H. Nujumuddin & Muammad PEMBINAAN PROGRAM KEGIATAN REMAJA MASJID BERBASIS DINIYAH DI DESA BILELANDO KECAMATAN PRAYA TIMUR KABUPATEN LOMBOK TENGAH H. Nujumuddin & Muammar1 Abstrak: Pulau Lombok dikenal sebagai pulau seribu masjid. Hal ini dikarenakan oleh banyak masjid yang didirikan oleh masyarakat di Pulau Lombok. Keberadaan masjid menjadi simbol kekompokan dan persatuan masyarakat di Pulau Lombok. Bahkan, masjid menjadi wujud ketaatan masyarakat di Pulau Lombok yang muslim kepada Tuhan Yang Maha Esa. Masjid membutuhkan peranserta masyarakat dalam mengurus dan memajukan kegiatan-kegiatan masjid. Masjid tidak hanya sebagai tempat ibadah seperti salat, melainkan bisa juga dijadikan sebagai tempat belajar ilmu-ilmu agama yang lebih luas. Agar peranan ini dapat diwujudkan secara konkret dalam pengembangan umat, perlu dibentuk kepengurusan masjid dan remaja masjid, terlebih lagi dewan masjid pada tingkat nasional. Kehadiran remaja masjid juga memberikan efek positif bagi pengembangan kualitas keagamaan para remaja. Jika dalam program kegiatan remaja masjid dipenuhi dengan kegiatan-kegiatan agama yang relevan dengan kehidupan sehari-hari, seperti kajian Al-Qur’an dan Al-hadits, kitab-kitab fiqih, akidah akhlak, bahasa Arab, praktik ibadah, dan sebagainya. Dalam konteks demikian, melalui wadah masjid, remaja masjid memiliki peran dan posisi strategis guna mengawal golongan generasai muda untuk melewati masa peralihannya yang penuh gejolak dengan baik. Dalam organisasi ini, para remaja Islam dibina dan dibentuk karakter kepribadian dan kecerdasannya sehingga kelak mampu menjalani kehidupan yang lebih islami. Oleh karena itu, pengabdian ini difokuskan mengenai, “Pembinaan Program Remaja Masjid Berbasis Diniyah di Desa Bilelando Kecamatan Praya Timur Kabupaten Lombok Tengah.” Pembinaan ini difokuskan pada program kegiatan remaja masjid berbasis diniyah dengan tujuan untuk melakukan fasilitasi dan pendampingan dalam meningkatkan pemahaman remaja masjid tentang peran dan fungsi strategisnya secara luas-kontekstual, mendalam dan menyeluruh dalam peningkatan religiusitas remaja di Desa Bilelando.
Kata Kunci: remaja masjid, diniyah
Penulis adalah Dosen Tetap Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Mataram 1
Jurnal Transformasi P2M IAIN Mataram
35
Transformasi, Volume 11, Nomor 1, Januari-Juni 2015 LATAR BELAKANG Pulau Lombok dikenal sebagai pulau seribu masjid. Hal ini dikarenakan oleh banyak masjid yang didirikan oleh masyarakat di Pulau Lombok. Jika ditelusuri keberadaan masjid di Pulau Lombok, ditemukan beberapa masjid pada satu kelompok tertentu. Dalam satu kelompok atau dusun, terdapat satu atau dua masjid. Jika dijumlahkan, misalnya satu dusun terdapat satu masjid, akan terdapat sepuluh masjid dalam satu desa jika desa tersebut memiliki sepuluh dusun. Keberadaan masjid menjadi simbol kekompokan dan persatuan masyarakat di Pulau Lombok. Bahkan, masjid menjadi wujud ketaatan masyarakat di Pulau Lombok yang muslim kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sebagai simbol persatuan, masjid selalu dijadikan sebagai wadah berkumpul dan bermusyawarah untuk mencapai mufakat, sedangkan sebagai wujud ketaatan kepada-Nya, masjid selalu dijadikan sebagai tempat beribadah. Hal ini senada dengan pernyataan Rudhy Suharto yang mengatakan bahwa masjid dijadikan sebagai salah satu penyangga dan jangkar sistem sosial Islam dalam membangun religiusitas masyarakat Islam.2 Masjid sebagai penyangga dan jangkar sistem sosial Islam tidak akan berjalan baik jika tidak ada yang mengurus. Artinya, masjid membutuhkan peranserta masyarakat dalam mengurus dan memajukan kegiatan-kegiatan masjid. Masjid tidak hanya sebagai tempat ibadah seperti salat, melainkan bisa juga dijadikan sebagai tempat belajar ilmuilmu agama yang lebih luas. Agar peranan ini dapat diwujudkan secara konkret dalam pengembangan umat, perlu dibentuk kepengurusan masjid dan remaja masjid, terlebih lagi dewan masjid pada tingkat nasional. Salah satu peranserta yang sangat diharapkan dengan keberadaan masjid ini adalah kehadiran remaja masjid. Kehadiran remaja masjid diharapkan dapat menjadi instrumen dan wadah internaliasi nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari bagi para remaja muslim sebagai generasi berikutnya. Kehadiran remaja masjid juga memberikan efek positif bagi pengembangan kualitas keagamaan para remaja jika dalam program kegiatan remaja masjid dipenuhi dengan kegiatan-kegiatan agama yang relevan dengan kehidupan sehari-hari, seperti kajian alQur’an dan hadits, kitab-kitab fiqih, akidah akhlak, bahasa Arab, praktik ibadah, dan sebagainya. Namun, sejalan dengan perkembangan dan kemajuan teknologi saat ini, harapan terhadap kehadiran remaja mengalami tantangan yang semakin besar. Hal ini berimplikasi terhadap pergeseran nilai-nilai yang ada pada diri remaja secara luas, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Abdurrahman Muchtar, Organisasi, Administrasi, dan Manajemen Masjid: dalam Panduan Pengelolaan Masjid, (Jakarta: Intermasa, 2007), h.15. 2
36
Jurnal Transformasi P2M IAIN Mataram
