan
informasi
yang dapat ditarik. Pertama, kedua basis
didedikasikan
untuk
akuntansi menghasilkan laporan yang
akuntansi akrual secara umum baik pada
membandingkan
pemerintah pusat maupun pemerintah
dengan belanja/beban. Pendapatan-LRA
daerah
tahap
dan Pendapatan-LO memang berbeda
pengembangan. Seperti diketahui untuk
namun secara umum dapat dikonversi
implementasi sebuah sistem informasi
antara
masih
dalam
pendapatan-LRA/LO
satu dengan lainnya
dengan
20
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH EDISI 16 KHUSUS AKRUAL
penyesuaian dan koreksi. Demikian halnya
merupakan penyempurnaan dari proses
belanja dan beban dengan cara yang sama
bisnis akuntansi CTA yang sudah mereka
dapat dikonversi antara satu dengan yang
pahami.
lainnya. Kedua, kedua basis akuntansi
4.
mampu
menghasilkan
neraca
yang
Langkah-Langkah Konversi Laporan Keuangan
Berbasis
Kas
Menuju
menggambarkan posisi keuangan entitas.
Akrual menjadi Laporan Keuangan
Penyusunan neraca awal untuk akuntansi
Berbasis Akrual
akrual dapat dilakukan dengan beberapa
a. Konversi Neraca
penyesuaian. Hal ini akan memudahkan
Langkah
dalam implementasi tahap awal akuntansi
menyesuaikan neraca tahun terakhir
akrual.
diimplementasikannya akuntansi kas
Terdapat
faktor
adalah
yang
menuju
akrual
menjadi
implementasi
berbasis
akrual.
Misalnya,
akuntansi akrual dengan konversi laporan
sebagai
keuangan berbasis CTA. Pertama, SDM
diimplementasikan
pada entitas akuntansi saat ini sudah
menuju akrual, maka neraca tanggal
memahami dengan baik proses bisnis dan
31 Desember 2014 dikonversi terlebih
prinsip-prinsip akuntansi CTA yang dalam
dahulu
beberapa hal memiliki kesamaan dengan
diimplementasi akrual yaitu tahun
akuntansi
2015 kita sudah memiliki neraca
mendukung
beberapa
pertama
kesuksesan
basis
akrual.
Termasuk
didalamnya aplikasi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan. Dengan modifikasi aplikasi yang ada saat ini, memungkinkan operator
pelatihan
menjadi
lebih
terhadap singkat.
Di
samping itu, kebutuhan biaya untuk penambahan kapasitas hardware dan infrastruktur lainnya
dapat
dilakukan
secara bertahap. Selanjutnya pelatihan SDM penyusun laporan juga mejadi lebih mudah
karena
akuntansi
akrual
neraca
tahun
2014
terakhir akuntansi
sehingga
pada
kas
awal
akrual per 01 Januari 2015. Neraca yang dihasilkan oleh akuntansi berbasis
CTA
tentunya
berbeda
dengan neraca berdasarkan prinsipprinsip akuntansi akrual. Neraca kas menuju
akrual
dihasilkan
secara
dengan
inventarisasi
umum
melakukan
data-data
berkaitan
dengan aset, kewajiban dan ekuitas yang dimiliki entitas. Di sisi lain, neraca
akrual
disusun
melalui
21
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH EDISI 16 KHUSUS AKRUAL
pencatatan transaksi dan memiliki
Operasional
hubungan
Perubahan Ekuitas (LPE).
dengan
Laporan
(LO)
dan
Laporan
Perbedaan yang jelas antara neraca
dengan akun cadangan piutang, aset
kas menuju akrual dan neraca akrual
tetap maka akan dimunculkan akun
adalah adalah pada pos ekuitas.
penyeimbang diinvestasikan dalam
Ekuitas pada neraca kas menuju
aset tetap dan seterusnya. Sedangkan
akrual merupakan akun penyeimbang
ekuitas pada neraca akrual berasal
dari pos-pos aset dan kewajiban yang
dari saldo ekuitas akhir pada LPE.
ditemukan pada tanggal pelaporan.
Dalam
Misalnya jika entitas pada tanggal
perubahan dari saldo akun ekuitas
pelaporan memiliki aset piutang maka
awal, penambahan dan pengurangan
pada ekuitas akan diseimbangkan
dari LO dan koreksi-koreksi atas
LPE
akan
tergambar
22
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH EDISI 16 KHUSUS AKRUAL
ekuitas. Oleh karena itu konversi
pendapatan-LRA
neraca kas menuju akrual menjadi
memperhatikan apakah memenuhi
neraca akrual mutlak dibutuhkan
definisi
sebagai pondasi awal perubahan dari
pendapatan-LO.
akuntansi kas menuju akrual ke
Selanjutnya adalah akun-akun belanja
akuntansi akrual.
dikonversi menjadi akun-akun beban
Konversi neraca akrual awal dilakukan dengan
menyesuaikan
akun-akun
ekuitas. Ekuitas yang terbagi-bagi dalam
akuntansi
cadangan
CTA
piutang,
seperti cadangan
persediaan, diinvestasikan dalam aset tetap dan lain-lain disatukan ke dalam satu akun ekuitas. Setelah neraca awal
akrual
tersusun
maka
perubahannya dalam pos aset dan kewajiban
dilakukan
pencatatan
melalui
dengan transaksi
penyesuaian dan koreksi, sedangkan akun ekuitas dihasilkan dari LPE.
prinsip
pengakuan
kecuali akun-akun belanja modal. Sama halnya dengan pendapatan LRA, konversi belanja dilakukan tanpa memperhatikan
pengertian
dan
prinsip pengakuan beban, misalnya belanja pegawai dikonversi menjadi beban
pegawai,
menjadi
belanja
beban
bunga,
bunga dan
seterusnya. Konversi belanja barang dan jasa menjadi beban barang
dan jasa
dilakukan dengan sedikit berbeda. Kita
harus
dapat
belanja-belanja
membedakan
barang
yang
menghasilkan persediaan dan yang b. Konversi LRA Selanjutnya
dan
tanpa
tidak. Terdapat banyak komponen adalah
pada
tanggal
dalam akun belanja barang seperti
pelaporan dilakukan konversi (LRA)
perjalanan
menjadi (LO). Konversi dilakukan
kegiatan, belanja jasa yang tidak
secara global sehingga nantinya akan
menghasilkan persediaan. Penyajian
dihasilkan LO yang belum disesuaikan.
belanja barang dan jasa dalam LO
Diawali dengan melakukan konversi
akan dibagi menjadi beberapa janis
pendapatan
menjadi
beban antara lain beban persediaan,
Pendapatan-LO. Konversi dilakukan
beban jasa, beban perjalan dinas dan
terhadap
lain-lain.
LRA
keseluruhan
akun
dinas,
honor-honor
23
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH EDISI 16 KHUSUS AKRUAL
Konversi pendapatan-LRA dan belanja
beban.
ini akan dapat menghasilkan LO
transaksi-transaksi pendapatan LO
sebelum disesuaikan karena masih
dan beban yang pengakuannya tidak
kasar.
dan
dipicu oleh transaksi penerimaan dan
penyesuaian-penyesuaian atas akun-
pengeluaran kas. Keempat, penyajian
akun Pendapatan-LO dan beban hasil
format LO mensyaratkan penyajian
konversi mutlak diperlukan. Hal ini
berbeda yaitu terdapat surplus dan
disebabkan karena pertama, tidak
defisit dari kegiatan dan operasional
semua akun pendapatan-LRA adalah
dan terdapat pos-pos luar biasa yaitu
merupakan pendapatan-LO. Kedua,
pendapatan luar biasa dan beban luar
tidak semua akun belanja, misalnya
biasa.
Koreksi-koreksi
Ketiga,
terdapat
banyak
belanja modal adalah merupakan
c. Koreksi dan Penyesuaian Seperti telah diuraikan di atas bahwa konversi LRA dan neraca kas menuju
akrual ke LO dan neraca akrual tidak dapat dilakukan secara langsung. Penyesuaian-penyesuaian
dan
24
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH EDISI 16 KHUSUS AKRUAL
koreksi-koreksi
harus
dilakukan
karena terdapat aliran masuk ke
karena secara prinsip akuntansi kas
Kas Umum Negara. Namun, dalam
menuju
dengan
LO transaksi pelunasan piutang ini
akuntansi akrual. Dalam tulisan ini
bukanlah merupakan Pendapatan-
koreksi dan penyesuaian yang harus
LO karena pengakuan pendapatan-
dilakukan
LO sudah dilakukan pada saat
akrual
berbeda
akan
dikelompokkan
menjadi tiga jenis yaitu transaksi
pengakuan piutang.
pendapatan-LRA
Untuk
yang
pendapatan-LO,
bukan
transaksi
belanja
pencatatan
ganda atas Pendapatan-LO maka
yang bukan beban dan transaksi
transaksi
akrual non pendapatan-LRA dan non
tersebut harus dikoreksi yaitu
belanja. Dalam penyajian artikel ini,
dengan mendebit Pendapatan-LO
ilustrasi
yang
pelunasan
piutang
digunakan
adalah
dan mengkredit Piutang. Ilustrasi
pada
entitas
jurnalnya adalah sebagai berikut:
kementerian/lembaga
pada
transaksi
pemerintah pusat. 1.
menghindari
Transaksi
pada
saat
konversi
pendapatan-LRA ke Pendapatan-
Pendapatan-LRA
yang
Bukan Merupakan Pendapatan-LO Terdapat
Jurnal
LO: D
transaksi-transaksi
pendapatan LRA yang didasarkan atas
Diterima dari Entitas XXXX lain
K
Pendapatan LO
XXXX
akuntansi kas yang tidak memenuhi kriteria
pengakuan
sebagai
pendapatan-LO antara lain: a) Transaksi
Pelunasan
diperlukan adalah: Piutang/
TPTGR dan Klaim Lainnya Tidak
semua
Sedangkan jurnal koreksi yang
Pendapatan-LRA
D
Pendapatan LO
K
Piutang
XXXX XXXX
merupakan Pendapatan-LO. Salah satunya adalah penerimaan kas yang bersumber dari pelunasan piutang. Transaksi ini akan dicatat
b) Transaksi Pendapatan-LRA atas Peristiwa/Kejadian pada Tahun Anggaran (TA) yang Lalu
oleh LRA sebagai Pendapatan-LRA
25
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH EDISI 16 KHUSUS AKRUAL
Pendapatan-pendapatan yang berasal
Sebaliknya
dari TA yang lalu dan belum dicatat
pengembalian atas pendapatan yang
sebagai
pada TA sebelumnya sudah dicatat
piutang
dalam
laporan
jika
terdapat
keuangan serta baru diketahui pada
sebagai
perode
atas
pengembalian dilakukan pada periode
pendapatan tersebut perlu dilakukan
berjalan maka atas pengembalian
koreksi.
pendapatan tersebut akan dicatat
berjalan
maka
Misalnya,
terdapat
pendapatan denda TA yang lalu dan
pendapatan-LO
dan
sebagai berikut:
baru diketahui periode berjalan yaitu pada saat dilakukan pembayaran dan belum dilakukan pengakuan sebagai piutang pada periode sebelumnya. Transaksi atas pembayaran tersebut
Jurnal
pada
saat
dilakukan
pengembalian Pendapatan-LO: D
Pendapatan-LO
XXXX
K
Ditagihkan ke Entitas lain
XXXX
yang dicatat sebagai Pendapatan-LRA tidak
memenuhi
kriteria
sebagai
Pendapatan-LO namun harus dicatat
Selanjutnya, jurnal untuk melakukan koreksi adalah:
sebagai penambah ekuitas. Ilustrasi jurnalnya adalah sebagai berikut: Pada saat konversi LRA ke LO akan dijurnal sebagai berikut: D
Diterima
Pendapatan-LO
Ekuitas
K
Pendapatan-LO
Hal dari XXXX
XXXX
ini
XXXX
sesuai
XXXX
dengan
Standar
Akuntansi Pemerintahan Par 22 PSAP 10
Entitas lain K
D
menyatakan
kesalahan
bahwa
atas
“Koreksi
penerimaan
pendapatan-LO yang tidak berulang mengkoreksi
yang terjadi pada periode-periode
pendapatan LO tersebut dapat dibuat
sebelumnya dan menambah maupun
jurnal sebagai berikut:
mengurangi
Selanjutnya
untuk
posisi
kas,
apabila
laporan keuangan periode tersebut D
Pendapatan-LO
K
Ekuitas
XXXX XXXX
sudah diterbitkan, dilakukan dengan pembetulan pada akun kas dan akun ekuitas.”
26
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH EDISI 16 KHUSUS AKRUAL
c) Transaksi Berasal
Pendapatan dari
Kegiatan
yang
penerimaan kas dari pelepasan
Non
BMN adalah merupakan kegiatan
Operasional dan Kejadian Luar
non operasional.
Biasa
Dalam
Berbeda dengan LRA, LO dalam
pelepasan BMN harus dilakukan
penyajiannya
perhitungan
kegiatan
membedakan operasional,
pencatatan
transaksi
apakah
dalam
non
transaksi tersebut menghasilkan
operasional dan pos-pos luar biasa.
surplus (keuntungan) atau defisit
Dalam konversi LRA ke dalam LO
(kerugian). Surplus dan defisit
semua
akan
dihitung dengan membandingkan
dikonversi menjadi pendapatan-LO
nilai buku aset tetap yang dilepas
tanpa
apakah
dengan kas yang diterima. Jika kas
pendapatan tersebut berasal dari
yang diterima lebih dari nilai buku
aktivitas operasional atau aktivitas
aset tetap maka akan dicatat
lainnya. Oleh karena itu, terhadap
Surplus Penjualan Aset Tetap dan
pendapatan-LRA
jika sebaliknya maka akan dicatat
pendapatan-LRA
memperhatikan
yang
bukan
berasal dari aktivitas utama harus
defisit.
direklasifikasi ke akun yang sesuai
transaksi tersebut adalah sebagai
pada LO.
berikut:
Salah satu contoh dari transaksi
Jurnal saat konversi pendapatan-
tersebut adalah pendapatan yang
LRA:
berasal dari pelepasan/penjualan Barang Milik Negara (BMN). Pada proses konversi Pendapatan-LRA dari
penjualan
BMN
akan
dikonversi menjadi Pendapatan-LO yang merupakan pendapatan yang berasal dari kegiatan operasional entitas.
Hal
perinsip-prinsip
ini
tidak
akuntansi
sesuai yang
D
Ilustrasi
Diterima
jurnal
atas
dari XXXX
Entitas Lain K
Pendapatan-LO
XXXX
Jurnal koreksi yang diperlukan apabila kas yang diterima lebih dari nilai buku aset tetap tersebut atau terjadi surplus:
berterima umum yaitu bahwa
27
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH EDISI 16 KHUSUS AKRUAL
D
Pendapatan-LO
XXXX
yang tidak berulang, sehingga
D
Akumulasi
XXXX
mengakibatkan
K
Penyusutan Aset
beban, yang terjadi pada periode-
Tetap
periode
Surplus Penjualan
mempengaruhi posisi kas dan tidak
Aset Tetap K
pengurangan
XXXX
sebelumnya
mempengaruhi
secara
dan
material
posisi aset selain kas, apabila
Aset Tetap XXXX
laporan keuangan periode tersebut sudah
diterbitkan,
dilakukan
Sedangkan apabila terjadi defisit
dengan pembetulan pada akun
yaitu kas yang diterima kurang dari
pendapatan lain-lain-LO. Dalam
nilai buku aset tersebut maka akan
hal mengakibatkan penambahan
dijurnal:
beban
dilakukan
dengan
pembetulan pada akun ekuitas.” D
Pendapatan-LO
XXXX
D
Akumulasi
XXXX
D
K
Hal ini berarti atas belanja untuk
Penyusutan Aset
membayar peristiwa/kejadian yang
Tetap
terjadi pada tahun yang lalu tidak
Defisit Penjualan
XXXX
dapat dikategorikan sebagai beban
Aset Tetap
namun
Aset Tetap
langsung XXXX
sebagai
transaksi
mengoreksi
yang entitas.
Misalnya terdapat transaksi untuk membayar kekurangan gaji tahun
2.
Transaksi
Belanja
yang
Bukan
yang lalu dan belum dilaporkan
Merupakan Beban
serta baru dibayar pada tahun
a) Transaksi belanja atas kejadian
berjalan dengan menggunakan akun
atau
peristiwa
Tahun
belanja gaji.
sebelumnya. Termasuk dalam transaksi ini adalah Sesuai
Standar
Akuntansi
belanja-belanja
yang
belum
Pemerintahan, yaitu Par 18 PSAP
dipertanggungjawabkan
sampai
10 “Koreksi kesalahan atas beban
dengan akhir tahun anggaran dan
28
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH EDISI 16 KHUSUS AKRUAL
dipertanggungjawabkan
pada
TA
Terkadang
terdapat
kesalahan
berikutnya. Belanja-belanja tersebut
pencatatan yang diakibatkan oleh
pada saat transaksinya tidak dapat
belanja
dicatat sebagai beban pada LO
menggunakan akun belanja barang
namun
tapi menghasilkan aset tetap. Atas
akan
langsung
mempengaruhi ekuitas.
yang
perolehannya
kesalahan ini akan mengakibatkan lebih saji pada beban operasional
Dalam konversi belanja menjadi
dan kurang saji pada aset (BMN).
beban semua belanja dikonversi menjadi
beban
kecuali
Ilustrasi
belanja
jurnal
atas
kejadian/peristiwa tersebut adalah
modal. Oleh karena itu, jika terdapat
sebagai berikut:
transaksi seperti diatas maka pada LO beban dilaporkan terlalu tinggi
Jurnal pada saat konversi belanja
dan perlu dilakukan koreksi. Koreksi
menjadi beban:
dilakukan dengan mendebit ekuitas D
dan mengkredit beban.
Beban
XXXX
Barang/Operasional Ilustrasi
jurnal
atas
transaksi
tersebut
dapat
adalah
sebagai
sesuai K
Ditagihkan kepada Entitas XXXX
berikut:
Lain
Jurnal pada saat konversi:
Jurnal
untuk
adalah D
Beban Gaji
K
Ditagihkan Ke Entitas lain
XXXX
D
Ekuitas
XXXX
XXXX
K
Beban Gaji
Mendebit
D Aset
yang
dengan
aset
tetap
yang
Tetap
(BMN
yang XXXX
sesuai)
XXXX barang
dengan
dihasilkan:
K belanja
mengoreksinya
mengkredit Beban barang dan
Jurnal untuk mengoreksinya adalah:
b) Transaksi
yg
Beban Barang/Operasional XXXX yg sesuai
menghasilkan Aset Tetap
29
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH EDISI 16 KHUSUS AKRUAL
Sebaliknya, jika terdapat belanja
mempengaruhi
modal tapi tidak menghasilkan aset
Operasional.
Laporan
tetap maka harus dilakukan koreksi. Koreksi atas belanja modal pada umumnya
disebabkan
oleh
kesalahan
pembebanan
jenis
D Beban Barang/Operasional XXXX yg sesuai K Ditagihkan ke Entitas Lain
XXXX
belanja. Penggunaan akun belanja modal untuk perolehan yang tidak menghasilkan aset tetap atau BMN.
