Kebijakan dan Manajemen Publik
ISSN 2303 - 341X
Volume 3, Nomor 1, Januari – April 2015
Studi Deskripsi Tentang Strategi Pemberdayaan Masyarakat Oleh Dinas Pertanian Kota Surabaya Dalam Peningkatan Pendapatan Masyarakat Sasaran Penerima Program Urban Farming Budidaya Lele di Kelurahan Pakis Satrya Wulan Darmayanti Mahasiswa Program Studi Ilmu Adminsitrasi Negara, FISIP, Universitas Airlangga
Abstract This research purpose is for describing strategic of society empowerment who have Urban Farming Budidaya Lele Program as expedient to increase society wages. This research implemented on Surabaya city district of Pakis. As for informant in this research is side Agriculture Department Of Surabaya City that is head section of effort and fish production, trainer staff and from side society who have Urban Farming Budidaya Lele Program. That informant is from purposive technique.The research approach in this research is qualitative with describtive research type. The analysis technique in this research used some section that is data reduction, data presentation and data verification than data triangulasi technique to investigate data validation.This result of research shows that the strategy of agriculture Department Of Surabaya City to empower society who have Urban Farming Budidaya Lele Program as expedient to increase society wages use three section. First section is group formation of society. The group formation of society is used to easily coordination. Second section is mentoring, that is seminar, training and monitoring inspection. Third section is program planning, that is all about program planning which will done by agriculture department of Surabaya city with society who have Urban Farming Budidaya Lele Program in “ Gotong Royong ” group formation of society. Keyword : strategy, empowerment society, urban farming program
PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Kemiskinan adalah fenomena dimana seseorang mengalami ketidakmampuan dalam mencukupi kebutuhan pokok hidupnya. Mereka kekurangan kebutuhan dasar manusia seperti makanan bergizi, pakaian, rumah, air bersih, dan pelayanan kesehatan. Gambar I.1 Grafik perkembangan kemiskinan di indonesia Tahun 2004-sept 2013
1.1
Sumber : badan pusat statistik Dari grafik diatas di ketahui pada tahun 2004 sebanyak 36,10 juta orang (16,66 persen) penduduk dalam keadaan miskin. Pada tahun 2005 penduduk miskin di indonesia sempat menurun dengan jumlah 35,10 juta orang (15,97 persen) namun terjadi kenaikan yang cukup tinggi pada tahun 2006 dengan jumlah 39,30 juta orang (17,75 persen). Pada tahun 2006 inilah angka kemiskinan tertinggi di indonesia dalam kurun waktu 10 tahun terakhir. Karena setelah tahun 2006, angka kemiskinan di tingkat nasional ini
terus menurun. Hingga pada bulan maret 2013, jumlah penduduk miskin di indonesia mencapai 28,07 juta orang (11,66 persen) (www.bps.go.id). Angka kemiskinan yang semakin rendah dapat mengindikasi kesejahteraan semakin banyak. Kesejahteraan masyarakat adalah salah satu tujuan dari setiap negara. Untuk mencapai kesejahteraan masyarakat, pemerintah melakukan upaya pembangunan yang terencana, menyeluruh dan berkelanjutan. Pembangunan adalah seperangkat usaha yang terencana dan terarah untuk menghasilkan sesuatu guna memenuhi kebutuhan dan meningkatkan kesejahteraan manusia. Pada umumnya pembangunan dilakukan oleh pemerintah negara-negara berkembang untuk mencapai tujuan suatu negara tersebut. Pembangunan pada hakekatnya adalah hasil kegiatan seluruh masyarakat(Tjokroamidjojo, 1980:XIII). Pemerintah selain berperan menjadi pendorong dan pendukung dalam pembangunan, juga mempunyai tugas untuk mengimplementasikan kebijakan-kebijakan ataupun program-program untuk pembangunan yang ada. Berbicara mengenai program kebijakan, di Surabaya banyak program-program pemerintah yang dibuat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat berbasis pemberdayaan masyarakat salah satunya adalah program urban farming. Dimana kota Surabaya adalah kota besar di jawa timur yang
1
Kebijakan dan Manajemen Publik
ISSN 2303 - 341X
Volume 3, Nomor 1, Januari – April 2015
