PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SEKITAR TANJUNG PASIR MELALUI MODEL KEWIRAUSAHAAN SEBAGAI UPAYA MENDUKUNG DESTINASI WISATA PANTAI TANJUNG PASIR Rodhiah 1 , Heni Mularsih2 , Kartika Nuringsih , 3 Toto Mujio Mukmin4
Abstract: The purpose of PKM activity, encouraging entrepreneurial activity and island communities Tanjung Pasir Fortunately Java in order to follow the development of tourist destinations Tanjung Pasir. Activities undertaken empowerment potential mapping in terms of economic or entrepreneurial activity as Dasat to conduct coaching community creativity and innovation efforts as a basis for improving the motivation of people to continue to create on. With an entrepreneurial spirit will inspire the spirit of entrepreneurship based on the potential of the village. Through the method of data collection using observation and in-depth interviews and documentation conducted to obtain data on the identification of community development around the coast. Study of identification of potential, infrastructure and the problems faced by communities around the coast is an activity that aims to: First, get the data based on various aspects of the community dug around the coast which is on the island of Java Lucky. With PKM is expected to provide a mapping of entrepreneurship to the economy or society that has the potential to be empowered. The potential for these communities need attention from various circles. Second, the results of this activity can be used as a road map for further research activity or CRP, by conducting training, product development, and increased motivation and creativity of entrepreneurial business carried on by the people, the products / services they are increasingly accepted by tourists, especially the island of Tanjung Pasir Beach Fortunately Java. The success of the business community may be growing rapidly, along with the development program sands of Cape Coast as a tourism destination Tangerang. Keywords: Tourism Destination, Empowerment, Entrepreneurship, Identification of potential. Abstrak: Tujuan kegiatan PKM, mendorong aktivitas kewirausahaan masyarakat Tanjung Pasir dan pulau Untung Jawa agar dapat mengikuti perkembangan destinasi wisata Pantai Tanjung Pasir. Aktivitas yang dilakukan pemberdayaan pemetaan potensi dari segi ekonomi atau aktivitas wirausaha sebagai dasat untuk melakukan kegiatan pembinaan kreativitas masyarakat dan inovasi usaha sebagai dasar untuk meningkatkan motivasi masyarakat untuk terus berkreatif. Dengan spirit kewirausahaan akan menggugah semangat berwirausaha berdasarkan potensi desa tersebut. Melalui metode pengumpulan data menggunakan observasi dan wawancara mendalam serta dokumentasi dilakukan untuk mendapatkan data tentang identifikasi pemberdayaan masyarakat sekitar pantai. Kajian identifikasi potensi, infrastruktur dan permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat di sekitar pantai merupakan aktivitas yang bertujuan 1
Dosen tetap Fakultas Ekonomi Universitas Tarumanagara Dosen tetap MKU Universitas Tarumanagara 3 Dosen tetap Fakultas Ekonomi Universitas Tarumanagara 4 Dosen tetap Fakultas Seni Rupa dan Desain Universitas Tarumanagara 2
44
untuk: Pertama, mendapatkan data based tentang berbagai aspek yang digali dari masyarakat sekitar pantai yaitu di Pulau Untung Jawa. Dengan PKM ini diharapkan memberikan pemetaan bidang ekonomi atau wirausaha masyarakat yang memilki potensi untuk dapat diberdayakan. Adanya potensi masyarakat tersebut perlu mendapat perhatian dari berbagai kalangan. Kedua, hasil kegiatan ini pun dapat digunakan sebagai road map aktivitas PKM atau riset selanjutnya, dengan melakukan kegiatan pembinaan, pengembangan produk, dan peningkatan motivasi wirausaha dan kreativitas usaha yang dijalankan oleh masyarakat, produk/jasa mereka semakin diterima oleh wisatawan Pantai Tanjung Pasir khususnya pulau Untung Jawa. Keberhasilan usaha masyarakat dapat akan berkembang pesat, seiring dengan program pengembangan Pantai Tanjung pasir sebagai destinasi pariwisata Kabupaten Tangerang. Kata Kunci: destinasi pariwisata, pemberdayaan, kewirausahaan, identifikasi potensi.
