IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Keadaan Umum Wilayah sekitar TPI Cilauteureun Tempat pelelangan ikan (TPI) Cilauteureun merupakan TPI terbesar di Kabupaten Garut yang terletak di Desa Pamalayan Kecamatan Cikelet, Pameungpeuk Kabupaten Garut, Jawa Barat. TPI Cilauteureun didirikan pada tahun 1973, sedangkan Perda (Peraturan daerah) mengenai kegiatan pelelangan mulai diberlakukan sejak tahun 1983-1999. Pada tahun 1999-2010 peraturan tersebut mengalami transisi oleh Dinas Perikanan dan Kelautan Jawa Barat melalui Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Garut sehingga kegiatan pelelangan dihapuskan dan pungutan biaya retribusi dihentikan pada tahun 2010. Meskipun kegiatan pelelangan sudah resmi dihentikan semenjak tahun 1999, akan tetapi TPI Cilauteureun memiliki fasilitas yang biasanya digunakan dalam kegiatan perikanan. Fasilitas-fasilitas yang sudah ada di TPI Cilauteureun dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Fasilitas-fasilitas TPI Cilauteureun No 1 2 3 4 5 6 8 9 10 11 12 13 14 15
Uraian Depot/Pabrik es Air Bersih Bengkel Gedung Pertemuan Gedung Kantor Pagar Keliling Instalasi Listrik Jalan Lingkungan Pasar Ikan Penahan Gelombang Turap Dermaga Alur masuk/keluar Area Pelabuhan
Jumlah 2 1 88 96 55 600 400
Unit Unit Unit m2 m2 m2 m m
210 250 400 150 43754
m2 m m m m m2
Asal Anggaran APBD Provinsi APBD Prov/APBN APBD Prov/APBN APBD Prov/APBN APBD Prov/APBN APBD Prov/APBN DAK APBD Prov/APBN APBD Prov/APBN APBD Prov/APBN APBD Prov/APBN APBD Prov/APBN
Kondisi Rusak Rusak Baik Sedang Sedang Sedang Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik
(Sumber : Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Garut)
Selain sebagai tempat penjualan ikan, wilayah sekitar TPI Cilauteureun ini dikenal sebagai tempat wisata alam pantai yaitu Pantai Santolo yang dikenal
24 dengan keindahan pemandangan, ombak, pasir putih serta kejernihan airnya sehingga di sekitar pantai terdapat bangunan-bangunan semi permanen sebagai penginapan dan rumah makan untuk pengunjung pantai tersebut. Di teluk Cilauteureun ini juga bermuara sungai Cilauteureun.
4.2. Wilayah Sebaran Penangkapan Nelayan Kabupaten Garut termasuk nelayan tradisional yang masih sangat bergantung pada kondisi alam. Kapal yang digunakan untuk melaut merupakan kapal dengan ukuran kecil yaitu 5-10 GT sehingga operasi penangkapan ikan dilakukan di sekitar wilayah perairan pantai selatan Garut. Selain itu terdapat 7 kapal besar yang beroperasi jika musim puncak penangkapan tiba yaitu sekitar bulan Juli-September. Wilayah sebaran daerah penangkapan ikan tongkol yang ditangkap oleh nelayan Cilauteureun terdapat di sekitar lintang 7° dan 8° LS. Sebaran daerah penangkapan ikan tongkol dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Sebaran daerah penangkapan ikan tongkol
25 Berdasarkan gambar tersebut dapat dilihat bahwa lokasi penangkapan ikan tongkol berada di sekitar wilayah 7° dan 8° LS. Hal tersebut disebabkan oleh karakteristik alam laut selatan yang curam, berombak dan berangin besar sehingga dengan kapal dan alat tangkap yang ada nelayan hanya sanggup menjangkau daerah-daerah tersebut. Selain faktor alami tersebut, nelayan juga melakukan penangkapan di wilayah tersebut karena sarana prasarana yang ada kurang memadai, permodalan yang rendah serta pengalaman dari nelayan sebelumnya ataupun dari cerita antar sesama nelayan. Armada kapal yang digunakan untuk melakukan penangkapan ikan tongkol dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Kapal penangkap ikan (dokumentasi pribadi) Kapal-kapal tersebut berukuran 5-10 GT, yang terdiri dari 16 kapal motor, 282 kapal motor tempel, dan 36 kapal tanpa motor, sehingga total armada kapal yang terdaftar dan dimiliki oleh nelayan-nelayan Cilauteureun sejumlah 334 kapal. Berdasarkan informasi dari kepala PPI Cilauteureun, total kapal yang beroperasi rata-rata hanya 30% atau sekitar 100 kapal. Masing-masing kapal memiliki kapasitas mencapai 10 orang, akan tetapi untuk melakukan operasi penangkapan biasanya hanya melibatkan 3-5 awak kapal. Nelayan Cilauteureun melakukan penangkapan 1 trip/hari (one day fishing) yaitu berangkat melaut sekitar pukul 04.30 dan kembali sekitar pukul 11.00-15.00 dengan alat tangkap gillnet .
