MODERNISASI SISTEM MANAJEMEN DAN KURIKULUM PONDOK PESANTREN (Studi di Pondok Pesantren Darunnahdlatain Nahdlatul Wathan Pancor Lombok Timur dan pondok pesantren Qomarul Huda Bagu Lombok Tengah) S. Ali Jadid Al Idrus IAIN Mataram Email:
[email protected] Abstrak: Pesantren sebagai lembaga pendidikan memiliki tujuan untuk menanamkan nilai-nilai keimanan, kebangsaan dan kemasyarakatan dengan mempertahan eksistensi tradisi pesantren dalam mengembangkan kemampuan, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik untuk menjadi ahli ilmu agama Islam (mutafaqih) dan atau menjadi muslim yang memiliki keterampilan atau keahlian untuk membangun kehidupan Islami di masyarakat. Tujuan pesantren ini tidak terlepas dari faktor sejarah, sosiologis, psikologis maupun kebudayaan bangsa Indonesia khususnya. Pondok pesantren memiliki peran yang sangat penting dalam: (1) pengembangan kehidupan beragama (dinniyah), berbangsa (wathaniyah), dan bermasyarakat (basyariyah), (2) mempersiapakan generasi Islam Ahlussunnah Wal Jama’ah, (3) Lembaga pendidikan yang memberikan pelayanan, pegabdian serta sebagai inspirator, (4) Lembaga pendidikan yang memberikan keteladanan, pioneer serta educator, dan (5) Menjadi lembaga pendidikan yang modern, professional dan proposional. Modernisasi sitem merupakan bagian dari ibadah kepada Allah maupun untuk sesama manusia, karena ibadah maka selalu didasari oleh nilai-nilai Islam yang terkandung dalam Al-Qur’an dan Al Hadits. Selain itu petunjuk-petunjuk yang telah diberikan para sahabat, tabi’in sampai dengan para ulama’ shaleh yang kemudian di lanjutkan sebagai nilai dalam menghadapi globalisasi. Selanjutnya dari hasil observasi juga diperoleh gambaran bahwa pengembangan pendidikan sebagai tempat kaderisasi, militansi, intelektualitas, dan mutu yang berdaya saing berdasarkan Al-Qur’an dan Al Hadist serta melanjutkan perjuangan para ulama’ Ahlussunnah Wal Jama’ah dengan cara mempertahankan tradisi-tradisi pesantren. Kata Kunci: modernisasi, manajemen, kurikulum, pondok pesantren
KONTEK PENELITIAN Pondok pesantren adalah model lembaga pendidikan Islam pertama yang mendukung kelangsungan sistem pendidikan nasional. Secara historis, pesantren tidak saja mengandung makna keislaman, tetapi juga keaslian Indonesia. A. Malik Fadjar (dalam Imam Tholkah) menyatakan bahwa pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang memiliki watak indegenous (pribumi) yang ada sejak kekuasaan Hindu-Budha dan menemukan formulasinya yang jelas ketika Islam berusaha mengadaptasikan (mengislamkan)-nya.1 Perubahan paradigma pengembangan pendidikan yang berlaku secara universal, mewajibkan kepada semua lembaga yang menyelenggarakan pendidikan harus mampu melakukan relevansi dengan perkembangan lingkungan internal dan eksternal.
Dalam Imam Tholkhah, Membuka Jendela Pendidikan; Mengurai Akar Tradisi dan Integrasi Keilmuan Pendidikan Islam, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2004), hal. 49 1
141
Jurnal Penelitian Keislaman, Vol. 12, No. 2, Juli 2016: 141-154
Pondok pesantren diartikan sebagai lembaga pendidikan tradisional yang menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam (tafaqquh fi al-din) dengan menekankan moral sebagai pedoman kehidupan masyarakat. Sistem pendidikan pondok pesantren sebagai gerak perjuangan di dalam menetapkan identitas diri dan kehadirannya di tengah-tengah kehidupan masyarakat dan bangsa yang sedang membangun.2 Lembagalembaga yang ada di pondok pesantren banyak mengalami tantangan baik dari dalam maupun luar, namun seiring waktu eksistensi pondok pesantren mulai diakui masyarakat dan pemerintah. Terlepas dari konservatisme pesantren pada masa ini, dari segi motivasi dan emansipasi masyarakat, pesantren dan lembaga-lembaga pendidikan Islam lainnya mampu membangkitkan “kebangunan Islam”.3 Wajah Pendidikan Islam di Indonesia pada saat ini dapat dibedakan kedalam pendidikan dasar-menengah dan pendidikan tinggi. Dengan rincian sebagai berikut: pertama, pendidikan dasar-menengah: a) pendidikan pesantren dengan keunggulan dibidang materi agama dan lemah pada materi umum, b) sekolah memiliki keunggulan dibidang umum dan memiliki kelemahan dibidang agama, c) madrasah, yang dibangun dengan harapan dapat memadukan antara materi agama dan umum secara seimbang, walaupun pada akhirnya hasil yang diharapkan sampai saat ini belum sesuai dengan yang dicita-citakan. kedua, pendidikan tinggi. Pendidikan tinggi Islam di Indonesia secara realitas dikenali dengan a) diselenggarakan oleh lembagalembaga Islam, b) pendidikan agama Islam diajarkan di perguruan tinggi, dan c) bertujuan menghasilkan sarjana dibidang ilmu-ilmu agama Islam. Modernisasi sitem pendidikan yang berada di lingkungan pondok pesantren memiliki tantangan tersendiri, satu sisi mengembangkan tradisi akademik, sisi lain tetap mempertahankan tradisi pesantren dalam kawasan prinsip agama. Sistem pendidikan pondok pesantren terus menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan dengan prinsip agama dan pesantren benar-benar sebagai partner yang intensif dalam pengembangan pendidikan yang dibuktikan dengan makin meluasnya pendidikan pesantren ke seantero dunia.4 Berdasarkan paparan data yang diperoleh, serta berangkat dari beberapa asumsi bahwa: (1) modernisasi sitem pendidikan pondok pesantren memiliki perbedaan karakteristik dan orientasi sesuai dengan kultur pesantren. (2) modernisasi sitem pendidikan yang identik dengan kebebasan akademik, rasionalitas serta metodologis sedangkan pesantren yang kental dengan kulturnya yang sam’an watha’athan, (3) pendidikan pesantren memiliki keterikatan dan mengutamakan nilai pengembangan yang bersumber dari nilai religious, sementara pendidikan tinggi mengutamakan realitas secara empirik. Dalam pengembangan merupakan dua sisi yang hampir tidak bisa disatukan.
