HABA
Ureung Inong
HABA Ureung Inong Daftar Isi Sekapur sirih Assalamualaikum Dalam edisi pertama ini Haba Ureung Inong mencoba menuangkan kegiatan bulanan serta artikel yang berjudul “Gerakan perempuan di Era Reformasi”, kami juga memasukkan info penguatan kelembagaan RPPA, Penelitian tentang peran perempuan dalam perdamaian, Meningkatkan Kapasitas Perempuan Aceh dalam melakukan Penanganan Konflik & Penebar Perdamaian di Aceh serta penguatan jaringan media dalam kampanye gerakan perempua. semoga bermanfaat
02 Sekapur Sirih 03 Gerakan perempuan di Era Reformasi 04 PSW Ar-Raniry Teliti Peran Perempuan Aceh Untuk Perdamaian 05 Membangun Opini Masyarakat dan Penguatan Jaringan Media 06 Menguatnya Kelembagaan RPPA 07 Peningkatkan Kapasitas Perempuan Aceh Dalam Melakukan Penanganan Konflik & Penebar Perdamaian di Aceh
HABA
Ureung Inong
Salam redaksi
REDAKSI PENERBIT Flower Aceh PENANGGUNG JAWAB Desy Setiawaty TIM REDAKSI Elvida, Nisa, Evi Wahyuni Layout & Cover Hendra Lesmana ALAMAT REDAKSI Jalan Residen danubroto no.7 Geuceu Kayee Jato, Banda Raya Banda Aceh Telp. 0651 - 45755 EMAIL
[email protected] Website www.gerakanperempuanaceh.org
2
HABA Ureung Inong
Gerakan perempuan di Era Reformasi
G
erakan perempuan di Era reformasi adalah organisasi gerakan yang mendorong terbentuknya sistem demokrasi dan
merupakan aktor utama-- beserta organisasi mahasiswa dan organisasi pro-demokrasi lainnya-- dalam
menumbangkan rezim paternalistik Orde Baru;
Organisasi-organisasi gerakan perempuan ini tidak hanya turut membentuk sistem demokrasi, lebih dari pada itu, ia pun mengisinya dengan kerja-kerja nyata seperti menangani masalah-masalah: 1) K e k e r a s a n t e r h a d a p
Dari proses kerja-kerja yang
penyebarluasan pemahaman publik
perempuan berbasis gender,
dilakukan gerakan perempuan ini,
tentang kekerasan terhadap
upaya pencegahan dan
terdapat beberapa capaian penting
perempuan.
pemulihannya serta bantuan
yang mesti tercatat dalam pencapaian
Meskipun sejumlah capaian telah
hukum dan psikologis bagi
gerakan perempuan ini. Diantaranya
diperoleh, gerakan perempuan pun
korban;
adalah mempopulerkan kata
mengalami beragam tantangan di Era
2) Kemberdayaan perempuan
'perempuan' yang semula kata ini
reformasi ini. Tantangan tersebut baik
dalam bidang politik, ekonomi,
merupakan kata yang dipergunakan
di tingkat internal maupun eksternal.
akses terhadap informasi dan
sebagai counter terhadap penggunaan
Di tingkat internal adalah belum
sumberdaya kehidupan dan
kata 'wanita' yang dipakai pemerintah
kuatnya gerakan yang berbasis
a ks e s te r h a d a p ke a d i l a n
Orde Baru. menjadi menjadi nama-
kesu karelaan d iantara an g go ta
hukum;
nama lembaga negara seperti 'Komnas
g e ra ka n , s e h i n g ga i a m e m i l i k i
3) Penanganan terhadap kasus-
Perempuan', Kementerian
ketergantungan pendanaan dari donor
kasus kekerasan perempuan
Pemberdayaan Perempuan dan Anak
internasional. Ketika pendanaan dari
pekerja migran yang di era
(KPPA) biro-biro Pemberdayaan
donor internasional itu dihentikan,
reformasi ini arus migrasi
Perempuan di pelbagai daerah di
maka banyak organisasi-organisasi
tenaga kerja Indonesia ke luar
Indonesia dan lainnya; mengambil
gerakan perempuan tidak dapat
negeri semakin tinggi;
inisiatif dan mendorong kebijakan
beroprasi lagi, karena tidak ada
4) Penanganan terhadap kasus-
negara yang melindungi hak-hak
program yang bisa dijalankan; belum
kasus perdagangan
perempuan dalam bentuk peraturan
kuatnya kader-kader baru yang dapat
perempuan (trafiking);
dan pelembagaan seperti terbitnya
melanjutkan gerakan perempuan ke
5) Perjuangan untuk partisipasi
Instruksi Presiden tentang
depan, sehing ga belum terjadi
perempuan dalam
Pengarusutamaan Gender Dalam
penyebaran pengetahuan dan
pengambilan keputusan di
Pembangunan Nasional, disahkannya
keahlian kepada generasi berikutnya di
s e m u a t i n g ka t a n
Undang-Undang tentang
dalam anggota gerakan.
