SP004- 031 Soendjoto et al., Satwa Liar di Area Reklamasi PT Adaro Indonesia, Kalimantan Selatan
Satwa Liar di Area Reklamasi PT Adaro Indonesia, Kalimantan Selatan yang Direvegetasi Kurang dari Dua Tahun Fauna in the Reclamation Area of PT Adaro Indonesia, South Kalimantan, After Revegetated Less than Two Years Mochamad Arief Soendjoto 1, Maulana Khalid Riefani 2, Didik Triwibowo 3, Muhammad Novie Anshari 3, Dewi Metasari 3 1
2
Fakultas Kehutanan, Universitas Lambung Mangkurat, Jalan Ahmad Yani Km 36 Banjarbaru, Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lambung Mangkurat, Jalan Hasan Basry Banjarmasin, Indonesia 3 PT Adaro Indonesia, Hauling Road Wara Km 73, Kabupaten Tabalong, Indonesia
[email protected]
Abstract:
There was no monitoring specifically on fauna in the reclamation area of PT Adaro Indonesia. The objective of the research was to record fauna species in this area which had been revegetated less than two years ago. Diurnal birds as a main object were recorded through observation point and survey in four reclamation locations, but mammals, reptiles, and amphibians as supporting objects were recorded merely through survey. Data on birds was analyzed based on a five minute unit to obtain both relative frequency of presence and that of location utilization, but those of others were analyzed merely to list their presence. Thirty bird species, 1 mammal, 3 reptiles, and 4 amphibians were identified in the reclamation area, but each 1 species of mammal, reptile, and amphibian was not identified yet. Five bird species were always present in every location, although their relative frequencies of presence varied. They could be categorized as pioneer birds in the reclamation area. Nine bird species were found only in a certain location.
Keywords:
coal, fauna, frequency, reclamation, revegetation
1.
PENDAHULUAN
Reklamasi lahan bekas tambang tidak sekedar mengembalikan tanah ke lokasi asal, tetapi juga meletakkan lapisan tanah sesuai dengan posisi awalnya. Hal ini penting, karena kegiatan berikut yang wajib dilaksanakan perusahan tambang adalah merevegetasi lahan itu dengan tumbuhan. Tumbuhan memerlukan tanah pucuk untuk kelangsungan hidupnya. Dengan revegetasi, erosi dan bencana banjir dapat dikurangi. Tanah pun subur kembali dan menjadi habitat yang sesuai bagi beragam komponen hayati. Deposit batubara di Tapak Wara, Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan ditambang oleh PT Adaro Indonesia pada tahun 2012. Setelah deposit ditambang dan lahan direklamasi, lahan itu direvegetasi. Tanaman revegetasi antara lain sengon Paraserianthes falcataria, akasia daun lebar Acacia mangium, akasia daun kecil Acacia auriculiformis, turi Sesbania grandiflora, johar Cassia siamea, ekaliptus Eucalyptus alba, dan ekaliptus pelangi E. deglupta. Dalam survei awal di area reklamasi yang kemudian direvegetasi kurang dari dua tahun lalu
192
itu, ditemukan beragam spesies satwa liar. Spesies satwa liar tersebut belum pernah dipantau, apalagi didokumentasikan. Sesuai dengan arahan, pedoman, atau rekomendasi yang tercantum dalam Dokumen Analisis mengenai Dampak Lingkungan (Amdal), komponen lingkungan, baik fisik, kimia, maupun biologi (flora, fauna) harus dipantau secara periodik dalam jangka waktu tertentu. Penelitian bertujuan untuk mendata spesies satwa liar yang datang atau hadir di area reklamasi tersebut. Data dasar ini penting untuk pemantauan berikutnya dan dapat digunakan sebagai indikator keberhasilan revegetasi. Dengan kalimat lain, pengelolaan lingkungan dapat dilaksanakan secara terukur.
2.
METODE
Data dikumpulkan dari empat lokasi (Tabel 1) pada 13-19 Desember 2013. Fokus utamanya burung diurnal. Satwa yang mudah ditemukan dan diamati ini diidentifikasi dengan MacKinnon, Phillipps, dan Balen (2010).
Pendidikan Biologi, Pendidikan Geografi, Pendidikan Sains, PKLH – FKIP UNS
Soendjoto et al., Satwa Liar di Area Reklamasi PT Adaro Indonesia, Kalimantan Selatan
Tabel 1. Lokasi Pemantauan Flora Fauna Lokasi L-1 (Disposal C 6-7) L-2 (Disposal Wara) L-3 (Disposal S-7) L-4 (Disposal IPBF)
Luas (ha) 1.39 0.36 3.21 2.27
Umur revegetasi s/d Desember 2013 1 tahun 3 bulan 1 tahun 7 bulan 1 tahun 10 bulan 1 tahun 10 bulan
Metode pengumpulan data adalah lingkaran pengamatan dan penjelajahan. Data lapangan terdiri atas waktu perjumpaan serta nama dan jumlah individu spesies satwa yang dijumpai. Selanjutnya data ditabulasi menurut unit waktu lima menitan. Berdasarkan pada unit waktu ini, frekuensi spesies-i hadir atau dijumpai di lokasi-j (Fi) dihitung. Selanjutnya frekuensi relatif kehadiran atau kejumpaan setiap spesies di lokasi-j (FRha) dan frekuensi relatif spesies-i menggunakan setiap lokasi (FRlo) ditentukan. Rumusnya sebagai berikut.
Fi =
(1)
FRha =
(2)
FRlo =
(3)
Satwa liar lainnya yang didata adalah mamalia, reptilia, dan amfibi. Mamalia diidentifikasi dengan Francis (2013) atau Payne, Francis, Phillipps, dan Kartikasari (2000), reptilia dengan Das (2010), dan amfibi dengan Iskandar (1998) atau Mistar dan Iskandar (2003). Data yang diperoleh melalui penjelajahan yang dilaksanakan terutama pada malam hari itu adalah data pendukung. Yang didata hanya nama dan kehadiran spesies satwa di lokasi.
3.