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Raja Wali Pres, 2000), Cet. ke-5, hlm. 305. Zamakhsari Dhofier, Tradisi Pesantren, (Jakarta: LP3ES, 1984), hlm. 24. 4 M. Bahri Ghazali, Pendidikan Pesantren Berwawasan Lingkungan: Kasus Pondok Pesantren AnNuqoyah Guluk-Guluk Sumenep, Madura, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2001), Cet. ke-1, h. 36. 2
3
142
Modernisasi Sistem Manajemen dan Kurikulum (Ali Jadid)
Keberadaan pondok pesantren dalam masyrakat memberikan kontribusi dalam bidang agama, sosial dan ekonomi. Selain menjadi tempat untuk pembinaan moral kesalehan santri dan pembelajaran ilmu-ilmu agama Islam, pesantren juga melakukan diversifikasi keilmuan unggulan khusus dan atau melakukan diversifikasi keahlian praktis tertentu. Pesantren membuat satu keunggulan tertentu yang membedakan pesantren satu dengan pesantren lainnya, misalnya dengan meningkatkan keunggulan dalam keahlian ilmu tertentu seperti keunggulan keahlian dalam kajian hadits, atau disiplin ilmu agama tertentu, atau bisa juga dalam bentuk keahlian praktis lain misalnya keahlian bahasa, keahlian pertanian dan keahlian praktis lainnya. Upaya ditunjukkan oleh pondok pesantren Darunnahdlatain Nahdlatul Wathan Pancor Lombok Timur dan pondok pesantren Qomarul Huda Bagu Lombok Tengah. Walaupun berbeda secara institusi, pengelolaan, serta geografis namun memiliki semangat dan pola pengembangan yang sama terutama kemampuan dalam mentransformasi diri melalui pendirian dan pengembangan lembaga-lembaga pendidikan tinggi sebagai jawaban atas kebutuhan masyarakat. Secara kelembagaan, kedua pondok pesantren ini sudah menjadikan dirinya sebagai lembaga yang tidak hanya fokus pada bidang agama saja namun sudah memperhatikan bidang-bidang lainnya seperti kebangsaan dan kemasyarakatan. dengan mengembangkan lembaga-lembaga pendidikan dari tingkat dasar bahkan sampai pendidikan tinggi. Pondok pesantren ini memiliki kepekaan untuk menetapkan nilai-nilai yang diharapkan oleh masyarakat terutama pada kompetensi, selain itu memiliki keunikan dan bermutu yang tidak dapat ditiru dengan mudah oleh para pesaingnya dan masyarakat selalu memberikan nilai tinggi pada kompetensi yang dimiliki oleh perguruan tinggi yang dikelola oleh pondok pesantren ini MODERNISASI MANAJEMEN DI PONDOK PESANTREN Perencanaan berbasis nilai Pemahaman keagamaan akan membentuk pandangan dan sikap terhadap kehidupan kemasyarakatan dan kebangsaan, meskipun beberapa kelompok meragukan kemampuan agama dalam mengatasi berbagai persoalan dan krisis kemanusiaan, tidak sedikit pula yang berkeyakinan bahwa agama tetap memiliki signifikansi sosial di masa mendatang. Agama tetap dibutuhkan sebagai pemberi arah bahkan solusi terhadap masalah-masalah yang dihadapi oleh umat manusia. Semangat ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surah Al Jumu’ah ayat 2;
143
Jurnal Penelitian Keislaman, Vol. 12, No. 2, Juli 2016: 141-154
Artinya: Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di
antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka kitab dan Hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata. 5 Fenomena menarik tentang eksistensi pondok pesantren dalam upaya menjaga diri dari perkembangan globalisasi dan otonomi secara konseptual dan operasional, sebagai organisasi pendidikan Pondok Pesantren Darunnahdlatain Nahdlatul Wathan Pancor Lombok Timur dan pondok pesantren Qomarul Huda Bagu Lombok Tengah memiliki strategik pengembangan untuk mempertahankan eksistensinya yakni pola transformative dan modern pada ranah pemikiran, kelembagaan maupun manajerial. Empat aspek sebagai landasan pengembangan pendidikan yang harus dimiliki pondok pesantren yaitu; (1) aspek normative-Teologis, (2) filosofis, (3) historic dan (4) adanya berbagai kritik terhadap eksistensi.6 Pendidikan pondok pesantren menjadikan al Qur’an dan al Hadist tidak saja sebagai sumber nilai perjuangan dan kehidupan tetapi juga sebagai sumber inspirasi, prinsip dan komitmen yang akhirnya melahirkan tradisi pesantren, selain itu akidah Ahlussunnah wal jama’ah sebagai prinsip pengelolaan issue-issue strategi. Pandangan peneliti tentang modernisasi sistem manajemen yang dilakukan Pondok Pesantren Darunnahdlatain Nahdlatul Wathan Pancor Lombok Timur dan pondok pesantren Qomarul Huda Bagu Lombok Tengah adalah: (1) melakukan dengan sungguh-sungguh sebagai upaya menghadapi tantangan otonomi dan globalisasi serta menghindar dari persoalan mendasar yang dapat menghambat perkembangan pendidikan, (2) menghindari kesenjangan tradisi pondok pesantren dan tradisi akademik pendidikan tinggi, (3) secara sosiologis tidak terdapat perbedaan yang sangat kontras pada sistem pendidikan tinggi yang menuntut kebebasan akademik sementara tradisi pesantren selalu identik dengan keterikatan, dan (4) secara antropologis, masyarakat memberikan penilaian yang positif terhadap pengembangan pendidikan tinggi di pondok pesantren serta masyarakat memahami pendidikan secara holistic integrative sebagai proses pendidikan yang memberikan peluang untuk bersuara dan terlibat langsung dalam pengembangan pendidikan itu sendiri (partisipatory education). Pondok Pesantren Darunnahdlatain Nahdlatul Wathan Pancor Lombok Timur dan pondok pesantren Qomarul Huda Bagu Lombok Tengah mengembangan modernisasi sitem pendidikan untuk menjadikan Khazanah Keilmuan berbasis Al-Qur’an dan Hadits dan berkarakter Ahlussunnah Wal Jama’ah. sebagai filosofi penyelenggaraan dan pengembangan institusi, mengintegrasikan antara nilai-nilai keilmuan dan Islam dengan prinsip Ahlussunnah Wal Jama’ah sehingga mampu menumbuhkan kepribadian yang menguasai ilmu pendidikan, pengetahuan, teknologi yang dijiwai oleh prinsip Ahlussunnah Wal Jama’ah. Adapun sumber-sumber nilai pengembangan adalah (1) 5 6
144
QS. Al-Jumu’ah, (62) : 3. Muhaimin, (68:2011).