Par 12 PSAP 10, Koreksi kesalahan
Transaksi ini mengakibatkan kurang
yang tidak berulang yang terjadi
saji pada pos beban operasional dan
pada periode berjalan, baik yang
kemungkinan lebih saji pada pos
mempengaruhi posisi kas maupun
aset
yang
tetap.
Koreksi
dilakukan
tidak,
pembetulan
sebagai berikut:
dilakukan pada
bersangkutan
Jika
sudah
dilakukan
pencatatan atas aset tetap namun
sebenarnya
memenuhi pengakuan koreksi
tidak kriteria
aset
tetap,
dilakukan
dengan
berjalan,
dengan
akun
dalam
baik
yang periode
pada
akun
pendapatan-LRA atau akun belanja, maupun akun pendapatan-LO atau akun beban.” c) Transaksi belanja yang berasal dari kegiatan non operasional dan
jurnal sebagai berikut:
kejadian luar biasa D Beban
K
Barang/Operasional XXXX
Apabila terdapat transaksi belanja
yg sesuai
non modal namun secara substansi
Aset Tetap (sesuai dengan XXXX
transaksi
jenisnya)
merupakan kegiatan utama (core
Jika
tidak
dilakukan
pencatatan atas aset tetap maka dilakukan pencatatan atas
beban
yang
belum
tersebut
bukan
business), maka transaksi tersebut harus
direklasifikasi.
Transaksi-
transaksi belanja yang tidak biasa atau tidak sering terjadi yang bukan kegiatan utama entitas
30
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH EDISI 16 KHUSUS AKRUAL
direklasifikasi/dikoreksi ke dalam
tertentu
pos Kegiatan Non Operasional
sesuai dengan yang disepakati
dalam
namun
LO.
Sedangkan
untuk
kepada
pihak
belum
ketiga
dilakukan
belanja yang digunakan untuk
pembayaran. Transaksi ini tidak
aktivitas
yang tidak biasa atau
akan dicatat dalam LRA karena
tidak sering terjadi dan kejadian
tidak terdapat uang masuk ke kas
tersebut adalah di luar kendali
negara.
entitas maka harus direklasifikasi Atas peristiwa ini entitas harus
ke dalam beban pada pos Luar
melakukan
Biasa pada LO.
Pendapatan-LO dengan mendebit
3. Transaksi akrual non pendapatan LRA
akun piutang. Pencatatan piutang
dan non belanja a) Transaksi
timbul
penghapusan
piutang
entitas memberikan barang atau jasa kepada pihak lain dan pihak lain tersebut belum melakukan pelunasan atas barang atau jasa yang diberikan. Dalam hal ini harus
Pendapatan-LO
mengakui
karena
proses
untuk
perolehan
pendapatan
sudah
dilakukan
(exchange
transactions). Di sisi
lain pihak
ketiga
melakukan
belum
pembayaran sehingga entitas akan hak/klaim
berikut:
serta
Piutang biasanya timbul karena
entitas
tersebut dapat dilakukan sebagai
dan
penyisihan piutang tak tertagih
mencatat
pencatatan
tersebut
sebagai piutang. Misalnya, entitas
D
Piutang Bukan Pajak
XXXX
K
Pendapatan Bukan Pajak - LO Selain
XXXX itu,
pendapatan
dapat
timbul tanpa melalui transaksi pertukaran
(non-exchange
transactions) pada umumnya yaitu dari kewenangan yang dimiliki entitas
misalnya
kewenangan
kantor pajak dalam menetapkan pajak yang harus dibayar oleh pihak lain. Dalam hal ini kebijakan akuntansi entitas
akan sangat
menentukan kapan pendapatan tersebut harus dicatat sebagai pendapatan-LO.
Atas
transaksi
sudah memberikan jasa/fasilitas 31
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH EDISI 16 KHUSUS AKRUAL
tersebut
dapat
dibuat
jurnal
Sesuai dengan prinsip akuntansi
sebagai berikut:
yang berterima umum, piutang harus disajikan dalam neraca pada
D
Piutang Pajak
XXXX
K
Pendapatan Pajak - LO
nilai yang dapat direalisasikan (net
XXXX
Selanjutnya,
realizable value). Untuk dapat menyajikannya
terdapat
kemungkinan
bahwa
akibat
tertagih
lalu
misalnya
belanja.
terdapat
pengembalian
belanja
tertagih
D
Beban Penyisihan Piutang XXXX Tak tertagih
XXXX XXXX
-LO
Namun hal ini hanya berlaku atas pengembalian belanja untuk yang bersifat tidak berulang dan tidak sistematis.
dari
dibuat sebagai berikut:
berikut:
Pendapatan Lain-Lain
tergantung
piutang tak tertagih tersebut dapat
serta belum dilakukan pelunasan,
K
akan
oleh entitas. Jurnal penyisihan
diketahui pada tahun berjalan
Piutang
adalah
kebijakan akuntansi yang dianut
perjalan
dinas tahun yang lalu dan baru
D
ini
dan jumlah penyisihan piutang tak
gaji,
maka akan dapat dijurnal sebagai
Transaksi
dilakukan oleh entitas. Metode
mengakibatkan belanja
yang
merupakan transaksi intern yang
tahun anggaran yang lalu sehingga
pengembalian
piutang
tertagih ini tidak dicatat dalam
kelebihan pembayaran gaji pada
akan
atas
dimilikinya. Penyisihan piutang tak
kelebihan
pembayaran yang terjadi pada TA yang
akan
melakukan penyisihan piutang tak
piutang
muncul atas pengembalian belanja sebagai
entitas
K
Akumulasi
Penyisihan
Piutang Tak tertagih
XXXX
Biasanya penyisihan piutang tak tertagih dilakukan oleh entitas pada tanggal pelaporan interim maupun tahunan. Selanjutnya, transaksi piutang yang tidak dicatat dalam akuntansi kas menuju akrual adalah berkenaan
32
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH EDISI 16 KHUSUS AKRUAL
dengan
penghapusan
piutang.
belanja modal tersebut memang
Piutang yang menurut ketentuan
manghasilkan aset, kalau tidak
perundang-undangan
sudah
maka akn terjadi salah saji baik
dihapuskan harus dikeluarkan dari
pada LO maupun pada neraca.
catatan akuntansi. Transaksi ini
Adapun atas transaksi belanja
adalah juga merupakan transaksi
modal dapat dibuat jurnal sebagai
intern entitas dimana bukti dan
berikut:
pencatatan
transaksi
dilakukan
sendiri oleh manajemen entitas. Adapun jurnalnya dapat dibuat
Akumulasi
K
Ditagihkan ke Entitas
Seiring
Penyisihan XXXX
Piutang
XXXX XXXX
dengan
berjalannya
waktu, terhadap aset tetap harus
Piutang Tak tertagih K
Aset Tetap
Lain
sebagai berikut: D
D
dialokasikan beban penyusutan XXXX
yang biasanya dilakukan setiap semesteran atau tahunan. Sama
b) Transaksi
perolehan
dan
halnya
dengan
penyisihan
penyusutan aset tetap
piutang tak tertagih, transaksi
Seperti telah diuraikan sebelumnya
penyusutan aset tetap adalah
bahwa atas belanja modal tidak
merupakan
dilakukan konversi ke LO. Hal ini
manajemen entittas. Metode dan
disebabkan karena belanja modal
nilai yang disusutkan atas aset
akan menghasilkan aset yang akan
tetapnya akan sangat tergantung
memberikan
dari kebijakan akuntansi yang
manfaat
kepada
transaksi
entitats lebih dari satu tahun.
dianut.
Pengalokasian beban aset tetap
penyusutan aset tetap dapat
akan dilakukan melalui beban
dibuat sebagai berikut:
penyusutan. Belanja modal dalam LRA akan dikonversi ke neraca sebagai aset tetap atau aset lainnya. Dalam hal ini harus diyakinkan bahwa atas
D
Adapun
intern
jurnal
Beban Penyusutan Aset XXXX Tetap
K
Akumulasi Aset Tetap
Penyusutan
XXXX
33
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH EDISI 16 KHUSUS AKRUAL
c)
Transaksi perolehan, amortisasi
sangat tergantung dari kebijakan
dan
akuntansi yang dianut oleh entitas.
penghapusan
aset
tak
berwujud
Adapun jurnal beban amortisasi
Hampir sama dengan aset tetap,
aset tak berwujud dapat dibuat
aset tidak berwujud juga dihasilkan
sebagai berikut:
dari
belanja
demikian,
modal.
Namun
manajemen
D
harus
Tak Berwujud
secara cermat memastikan bahwa dari
belanja
memang berwujud. ketat
modal
aset
Kriteria-kriteria
telah
K
tersebut
dihasilkan
ditetapkan
tak yang
aset
Amortisasi
XXXX
d) Transaksi penyesuaian persediaan
dalam
Dalam konversi belanja barang dan jasa ke beban yang sesuai, semua
untuk memastikan bahwa sebuah merupakan
Akumulasi
Aset Tak Berwujud
Standar Akuntansi Pemerintahan
item
Beban Amortisasi Aset XXXX
item belanja dikonversi menjadi
tak
beban. Pada kenyataannya pada
berwujud. Jurnal berikut dapat
tanggal pelaporan biasanya masih
dibuat untuk mencatat perolehan
terdapat persediaan yang belum
aset tak berwujud:
habis dipakai atau dikonsumsi.
D
Aset Tak Berwujud
K
Ditagihkan ke Entitas lain
XXXX
Untuk penyajian dalam laporan
XXXX
keuangan
beban
persediaan
tersebut
harus
disesuaikan
sehingga
akan
memberikan
Sedangkan pengalokasian beban
informasi
aset tak berwujud adalah melalui
konversi belanja biasanya akan
amortisasi aset
dijurnal sebagai berikut:
tak
berwujud.
Sama halnya dengan transaksi penyusutan aset tetap, amortisasi aset
tak
berwujud
adalah
merupakan
transaksi
intern
manajemen entitas. Metode dan nilai yang diamortisasikan akan
yang
akurat.
D
Beban Persediaan
K
Ditagihkan Ke Entitas lain
Dalam
XXXX XXXX
Penjurnalan seperti ini adalah dengan pendekatan beban/LO dan
34
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH EDISI 16 KHUSUS AKRUAL
perlu disesuaikan pada tanggal
Pada tanggal pelaporan transaksi-
pelaporan baik interim maupun
transaksi
tahunan. Penyesuaian dilakukan
(deferal) yaitu Beban Dibayar di
untuk mengakui bahwa beban
Muka dan Pendapatan Diterima di
persediaan
yang
Muka
berdasarkan
belanja
semuanya
dicatat
habis
tidak
pembayaran
dimuka
harus
diperbarui/disesuaikan.
Biasanya
dikonsumsi
transaksi sejenis ini tidak dilakukan
namun masih terdapat barang
pembaruan setiap hari tetapi di
berupa
akhir tahun/tanggal pelaporan.
persediaan.
penyesuaian
yang
Jurnal
dibutuhkan
Transaksi
adalah: D
Persediaan
K
Beban Persediaan
jasa-jasa
XXXX
kantor dengan
untuk
periode
sampai
tahun
depan.
Maret
oleh entitas yaitu hak
disajikan
tahun depan harus diakui sebagai aset berupa Beban Dibayar di
dan bukan pada saat diterima
Muka pada neraca. Ilustrasi jurnal
Misalnya
pada saat dibayar sewa adalah:
pendapatan jasa pendidikan segera dicatat pada saat entitas telah
D
Beban Sewa
memberikan
K
Ditagih Ke Entitas Lain
tanpa
untuk
menempati sampai dengan Maret
pendapatan-LO tersebut diperoleh
jasanya,
akan
Jasa/manfaat yang belum diterima
dalam LO dalam periode di mana
pembayarannya.
harapkan
pembayaran di muka atas sewa
Dalam akuntansi berbasis akrual, harus
yang
diterima di masa datang. Misalnya
XXXX
muka (Deferal)
memperhatikan
dimuka
adalah pembayaran dimuka atas
e) Transaksi pembayaran diterima di
pendapatan-LO
pembayaran
XXXX XXXX
pembayarannya.
Demikian halnya beban, beban
Maka pada tanggal pelaporan
akan dilaporkan pada LO pada saat
diperlukan
jasa telah diterima oleh entitas,
mengkoreksi Beban Sewa dan
tanpa
memunculkan aset berupa Beban
pembayarannya.
memperhatikan
penyesuaian
untuk
Dibayar di Muka.
35
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH EDISI 16 KHUSUS AKRUAL
D
Sewa Dibayar di Muka
K
Beban Sewa
dimunculkan sebagai pendapatan
XXXX
diterima dimuka.
XXXX
Selanjutnya,
hal
yang
dilakukan
apabila
sama entitas
menerima pembayaran sebelum
D
Pendapatan Sewa- LO
K
Pendapatan
XXXX
Diterima
Dimuka
XXXX
menyelesaikan/menyerahkan jasa yang
seharusnya
Misalnya,
diberikan.
entitas
mendapat
pembayaran atas gedung yang disewakan kepada pihak lain untuk periode sampai dengan Mei tahun depan. Maka Pendapatan-LO yang dapat diakui adalah pendapatanLO sampai dengan bulan Desember tahun berjalan dan sisanya harus diakui sebagai utang yaitu utang utuk memberikan fasilitas gedung kepada penyewa. Jurnal pada saat diterima pemabayaran adalah: D
Diterima dari Entitas Lain
K
Pendapatan Sewa- LO
XXXX XXXX
f)
Transaksi pembayaran dilakukan di belakang (Accrue) Kebalikan dari transaksi deferal, dalam transaksi accrue entitas sudah menerima jasa/manfaat dari pihak lain tapi belum melakukan pembayaran atau entitas sudah memberikan jasa/manfaat kepada pihak lain namun belum dilakukan pembayaran.
Misalnya
tanggal pelaporan, entitas sudah menikmati tetapi
listrik
sampai
pada
tanggal
dan
telepon
dengan
tanggal
pelaporan jasa tersebut belum dibayar
atau
memberikan Selanjutnya
pada
entitas
sudah
sebagian
jasa
pendidikan tetapi sampai dengan
pelaporan jurnal tersebut harus
tanggal pelaporan belum dibayar.
disesuaikan agar laporan keuangan
Terhadap transaksi-transaksi ini
yang
menggambarkan
harus dilakukan penyesuaian agar
sebenarnya.
laporan keuangan yang disajikan
disajikan
keadaan
yang
Pendapatan-LO akan dikurangi dan
menggambarkan
kewajiban
sebenarnya. Jurnal penyesuaian
pada
neraca
akan
keadaan
yang
36
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH EDISI 16 KHUSUS AKRUAL
D
yang dapat dibuat oleh entitas
pencatatannya sudah mengikuti kaidah-
adalah:
kaidah pencatatan akuntansi akrual.
Beban Jasa Listrik dan XXXX Telepon
K
Perlu disampaikan bahwa proses konversi dan penyesuaian serta koreksi pencatatan transaksi
Beban yang masih Harus
XXXX
Dibayar
dalam
tulisan
ini
belum
sempurna. Kemungkinan masih terdapat transaksi yang tidak tercakup. Entitas yang
Dan:
akan
D
Piutang Jasa
XXXX
K
Pendapatan Jasa - LO
XXXX
melakukan
melakukan
konversi
penyesuaian
harus
dan
koreksi
sesuai dengan kebijakan akuntansi yang dianut dan karakteristik masing-masing
Transaksi penyesuaian dan koreksi
entitas. Namun demikian, diharapkan
ini akan menghasilkan
jurnal
tulisan ini dapat memberikan gambaran
selanjutnya
secara umum dan memberikan inspirasi
digunakan untuk menyesuaikan LO
dalam proses implementasi akuntansi
dan neraca sebelum penyesuaian.
berbasis akrual.
koreksi
yang
Dengan
menggunakan
sederhana
atau
aplikasi
memanfaatkan
aplikasi Microsoft Excel akan dapat
Berbasis Akrual, Jakarta
merupakan salah satu alternatif pada transisi.
Terdapat
berbagai
kelemahan dalam proses penyusunan dan keintegrasian entitas
Kieso,
Weygandt,
Warfield.
2012,Intermediate Accounting,14Th Edition,
Konversi akuntansi kas menuju akrual ini
sistem
Modul
hasil akhirnya adalah LO, LPE dan
Penutup
apabila
Keuangan.2014,
Bisnis Proses Akuntansi Instansi
Pemerintahan Berbasis Akrual.
masa
Kementerian
dibuat worksheet konversi yang
Neraca dengan Standar Akuntansi
5.
DAFTAR PUSTAKA
datanya
dibandingkan
mengimplementasikan
informasi
yang
proses
John Wiley and Son,Inc., USA _______, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan,
diakses Tgl 17 Agustus 2014
37
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH EDISI 16 KHUSUS AKRUAL
PERBANDINGAN PENYESUAIAN PADA BASIS CASH TOWARDS ACCRUAL DENGAN PENYESUAIAN PADA BASIS AKRUAL Joko Supriyanto & Yuyun Pratasari
PENDAHULUAN Dalam akuntansi
dan
berbasis
akrual,
Perbendaharaan Nomor Per-62/PB/2009 rangka
pelaksanaan
pelaporan pada
keuangan
tahun
2010,
diterbitkan PP Nomor 71 tahun 2010 tentang SAP menggantikan PP Nomor 24 tahun 2005. PP Nomor 71/2010 tersebut mengamanatkan
penerapan
akuntansi
berbasis akrual selambat-lambatnya tahun 2015. Sesuai dengan ketentuan UU Nomor 41 tahun 2008 tentang APBN tahun 2009 sebagaimana diubah dengan UU Nomor 26 tahun 2009
tentang
Laporan realisasi Anggaran pada Laporan Keuangan Pemerintah Pusat tahun 2009 dilengkapi dengan informasi pendapatan dan belanja secara akrual. Sebagai tindak lanjut UU Nomor 41 Tahun 2009 diatas, Kementerian Keuangan dalam hal ini Direktorat Jenderal Perbendaharaan telah menerbitkan Peraturan Direktur Jenderal
tentang Tatacara Penyajian Informasi Pendapatan dan Belanja secara Akrual pada Laporan Keuangan. Perdirjen Nomor Per-62/PB/2009 tersebut
secara
pedoman
jelas
dalam
memberikan
mengidentifikasi
informasi pendapatan dan belanja akrual yang harus disajikan, format penyajian informasi pendapatan dan belanja akrual serta
cara
penyajian
informasi
pendapatan dan belanja akrual pada neraca. Penyajian neraca sendiri secara eksplisit sudah ditetapkan menggunakan basis akrual sebagaimana diamanatkan pada pasal
26 ayat (4) UU Nomor 41
tahun 2008. Pedoman dibuat rinci sesuai jenjang
pelaporan
pada
Kementerian/Lembaga mulai dari satuan kerja, tingkat wilayah, tingkat eselon I dan pada
tingkat
sehingga
dapat
Kementerian/Lembaga dikompilasi
dalam
suplemen LKPP.
38
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH EDISI 16 KHUSUS AKRUAL
Peraturan
petunjuk
teknis
tentang Pedoman Akuntansi Penyisihan
tentang pelaksanaan akuntansi berbasis
Piutang
kas menuju akrual ini terus berkembang
Kementerian/Lembaga dan PMK Nomor:
sejalan dengan keinginan pemerintah
01/MK.06/2013
untuk menyajikan informasi yang lebih
Barang Milik Negara Berupa Aset Tetap
andal dan transparan. Terakhir dengan
pada Entitas Pemerintah Pusat.
terbitnya PMK tentang Penyusutan Aset Pemerintah.