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Burung Tiga puluh spesies burung teridentifikasi di area reklamasi (Tabel 2). Lima spesies (yaitu bangau tongtong, elang bondol, elang tikus, burung-madu kelapa, dan burung-madu sriganti) dilindungi berdasarkan pada PP 7/1999. Satu spesies (bangau tongtong) termasuk rawan dengan populasi yang cenderung berkurang, sedangkan 29 spesies lainnya sedikit diprihatinkan (IUCN, 2014). Sebagian besar burung dijumpai secara langsung dan beraktivitas di permukaan tanah (terbuka), rerumputan, semak, atau ranting dan dahan pohon. Cabak kota, burung nokturnal
beristirahat pada siang hari di atas permukaan tanah atau tepatnya di tepi jalan tanah, berbatu, atau berpasir. Apung tanah berjalan dan sering mematukmatuk sesuatu di atas permukaan tanah yang terhampar di bawah tanaman jarak. Trinil pantai beraktivitas di sekitar perairan atau genangan air. Lainnya terbang di atas area reklamasi untuk mencari pakan. Elang bondol dan bangau tongtong terbang melayang dan berputar di atas lokasi pada ketinggian minimal 100 m. Layang-layang batu dan layang-layang rumah terbang melayang, menukik cepat (hingga di permukaan air atau pada titik sekitar 2 m di atas permukaan tanah), mendaki, dan kemudian berkeliling kembali di udara. Terdapat lima kelompok burung berdasarkan pada jenis pakan utamanya. Granivora (seperti bondol, tekukur) mendatangi tumbuhan penghasil bulir, seperti rerumputan. Nektarivora (burung-madu atau spesies dari Nectariniidae pada umumnya) memanfaatkan bebungaan untuk mendapatkan pakan berupa madu atau cairan nutrisi. Frugivora (kutilang, merbah cerukcuk) menyukai tumbuhan penghasil buah. Insektivora (bentet kelabu, cinenen) hinggap di dahan atau ranting untuk mencari pakan berupa larva (ulat) serangga. Insektivora lainnya (kirikkirik, layang-layang) terbang berburu dan menyambar imago capung, kupu-kupu, atau serangga kecil yang terbang. Karnivora (elang) membutuhkan hewan mangsa di lingkungan bervegetasi atau tanpa vegetasi. Beberapa hewan mangsanya adalah burung kecil, ular, dan ikan. Bangau tongtong mencari pakan di perairan (danau bekas tambang atau genangan air luas) yang letaknya berdampingan dengan lokasi. Jumlah spesies di Lokasi 1 (L-1) dan L-2 relatif sedikit daripada di L-3 dan L-4. Beberapa spesies hanya menggunakan lokasi tertentu saja (FRlo = 100%). Bondol kalimantan, kirik-kirik biru, dan perling kumbang dijumpai hanya di L-1 dan tidak di lokasi lain. Burung-madu kelapa dijumpai hanya di L-2; elang tikus, cica daun besar, apung tanah, dan puyuh batu hanya di L-3; dan prenjak rawa hanya di L-4. Lima spesies (tekukur biasa, bentet kelabu, kirik-kirik laut, cucak kutilang, merbah cerukcuk) selalu dijumpai di setiap lokasi, walaupun dengan frekuensi relatif kehadiran yang bervariasi. Kutilang lebih sering hadir atau dijumpai di L-1 (dengan FRha = 30,20%) dan L-2 (FRha = 20,97%) dibanding burung lainnya. Tekukur dan kutilang lebih sering hadir di L-3 dibanding burung lainnya, tetapi FRha tekukur (14,88%) sedikit lebih banyak daripada FRha kutilang (14,09%). Merbah cerukcuk lebih sering hadir di L-4 (FRha = 20,52%) daripada burung lainnya. Kelima spesies burung itu dapat dikategorikan sebagai burung pionir dan penetap di area reklamasi.
Seminar Nasional Konservasi dan Pemanfaatan Sumber Daya Alam 2015
193
Soendjoto et al., Satwa Liar di Area Reklamasi PT Adaro Indonesia, Kalimantan Selatan
Tabel 2. Frekuensi relatif kehadiran setiap spesies di lokasi tertentu dan penggunaan setiap lokasi oleh spesies tertentu FRha L-1 L-2 L-3 1. Haliastur indus Elang bondol 6,55 2. Elanus caeruleus Elang tikus 2,91 3. Artamus leucorynchus Kekep babi 6,89 3,24 4. Lalage nigra Kapasan kemiri 8,73 3,24 5. Caprimulgus affinis Cabak kota 6,89 1,19 6. Chloropsis sonnerati Cica daun besar 3,24 7. Leptoptilos javanicus Bangau tongtong 1,85 2,18 8. Geopelia striata Perkutut 6,55 2,21 9. Stigmatopelia chinensis Tekukur biasa 5,30 8,78 14,88 10. Cacomantis merulinus Wiwik kelabu 4,36 11. Centropus bengalensis Bubut alang-alang 3,85 12. Lonchura fuscans Bondol Kalimantan 6,89 13. Lonchura Malacca Bondol rawa 3,70 7,76 14. Lonchura punctulata Bondol peking 7,41 12,12 15. Delichon dasypus Layang-layang rumah 6,89 16. Hirundo tahitica Layang-layang batu 2,28 3,24 17. Lanius schach Bentet kelabu 7,82 5,55 6,67 18. Merops philippinus Kirik-kirik laut 1,85 3,32 8,56 19. Merops viridis Kirik-kirik biru 6,89 20. Anthus novaeseelandiae Apung tanah 1,36 21. Anthreptes malacensis Burung-madu kelapa 3,32 22. Nectarinia jugularis Burung-madu sriganti 1,85 6,55 23. Coturnix chinensis Puyuh batu 1,13 24. Pycnonotus aurigaster Kutilang 30,20 20,97 14,09 25. Pycnonotus goiavier Merbah cerukcuk 3,70 7,78 6,48 26. Amaurornis phoenicurus Burak-burak 1,36 27. Actitis hypoleucos Trinil pantai 2,48 28. Orthotomus ruficeps Cinenen kelabu 13,09 29. Prinia flaviventris Prenjak rawa 30. Aplonis panayensis Perling kumbang 1,85 Jumlah FR 100,0 100,0 100,0 Jumlah spesies 15 14 19
No.
Nama ilmiah
Nama Indonesia
L-4 1,10 2,19 4,52 3,97 7,50 3,97 1,40 8,55 1,10 1,71 3,66 5,07 2,26 16,30 20,52 1,71 1,10 10,26 3,11 100,0 19
L-1 50,00 40,44 41,74 8,83 100,00 10,69 22,32 78,82 22,49 5,69 100,00 13,80 26,84 6,04 100,00 -
FRlo L-2 L-3 80,72 100,00 50,00 49,39 32,92 14,85 100,00 58,26 40,47 24.58 17,32 52,76 43,57 77,55 47,66 77,68 21,62 55,25 18,91 40,82 12,08 55,97 100,00 100,00 57,79 100,00 22,07 26,65 15,03 22,48 50,00 74,03 47,25 -
L-4 19,28 17,69 44,72 34,95 21,10 56,43 22,45 41,65 21,18 23,13 17,78 26,26 28,41 24,44 56,46 50,00 25,97 52,75 100,00 -
Jumlah 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 -
Keterangan: FR = Frekuensi Relatif; L-1, L-2, L-3, L-4 = Lokasi 1, 2, 3, dan 4
3.2. Mamalia, Reptilia, dan Amfibi
Tabel 3. Satwa liar lainnya yang dijumpai di setiap lokasi
Selain burung, teridentifikasi juga 1 spesies dari kelas mamalia, 3 reptilia (1 di antaranya hanya sampai genus), dan 4 amfibi (Tabel 3). Satu spesies lainnya masing-masing dari mamalia, reptilia, dan amfibi belum teridentifikasi. Keberadaan babi hutan diduga berdasarkan pada jejak kaki di permukaan tanah basah. Keberadaan biawak diduga bukan hanya dari jejak kaki, melainkan juga dari jejak bagian tubuhnya. Ular kobra terlihat selintas sebagian tubuhnya saja, karena bergerak cepat di antara semak dan menjauh. Kodok yang memiliki serupa huruf U kuning di bagian pinggangnya masih harus diidentifikasi lebih lanjut.
