Satu Tekad dan Nyali, Bekal Presentasi Depan Juri UNAIR NEWS – Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) ke-29 yang digelar di Institut Pertanian Bogor (IPB), disambut semangat oleh semua kontingen dari perguruan tinggi negeri (PTN) di Indonesia, termasuk kontingen dari UNAIR. Dalam ajang bergengsi yang resmi dibuka oleh Menristek Dikti pada Senin (8/8) malam, berbekal 21 tim yang mewakili semua bidang proposal program kreativitas mahasiswa, kontingen UNAIR siap beradu dengan kontingen asal kampus lainnya. Terkait stan pameran poster dan karya, acara dilangsungkan di hall Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, Selasa (9/8). Ketika mendapat pertanyaan dari dewan juri, Siti Ermawati salah satu kontingen dari UNAIR cukup meyakinkan dalam memberi penjelasan tentang karyanya di hadapan dewan juri. Ia bersama timnya mempresentasikan tentang ‘Dental Light Chip’ yang lolos dalam proposal PKM – Karsa Cipta. Ketika diwawancarai kru UNAIR NEWS, Erma mengatakan, hal terpenting saat menjawab pertanyaan juri adalah keberanian dan bekal wawasan mengenai karya yang dibuat. “Jadi saat ditanya, ya, kita harus bisa menjelaskan sedetail mungkin dan sesuai yang sudah kami lakukan,” terang Erma. Mahasiswa yang akrab disapa Erma tersebut juga menambahkan, selama penjurian, ia dan tim memanen masukan, pujian dan sanjungan dari dewan juri. “Masukan dan pujian dari juri menjadi bekal bagi perbaikan produk Dental Light Chip ke depan,” imbuh Erma. Senada dengan Erma, Pratama Bagus Baharsyah pembuat PKM – Karsa Cipta ‘Luvizer Ultraviolet Stelizer’ mengatakan, masukan dari juri bisa menjadi motivasi. “Di robot, juri bilang kalau
robot kami memiliki banyak inovasi. Juri juga meminta kami untuk mengembangkan,” terang Bagus. Saat ditanya bekal kuat dalam ajang PIMNAS ini, mereka pun kompak mengatakan “UNAIR, Satu Tekad, Satu Nyali, Pasti Juara”. (*) Penulis: Nuri Hermawan Editor: Defrina Sukma S.
5 Hal Unik Kontingen UNAIR pada Ajang PIMNAS 2016 UNAIR NEWS – Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) ke-29 yang dihelat di Institut Pertanian Bogor (IPB), menyimpan halhal unik bagi kontingen Universitas Airlangga. Kontingen yang lolos PIMNAS dengan 21 tim ini memiliki beragam hal menarik yang tidak banyak diketahui oleh civitas. Hal-hal menarik tersebut menjadi salah satu bekal kesuksesan tim yang memiliki jargon “UNAIR, Satu tekad , Satu nyali, Pasti juara”. Berikut hal-hal unik tersebut, 1. Tim Terbanyak Sepanjang Sejarah Sepanjang sejarah mengikuti PIMNAS, tahun 2016 adalah tahun paling banyak UNAIR meloloskan tim, yakni sejumlah 21 tim. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, meski termasuk kategori yang sedikit meloloskan tim, namun UNAIR selalu masuk lima peringkat teratas. “Memang 21 tim yang berangkat ini merupakan yang terbanyak dalam sejarah. Ya, semoga banyak atau sedikit UNAIR tetap jadi juara,” ujar M. Dedy Bastomi, salah satu kontingen UNAIR yang tiga proposalnya lolos ke ajang PIMNAS.
2. Wakili Semua Bidang PKM Hal unik yang kedua yakni UNAIR mewakili semua kategori bidang PKM yang ditentukan. Mulai dari PKM Bidang Kewirausahaan (PKMK), Karsa Cipta (PKM-KC), Pengabdian Masyarakat (PKM-M), Penelitian Eksakta (PKM-PE), Penelitian Sosial Humaniora (PKMPSH), dan Gagasan Tertulis (PKM-GT). “Alhamdulillah kali ini semua bidang PKM bisa diwakili oleh UNAIR,” imbuh Dedy. 3. Berseragam Sama Meski Beda kelompok Keunikan selanjutnya dari kontingen UNAIR adalah semua tim menggunakan seragam yang sama meski beda kelompok. Alasan menggunakan seragam yang sama bukan tanpa sebab. Bagi M. Deny Basri, salah satu mahasiswa yang dua kali berlaga pada PIMNAS, berseragam sama dapat membantu jika kondisi genting terjadi. Misalnya, saat presentasi antara karya pertama dan kedua hampir bersamaan. “Berseragam sama untuk jaga-jaga jika waktu presentasi berurutan, jadi biar tidak terburu-buru,” jelas Deny.