H. Nujumuddin & Muammad Kehidupan global dengan budaya serba digital dan android saat ini telah memberi akses kemudahan bagi para remaja untuk melakukan kontak ataupun kerjasama yang membuat tertarik minat dan perhatiannya. Dampaknya, nilai-nilai agama dan nilai-nilai konvensional yang menjadi ciri khas masyarakat pedesaan, perlahan namun pasti tergantikan oleh nilai-nilai kapitalisme dan liberal dalam berpikir dan berperilaku. Para remaja menjadi acuh tak acuh terhadap nilai-nilai agama. Menurut analisis Ahmad Yani, tantangan para remaja di atas sejajar dengan perkembangan masa remaja yang sering disebut sebagai masa transisi atau peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa, yang secara psikologis dikenal sebagai tahapan paling rawan dalam kehidupan setiap manusia. Pada masa ini, seiring dengan perkembangan mental dan jiwanya, umumnya mereka cenderung bebas, kurang menyukai formalitas, suka berfoya-foya, dan cenderung membantah.3 Dalam konteks demikian, melalui wadah masjid, remaja masjid memiliki peran dan posisi strategis guna mengawal golongan generasai muda untuk melewati masa peralihannya yang penuh gejolak dengan baik. Dalam organisasi ini, para remaja Islam dibina dan dibentuk karakter kepribadian dan kecerdasannya sehingga kelak mampu menjalani kehidupan yang lebih islami. Pentingnya remaja masjid dalam membangun religiusitas remaja semakin dirasakan ketika mengamati realitas keberagamaan masyarakat di Desa Bilelando. Masyarakat di Desa Bilelando sesungguhnya dikenal sebagai masyarakat yang memiliki religiusitas yang tinggi. Dilihat dari keberadaan masjid dan mushalla, di Desa Bilelando terdapat 9 masjid dan 3 musalla. Keberadaan 9 masjid dan 3 mushalla ini diperkuat dengan adanya pengurus atau ketua remaja masjid. Hal ini dapat diprediksi bahwa berbagai kegiatan keagamaan dalam bentuk majlis taklim dan aktivitas keagamaan lainnya secara rutin diadakan di masjid dan mushalla. Bahkan, peringatan hari-hari besar keagamaan selalu diperingati dengan meriah. Namun, sejalan dengan mobilitas mayarakatnya yang cenderung semakin modern, religiusitas tersebut cenderung mengalami pergeseran. Kondisi ini nampak dari kehidupan remaja di desa ini, ikatan dan atribut keagamaan yang dulu dibanggakan, kini mulai diabaikan dan dilalaikan. Bahkan, dipandang kuno dan terbelakang. Pola interaksi antara orang tua dan anak dalam kehidupan sehari-hari tidak lagi dibangun atas dasar nilai-nilai agama. Artinya, kegiatan keagamaan yang digerakkan oleh remaja perlahan mulai ditinggalkan. Terlebih lagi, berbagai majlis taklim
Ahmad Yani, Pembinaan Remaja Masjid: dalam Panduan Mengelola Masjid Sebagai Pusat Kegiatan Umat, (Jakarta: Pustaka Intermasa, 2007), 253 3
Jurnal Transformasi P2M IAIN Mataram
37
Transformasi, Volume 11, Nomor 1, Januari-Juni 2015 dan pengajian ditinggalkan oleh para orang tua yang seharusnya menjadi teladan bagi anak-anaknya. Bila kondisi di atas dibaikan, hal tersebut berarti keberadaan masjid sebagai simbol ketaatan kepada-Nya akan hilang bagi generasi masa depan. Dalam kondisi ini, kehadiran organisasi seperti remaja masjid perlu diperhatikan dengan baik. Organisasi remaja masjid memiliki posisi strategis sebagai wadah untuk melakukan pendampingan yang terencana dalam meningkatkan religiusitas remaja dan sekaligus menjadikan masjid sebagai sentral pengembangan remaja di Desa Bilelando. Atau dengan kata lain, masjid dapat dijadikan sebagai madrasah diniyah bagi para remaja di Desa Bilelalondo. Dengan demikian, pengurus remaja masjid dapat mengembangkan generasi remajanya lebih baik lagi dengan berbagai kegiatan keagamaan yang dapat dikembangkan melalui diniyah. Berdasarkan uraian di atas, hal inilah yang menarik dan perlu dikaji lebih mendalam. Oleh karena itu, pengabdian ini difokuskan mengenai, “Pembinaan Program Remaja Masjid Berbasis Diniyah di Desa Bilelando Kecamatan Praya Timur Kabupaten Lombok Tengah.” Pembinaan ini difokuskan pada program kegiatan remaja masjid berbasis diniyah dengan tujuan untuk melakukan fasilitasi dan pendampingan dalam meningkatkan pemahaman remaja masjid tentang peran dan fungsi strategisnya secara luas-kontekstual, mendalam dan menyeluruh dalam peningkatan religiusitas remaja di Desa Bilelando. Selain itu, para pengurus remaja masjid difasilitasi dan dibina juga terkait peran dan fungsi masjid yang lebih luas, dalam hal ini sebagai lembaga diniyah dalam meningkatkan religiusitas remaja di Desa Bilelando. KEBERADAAN REMAJA MASJIDNYA 1. Sekilas Keberadaan Remaja Masjid di Desa Bilelando Desa Bilelando sesungguhnya dikenal sebagai masyarakat yang memiliki religiusitas yang tinggi. Desa ini memiliki 12 sarana peribadahan. Dari 12 sarana peribadahan ini, terdapat 9 masjid dan terdapat 3 mushalla. Berdasarkan hasil observasi di lapangan, dari 12 sarana peribadahan tersebut, tiap-tiap sarana peribadahan memiliki pengurus atau remaja masjid. Hal ini membuktikan bahwa keberadaan 12 sarana peribadahan ini menjadi tolak ukur ketaatan masyarakatnya dalam menjalankan berbagai kegiatan keagamaan. Untuk lebih jelasnya, berikut ditampilkan 12 sarana peribadahan di Desa Bilelando lengkap dengan ketua remajanya.4
4
38
Ibid, 7.