Tak
Tertagih
tentang
pada
Penyusutan
Namun demikian aturan tersebut masih memihak pada penerapan basis Kas
Kewajiban penyajian informasi
Menuju Akrual dengan penekanan pada
pendapatan dan belanja secara akrual
penyajian neraca pemerintah. Sehingga
tersebut terus berlanjut setiap tahunnya,
apabila peraturan tersebut tidak sesuai
yaitu
dengan
sampai
dengan
tahun
2014
basis
akrual
sebagaimana
sebagaimana terakhir diamanatkan dalam
dimaksud dalam PP 71 Tahun 2010,
UU Nomor 23 tahun 2013 tentang APBN
dengan sendirinya tidak akan berlaku lagi.
2014.
Atau dengan kata lain, peraturan tersebut Untuk
tahun
2015
akan
ditingkatkan lagi bukan sekedar kewajiban menyampaikan informasi pendapatan dan belanja
secara
akrual,
tetapi
hanya ditetapkan untuk penyajian laporan keuangan sampai dengan tahun 2014. Untuk tahun pelaporan keuangan
harus
2015, saat ini sudah dan sedang disiapkan
menyajikan laporan keuangan dengan
peraturannya agar akuntansi berbasis
basis akrual.
akrual dapat diterapkan dengan baik.
Sampai saat ini perkembangan
Konsep dasar yang dibangun pada basis
informasi akrual semakin lengkap jika
CTA menjadi dasar pengembangan dan
dibandingkan dengan awal pertama kali
penyiapan peraturan akuntansi berbasis
diterapkan.
Keuangan
akrual, yang menghubungkan kegiatan
mengawal masa transisi dari basis kas
operasional pemerintah dengan posisi
menuju akrual ke basis akrual dengan
keuangan
beberapa aturan tambahan melengkapi
komprehensif.
Perdirjen Nomor: 62/PB/2009 tersebut.
PENYESUAIAN
Peraturan tersebut antara lain Perdirjen
AKRUAL DAN BASIS AKRUAL
Kementerian
pemerintah
BASIS
secara
KAS
lebih
MENUJU
Perbendaharaan Nomor: Per-82/PB/2011
39
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH EDISI 16 KHUSUS AKRUAL
Panduan teknis ini disusun khusus
Berikut
ini
dibahas
kedua
untuk model-model penyesuaian yang
perbedaan penyesuaian pada basis CTA
perlu dibuat pada basis kas menuju akrual
dan basis akrual menurut kelompok-
yang masih digunakan pada tahun 2014
kelompoknya, antara lain:
dan model-model penyesuaian yang perlu dibuat
pada
basis
akrual.
Sehingga
pendekatan penulisannya dipilih model
1.
Kas di Bendahara Penerimaan
2.
Pendapatan
3.
harus
Kas
Lainnya
di
Bendahara
Pengeluaran
akan dibuat pada tahun 2014 ini. Dalam basis CTA penyesuaian dilakukan dalam rangka penyajian neraca, sehingga penyesuaian yang dibuat hanya mempengaruhi posisi keuangan berupa, aset, kewajiban dan ekuitas saja. Dalam akuntansi berbasis akrual,
masih
diterima/Piutang Pajak/PNBP
perbandingan, dengan mendasarkan pada peraturan yang ada atau peraturan yang
yang
penyesuaian
dilakukan untuk menyesuaikan akun-akun pendapatan dan beban akrual, sehingga
4.
Pendapatan diterima di muka
5.
Belanja dibayar di muka
6.
Uang muka belanja
7.
Belanja yang masih harus dibayar
8.
Persediaan
9.
Penyisihan piutang
10.
Penyusutan dan amortisasi
1. Kas di Bendahara Penerimaan
laporan yang akan disajikan memenuhi
Kas di Bendahara Penerimaan
konsep periodesitas dan bahkan dapat
Satker yang masih ada pada akhir periode
memenuhi prinsip matchingcost againts
pelaporan mengindikasikan masih adanya
revenue, walaupun dalam pemerintahan
penerimaan negara yang belum disetor ke
tidak
Dengan
kas negara. Penerimaan tersebut belum
penyesuaian pendapatan dapat disajikan
dapat diakui sebagai pendapatan LRA.
sesuai dengan nilai pendapatan yang
Dalam basis CTA, Kas di Bendahara
sesungguhnya yaitu semua hak yang
Penerimaan
terlalu
ditonjolkan.
sudah diterima maupun belum diterima,
dalam
tersebut
neraca
harus
dengan
akun
disajikan lawan
tidak sebatas kas yang diterima saja.
pendapatan ditangguhkan, sehingga jurnal
Demikian pula beban, yang merupakan
penyesuaian yang dibuat adalah sebagai
kewajiban atau pengorbanan yang terjadi
berikut:
pada periode akuntansi tersebut.
40
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH EDISI 16 KHUSUS AKRUAL
Tanggal
Uraian
Debet
Des 31
Kas di Bendahara Penerimaan Pendapatan Ditangguhkan
XXX
Dalam
basis
Kredit
Bendahara Penerimaan tersebut
Uraian
Debet
Kredit
Des 31
XXX
akrual
Tanggal
Kas
di
sudah
harus diakui sebagai pendapatan dalam laporan operasional. Oleh karena itu perlu
Piutang XXX Pajak Cadangan XXX Piutang Untuk mencatat pajak yang belum dibayar oleh WP. Des 31 Piutang XXX PNBP Cadangan XXXX Piutang Untuk mencatat PNBP yang belum dibayar oleh Wajib bayar
dilakukan penyesuaian sebagai berikut: Pada basis akrual, pendapatan Tanggal Uraian Des 31 Kas di Bendahara Penerimaan Pendapatan PNBP
Debet XXX
Kredit
yang masih harus diterima sudah dapat diakui
Yang
Masih
Harus
Diterima
adalah
dalam
di neraca sebagai Piutang. Dokumen yang digunakan
dalam
pengakuan
pendapatan ini seperti surat keputusan pembebanan, surat ketetapan pajak, dan
Pendapatan yang masih harus diterima
pendapatan
Laporan Operasional dan harus disajikan XXX
dapat 2. Pendapatan
sebagai
pendapatan
lain-lain. Jika terdapat dokumen seperti
pajak
diatas dan diketahui nilainya maka dicatat
dan/atau bukan pajak yang seharusnya
dalam jurnal penyesuaian sebagai berikut:
sudah dibayarkan oleh wajib bayar namun belum diterima pembayarannya atau belum disetor ke kas negara. Pendapatan ini belum dicatat sebagai pendapatan menurut basis kas, tetapi sudah dicatat sebagai penambah piutang dengan akun pasangan Cadangan Piutang di neraca. Sehingga pada basis CTA dibuat jurnal sebagai berikut:
Tanggal Uraian Debet Kredit Des 31 Piutang XXX Pajak Pendapatan XXX Pajak Untuk mencatat pajak yang belum dibayar oleh WP. Des 31 Piutang XXX PNBP Pendapatan XXXX PNBP Untuk mencatat PNBP yang belum dibayar oleh Wajib bayar
41
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH EDISI 16 KHUSUS AKRUAL
Contoh:
dilunasi sampai dengan 31 Desember
Pada tahun akhir tahun 2014 terdapat
2014. Jurnal Akuntansi menurut basis kas
pendapatan PPh pasal 21 tahun 2014
menuju akrual adalah sebagai berikut:
sebesar Rp 5.000.000, tetapi belum Akun
Uraian
113121
Piutang PPh pasal 21
311311
Cadangan Piutang
Debet
Kredit
5.000.000 5.000.000
Apabila terjadi pada tahun 2015 dengan
penghasilan yang belum diterima, Jurnal
basis akrual atas pendapatan pajak
penyesuaian yang dibuat adalah sebagai berikut:
Akun
Uraian
115121
Piutang PPh pasal 21
411121
Pendapatan PPh pasal 21
Debet
Kredit
5.000.000 5.000.000
Contoh 2:
Rp25.000.000. Sementara itu, pendapatan
Realisasi pendapatan PNBP XXX suatu
yang masih harus diterima pada tahun
satker pada tahun anggaran 20X1 adalah
20X1 (piutang tahun 20X1) adalah sebesar
sebesar
Rp30.000.000.
Rp300.000.000.
Realisasi
pendapatan tersebut termasuk realisasi
Jurnal Penyesuaian yang dibuat pada basis
pendapatan yang terutang tahun 20X0
CTA
(piutang tahun 20X0) sebesar
Akun
Uraian
113211
Piutang PNBP
311311
Cadangan Piutang
Debet
Kredit
5.000.000 5.000.000
Dengan catatan saldo piutang PNBP pada
Penyesuaian yang dibuat pada basis
neraca percobaan sebelum penyesuaian
Akrual adalah sebagai berikut:
sebesar Rp 25.000.000. Jurnal
42
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH EDISI 16 KHUSUS AKRUAL
Akun
3. Kas
Uraian
115211
Piutang PNBP
423313
Pendapatan XXX
Lainnya
di
Bendahara
Lainnya
di
Bendahara
Pengeluaran merupakan kas selain yang berasal dari uang persediaan, dapat berupa bunga jasa giro yang belum disetor kas negara, uang pihak ketiga yang belum diserahkan seperti honorarium pegawai, atau pajak yang belum disetor. Dalam hal tersebut harus disajikan sesuai dengan substansinya. Jurnal yang mungkin akan dibuat adalah sebagai berikut: a. Kas Lainnya di Bendahara Pengeluaran merupakan bunga jasa giro yang belum disetor, dalam basis CTA bunga jasa giro yang masih ada di bendahara pengeluaran tersebut dicatat sebagai
Kredit
5.000.000 5.000.000 Dalam basis akrual bunga jasa giro sudah
Pengeluaran Kas
Debet
dapat
diakui
pendapatan
LO,
penyesuaian
yang
sebagai
sehingga
jurnal
dibuat
adalah
sebagai berikut: Tanggal Uraian Debet Kredit Des 31 Kas Lainnya XXX di Bendahara Pengeluaran Pendapatan XXX Jasa Giro - LO Untuk mencatat pendapatan yang masih ada di Bendahara Pengeluaran b. Kas Lainnya di Bendahara Pengeluaran merupakan uang pihak ketiga yang sudah dibelanjakan (dibebankan pada DIPA), tetapi belum diserahkan kepada yang
berhak.
Jurnal
penyesuaian
dalam basis CTA maupun basis akrual sama, yaitu sebagai berikut:
pendapatan ditangguhkan sehingga jurnal penyesuaiannya adalah:
Tanggal Uraian Debet Kredit Des 31 Kas Lainnya di XXX Bendahara Pengeluaran Pendapatan XXX ditangguhkan Untuk mencatat pendapatan yang masih ada di Bendahara Pengeluaran
Uraian
Debet
Kredit
Tanggal Des 31 Kas Lainnya XXX di Bendahara Pengeluaran Utang XXX Kepada Pihak Ketiga Untuk mencatat pendapatan yang masih ada di Bendahara Pengeluaran
43
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH EDISI 16 KHUSUS AKRUAL
4. Pendapatan Diterima di Muka
Dalam
basis
akrual
bagian
dari
Pendapatan yang diterima di
pendapatan yang diterima dimuka dicatat
muka adalah pendapatan pajak dan/atau
sebagai pengurang pendapatan periode
pendapatan bukan pajak yang sudah
berjalan, sehingga jurnal penyesuaiannya
diterima di rekening Kas Negara tetapi
adalah sebagai berikut:
belum
menjadi
sepenuhnya
hak
karena
pemerintah
masih
melekat
kewajiban pemerintah untuk memberikan barang/jasa di kemudian hari kepada pihak ketiga atau adanya kelebihan pembayaran oleh pihak ketiga tetapi belum
dikembalikan.
dapat
berupa
Pendapatan
ini
Tanggal Uraian Des 31 Pendapatan PNBP Pendapatan PNBP Diterima Di Muka
Debet XXX
Kredit
XXX
5. Belanja Dibayar Di Muka
kelebihan pembayaran
Belanja dibayar dimuka adalah
Pajak WP, Pembayaran PNBP untuk masa
pengeluaran belanja pada tahun berjalan
melebihi tanggal pelaporan, dan lain-lain.
tetapi
Atas pendapatan yang diterima dimuka
anggaran berjalan, sehingga pada tahun
yang belum menjadi hak pemerintah pada
berikutnya masih ada manfaat yang akan
basis CTA dicatat sebagai kewajiban lancar
diterima akibat pembayaran tersebut.
akun Pendapatan Diterima dimuka dan
Untuk mengidentifikasi belanja dibayar
akun pasangan Barang/Jasa yang harus
dimuka
diserahkan.
pengadaan barang dan jasa menyangkut
Sehingga jurnal yang dibuat untuk penyesuaian dalam basis CTA adalah: Tanggal Uraian Des 31 Barang/Jasa yang harus diserahkan Pendapatan PNBP Diterima di Muka
Debet XXX
manfaatnya
perlu
melampaui
melihat
tahun
dokumen
masa kontrak atau waktu pelayanan jasa yang akan diberikan khususnya jasa.
Kredit
Seperti jasa sewa, domain website dan kontrak jangka panjang lainnya dalam posisi pemerintah sebagai pemberi kerja.
XXX
Jika terdapat pembayaran belanja jasa dengan masa pelayanan penyedia jasa
melebihi atau melewati tahun
anggaran maka pada basis CTA dilakukan penyesuaian
dengan mendebet akun
44
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH EDISI 16 KHUSUS AKRUAL
Belanja Dibayar Di muka dan mengkredit
pekerjaan/jasa. Apabila ada pembayaran
akun Barang/Jasa yang harus diterima
Uang Muka Belanja sedangkan prestasi
pada Neraca. Sehingga jurnal yang dibuat
pekerjaan belum diselesaikan seluruhnya
adalah sebagai berikut:
atau sebagian, atau pembayaran tersebut
Tanggal Uraian Des 31 Belanja Dibayar Dimuka (prepaid) Barang/Jasa yang harus diterima
Debet XXX
Kredit
belum
dikembalikan,
pengeluaran
belanja
maka
terhadap
tersebut
pada
tanggal pelaporan dicatat sebagai Uang Muka belanja dan mengkredit akun XXX
cadangan piutang atau akaun barang/jasa yang harus diterima pada basis CTA, sehingga jurnal penyesuaian yang dibuat
Pada
basis
pembayaran
akrual
jasa
jika
masa
terdapat pelayanan
penyedia jasa melebihi atau melewati tahun
anggaran
maka
dilakukan
penyesuaian dengan mengkredit akun beban pada
Laporan Operasional dan
dengan akun pasangan Belanja Dibayar Di muka pada Neraca. Tanggal
Uraian
Debet
Des 31
Belanja Dibayar Dimuka (prepaid) Beban Jasa
XXX
Kredit
adalah sebagai berikut: Tanggal Uraian Des 31 Uang Muka Belanja XXX (prepayment) Cadangan Piutang
Debet XXX
Kredit
XXX
Atau Tanggal Jurnal Akrual Des 31 Uang Muka Belanja XXX (prepayment) Barang/Jasa yang harus diterima
Debet XXX
Kredit
XXX
XXX Pada basis akrual maka terhadap pengeluaran belanja di atas pada tanggal
6. Uang Muka Belanja
pelaporan beban yang sudah diakui pada Uang
Muka
belanja
adalah
pembayaran dimuka atas belanja yang diberikan
terlebih
pegawai/rekanan
dahulu
sebelum
menyerahkan
periode berjalan harus dikoreksi/dikurangi dengan cara dicatat sebagai Uang Muka belanja dan mengkredit akun beban yang
hasil
45
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH EDISI 16 KHUSUS AKRUAL
sesuai. Sehingga jurnal penyesuaian yang
7. Belanja yang Masih Harus dibayar
dibuat sebagai berikut: Tanggal Uraian Des 31 Uang Muka Belanja XXX (prepayment) Beban XXX
Belanja yang masih harus dibayar Debet XXX
Kredit
adalah
kewajiban
September
contoh
20X1
pihak
pemerintah
ketiga
atau
kepada
pihak
ketiga yang pada tanggal pelaporan XXX
keuangan Tagihan
Sebagai
tagihan
pihak
dapat
ketiga
dibayarkan.
belum
dapat
bulan
dibayarkan bisa saja disebabkan dana
Pegawai
yang tersedia pada tahun berjalan tidak
pada
seorang
belum
diberikan persekot pegawai sebesar Rp
mencukupi,
20.000.000,- sampai akhir tahun yang
karena
sudah dilakukan pengembalian melalui
menunggu anggaran tahun berikutnya.
potongan gaji sebesar Rp 5.000.000,-. Atas
Kewajiban yang belum dapat dibayarkan
kejadian
CTA
adalah kewajiban pemerintah kepada
digunakan dibuat penyesuaian sebagai
pegawai atau pihak ketiga yang pada
berikut:
tahun berjalan belum dibayarkan karena
tersebut
Tanggal Uraian Des 31 Belanja Pegawai Dibayar Dimuka Cadanga n Piutang
ketika
Debet 15.000.000
basis
Kredit
atau
alasan
belum
lain,
dibayarkan
sehingga
harus
belum diajukan pembayarannya atau dana yang tersedia tidak mencukupi. Belanja
yang
masih
harus
dibayar
dikelompokkan sebagai berikut: 15.000.000 a.
dibayar
Pada basisakrual jurnal penyesuaian yang dibuat adalah sebagai berikut: Tanggal Uraian Debet Kredit Des 31 Uang 15.000.000 Muka Belanja Pegawai Beban 15.000.000 Pegawai
Belanja Pegawai yang masih harus
b.
Belanja Barang yang masih harus dibayar
c.
Belanja Modal yang masih harus dibayar
d.
Belanja Bunga yang masih harus dibayar
e.
Belanja Subsidi yang masih harus dibayar
46
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH EDISI 16 KHUSUS AKRUAL
f.
Belanja Hibah yang masih harus dibayar
g.
Belanja Bantuan Sosial yang masih harus dibayar
h.
Belanja lain-lain yang masih harus dibayar. Belanja yang masih harus dibayar
tersebut di atas harus diidentifikasi pada akhir
tahun
oleh
Komitmen untuk
Pejabat
memastikan bahwa
sampai dengan akhir tahun anggaran, berdasarkan bukti-bukti yang ada dan bukan perkiraan/estimasi, seperti: SK Pangkat,
Surat
Keputusan,
Daftar Hadir, tagihan dari penyedia barang/jasa, BAST dan lain sebagainya. Selanjutnya
dibuatkan
daftar
diserahkan
kepada
petugas/bagian
untuk
akuntansi (SAI) untuk dibuat rekapitulasi
Pada basis CTA menggunakan pengganggaran,
sehingga
jurnal yang dibuat untuk belanja yang masih harus dibayar dipasangkan dengan akun Dana yang harus disediakan untuk pembayaran Maksudnya
hutang untuk
jangka tahun
Kredit
XXX
Dalam basis akrual, karena sudah menjadi kewajiban maka dicatat sebagai beban dengan akun pasangan Belanja XXX yang harus
dibayar.
