SEKILAS PREMANISME DI INDONESIA Ditulis oleh Wawan Minggu, 19 Pebruari 2012 09:01 -
Redaksi (MaI)
Fenomena premanisme di Indonesia mulai berkembang hingga sekarang pada saat ekonomi semakin sulit dan angka pengangguran semakin tinggi. Akibatnya kelompok masyarakat usia kerja mulai mencari cara untuk mendapatkan penghasilan, biasanya melalui pemerasan dalam bentuk penyediaan jasa yang sebenarnya tidak dibutuhkan.
Premanisme Sudah Marak sejak Zaman Jawa Kuno. Dalam Pertemuan Ilmiah Arkeologi IV di Cipanas, 1986, dibahas oleh Boechari (alm)seorang epigraf (tulisan kuno) tentang dunia perbanditan melalui data prasasti. Fenomena kekerasan dalam masyarakat Jawa kuno dapat diketahui melalui kajianarkeologi dari sumber-sumber tertulis berupa prasasti, lontar, dan naskah-naskah. Adapun penggambaran dalam beberapa panil relief candi terdapat di Candi Mendut di JawaTengah serta Candi Surawana dan Rimbi di Jawa Timur.Pemerintah kini sedang disibukkan oleh ulah para preman yang sering menggangguketenteraman dan segala bentuk ketidaknyamanan bagi masyarakat. Polisi sebagai pengayom masyarakat harus bekerja keras dan menumpas habis segala bentuk kejahatan. Namun, usaha itu akan sia-sia jika tidak didukung sepenuhnya oleh masyarakat.Gambaran ini juga terjadi pada masa pemerintahan kerajaan besar seperti Sriwijaya.
Pada masa Jawa kuno, serangkaian undang-undang dan hukum berupa pemberian sanksi yang keras diberlakukan tidak saja pada pelaku kejahatan, tetapi juga warga yang desanyasebagai tempat kejadian perkara (TKP). Sanksi yang diberikan kepada desa-desa tersebut berupa denda dan pajak yang sangat memberatkan. Oleh karena itu, penduduk desa membuat pos-pos keamanan untuk meminimalisir kejahatan. Walaupun upaya itu telahdilakukan, masih sering terjadi karena faktor alam dan lingkungan berupa hutan lebat danterisolirnya dari pusat pemerintahan. Naskah-naskah hukum (awig-awig) banyak ditemukan di Bali dan ditulis dalam bahasa Jawa kuno dari masa pasca-Majapahit. Naskah yang ditulis dan diterjemahkan oleh para sastrawan tersebut diacu dari institusi kerajaan di India yang diperlukan dalammenjalankan pemerintahan.Dapat dibayangkan bahwa naskah-naskah hukum
1/5
SEKILAS PREMANISME DI INDONESIA Ditulis oleh Wawan Minggu, 19 Pebruari 2012 09:01 -
yang digunakan oleh para pejabatkehakiman dari masa klasik (Hindu-Buddha) tidak semuanya ditulis di atas logam,tembaga, atau perunggu karena tidak praktis dan terlalu berat. Biasanya ditulis di atasripta berupa daun lontar atau karas. Setelah berpuluh-puluh tahun ripta tersebut dapatrusak dan disalin kembali serta dilakukan perubahan, penambahan, atau pengurangan pasal-pasal sesuai dengan perubahan bahasa dan perkembangan masyarakat.Adanya naskah hukum tadi memberikan gambaran yang jelas bahwa masyarakat Jawakuno bukanlah suatu masyarakat yang senantiasa aman, tenteram, dan damai, jauh darisegala tindak kejahatan.
Sumber-sumber hukum yang tertulis dalam prasasti abad ke-9-10 Masehi di Jawa Tengah pada masa Dyah Balitung dan naskah pada masa pasca-Majapahit abad ke-13-15 Masehi memuat tentang hukum dan kerawanan-kerawanan yang pernah terjadi. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut.Pertama, prasasti Balingawan berangka tahun 891 M dari bahan batu yang ditulis berlanjut pada bagian belakang sebuah arca Ganesa (disimpan di Museum Pusat Jakarta).Prasasti ini memuat penetapan sebidang tanah di Desa Balingawan menjadi sima (daerah perdikan/otonom). Prasasti itu lahir karena rakyatnya ketakutan, menderita, dan melaratlantaran senantiasa harus membayar pajak denda atas rah kasawur (darah tersebar berceceran) dan wankay kabunan (mayat kena embun). Hal itu terjadi karena dalam hukum Jawa kuno desa-desa yang menjadi tempat berlangsungnya peristiwa kriminal walaupun peristiwanya terjadi di tempat lain, tetapi mayatnya ditemukan didesa tersebut, maka desa yang bersangkutan (TKP) mendapat sanksi keras harusmembayar denda/pajak kepada raja. Kenapa peristiwa semacam itu bisa terjadi? Hal tersebut berkaitan erat dengan sistem dan struktur pemerintahan desa yang bergantung pada hierarki pemerintahan di atasnya sehingga untuk pengamanan desa menjadi kurangefektif. Akhirnya, permohonan desa tersebut dikabulkan. Desa Balingawan menjadi sebuah sima, keamanan di jalan besar terjamin, rakyat desa dan dukuh-dukuhnya tidak lagi merasa ketakutan.Kedua, prasasti Mantyasih (907 M) yang ditulis dalam tiga versi berbeda, dua diantaranya ditulis di atas lempengan perunggu dan satu di atas batu, tetapi yang terlengkapyang ditulis di atas lempengan perunggu. Isi prasasti berkisar tentang penetapan sima dariRaja Rakai Watukura Dyah Balitung kepada 5 patih yang telah berjasa mengerahkanrakyat Desa Mantyasih pada waktu diselenggarakan pesta perkawinan raja.