Jurnal Transformasi P2M IAIN Mataram
H. Nujumuddin & Muammad Tabel 1. Sarana Peribadahan di Desa Bilelando No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Nama Masjid/Mushalla Masjid Nurul Iman Masjid Nurul Yaqin Masjid Nurul Taubah Masjid Nurul Islam Masjid Nurul Huda Masjid Al-Khaeriyah Masjid Nurhajjat Masjid Nurul Jannah Masjid Al-Ikhsan Mushalla Saidul Fatimah Mushalla Sabil Mutaqin Mushalla Baburrahman
Ukuran/ Luas (M) 15x15 10x8 11x11 10x10 9x12 12x12 8x12 8x8 11x13 7x5
Muniri, S.Pd. Juadi, A.Ma. Ramayadi, A.Ma. Buhrirahman Amaq Iskandar Jumalim Idris Amaq Jumawan Alamsyah, S.Pd.I. Juhaidil Fitriadi Pilihardi
Bilelando Wise Bulur Mayung Sentalang Kemalikaran Gunung Buntak Kelanjuh Aur Manis Kelongkong Parak Boloq
5x6
Amaq Masturiadi
Beremong
6x8
Ibrahim
Aur Manis
Ketua Remaja Masjid
Alamat
Berdasarkan tabel 1 di atas dapat dipahami bahwa berbagai kegiatan keagamaan dalam bentuk majlis taklim dan aktivitas keagamaan lainnya secara rutin diadakan di masjid dan mushalla. Bahkan, peringatan hari-hari besar keagamaan diperingati dengan meriah. KAJIAN TEORITIS 1. Makna dan Kedudukan Remaja Masjid Sebagaimana sudah dipahami, jamaah masjid terdiri atas kanakkanak, anak anak, remaja, orang dewasa sampai orang tua, laki-laki maupun perempuan. Remaja masjid adalah jamaah yang dikategorikan berusia remaja dan pemuda, usianya antara 13-30 tahun.5 Remaja masjid adalah wadah kerja sama yang dilakukan oleh dua orang remaja muslim atau lebih yang memiliki keterkaitan dengan masjid untuk mencapai tujuan bersama.6 Secara organisasi, remaja masjid berada dibawh organisasi kepengurusan masjid. Secara operasional sehari-hari, pembinaan atau pengawasanya menjadi tanggung jawab bidang/pembinaan remaja dan pemuda masjid. Kendati demikian, tugas struktural tetap diberi kewenangan oleh pengurus masjid sehingga wadah ini menjadi semi otonom dari kepengurusan masjid. Ahmad Yani, Pembinaan Remaja Masjid.... (Jakarta: Pustaka Intermasa, 2007), 245. Irma Baitul Makmur, “Pengertian Ikatan Remaja Masjid” dalam http://irmabaitulmakmursemarang.blogspot.com/2013/02/pengertian-ikatan-remajamasjid-irma.html, diambil Tanggal 07 September 2014 Pukul 16.00 Wita. 5 6
Jurnal Transformasi P2M IAIN Mataram
39
Transformasi, Volume 11, Nomor 1, Januari-Juni 2015 Dengan setatusnya yang seperti itu, organisasi remaja masjid dapat mengembangkan sendiri kegiatan yang sesuai jiwa remajanya, dengan tetap berpijak pada nilai-nilai kemasjidan. Hal ini ditandai dengan dimilikinya peraturan dasar dan peraturan rumah tangga yang dijadikan pedoman dan aturan main jalanya roda organisasi. Dari sini oganisasi remaja masjid memang harus dilibatkan dalam kegiatan masjid pada roda organisasi. Bahkan, seyogianya dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh pengurus masjid. Bagi masjid sendiri, keberadaan organisasi remaja masjid sejatinya juga penting dalam mendukung tercapainya kemakmuran masjid yang dicita-citakan. Pasalnya, kendati tanpa remaja kegiatan masjid tetap bisa berjalan, namun secara jangka panjang tidak ada jaminan hal tersebut akan terus berlangsung, bahkan menjadi lebih baik dan bermutu. Bagaimanapun, keadaan masjid pada sepuluh, dua puluh, atau tiga puluh tahun mendatang, salah satu tolak ukurnya adalah bagaimana kondisi remajanya pada masa sekarang. Bila tidak ada pembinaan dan proses pengkaderan yang struktur, berjenjang dan berkesinambungan sejak dini, bias dipastikan masa depan masjid bersangkutan akan suram. Hal demikian kiranya masih kurang dipahami oleh sementara kalangan pemimpin masjid. Tidak heran, walaupun terdapat organisasi remaja masjid, proses awal pembentukanya tidak melibatka kalangan remaja secara aktif dan luas. Sementara, dalam praktiknya pun organisasi ini hanya ditempatkan sekedar sebagai “pelengkap pembina” yang sewaktu-waktu dapat dimobilisasi atau digerakan oleh kalangan tua untuk membantu dalam penyelenggaraan PHBI dan kerja bakti di masjid. 2. Tinjauan tentang Diniyah a. Pengertian dan Lahirnya Madrasah Diniyah Madrasah diniyah adalah salah satu lembaga pendidikan keagamaan pada jalur luar sekolah yang diharapkan mampu secara menerus memberikan pendidikan agama Islam kepada anak didik yang tidak terpenuhi pada jalur sekolah yang diberikan melalui sistem klasikal serta menerapkan jenjang pendidikan yaitu: Madrasah Diniyah Awaliyah, dalam menyelenggarakan pendidikan agama Islam tingkat dasar selama selama 4 (empat) tahun dan jumlah jam belajar 18 jam pelajaran seminggu, Madrasah Diniyah Wustho, dalam menyelenggarakan pendidikan agama Islam tingkat menengah pertama sebagai pengembangan pengetahuan yang diperoleh pada Madrasah Diniyah Awaliyah, masa belajar selama selama 2 (dua) tahun dengan jumlah jam belajar 18 jam pelajaran seminggu dan Madrasah Diniyah Ulya, 40