Venue Pameran Poster dan Produk PKM. (Foto: UNAIR NEWS)
4. Dijemput dengan Mobil UNAIR termasuk perguruan tinggi yang sigap dalam memberikan fasilitas kepada kontingen yang berjuang pada ajang PIMNAS. Selain mendapatkan penginapan yang layak, tiap kelompok difasilitasi dengan mobil untuk mobilitas dari penginapan ke lokasi PIMNAS. Deny menuturkan, hal ini memang selalu dilakukan UNAIR dari tahun ketahun. Dengan demikian, menurut Deny, fokus tiap tim bisa lebih optimal. “UNAIR selalu maksimal dalam memfasilitasi kontingen, tahun lalu juga demikian,” kenang Deny yang tahun lalu berlaga PIMNAS di Kendari. 5. Si Kembar yang Langganan PIMNAS Keunikan terahkir kontingen UNAIR yaitu adanya mahasiswa kembar yang langganan mengikuti PIMNAS. Meski menempuh pendidikan diploma yang notabene hanya diselesaikan dalam tiga tahun, mahasiswa kembar asal Kediri tersebut juga mengikuti PIMNAS tahun lalu. Dua tahun mengikuti ajang bergengsi PIMNAS merupakan hal terindah pada masa kuliah bagi keduanya. “Ya meski banyak karya kami yang lolos dan kami selalu bersama dan satu tim, bukan berarti kami tidak sering bersilang pendapat,” candanya kompak. (*) Penulis : Nuri Hermawan Editor : Binti Q. Masruroh
MOU Perkuat Sinergi Fungsi PDGI dan FKG UNAIR NEWS – Bertempat di Gedung AMEC, FK UNAIR, ditandatangani MoU antara FKG UNAIR dengan Persatuan Dokter
Gigi Indonesia (PDGI) Cabang Surabaya. Acara yang dilaksanakan pada 6 Agustus 2016 ini bertepatan dengan gathering anggota PDGI, halal bihalal dan seminar ilmiah. Dalam wawancaranya, Dekan FKG UNAIR Dr. R. Darmawan Setijanto, drg., M.Kes. menjelaskan, tujuan peremajaan MOU ini adalah memperkuat sinergisme fungsi PDGI dan institusi pendidikan dokter gigi. Demi meningkatkan kompetensi dokter gigi untuk optimalisasi layanan di bidang kedokteran gigi. Hal senada juga dilontarkan Ketua PDGI Cabang Surabaya Dr. Hendrik Setia Budi, drg., M.Kes. “PDGI merupakan organisasi profesi yang berasal dari banyak unsur, akademisi, pegawai pemerintah dan swasta. Dengan demikian, sebagai organisasi, PDGI harus mempunyai program yang dapat memfasilitasi kebutuhan anggotanya. Sehingga, organisasi dapat tumbuh dan berkembang secara regional, nasional dan internasional,” kata dia. Hendrik menambahkan, tujuan MOU ini supaya kegiatan PDGI dan FKG UNAIR dapat selaras dilaksanakan. Ke depannya, kegiatan nyata dari MOU akan dilaksanakan dalam bentuk penyelenggaraan penelitian ilmiah bersama, pengabdian masyarakat, penyelenggaraan kegiatan ilmiah, seminar dan lokakarya. (*)
Penulis: Humas FKG Editor: Rio F.Rachman
Tim Putri UNAIR Raih Juara 3 pada Ajang LIMA Badminton McDonald’s East Java Conference UNAIR NEWS – Acara Liga Mahasiswa (LIMA) Badminton McDonald’s East Java Conference telah digelar selama lima hari berturutturut sejak 3 Agustus lalu di Gedung Olahraga (GOR) Universitas Airlangga (UNAIR) Surabaya. Acara ini diikuti oleh berbagai Perguruan Tinggi di Jawa Timur seperti UNAIR, Universitas Brawijaya (UB), Universitas Negeri Malang (UM), STIKOM BALI, STIESIA dan Universitas Surabaya (UBAYA). Sebagai tuan rumah dalam LIMA kali ini, merupakan sebuah kebanggaan bagi salah satu pemain bulu tangkis asal UNAIR, Wempi Agung. Pasalnya, ia mengungkapkan bahwa timnya baru pertama kali berlaga diajang tingkat Jawa Timur tersebut. selaku pemain ganda putra asal UNAIR. “Ini merupakan kali pertamanya tim UNAIR berlaga dalam ajang sebesar ini, terlebih juga menjadi tuan rumah,” tutur anggota pemain ganda putra asal UNAIR tersebut. Terkait kompetisi tersebut, awal yang manis sempat dirasakan oleh tim putra dari UNAIR, setelah mengalahkan tim putra dari STIKOM BALI dengan score 4-1 dan STEISIA dengan score 3-2. Sayangnya, kesempatan tim putra UNAIR masuk tiga besar tertutup setelah langkah mereka dihentikan oleh tim dari UB yang menjadi Juara 1, UBAYA sebagai Juara 2 dan UM sebagai Juara 3. Sedangkan untuk tim putri dari UNAIR, walaupun sempat kalah atas tim dari UB sebagai Juara 1 dan UM yang meraih Juara 2, namun mereka masih mampu menduduki posisi ketiga setelah berhasil mengalahkan tim dari UBAYA dengan score 2-1.
