Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak
KEBERADAAN ARTHOPODA PADA PEMANFAATAN LIMBAH SISTEM INTEGRASI PADI TERNAK (SIPT) DEDE KUSDIAMAN
Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Sukamandi Jl. Raya 9 Sukamandi Cikampek, Subang 41255
ABSTRAK Produksi beras nasional dicanangkan meningkat sebesar 5% pada tahun 2007 . Salah satu upaya untuk mencapai target tersebut adalah penerapan teknologi pengelolaan tanaman terpadu (PTT) padi sawah seluas 1 .615 juta hektar. Penerapan teknologi PTT padi sawah perlu didukung oleh ketersediaan bahan organik yang dihasilkan dari trnak . Sistem integrasi padi-temak/sapi (SIFT) yang direkomendasikan bertujuan : a) menyediakan pupuk organik yang memadai untuk memperbaiki kesuburan lahan, b) meningkatkan produktivitas padi sawah irigasi, c) meningkatkan produksi daging, d) meningkatkan produktivitas temak sapi, dan e) meningkatkan pendapatan petani . Kegiatan demonstrasi SIPT di Sukamandi mampu menyerap 150 ton/tahun jerami segar yang digunakan sebagai pakan 25 ekor sapi . Dari jerami tersebut dihasilkan 72,4 ton/tahun bahan organik yang siap untuk diaplikasikan ke sawah . Pemberian pakan jerami fermentasi sebanyak 6-8 kg/ekor/hari yang ditambah konsentrat sebanyak 3-4 kg/ekor/hari mampu meningkatkan berat badan sapi PO sebanyak 0,6-0,7 kg/ekor/hari . Pemakaian bahan kompos pupuk kandang mampu meningkatkan hasil padi sawah sebanyak 0,5-1,0 ton/ha dari 5-6 ton/ha menjadi 6,0-6,5 ton/ha . Pemberian bahan organik juga meningkatkan keberadaan hewan netral (arthropoda) terutama pada awal pertumbuhan tanaman padi . Hewan netral merupakan sumber makanan dari predator atau musuh alami . Kerapatan populasi musuh alami dan hewan netral, tertinggi pada cara budidaya organik, diikuti oleh cara PTT dan terendah pada cara budidaya konvensional . Laju perkembangan penyakit hawar pelepah paling kecil terlihat pada pertanaman padi yang dipupuk dengan kompos jerami (C/N rasio 10-12), baik pada pertanaman musim kemarau maupun musim hujan . SIPT disamping memberikan keuntungan terhadap usahatani padi dan trnak, juga memberikan nilai tambah dari biogas yang dihasilkan untuk keperluan rumah tangga selama 3-4 bulan dalam sekali proses bila digunakan untuk memasak 1 jam per hari . Kata kunci : Arthopoda, sistem integrasi padi-ternak, kompos PENDAHULUAN Produksi padi khususnya beras dicanangkan meningkat sebesar 5% pada tahun 2007 . Sasaran produksi padi yang harus dicapai adalah sebesar 57,41 juta ton gabah kering giling (kenaikan produksi setara dengan 2 juta ton beras) . Target produksi padi tersebut cukup berat bagi pemerintah khususnya Departemen Pertanian . Adanya penyusutan lahan sawah sebanyak 40 ribu hektar per tahun menjadi salah satu kendala peningkatan produksi padi tersebut . Salah satu upaya untuk mencapai target produksi padi tersebut adalah penggunaan varietas unggul baru termasuk padi hibrida dan penerapan pengelolaan tanaman terpadu (PTT) . Target penanaman padi hibrida seluas 500 ribu hektar dan penerapan teknologi PTT seluas 1,615 juta hektar merupakan upaya terobosan untuk mencapai target tambahan produksi tersebut .