26 Ikan tongkol ditangkap menggunakan alat tangkap gillnet (jaring insang) dengan mesh size 2,5 inchi, selain itu ikan tongkol juga biasa ditangkap dengan pancing. Jaring insang dipasang oleh nelayan pada kedalaman sekitar 15-30 meter.
Jaring insang yang digunakan untuk menangkap ikan tongkol di
Cilauteureun dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9. Jaring insang (gillnet) (dokumentasi pribadi)
Lokasi penangkapan ikan oleh nelayan di perairan Pameungpeuk ini memang dilakukan secara tradisional dan berdasarkan pengalaman. Jarak yang ditempuh oleh nelayan sekitar 6-8 mil ke arah Tenggara atau Barat Daya atau sekitar 3-4 jam perjalanan dengan kecepatan normal (60 km/jam). Walaupun demikian, kondisi tersebut sesuai dengan zona potensi penangkapan ikan (ZPPI) yang menunjukkan wilayah gerombolan ikan terdistribusi/tersebar ke perairan Teluk Cilauteureun melalui daerah sekitar 7° dan 8° LS, seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 10. Sehingga dalam hal ini, pengalaman nelayan juga dapat dijadikan sebagai acuan untuk potensi penangkapan ikan.
27
Gambar 10. Zona potensi penangkapani ikan (ZPPI) (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, Garut)
Zona potensi penangkapan ikan tersebut diperoleh dari hasil citra satelit yang diterima oleh stasiun pengamat LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional), Garut pada saat gerombolan ikan mendekati wilayah perairan laut Garut.
4.3. Produksi dan Harga Ikan Tongkol (Auxis thazard) Penelitian yang dilakukan selama 20 hari pengamatan menghasilkan produksi serta harga ikan tongkol yang berfluktuasi. Hasil tangkapan (produksi) dan harga harian diperoleh dari 9 pengumpul yang terdapat di Desa Pamalayan, Cilauteureun. Produksi atau hasil tangkapan harian di perairan selatan Kabupaten Garut ini diperoleh dari jumlah total tangkapan ikan tongkol oleh nelayan yang diserahkan kepada setiap pengumpul. Fluktuasi produksi atau hasil tangkapan ikan tongkol (Auxis thazard) tersebut dapat dilihat pada Gambar 11.
28 Produksi (kg) 4000 3500 3000 2500 2000 1500 1000
25
23
M
ar et 20 10 M ar et 20 27 10 M ar et 20 29 10 M ar et 20 31 10 M ar et 20 10 02 -A pr -1 0 04 -A pr -1 0 06 -A pr -1 0 08 -A pr -1 0 10 -A pr -1 0
500 0
Gambar 11. Produksi harian ikan tongkol
Fluktuasi
produksi
yang
terjadi
selama
periode
pengamatan
mengindikasikan adanya ketidakpastian dalam kegiatan perikanan.