No.
194
A. 1. 2. B. 1. 2. 3. 4. C. 1. 2. 3. 4. 5.
Nama ilmiah
Nama Indonesia
Lokasi (L) 1 2 3 4
Mamalia Prionailurus bengalensis Kucing kuwuk - - √ TT Babi hutan - - √ Reptilia TT Ular kobra - - √ Varanus sp. Biawak - - √ √ Eutropis multifasciata Kadal kebun - - - √ Eutropis rudis Kadal serasah - - √ √ Amfibi Phrynoidis melanostictus Kodok puru - √ - Fejervarya cancrivora Katak hijau - - √ √ Fejervarya limnocharis Katak tegalan - - √ √ Rana erythraea Kongkang gading - - - √ TT Kodok U - - √ Keterangan: √ = dijumpai; TT = tidak/belum teridentifikasi
Pendidikan Biologi, Pendidikan Geografi, Pendidikan Sains, PKLH – FKIP UNS
Soendjoto et al., Satwa Liar di Area Reklamasi PT Adaro Indonesia, Kalimantan Selatan
3.3. Interaksi Tumbuhan dan Satwa Banyak satwa tidak atau belum mampu beradaptasi dengan kondisi lingkungan L-1 dan L-2, karena lahan kedua lokasi ini tidak atau belum tertutup sempurna oleh tumbuhan penutup tanah dan tajuk pepohonan. Umur vegetasi di sini memang lebih muda daripada di L-3 dan L-4, sehingga iklim mikro dan suasananya tidak nyaman dan aman bagi satwa pada umumnya. Kehadiran burung dipengaruhi oleh komposisi dan struktur vegetasi (Hernowo, 1989; Prabowo dan Martini, 2012). Komposisi jenisnya diduga juga dipengaruhi oleh aktivitas manusia (Warsito dan Yuliana, 2007). Burung bertahan mencari pakan di habitat hutan jati berumur tua, walaupun hutan ini monokultur (Widodo, 2009). Di area bekas tambang emas yang direhabilitasi sekitar 10 tahun lalu, ditemukan 70 spesies burung (Boer, 2009). Di area bekas tambang batubara yang sudah direhabilitasi sekitar 10 tahun, ditemukan 15 spesies mamalia (Rustam dan Boer, 2007) dan 42 spesies kupu-kupu (Harmonis, 2008). Iklim mikro serta suasana nyaman dan aman pada tumbuhan atau lebih luas lagi, lahan bervegetasi dibutuhkan satwa untuk beristirahat, bermain, bersembunyi dari predator, bersuara (berkicau, mengoceh, manggung), dan bahkan berkembang biak. Burung atau satwa kecil (seperti cinenen, remetuk laut) dapat bersembunyi dari predator (elang misalnya) di dalam rerimbunan daun. Pasangan kipasan berkejaran di antara dahan dan ranting tumbuhan. Cipoh jantung berkicau, kapasan kemiri mengoceh, dan perkutut manggung di area dengan iklim mikro nyaman sebagai cara untuk menunjukkan teritori atau memancing kehadiran lawan jenis. Kuskus Phalanger sp. menyukai enam spesies pohon, yaitu Eucalyptus urophylla, Pterocymium tinetorium, Aphanamyxis polystachya, Barringtonia sp., Kleinhovia hospita, dan Grewia koordersiana untuk bersarang (Farida, Triono, Handayani, dan Ismail, 2005). Julang emas Aceros undulatus menyukai wuru kembang Litsea sp. sebagai tempat bersarang dan Ficus sp. sebagai tumbuhan sumber pakan (Rahayuningsih dan Edi, 2013). Elang bondol dan elang ikan Pandion haliaetus membutuhkan pohon tinggi dan jauh dari kehadiran manusia untuk bertengger dan bersarang (Sawitri dan Iskandar, 2012). Bubut alang-alang Centropus bengalensis dan kadalan sulawesi Phaenicophaeus calyorhynchus menyukai pohon yang tidak terlalu tinggi dan rimbun untuk mencari makan, bermain, berlindung, dan bersarang (Watalee, Ningsih, dan Ramlah 2013). Tarsius spectrum mencari makan dan berisitirahat di habitat dengan pepohonan berdiameter 5-20 cm yang didominasi oleh coro Ficus septica, gora hutan Phaleria capitata, mangga hutan Buchanania
arborescens, bintangar Kleinchofia hospita dan bombongan Bignoniaceae (Wirdateti dan Dahrudin, 2006). Kehadiran lawan jenis menjadi bagian penting bagi burung atau satwa liar umumnya untuk memertahankan kelangsungan hidup spesies atau menyiapkan generasi berikutnya. Contohnya burung-madu sriganti. Sepasang burung ini ditemukan sedang membangun sarang yang menggantung di ujung ranting atau dahan. Sarang disusun dengan mudah dari patahan ranting, lembaran daun, sobekan kulit kayu, atau bahanbahan organik lain yang tersedia melimpah di lingkungan sekitar. Selain belum memberi iklim mikro serta suasana nyaman dan aman bagi satwa, kondisi vegetasi atau habitat L-1 dan L-2 juga belum dapat menyediakan pakan dengan kuantitas dan kualitas memadai bagi satwa. Kuskus mengonsumsi daun muda dan buah yang berasal dari 41 spesies tumbuhan (Farida et al., 2005). Burung banyak memanfaatkan jenis pohon bebuahan untuk mencari pakan, beristirahat, bersarang, dan tidur (Heriyanto, Garsetiasih, dan Setio, 2008). Keragaman burung lebih tinggi di kawasan rekreasi yang tumbuhan penghasil buahnya terjaga baik daripada di permukiman (Sawitri dan Iskandar, 2012). Kondisi L-1 dan L-2 dipastikan berangsurangsur berubah menuju kondisi yang setidaknya seperti L-3 dan L-4. Perubahan pasti berdampak pada perubahan satwa, baik dari jumlah individu maupun jumlah spesiesnya. Perubahan juga dapat digunakan untuk menguji keajegan bahwa satwa hanya ditemukan di lokasi tertentu saja. Di area reklamasi dan rehabilitasi, avifauna masih terus berubah menuju komposisi yang biasa ditemukan pada hutan alami (Boer, 2009). Di hutan campuran keragaman jenis burung dan keseimbangan habitat paling tinggi, apabila dibandingkan dengan kondisi di hutan alam, hutan jati, dan hutan mahoni (Heriyanto et al., 2008). Menurut Widodo (2009), keragaman burung lebih tinggi di hutan alam daripada di padang savanna, hutan jati, hutan pantai, dan hutan bakau. Menurut Hamzati dan Aunurohim (2013), keragaman burung tertinggi hingga terendah berturut-turut adalah di hutan mangrof, kebun campuran, savana, dan hutan hujan. Pada sisi lain, kehadiran dan kondisi tumbuhan pun dipengaruhi oleh kehadiran satwa. Tumbuhan memerlukan burung, mamalia (seperti kelelawar, satwa pengerat, dan bahkan primata), atau satwa lain untuk membantu penyerbukan (Fleming dan Muchhala, 2008; Heymann, 2011; Iles dan Kelly, 2014; Johnson, Pauw, dan Midgley, 2001; Ollerton, Cranmer, Stelzer, Sullivan, dan Chittka, 2009; Pavé et al., 2009; Sazima, Buzato, dan Sazima, 1999; Waal, Anderson, dan Barrett, 2012). Satwa-satwa