Pendahuluan Sektor pariwisata merupakan salah satu komoditas yang relatif mudah memberikan kontribusi bagi pendapatan suatu daerah. Pengelolaan pariwisata secara profesional akan mampu mendatang devisa, sementara untuk tingkatan lokal/pemda mampu meningkatkan pendapatan asli daerah, serta memberi kesempatan kerja bagi masyarakat setempat Eddy. (2004. Terkait dengan fenomena pariwisata tersebut, Pemda memiliki target pengembangan aset wisata, seperti: Pemda DKI memberdayakan kawasan pariwisata Kepulauan Seribu, Kabupaten Tangerang sedang berupaya mengembangkan kawasan pariwisata bahari meliputi: Pantai Tanjung Pasir, Tanjung Kait, Dadap dan Pulau Cangkir. (http://tangerangkab.go.id) Kawasan pantai secara geografis berada di perbatasan antara dua pemda dimana dalam pengembangan sektor tersebut saling berkaitan antara masyarakat sekitar Pantai Tanjung Pasir dan masyarakat Kepulauan Seribu khususnya masyarakat Pulau Untung Jawa. Kawasan ini memiliki potensi diberdayakan sebagai kawasan wisata, karena memiliki sarana induk pendukung kawasan wisata, yaitu: 1). Resort Tanjung Pasir Jl. Tanjung Pasir Km 7 fasilitas: hotel, café, kolam renang, restoran dan pemancingan. 2). Taman Buaya sebagai taman hiburan dan penangkaran buaya. 3). Terakses dengan kawasan wisata Pulau Seribu Dermaga penyeberangan ke Pulau Untung Jawa deretan Kepulauan Seribu. 4). Terakses jalan raya arah Daan Mogot, terhubung jaringan listrik, telekomunikasi, infrastruktur serta air bersih. Jika masyarakat desa tersebut diberdayakan dan dipersiapkan kemampuan & ketrampilan berwirausaha, maka masyarakat Desa Tanjung Pasir mayoritas sebagai nelayan akan berkembang seiring dengan perkembangan kawasan destinasi wisata tersebut. Permasalahan pada tingkat masyarakat adalah: masyarakat sekitar tempat wisata memiliki bargaining power rendah atau terbatas dalam pengembangan kawasan wisata. Kondisi tersebut terjadi karena pembangunan pariwisata semata-mata berdasarkan pendekatan ekonomi dan sebagai instrumen untuk meningkatkan pendapatan bagi swasta dan pemerintah Eddy (2004). Kendala dihadapi masyarakat disebabkan oleh faktor keterbatasan kemampuan berpartisipasi secara aktif dalam pengembangan kawasan wisata. Kondisi tersebut dipicu oleh keterbatasan pengalaman, pengetahuan, pendidikan, modal, sarana atau fasilitas, informasi maupun daya kreativitas. Kondisi tersebut menyebabkan masyarakat kecil (seperti: nelayan atau petani) menghadapi permasalahan manajemen maupun operasional ketika mereka terlibat dalam aktivitas
45
kepariwisataan Harry (2001). Situasi tersebut pada akhirnya menciptakan kesenjangan kesejahteraan dan kualitas hidup antara masyarakat kawasan wisata tersebut. Berdasarkan analisis situasi rencana kegiatan pengabdian kepada masyarakat Universitas Tarumanagara ditujukan kepada masyarakat sekitar destinasi Pantai Tanjung Pasir beserta kawasan pendukung lokasi wisata Pantai Tanjung Pasir. Hasil observasi awal lapangan serta penelusuran media sosial teridentifikasi permasalahan dihadapi oleh masyarakat. Masalah tersebut berkaitan dengan aspek ekonomi, pendidikan, lingkungan, sosial budaya, kesehatan maupun lingkungan hidup. Khalayak atau Sasaran Mitra Masyarakat pelaku wirausaha di sekitar wilayah Tanjung Pasir yaitu pada masyarakat di Pulau Untung Jawa yang memiliki potensi bidang ekonomi dengan wirausaha yang dapat mendukung keberhasilan membentuk destinasi wisata di daerah tersebut. wilayah ini yang dipilih dikarenakan lebih memiliki potensi wirausaha dan kreativitas usaha yang beragam, jika dibandingkan dengan masyarakat daerah Tanjung pasir. Agar dapat mengetahui atau memotret potensi apa saja yang dapat digali pada masyarakat tersebut, tim ini perlu melakukan identifikasi potensi, infrastruktur serta permasalahan daerah tersebut. Untuk itu yang menjadi prioritas permasalahan adalah: Bagaimana mengidentifikasi potensi masyarakat sekitar destinasi wisata Pantai Tanjung Pasir . Metode Kegiatan PKM dilakukan pada bulan September 2013 sampai Desember 2013 selama 54 jam kegiatan di Sekitar Tanjung pasir yaitu pada Pulau Untung Jawa yang dilaksanakan pada tanggal 15,16 dan 17 November 2013 dengan mengunjungi pihak terkait dengan pemetaan potensi masayarakat yaitu wakil lurah pulau Untung Jawa dan masyarakat wirausaha.Data digunakan untuk kegiatan survey berupa data primer diperoleh melalui pengamatan (observasi) dan wawancara mendalam. Kegiatan wawancara dilakukan untuk mengetahui kondisi dan kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat dalam kegiatan ekonomi untuk dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup, disamping itu kreativitas dan inovasi yang sudah dilakukan masyarakat untuk menyambut para wisatawan yang berkunjung ke daerah ini. Pemilihan responden dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling, yaitu: masyarakat yang memiliki kriteria sudah melakukan aktivitas wirausaha selama 2-3 tahun. Alasan pemilihan pulau ini karena memiliki keunggulan, yaitu mulai adanya aktivitas usaha sebagai nelayan sampai industri kerajinan. Jumlah responden yang diteliti sesuai dengan aktivitas wirausaha yang dilakukan adalah sebanyak sembilan orang yang melakukan aktivitas wirausaha yang berlainan Pembahasan Hasil Kegiatan PKM a. Gambaran Umum Wilayah Sekitar Pantai Tanjung Pasir Pantai Tanjung Pasir terletak di Desa Tanjung Pasir Kecamatan Teluknaga dengan mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai nelayan. Desa ini terbagi atas 7 wilayah kemandoran (kampung), 14 RW dan 31 RT. Ketujuh kemandoran tersebut adalah: Kampung Tanjung Pasir Barat, Kampung Tanjung Pasir Timur, Sukamanah Barat, Garapan, Gagah Sukamanah, Sukamulya 1 dan Sukamulya 2. Peta menuju Desa Tanjung Pasir seperti Gambar 1 berikut ini.