Sehingga
jurnal
penyesuaian akrualnya sebagai berikut: Tanggal Uraian Debet Kredit Des 31 Beban XXX XXX Belanja XXX XXX yang masih harus dibayar a. Belanja pegawai yang masih harus dibayar:
dan Memo jurnal penyesuaian.
pendekatan
Debet XXX
Pembuat
terdapat belanja yang belum dibayar
Kenaikan
Tanggal Uraian Des 31 Dana Yang harus disediakan untuk pembayaran utang jangka pendek Belanja XXX yang masih harus dibayar
pendek. berikutnya
diperlukan dana atau anggaran untuk membayar belanja tersebut. Sehingga
Jurnal penyesuaian CTA: Tanggal Uraian Des 31 Dana Yang harus disediakan untuk pembayaran utang jangka pendek Belanja Pegawai yang masih harus dibayar
Debet XXX
Kredit
XXX
jurnalnya sebagai berikut:
47
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH EDISI 16 KHUSUS AKRUAL
Jurnal penyesuaian Akrual:
Tanggal Uraian Des 31 Beban Pegawai Belanja Pegawai yang masih harus dibayar
Dalam
Debet XXX
pendek Belanja Barang yang masih harus dibayar
Kredit
XXX
Jurnal Penyesuaian Akrual: Tangga l Des 31
menghitung
besarnya
belanja pegawai yang masih harus dibayar maka
perlu
diperhitungkan
semua
komponen belanja pegawai yang terutang yang
akan dibayarkan pada periode
XXX
Uraian Beban Pemeliharaan/ jasa/perjalana n dll Belanja Barang yang masih harus dibayar
Debe t XXX
Kredi t
XXX
Dalam menentukan beban jasa yang terutang
biasanya
didukung
berupa
berikutnya. Semua komponen belanja
dokumen tagihan atau informasi tagihan
tersebut
seperti
yang menunjukkan beban jasa yang
pegawai
akan
kenaikan
golongan pada
terutang pada akhir periode pelaporan,
tunjangan istri, tunjangan anak dan lain-
seperti tagihan rekening listrik, rekening
lain.
telepon dan lain-lain.
berpengaruh
b. Belanja Barang Yang Masih Harus Dibayar Untuk Belanja Barang yang belum dibayar sampai akhir tahun dan masih harus dibayar dibuat jurnal sebagai berikut:
Debet XXX
Pada satker Sekolah Tinggi Negeri (111111)
Kredit
masih
terdapat
tagihan
penggunaan daya dan jasa (telepon dan listrik) bulan Desember 20X1 yang belum dibayarkan sampai dengan 31 Desember 20X1
Jurnal penyesuaian CTA: Tanggal Uraian Des 31 Dana Yang harus disediakan untuk pembayaran utang jangka
Contoh:
sebesar
Rp4.000.000.
Realisasi
belanja langganan daya dan jasa (522111) selama tahun anggaran 20X1 sebesar Rp100.000.000. Pada basis CTA jurnal penyesuaian yang dibuat adalah sebagai berikut:
48
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH EDISI 16 KHUSUS AKRUAL
Akun 311611 211212
Uraian Dana yang harus disediakan untuk pembayaran utang jangka pendek Belanja barang yang masih harus dibayar
Debet 4.000.000
Kredit
4.000.000
Pada basis akrual jurnal penyesuaian yang dibuat adalah sebagai berikut: Akun 522111 211212
Uraian
Debet 4.000.000
Beban Listrik Belanja barang yang masih harus dibayar
Kredit 4.000.000
. Untuk belanja-belanja lainnya yang masih harus
dibayar
jurnal
menyesuaikan
yang
dengan
dibuat jenis
Apabila persediaan pengalami penurunan, akan dijurnal sebagai berikut:
belanja/beban. Des 31
8. Persediaan
Uraian Cadangan persediaan Persediaan
Debet XXX
Kredit
XXX
Dalam Basis CTA aplikasi sakpa menerima data persediaan dari aplikasi
Dalam Basis Akrual aplikasi SAIBA
SIMAK BMN. Proses terima data akan
untuk sementara belum menerima data
meng-update nilai persediaan terakhir
persediaan dari aplikasi SIMAK BMN.
dengan
cadangan
Sehingga dilakukan dengan perekaman
persediaan. Prosesnya dengan menambah
jurnal manual. Pada proses penyesuaian
atau mengurang dari saldo persediaan
dilakukan dengan dua jurnal yaitu jurnal
sebelumnya (menggunakan nilai mutasi
untuk
neto. Sehingga apabila ada penambahan
persediaan menjadi beban persediaan dan
persediaan akan dijurnal sebagai berikut:
menampilkan
akun
pasangan
Tanggal Uraian Des 31 Persediaan Cadangan persediaan
Debet XXX
Kredit
saldo
saldo
akhir
awal
persediaan
sebesar nilai persediaan terakhir dengan akun
XXX
mengkonversi
pasangan
beban
persediaan.
Sehingga saldo awal persedian akan dijurnal sebagai berikut: 49
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH EDISI 16 KHUSUS AKRUAL
Tanggal Uraian Des 31 Beban Persediaan Persediaan
Debet XXX
Kredit
berikut: XXX
Selanjutnya mencatat saldo akhir persediaan, dengan jurnal sebagai berikut: Tanggal Uraian Des 31 Persediaan Beban Persediaan Penyesuaian
Debet XXX
Kredit XXX
persediaan
penyesuaiannya dibuat jurnal sebagai
Tanggal Uraian Des 31 Beban penyisihan piutang tak tertagih Penyisihan Piutang Tak Tertagih
Debet XXX
Kredit
XXX
dilakukan Dalam hal sudah terdapat saldo
setiap akhir semester I dan Setiap akhir semester II.
Penyisihan Piutang tak tertagih sebelum
9. Penyisihan Piutang Tak Tertagih
dilakukan
penyesuaian
maka
jumlah
Penyisihan piutang tak tertagih
beban penyisihan memperhitungkan saldo
dilakukan dalam rangka penyajian net
akun cadangan penyisihan piutang tak
realizable
value.
piutang
tertagih. Dalam hal bersaldo negatif, maka
dilakukan
dengan cara
mengestimasi
beban penyisihan piutang tak tertagih
Penyisihan
berapa penyisihan piutang yang diestimasi
dapat
dalam rangka penyajian wajar tersebut.
Laporan
Pada basis CTA penyisihan piutang tak tertagih dilakukan dengan mendebet
dikredit
dan
disajikan
dalam
operasional
sebagai
beban
negatif. Contoh: Saldo Piutang PNBP per 31
akun cadangan piutang, sehingga jurnal
Desember
penyesuaiannya dibuat sebagai berikut:
dengan status lancar. Terhadap piutang
Tanggal Uraian Des 31 Cadangan Piutang Penyisihan Piutang Tak Tertagih
Pada
basis
Debet XXX
akrual
Kredit
sehingga
sebesar
10.000.000
tersebut dilakukan penyisihan 5‰ dari nilai piutang yaitu sebesar Rp 50.000,
XXX
selanjutnya dilakukan penyesuaian untuk mengakui adanya penyisihan piutang tak tertagih.
penyisihan
piutang tak tertagih diakui sebagai beban operasional,
20X1
Pada basis CTA jurnal penyesuaian yang dibuat sebagai berikut:
untuk
50
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH EDISI 16 KHUSUS AKRUAL
Tanggal Uraian Des 31 Cadangan Piutang Penyisihan Piutang Tak Tertagih Pada
basis
Debet 50.000
Kredit
50.000
akrual
penyisihan
piutang tak tertagih diakui sebagai beban operasional,
tertagih Penyisihan Piutang Tak Tertagih jangka panjang
sehingga
XXX
10. Penyusutan dan Amortisasi Penyusutan
untuk
adalah
alokasi
penyesuaiannya dibuat jurnal sebagai
sistematis atas nilai suatu aset tetap yang
berikut:
dapat disusutkan selama masa manfaat
Tanggal Uraian Des 31 Beban penyisihan piutang tak tertagih Penyisihan Piutang Tak Tertagih
Debet 50.000
Kredit
aset
yang
bersangkutan.
mulai diterapkan pada
Penyusutan tahun
2013.
Penyusutan Tahun 2013 dan Tahun 2014 masih menggunakan basis CTA. Dalam 50.000
basis ini nilai penyusutan untuk masingmasing periode diakui sebagai pengurang
Untuk Penyisihan piutang jangka panjang jurnal yang dibuat pada basis CTA
nilai tercatat aset tetap dalam neraca. Jurnal
yang
dibuat
adalah
dengan
mendebet akun Diinvestasikan Dalam Aset
adalah sebagai berikut:
Tetap dan mengkredit Akun Akumulasi Tanggal Uraian Des 31 Diinvestasikan dalam aset lainnya Penyisihan Piutang Tak Tertagih jangka panjang Pada
basis
Debet Kredit XXX
penyesuaian untuk penyesutan dalam basis CTA sebagai berikut:
XXX
akrual
jurnal
penyesuaiannya addalah sebagai berikut: Tanggal Uraian Des 31 Beban Penyisihan Piutang tak
Penyusutan Aset Tetap, sehingga jurnal
Debet XXX
Kredit
Tanggal Uraian Des 31 Diinvestasikan dalam aset tetap Akumulasi Penyusutan
Pada
basis
Debet Kredit XXX
XXX
akrual
penyusutan
dicatat sebagai beban penyusutan dalam laporan
operasional
dengan
akun
51
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH EDISI 16 KHUSUS AKRUAL
pasangan Sehingga
Akumulasi pada
penyusutan.
waktu
dilakukan
2014, sekaligus transisi menuju basis akrual
yang akan dilaksanakan secara
penyusutan dibuat jurnal penyesuaian
penuh mulai tahun 2015. Beberapa
sebagai berikut:
perubahan mungkin akan terjadi sejalan
Tanggal Uraian Des 31 Beban Penyusutan Akumulasi Penyusutan
Debet XXX
Kredit
XXX
Amortisasi adalah pengurangan nilai aset tak berwujud secara sistematis yang dilakukan setiap periode akuntansi dalam jangka waktu tertentu. Dalam basis
dengan penyempurnaan sistem akuntansi pemerintah pusat. Panduan teknis ini juga dapat dimanfaatkan oleh pemerintah daerah dalam penyelenggaraan akuntansi berbasis akrual yang juga akan dimulai pada tahun 2015, disesuaikan dengan karakteristik akuntansi pada pemerintah provinsi/kabupaten/kota.
CTA Amortisasi Aset Tak berwujud belum diterapkan.
Bila
dalam
basis
akrual
diterapkan nilai amortisasi masing-masing periode diakui sebagai beban amortisasi yang disajikan di laporan operasional dan mengurangi nilai buku aset tak berwujud pada
neraca.
Sehingga
pada
saat
dilakukan amortisasi dilakukan pencatatan jurnal sebagai berikut: Tanggal Uraian Des 31 Beban Amortisasi Akumulasi Amortisasi ATB
Referensi: 1. Peraturan Menteri Keuangan nomor 201/PMK.06/2010 tentang Kualitas Piutang
Kementerian
Negara/Lembaga dan Pembentukan Penyisihan Pitang Tak Tertagih. 2. Peraturan Menteri Keuangan nomor: 01/MK.06/2013 tentang Penyusutan
Debet XXX
Kredit
Barang Milik Negara Berupa Aset Tetap pada Entitas Pemerintah Pusat.
XXX
3. Komite
Standar
Akuntansi
Pemerintahan, Buletin Teknis Nomor 06 Tentang Akuntansi Piutang.
PENUTUP Panduan teknis ini dimaksudkan dapat digunakan dalam implementasi basis
kas
menuju
akrual
untuk
penyusunan laporan keuangan tahun
4. Peraturan
Direktur
Perbendaharaan 62/PB/2009
Nomor: tentang
Jenderal PerTatacara
Penyajian Informasi Pendapatan Dan
52
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH EDISI 16 KHUSUS AKRUAL
Belanja Secara Akrual Pada Laporan Keuangan 5. Peraturan
Direktur
Perbendaharaan 82/PB/2011
Jenderal
Nomor: tentang
Per-
Pedoman
Akuntansi Penyisihan Piutang Tak Tertagih pada Kementerian/Lembaga 6. Peraturan
Direktur
Perbendaharaan /PB/2011
Nomor:
tentang
Jenderal Per-85
Penatausahaan
Piutang Penerimaan Negara Bukan Pajak Pada Satuan Kerja Kementerian Negara/Lembaga 7. Kementerian Keuangan, Modul Bisnis Proses
Sistem
Akuntansi
Instansi
Berbasis Akrual, 2014
53
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH EDISI 16 KHUSUS AKRUAL
Selangkah Lebih Dekat Dengan Sistem Akuntansi Instansi Berbasis Akrual (SAIBA) Oleh : M Iqbal Firdaus
1.
Pendahuluan
Dalam
Reformasi keuangan negara yang
akuntansi
menunjang
berbasis
penerapan
akrual
tersebut,
ditandai dengan diterbitkannya Undang-
Pemerintah
Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang
Sistem Akuntansi Instansi Berbasis Akrual,
Keuangan
atau selanjutnya disebut dengan SAIBA.
Negara
terus
mengalami
mengembangkan
perkembangan berarti setiap tahunnya,
SAIBA
terlebih
aplikasi Sistem Akuntansi Kuasa Pengguna
dengan
adanya
komitmen
adalah
Aplikasi
penyempurnaan
Pemerintah untuk menerapkan akuntansi
Anggaran
berbasis akrual dalam penyajian laporan
dipergunakan tahun-tahun sebelumnya,
keuangan
sehingga dapat mengakomodir laporan-
di
tahun
2015.
Berbagai
penyempurnaan peraturan dan proses
laporan
bisnis
akuntansi
dalam
menghadapi
penerapan
(SAKPA)
yang
yang
dari
telah
dipersyaratkan
berbasis
akrual.
dalam
Pemilihan
akuntansi berbasis akrual telah diterbitkan
SAKPA sebagai dasar penyempurnaan
pemerintah, yaitu antara lain melalui PMK
aplikasi bertujuan agar para operator di
nomor 213/PMK.05/2013 tentang Sistem
masing-masing
Akuntansi
mengalami hambatan yang berarti dalam
Pemerintah
dan
Pelaporan
Pusat,
PMK
Keuangan nomor
satuan
menggunakan,
kerja
tidak
mengoperasikan
214/PMK.05/2013 tentang Bagan Akun
menghasilkan
Standar, PMK nomor 215/PMK.05/2013
dipersyaratkan dalam akuntansi berbasis
tentang Jurnal Standar Pemerintah Pada
akrual, serta yang lebih penting lagi
Pemerintah Pusat, dan PMK nomor
adalah
219/PMK.05/2013
laporan yang dihasilkan tanpa banyak
tentang
Akuntansi Pemerintah Pusat.
Kebijakan
laporan-laporan
dan
meyakini
kebenaran
yang
laporan-
kendala yang berarti.
54
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH EDISI 16 KHUSUS AKRUAL
Gambar 1. Pengembangan Aplikasi dalam Implementasi Akuntansi Berbasis Akrual
Pada Gambar 1 tampak bahwa di
akan diintegrasikan ke dalam SAKTI yang
tahun 2015 sebagai awal implementasi
mencakup antara lain modul anggaran,
akuntansi berbasis akrual, aplikasi SAKPA
modul
yang
modul pembayaran, modul aset tetap,
selama
ini
digunakan
akan
komitmen,
modul
disempurnakan menjadi SAIBA yang telah
modul
mengakomodir
Pelaporan, serta modul admin.
output-output
yang
dipersyaratkan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan. Aplikasi SIMAK BMN di tahun 2015 cenderung tidak berubah dan mekanismenya masih sama dengan tahun-tahun sebelumnya, yaitu dengan melakukan transfer ADK SIMAK BMN ke dalam aplikasi SAIBA, dan untuk penatausahaan barang persediaan pun tetap menggunakan aplikasi Persediaan. SAIBA dan SIMAK BMN digunakan dalam masa transisi di tahun 2015 nantinya sebelum
Sistem
Terintegrasi
Aplikasi
(SAKTI)
Keuangan
secara
resmi
dipergunakan. Ketika SAKTI telah siap
persediaan,
bendahara,
modul
GL
dan
Penggunaan SAIBA ini diharapkan dapat menjadi pembelajaran awal bagi para
penyusun
laporan
keuangan,
terutama para operator di masing-masing satuan kerja dalam memahami prinsipprinsip akuntansi berbasis akrual dalam menghasilkan dipersyaratkan
laporan-laporan dalam
yang
penerapan
akuntansi berbasis akrual. Sampai dengan tulisan ini disusun, SAIBA masih terus dilakukan pengembangan, dan apa yang penulis sampaikan pada tulisan ini adalah sekelumit perkembangan dari aplikasi SAIBA,
dan
SAIBA
ini
masih
terus
digunakan, maka SAIBA dan SIMAK BMN 55
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH EDISI 16 KHUSUS AKRUAL
dilakukan pengembangan dengan harapan
dan Laporan Perubahan Ekuitas (LPE).
dapat meng-cover seluruh transaksi yang
Pengertian atau definisi atas komponen-
ada dan tentunya dapat menghasilkan
komponen
laporan keuangan berbasis akrual yang
tersebut yaitu:
akurat dan handal. Tulisan ini lebih
1.
dalam
Neraca
laporan
merupakan
keuangan
komponen
kepada pengenalan bagi kita semua atas
laporan
apa yang akan kita hadapi di tahun 2015
menggambarkan
dalam hal pelaporan keuangan yang
suatu entitas pelaporan mengenai
sudah berbasis full accrual dan tidak lagi
aset, kewajiban, dan ekuitas
cash toward accrual, terutama dalam
tanggal tertentu;
memahami SAIBA sebagai salah satu
2.
keuangan posisi
yang keuangan
pada
Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
aplikasi penunjang bagi masing-masing
merupakan
komponen
satuan kerja penerima dana APBN dalam
keuangan
yang
menghasilkan laporan keuangan yang
informasi
mengenai
berbasis akrual.
pendapatan-LRA, belanja, transfer,
2.
masing-masing
keuangan
dengan
sampai dengan saat ini (basis cash toward accrual)
meliputi
Laporan
atas
Laporan
laporan
dan
sudah diterapkan penuh pada tahun 2015,
accrual, ditambah pula beberapa output laporan baru sebagai penyempurnaan laporan keuangan yang telah ada, yakni Laporan
Operasional
(LO),
Laporan
Perubahan Saldo Anggaran Lebih (LP-SAL),
Informasi
dalam
mengevaluasi
sumber daya ekonomi, akuntabilitas
sedangkan nantinya apabila basis akrual
laporan keuangan berbasis cash toward
anggarannya.
keputusan mengenai alokasi sumber-
Keuangan,
selain output yang telah dihasilkan dalam
diperbandingkan
tersebut berguna bagi para pengguna
Realisasi
Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan
realisasi
dari suatu entitas pelaporan yang
dihasilkan oleh SAIBA laporan
menyediakan
surplus/defisit-LRA, dan pembiayaan
Komponen Laporan Keuangan yang
Komponen
laporan
ketaatan
entitas
pelaporan
terhadap anggaran; 3.