Seminar Nasional Konservasi dan Pemanfaatan Sumber Daya Alam 2015
195
Soendjoto et al., Satwa Liar di Area Reklamasi PT Adaro Indonesia, Kalimantan Selatan
tersebut umumnya memiliki karakter spesifik, baik perilaku, morfologi, maupun kesukaannya pada aroma. Contohnya adalah burung Nectariniidae. Paruh panjang melengkung dan meruncing serta lidah panjang membuat burung dapat mengisap cairan pada bagian tertentu di dalam bunga. Kemudian secara tidak sengaja bagian tubuh atau gerakannya memicu penyerbukan. Serbuk sari melekat pada putik bunga secara langsung atau serbuk sari yang terlekat lebih dahulu pada bagian tubuhnya berpindah lekat ke putik bunga lain yang dikunjungi burung kemudian. Lebih dari itu, tumbuhan dibantu satwa dalam penyebaran biji. Spesies burung dari famili Bucerotidae, Eurylaimidae, dan Pycnonotidae (Hernowo, 1989); burung dan mamalia frugivora (Aravind, Rao, Ganeshaiah, Shaanker, and Poulsen, 2010) seperti musang luwak Paradoxurus hermaphrodites (Setia, 2008); primata, seperti owa jawa Hylobates moloch (Setia, 2008; Basalamah et al., 2010) dan surili Presbytis comata (Basalamah et al., 2010); srigunting jambul rambut Dicrurus hottentottus, kadalan sulawesi Phaenicophaeus calyorhynchus, dan serindit paruh merah Loriculus exilis (Watalee et al., 2013); serta Pycnonotus (Kerdkaew, Gale, dan Bumrungsri, 2014; Setia, 2008; Spiegel dan Nathan, 2007) adalah beberapa satwa penyebar biji. Biji yang berasal dari buah masak tidak dapat diproses lebih lanjut dan atau mengalami fermentasi di saluran pencernaan, sehingga kemudian dikeluarkan melalui feses atau muntahan. Dengan bantuan satwa penyebar biji, spesies tumbuhan dapat mempertahankan kelangsungan hidup spesies, mengembangkan generasi, dan meningkatkan populasinya di lokasi lain yang tumbuhan itu ada, pernah ada, atau bahkan tidak pernah ada sebelumnya. Lingkungan yang memengaruhi satwa liar tidak hanya berkaitan dengan unsur biotik, tetapi juga unsur abiotik. Di genangan air yang terhampar di lahan terbuka, di lahan rendah, di cekungan tanah, di lubang bekas galian, atau di bawah semak ditemukan banyak berudu, baik dari satu spesies tertentu maupun beragam spesies. Genangan air adalah media bagi katak atau kodok dewasa untuk meletakkan dan membuahi telur, menetaskan berudu, dan menyapih precil. Genangan air tidak semata-mata menjadi habitat bagi hewan (satwa) untuk berkembang biak, tetapi juga menjadi sumber pakan bagi satwa. Di genangan air, larva nyamuk hidup berkembang dan setelah dewasa (imago) menjadi salah satu sumber pakan bagi katak atau kodok. Di habitat ini pun bisa ditemukan larva capung yang fase dewasanya merupakan pakan bagi kirik-kirik. Capung dewasa dikonsumsi bukan hanya oleh kirik-kirik (Arbeiter et al., 2014) atau burung insektivora pada umumnya
196
(Turshak dan Mwansat, 2011), melainkan juga oleh kadal Mabouya sp. dan cekakak sungai Todiramphus chloris (Dalia dan Leksono, 2014) yang dikenal sebagai burung pemakan ikan. Dataran lumpur, tambak dan sawah adalah tempat kuntul Casmerodius albus dan Egretta garzetta mencari makan, sedangkan tegalan dan sawah bagi kuntul Bubulcus ibis (Elfidasari, 2005).
4.
KESIMPULAN
Tiga puluh spesies burung, 1 mamalia, 3 reptilia, dan 4 amfibi teridentifikasi di area reklamasi, tetapi 1 spesies lain masing-masing dari mamalia, reptilia, dan amfibi belum dapat diidentifikasi. Lima spesies (tekukur biasa, bentet kelabu, kirik-kirik laut, cucak kutilang, dan merbah cerukcuk) selalu hadir di tiap lokasi, walaupun frekuensi relatif kehadirannya bervariasi. Mereka dapat dikategorikan sebagai pionir di area reklamasi. Sembilan spesies lainnya (bondol kalimantan, kirikkirik biru, perling kumbang, burung-madu kelapa, elang tikus, cica daun besar, apung tanah, puyuh batu, dan prenjak rawa) hanya menggunakan lokasi tertentu saja untuk beraktivitas. Simpulan tersebut masih sementara, karena ditarik dari pengumpulan data yang berdurasi pendek. Simpulan perlu diuji melalui penelitian ulang atau pemantauan berkala. Walaupun satwa berperan membantu regenerasi tumbuhan, manusia (perusahaan) tetap harus merevegetasi lahan sebagai upaya memercepat penutupan area reklamasi yang tanpa vegetasi.
5.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penelitian ini dibiayai sepenuhnya oleh PT Adaro Indonesia. Terima kasih disampaikan kepada pak Iswan Sujarwo yang memfasilitasi penelitian.
6.
DAFTAR PUSTAKA
Aravind, N.A., Rao, D., Ganeshaiah, K.N., Shaanker, R.U., & Poulsen, J.G. (2010). Impact of the invasive plant, Lantana camara, on bird assemblages at Malé Mahadeshwara Reserve Forest, South India. Tropical Ecology, 51(2S), 325-338. Arbeiter, S., (2014). Seasonal shift in the diet composition of European Bee-Eaters Merops Apiaster at the northern edge of distribution. Ardeola, 61(1), 161-170. doi:10.13157/arla.61. 1.2014.161. Basalamah, F. (2010). Status populasi satwa primata di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dan
Pendidikan Biologi, Pendidikan Geografi, Pendidikan Sains, PKLH – FKIP UNS
Soendjoto et al., Satwa Liar di Area Reklamasi PT Adaro Indonesia, Kalimantan Selatan
Taman Nasional Halimun Salak, Jawa Barat. J. Primatologi Indonesia, 7(2), 55-59.