“Melihat kemampuan lawan yang sangat kuat seperti UB dan berkaca pada score yang diperoleh pada pertandingan ini, tim UNAIR akan membuat strategi baru tentunya lebih giat dan rajin lagi saat latihan, supaya di pertandingan yang akan datang hasilnya lebih maksimal,” jelas Grace Onoda pemain triple putri UNAIR.(*) Penulis : Disih Sugianti Editor : Dilan Salsabila
Cegah Korupsi dengan Bentuk Panduan Pencegahan UNAIR NEWS – Konflik kepentingan merupakan akar dari penyebab munculnya masalah korupsi. Maka itu, harus dibentuk sistem pencegahan konflik kepentingan agar akar korupsi dapat dicegah. Hal tersebut yang melatarbelakangi lembaga non pemerintah Transparency International Indonesia (TII) dan International NGO Forum on Indonesian Development (INFID) melakukan penjajakan kerjasama dengan Universitas Airlangga. Penjajakan kerjasama keduanya dengan UNAIR berlangsung pada Senin (8/8), bertempat di Ruang Sidang Pleno, Kantor Manajemen, Kampus C UNAIR. Dadang Trisasongko Sekretaris Jenderal TII mengatakan, penjajakan kerjasama ini merupakan bagian upaya untuk membangun sistem pencegahan korupsi. “Pendidikan menjadi bidang layanan publik yang paling penting di indonesia, sehingga perlu dipastikan bahwa lembaga pendidikan juga akuntabel, transparan, dan menjadi contoh bagi
lembaga lain supaya bebas korupsi,” ujarnya. Dadang menyebutkan, konflik kepentingan merupakan akar setiap permasalahan korupsi. Oleh karena itu, perlu dibangun sistem yang dapat mencegah munculnya konflik kepentingan. “Konflik kepentingan merupakan akar korupsi dimanapun. Kalau sebuah lembaga atau institusi tidak punya sistem untuk mencegah konflik kepentingan, korupsi akan mudah terjadi. Karena dia akarnya. Kalau akar tidak pernah dihabisi pasti akan tumbuh,” tambahnya. Target dari penjajakan kerjasama ini adalah adanya sistem yang dapat dipakai sebagai panduan menangani konflik kepentingan. Sistem ini nantinya dapat dipakai oleh semua komponen masyarakat di lingkungan UNAIR, bahkan bisa menjadi percontohan untuk kampus maupun institusi lainnya. “Outputnya membuat aturan panduan. Berikutnya adalah bagaimana panduan ini dipahami oleh semua pihak. Bukan hanya orang kampus, tapi pihak lain yang selama ini berinteraksi dengan kampus. Untuk menunjukkan bahwa UNAIR sedang berbenah dan memperbaiki diri. Sehingga orang lain juga mikir-mikir kalau mau kerjasama dengan UNAIR,” imbuhnya. Dadang menambahkan, panduan ini penting untuk dibuat supaya pihak-pihak yang biasanya menjalin kerjasama dengan UNAIR dapat mawas diri dan akuntabel. “Karena kalau ngomong korupsi, itu organized crime. Pasti dua orang, ada yang menyuap ada yang disuap. Kita tidak cukup membentengi, tapi pihak luar juga mesti dikasih tau,” tambahnya. Melalui penjajakan kerjasama ini, Dadang berharap UNAIR bisa menjadi percontohan dengan dibentuknya aturan panduan pencegahan korupsi. “Harapannya kalau nanti UNAIR sudah mengadopsi, sudah punya
kebijakan, UNAIR bisa jadi panutan. UNAIR akan memancarkan apa yang ia punya, menjadi panutan bagi lermbaga-lembaga lain di Jawa Timur. Bisa jadi kampus lain ikut meniru, mereplikasi. Bidang-bidang lain, bukan hanya pendidikan, bahkan mungkin birokrasi di Pemda (pemerintah daerah),” pungkasnya. Mugiyanto dari INFID mengatakan, pada pembuatan panduan pencegahan korupsi itu nanti dapat mengadopsi dari berbagai dokumen yang ada, baik dokumen nasional maupun internasional. “Panduan pemerintah tentang pemberantasan korupsi sudah ada dokumennya. Konvensi PBB yang sudah diadopsi oleh Pemerintah Indonesia melalui UU Nomor 7 Tahun 2006. KPK juga punya panduan. Dokumen-dokumen lain di internasional seperti The United Nations Global Compact juga ada elemen pemberantasan korupsi. Yang paling penting dikontekstualkan dalam konteks Indonesia, atau bahkan lebih spesifik di lembaga pendidikan,” katanya. (*) Penulis : Binti Q. Masruroh Editor : Defrina Sukma S.
