Edisi November 2014
SEKAPUR SIRIH Sejawat nan terhormat, alam waktu hampir bersamaan, dunia kedokteran di Indonesia mengalami dua momentum penting. Yaitu mulai diberlakukannya Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) Kesehatan pada awal 2014 dan harmonisasi Asean bidang kesehatan pada 2015. Reformasi dalam tatanan pelayanan kesehatan ini menerapkan sistem pelayanan kesehatan berjenjang. PAPDI sangat mendukung progam Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Namun dalam pelaksanaan JKN banyak ditemukan kendala. Untuk itu PAPDI selalu mengawal dan mengevaluasi pelaksanaan JKN ini. Pada edisi ini kami mengulas hasil temuan Tim Adhoc SJSN PB PAPDI. Harmonisasi Asean bidang kesehatan telah di depan mata. PAPDI bersama perhimpunan dokter spesialis penyakit dalam negara-negara Asean melalui AFIM telah melakukan langkah-langkah menuju harmonisasi Asean bidang kesehatan. Dalam era ini, dokter dituntut selalu meningkatkan kemampuan dan ketrampilan dalam treatment dan diagnosis penyakit. PAPDI menaruh perhatian besar terhadap peningkatan professionalitas internis. Pada edisi ini kami juga menurunkan berita perkembangan AFIM. Selain itu, redaksi juga mengulas seputar pelaksanaan WCIM 2014 di Seoul, Korea Selatan. Pada event itu Dr. Sally A. Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM, FACP mewakili panitia WCIM 2016 melaporkan kesiapan Indonesia sebagai tuan rumah WCIM 2016 di hadapan Executive Committee ISIM. Ada kabar gembira DR. Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP terpilih sebagai President Elect ISIM 2014-2016. Pada edisi ini kami mengangkat profil Dr. Chairul Radjab Nasution, SpPD, K-GEH, FINASIM, FACP, M.Kes, sosok unik yang sukses menyelaraskan tugas profesi dan birokrasi. Sosok lain yang dapat menginspirasi sejawat adalah Prof. DR. Dr. Nasronudin, SpPD, K-PTI, FINASIM, Prof. Dr. Zubairi Djoerban, SpPD, K-HOM, FINASIM dan DR. Dr. Lugyanti S, SpPD, KHOM, FINASIM. Dan beberapa berita seputar kegiatan PB PAPDI dan PAPDI Cabang. Demikian sepatah kata dari redaksi.
D
BIDANG HUMAS PUBLIKASI DAN PENGABDIAN MASYARAKAT
SUSUNAN REDAKSI: Penanggung Jawab: Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP
*Pemimpin Redaksi: Dr. Ika Prasetya Wijaya, SpPD, K-KV, FINASIM *Bidang Materi dan Editing: Dr. Wismandari, SpPD, K-EMD, FINASIM; Dr. Tri Juli Edi Tarigan, SpPD, K-EMD, FINASIM; Dr. Alvin Tagor Harahap, SpPD; Dr. Nadia A. Mulansari, SpPD; Amril, S SI *Koresponden: Cabang Jakarta, Cabang Jawa Barat, Cabang Surabaya, Cabang Yogyakarta, Cabang Sumut, Cabang Semarang, Cabang Padang, Cabang Manado, Cabang Sumbagsel, Cabang Makassar, Cabang Bali, Cabang Malang, Cabang Surakarta, Cabang Riau, Cabang Kaltim, Cabang Kalbar, Cabang Dista Aceh, Cabang Kalselteng, Cabang Sulawesi Tengah, Cabang Banten, Cabang Bogor, Cabang Purwokerto, Cabang Lampung, Cabang Kupang, Cabang Jambi, Cabang Kepulauan Riau, Cabang Gorontalo, Cabang Cirebon, Cabang Maluku, Cabang Tanah Papua, Cabang Maluku Utara, Cabang Bekasi, Cabang Nusa Tenggara Barat, Cabang Depok, Cabang Bengkulu, Cabang Sulawesi Tenggara *Sekretariat: sdr. M. Muchtar, sdr. Husni, sdr. M. Yunus, sdri. Oke Fitia, sdri. Normalita Sari, sdri. Dilla Fitria, sdr. Supandi *Alamat: PB PAPDI, RUMAH PAPDI, Jl. Salemba I No.22-D, Kel. Kenari, Kec. Senen, Jakarta Pusat 10430. Telp: 021-31928025, 31928026, 31928027; Fax Direct: 021-31928028, 31928027; SMS 085695785909; Email:
[email protected]; Website: www.pbpapdi.org
Edisi November 2014 Halo INTERNIS
3
DAFTAR ISI
3 4 6
..........................................SEKAPUR SIRIH
..................................................DAFTAR ISI
..............................................OM INTERNIZ
13
......................................SOROT UTAMA IDI Tolak Dokter Asing
15 7 SOROT UTAMA: Rakernas pengurus PB PAPDI dengan semua Cabang; PAPDI Lebih Solid dan Profesional
SOROT UTAMA: Kemenkes Bentuk Pokja Kesehatan Remaja
18
10 Tim Adhoc SJSN PB PAPDI: : Mengawal JKN, Jangan Ada Internis Dirugikan
4
Halo INTERNIS Edisi November 2014
......................................SOROT UTAMA MEA, IDI dan Kehidupan Berbangsa
20 KABAR PAPDI: Jelang WCIM 2016 di Bali
DAFTAR ISI
29 PROFIL: Dr. Chairul Radjab Nasution, SpPD, K-GEH, FINASIM, FACP, M.Kes Menyelaraskan Tugas Profesi dan Birokrasi KABAR PAPDI
33 35 40 42 48
SOSOK PAPDI: Prof. Nasronudin, SpPD, K-PTI, FINASIM Kiprah Internis Memimpin Lembaga Riset
................................Konker XIII PB PAPDI Mengawal JKN Menyongsong AEC 2015 ..............................PIN PAPDI XII Surabaya Perkuat Kompetensi Hadapi Globalisasi ....Malam Keakraban PIN PAPDI XII Surabaya
63
.............Pengumuman Seleksi FINASIM
.....................................World TB Day 2014 Internis Dituntut Mampu Menangani Kasus Advance
52
56
SOSOK PAPDI: Pameran Fotografi di PIT IPD FKUI
68
....................Tasyakuran dan Peresmian Rumah PAPDI
71 54
.............................................PAPDI Forum Wabah Virus MERS-CoV, Seberapa Bahaya?
73 75
..........OBITUARI: Prof. Dr. RRJ. Sri Djoko Moeljanyo, SpPD, K-EMD Mengenang Jasa Bapak Tiroid Nasional .......................................BERITA CABANG: Aksi PAPDI Peduli Bencana Alam ..........................................JIM DACE 2014 PAPDI Perkuat Dokter Layanan Primer .......Pelantikan Pengurus Cabang PAPDI
Edisi November 2014 Halo INTERNIS
5
OM INTERNIZ 6
Halo INTERNIS Edisi November 2014
SOROT UTAMA
Rakernas PB PAPDI dengan Semua Cabang PAPDI:
Menjaga Profesionalitas PAPDI di Tengah
Era SJSN
PAPDI mendukung SJSN, namun implementasinya tetap memperhatikan dokter dalam meningkatkan profesionalitas, memberi ruang untuk meningkatkan kompetensi sehingga tidak mengalami down grade.
S
abtu dini hari Auditorium Hotel Harris masih tampak riuh. Silang pendapat peserta rapat mengiringi pertemuan itu hingga larut malam. Mereka merupakan delegasi dari 36 cabang PAPDI dan departemen Ilmu Penyakit Dalam dari fakultas kedokteran di seluruh Indonesia yang mengikuti “Rakernas PB PAPDI dan Semua PAPDI Cabang 2014”, pada 1-2 Maret 2013 lalu. Acara ini adalah rakernas kedua pengurus PB PAPDI periode 2012 – 2015. Pertemuan tahunan PAPDI ini mengagendakan berbagai persoalan internal dan eksternal PAPDI. Ketua Umum PB PAPDI Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP mengatakan rakernas kali ini memiliki arti
Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD,
K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP.
Edisi November 2014 Halo INTERNIS
7
SOROT UTAMA penting bagi PAPDI mengingat saat ini bangsa Indonesia mulai memasuki reformasi besar dalam tatanan sistem pelayanan kesehatan nasional. Seperti diketahui, terhitung 1 Januari sistem pelayanan kesehatan nasional telah memasuki era Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) bidang kesehatan. Persoalan SJSN menjadi isu hangat dalam rakernas itu. Meski perangkat hukum dan operasionalnya telah terbentuk, namun Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) pada pelaksanaannya terbentur beragam persoalan. Berbagai kendala dalam pelaksanaan JKN menyeruak di perhelatan ini. Adalah Ketua Tim Adhoc SJSN PAPDI, Dr. Prasetyo Widhi B, SpPD, FINASIM yang menyampaikan hasil temuan tim adhoc SJSN PAPDI mengenai semrawutnya pelaksanaan JKN yang diperoleh dari investigasi dan laporan para internis dari berbagai tempat pelayanan kesehatan di Indonesia. Temuan tim adhoc mendapat tanggapan langsung dari institusi terkait. Pada rakernas ini, PAPDI mengundang nara sumber yang langsung terkait dengan JKN. Mereka adalah DR. Dr. Fachmi Idris, MKes Direktur Utama BPJS, Drg Armansyah, MPPM Kepala Bidang Kendali Mutu dan Pengembangan Jaringan Pelayanan, Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan (P2JK) Kementerian Kesehatan RI, Dr. Kalsum Komaryani, MPPM Wakil Ketua Nationall Casemix Center (NCC) Kementerian Kesehatan RI, dan Dwi Edhie Laksono, SE, MA Kepala Seksi Tarif BLU Ditjen Pembinaan Pengelolaan Keuangan, Badan Layanan Umum Kementerian Keuangan RI. Di akhir pemaparan, dilanjutkan dengan sesi tanya jawab yang dimoderatori oleh Sekretaris Jenderal PB PAPDI Dr. Sally Aman Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM, FACP. Kesempatan ini dimanfaatkan peserta untuk menyampaikan masalah-masalah JKN yang dijumpai di daerahnnya masing-masing. “Sosialisasi tentang kerja BPJS terus kami lakukan, agar kendala – kendala di lapangan dapat segera diatasi. Untuk itu, saya berterimakasih kepada Ketum PB PAPDI yang telah mengundang untuk saling berbagai infomasi tentang BPJS,” kata Dr. Fachmi di awal presen-
DR. Dr. Fachmi Idris, MKes
Prosesi pembukaan Rakernas PB PAPDI dan Semua Cabang PAPDI.
8
Halo INTERNIS Edisi November 2014
SOROT UTAMA tasinya. Dr. Fachmi mengakui peliknya persoalan JKN ini. Menurutnya masalah yang terkait dengan dokter saat ini adalah berupa ketersedian obat dan tarif INA CBGs. Untuk itu, ia beserta jajarannya akan bekerja lebih maksimal untuk membenahinya. “Kami berusaha keras merespon setiap persoalan yang ada,” tegasnya. Pada sessi selanjutnya, masing-masing bidang kerja PB PAPDI memaparkan program kerja yang telah dan akan dilaksanakan sesuai dengan renstra PB PAPDI. Namun sebelumnya Ketua Umum PB PAPDI, Prof. Dr. dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP mengawali pemamparan dengan memberi arahan kerja pengurus PB PAPDI 20122015. Berbagai pendapat dilontarkan peserta setelah semua koordinator bidang PB PAPDI selesai memaparkan prgram kerjanya. Bidang etik dan mediokolegal masih menjadi perhatian peserta rakernas terkait kasus sengketa medis dan hubungan den-
gan perhimpunan lain, seperti soal adolescent. Perdebatan berlangsung hingga tengah malam. Pada hari kedua, agenda Rakernas PB PAPDI dengan semua Cabang PAPDI diisi dengan presentasi dari Ketua Tim Adhoc PAPDI yang terdiri dari tim Adhoc : white paper, dokter asing, adolescent, Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), dan mapping need. Pada sessi itu juga dilaporkan pembuatan video EIMED. Dr. Bambang Setyohadi, SpPD,K-R, FINASIM mengawali presentasi hasil kajian tim adhoc white papper, kemudian dilanjutkan pemaparan tentang dokter asing oleh DR. Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP. Suasana kian menghangat ketika DR. Dr. Arto Yuwono S, SpPD, K-P, FINASIM, FCCP memaparkan kajian adolescent. Soal kesehatan remaja, PAPDI bersama perhimpunan spesialis lain membentuk Pokja Bersama Kesehatan Remaja. Perdebatan bertambah panjang ketika Dr. Prasetyo Widhi B, SpPD, FINASIM
memaparkan hasil temuan tim adhoc SJSN. Umumnya, peserta rakernas mendukung sistem pelayanan kesehatan berdasarkan asuransi nasional itu, namun dalam implementasinya, peserta rakernas memberi catatan tetap memperhatikan kepentingan dokter dalam mengembangankan professionalitas dokter sehingga tidak sampai mengalami down grade. Pemaparan tim adhoc diitutup oleh Dr. Edy Rizal Wahyudi, SpPD, K-Ger, FINASIM dengan mempresentasikan mapping need. Di samping itu, juga dijelaskan persiapan PIN XII di Surabaya, KONKER XIII di Yogyakarta, KOPAPDI XVI di Bandung, dan World Congress of Internal Medicine (WCIM) 2016 di Bali-Indonesia. Rakernas kali ini menghasilkan berbagai agenda kerja PAPDI yang menutut perhatian besar. Hal ini terkait dengan tetap menjaga dan meningkatkan profesionalitas PAPDI dalam menghadapi era SJSN dan mengantisipasi harmonisasi ASEAN bidang kesehatan 2015. (HI)
Foto bersama peserta Rakernas PB PAPDI dan Semua Cabang PAPDI.
Edisi November 2014 Halo INTERNIS
9
SOROT UTAMA
Tim Adhoc SJSN PB PAPDI:
Mengawal JKN, Jangan Ada Internis Dirugikan PAPDI mengawal SJSN agar tidak ada internis yang dirugikan. kasus-kasus penyakit dalam lebih diuntungkan dari kasus lain. Namun potensi fraud juga besar
T
im adhoc SJSN PB PAPDI menjadi “selebritis” pada Rakernas PB PAPDI dan Semua Cabang PAPDI di Hotel Harris, Maret lalu. Hasil temuan tim ini menarik perhatian peserta rakenas. Pasalnya, sejak diberlakukannya JKN, awal Januari lalu banyak terjadi polemik akibat berubahnya tatanan sistem kesehatan di Indonesia. Dalam penyelenggaraanya yang belum genap setahun, JKN kerap ditemui sejumlah kendala, seperti rendahnya tarif layanan medis, proses klaim dan lain-lain Program JKN ini sangat erat dengan peran dokter, termasuk internis. Oleh karena itu, PB PAPDI menaruh perhatian besar kepada JKN. PB PAPDI meletakan program SJSN ini sebagai salah satu agenda utama. Ketua Umum PB PAPDI Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP menaruh perhatian besar pada pelaksanaan SJSN. Prof. Idrus membentuk Tim Adhoc SJSN untuk mengkaji dan
10
nesia. Apalagi, kasus-kasus di bidang ilmu penyakit dalam cukup banyak ditemui disetiap layanan kesehatan. “PAPDI mengawal SJSN agar tidak ada internis yang dirugikan,” ungkapnya. Prof. Idrus menegaskan agar setiap internis memahami regulasi dan aturanaturan dalam SJSN, terutama tentang Indonesia Case Based Groups (Ina-CBGs). Sebab pembiayaan jasa medis pada pelayanan kesehatan sekunder dan tersier diatur dalam Ina CBGs, bukan berdasarkan kapitasi seperti pelayanan kesehatan primer. “PB PAPDI berencana akan memberi pelaKetua Umum PB PAPDIProf. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM, FACC, FESC, tihan atau informasi tentang FAPSIC, FACP JKN kepada anggotanya membahas program pemerintah itu. Tim melalui berbagai forum,” katanya Adhoc yang diketuai Dr. Prasetyo Widhi Buwono, SpPD, FINASIM ini membuat kajian dan memberi masukan kepada IDI terkait regulasi SJSN yang berhubungan dengan layanan dokter spesialis penyakit dalam. Pemerintah mematok 70-80% kasus sele“PAPDI mendukung dan memberi perhatian serius terhadap pelaksanaan SJSN,” ujar sai dipelayanan kesehatan primer. Sisanya, Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, dilanjutkan pada layanan sekunder dan tersier. Benarkah sistem rujukan yang diterapFINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP Dukungan dan perhatian PAPDI cukup kan dalam JKN akan mengurangi pendaberalasan. Pasalnya, Prof. Idrus mengata- patan dokter di layanan kesehatan sekunder, kan, PAPDI merupakan perhimpunan spe- apalagi tersier? Berikut petikan wawancara dengan Ketua sialis dengan jumlah anggota yang cukup besar dan tersebar diseluruh pelosok Indo- Tim Adhoc SJSN PB PAPDI Dr. Prasetyo
Halo INTERNIS Edisi November 2014
Peran Tim Adhoc SJSN PB PAPDI
SOROT UTAMA
Ketua Tim Adhoc SJSN memaparkan temuannya pada Rakernas PB PAPDI.
Widhi Buwono, SpPD, FINASIM yang juga salah satu anggota Tim Tarif dan Monev (monitoring dan evaluasi) JKN Kemenkes. Apa tugas Tim Adhoc SJSN PB PAPDI? Mengawal JKN dan menginvestigasi masalah-masalah JKN dari beberapa internis di daerah yang kemudian kita evaluasi, yang akhirnya akan disampaikan ke pihak terkait agar JKN berjalan lebih baik. Sejak diberlakukan BPJS bidang kesehatan atau Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Januari lalu, bagaimana temuan Tim Adhoc BPJS PAPDI? Dari temuan di beberapa daerah ada dua hal yang sering ditanyakan internis. Pertama, tentang tarif INA CBGs. Kedua, ketersediaan dan jenis obat dalam Fornas. Soal tarif Ina CBGs berkaitan erat dengan internis, bagaimana pendapatan internis di era JKN? Para internis merasakan adanya kenaikan pendapatan dibanding sebelum JKN. Umumnya, pendapatan internis dengan menggunakan tarif Ina CBGs, mengalami peningkatan lebih besar dibanding dengan spesialis lain bila pengelolaannya transfaran dan berkeadilan. Namun dari temuan kami, sementara ini ada beberapa internis yang merasakan pendapatannya tetap atau stagnan, tapi tidak ditemukan internis yang mengalami penurunan. Kami, Tim Adhoc SJSN PB PAPDI juga membuat tarif layanan penyakit dalam sebagai pembanding tarif Ina CBGs. Tarif Ina CBGs lebih rendah dibanding tarif versi PAPDI. Karena tarif Ina CBGs dibuat berda-
sarkan paket, sedangkan tarif versi PAPDI berdasarkan fee for services. Pada tarif Ina CBGs ada kasus penyakit dalam yang biayanya rendah, ada pula yang tinggi. Terjadi subsidi silang, secara keseluruhan tetap menguntungkan. Pada Permenkes 59 tentang revisi tarif Ina CBGs, tarif kasus penyakit dalam diturunkan sementara kasus bedah dinaikan. Terjadi pengalihan dari penyakit dalam ke bedah, oleh karena itu revisi tarif Ina CBGs tidak terjadi perubahan secara keseluruhan Mengapa bisa meningkat, bagaimana hitungannya? Kalau dihitung di atas kertas harusnya meningkat. Misalnya anggaran JKN 40 trilyun, uang ini akan dipakai semuanya sesuai persentase yang telah ditetapkan. Selain itu, peningkatan ini juga mesti dilihat dari beban pekerjaan yang bertambah akibat besar jumlah pasien. Kemudian, internis dalam hal ini lebih diuntungkan, dibandingkan spesialis lain. Kasus-kasus penyakit dalam paling banyak dibandingkan kasus lain. Kasus-kasus ini tarifnya sudah ditentukan Ina CBGs. Ketika kami tanya ke beberapa internis, mereka merasakan adanya kenaikan pendapatan. Tarif kasus penyakit dalam memang ada yang rendah dan ada yang tinggi. Tapi dari semua kasus penyakit dalam bila dihitung akan menguntungkan secara signifikan. Bagaimana besaran kenaikannya? Peningkatannya ada baik dan ada yang kurang baik. Persentase layanan medis tergantung pihak managemen rumah sakit. Rumah sakit yang mematok jasa medis dokter
15-20 persen maka kenaikan pendapatan akan bagus. Sementara bila persentasenya di bawah 10 persen, maka kenaikannya kurang baik. Dari temuan tim adhoc, ada rumah sakit yang layanan medisnya rendah? Kami menemukan salah satu rumah sakit di NTB dan Jawa Tengah dimana pendapatan internis kurang baik. Hal ini terkait dengan kebijakan rumah sakit yang tidak transparan dan berkeadilan. Rumah sakit belum melakukan remunerasi atau sistem pembagian yang lain. Bagaimana mengadvokasi internis ke rumah sakit seperti itu? Paling sulit. Bila kita sampaikan Ke Kemenkes, Kemenkes tidak bisa berbuat banyak karena Kemenkes kewenangannya tidak sampai rumah sakit kabupaten. Kemenkes hanya menetapkan pembagian jasa pelayanan 30-50 persen sesuai surat keputusan Kemenkes no 28. Kemenkes menyerahkan ke pihak rumah sakit untuk membaginya karena terkait dengan otonomi daerah. Bila mencampuri lebih jauh akan dikuatirkan melanggar otonomi daerah. Sebenarnya, yang dibutuhkan kawan-kawan adalah kepastian nilai yang didapat dari rumah sakit. Karena ini kewenangan rumah sakit, BPJS tidak bisa mencampuri terlalu jauh. Apakah tarif Ina CBGs tidak menguntungkan pihak rumah sakit? Tarif Ina CBGs ditetapkan dalam Permenkes 69 tahun 2013 yang kemudian direvisi menjadi Permenkes 59 tahun 2014. Meski beban tarifnya rendah, rumah sakit tetap akan memperoleh keuntungan, karena
Edisi November 2014 Halo INTERNIS
11
SOROT UTAMA rumah sakit tidak dapat melihat tarif ini kasus mah sakit melakukan penghematan dan efiper kasus. Rumah sakit mesti melihat pener- siensi. Misalnya, rumah sakit memilih mengapan tarif Ina CBGs secara keseluruhan. gunakan obat-obat generik yang tersedia Misalnya, bila ada 100 kasus, maka boleh dalam Fornas. jadi 20 kasus tarifnya rendah, namun 80 Diketahui KPK bekerjasama dengan kasus lain tarifnya cukup, dengan demikian BPJS mengantisipasi pihak-pihak yang rumah sakit harus melakukan efisiensi dan melakukan fraud? apabila tetap mengalami kerugian maka Sampai saat ini belum ada perkara kecuharus dilakukan subsidi silang. rangan yang sampai ke KPK. Tim Monev KeSementara rumah sakit tipe A atau A menkes telah mengantongi nama-nama rurujukan nasional yang memberi layanan ter- mah sakit yang terindikasi melakukan fraud. sier, tarifnya lebih tinggi dari tipe B. Hal ini Dan telah masuk dalam daftar bimbingan terjadi karena sistem JKN menerapkan la- teknis (bimtek) Kemenkes. yanan kesehatan berjenjang dimana jumlah Apalagi saat rumah sakit di kabupaten pasien pada layanan layanan tersier akan mengalami penurunan namun dokter yang memberi layanan tersier tetap mengalami peningkatan pendapatan. Untuk pendapatan dokter di layanan tersier, kami selalu memberi masukan ke Kemenkes. Nantinya, jumlah pasien di layanan tersier akan mengalami pertambahan, mengingat peserta JKN baru 130 juta, masih ada 100 juta yang belum menjadi peserta JKN. Menurut data Kemenkes, setelah tiga bulan diselenggarakannya JKN ada sekitar 71,8 persen rumah sakit di Indonesia mendapat kenaikan keuntungan 20-30 persen. Sementara sisanya, rumah sakit tersebut belum mendapat keuntungan kare- Dr. Prasetyo Widhi Buwono, SpPD, FINASIM, Ketua tim adhoc SJSN PB PAPDI. na data ini baru per tiga bulan yang kemungkinan klaimnya belum ter- kerap dijadikan alat pendapatan daerah debayarkan atau ada masalah teknis dalam ngan cara-cara tertentu. Untuk itu, kami proses klaimnya. menghimbau jangan sampai ada pihak ruMemang tidak semua rumah sakit belum mah sakit yang melakukan fraud seperti mememperoleh keuntungan. Sementara ada ru- rekayasa coding untuk menaikan klaim. mah sakit yang masih dirugikan. Hal ini terjaOleh karena itu, kami mendorong rumah di karena rumah sakit tersebut tidak tidak me- sakit menjadi BLU karena bisa mengelola lakukan efisiensi seperti penggunaan obat, keuangan sendiri. Bila masih non BLU maka barang habis pakai dan lain-lain. Serta efi- keuangan yang didapat menjadi jadi kas siensi dalam lama perawatan. Pasien yang daerah. Nah kalau masuk kas daerah, lama perawatannya akan menjadi beban ru- keluarnya sulit. mah sakit, jadi semestinya perawatan pasien Kasus-kasus apa yang rentan direkaharus sesuai dengan clinical pathway-nya yasa? Prinsipnya, dalam penerapan tarif Ina Dari data SJSN, kasus-kasus penyakit CBGs keuntungan dapat diperoleh bila ru- dalam lebih berpotensi untuk dimanipulasi.
12
Halo INTERNIS Edisi November 2014
Dari tujuh fraud yang pernah terjadi, ada lima diantaranya merupakan kasus penyakit dalam. Meski pendapatan dokter spesialis penyakit dalam lebih baik dibanding spesialis lain, namun celah-celah untuk melakukan fraud juga lebih besar. Misalnya, kasus diarrhea biayanya di atas 4 juta, namun bila dituliskan hypovolemic shock yang merupakan bagian dari tatalaksana diarrhea, maka terjadi peningkatan klaim, yaitu sebesar lebih dari 7 juta. Untuk itu apa saran tim adhoc? Kami menghimbau para internis selalu berpegangan pada clinical pathway. Perlu diketahui, fraud itu sebenarnya lebih menguntungkan managemen rumah sakit bukan dokternya. Jasa medis dokter yang diperoleh merupakan hak dokter dalam memberi pelayanan kesehatan. Bagaimana dengan obat untuk kasuskasus penyakit dalam? Masalah ketersediaan dan jenis obat menjadi perhatian kami. Ada obat-obat ketika diperlukan tapi tidak tersedia. Dan item obat tertentu yang juga kompetensi internis namun tidak dapat digunakan oleh internis. Ada sekitar 20 item yang kita perjuangkan agar internis juga bisa meresepkan. Kita melampirkan guideline dan bukti-bukti meta analisis untuk meyakinkan kalau obat tersebut memang dibutuhkan internis. Misalnya Aprazolam yang biasa diresepkan psikiatrik, sebenarnya internis juga punya kompetensi meresepkan obat tersebut. Ini sudah direspon Kemenkes, internis sudah boleh meresepkannya meski baru lama pemberian 7 hari. Terakhir, sebagai salah satu Tim Tarif dan Monev Kemenkes, bagaimana peran dokter? Tim adhoc dari PAPDI bersama IDI memberi masukan ke National Casemix Center atau saat ini namanya Tim Tarif Kemenkes. Saat ini selain melibatkan BPJS, tim ini juga merekrut perwakilan organisasi profesi IDI. Saat ini, ada tiga profesional medis yang terlibat dalam tim ini, yaitu Dr. Gatot Soetomo, MPH yang mewakili dokter layanan primer, Dr. Nazar SpB yang mewakili perhimpunan spesialis dengan tindakan bedah, dan saya sendiri yang mewakili perhimpunan spesialis tindakan non bedah. Ini keuntungan PAPDI, saya dapat berbuat lebih banyak lagi untuk organisasi yang kita cintai, masukan dari kawan-kawan tentunya dapat lebih mudah tersalurkan.