Jurnal Transformasi P2M IAIN Mataram
H. Nujumuddin & Muammad dalam menyelenggarakan pendidikan agama Islam tingkat menengah atas dengan melanjutkan dan mengembangkan pendidikan Madrasah Diniyah Wustho, masa belajar 2 (dua) tahun dengan jumlah jam belajar 18 jam per minggu.7 Madrasah diniyah dilihat dari stuktur Bahasa Arab berasal dari dua kata madrasah dan al-din. Kata madrasah dijadikan nama tempat dari asal kata darosa yang berarti belajar. Jadi, madrasah mempunyai makna arti belajar, sedangkan al-din dimaknai dengan makna keagamaan. Dari dua stuktur kata yang dijadikan satu tersebut, madrasah diniyah berarti tempat belajar masalah keagamaan, dalam hal ini agama Islam.8 Kesadaran Masyarakat Islam akan pentingnya Pendidikan Agama telah membawa kepada arah pembaharuan dalam pendidikan. Salah satu Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia ditandai dengan lahirnya beberapa madrasah diniyah, seperti madrasah diniyah (Diniyah School) yang didirikan oleh Zainuddin Labai al Yunusi tahun 1915 dan Madrasah Diniyah Putri yang didirikan oleh Rangkayo Rahmah El Yunusiah tahun 1923. Dalam sejarah, keberadaaan madrasah diniyah di awali lahirnya madrasah awaliyah telah hadir pada masa Penjajahan Jepang dengan pengembangan secara luas. Majelis tinggi Islam menjadi penggagas sekaligus penggerak utama berdirinya madrasahmadrasah awaliyah yang diperuntukkan bagi anak-anak berusia minimal 7 tahun. Program Madrasah Awaliyah ini lebih ditekankan pada pembinaan keagamaan yang diselenggarakan sore hari.9 Berdasarkan Undang-undang Pendidikan dan Peraturan Pemerintah, Madrasah Diniyah adalah bagian terpadu dari pendidikan nasional untuk memenuhi Permintaan masyarakat tentang pendidikan agama. Madrasah Diniyah termasuk ke dalam pendidikan yang dilembagakan dan bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik dalam penguasaan terhadap pengetahuan agama Islam.10 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang ditindaklanjuti dengan disyahkannya PP No. 55 Tahun 2007 tentang pendidikan agama dan keagamaan memang menjadi babak baru bagi dunia pendidikan agama dan 7 Nurul Jadid “Peran Madrasah Diniyah Takmiliyah di Tengah Era Globalisasi: Tantangan dan Peluang” dalam http://nuruljadidpaniisan.blogspot.com/2013/10/ peran-madrasah-diniyah-takmiliyah-di.html diambil Tanggal 07 September 2014 Pukul 16.30 Wita. 8 Ibid 9 Ibid 10 Ibid
Jurnal Transformasi P2M IAIN Mataram
41
Transformasi, Volume 11, Nomor 1, Januari-Juni 2015 keagamaan di Indonesia. Karena itu berarti negara telah menyadari keanekaragaman model dan bentuk pendidikan yang ada di Indonesia. Keberadaan peraturan perundangan tersebut telah menjadi ”tongkat penopang” bagi madrasah diniyah yang sedang mengalami krisis identitas. Karena selama ini, penyelenggaraan pendidikan diniyah ini tidak banyak diketahui bagaimana pola pengelolaannya. Tapi karakteristiknya yang khas menjadikan pendidikan ini layak untuk dimunculkan dan dipertahankan eksistensinya.11 Sebagian Madrasah Diniyah khususnya yang didirikan oleh organisasi-organisasi Islam, memakai nama Sekolah Islam, Islamic School, Norma Islam dan sebagainya. Setelah Indonesia merdeka dan berdiri Departemen Agama yang tugas utamanya mengurusi pelayanan keagamaan termasuk pembinaan lembaga-lembaga pendidikan agama, maka penyelenggaraan Madrasah Diniyah mendapat bimbingan dan bantuan Departemen Agama.12 Dalam perkembangannya, Madrasah Diniyah yang didalamnya terdapat sejumlah mata pelajaran umum disebut Madrasah lbtidaiyah. sedangkan Madrasah Diniyah khusus untuk pelajaran agama. Seiring dengan munculnya ide-ide pembaruan pendidikan agama, Madrasah Diniyah pun ikut serta melakukan pembaharuan dari dalam. Beberapa organisasi penyelenggaraan Madrasah Diniyah melakukan modifikasi kurikulum yang dikeluarkan Departemen Agama, namun disesuaikan dengan kondisi lingkungannya, sedangkan sebagian Madrasah Diniyah menggunakan kurikulum sendiri menurut kemampuan dan persepsinya masing-masing.13 b. Ciri-ciri Madrasah Diniyah Dengan meninjau secara pertumbuhan dan banyaknya aktifitas yang diselenggarakan sub-sistem Madrasah Diniyah, dapat dikatakan ciri-ciri ekstrakurikuler Madrasah Diniyah adalah sebagai berikut: 1) Madrasah Diniyah merupakan pelengkap dari pendidikan formal. 2) Madrasah Diniyah merupakan spesifikasi sesuai dengan kebutuhan dan tidak memerlukan syarat yang ketat serta dapat diselenggarakan dimana saja.
