KESEIMBANGAN JANGKA PANJANG LEVERAGE DARI BANKBANK UMUM KONVENSIONAL KATEGORI BUKU 4 DI INDONESIA: STUDI KOINTEGRASI DAN PENDEKATAN VECM PERIODE 20042013 Ryan Aulia Darma, Rizky Luxianto Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia
E-‐mail:
[email protected]
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk melihat keseimbangan jangka panjang pada leverage dari bank-bank umum konvensional kategori BUKU 4 di Indonesia. Dengan menggunakan uji kointegrasi maka akan dilihat apakah rasio leverage atau komposisi utang pada bank-bank umum konvensional kategori BUKU 4 di Indonesia tetap stabil atau terdapat perubahan sebelum dan setelah adanya krisis keuangan global pada tahun 2008. Dari hasil estimasi endogenously structural break didapatkan bahwa bank meningkatkan leverage setelah terjadinya krisis keuangan global pada tahun 2008. Untuk analisis pada jangka pendek digunakan estimasi VECM dimana hasil estimasi mendapatkan bahwa tidak semua komponen utang melakukan penyesuaian ketika terjadi disequilibrium pada jangka pendek. Kata kunci: keseimbangan jangka panjang, leverage, kointegrasi, krisis keuangan
LONG RUN EQUILIBRIUM OF BUKU 4 CONVENTIONAL BANKS LEVERAGE IN INDONESIA COINTEGRATION ANALYSIS AND VECM 2004-2013. ABSTRACT The purpose of this study is to analyze long run equilibrium of banks leverage or liability shares from BUKU 4 conventional banks in Indonesia. By use of cointegration analysis this paper test whether bank leverage ratio is stable or subject to structural breaks during the financial crises in 2008. Based on the result of endogenously structural breaks, this paper concludes that banks in Indonesia add more leverage after the financial crisis in 2008. For the short run analysis, VECM estimation results suggest that not all of the component of liabilities make adjustment because of the disequilibrium in the short run. Key words: long run equilibrium, leverage, cointegration, financial crisis
PENDAHULUAN Krisis keuangan yang mulanya terjadi di Amerika Serikat pada tahun 2007-2008 adalah system wide bank run dimana hal ini terjadi dimulai bukan pada sistem bank tradisional melainkan pada securitized bank system (Gorton & Metrick, 2012). Gorton & Metrick (2012) berargumentasi bahwa krisis keuangan pada tahun 2007-2008 adalah kejadian yang sistemik dimana bank menjadi insolvent yaitu tidak mampu membayar utangnya.
Keseimbangan jangka panjang ..., Ryan Aulia Darma, FE UI, 2014
Kejadian ini dipicu oleh bank yang kegiatan utamanya adalah mengemas dan menjual kembali pinjaman (Bear Stearns, Lehman Brothers, Morgan Stanley, dan Merrill Lynch) mengalami masalah dan berdampak pada bank komersial yang kegiatan utamanya adalah memberikan pinjaman (Gorton & Metrick, 2012). Krisis keuangan ini menjadi global karena sistem keuangan sekarang sudah menjadi global dan interdependent (Kamin & DeMarco, 2012). Dengan terjadinya krisis keuangan global pada tahun 2007-2008, Koch (2014) melakukan penelitian untuk mengetahui apakah bank komersial tetap memiliki rasio leverage yang tetap pada jangka pendek maupun panjang. Koch (2014) mengatakan bahwa bank sebenarnya memiliki target rasio leverage dalam jangka panjang dengan menjaga rasio leveragenya pada jangka pendek karena harus mengikuti peraturan yang diberlakukan oleh lembaga pengawas. Dia juga menemukan bahwa dalam penelitiannya bank melakukan penyesuaian terhadap leveragenya ketika terdapat krisis keuangan yang terjadi khususnya pada bank yang systematically relevant. Pada penelitian tersebut, Koch (2014) menemukan bahwa Bank-bank komersial besar di Jerman menurunkan leveragenya mulai dari Juni 2007 sampai April 2008 untuk menurunkan risiko terhadap pasar keuangan global dan beralih dengan melakukan pendanaan dari dalam negeri. Dengan meneliti apakah bank memiliki target rasio leverage, Koch (2014) menemukan bahwa pada jangka pendek bank memang melakukan penyesuaian agar dapat memenuhi target rasio jangka panjang. Menurut Koch (2014) target rasio leverage yang dijelaskan dengan stabilnya rasio tersebut pada jangka panjang dilihat dari hubungan kointegrasi antara komponen liabilitas dan ekuitas dengan total liabilitas dan ekuitas. Dari hasil penelitiannya dengan terkointegrasinya komponen-komponen liabilitas dan ekuitas dengan total liabilitas dan ekuitas disimpulkan bahwa terdapat keseimbangan jangka panjang pada leverage bank-bank komersial besar di Jerman. Hal ini menunjukkan bahwa dengan terkointegrasinya komponen-komponen liabilitas dan ekuitas menandakan bahwa pengukuran rasio leverage baik dengan cara total utang per total liabilitas dan ekuitas serta total liabilitas dan total ekuitas per total ekuitas akan stabil karena komponen-komponen liabilitas dan ekuitas terkointegrasi. Koch (2014) menjelaskan bahwa keseimbangan jangka panjang menandakan rasio leverage yang stabil dimana keseimbangan sendiri memiliki arti yaitu stabilnya suatu sistem. Sebenarnya sangat memungkinkan untuk dapat mencapai rasio leverage yang stabil jika tidak terdapat masalah sepertiketika terjadinya krisis keuangan 2007-2008 yang membuat adanya standar baru yaitu Basel III. Di Indonesia penerapan peraturan yang memiliki tujuan yang sama dengan Basel III sudah dilakukan oleh Bank Indonesia melalui PBI no 15/ 12 /PBI/2013 mengenai Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) bank umum. Dengan keluarnya PBI no 15/ 12 /PBI/2013 yang pada