SOROT UTAMA
IDI Tolak Praktik Dokter Asing A FTA 2015 telah di depan mata. Liberalisasi sektor tenaga kesehatan, diatur dalam MRA (Mutual Recognition Agreement). Diharapkan hambatan national treatment dan market access sudah hilang pada tahun 2015. Artinya, dokter asing diberlakukan sama dengan dokter lokal dan juga bebas melamar praktik di daerah-daerah tertentu. Kendati telah diatur dalam MRA, kehadiran dokter asing belum memiliki tempat di setiap negara ASEAN. Mereka membentenginya dengan berbagai cara. Misalnya, Thailand mematok dokter asing harus fasih berbahasa dan menulis dalam bahasa Thai. Sementara di Filipina, UU Dasar negara melarang dokter asing praktik di Filipina. Adapun negara lainnya seperti Laos, Vietnam dan Kamboja belum memiliki regulasi
Indonesia adalah market menggiurkan. Jumlah penduduk yang besar dan longgarnya regulasi menarik minat dokter asing praktik di Indonesia.
yang ditentukan negaranya. Dan di Singapura dokter asing dipatok dengan standar yang tinggi. Sementara Indonesia dapat dikatakan lebih liberal dari negara lainnya. Regulasi domestik yang berlaku di Indonesia dianggap lebih longgar Di sisi lain, Indonesia adalah market menggiurkan. Jumlah penduduk yang besar dan longgarnya regulasi menarik minat dokter asing praktik di Indonesia. Saat ini, ditengarai beberapa dokter asing dari India, Pa-
kistan, Bangladesh, Filipina, Singapura, dan Australia sudah bersiap-siap ingin ke Indonesia. Bahkan, konon, di antara mereka sudah ada yang mendaftar ke Kementerian Kesehatan RI. Sementara, perhimpunan profesi kedokteran PB PAPDI memiliki pandangan lain terhadap dokter asing. Untuk mengantisipasi liberalisasi tenaga kesehatan 2015 ini, Ketua Umum PB PAPDI Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM, FACC, FESC,
Ketua Tim Adhoc Dokter Asing memaparkan temuannya pada Rakernas PB PAPDI.
Edisi November 2014 Halo INTERNIS
13
SOROT UTAMA
Dr. Zainal Abidin, MKes, Ketua Umum PB IDI.
FAPSIC, FACP membentuk Tim Adhoc tentang dokter asing. Tim yang diketahui DR. Dr. Aru W. Sudoyo SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP ini bekerja bersama-sama IDI dan organisasi profesi kedokteran lain membuat kajian liberalisasi dokter asing secara luas yang nantinya menjadi masukan buat organisasi profesi masing-masing. “Sikap PAPDI terhadap dokter asing mengikuti IDI dan Kemenkes, ” kata Prof. Idrus. Hal serupa disampaikan Dr. Aru. Ia mengatakan sikap PAPDI tidak berbeda dengan IDI. Induk organisasi kedokteran di Indonesia ini memilih sikap “menolak” dokter asing yang bekerja melakukan praktik mandiri di Indonesia. “Ini merupakan polical statement IDI, meski sebenarnya kami paham bahwa liberalisasi tenaga kedokteran tak bisa dihindari. Kita punya sikap terhadap kepentingan bangsa ini,” ujar Dr. Aru. Sedangkan, Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Dr. Zainal Abidin, M.Kes mengatakan IDI “menolak” dokter asing praktik di Indonesia. Dokter asing boleh masuk Indonesia sebagai alih teknologi atas undangan pemerintah atau organisasi kedokteran. Dr. Zainal menambahkan IDI sanggup memberi pelayanan kesehatan kepada masyarakat Indonesia. Dokter Indonesia memiliki kemampuan dan skill yang tak kalah dari dokter asing, tapi kami hanya tidak didukung oleh dana yang kuat. Lebih jauh, perihal sikap IDI yang berseberangan dengan pemerintah disebabkan
14
Prof. Agus Purwadianto, Staf Ahli Kemenkes.
beda pandangan. Dr. Zainal mengatakan secara prinsip bahwa tidak semua sektor dapat diliberalisasi. Ada sektor-sektor yang tidak boleh diperdagangkan yang mesti dikelola oleh anak bangsa, seperti sektor pertahanan, pendidikan, kesehatan dan hukum. “Kita tidak setuju bila kesehatan diperdagangkan, ini menyangkut masa depan suatu bangsa,” tegasnya. Hasil Mukernas IDI Oktober 2014 lalu di Mataram menegaskan bahwa jasa praktik dokter mesti diproteksi karena menyangkut masalah ketahanan negara. Dengan demikian, jasa kesehatan bukan sektor bisnis dan tidak seharusnya diperdagangkan. “Liberalisasi sektor jasa kesehatan maupun kedokteran menekankan pentingnya negara ikut terlibat karena jasa kesehatan adalah sektor vital terkait ketahanan negara,” jelasnya Sikap “hitam-putih” IDI disayangkan Staf Ahli Kementerian Kesehatan RI Bidang Teknologi Kesehatan dan Globalisasi Prof. DR. Dr. Agus Purwadianto, SpF, SH, MSi, DFM. Menurutnya, dokter lokal tidak semestinya antipati terhadap dokter asing. Praktik dokter asing punya market sendiri dan tidak masuk dalam layanan kesehatan publik. “Masyarakat kita sudah pintar, sudah tahu kemana mereka berobat,” katanya Namun liberalisasi bidang kesehatan tidak semudah membalikkan telapak tangan. Prof. Agus Purwadianto mengatakan hingga kini harmonisasi ASEAN bidang kesehatan telah memasuki tahap penjajakan dari sisi
Halo INTERNIS Edisi November 2014
bisnis kesehatan seperti mendirikan rumah sakit, klinik, alat kesehatan, dan pembahasan soal penyamaan kurikulum pendidikan kedokteran. Sedangkan perihal masuknya dokter asing, tambah Prof. Agus, masih diwarnai banyak perdebatan, belum ada kata sepakat di antara anggota ASEAN. “Negara-negara ASEAN terkesan menutup dokter asing kenegaranya. Untuk itu mereka belum sepakat soal dokter asing tahun 2015. Yang menjadi kendala adalah tentang patient safety, kompetensi yang berbeda, bahasa dan budaya. ini persoalan sangat krusial,” katanya Soal praktik dokter asing, tambahnya, tidak perlu tergesa-gesa, karena butuh waktu yang lama untuk mendapatkan titik temunya. Di belahan dunia lain seperti Eropa butuh 15 sampai 20 tahun untuk membahas praktik dokter asing. Dalam hal masuknya dokter asing, kata Dr. Aru, hendaknya regulator domestik di Indonesia mematok syaratsyarat yang ketat terhadap dokter asing. Kendati demikian, masuknya dokter asing tak bisa terelakkan di era globalisasi ini. Oleh karenanya, menurut Dr. Aru, untuk menjawab tantangan globalisasi ini stakeholder kesehatan, baik pemerintah maupun instansi kesehatan lainnya bersama-sama meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan memperbanyak jumlah dokter. “Ini akan mengembalikan kepercayaan masyarakat, dan kita akan menjadi tuan rumah di negeri sendiri,” ungkapnya. (HI)
SOROT UTAMA
: ja a m e R n a r e t k o Ked
Kemenkes Bentuk POKJA
KESEHATAN REMAJA
Secara de facto banyak kasus remaja dirawat oleh dokter penyakit dalam. Secara medis sulit membuat batas tegas yang memisahkan antara anak dan dewasa. Kesehatan remaja merupakan kompetensi banyak disiplin ilmu, termasuk ilmu penyakit dalam. PAPDI sudah semestinya membekali para internis dengan kompetensi kedokteran remaja.
“M
enyelesaikan masalah hendaknya secara dewasa”. Pameo itu akrab terdengar di telinga kita, tak terkecuali Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (PP IDAI). Soal kesehatan remaja, IDAI cukup paham kalimat bijak tersebut. Pasalnya, menanggapi polemik kesehatan remaja IDAI belakangan ini sikapnya “melunak”. Mereka berkompromi dengan Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PB PAPDI) soal layanan kesehatan remaja. “Telah terjadi pertemuan antara PAPDI, IDAI, dan Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) membahas soal layanan kesehatan remaja atas undangan Kemenkes RI. Kemenkes menyetujui untuk membentuk Pokja Kesehatan Remaja yang dikelola bersama PAPDI, IDAI, POGI dan PDSKJI. Dirjen BUK Kemenkes menjanjikan penanganan kesehatan remaja akan ditambahkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan,” kata Ketua Umum PB PAPDI Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP yang hadir pertemuan tersebut bersama DR. Dr. Imam Subekti, SpPD, KEMD, FINASIM. Prof. Idrus menambahkan beberapa sejawat spesialis anak menginginkan adanya penanganan bersama tentang kesehatan remaja. Walaupun undang-undang menerapkan batas usia anak sampai 18 tahun, namun sebagian besar kasus kesehatan remaja secara de facto banyak dirawat oleh dokter penyakit dalam.
DR. Dr. Arto Yuwono Soeroto, SpPD, K-P, FINASIM, FCCP
Edisi November 2014 Halo INTERNIS
15
SOROT UTAMA
Dr. Faridin Pango, SpPD, K-R, FINASIM
Dr. Yana Akhmad Supriatna, SpPD, K-P
Ketika Layanan Kesehatan diatur Undang-Undang Kisruh polemik soal kesehatan remaja berawal dari surat PP IDAI ke Kemenkes RI. Lewat surat bernomor 704/PP IDAI/III/2013 itu, Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (PP IDAI) meminta Kemenkes untuk menetapkan semua pusat layanan kesehatan di Indonesia memberikan layanan kesehatan anak setiap individu hingga berumur 18 tahun. Dan membuka klinik remaja untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada remaja yang dilayani oleh dokter spesialis anak bersama dengan profesi lain yang terkait. Kini, usulan perhimpunan yang memayungi dokter spesialis anak itu masih dalam pembahasan pihak Kemenkes RI. Tampaknya, IDAI berupaya “menjaga pasien” layanan kesehatan anak berdasarkan usia. IDAI mematok hingga 18 tahun masih dilayani oleh pediatrik. lantas, apa dasar 18 tahun? Dr. Yana Akhmad Supriatna, SpPD, K-P dari PAPDI cabang Jawa Ba-
16
rat mengatakan tidak ditemukan penelitian yang shohih mengenai batasan usia 18 tahun. “ Penetapan 18 tahun tidak evidence base” ungkapnya. Padahal, Dr. Yana mengatakan kerap kebanjiran pasien paru yang berusia di bawah 18 tahun. Ia mengakui pasien tersebut selama ini baik-baik saja. Hal serupa juga diakui Sekretaris PAPDI cabang Makassar Dr. Faridin Pango, SpPD, K-R, FINASIM. Ia mengatakan internis tak sedikit yang menangani pasien berusia 15 – 18 tahun. Hal ini, menurutnya, terjadi karena untuk kasus-kasus tertentu seperti lupus, yang tidak terdapat di bagian ilmu kesehatan anak (IKA) maka ditangani oleh internis. Kebanyakan yang terjadi karena permintaan pasien sendiri mengingat pada usia tersebut mereka merasa sudah dewasa. “Pasien berusia 14–18 tahun seringkali merasa tidak pantas lagi diperlakukan seperti anak-anak, sebagian lebih memilih ditangani internis. Atau mereka dengan tinggi badan layaknya orang dewasa, tidak memungkinkan ditempatkan di ruang rawat anak. Kemudian bagaimana orang tua yang memiliki anak pada usia 17 tahun, apakah
Halo INTERNIS Edisi November 2014
ibu dan anaknya akan sama-sama ditempatkan di ruang rawat anak?” tanya Ketua Divisi Reumatologi RS Dr. Wahidin Sudirohusodo - FK Unhas, Makassar itu. Dr. Faridin juga menyayangkan pihak departemen ilmu kesehatan anak (IKA) di beberapa rumah sakit, termasuk Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo tempat ia bekerja, yang menindaklanjuti usulan PP IDAI ke komite medis sebelum ada ketetapan dari Kemenkes RI. Pasalnya, bila ketentuan pasien anak hingga 18 tahun ditetapkan, maka pihak rumah sakit memerlukan berbagai persiapan seperti renovasi ruang rawat anak serta peralatan medis penunjang lainnya. Pada prakteknya, dapat menimbulkan “gejolak” di pusat layanan kesehatan. DR. Dr. Arto Yuwono Soeroto, SpPD, KP, FINASIM, FCCP anggota tim Adhoc Adolescent PB PAPDI membenarkan pendapat para koleganya. Hasil kajian Tim Adhoc Adolescent PB PAPDI, kata Dr. Arto begitu biasa disapa, penetapan batas usia 18 tahun seperti yang diusulkan PP IDAI berpotensi mengundang beragam masalah.
SOROT UTAMA Di antaranya, bagi petugas kesehatan sangat rawan masuk ke ranah hukum bila kelak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti tuntutan hukum, rumah sakit mesti melakukan perubahan infrastruktur yang mendasar yang dipastikan banyak mengeluarkan biaya dan waktu, kebingungan karena pasien dengan kategori remaja tidak berkenan diperlakukan sebagai pasien anak-anak mengingat postur tubuh sudah layaknya orang dewasa. ”Secara medis sulit membuat batas tegas yang memisahkan antara anak dan dewasa. Remaja berusia 18 tahun kurang 2 hari dengan yang berusia 18 tahun lebih 2 hari organ tubuhnya tidak berbeda “ jelas Ketua PAPDI Cabang Jawa Barat ini saat Rakernas PB PAPDI dan Seluruh PAPDI Cabang, di Hotel Haris, Jakarta awal Maret 2014 lalu. Kendati demikian, angka 18 tahun yang diusulkan PP IDAI memiliki dasar konstitusi yang kuat. Dalam suratnya, IDAI memakai payung Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 tahun 2009 pasal 131 yang menjelaskan bahwa upaya pemeliharaan kesehatan anak dilakukan sejak anak masih dalam kandungan, dilahirkan, setelah dilahirkan, dan sampai berusia 18 tahun. Dan UndangUndang Nomor 23 tentang Perlindungan Anak yang menjelaskan batas usia anak hingga 18 tahun. Ternyata, kedua undang-undang tersebut tidak berdiri sendiri. Regulasi yang berkaitan dengan anak-anak, seperti UU KPAI, UU Ketenagakerjaan, UU Partai Politik dan lain-lain mematok batas usia anak dan dewasa pada 17 – 18 tahun. “Hampir semua undang-undang yang berlaku menetapkan batas usia anak-anak sekitar 18 tahun. Tidak ditemukan satu undang-undang pun yang menetapkan batas usia anak hingga 14 tahun,” kata konsultan paru Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung ini. Kondisi ini tidak lantas membuat tim Adhoc Adolescent PAPDI pasrah. Menurut Ketua tim Adhoc Adolescent PAPDI DR. Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP, mengatakan pihaknya telah membuat kajian dan hasilnya disampaikan ke Kemenkes bagaimana kondisi dan peran internis dalam layanan kesehatan anak. “Di masyarakat ada kelompok remaja yang menginginkan kesehatannya ditangani internis,” kata Dr. Aru. Kelompok usia remaja merupakan inter-
DR. Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP.
seksi antara usia anak dan dewasa. Batasan usia remaja yang ditetapkan cukup beragam. Kementerian Kesehatan RI tahun 2006 menyatakan batasan usia remaja 12 – 19 tahun. WHO mendefinisikan remaja adalah manusia muda yang berusia antara 10-19 tahun yang biasa dianggap sebagai kelompok sehat. Meskipun demikian banyak remaja yang meningggal dini karena kecelakaan, bunuh diri, kekerasan, komplikasi terkait kehamilan, dan penyakit lain yyang sebetulnya bisa dicegah atau diobati, serta banyak lagi yang menderita penyakit kronis dan kecacatan.Selain itu, banyak penyakit serius di masa dewasa nantinya yang berakar dari masa remaja. Para pemakai tembakau, STD, HIV, asma narkoba, kebiasaan buruk dalam pola makan dan gaya hidup yang tidak sehat ketika remaja, dapat menyebabkan penyakit dan kematiann dini pada masa dewasa nanti. PAPDI akan bermain pada kesehatan remaja. Di sini akan segera dibentuk pokja kesehatan remaja antara PAPDI dan IDAI. “ Delegasi IDAI telah berkunjung ke PAPDI membicarakan soal kesehatan remaja. PAPDI mesti menyiapkan materi ajar adolescent,” kata Penasehat PB PAPDI itu. Di Amerika Serikat, kesehatan remaja ditangani oleh ahli kedokteran remaja yang
kompetensinya dikeluarkan subspesialis kedokteran remaja. Subspesialis kedokteran remaja dimiliki oleh beberapa spesialis, seperti IPD, IKA, dan Psikiatrik. Sertifikat kedokteran remaja diterbitkan bersama oleh spesialisasi tersebut. Tes kompetensi dilaksanakan bersama oleh spesialisasi tersebut dengan waktu dan tempat yang sama. Sedangkan ABIM punya standar sendiri tentang kedokteran remaja. seorang yang berminat untuk mengambil subspesialisasi kedokteran remaja harus memiliki sertifikat ilmu penyakit dalam dan melalui masa training selama sekitar 24 bulan. Di Amerika Serikat, kedokteran remaja memiliki perhimpunan profesi, yaitu SAHM (Society of Adolescent Health and Medicine). Dan terdapat jurnal kedokteran remaja yang bernama “Journal of Adolescent Health”. Merujuk dari negara-negara maju, kesehatan remaja merupakan kompetensi banyak disiplin ilmu, termasuk ilmu penyakit dalam. Bukan dominasi satu disiplin ilmu yang didasari usia. Karenanya, batasan usia remaja dengan kondisi objektif pasien kerap tidak seiring sejalan. Masalah medis sejatinya mengedepankan kompetensi dan etika, bukan semata-mata dipagari oleh hukum yang cenderung kaku. (HI)
Edisi November 2014 Halo INTERNIS
17
SOROT UTAMA
MEA, IDI dan Kehidupan Berbangsa Ario Djatmiko*
I
DI, sebagai wakil profesi dokter menolak praktik dokter asing, benarkah? Apa alasannya? Kalau menolak apakah berarti IDI tidak mendukung pemerintah? Dan, apakah tidak takut terkucilkan ditatanan regional? Dua (dari sepuluh) pertanyaan Hallo Internis itu cukup membuat saya merenung. Disini tersirat pemahaman yang berbahaya. Stigma “xenophobia”, anti asing seakan melekat di wajah IDI. Sungguh ini mempersulit IDI dalam menyatakan pemikirannya didalam maupun di luar negeri. Mengapa? IDI tidak legitimate lagi menyampaikan pemikiran analitiknya sebab semua argumentasi IDI seakan lahir dari rasa ketidak sukaan terhadap asing. Pertanyaan kedua juga cukup menyulitkan: Tidak mendukung pemerintah dan akan dikucilkan di tatanan regional. Statement ini menaruh IDI pada posisi berhadapan diametrikal dengan kebijakan pemerintah dan tatanan global. Sulit kita membangun dialog yang jernih bila diawali dengan perbedaan pemahaman yang tajam. Benar, masyarakat amat mudah terjebak pada anggapan bahwa seakan orientasi kebijakan IDI selalu berpihak pada kepentingan (profesi) dokter Indonesia. Sebuah pertanyaan “miris”: Benarkah pikiran dan perasaan dokter (sebagai satu profesi mulia) berhenti hanya sebatas kepentingan kerja profesinya saja? Tidak ada tersisakah tempat di lubuk hati kita untuk merasakan persoalan besar bangsanya? Bangsa kita sendirilah yang akan membangun bangsa ini menjadi kuat dan makmur, bukan bangsa lain. Begitu kata Lee Kuan Yew di buku Hard Truths “we have no neighbors who want to help us prosper”. Bisakah menyebut pemahaman Lee Kuan Yew itu sebagai xenophobia atau nasionalisme sempit? Lantas, mengapa kita tidak
18
Halo INTERNIS Edisi November 2014
boleh berpemahaman sama? Semua ini adalah hal paling essential yang harus kita pahami sebelum memulai membahas telaah dibawah ini Benar, dipasal 6d, AD-ART IDI tertera: IDI memperjuangkan kepentingan dan kedudukan dokter di Indonesia sesuai harkat dan martabatnya. Tetapi bila kita mencermati AD-ART IDI secara menyeluruh, jelas sejatinya IDI dilahirkan untuk hal yang lebih besar, membangun bangsanya. IDI adalah wadah dokter berbangsa Indonesia untuk melaksanakan kewajiban luhurnya terhadap bangsanya. Jelas tertera dipasal 5: berkewajiban IDI meningkatkan derajat kesehatan rakyat menuju masyarakat sehat sejahtera. Semangat ini sejalan dengan amanat UUD 45 pasal 28 H: kesehatan adalah hak rakyat yang dilindungi Negara. Dalam pelayanan kesehatan, begitu banyak pemangku kepentingan yang hadir, ikut bermain. Jelas mereka membawa kepentingan masing-masing, akibatnya arah layanan kesehatan sangat rentan untuk diselewengkan. Di sini fungsi pemerintah harus jelas, sebagai regulator (pemegang komando) yang mengawal arah layanan kesehatan agar berjalan sesuai dengan cita-cita bangsa. Yaitu membawa rakyat bangsa ini kuat dan negeri yang makmur. Untuk itu, IDI bermitra menjalankan program pemerintah (sesuai dengan pasal 9e). Namun apa yang terjadi selama ini? Pembangunan kesehatan selama 69 tahun kemerdekaan negeri ini jauh dari harapan dan tertinggal jauh dibandingkan negeri jiran: Human Development Index (HDI) Indonesia selalu berada di level bawah. Jauh dibawah negara-negara ASEAN lain. Sistem kesehatan belum juga tertata dengan baik. Kuantitas dan kualitas la-
SOROT UTAMA
yanan kesehatan belum merata, mayoritas mash jauh dibawah standard. Daya beli dan aksesibilitas rakyat ke sarana kesehatan tidak memadai. Sektor preventif belum pernah digarap dengan benar. Pemerintah belum menaruh pembangunan kesehatan sebagai prioritas kegiatan berbangsa. Ini tercermin dari alokasi biaya yang begitu rendah dan kesungguhan pemerintah dalam menata sistem kesehatan Jarak ketertinggalan teknologi kedokteran Indonesia dibandingkan Negara tetangga amat jauh dan kian jauh saja dari waktu kewaktu.
Sir Michael Marcot (WHO) memberi perumpamaan yang tepat: Sistem kesehatan adalah vehicle (kendaraan) bagi setiap bangsa menuju ke masa depan. Artinya kendaraan (milik) kita harus sehat dan sepenuhnya dapat dikendalikan oleh Negara agar seluruh rakyat dapat sampai ke tujuan. Kendaraan adalah: sistem dan sub sistem kesehatan yang bekerja intergrated, dengan mengemban visi-misi: demi kepentingan masa depan rakyat Indonesia. Jelas, kendaraan ini adalah tumpuan harapan seluruh rakyat negeri ini untuk survive dan mendapat tempat terhormat di mata dunia. Tidak mungkin rakyat Indonesia akan sampai pada tujuan berbangsa dengan menggunakan kendaraan asing yang bukan miliknya dan tidak sepenuhnya dapat dikendalikan oleh negara. Membaca 4 poin di atas, jelas bahwa ada masalah serius di ”kendaraan” kita. Diperlukan langkah yang cepat dan tepat untuk memperbaiki vehicle kita agar bangsa kita segera bangkit dan dapat menatap ke depan sebagai bangsa yang unggul. Tapi, dalam situasi seperti ini, disaat vehicle (hard, soft and brain ware sistem kesehatan) kita amat rapuh penuh dengan masalah, kita justru tidak serius memperbaiki. Tetapi sebaliknya mengundang masuknya vehicle (investasi dan pekerja medik) asing ke negeri ini. IDI melihat kebijakan ini jelas salah arah dan menyimpang jauh dari tujuan bernegara. Coba kita bertanya, bisakah kita berharap vehicle asing akan membangun seluruh manusia Indonesia dan membawa kemakmuran di negeri ini? Jawaban Lee Kuan Yew benar, “we have no
neighbors who want to help us prosper”. Kehadiran MEA, akan merubah banyak hal secara fundamental. Profit motive yang hadir di dunia kesehatan akan membawa masalah serius. Pembangunan kesehatan bangsa akan berjalan semu, gap terus melebar, bagian terbesar dari bangsa ini akan tersingkir dan bahaya chaos menunggu. Kekuatan yang tidak imbang di bidang teknologi medik akan membuat tersingkirnya pekerja medik lokal dinegeri ini. Ujungnya, kedaulatan bangsa di bidang kesehatan akan hilang. Ketergantungan teknologi medik bangsa ini pada penyedia asing sungguh akan melemahkan ketahanan nasional Indonesia. Sesuai dengan Mukadimah AD-ART, IDI wajib memberi advocacy demi kepentingan bangsa Indonesia. Untuk itu, IDI memberi pandangan: Posisi pemerintah sebagai regulator harus powerful dalam memimpin pembangunan kesehatan bangsanya. Empat (4) bidang strategis: Keamanan, Hukum, Kesehatan dan Pendidikan adalah hal yang langsung menyangkut kedaulatan dan masa depan Negara. Oleh karena itu keempat bidang tersebut tidak boleh dikendalikan oleh asing. Pembangunan keempat bidang itu harus mendapat prioritas utama dan harus sepenuhnya dilakukan oleh bangsa sendiri. Menyerahkan pembangunan kesehatan bangsa pada mekanisme pasar (profit motive) adalah kebijakan yang sangat keliru dan bertentangan dengan undangundang. Kemandirian teknologi (Medik) adalah
bentuk kedaulatan Negara di bidang medik. Saat ini jelas, ketertinggalan Teknologi Medik di Indonesia merupakan situasi yang amat serius. Untuk itu pemerintah harus segera melakukan upaya “Short Cut Program” untuk meningkatkan teknologi medik (membangun hard, soft dan brain ware teknologi medik) dan melakukan pemerataan teknologi di Indonesia. JKN adalah wadah yang tepat untuk memulai pembangunan manusia Indonesia. Namun harus dikerjakan dengan –sungguh sungguh, melibatkan semua elemen dan dengan spirit membangun manusia seutuhnya-. Integrated, komprehensif dan membawa manfaat bagi semua pemangku kepentingan. Bukan sekedar reaktif dan populis saja tanpa disain yang baik dan persiapan yang matang. IDI akan sungguh-sungguh menjaga anggotanya agar menjadi pejuang kesehatan bangsanya.