terkena dampak dari fenomena urbanisasi. Adanya fenomena urbanisasi ini mengakibatkan terjadinya pertambahan penduduk yang berdampak pula pada semakin sempit lahan. Maka dari itu pemerintah kota Surabaya membuat program urban farming. Urban farming adalah pertanian yang dilakukan diperkotaan dengan menggunakan lahan yang terbatas. Martin Bailkey, seorang dosen arsitektur landscape di Wisconson Madison, AS mendefinisikan urban farming sebagai rantai industri yang memproduksi, memproses dan menjual makanan dan energy untuk memenuhi kebutuhan konsumen kota. Semua kegiatan dilakukan dengan metode using dan re-using sumber alam dan limbah perkotaan. Urban farming yang ada di kota Surabaya terbagi menjadi dua yaitu urban farming holtikultura dan urban farming budidaya ataupun peternakan. Urban farming holtikultura misalnya sayuran seperti bayam, kangkun, brokoli, cabai, kubis, tomat, cabai, terong, dll sedangkan budidaya itu seperti budidaya ikan nila,lele, belut seperti yang terlihat pada tabel. 1 di bawah ini. Tabel.I 1 Bentuk Bantuan Program Urban Farming di Surabaya Bantuan Frekuensi percentase Paket Sayuran Paket Lele Paket Nila Paket Belut Paket Sayuran Dan Paket Lele Paket Lele Dan Paket Belut
53 62 1 12 4
39,9 46,6 0,75 9 3
1
0,75
133 100 Sumber : Dinas Pertanian Kota Surabaya Dari banyak program urban farming yang ada di atas, yang peneliti akan teliti adalah program urban farming budidaya lele. Program urban farming budidaya lele adalah program pemerintah kota Surabaya yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Program ini sangat kontra dengan keadaan yang ada. Pembudidayaan biasanya dilakukan pada lahan yang cukup luas namun berbeda dengan urban farming budidaya lele dimana tempat yang digunakan dalam pembudidayaan adalah kolam terpal yang tidak memerlukan lahan yang besar. Program ini dilakukan di perkotaan yang sebagian besar lahannya mulai berrubah alih fungsi dari yang awalnya lahan kosong berubah menjadi bangunan pertokoan ataupun perkantoran. Program urban farming budidaya lele adalah kegiatan pengembangan perikanan yang dilaksanakan
pemerintah melalui dinas pertanian bidang perikanan untuk membantu masyarakat dalam upaya pengentasan kemiskinan serta peningkatan kesejahteraan. Didalam program urban farming, para anggota akan mendapatkan bantuan berupa penyuluhan cara membudidayakan lele, alat, bibit lele, dan pakan lele serta anggota juga mendapatkan pendampingan dan pengawasan guna meningkatkan ketrampilan bagi para anggota penerima program bantuan. Urban farming budidaya lele ini dimulai sejak tahun 2009 dengan menggunakan dana anggaran dari APBD sebesar Rp.16 Milyar yang yang tersebar di 31 kecamatan di Surabaya. Lokasi tersebut tersebar dalam 5 wilayah di Surabaya dengan 31 kecamatan didalamnya. Dari semua kecamatan yang ada disurabaya, kemudian penerima program urban farming budidaya lele di distribusikan pada setiap kelurahan. Kelurahan yang mendapatkan paket bantuan urban farming budidaya lele tersebar pada 146 kelurahan di Surabaya. Dari paparan diatas, maka peneliti merumuskan masalah yang ingin di jawab dalam penelitian ini adalah Bagaimana strategi pemberdayaan masyarakat oleh dinas pertanian kota Surabaya pada sasaran penerima program urban farming budidaya lele di kelurahan Pakis dalam meningkatkan pendapatan? Penelitian ini bertujuan untuk menjawab rumusan masalah penelitian sebagaimana yang dikemukakan. Selain itu, penelitian ini juga dilakukan untuk menggambarkan strategi pemberdayaan masyarakat oleh dinas pertanian kota Surabaya pada sasaran penerima program urban farming budidaya lele di kelurahan Pakis dalam meningkatkan pendapatan. Manfaat secara akademis strategi pemberdayaan masyarakat oleh dinas pertanian kota Surabaya pada sasaran penerima program urban farming budidaya lele di kelurahan Pakis dalam meningkatkan pendapatan sedangkan manfaat secara praktis adalah Memberikan masukan dan percontohan bagi pemerintah di daerah lain tentang strategi pemberdayaan masyarakat dalam pmeningkatkan pendapatan dengan program urban farming budidaya lele. Strategi Istilah strategi berasal dari kata yunani strategeia (stratus= militer; dan ag= memimpin), yang artinya seni atau ilmu. Seperti yang dikemukakan oleh Stoner, freeman, dan Gilbert, Jr (1995), konsep strategi dapat didefinisikan berdasarkan dua perspektif yang berbeda, yaitu: (1) dari perspektif apa yang suatu