Gus Dur, PKB, Perpolitikan Indonesia
dan
PKB (Partai Kebangkitan Bangsa) adalah sebuah partai yang kelahirannya dibidani NU dengan kepala bidan Gus Dur. Demikian Gus Mus (Sapaan akrab A.Mustofa Bisri) menyebut proses awal berkaitan dengan terbentuknya PKB. PKB dianalogikan serupa Golkar, yang kelahirannya dibidani tentara dengan kepala bidan Pak Harto (Hal: 48). Sulit dimungkiri, bahwa PKB sangat identik dengan Gus Dur. Walaupun realita berkata bahwa PKB kubu Gus Dur kalah bersaing dengan PKB kubu Muhaimin Iskandar
kala bertempur di ranah hukum. Berbicara PKB, secara otomatis pikiran akan digiring dalam kasus perpecahannya. Ternyata, konflik PKB tidak hanya terjadi di era Cak Imin (sapaan Muhaimin Iskandar). Dulu, ketika Matori Abdul Djalil masih aktif di pengurusan organisasi tersebut, polemik dan konflik juga sempat terjadi. Konflik itu pun masih berkaitan dengan Gus Dur. Gus Dur yang dikenal sebagai guru Matori, dan Matori yang populer sebagai murid kesayangan Gus Dur, pernah beradu di meja hijau. Kalau diamati lagi, sebenarnya ada hubungan emosional yang sangat kuat di antara dua kubu konflik PKB yang terjadi pada dua masa berbeda. Jika dulu yang berkonflik adalah Guru dan Murid, di masa Cak Imin silam, yang bertikai adalah paman dan keponakan. Polemik macam inilah yang nampaknya ingin dikupas oleh Gus Mus melalui buku yang sedang diresensi ini. Dia menganggap perseteruan tersebut tidaklah berguna dan hanya membuang energi. Perang dingin seperti itu justru membuat rakyat, khususnya warga NU selaku pendukung fanatik PKB, menjadi bingung dan resah. Sementara kaum Nahdliyin (sebutan bagi penganut NU) bimbang dan berkerut kening karena pemimpinpemimpinnya di atas berselisih sengit, pihak yang berseberangan dengan mereka tentulah bertepuk tangan. Hal serupa itulah yang sangat tidak diinginkan oleh Gus Mus, dan tentu pula tidak diharapkan oleh semua warga Nahdliyin. Apalagi, sebagai Ormas terbesar di negeri ini, kejadian apapun yang mengguncang NU, sedikit banyak akan terasa getarannya di masyarakat Indonesia pada umumnya. Buku ini dibuka dengan takdim alias pengantar atau pembuka yang disampaikan oleh Gus Mus sendiri selaku penulis. Ada sepenggal kenarsisan di bagian itu. Yakni kala Gus Mus merasa ‘dihormati’ oleh PKB, sebuah partai politik besar di negeri ini. Tapi kata ‘dihormati’ nampaknya sengaja dimasukan ke
dalam tanda petik. Sebagai simbol bahwa kata ‘dihormati’ tersebut tidak memiliki arti sebagaimana umum. Di kalimat terakhir pada takdim, Gus Mus mengungkapkan bahwa selama ini dia dihormati tapi tak pernah didengarkan oleh PKB. Kiranya demikianlah arti khusus dari kata ‘dihormati’ tadi. Layaknya jamak diketahui, seharusnya orang yang dihormati senantiasa didengarkan. Gus Mus adalah sahabat Gus Dur. Mereka pernah satu sekolah di Mesir (Universitas Al Azhar). Mereka sering terlibat diskusi mengenai berbagai hal dan beraneka bidang kehidupan. Bahkan orang-orang tua mereka pun sangat berkenal baik satu sama lain. Salah satu sebabnya, mungkin karena mereka sama-sama tokoh NU dan sama-sama keturunan dari para tokoh NU Keakraban kedua tokoh ini sering pula jadikan alat oleh para kyai NU untuk bisa menegur yang satu melalui yang lain. Contohnya: ketika Gus Dur dinilai oleh para kyai NU sedang salah melangkah dalam berpolitik, maka Gus Mus dimintai tolong untuk mengingatkan. Kedekatan