IDI bukan pengambil kebijakan Negara. Advocacy hanya sebatas saran yang diberikan semata-mata demi masa depan bangsa Indonesia. Anggota IDI selalu menjadi yang terdepan dalam persoalan kesehatan bangsanya. Pemikiran ini ditulis berdasarkan pengalaman lapangan, kapasitas intelektual dokter dan sepenuhnya berpihak pada kepentingan bangsanya. * Penulis: Dr Ario Djatmiko Staf Pengajar FK UNAIR Ketua Bidang Penataan Praktek Global PB IDI
Edisi November 2014 Halo INTERNIS
19
KABAR PAPDI
Jelang WCIM 2016,
di Bali Indonesia
Executive committee ISIM tak tanya apa-apa, sejauh ini aman. Mereka juga memahami kendala sponsorship. Suatu kesempatan untuk PAPDI menunjukan bahwa pendidikan dan pelayanan di bidang ilmu penyakit dalam di Indonesia cukup berkembang. 20
orld Congress of Intenal Medicine (WCIM) 2016 di Bali, Indonesia kurang dari dua tahun. Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indoonesia (PB PAPDI) sebagai tuan rumah terus berbenah menyiapkan perhelatan akbar dokter-dokter penyakit dalam seluruh dunia yang tergabung dalam International Society of Internal Medicine (ISIM). Panitia WCIM 2016 baik dari PB PAPDI dan cabang – cabang yang terlibat berupaya sinergi mensukseskan event besar itu. Lalu seberapa jauh persiapan WCIM 2016? Panitia diminta untuk melakukan progress report tiap acara WCIM. Pada WCIM 2014 di Seoul, Korea Selatan, akhir Oktober 2014 lalu, Sekretaris Jenderal PB PAPDI Dr. Sally Aman Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM, FACP mewakili
W
Halo INTERNIS Edisi November 2014
panitia, mempresentasikan kesiapan WCIM 2016. Didampingi panitia lain, Dr. Sally memaparkan hal-hal terkait denga persiapan WCIM 2016 dihadapan executive committee ISIM. “Mereka (executive committee-red) tidak tanya apa-apa, hanya katakan bila ada kendala sponsor, beritahukan kami,” kata Dr. Sally setengah deg-deg-an. “Alhamdulilllah, mereka menerima dan cukup paham soal kendala sponsor. Ketika presentasi, kami lebih menitikberattkan kepada tema-tema ilmiah. Karena kami tahu mereka sangat ketat soal konten acara,” tambahnya WCIM 2016 di Bali akan diselenggarakan di Hotel Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC). Panitia menargetkan 10.000 peserta akan hadir pada acara tersebut. Jumlah ini lebih banyak dibanding WCIM di Seoul yang 6.000 peserta. “Akomodasi cukup untuk sejumlah itu,” ujar
KABAR PAPDI
Dr. Sally mempresentasikan kesiapan WCIM 2016 di hadapan Executive Committee ISIM.
kardiolog itu. Hal senada disampaikan Ketua Umum PB PAPDI Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP. Prof. Idrus mengatakan terpilihnya Indonesia sebagai tuan rumah pada bidding WCIM 2010 di Melbourne, Australia lalu merupakan suatu kesempatan untuk PAPDI menunjukan bahwa pendidikan dan pelayanan di bidang ilmu penyakit dalam di Indonesia cukup berkembang. “Untuk itu, kami akan siapkan WCIM Bali ini
semaksimal mungkin,” ujarnya. Prof. Idrus melanjutkan, panitia telah audiensi ke Kementerian Kesehatan RI. Menteri Kesehatan mendukung pertemuan tingkat dunia itu dan meminta agar membahas materi-materi terkait penyakit yang umum terjadi di Indonesia. Sementara Ketua Panitia WCIM 2016 . DR. Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP menghimbau anggota PAPDI agar turut berpartisipasi pada WCIM 2016. Selain hadir pada acara itu,
sejawat dapat aktif mengikuti beberapa kegiatan seperti lomba penelitian, lomba poster dan lain-lain. “Dari WCIM sebelumnya, peserta terbanyak adalah dari dokter lokal. Seperti WCIM 2014 kemarin, dari 7.000 peserta, ada sekitar 6.000 perserta merupakan tenaga kesehatan dari Korea Selatan. Sisanya, dokter asing. Untuk itu kami menghimbau internis untuk hadir, selain menambah pengetahuan juga berbagi pengalaman dengan dokter-dokter asing,”ujar Penaehat PB PAPDI itu. Dr. Aru menambahkan, melalui Asean Federation of Internal Medicine (AFIM), panitia juga mengundang internis di kawasan Asean untuk berpartisipasi pada WCIM 2016. Dan sebagai South East Asia of Chapter American College of Physicians (ACP), panitia meminta dukungan dari ACP. “Rencananya, pada WCIM di Bali juga akan diadakan AFIM meeting,” katanya.
Selamat untuk Dr. Aru Selain sukses meyakinkan 10 orang executive committee, ada kabar baik dari WCIM ke 32 di Seoul. DR. Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP
Delegasi PAPDI pada WCIM 2014 di Seoul,Korea Selatan.
Edisi November 2014 Halo INTERNIS
21
KABAR PAPDI terpilih menjadi President Elect ISIM periode 20142016. Nantinya, Dr. Aru akan serah terima menjadi President ISIM dari Dr. Yasuo Ikeda pada WCIM ke 33 di Bali 22-25 Agustus 2016. Dr. Aru mengatakan sebelum WCIM 2014 ia mendapat email dari executive committee ISIM. Isinya, ia dicalonkan menjadi salah kandidat President elect Prosesi serah terima tuan rumah WICIM 2016 dari President ISIM Rudolfo ISIM 2014 – 2016. Dr. Aru Bado kepada Dr. Aru. pun setuju. Hasilnya, Dr. Aru terpilih dan dikukuh menjadi President butuh subspesialis yang mendalami bielect ISIM periode 2014-2016 pada WCIM dang tertentu sebagai pendidik, pembi2014 di Seoul, Korea Selatan. cara, dilayanan tersier dan peneliti. “NaTerpilihnya internis dari Indonesia, me- mun Indonesia masih membutuhkan genurut Dr. Aru, didasari beberapa penilaian neralist atau internis umum. Sebab, penoleh executive committee. Mereka meni- dekatan holistik dan terpadu yang diberilai PAPDI termasuk perhimpunan dokter kan internis umum lebih ekonomis, dan lepenyakit dalam di dunia yang berhasil bih patient safety. Apalagi saat ini Indomembina anggotanya dan mencegah ter- nesia telah memasuk sistem layanan rujadi fragmentasi tubuh ilmu penyakit da- jukan dengan pembiayaan berbasis asurlam. Seperti diketahui, ancaman fragmen- ansi atau Jaminan Kesehatan Nasional,” tasi di dunia cukup serius. Ilmu kedokter- kata Dr. Aru menjelaskan. an terkotak-kotak menjadi bagian yang Selanjutnya, selama dua tahun Dr. Aru lebih kecil. Memang, dunia kedokteran akan bersama Prof. Yasuo Ikeda mem-
Delegasi PAPDI pada WCIM 2014 di depan stand PB PAPDI.
22
Halo INTERNIS Edisi November 2014
bidani ISIM. Ia akan aktif dalam kegiatankegiatan ISIM seperti menghadiri undangan acara ilmiah yang diselenggarakan perhimpunan penyakit dalam di seluruh dunia. Dan roadshow ke berbagai negara yang kebanyakan negara-negara berkembang mempromosikan dan membantu memperkuat perhimpunan penyakit dalam di negara tersebut. “Saya sudah mengambil keputusan, dan saya komitmen dengan ini meski akan kehilangan 50 persen waktu praktik,” ungkapnya.
Merebut WCIM 2016 di Melbourne Maret 2010, dari Melbourne, kabar gembira itu datang. Indonesia berhasil menjadi tuan rumah penyelenggaraan World Congress of Internal Medicine (WCIM) 2016. Keberhasilan merebut tampuk tuan rumah tidak turun begitu saja. Empat negara memperebutkan posisi ini. Rusia, Meksiko, dan Afrika Selatan merupakan pesaing Indonesia. “Hati saya kecut karena para pesaing itu,” ujar Dr. Sally Aman Nasution, SpPD, FINASIM, salah satu delegasi Indonesia yang berangkat ke Melbourne.
KABAR PAPDI Rusia, merupakan negara besar. Meksiko, tercatat pernah menjadi tuan rumah WCIM. Lalu Afrika Selatan, merupakan pesaing terberat. Para dokter yang pernah ke Afrika Selatan tidak memungkiri bahwa negara ini memiliki keindahan yang mengagumkan. Tidak sedikit anggota executive committee yang terpesona dengan keindahan alam Afrika Selatan. ”Terlebih lagi, Afrika Selatan pernah terpilih sebagai tempat penyelenggaraan piala dunia 2010,” ujar Dr. Sally. Meski memiliki rival yang tidak sepele, langkah pantang diundurkan. Delegasi Indonesia, tetap bersemangat melakukan presentasi di hadapan Komite Eksekutif International Society of Internal Medicine (ISIM) bergantian dengan delegasi pesaing. Bidding telah dimulai, negara calon kandidat dipanggil satu persatu untuk masuk ke ruangan dan mempresentasikan apa-apa yang dapat ditawarkan pada juri. Dari Indonesia yang mempresentasikan adalah DR. Dr. C. Heriawan Soejono, SpPD, K-Ger, FINASIM, saat ini menjabat sebagai Direktur Utama RSCM. “Dengan segala percaya diri, bahasa Inggris yang baik sekali dan bahan presentasi yang sudah dipersiapkan jauh-jauh hari, dengan beberapa kali revisi atas masukan kami semua, tapi kami tetap kuatir,” aku Dr. Sally. DR. Dr. Aru Sudoyo,SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP yang duduk sebagai salah satu anggota komite tak tinggal diam. Dr. Aru memutar otak menyusun siasat di dalam ruang sidang komite. Sidang ber-
jalan sangat alot. Ada yang mengatakan bahwa ISIM belum pernah menggandeng negara Afrika, maka Afsel memiliki nilai lebih jika ditunjuk sebagai tempat kongres ahli penyakit dalam. Dr. Aru berfikir keras. Sebagai seorang internis Indonesia yang duduk sebagai anggota komite, tentu saja ia menginginkan Indonesia mendapat kehormatan tersebut. Di luar ruangan sidang, delegasi Indonesia lain berdebar menantikan hasil keputusan rapat tertutup General Assembly. Dr. Aru sempat berkirim sms ‘membocorkan’ situasi sidang. Akhirnya, ia mengangkat isu penting terkait Indonesia agar dapat melenggang merebut posisi tuan rumah. “Penunjukan Indonesia sebagai tuan rumah WCIM 2016 tidak hanya penting untuk negeri saya, namun bagi seluruh wilayah ASEAN, karena internis umum masih amat vital bagi kelangsungan pelayanan kesehatan yang efisien dan efektif bagi negara-negara seperti Malaysia, Laos, Kambodia, Thailand dan Filipina, dan Brunei. Dan untuk itu, Indonesia sebagai negara berpenduduk terbesar keempat di dunia patut menjadi forum pertemuan,” kata Dr. Aru. Dengan isu yang diperjuangkan tersebut, akhirnya ‘pemenang’ jatuh pada Indonesia. Sejumlah alasan lain memuluskan jalan Indonesia. Rusia, ternyata tidak didukung oleh pemerintahnya karena sedang dilanda konflik internal. Berbeda dengan Indonesia, yang mendapat restu dari Menteri Kesehatan, Konsulat Jendral
di Australia, dan Gubernur Bali yang terkait dengan lokasi kongres. Meksiko, langkahnya terjegal karena pernah menjadi tuan rumah kongres yang sama dan sedang mengalami gangguan keamanan yang serius dengan adanya perang antara alat negara dan geng-geng narkotika. Sementara Afrika Selatan, yang memiliki peluang paling besar, ternyata organisasi ahli penyakit dalam negara ini belum lama tercatat bergabung dengan ISIM. Akhirnya, setelah diskusi yang berjalan dengan hangat Indonesia cukup berbangga menerima kehormatan untuk menjadi tuan rumah WCIM 2016. Dr. Aru yang berada di dalam sidang menarik nafas lega. Misi tercapai, dengan dukungan segenap internis Indonesia dari berbagai cabang yang hadir di Melbourne maupun yang berada di tanah air. Untuk informasi, Indonesia memiliki kontingen terbanyak pada kongres 2010 lalu, dengan jumlah kontingen sekitar 100 orang. “Ini merupakan prestasi bagi organisasi kita, dengan peran serta, dukungan, dan harapan dari semua cabang,” ujar Dr. Aru mengungkapkan rasa gembira dan terima kasihnya. Namun semua baru merupakan langkah awal menuju 2016. Sejumlah tanggung jawab yang membawa wajah Indonesia ke peta dunia menanti. Kongres di Bali nanti, merupakan kongres dunia perhimpunan pertama yang diselenggarakan di Indonesia. Kerja keras akan diminta dari seluruh anggota untuk membawa citra internis Indonesia di mata dunia. (HI)
Delegasi PAPDI pada WCIM 2014 bersama Executive Commmittee ISIM.
Edisi November 2014 Halo INTERNIS
23
KABAR PAPDI
Selamat atas terpilihnya DR. Dr. Aru W Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP
sebagai President Elect ISIM 2014 – 2016
24
Halo INTERNIS Edisi November 2014
KABAR PAPDI
Dr. R. Bramantono, SpPD, K-PTI, FINASIM:
Raih Best Poster Award di Ajang WCIM 2014 Seoul, Korea Selatan
Dr. FR. Bramantono, SpPD, K-PTI, FINASIM.
W
orld Congress of Internal Medicine 2014 di Seoul, Korea Selatan akhir Oktober lalu menjadi moment penting bagi Dr. R. Bramantono, SpPD, K-PTI, FINASIM. Pasalnya, pada perhelatan akbar dokter spesialis penyakit dalam sedunia ke 32 ini Dr. Bramantono meraih The Best Poster Award. Staf Divisi Tropik Infeksi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK Unair/RS Dr. Soetomo, Surabaya ini terpilih menjadi salah satu pemenang dari 20 pemenang lain dari berbagai negara. “Saya terpilih menjadi salah satu pemenang Best Poster Award WCIM 2014. Surabaya menjadi salah satu wakil dari Indonesia,” ungkapnya melalui surat elektronik.
INFORMASI PERSONAL : Nama : Dr. Bramantono, Sp.PD, KPTI, FINASIM Tempat/tanggal lahir : Surabaya, 13 Mei 1965 Alamat kantor : RSUD Dr. Soetomo FK UNAIR RIWAYAT PENDIDIKAN (mulai dari dokter umum) Dokter umum 1983 – 1989 Universitas Airlangga Dokter Spesialis Penyakit Dalam 1997 – 2005 Universitas Airlangga Dokter Spesialis Konsultan 2005 – 2013 RIWAYAT PEKERJAAN 2007 – sekarang Divisi Penyakit Tropik Infeksi; Depart. SMF Ilmu Penyakit Dalam; RSUD Dr. Soetomo (Staf) 2007 – sekarang Institute Tropical Diseases; Universitas Airlangga (Peneliti) 2007 - 2014 Ruang Rawat Inap Rosella 1 (Supervisor) 2011 – 2014 Instalasi Rawat Darurat RSUD Dr. Soetomo (Supervisor) 2014 Instalasi Rawat Darurat RSUD Dr. Soetomo (Koordinator)
Edisi November 2014 Halo INTERNIS
25
KABAR PAPDI
Dr. FR. Bramantono, SpPD, K-PTI, FINASIM bersama Ketum dan Sekjen PB PAPDI.
Penelitian yang dilakukan Dr. Bramantono bersama koleganya, DR. Dr. Agung Dwi Wahyu, Prof. Dr. Eddy Bagus Wasito, SpMK, memikat Organizing Committee (OC) Best Poster Award WCIM 2014. Pada event itu, Dr. Bra-
mantono membawakan penelitian bertajuk “Prevalence of Multi-Drugs Resistant (MDR) Gram Negative Bacteria Caused Bacteremia from Internal Ward, Dr Soetomo Hospital, Surabaya Indonesia”.
Dr. FR. Bramantono, SpPD, K-PTI, FINASIM beserta peserta WCIM 2014..
26
Halo INTERNIS Edisi November 2014
Penelitian tersebut dilakukan RS Dr. Soetomo Surabaya dalam kurun waktu sejak 2010 sampai 2014. Hasilnya, prevalensi MDR gram negatif berubah tiap tahunnya dengan dominasi Acinobacter baumanii dan peka terhadap antibiotika golongan karbapenem. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui data-data kuman kebal antibiotika serta hasil kepekaan antibiotika yang nantinya berguna bagi RS Dr. Soetomo Surabaya dalam membuat kebijakan pedoman terapi khususnya penderitas sepsis gram negatif. WCIM merupakan kongres perhimpunan dokter spesialis penyakit dalam sedunia (ISIM) yang diselenggarakan setiap dua tahun. Pada WCIM 2014 mengusung tema “Internal Medicine & Beyond: Toward a Healthier World” dan dihadiri hampir 7000 peserta dari seluruh dunia. WCIM 2016 akan diselenggarakan di Bali, Indonesia! Selamat Dr. Bramantono.
KABAR PAPDI
Dr. Sally A. Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM, FACP Sekretaris Jenderal PB PAPDI
AFIM : Kolaborasi
di Bidang CPD
P
eran PAPDI kian menggeliat baik di kancah regional maupun international. Di kawasan Asia Tenggara, PAPDI terlibat aktif bersama perhimpunan dokter spesialis penyakit dalam dari negara-negara ASEAN membidani ASEAN of Federation of Internal Medicine (AFIM), Sejak dilontarkan gagasan menghidupkan kembali AFIM pada WCIM 2008 di Buenos Aires, Argentina, pertemuan demi pertemuan telah diselenggarakan di negaranegara ASEAN. Pada tahun 2014 ini, pertemuan AFIM kembali diselenggarakan di Pattaya, Thailand, April 2014 lalu. Pertemuan yang bersamaan dengan The Royal College of Physicians of Thailand ini membahas agenda internal organisasi AFIM. Awalnya, pertemuan AFIM tahun ini direncanakan akan diselenggarakan di Malaysia dan Singapura. Namun, Malaysia belum siap sebagai tuan rumah pertemuan AFIM. Sementara Singapura masih terganjal oleh masalah internal mereka. “Semestinya tahun ini di Malaysia dan Singapura. Tapi Malaysia tidak perform. Sedangkan Singapura masih ada kendala konsolidasi internal,” kata Sekretaris Jenderal PB PAPDI Dr. Sally Aman Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM, FACP salah satu delegasi PAPDI yang aktif pada AFIM. Dr. Sally melanjutkan pada pertemuan AFIM di Pattaya, dibicarakan soal legalitas organisasi. Mengingat ketua dan pengurus AFIM yang berganti-gantian, maka timbul kendala di negera mana legalitasnya akan ditetapkan. “AFIM ingin memiliki by laws, mau didaftarkan dimana? Kita kesulitan ingin dilegalkan di negara mana. Sementara ini by laws sedang dicoba diajukan di bawah Kementerian Hukum Filipina. Legalitasnya belum disahkan. Kami sedang menunggu hasil assesment, kami mau lihat agar tak ada pihak yang dirugikan,” ujar Dr. Sally
Berbagai perbedaan mewarnai pertemuan AFIM tersebut. Para delegasi bertemu pada satu titik, yaitu “harmonisasi”. Perbedaan yang menyelimuti tiap-tiap anggota AFIM menjadi warna sendiri dan saling memahami dan menghargai.
Dr. Sally beserta anggota AFIM pada AFIM Meeting di Pattaya, Thailand, April 2014.
AFIM merupakan organisasi profesi non profit. Menurut Dr. Sally perangkat yang terkait organisasi dan kepengurusannya sudah dibahas. Loga AFIM pun sudah disepakati yang mewakili bendera negara-negara anggota. “Kita surat menyurat melalui surat elektronik telah menggunakan logo AFIM, tapi untuk urusan eksternal, kita be-
lum bisa menggunakan logo tersebut,” katanya. Selain mengagendakan legalitas organisasi, pertemuan AFIM juga membahas bagaimana sistem pendidikan penyakit dalam dan kegiatan-kegiatan perhimpunan profesi penyakit dalam di masing-masing negara anggota AFIM. Berbagai perbedaan mewar-
Edisi November 2014 Halo INTERNIS
27
KABAR PAPDI
”
Masing-masing negara anggota AFIM bertahan dengan pendapatnya, termasuk Indonesia. dengan demikian kita mencari kesamaankesamaan yang dapat disatukan. Prinsipnya, bagaimana mempermudah anggota AFIM tanpa mengorbankan kepentingan dokter di negara masing-masing.
nai pertemuan AFIM tersebut. Bahkan perbedaan yang paling mendasar seperti sistem pendidikan menjadi perdebatan yang panjang. Masing-masing negara ASEAN berbeda dalam sistem pendidikan ilmu penyakit dalam. Misalnya, Indonesia berbeda dengan Filipina. Sistem pendidikan ilmu penyakit dalam di Indonesia berdasarkan university based, sedangkan Filipina menerapkan hospital based. “Mesti kompetensi ilmu penyakit dalamnya sama, namun sistem pendidikannya berbeda. Berbagai hal dipertanyaan dalam pertemuan AFIM, seperti kenapa internis dari Filipina mesti melakukan adaptasi pendidikan penyakit dalam dulu ketika ingin praktek di Indonesia. Sulit untuk disatukan,” kata Dr. Sally. Pengurus AFIM memutar otak untuk mencari celah yang dapat menjembatani perbedaan tersebut. Pada akhirnya, lanjut Dr. Sally, para delegasi bertemu pada satu titik, yaitu “harmonisasi”. Perbedaan yang menyelimuti tiap-tiap anggota AFIM menjadi warna sendiri dan saling memahami dan menghargai. Namun kesamaan yang terbentang disatukan untuk bersama-sama menjalankan roda kepengurusan AFIM. ”Masing-masing negara anggota AFIM bertahan dengan pendapatnya, termasuk Indonesia. dengan demikian kita mencari kesamaan-kesamaan yang dapat disatukan.
28
”
Prinsipnya, bagaimana mempermudah anggota AFIM tanpa mengorbankan kepentingan dokter di negara masing-masing,” kata Dr. Sally mengulang kata-kata Ketua AFIM Oscar Cabahug MD, FACP dari Filipina. Ke depan, AFIM lebih menitikberatkan pada kegiatan Continuing Professionalism Development (CPD). Bersama-sama internis dari negara ASEAN akan melakukan kegiatan-kegiatan ilmiah seperti training, workshop dan lain-lain. Kegiatan yang sudah berlangsung menjadi pembicara di pertemuan ilmiah di negara anggota. “Pertemuan ilmiah yang diselenggarakan negara anggota akan melibatkan internis dari negara lain sebagai pembicara. Rencananya, pertemuaan AFIM 2015 akan diadakan di Bangkok bersamaan dengan Royal College Physician, April 2015. Dan pertemuaan selanjutnya di Indonesia bersamaan dengan World Congress of Internal Medicine (WCIM) 2016,” kata Dr. Sally.
Sekilas Perjalanan AFIM Perwakilan organisasi profesi ilmu penyakit dalam dari beberapa Negara ASEAN telah melakukan beberapa kali pertemuan untuk membahas terkait AFTA 2015. Wa-
Halo INTERNIS Edisi November 2014
cana ini pertama kali disampaikan pada WCIM 2008 di Buenos Aires, Argentina. Kemudian dilanjutkan pada Annual Meeting Philippine College Physician (PCP) di Manila. Pada pertemuan pertama organisasi profesi ilmu penyakit dalam Negara-negara ASEAN di Filipina, dari Indonesia di wakili Ketua Umum PB PAPDI, DR. Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP, Sekretaris Jenderal PB PAPDI Dr. Chairul R. Nasution SpPD, K-GEH, FINASIM, MKes, FACP dan Czeresna Heriawan Soejono, SpPD, K-Ger, FINASIM, MEpid, FACP. Mereka menghidupkan kembali AFIM, yang telah beberapa tahun “mati suri”. Lewat AFIM mereka bertemu membahas amanat harmonisasi ASEAN ini. Filipina merupakan negara yang aktif menghidupkan kembali AFIM. Pada pertemuan selanjutnya juga di Filipina, saat itu, Dr. Sally, wakil dari Indonesia, memaparkan kondisi ilmu penyakit dalam yang berjalan di Indonesia. Begitu pula dari negara ASEAN lain. “Masing-masing perwakilan mengelaborasi sistem yang dimiliki. Satu sama lainnya sangat berbeda. Singapura dan Malaysia agak relaktan. Ternyata tak mudah menyatukannya” ujar Kardiolog ini. Pada pertemuan itu, diakui Dr. Sally, Indonesia ditunjuk sebagai first congress of AFIM dalam waktu dekat ini. Namun Dr. Sally keberatan untuk diadakannya kongres di Indonesia.”Karena pada tahun 2012 kita sudah ada Kopapdi, our national congress, di Medan. Acara ini merupakan internal PAPDI, jadi tidak mungkin diubah menjadi kongres AFIM,” katanya. “Disepakati hanya pertemuan AFIM di Indonesia, yang bersamaan dengan KOPAPDI 2012 di Medan.” Kongres AFIM pertama bersamaan dengan kongres Philipine College of Physicians (PCP) yang diselenggarakan di Filipina, 5-8 Mei 2013. selanjut pertemuan AFIM pada tahunn 2013 di Pattaya, Thailand yang juga bersamaan dengan Annual Meeting The Royal College of Physicians of Thailand, April 2013. Indonesia kembali menjadi tuan rumah pertemuan AFIM pada 2016 bertepatan denngan WCIM di Bali. “PAPDI turut aktif dalam upaya mewujudkan komunitas regional ini. Perkembangan dari pertemuan AFIM perlu disosialisasikan kepada anggota PAPDI agar lebih siap menghadapi liberalisasi di kawasan ASEAN ini,” ujar Dr. Sally. (HI)
PROFIL
Dr. Chairul Radjab Nasution, SpPD, K-GEH, FINASIM, FACP, M.Kes Direktur Bina Upaya Kesehatan Rujukan Kementerian Kesehatan RI
Menjadi dokter adalah pekerjaan mulia, namun tugas manajerial dalam jabatan birokrasi tak kalah penting. Lewat tugas manajerial, dapat dibuat sistem yang memudahkan tugas para dokter. Semua harus seiring sejalan.