Laporan Operasional (LO) merupakan komponen laporan keuangan yang menyediakan seluruh
informasi
kegiatan
mengenai operasional
keuangan entitas pelaporan yang tercerminkan dalam pendapatan-LO,
56
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH EDISI 16 KHUSUS AKRUAL
beban,
dan
operasional
surplus/defisit
dari
suatu
entitas
tahun berjalan, Koreksi Kesalahan
pelaporan. Disamping melaporkan
Pembukuan Tahun Sebelumnya, dan
kegiatan
Saldo Anggaran Lebih Akhir;
operasional,
LO
juga
melaporkan transaksi keuangan dari
4.
7.
Catatan
Laporan
Keuangan
(CaLK) merupakan komponen laporan
luar biasa yang merupakan transaksi
keuangan yang meliputi penjelasan,
di luar tugas dan fungsi utama
daftar rincian dan/atau analisis atas
entitas;
laporan keuangan dan pos-pos yang
Laporan Arus Kas (LAK) adalah bagian
disajikan dalam LRA, LPSAL, Neraca,
dari
LO, LAK, dan LPE. Termasuk pula
laporan
keuangan
yang
penerimaan
dalam
CaLK
adalah
informasi
tertentu
dianjurkan oleh Standar Akuntansi
yang
diklasifikasikan
aktivitas
operasi,
yang
penyajian
dan pengeluaran kas selama periode
berdasarkan
Pemerintahan
diharuskan
(SAP)
dan
serta
investasi, pendanaan dan transitoris;
pengungkapan-pengungkapan
Laporan Perubahan Ekuitas (LPE)
lainnya
merupakan
penyajian wajar laporan keuangan,
komponen
laporan
yang
keuangan yang menyajikan sekurang-
seperti
kurangnya pos-pos ekuitas awal,
dan/atau
surplus/defisit-LO
lainnya.
pada
periode
bersangkutan, koreksi-koreksi yang langsung
menambah/mengurangi
ekuitas, dan ekuitas akhir; 6.
atas
kegiatan non operasional dan pos
menyajikan informasi
5.
Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran
Laporan
Perubahan
merupakan
SAL
komponen
(LPSAL) laporan
keuangan yang menyajikan secara komparatif
dengan
periode
sebelumnya pos-pos berikut : Saldo Anggaran Lebih Saldo
awal, Penggunaan
Anggaran
Lebih,
Sisa
diperlukan
kewajiban
untuk
kontinjensi
komitmen-komitmen
Dari seluruh komponen laporan keuangan tersebut, untuk masing-masing satuan
kerja
lingkup
kementerian
negara/lembaga sebagai penerima dana APBN, yang wajib untuk disusun hanyalah 5 (lima) komponen laporan keuangan, yaitu Neraca, LRA, LO, LPE, dan CaLK. Sedangkan
untuk
komponen
laporan
keuangan yang lainnya akan disusun oleh Kementerian Keuangan selaku Bendahara
57
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH EDISI 16 KHUSUS AKRUAL
Umum Negara (BUN).
SAIBA dapat
menghasilkan output berupa LRA, Neraca,
SAIBA, namun tentunya tetap sesuai dengan aturan yang berlaku.
LO, dan LPE, sedangkan CaLK tetap disusun secara manual tanpa melalui Gambar 2. Bisnis Proses Sistem Akuntansi Instansi Berbasis Akrual
3.
Proses
Bisnis
Sistem
Akuntansi
Instansi Berbasis Akrual (SAIBA) Proses bisnis SAIBA dimulai dengan
SPM/SP2D, Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP), dan Surat Setoran Pengembalian Belanja
(SSPB).
Kemudian
untuk
tahap persiapan yang meliputi antara lain
penerimaan data/ADK dari SIMAK BMN
instalasi, melengkapi tabel referensi, dan
adalah terkait adanya pencatatan aset
membuat user operator, yang kemudian
tetap/aset
dilanjutkan dengan tahap pengambilan
update nilai persediaan dalam neraca,
saldo awal. Transaksi dalam tahun bejalan
sedangkan penyesuaian dilakukan untuk
meliputi
memberikan nilai yang akurat terhadap
dokumen
antara sumber
lain oleh
penginputan operator,
lainnya,
transaksi-transaksi
penyusutan
yang
serta
berpengaruh
penerimaan data/ADK dari SIMAK BMN
terhadap pendapatan-LO maupun beban
dan penyesuaian. Penginputan dokumen
secara
sumber dapat dilakukan baik secara
laporan keuangan dapat terpenuhi. Selain
manual ataupun transfer dari Aplikasi
itu penyesuaian dilakukan pula untuk
SPM. Dokumen sumber tersebut dapat
memperoleh nilai-nilai akun dalam neraca
antara lain berupa DIPA/Revisi DIPA,
yang akurat.
akrual,
sehingga
periodisitas
58
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH EDISI 16 KHUSUS AKRUAL
Transaksi-transaksi dalam tahun
Tahap terakhir setelah dilakukan
berjalan tersebut akan diproses dalam
posting yaitu pencetakan output-output
aplikasi
jurnal-jurnal
laporan keuangan yang dihasilkan oleh
transaksi sebagai dasar penyusunan Buku
SAIBA dan penyusunan Catatan atas
Besar.
Laporan Keuangan (CalK).
SAIBA
menjadi
Tahap
melakukan
selanjutnyaadalah
posting.
Posting
adalah
memasukkan debet dan kredit pada masing-masing
jurnal
yang
telah
dihasilkan sebelumnya ke dalam masingmasing kelompok buku besarnya. Posting dilakukan per periode bulanan dan dapat dilakukan
posting
kembali
apabila
terdapat perbaikan data atau transaksi baru. Kemudian yang membedakan SAIBA dengan aplikasi SAKPA sebelumnya adalah bahwa SAIBA membentuk 2 (dua) Buku Besar, yaitu Buku Besar Kas dan Buku Besar Akrual. Adapun Buku Besar Kas disusun dalam rangka menyusun Laporan Realisasi Anggaran, yang berupa estimasi pendapatan, alotment belanja DIPA/Revisi DIPA,
dalam
realisasi Pendapatan
LRA, realisasi Pengembalian Pendapatan, realisasi
Belanja,
dan
realisasi
Pengembalian Belanja. Sedangkan Buku Besar
Akrual
disusun
dalam
rangka
menghasilkan LO, LPE, dan Neraca. Buku Besar Akrual akan manampung akun-akun nominal yang ada dalam LO dan LPE, serta akun-akun riil yang ada di Neraca.
3.A. Langkah Awal Penggunaan SAIBA Aplikasi ini digunakan untuk semua satker dengan
jenis
KP/KD/DK/TP/UB.
kewenangan: Jenis
kewenangan
ditentukan pada saat registrasi user. Langkah awal penggunaan aplikasi SAIBA yaitu sebagai berikut : 1. Install Aplikasi SAIBA 2015; Installer
aplikasi
diunduh
di
SAIBA
dapat website
www.perbendaharaan.go.id
dan
apabila sudah diinstal dengan sempurna, maka aplikasi SAIBA 2015 ini akan tersimpan dalam folder C:\SAIBA. 2. Login dengan user ID : admin Password : admin; User ID admin tidak boleh diubah atau dihapus dan digunakan untuk merekam tabel referensi satuan kerja dan user ID operator untuk masing-masing satuan kerja. 3. Melengkapi Tabel Referensi Satuan Kerja; Tabel referensi satuan kerja diisi dengan kodefikasi satuan kerja
59
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH EDISI 16 KHUSUS AKRUAL
sesuai yang tertera dalam DIPA
akurat, karena saldo neraca akhir tahun
yang
2014 akan menjadi saldo awal dalam
diperoleh
masing-masing
satuan kerja.
neraca tahun 2015. Pengambilan saldo
4. Membuat user operator;
awal ini dapat dilakukan berulang kali
User operator digunakan sebagai
apabila terdapat kesalahan/kekeliruan,
identitas spesifik masing-masing
atau dapat pula atas rekomendasi dari
satuan kerja dan digunakan setiap
auditor untuk melakukan koreksi pada
kali masuk ke dalam aplikasi SAIBA
neraca per tanggal 31 Desember 2014
untuk satuan kerja kita, serta
tersebut.
menjaga
agar
tidak
Pengambilan Saldo Awal dilakukan
database
melalui menu Proses Pengambilan
satuan kerja lain meskipun masih
Saldo Awal dan sesuaikan lokasi direktori
dalam satu aplikasi SAIBA yang
buku besar aplikasi 2014 sesuai dengan
sama.
lokasi database aplikasi SAKPA 2014.
bercampur
database
dengan
5. Log off 6. Masuk
Untuk lokasi default-nya apabila tidak dengan User Operator
dengan TA : 2015. Dengan operator
perubahan
adalah
di
C:\SAKPA14\TRN\. Atau cara ini dapat
menggunakan pada
dilakukan
aplikasi
user SAIBA,
dilakukan dengan cara browsing dengan mengklik tombol
. Pada saat proses
berarti aplikasi sudah siap untuk
Pengambilan Saldo Awal 2015, aplikasi
dipergunakan dan menghasilkan
SAKPA 2014 harus dalam keadaan tidak
laporan keuangan.
aktif.
3.B. Pengambilan Saldo Akhir SAKPA 2014 Sebagai Saldo Awal SAIBA Dalam melakukan kegiatan ini, satu hal yang harus digarisbawahi adalah kita harus memiliki aplikasi SAKPA 2014 yang telah mengakomodir neraca per tanggal 31 Desember 2014 audited. Hal ini penting guna memperoleh saldo awal
Apabila
sudah,
maka
tinggal
mengklik Proses Data dan proses migrasi data akan secara otomatis dilakukan. Dalam proses pengambilan saldo awal
SAIBA
tahun
2015,
terdapat
beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu sebagai berikut : 1. Kelompok akun Aset dalam neraca akhir tahun 2014 akan dimigrasi tetap
neraca per tanggal 1 Januari 2015 yang
60
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH EDISI 16 KHUSUS AKRUAL
menjadi kelompok akun Aset dalam
sebelumnya
neraca awal tahun 2015;
Pendapatan yang Ditangguhkan.
2. Kelompok neraca
akun
akhir
Kewajiban tahun
2014
ditambah
akun
dalam akan
3.C. Transaksi dalam Tahun Berjalan
dimigrasi tetap menjadi kelompok
Dalam beberapa contoh transaksi
akun Kewajiban dalam neraca awal
tahun berjalan di bawah ini dijabarkan
tahun 2015, kecuali untuk
sampai
akun
dengan
proses
posting
dan
Pendapatan yang Ditangguhkan. Akun
pencetakan komponen laporan keuangan
Pendapatan yang Ditangguhkan akan
yang berpengaruh. Hal ini dilakukan
dimigrasi
dengan
menjadi
Ekuitas
dalam
harapan
dapat
memberikan
neraca awal 2015, karena pendapatan
penjelasan
yang
yang
diakui
pengaruh
masing-masing
sebagai penambah nilai kekayaan
terhadap
bersih pemerintah, meskipun pada
keuangan yang ada. Adapun contoh-
saat pelaporan uangnya belum disetor
contoh transaksi dalam tahun berjalan
ke rekening kas negara, dan bukanlah
adalah sebagai berikut:
merupakan kewajiban yang harus
3.C.1. Penginputan Dokumen Sumber
dipenuhi oleh pemerintah;
Penginputan Alotment Belanja dan
ditangguhkan
sudah
3. Kelompok akun Ekuitas yang dalam neraca akhir tahun 2014 terbagi
setiap
Estimasi
menyeluruh
atas
transaksi
komponen
laporan
Pendapatan
dalam
DIPA/Revisi DIPA;
menjadi akun Ekuitas Dana Lancar,
Untuk
perekaman
alotment
Ekuitas Dana Investasi, dan Ekuitas
belanja dapat dilakukan dengan cara
Dana Lainnya, akan dimigrasi menjadi
transfer dari aplikasi SPM atau dilakukan
satu bentuk tunggal akun Ekuitas,
secara manual melalui menu Transaksi
tidak terdapat lagi akun Ekuitas Dana
Daftar DIPA untuk merekam DIPA awal
Lana Lancar, Ekuitas Dana Investasi,
dan melalui menu Transaksi DIPA
dan Ekuitas Dana Lainnya. Akun
Revisi
Ekuitas pada neraca awal 2015 adalah
Penginputan DIPA awal atau DIPA Revisi
akumulasi dari keseluruhan kelompok
pada prinsipnya adalah sama, yaitu
akun
sebagai alat kontrol realisasi anggaran dan
Ekuitas
di
akhir
tahun
untuk
merekam
DIPA
Revisi.
merupakan batas tertinggi yang tidak
61
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH EDISI 16 KHUSUS AKRUAL
dapat dilampaui. Untuk field-field yang
Revisi dilakukan dengan menggunakan
harus diisi tidak berbeda dengan aplikasi
menu Transaksi Estimasi Pendapatan.
SAKPA sebelumnya, baik itu nomor dan
Untuk estimasi pendapatan tidak dapat
tanggal dokumen, tanggal buku, jenis
melalui transfer dari aplikasi SPM dan
satker, kode KPPN, kode sumber dana dan
harus
cara
manual.
penarikan,
program,
dilakukan
penginputan
secara
kegiatan/output/akun, dan Rupiah Pagu. Sedangkan
untuk
menginput
estimasi pendapatan dalam DIPA/DIPA Tabel 1. Alotment Belanja dan Estimasi Pendapatan DIPA Satuan Kerja Simulasi Tahun 2015
62
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH EDISI 16 KHUSUS AKRUAL
Penginputan
alotment
belanja
dan
dilakukan penginputan dan dilakukan
estimasi pendapatan dalam DIPA seperti
posting dalam SAIBA, maka tampilan LRA
tersebut pada tabel akan mempengaruhi
Satuan Kerja Simulasi adalah sebagai
LRA dan tidak mempengaruhi output
berikut:
laporan keuangan yang lain. Apabila telah Tabel 2. Laporan Realisasi Anggaran Satuan Kerja Simulasi Tahun 2015
Penginputan SPM/SP2D
penambahan aset lancar berupa
a. Penginputan SPM/SP2D UP/TUP.
kas di bendahara pengeluaran dan
Penerbitan
SPM/SP2D
persediaan/tambahan persediaan masih
prinsipnya
bersifat
uang
penambahan kewajiban berupa
uang
uang muka KPPN.
adalah
b. Penginputan SPM/SP2D sebagai
pengeluaran
dokumen sumber belanja dan/atau
transito yang belum membebani
beban.
anggaran. Atas transaksi ini akan
Sebelum
dicatat di buku besar akrual dan
penginputan SPM/SP2D sebagai
laporan yang bepengaruh adalah
dokumen sumber belanja dan/atau
neraca,
beban, penting bagi kita untuk
yaitu
terdapat
kita
melakukan
63
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH EDISI 16 KHUSUS AKRUAL
memahami dengan baik konsep
ketahui,
belanja
anggaran dari rekening kas umum
dan
Pengenalan
konsep
konsep
beban.
beban
ini
yaitu
negara yang tidak akan diperoleh
adalah hal baru di tahun 2015
kembali
seiring
pemerintah.
dengan
akuntansi
berbasis
pengeluaran
penerapan akrual,
pembayarannya Adapun
oleh konsep
mendasar dari belanja dan beban
sedangkan konsep belanja pada
adalah sebagai berikut:
prinsipnya sama dengan konsep belanja
yang
selama
ini
kita
Tabel 3. Perbedaan Konsep Mendasar Belanja dan Beban Belanja
Beban
Definisi
Belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara yang mengurangi Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran bersangkutan dan tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah.
Beban adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa termasuk potensi pendapatan yang hilang, atau biaya yang timbul akibat transaksi tersebut dalam periode pelaporan yang berdampak pada penurunan ekuitas, baik berupa pengeluaran, konsumsi aset atau timbulnya kewajiban.
Jenis
a. Belanja Pegawai; b. Belanja Barang; c. Belanja Modal; d. Belanja Bunga Utang; e. Belanja Subsidi; f. Belanja Hibah; g. Belanja Bantuan Sosial; dan h. Belanja Lain-lain. Belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara atau pengesahan dari Bendahara Umum Negara/Kuasa Bendahara Umum Negara.
a. b. c. d. e. f. g. h. i. a.
Pengakuan
Beban Pegawai; Beban Barang dan Jasa; Beban Bunga; Beban Subsidi; Beban Hibah; Beban Bantuan Sosial; Beban Lain-lain/Tidak Terduga; Beban Murni Akrual; dan Beban Transfer. Terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa. b. Terjadinya konsumsi aset. c. Timbulnya kewajiban
64
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH EDISI 16 KHUSUS AKRUAL
Pengukuran Belanja diukur berdasarkan a. Pengukuran beban menganut nilai nominal yang prinsip periodisitas, dan harus dikeluarkan dan tercantum dapat dipisahkan mana yang dalam dokumen sumber menjadi beban periode pelaporan pengeluaran yang sah untuk sekarang dan mana yang menjadi pengeluaran dari Kas Negara beban pada periode pelaporan (SPM/SP2D) atau pengesahan yang akan datang. oleh bendahara umum b. Beban diukur berdasarkan negara (SPHL/SP3) dan diukur besarnya nilai kewajiban berdasarkan azas bruto. pemerintah yang tercantum dalam dokumen sumber yang sah, meskipun kewajiban pemerintah tersebut belum dibayarkan pada saat tanggal pelaporan. c. Untuk beban persediaan diukur sebesar pemakaian persediaan dalam satu periode pelaporan dan dihitung berdasarkan hasil inventarisasi fisik, yaitu dengan cara menghitung saldo awal persediaan ditambah pembelian atau perolehan persediaan selama periode pelaporan dikurangi dengan saldo akhir persediaan berdasarkan hasil inventarisasi fisik. d. Untuk beban penyusutan diukur sesuai nilai penyusutan atas aset yang terjadi dalam kurun waktu satu periode pelaporan sesuai dengan metode penyusutan yang digunakan. e. Untuk beban penyisihan piutang tak tertagih diukur dengan cara mengestimasi besarnya piutang yang kemungkinan tak tertagih sesuai ketentuan yang berlaku. (diintisarikan dari Modul Kebijakan Akuntansi Berbasis Akrual, PPAKP, 2014) Dari tabel tersebut dapat kita peroleh
kesimpulan
bahwa
tidak
semua belanja yang telah dikeluarkan akan otomatis menjadi beban di
65
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH EDISI 16 KHUSUS AKRUAL
periode pelaporan yang bersangkutan,
Apabila aplikasi SPM dan SAIBA berada
karena
yang
pada komputer yang sama atau sudah
diterapkan dalam pengakuan beban.
terkoneksi dengan database aplikasi
Belanja untuk yang masa manfaat atas
SPM,
belanja tersebut kita peroleh lebih dari
SPM/SP2D dapat dilakukan dengan
satu periode pelaporan, yang akan
proses peng-copy-an data SPM ke
menjadi
dalam
prinsip
periodisitas
beban
maka
data
hanyalah
yang
peroleh
untuk
aplikasi SPM, nomor SP2D untuk SPM
periode pelaporan ini saja, sedangkan
tersebut telah dilakukan proses proses
yang manfaatnya kita peroleh di
Load Master.
manfaatnya
kita
periode pelaporan mendatang akan
SAIBA.
perekaman
Sebelumnya,
pada
Yang harus diperhatikan adalah bahwa
menjadi beban di periode pelaporan
penginputan
selanjutnya.
untuk
hanya dilakukan satu kali dan akan
selalu
terbentuk dua jurnal, yaitu jurnal kas
Kemudian
pengakuan
beban
tidak
didahului dengan adanya belanja,
dan
jurnal
SPM/SP2D
akrual.
tersebut
Jurnal-jurnal
namun beban diakui setelah terjadinya
tersebut
penurunan manfaat ekonomi atau
kemudian akan masuk ke Buku Besar
potensi jasa, konsumsi aset, dan
Kas untuk pengakuan belanjanya yang
timbulnya kewajiban pemerintah.
akan berpengaruh terhadap LRA dan
Penginputan
ke
SPM/SP2D
sebagai
Buku
apabila
Besar
telah
di-posting
Akrual
untuk
dokumen sumber belanja dan/atau
pengakuan
beban
menu
berpengaruh ke LO, LPE, dan neraca.