Modernisasi Sistem Manajemen dan Kurikulum (Ali Jadid)
religius, nilai yang bersumber dari Al-Qur’an dan Al Hadits, sebagai sumber utama dan terutama nilai pengembangan, Ijma’ dan Qiyas, sebagai sumber ilmiyah, dan Ahlussunnah Wal Jama’ah sebagai sumber metodologis, (2) Nasionalime, menanamkan nilai kemanusiaan, berperan serta dalam pembangunan, menjaga persatuan serta mematuhi pemerintahan, dan (3) kemasyarakatan, yaitu dapat memberikan kebermanfaatan kepada masyarakat. Visi dan Misi Pendidikan Pondok Pesantren Menurut pendapat Achmad Sanusi, visi atau wawasan adalah penglihatan yang mendalam yang mengandung pengetahuan (cognittif), kecintaan (afektif), dan kepedulian terhadap profesi serta kemampuan (konatif).7 Visi merupakan inti (core) sekaligus sumber kekuatan organisasi perguruan tinggi, jadi visi begitu penting dalam organisasi dan manajemen. Terbentuknya visi dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti, pengalaman hidup, pendidikan, pengalaman profesional, interaksi dan komunikasi internasional, berbagai pertemuan keilmuan, dan berbagai kegiatan intelektual lain yang membentuk pola pikir (mindset) tertentu. Tilaar, visi pendidikan tinggi mempunyai unsur-unsur sebagai berikut; (1) akuntabilitas, (2) relevansi, (3) kualitas, (4) otonomi kelembagaan, dan (5) jaringan kerja sama. Pada dimensi global visi tersebut mempunyai tiga aspek yaitu; (1) kompetitif, (2) kualitas, dan (3) jaringan kerja sama.8 Sejalan dengan terjadinya perubahan sistem pendidikannya, maka modernisasi di Pondok Pesantren Darunnahdlatain Nahdlatul Wathan Pancor Lombok Timur dan pondok pesantren Qomarul Huda Bagu Lombok Tengah terus mengalami perubahan sesuai dengan arus kemajuan zaman yang ditandai dengan munculnya IPTEK. Fungsi pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan, di samping pola pendidikan secara tradisional diterapkan juga pola pendidikan modern.9 Strategi pengembangan menunjukkan arah pada lembaga untuk terus berkembang serta memiliki daya saing yang baik, strategi sebagai upaya meujudkan cita-cita yang diinginkan oleh pemerintah dan masyarakat. Dengan memperhatikan situasi dan kondisi pada saat ini serta dengan mengantisipasi berbagai perubahan pada masa yang akan datang serta mempertimbangkan kebutuhan masyrakat. Visi pondok pesantren Darunnahdlatain Nahdlatul Wathan Pancor Lombok Timur dan pondok pesantren Qomarul Huda Bagu Lombok Tengah merupakan kondisi ideal yang ingin dicapai dalam eksistensi organisasi di masa depan. Visi sebagai sudut pandang ke masa depan dalam mewujudkan tujuan strategik organisasi, yang berpengaruh langsung pada misinya sekarang dan di masa yang akan datang. Misi pondok pesantren Darunnahdlatain Nahdlatul Wathan Pancor Lombok Timur dan pondok pesantren Qomarul Huda Bagu Lombok Tengah adalah keseluruhan 7 Sanusi Achmad & Rochman Natawidjaja, Studi Pengembangan Model Pendidikan Profesional Tenaga Kependidikan, (Jakarta: Depdikbud, 1991) 8 H. A. R. Tilaar, Paradigma baru Pendidikan nasional, (Jakarta: Rineka cipta, 2000) hal 110 9 DEPAG RI, Pola Perkembangan Pondok Pesantren, (Jakarta: Depag, 2003), hal. 40.