Edisi November 2014 Halo INTERNIS
29
PROFIL
T
ak ada yang menyadari, sebuah titel dokter tersemat di tanda tangan milik Dr. Chairul Radjab Nasution. Padahal ketika itu usianya masih belasan dan baru duduk di bangku SMP. Itulah keteguhan Dr. Chairul dalam mewujudkan citacitanya menjadi dokter. Lahir dan tumbuh besar di Sumatera Utara, dari pasangan suami istri dari keluarga sederhana. Ibunya seorang guru di Sekolah Kepandaian Putri dan ayahnya pegawai di Bea Cukai, Departemen Keuangan. Ayahnya meninggal dunia ketika Dr. Chairul berusia 10 tahun, sang ibu seorang diri membesarkan Dr. Chairul dan tiga orang adiknya. Setiap kali berkunjung ke dokter ketika sakit, Dr. Chairul selalu kagum melihat sosok dokter. Dengan jas putih, penuh kesabaran dan selalu siap menjawab pertanyaan dan menjelaskan penyakit maupun obat pada pasien. “Bahkan ketika itu saya menilai dokter adalah wakil Tuhan, mereka sangat helpful. Itulah yang membuat saya bercitacita menjadi dokter,” Dr. Chairul berkisah. Tak seperti kebanyakan orang yang kerap mengubah cita-citanya saat kecil, Dr. Chairul selalu konsisten. Ketika lulus dari bangku SMA, Dr. Chairul memilih Fakultas Kedokteran di Universitas Sumatera Utara dan Universitas Indonesia sebagai tempat untuk melanjutkan pendidikan dan mewujudkan cita-citanya. “Alhamdulillah, saya di terima di dua tempat itu. Tetapi saya menjatuhkan pilihan untuk kuliah di FKUI, karena ketika itu FK USU masa pendidikannya jauh lebih lama dibandingkan dengan UI,” ujar Dr. Chairul. Dr. Chairul pun menjadi anak rantau, tinggal seorang diri di Jakarta untuk menjalani pendidikan. Tahun 1977 Chairul tercatat sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran UI dan pada Desember 1982 Chairul resmi menyandang gelar dokter. Goresan titel dokter di tandatangannya benar-benar dibuktikan oleh Dr. Chairul bukan sekedar goresan. Dr. Chairul muda penuh dengan idealisme. Jika kebanyakan dokter memilih untuk menghindar dari tempat terpencil, Dr. Chairul justru meminta pada Departemen Kesehatan agar ditugaskan di wilayah terpencil di tanah kelahirannya. Jadilah Dr. Chairul sebagai dokter Inpres di salah satu Puskesmas di Pulau Nias. Profesionalisme dan rasa kemanusiaan
30
Dr. Chairul teruji di tempat yang memiliki pantai indah namun minim fasilitas ketika itu. Waktu tugas yang seharusnya hanya satu tahun dijalani lebih dari satu setengah tahun karena dokter pengganti tak kunjung tiba. Namun Dr. Chairul menjalani tugas dengan penuh rasa syukur dan bertanggungjawab. Tak heran, jika Kepala Dinas kesehatan meminta pada Dr. Chairul untuk bersekolah Management Public Health di Bangkok lewat program beasiswa. ”Nanti kalau kamu balik ke sini kamu menggantikan saya sebagai kepala dinas,” Dr. Chairul mengikuti perkataan Dr. ST Goeltom yang ketika itu menjabat sebagai Kepala Dinas Kesehatan Kepulauan Nias. Batin Dr. Chairul bergolak, antara ingin menerima tawaran atau tetap berpraktek sebagai dokter. Jika Dr. Chairul memilih untuk bersekolah, ini berarti dia harus fokus pada tugas manajerial yang juga disukai olehnya. Maklum saja, organisasi bukan hal yang baru bagi ayah tiga orang anak ini. Semasa sekolah, Dr. Chairul selalu didapuk sebagai ketua kelas dan aktif sebagai pengurus organisasi kesiswaan di sekolah. ”Tetapi di sudut hati kecil saya bersuara, saya inikan dokter, sebagai dokter saya harus mengobati orang sakit dan menolong sesama, karena itulah sumpah yang saya ucapkan sebagai dokter. Akhirnya lewat pergulatan yang tak mudah, saya putuskan untuk menolak tawaran beasiswa tersebut,” Perjalanan penting kembali ditoreh oleh Dr. Chairul ketika pada 1985 dia memutuskan untuk mendaftar dan kembali belajar untuk mendalami penyakit dalam. Bukan tanpa alasan Dr. Chairul memilih penyakit dalam sebagai spesialisasinya. ”Saya ingin menguasai ilmu kedokteran, menurut pandangan saya jika kita ingin menguasai ilmu kedokteran maka kuasailah ilmu penyakit dalam. Ilmu penyakit dalam itu sangat luas, jadi kalau ingin menguasai ilmu kedokteran ya harus menguasai ilmu penyakit dalam. Tanpa mengecilkan ilmu-ilmu yang lain.” Dr. Chairul harus bersaing dengan puluhan dokter yang mendaftar. Dibandingkan yang lain, Dr. Chairul bukan saja berusia paling muda, tetapi juga Dr. Chairul dibandingkan dengan dokter lainnya hanya memiliki pengalaman bertugas di daerah
Halo INTERNIS Edisi November 2014
PROFIL
yang paling sebentar. ”Kebanyakan sudah di atas lima tahun, sedangkan saya baru satu setengah tahun,” katanya. Ada pertanyaan yang menggelitik ketika Dr. Chairul menjalani credensial, ”Anda ini masih sangat muda, lalu bagaimana kalau anda tidak kami terima karena banyak dokter yang lebih senior.” Dr. Chairul menjawab, ”Kalaulah saya tidak diterima di bagian penyakit dalam, saya akan tetap mencari dan berusaha menjadi bagian penyakit dalam, centre atau di universitas lain. Tapi, UI adalah almamater saya, tentunya saya sangat berharap bisa diterima di almamater saya. Dan saya bisa berbuat yang lebih baik jika saya diterima di almamater saya. Alhamdullillah, 1 April 1985 saya mendapat surat untuk memulai pendidikan. Yang mendaftar ada sekitar 20 orang dan yang terpilih hanya 7 orang. Dan dari 7 orang itu, usia saya yang paling muda.” Dr. Chairul mengikuti pendidikan pada
umumnya dan bisa menyelesaikan di tahun 1991. Ketika itu pendidikan penyakit ditempuh dalam waktu 5 sampai dengan 6 tahun lamanya. ”Itu sudah termasuk cepat, karena putarannya banyak sekali. Beda dengan sekarang, sudah banyak pengurangan-pengurangan,” urai Dr. Chairul. Sejak menjadi dokter spesialis, Dr. Chairul selalu aktif. Dia pernah menjadi sekretaris IDI Jakarta Selatan pada 1995, dan mulai aktif di PAPDI, ketika PAPDI dipimpin oleh DR. Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP, sebagai Ketua Umum, sedangkan Dr. Chairul menjabat sebagai Sekjen PB PAPDI. Di PAPDI Dr. Chairul bersama Dr. Aru, Dr. Sally serta pengurus lain aktif membangun sistem organisasi yang lebih profesional. Membangun sistem manajemen yang kuat, bagaimana membangun sistem keuangan, rekruitmen, yang menyangkut persyaratan, termasuk juga staf sekretariat di kantor yang mengurus operasional. ”Saya
katakan ke Dr. Aru, yang tak kalah penting dari itu semua kita harus mandiri dan pindah dari RSCM yang selama ini menjadi sekretariat. Saya ingin menghapus anggapan bahwa PAPDI hanyalah milik dokter-dokter di RSCM. Apapun caranya harus keluar, dengan tertatih-tatih kita pindah ke Cikini. Itu adalah terobosan yang luar biasa, meski harus diakui itu sangat berat.” Pada masa itu Dr. Aru dan Dr. Chairul bak dwi tunggal yang penuh kerjakeras membangun dan membesarkan PAPDI. Mereka juga sudah mulai menerapkan komunikasi dengan PAPDI di seluruh Indonesia. Mulai Jumat, Sabtu, Minggu mereka dedikasikan untuk PAPDI. ”Saya katakan ke Dr. Aru, memang ada konsekuensinya, praktek harus kita tinggalkan. Kita harus fokus. Karena ketika kita diberi kepercayaan dan amanah untuk memimpin organisasi sehingga harus menjalankan amanah dengan baik. Dan ketika itulah terjalin komunikasi dengan baik, karena
Edisi November 2014 Halo INTERNIS
31
PROFIL pada weekend kami berada di daerah. Mendengarkan masukan, aspirasi dan seterusnya dari daerah-daerah sehingga kami tahu persis apa yang menjadi kebutuhan daerah. Dengan langkah itu juga menjadikan PAPDI sebagai organisasi profesi menjadi milik bersama. Itulah yang terus kita bangun, dan satu hal lagi itu akan berdampak pada seluruh anggota PAPDI yaitu keper-
ngan menunjukkan prosionalisme di organisasi, ini sangat luar biasa, mereka merasa bangga dan merasa perlu ikut masuk dalam PAPDI,” lanjut Dr. Chairul. Tak berhenti sampai disitu, PAPDI juga mengeluarkan fellow of Indonesian society inter medicine yang diberikan kepada anggota PAPDI yang memang mempunyai nilai tambah dalam menjalani tugas profesinya
Banyak kenangan yang tak terlupakan. Namun pengalaman berharga yang terus Chairul kenang adalah ketika menjadi tim kesehatan di Tanah Suci. ”Di sana saya bukan hanya menjadi dokter tetapi juga mengurus manajerial, bagaimana memanage tenaga kesehatan yang jumlahnya 900 orang. Bagaimana mengendalikan yang di Jeddah lalu Madinah, itu menjadi modal dan pegangan saya saat ini yang akhirnya menjadi birokrat murni. Itu suatu pengalaman yang sangat berharga.” cayaan (trust) pada organisasi yang diikuti. Bagaimana kita tahu persis masalah-masalah di lapangan, masalah hukum, dan yang lainnya, yang kita bisa bantu advokasi untuk anggota-anggota. Ini sangat luar biasa,” kata Dr. Chairul panjang lebar. PAPDI ketika itu juga melakukan education untuk anggota. Yang paling membahagiakan PAPDI sekarang sudah memiliki cabang sebanyak 34. ”Inilah situasi yang kita kerjakan sehingga PAPDI ini benar-benar menjadi organisasi profesi yang baik dan profesional sehingga nantinya siap menerima peran-peran dari pemerintah dalam rangka penataan pembinaan para dokter ahli,” katanya. Dengan pembinaan organisasi yang profesional, maka setiap dokter penyakit dalam merasa perlu untuk bergabung. ”Kalau memang orang itu tidak melihat profesionalisme di organisasi, di daerah, cabang dan seterusnya tentu orang akan berpikir kalau harus ikut masuk ke organisasi. Tetapi de-
32
secara profesionalisme. Kaderisasi juga sangat baik, PAPDI semakin tertata lagi. Tanpa bermaksud membanggakan diri, Dr. Chairul menilai di masa kepemimpinan Dr. Aru sebagai Ketua dan Dr. Chairul sebagai Sekjen PAPDI mengalami perubahan yang luar biasa. ”Di masa itulah PAPDI tercatat menjadi wajib pajak. Suatu terobosan yang luar biasa, dan untuk menyampaikan gagasan itu kepada seluruh anggota bukan hal mudah. Melalui pendekatan kepada mereka agar mau menjadi wajib pajak. Karena sejak dulu PAPDI hanya dianggap sebagai komunitas, padahal kami adalah organisasi.” Dan Dr. Chairul yang kebetulan berada di pemerintahan berharap bisa bersinergi dengan PAPDI. ”Saya sebagai Direktur Bina
Halo INTERNIS Edisi November 2014
Upaya Kesehatan Rujukan Kementrian Kesehatan RI sangat berharap PAPDI dan organisasi dokter lainnya dapat menjadi partner terkait distribusi dokter di Indonesia, lalu bagaimana tindakan-tindakan pendidikan, sampai hal-hal di dalam kualifikasi dan seterusnya. Ini yang penting. Saya melihat PAPDI adalah partner, karena PAPDI memiliki data berapa jumlah dokter dan di mana keberadaannya.” Sebagai dokter sekaligus sebagai birokrat bagaikan mata uang, memiliki dua sisi yang berbeda namun berada dalam satu kesatuan. Tak banyak orang yang seperti Dr. Chairul. Tercatat sebagai seorang dokter spesialis dan juga sebagai manajer di birokrasi. Biasanya orang akan memilih menjadi birokrat murni atau menjadi profesional. ”Saya bisa membuktikan bahwa dua kubu itu bisa saya jalani seiring sejalan. Meskipun menjadi berat karena harus kerjakeras dari pagi sampai sore, bagaimana menjalankan tugas sebagai direktur lalu setelah itu berprofesi sebagai dokter spesialis,” kata Dr. Chairul. Kerap terjadi ketika Dr. Chairul sedang memimpin rapat dan harus berbicara tentang manajerial, tiba-tiba ada telepon dari ICU bertanya langkah yang harus dilakukan untuk pasien. ”Saya harus dengan segera mengubah apa yang ada di otak. Dan itu saya lakukan selama bertahun-tahun.” Asam manis pengalaman sudah pernah dilalui oleh Dr. Chairul. Banyak kenangan yang tak terlupakan. Namun pengalaman berharga yang terus Dr. Chairul kenang adalah ketika menjadi tim kesehatan di Tanah Suci. ”Di sana saya bukan hanya menjadi dokter tetapi juga mengurus manajerial, bagaimana memanage tenaga kesehatan yang jumlahnya 900 orang. Bagaimana mengendalikan yang di Jeddah lalu Madinah, itu menjadi modal dan pegangan saya saat ini yang akhirnya menjadi birokrat murni. Itu suatu pengalaman yang sangat berharga. Bagi saya menjalani kehidupan itu, asal niat siap dan terus bekerja keras, semua akan bisa berjalan,” pungkasnya. (HI)
KABAR PAPDI
KONKER XIII PB PAPDI:
Mengawal JKN dan
Menyongsong AEC 2015 KONKER ini akan menggodok isu-isu strategis terkait kebijakan pemerintah mengenai kesehatan. Mengevaluasi program-program yang telah ditetapkan dalam renstra serta pembenahan pada organisasi PAPDI dalam memasuki era globalisasi.
P
APDI cabang Yogyakarta berhasil “mencuri hati” peserta sidang pleno Kongres Nasional Perhimpunan Dokter Spesialis Dokter Penyakit Dalam Indonesia (KOPAPDI) XV, di Medan, akhir Desember 2012 silam. Saat pemilihan tuan rumah konferensi kerja (KONKER)
PAPDI XIII, PAPDI cabang Yogyakarta bak kuda hitam mengungguli kandidat-kandidat lainnya. Padahal, dari empat cabang yang maju menjadi kandidat tuan rumah, ketika bidding, cabang Yogyakarta terbilang paling sederhana dan kalem. Berbeda dengan kandidat lain. Setiap
Dr. Ibnu Purwanto saat bidding tuan rumah Konker di KOPAPDI XV Medan.
wakil mempresentasikan kelebihan-kelebihan ”rumah” mereka dengan gaya dan karakter masing-masing. Ada yang menampilkan presentasi melalui video atraktif, seperti yang dilakukan oleh perwakilan PAPDI cabang Bogor. Beberapa cabang bahkan cukup ”provokatif” dalam menawarkan serangkaian kelebihan daerahnya, mulai dari penawaran hotel terbaik, tempat wisata terbaik, akses transportasi termudah, pun penawaran diskon pada tempat wisata dan belanja. Namun ketika voting, hasilnya, PAPDI cabang Yogyakarta berhasil mengantongi 15 suara. Sedangkan diposisi kedua adalah PAPDI cabang Bogor dengan 9 suara. Selanjutnya diikuti PAPDI cabang Sumatera Selatan dengan 5 suara, terakhir PAPDI cabang Malang memperoleh 4 suara. “Ini suatu kehormatan bagi kami dipercaya oleh sejawat untuk menyelenggarakan KONKER PAPDI 2014. Kami yang terpilih saat itu lebih karena hubungan baik dengan cabang-cabang lain, disamping fasilitas dan sarana yang sangat menunjang, serta wisata budaya, alam, dan kuliner yang menarik dan tersohor,” kata Ketua PAPDI cabang Yogyakarta Dr. Ibnu Purwanto, SpPD, KHOM, FINASIM. Konferensi Kerja (KONKER) PAPDI XIII terbagi dua agenda besar, yaitu sidang organisasi dan simposium ilmiah. Kegiatan ini akan berlangsung dari 27-30 November 2014 di Hotel Sheraton Mustika Yogyakarta. Acara dimulai dengan sidang organisasi pada dua hari pertama dan dua hari terakhir diisi dengan kegiatan continuing professionalism development (CPD). Selain itu panitia juga mengadakan lomba poster ilmiah yang pemenangnya akan diumumkan di penutup KONKER XIII. “Semua berkolaborasi baik pengurus cabang, anggota dan PPDS ilmu penyakit dalam FK UGM/RS UP Dr. Sardjito Yogyakarta mensukseskan
Edisi November 2014 Halo INTERNIS
33
KABAR PAPDI
KONKER ini,” kata Dr. Ibnu Purwanto yang juga Ketua Panitia KONKER XIII. KONKER PAPDI merupakan kegiatan organisasi yang rutin diselenggarakan sekurang-kurangnya tiga tahun sekali. Agenda utama KONKER adalah sidang organisasi yang dihadiri oleh seluruh delegasi PAPDI cabang di Indonesia. Sidang organisasi membahas program-program PAPDI yang telah dilaksanakan, isu-isu terkini di bidang kedokteran, masalah-masalah internal organisasi. Peserta sidang akan dibagi lima kelompok sidang komisi. Setiap komisi diwakili oleh pengurus cabang dan pengurus PB PAPDI. “KONKER ini akan menggodok isu-isu strategis terkait kebijakan pemerintah mengenai kesehatan. Mengevaluasi programprogram yang telah ditetapkan dalam renstra serta pembenahan pada organisasi PAPDI dalam memasuki era globalisasi. Kesepakatan yang dihasilkan pada KONKER kali ini akan menjadi acuan serta pegangan untuk kepengurusan PB PAPDI dan PAPDI cabang pada periode kepengurusan berikutnya,” kata Ketua Umum PB PAPDI Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP.
Dr. Ibnu Purwanto.
KONKER kali ini mengusung tema “Peran PAPDI dalam Menghadapi Era Jaminan Kesehatan Nasional(JKN) 2014 dan Asean Economic Community (AEC) 2015”. Tema ini menarik dan akan menjadi perdebatan dalam sidang-sidang organisasi. Pasalnya, Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang
Sidang Komisi KONKER XIII PAPDI, Yogyakarta, Komisi 1 : Organisasi dan Advokasi Komisi 2 : Humas, Publikasi dan Media serta Kemitraan Komisi 3 : Pengembangan Profesi, CPD/P2KB, FELLOW dan EIMED Komisi 4 : Bidang Sp 1 (KIPD) Komisi 5 : Bidang Sp 2 (KIPD)
34
Halo INTERNIS Edisi November 2014
baru berlaku sejak Januari 2014 mengubah tatanan sistem pelayanan kesehatan di Indonesia. Pelayanan kesehatan di era JKN ini menerapkan sistem rujukan dengan pembiayaan berbasis asuransi. “PAPDI mendukung program pemerintah JKN. PAPDI berupaya memegang kendali mutu dengan menghimbau anggotanya selalu memberikan pelayanan kesehatan terbaik kepada masyarakat dan aktif mengikuti program CPD untuk meng up date kemampuannya dalam rangka menghadapi era globalisasi,” ujar Prof. Idrus. Hal senada juga disampaikan Dr. Ibnu Purwanto. Ketua cabang Yogyakarta itu menegaskan PAPDI berperan aktif dalam mengawal JKN dan mengantisipasi AFTA 2015 dengan meningkatkan kompetensi anggotanya agar tidak kalah dengan dokter-dokter asing. KONKER ini, tambah Dr. Ibnu Purwanto, selain sidang organisasi juga diselenggarakan pertemuan ilmiah. Acara ini akan diadakan dua hari terakhir dengan topik-topik yang up to date. Disamping itu, panitia juga telah menyiapkan Ladies Program untuk para pendamping pada Jumat pagi mengunjungi Kali Urang, dilanjutkan belanja tas merek Gendis dan ke sentra batik alusan. Kemudian makan siang di Jejamuran dan berakhir di sentra kerajinan Kasongan, Bantul.. Panitia mengundang para internis untuk menghadiri acara ini dan berharap acara ini dapat berjalan dengan baik dengan menghasilkan keputusan-keputusan strategis guna menyongsong era globalisasi. (HI)
KABAR PAPDI
PIN PB PAPDI XII Surabaya:
Perkuat Kompetensi Hadapi Globalisasi Di Jatim setiap tahun diperkirakan sekitar 2 trilyun dana mengalir untuk berobat ke negaranegara tetangga. Populasi penduduk yang besar menjadi daya tarik tenaga kesehatan asing praktik di Indonesia. Mereka bekerja mencari uang disini, boleh jadi bila ada musibah atau huru hara mereka akan kembali ke negaranya.
T
ari Remo meriahkan pembukaan PIN PB PAPDI XII Surabaya. Sekitar 20 mahasiswa PPDS Ilmu Penyakit Dalam FK Unair dengan berpakaian
tradisional Jawa Timur bergerak dinamis seiring irama musik seruling dan gambang. Dengan posisi kuda-kuda, penari memperagakan gerakan indah penuh semangat. Mereka melakukan gerakan simbolis sebagai tanda penghormatan sekaligus menyambut Wakil Gubernur Jawa Timur Drs. Saifullah Yusuf, Kepala Dinas Kesehatan, Ketua IDI Wilayah, Ketua PB PAPDI dan lebih dari seribu peserta PIN PAPDI XII yang diiselenggarakan di Hotel Shangri-La, Surabaya, 5 – 7 September 2014 lalu. Prosesi pembukaan berlangsung khidmat. Peserta dan tamu bersama-sama menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Mars PAPDI. Puncak acara berupa peresmian PIN XII Surabaya yang ditandai dengan pemukulan gong oleh Wakil Gubernur Jawa
Wakil Gubernur Jawa Timur Drs. Saefullah Yusuf membuka Pameran Farmasi dan Alkes pada PIN XII Surabaya.
Edisi November 2014 Halo INTERNIS
35
KABAR PAPDI
Wakil Gubernur Jawa Timur Drs. Saefullah Yusuf membuka PIN XII Surabaya.
Timur Drs. Saifullah Yusuf yang diiiringi Ketua Umum PB PAPDI, Ketua IDI Wilayah Jawa Timur dan Ketua PAPDI cabang Jawa Timur. Pada kesempatan itu, Gus Ipul, begitu Drs. Saifullah Yusuf biasa disapa, ia memberi apresiasi yang tinggi kepada PB PAPDI
yang telah memilih Surabaya sebagai tempat penyelenggaraan PIN PAPDI XII. “Kami bersyukur Surabaya menjadi tempat berlangsungnya pertemuan ilmiah nasional dokter spesialis penyakit dalam, semoga kegiatan ini menjadi suatu hal berharga dalam meningkatkan pelayanan kesehatan
Suasana pembukaan PIN XII Surabaya.
36
Halo INTERNIS Edisi November 2014
di Surabaya,” katanya berharap. Dalam sambutannya, mantan Menteri Perumahan Rakyat ini menggambarkan anatomi terkini kesehatan di Jawa Timur. Persoalan kesehatan di Jatim saat ini, yaitu membenahi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan liberalisasi tenaga kesehatan, di sampinng persoalan masiih tingginya kasus infeksi dan HIV/AIDS. Sejak diberlakukannya SJSN awal Januari 2014 lalu, RSUD Dr. Soetomo Surabaya mengalami peningkatan jumlah pasien. Perbandingan jumlah pasien dan fasitas kesehatan rumah sakit tidak seimbang. Pasien BPJS lebih banyak langsung menyambangi RSUD Dr. Soetomo dibanding ke fasilitas kesehatan layanan primer. “Ini menyebabkan RS Dr. Soetomo kebanjiran pasien, sehingga pelayanan kesehatan tidak berjalan baik. Kami berkoordinasi dengan instansi terkait seperti IDI membenahi persoalan ini,” katanya Selain itu, AFTA 2015 sudah di depan mata. Liberalisasi tenaga kesehatan dan investasi asing di bidang kesehatan tak dapat dipungkiri. Tenaga kesehatan seperti dokter dan perawat dari negara-negara tetanggga tertarik bekerja di Indonesia. “Populasi penduduk yang besar menjadi daya tarik tenaga kesehatan asing praktik di Indonesia. Mereka bekerja mencari uang disini, boleh jadi bila ada musibah atau huru
KABAR PAPDI
Dr. Ari Fahrial Syam, Ketua Panitia PIN XII Surabaya.
hara mereka akan kembali ke negaranya,” tegas Gus Ipul. Di Jatim, masyarakat yang berobat keluar negeri selalu meningkat. Setiap tahun diperkirakan sekitar 2 trilyun dana mengalir untuk berobat ke negara-negara tetangga
Prof. Idrus Alwi, Ketua Umum PB PAPDI.
terutama Singapura dan Malaysia. Sedangkan uang yang mengalir secara nasional, ke luar negeri untuk berobat dipastikan jauh lebih besar. “Hal ini harus dimanfaatkan para stakeholder di bidang kesehatan agar uang masyarakat Jatim untuk kesehatan
tetap mengalir di Jatim atau di daerah lain di Indonesia,” ujarnya. Upaya menekan liberalisasi tenaga kesehatan, kata Gus Ipul, ialah dengan memperketat regulasi tenaga kesehatan asing masuk ke Indonesia. Ia mencontohkan apa
Plenary Lecture oleh Wakil Gubernur Jawa Timur Drs. Saefullah Yusuf.
Edisi November 2014 Halo INTERNIS
37
KABAR PAPDI yang dilakukan oleh banyak negara yaitu dengan menambah syarat yang memberatkan bagi tenaga kesehatan asing untuk dapat praktik di Indonesia. bersamaan dengan itu, dokter-dokter lokal terus meningkatkan kemampuannya untuk memberikan pelayanan kesehatan terbaik. ”Kita bersyukur ahli penyakit dalam selalu mengembangkan dan meningkatkan kemampuannya, ini menjadi modal dalam menghadap liberalisasi di bidang kesehatan,” ungkap pria berkumis ini. Hal senada disampaikan Ketua Umum PB PAPDI Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP. Prof. Idrus mengatakan PB PAPDI selalu menjunjung tinggi sikap professionalitas dengan selalu meningkatkan kemampuan klinis dan diagnostik para internis agar dapat memberikan pelayanan kesehatan terbaik kepada masyarakat. Seiring kian berkembangnya ilmu penyakit dalam, baik ilmu dasar maupun klinis, maka PB PAPDI dalam program kerjanya mengedepankan pendidikan kedokteran berkelanjutan (CPD). Beragam program CPD diseleng-
38
garakan PB PAPDI, diantaranya PIN, roadshow ke daerah-daerah yang jauh dari pusat pendidikan kedokteran, CME online yang dapat meningkatkan kompetensi lewat dunia maya sambil berdiskusi interaktif bersama para pakar dan lain-lain.”anggota PAPDI hendaknya terus mengupdate pengetahuan dan kemampuannnya agar dapat memberikan pelayanan kesehatan terbaik kepada masyarakat,” ujarnya. PIN XII kali ini merupakan pertemuan ilmiah nasional dengan jumlah peserta terbesar. Peserta yang kebanyakan internis dan dokter umum tumpah ruah di Hotel Shangrila. Panitia mengagendakan 62 workshop, 14 simposium dan satu sesi kuliah tamu. Simposium diawali dengan kuliah tamu yang mengangkat tema “Peningkatan Kualitas Pelayanan Kesehatan Sekunder dan Tersier di Era BPJS dan Globalisasi” oleh Mohammad Edison dari Badan Pelaksana Jaminan Sosial (BPJS). Kemudian, acara dilanjutkan dengan workshop yang dilakukan secara paralel dengan tema sesuai dengan disiplin ilmu penyakit dalam. “PIN XII merupakan PIN dengan jumlah peserta terbesar selama ini,”
Halo INTERNIS Edisi November 2014
ujar Ketua Pelaksana PIN XII Surabaya DR. Dr. Ari Fahrial Syam, SpPD, K-GEH, MMB, FINASIM, FACP. Pertemuan ilmiah tahunan PAPDI ini memiliki daya tarik sendiri bagi sejawat. Tematema yang diangkat cukup aktual kerap dijumpai dalam praktik. Apalagi dikemas dalam bentuk workshop, peserta dapat dengan aktif berdiskusi dengan para pakar. Selain di Hotel Shangri-la, workshop juga dilakukan di RS Dr. Soetomo dan RS Darmo. Tak heran, bila setiap tahun acara ini terus meningkat pesertanya. Bahkan sebagian peserta menjadikan PIN PAPDI agenda wajib setiap tahunnya. Dr. Ari Fahrial Syam menegaskan lewat event ilmiah ini diharapkan dokter spesialis penyakit dalam mendapat pengetahuan dan ketrampilan tambahan yang berguna dalam memberi pelayanan kesehatan yang holistik kepada masyarakat. Dengan begitu, internis di seluruh Indonesia selalu menjadi terdepan dalam pelayanan kesehatan di tengah era liberalisasi tenaga kesehatan yang telah di depan mata dan menjadi tuan rumah di negeri sendiri. (HI)
KABAR PAPDI
Selamat Kepada Pemenang
PIN PAPDI Award
P
emenang PIN PAPDI Award diumumkan pada saat pembukaan Pertemuan Ilmiah Nasional PB PAPDI XII di Surabaya. Ketua Umum PB PAPDI Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP berkesempatan memberikan penghargaan ini kepada enam penulis terbaik yang telah dimuat dalam Acta Medica Indonesiana atau The Indonesian Journal of Internal Medicine (IJIM). PIN PAPDI Award ini dibagi dua kategori yaitu review article dan case report. PIN PAPDI Award merupakan hal yang baru di PAPDI. Apresiasi ini diberikan oleh PAPDI sebagai wujud penghargaan kepada penulis dan peneliti yang aktif mengisi karya-karyanya di IJIM. Tentunya PAPDI perlu berbangga karena jurnal ilmu penyakit dalam ini merupakan satu-satunya jurnal kedokteran di Indonesia yang telah terakreditasi international sejak beberapa tahun lalu dan mampu mempertahankan predikat tersebut hingga kini dengan menjaga mutu ilmiah setiap artikel yang dimuat. PIN PAPDI Award ini merupakan kerjasama PAPDI dengan PT Kalbe Farma. Berikut nama-nama ke enam pemenang peneliti dan penulis PIN PAPDI Award
acromegaly: giant invasive adenoma; volume 43 edisi 2 – April 2011) Pemenang KETIGA Dr. dr. Wardhana, Prof. Dr. dr. EA. Datau (Judul: A patient with allergic bronchopulmonary mycosis caused by aspergillus fumigates and candida albicans; volume 44 edisi 4 – Oktober 2012) 2. KATEGORI REVIEW ARTICLE Pemenang PERTAMA Dr. dr. Noorwati Sutandyo (Judul: Nutritional carcinogenesis; volume 42 edisi 1 – Januari 2010)
Pemenang KEDUA Dr. dr. Agus Rizal AH. Hamid, dr. Rainy Umbas, dr. Chaidir A. Mochtar (Judul: Recent role of inflammation in prostate diseases: chemoprevention development opportunity; volume 43 edisi 1 – Januari 2011) Pemenang KETIGA Prof. Dr. dr. Jeanne A. Pawitan (Judul: Dengue virus infection: Predictors for severe dengue; volume 43 edisi 2 – April 2011).