Pada suatu ketika, rakyat desa merasa ketakutan oleh ulah para penjahat dan mereka tidak dapatmengatasinya. Kelima patih diberi tugas untuk menumpas dan menjaga keamanan di jalan. Daerah ini pada masa Jawa kuno terletak di sekitar Gunung Susundara (Sundara)dan Gunung Sumbing di wilayah Temanggung, Jawa Tengah.Ketiga, prasasti Kaladi (909 M). Prasasti ini juga bermasa dari Raja Rakai WatukuraDyah Balitung. Isinya tentang pemberian sima atas permohonan pejabat daerah yang bernama Dapunta Suddhara dan Dapunta Dampi karena ada hutan arapan yangmemisahkan (desa-desa) itu menyebarkan ketakutan. Mereka senantiasa mendapatserangan dari Mariwun yang membuat para pedagang dan penangkap ikan merasa resahdan ketakutan siang dan malam. Maka diputuskan bersama, hutan itu dijadikan sawahagar penduduk tidak lagi merasa ketakutan.Keempat, prasasti Sanguran (928
2/5
SEKILAS PREMANISME DI INDONESIA Ditulis oleh Wawan Minggu, 19 Pebruari 2012 09:01 -
M). Berisikan beberapa hal yang menyangkutkejahatan, di antaranya: wipati wankay kabunan (kejatuhan mayat yang terkena embun),rah kasawur in dalan (darah yang terhambur di jalan), wakcapala (memaki-maki),duhilatan (menuduh), hidu kasirat (meludahi), hastacapala (memukul dengan tangan),mamijilakan turuh nin kikir (mengeluarkan senjata tajam), mamuk (mengamuk),mamumpan (tindak kekerasan terhadap wanita), ludan (perkelahian?), tutan (mengejar lawan yang kalah?), danda kudanda (pukul-memukul), bhandihaladi (kejahatan denganmenggunakan kekuatan magis).Kelima, naskah Purwwadhigama.
Sistem pengadilan zaman klasik membagi segala macam tindak pidana dan perdata ke dalam 18 jenis kejahatan yang disebutastadasawyawahara. Penulisan ke-18 hukum tersebut tidak selalu lengkap, kadang hanyagaris besarnya, mungkin beberapa hal yang dianggap penting/sesuai dengan kondisi saatitu.Hukum tersebut berisikan: tan kasahuranin pihutan (tidak membayar lagi utang), tankawahanin patuwawa (tidak membayar uang jaminan), adwal tan drwya (menjual barangyang bukan miliknya), tan kaduman ulihin kinabehan (tidak kebagian hasil kerja sama),karuddhanin huwus winehakan (minta kembali apa yang telah diberikan), tan kawehaninupahan (tidak memberi upah atau imbalan), adwa rin samaya (ingkar janji),alarambaknyan pamalinya (pembatalan transaksi jual-beli), wiwadanin pinanwakenmwan manwan (persengketaan antara pemilik ternak dan penggembalanya), kahucapaninwatas (persengketaan mengenai batas-batas tanah), dandanin saharsa wakparusya(hukuman atas penghinaan dan makian), pawrttinin malin (pencurian), ulah sahasa(tindak kekerasan), ulah tan yogya rin laki stri (perbuatan tidak pantas terhadap suami-istri), kadumanin drwya (pembagian hak milik atau pembagian warisan), totohan pranidan totohan tan prani (taruhan dan perjudian).Dari 18 aturan hukum pidana tersebut, ada tiga yang sedang marak terjadi saat ini, sepertiulah sahasa (tindak kekerasan), ulah tan yogya rin laki stri (perbuatan tidak pantas terhadap suami istri), serta totohan prani dan totohan tan prani (taruhan dan perjudian).