pemerintahan; 6) merespon
Penghapusan Kekerasan dalam Rumah
Tantangan lainnya di tingkat
politisasi agama, etnis dan
Tangga (PKDRT), disahkannya Undang-
eksternal adalah pelbagai kebijakan
gender sebagai bagian dari
Undang tentang Pemberantasan
yang telah disahkan di tingkat nasional
penyingkiran atas hak-hak
Tindak Pidana Perdagangan Orang dan
yang melindungi hak-hak perempuan
perempuan yang tumbuh
adanya kemitraan strategis dengan
dan kekerasan terhadap perempuan
subur di era demokrasi ini.
para penegak hukum, seperti
belum banyak diketahui dan dipahami
kejaksaan dan kepolisian dan adanya
oleh para eksekutif dan aparat penegak
3
HABA Ureung Inong
PSW Ar-Raniry Teliti Peran Perempuan Aceh Untuk Perdamaian Pusat Studi Wanita (PSW)
memberikan masukan pada
awal penelitian ini dilakukan
Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-
penelitian ini, terkait bagaimana
melibatkan banyak masukan-
Raniry Banda Aceh melakukan
besarnya peran perempuan itu sejak
masukan dari banyak pihak, bukan
penelitian tentang peran
dalam masa konflik, perdamaian dan
hanya dari peneliti saja.
perempuan Aceh dalam memelihara
masa pascadamai, tapi peran-peran
"Workshop dilaksanakan selama
perdamaian di Aceh, penelitian ini
itu menjadi tidak terdokumentasi
dua hari, kita berharap para peserta
diharapkan dapat memperkuat
baik, sehingga tidak diketahui oleh
yang telah hadir pada workshop ini
partisipasi perempuan untuk Aceh
siapapun, jadi ini menjadi langkah
dapat berpran aktif untuk
yang damai.
awal untuk mendokumentasikan
memberikan masukan-masukan
peran perempuan.
dalam untuk memperkaya informasi
Dikatakan, penelitian ini meneliti tentang peran perempuan
"Penelitian ini bekerjasama
dalam rangka memelihara
dengan UN women dan Balai Syura
Dia menegaskan, penelitian ini
perdamaian di Aceh, tujuannya
Ureung Inoeng Aceh, dan dijadikan
sangat penting, ini menyangkut
untuk memperkuat partisipasi
sebagai bahan dasar untuk
dengan peran serta keterlibatan
perempaun yang selama ini masih
menyusun rencana aksi daerah aceh
perempuan dalam menjaga
sangat kurang dalam menjaga
dalam memperkuat keterlibatan
perdamaian di Aceh, diharapkan
perdamaian di Aceh.
perempuan dalam menjaga
pada kegiatan ini para peneliti
perdamaian Aceh," ujarnya.
mendapat banyak masukan dari
"Yang kita teliti adalah eks
dalam penelitian ini," kata Khairani
kombatan perempuan dan women
Worshop ini dilaksanakan untuk
leader serta aktivis yang ada di
mendapatkan masukan-masukan
"Penelitian ini melibatkan
Kabupaten Aceh Selatan, Aceh
dan pengayaan terhadap hasil
Sembilan orang peneliti, tiga
Besar, Aceh Utara dan Bener Meriah,
penelitian agar hasil penelitian ini
diantaranya sebagai peneliti utama
saat ini penelitian telah dilakukan
menjadi lebih kaya informasi dan
yaitu Dr. Analiansya, Rasyidah, M.Ag
mencapai 70 persen pada penulisan
datanya, kerena yang hadir ini
dan Ismiati, M.Si, kegiatan ini
laporan dan mendapat mengayaan
merupakan para aktivis, mantan
difasilitasi oleh Nusiti, beliau
dari 27 lembaga," Kata Rasyidah.
kombatan, akademisi, peneliti sosial
fasilitator yang sangat
Kehadiran para peserta dalam
budaya, penelitian ini merupakan
berpengalaman," tutup Khairani.
workshop ini kata Rasyidah untuk
yang sangat kolaboratif, karena sejak
[Nat]. ***
hukum di bawahnya, baik di tingkat
bawah umur.
peserta.
puritanisme agama yang agenda
provinsi maupun kabupaten.