1. KATEGORI CASE REPORT Pemenang PERTAMA Dr. dr. Budi Yuli Setianto, dr. Pudya L. Arshant (Judul: Transcatheter coil embolization in coronary artery fistulae; volume 45 edisi 1 - Januari 2013) Pemenang KEDUA Dr. Rahmat Cahyanur, dr. Wawan Setyawan, dr. Dedy G. Sudrajat, dr. Susie Setyowati, dr. Dyah Purnamasari, Prof. Dr. dr. Pradana Soewondo (Judul: Diagnosis and management of
Edisi November 2014 Halo INTERNIS
39
KABAR PAPDI
Malam Keakraban
PIN PB PAPDI XII Surabaya
S
elama tiga hari mengikuti kegiatan ilmiah tidak membuat peserta jenuh. Di samping tema-tema yang menarik, panitia juga mengadakan malam keakraban pada Sabtu, malam. Acara ini dapat mengendurkan kejenuhan peserta selama PIN ini. Peserta yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia bersama-sama menikmati suasana keakraban tersebut untuk saling bersilaturahmi satu dengan yang lainnya sebelum mereka kembali ke daerah masing-masing. Beberapa sejawat menjadikan acara ini ajang temu kangen satu almamater. Diiringi musik yang dimainkan mahasiswa PPDS IPD FK Unair/RS Dr. Soetomo peserta larut dalam suka cita. Para sejawat “selebritis PAPDI” silih berganti unjuk kebolehannya melantunkan tembang-tembang yang kebanyakan bergenre lawas.
40
Halo INTERNIS Edisi November 2014
KABAR PAPDI
Edisi November 2014 Halo INTERNIS
41
KABAR PAPDI
Pengumuman Seleksi FINASIM 2014
Dr. Mardi Santoso mengumumkan anggota PAPDI yang
lulus FINASIM.
B
elakangan ini, ada tradisi baru dalam penyelenggaraan Pertemuan Iimiah Nasional (PIN) PB PAPDI. Yaiitu diumumkannya para anggota PAPDI yang telah lulus uji verifikasi memperoleh gelar FINASIM. Pada pembukaan PIN PB PAPDI XII Surabaya, DR.Dr. Mardi Santoso, SpPD, K-EMD, FINASIM, FACE membaca nama-nama internis yang berhak memperoleh gelar Fellow FINASIM. Hasil tim uji verifikasi FINASIM tahun ini telah memutuskan ada 123 anggota PAPDI dari seluruh cabang PAPDI yang lulus dan berhak mendapatkan gelar FINASIM. Berikut nama-nama yang lulus seleksi tahun 2014 PAPDI Cabang Jakarta Raya Yoga Iwanoff Kasjmir Rudy Hidayat Aru Ariadno Faisal Syarifuddin Djati Sagoro Syarifuddin Laingki Arief Wibowo Joyce Bratanata Albertus Djaja Lies Luthariana Epistel P. Simatupang Robert Noldy Ngantung Kustedi Rafli Afifah Is Dody Ranuhardy
42
Konfokasi FINASIM pada KOPAPDI XV Medan.
Rebekka M.H. Napitupulu Nur Alim Fitradjaja Joko Budiman Jong Surahman Muin Femiko M.N. Sitohang Pringgodigdo Nugroho Ikhwan Rinaldi PAPDI Cabang Jawa Barat Fifi Akwarini Rachmat Permana Nieke Dewi Riani Kriswandi Anggraini Widjajakusuma Jefry Tahari Argatio PAPDI Cabang Surabaya Asna Rosida Munir Raidi Jongky Hendro Prayitno Johanes Intandri Tjundawan I Wayan Mertha I Putu Suharta Putra Hermina Novida Gendon Djonhar Suroso Rina Melinda Eko Budisantoso Fajar Admayana Abdur Rohman Mantik Wibisono Bahrodin Teguh Prartono Hario Utoro Imam Soewono Gusti Rizaniansyah Rusli
Halo INTERNIS Edisi November 2014
Dany Irawan Danang Kusuma Adi Nailul Haq I Dewa Made Widi Hersana Darmojo Kandinata Mohammad Mahfudz Suharto Kysdarmanto Fahmi Adi Priyantoro Badrul Munir Adi Mulyono Andry Sultana Denny Vianto Husin Thamrin PAPDI Cabang Sumatera Utara Mulia Ginting Imelda Ray David Sitepu Marulak Samosir Christina J.R.E. Lumbantobing Taufik Sungkar Syafrizal Nasution Zainal Safri PAPDI Cabang Semarang Muchamad Nur Aziz B. Neni Mulyanti Hudiarso Tri Wahyu Sukarnowati I Gusti Nyoman Agung P. Ira Widyastuti
KABAR PAPDI
PAPDI Cabang Sumatera Barat Herwin Hasan Harnavi Harun Festi Eliza Roza Kurniati PAPDI Cabang Sumatera Selatan Suprapti PAPDI Cabang Makassar Happy Lauwrenz Sudirman Katu PAPDI Cabang Bali I Nyoman Sutarka Gede Kambayana I Gede Ketut Sajinadiyasa I Gede Pande Sastrawan Ni Made Renny Anggreni Rena I Made Duwi Sumohadi I Made Bagiada Tjokorda Gde Dharmayuda I Wayan Losen Adnyana I Ketut Suryana I Ketut Mariadi PAPDI Cabang Malang Djanggan Sargowo PAPDI Cabang Surakarta Agus Supriyanta
Vivin Hudiyanti Didit Novianto Grendi Faneri Yonarko Agus Joko Susanto Arief Nurudhin Agung Susanto PAPDI Cabang Riau Irianto Dasril Efendi Nova Ridha Seson PAPDI Cabang Provinsi Aceh Faisal Misriani PAPDI Cabang Banten Edison Parulian Saragih PAPDI Cabang Bogor Zulfan Winy Katarina PAPDI Cabang Lampung Munirulanam Lukman Pura PAPDI Cabang Kupang Adjunias Maifa Heri Sutrisno
PAPDI Cabang Jambi Titin Kristina Gusrizal Mulyadi Joyo Santoso Sefnirita Elvidawati PAPDI Cabang Cirebon Mohamad Luthfi PAPDI Cabang Bekasi Indra Sihar M. Manullang PAPDI Cabang NTB Karsito PAPDI Cabang Depok Muslich Ayub M. Artisto Adi Yussac Devy Juniarti Iskandar Desi Fitriani Pendaftaran seleksi FINASIM 2015 akan dibuka pada 1 Januari 2015 dan akan diumumkan pada saat PIN PB PAPDI XIII di Palembang, 12-14 Juni 2015. Sedangkan bagi internis yang telah lulus pada seleksi tahun 2013, 2014 dan 2015, Konvokasi akan dilaksanakan pada KOPAPDI XVI, 913 September 2015 di Bandung.
Edisi November 2014 Halo INTERNIS
43
KABAR PAPDI
PIN PAPDI
Menjadi Agenda Wajib Tahunan Internis
Foto-foto workshop pada PIN XII Surabaya.
P
ertemuan Ilmiah Nasional (PIN) PAPDI memiliki daya tarik tersendiri bagi internis maupun dokter umum. Materi yang komprehensip dan aplikatif terhadap kasusu-kasus yang kerap ditemui ruang praktik dibahas tuntas oleh pakarnya. Ditambah lagi dengan model workshop membuat peserta lebih leluasa berinteraksi dengan para pembicara sehingga setiap kasus dengan detail diulas. Tak heran, peserta PIN selalu meningkat setiap tahunnya. “PIN tahun ini, merupakan PIN dengan peserta terbanyak dengan persentase tingkat kehadiran yang tinggi. Setiap sesi selama tiga hari selalu dipenuhi peserta. Beberapa sejawat menjadikan PIN PAPDI agenda wajib tahunan” kata Ketua Pelaksana PIN XII Surabaya DR. Dr. Ari Fahrial Syam, SpPD, KGEH, MMB, FINASIM, FACP.
44
Halo INTERNIS Edisi November 2014
KABAR PAPDI
Edisi November 2014 Halo INTERNIS
45
KABAR PAPDI
PPDS IPD FK Unair:
Lakoni Tari Remo S
atu per satu para penari memasuki panggung PIN PAPDI XII Surabaya. Mereka berdiri tegap dengan formasi kuda-kuda berbaris memberi salam kepada Wakil Gubernur Jawa Timur Drs. Saifullah Yusuf , tamu dan peserta PIN. Seirama dengan musik tradisional saron, bonang, seruling dan gambang para penari bergerak dinamis dan atraktif menampilkan tari Remo, kesenian tari budaya Surabaya. Tari Remo atau tari pembukaan biasa dimainkan untuk menyambut tamu-tamu penting dalam pemerintahan. Konon tari Remo mengisahkan perjuangan seorang pangeran di medan pertempuran. Lakon yang memainkan tarian ini memiliki karakter yang kuat dan semangat. Tarian yang awalnya dimainkan pada pembukaan tarian ludruk ini mengandalkann gerakan kaki yang rancak dan menghentak dinamis. Tari Remo biasa dilakoni para penari dari sanggar kesenian atau yang sudah terlatih. Namun, pada pembukaan PIN PAPDI XII, tari Remo dilakoni oleh mahasiwa program pendidikan dokter spesialis (PPDS) Ilmu Penyakit Dalam FK Unair/ RS Dr. Soetomo Surabaya. Ada 20 mahasiswa yang ikut memainkan tari Remo. Di tengah kesibukannya, mereka meluangkan waktu untuk berlatih tari ini. Dr. Ni Putu Merlynda Pusvita Dewi, salah satu PPDS, koordinator tim penari Remo mengatakan ia diminta Ketua PAPDI cabang Jawa Timur untuk mengisi tari Remo pada saat pembukaan PIN PAPDI XII. Dr. Merlynda sendiri mengaku hobby dengan kesenian Jawa Timur. Ia sudah belajar tari Remo sejak duduk di sekolah dasar. Dr. Merlynda melatih rekan-rekannya dibantu instruktur tari Bapak Agus. “Kami berlatih hampir satu bulan, kerjasaama temen-temen PPDS dalam membawakan tari Remo sungguh luar biasa,” kata Dr. Merlynda. (HI)
46
Halo INTERNIS Edisi November 2014
KABAR PAPDI
www.medinasim.com, click! sim” yang bisa diakses dengan alamat www.medinasim.com, CME PAPDI kini hadir dengan lebih menarik, lebih lengkap, dan lebih interaktif. Untuk memudahkan akses, Medinasim menyediakan navigasi yang lebih mudah, tampilan yang lebih segar serta adanya tampilan mobile sehingga setiap anggota dapat lebih mudah mengakses Medinasim, tidak terkecuali dari gadget. Tidak hanya fitur E-learning yang terakreditasi SKP PAPDI dan IDI. Dibandingkan dengan CME PAPDI sebelumnya, Medinasim juga menyediakan fitur baru seperti berita aktual, referensi, serta halaman untuk mengunduh guideline-guideline terbaru. Untuk lebih menarik minat anggota dalam mengasah keil-
P
embaharuan keilmuan dan kemampuan klinis merupakan sebuah kebutuhan sekaligus keharusan bagi setiap dokter. CME PAPDI merupakan fasilitas pendidikan kedokteran berkelanjutan yang disediakan untuk semua anggota PAPDI. Fasilitas ini bertujuan untuk memudahkan akses bagi setiap anggota PAPDI dari sabang sampai merauke dalam melakukan pembaharuan keilmuan dan kemampuan klinis serta berbagi pengalaman dalam praktek sehari-hari. Dengan adanya fasilitas ini, diharapkan setiap anggota PAPDI dapat senantiasa terus menerus melakukan pembaharuan ilmu dimana saja dan kapan saja. Terlahir kembali dengan nama ”Medina-
Launching Website www.mwdinasim.com pada PIN PAPDI XII Surabaya.
muan dan kemampuan klinis, fitur e-learning yang disediakan medinasim juga hadir dalam wajah yang lebih interaktif. Tidak hanya bacaan jurnal, bentuk e-learning juga terdiri dari studi kasus dan video webinar. Modul referensi yang berisi pedoman tatalaksana resmi dari PAPDI juga dilengkapi fasiltas forum yang memudahkan para anggota untuk berinteraksi langsung dengan ahli dalam topik tersebut. Mengusung semangat ”dari PAPDI, oleh PAPDI dan untuk PAPDI”, Medinasim akan terus dikembangkan untuk kemajuan PAPDI dan seluruh anggota PAPDI. Oleh karena itu, partisipasi aktif dan masukan dari anggota PAPDI, akan sangat bermanfaat untuk kemajuan portal Medinasim. (HI)
Edisi November 2014 Halo INTERNIS
47
KABAR PAPDI
World TB Day 2014
Internis Dituntut Mampu Menangani Kasus
Advance
H
ari Tuberkulosis Sedunia (TB Day) yang jatuh setiap 24 Maret diperingati oleh berbagai lembaga kesehatan di dunia. Di Indonesia, World TB Day 2014 diselenggarakan Kementerian Kesehatan RI yang bekerjasama dengan Divisi Respirologi dan Penyakit Kritis, Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM. “Peringatan hari tuberkulosis tahun ini Divisi Respirologi dan Penyakit Kritis, Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM mendapat kepercayaan menjadi penyelenggara simposium nasional tuberkulosis,” kata DR. Dr. Imam Subekti, SpPD, K-EMD, FINASIM Kepala Departemen Ilmu Penyakit Dalam RSCM dalam sambutannya pada acara Simposium Nasional World TB Day 2014, di Gedung Menara 165, Jakarta, pada 29 Maret 2014 lalu.
World TB Day merupakan momentum peringatan akan bahayanya penyakit tuberkulosis. Saat ini, TB masih menjadi epidemi di sebagian besar dunia, terutama negara berkembang, yang menyebabkan kematian jutaan orang setiap tahunnya. Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kemenkes RI Prof. Dr. Tjandra Yoga Aditama, Sp.P, MARS pada peresmian simposiun nasional tersebut mengatakan mengingat besarnya permasalahan yang diakibatkan TB, maka TB tercakup sebagai salah satu indikator keberhasilan program MDG’S. Indikator MDG’s untuk TB yang harus dicapai Indo-
Peringatan World TB Day 2014 di Gedung Menara 165 Jakarta.
48
Pengendalian TB di Indonesia antara sedih dan gembira. Gembira karena dapat menekan prevalensi. Sedih karena dihadapkan persoalan pelik, yaitu TB-MDR dan TB-XDR yang belum ada solusinya. Internis turut berkontribusi menangani kasus-kasus advance.
Halo INTERNIS Edisi November 2014
nesia yaitu menurunnya angka kesakitan dan kematian akibat TB menjadi setengahnya pada tahun 2015, dibandingkan dengan kondisi tahun 1990. Lebih lanjut Prof. Tjandra mengatakan, hampir semua target MDG’S untuk TB di Indonesia sudah tercapai. Pencapaian target MDG’s untuk TB yaitu kejadian TB semua kasus per 100.000 penduduk yaitu 206 pada tahun 1990 menjadi 185 pada
KABAR PAPDI tahun 2012. Prevalensi TB semua kasus per 100.000 penduduk yaitu 443 pada tahun 1990 menjadi 297 pada tahun 2012. Angka kematian TB per 100.000 penduduk yaitu 92 pada tahun 1990 menjadi 27 pada tahun 201. Angka penemuan kasus TB (CDR) yaitu 19,7% pada tahun 2000 menjadi 83% pada tahun 2012 dan angka keberhasilan pengobatan TB (SR) yaitu 87% pada tahun 2000 menjadi 90% pada tahun 2012. Walaupun sudah ada kemajuan, namun beban permasalahan TB di Indonesia masih cukup besar, yaitu angka kematian 67.000 per tahun dan angka insiden 460.000 per tahun. Saat ini jumlah penderita TB di Indonesia menempati peringkat empat terbanyak di seluruh dunia. ”Indonesia peringkat empat terbanyak untuk penderita TB setelah China, India, dan Afrika Selatan. Tapi, itu karena sesuai dengan jumlah penduduknya yang juga banyak,” kata Prof. Tjandra. Meski berhasil menekan prevalensi TB, namun pengendalian TB di Indonesia justru mengkhawatirkan. Menurut DR. Dr. Zulkifli Amin, SpPD, K-P, FINASIM, FCCP pengendalian TB saat ini mendapat tantangan serius. Yaitu meningkatnya prevalensi kasus TB-MDR, bahkan sudah ditemukan beberapa kasus XDR di Rumah Sakit Paru Persahabatan. “Sudah ada laporan ditemukannya pasien TB-XDR di center paru,” ujar Dr. Zulkifli Amin. Dr. Ana Uyainah Nazir, SpPD, K-P, FINASIM menegaskan timbul kasus TBMDR dan TB-XDR ini akibat kesalahan semua pihak. Pasien TB tidak cukup sabar dan disiplin selama masa pengobatan. Sementara para medis, baik dokter maupun perawat tidak sungguh-sungguh dalam memberi pelayanan. Ada sebagian dokter tidak adekuat dalam melalukan pengobatan. Perawat pun tidak memberi penjelasan yang cukup mengenai hal-hal yang terkait dengan pengobatan. Begitu pula dengan penyelenggara kesehatan yang kurang optimal. Tak sedikit ditemukan obat-obat anti TB yang tidak tersedia di layanan-layanan kesehatan. Ataupun dis-
tribusi obat yang tidak sampai ke daerahdaerah yang membutuhkan. “Kondisi ini semua karena ulah manusia,” ungkap Dr. Anna menyesali. Saat ini, lanjut Dr. Anna, untuk menjamin ketersediaan obat anti TB, pihak rumah sakit bekerjasama dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Selama ini, obat-obat TB diberikan gratis didukung oleh pemerintah dan global fund. “Sedang dibuat MoU dengan BPJS mengenai pembiayaan pasien TB. Karena tidak mungkin selamanya bergantung kepada global fund,” ujarnya
World TB Day - IJCCCIM Peringatan World TB Day 2014 bersamaan dengan The 2nd International Jakarta Chest and Critical Care Internal Medicine (IJCCCIM) 2014. Menurut Ketua Panitia IJCCCIM Dr. Ceva W Pitoyo, SpPD,K-P,KIC, FINASIM event ini adalah tahun kedua Divisi Respirologi dan Penyakit Kritis, Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/ RSCM menyelenggarakan event international yang menghadirkan lima pembicara international dari Belanda, Malaysia dan Thailand. Pada workshop kali ini, peserta dapat langsung secara interaktif melakukan hands-on dengan alat-alat canggih. Peserta kegiatan ini mendapatkan workshop basic and advance bronchoscopy, trans torachal biopsy and trans thoracal needle aspiration, cryobiopsy, cryotherapy, cryoextraction and argon plasma coagulation, rigid bronchoscopy – airway stenting, inhaled therapy, endobronchial ultrasound, dan terapi terkini untuk asma berat dengan
menggunakan bronchial thermoplasty. “Dari acara ini diharapkan para internis yang tersebar di seluruh Indonesia dapat meningkatkan kemampuan dalam mengobati TB dan penyakit paru lain. Karena internis dituntut untuk dapat menangani kasus-kasus advance, seperti MDR dan XDR, terutama yang di daerah,” tuturnya berharap dari event ini. Pada workshop ini untuk pertama kalinya diperkenalkan di Indonesia tentang bronchial thermoplasty. Dr. Eric Daniel Tenda, SpPD mengatakan alat yang diusung Boston Scientific ini merupakan terapi mutakhir bagi penderita asma berat atau persistenyang tidak lagi bisa dikontrol dengan obat seperti inhalasi kortikosteroid maupun long acting beta 2 agonist (LABA). Dengan terapi bronchial thermoplasty, penggunaan kortikosteroid dan LABA oleh pasien asma dapat diturunkan dengan sangat signifikan. Terapi ini juga terbukti, menurunkann total kunjungan pasien ke dokter dan ruang emergensi yang memberikan dampak cukup besar dalam mengurangi beban pembiayaan kesehatan. “Ini merupakan terapi baru. Dalam kurun waktu empat tahun setelah di launching di Amerika, alat ini sudah dapat digunakan di Indonesia. Peserta workshop tampak sangat antusias,” kata Dr. Eric pada launching bronchial thermoplasty 30 Maret 2014 lalu di Menara 165, Jakarta menggunakan alat ini. Pada acara yang sama, juga diluncurkan website www.respirology.com oleh Divisi Respirologi dan Penyakit Kritis, Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM dan Journal of Chest and Critical Emergency Medicine oleh PERPARI. Melalui situs ini diharap terjalan komunikasi yang lebih intensif, baik sesama sejawat maupun masyarakat luas. Pasien dapat mengakses website untuk mengetahui jenis berbagai layanan unggulan. Selain itu Indonesian Society of Respirology and Critical Care Internal Medicine (PERPARI) juga sukses menerbit jurnal ilmiah nasional pertama yang memuat perkembangan terkini di bidang pulmonologi. (HI)
Edisi November 2014 Halo INTERNIS
49
KABAR PAPDI
SEKILAS DIVISI RESPIROLOGI DAN PERAWATAN PENYAKIT KRITIS DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM RSUPN DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
S
eiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, salah satu cabang ilmu kedokteran yang saat ini dan masa yang akan datang di dunia kesehatan makin menantang terkait dengan problem kesehatan dan persaingan di bidang industri kesehatan, tak terkecuali bagi Divisi Respirologi dan Perawatan Penyakit Kritis Departemen Imu Penyakit Dalam. Oleh karena itu Divisi Respirologi dan Perawatan Penyakit Kritis tetap berusaha melakukan yang terbaik dalam meyiapkan dan mengembangkan layanan.
Kegiatan Kongres Internasional Kegiatan rutin yang dilaksanakan setiap tahun adalah dengan membawa hasil pe-
50
nelitian untuk dipresentasikan pada Kongres bertaraf Internasional pada November 2013, sebanyak 15 hasil penelitian dipresentasikan oleh Staf dan PPDS-I pada acara “18th Congress of The Asian Pasific Society of Respirology” di antaranya berjudul : 1. Survival of surperior vena cava syndrome patients without radiation theraphy in Cipto Mangunkusumo Hospital and Dharmais Cancer Hospital. 2. Validation of rapid emergency medicine score as a prognotic scoring system for adult nonsurgical emergency patients in Indonesia. 3. The profile and survival of superior vena cava syndrome patients in Cipto Mangunkusumo Hospital and Dharmais Cancer Hospital.
Halo INTERNIS Edisi November 2014
KABAR PAPDI 4. Characteristics and 90 days survival of superior vena cava syndrome patients in Cipto Mangunkusumo and Dharmais Cancer Hospital. 5. Predictors of mortality for adult medical emergency patients with pneumonia in Indonesia.
JICCCIM (Jakarta International Chest and Critical Internal Medicine) Kegiatan ini adalah simposium dan workshop bagi para internis dan sejawat dokter lainnya untuk mendapatkan ilmu dan meningkatkan pengetahuan dan keahlian dalam menangani pasien kritis serta sekaligus meningkatkan kompetensi dokter-dokter Indonesia yang selalu rutin dilaksanakan setiap bulan Maret. Kegiatan ini dihadiri oleh para konsultan, dokter spesialis ternama baik Internasional maupun Nasional diantaranya Prof. Tom Sutedja, MD, PhD (Netherlands), Prof. David Feller-Kopman, MD (USA), Prof. Parameswaran Nair (Canada), Richard Sue, MD (USA), Jamalul Azizi Abdul Rahman, MD, MMED (Malaysia), Prof. Jamsak Tscheikuna, MD (Thailand), Prof. Lee Pyng, MD, MBBS, MRCP, MMED (Singapore), Dr. dr. Zulkifli Amin, SpPD, KP, FCCP, FINASIM (Jakarta), Dr. dr. C. Martin R, SpPD, KP, FCCP, FINASIM (Jakarta), dr. Anna Uyainah, SpPD, KP, MARS, FINASIM (Jakarta), dr. Ceva Wicaksono P, SpPD, KP, KIC, FINASIM (Jakarta). Dengan berbagai judul Simposium dan Workshop yang sangat menarik, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan para sejawat dokter dalam menghadapi kasuskasus di bidang Respirologi dan Penyakit
Kritis diantaranya Bronkoskopi, EBUS, Kateter Vena Sentral, Cryotherapy dan Argon Plasma Coagulation, Ventilasi Mekanik, dan Sten Saluran Napas.
National TB Day Permasalahan TB seakan tidak ada habisnya sejak ditemukan di abad 20. Meskipun kasus TB paling sering bermanifestasi di paru. TB merupakan penyakit yang dapat menyerang berbagai organ di tubuh manusia. Seringkali diagnosis TB menjadi sulit karena gejala yang tidak spesifik. Berbagai permasalahan yang ditemui dalam penanggulangan TB baik dari segi klinis maupun program menyebabkan perlunya penyebaran informasi di kalangan medis dan paramedis melalui kegiatan Simposium Nasional Peringatan TB Sedunia. Nasional TB Day diselenggarakan pada tanggal 24 Maret, bekerjasama dengan Kementerian Kesehatan, Subdit TB P2PL, PERPARI, PAPDI, dan FKUI yang juga sekaligus merupakan Peringatan Hari TB Sedunia. Kegiatan ini dihadiri oleh para dokter-dokter tidak hanya di Jakarta tapi juga di seluruh Indonesia. Kegiatan ini juga merupakan suatu bentuk monitoring dan evaluasi di masa yang akan datang.
INDONESIAN JOURNAL OF CHEST, Critical and Emergency Medicine Sejak Maret 2014 PERPARI (Perhimpunan Subspesialis Respirologi dan Perawatan Penyakit Kritis Indonesia / Indonesian Society of Respirologi and Critical Care) mulai menerbitkan Jurnal Ilmiah tentang
problem dibidang CHEST, Critical dan Emergency Medicine. Dalam satu tahun Buku Jurnal Imiah ini sudah terbit 2 Jilid dan akan menerbitkan Jilid ke 3. Penerbitan tiap triwulan ini merupakan wadah bagi para dokter (dokter umum, spesialis, dan subspesialis) untuk publikasi hasil hasil penelitian, tinjauan pustaka, hal-hal baru (update), pengetahuan dan keterampilan di bidang Respirologi dan Perawatan Penyakit Kritis.
Roadshow ISTC Penyakit Tuberkulosis (TB) masih merupakan penyakit menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat dan salah satu penyebab kematian sehingga perlu dilaksanakan Program Pengendalian TB (P2TB) secara berkesinambungan. Dalam rangka meningkatkan keberhasilan pengendalian TB di Indonesia salah satu strategi yang tercantum dalam 7 strategi utama pengendalian TB adalah ekspansi layanan TB DOTS ke seluruh Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Pelatihan ini merupakan suatu bagian dari sistem pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) sehingga dapat meningkatkan kinerja secara perorangan, tim maupun institusi dengan peran dan fungsi sebagai Pelatih Workshop ISTC & DOTS TB TB bagi anggota PAPDI di Pusat dan Provinsi. Pelatihan ini dilaksanakan dengan menggunakan prinsip pembelajaran orang dewasa (andragogi) yang merupakan kegiatan interaktif yang diikuti oleh setiap peserta latih dengan difasilitasi oleh Pelatih. (HI)
Edisi November 2014 Halo INTERNIS
51
KABAR PAPDI
Tasyakuran dan Peresmian
Rumah PAPDI
Pengguntingan pita dan penandatanganan Prasasti Rumah PAPDI. oleh Prof Idrus.