Keseimbangan jangka panjang ..., Ryan Aulia Darma, FE UI, 2014
intinya pengetatan pada capital requirement dari bank serta terjadinya krisis keuangan global 2007-2008 maka pada penelitian ini akan dilihat apakah bank-bank di Indonesia melakukan penyesuaian terhadap rasio leveragenya terutama bank-bank umum konvensional yang besar yaitu yang masuk ke dalam Bank Umum Kelompok Usaha (BUKU) 4. Menurut PBI no 14/26/PBI/2012 bank yang masuk ke dalam BUKU 4 dapat berinteraksi dengan lembaga keuangan global dibandingkan dengan bank-bank umum konvensional yang masuk ke dalam BUKU 1, 2, dan 3. Pemilihan objek pada penelitian ini juga didasari pada penelitian yang dilakukan oleh Koch (2014) dimana dalam penelitiannya mengambil sampel yang diambil dari bank-bank komersil besar di Jerman karena bank-bank tersebut tersebut terkena dampak ketika terjadi krisis keuangan 2007-2008 karena beroperasi secara global. Dekle dan Lee (2014) dalam penelitiannya juga menyimpulkan bahwa bank-bank besar yang dapat beroperasi secara global lebih sering melakukan cross border lending dibandingkan dengan bank-bank lokal yang kecil. Untuk itu dalam penelitian ini akan diteliti apakah bank-bank umum konvensional di Indonesia yang masuk kategori BUKU 4 yaitu bank-bank yang dapat melakukan kegiatan usaha dalam bentuk Rupiah maupun valuta asing dan memiliki modal inti yang besar yaitu di atas Rp. 30 triliun memiliki target rasio leverage jangka panjang dan bagaimana bank melakukan penyesuaian terhadap disequilibrium pada jangka pendek ketika ada krisis keuangan global 2007-2008 dan peraturan baru untuk dapat menjaga rasio leverage sesuai target jangka panjangnya. TINJAUAN TEORITIS Struktur Modal Struktur modal ditentukan oleh manajer untuk mendapatkan kombinasi yang terbaik dan penentuan berapa jumlah yang harus didanai melalui utang atau ekuitas (Ross, 2012). Jumlah yang perusahaan gunakan serta proporsinya akan berdampak pada banyak hal seperti pada arus kas yang keluar maupun yang masuk. Strukutur modal juga akan berdampak pada rasio-rasio solvabilitas dimana akan mempengaruhi perusahaan untuk mendapatkan dana apakah perusahaan bisa mendapatkan dana dari kreditur atau dari shareholder. Pada perusahaan keuangan khususnya bank, pinjam-meminjam merupakan bagian dari kegiatan operasional. Koch (2014) pada penelitiannya menyatakan bahwa ada beberapa periode dimana bank akan menerapkan rasio utang yang konstan dari waktu ke waktu dan terdapat juga periode bank akan menyesuaikan liabilitas dan ekuitasnya jika terjadi krisis keuangan. Untuk menetapkan struktur modal yang optimal perusahaan melakukan kombinasi antara utang jangka panjang dan ekuitas yang memaksimalkan nilai perusahaan dan meminimalkan
Keseimbangan jangka panjang ..., Ryan Aulia Darma, FE UI, 2014
cost of capital. Cost of capital dari suatu perusahaan merupakan biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk mendapatkan modal yang nantinya akan digunakan untuk kebutuhan investasi dimana untuk dapat mengestimasi cost of capital biasanya diestimasi dengan WACC (Weighted Average Cost of Capital) (Ross, 2012). WACC merupakan rata-rata dari after-tax cost of capital dari berbagai sumber yaitu utang jangka panjang,obligasi, saham preferen, dan saham biasa. Risiko Sistemik Krisis keuangan yang sistemik terjadi ketika banyak bank secara bersamaan mengalami kegagalan atau jika satu bank yang gagal mengakibatkan kegagalan pada banyak bank (Acharya, 2009). De Bandt dan Hartman (2000) mendefinisikan risiko sistemik sebagai suatu peristiwa sistemik. Dalam arti sempit De Bandt dan Hartman (2000) menjelaskan bahwa risiko sitemik adalah suatu peristiwa yang terjadi akibat dari kegagalan suatu lembaga keuangan yang menyebabkan lembaga lain dan pasar keuangan merugi. Sedangkan dalam artian luas risiko sistemik adalah dampak yang terjadi secara simultan pada institusi dan pasar akibat adanya shock yang parah dan luas. De Bandt dan Hartman (2000) juga menjelaskan bahwa elemen penting dalam peristiwa sistemik adalah shocks dan cara penyebarannya. Dua hal ini menjadi penting karena ketika terjadi shock dapat mengakibatkan penyebaran yang luas terhadap institusi lain bahkan dapat melumpuhkan perekonomian. Selain De Bandt dan Hartman (2000) konsep mengenai risiko sistemik juga dijelaskan secara detail dan hampir sama oleh Kaufman dan Scott (2003) dimana mereka menjelaskan bahwa risiko sistemik terdiri dari tiga konsep penting yaitu macroshock, probabilitas kerugian negatif, dan penyebarannya. Penelitian Terdahulu Penelitian dengan menggunakan uji kointegrasi dan VECM tentang keseimbangan jangka panjang dari leverage bank di Indonesia belum pernah dilakukan sebelumnya, hal ini mengacu kepada apa yang dikatakan Koch (2014) bahwa penelitian ini tergolong baru karena mengaplikasikan uji kointegrasi terhadap rasio leverage. Koch (2014) melakukan penelitian untuk melihat apakah bank khususnya bank besar di Jerman memiliki rasio leverage yang konstan walaupun adanya krisis keuangan yang terjadi pada tahun 2007-2008. Dengan menggunakan data balance sheet bagian liabilitas dan ekuitas dari tiga bank besar di Jerman mulai tahun 2002 hingga 2010, Koch (2014) yang melakukan analisis dengan uji kointegrasi dan estimasi VECM mendapatkan hasil bahwa terdapat hubungan jangka panjang atau dengan
Keseimbangan jangka panjang ..., Ryan Aulia Darma, FE UI, 2014