Dalam
kegiatan penangkapan ikan tongkol yang dilakukan oleh nelayan Cilauteureun digunakan alat tangkap pancing dan jaring dengan sistem nonstop yang dikenal dengan istilah trawling. Pada gambar diatas, puncak hasil tangkapan terjadi pada 31 Maret 2010 yaitu sebesar 3494,9 kg sedangkan tangkapan minimum terjadi pada 4 April 2010 yaitu sebesar 567,7 kg dengan standar deviasi untuk hasil tangkapan ikan tongkol mencapai 794,67 kg. Fluktuasi produksi harian yang terjadi secara kontinu selama 1 tahun dapat mencerminkan trend penangkapan untuk tahun tersebut. Gambaran pola produksi yang diperoleh dapat digunakan untuk menduga waktu penangkapan yang baik untuk memperoleh hasil tangkapan yang optimal. Trend produksi ikan tongkol di Cilauteureun tahun 2004-2009 dapat dilihat sebagai gambaran adanya ketidakpastian yang tinggi dalam perikanan tongkol di Garut. Penyajian trend produksi ikan tongkol pada tahun 2004-2009 dapat dilihat pada Gambar 12.
29 Produksi (kg)
Gambar 12. Trend produksi ikan tongkol tahun 2004-2009 (Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan, diolah 2010)
Fluktuasi juga terjadi pada harga ikan tongkol selama pengamatan. Fluktuasi yang terjadi terhadap harga ikan tongkol tidak sejauh yang terjadi pada produksi.
Fluktuasi harga harian ikan tongkol di Cilauteureun tersebut
ditunjukkan oleh Gambar 13.
Harga (Rp.) 8300 8200 8100 8000 7900 7800 7700
25
23
M
ar et 20 10 M ar et 20 27 10 M ar et 20 29 10 M ar et 20 31 10 M ar et 20 10 02 -A pr -1 0 04 -A pr -1 0 06 -A pr -1 0 08 -A pr -1 0 10 -A pr -1 0
7600
Gambar 13. Harga rata-rata ikan tongkol
Pengamatan terhadap data harga harian ikan tongkol menunjukkan adanya fluktuasi harga ikan tongkol selama periode Maret-April 2010. Hal tersebut tidak seperti pembentukan harga ikan tongkol di tahun-tahun sebelumnya.
30 Tahun 2004-2009, harga ikan tongkol mengalami perubahan, akan tetapi perubahan terjadi di tahun selanjutnya, walaupun pada tahun 2007-2008 harga ikan tidak mengalami perubahan. Harga yang terbentuk tersebut merupakan harga yang terdapat di TPI Cilauteureun, bukan harga lelang. Grafik harga ikan tongkol tahun 2005-2009 dapat dilihat pada Gambar 14.
Gambar 14. Trend harga ikan tongkol tahun 2005-2009 (Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan, diolah 2010)
Harga ikan tongkol mengikuti produksi ikan tongkol yang dihasilkan. Apabila hasil tangkapan ikan tongkol semakin besar atau melimpah, maka harga beli ikan terhadap nelayan cenderung semakin menurun. Selain itu ukuran ikan tongkol juga berpengaruh terhadap nilai jual, sehingga ikan tongkol yang memiliki ukuran kecil cenderung memiliki nilai jual yang lebih rendah, akan tetapi nilai ikan tongkol yang berukuran sangat besar juga tidak akan bertambah tinggi, sehingga harga ikan mengalami fluktuasi. Pengumpul juga memiliki pengaruh terhadap penentuan harga. Masingmasing pengumpul memiliki kesepakatan sendiri dengan para nelayannya. Karena modal keberangkatan nelayan untuk melaut diperoleh dari pengumpul (tengkulak), maka harga sepenuhnya menjadi keputusan tengkulak. Perbedaan jumlah tangkapan setiap nelayan, perbedaan ukuran ikan tongkol yang tertangkap,
31 serta perbedaan modal dan tengkulak menjadi faktor yang sangat mempengaruhi harga ikan tongkol pada saat itu.
4.4. Analisis Ketidakpastian Ikan Tongkol 4.4.1. Analisis ketidakpastian hasil tangkapan Analisis dilakukan dengan menggunakan data rata-rata produksi harian ikan tongkol yang ditangkap di perairan Pameungpeuk. Data tersebut diperoleh dari setiap nelayan yang berhasil memperoleh tangkapan berupa ikan tongkol. Ikan tongkol tersebut diserahkan kepada para pengumpul yang kemudian pencatatan hasil tangkapan ikan dilakukan oleh pengumpul. Rata-rata produksi harian ikan tongkol yang digunakan merupakan total hasil tangkapan yang diperoleh per jumlah hari pengamatan. Pola peramalan sebaran produksi atau hasil tangkapan ikan tongkol yang dilakukan menggunakan analisis Monte Carlo dengan bantuan software Crystal ball menunjukkan adanya fluktuasi serta ketidakpastian yang sangat tinggi, meskipun terlihat menyerupai kurva sebaran normal. Frekuensi untuk volume produksi ikan tongkol ini dapat dilihat pada gambar 15.