145
Jurnal Penelitian Keislaman, Vol. 12, No. 2, Juli 2016: 141-154
tugas pokok yang dijabarkan dari tujuan strategik untuk mewujudkan visi organisasi. Misi organisasi adalah bidang atau jenis kegiatan yang akan dijelajahi atau dilaksanakan secara operasional untuk jangka waktu panjang oleh sebuah organisasi dalam merumuskan tujuan strategiknya, dan apabila misi secara keseluruhan sudah tercapai berarti visi organisasi juga tercapai. Misi pondok pesantren Darunnahdlatain Nahdlatul Wathan Pancor Lombok Timur dan pondok pesantren Qomarul Huda Bagu Lombok Tengah dirumuskan dalam Rencana Strategik sebagai kegiatan yang berisi program-program berkelanjutan dan proyek-proyek terpisah untuk jangka waktu panjang. Poyek tersebut ditetapkan berdasarkan analisis SWOT yang kemudian secara lebih rinci dirumuskan kembali ke dalam rencana operasional. Dengan demikian, jika rencana operasional sudah tercapai, maka tujuan strategik juga tercapai sehingga visi organisasi pun dapat diwujudkan. Tujuan manajemen inovatif dan penguatan organisasi Eksistensi tujuan organisasi di pondok pesantren Darunnahdlatain Nahdlatul Wathan Pancor Lombok Timur dan pondok pesantren Qomarul Huda Bagu Lombok Tengah, berpandangan jauh ke masa depan, berprilaku proaktif dan antipatif terhadap kondisi masa depan yang diprediksi akan dihadapi. Antisipasi masa depan tersebut dirumuskan dan ditetapkan sebagai visi yang akan diwujudkan dalam waktu tertentu. Sebagai lembaga pendidikan Islam, Pondok Pesantren Darunnahdlatain Nahdlatul Wathan Pancor Lombok Timur dan pondok pesantren Qomarul Huda Bagu Lombok Tengah memiliki keunikan dan memiliki ciri-ciri serta karakteristik yang membedakan dengan lembaga pendidikan yang lain. Tujuan utama dari pendidikan pesantren adalah membentuk atau mempersiapkan manusia yang akram (lebih bertaqwa kepada Allah) dan shalih (yang mampu mewarisi bumi ini dalam arti luas, mengelola, memanfaatkan, menyeimbangkan dan melestarikan) dengan tujuan mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat (sa’adah fi al darain).10 Strategi pengembangan yang dimiliki pondok pesantren Darunnahdlatain Nahdlatul Wathan Pancor Lombok Timur dan pondok pesantren Qomarul Huda Bagu Lombok Tengah dapat mendorong alokasi seluruh sumber daya yang dimiliki, sehingga dapat selaras dan seimbang, maka kegiatan akademik dalam upaya untuk menghasilkan lulusan sebagaimana yang dicitakan. Pondok pesantren Darunnahdlatain Nahdlatul Wathan Pancor Lombok Timur dan pondok pesantren Qomarul Huda Bagu Lombok Tengah, sudah memiliki kemampuan organisasi yang kuat, tersedianya berbagai macam sumber-sumber yang bersifat material maupun non material yang dapat di pergunakan untuk melasanakan keputusan yang diambil, sumber daya manusia yang tersedia sangat mendukung untuk melaksanakan keputusan, memiliki falsafah organisasi yang kuat serta dianut oleh masyarakat pesantren, 10
146
Suryadharma Ali, Reformasi Paradigma Keilmuan Islam, (Malang: UIN Maliki Press, 2013)
Modernisasi Sistem Manajemen dan Kurikulum (Ali Jadid)
kuatnya pengaruh pesantren untuk menjalankan roda administrasi dan managemen lembaga pendidikan. Mewujudkan tujuan tersebut, secara kontekstual perubahan pada pengembangan lembaga-lembaga pendidikan islam mesti berorientasi pada tiga problem mendasar yaitu foundational problem, structural problem dan operasional problem.11 Pencapaian srtategi memerlukan komitmen serta panduan yang berlaku secara global dalam mengembangkan pendidikan tinggi. Strategi menjadi kristalisasi serta rumusan tugas, cara pandang jauh kedepan atau gambaran (dream) yang menantang (ideal) tentang keadaan masa depan kemana dan bagaimana pendidikan tinggi yang dikembangkan pondok pesantren diarahkan agar dapat secara konsisten dan tetap eksis, antisipatif, inovatif serta berisi cita-cita yang ingin diwujudkan. Mewujudkan cita-cita tersebut, pondok pesantren Darunnahdlatain Nahdlatul Wathan Pancor Lombok Timur dan pondok pesantren Qomarul Huda Bagu Lombok Tengah melakukan rekonstruksi terhadap pemikiran, operasional dan evaluasi sistem untuk: (1) memperluas peran dan fungsi bagi pembangunan keagamaan dan kebangsaan, (2) memberikan warna tersendiri terhadap globalisasi, (3) selalu menjadi yang terbaik dalam memberikan solusi ummat dan negara, (4) sebagai penetrasi era teknologi industri yang menggelobal, (5) sebagai wadah pengembangan pendidikan masa depan; (6) melakukan integritas keilmuan, 7) mewujudkan pribadi-pribadi unggul, (8) menjadi lembaga yang mencetak cendikiawan, (9) menjadi lembaga yang tidak hanya terfokus pada upaya transformasi ilmu keagamaan, namun juga ilmu kemasyarakat, (10) pembentukan moral, serta (11) menjadi lembaga yang mengajarkan ilmu-ilmu sains, teknologi, dan seni.12 Penataan kelembagaan dan sistem manajemen kebijakan ini difokuskan pada pengembangan sistem tatanan kelembagaan dan pengelolaan pendidikan tinggi yang efisien dan efektif, serta memiliki akuntabilitas yang dapat menumbuhkan kepercayaan masyarakat. Kebijakan pondok pesantren Darunnahdlatain Nahdlatul Wathan Pancor Lombok Timur dan pondok pesantren Qomarul Huda Bagu Lombok Tengah diwujudkan dalam sejumlah program sebagai berikut: (1) menyusun prosedur dan tatakerja baru sesuai dengan pengembangan yang telah ditetapkan dalam aturan, (2) menyiapkan perangkat aturan untuk memfungsikan keseluruhan komponen manajemen kelembagaan sesuai dengan sistem, (3) mengembangkan sistem manajemen keuangan dan sarana prasarana, (4) mengembangkan sistem akuntabilitas kinerja dan penjaminan mutu, (5) mengembangkan sistem manajemen sekolah tinggi berstandar nasional, (6) meningkatkan kinerja manajemen sekolah laboratorium, (7) menata dan memberdayakan unit-unit pendukung pendukung sesuai dengan statuta pendidikan tinggi yang dikelola pondok pesantren.