Situasi sosial-politik dan ekonomi
mereka lebih banyak bertolak
Pelanggaran terhadap hak-hak
pun cenderung melemahkan gerakan
belakang dan bertentangan dengan
perempuan pun semakin meluas,
perempuan, seperti kebijakan negara
isu yang diperjuangkan dalam
baik yang dilakukan oleh aktor non
yang pro-pasar cenderung
gerakan perempuan.**
negara atau masyarakat maupun
memiskinkan dan melemahkan
dilakukan oleh pejabat negara.
perempuan, karena modal ekonomi
Kasus-kasus kekerasan seksual
diakses oleh para elit ketimbang
semakin mengkhawatirkan,
kaum perempuan di akar rumput.
Sumber: http://www.komnasperempuan.or.id/20 14/04/gerakan-perempuan-di-erareformasi-capaian-dan-tantangan-nengdara-affiah/
terutama untuk anak perempuan di
Selain itu juga menguatnya
4
HABA Ureung Inong
Membangun Opini Masyarakat dan Penguatan Jaringan Media
M
erujuk pada kurangnya pemberitaan tentang isu-isu hak perempuan di pelbagai media, Flower Aceh mendapat peran sebagai lembaga yang menjalankan programnya melalui rangkaian kegiatan kampanye media tentang kegiatan yang sudah dilakukan oleh kelima lembaga konsorsium ini, dengan cara menyebarkan informasi, memasifkan isu-isu hak perempuan, serta menyediakan media-media kampanye lainnya. Adapun strategi yang dilakukan oleh Flower Aceh dengan mempersiapkan media-media kampanye, memperkenalkan, meningkatkan trafic, dan menemukan bentuk seperti posisi, isu yang digarap, strategi kampanye, dan lain sebagainya. Media-media kampanye tersebut adalah: 1. Website www.gerakanperempuanaceh.org 2. Chanel youtube (www.youtube.com/user/gerakanpe rempuanaceh). 3. Account facebook dan fanspage facebook (FB: Gerakan Perempuan Aceh). 4. Twitter (@perempuan_aceh). 5. Email newsletter (mailchimp.com). 6. Kalender dan media outbound. Pelatihan Advokasi Kreatif & Media Sosial untuk aktivis dan remaja Program WPS ini juga sedang m e n d o r o n g l a h i r ny a Ke l o m p o k Gerakan Media yang terdiri dari aktifis muda dari berbagai lembaga yang sedang berproses membangun sebuah gerakan publikasi media untuk kegiatan yang dilakukan oleh gerakan perempuan Aceh. Untuk itu telah dilaksanakan training Kampanye Media Sosial dengan tema “Becoming the Cyberactivis” pada tanggal 28 -30 Januari 2014. Training ini bertujuan untuk melatih para aktivis dalam menggunakan sosial untuk kepentingan kampanye dan m e n d o r o n g a d a n y a ko m u n i t a s cyberactivis. Peserta training terdiri dari 21 orang (11 orang perempuan dan 10 orang laki-laki), yang merupakan perwakilan dari MaTA, BSUIA, Flower Aceh, Pulih Aceh, PSW IAIN Ar-Raniry, Puan Adisa, GeRAK Aceh, LBH Apik, Koalisi NGO HAM, LBH Aceh, AWPF, PKBI Aceh, SP Aceh dan RPuK.
para remaja agar dapat memanfaatkan media social untuk kepentingan kampanye kreatif yang efektif. Belajar dari pelaksanaan pelatihan sebelumnya, maka pelaksanaan pelatihan ini dilakukan secara bertahap dengan rentang waktu satu minggu. Pelatihan pertama di lakukan pada tanggal 11 Mei 2014 dan yang kedua pada tanggal 18 Mei 2014. Waktu pelatihan yang dipilih adalah hari minggu karena sebagian peserta adalah pelajar sekolah. Materi yang disampaikan adalah tentang gender dasar dan pengenalan lembaga Flower Aceh dan gerakan perempuan Aceh. Materi tentang pembuatan script, instalasi software film editing, tehnik shooting, tehnik wawancara, tehnik presenter, dan tehnik narrator. Semua materi tersebut diikuti dengan praktek.