Ibid Ibid 13 Ibid 11 12
42
Jurnal Transformasi P2M IAIN Mataram
H. Nujumuddin & Muammad 3) Madrasah Diniyah tidak dibagi atas jenjang atau kelas-kelas secara ketat. 4) Madrasah Diniyah dalam materinya bersifat praktis dan khusus. 5) Madrasah Diniyah waktunya relatif singkat.14 c. Kurikulum yang Digunakan Madrasah Diniayah Berdasarkan Undang-undang Pendidikan dan Peraturan pemerintah Nomor 73 Madrasah Diniyah adalah bagian terpadu dari sistem pendidikan nasional yang diselenggarakan pada jalur pendidikan luar sekolah untuk memenuhi hasrat masyarakat tentang pendidikan agama. Madarsah Diniyah termasuk kelompok pendidikan keagamaan jalur luar sekolah yang dilembagakan dan bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik menguasai pengetahuan agama Islam, yang dibina oleh Menteri Agama.15 Oleh karena itu, Menteri Agama dan Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam menetapkan Kurikulum Madrasah Diniyah dalam rangka membantu masyarakat mencapai tujuan pendidikan yang terarah, sistematis dan terstruktur. Meskipun demikian, masyarakat tetap memiliki keleluasaan untuk mengembangkan isi pendidikan, pendekatan dan muatan kurikulum sesuai dengan kebutuhan dan lingkungan madrasah. Madrasah diniyah mempunyai tiga tingkatan yakni: Diniyah Awaliyah, Diniyah Wustha dan Diniyah Ulya. Madrasah Diniah Awaliyah berlangsung 4 tahun (4 tingkatan), dan Wustha 2 tahun (2 tingkatan). Input Siswa Madrasah Diniyah Awaliyah diasumsikan adalah siswa yang berasal dari sekolah Dasar dan SMP serta SMU. Sebagai bagian dari pendidikan luar sekolah, Madrasah Diniyah bertujuan: 1) Melayani warga belajar dapat tumbuh dan berkembangn sedini mungkin dan sepanjang hayatnya guna meningkatkan martabat dan mutu kehidupanya. 2) Membina warga belajar agar memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap mental yang diperluakan untuk mengembangkan diri, bekerja mencari nafkah atau melanjutkan ketingkat dan /atau jenjang yang lebih tinggi 3) Memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang tidak dapat dipenuhi dalam jalur pendidikan sekolah 4) Untuk menumbuh kembangkan ciri madrasah sebagai satuan pendidikan yang bernapaskan Islam, maka tujuan madrasah 14 15
Ibid Ibid
Jurnal Transformasi P2M IAIN Mataram
43
Transformasi, Volume 11, Nomor 1, Januari-Juni 2015 diniyah dilengkapi dengan “memberikan bekal kemampuan dasar dan keterampilan dibidang agama Islam untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi muslim, anggota masyarakat dan warga Negara”.16 Dalam program pengajaran ada beberapa bidang studi yang diajarkan seperti: 1) Al-Qur’an Hadits 2) Aqidah Akhlak 3) Fiqih 4) Sejarah Kebudayaan Islam 5) Bahasa Arab 6) Praktik Ibadah.17 Dalam pelajaran Qur’an-Hadits santri diarahkan kepada pemahaman dan penghayatan santri tentang isi yang terkandung dalam qur’an dan hadits. Mata pelajaran aqidah akhlak berfungsi untuk memberikan pengetahuan dan bimbingan kepada santri agar meneladani kepribadian nabi Muhammad SAW, sebagai Rasul dan hamba Allah, meyakini dan menjadikan Rukun Iman sebagai pedoman berhubungan dengan Tuhannya, sesama manusia dengan alam sekitar, Mata pelajaran Fiqih diarahkan untuk mendorong, membimbing, mengembangkan dan membina santri untuk mengetahui memahami dan menghayati syariat Islam. Sejarah Kebudayaan Islam merupakan mata pelajaran yang diharapkan dapat memperkaya pengalaman santri dengan keteladanan dari Nabi Muhammad SAW dan sahabat dan tokoh Islam. Bahasa Arab sangat penting untuk penunjang pemahaman santri terhadap ajaran agama Islam, mengembangkan ilmu pengetahuan Islam dan hubungan antar bangsa degan pendekatan komunikatif dan praktik ibadah bertujuan melaksanakan ibadah dan syariat agama Islam. Kurikulum Madrasah Diniyah pada dasarnya bersifat fleksibel dan akomodatif. Oleh karena itu, pengembangannya dapat dilakukan oleh Departemen Agama Pusat Kantor Wilayah/Depag Propinsi dan Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kotamadya atau oleh pengelola kegiatan pendidikan sendiri. Prinsip pokok untuk mengembangkan tersebut ialah tidak menyalahi aturan perundang-undangan yang berlaku tentang pendidikan secara umum, peraturan pemerintah, keputusan Menteri Agama dan kebijakan lainnya yang berkaitan dengan penyelenggaraan madrasah diniyah. 16 17
44
Ibid Ibid
Jurnal Transformasi P2M IAIN Mataram