kata rasio leverage konstan dimana bank-bank di Jerman memiliki target rasio leverage. Penelitian tentang apakah perusahaan memiliki target rasio leverage yang konstan juga pernah dilakukan oleh Hanousek dan Shamshur (2011) dimana pada penelitiannya yang sampel data perusahaan terdiri dari perusahaan non keuangan pada tujuh negara di Eropa timur dan tengah yaitu Republik Ceko, Hungaria, Estonia, Lithuania, Latvia, Polandia, dan Republik Slovakia dari tahun 1996-2006. Penelitian tersebut bertujuan untuk melihat apakah struktur modal dari perusahaan di negara di Eropa Timur dan Tengah menunjukkan tingkat ketahanan yang sama dengan yang di Amerika Serikat dan rasio leverage stabil karena stabilnya lingkungan ekonomi suatu negara. Dengan menggunakan regresi dan generelized method of moment (GMM), hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur modal pada perusahaan di Eropa timur dan tengah pada intinya ditentukan oleh majority shareholder dan berbeda dengan perusahaan yang ada di US sehingga perusahaan penetapan rasio leverage ditentukan oleh majority shareholder. Hasil juga menunjukkan bahwa faktor internal perusahaan memiliki peran yang lebih besar dibandingkan dengan faktor ekonomi dalam penetapan rasio leverage. Pada tahun yang sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Koch, Dekle & Lee (2014) meneliti apakah bank yang memiliki afiliasi global menurunkan leverage lebih banyak dibandingkan dengan bank yang hanya beroperasi secara lokal. Dengan menggunakan sampel data bank dari 139 negara pada tahun 2008-2009, didapatkan bahwa bank yang memiliki afiliasi global dan beroperasi pada wilayah Amerika Latin dan Asia menurunkan leveragenya lebih besar dibandingkan dengan bank lokal yang beroperasi pada wilayah tersebut. Hal ini disebabkan oleh risiko lebih yang harus ditanggung oleh bank yang berafiliasi global dibandingkan dengan bank yang beroperasi secara lokal. Pengembangan Hipotesis Terdapat beberapa alasan yang membuat adanya keseimbangan jangka panjang pada leverage dari bank. Salah satu alasan tersebut adalah adanya standard yang mengatur hal tersebut seperti Basel I, II, serta peraturan yang ditetapkan pada negara dimana bank melakukan operasinya dan munculnya standard baru yang mengatur tentang capital adequacy, stress testing, dan market liquidity risk yaitu Basel III dalam merespon krisis keuangan global pada tahun 2007-2008. Pada intinya standard baru yaitu Basel III memfokuskan pada penguatan capital requirement dengan cara meningkatkan likuiditas bank dan menurunkan tingkat leverage dari bank. Pada Basel III terdapat ketentuan baru yang
Keseimbangan jangka panjang ..., Ryan Aulia Darma, FE UI, 2014
menetapkan bahwa bank harus menjaga rasio leverage minimum dimana dengan adanya ketentuan ini bank harus bisa menjaga rasio leverage pada tingkat tertentu. Ketentuan ini didukung oleh Koch (2014) yang mengatakan bahwa bank seharusnya memiliki target rasio leverage untuk memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh lembaga pengatur dan pengawas. Koch (2014) menyimpulkan bahwa dengan stabilnya rasio leverage maka bank memiliki target rasio leverage. Dengan adanya standard yang mengatur seperti Basel II dan III atau yang ada di Indonesia seperti Ketentuan Penyediaan Modal Minimum (KPMM) untuk bankbank umum dan didukungnya dari hasil penelitian sebelumnya, maka hipotesis pertama pada penelitian ini adalah Hipotesis 1. Terdapat keseimbangan jangka panjang pada leverage bank-bank umum konvensional BUKU 4 di Indonesia. Terjadinya krisis keuangan global 2007-2008 yang sebenarnya diakibatkan oleh securitized bank system yaitu sistem keuangan dimana kebanyakan lembaga keuangan membuat produk keuangan turunan dari pinjaman yang kegiatannya dilakukan oleh traditional bank system membuat dampak krisis menjadi lebih luas (Gorton & Metrick, 2012). Bank komersial yang masuk dalam traditional bank system terkena dampak dari krisis keuangan tersebut mengalami kesulitan dalam mengatasi kepanikan yang terjadi dimana banyak masyarakat yang mulai tidak percaya dengan sistem perbankan dan mulai menarik dana secara masif tetapi dana tersebut tidak tersedia karena masih dipinjamkan kepada peminjam untuk menyicil pembelian rumah dimana peminjam dana memiliki kualitas kredit yang rendah (subprime mortgage) sehingga muncul masalah dalam membayar kembali pinjaman tersebut kepada bank (Kamin & Demarco, 2012). Dengan adanya krisis keuangan tersebut analisis mengenai target rasio leverage penting untuk memasukkan periode terjadinya krisis keuangan agar
hasil uji kontegrasi yang didapat tidak bias (Koch, 2014). Koch (2014) dalam
penelitiannya menemukan bahwa dengan memasukkan periode terjadinya krisis keuangan global yang menjadi periode penyesuaian (structural break) hubungan antar komponen yang dijabarkan dalam dua set yang membedakan utang dengan komponen lainnya terkointegrasi. Selain itu Koch (2014) menemukan bahwa beberapa komponen pembentuk liabilitas dan ekuitas yang dijabarkan seperti pada set II pada tabel 1 yaitu utang terhadap bank lain dan utang non bank terkoreksi untuk mencapai keseimbangan jangka panjang. Dari penjelasan dan hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Koch (2014) maka dengan terjadinya krisis keuangan global, bank-bank umum konvensional kategori BUKU 4 di Indonesia mungkin
Keseimbangan jangka panjang ..., Ryan Aulia Darma, FE UI, 2014
merespon krisis tersebut dalam bentuk penyesuaian struktur modal untuk mengantisipasi dampak dari krisis tersebut sehingga rasio leverage akan berubah pada jangka pendek. Untuk itu hipotesis kedua pada penelitian ini adalah