P
agi itu, rasa syukur teramat sangat terpancar dari wajah pengurus PB PAPDI. Para pengurus, senior dan mantan Ketua Umum PB PAPDI tampak hadir pada peresmian kantor PAPDI yang diberi nama “Rumah PAPDI”. Acara persemian yang di pandu Sekretaris Jenderal PB PAPDI Dr. Sally Aman Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM, FACP berlangsung penuh keakraban dan kekeluargaan. Ketua Umum PB PAPDI Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP dalam sambutannya mengatakan PAPDI sudah seyogyanya me-
52
Halo INTERNIS Edisi November 2014
miliki gedung sendiri. Hal tersebut mengingat PAPDI yang sudah berdiri sejak 1957 dan jumlah anggotanya hampir 3000 internis yang terus akan bertambah. Dan ini sesuai dengan renstra PB PAPDI yang akan meningkatkan pelayanan lebih professional kepada anggotanya. Di samping itu, program kerja PB PAPDI yang padat dan tantangan ke depan yang lebih kompleks. Pada kesempatan itu, Prof. Idrus menetapkan nama “Rumah PAPDI” mengingat fungsi sebagai tempat bernaung anggota PAPDI. Acara dilanjutkan dengan pemotongan tumpeng oleh Prof. Idrus yang diberikan
KABAR PAPDI penguatan organisasi agar dapat menaungi anggotanya lebih professional. DR. Dr. Arto Yuwono Soeroto, SpPD, KP, FINASIM, FCCP Ketua PAPDI Cabang Bandung mengatakan ini adalah pencapaian yang luar biasa untuk menjalankan roda organisasi yang lebih professional. ia berharap ini dapat diikuti oleh cabang-cabang PAPDI. Pada hari yang sama, ada pengurus PB PAPDI yang sedang berbahagia yaitu Dr. Ika Prasetya Wijaya, SpPD, K-KV, FINASIM dan DR.Dr. Lugyanti Sukrisman, SpPD, KHOM, FINASIM yang sedang merayakan hari ulang tahunnya. Pengurus pun merayakan dan memberikan ucapan selamat ulang tahun. Selamat ultah dok.
kepada mantan Ketua Umum PB PAPDI Prof. Dr. Samsuridjal Djauzi, SpPD, K-AI, FINASIM, FACP. Prof. Samsuridjal merasa bersukur PAPDI telah memiliki tempat sendiri, semoga dapat member manfaat yang lebih buat masyarakat, terutama pada anggotanya. Dr. Pranawa, SpPD, K-GH, FINASIM
dari Surabaya mengatakan sudah semestinya PAPDI memiliki tempat sendiri mengingat PAPDI sebagai organisasi professional dan besarnya tantangan ke depan yang mesti diantisipasi. Hal senada disampaikan Dr. Chairul Radjab Nasution, SpPD, K-GEH, FINASIM, MKes. Ia mengatakan ini merupakan langkah
”RUMAH PAPDI (Kantor PB PAPDI)” d/a. Jl. Salemba I No.22-D Kel. Kenari, Kec. Senen Jakarta Pusat 10430 Telp : 021-31928025, 31928026, 31928027 Fax Direct : 021-31928028, 31928027 SMS PB PAPDI : 0856 95785909 Email :
[email protected] Website : www.pbpapdi.org
Edisi November 2014 Halo INTERNIS
53
KABAR PAPDI
PAPDI Forum: Wabah Virus MERS-CoV,
Seberapa Bahaya?
Pengiriman tenaga kerja memberikan penjelasan pada jamaah atau TKI tentang pencegahan dan gejala penyakit ini. PAPDI siap membantu memberikan masukan dan bantuan untuk sosialisasi hal ini Dr. Sally memberi sambutan dan sekaligus membuka PAPDI Forum.
D
ari Semenanjung Arab, ancaman MERS-CoV mengentai Indonesia. Kementerian Kesehatan telah memeriksa lebih dari 79 sampel warga Indonesia yang diduga tertular MERS-CoV. Hasilnya, dari semua yang diperiksa tersebut belum ada satupun yang positif. Akan tetapi karena tingginya lalu lintas manusia
antara Indonesia dan Timur Tengah, kewaspadaan terhadap penularan virus ini perlu mendapat perhatian serius. Lantas seberapa bahayakah Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS-CoV)? Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PB PAPDI) berpartisipasi berbagi informasi me-
Para pembicara PAPDI Forum.
54
Halo INTERNIS Edisi November 2014
ngenai bahaya MERS-CoV terhadap kesehatan dengan menyelenggarakan simposium awam PAPDI Forum dengan tema “Wabah Virus MERS-CoV: Seberapa Bahaya?”, di Aula Fakultas Kedekteran Universitas Indonesia, Salemba, Jakarta pada 20 Mei 2014 lalu. Acara tersebut menghadirkan para pembicara yang pakar dibidangnya. Mereka adalah Dr. Erni Juwita Nelwan, SpPD, KPTI, FINASIM dengan tema presentasi “Pola Infeksi Virus MERS dan Upaya Pencegahannya”, kemudian Dr. Ceva Wicaksono Pitoyo, SpPD, K-P, FINASIM, KIC dengan tema presentasi “Penatalaksanaan Virus MERS” dan Dr. Fera Ibrahim, MSc, PhD, SpMK (K) dengan tema presentasi “Aspek Virologi Virus MERS”. Dan acara berlangsung dengan moderator DR. Dr. Ari Fahrial Syam, SpPD, K-GEH, FINASIM, MMB, FACP. Kasus infeksi virus ini ke manusia terbilang baru. Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan hingga Mei 2014 lalu telah ada 401 orang dari 12 negara di seluruh dunia yang telah didiagnosis menderita penyakit ini. Seluruh kasus tersebut diperkirakan berasal dari 6 negara yang terletak di Timur Tengah. Angka kematiannya saat ini mencapai 50%. Manifestasi infeksi virus ini cukup
KABAR PAPDI
lebar, mulai dari tidak bergejala hingga memiliki keluhan gangguan pernapasan yang cukup berat seperti demam tinggi, batuk dan sesak nafas. Telah dilaporkan 93 orang meninggal. Hingga saat ini belum ditemukan suatu vaksin untuk pencegahan penyakit ini maupun terapi yang spesifik untuk mengobatinya. Sementara para pakar masih mempelajari bagaimana sesungguhnya cara penyebaran virus ini. PAPDI menganjurkan kepada warga yang berada di Semenanjung Arab atau pulang dari daerah itu, termasuk para TKI dan jamaah haji dan umroh, untuk berusaha melindungi diri mereka sendiri terhadap gangguan pernapasan tersebut melalui memakai masker, sering mencuci ta-
ngan, hindari kontak erat dengan orangorang yang sedang sakit, hindari menyentuh mata, hidung dan mulut mereka dengan tangan yang belum dicuci, dan sering-sering membersihkan permukaan tubuh yang sering disentuh. Perhatian lebih lagi pada kegiatan ziarah ke tempat-tempat seperti peternakan dan perkebunan karena virus ini telah diidentifikasi dan diduga kuat sebagai sumber di hewan kelelawar dan unta. ”Diharapkan para penyelenggara haji dan umroh serta penyelenggara pengiriman tenaga kerja ke Semenanjung Arab dapat membantu memberikan penjelasan pada jamaah atau TKI yang dikirimnya tentang pencegahan dan gejala penyakit ini. PAPDI siap membantu memberikan masukan dan ban-
tuan untuk sosialisasi hal ini,” kata Dr. Ari Fahrial Syam. Seminar setengah hari ini dibuka oleh Sekretaris Jenderal PB PAPDI, Dr. Sally Aman Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM, FACP. Pada kesempatan itu, Dr. Sally mengatakan PAPDI Forum merupakan salah satu program rutin PB PAPDI yang bertujuan memberi edukasi dan pemahaman yang benar mengenai kesehatan atau berbagai penyakit yang terkait dengan ilmu penyakit dalam kepada masyarakat dan sejawat di layanan primer. “PAPDI berupaya memberikan informasi up to date tentang kesehatan kepada masyarakat luas,” kata Dr. Sally menjelaskan peran PAPDI di masyarakat. (HI)
Edisi November 2014 Halo INTERNIS
55
SOSOK
Prof. DR. Dr. Nasronudin, SpPD, K-PTI, FINASIM
Kiprah Internis MEMIMPIN LEMBAGA RISET Prof. DR. Dr. Nasronudin, Sp.PD, K-PTI, FINASIM, merupakan guru besar di bidang Ilmu Penyakit Dalam yang dipercaya oleh rektor universitas Airlangga untuk memimpin ITD sebagai lembaga riset. Pada awal dilantiknya Januari 2008, Nasronudin mendapat perintah membawa ITD bukan saja bangun “tidur”, bukan hanya berjalan cepat, tapi diminta untuk membawa “terbang” dan “lari” lembaga tersebut sehingga bisa berkontribusi pada kebutuhan global, pemerintah Republik Indonesia dan menghadirkan manfaat bagi masyarakat.
56
Halo INTERNIS Edisi November 2014
SOSOK
K
ebijakan pemerintah Indonesia melalui Sinas (sistem inovasi nasional) membuka peluang seluas-luasnya bagi setiap insan untuk berinovasi. Inovasi penting untuk memformulasikan ide sehingga membuahkan luaran guna mendongkrak harkat dan martabat bangsa Indonesia, serta mempercepat tercapainya kesejahteraan rakyat Indonesia. Di bidang ekonomi, Indonesia berusaha keras untuk mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi melalui Master Plan Percepatan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Bidang riset, terutama riset dengan produk bioproduk memiliki peluang mengambil peran ini melalui sinergi dan sinkronisasi Academic-Business-Government (ABG). Sebagai bangsa Indonesia, setiap insan perlu bersyukur dan berbesar hati karena Indonesia merupakan salah satu tumpuan harapan dunia. Indonesia Negara besar terdiri dari 17.503 pulau, 1.128 etnik, 746 bahasa yang masuk dalam unity in diversity. Indonesia memiliki karakter, sebagai negara demokrasi ketiga terbesar; berpenduduk muslim terbesar; terkaya biodiversity; negara tropis terbesar termasuk kaya penyakit tropis. Indonesia kaya sumber daya alam
Penyerahan alat riset Nuclear Magnetic Resonance (NMR) pada tanggal 23 Oktober 2012
di Institute of Tropical Disease (ITD) Universitas Airlangga.
(SDA), termasuk kaya mikroorganisme dan kaya tanaman obat. Sumberdaya alam yang luar biasa ini harus bisa dikelola dengan baik, dimanfaatkan, dikembangkan, diaplikasikan oleh para internist. Pengelolaan SDA secara baik dan benar berpotensi membuahkan hasil optimal guna merespons
tantangan dan kebutuhan global, nasional, serta kesejahteraan masyarakat Indonesia. Bidang riset dengan inovasi bioproduk diharapkan dapat memiliki andil dalam mengantarkan Indonesia menjadi 5 besar kekuatan ekonomi dunia yang terus bergerak dinamis, termasuk pendapatan/kapita USD
Institute of Tropical Disease Universitas Airlangga.
Edisi November 2014 Halo INTERNIS
57
SOSOK 3.000 (2010), USD 14.250- 15.500 (2025), USD 44.500-49.000 (2045). (MP3EI, BPPT, 2013). Institute of Tropical Disease (ITD) Universitas Airlangga merupakan salah satu lembaga riset yang menjadi aset bangsa Indonesia. Lembaga ini membuka peluang bagi para peneliti untuk melakukan inovasi riset dan mensukseskan program MP3EI melalui ABG. Bioproduk riset penting diupayakan guna memenuhi tuntutan global dan keperluan nasional agar target Indonesia menduduki 5 besar ekonomi raksasa dunia tahun 2025- 2030 terealisasi. Prof. DR. Dr. Nasronudin, Sp.PD, K-PTI, FINASIM, merupakan guru besar di bidang Ilmu Penyakit Dalam yang dipercaya oleh rektor universitas Airlangga untuk memimpin ITD sebagai lembaga riset. Pada awal dilantiknya Januari 2008, Nasronudin mendapat perintah membawa ITD bukan saja bangun “tidur”, bukan hanya berjalan cepat, tapi diminta untuk membawa “terbang” dan “lari” lembaga tersebut sehingga bisa berkontribusi pada kebutuhan global, pemerintah Republik Indonesia dan menghadirkan manfaat bagi masyarakat. ITD merupakan lembaga riset, dilengkapi dengan peralatan
”
Pada awalnya, sang internist kesulitan mengenali berbagai peralatan laboratorium modern tersebut. Di samping itu dihadapkan pada benteng kokoh yang dibangun para guru besar seniornya. Di ITD terdapat berbagai kelompok studi yang rerata dipimpin oleh para seniornya. Namun, Prof. Nasronudin berdasarkan pengalamannya 8 tahun melalang buana di berbagai daerah Indonesia berusaha melakukan berbagai pendekatan dan inovasi. Manejemen dikelola secara sentral, transparan, akuntabel. Selain pembenahan internal juga eksternal, termasuk mengembangkan sayap dengan menjalin kerjasama dengan berbagai pusat riset dan perguruan tinggi dalam negeri maupun luar negeri.
laboratorium molekuler canggih. Pada awalnya, sang internist kesulitan mengenali berbagai peralatan laboratorium modern tersebut. Di samping itu dihadapkan pada benteng kokoh yang dibangun para
Alat research Nuclear Magnetic Resonance (NMR) untuk Analisis Senyawa.
58
Halo INTERNIS Edisi November 2014
”
guru besar seniornya. Di ITD terdapat berbagai kelompok studi yang rerata dipimpin oleh para seniornya. Namun, Prof. Nasronudin berdasarkan pengalamannya melalang buana 8 tahun di Propinsi Riau (Pekan-
SOSOK
Kegiatan riset di Bio Safety Level-3, (BSL-3) ITD-UA.
baru, Tanjung Pinang, Kepulauan Natuna, Kepulauan Dabo Singkep) dan 2 tahun di Amuntai, Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan berusaha melakukan berbagai pendekatan dan inovasi. Manejemen dikelola secara sentral, transparan, akuntabel. Selain pembenahan internal juga eksternal, termasuk mengembangkan sayap dengan menjalin kerjasama dengan berbagai pusat riset dan perguruan tinggi dalam negeri maupun luar negeri. Berbagai pusat riset dan perguruan tinggi luar negeri yang berhasil membangun kerjasama dengan ITD antara lain: Kobe University, Mahidol University, NIH Thailand, OITA University, Osaka University, Nagasaki University, JICA-JST/Satreps, Neumedix Australia, KNAW (Erasmus Univ.), University Putra Bangsa Malaysia, INiTha (ITD UA - Osaka University - Kobe University - Mahidol University - Thailand NIH), National Institute of Cholera and Enteric Disease (NICED) India, Tokyo University, Sydney
University, LEEDS University, Kumamoto University, Shanghai University, Newcastle University, dan masih banyak lagi. Selain menjalin kerjasama dengan luar negeri, ITD tidak melupakan kerjasama dengan institusi dalam negeri, yaitu beberapa lembaga riset/Perguruan tinggi dan beberapa Industri termasuk BUMN seperti Biofarma, Kimia Farma, Indofarma, PT. Riset Perkebunan Nusantara (RPN), Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, Konsorsium Riset Ruminansia Besar NTB-NTT, PT Star speciality Chemicals Indonesia, PT. Pupuk Kaltim, Pusat penelitian Kopi dan Kakao Jember, Konsorsium Pusat Pengembangan dan Pemanfaatan Rumput Laut Sulawesi Selatan, Ma Chung Research Center for Photosynthetic Pigments Universitas Ma Chung Malang, Pusat Kesehatan TNI–AD dan unitnya RSPAD Gatot Soebroto, RS. Pusat Soelianti Saroso dan lain-lain. Prof. Nasronudin, berharap agar Indonesia menjadi barometer penanggulangan
penyakit infeksi dunia. Riset di ITD difokuskan pada Medical and Health Biotechnology agar dapat membuahkan produk akademik; produk Kebijakan; dan Bioproduk melalui pengembangan riset bidang pencegahan, diagnosis dan terapi. Bidang pencegahan melalui pengembangan berbagai vaksin. Inovasi diagnotik, terutama mengubah penyakit yang underdiagnosis menjadi terdiagnosis (misal diagnosis West Nile Virus, Legionella, dll); diagnosis lambat diubah menjadi cepat, serta mengembangkan berbagai kit diagnostik agar Indonesia mampu berdikari dalam prevensi dan penanggulangan penyakit infeksinya sendiri. Inovasi bidang terapi, dikembangkan terapi penyakit berbasis herbal lokal Indonesia yang selain menghasilkan produk juga membantu para petani agar semakin sejahtera. Disamping itu juga dikembangkan terapi berbasis proteomik dan berbasis stem cell. Beliau berharap bahwa Indonesia betul-betul mampu memformulasikan riset maju (advanced research) dan menjadi pusat research excellence yang memadukan pendekatan health science, life science, dan social science sehingga mampu menggapai inovasi penanggulangan penyakit melalui pendekatan holistik. Kerja keras ITD selama 5 tahun yang dinahkodai seorang internist dan disokong oleh berbagai komponen peneliti yang handal ternyata mampu membuahkan hasil dan respon positif dari berbagai pihak dalam dan luar negeri. Tidak ketinggalan respon positif dari pemerintah Republik Indonesia melalui Kemenristek RI. Menristek RI berketetapan memilih dan menetapkan ITD-UA sebagai PUSAT UNGGULAN IPTEK di bidang Kesehatan, Obat, dan Biologi molekuler terkait Penyakit Tropik Infeksi. Tidak berhenti disitu, pada perjalanan lanjut ITD juga mendapat kepercayaan terakreditasi dari Komite Nasional Akreditasi Pranata Penelitian & Pengembangan (KNAPP). Puncaknya ITDUA memperoleh anugerah PRAYOGASALA dari Menristek RI di penghujung Agustus 2013, karena dinilai berhasil mengembangkan kelembagaan riset serta memperluas jejaring riset dalam maupun luar negeri. PR selanjutnya adalah apakah ITD mampu mempertahankan predikat tersebut. Tentu semua tergantung sinergitas seluruh komponen ITD dan izin Allah SWT. (Widiyanti/Anis/HI)
Edisi November 2014 Halo INTERNIS
59
INFO MEDIS Dr Bambang Subagyo, SpPD,FINASIM Dewan Etik dan Pembelaan Anggota PB PAPDI
Mediasi Pada Penyelesaian Sengketa Medis
Mediasi dan Penyelesaian Sengketa Alternatif
M
ediasi adalah salah satu bentuk penyelesaian sengketa (alternative dispute resolution/ADR) yang dilakukan oleh pihak-pihak yang bersengketa, dengan menggunakan jasa pihak ketiga (yang netral) sebagai mediator, dengan tujuan menghasilkan kesepakatan, atau keputusan bersama guna menyelesaikan sengketa tersebut tanpa harus melalui proses pengadilan Pada saat ini ADR melalui mediasi, menjadi salah satu alternatif penyelesaian sengketa hukum yang populer diberbagai nega-
60
ra. Selain Indonesia, mediasi telah digunakan untuk menyelesaian sengketa di luar peradilan, di negara Amerika Serikat, Jepang, Korea, Hongkong, Australia, Sri Langka, Rusia,Thailand, Singapura dan lain-lain. Dengan diberlakukan Undang Undang RI Nomor 30 tahun 1999 tentang Arbiterase dan Alternatif Dalam Penyelesaian Perkara, semakin kuat landasan penggunaan mediasi dalam penyelesaian sengketa hukum di Indonesia. Selain itu prosedur mediasi di Indonesia juga diperjelas, oleh Peraturan Mahkamah Agung R.I (PERMA) tahun 2001. Maka seharusnya saat ini hanya sengketa perdata yang gagal diselesaikan dengan ADR, yang dilanjutkan ke proses persidangan di pengadilan. Sebagai dasar hukum penggunakan mediasi pada penyelesaian sengketa di bidang medis, adalah pasal 29 UU No 36 Tahun 1999, Tentang Kesehatan, dimana dalam UU Kesehatan tersebut, untuk sengketa hukum akibat kesalahan atau kelalaian tenaga kesehatan, diwajibkan diselesaikan lebih dahulu dengan cara mediasi, sebelum memilih penyelesaian lewat jalur hukum
Mediasi di Pengadilan dan Mediasi Non Litigasi Berdasarkan tempat untuk menyelesaikan sengketa, ada dua macam cara mediasi yang dapat ditempuh, Pertama mediasi yang dilakukan sepenuhnya di luar proses pengadilan. Kedua adalah mediasi yang dilakukan pada perkara yang sedang dalam
Halo INTERNIS Edisi November 2014
proses peradilan tetapi belum ada putusan hukum yang berkekuatan tetap.
A. Mediasi Dalam Proses Peradilan Mediasi yang terjadi di pengadilan adalah mediasi yang terjadi pada sengketa hukum yang gugatannya telah didaftarkan sebagai gugatan perdata di pengadilan negeri. Cara ini dapat ditempuh karena berdasarkan Peraturan Mahkamah Agung (PERMA) No 1. Tahun 2008, pada semua proses peradilan perdata, sebelumnya harus telah dilakukan mediasi. Hakim bahkan dapat menunda proses peradilan, guna memberi kesempatan pada mereka yang bersengketa untuk melakukan mediasi. Bahkan suatu putusan peradilan yang ternyata tidak melalui proses mediasi terlebih dahulu, dapat dinyatakan batal demi hukum Mediasi dalam proses peradilan dapat dilakukan sepanjang waktu, selama perkara tadi belum diputus. Jadi, mediasi dapat dilakukan sejak dari saat perkara masih di tingkat Pengadilan Negeri ketika perkara dalam proses banding di Pengadilan Tinggi, Ataupun waktu perkara berada pada proses kasasi di Mahkamah Agung. Bahkan mediasi juga bisa dilakukan pada suatu perkara yang sedang dalam proses peninjauan kembali Mediator untuk perkara yang sudah sampai di pengadilan, sering disebut sebagai mediator hukum. Adapun mereka yang dapat menjadi mediator dipengadilan atau mediator hukum adalah hakim, akademisi hukum, profesi bukan hukum yang diang-
INFO MEDIS gap menguasai dan berpengalaman dalam masalah itu, atau gabungan dari profesiprofesi tersebut (Pasal 8, PERMA tentang Prosedur Mediasi Disidang Pengadilan).
jadi suatu kesepakatan yang telah berkekuatan hukum karena bersifat final dan mengikat. Sehingga akta tersebut akan berlaku layaknya suatu putusan hakim yang mempunyai kekuatan hukum tetap (in kracht van gewijsde) sehingga bila terjadi pelanggaran terhadap hal hal yang telah disepakati oleh para pihak, dan telah tercantum dalam akta perdamaian tersebut, maka pelanggaran tersebut akan menjadi suatu pelanggaran hukum, yang sanksi hukumnya telah diatur oleh pasal-pasal dalam KUH Perdata, khususnya tentang ingkar janji. Apabila wanprestasi (ingkar janji) tersebut, menyebabkan kerugian pada salah satu pihak, dapat digugat ganti rugi oleh pihak yang dirugikan. Bahkan juga dimungkinkan oleh hukum, pihak yang melakukan wanprestasi, harus memberi bunga (interest), di samping pembayaran ganti rugi pada pihak yang mengalami kerugian itu.
Mediator Dan Hasil Mediasinya
Ada dua macam mediator dalam penanganan sengketa hukum melalui jalur non litB. Mediasi Diluar igasi, termasuk untuk sengketa medik ini, Proses Peradilan ialah mediator tanpa sertifikat dan mediator Mediasi di luar pengadilan (mediasi non bersertifikat. Adapun yang disebut sebagai litigasi) adalah mediasi yang dilakukan oleh mediator bersertifikat, adalah mereka yang mediator yang dipilih oleh pihak-pihak yang telah mengikuti pendidikan mediator yang bersengketa, dengan harapan sengketanya diselenggarakan oleh suatu lembaga pendapat diselesakan, tanpa harus melalui prodidikan mediator, yang telah diakreditasi ses persidangan di pengadilan. oleh Mahkamah Agung RI (pasal 5. Walaupun hasil kesepakatan yang diperPERMA. No 1 tahun 2008) Sedangkan oleh mediasi ini terjadi diluar pengadilan, mediator tidak bersertifikat adalah mediator namun kesepakatan yang diperoleh dapat yang belum mengikuti pendidikan mediator, dibawa ke pengadilan untuk dikukuhkan yang diselenggarakan oleh lembaga penmenjadi suatu akta perdamaian. Adapun didikan mediator yang terakreditasi oleh suatu akta perdamaian yang sudah dikuMahkamah Agung kuhkan oleh pengadilan negeri, akan menProses mediasi dan cara yang digunakan untuk mencapai kesepakatan bersama, tidak berbeda pada kedua macam mediator tersebut. Hasil kesepakatannya juga tidak Selama ini sudah terbukti bahwa berperkara lewat pengadilan (litigasi), mempunyai banyak keleberbeda namun terdapat perbemahan, di antara kerugian itu adalah: daan besar dalam tindak lanjut dan 1. Prosesnya bisa memakan waktu, karena memerlukan sidang pengadilan berkali-kali. Juga bila status hukum dari kesepakatan ada pihak yang tidak puas dengan keputusan hakim bisa berlanjut dengan peradilan banding, yang telah dicapai oleh kedua mapengajuan kasasi dan sebagainya sehingga prosesnya akan semakin lama. cam mediator tersebut. 2. Sering memerlukan biaya besar, akibat proses yang bisa berlangsung lama. Pada mediator bersertifikat, ha3. Para pihak saling mengadu bukti dan argumen, untuk pembenaran diri. sil kesepakatan yang telah ditanda 4. Keputusan akhirnya ditetapkan oleh hakim, sehingga sangat formal. Namun tidak selalu tangani oleh pihak-pihak yang berdirasakan sebagai putusan yang “win-win” bagi yang bersengketa, bahkan bisa dirasa sebasepakat dan mediatornya. Dapat gai sesuatu yang “win-loss” langsung didaftarkan ke pengadilan negeri guna dikukuhkan Semua alasan kelemahan dari proses litigasi tersebut diharapkan tidak akan terjadi pada proses menjadi “Akta Perdamaian” sepenyelesaian sengketa dengan mediasi non litigasi. Karena mediasi non litigasi mempunyai kelehingga status hukum dari kesepabihan kelebihan, berupa : katan perdamaian tadi menjadi a. Prosesnya lebih informal dan flexibel, karena difasilitasi mediator yang dipilih bersama, serta kuat. Karena suatu akta perdamaimenguasai obyek yang disengketakan sehingga lebih sesuai dengan semangat musyawarah an yang telah dikukuhkan pengauntuk mufakat. dilan negeri, mempunyai kekuatan b. Penyelesaiannya tidak perlu waktu lama, karena agendanya diatur sendiri. hukum tetap yang mengikat, sec. Kerahasiaan dapat dijamin, karena penyelesaian dengan cara ini bisa dilakukan dengan diamhingga akta ini tidak mudah didiam, hanya diketahui oleh pihak yang terlibat saja sehingga rahasia dokter, pasien dan rumah ganggu gugat dan ditafsirkan sesakit akan tetap terjaga. maunya. d. Pada pembahasannya tidak terjadi pembenaran diri, melainkan berusaha mencari titik temu Sebaliknya kesepakatan yang sebagai landasan dari suatu solusi bersama. diperoleh dengan perantaraan mee. Terdapat banyak kemungkinan keputusan yang ”win win solution”. diator tidak bersertifikat, tidak dapat didaftarkan ke pengadilan unAdapun kekurangan yang ditemukan dalam proses mediasi tersebut, adalah. tuk dikukuhkan sebagai akta pera. merupakan hal yang baru, sehingga masih belum banyak dikenal. damaian. Kesepakatan tersebut b. masih sulit mencari mediator yang handal dan menguasai masalahnya. hanya dapat ditandatangani di dec. masih ada pendapat litigasi adalah satu satunya cara penyelesaian terbaik pan notaris, atau dibuatkan akta otentiknya oleh notaris sehingga
Keuntungan Dan Kerugian Mediasi Non Litigasi
Edisi November 2014 Halo INTERNIS
61
INFO MEDIS kesepakatan tersebut hanya akan menjadi ”akta di bawah tangan”, yang kekuatan hukumnya tidak sekuat suatu akta perdamaian yang disahkan oleh pengadilan. Sehingga dikemudian hari, jika salah satu pihak yang telah bersepakat tadi, merasa tidak puas dengan perjanjian didepan notaris tersebut atau ada keberatan yang lain terhadap kesepakatan tersebut pihak yang tidak puas dapat menggugat masalah itu dan meminta untuk diselesaikan melalui jalur litigasi sehingga otomatis masalah itu akan menjadi sengketa hukum, yang akan diselesaikan lewat proses peradilan (litigasi). Kejadian seperti ini tidak akan terjadi, apabila kesepakatan damai tersebut telah menjadi suatu akta perdamaian yang dikukuhkan oleh pengadilan.
Namun dalam praktik, ternyata banyak sengketa yang cukup rumit dan pelik, karena sangat teknis sehingga memerlukan mediator yang selain bertindak sebagai fasilitator untuk mediasi, juga harus menguasai masalahnya. Hal ini sering menyulitkan bagi mediator yang akan menangani sengketa yang menyangkut profesi medis, karena perlu pemahaman khusus suatu sengketa medis yang tampak sederhana ternyata rumit, sebab menyangkut masalah etika profesi, teknis medis atau ilmu kedokteran yang sangat spesialistik. Akibatnya mediator sengketa medis, yang tidak menguasai masalah dan logika ilmu kedokteran akan mengalami kesulitan.