Boer, C. (2009). Keragaman avifauna pada lahan bekas tambang emas PT Kelian Equatorial Mining, Kutai Barat Kalimantan Timur. JMHT, 15(2), 54-60. Dalia, B.P., & Leksono, A.S. (2014). Interaksi antara capung dengan Arthropoda dan Vertebrata predator di Kepanjen, Kabupaten Malang. J. Biotropika, 2(1), 26-30. Das, I. (2010). A field guide to the Reptiles of SouthEast Asia. London: New Holland Publishers (UK) Ltd. Elfidasari, D. (2005). Pengaruh perbedaan lokasi mencari makan terhadap keragaman mangsa tiga jenis kuntul di cagar alam Pulau Dua Serang: Casmerodius albus, Egretta garzetta, Bubulcus ibis. Makara, Sains, 9(1), 7-12. Farida, W.R., Triono, T., Handayani, T.H., & Ismail. (2005). Pemilihan jenis tumbuhan sumber pakan dan tempat bersarang kuskus (Phalanger sp.) di Cagar Alam Gunung Mutis, Nusa Tenggara Timur. Biodiversitas, 6(1), 50-54. Fleming, T.H., & Muchhala, N. (2008). Nectarfeeding bird and bat niches in two worlds: pantropical comparisons of vertebrate pollination systems. J. Biogeography, 35, 764– 780. Francis, C.M. (2013). Mammals of South-East Asia. London: New Holland Publishers (UK) Ltd. Hamzati, N.S., & Aunurohim. (2013). Keanekaragaman burung di beberapa tipe habitat di Bentang Alam Mbeliling Bagian Barat, Flores. J. Sains dan Seni Pomits, 2(2), 121-126. Harmonis. (2008). Kehadiran kupu-kupu di areal reklamasi bekas tambang batubara PT Kaltim Prima Coal Sangatta Kalimantan Timur. Rimba Kalimantan, 13(2), 99-105. Heriyanto, N.M., Garsetiasih, R., & Setio, P. (2008). Status populasi dan habitat burung di BKPH Bayah, Banten. J. Penelitian Hutan dan Konservasi Alam, 5(3), 239-249. Hernowo, J.B. (1989). Suatu tinjauan terhadap keanekaragaman jenis burung dan peranannya di Hutan Lindung Bukit Soeharto. Kalimantan Timur. Media Konsewasi, 2(2), 19-32. Heymann, E.W. (2011). Florivory, nectarivory, and pollination – A review of primate-flower interactions. Ecotropica, 17, 41–52. Iles, J.M., & Kelly, D. (2014). Restoring bird pollination of Fuchsia excorticate by mammalian predator control. New Zealand Journal of Ecology, 38(2), 297-306. Iskandar, D.T. (1998). Amfibi Jawa dan Bali. Bogor: Puslitbang Biologi LIPI.
IUCN. (2014). The IUCN Red List of Threatened Species. Version 2014.3. Retrieved from http://www.iucnredlist.org. Johnson, S.D., Pauw, A., & Midgley, J. (2001). Rodent pollination in the African Lily Massonia Depressa (Hyacinthaceae). American Journal of Botany, 88(10), 1768–1773. Kerdkaew, T., Gale, G.A., & Bumrungsri, S. (2014). Short note: Preliminary diet analysis reveals the dispersal of an exotic plant by two native Bulbuls in an early successional habitat, Krabi, Southern Thailand. Tropical Natural History, 14(1), 35-42. MacKinnon, J., Phillipps, K., & Balen, B. (2010). Burung-burung di Sumatera, Jawa, Bali, dan Kalimantan (Termasuk Sabah, Sarawak dan Brunei Darussalam). Bogor: Burung Indonesia. Mistar, & Iskandar, D.T. (2003). Panduan lapangan Amfibi di Kawasan Ekosistem Leuser. Bogor: The Gibbon Foundation, PILI-NGO Movement. Ollerton, J., Cranmer, L., Stelzer, R.J., Sullivan, S., & Chittka, L. (2009). Bird pollination of Canary Island endemic plants. Naturwissenschaften, 96, 221–232. doi: 10.1007/s00114-008-0467-8. Pavé, R. (2009). Nectar feeding on an exotic tree (Grevillea robusta) by Alouatta caraya and its possible role in flower pollination. Neotropical Primates, 16(2), 61-64. Payne, J., Francis, C.M., Phillipps, K., & Kartikasari, S.N. (2000). Panduan lapangan Mamalia di Kalimantan, Sabah, Sarawak & Brunei Darussalam. Bogor, Indonesia: WCSIndonesia Program. Peraturan Pemerintah RI Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. Prabowo, W.E. & Martini, E. (2012). Sudahkah kebun campuran anda ramah burung? Kiprah Agroforestri, 5(1), 3-4. Rahayuningsih, M. & Edi, N. (2013). Profil habitat julang emas (Aceros undulatus) sebagai strategi konservasi di Gunung Ungaran, Jawa Tengah. Indonesian Journal of Conservation, 2(1), 1422. Rustam, & Boer, C.D. (2007). Keragaman jenis mamalia di areal rehabilitasi bekas tambang batubara PT Kaltim Prima Coal Sangatta Kalimantan Timur. Rimba Kalimantan, 12(2), 135-142. Sawitri, R., & Iskandar, S. (2012). Keragaman jenis burung di Taman Nasional Kepulauan Wakatobi dan Taman Nasional Kepulauan Seribu. J. Penelitian Hutan dan Konservasi Alam, 9(2), 175-187.
Seminar Nasional Konservasi dan Pemanfaatan Sumber Daya Alam 2015
197
Soendjoto et al., Satwa Liar di Area Reklamasi PT Adaro Indonesia, Kalimantan Selatan
Sazima, M., Buzato, S., & Sazima, I. (1999). Batpollinated flower assemblages and bat visitors at two Atlantic Forest sites in Brazil. Annals of Botany, 83, 705-712. Setia, T.M. (2008). Penyebaran biji oleh satwa liar di Kawasan Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol dan Pusat Riset Bodogol, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat. Vis Vitalis, 1(1), 1-8. Spiegel, O., & Nathan, R. (2007). Incorporating dispersal distance into the disperser effectiveness framework: frugivorous birds provide complementary dispersal to plants in a patchy environment. Ecology Letters, 10, 718– 728. doi:10.1111/j.1461-0248.2007.01062.x Turshak, L. G. & Mwansat, G.S. (2011). Insect diet of some Afrotropical Insectivorous Passerines at the Jos Wildlife Park, Nigeria. Science World Journal, 6(4), 1-4. Waal, C., Anderson, B., & Barrett, S.C.H. (2012). The natural history of pollination and mating in
198
bird-pollinated Babiana (Iridaceae). Annals of Botany, 109, 667–679. doi:10.1093/aob/mcr172 Warsito, H. & Yuliana, S. (2007). Keanekaragaman jenis burung di Saribi, Numfor Barat, Papua: Beberapa catatan. J. Penelitian Hutan dan Konservasi Alam, 4(6), 553-560. Watalee, H., Ningsih, S., & Ramlah, S. (2013). Keanekaragaman jenis burung di Hutan Rawa Saembawalati Desa Tomui Karya Kecamatan Mori Atas Kabupaten Morowali. Warta Rimba, 1(1): 1-8. Widodo, W. (2009). Komparasi keragaman jenis burung-burung di Taman Nasional Baluran dan Alas Purwo pada beberapa tipe habitat. Berk. Penel. Hayati, 14, 113–124. Wirdateti, & Dahrudin, H. (2006). Pengamatan pakan dan habitat Tarsius spectrum (Tarsius) di kawasan Cagar Alam Tangkoko-Batu Angus, Sulawesi Utara. Biodiversitas, 7(4), 373-377.