Hipotesis 2. Terdapat keseimbangan jangka panjang pada leverage bank-bank umum konvensional BUKU 4 di Indonesia dengan memperhatikan stuructural break. Dalam penelitiannya Koch (2014) menemukan bahwa untuk mencapai keseimbangan jangka panjang, komponen liabilitas dan ekuitas akan terkoreksi untuk mencapai keseimbangan jangka panjang atau dengan kata lain stabil. Tujuan dari analisis yang fokus terhadap penyesuaian pada jangka pendek adalah untuk melihat bagaimana komponen-komponen liabilitas dan ekuitas melakukan penyesuaian pada jangka pendek untuk mencapai keseimbangan jangka panjang. Koch (2014) menggunakan pendekatan VECM untuk mengetahui short run dynamics pada komponen liabilitas dan ekuitas. Dari hasil penelitian tersebut maka hipotesis ketiga untuk penelitian ini adalah: Hipotesis 3. Komponen-komponen liabilitas dan ekuitas akan terkoreksi untuk mencapai keseimbangan jangka panjang ketika ada shock pada jangka pendek. METODE PENELITIAN Data Penelitian ini menggunakan data monthly report dari empat bank umum konvensional di Indonesia yang biasanya harus dilaporkan ke Bank Indonesia. Data yang didapatkan dari monthly report ini adalah balance sheet dari empat bank yang dijadikan sampel yaitu Bank Central Asia, Bank Mandiri, Bank Negara Indonesia, dan Bank Rakyat Indonesia dari tahun 2004 sampai 2013. Data mengenai balance sheet report ini bisa didapatkan langsung dari website Bank Indonesia.
Model Penelitian Pada penelitian kali ini digunakan model penjabaran komponen dari sisi kanan balance sheet yaitu liabilitas dan ekuitas. Penjabaran dilakukan menjadi beberapa komponen seperti pada tabel 1 yang mengikuti ciri-ciri balance sheet bank dimana klasifikasi akun berbeda dengan dengan perusahaan non keuangan. Setiap varibel yang digunakan pada
Keseimbangan jangka panjang ..., Ryan Aulia Darma, FE UI, 2014
persamaan baik ketika uji stasioneritas, uji kointegrasi, Dynamic OLS, dan VECM akan ditransformasi terlebih dahalu dalam bentuk natural logarithm mengikuti penelitian yang dilakukan oleh Koch (2014). Pada penjabaran di tabel 1, set I menjabarkan TBS yaitu total liabilitas dan ekuitas menjadi utang yaitu dana pihak ketiga (DEBT), obligasi dan kewajiban akseptasi dimana kedua komponen ini menjadi satu variebel yaitu (BONDS) dimana hal ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Koch (2014), total ekuitas (EQUITY), dan utang lain-lain (LOTHER). SET I memfokuskan hubungan rasio utang yang bisa didapatkan dari DEBT dan BONDS dengan EQUITY dan LOTHER dan apakah rasio konstan dari jangka pendek hingga panjang. Sedangkan set II menjabarkan utang yang berasal dari bank lain (DEBT_BANK) dan utang non bank (DEBT_NONB) serta BONDS, EQUITY, dan LOTHER. Set II fokus terhadap kestabilan rasio utang yang berasal kepada bank lain dan kepada pihak non-bank. Dari penjabaran kedua set pada tabel 1. akan dilakukan uji kointegrasi yaitu untuk melihat kestabilan pada pendanaan bank dari jangka pendek hingga jangka panjang pada masing-masing set. Tabel 1. Penjabaran komponen pada liabilitas dan ekuitas Set I II
!"#! =
!!! !"#$!
Liability Decomposition + !!! !"#$! + !!! !"#$%&! + !!! !"#$%&!
!"#! = !!!! !"#$_!"#$! + !!!! !"#$_!"!#! + !!!! !"#$! +!!!! !"#$%&! + !!!! !"#$%&!
Sumber: Risky adjustments or adjustments to risks: Decomposing bank leverage (Koch, 2014), telah diolah kembali
Uji kointegrasi yang dilakukan di atas bisa gagal dan tidak menangkap kestabilan jangka panjang karena variabelnya tidak konvergen yaitu tidak bergerak secara bersama-sama pada jangka panjang. Hal ini bisa disebabkan ketika adanya suatu krisis keuangan dimana bank harus mengadjust pendanaan mereka baik dari utang maupun equity. Untuk itu Koch (2014) memasukkan structural break pada modelnya yaitu ketika krisis keuangan global tahun 2008. !"#! = ! + !! !"#$%&! + 1 − !! !"#$! + ! ! + !! !"#$%&! ∗ ! ! + !! !"#$! ∗ ! ! +
! !!!! !! ∆!"#$%&!!!
+
! !!!! !! ∆!"#$!
+ !!
(1) Dengan model di atas yang menginteraksikan setiap variable independen baik pada set I
Keseimbangan jangka panjang ..., Ryan Aulia Darma, FE UI, 2014
maupun set II dengan break dummy ! ! akan diestimasi long run equilibrium ratio of debt dengan metode Dynamic OLS (DOLS). Untuk menentukan structural break, penulis akan menggunakan cara yang dikembangkan oleh Bai (1994,1997), Kurozumi (2002), Bai & Perron (2003), dan Carrion & Sanso (2006) sebelum estimasi model dengan metode DOLS yaitu dengan uji yang dikenal dengan sebagai Bai Perron test. Dengan menggunakan test tersebut akan didapatkan unknown break point yaitu kapan terjadinya structural break atau periode diduganya terjadi reallocation dari komponen utang yang bank miliki. Uji yang dilakukan dengan cara yang dikemukakan oleh Bai dan Perron (2003) untuk mendapatkan unknown stuructural break point dilakukan dengan melihat periode yang memiliki sum of squared of residuals yang minimum. Pada model sebelumnya dilihat keseimbangan jangka panjang pada setiap balance sheet set dari set I dan II. Untuk melihat bagaimana bank menyesuaikan leverage pada jangka pendek dimana kondisi jangka panjangnya stabil maka analisis lebih lanjut akan menggunakan estimasi Vector Error Corrrection Model (VECM) pada dua set yang sudah dijelaskan pada bagian sebelumnya dimana persamaannya adalah seperti berikut: ∆X ! = !! + !! !"#!!! + !! ∆X!!! + !!