H. Nujumuddin & Muammad 3. Pembinaan Program Remaja Masjid Berbasis Diniyah Kegiatan remaja masjid tidak hanya sebatas kegiatan hari besar agama Islam seperti peringatan maulid, Hari Raya Idul Fitri dan Adha, Tahun Baru Islam, dan sebagainya. Jika demikian bentuk kegiatan remaja masjid, dapat dikatakan bahwa keberadaan remaja masjid belum maksimal dan perlu pembinaan. Pembinaan program remaja masjid akan lebih baik jika dikaitkan dengan masalah agama atau diniyah. Hal ini berarti bahwa program remaja masjid tidak sebatas memperingati hari besar Islam saja, melainkan bisa dikembangkan lebih luas lagi dalam mengajarkan dan membelajarkan materi-materi agama seperti al-Qur’an-Hadits, Akidah Akhlak, Fiqih, Sejarah Kebudayaan Islam, Bahasa Arab, dan Praktik-Praktik Ibadah. Untuk materi al-Qur’an-Hadits, para remaja diarahkan pada pemahaman dan penghayatan isi yang terkandung dalam al-Qur’an dan Hadits. Materi Aqidah Akhlak berfungsi untuk memberikan pengetahuan dan bimbingan kepada para remaja agar meneladani kepribadian Nabi Muhammad SAW, sebagai Rasul dan hamba Allah, meyakini dan menjadikan Rukun Iman sebagai pedoman berhubungan dengan Tuhannya, sesama manusia dengan alam sekitar, Materi Fiqih diarahkan untuk mendorong, membimbing, mengembangkan dan membina para remaja untuk mengetahui memahami dan menghayati syariat Islam. Materi Sejarah Kebudayaan Islam diharapkan dapat memperkaya pengalaman para remaja dengan keteladanan dari Nabi Muhammad SAW dan sahabat dan tokoh Islam. Bahasa Arab sangat penting untuk penunjang pemahaman para remaja terhadap ajaran agama Islam, mengembangkan ilmu pengetahuan Islam dan hubungan antar bangsa degan pendekatan komunikatif, dan praktik ibadah bertujuan melaksanakan ibadah dan syariat agama Islam. Dengan demikian, eksistensi remaja masjid diharapkan akan memiliki peran yang lebih luas dan kontekstual, yaitu tidak hanya sebatas perayaan kegiatan keagamaan pada waktu-waktu tertentu yang bersifat rutin, melainkan memiliki responsibilitas, kemampuan merencanakan dan merumuskan program kegiatan sesuai dengan realitas keagamaan remaja yang berbasis diniyah. Untuk itu, pembinaan berbagai program remaja masjid berbasis diniyah seperti yang dijelaskan di atas, dapat dirumuskan secara operasional dan dilaksanakan untuk menningkatkan religiusitas remaja tersebut. Melalui pembinaan program kegiatan remaja masjid berbasis diniyah ini, diharapkan akan melahirkan sebuah keadaan remaja masjid yang memiliki kemampuan dalam memelihara dan mengembangan
Jurnal Transformasi P2M IAIN Mataram
45
Transformasi, Volume 11, Nomor 1, Januari-Juni 2015 keberagamaan remaja di tengah desakan arus globalisasi dan modernisasi yang merambah masyarakat dan remaja di pedesaan BENTUK KEGIATAN Kegiatan ini dilaksanakan dalam bentuk workshop atau pelatihan ketua dan sekretaris remaja masjid dan mushalla di Desa Bilelando. Dengan adanya workshop ini ketua dan sekretaris remaja masjid diharapkan dapat merencanakan dan merumuskan sendiri program kegiatan remaja masjid berbasis diniyah di lokasi masjid masing-masing. SASARAN Kegiatan ini merupakan Program Desa Binaan di Desa Bilelando. Sasaran utama dari program ini adalah para ketua dan sekretaris remaja masjid dan mushalla di Desa Bilelando. Kegiatan ini diarahkan untuk para ketua dan sekretaris remaja masjid dan mushalla. Namun, berdasarkan kesepakatan tim pelaksana, kegiatan ini ada baiknya diberikan juga kepada aparat desa, para kadus, tokoh agama dan tokoh masyarakat agar mereka juga dapat berkontribusi penuh terhadap pelaksanaan program remaja masjid berbasis diniyah di masa yang akan datang. PELAKSANAAN PROGRAM Setelah semua rencana disiapkan dengan baik, kegiatan workshop ini dinyatakan siap untuk dilaksanakan. Pelaksanaan kegiatan workshop ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Pembinaan Pertama Kegiatan workshop pertama ini dilaksanakan pada hari Rabu, 03 September 2014 di Kantor Desa Bilelando. Pada sesi ini tim pelaksana menyidiakan waktu 90 menit dari pukul 09.00-10.30 Wita. Kegiatan ini bertujuan untuk berbagi informasi dan meningkatkan pengetahuan serta kemampuan para peserta workshop dalam meningkatkan program remaja masjid berbasis diniyah. Selanjutnya, para peserta diarahkan untuk melihat contohcontoh berupa gambar terkait Program Remaja Masjid Berbasis Diniyah. Dalam kegiatan ini, tim pelaksana mula-mula memberikan contoh pembelajaran al-Qur’an dan Hadits dan dilanjutkan dengan pembelajaran Fiqih, dan seterusnya. Hal ini dimaksudkan agar para peserta lebih mudah memahami program-program remaja masjid berbasis diniyah. Setelah semuanya jelas, para peserta diminta untuk memperhatikan contoh program yang telah disediakan. Banyak hal yang diungkap pada sesi ini. Para peserta yang belum tahu dan belum paham bertanya secara detail. Menurut mereka kegiatan ini baru dan tidak menyangka dapat mengembangkan program remaja masjid 46
