Selayang Pandang Isi Finding Syariat Jilid #1: “Was-waslah terhadap perkara ibadah yang membuatmu bersemangat dan menggebu - gebu untuk melakukannya. Mungkin saja semangat itu berasal dari hawa nafsumu, bukan karena Alloh Ta'ala”. “Susah memang beribadah yang ikhlas lillahi ta'ala. Namun, jangan sampai ketidakhadiran rasa ikhlas dalam amal ibadahmu menghalangi untuk beribadah. Tetaplah beribadah dan menjadi orang baik. Ikhlas itu datangnya dari pemberian Alloh. Maka pintalah selalu dalam lantunan doa agar diberi keikhlasan dalam hati untuk beribadah kepada Alloh”. “Sembunyikanlah amal ibadahmu dalam - dalam sebagaimana engkau menanam biji di dalam tanah. Biji yang di tanam lebih dalam akan tumbuh dan mekar lebih baik dari pada yang berada pada permukaan”.
*** Dimensi Sholat Sholat itu dimensi yang berbeda. Ada maling, tapi juga sholat. Ada tukang maksiat, tapi juga sholat. Ada tukang zina mata, tapi juga sholat. Kita tidak aka menuduh bahwa sholat mereka tertolak. Kita tidak aka menuduh bahwa sholat mereka sia – sia. Sholat dan apa yang mereka lakukan adalah dua hal yang berbeda, aka da kaitan. Menerima atau tidak menerima amal ibadah yang dilakukan seorang hamba itu adalah Hak Alloh. Terserah Alloh mau seperti apa. Sholat seorang ahli ibadah itu
Jilid #1 juga belum tentu diterima, ada banyak unsur di dalamnya. Riya’ salah satunya. Begitu juga dengan do’a. Kita tidak boleh menyepelekan do’a seseorang meskipun itu dihaturkan oleh seorang pendosa sekalipun. Jadi harus bagaimana? Urus saja diri kita sendiri. Bagaimana sholat kita sendiri. Apakah sudah baik, ataukah masih ada yang bolong di sana – sini.
*** Mana yang Lebih Baik “Lebih baik SHOLAT tapi TIDAK KHUSU' atau TIDAK SHOLAT?” Lebih baik sholat tapi tidak khusu’. Ketika kekhusu’an datang kepadamu meskipun sekali, itu akan dianggap besar di sisi Allah. Ketika kau sudah khusu’, paling tidak kau tidak memulai pemahaman sholat dari nol. Paling tidak kau tidak memulainya dari Nol". ***
::: Sunnah - Sunnah Wudlu yang Mulai Dilupakan ::: Yang pertama adalah menghadap kiblat ketika berwudlu. “Jika tempat wudlunya membuat kita tidak menghadap kiblat bagaimana Mas Don?” Cukup tubuhnya yang serong ke arah kiblat. Jika memang posisi tempat wudlu tidak memungkinakan untuk kita menghadap kiblat, ya gak apa – apa Den Bagus. Yang biasa saja. Selanjutnya adalah sunnah ta’awud dan basmallah. Kalaupun basmallah masing ingat, kadang tidak memakai ta’awud. Padahal ta’awud juga sunnah.
