Sejarah singkat Perjalanan GUS MUHAMMAD ZAENURI BIN SANIMIN Gus Zaen
Beliau lahir di Desa Paleran, Kecamatan Umbulsari, Kabupaten Jember, dilahirkan dari 5 bersaudara dan beliau anak pertama dari 5 bersaudara lahir di belakang Pondok Pesantren MAMBAUL ULUM. Berikut Adalah nama dari saudara beliau : 1. Muhammad Zaenuri ( Gus zaen ) 2. Mujayanah 3. Muhaidhori 4. Muhammad Baidhowi 5. Muhammad Hamdhani ( almarhum ) Beliau di lahirkan dari keluarga yang sangat serba ke kurangan , Beliau menimba Ilmu / sekolah di Madrasah Ibtidaiyah Di Yayasan PPMU ( Pondok pesantren Mambaul Ulum ) yang di didirika Oleh Kyai Haji Shobari Sulaiman bahkan di samping beliau menimba ilmu di sekolah pada waktu siang, malamnya menimba ilmu Agama di pondok tersebut, beliau sangat akrab dengan Putra Kyai Shobari yang bernama Gus Thofa, Sekitar tahun 1989 kluarga pindah di Dusun tegal baru di selatan pasar paleran pada thn 1990 Beliau lulus dari madrasah beliau di minta melanjutkan studi di SMP oleh pakde nya yang jadi kepala sekolah di SMP muspika umbulsari yang bernama Bpk SANIMAN YATIM BA dan tanpa di minta biaya sepeserpun, Malamnya
Beliau menimba ilmu di kediaman Ustadz Mardi yang ada di sebelah utara Pondok Pesantren Mambaul Ulum Paleran. Setelah lulus SMP kelulusan tahun 1993-1994 beliau ikut kakak nya misan nya bekerja jualan bakso di Bali tepatnya di daerah Gianyar selama di bali 4 tahun beliau memilih teman alias salah pergaulan dan bahkan apa yang di ajarkan oleh guru-guru beliau semua tentang SYARI’AT di tinggal kan, pada pertengahan tahun 1995 kluarga mengadakan Reuni semua kluargapun berkumpul terutama kluarga KAWITAN ( leluhur ) yang dari Kediri berkumpul di Jember termasuk semua kluarga yang dari Pulau Sumatra, dalam tradisi Ritual Adat jawa disana sesuai adat istiadat keturunan, dengan mengumpulkan semua keluarga besar dan duduk bersama maka didatangkanlah semua leluhur untuk memberikan restu kepadasemua anak cucu keturunan Kawitan dari kota KEDIRI. Dalam diamnya beliau dalam batin seperti ada yang hadir menemui beliau, adapun seingat beliau yang hadir menemuinya itu ialah Eyang Mangku Kusumo, Eyang Mangku Kusumo hadir dengan memasuki raga bu’de darsini beliau dawuh “Anak putuku besok bakal ono sing biso neruske lakonku, yo mbuh anakke sopo sopo aku ora weruh” (“anak cucuku nanti akan ada yang bisa meneruskan perjalanku, ya tidak tahu itu anaknya siapa siapa aku tidak tahu”), Didalam batin beliau antara percaya dan tidak, bahkan yang beliau rasakan sangat bertentangan dengan batin beliau, beliau hanya bisa berbicara di dalam batin, Alangkah terkejut nya Eyangpun Bersabda lagi “ Ono Sa’jerone Paseban Agung iki Ono putu wayah Ingsun sing ora percoyo lamun Eyang sing Rawuh” (“ada didalam Pertemuan besar ini ada cucu saya yang tidak percaya kalau eyang yang datang”)., di dalam batin pun malah bekecamuk antara percaya dan tidak sampai acarapun selesai. Lusa pun beliau merantau kembali Pulau Bali dan sampai tahun 1998, tahun 98 beliau mengikuti suara hati nya untuk mencari Bpk Karmidi / Sanemo kakak dari bapaknya di Banjarmasin pulau Kalimantan Selatan di daerah Tirtajaya 2 dan beliau pulang lagi kejawa pada tahun 1999, dan Merantau lagi ke Bali di daerah Ubud di Jalan Suweta berkerja di kerajinan dan pada bulan maret akhir nya beliau memutuskan untuk menikah. Beliau menikah dengan Suhartatik putri dari Bapak Sumaji yang ada di daerah Bangsal Sari., setelah menikah dan mempunyai putra yang bernama M. RIKY HAFIDZ ABDILLAH beliau sering di datangi guru ghoib yang datang lewat mimpi dan guru ghoib memberi Dawuh,