Crys tal Ball Student Edi ti on Not for Commerc ial Us e
Forecast: Produksi
1,000 Trials
FrequencyChart
6 Outliers
.027
27
.020
20.25
.014
13.5
.007
6.75
.000
0 -364.68
670.69
1,706.06
2,741.43
3,776.80
Gambar 15. Kurva frekuensi volume produksi di Cilauteureun periode MaretApril 2010
32 Distribusi volume yang terjadi bersifat semu karena kurva terkesan menyebar secara normal, namun penyebaran secara normal ini mencerminkan bahwa kegiatan perikanan tangkap banyak dipengaruhi faktor ketidakpastian. Selain itu, ketidakpastian juga ditunjukkan dengan kecilnya nilai peluang dari produksi yang diperoleh yaitu nilai peluang yang kurang dari 0,5 serta diperoleh besarnya nilai standar deviasi dalam percobaan yang dilakukan yaitu sebesar 796,44 kg. Tabel 3 memperlihatkan nilai-nilai statistik dari peramalan volume produksi yang diperoleh. Tabel 3. Nilai-nilai statistik peramalan volume produksi Statistik: Trials (kali) Mean (kg) Median (kg) Standard Deviation (kg) Variance Skewness Kurtosis Coeff. of Variability Range Minimum Range Maximum Range Width Mean Std. Error
Value 1000 1,706.06 1,688.52 796.44 634,312.54 0.03 2.84 0.47 -874.32 4,113.60 4,987.92 25.19
Nilai statistik yang diperoleh dari peramalan produksi menunjukkan bahwa data tersebut hanya sedikit menjulur ke kanan. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai skewness sebesar 0,03. Besarnya nilai standar deviasi hasil tangkapan ikan tongkol juga dikarenakan armada penangkapan yang digunakan hanya kapal tradisional berukuran kecil tanpa alat bantu. Kegiatan penangkapan ikan dengan alat bantu serta teknologi yang lebih canggih akan menghasilkan nilai ketidakpastian serta standar deviasi yang kecil. Peramalan yang dilakukan menghasilkan nilai koefisien variabilitas yang tinggi yaitu sebesar 0,47 atau 47%, hal tersebut menunjukkan kegiatan penangkapan ini memiliki ketidakpastian yang sangat tinggi. Mayangsoka (2010) menunjukkan bahwa hasil analisis terhadap sumberdaya ikan cakalang yang didaratkan di PPS Nizam Zachman memiliki nilai koefisien variabilitas yang lebih tinggi mencapai 0,71 atau 71% . Penangkapan ikan cakalang yang dilakukan
33 menggunakan alat bantu GPS serta kapal yang besar diharapkan dapat memperkecil nilai koefisien variabilitas. Tingginya nilai koefisien variabilitas diduga karena lokasi penangkapan (fishing ground) ikan cakalang yang sangat jauh dari pantai sehingga wilayahnya lebih luas dan menyebar, berbeda dengan ikan tongkol yang lokasi penangkapannya (fishing ground) dekat dengan pantai. 4.4.2. Analisis ketidakpastian harga ikan tongkol Harga merupakan suatu nilai nominal terhadap suatu komoditas atau barang. Harga ikan tongkol yang terjadi di Garut mengikuti volume produksinya. Fluktuasi terjadi akibat adanya perubahan hasil tangkapan yang diperoleh. Penentuan harga ikan tongkol setiap harinya terbentuk sesuai kesepakatan antara nelayan dengan tengkulak.
Desa Pamalayan, Kecamatan Cikelet memiliki 9
orang pengumpul besar (tengkulak) yang menerima hasil tangkapan dari nelayan. Masing-masing tengkulak memiliki kisaran harga sesuai dengan keadaan serta kondisi yang mereka alami. Berdasarkan fakta tersebut, maka peramalan terhadap harga ikan tongkol di TPI Cilauteureun dilakukan dengan menggunakan harga rata-rata dari masing-masing tengkulak yang terbentuk setiap hari yang kemudian menjadi rata-rata harga selama hari pengamatan. Pola peramalan sebaran harga ikan tongkol di Cilauteureun yang diperoleh dapat dilihat pada Gambar 16.