(2)
Dimana: Xt
= Variabel endogen yaitu variabel tbs, debt, bonds, others, equity pada set I dan debt menjadi bank debt dan non bank debt pada set II periode t
Xt-n
= Variabel endogen at lag t-n
ECT
= Error Correction Term
∆
= First differences
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Uji Kointegrasi Pada uji kointegrasi ini semua variabel diubah dalam bentuk natural logarithm. Penggunaan variabel dalam bentuk natural logarithm mengikuti apa yang dilakukan oleh Koch (2014) pada penelitiannya. Dari hasil uji kointegrasi prosedur Johansen pada set I didapatkan bahwa terdapat satu hubungan kointegrasi Untuk Set II yang memisahkan komponen utang menjadi utang terhadap bank lain dan utang ditemukan bahwa terdapat satu hubungan kointegrasi. Menurut Koch (2014) hasil uji kointegrasi bisa saja bias karena analisis
Keseimbangan jangka panjang ..., Ryan Aulia Darma, FE UI, 2014
tidak memasukkan structural break yaitu periode dimana adanya perubahan/unexpected shift pada data time series. Hasil Estimasi Endogenously Structural Break & DOLS Dari hasil untuk mencari endogenously structural break dengan menggunakan BaiPerron test didapatkan bahwa untuk set I, periode break berada pada bulan Maret tahun 2009 dan untuk set II hasil yang sama juga diperoleh dimana periode break adalah pada bulan Maret tahun 2009. Periode ini menunjukkan bahwa dampak krisis keuangan terhadap bankbank umum konvensional kategori BUKU 4 mungkin mulai dirasakan setelah Pemerintah Indonesia mengeluarkan UU yaitu UU RI no 6 tahun 2009 tentang penetapkan Perpu 2 Tahun 2008 menjadi undang-undang yang pada intinya merubah kriteria agunan yang dijaminkan oleh bank. UU RI no 6 tahun 2009 baru disahkan pada Januari 2009 oleh pemerintah untuk merespon krisis keuangan global 2007-2008. Setelah mendapatkan endogenously structural break, penelitian ini melanjutkan analisis dengan mengestimasi long run equilibrium ratio. Tabel 2 menunjukkan bahwa bank umum konvensional kategori BUKU 4 secara signifikan pada level of significance 1% rata-rata memiliki 79.6% utang dari total liabilitas dan ekuitas, untuk bonds rata-rata sebesar 1.3%, utang lain-lain dengan rata-rata sebesar 7.6%, dan ekuitas sebesar 12.4%. Hasil estimasi dengan DOLS ini hampir sama dengan hasil yang didapatkan oleh Koch (2014) dimana pada penelitiannya didapatkan bahwa utang memiliki persentase yang paling tinggi yaitu sebesar 79.6%. Perbedaaan terdapat pada komponen bonds dimana persentasenya dua kali lipat bank-bank umum konvensional kategori BUKU 4 di Indonesia sedangkan untuk ekuitas persentasenya hampir setengah dari bank-bank umum konvensional kategori BUKU 4 di Indonesia. Hal ini menandakan bahwa bank-bank umum konvensional kategori BUKU 4 di Indonesia lebih mengandalkan dana dari ekuitas atau lebih tepatnya laba ditahan dibandingkan dengan bank-bank komersial besar di Jerman yang mendapatkan dana tambahan dengan menerbitkan obligasi. Untuk dapat menganalisis lebih dalam agar dapat melihat perubahan komponen setelah Maret 2009 yang merupakan break date maka analisis akan fokus terhadap variabel yang diinteraksikan dengan dummy. Berdasarkan tabel 2, untuk set I secara signifikan pada level of significance 10%, bank-bank umum konvensional yang masuk kategori BUKU 4 menambah proporsi utang baik utang terhadap bank lain maupun utang terhadap pihak non bank yang terdiri dari dana pihak ketiga sebesar 3.7%. Bank-bank umum konvensional yang masuk kategori BUKU 4 juga secara signifikan pada level of significance 1% mengurangi utang lain-lain sebesar 2.97%. Dengan adanya tambahan utang sebesar 3.7% maka dapat
Keseimbangan jangka panjang ..., Ryan Aulia Darma, FE UI, 2014
dikatakan bahwa pengesahan UU RI no 6 tahun 2009 memberikan dampak yang positif terhadap kepercayaan masyarakat Indonesia untuk menabung sehingga DPK yang merupakan komponen terbesar utang jumlahnya meningkat. Hasil ini yang menganalisis perubahan komponen liabilitas dan ekuitas sedikit berbeda dengan hasil yang didapatkan oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Koch (2014) dimana hasil penelitiannya menandakan bahwa sebenarnya bank-bank besar di Jerman mengurangi utang ketika terjadinya krisis keuangan 2007-2008 untuk mengurangi risiko. Sedikit berbeda dengan hasil estimasi DOLS pada set I, hasil estimasi DOLS pada set II menandakan bahwa bank yang masuk kategori BUKU 4 secara signifikan pada level of significance 1% rata-rata memiliki rasio utang terhadap bank lain sebesar 1.01%, utang terhadap pihak non bank sebesar 78.6%, bonds sebesar 1.7%, utang lain-lain sebesar 7.6%, dan ekuitas sebesar 11.9%. Hasil estimasi DOLS ini berbeda dengan hasil yang ditemukan oleh Koch (2014) yang menunjukkan bahwa utang nonbank hanya sebesar 34.1% sedangkan utang terhadap pihak bank sebesar 42.3 %. Perbedaan ini menunjukkan