46
Gambar 1. Peta Lokasi Desa Tanjung Pasir
Kondisi dan Potensi Masyarakat sekitar Pantai Tanjung Pasir (Pulau Untung Jawa) Kawasan strategik pariwisata Desa Tanjung Pasir dengan aset wisata Pantai Tanjung Pasir, sangat potensial dikembangkan sebagai desa wisata. Alasan utama terkait dengan lokasi pantai terintegrasi dengan kawasan strategik zona wisata Kapok Jakarta Utara-Pulau Seribu. Dengan demikian destinasi wisata Desa Tanjung Pasir dapat terakses dari zona Kepulauan Seribu. Untuk fasilitas induk, desa ini sudah terakses oleh akomodasi, sosial budaya, sumber daya alam, lingkungan hidup, pertahan dan keamanan sebagai pendukung konsep desa wisata. Fasilitas tersebut adalah: 1. Resort Tanjung Pasir, Jl. Tanjung Pasir Km 7, dengan fasilitas hotel, café, kolam renang, restoran dan pemancingan. 2. Taman Buaya sebagai taman hiburan dan penangkaran buaya. 3. Dermaga penyeberangan ke Pulau Untung Jawa (deretan Kepulauan Seribu). 4. Terakses oleh jalan raya arah Daan Mogot, terhubung jaringan listrik, telekomunikasi, infrastruktur dan air bersih. 5. Terdapat Dermaga Penurunan Ikan dan Tempat Pelangan Ikan. 6. Berdiri Pangkalan Latihan TNI Angkatan laut. 7. Tersedia fasilitas parkir yang dikelola oleh masyarakat sekitar Pantai dan Pemda setempat. Pantai Tanjung pasir hanya sebatas penyedia infrastruktur/sarana jalan untuk menuju berbagai pulau termasuk pulau Untung Jawa, sementara aktivitas wirausaha lebih berkembang di berbagai pulau sekitarnya untuk itu aktivitas PKM ini lebih menikberatkan pada pulau Untung Jawa yang memiliki aktivitas usaha yang beragam dan perlu diberdayakan. Gambar berikut menjelaskan kondisi penyembrang dikawasan pantai Tanjung pasir:
Gambar 2. Kondisi Sekitar Pantai Tanjung Pasir
47
Kondisi dan Potensi Masyarakat Pulau Untung Jawa Pulau Untung Jawa merupakan daerah administrasi kabupaten kepulauan Seribu, yang juga merupakan wilayah DKI Jakarta. Luas wilayahnya 40 Ha, terdiri dari 9 RT dan 3 RW. Dari Untung Jawa dapat menginjungi pulau Onrust, Pulau Rambut,dan Pulau Kelor. Jumlah penduduk 1.698 jiwa,436 KK, lurah : Angga Saputra. Sebagai pusat pemerintahan pulau Untung Jawa, di pulau ini telah tersedia kantor Lurah serta fasilitas pemerintahan lainnya seperti Puskesmas, Sekolah,dan homestay. Untuk mencapai Pulau Untung Jawa tidaklah terlalu sulit, karena dapat melalui dermaga Muara Angke, Tanjung Pasir maupun Rawa Saban. Selain peruntukan pemukiman, Pulau Untung Jawa sekarang telah menjadi Kawasan Wisata Andalan Massal di Kepulauan Seribu. Pulau ini juga banyak menyediakan beragam fasilitas wisata. Mulai dari belanja cinderamata, pagelaran hiburan di gedung sasana wisata serba guna, jajanan makanan \dan minuman khas pesisir, hingga panorama pantai yang dapat menarik perhatian wistawan, setiap akhir pekan pulau Untung Jawa banyak dikunjungi wisatawan dari Jakarta, Tangerang dan daerah lainnya. Meskipun demikian masih ada sejumlah kendala untuk menjadi tujuan pulau wisata yang nyaman dan menyenangkan. Beberapa kendala yang nyata di antaranya adalah masih kurangnya infrastruktur transportasi yang lebih nyaman dan aman, masih kurangnya homestay yang nyaman, masih kurangnya tempat makan yang nyaman dan bersih, masih kurangnya promosi yang memadai. Fasilitas pengolahan sampah juga belum tersedia di pulau tersebut sehingga sampah masih bertumpuk, belum lagi kiriman sampah yang bertebaran di pantai mengganggu pemandangan. Gambar kondisi sekitar pulau:
Gambar 3-4. Kondisi Memasuki Pulau Untung Jawa
Aktivitas Wirausaha Masyarakat 1). Gambaran usaha home stay Beberapa masyarakat sekitar pulau untung Jawa memanfaatkan potensi daerah wisata ini dengan membuka usaha home stay. Namun, usaha ini lebih didominasi dari masyarakat luar pulau yang melakukan investasi usaha dengan memilki home stay yang lebih unggul. Usaha home stay yang dikelola masyarakat sekitar memberikan tarif yang cukup bervariasai dari harga Rp.250.000 sampai Rp. 500.000 permalam yang dapat ditempati 3-4 orang dan ber-AC. Walaupun usaha ini dapat menguntungkan masyarakat, dilihat dari kondisinya pada umumnya hanya pada hari sabtu dan minggu yang penuh pengunjung tetapi setelah itu tidak dapat diberdayakan karena kondisi yang sepi atau tidak banyaknya pengunjung. Oleh karena itu perlu dioptimalkan usaha ini agar menjadi kreativitas yang lebih unggul. Adapun contoh gambar home stay dapat dilihat dibawah ini.