SPM/SP2D.
Hal inilah yang sering disebut sebagai
Tampilan dan field yang harus diisi
jurnal korolari dari buku besar kas ke
dalam SAIBA pun tidak jauh berbeda
buku besar akrual dalam transaksi
dengan aplikasi sebelumnya, mulai
anggaran. Untuk lebih detailnya jurnal
dari tanggal dan nomor SPM, tanggal
korolari tersebut dapat dijelaskan
dan nomor SP2D, jumlah bayar,
pada tabel berikut:
Transaksi
sampai
dilakukan
melalui
daftar
dengan
akun,
bebannya
yang
akan
rupiah
pengeluaran, dan rupiah potongan.
66
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH EDISI 16 KHUSUS AKRUAL
Tabel 4. Jurnal Korolari dari Buku Besar Kas ke Buku Besar Akrual Realisasi pada Buku Besar Kas
Jurnal Korolari pada Buku Besar Akrual
Belanja Pegawai Belanja Barang
Beban Pegawai Beban Persediaan Beban Jasa Beban Pemeliharaan Beban Perjalanan Dinas Beban Barang Untuk Diserahkan kepada Masyarakat Beban Lain-Lain Belanja Bunga Beban Bunga Belanja Subsidi Beban Subsidi Belanja Hibah Beban Hibah Belanja Bantuan Sosial Beban Bantuan Sosial Belanja Transfer Beban Transfer Belanja Lain-Lain Beban Lain-Lain Terkait dengan belanja barang, jurnal Kerja Simulasi sebesar korolari yang terbentuk pada buku besar
akrual
dibanding
akan
lebih
rinci
dengan jurnal korolari
Rp2.000.000,-; Pada tanggal 5 Januari 2015 diterbitkan
SP2D
atas
Belanja
belanja-belanja yang lain, karena
Barang untuk pembelian alat tulis
kompleksitas penggunaan kelompok
kantor senilai Rp1.000.000,-;
akun belanja barang dalam bagan
Pada tanggal 10 Januari 2015
akun standar. Jurnal korolari yang
diteritkan SP2D atas SPM Belanja
terbentuk
dapat
persediaan,
beban
Barang untuk pembayaran belanja
jasa,
beban
langganan daya dan jasa sebesar
beban
pemeliharaan, beban
berupa
barang
beban
perjalanan,
untuk
diserahkan
Rp1.500.000,-; Pada tanggal 12 Januari 2015
kepada masyarakat, dan beban lain-
diterbitkan
lain.
Barang untuk pembayaran belanja
Contoh :
pemeliharaan senilai Rp3.000.000,-
Pada tanggal 2 Januari 2015 diterbitkan SP2D atas SPM Gaji
SP2D
atas
Belanja
Pada tanggal 15 Januari 2015 diterbitkan
SP2D
atas
Belanja
Pegawai yang diajukan oleh Satuan
67
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH EDISI 16 KHUSUS AKRUAL
Barang untuk diserahkan kepada
pembelian alat tulis kantor senilai
masyarakat senilai Rp4.000.000,-;
Rp.1.000.000,-
Pada tanggal 20 Januari 2015 diterbitkan
SP2D
Bantuan
atas
Sosial
Belanja senilai
sepenuhnya
akan
dianggap sebagai beban persediaan, karena terkait dengan persediaan SAIBA
menggunakan
pendekatan
beban, sehingga tidak mempengaruhi
Rp10.000.000,-. Transaksi-transaksi tersebut apabila
neraca. Nilai persediaan ini kemudian
kita lakukan penginputan dalam SAIBA
akan dilakukan penyesuaian apabila
akan
sampai
mempengaruhi
laporan
akhir
periode opname
pelaporan
keuangan yang berupa LRA, LO, dan
berdasarkan
LPE. Neraca dalam hal ini tidak
terdapat
mengalami perubahan karena belanja-
tersebut. Berikut adalah hasil output
belanja tersebut bukanlah merupakan
laporan tersebut dalam SAIBA:
sisa
barang
fisik
masih
persediaan
belanja modal, dan kemudian untuk Tabel 5. Laporan Realisasi Anggaran Satuan Kerja Simulasi Tahun 2015
68
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH EDISI 16 KHUSUS AKRUAL
Tabel 6. Laporan Operasional Satuan Kerja Simulasi Tahun 2015
69
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH EDISI 16 KHUSUS AKRUAL
Tabel 7. Laporan Perubahan Ekuitas Satuan Kerja Simulasi Tahun 2015
c. Penginputan SPM/SP2D belanja modal. Mekanisme
menghasilkan aset non lancar adalah sama dengan mekanisme
penginputan
penginputan SPM/SP2D belanja
SPM/SP2D belanja modal yang
atau beban. Penginputannya tetap
70
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH EDISI 16 KHUSUS AKRUAL
satu kali dan akan membentuk dua
mempengaruhi laporan keuangan
jurnal yang berbeda, yaitu jurnal
LRA, LPE, dan neraca.
kas untuk pengakuan belanjanya
Contoh :
dan jurnal akrual untuk pengakuan
Pada tanggal 20 Januari 2015
asetnya. Dalam SAIBA, apabila
diterbitkan SP2D atas SPM belanja
terhadap SPM/SP2D belanja modal
modal untuk pengadaan pendingin
tersebut belum dilakukan transfer
ruangan yang diajukan oleh Satuan
ADK dari SIMAK BMN, maka di
Kerja
neraca akan muncul sebagai aset
Rp7.800.000,-,
yang belum diregister dan akan
dilakukan penginputan di SIMAK
menjadi
sudah
BMN dan transfer ADK ke SAIBA.
dilakukan transfer ADK dari SIMAK
Atas transaksi ini maka akan
BMN. Transaksi SPM/SP2D belanja
berpengaruh terhadap laporan-
modal ketika sudah diinput dan
laporan sebagai berikut :
aset
apabila
Simulasi namun
sebesar belum
dilakukan posting di SAIBA akan Tabel 8. Laporan Realisasi Anggaran Satuan Kerja Simulasi Tahun 2015
71
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH EDISI 16 KHUSUS AKRUAL
Tabel 9. Laporan Perubahan Ekuitas Satuan Kerja Simulasi Tahun 2015
Tabel 10. Neraca Satuan Kerja Simulasi Tahun 2015
72
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH EDISI 16 KHUSUS AKRUAL
Penginputan Surat Setoran Bukan
dan pendapatan LO. Secara umum
Pajak (SSBP) sebagai dokumen
kedua jenis pendapatan ini sama
sumber Pendapatan LRA dan/atau
prinsipnya dengan konsep belanja
Pendapatan LO.
dan
Terdapat dua istilah baru terkait
dibahas. Untuk lebih detailnya
dengan pendapatan di tahun 2015
dapat
nantinya, yaitu pendapatan LRA
berikut:
beban
yang
dijelaskan
sebelumnya
pada
tabel
Tabel 11. Perbedaan Konsep Mendasar Pendapatan LRA dan Pendapatan LO Pendapatan LRA
Pendapatan LO
Definisi
Semua penerimaan rekening kas umum negara yang menambah Saldo Anggaran Lebih (SAL) dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah dan tidak perlu dibayar kembali.
Pengakuan
Pendapatan-LRA dicatat pada saat kas dari pendapatan tersebut diterima di rekening kas umum negara kecuali Pendapatan BLU. Pendapatan BLU diakui oleh pemerintah pada saat pendapatan tersebut dilaporkan atau disahkan oleh Bendahara Umum Negara.
Hak pemerintah yang diakui sebagai penambah ekuitas dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan dan tidak perlu dibayar kembali. Hak pemerintah tersebut dapat diakui sebagai Pendapatan-LO apabila telah timbul hak pemerintah untuk menagih atas suatu pendapatan atau telah terdapat suatu realisasi pendapatan yang ditandai dengan adanya aliran masuk sumber daya ekonomi Pendapatan-LO yang diperoleh berdasarkan peraturan perundang-undangan diakui pada saat timbulnya hak untuk menagih pendapatan yaitu pada saat diterbitkannya surat ketetapan oleh pejabat yang berwenang atau adanya dokumen sumber yang menunjukkan pemerintah memiliki hak untuk menagih pendapatan tersebut. Pendapatan-LO yang diperoleh sebagai imbalan atas suatu pelayanan yang telah selesai diberikan diakui pada saat timbulnya hak untuk menagih imbalan yaitu setelah diserahterimakannya barang atau jasa dari pemerintah kepada pihak ketiga 73
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH EDISI 16 KHUSUS AKRUAL
Pendapatan-LO yang diperoleh dari adanya aliran masuk sumber daya ekonomi, diakui pada saat diterimanya kas atau aset non kas yang menjadi hak pemerintah tanpa terlebih dahulu adanya penagihan Pendapatan-LO diukur sebesar nilai bruto dan jumlah tersebut tidak boleh dikompensasikan dengan beban-beban yang ada.
Pengukuran Pendapatan LRA diukur dengan menggunakan nilai nominal kas yang masuk ke kas negara dari sumber pendapatan dengan menggunakan asas bruto, yaitu pendapatan dicatat tanpa dikurangkan/dikompensasikan dengan belanja yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut (diintisarikan dari Modul Kebijakan Akuntansi Berbasis Akrual, PPAKP, 2014) Dapat kita peroleh kesimpulan bahwa
pendapatan LO dilakukan melalui
tidak
menu
semua
pendapatan
LRA
Transaksi
Pendapatan.
yangtelah masuk kas negara akan
Tampilan dan field yang harus diisi
otomatis menjadi pendapatan LO di
dalam SAIBA tidak jauh berbeda
periode pelaporan yang bersangkutan,
dengan aplikasi sebelumnya, mulai
karena
yang
dari tanggal dokumen, nomor NTB,
pengakuan
kode KPPN, sampai dengan jumlah
prinsip
diterapkan
periodisitas
dalam
pendapatan LO. Pendapatan yang
setoran
diakui
Penginputan SSBP tersebut juga hanya
sebagai
pendapatan
LO
dan
tanggal
hanyalah pendapatan yang sudah
dilakukan
menjadi hak pemerintah pada periode
penginputan SPM/SP2D dan akan
pelaporan yang bersangkutan, atau
terbentuk dua jurnal, yaitu jurnal kas
dengan
dan
kata
mempertimbangkan
lain
tidak apakah
satu
jurnal
tersebut
kali
buku.
akrual.
apabila
telah
seperti
Jurnal-jurnal di-posting
pendapatan tersebut secara kas sudah
kemudian akan masuk ke Buku Besar
diterima di rekening kas umum negara
Kas untuk pengakuan pendapatan LRA
atau belum.
yang akan berpengaruh terhadap LRA
Penginputan SSBP sebagai dokumen
dan ke Buku Besar Akrual untuk
sumber pendapatan LRA dan/atau
74
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH EDISI 16 KHUSUS AKRUAL
pengakuan pendapatan LO yang akan
hari yang sama melalui Surat Setoran
berpengaruh ke LO dan LPE.
Bukan Pajak. Dokumen
Contoh : Satuan
Kerja
Simulasi
menerima
sumber
dilakukan
25 Januari 2015 senilai Rp.1.750.000,-.
mempengaruhi
pendapatan
jasa
tersebut
langsung disetor ke kas negara pada
SSBP
tersebut apabila telah diinput dan
pendapatan jasa lainnya pada tanggal
Atas
berupa
postingkemudian laporan
akan
keuangan
berupa LRA, LO, dan LPE. Output laporan
keuangan
atas
transaksi
tersebut adalah sebagai berikut :
Tabel 12. Laporan Realisasi Anggaran Satuan Kerja Simulasi Tahun 2015
75
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH EDISI 16 KHUSUS AKRUAL
Tabel 13. Laporan Operasional Satuan Kerja Simulasi Tahun 2015
76
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH EDISI 16 KHUSUS AKRUAL
Tabel 14. Laporan Perubahan Ekuitas Satuan Kerja Simulasi Tahun 2015
Penginputan Pengembalian
Surat Belanja
Setoran (SSPB)
Pengembalian belanja yang telah direalisasikan
akan
menjadi
sebagai dokumen sumber koreksi
pengurang belanja netto apabila
belanja dan/atau beban.
disetor pada periode pelaporan yang sama, dan dokumen sumber
77
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH EDISI 16 KHUSUS AKRUAL
yang
digunakan
Setoran
adalah
Pengembalian
Surat Belanja
kode
KPPN,
kegiatan,
sampai
output,
dan
dengan jumlah
(SSPB), namun apabila disetor
setoran. Penginputan SSPB tetap
melampaui tahun anggaran yang
dilakukan satu kali dan akan
bersangkutan, maka akan menjadi
terbentuk dua jurnal, yaitu jurnal
pendapatan lain-lain dan dokumen
kas dan jurnal akrual. Jurnal kas
sumber yang digunakan adalah
apabila telah di-posting kemudian
Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP).
akan masuk ke Buku Besar Kas
Demikian pula prinsipnya dengan
sebagai koreksi Belanja LRA yang
beban,
belanja
akan berpengaruh terhadap LRA
tersebut akan mengurangi beban
dan jurnal akrual akan masuk ke ke
yang telah diakui pada periode
Buku Besar Akrual sebagai koreksi
pelaporan, dan dibukukan sebagai
Belanja LO yang akan berpengaruh
pengurang beban pada periode
ke LO dan LPE.
pengembalian
pelaporan apabila
tersebut.
Kemudian belanja
Satuan Kerja Simulasi pada tanggal
tahun
26 Januari 2015 menerbitkan SSPB
dengan
atas kelebihan belanja dan beban
maka
pembayaran gaji bulan Januari
kembali
2015 sebesar Rp100.000,-. Atas
beban tersebut dibukukan sebagai
SSPB tersebut langsung disetor ke
pendapatan lain-lain.
kas negara pada hari yang sama ke
tersebut
pengembalian
Contoh :
disetor
pada
anggaranberikutnya menggunakan
SSBP,
koreksi/penerimaan
Penginputan
SSPB
sebagai
bank persepsi.
dokumen sumber koreksi beban
SSBP tersebut apabila telah diinput
dan/atau
dan
belanja
dilakukan
dilakukan
posting
akan
mempengaruhi laporan keuangan
Pengembalian Belanja. Tampilan
berupa LRA, LO, dan LPE. Output
dan field yang harus diisi dalam
laporan keuangan atas transaksi
SAIBA pun tidak jauh berbeda
tersebut adalah sebagai berikut :
melalui
menu
Transaksi
dengan aplikasi sebelumnya, mulai dari tanggal dokumen, nomor NTB,
78
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH EDISI 16 KHUSUS AKRUAL
Tabel 15. Laporan Operasional Satuan Kerja Simulasi Tahun 2015
79
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH EDISI 16 KHUSUS AKRUAL
Tabel 16. Laporan Realisasi Anggaran Satuan Kerja Simulasi Tahun 2015
80
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH EDISI 16 KHUSUS AKRUAL
Tabel 17. Laporan Perubahan Ekuitas Satuan Kerja Simulasi Tahun 2015
3.C.2 Penyesuaian Pada
secara detail contoh dari masing-
aplikasi
terdahulu
SAKPA
yang
masing
juga
telah
karena
kita
penyesuaian telah
tersebut
dibahas
secara
melakukan penyesuaian atas akun-
mendalam dalam tulisan-tulisan
akun yang terdapat dalam neraca,
lainnya dalam Panduan Teknis ini.
yaitu dengan menggunakan jurnal
Penginputan penyesuaian dalam
neraca. Dalam SAIBA, penyesuaian
SAIBA dilakukan dengan melalui
ini selain untuk menyesuaikan
menu
akun-akun yang terdapat dalam
Penyesuaian. Dalam penginputan
neraca,
tersebut terlebih dahulu kita harus
juga
melakukan dengan
dilakukan
untuk
penyesuaian
terkait
akun-akun
pendapatan
Transaksi
menentukan
jenis
Jurnal
kategori
penyesuaian yang akan diinput.
dan beban secara akrual dalam
Adapun
kategori-kategori
yang
rangka
terdapat dalam jurnal penyesuaian
memenuhi
prinsip
dalam
laporan
tersebut
keuangan. Penyesuaian penting
berikut :
untuk
1. Pendapatan diterima dimuka
periodisitas
menghasilkan
laporan
antara lain sebagai
keuangan yang sesuai dengan
Pendapatan diterima di muka
kondisi yang sebenarnya di satuan
adalah pendapatan yang sudah
kerja.Dalam tulisan ini penulis
diterima di rekening kas negara
tidak
namun belum menjadi hak
memberikan
penjelasan
81
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH EDISI 16 KHUSUS AKRUAL
sepenuhnya pemerintah. Hal ini
dikarenakan
kewajiban
2. Pendapatan yang masih harus diterima
pemerintah untuk memberikan
Pendapatan yang masih harus
barang/jasa
diterima adalah pendapatan
ketiga
kepada
belum
ditunaikan
pihak
sepenuhnya
atau
yang
seharusnya
sudah
adanya
dibayarkan oleh wajib bayar
kelebihan pembayaran oleh
namun sampai dengan tanggal
pihak
pelaporan
ketiga
pemerintah
kepada
tetapi
belum
per
tanggal
dikembalikan
belum
pembayarannya bayar.