Pendidikan Biologi, Pendidikan Geografi, Pendidikan Sains, PKLH – FKIP UNS
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KONSERVASI DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM Towards Conservation and Sustainable Use of Natural Resources; A Perspective of Education, Biology, Geography and Environmental Science
Dilaksanakan Tanggal 13 Januari 2015 Di Aula Gedung F FKIP UNS Surakarta
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI, PENDIDIKAN GEOGRAFI, PENDIDIKAN KEPENDUDUKAN DAN LINGKUNGAN HIDUP, DAN PENDIDIKAN SAINS UNS FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2015
Seminar Nasional Konservasi dan Pemanfaatan Sumber Daya Alam 2015
i
KUMPULAN MAKALAH Seminar Nasional Konservasi dan Pemanfaatan Sumber Daya Alam Towards Conservation and Sustainable Use of Natural Resources; A Perspective of Education, Biology, Geography and Environmental Science EDITOR AHLI :
EDITOR PELAKSANA :
Prof. Dr.rer.nat. Sajidan, M.Si
Murni Ramli, S.P., M.Si., Ed.D
Prof. Dr. Catharina Muryani, M. Si
Nurmiyati, S.Pd., M.Si
Dr. Muh.Gamal Rindarjono, M.Si
Dewi Puspita Sari, S.Pd., M.Sc
Puguh Karyanto, S.Si., M.Si., Ph.D
Alanindra Saputra, S.Pd., M.Sc.
Dr. Muhammad Masykuri, M.Pd Dr. Maridi, M.Pd Dr. Sri Dwiastuti, M.Si Dr. Sri Widoretno, M.Si Dr. Suciati, M.Pd
ISBN No. 978-602-71497-1-7 Dilarang Keras menjiplak, mengutip, dan mefotokopi sebagian atau seluruh isi buku ini serta memperjual belikan tanpa izin tertulis HAK CIPTA DILINDUNGI OLEH UNDANG-UNDANG
ii
Pendidikan Biologi, Pendidikan Geografi, Pendidikan Sains, PKLH – FKIP UNS
KUMPULAN MAKALAH SEMINAR NASIONAL KONSERVASI DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM
TEMA : Towards Conservation and Sustainable Use of Natural Resources; A Perspective of Education, Biology, Geography and Environmental Science
Penyelenggara : PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI, PENDIDIKAN GEOGRAFI, PENDIDIKAN KEPENDUDUKAN DAN LINGKUNGAN HIDUP, DAN PENDIDIKAN SAINS UNS FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
Gedung F FKIP UNS Jl. Ir. Sutami no 36A Kentingan Surakarta Telp/fax (0271) 648939, Website: http://sn-kpsda.fkip.uns.ac.id email:
[email protected]
Seminar Nasional Konservasi dan Pemanfaatan Sumber Daya Alam 2015
iii
SUSUNAN PANITIA SEMINAR NASIONAL KONSERVASI DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM 2015
Pelindung
Dekan FKIP UNS Surakarta ( Prof. Dr. M. Furqon H., M.Pd.)
Pengarah
Pembantu Dekan I FKIP UNS ( Prof. Dr. rer.nat Sajidan, M.Si) Pembantu Dekan II FKIP UNS ( Drs. Sugiyanto, M.Si., M.Si) Pembantu Dekan III FKIP UNS ( Drs. Amir Fuady, M.Hum)
Ketua Panitia
Dr. Muh. Gamal Rindarjono, M.Si
Kesekretariatan
Puguh Karyanto, S.Si., M.Si., Ph.D Nurmiyati, S.Pd., M.Si
Bendahara
Umi Fatmawati S.Pd., M.Si
Prosiding
Murni Ramli, SP., M.Si., Ed.D Dewi Puspitasari, S.Pd., M.Sc Alanindra Saputra, S.Pd., M.Sc Singgih Prihadi, S.Pd, M.Pd
Konsumsi
Dr. Sri Dwiastuti, M.Si. Riezky Maya Probosari, S.Si., M.Si. Eka Nurmawati, S.Pd
Sidang
Drs. Djoko Subandriyo, M.Pd Prof. Dr. Catharina Muryani, M. Si Dr. Muhammad Masykuri, M.Pd Dr. Baskoro Adi Prayitno, M.Pd Dr. Sri Widoretno, M.Si Dr. Sarwanto, M.Si Dr. Maridi, M.Pd Yasir Sidiq, S.Pd., M.Sc
Perlengkapan
Dr. Ir. Yudi Rinanto, M.P. Suwarno, S.Pd., M.Si. Joko Aryanto, S.Si, M.Si. Drs. Marjono, M.Si. Hendrik Pratama, S.Pd., M.Pd
Acara
Dr. Suciati, M.Pd. Setya Nugraha, S.Si, M.Si. Kistantia Elok Mumpuni, S.Pd., M.Pd.