48
Gambar.5. Salah satu home stay yang ada di pulau Untung Jawa 2). Gambaran usaha nelayan Nelayan di Pulau Untung Jawa terdiri atas 2 jenis, Yaitu nelayan tengah dan nelayan pinggir. Nelayan tengah mencari ikan tidak setiap hari pulang. Mereka pulang setiap 15 hari sekali. Hasil tangkapan ikan dijual ke tempat pelelangan ikan di Muara Angke. Nelayan pinggir mencari ikan dan setiap hari pulang. Hasil tangkapan ikan nelayan pinggir ini dijual pada masyarakat sekitar untuk dibuat ikan bakar maupun kerupuk ikan juga dijual ke tempat usaha rumah makan . Baik nelayan tengah maupun nelayan pinggir belum memiliki kreativitas untuk mengolah ikan hasil tanggapannya menjadi produk yang lebih berinovatif, misalnya menjadi produk olahan bandeng presto, olahan menjadi dendeng, ikan kering , olahan udang dan sebagainya.Sehingga produk nelayan belum mampu menjadi produk yang memilki nilai jual lebih.
Gambar 6. Nelayan pinggir di pulau Untung Jawa
3). Gambaran potensi usaha kapal Dengan adanya potensi wisata Pulau Untung yang tengah digali pemerintah menjadi satu kesempatan baik bagi masyarakat untuk memperoleh pendapatan selain menjadi nelayan. Apalagi ditambah dengan permasalahan hasil tanggapan laut yang semakin menipis bagi para nelayan sebagian besar sudah melirik kepada usaha perkapalan untuk membantu penyebrangan bagi wisatawan yang ingin berkunjung ke pulau. Tarif yang dibebankan kepada pengunjung juga bervariasi tergantung poada jenis kapal yang digunakan, pada umumnya perorang antara Rp. 20.000 sampai Rp. 25.000, kondisi perjalanan kapal belum optimal, karena banyaknya kapal yang tidak berlayar pada hari biasa dan hanya ramai pada hari sabtu dan minggu saja sehingga pemanfaatan usaha kapal tidak optimal.
49
Gambar 7. Kapal yang sedang menunggu penumpang dan siap disewakan
4). Usaha Kreatif Masyarakat a). Gambaran potensi Usaha penyewaan sepeda Untuk akomodasi kepariwisataan di daerah ini masyarakat telah memanfaatkan jenis usaha lain yaitu penyewaan sepeda, pengunjung yang ingin berjan-jalan dapat menyewa sepeda dengan tarif sebesar Rp.5000,- dengan berkeliling pulau selama 1 jam.
Gambar 8. Usaha Penyewaan Sepeda b). Gambaran usaha water sport Potensi usaha water sport yang dikembangkan daerah ini meliputi diving, snorkeling dan juga banana boat. Untuk diving dikenakan tarif Rp. 25.000 yang sudah dilengkapi dengan perlengkapannya dan snorkeling Rp.45.000 sedangkan untuk banana boat Rpo.35.000 perorang. Usaha ini belum dilakukan secara optimal terutama pada harihari biasa yang kurang ada pengunjungnya, usaha ini juga belum adanya promosi yang mengenalkan pada masyarakat akan adanya potensi usaha tersebut sehingga banyak yang belum mengetahui keberadaan usaha ini. Untuk itu pengembangan potensi harus diberdayakan baik dari pengelolaan usaha maupun dalam menarik perhatian pengunjung.