2
Finding Syariat Yang selanjutnya, sunnah membasuh sela – sela jari tangan. Kadang, hanya membasuh tangan saja Den Bagus, sela – sela jari tidak dibasuh, padahal itu juga sunnah. Lalu, memasukkan air ke dalam hidung juga mulai dilupakan. Padahal, itu juga sunnah. Sunnah membuang air dari dalam hidung setelah dibasuh adalah dengan menggunakan tangan kiri. Sunnah membasuh muka dimulai dari atas. Membasuh muka itu wajib, tapi membasuh muka dari atas itu sunnah. "Kenapa harus dimulai dari atas Mas Don?" Supaya air mengalir ke muka bagian bawah Den Bagus. Sampean tinggal meratakan dengan usapan. “Yang disebut muka itu yang mana to Mas Don?” Batas muka itu adalah tempat tumbuhnya rambut sampai dagu bagian bawah. Lebarnya dari telinga kanan sampai telinga kiri. Jika memiliki jenggot, sunnah untuk menyela - nyela dengan air. Sunnah membasuh tangan dari kanan dulu. “Kalau itu ya masih ingat Mas Don.” Oh, iya ya. Haha. Sunnahnya membasuh telapak tangan hingga ke arah siku. Sunnahnya sampai pertengahan lengan bagian atas. “Kenapa begitu Mas Don?” Ketika saya ngaji dulu, diceritakan oleh guru saya ngaji Den Bagus, kelak di akhirat, bagian – bagian wudlu yang dibasuh di dunia akan bercahaya Den Bagus. Semakin banyak cahaya, itu semakin baik wudlunya. Ada pendapat yang mengatakan lebih baik lagi jika sampai bahu. Kalau saya dan sampean yang orang awam ini pasti males, sampai pertengahan lengan atas saja sudah cukup (di atas
3
Jilid #1 siku). Jika sampai lengan atas, itu berarti siku juga sudah terbasuh. Jika siku tidak terbasuh, wudlu tidak sah. Karena membasuh tangan sampai siku itu wajib. “Kalau memakai cincin Mas Don? Atau gelang?” Harus digerak – gerakkan Den Bagus cincin dan gelangnya itu. Supaya airnya masuk ke rongga cincin dan mengenai kulit yang ada di bawah cincin dan gelang itu. Harus rata. Jika tidak, wudlu tidak sah, karena kulit tangan dan jari tidak terbasuh semua gimana mau dikatakan sah? Yo opo ora? “Iyo Mas Don”. Ketika membasuh kepala, sunnahnya dari depan ke arah belakang, kemudian dikembalikan ke depan lagi. “Kalau wanita bagaimana Mas Don?” Eh, Mbak Ayu, hehe... Kalau wanita, cukup dari tengah atau dari atas kepala Mbak Ayu sampai ke bawah. Baik perempuan dan laki – laki, tidak boleh membasuh ujung – ujung rambut saja. Harus dari pangkal ke ujung. “Kalau telinga bagaimana Mas Don?” Oh ya Mbak Ayu, hampir lupa. Hehe. Grogi saya karena ada Mbak Ayu. Hehe. Untuk membasuh telinga itu sunnah, gunakan jari telunjuk dan ibu jari. Jari telunjuk dimasukkan ke dalam lubang telinga, biasa saja, tidak perlu sampai dalam – dalam. Lalu putarkan keluar sesuai arah lipatan – lipatan telinga. Dan, ibu jari untuk membasuh daun telinga bagian belakang.
4
Finding Syariat Selanjutnya, sunnah membasuh kaki kanan terlebih dahulu. Sunnahnya dimulai dari jari jemari sampai ke mata kaki. Sunnah sampai ke pertengahan betis. Lebih baik lagi jika sampai ke lutut. Sunnah juga menyela - nyela jari kaki dengan basuhan dan ditekan dengan tangan. “Yang dibasuh 3 kali itu Mas Don?” Membasuh sebanyak 3 kali itu sunnah. Membasuhnya bukan asal basuh, tapi dengan sedikit menekan Den Bagus. Dan, sunnah berdo’a setelah wudlu adalah menghadap kiblat. Begitulah tadi sunnah – sunnah yang mulai dilupakan. Tulisan ini bermadzhab Syafi’i. ***
::: Takbirotul Ikhrom ( Rukun sholat ketiga ) ::: Takbirotul Ihrom adalah gerakan pertama dalam sholat. Ada ketentuan yang harus diperhatikan. 1. Dilakukan dengan berdiri. Wajib bagi yang mampu. 2. Tidak boleh takbirotul ihrom sambil jalan. Misal, karena tergesa - gesa, karena makmum masbuk. 3. Memakai bahasa arab, bukan bahasa yang lain. 4. Takbirotul ihrom adalah lafald “AllohuAkbar”. Lihat tulisan arabnya. Lihat madnya. 5. Huruf ‘hamzah’ harus dibaca pendek pada ‘Akbar’. 6. Hurub ba’ tidak boleh dibaca panjang pada ‘Akbar’. 7. Tidak boleh ada huruf “wawu” diantara “Allohu" dan "Akbar”. “Contohnya bagaimana Mas Don?” Contohnya “AllahuWakbar”. Itu tidak boleh. 8. Tidak boleh ada jeda diantara “Allahu” dan “Akbar”. Karena harus satu kesatuan. Jadi harus menyambung.