mereka
secara
otomatis
menghilangkan
azas
kesungkanan antar kedua belah pihak. Sehingga ketika Gus Dur diangkat sebagai presiden RI keempat, di kala banyak orang mengucapkan selamat kepadanya, Gus Mus justru menghaturkan belasungkawa tanpa segan. Sebab, menurut Gus Mus, jabatan adalah amanah, sehingga harus diemban dengan penuh tanggung jawab. Pertanggungjawaban jabatan di sisi Allah SWT sangatlah berat, sehingga tidaklah pantas bergembira ketika memerolehnya. Terlebih jabatan itu berwujud pemegang tampuk tertinggi negara. Buku bersampul dengan warna dominan hijau ini, berisi belasan artikel tentang Gus Dur dan PKB. Dengan bahasa khas Gus Mus, ringan dan sederhana, tulisan di buku ini tetap memiliki kualitas yang tak kalah tinggi dibandingkan dengan rangkaian kalimat-kalimat para pakar bahasa atau politikus. Gus Mus
dengan kapasitasnya sebagai salah satu tokoh NU (yang tentu sangat dekat dengan PKB), sekaligus kawan karib sang simbol PKB (yakni Gus Dur), pastilah mampu mendeskripsikan dan menganalisis dengan objektif segala permasalahan yang ada di PKB dan dalam diri Gus Dur. (*) Buku Judul Tulisan) Penulis Penerbit Cetakan Tebal
: Gus Dur garis miring PKB (Kumpulan : A. Mustofa Bisri : MataAir Publishing, Surabaya : Kedua, 2008 : xvi + 137
Rektor Suntik Semangat dalam Latihan Presentasi dan Kunjungi ‘Basecamp’ UNAIR UNAIR NEWS – Sebagai bagian dari usaha atau ikhtiar sebelum benar-benar berlaga di arena presentasi Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas), tim PKM (Program Kreativitas Mahasiswa) Universitas Airlangga (UNAIR) selalu mengasah diri dengan latihan presentasi. Dalam latihan ini para dosen pembimbing yang hadir untuk mendampingi tim PKM bimbingannya bertindak sebagai dewan yuri atau penguji. Dengan demikian jika ditemukan suatu titik kelemahan atau kekurangan, baik materi PKM dan retorika presentasi, masih ada kesempatan untuk memperbaikinya. Demikian juga yang dilaksanakan pada keikutsertaan mahasiswa UNAIR dalam Pimnas XXIX/2016 di kampus IPB di Bogor ini. Bermalam di Padjadjaran Suites Hotel dan Arch Hotel, para
peserta Pimnas dari kampus “Biru Kuning” ini berlatih di aula di hotel Padjadjaran. Silih berganti dari 21 tim PKM yang lolos “mengasah” kesiapannya di hadapan para dosbing dan sesama peserta Pimnas. “Dari cara presentasi tadi, kamu masih agak terlihat canggung, Nak. Ada sesuatu yang kurang bisa tampil secara lebih bebas dan lepas. Coba diperbaiki ya, mumpung masih ada waktu,” demikian koreksi dari Dr. Dewi Suminar, Dra., Psi., dosen Fakultas Psikologi UNAIR. “Dari arena semacam ini anak-anak akan lebih mengenal apa yang akan ia presentasikan. Kita harapkan ketika sudah benar-benar presentasi di kelas Pimnas mereka tidak grogi, tidak nervous. Ya istilahnya siap,” papar Ketua Kontingen Pimnas 2016 UNAIR Agus Widyantoro, SH., MH yang memimpin latihan tersebut. Pada kesempatan tersebut Rektor UNAIR Prof. Dr. H. Mohammad Nasih, SE., MT., Ak., CMA., juga turut hadir yang memberikan motivasi semangat dan arahan kepada para mahasiswa UNAIR. Padahal pada waktu hampir tengah malam itu Rektor sebelumnya juga baru saja menghadiri upacara pembukaan Pimnas di gedung Graha Widya Wisuda, atau ACC-nya IPB.