Muhaimin, Pemikiran dan Aktualisasi Pengembangan Pendidikan Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2001), hlm. 2. 12 Jasa Ungguh Muliawan, Pendidikan Islam Integratif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005) hlm. 156. 11
147
Jurnal Penelitian Keislaman, Vol. 12, No. 2, Juli 2016: 141-154
Gaya Kepemimpinan kolegial yang responsif dan berprinsip Untuk persyaratan organisasi yang diperlukan adalah, (1) koordinasi yang kuat antara fungsi-fungsi dalam riset dan pengembangan produk dengan pemasaran, (2) Pengukuran dan insentif yang subyektif daripada tolak ukur kuantitatif dan, (3) Suka untuk modernisasi sitem pendidikan Darun Nahdathain Nahdatul Wathan Pancor Lombok Timur berdampak pada pola pengambilan keputusan yang strategis dengan berangkat dari asumsi dasar bahwa dalam proses pengambilan keputusan tidak ada hal yang terjadi secara kebetulan, pengambilan keputusan tidak dapat dilakukan secara “asal jadi” karena cara pendekatan kepada pengambilan keputusan harus didasarkan kepada sistematika, masalah dapat dipecahkan dengan baik apabila terlebih dahulu diketahui dengan jelas dan pengambilan keputusan adalah pemecahan dengan cara yang sebaik-baiknya. Untuk menjamin penyelengggaraan institusi yang memenuhi prinsip-prinsip kredibilitas, transparansi, akuntabilitas, tangggungjawab dan keadilan, pondok pesantren Darunnahdlatain Nahdlatul Wathan Pancor Lombok Timur dan pondok pesantren Qomarul Huda Bagu Lombok Tengah memiliki pola pengambilan keputusan yang jelas. Pengambilan keputusan merupakan bagian integral dari organisasi. Pengambilan keputusan berakhir dan ada pada penilai dan memilih alternatif pemecahan. Pemecahan masalah sebagai metode pengambilan keputusan terjadi pada sebagian pemecahan masalah, atau pengambilan keputusan memanfaatkan metode pemecahan masalah. Pengambilan keputusan seperti ini mungkin bisa terjadi berulang, tergantung pada hasil implementasi, jika tidak memadai sangat mungkin alternatif pemecahannya akan diganti. Ini berarti ada pengambilan keputusan baru. Pengambilan keputusan yang diambil serta dipilih pondok pesantren Darunnahdlatain Nahdlatul Wathan Pancor Lombok Timur dan pondok pesantren Qomarul Huda Bagu Lombok Tengah bersumber dari berbagai alternatif yang telah dianalisa secara matang, berorientasi pemecahan masalah yang didasari pada fakta yang terkumpul dengan sistematis, terolah dengan baik dan tersimpan secara teratur sehingga fakta-fakta/data itu sungguh-sungguh dapat dipercayai dan masih bersifat up to date. Sistem pengambilan keputusan yang jelas dapat mempermudah pelaksanaan tugas masing-masing bagian/unit dalam upaya pencapaian tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Pengambilan keputusan yang efektif relevan dengan kebutuhan institusi, harus memiliki diskripsi tugas wewenang dan tanggung jawab yang jelas yang diatur dengan: (1) Kebijakan dari pimpinan pondok pesantren didelegasikan ke lembaga-lembaga, (2) Pondok pesantren dan pimpinan lembaga melakukan koordinasi dalam melaksanakan kebijakan-kebijakan, (3) Adapun gagasan atau usulan dari bawah yang berkaitan dengan kegiatan dan anggaran dibahas di tiap lembaga, kemudian dikomunikasikan dan dikonsultasikan ke pimpinan pondok pesantren untuk mendapatkan persetujuan dan pengesahan Untuk membangun kebersamaan dibentuk pola kerja secara team-work difasilitasi sedemikian rupa sehingga tanggungjawab bersama juga dapat diwujudkan. Demikian halnya akuntabilitas pelaksanaan tugas juga terbangun dengan baik. Setiap tugas, 148
Modernisasi Sistem Manajemen dan Kurikulum (Ali Jadid)
kepercayaan dan kewenangan yang diberikan dalam melaksanakan suatu kegiatan, dilaporkan dan dipertanggungjawabkan kepada atasan. MODERNISASI KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN Kurikulum Intregratif Potensi-potensi itu menurut Zubaedi meliputi tiga aspek sebagai berikut : (1) Pondok pesantren hidup selama 24 jam, dengan pola 24 jam tersebut, baik pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan keagamaan, sosial kemasyarakatan, atau sebagai lembaga pengembangan potensi umat dapat diterapkan secara tuntas, optimal dan terpadu, (2) Pondok pesantren secara umum mengakar pada masyarakat, pondok pesantren banyak tumbuh dan berkembang umumnya di daerah pedesaan, karena memang tuntutan masyarakat yang ingin menghendaki berdirinya pondok pesantren, dengan demikian, pondok pesantren dan keterkaitannya dengan masyarakat merupakan hal yang sangat penting bagi satu sama lain, dan (3) Pondok pesantren dipercaya masyarakat, kecenderungan masyarakat menyekolahkan anaknya ke pondok pesantren tentu saja didasari oleh kepercayaan mereka terhadap pembinaan yang dilakukan yang lebih mengutamakan pendidikan agama. 