Crys tal Ball Student Edi ti on Not for Commerc ial Us e
Forecast: Harga
1,000 Trials
FrequencyChart
9 Outliers
.036
36
.027
27
.018
18
.009
9
.000
0 7,769.55
7,914.00
8,058.46
8,202.92
8,347.38
Gambar 16. Kurva frekuensi harga ikan tongkol periode Maret-April 2010
34 Apabila dibandingkan dengan fluktuasi yang terjadi pada volume produksi, maka dapat dilihat bahwa fluktuasi harga cenderung lebih stabil karena kurva sebaran yang lebih menyebar normal. Selain itu, beberapa nilai peluang yang dihasilkan juga lebih besar dibandingkan nilai peluang untuk volume produksi. Akan tetapi hal tersebut bukan menunjukkan tidak adanya ketidakpastian dalam penetapan harga karena dalam kenyataannya fluktuasi harga tetap terjadi. Hal tersebut dapat dilihat dari adanya standar deviasi sebesar Rp. 572,68. Kurva distribusi produksi dan harga yang terbentuk berdasarkan simulasi yang dilakukan menyerupai kurva normal, namun memiliki karakteristik yang berbeda. Pada peramalan produksi diperoleh kemenjuluran ke kanan, sedangkan untuk peramalan harga ini diperoleh kemenjuluran ke kiri dengan nilai sebesar 0,04.
Nilai tersebut mengakibatkan nilai tengah yang lebih kecil daripada
mediannya. Beberapa perhitungan statistik yang diperoleh juga dapat dijadikan indikasi adanya ketidakpastian dalam kegiatan perikanan yang dilakukan seperti banyaknya percobaan yang akan mempengaruhi nilai-nilai statistik yang akan diperoleh. Nilai-nilai statistik yang diperoleh dalam peramalan harga disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Nilai-nilai statistik peramalan harga Statistics: Trials (kali) Mean (Rp.) Median (Rp.) Standard Deviation (Rp.) Variance Skewness Kurtosis Coeff. of Variability Range Minimum Range Maximum Range Width Mean Std. Error
Value 1000 8,058.46 8,061.02 111.12 12,347.95 -0.04 2.93 0.01 7,710.90 8,397.54 686.63 3.51
Komoditas ikan tongkol ini termasuk jenis ikan yang dikonsumsi oleh penduduk lokal atau tidak termasuk komoditas untuk diekspor. Hal ini juga berpengaruh terhadap harga ikan. Jika dibandingkan dengan ikan layur dan ikan cakalang, maka ikan tongkol memiliki fluktuasi dan ketidakpastian harga yang
35 lebih tinggi.
Koefisien variabilitas harga tongkol yang diperoleh dari hasil
peramalan sebesar 0,01 atau 1%. Fluktuasi dan ketidakpastian harga ikan layur relatif kecil, nilai koefisien variabilitas yang diperoleh sebesr 0,03 atau 3% (Wardani 2010). Ikan cakalang memiliki nilai koefisien variabilitas sebesar 0,19 atau 19% (Mayangsoka 2010). Layur dan cakalang termasuk komoditas ikan untuk diekspor sehingga memiliki kisaran harga yang sempit dan mengikuti permintaan pasar global seharusnya memiliki harga yang relatif lebih stabil. Peramalan menunjukkan harga ikan tongkol lebih stabil dibandingkan layur dan cakalang, hal tersebut diduga karena penetapan harga ekspor dari negara pengimpor yang letaknya jauh.
4.5. Hubungan Panjang Berat Hubungan panjang berat digunakan untuk
menduga pertumbuhan dari
sumberdaya ikan tongkol. Berdasarkan jumlah ikan contoh yang diperoleh selama waktu penelitian, dilakukan analisis dengan 200 ekor ikan. Jumlah data panjang dan berat ikan tersebut diperoleh dalam waktu 20 hari dengan jumlah per hari 10 ekor. Grafik analisis hubungan panjang-berat ikan tongkol di Cilauteureun dapat
Berat (gram)
dilihat pada Gambar 17.