c). Usaha warung makan (ikan bakar) Subjek pelaku usaha warung makan seafood di wilayah ini berjumlah 14 warung. Mereka rata-rata buka warung hanya pada hari Sabtu dan Minggu karena di hari tersebut banyak pengunjung untuk berwisata. Kegiatan mereka jika tidak sedang berjualan adalah memancing ikan dan ikan hasil pancingannya di jual ke rumah-rumah. Bahan baku ikan diperoleh dari para nelayan di wilayah Pulau Untung Jawa dan jika kebutuhan ikan tidak mencukupi, subjek membeli dari Pulau Tanjung Pasir. Para 50
subjek penjual ikan bakar tidak saling bersaing karena dari jenis masakan maupun harganya relatif sama sehingga para pengunjung tidak perlu memilih warung penjual ikan untuk makan. Harga per kilogram ikan berkisar antara Rp.100.000 sampai Rp.145.000 tergantung pada jenis ikan yang dipilih konsumen. Bagi pedagang warung makan yang ditempati para subjek untuk berjualan bukan miliknya, tetapi hanya dipinjami untuk ditempati. Kelemahan yang dimiliki oleh wirausaha ini adalah kuranya motivasi untuk mengembang pemikiran kreatifnya agar usahanya lebih berkembang dan tidak hanya mengandalkan keuntungan dari berjualan di hari Sabtu dan Minggu. Salah satu kelemahan lainnya ketika makan di warung seafood di pulau Untung Jawa ini adalah harganya yang mahal, bahkan harga ikan di pulau tersebut lebih mahal dari pada Tangerang atau Jakarta sekali pun.
Gambar.9. Hidangan ikan bakarbumbu khas pulau Untung Jawa
Gambar 10. Wawancara dengan pemilik warung makan seafood
d. Usaha kripik sukun Di wilayah ini terdapat hanya dua ibu rumah tangga yang berpotensi sebagai pengrajin keripik sukun. Namun, usaha membuat keripik sukun ini sulit menjaga kesinambungan meskipun memiliki potensi pasar yang besar. Permintaan akan keripik sukun selalu ada dan bahwa pengarin tidak pernah menimbun keripik sebagai stok karena selalu habis terjual. Kesulitan subjek dalam menjalankan usaha secara kotinu karena adanya keterbatasan bahan baku. Hal ini terjadi karena bahan baku bersifat musiman. Jika sedang tidak musim buah sukun, subjek tidak memproduksi keripik meskipun ada permintaan. Pekerjaan subjek hanya sebagai ibu rumah tangga dan 51
menjaga warung kecil-kecilan jika sedang tidak membuat keripik sukun. Kelebihan yang sebenarnya dimiliki oleh subjek adanya adanya potensi pasar yang tinggi tanpa adanya pesaing. Kelemahan yang ada pada subjek adalah kurangnya motivasi, yaitu kurang adanya semangat dan keuletan untuk mengupayakan keberlanjutan usaha jika bahan baku sedang tidak musim panen. Subjek hanya mengandalkan bahan baku jika sedang musim dan bahan baku tersebut harus diperoleh dari luar wilayahnya karena sukun yang ada di wilayahnya tidak enak jika dijadikan bahan dasar keripik. Subjek tidak berpikir untuk mengembangkan usahanya dengan cara mengadakan bahan baku. Kelemahan lain yang dirasakan jika ingin mengadakan bahan baku yang banya adalah faktor modal. e). Usaha manisan crème dan rumput laut Di wilayah ini terdapat lima industry rumah tangga yang berwirausaha membuat manisan cermai dan manisan rumput laut, tetapi yang masih produktif hanya satu orang (seorang janda).Subjek mulai usaha membuat manisan pada tahun 2000. Awal usahanya membuat manisan belajar sendiri dengan coba-coba karena melihat bahan baku (buah cermai) yang banyak di sekeliling rumahnya dan rumput laut yang dijual di pasar. Manisan yang dibuatnya selalu habis terjual dengan harga Rp.6000 perbungkus. Jika manisan sedang banyak, subjek menjualnya ke warung selain sudah didatangi pelanggan ke rumahnya untuk membeli. Jika lebaran tiba, subjek tidak perlu menjual manisannya ke warung, tetapi langsung diambil ke rumah oleh pelanggannya.