13 Secara keilmuan, pondok pesantren Darunnahdlatain Nahdlatul Wathan Pancor Lombok Timur dan pondok pesantren Qomarul Huda Bagu Lombok Tengah sudah mengembangkan ilmu-ilmu dan jurusan dibidang keagamaan, kependidikan, teknologi, kesehatan, perikanan bahkan pascasarjana dibidang fiqih, dan manajemen pendidikan Islam. Sedangkan secara kelembagaan sudah mengembangkan Institut, Sekolah Tinggi, akademi dan bersama-sama sedang berikhtiyar menjadi universitas. Secara Kelembagaan dan kepemimpinan perguruan tinggi yang dikembangkan di tiga pondok pondok pesantren terdiri dari: (1) Institut Agama Islam yang dipimpin oleh seorang rektor dan dibantu oleh beberapa wakil rektor, (2) Sekolah Tinggi, baik ilmu pendidikan, kesehatan maupun teknologi. Lembaga ini dipimpin seorang ketua dan dibantu oleh beberapa wakil ketua, (3) Akademi manajemen informatika dan computer dan akademi perikanan serta (4) mengembangkan pascasarja yang dipimpin seorang direktur, dan (5) masing-masing memiliki lembaga yang setara dengan pendidikan tinggi yaitu Ma’had Aly. Kurikulum pendidikan di pondok pesantren Darunnahdlatain Nahdlatul Wathan Pancor Lombok Timur dan pondok pesantren Qomarul Huda Bagu Lombok Tengah menggunakan kurikulum nasional serta mengembangkan kurikulum pesantren yang menjadi karakteristiknya karena itu tujuan pengembangan dapat dilihat untuk : (1) Berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi alumni atau Sarjana Ilmu Agama Islam yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT dan berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, terampil, kompeten, dan berbudaya untuk kepentingan bangsa; (2) Dihasilkannya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi melalui Penelitian yang memperhatikan dan menerapkan nilai ajaran Islam agar bermanfaat bagi kemajuan bangsa, serta kemajuan 13
Zubaedi, Pendidikan Berbasis Masyarakat ... hal. 146
149
Jurnal Penelitian Keislaman, Vol. 12, No. 2, Juli 2016: 141-154
peradaban dan kesejahteraan umat manusia; dan (3) mewujudkan pengabdian kepada masyarakat berbasis penalaran dan karya Penelitian yang bermanfaat dalam memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Sedangkan secara kelembagaan serta keilmuan yang dikembangkan bertujuan untuk mencetak insan yang berilmu pengetahuan dan kemampuan sesuai dengan jurusan dan kualifikasinya. Pembelajaran dengan mengunakan IT Mewujudkan tujuan tersebut, secara kontekstual perubahan pada pengembangan lembaga-lembaga pendidikan islam mesti berorientasi pada tiga problem mendasar yaitu foundational problem, structural problem dan operasional problem.14 Pencapaian srtategi memerlukan komitmen serta panduan yang berlaku secara global dalam mengembangkan pendidikan tinggi. Strategi menjadi kristalisasi serta rumusan tugas, cara pandang jauh kedepan atau gambaran (dream) yang menantang (ideal) tentang keadaan masa depan kemana dan bagaimana pendidikan tinggi yang dikembangkan pondok pesantren diarahkan agar dapat secara konsisten dan tetap eksis, antisipatif, inovatif serta berisi cita-cita yang ingin diwujudkan. Pengembangan mutu layanan pendidikan dan pengajaran di pondok pesantren Darunnahdlatain Nahdlatul Wathan Pancor Lombok Timur dan pondok pesantren Qomarul Huda Bagu Lombok Tengah merupakan keadaan yang menyangkut kepuasan pelanggan dan masyarakat. Tujuan pelaksanaannya adalah untuk menghasilkan sistem pelayanan yang bermutu dalam pelaksanaan pendidikan dan pengajaran secara cepat, tepat, merata, akuntabel, dan berkeadilan serta melakukan upaya (1) Mengevaluasi dan memperbaharui kurikulum, silabus, dan kalender akademik, sesuai tuntutan perundangan dan laju perkembangan di lapangan secara berkelanjutan serta melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap implementasinya. Hal ini dilakukan melalui Workshop dan lokakarya peninjauan kurikulum program setiap 1 kali dalam 2 tahun, (2) Menetapkan standar mutu akademik dan memantau ketercapaian standar melalui Focus Group Discussion (FGD), (3) Meningkatkan atmosfer akademik melalui seminar dan lokakarya akademik, pelatihan penulisan buku ajar dan modul bahan ajar, (4) Mengembangkan kerjasama kelembagaan untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia pada tingkat lokal, nasional, dan internasional melalui kerjasama dalam dan luar negeri, (5) Menyempurnakan sistem informasi manajemen akademik termasuk peningkatan pelayanan prima dalam bidang akademik melalui implementasi SIAKAD, (6) Meningkatkan layanan pembelajaran melalui pengadaan fasilitas belajar seperti LCD, peralatan laboratorium, dan lain-lain, (7) Meningkatkan layanan perpustakaan melalui pengadaan layanan perpustakaan digital
14
Muhaimin, Pemikiran dan Aktualisasi Pengembangan Pendidikan Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2001), hlm. 2.