mimpi yang pertama terjadi pada tahun 2000 ( “ janganlah kamu seperti bola , Cuma terkena benturan dikit sudah meninggalkan tempatnya.” )
mimpi yang ke dua terjadi pada tahun 2003 ( “ bertaubat lah kamu dan segeralah kamu masuk……!” )
mimpi yang ke tiga terjadi pada tahun 2007 ( jangan kamu duduk di situ, tapi tempatmu di sini )
Mimpi yang pertama beliau tidak mengindahkan karena Tujuan beliau hidup adalah berkeinginan membahagiakan kedua orang tuanya dengan harta yang serba ada dan tidak kekurangan, dengan adanya tujuan yang seperti itu bukan malah sukses tetapi sebaliknya ujian berupa fitnah yang mengguncang lahir batin beliau dan bahkan guncangan tersebut sangat di rasakan oleh kedua orang tua dan kedua mertua beliau, akhirnya beliau di ajak silaturrahmi ke Sayyikhona Kyai Supadi Hasan bin Hasan Sahid Dzuhdi di kencong dan Kyai Dawuh “Sabar…..!
iki mung lakon…….! ALLAH nguji
keyakinan mu” (Sabar…! Ini Cuma sementara, Allah hanya menguji keyakinanmu). Setelah itu Gus Zaenury diajak pulang ke Kediri dengan tujuan untuk meminta doa kepada keluarga besar disana agar masalah berupa fitnah yang diterima beliau segera selesai dan diberikan jalan keluarnya. Sesampainya di Kediri, lusanya beliau berziarah ke makam leluhurnya Eyang Thosari dan Sayyikhona Hasan bin Dzuhdi
Kyai Supadi Eyang Jhokarto, malamnya beliau diajak bertemu atau Hasan Sahid bersilaturahmi ke Eyang Putri ( Eyang Jaimah ), disana sesuai adat istiadat keturunan, dengan mengumpulkan semua
keluarga besar dan duduk bersama maka didatangkanlah semua leluhur untuk memberikan restu kepada beliau. Dalam diamnya beliau dalam batin seperti ada yang hadir lagi menemui beliau, adapun seingat beliau yang hadir menemuinya itu ialah Eyang Mangku Kusumo, Eyang Mangku Kusumo hadir dengan memasuki raga bu’de beliau yang bernama Bude Darsini, setelah memasuki raga dari Bude Darsini, Eyang Mangku Kusumo berpesan “kedadeanmu iku mung lakon kanggo syarat nerimo kanugrahan songko gusti, kamongko besok melakuo ngetan, sak durunge melaku bagusono sek panganggonmu, lan Ingson bakal pepareng kanugrahan arupo sodo lanang marang sliramu putu wayah ingson” (kejadian yang menimpamu itu cuma ujian
untuk menjadi syarat menerima keanugrahan dari Allah, sebenarnya nanti berjalanlah atau pergi ke timur, sebelum pergi baguskan dulu pakaianmu, dan dan saya mau memberi keanugrahan berupa lidi laki laki kepada engkau sebagai cucu saya), pesan Eyang Mangku Kusumo kepada beliau. Setelah Eyang Mangku Kusumo berpesan selang beberapa hari beliau kembali untuk pulang ke Jember tempat tinggalnya. Selang 15 hari kemudian beliau Sowan ke paman ( kyai Ali Mukhsin ) pengasuh MADIN NAHDLOTUL ULUM di probolinggo, minta solusi dan kyai Dawuh “koen ghudu Tirakat, ora ono sing biso nulung siro mung ALLAH sing bisa Nuntasne Perkoro iki”, Kyai Ali pun mengarahan untuk Tirakat di maqomnya Habaib di Kemantren (kamu harus tirakat, tidak ada yang bisa menolong kamu kecuali Allah yang bisa menuntaskan atau menyelesaikan masalah ini), akhirnya beliaupun meninggalkan anak dan istri untuk meminta petunjuk kepada ALLAH SWT menjalankan tirakat di Maqom habaib Syeh Sayyid arif Abdurrahman juga di