Pemilihan aktivitas lomba foto ini dinilai akan efektif karena remaja cenderung m e ny u ka i h a l - h a l yang bersifat teknologi. Untuk menjaring peminat yang lebih banyak, maka durasi perlombaan foto diperpanjang sampai dengan bulan Juni 2014. Metode perlombaan adalah dengan meminta peserta mengirimkan foto yang bertemakan perempuan dan perdamaian ke facebook gerakan perempuan Aceh dan kemudian penilaian pemenangnya ditentukan oleh banyaknya pengunjung yang menyukai foto yang diperlombakan tersebut. Metode yang sama juga digunakan untuk perlombaan menulis blog. Dimana tema yang diusung juga membicarakan tentang perempuan dan perdamaian. Peserta lomba dibebaskan untuk menggunakan berbagai sudut pandang dalam menggambarkan peran perempuan dalam perdamaian.***
Lomba Menulis & Lomba Foto Tentang Perempuan & Perdamaian untuk Remaja
Lomba foto ini merupakan langkah Selain membuat alternatif media untuk menarik minat remaja bergabung untuk melakukan kampanye, Flower dalam gerakan perempuan aceh untuk Aceh juga melakukan pelatihan bagi mendorong lahirnya generasi baru.
5
Twitter @perempuan_aceh
HABA Ureung Inong
Menguatnya Kelembagaan RPPA
S
trategi untuk meningkatkan partisipasi politik perempuan harus dilakukan lewat berbagai cara, diantaranya melalui upaya peningkatan kapasitas kandidat perempuan, membangun komitmen tertulis dari partai politik di Aceh untuk memberikan dukungan sepenuhnya bagi mereka, dan membangun komunikasi dan konsolidasi antar kandidat perempuan yang akan mencalonkan diri, gerakan perempuan dan gerakan masyarakat sipil dalam upaya menyusus strategi bersama untuk pemenangan pemilu 2014. Dan yang terpenting adanya dukungan masyarakat selaku pemilih untuk memberikan suaranya terhadap caleg perempuan yang mencalonkan diri pada Pemilu 2014.
Program ini memandang penting dilakukannya Kampanye damai Caleg Perempuan Pemilu 2014, pertemuan i n i j u ga m e l i b at ka n ge ra ka n perempuan di Aceh, unsur LSM dan Media di Aceh. Kegiatan ini bertujuan untuk memperkuat solidaritas antar caleg perempuan lintas parpol di Banda Aceh dan Aceh Besar, membangun dukungan dari elemen sipil, media massa dan masyarakat untuk memilih caleg perempuan pada Pemilu 2014 serta penandatanganan kontrak politik dan pembacaan manifesto perempuan politik Aceh. Hasil yang diharapkan dari kegiatan ini adalah m e n g u at nya solidaritas antar caleg perempuan lintas parpol di Banda Aceh dan Aceh Besar serta terbangunnya dukungan dari elemen sipil, media
m a s s a d a n m a sya ra kat untuk memilih caleg perempuan pada Pemilu 2014. Pada kesempatan t e r s e b u t j u g a ditandatangani kontrak politik dan manifesto janji kebangsaan oleh Caleg Perempuan. Adanya draf janji pemilih yang telah ditandatangangani dan dibaca di depan umum oleh perwakilan pemilih. asistensi caleg perempuan bertujuan untuk mendukung caleg perempuan. Bentuk kegiatan asistensi caleg perempuan dilakukan sebanyak 10 tahap dengan 4 model intervensi berbeda sesuai dengan kebutuhan caleg p e re m p u a n s e b a ga i berikut: a)Penguatan tim sukses caleg perempuan. b)pertemuan dan
d i s k u s i d e n g a n komunitas/masyarakat c)pelatihan saksi caleg perempuan d)konsolidasi caleg perempuan d)penguatan kapasitas caleg perempuan. Pelaksanaan kegiatan asistensi dengan metode yang berbeda ini dilakukan sesuai dengan kebutuhan masing-masing caleg perempuan yang diasistensi dengan pertimbangan sebagai berikut: 1) Penguatan Tim Sukses Caleg