Jurnal Transformasi P2M IAIN Mataram
H. Nujumuddin & Muammad dengan membelajarkan materi-materi agama lain. Dalam pikirin mereka, selama ini materi yang dibelajarkan hanya materi al-Qur’an Hadits. Selain itu, peserta juga bertanya terkait sumber daya manusia yang tidak mendukung berkaitan dengan tenaga pengajarnya. Masyarakat memahami benar bahwa selama ini putra-putri mereka disekolahkan untuk memperoleh ilmu umum saja. Namun, pada tahun berikutnya, masyarakat sudah berniat untuk menyekolahkan putra-putrinya ke pondok pesantren juga. 2. Pembinaan Kedua Kegiatan kedua dilaksanakan pada hari Rabu juga, yaitu tanggal 03 September 2014. Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari kegiatan pertama yang dilaksanakan mulai pukul 11.00-12.30 Wita. Pada pelatihan ini, para peserta dikelompokkan berdasarkan dusun masingmasing dan diarahkan untuk menyusun program remaja masjid berbasis diniyah berdasarkan ciri khas dan ketersediaan tenaga pengajar di masjid dan mushalla masing-masing. Selanjutnya, para peserta diminta berkerjasama agar lebih mudah bekerja menyusun program kegiatannya. Setelah selesai menyusun program remaja masjid berbasis diniyah, perwakilan masjid atau mushalla di dusun masing-masing diminta untuk mempresentasikannya di depan dengan membawa program yang telah dibuatnya. Setiap kelompok remaja masjid diberikan kesempatan untuk memberikan masukan kepada kelompok remaja masjid yang maju presentasi. Masukan dan saran banyak diberikan terutama terkait sumber daya manusia yang terlibat maksimal dalam program-program yang telah dibuat. Setelah selesai, tiap-tiap kelompok remaja masjid dan mushalla melakukan revisi yang didasari oleh masukan dari kelompok lain dan hasil masukan dari tim pelaksana kegiatan workshop. Waktu dan Peserta Pelaksanaan kegiatan workshop ini diadakan pada tanggal 03 September 2014 di Aula Kantor Desa Bilelando yang dikuti oleh semua ketua dan sekretaris remaja masjid yang berjumlah 24 orang, ditambah kepala desa bersama aparat desa sebanyak 10 orang, para kadus sebanyak 8 orang, tokoh agama dan tokoh masyarakat sebanyak 28 orang (nama peserta terlampir). Pelibatan semua peserta yang dimaksud di atas diharapkan dapat memiliki pemahaman dan pengalaman mengenai program remaja masjid berbasis diniyah. Di samping itu, diharapkan juga kepada kepala desa, para kadus, tokoh agama dan tokoh masyarakat dapat menjadi pendamping sekaligus Jurnal Transformasi P2M IAIN Mataram
47
Transformasi, Volume 11, Nomor 1, Januari-Juni 2015 pengawas terlaksananya program-program tersebut di masjid dan mushalla masing-masing sehingga ke depannya nanti dapat meningkatkan kualitas para remaja yang dibina melalui program remaja masjid berbasis diniyah. Hasil
Karena didukung oleh kesadaran dan keingintahuan para peserta, pelaksanaan kegiatan workshop ini berjalan kondusif, khidmat, dan penuh semangat. Kegiatan workshop ini memberikan efek positif terhadap para peserta. Efek positif tersebut dapat diuraikan berikut ini: 1) Para peserta menyadari dan memahami tentang program kegiatan remaja masjid berbasis diniyah. 2) Para peserta dapat menyusun dan menentukan sendiri program kegiatan remaja masjid berbasis diniyah berdasarkan ciri khas dan ketersediaan tenaga pengajar di masjid dan mushalla masingmasing. 3) Para peserta dapat bekerja sama dan bertukar pikiran dengan peserta yang lain terkait penyusunan program kegiatan remaja masjid berbasis diniyah. 4) Para peserta dapat melaksanakan program kegiatan remaja masjid berbasis diniyah di masjid dan mushalla masing-masing yang pada tahap awalnya dibantu juga oleh mahasiswa KKP IAIN Mataram Tahun 2014. 