Kyai Ali Mukhsin
maqomnya Syech Sayyid Abdurrahman dan di maqom nya cantrik/abdi dalem habaib yang bernama Abah Soleh (Mbah kendil
wesi) di mulai masuk pada hari senin stiap hari dan malam hanya dzikir dan do’a yang bisa di haturkan ke pada ALLAH SWT dan meminta sawab barokah dari karomah yang ada di pusaran itu dan tepat pada malam jum’at beliau di waktu dzikir di maqom nya Abah Soleh ( Mbah kendi wesi ) beliau tertidur dan bermimpi. Di dalam mimpi beliau berada dataran yang luas tidak ada orang, tidak ada rumah, tidak ada pohon, tidak ada rumput, dan tidak ada sesuatu apapun yang tumbuh di bumi, beliau pun heran dengan ke adaan yang terjadi di dalam keheranan beliau menghadap ke utara dan melihat ke atas seraya berkata ( “ di mana saya dan apa yang terjadi dengan saya “ ) setelah itu alangkah terkejut nya beliau, beliau melihat di atas langit kalimat Selang beberapa saat kalimat beberapa detik kalimat kalimat
pun hilang, tinggal kalimat
pun ikut hilang dengan trus memandang kearah langit yang tinggal
terjadi lagi selang beberapa detik kalimat
yang hilang, tinggal kalimat
Sambil terus menerus Beliau memandangi langit yang tinggal tertulis lafal pengurangan pada huruf
, selang
,.Terjadi lagi
tersebut, yang Nampak dengan jelas tinggal lah huruf
penuh penasaran dengan petunjuk dari langit itu , terjadi lagi pengurangan huruf
, dengan , tinggallah
huruf yang berbentuk seperti ini
, terkikis sedikit sedikit berubahlah menjadi huruf alif (
)
,dan huruf alif itupun jatuh persis di depan beliau dengan begitu besar dan menjulang tinggi ke langit dan terjadi ledakan yang sangat keras atas langit tersebut, sehingga membuat kaget dan terbangunlah beliau. pada jum’at pagi pun beliau turun dan pulang menuju rumah paman nya ( kyai ali mukhsin ) di probolinggo, sesampai beliau di sana menceritakan mimpi beliau pada paman nya dan selepas istirahat beliau pun pulang ke jember. Sesampai di jember beliau pun silaturrahmi ke semua guru nya dan menceritakan semua mimpi beliau kepada sang guru untuk mintak petunjuk, termasuk ke mbah Kyai Supadi Hasan beliau pun dawuh mbah yai ( “ aku mangerteni mimpi sing ko’k ceritakno, ugo aku iso njelentrehne opo maksud te mimpimu iku, tapi aku ora gelem njelentrehne……!”). (“saya mengerti mimpi yang kamu ceritakan dan juga saya bisa menjabarkan apa maksud dari mimpimu itu, tapi saya tidak mau menjabarkannya…!). Gole’ ono dewe…….!, yo yen awakmu kepengen ngerti ghudhu Bai’at” (coba cari saja sendiri, itu kalau kamu ingin tahu ya harus bai’at), gus zaen bertanya dan minta penjelasan tentang bai’at ( “ nopo niku bai’at kyai ?.....)