bahwa bank-bank komersial besar di Jerman lebih mengandalkan sumber dana dari bank lain. Hasil ini menguatkan penjelasan mengapa bank-bank di Jerman yang diteliti oleh Koch (2014) mengurangi utang sedangkan pada penelitian ini bank-bank umum konvensional kategori BUKU 4 di Indonesia cenderung menambah utang. Terjadinya penurunan utang pada bankbank komersial besar di Jerman karena ingin mengurangi risiko sistemik ketika terjadi krisis keuangan global. Analisis lebih dalam dilakukan dengan melihat variabel yang diinteraksikan dengan break dummy menyimpulkan bahwa Bank yang masuk kategori BUKU 4 secara signifikan pada level of significance 1% menambah utang terhadap bank lain sebesar 0.7%, utang terhadap nonbank sebesar 3.9%, dan utang lain-lain diturunkan sebesar 2.9%. Hasil ini menandakan bahwa bank lebih meningkatkan utang terhadap pihak non bank yaitu dana pihak ketiga dibandingkan utang terhadap bank lain. Hasil ini sama dengan analisis pada set I dimana penambahan utang yang dicerminkan oleh DPK terjadi setelah adanya pengesahan UU RI no 6 tahun 2009. Pengesahan UU tersebut membuat kepercayaan masyarakat Indonesia untuk menyimpan dana pada bank-bank umum konvensional di Indonesia kategori BUKU 4 tetap terjaga. Reallocation yang terjadi pada komponen utang baik utang terhadap bank lain dan utang terhadap non bank serta utang lain-lain pada tahun 2009 bulan Maret bisa dijelaskan juga dengan respon bank terhadap UU RI no 6 tahun 2009 yang berlaku pada tanggal 13 Januari 2009. Sebagai langkah antisipatif dari pemerintah, UU tersebut disahkan agar kepercayaan masyarakat terhadap perbankan tetap terjaga karena adanya krisis keuangan
Keseimbangan jangka panjang ..., Ryan Aulia Darma, FE UI, 2014
global pada tahun 2007-2008. Jika dilihat dari hasil estimasi DOLS maka kepercayaan masyarakat Indonesia dapat dikatakan terjaga karena secara signifikan komponen utang naik sebesar 3.7%.
Tabel 2. Hasil estimasi long run equilibrium ratios pada set I&II dengan metode DOLS
Set I Endogenous break date Debt Bonds Others Equity Break i_Debt i_Bonds i_Others i_Equity Constant
2009m3
Set II Endogenous break date
0.796* Bank Debt (0.007) 0.013* Non Bank Debt (0.0043) 0.076* Bonds (0.0018) 0.124* Others (0.0101) 0.023 Equity (0.2311) 0.037*** Break (0.0193) 0.002 i_Bank_Debt (0.0059) i_Non_Bank_De bt -0.0297* (0.0037) -0.015 i_Bonds (0.0118) 0.540* i_Others (0.0774) i_Equity
2009m3 0.0101* (0.0016) 0.786* (0.0061) 0.017* (0.0031) 0.076* (0.0015) 0.119* (0.0083) -0.085 (0.1659) 0.007* (0.0025) 0.039* (0.0141) -0.005 (0.0043) -0.029* (0.0028) -0.013 (0.0093)
Keseimbangan jangka panjang ..., Ryan Aulia Darma, FE UI, 2014
Constant Observations Wald test
*
117 96.81
Observations Wald test
0.597* (0.0579) 117 214.93
Level of Significance = 1%
** Level of Significance = 5% ***Level of Significance = 10%
Keseimbangan jangka panjang ..., Ryan Aulia Darma, FE UI, 2014
Hasil Estimasi VECM Tabel 3. Hasil Estimasi VECM pada SET I Post Break Vector Error Correction Estimates Cointegrating Eq: CointEq1
Tbs(-1) 1.000
Debt(-1) -0.848* (0.0050)
(0.0012)
(0.0012)
(0.0018)
C -0.391* (0.0619)
Error Correction:
D(Tbs)
D(Debt)
D(Bonds)
D(Others)
D(Equity)
CointEq1
1.899
4.299
12.466
-0.720
-12.801*
(4.0976)
(4.7738)
(16.797)
(15.3783)
(2.5420)
-3.178
-3.870
-4.8619
12.315
-1.666287
(4.8282)
(5.6249)
(19.792)
(18.1202)
(2.9953)
2.684
3.276
4.6557
-9.951
1.252
(4.0076)
(4.6689)
(16.4281)
(15.0406)
(2.4862)
0.094
0.114
-0.1319
-0.199
0.079***
(0.0687)
(0.0801)
(0.2817)
(0.2581)
(0.0427)
D(Tbs(-1)) D(Debt(-1)) D(Bonds(-1)) D(Others(-1))
0.112
0.145
0.194
-0.855
0.129
(0.23402)
(0.273)
(0.959)
(0.8783)
(0.1452)
D(Equity(-1))
*
Bonds(-1) Others(-1) Equity(-1) -0.011* -0.046* -0.104*
0.710
0.752
1.091
-0.736
0.646
(0.6269)
(0.7304)
(2.570)
(2.3529)
(0.3889)
level of significance = 1%
** level of significance = 5% ***level of significance = 10%
Pada penelitian ini setelah mendapatkan break date dilakukan kembali uji kointegrasi sebelum dan sesudah break date. Koch (2014) mengatakan bahwa hasil pengujian kointegrasi bisa bias karena tidak memasukkan structural break dalam analisis. Hasil dari uji kointegrasi prosedur Johansen mengindikasikan untuk periode setelah endogenously structural break yaitu bulan Maret 2009 menunjukkan adanya hubungan kointegrasi baik pada set I maupun II sedangkan periode sebelum break date menunjukkan hasil yang bertentangan antara kedua test pada prosedur Johansen yaitu trace dan maximum eigenvalue sehingga tidak dapat disimpulkan ada atau tidak hubungan kointegrasi. Untuk melihat variabel mana yang berperan dalam penyesuaian jangka pendek dalam menuju keseimbangan jangka panjang maka diperlukan error correction model (ECM). Untuk dapat melihat hal tersebut maka penulis melakukan estimasi model VECM pada periode setelah break date.