500 450 400 350 300 250 200 150 100 50 0
2.4971
W = 0.0636L 2 R = 0.807 n = 200
0
5
10
15
20
25
Panjang (cm)
Gambar 17. Hubungan panjang berat ikan tongkol
30
35
36 Hubungan panjang-berat ikan tongkol adalah W = 0,0636 L2, 4971
dengan
nilai b sebesar 2,4971. Setelah dilakukan uji t (α = 0,05) terhadap nilai b tersebut diketahui bahwa ikan tongkol memiliki pola pertumbuhan alometrik negatif. Pola pertumbuhan alometrik negatif menyatakan bahwa pertumbuhan panjang ikan tongkol lebih dominan dibandingkan pertumbuhan beratnya.
Hal tersebut
dikuatkan oleh nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,807 yang berarti bahwa model dugaan mampu menjelaskan model sebenarnya sebesar 80,7%. Analisis hubungan panjang berat ikan tongkol (Auxis thazard) yang pernah dilakukan di negara Sri Lanka diperoleh nilai b sebesar 3,334 yang menunjukkan pola pertumbuhan yang alometrik positif. Perbedaan nilai b yang diperoleh dapat disebabkan faktor lingkungan seperti iklim, kondisi perairan dan ketersediaan makanan, musim penangkapan, jumlah banyaknya contoh ikan serta genetis ikan.
4.6. Pembahasan 4.6.1. Pembahasan hasil simulasi Monte Carlo Permasalahan-permasalahan yang muncul dalam kegiatan perikanan tangkap disebabkan adanya ketidakpastian yang dapat berasal dari sumber-sumber ketidakpastian secara alami maupun bersumber dari manusia. Fluktuasi hasil tangkapan dan harga ikan tongkol merupakan dua faktor yang memberikan pengaruh besar bagi industri perikanan tangkap dan pengelolaan yang berkelanjutan. Hasil tangkapan yang diperoleh dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
musim
penangkapan,
kemampuan
biologis,
cuaca,
daerah
penangkapan, alat tangkap yang digunakan, armada dan jumlah armada penangkap ikan, perilaku nelayan serta teknologi atau sarana lain yang mendukung
keberhasilan
kegiatan
penangkapan.
Faktor-faktor
tersebut
menyebabkan volume produksi sumberdaya perikanan yang ditangkap dapat berubah dari waktu ke waktu dan tidak dapat diramalkan. Fluktuasi harga yang terjadi dapat lebih stabil apabila dibandingkan dengan fluktuasi hasil tangkapan yang banyak dipengaruhi oleh keadaan alam. Pembentukan harga yang terjadi biasanya dipengaruhi oleh jumlah produksi serta
37 dikendalikan oleh manusia yang memanfaatkan sumberdaya perikanan tersebut. Banyaknya ketidakpastian dalam kegiatan perikanan dapat menimbulkan resiko bagi keberlangsungan kegiatan perikanan ini. Hal tersebut dapat mempengaruhi keadaan sumberdaya ikan maupun manusia yang memanfaatkan sumberdaya ikan tersebut. Ketidakpastian yang terjadi dalam kegiatan perikanan dapat dianalisis dengan simulasi Monte Carlo. Dengan simulasi ini diharapkan dapat terlihat peramalan (forecasting) yang terjadi mengenai pergerakan hasil tangkapan dan harga ikan tongkol. Hasil yang memperlihatkan bentuk kurva yang terdistribusi secara normal dengan fluktuasi pada setiap kelas produksi dan harga. Hasil tangkapan dan harga memiliki nilai rata-rata dan standar deviasi yang dapat menggambarkan sebaran nilai-nilai tersebut. Semakin kecil nilai standar deviasi terhadap rata-rata maka tingkat keseragaman data (nilai) semakin tinggi. Nilai standar deviasi dari produksi dan harga yang diperoleh cukup besar. Dalam hal ini menunjukkan bahwa keadaan produksi serta penetapan harga ikan tongkol di Cilauteureun memiliki faktor ketidakpastian yang sangat tinggi.