Beberapa candi yang memuat adegan kekerasan dapat dilihat di Candi Mendut, JawaTengah, bercorak Buddhis. Pada tangga masuk di sisi selatan candi peninggalan abad ke-9-10 M itu terdapat panil relief yang menggambarkan dua figur, salah satunya memegang gada/parang (?), sedangkan figur yang satunya memegang alat semacam perisai.
Di Jawa Timur, panil-panil relief yang menggambarkan kekerasan dapat dilihat padaCandi Surawana (Pare, Kediri), merupakan peninggalan sekitar abad ke-14 M, bercorak keagamaan Buddhis. Pada bagian kaki candi sisi utara terlihat relief yangmenggambarkan adegan kekerasan/perkelahian, yakni seorang tokoh sedang memilinkepala seseorang. Sementara pada Candi Rimbi di Bareng, Jombang, (peninggalan abadke-13-14 M), pada bagian kaki candi, di sisi selatan, terdapat gambar dua pria sedang berkelahi di tengah hutan dengan menggunakan kain cancut.Fenomena masyarakat Jawa kuno tentang dunia kekerasan tidak terlepas dari kondisisosial, ekonomi, dan politik. Para penguasa pada masa itu sudah mengindahkan aturan-aturan dan nilai-nilai hidup yang harmonis berupa pandangan hidup
3/5
SEKILAS PREMANISME DI INDONESIA Ditulis oleh Wawan Minggu, 19 Pebruari 2012 09:01 -
berdasarkankepercayaan/agama. Aturan-aturan tersebut disosialisasikan dengan cara pembuatan prasasti dan gambar-gambar pada relief candi yang sarat akan pesan-pesan moral danetika, sebagai tuntunan hidup manusia.Walaupun peraturan dengan segala sanksi hukum begitu kerasnya, bahkan desa-desadalam wilayah kekuasaan kerajaan tertentu juga harus berperan aktif dalam menjagaketertiban, tetapi masih sering terjadi tindak kekerasan. Apalagi jika penegakan hukumtidak diimbangi dengan disiplin dan dedikasi dari aparatur pemerintah beserta kesadaranseluruh masyarakatnya, niscaya tindak kekerasan masih sering terjadi di mana-mana, bahkan secara kualitas dan kuantitas semakin merebak di negeri ini. (Sumber : TM HariLelono, Peneliti pada Balai Arkeologi Yogyakarta)
Perkembangan Premanisme Zaman Sekarang
Kini premanisme menjadi lebih komplek. Perkembangannya hampir meliputi berbagai bidang. Dari birokrasi, agama, hukum, hingga dalam dunia maya banyak sekali tindakan-tindakan premanisme. Dalam birokrasi, kita sering sekali diperas oleh oknum-oknum birokrat yang tidak bertanggung jawab. Dari mulai tingkat desa hingga tingkat pusatselalu ada saja tindakan premanisme. Para pembaca mungkin pernah mengalaminyasendiri, ketika membuat surat keterangan tidak mampu di kantor desa atau ketikamembuat kartu kuning (untuk melamar kerja) di Disnaker selalu saja masyarakat dipaksauntuk menyerahkan sejumlah uang. Padahal itu sudah menjadi kewajiban mereka para birokrat untuk melayani masyarakat, tapi malah sebaliknya. Dalam lingkungan agamasering kita lihat di televisi tindakan dari organisasi yang mengatasnamakan Islam sepertiFPI melakukan tindakan anarkisme yang sangat identik dengan premanisme. Atau dalamdunia hukum, banyak sekali pemerasan oleh oknum-oknum polisi, jaksa, maupun hakimdalam menghadapi suatu kasus tertentu. Di jalur pantura, banyak sekali para oknum polisiyang memeras para supir truk di jalan-jalan. Dan yang sekarang marak sekali adalah premanisme dalam dunia maya. Ketika Amrozi Cs akan di eksekusi banyak sekaliancaman-ancaman bom dalam dunia maya bersebaran.
Penumpasan Premanisme
Sebenarnya Undang-undang mengenai meremanisme dan tindakan kekerasannya sudah banyak, akan tetapi sangat sulit ditegakkan. Karena banyaknya “kongkalikong”para petugas hukumnya. Untuk itu, sebagai langkah utama untuk memberantas premanisme adalah dengan membenahi sikap para petugas hukum yang tidak professional.
Premanisme pada dasarnya disebabkan oleh lemahnya tingkat ekonomi masyarakat. Oleh
4/5
SEKILAS PREMANISME DI INDONESIA Ditulis oleh Wawan Minggu, 19 Pebruari 2012 09:01 -
karena itu, perlu penciptaan tenaga kerja yang memadai untuk mengurangi pengangguran. Apabila para pengangguran berkurang, niscaya tindakan premanisme juga akan berkurang.
(Berbagai Sumber)
5/5