36
Pada dasarnya basil padi ditentukan oleh faktor tanah, tanaman dan lingkungan . Faktor lingkungan seperti curah hujan, radiasi sinar matahari, dan temperatur udara merupakan faktor yang tidak dapat diubah oleh manusia . Sementara itu faktor tanah dan tanaman dapat dimodifikasi untuk memperoleh hasil padi yang optimum . Faktor tanaman diupayakan melalui modifikasi arsitektur tanaman yang mampu memaksimumkan serapan energi matahari dalam fotosintesis seperti posisi daun tegak, daun lebar dan batang kokoh serta responsif terhadap pemupukan . Faktor tanah dimodifikasi dengan tetap menjaga keseimbangan antara udara, air dan padatan dalam lapisan tanah . Perkembangan mikroorganisme tanah akan baik jika didukung aerasi tanah yang baik serta kandungan bahan organik tanah yang cukup (2-5%) . Selama ini sawah diperlakukan sebagai lahan tambang dimana sawah dieksploitasi
Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak
secara besar-besaran untuk mendapatkan hasil gabah sebesar-besarnya . Petani tidak merawat tanah melalui pengembalian jerami ke lahan sawahnya agar diperoleh sawah yang subur lestari . Akibat hal tersebut lahan sawah mengalami penurunan kualitas tanah yang ditandai dengan semakin menurunnya kandungan bahan organik tanah, tanah menjadi lebih keras dan hasil gabah semakin menurun . Fenomena tersebut dikatakan sebagai tanah sakit . Jerami hasil panen yang semestinya dikembalikan ke dalam tanah sawah untuk menyuburkan tanah justru dikeluarkan dari tanah sawah untuk media jamur merang ataupun kegunaan lain diluar sektor pertanian bahkan adapula yang dibakar karena dianggap mengotori sawah . Andaikan para petani mau mengembalikan jerami sisa panen tersebut ke sawah, maka setiap musim tidak perlu memberi pupuk kalium ke pertanaman padinya karena 80% hara kalium yang diserap tanaman terakumulasi pada jerami padi . Setiap musim panen, ketersediaan jerami padi melimpah di kawasan pantai utara (jalur pantura) Jawa Barat . Salah satu kemungkinan pemanfaatan jerami tersebut adalah sebagai pakan ternak khususnya sapi . Hal ini disebabkan pakan hijauan untuk sapi sangat susah diperoleh pada musim kemarau . Dengan jerami terfermentasi sebagai pakan ternak maka terjadi sistem integrasi padi-ternak (SIPT) dimana ternak sapi memakan jerami dan kotoran sapi digunakan untuk media tumbuh yang subur untuk tanaman padi. Sistem integrasi padi dan ternak telah dilakukan di 11 provinsi sejak tahun 2002 dengan keragaan yang beragam dalam hal jenis ternak sapi yang dipelihara, perkandangan yang diterapkan, proses pengolahan jerami padi sebagai pakan ternak, dan sistem pemeliharaan. Integrasi padi dan ternak mempunyai peluang yang besar untuk dikembangkan guna mencukupi kebutuhan bahan organik untuk memperbaiki kesuburan tanah . Bila kondisi tersebut diatas dapat terpenuhi maka pemberian pupuk anorganik menjadi lebih efisien diserap tanaman . Berdasarkan hasil keragaan pelaksanaan SIPT tersebut perlu dilakukan penyesuaian agar model yang disarankan dapat diterapkan secara lengkap, dengan koordinasi pembinaan secara terpadu antar instansi terkait .