Dengan
diterima
dari
wajib
kata
lain
pelaporan keuangan. Dengan
pemerintah
kata lain, pendapatan tersebut
hak atas pendapatan tersebut,
sudah
namun sampai dengan tanggal
diakui
sebagai
seluruhnya
pendapatan
telah mengakui
LRA,
pelaporan
namun yang diakui sebagai
dilakukan
pendapatan
seharusnya
Pendapatan ini oleh karena
LO
keuangan
belum
pembayaran.
hanya
sebesar
pendapatan
belum masuk ke rekening kas
yang
telah
ditunaikan
negara, maka belum dicatat
kewajibannya oleh pemerintah
sebagai
kepada pihak ketiga, sesuai
namun sudah diakui sebagai
dengan barang/jasa yang telah
pendapatan LO karena telah
diserahkan pemerintah kepada
diakui sebagai hak pemerintah
pihak ketiga tersebut selama
atas pendapatan tersebut, dan
kurun
atas pendapatan yang masih
waktu
periode
pelaporan
keuangan.
harus
pendapatan
diterima
ini
LRA,
harus
Pendapatan diterima dimuka
disajikan di neraca sebagai
ini
Piutang.
akan
kewajiban pengurang neraca.
dicatat
sebagai
dan
menjadi
nilai
ekuitas
di
3. Beban dibayar dimuka Belanja/beban dibayar dimuka adalah
pengeluaran
pada
periode
belanja
pelaporan
82
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH EDISI 16 KHUSUS AKRUAL
berjalan, namun manfaat atas
Belanja/beban
belanja ini melampaui periode
harus
pelaporan,
kewajiban pemerintah kepada
sehingga
pada
yang
masih
dibayar
periode pelaporan berikutnya
pihak
pemerintah masih menerima
dengan
manfaat atas belanja tersebut.
keuangan
Atas belanja ini sudah diakui
dibayarkan. Transaksi ini secara
sebagai belanja pada LRA pada
kas belum dikeluarkan oleh
periode
pemerintah,
pelaporan
berjalan
ketiga
adalah
yang
tanggal
sampai
pelaporan
belum
dapat
namun
senilai nominal kas yang keluar
diakui
dari rekening kas umum negara
periode pelaporan berjalan.
dan diakui sebagai pengurang
Transaksi
pagu
sedangkan
secara kas belum dikeluarkan
untuk beban diakui hanya yang
oleh pemerintah, maka tidak
manfaatnya
diterima
diakui sebagai belanja pada
periode
LRA,
anggaran,
pemerintah pelaporan untuk
pada
berkenaan
manfaat
diterima
yang
pemerintah
sebagai
telah
ini
oleh
namun
saja,
sebagai
akan
Operasional.
pada
yang
di
di
karena
telah
beban
masih
beban
dakui Laporan
Belanja/beban harus
dibayar
periode pelaporan mendatang
tersebut harus diidentifikasi
akan
pada
diakui
belanja/beban
sebagai
akhir
periode
bayar
pelaporan oleh masing-masing
dimuka, Atau dengan kata lain
satuan kerja untuk memastikan
atas transaksi tersebut belanja
bahwa terdapat belanja yang
LRA akan lebih besar bila
belum dibayar sampai dengan
dibandingkan
akhir periode pelaporan,
bebannya
di
setiap
dengan pada
periode
pelaporan berkenaan. 4. Beban dibayar
yang
masih
5. Penyisihan Piutang Penyisihan piutang tak tertagih
harus
dilakukan
dalam
rangka
penyajian piutang pemerintah sesuai dengan nilai wajar yang
83
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH EDISI 16 KHUSUS AKRUAL
dapat
direalisasikan
(net
penghapusan piutang ini akan
realizable value). Penyisihan
menghapus piutang beserta
piutang ini adalah bersifat
penyisihan piutangnya dalam
estimasi
neraca. Oleh karena piutang
dan
telah
masing-masing piutangnya
diatur
penyisihan
sesuai
dengan
yang
dihapuskan
sebelumnya
tersebut
sudah
kualitas atas masing-masing
kategori
piutang yang ada. Besarnya
disisihkan sebesar 100 persen,
nilai penyisihan piutang ini
maka besaran nilai piutang
tidak semata-mata mengurangi
dan besaran nilai penyisihan
nilai piutang yang ada, namun
piutang
lebih kepada menyajikan nilai
adalah sama.
yang wajar yang dapat diterima
macet
dalam
dan
yang
telah
dihapuskan
7. Penyusutan
kembali. Oleh karena tidak
Penyusutan dilakukan dalam
terdapat kas yang keluar dari
rangka menyajikan nilai aset
rekening kas umum negara,
dalam neraca secara lebih
maka nilai penyisihan piutang
wajar serta mengalokasikan
ini tidak akan menjadi belanja
nilai
dalam LRA, namun akan diakui
penyusutan
tersebut
sebagai
beban
masing-
sebagai beban pada Laporan
masing
periode
Operasional.
sepanjang masa manfaat aset
6. Penghapusan Piutang Jurnal
penyesuaian
di
pelaporan
tersebut. Metode yang berlaku untuk
saat ini dalam penyusutan aset
piutang
tetap adalah metode garis
digunakan untuk menghapus
lurus, yang berarti aset tetap
piutang yang telah mendapat
disusutkan secara proporsional
persetujuan
untuk
penghapusan
dari
Menteri
setiap
periode
Keuangan c.q. Ditjen Kekayaan
pelaporannya sepanjang masa
Negara
manfaat aset tersebut, dan
untuk
dilakukan
penghapusan.
Jurnal
dibebankan
penyesuaian
untuk
penyusutan
sebagai di
beban Laporan
84
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH EDISI 16 KHUSUS AKRUAL
Operasional masing
pada
periode
masingpelaporan
secara proporsional juga.
tidak
lagi
diakui
sebagai
pendapatan LO. 9. Kas Lainnya di Bendahara
8. Kas di Bendahara Penerimaan
Pengeluaran
Kas di Bendahara Penerimaan
Kas
dalam hal ini mengindikasikan
Pengeluaran mengindikasikan
bahwa Bendahara Penerimaan
bahwa Bendahara Pengeluaran
masih
uang
pada akhir periode pelaporan
yang
masih menyimpan uang yang
menyimpan
pendapatan
negara
Lainnya
di
Bendahara
belum disetor ke rekening kas
bukan
negara sampai dengan akhir
Persediaan. Sebenarnya Kas
periode
di
Lainnya
ini
Pengeluaran
pelaporan.
bendahara harus
Kas
penerimaan diakui
Pendapatan belum
sebagai
LO,
meskipun
diakui
sebagai
Utang
berasal
di
dapat
berupa
Ketiga
Pendapatan
dan yang
ditangguhkan, namun dalam hal
dilakukan
digunakan
ke
Uang
Bendahara
Pihak
Pendapatan LRA karena belum penyetoran
dari
ini
Jurnal
Penyesuaian
untuk
rekening kas negara. Kas di
pendapatan
Bendahara
ini
selain Uang Persediaan yang
aset
ada di Bendahara Pengeluaran
akan
Penerimaan
dicatat
sebagai
LO
mengakui uang
lancar dan penambah nilai
yang
ekuitas di neraca. Apabila atas
negara yang belum disetor ke
kas di bendahara penerimaan
rekening kas negara sampai
tersebut kemudian disetor ke
dengan
rekening
pelaporan.Sebagaimana
kas
negara
pada
berupa
atas
akhir
periode pelaporan berikutnya,
ketahui
maka
Pengeluaran
akan
diakui
sebagai
pendapatan
bahwa
periode yang
Bendahara
bertindak
juga
pendapatan LRA pada periode
sebagai pemungut pajak atas
pelaporan
pembayaran-pembayaran yang
tersebut,
namun
dilakukannya,
dan
juga
85
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH EDISI 16 KHUSUS AKRUAL
menampung
pendapatan
masing
akhir
periode
negara untuk jenis-jenis PNBP
pelaporan
atas
persediaan
yang diterima satuan kerja
tersebut tidak kita lakukan
apabila
penyesuaian,
satuan
kerja
memiliki
tidak
maka
beban
Bendahara
persediaan akan menjadi tidak
Penerimaan. Pendapatan yang
sesuai dengan kondisi yang
belum disetor tersebut akan
ada. Sistem pencatatan barang
diakui sebagai Pendapatan LO
persediaan secara perpetual
meskipun
dilakukan
tetap kita jalankan melalui
penyetoran ke rekening kas
aplikasi yang ada, dan diikuti
negara, dan apabila dilakukan
dengan
penyetoran
pada
periode
malaksanakan opname fisik
pelaporan
berikutnya
maka
barang persediaan setiap akhir
belum
akan
diakui
kewajiban
sebagai
periode
pelaporan.
Atas
Pendapatan LRA pada periode
opname
fisik
telah
yang
bersangkutan
namun
dilakukan, kemudian baru kita
tidak
lagi
sebagai
laksanakan
diakui
Pendapatan LO.
persediaan
10. Persediaan
yang
penyesuaian melalui
SAIBA.
aplikasi
Penyesuaian
Hubungannya dengan barang
persediaan dilakukan untuk
persediaan,
memperoleh
dalam
aplikasi
beban
SAIBA ketika terdapat realisasi
persediaan dalam LO untuk
belanja persediaan, maka atas
masing-masing
realisasi belanja tersebut akan
pelaporan yang akurat, yang
diakui
menjadi
didasarkan
beban persediaan, meskipun
pencatatan
perpetual
dalam
barang
opname
fisik
belum
persediaan pada setiap akhir
seluruhnya
hal
persediaan tentu
ini tersebut
langsung
habis
digunakan.
Oleh
karena
itu,apabila
pada
masing-
periode
atas
sistem dan
barang
periode pelaporannya.
86
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH EDISI 16 KHUSUS AKRUAL
4. Referensi 1. PMK
Modul Overview Proses Bisnis nomor
213/PMK.05/2013
SAIBA,
Program
tentang Sistem Akuntansi dan
Akuntabilitas
Pelaporan Keuangan Pemerintah
Pemerintah 2014
Percepatan Keuangan
Pusat; 2. PMK
nomor
214/PMK.05/2013
tentang Bagan Akun Standar; 3. PMK
nomor
215/PMK.05/2013
tentang Jurnal Standar Pemerintah Pada
Pemerintah
Pusat;
PMK
nomor 219/PMK.05/2013 tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Pusat; 4. Modul
Kebijakan
Pemerintah
Akuntansi
Pusat,
Percepatan
Program
Akuntabilitas
Keuangan Pemerintah, 2014; 5. Modul Overview Proses Bisnis SAIBA,
Program
Akuntabilitas
Percepatan Keuangan
Pemerintah 2014.
87
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH EDISI 16 KHUSUS AKRUAL
KLINIK AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT
1.
bisa
Pertanyaan :
dimasukkan
ke
dalam
belanja
penambahan nilai gedung, jika bisa, Satker
kami
menanyakan
tentang
menggunakan volume dan satuannya
perlakuan sukucadang alat kesehatan,
apa?
sukucadang
paket? Karena jika dengan meter persegi
melekat
alat
pada
kesehatan alat
tersebut
kesehatan
yang
bersangkutan (tanpa suku cadang, alat
bolehkah
takut
salah
menggunakan
dicatat
satuan
dalam
BMN
menambah volume gudang. terima kasih
kesehatan tersebut tidak dapat berfungsi) suku cadang tersebut bernilai Rp 1,4 Milyar yang ditanyakan: sesuai PSAP-05 suku cadang termasuk dalam kelompok persediaan, apakah kasus diatas termasuk dalam definisi tersebut? jika sukucadang diatas memenuhi kriteria (5 kriteria) untuk pengadaan aset tetap, dimana untuk kasus diatas & dari nilai kapitalisasi, apakah suku cadang diatas termasuk dalam aset/belanja modal atau tetap
digolongkan
dalam
persediaan
(karena sifat nya sebagai suku cadang) Jawaban :
Jawaban : Setelah perbaikan lantai gudang tersebut memiliki manfaat yang bertambah untuk penyimpanan maka nilai gedung gudang tersebut juga bertambah sesuai dengan unit gudang yang dicatat. Bila satu unit gudang yang nilainya bertambah karena masa
manfaatnya
bertambah
maka
dicatat sejumlah unit gedung tersebut dengan penambahan nilainya. Belanja yang digunakan adalah belanja modal gedung gedung
dan
bangunan
bertambah
karena
seiring
nilai
dengan
penambahan manfaat gedung tersebut. Ya, suku cadang Belanja Penambahan Nilai Gedung
Dalam pencatatan gedung dan bangunan dalam laporan keuangan tidak dikenal
2.
Pertanyaan :
Untuk perbaikan/perkerasan lantai (floor hardener) gudang, nilainya 600jt, apakah
satuan paket tetapi unit, untuk satuan paket dikenal dalam penganggaran dan pelaksanaan
anggaran
saat
kontrak
88
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH EDISI 16 KHUSUS AKRUAL
perbaikan lantai dibuat. Kontrak dibuat
Berdasarkan hal tersebut, Aset Tetap
sesuai dengan output yang diharapkan
Renovasi memiliki kriteria sbb:
dari kegiatan perbaikan tersebut, dapat
1. Aset yang direnovasi bukan milik
per meter persegi atau paket. Namun ketika
pencatatan
gedung
untuk
penambahan tujuan
entitas akuntansi bersangkutan;
nilai
2. Aset yang direnovasi digunakan untuk
pelaporan
kegiatan operasional entitas akuntansi
digunakan satuan sesuai dengan satuan gedung pada saat pertama kali direkam
yang merenovasi; 3. Sampai dengan tanggal pelaporan
perolehannya tersebut termasuk dalam
belum
diserahkan
oleh
entitas
definisi persediaan
akuntansi perenovasi kepada pemilik Aset; dan
3.
Pertanyaan :
4. Jika dapat diidentifikasi, maka pada
Kanwil Kepri saat ini sampai 3 tahun ke
saat penyusunan LK, Aset Tetap
depan menyewa 5 ruko, jika terdapat
Renovasi dilakukan eliminasi antara entitas terkonsolidasi.
dana untuk membuat sekat/pertisi, image building, neon sign dan lain-lain. Akun apa
4.
Pertanyaan :
yang dapat dipergunakan sehubungan dengan gedung sewa tersebut ?
Jika sebuah bangunan sudah masuk ke dalam aset ekstra komptable, kemudian
Jawaban :
direnovasi, apakah nilai pembukuannya
Untuk mencatat kegiatan pembangunan
hanya berdasarkan nilai renovasi atau nilai
ruko tersebut dapat dicatat menggunakan
renovasi
akun 135111-Aset Tetap Renovasi. Dalam penjelasannya akun tersebut digunakan
ditambah
nilai
aset
ekstra
komtable nya. Terima kasih. Jawaban :
untuk mencatat kapitalisasi atas biaya renovasi/biaya
pengembangan
yang
Pertama-tama dapat saya informasikan
memenuhi kriteria kapitalisasi Aset Tetap,
bahwa
yang bukan milik entitas akuntansi,
aturanMenteri
namun
120/PMK.06/2007 tentang Penatausaha-
digunakan
operasional
entitas
melakukan renovasi.
dalam
kegiatan
akuntansi
yang
berdasarkan LampiranVII
Per-
Keuangan Nomor
an Barang MilikNegara, yang dimaksud aset ekstrakomptable adalah BMN yang
89
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH EDISI 16 KHUSUS AKRUAL
mempunyai nilai dibawah Nilai Satuan
manfaat ekonomik di masa yang akan
Minimum
datang
Kapitalisasi
Aset
Tetap
dalam
bentuk
dan dicatat di dalam buku inventaris di
kapasitas,
mutu
luar pembukuan. Dimana nilai Satuan
peningkatan
Minimum Kapitalisasi Aset Tetap :
pengeluaran-pengeluaran
peningkatan
produksi,
kinerja.
atau
Sebaliknya, yang
tidak
memperpanjang masa manfaat atau yang 1. Pengeluaran
untuk
per
satuan
peralatan dan mesin, dan alat olah raga yang sama dengan atau lebih dari Rp 300.000,00 (tiga ratus ribu rupiah), dan
kemungkinan
besar
tidak
memberi
manfaat ekonomik di masa yang akan datang
dalam
kapasitas,
bentuk
mutu
peningkatan
produksi,
atau
peningkatan kinerja diperlakukan sebagai
2. Pengeluaran
untuk
gedung
dan
biaya (expense).
bangunan yang sama dengan atau lebih dari Rp 10.000.000,00 (sepuluh
5. Pertanyaan :
juta rupiah). Terdapat
KDP
yang
pekerjaannya
laboratorium tersebut menurut hemat
berakhir tanggal 31 Desember 2013.
kami merupakan aset intrakomptable.
Berdasarkan Surat Dirjen Perbendaharaan
Untuk masalah biaya yang digunakan
No. S-9284/PB/2013 telah dicairkan Bank
untuk
dapat
Garansi atas pekerjaan yang belum selesai
dianggap
tersebut dan dilakukan penjurnalan per
dikapitalisasi
atau
apakah hanya
sebagai biaya, dapat kita lihat pada PP 71
kontrak
selesai
Untuk kasus BMN yang dimaksud gedung
renovasi
dengan
belum
yang
tanggal 31 Desember 2013, yaitu:
tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
dan
Bultek
Standar
Jurnal Piutang Bank Garansi:
Akuntansi Pemerintahan No. 9 Tentang Akuntansi Aset Tetap dimana Kapitalisasi setelah
perolehan
awal
aset
tetap
dilakukan terhadap biaya-biaya lain yang
Akun Piutang PNBP Cadangan Piutang
Debet xxxx
Kredit xxx
dikeluarkan setelah pengadaan awal yang dapat memperpanjang masa manfaat atau yang kemungkinan besar memberi
90
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH EDISI 16 KHUSUS AKRUAL
Jurnal Penyisihannya:
6.
Akun Debet Kredit Cadangan Piutang xxxx Penyisihan Piutang xxx tak tertagih
Berdasarkan
Pertanyaan : PMK
No.1/PMK.06/2013
tentang penyusutan BMN berupa Aset Tetap pada Instansi Pemerintah Pusat, dinyatakan bahwa penyusutan dilakukan
Serta koreksi pencatatan/pengurang KDP
dengan metode garis lurus dan diterapkan
Bagaimanakah perlakuan akuntansinya
selama masa manfaat serta tidak ada nilai
untuk tahun 2014 jika pekerjaan tersebut
residu.
diselesaikan di tahun 2014?
penyusutan tersebut tidak mengakibatkan
Apakah
pencairan
Bank
Dalam
pemahaman
saya,
Garansi
nilai aset tetap menjadi negatif. Dari hasil
dikembalikan atau dikompensasikan pada
penelitian terhadap Neraca dalam laporan
pembayaran termin berikutnya? Terima
keuangan satuan kerja, terdapat nilai aset
Kasih,
yang
lebih
kecil
dari
akumulasi
penyusutannya. Pertanyaan saya: Apakah
Jawaban :
hal
ini
dibenarkan
dalam
Posisi KDP pada tanggal 31 Desember
keuangan,
2013
adalah
merupakan hasil dari proses aplikasi Simak
mencerminkan nilai KDP yang sebenarnya.
BMN? Demikian mohon penjelasan untuk
Kemudian pada tahun 2014, KDP tersebut
meningkatkan kualitas LKPP Tahun 2013.
pengerjaannya dilanjutkan dan dilakukan
Terima kasih dan salam.
setelah
pembayaran
koreksi
atas
dicatat
sesuai
dengan
pembayaran yang dilakukan pada tahun Terhadap
akun
piutang
dan
cadangan piutang tak tertagih, akan dilakukan
tersebut
Jawaban :
Dengan demikian penambahan nilai KDP
2014.
nilai
kemajuan
pekerjaannya.
tersebut
karena
laporan
pembalikan
(melalui jurnal
balik) sesuai dengan basis akuntansi cash toward accrual (CTA). Terima kasih.
Akumulasi Penyusutan tidak boleh lebih besar dari nilai aset. Kami harus melihat detail
transaksinya,
apabila
biasanya
menggunakan
terjadi tranksasi
Penghentian Penggunaan, Penggunaan Kembali Aset
yang
Dihentikan
atau
Barang Rusak Berat yang diusulkan ke Pengelola.