2
Kebijakan dan Manajemen Publik
ISSN 2303 - 341X
Volume 3, Nomor 1, Januari – April 2015
organisasi ingin lakukan, dan (2) dari perspektif apa yang organisasi akhirnya lakukan Berdasarkan perspektif yang pertama, strategi dapat didefinisikan sebagai program untuk menentukan dan mencapai tujuan organisasi dan mengimplementasikan misinya. Sedangkan berdasarkan perspektif kedua, strategi didefinisikan sebagai pola tanggapan atau respon organisasi terhadap lingkungannya sepanjang waktu (Tjiptono,2008:3). Berdasarkan dua perspektif pengertian strategi di atas, dalam penelitian ini pengertian strategi adalah rencana, teknik, cara atau langkah-langkah yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
Pengertian pemberdayaan dapat dipahami melalui pendekatan pembangunan yang berpusat pada manusia (people centered development) yang bertujuan untuk mencapai kemandirian masyarakat. Penempatan aspek manusia dalam pendekatan ini adalah sebagai fokus utama dan sumber utama pembangunan, sehingga masyarakat tidak hanya dipandang sebagai obyek pembangunan tetapi sekaligus subyek atau pelaku utama pembangunan dan peran pemerintah dalam hal ini sebagai fasilitator yang memfasilitasi tumbuhnya prakarsa dan kemandirian masyarakat. Berkaitan dengan hal tersebut, Bookman dan Morgen mengatakan bahwa pemberdayaan sebagai konsep yang sedang populer mengacu pada usaha menumbuhkan keinginan pada seseorang untuk mengaktualisasikan diri, melakukan mobilitas ke atas, serta memberikan pengalaman psikologis yang membuat seseorang merasa berdaya (Hendytio dan J Babari, 1996:177).
Fungsi pendampingan sangat krusial dalam membina aktivitas kelompok. Pendamping bertugas menyertai proses pembentukan dan penyelenggaraan kelompok sebagai fasilitator (pemandu), komunikator (penghubung), ataupun dinamisator (penggerak). Melalui pendampingan, kelompok diharapkan tidak tergantung pada pihak luar namun dapat dibantuk untuk tumbuh dan berfungsi sebagai suatu kelompok kegiatan yang mandiri. Perencanaan Kegiatan Tahap perencanaan kegiatan melengkapi tahap-tahap sebelumnya yang mementingkan peran aktif anggota kelompok untuk dapat meningkatkan taraf hidupnya melalui kemampuanya. Prinsipprinsip penting dalam tahap perencanaan kegiatan ini adalah (1) prinsip keterpaduan, dalam prinsip ini berarti suatu kegiatan pemberdayaan harus terkait dengan kegiatan-kegiatan lain dalam lingkup daerah tersebut, (2) prinsip kepercayaan, merupakan hakekat yang harus ada dalam partisipasi dan pemberdayaan, (3) prinsip kebersamaan dan kegotongroyongan, kegiatan pemberdayaan yang dilakukan harus mampu menumbuhkan semangat kebersamaan, kegotongroyongan, kesetiakawanan dan kemitraan antar anggota kelompok, (4) prinsip kemandirian, prinsip ini menekankan bahwa kegiatan atau program harus dapat menumbuhkan rasa percaya diri bahwa masyarakat miskin mampu menolong dirinya sendiri dan bermanfaat dalam meningkatkan taraf hidup anggota kelompok serta harus dapat berkembang secara berkesinambungan.
Strategi Pemberdayaan Masyarakat
Program Urban Farming Budidaya Lele
Strategi dalam pemberdayaan masyarakat dapat dilihat dalam aktivitas-aktivitas sebagai berikut (Moeljarto, 1996:141). Pembentukan kelompok Pembentukam kelompok merupakan fase awal dari pemberdayaan. Artinya masyarakat miskin atau masyarakat lemah diberi kebebasan untuk membentuk dan beraktivitas dalam kelompok yang diinginkannya. Pembentukan kelompok menyediakan suatu dasar bagi terciptanya kohesi sosial anggota kelompok. Pendampingan
Program urban farming budidaya lele adalah kegiatan pengembangan perikanan yang dilaksanakan pemerintah melalui dinas pertanian bidang perikanan untuk membantu masyarakat dalam upaya pengentasan kemiskinan serta peningkatan kesejahteraan. Didalam program urban farming, para anggota akan mendapatkan bantuan berupa penyuluhan cara membudidayakan lele, alat, bibit lele, dan pakan lele serta anggota juga mendapatkan pendampingan dan pengawasan guna meningkatkan ketrampilan bagi para anggota penerima program bantuan.
Pemberdayaan Masyarakat
3
Kebijakan dan Manajemen Publik
ISSN 2303 - 341X
Volume 3, Nomor 1, Januari – April 2015
Metode Penelitian
1.