Pengembangan sistem integrasi padi-sapi pada dasarnya bertujuan : a) mendukung upaya peningkatan kandungan bahan organik lahan pertanian melalui penyediaan pupuk organik yang memadai, b) mendukung upaya peningkatan produktivitas padi sawah irigasi, c) mendukung upaya peningkatan produktivitas daging, d) mendukung peningkatan produktivitas ternak sapi, dan e) meningkatkan pendapatan petani . Pada tulisan ini dilaporkan perkembangan pengelolaan SIPT di BB Padi, Sukamandi . DEMONSTRASI KOMPONEN TEKNOLOGI SIPT Komponen teknologi yang dilaksanakan dalam SIPT di Sukamandi terdiri atas (a) komponen pakan, yaitu pemanfaatan jerami padi sebagai pakan ternak yang didahului dengan proses peningkatan kualitas nutrisi secara fermentatif, (b) komponen penghasil bahan organik dan kotoran sapi serta pemanfaatannya, dan (c) komponen tata laksana pemeliharaan sapi . Komponen pakan ternak sapi Sesuai dengan tujuan visitor plot SIPT, pengadaan pakan ternak untuk sapi sebanyak 25 ekor disiapkan dan jerami padi . Suplemen pakan lainnya dipenuhi melalui pemberian konsentrat . Produksi jerami padi setiap musim panen berkisar antara 5-6 ton/ha atau sama dengan produksi gabah di tapangan (PONNAMPERUMA, 1984) tetapi jumlah jerami yang tersedia tergantung pada varietas dan luas lahan yang tersedia. Seekor sapi mengkonsumsi jerami sebanyak 8-10 kg/hari . Dengan demikian kebutuhan jerami fermentasi per tahun sebanyak 72 ton untuk 25 ekor sapi . Sementara itu persentase jerami fermentasi dan jerami segar adalah 48% (HARYANTO et al, 2002), dengan demikian kebutuhan jerami segar per tahun sebanyak 150 ton . Proses jerami fermentasi selain menggunakan air juga memerlukan probion dan urea . Probion dan urea tersebut ditujukan untuk mempercepat proses fermentasi dan meningkatkan kandungan protein jerami sehingga jerami mudah dicerna sapi . Idealnya peningkatan berat badan sapi sebesar 1 kg/hari,
37
Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak
namun kondisi ideal tersebut tidak mudah diperoleh. Peningkatan berat badan sapi ratarata baru mencapai kisaran 0,6-0,7 kg/ekor/ hari . Probion dibutuhkan untuk mempercepat proses fermentasi jerami sebesar 0,25% dari total bahan yang difermentasi . Berdasar hal tersebut banyaknya probion dan urea dibutuhkan per tahun sebanyak 375 kg (0,25% x 150 .000 kg) . Proses fermentasi dilakukan selama 21 hari, setelah itu jerami dianginanginkan kurang lebih sehari . Jerami fermentasi slap untuk diberikan sebagai pakan ternak. Kelebihan lain penggunaan bahan probion antara lain kotoran sapi tidak bau selama di kandang yang ditandai dengan tidak adanya lalat berterbangan di kandang . Selain jerami fermentasi sebagai pakan utama, juga diberikan pakan konsentrat . Konsentrat dibutuhkan sebanyak 4 kg/ekor/hari . Kebutuhan konsentrat setahun sebanyak 36 ton untuk 25 ekor sapi . Konsentrat pakan sapi yang digunakan adalah ampas tahu dengan pertimbangan harga yang relatif murah dan banyak tersedia di daerah sekitar Sukamandi . Jadwal pemberian pakan antara lain : (1) pakan jerami fermentasi diberikan 2 kali yaitu pukul 10 .00 pagi dan 17 .00 sore sebanyak 6-8 kg/ ekor/hari, (2) pakan konsentrat diberikan pada pukul 06 .00 pagi dan 15 .00 sore sebanyak 3-4 kg/ekor/hari . Komponen penghasil bahan organik kotoran sapi Alas kandang sapi menggunakan serbuk gergaji . Serbuk gergaji tersebut akan bercampur dengan kotoran sapi membentuk kompos kotoran sapi . Alas kandang diganti 34 minggu sekali dengan jumlah serbuk gergaji sebanyak 40 ton atau setara 16 truk (1 truk setara 2500 kg serbuk) . Serbuk gergaji diganti bila alas sapi telah becek dan kaki sapi telah masuk kedalamnya antara 10-15 cm . Ternak sapi dapat menghasilkan kotoran kurang lebih 8-10 kg/ekor. Kadar air kotoran sapi berkisar 30-50% . Dengan demikian jumlah kotoran sapi yang terkumpul sebanyak 32,4 ton/tahun . Total bahan organik yang diperoleh adalah 72,4 ton/tahun setelah ditambahkan 40 ton serbuk gergaji . Proses pembuatan kompos melalui media kotoran sapi, urine dan serbuk gergaji membutuhkan tambahan bahan