Fasilitator Profesional Dan Imbal Jasanya Semula mediator dianggap hanya akan berperan apabila kedua pihak yang bersengketa, tanpa bantuan pihak ketiga tidak dapat mencapai titik temu dalam menyelesaikan masalah yang disengketakan. Dahulu tugas mediator dianggap hanya terbatas untuk memfasilitasi proses perundingan, mengidentifikasi inti permasalahan dan mendorong agar dapat tercapai kesepakatan pada pihak pihak yang bersengketa. Dahulu tugas seorang mediator hanya dianggap cukup membantu para pihak yang bersengketa, agar terjadi : 1. Komunikasi yang efektif dan efisien, serta mengurangi rasa permusuhan. 2. Menetapkan prioritas pokok penyelesaian masalah dan negosiasinya sehingga dicapai kesepakatan yang “win-win” pada pihak yang bersengketa. 3. Memperkecil kesenjangan pemahaman para pihak, terutama terkait dengan istilah medis dan terminologi hukum sehingga yang bersengketa mampu melihat masalah yang disengketakan dengan obyektif. 4. Menjelaskan posisi masing masing pihak, dan membantu para pihak agar realistis terhadap keinginan atau gugatannya.
62
Apakah bagi mediator harus disediakan uang jasa, atas waktu dan pengorbanan yang diberikan? Dan bagaimana cara menentukan besar jasa tersebut? Kalau jasa mediasi itu dilakukan oleh mediator profesional, atau bagian dari suatu biro hukum swasta, tentu pada mediator tersebut akan ada biaya pembayaran jasa, yang harus dikeluarkan oleh pihak yang bersengketa. Tetapi bisa saja suatu mediasi dilakukan oleh seorang mediator atau lembaga yang tidak menuntut biaya untuk hal itu. Namun yang jelas kalau harus ada biaya untuk jasa mediasi tersebut, besar biaya dari jasa mediasi tersebut, harus ditentukan di depan atau sebelum proses mediasi dilakukan. Seorang mediator tidak dibenarkan menentukan biaya mediasi didasarkan
Halo INTERNIS Edisi November 2014
pada prosentase atau dikaitkan dengan nilai materiil hasil akhir atau kesepakatan yang akan dihasilkan oleh mediasi tersebut.
Dokter Sebagai Mediator Dari uraian di depan ada kesan tidak mudah bagi semua orang, untuk berperan menjadi mediator dari suatu sengketa medis, khususnya untuk mereka yang tidak faham tentang kedokteran dan profesi medis. Karena itu tidak ada salahnya jika dari kalangan profesi medis sendiri, ada yang tertarik dan bersedia menjadi mediator bagi sengketa medik bahkan salah satu keuntungan dari dokter yang menjadi mediator akan lebih mudah memahami masalahnya, serta mempunyai akses informasi yang lebih luas jika dibandingkan dengan mediator yang tidak berasal dari kalangan medis. Dokter yang ingin menjadi mediator dari suatu sengketa medis, tidak harus seorang dokter senior atau dokter yang telah mengikuti pendidikan hukum secara formal. Bagi para dokter muda yang berminat, juga terbuka luas kesempatan untuk ini. Yang penting para pihak yang bersengketa menyetujui. Tentunya saat menjadi mediator harus bersedia berlaku profesional, obyektif, netral dan jujur, baik terhadap sesama dokter yang sedang yang bermasalah maupun pada pihak-pihak yang bukan dokter dalam masalah itu. Hambatan dan kesulitan dalam mediasi pasti ada, namun itu adalah romantika dan tantangan yang menarik pada mereka yang telah memilih peran menjadi mediator. Juga harus disadari oleh para mediator, bahwa sekalipun sudah dimediasi sangat sulit untuk memberikan kepuasan yang persis sama pada para pihak yang bersengketa tersebut. Nah, bagaimana menurut anda? Apakah anda berminat mernggeluti bidang ini?
SOSOK PAPDI
Pameran Fotografi
Di Pertemuan Ilmiah Tahunan Penyakit Dalam
M
endengar nama PIT IPD, yang terbayang adalah simposium ilmiah, workshop, poster penelitian, serta pameran alkes dan farmasi. Namun gambaran tersebut sedikit berbeda pada Pertemuan Ilmiah Tahunan Ilmu Penyakit Dalam (PIT IPD) FKUI/RSCM 2013 lalu. Pada event tersebut, beberapa internis menggelar pameran fotografi. Boleh jadi ini kali pertama pada PIT IPD FKUI/RSCM diselingi dengan pameran fotografi. Pameran bertema “Sights and People: a Photographic Journey” ini diselenggarakan atas prakarsa para ahli hematologi onkologi medik, Prof. Dr. Zubairi Djoerban, SpPD, K-HOM, FINASIM, DR. Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP dan DR. Dr. Lugyanti Sukrisman, SpPD, K-HOM, FINASIM. Mereka ditambah beberapa konsultan dan residen memamerkan koleksi-koleksinya di Lantai Dasar Hotel Ritz Carlton Jakarta. Fotografi merupakan kegemaran yang membutuhkan passion yang besar. Tak banyak klinisi yang menekuni fotografi. Namun, bagi beberapa konsultan penyakit dalam FKUI/RSCM, fotografi merupakan sebuah hobi. Tak jarang mereka mengorbankan waktunya untuk mencari objek bagus untuk menghasilkan karya fotografi yang indah. Selain tiga konsultan hematologi onkologi medik tersebut, masih terdapat sederet nama pencinta fotografi dari Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM. Sebutlah nama-nama seperti Dr. Budi Setiawan, SpPD, K-PTI, Dr.
Edisi November 2014 Halo INTERNIS
63
SOSOK PAPDI Khie Chen Lie, SpPD, K-PTI, dan Dr. Dante Saksono Harbuwono, PhD, SpPD, K-EMD. Pameran foto ini sangat spesial karena direncanakan dalam jangka waktu yang cukup panjang, sekitar 6 bulan sebelum pameran berlangsung. Acara ini diselenggarakan di Hotel Ritz Carlton, Jakarta bertepatan dengan event PIT, tepatnya tanggal 26-27 Oktober 2013. Event yang dibantu oleh PPDS ini sebenarnya sudah ada dalam benak para penggagas sejak beberapa tahun lalu, namun baru sempat terlaksana saat itu. Selain ketiga penggagas, pameran ini diikuti juga oleh para konsultan lain yang memiliki passion tinggi terhadap fotografi, Dr. Budi Setiawan, SpPD, K-PTI, Dr. Khie Chen Lie, SpPD, K-PTI, serta PPDS ilmu penyakit dalam. Menurut Dr. Lugy yang merupakan orang yang dengan telaten mempersiapkan pameran ini, pameran fotografi ini diharapkan menjadi langkah awal bagi event lain untuk menghimpun para pencinta fotografi di departemen maupun PAPDI. Konsultan hematologi yang menggeluti fotografi karena ketularan suaminya yang merupakan konsultan obstetri dan ginekologi ini merenca-
Foto-foto Pameran Fotografi di PIT IPD 2013.
64
Halo INTERNIS Edisi November 2014
SOSOK PAPDI
nakan sebuah kegiatan hunting foto bersama dengan rekan-rekan sejawat atau acara pertemuan dan diskusi dengan para tokoh fotografer profesional. Saat ini, ia telah mengoleksi puluhan foto hasil jepretannya sendiri dari tak kurang 10 negara. Beberapa koleksinya menampilkan keindahan alam Afrika Selatan yang ia tampilkan
dalam pameran kali ini. Beberapa foto yang dipajang merupakan favoritnya. “Biasanya saya hunting foto saat bepergian ke luar negeri untuk kongres kedokteran atau menemani suami yang kongres kedokteran,” papar dokter yang juga mahir dalam tenis, basket, dan banyak aktivitas seni dan olahraga lainnya ini.
Berbeda dengan Dr. Lugy yang menyenangi fotografi landscape, Dr. Aru banyak menyumbangkan foto-foto human interest hasil jepretannya di beberapa negara. Fotofoto karya Ketua Umum PB PAPDI periode 2006-2012 ini juga diambil dari berbagai negara. Detailnya sangat bagus. Menurut Dr. Aru, ia memang sudah lama mencitacitakan sebuah pameran fotografi di departemennya, namun tertunda karena padatnya kesibukannya sebagai Ketua Umum PB PAPDI saat itu. Ia mengaku gembira dan bersyukur dengan pelaksanaan pameran fotografi ini. Pameran fotografi ini dibuka secara resmi oleh Ketua Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM, DR. Dr. Imam Subekti, SpPD, K-EMD, FINASIM dan Ketua Panitia PIT IPD, DR. Dr. Iris Rengganis, SpPD, KAI, FINASIM. Pameran yang berlangsung selama 2 hari penuh ini menjadi daya tarik sendiri di acara PIT tahun ini. Semoga di tahun-tahun mendatang kegiatan ini dapat menjadi agenda rutin departemen dan semakin banyak anggota PAPDI yang juga mencintai aktivitas fotografi. (HI)
Edisi November 2014 Halo INTERNIS
65
SOSOK PAPDI
Mata Lain
Prof. Zubairi Djoerban
“Look Into My Eyes”, You Will See The World. Lihatlah ke dalam mataku, maka ada banyak cerita di situ. Dengan mata sekarang ini, saya bisa memotret berbagai belahan dunia. Maupun berbagai daerah di Indonesia. “Look Into My Eyes”, You Will See The World. Tolong dilihat mataku yang sebelah kanan. Yang biasa dipergunakan untuk melihat ruang intip pada kamera, suatu saat pernah buta total, gelap gulita. Mengapa saya memotret dan memotret? Kebutaan mata kanan secara total, Ablasio Retina yang lepas secara alami beberapa tahun lalu. Gelap, hitam total. Dunia seakan runtuh, nyaris putus asa ketika itu. Saya amat bersyukur kepada Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang,
66
Halo INTERNIS Edisi November 2014
Yang telah memberi ujian dan takdir sehingga saya bisa bertemu dengan dokter mata yang baik, Dr. Cahyono dan Dr. Soedarman Syamsoe, serta tim JEC. Yang paling penting adalah saya beruntung punya sahabat dokter spesialis mata yang amat canggih dan empati. Saya mendapat tindakan dengan cepat. Operasi retina dilakukan. Setelah beberapa minggu, mata saya divonis pulih. Kesabaran yang teramat sangat dibutuhkan pada saat itu. Tidak pernah tahu rencana Tuhan atas ujian ini. Mata yang pernah buta total itu, kini dapat melihat kembali. Mensyukuri nikmat Allah Ta’ala yang demikian besar itu. Maha Kasih yang telah memulihkan pandangan saya untuk dapat berbagi teman orang lain melalui fotografi. Ablasio Retina, akhirnya menjadi motivator untuk saya. Saya juga bersyukur karena sebagai dokter, seringkali bepergian dalam rangka tugas, mukernas, kongres dan lain-lain. Sehingga memiliki kesempatan memotret disetiap tempat.
SOSOK PAPDI
Launching Buku dan Pameran Fotografi, 10 Nopember 2014 di Lorong RS Kramat 128, Jakarta
Selain itu, rupanya dengan fotografi, komunikasi dokter dengan pasien jauh lebih baik. Manusia kecenderungan senang difoto.
BIODATA :
Saya memang bukan fotografer, namun saya hanya berkeinginan untuk berbagi ketika saya mengunjungi berbagai tempat. Keindahan ciptaan Ilahi yang saya lihat dan rasakan melalui mata dan hati. Kalaupun bisa disebut karya foto, itu sebetulnya, sekali lagi, itu hasil dari teknologi, keberanian untuk mencetak, keberanian untuk membukukan apa yang telah saya kerjakan untuk menyajikan ciptaan Tuhan.” (Zubairi Djoerban)
Riwayat Pendidikan:
Nama Lahir Nama istri Nama anak
: Prof. Dr. Zubairi Djoerban, SpPD, K-HOM, FINASIM : Yogyakarta, 11-02-1947 : Sri Wahyuningsih : Dini, Dono, Diana
FK UI - 1971, Spesialis Penyakit Dalam FK UI - 1978, Khom FK UI - 1986, Post Gradueate Training, ICIG Perancis - 1983, Cancer Exchange Programme At MD Anderson Cancer Center, Houston
Riwayat Jabatan: Ketua Senat FKUI - 2008–2013, Kepala Divisi Hematologi-Onkologi IPD FKUI/RSCM, Ketua Program Studi IPD FKUI/RSCM - 1995–2002, Ketua Kolegium IPD - 2006–2009, Ketua Pemeriksa Kesehatan Capres/Cawapres RI 2009 dan 2014, Ketua MPPK IDI - 2006–2012, Ketua Dewan Penasehat PB IDI - sekarang, Ketua Indonesia Aids Society - sekarang, dan lain-Lain.
Edisi November 2014 Halo INTERNIS
67
OBITUARI
Prof. Dr. dr. RRJ. Sri Djoko Moeljanto, SpPD, K-EMD:
Mengenang Jasa
Bapak Tiroid Nasional Dikenal sebagai pakar tiroid yang mumpuni di negeri ini, tak membuat dirinya tinggi hati. Beliau justru rajin keluar masuk lereng Gunung Merapi mendampingi langsung warga yang terkena penyakit tiroid atau gondokan.
K
ehilangan besar dirasakan oleh segenap civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, khususnya Departemen Ilmu Penyakit Dalam atas kepergian salah satu pakar terbaik yang pernah ada yaitu Prof. Dr. dr. RRJ. Sri Djokomoeljanto, SpPD, K-EMD. Dan tentu saja dunia endokrinologi ikut berduka atas kepergian Guru Besar yang diangkat sebagai Bapak Tiroid Nasional ini. Berita duka itu disampaikan langsung oleh pihak keluarga, yang mengabarkan bahwa pada Jumat, 13 Desember 2013 pukul 04.40 WIB, Prof Djoko menghembuskan nafas terakhirnya di RS Elizabeth Semarang. Dosen dan Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang ini, meninggal dunia dalam usia 76 tahun. Setelah disemayamkan di rumah duka dan disemayamkan pula di Undip untuk memberikan kesempatan pada segenap civitas Undip memberikan penghormatan terakhir pada salah satu pelopor berdirinya FK Undip ini. Selanjutnya almarhum Prof Djoko dimakamkan di pemakaman umum Trunojoyo Banyumanik, Semarang. Guru Besar kelahiran Boyolali, 23 Februari 1937 ini meninggalkan seorang istri yaitu Maria Antonia Sartini, tujuh anak (5 putra, 2 putri), dan 15 orang cucu. Kepergian Ketua Dewan Pengarah PB PERKENI ini mengingatkan kita akan jasa-jasa dan kontribusi nyata almarhum pada dunia kedokteran di Indonesia. Kecintaannya pada profesi dibuktikan dengan totalitas dalam bekerja. Meniti karier sebagai dosen Undip sejak tahun 1962 dan sempat memegang beberapa jabatan penting seperti Ketua De-
68
partemen Ilmu Penyakit Dalam dan Dekan Undip pada tahun 1980.
Prestasi dan kontribusi Beberapa penghargaan seperti Doktor Teladan Bidang Ilmiah dari PB IDI menerima Piala Widya Film Ilmuah Populer “The Iodine Deficiency” 1985. Oleh Pengurus Besar Perhimpunan Endrokrinologi Indo-
Halo INTERNIS Edisi November 2014
nesia (PB Perkeni) diberikan gelar kehormatan sebagai Bapak Tiroid Indonesia pada Mei 2013 lalu, dan pada saat yang sama dinobatkan sebagai Bapak GAKI (Gangguan Akibat Kurang Yodium) Nasional oleh Kementrian Kesehatan. Bagi Undip, Prof. Djoko adalah bagian penting dalam perjalanan salah satu universitas ternama di Indonesia ini. Tak hanya menjadi tenaga pengajar yang melahirkan banyak dokter, doktor dan guru besar, kontribusi almarhum sebagai pejabat struktural di lingkungan kampus melahirkan berbagai kebijakan strategis. Salah satunya pendirian Pusat Infeksi dan Penyakit Tropis (Center for Tropical and Infectious Diseases atau Centrid) FK Undip pada tahun 2005 adalah atas prakarsa almarhum Prof Djoko yang kala itu menjadi ketua Kelompok Studi Penyakit Tropik sejak pendiriannya tahun 1989. Dikenal sebagai pakar tiroid yang mumpuni di negeri ini, tak membuat dirinya tinggi hati. Beliau justru rajin keluar masuk lereng Gunung Merapi mendampingi langsung warga yang terkena penyakit tiroid
OBITUARI atau gondokan di kawasan Kabupaten Magelang. Tak hanya menerapkan metode pengobatan yang dikuasai almarhum, dirinya pun sangat berjasa dalam menyumbangkan data-data penting penyakit tiroid di Indonesia. Selain itu sangat gigih dan disiplin dalam melakukan penelitian bidang ilmu tiroidologi di segala jenjang strata pendidikan di Indonesia. Karenanya tak heran bila nama Prof Djoko juga dikenal di kalangan pakar tiroid tingkat nasional maupun internasional. Atas jasa-jasa besar itulah, sangat pantas rasanya bila PB Perkeni mengangkat beliau sebagai Bapak Tiroid Indonesia. Tanyakan pada masyarakat di lereng Merapi, bagaimana gigihnya seorang Prof Djoko mengentaskan masalah gondokan yang dianggap bukanlah penyakit oleh mereka. Kontribusi alharhum dalam hal ini tak hanya berhasil mengobati secara medis tetapi juga sukses mengubah paradigma masyarakat setempat yang menganggap gondokan adalah hal biasa, mereka menganggap umpluk —sebutan masyarakat setempat— bukan suatu penyakit, jadi pembesaran di bagian depan leher itu tak perlu ditakuti, apalagi mesti diobati. Lagi pula umpluk tidak menjadi hambatan penderita melakukan aktivitas. Anggapan itu muncul, karena mereka tak tahu bahwa gondok itu merupakan penyakit endemik. Di sinilah Prof. Djoko gigih meluruskan pendapat tersebut. Kondisi ini tentu saja mengusik dirinya sebagai seorang pakar endokrinologi. Beliau makin prihatin ketika mengetahui belum adanya penanganan yang serius terhadap masalah ini. “Gangguan ini harus menjadi masalah nasional karena berkaitan dengan penurunan kualitas sumber daya manusia,’’ kata Prof. Djoko suatu ketika.
Tak henti belajar, tak lelah mengabdi Perhatiannya yang besar pada masalah gondok ini, semakin memotivasinya untuk memperdalam ilmu Iodine Deficiency Disorder. Gayung bersambut, ketika akhirnya niat tersebut mengantarnya memperoleh kesempatan memperdalam ilmu dengan mengikuti International Course of Nutrition , National Institute of Nutrition, Hyderabad, India, pada 1969. Di negeri Sungai Gangga ini, Prof. Djoko menemukan kasus gondok yang serupa dengan Indonesia. Beliau
mengingat benar bagaimana cara penanganan masalah ini di sana. Setibanya ke tanah air, beliau langsung menerapkan ilmu yang diperolehnya dari negara Taj Mahal itu. Tanpa menunggu lebih banyak waktu, beliau langsung mulai melakukan penelitian gondok endemik di lereng Gunung Merapi. Mengumpulkan data yang terserak, mengais fakta-fakta yang tercecer dan meramunya di balik uji laboratorium. Kerja keras penelitian itu tak hanya menjadi catatan penting di atas kertas tetapi juga didokumentasikan dalam media rekaman berupa video yang selanjutnya dikemas dalam konsep film dokumenter. Inilah film yang kemudian berhasil menyabet piala Widya pada Festival Film Indonesia, di Bandung pada 1980 dengan judul ‘Kelabu di lereng bukit.’ Empat tahun kemudian, kesempatan baik kembalil menghampirinya. Kerja kerasnya di lereng Merapi mengantarnya mendapatkan tiket bea siswa belajar endokrinologi dan metabolik klinik di University Hospital, Leiden, Belanda, pada 1973. Setahun kemudian beliau berhasil meraih gelar doktor di Universitas Diponegoro Semarang, yang sebenarnya oleh promotornya dari Belanda diharapkan diajukan di Leiden, Belanda. Perlu dicatat bahwa alhmarhum adalah doktor pertama yang dihasilkan oleh Universitas Diponegoro, berhasil mempertahankan disertasinya yang berjudul The Effect of Severe Iodine Deficiency: A Study on Population in Central Java Indonesia dengan promotor Prof. DR. A. Querido dari University Leiden dan Prof. Dr. R Boedhi Darmojo
dari Universitas Diponegoro, Semarang. Perjalanan karier yang begitu gemilang, torehan prestasi yang membanggakan dan tentu saja perhatian tulus terhadap kondisi masyarakat di sekitarnya, membuat almarhum mendapat tempat terhormat sebagai salah seorang pakar endokrinologi di dunia kedokteran, juga dunia pendidikan khususnya bagi Universitas Diponegoro yang menjadi tempatnya belajar, mengabdi dan mendidik, melahirkan generasi penerus cita-cita beliau. Anak pertama dari delapan bersaudara pasangan Dirjosoebroto dan Soemijati ini selalu menjadi pelopor kemajuan FK Undip. ”Saya lebih menyukai penelitian atau seminar buat orang awam,” tuturnya suatu kali. Sosok ayah teladan ini memberi kebebasan pada ketujuh anaknya untuk memilih jalan hidup dan profesinya sendiri. Kendati tak ada satupun anak yang mengikuti jejaknya, beliau tetap bahagia. Baginya itulah esensi dari kebebasan yang diterapkannya. Keluarga adalah prioritas, itu sebabnya beliau membatasi praktek hingga maksimal pukul delapan malam, agar bisa berkumpul dengan keluarga setiap hari. Pada satu kesempatan beliau mengaku segala keberhasilannya merupakan berkah dari Sang Maha Kuasa. Dalam bekerja dirinya selalu mengutamakan pelayanan pada pasien, baginya eksistensi seorang dokter karena adanya pasien. Prinsip inilah yang semakin meneguhkan integritas dan kapabilitas beliau. Selamat jalan Prof Djoko. Terima kasih atas segala jasa baikmu selama ini. (HI)
Edisi November 2014 Halo INTERNIS
69
KABAR PAPDI
Jurnalis Award PAPDI P
engurus Besar Perhimmpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam (PB PAPDI) mengumumkan pemenang Jurnalis Award PAPDI dalam rangka Hari Kesehatan Sedunia (HKS) 2013 yang setiap 7 April. Dari 15 artikel yang masuk dan dimuat di media cetak dan elektronik selama April 2013, tim juri memilih tiga peserta yang memenangkan Jurnalis Award PAPDI. Nama tiga orang jurnalis tersebut dibacakan oleh Sekretaris Jenderal PB PAPDI, Dr. Sally Aman Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM bersamaan pada konferensi Pers “Efek Debu Vulkani terhadap Kesehatan” di Kantor PB
Dr. Sally memberi sambutan pada Konferensi Pers PAPDI.
70
Halo INTERNIS Edisi November 2014
PAPDI, 18 Februari 2014 lalu. Ketiga pemenang tersebut adalah: Juara I : Wita Lestari dengan tema “Meredam Aksi Si Hipertensi” dari media Jurnal Nasional. Juara II : Lilis A dengan tema “Waspada Hipertensi Mengintai” dari media Warta Kota. Juara III : Ari Utari dengan tema “Hindari Asin Berlebih Cegah Terkena Hipertensi” dari media Harian Terbit. Selamat kepada ketiga pemenang!
BERITA CABANG
Aksi PAPDI Peduli
Bencana Alam B
encana alam secara beruntun melanda di beberapa belahan bumi Indonesia. Belum surut banjir yang melanda beberapa daerah, termasuk Ibukota Jakarta dan belum terobati duka gunung Sinabung di Sumatera Utara, serta banjir bandang yang memporakporandakan daerah Paldua di Menado, gunung berapi Kelud di Jawa Timur pun meletus memuntahkan jutaan partikel. Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PB PAPDI) melalui cabang-cabangnya berperan aktif dalam aksi PAPDI Peduli Bencana Alam membantu saudara-saudara kita yang terkena musibah. Di Jakarta, PAPDI cabang Jakarta Raya menggelar aksi bakti sosial mengadakan pengobatan gratis di dua titik yang langsung terkena dampak banjir, yaitu condet dan kampung Pulo Jatinegara, Jakarta Timur. Beberapa internis yang dikoordinir oleh Dr. Asep Saeful Rohmat, SpPD, K-GEH, FINASIM dan Dr. RR. Rahayu, SpPD Ketua Komisariat PAPDI Jaya Wilayah Timur serta dibantu PAPDI Medical Relief turun ke lokasi memberikan pengobatan kepada masyarakat yang terkena banjir. “Banjir di Jakarta terjadi hampir tiap tahun, ke depan PAPDI Jaya akan membuat tim khusus yang menangani banjir,” kata Dr. Asep yang juga Ketua Bidang Organisasi PAPDI Jaya. Sementara, di Manado, Ketua PAPDI cabang Menado Dr. B.J Waleleng, SpPD, K-GEH bersama sejawat internis lain melakukan aksi PAPDI Peduli Bencana Alam dengan memberi sumbangan kepada korban banjir Bandang di dua tempat yang porakporanda, yaitu Pikala dan Paldua. Menurut Dr. Walelang di kedua tempat tersebut banyak rumah yang hanyut terbawa banjir. Kondisi sangat memprihatinkan. Kami bekerjasama dengan camat setempat meng-
Aksi PAPDI Peduli Bencana di Manado.
Bakti Sosial PAPDI Jaya, pengobatan gratis untuk korban banjir.
Edisi November 2014 Halo INTERNIS
71
BERITA CABANG inventaris kebutuhan yang mendesak korban banjir. Pada saat itu, kami memberi pakaian, selimut, kasur busa untuk tidur dan lain-lain sesuai yang dibutuhkan. Kami mendapat bantuan dana dari PB PAPDI, PAPDI Jaya, sumbangan anggota PAPDI cabang Menado dan sejawat lain. Selain itu, pasca banjir, PAPDI cabang Menado bersama IDI Wilayah, RS Prof. Kandau, Dinas Kesehatan Manado melakukan pengobatan gratis bagi korban banjir bandanng. “Dua daerah ini kami prioritaskan karena memang paling parah, sekitar 180 kepala keluarga yangg rumah hanyut. Derah ini tepat di pinggir sungai,” katanya. Hal serupa juga dilakukan PAPDI cabang Sumatera Utara. Masyarakat yang terkena musibah meletusnya Gunung Sinabung mendapat bantuan dari PAPDI cabang Sumatera Utara. Ketua PAPDI cabang Sumatera Utara Prof. DR. Dr. Harun Alrasyid, SpPD, SpGK, FINASIM menggalang dana dari sejawat lain. ”Kami memberi bantuan berupa barang yang dibutuhkan dan menurunkan internis ke lokasi untuk memberikan pengobatan kepada masyarakat,” kata Prof. Harun. Tak cukup sampai bencana di Sinabung, bumi pertiwi kembali “terguncang” dengan meletusnya gunung berapi Kelud, Jawa Timur. Ketua PAPDI cabang Malang Dr. Atma Gunawan, SpPD, K-GH, FINASIM bersama sejawat lain turun ke lokasi bencana Dusun Kedawun Desa Pandasari, Malang memberi bantuan berupa makanan dan peralatan sekolah bagi anakanak korban bencana alam serta satu unit komputer untuk Sekolah Dasar Negeri 03 Pandasari. Dampak letusan gunung Kelud bukan hanya dirasakan oleh masyarakat sekitar gunung. Letusan gunung Kelud memuntahkan juta ton kubik partikel ke angkasa. Debu vulkanik tersebar luas hingga menjangkau Jawa Barat. Banyak fasiliitas umum di pulau Jawa seperti bandara tertutup debu vulkanik yang memaksa pengelola bandara menghentikan aktifitas penerbangan. Masyarakat yang terpapar debu vulkanik terancam terkena gangguan kese-
Bakti Sosial PAPDI Jaya, pengobatan gratis untuk korban banjir.