Gambar 11. Produk home industry berupa manisan Cereme Ibu Sabeni
Subjek bekerja sendiri meskipun sedang banyak buah cermai dan rumput laut yang harus dimasak. Dia bekerja tanpa kenal lelah. Terkadang jika sedang banyak bahan baku yang diperoleh, dalam sehari subjek pernah memasak sebanyak 10 kg ceremai dan 4 kg rumput laut. Berdasarkan hasil wawancara, usaha membuat manisan karena terdorong untuk memenuhi kebutuhan dasarnya, yaitu memenuhi keperluan sandang dan pangan. Subjek adalah seorang janda yang tidak mau membebani anakanaknya. Kelebihan yang dimiliki subjek adalah subjek memiliki motivasi intrinsic yang tinggi yang ditunjukkan dengan perilakunya yang tidak mudah putus asa meskipun menghadapi berbagai kendala. Subjek tetap ulet untuk mencari bahan baku yang kadang tidak tersedia di sekeliling rumahnya. Subjek memperoleh bahan baku dengan cara membeli buah cermai orang-orang di kampunya yang masih di pohon dan mengambilnya sendiri dan tidak jarang subjek membeli cermai di pasar Untuk mendapatkan bahan rumput laut, dia harus membelinya di pasar. Meskipun keuntungan tidak berlebih, subjek tetap bertahan untuk membuat manisan dan tidak tertarik untuk 52
bekerja di kegiatan lain. Kelebihan lain yang dimiliki adalah adanya potensi pasar. Produk manisan selalu laku di pasar masyarakat sekitar. Kelemahan atau kendala yang dihadapi adalah perlu ketersediaan bahan baku secara kontinu, modal yang memadai untuk mengembangkan usahanya. Subjek ingin mendapatkan pinjaman modal usaha agar lancar. f). Usaha aksesoris (kerajinan dari kerang) Di wilayah ini ada satu toko aksesoris lengkap, tetapi pemilik toko bukan sebagai pengrajinnya. Pemilik toko menjual aksesoris yang terbut dari kerang dengan mengambil dari pengajin luar wilayah ini. Di wilayah ini hanya ada satu orang (subjek S) pengrajin aksesoris hasil laut (kerang). Subjek sudah mulai usahanya 6 tahun lalu (tahun 2007). Dalam menjalankan usahanya, subjek memiliki motivasi internal yang tinggi karena subjek menjalankan usahanya atas dasar ketertarikan dan bakat seni yang yang diturunkan dari orang tuanya (pengajin kapal). Motivasinya yang tinggi tampak dalam usaha keras, tanpa mengenal menyerah. Gambar 12.. Pak Syarifudin perajin aksesoris Subjek bekerja tanpa kenal lelah dan hanya dibantu oleh istrinya dalam menjalankan usahanya, mulai dari pengadaan bahan, pembuatan kerajinan, dan pemasarannya Motivasinya dalam menekuni usaha pengrajin aksesoris pantas dihargai karena ketetapan hatinya. Subjek menyatakan bahwa dirinya lebih memilih bekerja sebagai pengrajin, meskipun ada tawaran pekerjaan lain yang pendapatannya lebih besar. Subjek berpendapat bahwa meskipun di kegiatan pengarajin ini hasilnya tidak selalu pasti (kadang banyak, kadang sedikit, tetapi subjek merasa senang karena dirinya dapat mengembangkan bakat seninya dan mengasadia pemikiran kreatifnya yang dituangkan dalam berbagai macam bentuk produknya). Selain itu, alasan subjek memilih usaha pengajin karena dia dapat menyelam untuk mengambil bahan dasarnya sehingga biaya pembelian bahan dasar berkurang (modal kecil) dengan risiko kerugian minimal. Subjek memasarkan produknya pada lingkungan sekitar yang berminat dan para wisatawan yang kebetulan datang (mengunjungi tokonya). Selain itu, produknya terjual melalui pesanan berupa produk souvenir untuk perkawinan masyarakat sekitar. Kelebihan yang dimiliki subjek adalah adanya motivasi internal yang tinggi, belum ada pesainya, mampu mengolah sendiri bahan dasar dari bahan mentah (kerang hidup) menjadi bahan jadi (aksesoris) tanpa kesulitan dan meninggalkan limbah (dikubur). Selain motivasi yang dimiliki, subjek memiliki pasar yang potensial dan hasil kerajinannya selalu laku terjual. Kelemahan yang dihadapi adalah dukungan eksternal untuk mengembangkan usahanya, yaitu perlu modal. Selama ini, subjek mengalami keterbatasan modal. Subjek dana pinjaman. Pinjaman yang dapat diperoleh hanya dari koperasi sebesar 3 juta dan harus mengembalikan 3,4 juta. Dana sebesar itu belum cukup untuk mengembangkan usahanya. Subjek berharap dapat memperoleh pinjaman dana. Jika modal sudah mencukupi, subjek akan mengembangkan usahanya. Subjek sudah mempunyai gagasan jika ada modal yang cukup akan membeli bahan dasar (kerang) tidak hanya dari lingkungan sekitar, tetapi juga dari luar daerah. Pemberdayaan Masyarakat dan Model kewirausahaan Pembangunan sektor kepariwisataan berbasis pemberdayaan masyarakat menjadi potensi Pulau Untung Jawa yang perlu terus digali dan dikembangkan.Berbagai hal terkali kendala yang dihadapi masyarakat di pulau untung jawa terkait dengan jumlah 53