Rektor UNAIR dan Ibu M Nasih ketika bersama-sama menikmati “nasi kotak” makan siang di “Basecamp” Tim PKM UNAIR di kampus IPB. (Foto: Istimewa) ”Dengan mengetahui sisi-sisi kekurangan dan kelemahan yang masih ada, maka kami harapkan masih ada waktu untuk memperbaiki, sehingga hasil terbaiklah yang nanti akan kalian persembahkan untuk almamater tercinta. Jangan sebaliknya menjadi tidak bersemangat,” kata Prof. M Nasih. Latihan presentasi itu bahkan selesai pada pukul 00.00 WIB. Pada siang harinya, yaitu Selasa (9/8) Rektor didampingi Ibu Moh Nasih juga mengunjungi tempat pameran poster dan produk UKM, di hall bawah Gedung Fakultas Pertanian IPB. Disitulah setiap menjumpai poster karya mahasiswa UNAIR, Rektor selalu melakukan dialog penyemangat dengan mahasiswa yang menunggu poster tersebut. Misalnya ketika melihat poster tentang budaya “Carok” yang dipresentasikan, Rektor tampak antusias sekali mendengarkan penjelasan mahasiswa FISIP itu. Kemudian Rektor dan beberapa dosen pembimbing berkunjung ke “Base Camp” UNAIR yang diberikan panitia Pimnas IPB di gedung
dekat waktu larut “nasi
Fakultas Kehutanan. Karena kunjungan sudah memasuki makan siang, bahkan Rektor beserta Ibu M Nasih juga menyatu bersama-sama mahasiswa untuk menikmati menu kotak” makan siang peserta Pimnas.
Tentu saja kehadiran pimpinan itu menambah nikmat dan semangat mahasiswa yang menyertainya santap siang menjelang presentasi PKM mulai pukul 13.00 WIB. Presentasi PKM dilangsungkan di Gedung CCR (Commond Class Room) IPB Jl. Darmaga Bogor. (*) Penulis: Bambang Bes
Tekad Berlaga di PIMNAS 2016, Kontingen UNAIR Tak Sekedar Jadi Juara UNAIR NEWS – Berharap menjadi juara umum pada Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) tahun ini sudah pasti. Namun bagi kontingen UNAIR, juara saja tidak cukup. Ada banyak hal yang sejatinya ingin diraih. Ditemui di lokasi yang berbeda, beragam harapan dan keinginan muncul dari para Satria Airlangga saat beradu karya dan kreatifitas pada ajang bergengsi yang dihelat di Institut Pertanian Bogor (IPB), Selasa (9/8). Rayhan Bagir Daysani salah satunya, kontingen UNAIR yang lolos pada ajang Kreatifitas Mahasiswa Bidang Karsa Cipta (PKM-KC) menuturkan, selain ingin pulang membawa medali emas, tujuannya dalam ajang PIMNAS kali ini juga ingin karyanya dapat memberi manfaat kepada khalayak. Mahasiswa D3 Otomasi Sistem Informasi (OSI) tersebut ingin jika hasil dari kreatifitasnya bisa benar-benar diterapkan ke depannya.