iv
Pendidikan Biologi, Pendidikan Geografi, Pendidikan Sains, PKLH – FKIP UNS
KATA PENGANTAR Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan Karunia dan nikmat- Nya sehingga kegiatan Seminar Nasional Konservasi dan Pemanfaatan Sumber Daya Alam (KPSDA) 2015, terselenggara dengan lancar dan sukses. Seminar Nasional KPSDA 2015 dilaksanakan oleh Program Studi Pendidikan Biologi, Pendidikan Geografi, Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup, serta Pendidikan Sains, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS. Seminar yang dilaksanakan pada Tanggal 13 Januari 2015 tersebut mengangkat tema Towards Conservation and Sustainable Use of Natural Resources; A Perspective of Education, Biology, Geography and Environmental Science. Kegiatan Seminar Nasional KPSDA 2015 menghasilkan komunikasi dan sharing gagasan ilmiah yang dapat dikemas dalam sebuah prosiding sebagai bukti otentik. Prosiding yang ada diharapkan mampu memperkuat jejaring komunikasi di kalangan akademisi dan peneliti yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam acara Seminar Nasional tersebut. Prosiding Seminar Nasional KPSDA 2015 merupakan kumpulan makalah utama yang disampaikan oleh empat pembicara utama yaitu Prof. Randall Kyess, Ph.D (Adjunct Research Professor Global Health University of Washington, Seatlle, Washington USA), Dr. Entang Iskandar (Head of Conservation Division, Primate Research Centre, Bogor Agricultural University, Bogor, Indonesia), Prof. Lilia Halim, Ph.D. (Professor of Science Education, Faculty of Education, Universiti Kebangsaan Malaysia, Selangor Darul Ehsan, Malaysia), Prof. Dr. rer.nat. Sajidan, M.Si (Pembantu Dekan 1 FKIP UNS), serta makalah pendamping yang dipresentasikan dalam sidang paralel ruang 1 sampai 9. Akhir kata, semoga prosiding ini bermanfaat bagi para peserta seminar khususnya dan pembaca pada umumnya. Surakarta, Februari 2015 Tim Editor
Seminar Nasional Konservasi dan Pemanfaatan Sumber Daya Alam 2015
v
DAFTAR ISI
Susunan Panitia............................................................................................................................. iv Kata Pengantar ............................................................................................................................. v Susunan Acara Seminar Nasional KPSDA 2015................................................................... vi Jadwal Presentasi Makalah Paralel .......................................................................................... vii Daftar isi ......................................................................................................................................... xiii Daftar Pemakalah ......................................................................................................................... xiv Makalah Seminar ........................................................................................................................... 1 Kesimpulan Umum ......................................................................................................................... 289 Presensi Kehadiran Pemakalah .................................................................................................. 290 Denah Lokasi Seminar .................................................................................................................. 295 Indeks Kata Kunci .......................................................................................................................... 296 Indeks Nama Penulis Makalah ..................................................................................................... 298
Seminar Nasional Konservasi dan Pemanfaatan Sumber Daya Alam 2015
xiii
DAFTAR PEMAKALAH SEMINAR NASIONAL KPSDA 2015 FKIP UNS
Global Partnership in Field Training & Community Outreach Education: Promoting Conservation Biology and Global Health Prof. Randall Charles Kyes ............................................................................................................................................. 1-9 Conservation Program Through Ex-Situ Cptive Breeding Of Primates at IPB Research Center Dr. Entang Iskandar ...................................................................................................................................................... 10-15 Challenges of Teaching Science to Address Global Sustainability Prof. Lilia Halim ............................................................................................................................................................. 16-20 Improving Environmental Attitude and Etichs Trough Subject Specific Pedagogy Prof. Dr. rer.nat. Sajidan, M.Si ...................................................................................................................................... 21-25 Pengaruh Pelaksanaan Coorporate Social Responsibility (CSR) Perusahaan Pabrik Kelapa Sawitterhadap Pengembangan Wilayah di Kabupaten Labuhan Batu Selatan Abd Rajab Pasaribu ....................................................................................................................................................... 26-34 Kontribus Vegetasi Lantai pada Infiltrasi Air di Area Sekitar Mata-air Mudal, Purwosari, Gunung Kidul, Yogyakarta Retno Peni Sancayaningsih,Hadaina Rofiqoh, Alanindra Saputra, Dwi Laraswati ........................................................ 35-39 Konsentrasi Pelepasan CO2 Oleh Cacing Tanah Kaitannya Dengan Perilaku Petani dalam Penggunaan Lahan Sri Dwiastuti, Sajidan .................................................................................................................................................... 40-44 Biodiversitas Fitoplankton di Waduk Selorejo, Kecamatan Ngantang Kabupaten Malang Jawa Timur Eman Suherman, Srf. Lailatul Maftukha, Alfian Zulkifli, Ainun Nikmati Laily ................................................................ 45-49 Bioprospeksi Bakteri yang Berasosiasi dengan Alga Hijau Halimeda macroloba, Caulerpa racemosa dan Ulva sp. sebagai Penghasil Senyawa Antibakteri Endang Kusdiyantini ...................................................................................................................................................... 50-54 The Local Wisdom in Environmental Conservation: Case Study of Environmental Education Based on Indigenous and Local Knowledge- "Lubuk Larangan " in The District of Bungo, Jambi Province Mohammad Gamal Rindarjono, Sarwono, Wakino ...................................................................................................... 55 Penentuan Lebar Sempadan Sebagai Kawasan Lindung Sungai di Kabupaten Sukoharjo R. Muh. Amin Sunarhadi, Suharjo, Alif Noor Anna, Baharudin Syaiful Anwar ............................................................... 56-64 Kajian Potensi Vegetasi dalam Konservasi Air dan Tanah di Daerah Aliran Sungai (DAS): Studi Kasus di 3 Sub DAS Bengawan Solo (Keduang, Dengkeng, dan Samin) Maridi, Alanindra Saputra, Putri Agustina .................................................................................................................... 65-68 Keanekaragaman Makro-invertebrata di Pantai Sepanjang, Gunungkidul, DI. Yogyakarta Alanindra Saputra, Marjono, Dewi Puspita Sari, Suwarno ............................................................................................ 69-73
xiv
Pendidikan Biologi, Pendidikan Geografi, Pendidikan Sains, PKLH – FKIP UNS
Apocynoideae dan Asclepiadoideae dari Pegunungan Baturagung (Gunung Nglanggeran, Gunung Mintorogo, Gunung Parangan, Gunung Gedang, Gunung Ijo): Inisiasi Pencirian dan Konservasi Widodo .......................................................................................................................................................................... 74-85 Keanekaragaman Makrozoobentos sebagai Bioindikator Kualitas Perairan Ranu Pani - Ranu Regulo di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru Achmad Gazali, Dwi Suheriyanto, Romaidi ................................................................................................................... 86-91 Efek Antiangiogenik Ekstrak Metanolik Biji Nangka (Artocarpus heterophyllus Lamk.) pada Kultur Ex Ovo Membran Korio Alantois Embrio Ayam Swastika Oktavia, Bambang Retnoaji, Nastiti Wijayanti .............................................................................................. 92 Pengaruh Variasi Herbal terhadap Organ Dalam Broiler Mei Sulistyoningsih ....................................................................................................................................................... 93-97 Keanekaragaman Kapang Aspergillus pada Serasah Daun Talok (Muntingia calabura L.) di Kawasan Desa Sukolilo Barat, Kecamatan Labang, Kabupaten Bangkalan, Madura Mg Isworo Rukmi, Arum Krisna Miranti, Agung Suprihadi ...................................................................................... 