Perempuan 2) Pertemuan & Diskusi Dengan Komunitas/Masyarakat 3) Pelatihan Saksi Caleg Perempuan 4) Pe n g u a t a n Ka p a s i t a s C a l e g Perempuan 5) Konsolidasi Caleg Perempuan. Penentuan caleg yang mendapatkan asistensi berdasarkan hasil analisa yang menunjukkan potensi dan peluang untuk dapat terpilih menjadi Aleg pada pemilu 2014, sebaran wilayah, sebaran partai politik dan inisiatif dari caleg yang bersangkutan.***
6
HABA Ureung Inong Meningkatkan Kapasitas Perempuan Aceh Dalam Melakukan Penanganan Konflik & Penebar Perdamaian di Aceh Diskusi Regular Komunitas 1. Desa Gunung Rotan (Aceh Selatan) Diskusi yang dilakukan masih mengangkat tema kekerasan sebagai tema utama diskusi namun kali ini pembahasannya lebih spesifik pada Kekerasan Terhadap Anak (KTA), dalam diskusi ini banyak membahas tentang pola pengasuhan anak, bagaimana seharusnya menjadi orang tua yang baik, bagaimana menghadapi anak yang bermasalah, tentang membangun komunikasi yang positif dengan keluarga khususnya dengan anak, bagaimana proses adopsi anak yang
sah sehingga proses pengangkatan anak dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 2. Desa Alue Leuhop (Aceh Utara) Dalam diskusi ini disampaikan bahwa Keuchik, sekretaris keuchik, tuha peut , dan lain-lain adalah posisi penentu kebijakan, posisi pengambil keputusan, yang dapat mendukung keterlibatan p e r e m p u a n d a l a m b e r b a ga i aktivitas di gampong. Perempuan penting untuk terlibat digampong ka re n a j i ka a d a ka s u s - ka s u s
hukum positif nasional, qanunqanun yang terkait, menghadirkan narasumber dari MAA, Tokoh Agama, Akademisi dan Aparat Penegak Hukum. Melibatkan masyarakat di desa dimana kegiatan dilakukan, baik peserta laki-laki dan perempuan dalam diskusi di desa.
kekerasan yang dialami oleh perempuan, pastilah perempuan lebih nyaman bercerita dengan perempuan. Dia merasa persoalannya didengarkan oleh p e re m p u a n , ka re n a perempuan pasti mengalami hal yang sama. Masalah yang dihadapi oleh Tokoh Adat Perempuan adalah ketika ada perempuan yang menceritakan masalahnya dianggap ikut campur urusan orang lain, walaupun masalah yang dihadapi mengancam nyawanya. Tidak semua orang bisa mengintervensi, kewajiban keuchik dan tuha peut untuk m e m b a n t u m a sya ra ka t nya ya n g menghadapi masalah. Kegiatan Diskusi menghasilkan beberapa rekomendasi diantaranya adalah kebutuhan akan informasi terkait hak-hak perempuan dan hukum, baik adat, agama dan
7
3.Desa Sukajadi Kecamatan Wih Pesam (Bener Meriah) Diskusi diawali dengan penjelasan mengenai Qanun No. 9 tahun 2008 yang mengatur tentang 18 perkara yang dapat diselesaikan di tingkat gampong. Hal ini untuk menghindari seluruh perkara yang terjadi di masyarakat langsung di bawa ke polisi untuk diselesaikan melalui jalur hukum. Ditegaskan bahwa aparatur desa m e m i l i k i kewe n a n ga n u nt u k menyelesaikan terlebih dahulu dan mengupayakan perdamaian. Dalam hal kasus/perselisihan tersebut terjadi di antara sesama perempuan atau salah satu pihaknya adalah perempuan, maka penting untuk memastikan adanya sara opat yang perempuan.
HABA Ureung Inong Sehingga mereka bisa lebih leluasa untuk menceritakan permasalahannya dan dibantu memberikan jalan keluarnya tanpa menggunakan kekerasan.