150
Modernisasi Sistem Manajemen dan Kurikulum (Ali Jadid)
Memiliki arah dan program unggulan yang berorientasi pada pengembangan fisik dan non fisik Pada hakikatnya tujuan pembangunan nasional adalah mencari nilai tambah agar kehidupan hari esok lebih baik daripada kehidupan hari ini. Semua itu menyebabkan terjadinya pergeseran nilai, baik nilai dasar yang menyangkut agama dan kepercayaan, maupun nilai instrumental yang menyangkut ilmu pengetahuan dan teknologi. Demikian halnya pada sistem pendidikan nasional pada hakikatnya juga mencari nilai tambah melalui pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia atau kualitas manusia secara utuh. Pendidikan harus terus dikembangkan agar mampu melayani kebutuhan pembangunan dan kemajuan ilmu pendidikan dan teknologi agar mampu menghadapi tantangan zamannya, seperti tantangan globalisasi saat ini. Penyelenggaraan lembaga pendidikan pesantren menurut Idrus15 berbentuk asrama yang merupakan komunitas tersendiri di bawah pimpinan kiyai, Tuan Guru atau ulama dibantu oleh beberapa ustadz yang hidup bersama ditengah-tengah para santri dengan masjid sebagai pusat kegiatan peribadatan agama, gedung sekolah sebagai pusat kegiatan belajar, dan pondok sebagai pusat tempat tinggal para santri. Sistem pendidikan pesantren juga terdiri atas unsur-unsur dan nilai-nilai yang merupakan satu kesatuan. Kualitas dari dinamika suatu sistem pendidikan pesantren sangat tergantung pada kualitas para pengasuhnya dan bobot interaksi antara unsur-unsurnya, terutama orientasi unsur-unsur organiknya atau para pelakunya dalam menghadapi tantangan global. Pondok pesantren adalah model lembaga pendidikan Islam pertama yang mendukung kelangsungan sistem pendidikan nasional. Secara historis, pesantren tidak saja mengandung makna keislaman, tetapi juga keaslian Indonesia. Perencanaan pengembangan modernisasi sitem pendidikan pada pondok pesantren secara umum adalah menjadikan: (1) sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta pusat kegiatan belajar mengajar sesuai dengan kebutuhan pembangunan masa sekarang dan masa yang akan datang, (2) Mendidik generasi masa depan agar mampu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, berjiwa penuh pengabdian serta memiliki tanggungjawab terhadap masa depan bangsa dan negara Indonesia, (3) Mengembangkan tata-kehidupan pondok pesantren sebagai masyarakat ilmiah yang berbudaya, bermoral Pancasila dan berkepribadian Indonesia yang didasari oleh keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT, (4) Menghasilkan out-put yang profesional dalam mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang bernafaskan Islam, mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf kehidupan dan memperkaya kehidupan nasional yang memiliki karakteristik pokok: (a) berilmu, beramal, bertaqwa dan berakhlaqul karimah, (b) memiliki wawasan yang luas, dan (c) memiliki kematangan profesional.
15
Ali Idrus, Manajemen Pendidikan Global; Visi, Aksi dan Adaptasi, (Jakarta: Gaung Persada, 2009),
hlm. 95.
151
Jurnal Penelitian Keislaman, Vol. 12, No. 2, Juli 2016: 141-154
Arah pengembangan modernisasi sitem pendidikan yang dilakukan pondok pesantren Qomarul Huda Bagu Lombok Tengah dan pondok pesantren Darun Nahdathain Nahdatul Pancor Lombok Timur adalah akademik dan non akademik. Modernisasi sitem pendidikan diarahkan untuk mendorong terciptanya kompetensi yang tinggi bagi para lulusannya melalui pencapaian keunggulan akademik dan keterampilan. Keterpaduan kurikulum program studi dengan kebutuhan pasar dan pelaksanaan perkuliahan bermutu merupakan ciri khas yang senantiasa dikembangkan terus menerus, selanjutnya melaksanakan pendidikan dan mengembangkan inovasi dalam pendidikan terutama dengan memanfaatkan teknologi komunikasi dan informasi, melaksanakan penelitian untuk mengembangkan model-model praktis yang dapat diaplikasikan guna meningkatkan praktik profesional serta melaksanakan penelitian untuk mengembangkan ilmu pengetahuan (basic research) dalam bidang‐bidang yang prospektif dan bersifat universal dalam rangka meningkatkan kesejahteraan umat manusia. Berikut diskripsi tentang perencanaan strategis yang dilakukan pondok pesantren. KESIMPULAN 1. Pondok pesantren Qomarul Huda Bagu Lombok Tengah dan pondok pesantren Darun Nahdathain Nahdatul Pancor Lombok Timur sebagai lembaga pengelola memiliki visi dan misi yang sejalan dengan tujuan organisasi 2. Secara operasional, performance dapat digambarkan sebagai berikut: Performance fisik, lembaga-lembaga diharapkan dapat mengesankan kondisi sebagai berikut: (1) Lembaga islami dengan ciri khas pesantren yang bersih, rapi dan indah, (2) Modern yang tidak meninggalkan tradisi dan dinamis, (3) penghuninya menggambarkan sebagai orang-orang yang memiliki kesalihan, baik individual maupun sosial dan (4) Acceptable dan menumbuhkan keteladanan bagi masyarakat. 3. Performance Kelembagaan; (1) Memiliki tenaga akademik yang handal dalam pemikiran, penelitian dan berbagai kegiatan ilmiah, (2) Memiliki tradisi akademik yang mendorong lahirnya kewibawaan akademik bagi civitas akademika, (3) Memiliki kemampuan manajerial yang kokoh yang mampu menggerakkan potensi untuk mengembangkan kreatifitas warga kampus, (4) Memiliki kemampuan antisipatif terhadap masa depan dan bersikap proaktif, (5) Memiliki pimpinan yang mampu mengakomodasi seluruh potensi yang dimiliki menjadi penggerak lembaga secara menyeluruh dan selalu bijak dalam menyelesaikan masalah serta mampu berkomunikasi secara interpersonal dengan bawahan.