5) Para peserta dapat menentukan alat, bahan, dan sumber belajar yang akan digunakan ketika program kegiatan tersebut sudah berjalan. OUT PUT DAN OUT COME Dari serangkaian kegiatan sebagaimana dipaparkan di atas, secara garis besar, output yang diperoleh adalah adanya pemahaman tentang penyusunan program kegiatan remaja masjid berbasis diniyah. Selanjutnya, outcome dari kegiatan tersebut adalah adanya keinginan para peserta untuk mengembangkan lagi program kegiatan remaja masjid berbasis diniyah ke depannya yang akan disesuaikan dengan karakter di dusun masing-masing dan akan mendatangkan para tenaga pengajar di bidang agama dengan insentif cukup besar asal siap membimbing anakanak mereka. RENCANA TINDAK LANJUT Agar kegiatan workshop ini dapat diwujudkan secara nyata dan dapat memberikan kontribusi bagi peningkatan kualitas pendidikan agama, dipandang penting untuk melakukan tindak lanjut program. 48
Jurnal Transformasi P2M IAIN Mataram
H. Nujumuddin & Muammad Sesuai dengan core dari program tersebut, ada beberapa tindak lanjut yang relevan dan penting untuk dilakukan di antaranya: (1) identifikasi berbagai potensi yang dimiliki Desa Bilelando terutama terkait kegiatan remaja masjid; (2) melakukan pendampingan untuk merumuskan program unggulan berdasarkan hasil identifikasi potensi tersebut dan membuat rancangan operasional (RENOP) yang dapat dipedomani untuk mewjudkannya; (3) membangun kerjasama yang sinergis antara berbagai stakeholders dan pihak desa dalam merealisasikan berbagai program untuk meeningkatkan kualitas remaja di masa yang akan datang terutama terkait bidang agama. Berbagi program rencana tidak lanjut tersebut dapat dilakukan dengan berbagai bentuk kegiatan, baik dalam bentuk workshop, khalaqah, pelatihan, kolaborasi pendampingan di lapangan, maupun bentuk lainnya. Namun, kesinambungan program tersebut sangat ditentukan oleh program berkelanjutan dari pihak-pihak terkait, terutama IAIN Mataram melalui Program Desa Binaan. REKOMENDASI Berdasarkan pelaksanaan program di atas, ada beberapa rekomendasi yang dapat dijadikan dasar pemikiran bagi pihak-pihak terkait. Pertama, peran dan fungsi ketua dan sekretaris remaja masjid yang demikian strategis akan memiliki kontribusi bagi masyarakat jika pihakpihak terkait seperti kepala desa, aparat desa, tokoh agama, tokoh masyarakat, dan tokoh pemuda, memberikan dukungan yang positif dalam mengembangkan program kegiatan remaja masjid berbasis diniyah. Kedua, agar kegiatan workshop di atas memilki sigfikansi, Program Desa Binaan yang dilakukan IAIN Mataram melalui Lembaga Pengabdian Masyarakat harus berkelanjutan dan dapat ditingkatkan dukungan finansialnya. Ketiga, semangat pengabdian, pengembangan, dan pembinaan program kegiatan remaja masjid berbasis diniyah di Desa Bilelando yang kini baru terbangun harus dipertahankan dan ditingkatkan, melalui berbagai kegiatan improviasi berkelanjutan dan interaksi kondusif dan mutual. PENUTUP Kegiatan Pembinaan Program Kegiatan Remaja Masjid Berbasis Diniyah di Desa Bilelando Kecamatan Praya Timur Kabupaten Lombok Tengah,” terlaksana sesuai dengan harapan. Program ini telah memberikan kontribusi pada pemahaman dan pengalaman kepada para peserta dalam menyusun program kegiatan remaja masjid berbasis diniyah di Desa Bilelando. Program ini diharapkan ke depan dapat berlanjut dan memiliki signifikansi bagi peningkatan kualitas Pendidikan Agama Islam di Desa Bilelando. Jurnal Transformasi P2M IAIN Mataram
49
Transformasi, Volume 11, Nomor 1, Januari-Juni 2015 DAFTAR PUSTAKA Abdurrahman Muchtar. Organisasi, Administrasi, dan Manajemen Masjid: dalam Panduan Pengelolaan Masjid. Jakarta: Intermasa, 2007. Ahmad Yani. Pembinaan Remaja Masjid: dalam Panduan Mengelola Masjid Sebagai Pusat Kegiatan Umat. Jakarta: Pustaka Intermasa, 2007. Anonim. Profil Desa Bilelando. Desa Bilelando, 2013. Irma Baitul Makmur, “Pengertian Ikatan Remaja Masjid” dalam http://irmabaitulmakmursemarang.blogspot.com/2013/02/penge rtian-ikatan-remaja-masjid-irma.html, diambil tanggal 07 September 2014 pukul 16.00 Wita. Nurul Jadid “Peran Madrasah Diniyah Takmiliyah di Tengah Era Globalisasi: Tantangan dan Peluang” dalam http://nuruljadidpaniisan.blogspot.com/2013/10/peranmadrasah-diniyah-takmiliyah-di.html diambil tanggal 07 September 2014 pukul 16.30 Wita.
50
Jurnal Transformasi P2M IAIN Mataram