2.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif, yaitu metode penelitian yang akan menghasilkan data-data deskriptif yaitu berupa kata-kata baik yang tertulis maupun yang secara lisan dari informan didalam penelitian. Didalam penelitian ini peneliti berupaya untuk bisa menggambarkan strategi pemberdayaan masyarakat miskin sebagai upaya dari Dinas Pertanian kota surabaya dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin. Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Didalam penelitian ini peneliti berusaha untuk memaparkan dan mendeskripsikan upaya yang dilakukan Dinas Pertanian kota Surabaya dalam program urban farming budidaya lele. Lokasi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah di Dinas Pertanian Kota Surabaya dan di kelurahan Pakis kecamatan Sawahan Kota Surabaya. Lokasi ini dipilih karena pelaksana pemberdayaan masyarakat miskin dalam program Urban farming budidaya lele adalah Dinas pertanian kota Surabaya dan sasaran pemberdayaan masyarakat miskin salah satunya ada di kelurahan pakis kecamatan sawahan yang dianggap berhasil dalam mengembangkan pembudidayaan lele. Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Teknik purposive sampling adalah menentukan informan dengan pertimbangan dan tujuan tertentu (sugiono,2011:216). Dengan teknik purposive sampling ini peneliti berusaha untuk dapat mendapatkan data dari pihak yang mengetahui dan memahami permasalahan dalam strategi pemberdayaan masyarakat miskin. Di dalam pencarian sumber data, penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut: Metode observasi Adalah cara mendapatkan data melalui pengamatan yang dilihat, didengar dan dirasakan dengan menggunakan alat panca indra. Dengan teknik observasi ini peneliti berusaha untuk mendapatkan data yang terjadi didalam keadaan yang terjadi sebenarnya. Metode wawancara (interview) Adalah cara mendapatkan data dengan melakukan wawancara dan Tanya jawab langsung dengan sumber data atau informan yang mempunyai keterkaitan langsung dengan masalah penelitian tentang strategi pemberdayaan masyarakat miskin dala program urban farming budi daya lele. Dengan
teknik wawancara ini peneliti berusaha untuk mendapatkan data yang lebih akurat. 3. Metode dokumentasi Didalam penelitian yang di lakukan, peneliti mengumpulkan data dan mencatat data yang berbentuk dokumen atau gambar antara lain: foto, cerita, peraturan , kebijakan dan lain-lain. Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusunkedalam pola, memilih mana yang penting daan akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain (sugiono,2011:244). Mile dan Huberman (1984) mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu reduksi data, penyajian data, verifikasi. Didalam penelitian kualitatif ini peneliti menggunakan teknik pemeriksaan keabsahan data dengan menggunakan triangulasi. Proses triangulasi adalah pengumpulan data dari sumber yang bebeda untuk mendapatkan data yang sama mengenai permasalahan yang diteliti dan kemudian dibandingkan (sugiono,2011:241). Pemilihan triangulasi sebagai teknik pemeriksa keabsahan data ini disesuaikan dengan karakteristik masalah, dimana peneliti melakukan pengumpulan data dengan observasi, wawancara dan dokumentasi terhadap semua informan baik dari dinas pertanian kota Surabaya sebagai pelaksana dan masyarakat kelurahan pakis kecamatan sawahan kota Surabaya sebagai penerima program urban farming budidaya lele.triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : triangulasi dengan sumber, triangulasi dengan metode, triangulasi dengan memanfaatkan peneliti/pengamat lainnya, dan triangulasi dengan teori. Pembahasan Dari teori yang peneliti gunakan ini dapat dilihat yang pertama berkaitan dengan pembentukan kelompok. Pembentukan kelompok dalam pemberdayaan masyarakat penerima program urban farming budidaya lele ini yang didalamnya adalah kelompok budidaya lele”gotong royong” telah terbentuk dengan rapi dan baik terlihat dari adanya struktur organisasi yang ada dan berjalan hingga sekarang. Didalam pembentukan kelompok ini selain
4
Kebijakan dan Manajemen Publik
ISSN 2303 - 341X
Volume 3, Nomor 1, Januari – April 2015