DAFTAR PUSTAKA A.F. Chalmers, Apa itu yang dimaksud ilmu?: Suatu Penilaian tentang watak dan status ilmu serta metodenya, Terj. Hasta Mitra (Jakrta: Hasta Mitra, 1983). Abdul Munir Mulkan, Paradigma Intlektual Muslim, Pengantar Filsafat Islam dan Da’wah (Yogyakarta: SIPRESS, 1993). 152
Modernisasi Sistem Manajemen dan Kurikulum (Ali Jadid)
Abdurrahaman Mas’ud, Dinamika Pesantren dan Madrasah (Yogyakarta: Pusataka Pelajar, 2002) Abdurrahman Wahid, Menggerakan Tradisi: Esai-Esai Pesantren (Yogyakarta: LkiS, 2007). Abdurrahman Wahid, Prolog: Pondok Pesantren Masa Depan: Wacana Pemberdayaan dan Transformasi Pesantren, Ed. Marzuki Wahid (Bandung: Pustaka Hidayah, 1999). Abudin Nata, Islamic Studies Pendekatan Integratif-Interkonektif (Yogyakarta: pustaka pelajar, 2012). Ahmad Mutohar dan Nurul Anam, Manifesto Modernisasi Pendidikan Islam dan Pesantren (Jember: Pustaka Pelajar, 2013). Alwasilah, A. C, Pokoknya Kualitatif Dasar-Dasar Merancang dan Melakukan Penelitian Kualitatif, (Bandung: Pustaka jaya, 2008). Amin Haedar dalam Jurnal Pondok Pesantren Mihrab, Vol. II No. 1 Juli 2007. Dadang Mustajab, Membangun Pendidikan Pesantren Berbasis Sains dan Teknologi: Pencarian Eksisitensi Pesantren di Era Globalisasi (Draf Buku yang diterbitkan, 2007). DEPDIKNAS, Kamus Besar Hamdan Fahran dan Syarifuddin, Titik Tengkar Pesantren : Resolusi Konflik Masyarakat Pesantren (Yogyakarta:Pilar Religia, 2005). Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan (Jakarta: Bulan Bintang, 1991). http://id.wikipedia.org/wiki/modernisasi dilihat pada tanggal 21 Mei 2015. Husni Rahim, Arah Baru Pendidikan Islam di Indonesia (Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, 2001). Jam’an Satori, Aan Komariah, Metodologi Peneliitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta. 2012). Jane Richie dalam Lexy J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013). Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1988). Karel A Steenbrink, Pesantren, Madrasah, Sekolah-Sekolah Pendidikan Islam dalam Kurun Modern (Jakarta: LP3ES, 1986). Kuntowijoyo, Paradigma Islam Interpertasi Untuk Aksi (Bandung:Mizan, 1998) Lexy J. Moleong , Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosada Karya. 1990). Lincoln, Y. S & Guba, E. G. naturaistik Inquiri ,(London: Sage Publication, Bavery Hills, 1985). M. Sulton Masyihud dan Moh. Khusnurridho, Manajemen Pondok Pesantren (Jakarta: Diva Pustaka, 2003). Marzuki Wahid, dkk. (Bandung: Pustaka Hidayah, 1999). 153
Jurnal Penelitian Keislaman, Vol. 12, No. 2, Juli 2016: 141-154
Moh. Kasiram, Metodologi Penelitian, (Malang: UIN-Maliki Press.2010). Muhammad Kamal Hasan, Modernisasi Indonesia: Respon Cendikiawan Muslim (Surabaya: PT. Bina Ilmu Offset, 1987). Muhammad Taufiq, Studi Interdisipliner Pemikiran Pendidikan Islam (Mataram: LKIM, 2007). Mujamil Qomar, Pemikiran Pengemban an Pendidikan Islam, Tulungagung, (Tulungagung pers, 2013). Mustofa Rahman, “Manajemen Pendidikan Pesantren”, dalama Ismail SM., Nurul Huda dan Abdul Khalik (Eds), Dinamika Pesantren dan Madrasah. Mustofa Rahman, “Menggugat Manajemen Pendidikan Pesantren “ dalam Ismail SM., Nurul Huda dan Abdul Khaliq (eds), Dinamika Pesantren dan Madrasah (Yogyakarta: Kerjasama Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang dengan Pustaka Pelajar, 2002). Mustofa Rembangy, Pendidikan Islam Dalam Formasi Sosial Globalisasi: Sebuah Refleksi
Kritis dan Pencarian Format, dalam Buku , pendidikan Islam dan Tantangan Globalisasi: Buah Pemikiran Tentang Filsafat, Politik, Ekonomi, Sosial, dan Budaya, Ed. Imam Mahali dan Mustofa (Yogyakarta: PRESMA Fak. Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga, 2004). Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam ( Jakarta: Bumi Aksara, 2003). Nurcholis Madjid, Bilik-Bilik Pesantren Sebuah Potret Perjalanan (Jakarta: Paramadina, 1997). Omar Muhammad Al- Tommy Al-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam, Alih Bahasa Hasan Langulung (Jakarta: Bulan Bintang, 1979). R. Eko Indrajit dan R. Djokopranoto. Manajemen Perguruan Tinggi Moderen, (Jakarta, Andi Press 2006). Robert K. Yin, Studi Kasus (Desain dan Metode), (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006). Rofik, S. Pemberdayaan Pesantren, Menuju Kemandirian dan Profesionalisme Santri dengan Metode Dauroh Kebudayaan (Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2005). Sanafiah Faisal dalam Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2013). Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2013), hlm. 378. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006). Suwadi, Demokratisai Pendidikan Dalam Pengajaran Pragmatik Sastra Menjadi Sebagai Wahana Pencipta Masyarakat Madani, (Cakrawala Pendidikan edisi Khusus, Mei, 1999). Takdir Alisyahbana, Pemikiran Islam dalam Menghadapi Globalisasi dan Usaha Masa Depan Ummat Manusia (Jakarta: Dian Rakyat, 1992). Tim Bina Pesantren, Ekslopedi Pesantren, Majalah Bina Pesantren, (Edisi 02, November 2000). Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren dan Pandangan Hidup Kyai di Jawa.
154