72
Halo INTERNIS Edisi November 2014
hatan seperti gangguan kesehatan mata, kulit dan pernafasan. PB PAPDI pun tak tinggal diam. PB PAPDI melalui konferensi pers menghimbau masyarakat untuk mengantisipasi resiko akibat terpapar debu vulkanik. Temu media dilakukan di kantor PB PAPDI dengan tema “Efek Letusan dan Debu Gunung Berapi Terhadap Kesehatan Tubuh” dengan narasumber; Dr. Ceva Wicaksono Pitoyo, SpPD, K-P, FINASIM, KIC dan DR. Dr. Ari Fahrial Syam, SpPD, K-GEH, FINASIM, MMB, FACP dengan moderator Dr. Trijuli Edi Tarigan, SpPD, FINASIM. Acara yang dibuka Sekretaris Jenderal PB PAPDI, Dr. Sally Aman, SpPD, K-KV, FINASIM ini dihadiri puluhan warrtawan dari perwakilan media baik cetak maupun elektronik. (HI)
Bakti sosial PAPDI Cabang Malang untuk korban erupsi Gunung Kelud.
Suasana pengungsi korban banjir di Jakarta.
BERITA CABANG
JIM DACE 2014
PAPDI Perkuat Dokter
Layanan Primer Saya berharap kemitran PAPDI dengan dokter di layanan primer dapat ditingkatkan. Dengan demikian pemerintah daerah berharap dimana 155 diagnosa penyakit tidak lagi dirujuk ke layanan sekunder
Kepala Dinkes DKI Jakarta memberi sambutan sekaligus sebagai pembicara pad JIM DACE 2014.
J
IM DACE 2014 mendapat apresiasi dari Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Dr. Dien Emawati, M.Kes. Kegiatan ilmiah Jakarta Internal Medicine in Daily Practice (JIM DACE) 2014 yang diselenggarakan di Hotel Harris Jakarta, pada 1-2 November 2014 lalu dinilai Dr. Dien sangat sinergis dengan program-program Dinas Kesehatan DKI Jakarta. Pada orasinya dalam plenary lecture acara tersebut, Dr. Dien mengatakan PAPDI Jaya telah melakukan program yang baik dalam rangka meningkatkan kemampuan dokter-dokter yang berada di layanan primer, terutama dibidang ilmu penyakit dalam. Dr. Dien meminta agar kegiatan ilmiah ini frekuensinya ditambah, minimal dua kali setahun. Dengan begitu, dokter-dokter di layanan primer terus dapat ditingkatkan kompetensinya. “Saya ucapkan terimakasih kepada PAPDI Jaya, acara ini begitu penting bagi saya karena akan meningkattkan kemampuan dokter-dokter layanan primer baik di puskesmas maupun rumah sakit swasta. Ini
dapat membantu masalah-masalah kesehatan di era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) saat ini,” ungkap Dr. Dien yang sekaligus didaulat membuka acara JIM DACE 2014. Dr. Dien menambahkan, di era JKN ini pelayanan kesehatan di strata primer mesti diperkuat. Kemampuan skill dan diagnosa dokter di layanan primer senantiasa di up date. Mereka mesti handal mengambil keputusan-keputusan medis. Dan mereka juga paham kasus mana yang dapat ditangani dan kapan saatnya pasien dirujuk ke layanan sekunder. Saat ini di Jakarta tren penyakit lebih banyak didominasi kasus-kasus di bidang penyakit dalam. “JIM DACE ini sangat tepat bagi dokter di layanan primer,” tegasnya. Peran dokter di layanan primer saat ini, kata Dr. Dien, belum seperti yang diharapkan. Sistem rujukan yang telah ditetapkan dalam JKN tidak berlangsung optimal. Kasus-kasus yang seyogyanya menjadi kompetensi dokter umum kerap tidak selesai di layanan primer. Kebanyakan kasus tersebut
berakhir di layanan sekunder. Tak heran, bila rumah sakit layanan sekunder dan tersier kebanjiran pasiennya. “Saya berharap kemitran PAPDI dengan dokter di layanan primer dapat ditingkatkan. Dengan demikian pemerintah daerah berharap dimana 155 diagnosa penyakit tidak lagi dirujuk ke layanan sekunder. Akhirnya, sistem rujukan ini berjalan dengan sebaikbaiknya, sehingga rumah sakit layanan sekunder dan tersier pasiennya tidak mbludak,” ujarnya Harapan Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta sejalan dengan visi PB PAPDI. Wakil Sekretaris PB PAPDI Dr Soekamto Koenoe, SpPD, K-AI, FINASIM mengatakan PB PAPDI selalu mendorong anggotanya untuk meningkatkan kompetensi dan menjalin hubungan yang lebih baik dengan dokter-dokter di layanan primer. “PB PAPDI sangat mendukung kegiatan-kegiatan ilmiah dan program pemerintah yang bertujuan menyehatkan masyarakat Indonesia,” ujar Dr. Soekamto. Dr. Dien menambahkan Pemda DKI
Edisi November 2014 Halo INTERNIS
73
BERITA CABANG dalam waktu dekat akan menambah dan meningkatkan fasilitas kesehatan. Pemda berencana akan membangun satu rumah sakit, meningkatkan kapasitas RS Koja dan RS Budi Asih, dan puskesmas yang dapat pelayanan rawat inap ditingkatkan menjadi ruumah sakit tipe d. “Kita butuh banyak internis untuk mengisi fasilitas tersebut,” ujarnya. Saat ini, kata Dr. Dien, kerjasama Dnkes DKI dengan PPDS Ilmu Penyakit Dalam dapat menurunkan anngka rujukan. Kehadiran PPDS IPD di Puskesmas Cilincing, Koja, Tambora, dan Tanah Abang terbukti dapat menurunkan angka rujukan 80 persen kasus-kasus penyakit dalam. “Banyak kasus yang selesai di poli PPDS IPD. Penurunan angka rujukan cukup signifikan,” katanya. Sayangnya, pelayanan kesehatan lebih menitikberatkan kepada aspek kuratif. Dengan kurang memperhatikan aspek promotif dan preventif. Menurut Dr. Agasjtya Wisjnu Wardhana, SpPD, sejawat dilayanan primer hendaknnya melakukan layanan kesehatan yang bersifat promoti dan preventif. “Karena berapa pun sarana dan fasilitas kesehatan yang dibangun akan selalu kurang bila hanya menekankan aspek kuratif,” kata Dr. Wisjnu.
JIM DACE Untuk Dokter Layanan Primer JIM Dace 2014 ini didisain untuk dokter umum. Menurut Dr. Fitri Nurcahyani, salah
Pembukaan JIM DACE oleh Kepala Dinkes DKI Jakarta.
74
satu peserta yang berpraktik dokter umum di RS Hermina Bekasi mengatakan materimateri yang disampaikan selama dua hari sudah bagus, sesuai dengan kebutuhan dokter yang berpraktik di layanan primer. Kasus-kasus yang dipaparkan kerap dijumpai ketika praktik dan dibahas tuntas oleh para pembicara. “Acara ini secara keseluruhan baik, saya dapat merasakan manfaatnya,”ungkapnya. Hal tersebut diakui oleh Ketua PAPDI Cabang Jakarta DR.Dr. Ari Fahrial Syam, SpPD, K-GEH, FINASIM, MMB, FACP. Menurut Dr. Ari Fahrial, panitia telah merancang materi-materi yang memang menjadi permasalahan kesehatan di masyarakat umumnya, khususnya di Jakarta. Materi tersebut lebih menekankan pada deteksi dinni, penanganan pertama dan peran dokter umum dalam merujuk pasien. Pendapat yang serupa juga disampaikan Ketua Pelaksana JIM Dace 2014 Dr. Edy Rizal Wahyudi, SpPD, K-Ger, FINASIM. Menurut Dr. Edy acara ini bertujuan untuk membantu sejawat di layanan primer untuk meningkatkan kemampuan di bidang ilmu penyakit dalam. Dalam menentukan materi, panittia sebelumnya melakukan audiensi dengan dinas kesehatan DKI Jakarta. “Kami banyak menerima ma-
Halo INTERNIS Edisi November 2014
sukan kasus-kasus yang terjadi di Jakarta. Hal inni semata-mata niat murni PAPDI Jaya berperan mebantu sejawat dilayanan primer,” kata dr. Edy. Acara ini sebelumnya didahului workshop yang dilakukan di lima tempat komisariat PAPDI Jaya. Komisariat Selatan menyelenggarakan workshop “Comprehensive Management of Type 2 Diabetes Mellitus and it’s Complication” di RS Pondok Indah. Komisariat Barat menyelenggarakan workshop Primery Care of Osteoporosis and Osteoarthritis in Geriatric Patients” di RS Grha Kedoya. Komisariiat Pusat menyelenggarakan workshop “CAPD pada Penyakit Ginjal Kronik” di RS MRCCC Siloam Hospital. Komisariat Timur menyelenggarakan workshop “Holistic Management of Cardiac Arrhythmias” di RS haji Pondok Gede, dan Komisariat Utara menyelenggarakan workshop “Demam Pada Praktek Sehari-hari” di RS Gading Pluit. Puncak acara berupa simposium selama dua hari dengan tema “Guidelines in Internal Medicine Care for Primary Physicians Toward Universal health Coverage” di Hotel Harris. JIM DACE kali ini diikuti oleh 774 peserta yang teridiri dari 235 peserta workshop dan 539 peserta simposium dari berbagai daerah mulai dari Aceh hingga Papua Untuk memperbaiki kualitas JIM DACE selanjutnya, Dr. Edy mengatakan panitia terbuka menerima berbagai saran agar materi-materi yang disampaikan dapat menambah pengetahuan sejawat dan bermanfaat untuk menghadirkan pelayanan kesehatan yang lebih baik di tempat praktik sejawat masing-masing. (HI)
BERITA CABANG
Pelantikan Pengurus PAPDI Cabang Sumatera Barat Periode 2012 – 2015
Pelantikan Pengurus PAPDI Cabang Kalselteng Periode 2012 – 2015
Ketua Umum PB PAPDI yang diwakili Wakil Ketua PB PAPDI, DR. Dr. Ari Fahrial Syam, SpPD, K-GEH, FINASIM, MMB, FACP melantik dan mengukuhkan Ketua PAPDI Cabang Sumatera Barat periode 2012 – 2015 Dr. Syaiful Azmi, SpPD, K-GH, FINASIM beserta pengurus pada, 15 Juni 2014 di Hotel Mercure Padang, Sumatera Barat. Pelantikan dan susunan pengurus PAPDI Cabang Sumbar ditetapkan dalam Surat Keputusan PB PAPDI yang dibacakan Ketua Bidang Humas Publikasi dan Pengabdian Masyarakat, Dr. Ika Prasetya Wijaya, SpPD, K-KV, FINASIM. Pelantikan itu disaksikan Ketua IDI Wilayah Sumatera Barat, Prof. DR. Dr. Menkher Manjas, Sp.B, Sp.OT dan dihadiri pengurus serta anggota PAPDI Cabang Sumatera Barat.
Ketua Umum PB PAPDI Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP melantik dan mengukuhkan Ketua PAPDI Cabang Kalimantan Selatan Tengah (Kalselteng) periode 2012 – 2015 DR. Dr. Muh. Darwin Prenggono, SpPD, K-HOM, FINASIM beserta pengurus pada 7 Juni 2014 di Hotel Golden Tulip, Banjarmasin - Kalimantan Selatan. Pelantikan dan susunan pengurus PAPDI Cabang Kalselteng ditetapkan dalam Surat Keputusan PB PAPDI yang dibacakan Sekretaris Jenderal PB PAPDI, Dr. Sally Aman Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM, FACP. Pelantikan itu disaksikan Ketua IDI Wilayah Kalimantan Selatan, Dr. Mohammad Rudiansyah, SpPD, FINASIM, M.Kes dan dihadiri pengurus serta anggota PAPDI Cabang Kalimantan Selatan Tengah.
Pelantikan Pengurus PAPDI Cabang Jambi Periode 2012 – 2015
Pelantikan Pengurus PAPDI Cabang Kupang Periode 2012 - 2015
Ketua Umum PB PAPDI yang diwakili Wakil Ketua PB PAPDI, DR. Dr. Ari Fahrial Syam, SpPD, K-GEH, FINASIM, MMB, FACP melantik dan mengukuhkan Ketua PAPDI Cabang Jambi periode 2012 – 2015 Dr. M. Jufri Makmur, SpPD, FINASIM beserta pengurus pada 1 Juni 2014 di Hotel Novita Jambi. Pelantikan dan susunan pengurus PAPDI Cabang Sumbar ditetapkan dalam Surat Keputusan PB PAPDI yang dibacakan Sekretaris Jenderal PB PAPDI, Dr. Sally Aman Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM, FACP. Pelantikan itu disaksikan Ketua IDI Wilayah Jambi, Dr. H. Deri Mulyadi, SH, MH.Kes, M.Kes, Sp.OT. dan dihadiri pengurus serta anggota PAPDI Cabang Jambi.
Ketua Umum PB PAPDI yang diwakili Sekretaris Jenderal PB PAPDI, Dr. Sally Aman Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM, FACP melantik dan mengukuhkan Ketua PAPDI Cabang Kupang periode 2012 – 2015 Dr. Prijander L.B Funay, SpPD, FINASIM beserta pengurus pada 17 Mei 2014 di Swiss-Bell Hotel, Kupang, NTT. Pelantikan dan susunan pengurus PAPDI Cabang Kupang ditetapkan dalam Surat Keputusan PB PAPDI yang dibacakan Ketua Bidang Humas Publikasi dan Pengabdian Masyarakat, Dr. Ika Prasetya Wijaya, SpPD, K-KV, FINASIM. Pelantikan itu disaksikan Ketua IDI Wilayah NTT Dr. Rita Enny Setianingdiah, M.Kes. dan dihadiri pengurus serta anggota PAPDI Cabang Kupang.
Edisi November 2014 Halo INTERNIS
75
BERITA CABANG
Pelantikan Pengurus PAPDI Cabang Tanah Papua Periode 2012 – 2015
Pelantikan Pengurus PAPDI Cabang Yogyakarta Periode 2012 – 2015
Ketua Umum PB PAPDI yang diwakili Sekretaris Jenderal PB PAPDI, Dr. Sally Aman Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM, FACP melantik dan mengukuhkan Ketua PAPDI Cabang Tanah Papua periode 2012 – 2015 Dr. Samuel Baso, SpPD, FINASIM beserta pengurus pada 26 April 2014 di Swiss-bell Hotel, Jayapura, Papua. Pelantikan dan susunan pengurus PAPDI Cabang Kupang ditetapkan dalam Surat Keputusan PB PAPDI yang dibacakan Ketua Bidang Humas Publikasi dan Pengabdian Masyarakat, Dr. Ika Prasetya Wijaya, SpPD, K-KV, FINASIM. Pelantikan itu disaksikan Sekretaris IDI Wilayah Provinsi Papua, Dr. Wendy Lewelissa, Penasehat PB PAPDI, DR. Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP, Asisten Bidang Umum SEKDA Provinsi Papua Rosina Upessy dan dihadiri pengurus serta anggota PAPDI Cabang Tanah Papua.
Ketua Umum PB PAPDI Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP melantik dan mengukuhkan Ketua PAPDI Cabang Yogyakarta Periode 2012 – 2015 , Dr. Ibnu Purwanto, SpPD, K-HOM, FINASIM beserta pengurus pada 15 Maret 2014 di Hotel Royal Ambarukmo, Yogyakarta. Pelantikan dan susunan pengurus PAPDI Cabang Yogyakarta ditetapkan dalam Surat Keputusan PB PAPDI yang dibacakan Sekretaris Jenderal PB PAPDI, Dr. Sally Aman Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM, FACP. Pelantikan itu disaksikan Ketua IDI Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, Dr. Bambang Suryono, Sp.An, KIC, M.Kes, KNA, Penasehat PB PAPDI, DR. Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP dan dihadiri pengurus serta anggota PAPDI Cabang Yogyakarta.
Pelantikan Pengurus PAPDI Cabang Aceh Periode 2012 - 2015 Ketua Umum PB PAPDI Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP melantik dan mengukuhkan Ketua PAPDI Cabang Provinsi Aceh Periode 2012 – 2015 Dr. Fauzi Yusuf, SpPD, K-GEH, FINASIM beserta pengurus pada 7 Maret 2014 di Hotel Hermes Palace, Aceh. Pelantikan dan susunan pengurus PAPDI Cabang Aceh ditetapkan dalam Surat Keputusan PB PAPDI yang dibacakan Wakil Sekretaris Jenderal PB PAPDI, Dr. Sukamto Koesnoe, SpPD, K-AI, FINASIM. Pelantikan itu disaksikan Ketua IDI Wilayah Aceh, Dr. Fachrul Jamal, Sp.An, KIC. dan dihadiri pengurus serta anggota PAPDI Cabang Provinsi Aceh.
76
Halo INTERNIS Edisi November 2014
Pelantikan Pengurus PAPDI Cabang Kalimantan Timur Periode 2012 – 2015 Ketua Umum PB PAPDI Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP melantik dan mengukuhkan Ketua PAPDI Cabang Kalimantan Timur periode 2012 – 2015 Dr. Carta Agrawanto Gunawan, SpPD, K-PTI, FINASIM beserta pengurus pada 15 Februari 2014 di Hotel Gran Senyiur, Balikpapan, Kalimantan Timur. Pelantikan dan susunan pengurus PAPDI Cabang Kalimantan Timur ditetapkan dalam Surat Keputusan PB PAPDI yang dibacakan Sekretaris Jenderal PB PAPDI, Dr. Sally Aman Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM, FACP. Pelantikan itu disaksikan Ketua IDI Wilayah Kalimantan Timur, Dr. Arie Ibrahim, SpBS (K), dan dihadiri pengurus serta anggota PAPDI Cabang Kalimantan Timur.
BERITA CABANG
Pelantikan Pengurus PAPDI Cabang Bali Periode 2012 – 2015
Pelantikan Pengurus PAPDI Cabang Surabaya Periode 2012 - 2015
Ketua Umum PB PAPDI Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP melantik dan mengukuhkan Ketua PAPDI Cabang Bali periode 2012 – 2015 DR. Dr. Ketut Suega, SpPD, K-HOM, FINASIM beserta pengurus pada 19 Januari 2014 di Hotel Nusa Dua Beach, Denpasar, Bali. Pelantikan dan susunan pengurus PAPDI Cabang Bali ditetapkan dalam Surat Keputusan PB PAPDI yang dibacakan Sekretaris Jenderal PB PAPDI, Dr. Sally Aman Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM, FACP. Pelantikan itu disaksikan Ketua IDI Wilayah Bali, Dr. I Made Kompiang Gautama, SpA, DR. Dr. Aru W Sudoyo, SpPD, KHOM, FINASIM, FACP, Dr. Bambang Setiyohadi, SpPD, K-R, FINASIM, DR. Dr. Ari Fahrial Syam, SpPD, K-GEH, FINASIM, FACP dan dihadiri pengurus serta anggota PAPDI Cabang Bali.
Ketua Umum PB PAPDI Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP melantik dan mengukuhkan Ketua PAPDI Cabang Bali periode 2012 – 2015 Dr. Soebagijo Adi Soelistijo, SpPD, K-EMD, FINASIM beserta pengurus pada 11 Januari 2014 di Hotel Shangri La, Surabaya. Pelantikan dan susunan pengurus PAPDI Cabang Surabaya ditetapkan dalam Surat Keputusan PB PAPDI yang dibacakan Sekretaris Jenderal PB PAPDI, Dr. Sally Aman Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM, FACP. Pelantikan itu disaksikan Ketua IDI Wilayah Jawa Timur, Dr. Poernomo Boedi Setiawan, SpPD, K-GEH, FINASIM dan dihadiri pengurus serta anggota PAPDI Cabang Surabaya.
Pelantikan Pengurus PAPDI Cabang Purwokerto Periode 2012 - 2015
Pelantikan Pengurus PAPDI Cabang Sumatera Utara Periode 2012 – 2015
Ketua Umum PB PAPDI Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP melantik dan mengukuhkan Ketua PAPDI Cabang Purwokerto periode 2012 – 2015 , Dr. Pugud Samodro, SpPD, FINASIM beserta pengurus pada 21 Desember 2013 di Hotel Horison, Purwokerto. Pelantikan dan susunan pengurus PAPDI Cabang Purwokerto ditetapkan dalam Surat Keputusan PB PAPDI yang dibacakan Sekretaris Jenderal PB PAPDI, Dr. Sally Aman Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM, FACP. Pelantikan itu disaksikan Wakil Ketua IDI Cabang Banyumas, Dr. Rahmat Basuki, MH dan dihadiri pengurus serta anggota PAPDI Cabang Purwokerto.
Ketua Umum PB PAPDI Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP melantik dan mengukuhkan Ketua PAPDI Cabang Sumatera Utara periode 2012 – 2015 Prof. DR. Dr. Harun Alrasyid Damanik, SpPD, SpGK, FINASIM beserta pengurus pada 1 Desember 2013 di Emerald Garden International Hotel, Medan, Sumatera Utara. Pelantikan dan susunan pengurus PAPDI Cabang Surabaya ditetapkan dalam Surat Keputusan PB PAPDI yang dibacakan Sekretaris Jenderal PB PAPDI, Dr. Sally Aman Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM, FACP. Pelantikan itu disaksikan Ketua IDI Wilayah Sumatera Utara, Dr. Suhelmi, SpB dan dihadiri pengurus serta anggota PAPDI Cabang Sumatera Utara.
Edisi November 2014 Halo INTERNIS
77
BERITA CABANG
Pelantikan Pengurus PAPDI Cabang Malang Periode 2012 - 2015
Pelantikan Pengurus PAPDI Cabang Riau Periode 2012 - 2015
Ketua Umum PB PAPDI Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP melantik dan mengukuhkan Ketua PAPDI Cabang Malang periode 2012 – 2015. Dr. Atma Gunawan, SpPD, K-GH beserta pengurus cabang pada 23 Agustus 2014 bertempat di Hotel Atria Malang, Jawa Timue. Pelantikan dan susunan pengurus PAPDI Cabang Malang ditetapkan dalam Surat Keputusan PB PAPDI yang dibacakan oleh Sekretaris Jenderal PB PAPDI, Dr. Sally Aman Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM, FACP. Pelantikan itu disaksikan Ketua IDI Wilayah Malang Dr. Enny Sekar Rengganingati,MM yang diwakili Dr. Cesarius Singgih Wahono, SpPD,K-R. dan dihadiri pengurus serta anggota PAPDI Cabang Malang.
Ketua Umum PB PAPDI Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP melantik dan mengukuhkan Ketua PAPDI Cabang Riau periode 2012 – 2015 Dr. Wisman Tanjung, SpPD, FINASIM beserta pengurus pada 30 Agustus 2014 bertempat di Hotel Pangeran Pekan Baru, Riau. Pelantikan dan susunan pengurus PAPDI Cabang Riau ditetapkan dalam Surat Keputusan PB PAPDI yang dibacakan oleh Sekretaris Jenderal PB PAPDI, Dr. Sally Aman Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM, FACP. Pelantikan itu disaksikan Ketua IDI Wilayah Riau Dr. Nuzelly Husnedy, MARS dan dihadiri pengurus serta anggota PAPDI Cabang Riau.
Pelantikan Pengurus PAPDI Cabang Lampung Periode 2012 - 2015
Pelantikan Pengurus PAPDI Cabang Maluku Utara Periode 2012 - 2015
Ketua Umum PB PAPDI Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP melantik dan mengukuhkan Ketua PAPDI Cabang Lampung periode 2012 – 2015 Dr. Tehar KaroKaro, SpPD, FINASIM beserta pengurus pada 12 Oktober 2014 bertempat di Hotel Novotel, Lampung. Pelantikan dan susunan pengurus PAPDI Cabang Lampung ditetapkan dalam Surat Keputusan PB PAPDI yang dibacakan oleh Sekretaris Jenderal PB PAPDI, Dr. Sally Aman Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM, FACP. Pelantikan itu disaksikan Ketua IDI Wilayah Lampung Dr. Hernowo Anggoro Wasono, M.Kes dan dihadiri pengurus serta anggota PAPDI Cabang Lampung.
Ketua Umum PB PAPDI Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP melantik dan mengukuhkan Ketua PAPDI Cabang Maluku Utara periode 2012 – 2015 Dr. Eko Sudarmo Dahad Prihanto, SpPD, FINASIM beserta pengurus pada 8 November 2014 bertempat di Hotel Bella Innternational, Ternate, Maluku Utara. Pelantikan dan susunan pengurus PAPDI Cabang Maluku Utara ditetapkan dalam Surat Keputusan PB PAPDI yang dibacakan oleh Sekretaris Jenderal PB PAPDI, Dr. Sally Aman Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM, FACP. Pelantikan itu disaksikan Ketua IDI Wilayah Maluku Utara Dr. Marhaeni Hasan, SpA dan dihadiri pengurus serta anggota PAPDI Cabang Maluku Utara.
78
Halo INTERNIS Edisi November 2014
BERITA CABANG
Pelantikan Pengurus PAPDI Cabang Makassar Periode 2012 – 2015
Pelantikan Pengurus PAPDI Cabang Bekasi Periode 2012 – 2015
Ketua Umum PB PAPDI Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP melantik dan mengukuhkan Ketua PAPDI Cabang Makassar periode 2012 – 2015 Prof. DR. Dr. Syamsu, SpPD, K-AI, FINASIM beserta pengurus pada 24 November 2013 di Hotel Grand Clarion, Makassar. Pelantikan dan susunan pengurus PAPDI Cabang Makassar ditetapkan dalam Surat Keputusan PB PAPDI yang dibacakan Sekretaris Jenderal PB PAPDI, Dr. Sally Aman Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM, FACP. Pelantikan itu disaksikan Ketua IDI Wilayah Makassar, Prof. dr. Abdul Kadir, PhD, Sp.THT-KL(K), MARS dan dihadiri pengurus serta anggota PAPDI Cabang Makassar.
Ketua Umum PB PAPDI Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP melantik dan mengukuhkan Ketua PAPDI Cabang Bekasi periode 2012 – 2015 Dr. Ahmar Abyadh Umar, SpPD, K-GEH, FINASIM, M.Kes beserta pengurus pada 17 November 2013 di Ruang Burangrang Hotel Horison, Bekasi. Pelantikan dan susunan pengurus PAPDI Cabang Bekasi ditetapkan dalam Surat Keputusan PB PAPDI yang dibacakan Sekretaris Jenderal PB PAPDI, Dr. Sally Aman Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM, FACP. Pelantikan itu disaksikan Ketua IDI Cabang Kota Bekasi, Dr. Anthony D. Tulak, SpP, FCCP dan dihadiri pengurus serta anggota PAPDI Cabang Bekasi.
Pelantikan Pengurus PAPDI Cabang Sulawesi Tengah Periode 2012 – 2015
Pelantikan Pengurus PAPDI Cabang Jawa Barat Periode 2012 - 2015
Ketua Umum PB PAPDI Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP melantik dan mengukuhkan Ketua PAPDI Cabang Sulteng periode 2012 – 2015 Dr. I Komang Adi Sujendra, SpPD, FINASIM beserta pengurus pada 9 November 2013 di Ruang Ballroom Rubi, Hotel Santika, Palu. Pelantikan dan susunan pengurus PAPDI Cabang Sulteng ditetapkan dalam Surat Keputusan PB PAPDI yang dibacakan Sekretaris Jenderal PB PAPDI, Dr. Sally Aman Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM, FACP. Pelantikan itu disaksikan Ketua IDI Wilayah Sulawesi Tengah, Dr. Andi Mukramin Amran, SpRad dan dihadiri pengurus serta anggota PAPDI Sulteng.
Ketua Umum PB PAPDI Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP melantik dan mengukuhkan Ketua PAPDI Cabang Jawa Barat periode 2012 – 2015 DR. Dr. Arto Yuwono Soeroto, SpPD, K-P, FINASIM, FCCP beserta pengurus pada 5 Oktober 2013 bertempat di Ballroom Mason di Hotel Mason Pine Padalarang, Bandung - Jawa Barat. Pelantikan dan susunan pengurus PAPDI Cabang Jabar ditetapkan dalam Surat Keputusan PB PAPDI yang dibacakan Sekretaris Jenderal PB PAPDI, Dr. Sally Aman Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM, FACP. Pelantikan itu disaksikan Ketua IDI Wilayah Jawa Barat, Dr. Rullyanto, MPH, DFM, SH, MH.Kes dan dihadiri pengurus serta anggota PAPDI Jabar.
Edisi November 2014 Halo INTERNIS
79