dari pihak dinas pertanian kota Surabaya juga melibatka lurah pakis dan camat sawahan. Setelah pembentukan kelompok, selanjutnya adalah pendampingan. Di dalam pendampingan yang dilakukan oleh dinas pertanian kota Surabaya kepada penerima program urban farming budidaya lele yang didalamnya adalah kelompok budidaya lele “gotong royong” . Pendampingan yang dilakukan oleh dinas pertanian kota Surabaya dapat dinilai belum sepenuhnya baik dapat dilihat dari hasil wawancara yang peneliti lakukan bahwa masih ada masyarakat yang menilai pendampingan yang di berikan oleh dinas pertanian kota Surabaya tersebut masih belum konsisten. Yang dimaksud dengan belum konsisten tersebut adalah pendamping yang di berikan oleh dinas pertanian kota Surabaya sering berganti-ganti orang, hal tersebut membuat masyarakat penerima program urban farming budidaya lele ini bingung. Didalam tahap pendampingan penerima program urban farming budidaya lele yang didalamnya kelompok pembudidaya lele”gotong royong ” ini mendapatkan berupa monitoring, penyuluhan, pembinaan dan seminar. Didalam pendampingan terdapat fungsifungsi lain dinas pertanian kota Surabaya yaitu dinas pertanian kota Surabaya menjadi fasilitator. Dimana fasilitator tersebut berfungsi memberi fasilitas kepada penerima program bantuan urban farming budidaya lele yaitu kelompok budidaya lele”gotong royong”. Fungsi dinas pertanian kota Surabaya sebagai fasilitator dapatdinilai baik dengan melihat dinas pertanian kota Surabaya menjalankan fungsinya sebagai fasilitator yang tercermin dari hasil wawncara yang peneliti lakukan bahwa masyarakat penerima program urban farming budidaya lele tersebut dengan mudah mendapatkan fasilitas dari dinas pertanian kota Surabaya. Masih pada pendampingan, yang selanjutnya adalah komunikator. Komunikator adalah dimana dinas pertanian kota Surabaya menjadi perantara komunikasi antara kelompok penerima program urban farming budidaya lele yaitu kelompok pembudidaya lele”gotong royong” dengan pihak dinas pertanian kota Surabaya. Didalam proses pendampingan sebagai komunikator, dinas pertanian kota Surabaya telah menjalankan fungsinya dengan baik, dapat dilihat dari hasil wawancara dengan perwakilan kelompok budidaya lele”gotong royong ” tersebut mengatakan bahwa pendamping juga memberikan arahan untuk membuat proposal kepada dinas pertanian kota Surabaya apabila memerlukan bantuan tambahan dan pendamping budidaya lele yang ada dilapangan dapat menyampaikan kepada pihak pertanian kota Surabaya secaa langsung.
Setelah komunikator, didalam pendampingan masih ada fungsi lain yang dijalankan oleh dinas pertanian kota surabya yaitu fungsinya sebagai dinamisator atau penggerak. Dimana dinas pertanian kota Surabaya berfungsi untuk menggerakkan penerima program urban farming budidaya lele yang didalamnya adalah kelompok budidaya lele”gotong royong”. Di dalam proses pendampingan yaitu dinamisator dapat dinilai bahwa dinas pertanian kota Surabaya menjalankan fungsi sebagai penggerak dinilai baik, terlihat dari kegiatan dinas pertanian kota Surabaya yang membuat event seperti bazaar produk-produk olahan dari bahan dasar lele, bazaar pakan lele dan probiotik untuk lele. Dengan adanya event yang seperti itu diharapkan bahwa kelompok pembudidaya lele”gotong royong” tersebut dapat berjalan sendiri meski sudah tidak didampingi oleh pihak dinas pertanian kota Surabaya lagi. Pada tahap ketiga didalam strategi pemberdayaan masyarakat adalah tahap perencanaan kegiatan. Didalam perencanaan kegiatan tersebut inilah dapat dilihat bagaimana perencanaan kegiatan yang dilaksanakan oleh dinas pertanian kota Surabaya kepada penerima program urban farming budidaya lele yang didalamnya adalah kelompok pembudidaya lele”gotong royong”. Pada perencanaan kegiatan yang dilakukan dinas pertanian kota Surabaya ini dapat dinilai cukup baik dan rapi. Penilaian tersebut dapat dilihat dalam proses perencanaan kegiatan yang ada sudah diagendakan sebelumnya dan disusun rapi serta sudah diinformasikan kepada penerima program urban farming budidaya lele yang didalamnya adalah kelompok penbudidaya lele”gotong royong”. Didalam tahap perencanaan kegiatan ada prinsip-prinsip yang dibangun antara dinas pertanian kota Surabaya dengan kelompok pembudidaya lele”gotong royong” selaku penerima bantuan program urban farming budidaya lele. Yang pertama adalah prinsip keterpaduan dimana prinsip ini adalah memadukan antara kegiatan pemberdayaan dengan kegiatan-kegiatan lain dalam lingkup daerah tersebut. Keterpaduan yang ada di kelompok pembudidaya lele”gotong royong” ini dinilai cukup berhasil dilihat dari diselenggakan kegiatan-kegiatan yang lain yang berhubungan antara kegiatan dari dinas pertanian kota Surabaya dengan kegiatan-kegiatan yang ada didaerah tersebut misalkan saja seperti pertemuan rutin antara dinas pertanian kota Surabaya dengan penerima program urban farming budidaya lele untuk membahas apa saja kendala yang ditemui dengan pendamping dilapangan dan kegiatan apa saja yang selanjutnya akan dilalukan.