“Jadi yang terpenting dari hasil kreatifitas ini adalah bisa diaplikasikan setelahnya,” tutur Rayhan. Berbeda dengan Rayhan, Pratama Bagus Baharsyah yang juga rekan kuliah di D3 OSI menjelaskan, selain bisa pulang memboyong medali dalam ajang ini, ia ingin agar tahun depan lebih banyak kontingen dari UNAIR yang ikut ke ajang PIMNAS ini. “Kalau bisa ya kontingen UNAIR tahun depan lebih banyak yang ikut ke PIMNAS,” paparnya. Menambahkan pernyataan Bagus, Riska Nur Fadhilah, mahasiswa Fisika UNAIR berharap bahwa selain menjadi juara, semua mahasiswa yang memiliki kesempatan pertama kali ikut bisa ketagihan dan terpacu untuk bisa ikut serta memotivasi yang lain. “Ya semoga yang sudah ikut bisa menularkan semangat untuk dapat lolos tahun depannya,” tegas Riska. (*) Penulis: Nuri Hermawan Editor : Dilan Salsabila
Kemenristek Bertekad Jadikan Riset Sebagai Profesi yang Menarik UNAIR NEWS – Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristek Dikti) Prof. Dr. M. Nasir bertekad untuk menjadikan posisi jabatan tidak lagi menjadi sesuatu yang menarik perhatian, tetapi ingin menjadikan profesi peneliti merupakan posisi yang menarik perhatian dan diidam-idamkan orang.
Hal itu disampaikan dalam sambutannya ketika membuka Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) XXIX, di gedung Graha Widya Wisuda (GWW) Institut Pertanian Bogor (IPB), Senin (8/8) malam. Didampingi Rektor IPB Prof. Dr. Ir. H. Herry Suhardiyanto, M.Sc., Ketua panitia Pimnas XXIX Prof. Dr. Ir. Yonny Koesmaryono, MS., Menristek menandai pembukaan dengan menekan tombol sirine, yang kemudian dilanjutkan dengan display peserta Pimnas dan kesenian. Hadir dalam pembukaan Pimnas ini selain Menristek adalah Rektor PTN-PTS, yang diantaranya adalah Rektor Universitas Airlangga (UNAIR) Prof. Dr. H. Moh Nasih, SE., MT., Ak., MCA., dan Rektor Universitas Brawijaya selaku Juara Umum Pimnas XXVIII di Universitas Halu Oleo, Kendari, untuk menyerahkan Piala Bergilir “Adi Karta Kertawidya” kepada panitia untuk diperebutkan kembali. Tekad Menristek demikian tidak lain untuk meningkatkan inovasi dan kreativitas yang berbasis para riset (penelitian) untuk meningkatkan daya saing bangsa dan kemajuan negara. Jika hal tersebut tidak dilakukan maka tidak akan ada perubahan dan kita tidak akan berkembang. Intinya, inovasi itu sangat penting untuk tujuan meningkatkan daya saing bangsa. “Amerika Serikat bisa maju ya karena inovasinya. Jepang bisa maju ya karena inovasinya. Dengan demikian nuansa riset harus kita tingkatkan dengan baik, sedangkan riset akan menjadi baik apabila para peneliti tidak lagi disibukkan dengan laporanlaporan keuangan saja,” kata Menristek Prof. M Nasir. Dikatakan, Pimnas merupakan ajang yang harus dilaksanakan untuk mencari bibit unggul periset untuk melaksanakan inovasi dalam rangka meningkatkan kreativitas mahasiswa berbasis riset.
Menristek Dikti Prof. M Nasir (tengah) didampingi Rektor IPB, Rektor Unibraw, dan ketua panitia Pimnas XXIX membuka Pimnas di IPB, Senin (8/8) malam. (Foto: UNAIR NEWS) Kepada pada periset, reviwer, dan dosen peneliti, Menristek Dikti juga menyampaikan kabar yang menggembirakan bahwa saat ini sudah ada Peraturan Menteri Keuangan (Permenkeu) Nomor 106 Tahun 2016 yang disyahkan pada 12 Juli 2016. Permenkeu itu mengatur tentang pendanaan riset yang tak lagi berbasis aktivitas, tetapi pendanaan riset sekarang berbasis pada output atau hasil. Aturan baru itu lahir atas usulan Kemenristek, jadi kedepan diharapkan peneliti tidak lagi direpotkan dengan tanggungjawab masalah keuangan yang menyulitkan. ”Saat itu dokumen palsu banyak sekali, yang mungkin ekses dari sulitnya pertanggungjawaban masalah keuangan saat itu. Mudahmudahan Pimnas kedepan juga jauh lebih baik, bermutu, dan berbobot,” tandas Menristek. Menristek Dikti juga mengapresisi panitia Pimnas atas kerja kerasnya melayani yang terbaik, dimana peserta Pimnas tahun