38
probion, urea dan TSP masing-masing 0,25% dari total bahan yang difermentasikan setara dengan 181 kg/tahun . Bahan-bahan tersebut dicampurkan ke dalam tempat kotoran sapi dengan serbuk gergaji di dalam tempat pembuatan kompos . Kompos dibiarkan selama 21 hari dan siap dijadikan pupuk organik . Komponen tata laksana pemeliharaan ternak sapi Ternak sapi dipelihara dengan sistim kandang kelompok koloni . Kandang kelompok koloni merupakan sistem dimana semua sapi disatukan dalam satu kandang dengan makan dan minum diberikan di pinggir kandang . Populasi ternak sapi pada awalnya terdapat sebanyak 8 ekor yang dipelihara melalui kerjasama Balitnak dan Kopkarlitan, terdiri dari 6 ekor betina dan 2 ekor jantan . Balitpa melalui DIPA pada tahun anggaran 2005 menambah 17 ekor sapi yang semuanya betina. Total sampai akhir tahun 2005 sebanyak 25 ekor . Dari sejumlah 25 ekor sapi yang ada, kepemilikan dibedakan dengan penomoran yang terdapat pada telinga sapi . Proses kawin sapi terjadi secara alami . PROSPEK SISTEM INTEGRASI PADI - SAPI O.bat untuk menyembuhkan tanah sakit yang paling mudah, murah dan berdaya guna adalah pemberian bahan organik . Hal ini disebabkan mikrobia tanah memerlukan unsur karbon (C) sebagai sumber energi bagi perkembangbiakannya . Sumber karbon yang paling mudah, banyak dan murah adalah bahan organik tersebut, sehingga indikator yang paling mudah untuk menentukan tanah subur adalah kandungan bahan organik tanah . Secara visual untuk menentukan tanah subur atau tidak subur dengan melihat populasi cacing tanah . Bila populasi cacing tanah banyak dalam suatu luasan tanah tertentu maka tanah tersebut pasti subur, demikian sebaliknya . Hal ini disebabkan cacing tanah dalam pergerakan di dalam tanah selalu naik dan turun pada lapisan tanah sambil memakan bahan organik tanah . Dalam pergerakan tersebut tanah ibaratnya diolah oleh cacing tanah sehingga menjadi gembur . Kondisi gembur memungkin-
Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak
kan pergerakan udara dalam tanah lebih lancar, gerakan air di dalam tanah juga lebih baik sehingga tidak terjadi genangan bila terjadi hujan . Implementasi sistem usahatani padi berbasis integrasi padi dan ternak dilakukan di lahan sawah yang dikelola oleh Kopkarlitan seluas 10 hektar dari total 200 hektar. Tanah yang diberi pupuk organik kotoran sapi berasal dari tanah darat yang disawahkan dengan harapan kesuburan tanahnya menjadi lebih baik . Pada awalnya hasil gabah rata-rata di lokasi tersebut 5-6 ton/ha, namun setelah dua musim ditambahkan pupuk kandang takaran 2 ton/halmusim diperoleh peningkatan hasil gabah menjadi kisaran 6,0-6,5' ton/ha. Peningkatan hasil gabah tersebut secara statistik tidak nyata namun secara ekonomi menguntungkan. Analisis ekonomi dari budidaya padi dengan pemberian pupuk kandang sebanyak 2 ton/ha disajikan dalam Tabel 1 . Keuntungan usahatani padi dengan penambahan pupuk kandang sebanyak 2 ton/ha adalah sebesar Rp . 3 .782 .500, sedangkan bila tidak menggunakan pupuk kandang dengan asumsi hasil gabah 6 ton/ha diperoleh keuntungan sebesar Rp . 