5
Jilid #1 9.
10. 11. 12. 13. 14.
Minimal, diri kita sendiri mendengar semua huruf. Jika satu saja tidak terdengar, maka batal. Tidak perlu keras keras. Biasa saja. Minimal diri kita sendiri yang mendengar. Harus sudah yakin masuk waktu sholat. Menghadap kiblat. Harus lengkap. “AllahuAkbar”, bukan “Alloh Akbar”. Lihat kembali tulisan arabnya. Hilang satu huruf tidak sah. Menambah huruf atau mengurangi huruf tidak boleh. Tidak sah. Ketika menjadi makmum, makmum membaca dan melakukan takbirotul ihrom setelah imam melakukan dan melafaldkannya. Jika bersamaan, maka tidak boleh.
*** ::: Membaca Al-Fatihah (Rukun sholat yang ke-4) ::: Jika tidak membaca dengan benar Al-Fatihah, sholat kita tidak sah, karena Al-Fatihah termasuk rukun. Tapi membacanya jangan tegang, santai saja. Membacanya itu harus (Syarat – syaratnya): 1. Urut ayat - ayatnya. Tertib. 2. Harus terus menerus, tidak boleh berhenti. Tidak ada yang memotong. Jika kita bersin di tengah - tengah Al-Fatihah, kita jangan berkata "Alhamdulillah". Karena itu memotong Al-Fatihah. Bersin ya bersin saja. Kalau kita terlanjur berkata "Alhamdulillah", maka ulanglah Al-Fatihahnya, bukan takbirorul ikhromnya yang diulang. 3. Tidak ada satu hurufpun yang terlewat. Jika ada, maka tidak sah. 4. Berhenti terlalu lama di tengah bacaan tidak sah.
6
Finding Syariat 5.
Berhenti sebentar untuk maksud memotong Al-Fatihah tidak boleh. 6. Seluruh ayat harus dibaca, termasuk Basmallah yang merupakan bagian ayat surat Al-Fatihah. 7. Tidak boleh dilagu - lagukan sehingga merubah makna merubah mad. Itu tidak sah. Jangan lebay. 8. Minimal, telinga kita mendengar. Tapi jangan lebay sok keras - sok khusu'. 9. Di sela - sela alfatihah tidak boleh ada ucapan apapun, dzikir juga tidak boleh. 10. Tasydid Al- Fatihah ada 14. Kita harus menjaganya. Satu saja tidak terbaca atau hilang, maka sholat kita tidak sah. "Kok susah banget to Mas Don?" Tidak susah, itu gampang, Tasydid itu dibaca tebal. Dibaca dobel. Kalau Sampean manggil saya Doni, kalau ada tasydid di huruf "nun" maka Sampean harus memanggil saya Donni. Ditebalkan. Mudah bukan? Tambahan, jika kita menjawab "Aamiin" entah kita menjadi Imam atau Makmum, atau sholat sendirian, berilah jeda antara surat terakhir Al-Fatihah dan "Aamiin". Kenapa begitu? Karena "Aamiin" bukan termasuk ayat Al-Fatihah. jadi khusus itu, berikanlah jeda. Mudah bukan? Jika kita tahu, hidup menjadi tenang. Jika tidak neko - neko (aneh - aneh), inshaa Alloh selamat.
7