Selain itu,
besarnya koefisien variabel dari hasil tangkapan juga jauh lebih tinggi dibandingkan koefisien variabel harga yang mengindikasikan bahwa semakin tinggi koefisien variabel suatu peramalan, maka semakin tinggi ketidakpastian parameter tersebut. 4.6.2. Ketidakpastian berdasarkan tipologi dan sumber ketidakpastian Tipologi ketidakpastian untuk sumberdaya ikan tongkol di Garut meliputi randomness / process uncertainty (ketidakpastian proses), parameter and state uncertainty (ketdakpastian parameter / sumberdaya), dan structural uncertainty (ketidakpastian struktural).
Ketidakpastian proses dalam sistem perikanan di
Cilauteureun sangat terlihat terutama dalam kegiatan pemasaran.
Proses
pembentukan harga yang disesuaikan dengan hasil tangkapan, tidak adanya pelelangan, serta harga yang berubah-ubah setiap waktu, seperti yang terjadi pada 9 pengumpul. Pada dasarnya, pengumpul diharapkan dapat mereduksi tingginya ketidakpastian dalam perikanan, terutama dalam harga dan struktur pasar, akan
38 tetapi hal tersebut belum dapat terjadi karena karakteristik dan tujuan dari setiap pengumpul berbeda. Ketidakpastian parameter/sumberdaya yang terjadi meliputi keterbatasan observasi, serta ketidakakuratan dalam menduga model dan mengestimasi keadaan sumberdaya.
Observasi yang dilakukan bersifat terbatas dan hanya
melibatkan sebagian kecil sumberdaya yang diperoleh nelayan, sehingga model yang dihasilkan memiliki nilai koreksi yang cukup besar. Selain itu, keadaan perairan laut Indonesia yang multi-alat tangkap dan multispesies mengakibatkan sulitnya menerapkan model-model dugaan yang pada dasarnya digunakan pada daerah subtropis. Pengelolaan perikanan melibatkan seluruh lapisan masyarakat dan pemangku kepentingan.
TPI Cilauteureun Garut memiliki struktur organisasi
yang jelas, namun kinerja yang belum optimal.
Pihak pemerintahan dan
masyarakat masih belum bekerja sama dalam melakukan upaya pengelolaan ini. Berbagai macam tipologi ketidakpastian yang terdapat di Garut tersebut merupakan ketidakpastian yang berasal dari alam dan manusia. Karakteristik alam perairan selatan serta sumberdaya ikan tongkol yang tidak bisa dikendalikan manusia hendaknya dapat diantisipasi dengan mengelola dan mengurangi faktor-faktor yang berasal dari manusia seperti harga dan struktur pasar, tujuan nelayan, serta perbedaan persepsi terhadap stok ikan. Analisis yang dilakukan terhadap ketidakpastian hasil tangkapan ikan tongkol ini menunjukkan bahwa harga dan struktur pasar ikan tongkol sangat dipengaruhi oleh pengumpul. Sumber ketidakpastian alami dari ikan tongkol yang paling mudah untuk diprediksi adalah hubungan panjang berat yang dilakukan untuk menduga pola pertumbuhan ikan tongkol serta menduga stok. Tingginya ketidakpastian hasil tangkapan yang terjadi diduga sebagai salah satu akibat dari hubungan panjang berat.
Hubungan panjang berat erat kaitannya dengan kegiatan mangsa-
memangsa dan pertumbuhan. Analisis yang diperoleh dari hubungan panjang berat bernilai alometrik negatif menimbulkan dugaan bahwa ikan masih dalam proses pertumbuhan serta sedang berburu makanannya untuk dapat tetap mempertahankan hidupnya.
39 4.6.3. Kaitan hasil tangkapan dengan hubungan panjang berat Ketidakpastian yang terjadi terhadap hasil tangkapan ikan tongkol (Auxis thazard) di Cilauteureun, diketahui dengan pengkajian mengenai hubungan panjang berat ikan tongkol. Selama penelitian yang dilakukan diperoleh nilai hubungan panjang berat ikan tongkol setelah kemudian dilakukan uji t adalah sebesar 2,4971 yang menunjukkan alometrik negatif.