r Pengenalan hak-hak
TOT Ketrampilan Teknis Mediasi, Negosiasi, Fasilitasi & Lobby bagi P 2 T P 2 A , K a d e r & To k o h Perempuan) 1.Aceh Utara Peserta pada kegiatan pelatihan ini adalah tokoh adat perempuan yang telah mengikuti proses rekruitmen melalui serangkaian FGD yang dilakukan di komunitas masingmasing sesuai dengan wilayah yang menjadi target program di Kabupaten Aceh Utara. Tokoh Adat Perempuan yang mengikuti kegiatan Peningkatan ka p a s i t a s m e l a l u i Pe l a t i h a n Peningkatan Kapasitas Tokoh Adat Perempuan dalam proses penyelesaian sengketa/kasus di komunitas berjumlah 24 orang peserta yang mewakili masingmasing gampong/desa yang dipilih berdasarkan hasil assessment dan FG D. Pe l at i h a n d i m u l a i d a r i Kabupaten Aceh Utara dilaksanakan di salah satu hotel/wisma di kota Lhokseumawe, difasilitasi oleh Ibu Azriana, S.H. dan menghadirkan dua orang Narasumber yaitu Bapak Danial, M.Ag (tokoh agama dan akademisi) dan Bapak Drs. T. Mustafa (Majelis Adat Aceh-Kabupaten Aceh Utara). Kegiatan Pelatihan Peningkatan Kapasitas tokoh Adat Perempuan di wilayah Aceh Utara, disampaikan materi mengenai : r Pengenalan hak-hak perempuan untuk membangun keberpihakan utamanya keberpihakan terhadap korban.
r
r
r
r
perempuan di perkuat oleh n a ra s u m b e r y a n g menyampaikan materi “hakperempuan dalam perspektif Islam” untuk menguatkan pemahaman peserta terhadap hak-hak perempuan yang dapat diperjuangkan, melalui proses penyelesaian sengketa yang berkeadilan. Perlindungan terhadap hak-hak perempuan (bagaimana perempuan dilindungi), melalui payung hukum dan keberpihakan terhadap hak juga keadilan. Sengketa di Komunitas dan Alternatif Penyelesaiannya (melalui mekanisme peradilan adat) disampaikan oleh narasumber. Ketrampilan Dasar Pendampingan Perempuan Korban Kekerasan di Komunitas. Untuk memperkuat pemahaman peserta terhadap materi, dipraktekkan melalui bermain peran (roleplay), peserta lebih mudah dalam memahami materi dengan kasus-kasus penyelesaia sengketa di komunitas.
2. Aceh Selatan Pelatihan ini merupakan salah satu bentuk penguatan untuk kelompok perempuan, Aparat desa, dan Para Pemangku kepentingan baik tingkat kecamatan maupun Kabupaten di Aceh Selatan dengan harapan dapat memberikan ruang dan kesempatan yang baik, dalam memperkuat Partispasi Perempuan untuk Keamanan dan Pembangunan Perdamaian yang berkelanjutan berbasis masyarakat. Tujuan dari TOT ini adalah agar
8
terbangunnya dukungan dari semu a stake h o ld er d alam penanganan kasus kekerasan terhadap perempuan dan mempromosikan perdamaian serta meningkatnya Kapasitas aparatur pemerintah, aparatur kampung dan tokoh adat perempuan tentang perannya dalam penyelesaian kasus kekerasan terhadap perempuan melalui peningkatan keterampilan teknis mediasi, negosiasi dalam penanganan kasus kekerasan berbasis gender. Kegiatan ini diikuti oleh 25 peserta yang terdiri dari 11 orang peserta laki-laki dan 14 orang peserta perempuan dan mewakili dari tiga tingkatan yaitu dari tingkat ka b u p a t e n ( p e r w a k i l a n d a r i Pengurus P2TP2A Aceh Selatan, Perwakilan MAA, Dinas Sosial, BKSPPPA dan BSUIA Aceh Selatan), tingkat kecamatan (Camat, Polsek, TKSK Kecamatan, kepala Mukim untuk Wilayah Labuhan Haji Timur) dan tingkat gampong (Kepala Desa, Imam Meunasah, Perwakilan Tuha Pheut, PKK, Kelompok Perempuan, Pemuda dan Kepala Dusun Desa Gunung Rotan). Dalam Pelatihan ini seluruh peserta mendapatkan pencerahan atau penguatan kapasitas terkait “Kerangka Konsep dan Kebijakan tentang Pelibatan/Partisipasi Perempuan dalam Pembangunan Damai Post Konflik dalam Tinjauan Yuridis Formil, Tinjauan Sosilogis, d a n T i n j a u a n Te o l o g i s y a n g disampaikan oleh Rasyidah, M.Ag ( K e t u a P u s a t S t u d i Wa n i t a , Universitas Islam Negeri Ar Raniry Banda Aceh), selanjutan proses p e l a t i h a n d i Fa s i l i t a s i o l e h Fasilitator (Taufik Riswan).***