3 .622 .500, sehingga terjadi perbedaan keuntungan sebesar Rp . 160 .000/ha . KERAGAAN ARTHOPODA PADA USAHATANI PTT Pelajaran yang dapat diambil dan penerapan sistem intensifikasi padi sawah sejak Bimas sampai Supra Insus salah satunya adalah kondisi tanah menjadi sakit karena kekurangan bahan organik tanah . Untuk memperbaikinya pendekatan PTT diintroduksikan kepada petani yang salah satu anjurannya adalah menggunakan bahan organik untuk memperbaiki kondisi tanah, bukan sebagai sumber hara makro yang diperlukan tanaman padi . Pemberian bahan organik ke dalam tanah akan memperbaiki sifat fisik tanah dan akan menstimulasi aktivitas flora dan fauna tanah. Dalam biologi tanah pemberian kompos dapat meningkatkan populasi jasad renik dalam tanah karena kompos jerami tersebut digunakan sebagai sumber energi sehingga proses
dekomposisi bahan-bahan organik di dalam tanah semakin meningkat. PONNAMPERUMA (1984) menyatakan bahwa 80% hara nitrogen yang terserap tanaman padi pada tanah yang subur berasal dan mineralisasi bahan organik tanah . Dari basil penelitian WIDIARTA et - al. (2006) dilaporkan bahwa keragaman dan kemerataan kelompok hewan arthropoda tertinggi pada cara budidaya organik dan PIT saat bera (Tabel 2) . Keragaman yang tinggi pada saat bera, yang berpengaruh positif untuk konservasi musuh alami karena tersedia cukup mangsa . Pada budidaya model PTT terdapat satu ' spesies predator yang kerapatan populasinya jauh lebih tinggi dibanding spesies lainnya, yaitu Paederus sp. Pada teknik budidaya petani penggunaan insektisida akan menekan populasi serangga hama dan juga musuh alami, sedangkan pada PTT tingginya populasi serangga hama diimbangi oleh musuh alami . Dari penelitian ini juga diketahui bahwa pemberian bahan organik meningkatkan keberadaan kelompok arthropoda netral terutama pada awal pertumbuhan tanaman, sehingga musuh alami terutama predator mendapatkan cukup sumber makanan . Pada masa bera, kerapatan populasi arthropoda baik kelompok spesies hama, musuh alami, maupun kelompok spesies netral menurun . Pada masa ini kerapatan kelompok spesies hama tertinggi pada cara budidaya petani yaitu 20 ekor per unit sampel, tetapi tidak berbeda nyata pada PTT (11,2 ekor/unit sampel) . Tetapi sebaliknya untuk kerapatan populasi musuh alami dan kelompok spesies netral, tertinggi pada cara budidaya organik, diikuti oleh cara PTT dan terendah pada cara budidaya petani . Tingginya kerapatan populasi dan proporsi musuh alami pada cara budidaya PTT dan organik yang diamati pada penelitian WIDIARTA et al . (2006) juga dilaporkan oleh CHENG (1995) di China. Pada penelitian tsb dilakukan pemberian bahan organik sebelurn musim tanam . Pemberian bahan organik tersebut ternyata meningkatkan proporsi kelompok spesies netral pada awal pertumbuhan tanaman yang merupakan sumber makanan bagi musuh alami terutama predator .
39
Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak
Tabel 1 . Analisis usahatani padi di lahan sawah per ha/musim, 2006 Komponen pengeluaran/biaya usahatani Tenaga kerja : Persemaian dan pengumpulan jerami Pengolahan tanah sampai dengan siap (borongan) Namping, perataali, dll Biaya aplikasi pupuk kandang Tanam (borongan) Penyulaman Penyiangan 2 x 15 orang = 30 HOK Pernupukan 3 x 2 orang = 6 HOK Aplikasi insektisida 5 x 2 orang = 10 HOK Aplikasi herbisida 3 kali 2 orang = 6 HOK Aplikasi fungisida 2 kali 2 orang = 4 HOK Perbaikan galengan, kebersihan Gropyokan tikus 15 kali Pemeliharaan dan pengairan Panen (bawon 1 :6) Sarana produksi : Benih Urea SP-36 KCI Insektisida keong mas (samponin) Insektisida cair Insektisida butiran (2 kali aplikasi) Fungisida/booster padi 2 kali Herbisida Plastik pagar Ajir bambo untuk pagar plastik Bubu perangkap Emposan tikus Rodentisida Pupuk kandang Total biaya PTT Total biaya tanpa PTT Hasil gabah PTT Hasil gabah tanpa PTT Keuntungan dengan PTT Keuntungan tanpa PTT
Volume
Satuan biaya
Total nilai (Rp)
8
35 .000
280.000 450 .000
8 4
35 .000 35 .000
10 30 6 10 6 4 6 15 10
20 .000 20 .000 35 .000 35 .000 35 .000 35 .000 35 .000 15 .000 20 .000
280.000 140 .000 450 .000 200 .000 600 .000 210 .000 350 .000 210 .000 140 .000 210 .000 225 .000 200 .000 2 .500 .000
20 kg 250 kg 100 kg 100 kg 50 kg 2 liter 30 kg 2 botol 2 liter 30 kg 400 botol 5 buah 2 buah l'paket 2000 kg
4 .500 1 .250 1 .600 2 .800 2 .500/kg 75 .000/liter 10 .000/kg 110.000/botol 75 .000/liter 22 .000/kg 500/botol 55 .000 buah 50 .000/buah 100 .000 400/kg
6500 6000
2200 2200
tanam
90 .000 312 .500 160 .000 280 .000 125 .000 150 .000 300.000 220.000 150 .000 660.000 200.000 275 .000 100 .000 100 .000 800.000 10 .517 .500 9 .577 .500 14 .300 .000 13 .200 .000 3 .782 .500 3 .622 .500
Tabel 2 . Indek keragaman arthopoda pada tanaman padi dengan tiga cara budidaya, Sukamandi MH 2005/2006 Cara budidaya Organik PTT Petani
Keanekaragaman VAW VAK Bera
VAW
Dominasi VAK
Bera
VAW
2,267 1,944 2,531
0,329 0,439 0,231
0,364 0,442 0,377
0,247 0,282 0,560
0,704 0,597 0,777
4,416 1,628 2,255
VAW vegetative awal ; VAK : vegetative akhir Sumberr W IDIARTA et al. (2006)
40
2,230 2,230 1,717
Kemerataan VAK Bera 0,751 0,512 0,719
0,845 0,813 0,619
Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak
2 MST
320 280 240 200 160 120 80 40 0 SH
MA
4 MST
320 280 240 200 160 120 80 40 0 NT
SH
Arthropoda
MA Arthropoda
NT
8 MST
6 MST 320 280 240 200 160 120 80 40 0
320 280 240 200 160 120 80 40 0 SH
MA Arthropoda
NT
SH
MA Arthropoda
NT
BERA
320 280 240
o Organ'k ∎ PTT m Petani I
200 160 120 80 40 0
b a a SH
a a
b
a b ab
MA
NT
Arthropoda Gambar 1 . Kerapatan populasi artopoda di tiga cara budidaya tanaman padi pada umur 2, 4, 6, 8 MST dan masa bera (SH = serangga hama, MA = musuh alami, NT = serangga netral) Sumber : WIDIARTA et al. (2006) Untuk mencapai kondisi lingkungan yang
dengan pendekatan PHT. Dengan pendekatan
dapat mengkonservasi musuh alami tidak perlu merubah budidaya tanaman sampai menjadi
PTT konservasi musuh alami dan produktivitas tinggi dapat dicapai .
pertanian organik absolut yang tidak mentolerir pemakaian
Habitat yang paling baik bagi musuh alami
anorganik baik pupuk maupun pestisida . Pengurangan pemberian hara nitrogen akan menurunkan hasil panen,
(predator dan parasitoid) tercipta pada budidaya model PIT. Kepadatan populasi dan
seperti
pada
organik
input
yang yang
terjadi pada percobaan padi mencapai
4,2
proporsi musuh alami relatif tinggi terutama fase
pertumbuhan
tanaman
padi
ton/ha GKG,
dibandingkan cara budidaya organik maupun
sedangkan PTT hasilnya mencapai 5,1 ton/ha .
konvensional . Cara budidaya organik juga
Dengan demikian untuk meningkatkan peran pengendalian hayati cukup dengan pemberian
menciptakan habitat yang baik bagi musuh alami namun kelimpahan populasinya lebih
bahan organik seperti pendekatan PTT dan
rendah dari PTT .