(“apa itu bai’at kyai?”) Tanya gus zaen pada kyai, kyai menjawab ( “ Bai’at iku yen wong jowo ngarani ngaji tuwe’k, tapi sa’k benere ngaji thoreqoh yo ngaji lan nglakoni ilmuni poro Auliya’k “) (“Bai’at itu kalau orang jawa bilang ngaji tua, tapi sebenarnya ngaji toreqoh ya ngaji dan melakukan perbuatan dan ilmunya para auliya). Setelah mendapatkan petunjuk dr kyai beliau pun berpamitan pulang. Singkat cerita beliau pun berkerja proyek di bali dan perjalan pun bukan malah membaik tapi malah memburuk dan bahkan sangat menjauh dr ajaran Agama Islam karena salah pergaulan lagi, pada tahun 2004 di minta mengawasi proyek oleh tamu dari jepang, di proyek itulah beliau bertemu dengan Pak Ajawi dari Madura yang berkerja ikut beliau sampai akhirnya pada tahun 2004 dan pada bulan ramadha beliau di ajak ke Madura dan di perkenal kan ke adik nya yang bernama Kyai ‘Arsu’i yang ada di dusun karangsokon – lukguluk – Sumenep – Madura, beliau sama kyai di beri Ijazah Ilmu Budi Rahayu ( izim budi rahayu )., pada pertengahan tahun 2006 proyek di jimbaran pun selesai dan mendapatkan kerjaan di daerah Panjer tepat nya di jalan Tukat Yeh Aye sebelah lampu merah berdampingan dengan Bisma studi sampai tahun 2006, pada Awal tahun 2007 beliau pindah tempat di daerah glogor carik
Singkat cerita pada
pertengahan tahun 2007 yang insyaallah sekitar jam 10 siang beliau di ajak oleh temen kerja
beliau bersilaturrahmi ke panjer di kediaman KH Nuril Huda yang di kenal di kalangan masyarakat dengan panggilan ( Gus Huda ) dengan harapan beliau bisa menjadi seseorang yang sukses, setelah sesampainya beliau sowan di ndalem KH Nuril Huda, beliau pun sempat di usir untuk mengambil air wudu’ setelah wudu’ beliau pun kembali ke ndalem , sesampai di pintu masuk beliau di suruh berdiri dan di suruh membaca dua kalimat syahadad selesai membaca dua kalimat beliau pun di suruh keluar menuju musholla untuk menjalankan sholat, terucaplah di dalam batin beliau (“sholat opo
KH Nuril Huda
wayah mene iki………..!“) (“solat apa jam segini ini”), akhirnya beliau memutuskan sholat sunnah 2 rokaat, selepas sholat pun beliau
menghadap ke KH Nuril Huda dari situ beliau mendapat kan amarah besar tentang perjalanan beliau yang terlalu sering meninggalkan syari’at, sindiran bertubi tubi yang beliau dapat waktu itu. Sekitar 20 menit didalam kediaman KH Nuril Huda setelah itu beliau disuruh pulang dan disuruh kembali oleh KH Nuril Huda 5 hari lagi yaitu hari Selasa, kembalilah beliau ke kediamannya yaitu ke Gelogor Carik. Kemudian setelah sampai pada waktu yang ditentukan yaitu hari Selasa beliau pun kembali sowan ke kediaman KH Nuril Huda, disana beliau mendapatkan perintah untuk menjalankan puasa sunnah selama 5 hari kedepan, dan mendapatkan ijazah amalan Syahadat sebanyak 33 kali dan Sholawat 33 kali dan membaca surat Al-Ikhlas sebanyak 33 kali setiap ba’da sholat fardhu 5 waktu. Setelah menjalankan apa yang telah diperintahkan gus Huda berpuasa selama lima hari, tepat pada hari Jum’at beliau mendapatkan suatu hidayah dari Allah SWT yang berdampak pada semakin tekunnya beliau untuk bertaqwa kepada Allah SWT dengan tidak melalaikan kewajiban yang telah dianjurkan dan diserukan oleh Allah SWT dan menjauhi segala larangan-Nya. Tepat 7 bulan setelah beliau menjadi santri dari KH Nuril Huda, beliau sempat memberikan dawuh, lalu Kyai bertanya kepada beliau, “Apa cita-citamu? tanya kyai. “Saya berkeinginan untuk memberangkatkan kedua orang tua saya ke tanah suci dan menjadi orang yang serba berkecukupan di dunia”, jawab beliau. Setelah mendengar jawaban atas muridnya tersebut KH Nuril Huda berkata “Amin, semoga keinginanmu yang pertama itu dikabulkan oleh Allah SWT, tapi mengenai keinginanmu yang kedua itu bukan jalanmu, jalanmu bukan