5
Kebijakan dan Manajemen Publik
ISSN 2303 - 341X
Volume 3, Nomor 1, Januari – April 2015
Prinsip yang kedua adalah prinsip kepercayaan yang merupakan hakekat yang harus ada dalam partisipasi dan pemberdayaan. Dengan adanya prinsip kepercayaan diharapkan dapat memperlancar keberlangsungnya program ini dan berlanjutnya pembudidayaan lele di antara para penerima program bantuan urban farming budidaya lele. Prinsip keparcayaan yang ada pada para penerima urban farming budidaya lele ini sangat besar, dapat dilihat didalam wawancara peneliti dengan perwakilan dari kelompok pembudidaya lele”gotong royong” tersebut yang mengungkapkan bahwa didalam kelopok pembudidaya lele”gotong royong” ini saling percaya satu dengan yang lainnya. Sedangkan antara dinas pertanian kota Surabaya dengan penerima program urban farming budidaya lele yang didalamnya adalah kelompok pembudidaya lele”gotong royong” juga dapat dinialai cukup besar karena kelompok pembudidaya lele”gotong royong ” telah mempercayakan semua kedapa dinas pertanian kota Surabaya begitupun sebaliknya. Prinsip yang ketiga adalah prinsip kebersamaan dan kegotong-royongan yaitu kegiatan pemberdayaan yang dilakukan harus mampu menumbuhkan semangat kebersamaan, kegotongroyongan, kesetiakawanan dan kemitraan antar anggota kelompok.dalam prisip ini dapat dinilai cukup bagus dan berjalan cukup lancar dapat dilihat dari kegiatan dinas pertanian kota Surabaya yang membuat kegiatan seperti lomba kebersihan lingkungan kolam lele. Dengan adanya kegiatan tersebut membuat para penerima urban farming budidaya lele tersebut bergotong royong dan bersama-sama bekerja bakti untuk membersihkan lingkungan kolam lele tersebut, namun bukan hanya itu saja memang sebelum adanya arahan dari dinas pertanian kota Surabaya untuk kerja bakti bersamasama membersihkan kolam lele tersebut warga dinas sudanh rutin melakukan kerja bakti dilingkungannya. Prinsip yang keempat adalah prinsip kemandirian. Pada prinsip ini dinas pertanian kota Surabaya berharap untuk dapat membuat para penerima program urban farming budidaya lele dapat berjalan terus meski tanpa didampingi oleh dinas pertanian kota Surabaya. Pada prinsip ini dinas pertanian kota Surabaya dinilai cukup bagus didalam membangun kemandirian untuk penerima program bantuan program urban farming budidaya lele yang didalamnya adalah kelompok budidaya lele”gotong royong”. Dapat dilihat dari kegiatan yang dibuat oleh dinas pertanian kota Surabaya seperti bagaimana pembuatan pakan lele dan probiotik lele sendiri, bagaimana membuat atau mengelolah hasil panen yaitu lele sebagai bahan dasar pembuatan makanan olahan seperti nugget lele, abon lele dan pentol lele.