ini merupakan yang terbanyak sepanjang sejarah Pimnas sejak 1988. Menteri juga berjanji akan mengirimkan juara inovasi pada Pimnas ini berlomba ke luar negeri jika ada lomba serupa di tingkat internasional. Pelaksanaan Pimnas XXIX ini dinilai Menteri juga sangat tepat, karena bersamaan dengan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional Ke-21, yang puncak peringatannya dilaksanakan di Solo, Selasa (9/8) 2016 dengan tema “Inovasi untuk Kemandirian dan Daya Saing Bangsa.” ”Saya berharap kedepan kita menjadikan Pimnas ini betul-betul sebagai arena kebersamaan mahasiswa Indonesia, sehingga identitas apapun ya mahasiswa Indonesia dengan satu tujuan bagaimana kita tingkatkan daya saing bangsa,” kata Menristek Dikti Prof. M Nasir. Ketua Panitia Pimnas XXIX Prof. Dr. Ir. Yonny Koesmaryono, MS melaporkan, peserta Pimnas 2016 ini diikuti 145 perguruan tinggi, dengan jumlah proposal 460 kelompok yang sudah diseleksi dari 4.724 kelompok PKM yang didanai Kemenristek Dikti tahun 2016 ini. Tetapi kemudian panitia mengusulkan penambahan 20 kelompok PKM untuk memperluas kesempatan perguruan tinggi berpartisipasi di Timnas XXIX di IPB ini. (*) Penulis: Bambang Bes
Rektor Dukung Program Komunitas Awardee LPDP UNAIR NEWS – Komunitas Awardee LPDP UNAIR melakukan audiensi dengan Rektor Prof. Dr. Mohammad Nasih, MT., SE., Ak, CMA., Jum’at lalu (5/8). Mereka tampak berbincang akrab dengan Guru
Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) tersebut. Topiknya, terkait sejumlah program yang sudah dan akan dilakukan di masa datang. Koordinator Awardee LPDP UNAIR M. Hamzah Solim menuturkan, para penerima beasiswa LPDP sudah menjalin hubungan baik dengan pihak kampus, misalnya dengan perpustakaan. Bahkan, unit yang dipimpin oleh Prof. Dr. I Made Narsa, S.E., M.Si., CA, itu menyiapkan space khusus yang dinamai Scholarship Corner. Sejak Maret lalu, saban Rabu, Awardee LPDP UNAIR yang juga didukung oleh awardee dari kampus-kampus di Jawa Timur, melakukan sharing session dan sosialisasi beasiswa di sana. “Peminatnya termasuk banyak,” kata Hamzah, mahasiswa S-2 Biologi UNAIR. Ditambahkan Eben Haezer, rekan Hamzah sesama awardee LPDP, rencananya pada Oktober mendatang, akan ada hajatan besar di Surabaya. Yakni, seremoni pengukuhan koordinator Awardee LPDP East Java. Para petinggi LPDP dijadwalkan turut hadir, beserta perwakilan atau koordinator wilayah awardee se-Indonesia. “Pastinya, para awardee dan kampus UNAIR bakal dilibatkan,” ungkap mahasiswa S-2 Media dan Komunikasi tersebut. Sementara itu, Prof Nasih menyambut baik semua program yang sudah dan akan dijalankan oleh para penerima beasiswa LPDP. Pihaknya mengutarakan, kampus ingin menggelorakan semangat menempuh pendidikan tinggi dijenjang S-2 maupun S-3. Maka itu, peran para awardee menjadi cukup sentral. “Yang jelas, kami bakal terus mendukung. Yang penting, kita tetap menjalin komunikasi, termasuk soal event yang akan dilaksanakan Oktober mendatang. Kami siap memberi support,” katanya pada para awardee. Menariknya, dalam audiensi tersebut, para awardee LPDP menyerahkan buku berjudul “Menggapai Asa Bersama LPDP”. Buku tersebut merupakan kumpulan essai karya para penerima beasiswa
LPDP UNAIR. Beberapa alumnus UNAIR yang kuliah di luar negeri juga menyumbang tulisan. Dalam buku tersebut, tercantum kata pengantar atau catatan inspiratif dari Rektor UNAIR Prof Nasih. Selain pada Rektor, mereka juga menyerahkan kenangkenangan tersebut pada para wakil rektor. Dalam kesempatan itu, Wakil Rektor II Dr. Muhammad Madyan, S.E., M.Si., M.Fin., yang ikut mendampingi Prof Nasih menyampaikan apresiasinya. “Buku ini kan juga disebar di masyarakat, khususnya pada para mahasiswa. Mudah-mudahan bisa menjadi penyemangat atau pemberi motivasi,” ungkap dosen FEB tersebut. (*) Penulis : Rio F. Rachman Editor : Binti Q. Masruroh