Pada
saat
menggunakan
91
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH EDISI 16 KHUSUS AKRUAL
transaksi tersebut, belum menggunakan
disebut
dengan
pengeluaran
update Desember. Jika sudah diupdate
pendapatan (revenue expenditure).
menggunakan versi Desember, lakukan
Berdasarkan dua hal diatas maka
Ubah Simpan untuk transaksi-transaksi
perbaikan
ketiga tadi.
bangunan seperti cat ulang atau
maupun
pemeliharaan
memperbaiki atap yang bocor masuk 7.
Pertanyaan :
Apakah
kedalam
perbaikan
dan
expenditure/
pengeluaran pemeliharaan dan tidak
pemeliharaan
menambah nilai Aset Tetap
bangunan dapat menambah nilai aset (misalnya bangunan di cat ulang atau
kategori
8.
Pertanyaan :
memperbaiki atap yang bocor? Bagaimana perlakuan akuntansi terhadap Jawaban :
servis kendaraan roda 4 yang memerlukan
Sesuai Bultek SAP No. 09 Tentang
pergantian part dengan nilai yang cukup
Akuntansi Aset Tetap disebutkan bahwa
besar?
Pengeluaran Setelah Perolehan Awal Aset Tetap dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
Contoh: ketika servis dibengkel disarankan mengganti pompa bensin seharga Rp 3juta.
1. Pengeluaran yang dapat memberikan manfaat
lebih
dari
(memperpanjang tersebut
dari
satu
tahun
manfaat
aset
yang
direncanakan
1. Apakah masih bisa menggunakan MAK 523121? 2. Apakah
harus
dicatat
sebagai
penambah nilai kendaraan di BMN?
semula atau peningkatan kapasitas, mutu produksi, atau peningkatan kinerja) disebut dengan pengeluaran modal
(capital
expenditure)
sedangkan; 2. Pengeluaran
Terimakasih
atas
pertanyaannya
,
Pencatatan biaya pemeliharaan mobil dinas agar memperhatikan :
yang
memberikan
manfaat kurang dari satu tahun (termasuk
Jawaban :
pengeluaran
1. Apabila penggantian part dimaksud
untuk
dapat menambah masa manfaat dan
mempertahankan kondisi aset tetap)
umur ekonomis aset tetap maka
92
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH EDISI 16 KHUSUS AKRUAL
penggantian
part
tersebut
menggunakan akun 53XXXX.
Kajian, Aset tak berwujud lainnya, Aset
2. Apabila penggantian part dimaksud ditujukan
untuk
kinerja/performa
mempertahankan operasional
Software, Lisensi, Hasil Penelitian/
aset
tak berwujud dalam pengerjaan yang ada pada LKPP saat ini yah? Terima kasih.
tetap, maka dapat menggunakan akun Jawaban :
52XXXX. Pilihan apakah penggantian part tersebut menambah masa manfaat atau tidak merupakan hal pertama yang dilakukan untuk menentukan apakah part tersebut masuk dalam kapitalisasi aset atau tidak.
1. Terima kasih atas pertanyaannya. Pertama, yang merupakan Kelompok Akun adalah Kelompok Aset Lainnya, bukan
Aset
Lain-Lain
(Akun).
Mengingat Permendagri 64 Tahun 2013 (LKPD Akrual pada Pemda)
terima kasih
merupakan turunan dari PP 71 Tahun 9.
Pertanyaan :
2010 (SAP), maka Pengakuan dan Pengukuran Aset Lainnya adalah sama
Beberapa pertanyaan yang ingin saya sampaikan:
Pemerintah
Pemerintah
1. Apakah pengakuan dan pengukuran aset lain-lain yang terdiri dari Aset Tak Berwujud, Kemitraan dengan Pihak Ketiga, TGR/TPA/TP, dan Aset lainnya pada Pemerintah Pusat sama dengan pengaturan pengukuran
pengakuan aset
lain-lain
dan pada
Permendagri 64 tahun 2013 pada Pemerintah Daerah?
Aset
tak
Berwujud
pada
Pusat
Daerah,
dengan
yakni
secara
umum: memiliki manfaat masa depan, dapat
diukur
dengan
andal
menggunakan nilai perolehan maupun nilai
wajar,
serta
kepemilikannya
Pengakuan
diterima
dan
kepenguasaannya dan
atau berpindah.
pengukuran
ini
kemudian dijelaskan lebih rinci terkait karakteristik
2. Saya masih bingung mengenai contoh nyata
antara
masing-masing
aset
lainnya. Referensi:
Pemerintah Pusat. Apa saja contoh Goodwill, Hak CIpta/ Paten, Royalti,
PSAP 01: Penyajian Lap. Keuangan;
93
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH EDISI 16 KHUSUS AKRUAL
Bultek SAP 01, Bab VII: Aset
membuka Bultek SAP 11: Aset Tidak
Lainnya;
Berwujud. Selamat Membaca dan
Bultek SAP 02, Bab VIII: Aset
Mendalami! Terima kasih.”
Lainnya;
Bultek
SAP
11:
Aset
Tidak
Berwujud;
Di
Permendagri
64
Tahun
2013,
Lampiran I: Kebijakan Akuntansi). 2. Merujuk LKPP Tahun 2012 (Audited), pada CALK disebutkan bahwa Aset Tak Berwujud
merupakan
aset
yang
berupa software dan hak paten yang berada di KL dan tidak dirinci lebih lanjut.
10.
Namun
apabila
merujuk
Pertanyaan Pengadilan
Negeri
Cibadak
ada
pelunasan Tuntutan Ganti Rugi (TGR) sejak 2012, yang saya tanyakan kenapa Nilai TGR dineraca sakpa 2013 tidak ada? padahal masih ada Pembayaran TGR belum lunas dikarenakan tidak munculnya dineraca 2013 persoalan ini jadi Temuan BPK. Terimkasih atas bantuannya Jawaban :
kepada Laporan Keuangan masingterlihat
Nilai TGR dan Bagian Lancarnya harus
rinciannya, seperti pada LIPI, yakni
dilakukan input melalui jurnal Neraca
Hak
berupa
pada SAKPA supaya bisa muncul di
Integrated
Neraca. Namun jika pendapatan TGR
masing
Kajian
K/L,
maka
Kekayaan
akan
Intelektual
Implementasi
Farming System sebagai contohnya.
tersebut
Atau kalau di DJPB, ada SPAN dan
Piutang TGR pada Satker lain, maka
SAKTI sebagai contoh. Hak Cipta bisa
seharusnya pendapatan TGR tersebut
jadi ditemukan di Kemenristek seperti
diinput sebagai penerimaan satker lain
Hak Cipta Penggunaan Chip Robotik.
dimaksud dan Piutang TGR-nya disajikan
Yang perlu diperhatikan disini, ATB
di Neraca Satker ybs.
diakui ketika memenuhi kriteria dapat diidentifikasi, memberikan
dikendalikan
dan
merupakan
pelunasan
atas
11. Pertanyaan :
manfaat ekonomi di
Sesuai dengan Perdirjen Nomor Per-
masa depan. Lebih jelasnya terkait
62/PB/2009 pasal 3 Satuan Kerja selaku
Aset
UAKPA
Tidak
Berwujud
beserta
Akuntansi dan Ilustrasinya, silahkan
menyajikan
informasi
pendapatan/belanja secara akrual dan 94
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH EDISI 16 KHUSUS AKRUAL
dilampirkan
sebagai
suplemen
pada
entitas pelaporan menyajikan informasi
laporan keuangan tingkat UAKPA tahunan,
pendapatan dan belanja secara akrual
pertanyaannya:
mulai dari tingkat satker sampai dengan tingkat
1. Apabila Satker selaku UAKPA pada laporan keuangan tahunannya tidak menyampaikan
informasi
satker
dengan
anggaran.
pertanyaan
saudara,
dapat disampaikan sebagai berikut:
belanja
akrual kemudian pada tahun anggaran berikutnya
Terkait
pengguna
tersebut
1. Walaupun
satker
mempunyai
kewajiban untuk menyajikan informasi
mengajukan tagihan kepada negara
pendapatan
atas beban tahun anggaran lalu,
akrual, namun dalam hal satker tidak
apakah KPPN boleh membayar tagihan
menyajikan informasi belanja secara
tersebut?
akrual
2. Cut off LKPP tahunan unaudited
dan
sebagai
belanja
suplemen
secara
dalam
laporan keuangan yang disusun maka
tingkat Kuasa BUN KPPN adalah
KPPN
tanggal 20 Januari 2014, apakah
tagihan tahun anggaran yang lalu.
Satker
Ketentuan
tersebut
menyampaikan
tetap
informasi
harus
tetap
dapat
membayarkan
pembayaran
atas
belanja
kewajiban/tagihan tahun yang lalu
akrual tersebut? dan Apakah KPPN
dilaksanakan sesuai dengan Peraturan
sebagai Kuasa BUN tetap mencatat
Menteri
perubahan
190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara
tersebut
sebagai
Keuangan
dalam
Nomor
perubahan data audited tingkat Kuasa
Pembayaran
BUN? “Maju terus akuntansi berbasis
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan
akrual, untuk pengelolaan Keuangan
dan Belanja Negara dan Peraturan
Negara yang Lebih Baik” . Demikian,
Menteri
terima kasih
07/PMK.02/2014 tentang Tata Cara
Keuangan
Rangka
Nomor
Revisi Anggaran Tahun Anggaran Jawaban: Sesuai dengan Perdirjen 62 Tahun 2009 tentang Tatacara Penyajian Informasi Pendapatan dan Belanja secara Akrual pada Laporan Keuangan maka setiap
2014. 2. Satker
menyampaikan
laporan
keuangan dengan dilampiri suplemen informasi pendapatan dan belanja berbasis akrual sesuai dengan batas 95
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH EDISI 16 KHUSUS AKRUAL
waktu
yang
ditentukan,
tidak
diharuskan atau dianjurkan oleh SAP
dipengaruhi oleh batas waktu cut-off
dalam catatan atas laporan keuangan
penyusunan LKPP tingkat kuasa BUN
(CaLK)
KPPN
Dan tentunya laporan Keuangan tersebut
(unaudited).
Perlu
kami
sampaikan bahwa KPPN tidak perlu
disusun
dengan
akurat
yaitu
tidak
melakukan penyesuaian atas LKPP
terdapat kesalahan dalam perhitungan
Tingkat Kuasa BUN KPPN atau data
aritmetika atas penyajian pos-pos dalam
pendapatan dan belanja pada KPPN,
laporan keuangan. Terima kasih
terkait dengan suplemen informasi pendapatan dan belanja berbasis akrual yang disampaikan oleh satker.
13. Pertanyaan : Pada Lampiran IVa “Ilustrasi LK tingkat UAKPA” , CaLK untuk akun Neraca C.4.2
12. Pertanyaan :
Aset Bagaimana
cara
Membuat
laporan
Keuangan yang Benar
Lain-lain
(page
34)
tercantum:”Penambahan dari reklasifikasi usulan penghapusan sebesar Rp7.500.000 merupakan usulan penghapusan 1 unit
Jawaban :
kendaraan bermotor, berdasarkan SK
Pertanyaannya sangat singkat dan padat. Laporan
keuangan
yang
berkualitas
adalah
laporan
keuangan
yang
usulan penghapusan
Nomor
234.1/KBAP/Kep/IV/2013 Agustus
2013
tanggal
“maksudnya
25
“terdapat
menyajikan informasi yang relevan, andal,
penambahan nilai Aset lain-lain senilai Rp
dapat
7.500.000 karena adanya aset tetap yg
dimengerti
dan
dapat
dibandingkan. Untuk mewujudkan laporan keuangan
yang
berkualitas
tersebut
secara umum dapat dilakukan dengan menyusun
laporan
keuangan
sesuai
dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.
diusulkan
penghapusannya”Hal ini
berbeda dengan ketentuan dalam PMK Nomor
1/PMK.06/2013
tentang Penyusutan BMN berupa Aset Tetap pd Entitas Pemerintah Pusat pasal
Dimana setiap transaksi diakui, dinilai dan
7:”Aset tetap dalam kondisi rusak berat
disajikan sesuai dengan SAP. Selain itu,
dan/atau usang yang telah diusulkan
perlu pengungkapan yang memadai atas
kepada Pengelola
kejadian atau peristiwa yang oleh SAP
Barang
untuk
dihapuskan sebagaimana dimaksud dalam
96
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH EDISI 16 KHUSUS AKRUAL
Pasal 4 ayat (3) huruf b: a. direklasifikasi
14. Pertanyaan :
ke dalam Daftara Barang Rusak Berat; b. tidak
dicantumkan
Barang
Kuasa
dalam
Pengguna,
Laporan Laporan
Barang Pengguna, LBMN, dan Neraca; dan c.
dituangkan
Laporan Barang
dalam dan
Catatan
atas
CaLK”maksudnya;
tidak lagi dicatat dalam Neraca baik sebagai Aset Tetap maupun Aset lainlain. Mana ketentuan yg harus ditaati?
Ada beberapa pertanyaan yang saya sampaikan, yaitu: Bagaimana strategi dalam masa transisi penerapan basis akrual pada Akuntansi Pemerintah tahun 2015 mendatang? Apakah sudah ada buletin teknis khusus yang mengatur bagaimana
penjurnalan/
pencatatan
transaksi berdasarkan PP 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah?
Jawaban: Terima
Kasih
atas
pertanyaannya,
memang dalam ilustrasi tersebut sedikit membingungkan, sesuai dengan PMK. 01/PMK.06/2013 bahwa Aset tetap dalam kondisi rusak berat dan/atau usang yang
Apa yang menjadi alasan penerapan basis akrual di Indonesia? (masih sedikit negara yang menggunakan akrual basis) Mohon jawabannya. terima kasih. Jawaban :
telah diusulkan kepada Pengelola Barang untuk dihapuskan, namun supaya tidak
Strategi implementasi akuntansi berbasis
membingungkan
akrual
tolong
diasumsikan
pada
tahun
2015
adalah
dalam ilustrasi tersebut bahwa suratnya
menerapkan akuntansi berbasis akrual
sudah dibuat namun belum diterima oleh
dengan
pengelola barang sehingga masih masuk
dan/atau SAKTI. Apabila ada masa transisi
ke Aset Lain-Lain. Namun jika suratnya
maka akan diterapkan model paralel
sudah diterima oleh pengelola barang
dimana akan dijalan sistem lama yang
tanpa menunggu persetujuan aset tetap
dibarengi dengan implementasi sistem
tersebut cukup diungkapkan dalam CaLK
yang baru dengan menggunakan SPAN
bukan disajikan sebagai aset lain-lain.
dan/atau SAKTI. Buletin teknis yang
Terima kasih.
mengatur mengenai transaksi berbasis
menggunakan
aplikasi
SPAN
akrual belum ada. Namun demikian, RPMK yang mengatur mengenai hal ini akan
segera
diterbitkan.
Sedangkan,
97
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH EDISI 16 KHUSUS AKRUAL
alasan mengapa Indonesia menerapkan
(walaupun tanahnya juga sudah diakui
basis akrual, disamping tentunya karena
sebagai aset pemda). Apakah bisa dicatat
diamanatkan oleh Undang – Undang,
sebagai aset tetap atau direklasifikasikan
adalah juga karena banyaknya manfaat
sebagai aset lain-lain ? Karena tanahnya
dari basis akrual, misalnya: (1) dapat
berdasarkan Bultek 09 SAP tetap harus
disusunnya neraca khususnya mengenai
dicatat
penyajian nilai hak dan kewajiban. (2)
pemerintah serta diungkapkan secara
adanya
memadai dalam CALK. Terima kasih..
alur
logis
antara
dan
disajikan
sebagai
aset
penambahan/pengurangan ekuitas dari Pendapatan dan Beban ( yang disajikan dalam
Laporan
Operasional)
dengan
Jawaban : Apabila tanahnya sudah diakui, maka aset
penyajian ekuitas di Neraca; (3) penilaian
tetap berupa gedung dan bangunan yang
kinerja dari perhitungan penggunaan
didirikan di atasnya dicatat sebagai aset
sumber daya (aset) maupun pencapaian
tetap gedung dan bangunan. Apabila
target pendapatan dapat dihitung lebih
nantinya ternyata aset berupa tanahnya
akurat. (4) pengamanan aset khususnya
tersebut harus diserahterimakan kepada
terkait belanja dibayar dimuka dapat lebih
pihak lain, maka aset tetap berupa
efektif karena tidak semua pengeluaran
gedung
dan
bangunan
bisa
menjadi beban tahun berjalan melainkan
diserahterimakan
dicatat sebagai aset untuk periode tahun
dipindahtangankan atau dilepas melalui
anggaran berikutnya
sehingga dapat
mekanisme dijual atau dirubuhkan untuk
mengantisipasi kemungkinan pembayaran
diambil nilai sisanya berupa barang
ganda atas beban dimaksud di tahun
bongkaran.
atau
anggaran yang akan datang. 16. Pertanyaan : 15. Pertanyaan : Bagaimanakah penilaian LKPP berkaitan Saya
ingin
menanyakan
bagaimana
dengan lampiran/kelengkapan LKPP untuk
statusnya gedung dan bangunan yang
(Informasi
telah dicatat sebagai aset tetap pada
AKRUAL) ? Jika dalam laporan tersebut
neraca pemda tetapi ternyata status
hanya ada satu satker atau seluruh satker
kepemilikan
tanahnya
belum
Pendapatan
dan
Belanja
jelas
98
PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH EDISI 16 KHUSUS AKRUAL
atau
tidak
ada
sama
sekali
yang
dimasukannya transaksi akrual ini didalam
melaporkan apakah penilaiannnya sama?
neraca semester I?
Jawaban :
Jawaban :
Prosentase
jumlah
yang
Prinsipnya, perbaikan dilakukan pada saat
Informasi
ditemukan. Dalam hal Laporan Keuangan
Pendapatan dan Belanja secara akrual
tidak dapat diubah lagi, maka perbaikan
tentu menentukan penilaian terhadap
dilakukan pada periode berikutnya atau
LKPP
menyampaikan
KPPN.
satker
lampiran
Penilaian
antara
yang
saat
seluruh
satker
tentu
pengaruhnya
mencantumkan
diketahuinya
(itu
masih
pun ada).
mengingat
apabila Namun
berbeda dengan yang hanya sebagian
demikian,
satker saja. demikian juga halnya apabila
transaksi akrual hanya dilakukan pada
tidak ada satker yang melampirkan
saat penyusunan LK Semesteran dan
informasi akrual tentu tidak mendapat
Tahunan, maka perbaikan yang Saudara
poin penilaian atas kelengkapan LKPP
maksudkan, dilakukan pada LK Tahunan,
khususnya terkait informasi pendapatan
dengan
dan belanja akrual
pengaruhnya pada tanggal pelaporan
syarat
memang
pencatatan
masih
ada
tersebut dan dicatat sebesar pengaruh 17. Pertanyaan :
yang tersisa tersebut.
Terdapat transaksi akrual yang tidak dimasukan
dalam
neraca
Laporan
keuangan Semester I, namun karena Laporan Keuangan Tingkat Kementerian telah
terlanjur
Kementerian
diserahkan
Keuangan
maka
kepada tidak
dimungkinkan untuk mengganti laporan keuangan tersebut karena otomatis akan mengganti
laporan
keuangan
tingkat
kementerian juga. Bagaimana caranya memperbaiki
kekeliruan
akibat
tidak
99