Keseimbangan jangka panjang ..., Ryan Aulia Darma, FE UI, 2014
Tabel 4. Hasil dari estimasi VECM pada Set II Post Break Vector Error Correction Estimates Cointegrating Eq: CointEq1
Tbs-1) 1.000
BankDebt(-1) -0.015* (0.0012)
Bonds(-1) -0.007* (0.0016)
D(Bank_
D(Non_Bank
Others(-1) Equity (-1) -0.101* -0.044* (0.0025) (0.0016)
C -0.240* (0.0835)
Error Correction:
D(Tbs)
Debt)
_Debt)
D(Bonds)
D(Others)
D(Equity)
CointEq1
2.166
-15.781
4.991
-6.160
-7.480
-7.578*
(2.4415)
(15.2016)
(2.9781)
(10.1716)
(9.2368)
(1.5066)
-4.589
14.981
-5.322
-0.582
9.129
-4.807**
(3.6606)
(22.792)
(4.4652)
(15.2508)
(13.8492)
(2.2589)
0.077
-0.4340
0.083
0.016
-0.0729
0.115*
(0.0655)
(0.4077)
(0.0799)
(0.2728)
(0.2477)
(0.0404)
3.804
-12.380
4.454
0.651
-7.366
3.762**
(2.9678)
(18.4788)
(3.6201)
(12.3644)
(11.2281)
(1.8314)
0.107***
0.191
0.118
-0.133
-0.156
0.116*
(0.0588)
(0.366)
(0.0717)
(0.2448)
(0.2226)
(0.0363)
D(Tbs(-1)) D(Bank_Debt(-1)) D(Non_Bank_ Debt(-1)) D(Bonds(-1)) D(Others(-1)) D(Equity(-1))
*
Non_Bank_ Debt(-1) -0.852* (0.0066)
0.183
-0.904
0.223
0.013
-0.716
0.2811**
(0.1841)
(1.146)
(0.225)
(0.767)
(0.696)
(0.114)
0.92***
-2.603
1.025***
0.217
-0.572
1.007*
(0.4874)
(3.0347)
(0.5945)
(2.0306)
(1.8440)
(0.3008)
Level of Significance = 1%
** Level of Significance = 5% ***Level of Significance = 10%
Hasil dari estimasi VECM baik pada set I (tabel 3) maupun set II (tabel 4) menunjukkan bahwa komponen liabilitas dan ekuitas memiliki hubungan jangka panjang atau mencapai keseimbangan jangka panjang. Dengan adanya keseimbangan jangka panjang pada komponen liabilitas dan ekuitas, rasio leverage yang dapat diukur dengan total utang per total liabilitas dan ekuitas atau total liabilitas dan ekuitas per total ekuitas dapat dikatakan stabil dan jika terdapat deviasi pada jangka pendek akan kembali lagi untuk mencapai keseimbangan jangka panjang. Hasil estimasi VECM pada penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Koch (2014). Koch (2014) menemukan bahwa hanya bonds dan utang lain-lain pada set II yang tidak melakukan koreksi ketika terjadi short run deviation sedangkan pada penelitian ini ditemukan bahwa bonds dan ekuitas pada set II yang melakukan koreksi terhadap short run deviation untuk mencapai keseimbangan jangka panjang. Perbedaan hasil antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya disebabkan oleh bank-bank umum konvensional di Indonesia kategori BUKU 4 yang cakupan operasionalnya lebih luas serta lebih sering berhubungan dengan lembaga keuangan global dibandingkan dengan bank-bank yang masuk kategori BUKU 1,2, atau 3 memiliki komposisi liabilitas dan
Keseimbangan jangka panjang ..., Ryan Aulia Darma, FE UI, 2014
ekuitas yang berbeda dengan bank yang ada di Jerman dan juga menghadapi risiko yang berbeda. Pada penelitian Koch (2014), bank-bank besar di Jerman terkena dampak lebih cepat ketika terjadinya krisis keuangan global. Meskipun demikian bank-bank umum konvensional di Indonesia kategori BUKU 4 juga terkena dampak krisis keuangan 2007-2008 dimana efeknya tidak sebesar bank-bank komersial besar di Jerman. KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN Penelitian ini yang menggunakan metode yang dikembangkan oleh Koch (2014) dengan uji kointegrasi, pendekatan VECM, serta analisis tambahan untuk mengestimasi long run equilibrium ratio of leverage yang menggunakan Dynamic OLS mendapatkan hasil bahwa dari hasil uji kointegrasi dapat dikatakan bahwa penjabaran komponen utang dan ekuitas menjadi set yang memisahkan utang menjadi utang terhadap bank lain dan utang terhadap pihak non bank yaitu set II maupun yang tidak memisahkan yaitu set I dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan kointegrasi yang menandakan adanya keseimbangan jangka panjang pada rasio leverage. Dengan adanya keseimbangan jangka panjang maka terdapat suatu kondisi yang stabil (steady state) yaitu rasio leverage yang stabil. Dari hasil pada penelitian ini walaupun semua komponen terkointegrasi dari mulai awal penelitian yaitu Januari 2004 hingga Desember 2013, periode yang sebenarnya mencerminkan hubungan kointegrasi antar variabel baik pada set I maupun set II adalah periode setelah structural break yaitu dari bulan April 2009 hingga bulan Desember 2013. Hasil uji kointegrasi menunjukkan bahwa periode setelah bulan Maret 2009 komponen utang maupun ekuitas terkointegrasi. Hasil ini menyimpulkan bahwa leverage bank-bank umum konvensional kategori BUKU 4 stabil yaitu mencapai keseimbangan jangka panjang setelah memasukkan structural break yaitu pada bulan Maret 2009. Hasil ini juga menguatkan uji kointegrasi pada bagian sebelumnya yang bisa saja bias karena tidak memasukkan structural break. Selain melihat komposisi utang maupun ekuitas penelitian ini juga menyimpulkan bahwa dengan menggunakan estimasi model VECM didapatkan bahwa komponen bonds dan ekuitas melakukan adjustment untuk mencapai keseimbangan jangka panjang dimana hasil ini didapatkan pada set II yang melakukan penjabaran komponen utang dan ekuitas lebih rinci dibandingkan dengan set I. Untuk itu dapat disimpulkan bahwa pada penelitian ini kebijakan antisipatif seperti yang dilakukan oleh pemerintah pada tahun 2009 ternyata memberikan dampak cepat pada perubahan komposisi utang maupun ekuitas bank-bank umum konvensional BUKU 4 di Indonesia. Hasil dari estimasi VECM juga memberikan kesimpulan