mengarah kesana, nanti kamu tahu sendiri Allah akan menjadikanmu seperti apa”. Kemudian KH Nuril Huda berpesan kepada beliau,“jangan menjadi orang yang pelit dan kikir dalam hal apapun, berusahalah untuk mengistiqomahkan ibadah, janganlah kamu mempelajari ilmu perdukunan tapi pelajarilah dan carilah ilmu Allah SWT yang haq”. Setelah Gus Muhammad Zaenuri menjadi santri dari KH Nuril Huda selama 1 tahun, akhir tahun 2007 tepat pada bulan November beliau memutuskan untuk pindah ke daerah Denpasar Timur yaitu Tohpati karena ada kepentingan pekerjaan proyek di daerah tersebut dengan harapan akan sukses di daerah tersebut. Tetapi Allah SWT berkehendak lain, Allah SWT memberikan ujian yang sangat berat kepada Beliau, awal tahun 2008 dengan situasi dan kondisi beliau yang memprihatinkan karena mendapatkan ujian yang amat berat tersebut beliau mendapatkan petunjuk dari Allah SWT melalui perantara tamu yang datang ke kediamannya dengan tujuan tamu tersebut berkunjung untuk memohon bantuan agar istri tamu tersebut kembali setelah hilang tanpa kabar, Gus Zaenuri pun bingung terhadap tamu tersebut, beliau berpikir di benaknya apa maksud dari kedatangan tamu tersebut, untuk mencari jawaban atas pertanyaan dibenaknya kemudian beliau bertanya kepada tamu itu, “Siapa yang menyuruh dan memberitahu kamu untuk meminta bantuan kesini?”, “saya diberitahu melalui petunjuk dari mimpi saya, saya disuruh oleh seseorang yang sudah tua renta, orang tua tersebut memerintahkan untuk mencari seseorang yang bernama Zaenuri yang tinggal di jalan Menuri Gang I Kamar Nomor 4 untuk menyelesaikan masalah saya ini”, jawab tamu tersebut. Kemudian Gus Zaenuri pada waktu itu menjawab “memang benar nama saya Zaenuri tapi saya tidak bisa apa-apa dan bingung bagaimana cara untuk membantu anda”. Tamu tersebut berkata “Tolong Mas saya cuma mengikuti petunjuk dari mimpi saya tersebut, saya butuh pertolongan dari anda, kasihan anak saya yang masih berumur 1,5 bulan ditinggal pergi oleh istri saya”, mohon tamu tersebut. “baiklah bismillah semoga Allah SWT mendatangkan istri anda sebelum subuh nanti”, jawab beliau sembari memberikan 2 buah batu untuk 1 buah dibuang di perempatan dan yang satu disimpan di dalam kamarnya. Kemudian tamu tersebut kembali pulang dengan menjalankan apa yang diperintahkan oleh Gus Zaenuri dengan harapan yang sangat besar untuk kepulangan istrinya. Lusa harinya tamu tersebut datang kembali ke kediaman beliau untuk mengucapkan terima kasih karena atas bantuan yang diberikan sehingga istrinya dapat kembali pulang kerumah menemui dia dan anaknya. Setelah peristiwa tersebut kediaman Gus Zaenuri mulai didatangi