penggunaan pendekatan pestisida rasional
41
Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak
PERKEMBANGAN PENYAKIT HAWAR PELEPAH PADA TANAH YANG DIBERI KOMPOS Penyakit hawar pelepah berkembang parah pada petak pertanaman padi yang tidak diberi bahan organik (kontrol) berupa jerami segar (C,N rasio >40) . Sedangkan pada petak pertanaman yang diberi bahan organik berupa kompos jerami matang (C,N rasio 10-12), intensitas penyakit hawar pelepah umumnya terlihat lebih rendah . Pemberian pupuk organik yang berupa kompos jerami berarti meningkatkan kandungan nutrisi ditanah dan menyediakan unsur-unsur yang dibutuhkan tanaman untuk menciptakan daya tahan terhadap patogen . Ketersediaan Ca 2% K+ dan kondisi basa saling mendukung dalam menghambat perkembangan penyakit. Peningkatan kadar kalsium dalam tanaman membentuk ikatan Ca-pektat dalam lamela tengah dinding sel sehingga dapat menurunkan aktivitas enzim poligalakturonase yang merusak dinding sel jaringan tanaman (PUNJA, 1989 yang disitasi NURYANTO, 2003) Perkembangan penyakit hawar pelepah terlihat meningkat pada saat tanaman stadia anakan maksimum dan juga pada stadia pengisian malai (Gambar 2) . Penambahan jumlah tanaman terinfeksi pada stadia anakan maksimum lebih ditentukan infeksi primer oleh sklerosia yang tersebar di tanah sawah . Sedangkan penambahan tanaman terinfeksi pada stadia pengisian malai sebagai akibat dari makin banyaknya posisi daun tanaman padi yang tumpang tindih sehingga akan menjadi jembatan perambatan miselium cendawan Rhizoctonia solani dari jaringan tanaman yang terinfeksi kejaringan tanaman lain yang masih sehat (infeksi sekunder) . Laju perkembangan penyakit pada tiap stadia pertumbuhan tanaman padi menunjuk-kan berbeda . Laju perkembangan yang lebih tinggi terjadi pada stadia tanaman anakan maksimum sampai primordia kemudian laju perkembanbangan penyakit pada stadia tanaman lebih lanjut hampir konstan . Laju perkembangan rata-rata penyakit hawar pelepah dari stadia tanaman anakan sampai tanaman menjelang panen pada pertanaman MK2005 terlihat Iebih tinggi pada petak pertanaman padi yang dipupuk dengan jerami segar, sedangkan pada MH2005/06 terjadi pada petak kontrol (tanpa penambahan
42
bahan organik) . Laju perkembanagn paling kecil terlihat pada pertanaman padi yang dipupuk dengan kompos jerami (C,N rasio 1012), balk pada pertanaman MK2005 maupun pada MH2005/06 (Tabel 3) . Tabel 3 . Luju perkembangan penyakit hawar pelepah pada berbagai penambahan bahan organik Perlakuan penambahan bahan organik Jerami segar (C/N = > 40) Jerami V2 matang ,(C/N = 25-30) Kompos (C/N = 10-12) Kontrol (tanpa bahan organik)
Laju perkembangan penyakit hawar pelepah MK 2005 MH 2005/2006 0,19a 0,23b 0,18b
0,22bc
0,16c
0,20c
0,18b
0,25a
Angka rata-rata yang diikuti huruf sama dalam satu kolom menunjukkan tidak berbeda nyata menurut LSD 0,5 Sumber : NURYANFO et al. (2005)
PEMANFAATNA KOTORAN SAPI UNTUK PRODUKSI BIOGAS Kotoran sapi tidak hanya digunakan untuk mempertahankan kesuburan tanah, namun dapat pula digunakan sebagai sumber tenaga panas yang dapat digunakan untuk memasak dengan memanfaatkan gas yang ditimbulkan akibat penguraian kotoran sapi . Proses pembuatan biogas adalah : 1 . Dua buah drum plastik/besi kapasitas 40 liter (diameter 50 cm, tinggi I m, alas tertutup, atas terbuka) disiapkan sebagai wadah penampungan kotoran sapi . 2 . Salah satu drum tersebut dilubangi untuk pemasangan slang karet untuk menyalurkan gas ke kompos gas . Selang gas diberi kran untuk membuka/ menutup aliran gas . 3 . Drum pertama ditambahkan 10 ember kotoran sapi basah dan 10 ember air, kemudian diaduk sampai rata dan ditutup dengan drum kedua (drum yang telah diberi selang karet dengan posisi berlawanan arah dengan drum pertama . Drum kedua berfungsi untuk menampung gas hasil penguraian kotoran sapi, dan biarkan sampai terbentuk gas .
Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak
80 -
M(2005
60 40 20 0
M x
NI-2005
komposl/2 mat ang
40
20
0
r 35
45
55
65
75
Umur tanaman (HST)
Gambar 2 . Intensitas penyakit hawar pelepah padi (Rhizoctonia solani) pada penambahan berbagai tingkat kematangan pupuk organik 4 . Pada awal penguraian memerlukan waktu 3 minggu untuk membentuk gas karena mikroorganisme pengurai kotoran sapi masih sedikit . Gas yang terbentuk dapat langsung dimanfaatkan untuk memasak atau keperluan lain . Bila sudah terbentuk gas secara normal maka gas dapat digunakan secara nonstop selama 1 jam, kemudian gas habis dan terbentuk lagi . Gas hasil penguraian habis sama sekali sekitar 3 4 bulan, baru diganti lagi dengan kotoran sapi baru . Pada saat penggantian bahan yang baru, kotoran sapi yang lama disisakan '/d bagian sebagai biang mikrobia pengurai kotoran sapi . Bahan yang baru menghasilkan gas hanya perlu waktu 3 hari, gas yang terbentuk dapat langsung digunakan secara normal lagi . Pemanfaatan biogas ini sangat sederhana dan praktis sehingga diharapkan mampu menggantikan penggunaan minyak tanah yang harganya cukup mahal .
MASALAH DAN ALTERNATIF PEMECAHAN Dalam pelaksanaan program peningkatan produktivitas padi terpadu, dimana ternak dijadikan salah satu komponen untuk penyediaan bahan organik yang diperlukan, maka penentuan lokasi kegiatan bergantung pada lokasi yang sesuai untuk usahatani padi, yaitu di lahan sawah irigasi teknis . Dengan demikian kemungkinan terpilihnya lokasi yang potensial untuk tanaman padi namun kurang cocok ternak mungkin saja terjadi . Meskipun demikian, integrasi ternak sapi pada kawasan pertanian tanaman padi tetap dilaksanakan dengan tujuan untuk menghasilkan pupuk organik yang berasal dari kotoran ternak dalam upaya meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan memanfaatkan jerami padi sebagai pakan ternak yang selama ini lebih sering dibakar setelah panen .
43
Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak
Beberapa permasalahan yang ditemui dalam proses adopsi dan difusi teknologi di lapangan meliputi : 1 . Pengalaman petani dalam beternak sapi umumnya kurang . 2 . Penggunaan jerami padi sebagai pakan sapi belum biasa dilakukan petani . 3 . Teknologi yang disarankan belum dipahami secara benar oleh pendamping maupun petani . 4 . Sistem pemeliharaan ternak secara individu menyebabkan ketidakefisienan dalam proses pembuatan pupuk organik, jerami fermentasi, dan alokasi tenaga kerja . Pemecahan masalah tersebut antara lain dapat dilakukan melalui koordinasi institusional dalam perencanaan, pembinaan, monitoring dan evaluasi kegiatan . Sosialisasi model yang disarankan masih perlu dilakukan berulang kali sehingga dapat dipahami oleh pengguna, pelatihan petani untuk mendapatkan pengalaman pemeliharaan ternak, pengembangan pola kredit ternak yang lebih sesuai serta pengembangan kelembagaan kelompok tani menuju tingkat efisiensi yang lebih tinggi .
PENUTUP Inovasi sistem integrasi padi ternak (SIPT) dapat meningkatkan kesuburan tanah dan produksi padi, meningkatkan pendapatan dan kesejahtraan petani-peternak, dengan demikian apresiasi kepada petani sawah di Indonesia perlu disenergikan .
44
DAF FAR PUSTAKA CHENG . 1995 . Arthropod community structures in rice ecosystem of China. Workshop on Sustainable Insect Pest Management in Tropical Rice, December 5-7, 1995 . Bogor, Indonesia. HARYANTO B, I. INOUNU, IGM . BUDIARSANA dan K . DiWYANTO . 2002 . Panduan teknis sistem integrasi padi-ternak . Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jakarta, 16p . PONNAMPEROMA . 1984. Straw As A Source Of Nutrients For Wetland Rice . In Organic Matter and Rice, IRRI, Los Bans, Philippines. WIDIARTA I.N ., D. KUSDIAMAN, dan SUPRIHANTO. 2006 . Keragaman arthropoda pada padi sawah dengan pengelolaan tanaman terpadu . Jurnal Hama dan Penyakit Tumbuhan Tropika 6 (2) . NURYANTO B . 2003 . Pengelolaan Komponen Epidemic untuk Menekan Hawar Pelepah Daun Padi (Rhizoktonia solani) . (Thesis) Program Pascasarjana . Institute Pertanian Bogor . NURYANTO, B. dan SUPRIHANTO . 2005 . Perkembangan Penyakit Padi Terbawa Tanah Pada Lahan Yang Dipupuk Jerami. Laporan akhir tahun 2005 .