Keseimbangan jangka panjang ..., Ryan Aulia Darma, FE UI, 2014
bahwa terdapat komponen-komponen utang dan ekuitas yang melakukan penyesuaian pada jangka pendek untuk mencapai keseimbangan jangka panjang. Penelitian ini juga mengestimasi long run equilibrium ratios dimana bank-bank umum konvensional kategori BUKU 4 di Indonesia menunjukkan bahwa persentase utang terhadap non bank per total liabilitas dan ekuitas merupakan komponen yang paling besar dibandingkan komponen lain. Dengan hasil dari estimasi tersebut ternyata bank pada tahun 2009 setelah bulan Maret secara rata-rata justru menambah utang non bank. Hal ini menandakan bahwa masyarakat tidak takut untuk menyimpan uang di bank. Dengan meningkatnya simpanan dana di bank maka disimpulkan bahwa utang bank-bank umum konvensional kategori BUKU 4 di Indonesia mengalami peningkatan setelah terjadinya krisis keuangan global. Keterbatasan dan Saran Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yaitu data yang digunakan merupakan gabungan dari bank yang masuk kategori BUKU 4 yang terdiri dari empat bank besar di Indonesia, sehingga dapat dikatakan bahwa penelitian ini hanya fokus terhadap bank-bank umum konvensional yang besar di Indonesia, tidak secara keseluruhan. Selain itu penelitian ini tidak dapat memisahkan komponen utang menjadi utang yang didapat dari domestik dan utang yang didapat dari luar negeri serta memisahkan komponen utang menjadi utang jangka pendek dan utang jangka panjang karena keterbatasan informasi dimana tidak ada keterangan secara rinci pada data bulanan yang disediakan BI di websitenya. Dengan melihat keterbatasan penelitian maka penulis memberikan saran untuk peneliti selanjutnya agar mencari informasi lebih lanjut secara detail agar komponen utang dapat dipisahkan menjadi utang jangka panjang dan jangka pendek serta utang ke pihak domestik dan ke pihak luar negeri serta menambah lebih banyak sampel bank untuk dapat melihat leverage bank-bank yang ada di Indonesia secara keseluruhan.
DAFTAR REFERENSI Acharya, V.V. (2009). A theory of systemic risk and design of prudential bank regulation. Journal of Financial Stability, 5 (3), 224-255. Bai, J. (1994). Least squares estimation of a shift in linear processes. Journal of Time Series
Keseimbangan jangka panjang ..., Ryan Aulia Darma, FE UI, 2014
Analysis, 15 (5), 453–472. Bai, J. (1997). Estimation of a change point in multiple regression models. Review of Economics and Statistics, 79 (4), 551–563. Bai, J., Perron, P. (2003). Computation and Analysis of Multiple Structural Change Models. Journal of Applied Econometrics, 18 (1), 1-22. Basel II Basel III Carrion-i Silvestre, J.L., Sansó, A. (2006). Testing the null of cointegration with structural breaks. Oxford Bulletin of Economics and Statistics, 68 (5), 623–646. De Bandt, O., Hartman, P. (2000). Systemic Risk: A Survey. Working Paper, 35. European Central Bank Dekle, R., Lee, M. (2014). Do foreign bank affiliates cut their lending more than the domestic banks in a financial crisis? Journal of International Money and Finance, 50, 16-32. Gorton, G., Metrick, A. (2012). Securitized banking and the run on repo. Journal of Financial Economics, 104, 425–451. Hanousek, J., Shamshur, A. (2011). A stubborn persistence: Is the stability of leverage ratios determined by the stability of the economy? Journal of Corporate Finance, 17, 13601376. Kamin, S.B., DeMarco, L.P. (2012). How did a domestic housing slump turn into a global financial crisis? Journal of International Money and Finance, 3, 10-41. Kaufman, G.G., Scott, E.S. (2003) What Is Systemic Risk, and Do Bank Regulators Retard or Contribute to It? The Independent Review VII, no. 3. Koch, C.T. (2014). Risky adjustments to risks: Decomposing bank leverage. Journal of Banking & Finance, 45, 242-254. Kurozumi, E. (2002). Testing for stationarity with a break. Journal of Econometrics, 108 (1), 63–99. Ross, S.A., Westerfield, R.W., Jordan, B.D., Lim, J., Tan, R. (2012). Fundamentals of Corporate Finance (Asia Global Edition). Singapore: McGraw-Hill. PBI no 14/26/PBI/2012 Tentang Kegiatan Usaha dan Jaringan Kantor Berdasarkan Modal Inti Bank PBI no 15/12/PBI/2013 Tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum Undang-Undang Republik Indonesia
No 6 Tahun 2009 Tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia Menjadi Undang-
Keseimbangan jangka panjang ..., Ryan Aulia Darma, FE UI, 2014
Undang
Keseimbangan jangka panjang ..., Ryan Aulia Darma, FE UI, 2014
Keseimbangan jangka panjang ..., Ryan Aulia Darma, FE UI, 2014