ikan yang semakin sedikit menyebabkan sebagian besar masyarakat Pulau Untung Jawa harus memikirkan mata pencarian di bidang lainnya. Saat ini, potensi wisata Pulau Untung yang tengah digali pemerintah menjadi satu kesempatan baik bagi masyarakat di sana untuk memperoleh pendapatan selain menjadi nelayan.Untuk itu masyarakat Pulau Untung masih memerlukan bimbingan pemberdayaan agar mereka bisa memanfaatkan potensi pulau ini dengan lebih optimal, mulai dari pendidikan, perekonomian hingga lingkungan. Seperti halnya potensi industry kreatif masyarakat perlu diberdayakan lagi karena melalui data yang diperoleh dilapangan baru hanya sebagian kecil masyarakat yang terlibat andil dalam sector usaha. memberdayakan masyarakat bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja melainkan seluruh elemen masyarakat. Hal itu bertujuan agar upaya meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia lebih cepat terwujud . Semua perusahaan di Indonesia berkesempatan untuk membantu percepatan terwujudnya pemberdayaan Indonesia melalui program CSRnya. Bantuan bisa diberikan untuk membantu Di masa mendatang dalam rangka meningkatkan daya tarik pariwisata Kepulauan Seribu, maka atraksi di Pulau Untung Jawa akan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan wisatawan baik lokal maupun mancanegara. Data pemberdayaan masyarakat yang saat ini telah terlaksana meliputi; ( PERDA Daerah, N0:13, 2011) a) Melalui pemberdayaan yang dilakukan PT. Nusantara Renggas bekerjasama dengan Rumah Zakat menyalurkan beragam bantuan di bidang pendidikan, kesehatan,pemberdayaan, hingga lingkungan. Di bidang pendidikan, PT Nusantara Renggas membangun Rumah Baca dan Pintar serta pemberian bangku dan meja untuk dua madrasah di Pulau Untung. b) Di bidang kesehatan, disalurkan program SEHATI (Sehat Ibu dan Anak) yang bertujuan mengembalikan dan meningkatkan fungsi kinerja Posyandu di Pulau Untung. "Rencananya program SEHATI ini akan dilaksanakan di 3 Posyandu di Pulau Untung selama 1 tahun c) Sementara itu di bidang pemberdayaan, PT Nusantara Renggas memberikan bantuan tenda bagi pedagang kecil, perapihan tempat berjualan, serta pelatihan pariwisata bagi mereka. Adapun di bidang lingkungan, akan dilakukanlah perbaikan taman kota. d) Pemberdayaan yang dilakukan lewat PKM ini membuat memberdayakan pengembangan jiwa kewirausahaan berbasis pemetaan potensi daerah dan model kreativitas usaha yang dapat dikembangkan. Sehingga hasil ini menjadikan pedoman bagi pihak pelaksana PKM untuk melakukan kegiatan berikutnya tahun ke-2 dalam melakukan pembinaan , inovasi produk dalam pengembangan kreativitas masyarakat maupun motivasi wirausaha. Secara garis besar pemberdayaan tentang jiwa wirausahawan masyarakat yang perlu dikembangkan menurut Soegito.(2009 meliputi: Kemampuan perseptual. Kemampuan perseptual seorang Entrepreneur dalam mengidentifikasi masalah yang terjadi dalam suatu usaha sangat diperlukan dalam pengambilan keputusan. Kesalahan dalam pengambilan keputusan dapat menyebabkan tidak berjalannya suatu usaha.Wawasan tentang aspek kewirausahaan, para usahawan pulau untung jawa diharapkan memiliki pengetahuan dan wawasan untuk menentukan langkah apa yang diambil dalam menyikapi situasi tetentu. Informasi yang didapat nantinya akan digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan keputusan kewirausahaan. Keberanian untuk mengambil resiko, Sifat berani untuk menghadapi resiko menjadi 54
salah satu kunci utama untuk menjadi wirausahawan. Berani dalam arti memiliki tekad yang kuat mengenai perspektif konsekuensi yang diterima dalam setiap kegiatan dan keputusan dalam kewirausahaan.Tingkat Aspirasi, Wirausahawan dalam hal ini diharapkan dapat mengimplementasikan informasi yang ada untuk menentukan langkah yang tepat dalam pengambilan keputusan kewirausahaan. Kapasitas informasi yang diterima haruslah aktual dan dapat dipertanggung jawabkan oleh seorang entrepreneur dalam pengambilan keputusan di sebuah usaha. Jatuhnya suatu usaha dapat terjadi karena kurangnya respon dari peruasahaan terhadap perubahan lingkungan bisnis yang terjadi sesuai dengan perubahan jaman dan kemajuan teknologi.Kegagalan manajemen dalam mengelola pengeluaran dan pemasukan usaha sangat berperan penting untuk menghindari kegagalan dalam usaha. Simpulan Dan Saran