Bukan hanya itu saja dinas pertanian kota Surabaya juga membuat bazaar makanan olahan dari bahan dasar lele. Dengan begitu masyarakat penerima program urban farming budidaya lele tersebut yang didalamnya adalah kelompok pembudidaya lele”gotong royong” ini dapat berdiri sendiri tanpa pendampingan dari dinas pertanian kota Surabaya. Strategi pemberdayaan masyarakat yang digunakan oleh dinas pertanian kota Surabaya dalam mengembangkan pembudidayaan lele dalam program urban farming budidaya lele dikelurahan pakis kecamatan sawahan membuat masyarakat kelurahan pakis ini untuk dapat meningkatkan pendapatan. Dinas pertanian kota Surabaya melakukan aktifitas-aktifitas untuk dapat mengembangkan pembudidayaan lele. Sehingga masyarakat dapat mempunyai penghasilan tambahan dan mandiri. Berdasarkan temuan data yang dianalisis diatas, strategi pemberdayaan masyarakat yang diberikan dinas pertanian kota Surabaya dalam penelitian ini berfokus pada peningkatan dalam hal kemampuan yang dimiliki oleh penerima bantuan program urban farming budidaya lele. Dalam hal ini dinas pertanian kota Surabaya melakukan pembentukan kelompok. Pembentukan kelompok ini dibuat untuk dapat memudahkan koordinasi antara dinas pertanian kota Surabaya dengan penerima program urban farming budidaya lele. Selain dengan pembentukan kelompok, kelompok pembudidaya lele”gotong royong” mendapatkan pendampingan untuk membuat anggota kelompok pembudidaya lele”gotong royong” ini mempunyai kemampuan dan ketrampilan dalam mengelola hasil pembudidaya lele, mempunyai kemampuan untuk berwirausaha. Dinas pertanian kota Surabaya membentuk masyarakat yang mandiri melalui bentuk-bentuk pelatihan, pembinaan, seminar, pendampingan dan pengawasan/monitoring. Untuk ibu-ibu diberikan pelatihan dan pembinaan untuk dapat mengelola hasil pembudiyaan lele menjadi makanan olahan dari bahan baku lele, diharapkan dapat menambah pendapatan selain dari hasil penjualan lele. Bukan hanya kualitas yang di hasilkan namun juga inovasi yang diharapkan oleh dinas pertanian kota Surabaya. Selain dengan pendampingan, dinas pertanian kota Surabaya juga memberikan perencanaan kegiatan. Perencanaan kegianata dilakukan untuk merencanakan kegiatan apa saja selanjutnya dengan waktu yang tetep. Didalam perencanaan kegiatan juga adajuga prinsip-prinsip yang harus ditanamkan dan juga harus ditumbuhkan. Prinsip tersebut yaitu prinsip keterpaduan, prinsip kepercayaan, prinsip kebersamaan dan gotong royong, seta prinsip kemandirian.yang perlu di perhatikan dari empat
6
Kebijakan dan Manajemen Publik
ISSN 2303 - 341X
Volume 3, Nomor 1, Januari – April 2015
prinsip tersebut adalah saling mendukung antara kelompok pembudidaya lele”gotong royong” dan pihak dinas pertanian kota Surabaya. Kesimpulan Strategi pemberdayaan masyarakat penerima program urban farming budidaya lele yang dilakukan oleh dinas pertanian kota Surabaya didasarkan pada sumberdaya manusia yang dimiliki. Strategi ini memanfaatkan sumberdaya manusia untuk lebih produktif dengan menciptakan usaha sendiri guna mendapatkan penghasilan tambahan. Adapun strategi pemberdayaan masyarakat penerima program urban farming budidaya lele di kelurahan pakis oleh dunas pertanian kota Surabaya, adalah sebagai berikut:
Pembentukan kelompok Strategi pembentukan kelompok berjalan dengan baik hal ini dibuktikan dengan adanya kelompok pembudidaya lele “gotong royong” yang mempunyai struktur organisasi kelompok yang tersusun dengan rapi. Kelompok ini bukan hanya ditandai dengan adanya struktur tetapi juga di tandai dengan keaktifan para anggota seperti : - Rutinitas rapat - Aktif dalam pembinaan-pembinaan dan pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan oleh dinas pertanian kota Surabaya. Pendampingan Strategi selanjutnya yang dilakukan oleh dinas pertanian kota Surabaya adalah pendampingan, dalam hal ini dinas pertanian kota Surabaya berperan sebagai fasilitator, komunikator dan dinaminsator. Secara umum strategi pendampingan yang dilakukan oleh dinas pertanian kota Surabaya berjalan dengan baik dibuktikan dari terselenggaranya monitoring/pengawasan, seminar, pembinaan dan pelatihan yang dilakukan secara rutin. Tenaga pendamping yang disediakan oleh dinas pertanian kota Surabaya cukup banyak. Mereka siap memberikan pendampingan tetapi mereka selalu berganti-ganti, ternyata ini tidak menguntungkan bagi masyarakat penerima program urban farming budidaya lele saat kegiatan pendampingan. Hal ini menjadi kendala bagi beberapa masyarakat penerima program urban farming karena masyarakat merasa bingung harus menghubungi pendamping yang mana jika ada masalah dengan pemeliharaan lele. Perencanaan kegiatan