Alometrik negatif
mengindikasikan bahwa pertumbuhan panjang yang terjadi lebih dominan dibandingkan pertumbuhan berat. Hubungan panjang berat dapat mempengaruhi produksi atau hasil tangkapan ikan tongkol. Ikan tongkol dengan pola pertumbuhan alometrik negatif cenderung memiliki berat yang lebih ringan, karena makanan yang masuk ke dalam tubuhnya digunakan untuk melakukan pertumbuhan dan perkembangan. Fase atau tingkat pertumbuhan ini menunjukkan ikan masih kecil dan belum matang gonad sehingga sesuai untuk dilakukan penangkapan dibandingkan ikan tongkol alometrik positif, karena diduga sedang melakukan pematangan gonad. Dengan demikian induk atau ikan yang sudah matang gonad tetap dapat melakukan pemijahan terlebuh dahulu.
Walaupun demikian, tidak semua fase pola
pertumbuhan yang alometrik negatif baik untuk dilakukan penangkapan. Apabila terdapat nilai b yang sangat mendekati 3, maka ikan tongkol tersebut sedang menuju pada proses persiapan pematangan gonad sehingga akan lebih baik jika tidak ditangkap sampai ikan bereproduksi. Hubungan panjang berat yang diperoleh juga dipengaruhi oleh jumlah dan waktu pengambilan contoh.
Dalam penelitian ini, pengambilan contoh ikan
dilakukan pada musim peralihan (Maret-April) dimana jumlah ikan masih sedikit dan rata-rata ikan masih dalam fase awal pertumbuhan, sehingga ukuran ikan masih kecil-kecil.
Analisis yang dilakukan tidak dapat menduga laju
pertumbuhan karena jumlah contoh ikan yang sedikit serta waktu pengamatan yang tidak menggunakan interval waktu (setiap hari), sehingga ikan belum sempat melakukan pertumbuhan. Apabila waktu pengambilan contoh dilakukan pada musim puncak penangkapan (Juni-September) maka diduga akan diperoleh hubungan alometrik positif karena ikan mendekati proses pemijahan. Selain itu, akan terdapat selang kelas baru yang menunjukkan adanya proses recruitment.
40 4.7. Alternatif Pengelolaan Perikanan Tongkol di Cilauteureun Berdasarkan informasi mengenai kondisi yang terjadi terhadap sumberdaya ikan tongkol di Cilauteureun yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan, maka diperlukan adanya upaya untuk mengoptimalkan hasil tangkapan atau produksi ikan tongkol di Cilauteureun, Kabupaten Garut. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan mengetahui informasi penting terkait sumberdaya ikan tongkol, meningkatkan teknologi dan kualitas sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan penangkapan. Adanya fasilitas TPI sebelumya dapat diperbarui untuk selanjutnya dimanfaatkan dalam kegiatan perikanan tangkap dalam menunjang kebutuhan masyarakat serta permintaan luar daerah. Jumlah kapal yang beroperasi dalam kegiatan penangkapan ikan tongkol tidak sesuai dengan yang tercatat di Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Garut. Hal ini menunjukkan adanya batas atau kesenjangan yang terjadi antara pihak masyarakat nelayan dengan pemerintah. Pada umumnya nelayan mencari ikan dengan melihat keadaan alam tanpa memanfaatkan teknologi yang ada, sehingga ketidakpastian yang terjadi semakin besar. Dengan fakta-fakta tersebut alternatif pengelolaan perikanan yang dapat diterapkan, antara lain : 1) Menggunakan bantuan teknologi seperti GPS (Global Positioning System), serta memanfaatkan informasi yang disediakan oleh LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional) mengenai zona potensi penangkapan ikan (ZPPI) untuk nelayan Kabupaten Garut. 2) Perbaikan pencatatan data produksi dan nilai produksi seluruh jenis sumberdaya ikan yang tertangkap di perairan selatan Garut. 3) Perbaikan sarana dan prasarana terkait kegiatan perikanan. 4) Memperbarui armada tangkap yaitu dengan kapal besar yang dapat menempuh perjalanan jauh hingga wilayah ZEE sehingga hasil tangkapan dapat optimum. 5) Penghapusan perda mengenai penghentian kegiatan pelelangan di TPI Cilauteureun, karena dengan tidak adanya kegiatan pelelangan (tidak beroperasinya TPI), maka akan mempengaruhi kesejahteraan nelayan serta keadaan sumberdaya yang ada.