oleh tamu-tamu lain yang berniat untuk meminta bantuan beliau atas masalah yang sedang dialami oleh para tamu yang datang juga di saat itu para tamu memanggil beliau ada yg memanggil Adik, ada yg memanggil Mas, ada Abah, ada yg bapak , ada yg Gus, ada yg Kyai, bahkan ada yg memanggil mbah, dan rata – rata para tamu memanggil Abah dan Gus tapi kebanyakan tamu memanggil Gus sampai sekarang tetapi menurut beliau para tamu memanggil dengan sebutan apapun dan gelar apapun tdk pernah di permasalahkan oleh beliau, beliau sempat memberikan dawuh “ Gelar dan panggilan buat saya tdk penting, tapi yg lebih penting bagaimana caranya saya pribadi bisa dekat dekat dan lebih dekat kepada Allah dari pada mereka yg menyandang gelar, jadi gelar tdk perlu di permasalahkan, toh gusti Allah tidak memandang gelarnya, yg di pandang Allah adalah Niatnya, Hatinya dan Amal Ibadahnya “ tutur beliau kepada para tamu waktu itu . Pada bulan Desember tahun 2007 istri beliau mengandung anak yang kedua, pada saat itu kondisi hidup beliau sangat memprihatinkan dalam menjalani ujian yang diberikan oleh Allah SWT yang semata-mata untuk meningkatkan keimanan beliau. Dimana pada saat itu beliau ditipu oleh rekan kerjanya sehingga uang proyek yang semestinya digunakan untuk membayar tukang dan pembantu proyek pembangunan dilarikan oleh rekannya tersebut. Pada bulan Agustus tahun 2008 dengan kondisi tersebut beliau berniat untuk meninggalkan Tohpati karena tidak ingin kediamannya tersebut terus didatangi oleh tamu yang berharap meminta bantuan beliau, beliau mendapatkan masukan dari temen yang bernama Bibit asal dari tegaldlimo banyuwangi yang sudah di anggap sebagai saudara beliau untuk pindah ke daerah Maruti I Jalan Teuku Umar, beliau beralih pekerjaan menjadi sales rambut palsu (wig) yang di tawari oleh temen beliau yang bernama Mulyanto asal Surabaya juga di anggap sebagai saudara beliau yang bertempat tinggal di daerah pondok rukun jalan tukat baru pemogan, dari sana beliau di pinjami kendaraan motor untuk menawarkan produk rambut palsu ke salon-salon di wilayah denpasar dengan tujuan untuk menghapus jejak agar tidak diketahui oleh tamu yang terus ingin meminta bantuannya. Hari demi hari banyak sekali tamu yang berdatangan ke kediaman beliau tersebut sehingga tetangga satu kos beliau merasa terganggu melihat banyaknya orang yang datang ke kamar beliau setiap harinya, Setelah tinggal di jalan Maruti I itu selama 3 bulan beliau diusir oleh Tuan Rumah kos dengan alasan mengganggu tetangga disebelah beliau. Pada akhir bulan November tahun 2008 setelah peristiwa itu beliau pun konsultasi ke Mas Bibit yang sudah di anggap sebagai saudara oleh beliau, Mas Bibit pun menyarankan untuk
menempati kontrakan nya dan di suruh untuk melanjutkan pembayaran kontrak tempat tinggal tersebut ke Bpk Ketut Lenjo selaku pemilik tempat yang ada di daerah pinggir sungai Jalan Pulau Batanta Gang IVB, dimana ditempat itu beliau menetap dan lagi-lagi mencoba menghapus jejak beliau supaya tdk di ketahui oleh tamu, saat itu beliau tidak punya kendaraan motor, beliau kembali kerja di proyek dan alhamdhulillah di ajak berkerja teman seprofesinya di daerah Bulu indah, beliau pun berkerja diantar dan di jemput oleh teman beliau yang bernama Mas Sunoto