Perencanaan kegiatan adalah strategi terakhir yang dilakukan oleh dinas pertanian kota Surabaya dalam pemberdayaan masyarakat penerima program urban farming budidaya lele. Perencanaan yang dilakukan dinas pertanian kota Surabaya dinilai cukup bagus. Penilaian itu dapat dilihat dari perencanaan kegiatan yang di buat dan di informasikan kepada kelompok pembudidaya lele”gotong royong”. Didalam perencanaan kegiatan tersebut dinas pertanian kota Surabaya juga menanamkan dan menumbuhkan beberapa prinsip seperti prinsip keterpaduan, prinsip kepercayaan, kebersamaan dan kegotong royongan, serta prinsip kemandirian. Dinas pertanian kota Surabaya berhasil menumbuhkan rasa keterpaduan dengan baik, itu dapat dilihat dengan adanya kegiatan pertemuan rutin yang dilakukan dinas pertanian kota Surabaya dengan kelompok pembudidaya lele”gotong royong”. Yang selanjutnya dinas pertanian kota Surabaya juga berhasil menumbuhkan prinsip kepercayaan antar anggota kelompok pembudidaya lele”gotong royong” maupun kelompok pembudidaya lele”gotong royong” dengan pihak dinas pertanian kota Surabaya. Prinsip selanjutnya yang dibangun oleh dinas pertanian kota Surabaya adalah prinsip kemandirian. Prinsip ini diharapkan dapat membuat kelompok pembudidaya lele”gotong royong” kedepannya dapat mandiri. Dinas pertanian kota Surabaya membuat kegiatan yang yang berbasis kemandirian dengan cara memberikan stimulan seperti memberikan pengetahuan tentang bagaimana membuat makanan olahan dari bahan dasar lele, memeberikan pengetahuan dengan cara pembuatan pakan lele sendiri dan probiotok sendiri. Dengan begitu kelompok pembudidaya lele”gotong royong” dapat mengembangkan usahanya. Terbukti dengan berhasilnya kelompok pembudidaya lele”gotong royong ” ini dalam menjuarai berbagai lomba yang berhubungan dengan pembudidayaan lele dan pengelolahan hasil lele. Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang strategi pemberdayaan masyarakat penerima program urban farming budidaya lele dikelurahan pakis oleh dinas pertanian kota Surabaya maka penelitian mengajukan saran adalah Melalui penelitian ini maka menjadi masukan bagi dinas pertanian kota surabaya agar dalam melakukan pendampingan program urban farming budidaya lele diharapkan memperhatikan tenaga pendamping. Tenaga pendamping yang disediakan dinas pertanian
7
Kebijakan dan Manajemen Publik
ISSN 2303 - 341X
Volume 3, Nomor 1, Januari – April 2015
kota Surabaya sebaiknya orang yang tetap dan sudah memahami permasalahan masyarakat penerima program urban farming dari awal. Daftar Pustaka Babari, J dan Onny S Prijino. 1996. Pendidikan Sebagai Sarana Pemberdayaan Hasil evaluasi pemanfaatan pekarangan (urban farming) bagi keluarga miskin kota Surabaya 2010: Pemerintah Kota Surabaya
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Suhendra, K. 2006. Peranan Birokrasi Dalam Pemberdayaan Masyarakat. Bandung: alfabeta. Suyono, Haryono. 2005. Pemberdayaan Masyarakat Mengantar Mandiri, Demokratis dan Berbudaya. Jakarta:LP2ES. Tjokroamidjojo, bintoro. 1980. Pengantar Administrasi Pembangunan. Jakarta:LP3ES.
Hikmat, Harry. 2010. Strategi Pemberdayaan Masyarakat. Bandung : Humaniora Utama Press.
Internet :
Huraerah, Abu. 2008. Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat Model dan Strategi Pembangunan Berbasis Kerakyatan. Bandung:Humaniora. Laporan Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Perikanan Di Kota Surabaya 2010. Surabaya:Dinas Pertanian Kota Surabaya.
www.koran.republika.co.id
www.bps.go.id
www.surabayakita.com www.surabaya.go.id
www.centroone.co.id
Laporan Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Perikanan Di Kota Surabaya 2012. Surabaya:Dinas Pertanian Kota Surabaya Moeljarto, Vidhyandika. 1996. Pemberdayaan Kelompok Miskin Melalui Program IDT. 131 158 Oktavia, pramita putri. 2011. STRATEGI PEMBERDAYAAN INDUSTRI KECIL MENENGAH (IKM): Strategi Deskriptif Tentang Pemberdayaan Industry Kecil Menengah (IKM) Dalam Pengembangan Industry Kerajinan Anyaman Bamboo Di Desa Gintangan Dan Kelurahan Gombengsari Oleh Dinas Perindustrian Perdagangan Dan Koprasi Kabupaten Banyuwangi. Universitas Airlangga. Skripsi diterbitkan. Pranaka, Onny S dan A.M.W Pranaka. 1996. Pemberdayaan Konsep, Kebijakan dan Implementasi. Jakarta:Center for Strategic and International Studies (CSIS). Pranaka, A.M.W dan Vidhyandika, moeljarto. 1996. Pemberdayaan (Empowerment). Silalahi, Ulber. 2006. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Unpar press
8