98-104 Pencemaran Pb dan Cd pada Hasil Perikanan Laut Tangkapan Nelayan di Sekitar Teluk Jakarta Tri Wahyuningsih, Maman Rumanta, Gusti Nurdin ................................................................................................ 105-111 Pengolahan Limbah Cair Industri Alkohol Bekonang Menggunakan Proses Fermentasi Karina Nurcahyani A, Budi Utami............................................................................................................................ 112-116 Respon Penurunan Konsentrasi Logam Berat Kromium (Cr) dan Pertumbuhan Mikroalga Chlorella vulgaris pada Media Kultur Endah Rita Sulistya Dewi ......................................................................................................................................... 117-121 Pemanfaatan Biomassa dan Limbah Peternakan untuk Pembuatan Pupuk Organik Berasam Humat Tinggi Fitria Fatichatul Hidayah, Muhamad Imaduddin .................................................................................................... 122-127 Tingkat Cemaran Mikrobia Setelah Proses Pengeringan pada Tanaman Biofarmaka Curcuma domestica Hermin Pancasakti Kusumaningrum, Endang Kusdiyantini, Sri Pujiyanto ............................................................... 128-133 Analisis Fitokimia Daun Pepaya (Carica papaya L.) di Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi (BALITKABI) Kendal Payak, Malang Qurrota A’yun, Ainun Nikmati Laily ......................................................................................................................... 134-137 Kemampuan Tumbuhan Akuatik Coix lacryma-jobi Terhadap Paparan Logam Berat (Pb dan Cd) Rony Irawanto, Alia Damayanti, Bieby Voijant Tangahu, Ipung Fitri Purwanti....................................................... 138-146 Kemampuan Tumbuhan Akuatik Acanthus ilicifolius Terhadap Paparan Logam Berat (Pb dan Cd) Rony Irawanto, R. Hendrian, Sarwoko Mangkoedihardjo ....................................................................................... 147-155
Seminar Nasional Konservasi dan Pemanfaatan Sumber Daya Alam 2015
xv
Potensi Aneka Tepung Gluten Free-Casein Free Berbahan Dasar Umbi Sebagai Subtitusi Tepung Terigu Bagi Anak Autis Riezky Maya Probosari, Sri Retno Dwi Ariani, Murni Ramli, Harlita ........................................................................ 156-159 Pengembangan Permakultur di Sekolah Alam Bengawan Solo di Desa Gondangsari, Juwiring Klaten Lita Rahmasari, Dimas Rahadian Aji Muhammad................................................................................................... 160-164 Pleurotus ostreatus as growth nutrition to Mus musculus Riris L. Puspitasari, M. Habib Pangeran .................................................................................................................. 165-170 Pemanfaatan Sumber Daya Alam Pesisir Secara Berkelanjutan melalui Pengolahan Makro Alga sebagai OlehOleh Khas Pantai Krakal Nurmiyati, Murni Ramli, Yudi Rinanto, Sri Widoretno ............................................................................................. 171-176 Karakteristik Stomata Tempuyung (Sonchus arvensis L.) dan Hubungannya dengan Transpirasi Tanaman di Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang Faizatul Izza, Ainun Nikmati Laily ............................................................................................................................ 177-180 Analisis penghambatan aktivitas mortalin dengan senyawa herbal Indonesia untuk skrening anti kanker melalui in silico Widodo .................................................................................................................................................................... 181-183 Studi Perilaku Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu Tawangmangu Karanganyar Dewi Puspita Sari, Suwarno, Alanindra Saputra, Marjono ...................................................................................... 184-187 Uji Konsentrasi Klorofil Daun Temu Mangga (Curcuma mangga Val.) Temulawak (Curcuma xanthorrhiza) Temu Hitam (Curcuma aeruginosa) dengan Tipe Kertas Saring yang Berbeda Menggunakan Spektrofotometer Kurniawan Adi Prastyo, Ainun Nikmti Laily ............................................................................................................ 188-191 Satwa Liar di Area Reklamasi PT Adaro Indonesia, Kalimantan Selatan yang Direvegetasi Kurang dari Dua Tahun Mochamad Arief Soendjoto, Maulana Khalid Riefani, Didik Triwibowo, Muhammad Novie Anshari ..................... 192-198 Pola Protein Sekret Kelenjar Parotoid Tiga Spesies Kodok dan Sekret Kelenjar Kulit Katak Kongkang Racun (Odorrana hosii Boulenger, 1891) Melalui SDS-PAGE Mega Ayu Oktavina, Rarastoeti Pratiwi .................................................................................................................. 199-204 Biolitik Enzim Bekicot (Achatina fulica) Sebagai Agen Fusi Protoplas Pichia manshurica Intraspecifik Wijanarka, Endang Sutariningsih Soetarto, Kumala Dewi, Ari Indriarto ................................................................. 205-209 Aplikasi Jamur Antagonis Trichoderma sp. Terhadap Pengurangan Intensitas Serangan Penyakit Hawar Daun Serta Hasil Tanaman Kentang Susiana Purwantisari, Achmadi Priyatmojo, Retno Peni Sancayaningsih, Rina Sri Kasiamdari ............................... 210-215 Analisis Kandungan Klorofil Daun Gandasuli (Hedychium gardnerianum Shephard ex Ker-Gawl) pada Tiga Daerah Perkembangan Daun yang Berbeda Andi Jaya Pratama, Ainun Nikmati Laily ................................................................................................................. 216-219
xvi
Pendidikan Biologi, Pendidikan Geografi, Pendidikan Sains, PKLH – FKIP UNS
Kandungan Saponin Buah, Daun dan Tangkai Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) Fahrunnida, Rarastoeti Pratiwi ............................................................................................................................... 220-224 Kadar Total Pigmen Klorofil dan Senyawa Antosianin dari Ekstrak Daun Kastuba (Euphorbia Pulcherrima) Berdasarkan Umur Daun Rendy Rohmatul Maulid, Ainun Nikmati Laily ......................................................................................................... 225-230 Pemanfaatan Limbah Sisa Hasil Panen Petani Sayuran di Boyolali sebagai Bahan Baku Pembuatan Pupuk Cair Organik menuju Pertanian Ramah Lingkungan Yudi Rinanto ............................................................................................................................................................ 231-236 Pengembangan Model Green School di Sekolah Menengah Pertama di Kota Bandung: Studi Pendahuluan Siti Sriyati, Topik Hidayat ........................................................................................................................................ 237-243 Penggunaan “Concept Map” Dan “Mind Map” Untuk Mengembangkan Kemampuan Penalaran dan Penguasaan Konsep Siswa SMA pada Materi Sistem Peredaran Darah Rachmi Noor Hanifah, Nuryani Rustaman, Saefudin.............................................................................................. 244-250 Perbedaan Penerapan Pembelajaran Biologi Model STS terhadap Peningkatan Sikap Peduli Lingkungan Siswa Ditinjau dari Jenjang Pendidikan Suciati, Ita Widya Yanti, Iva Yuni Listiani................................................................................................................ 251-256 Penerapan Pendekatan Konstruktivisme Berorientasi Green Chemistry untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Kimia SMA Andari Puji Astuti .................................................................................................................................................... 257-262 Profil Literasi Lingkungan Siswa Sekolah Alam dan Sekolah Reguler Adiwiyata Berdasarkan Literasi Sains PISA 2006 Susi Dwi Susilastri .................................................................................................................................................... 263-269 SETS (Science, Environmental, Technology and Society) sebagai Pendekatan Pembelajaran IPA Modern pada Kurikulum 2013 Nur Khasanah.......................................................................................................................................................... 270-277 Potensi Kearifan Lokal dalam Pembelajaran IPA di SMP Parmin ..................................................................................................................................................................... 278-282 Pengaruh Model Project Based Learning berbasis Potensi Makroalga Daerah Pesisir terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Materi Ekosistem di SMA Negeri 1 Tanjungsari Gunungkidul DIY Milyarda Shadaika, Murni Ramli, Nurmiyati ........................................................................................................... 283-288
Seminar Nasional Konservasi dan Pemanfaatan Sumber Daya Alam 2015
xvii