asal Banyuwangi tetapi di waktu teman beliau lagi lembur Gus Zaenuri pun harus berjalan kaki dari Bulu indah ke jalan Pulau Batanta, itu beliau alami bukan Cuma satu kali ataupun dua kali tetapi sangat sering beliau alami, dengan langkah kaki yang di barengi dengan ingat trus menerus kepada Allah dan di saat pikiran goncang batin pun merayu untuk mereda pemikiran yang kurang nrimo ( menerima ) di dalam batin berbicara “ Duh dzat kang murbing dhumadi sedoyo meniko kawulo hamung sa’dermo nglampahi, sedoyo meniko kawulo wangsul aken dateng Panjenengan Dalem, mugi-mugi ndadhosaken tambae kekiyatan Iman lan Islam, soho ndandhosaken barokah lelampahan kawulo” (“duh Dzat yang telah menciptakan dunia semua ini hamba cuma sekedar menjalani, semua ini hamba kembalikan kepada Engkau, semoga dijadikan tambahan kekuatan Iman dan Islam, juga dijadikan barokah perjalanan hamba”). Sekitar satu bulanan beliau berkerja di Bulu Indah ternyata Tamupun mulai tahu dan berdatangan lagi sehingga di setiap jam 5 sore Beliau pun di tunggu oleh para tamu, beliau melayani tamu kadang sampai larut malam bahkan sampai menjelang sholat shubuh dan paginya pun melanjutkan kerja di proyek itu beliau alami kurang lebihnya sekitar 2 bulan dengan kondisi fisik yang sering menurun di karenakan kurang istirahan beliau pun memutuskan untuk fokus membantu tamu yang semakin hari semakin banyak mendatangi beliau, beliau berpikir bahwa semakin dunia dikejar maka dunia tersebut akan semakin jauh maka dari itu beliau memasrahkan urusan dunia beliau kepada dzat sang pencipta alam dan isinya yaitu Allah SWT Ditempat itu beliau terus menangani keluhan tamu sambil menata dan menata lahir dan batin. Dan pada hari lebaran tgl 4 syawal 1431 H / 14 september 2010 beliau sempatkan silaturrahmi ke probolinggo ke kediaman kyai Ali dan keluarga besar disana hingga beliau bermalam dan pagi beliau di ajak oleh kyai Ali untuk silaturrahmi kepada kyai Abdul Majid di daerah Ngabar Kraton Pasuruan untuk meminta barokah do’a supaya beliau diberi keistiqomahan menjalankan ibadah di Bali, sesampai di kediaman Kyai Abdul Majid beliau ( kyai Ali ) menyampaikan maksud dan tujuanya ke Kyai Abdul Majid, dan Kyai Abdul Majid dawuh ( “ iya
sampean saya kasih ijazah Dzikir Rotibul Haddad dan tolong diistiqomahkan, karena banyak barokah yang terkandung didalamnya dan satu lagi berupa hijbunnashor “) mereka ( Kyai Ali dan Gus zaen ) menjawab ( “ terimakasih kyai “ ) kyai Abdul majid menambahkan “ di amalkan dan di istiqomahkan dengan niatan ibadah kepada Allah SWT” dan kami pun mendapatkan tambahan wejangan banyak dari beliau hingga kurang lebih sekitar satu jam, selepas itu kami pun berpamitan. Gus Zaen di ajak lagi oleh Kyai Ali untuk bersilaturrahmi ke sidogiri tepatnya di sebelah Pondok Pesantren Sidogiri di kediaman kyai Hamdani as-sidani dan di sana beliau mendapat tambahan ijazah beberapa kitab dan mendapatkan tambahan wejangan – wejangan dari Kyai Hamdani sampai sekitar 1 jam beliau disana dan akhirnya beliaupun meminta ijin pulang, untuk pulang ke probolinggo dan bermalam di kediaman kyai Ali. Besok paginya beliau pun kembali ke jember hingga sampai pada hari