Simpulan Berdasarkan hasil observasi dan wawancara di wilayah Pulau Untung Jawa (sekitar Tanjung Pasir), para subjek pelaku wirausaha memiliki karakteristik, jenis usaha,keunggulan dan kelemahan masing-masing. Namun demikian secara umum semua subjek pelaku usaha memiliki potensi untuk mengembangkan wirausahanya menjadi lebih besar, kreatif, dan inovatif sebagai salah satu daya dukung kawasan wisata bahari. Pulau Untung Jawa yang merupakan kawasan yang dapat menjadi daya dukung dengan wilayah lain di sekitarnya sebagai kawasan wisata bahari yang memiliki kelebihan potensial sebagai destinasi wisata pulau relatif paling dekat dari kota Tangerang dan Jakarta. Kelebihan yang dimiliki pulau Untung Jawa selain dekat dengan Tangerang dan Jakarta di sana memungkinkan berkembangnya beberapa potensi penunjang wisata bahari seperti kondisi pantainya berpasir putih dan landai sehingga permainan seperti banana boat,jet ski, perahu kano dapat dikembangkan. Selain itu untuk wisatawan dapat menginap pada homestay yang sudah disiapkan dan warung makan seafood pun siap menyediakan makanan laut segar. Beberapa penunjang wisata lain adalah toko souvenir menjual kerajinan dan makanan khas pulau Untung Jawa. Potensi alam dan bahan baku juga sebagai penunjang keberlanjutan usaha di pulau Untung Jawa. Untuk itu dibutuhkan dukungan kuat dari masyarakat dan para pelaku wirausaha di pulau tersebut. Salah satu kelebihan sudah dicontohkan para perajin aksesoris kerang yang memiliki adanya motivasi intrinsik yang tinggi untuk melakukan kegiatan usahanya meskipun harus dengan mengeluarkan modal sendiri yang dirasakan kurang memadai untuk dapat mengembangkan usahanya. Sejumlah kelemahan masih menjadi faktor yang perlu dipertimbangkan pada pengembangan industri wisata di pulau Untung Jawa. Sejumlah kelemahan tersebut antara lain, sarana homestay masih banyak yang belum memenuhi standard kenyamanan, fasilitas toilet umum masih kurang. Kondisi pantai masih kotor oleh sampah kiriman dari Jakarta, kepada para subjek pelaku usaha untuk berpikir lebih kreatif dalam merealisasikan potensi yang dimiliki sehingga menghasilkan suatu produk yang bermanfaat dan lebih memiliki nilai jual. Kelemahan lain yang perlu mendapatkan perhatian adalah adanya dukungan dari luar diri subjek untuk tetap menumbuhkan daya dorong dalam mengembangkan usahanya sebagai bentuk motivasi eksternal . Motivasi eksternal yang perludijadikan salah satu pendorong bagi para pelaku usaha agar tetap berwirausahan dalah dukungan dana sebagai modal usaha. Kemampuan perseptual bagi usaha kreatif di Untung jawa ini sangat diperlukan dalam mengidentifikasi masalah yang terjadi dalam suatu usaha yang sedang dilakukan 55
agar tidak keliru dalam pengambilan keputusan; Tingkata spirasi yang tinggi sangat diperlukan dalam mengimplementasikan keputusan – keputusan pemiliki untuk mencapai kesuksesan usaha. Kegalaan usaha yang dikelola masyarakat Untung Jawa dapat terjadi karena kurangnya respon dari pemilik usaha terhadap perubahan lingkungan bisnis yang terjadi sesuai dengan perubahan Zaman dan kemajuan teknologi. Kegagalan usaha didaerah ini dapat terjadi dikarenakan manajemen dalam mengelola pengeluaran dan pemasukan usaha yang kurang benar.. Saran Bedasarkan sejumlah kelemahan yang telah teridentifikasi mengganggu pertumbuhan industry wisata di pulau Untung Jawa. Saran yang perlu dipertimbangan adalah adanya partisipasi aktif dari pemangku kepentingan pariwisata pulau Untung Jawa. Perlu adanya pemantauan dan evaluasi terus menerus dari pemerintah dan masyarakat. Pembinaan kepada para pemilik usaha, dan masyarakat di pulau Untung Jawa perlu dilakukan demi kelangsungan hidup dan usaha mereka. Dilihat dari permasalahan,ada baiknya masyarakat pelaku usaha di pulau ini mempertimbangkan untuk mempertahankannya sebatas kemampuannya. Di samping itu, dengan mempertahankan usaha yang dimilki masih terbuka peluang untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi melalui inovasi/pengembangan produk yang sudah ada. Selain itu untuk menyelesaikan masalah dalam menyelesaikan masalah dalam berwirausaha juga bisa bekerja sama dengan tenaga profesional. Jenis jasa ini tentu disesuaikan dengan kebutuhan usaha masyarakat.
56
Daftar Pustaka Eddy Soeryanto Soegito. (2009). Enterpreneurship Menjadi Pebisnis Ulung. Cetakan Pertma. Jakarta: PT Elek Media Komputindo. Hikmat, Harry. (2001). Strategi pemberdayaan Masyarakat. Bandung: Humaniora Utama. Moleong, Lexy, J. (2001). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT PT. Remaja Rosdyakarya. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) No. 13 tahun 2011 Priyono, Eddy. (2004). “Usaha Kecil dan Masa depan Perekonomian Indonesia”. Jurnal Analisis Sosial, Vol. 9, No. 2 Agustus, 2009. World Bank (2002). Monitoring and Evaluation: Some Tools, Methods and Approaches. Washington D.C.: The World Bank http://tangerangcub.go.i
57