minggu, pada hari senen pagi beliau pun melanjutkan berangkat ke denpasar-Bali, sesampai di kediaman batanta beliau trus mengistiqomahkan dzikir rotib setiap ba’da solat asyar, hingga ada salah satu tamu yang berminat ingin ikut istighosah dan beliau pun menelfon kyai abdul majid untuk meminta ijin dan kyai pun mengijinkan dengan dukungan do’a., akhirnya beliau pun mendirikan istighosah rutin setiap malam rabo dengan jama’ah sekitar 3 orang setiap malam rabo ada penambahan jama’ah., seiring berjalanya waktu beliau memanfaatkan tamu yang datang untuk mengajak ber istighosah bersama – sama dengan niatan menambah amal ibadah kepada Allah SWT dengan mengadakan istighosah rutinanpada pertengahan tahun 2011 istighosah di rutin di rubah setiap hari Kamis malam jumat di kediaman beliau tersebut, istighosah Rotibul Haddad dari Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad. Berjalanya waktu dengan aktifitas yang baru di jalaninya pada suatu saat Gus Zaen kedatangan tamu yang mengaku santri dari Guru beliau yaitu Gus Huda, beliau pun kaget dan merasa rikuh menanganinya dan akhirnya beliaupun menitipkan salam kepada sang Guru, pada pertengahan tahun 2012 beliau pun di ganjar ni’mat berupa sakit yang sangat aneh, dan beliau minta untuk dibawa pulang ke Jember, sesampai di Jember beliau minta dibawa ketempat guru beliau Kyai Supadi Hasan, kyai pun menyambut dengan senyuman dan bertanya “ opo’o” (“kenapa?”) ucap kyai, beliau pun menjawab “sakit kyai” , Kyai dawoh lagi “ yen dadi jago yo ghudu dadi jago sing apik, dadi jago kene’k kabrok sepisan wes gletak” (kalau ingin jadi jago ya harus jadi jago yang baik, jadi jago tetapi kena gangguan sekali udah menyerah) ucap kyai
sambil senyum, dan akhirnya beliaupun diberikan air lalu diperintahkan untuk meminum air tersebut dan diajak berdo’a bersama, hingga akhirnya beliaupun ( Gus zaen ) dengan ikhlas meminta kyai untuk membai’at beliau, kyai dawoh lagi “ y owes sasi jumadil akhir awakmu mrene maneh tak ba’at” (“yasudah bulan jumadil akhir kamu kesini lagi mau di bai’at”) beliau Gus zaen menjawab “ innjeh mbah yai” (“iya mbah kyai”) ., akhirnya beliau kembali ke kediaman batanta melanjutkan aktifitas kembali tepat pada bulan jumadil akhir beliau kembali ke Jember dan menuju ke kediaman kyai Supadi Hasan untuk menjalani bai’at Thoreqoh Aliyah Naqsabandiyah selama prosesi bai’at dan menjalani suluk selama 41 hari. Selesai suluk beliau melanjutkan aktifitas kembali seperti biasa di Denpasar untuk membesarkan jama’ah istighosah rotibul Kyai Abdul Majid bin haddad. dengan mengenalkan kepada tamu dan memanfaatkan tamu Abdul Wahhab yang datang untuk mengajak dan terus menerus mengajak mereka agar lebih mengingat Allah SWT dengan mengadakan istighosah rutinan setiap hari Kamis malam jumat di kediaman beliau tersebut, istighosah yang di jalankan yaitu Rotibul Haddad dari Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad yang didapat beliau dari gurunya yaitu Kyai Abdul Majid bin Abdul Wahhab Sidogiri Keraton Pasuruan, dan inilah cikal bakal terbentuknya Majelis Dzikir Rotibul Haddad Al-Ikhlas Denpasar yang saat ini masih terus aktif dan istiqomah kegiatannya.