ONE LUNG VENTILATION: 1 DOUBLE LUMEN TUBE AND ENDOBRONCHIAL BLOCKER
Yusni Puspita Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif FK Unsri/RSMH Palembang
Teknik isolasi paru digunakan untuk memfasilitasi OLV pada operasi thoraks, untuk melindungi satu paru, atau ventilasi diferensial pada paru-paru. Ventilasi satu paru dapat dilakukan dengan dua metode yang berbeda.
One Lung Ventilation (OLV)
Double Lumen Tube (DLT)
Endobronchial Blocker (EBB)
Tujuan Isolasi Paru Mencegah kontaminasi praventilasi paru yang sehat dengan nanah, darah atau cairan lainnya dari paru kontralateral
Memfasilitasi paparan struktur anatomi intrathorak untuk prosedur diagnostik dan terapeutik
Memberikan ventilasi diferensial dan mengamankan saluran udara pada gangguan dada unilateral (misalnya, fistula bronkopleural. Bula besar, kontusio paru)
Menurut survei terbaru di Inggris, Italia, dan Timur Tengah, DLT lebih disukai oleh sebagian besar ahli anestesi thoraks (> 90%). Meskipun sebagian besar para ahli mendeklarasikan bahwa lebih familiar dengan EB, tetapi 30% mengakui tidak pernah menggunakan EB.
Gambar 1. Anatomi jalan nafas, dari mulut hingga divisi bronkial segmental (jarak dan sudut rata-rata yang diukur pada orang dewasa dengan tinggi 170 cm).
(Sumber: Isolation of the lung: double-lumen tubes and endobronchial blockers, 2014)
Karakteristik DLT
• Semua DLT berisi dua kateter terikat bersamasama, satu ujung lebih pendek di trakea dan ujung lainnya sampai ke cabang utama bronkus. Perangkat ini telah berevolusi dari karet Carlens dan tube Robertshaw (silikon) dan polyvinyl chloride.
Gambar 2. Sisi kanan (A) dan sisi kiri (B) double-lumen tubes (Sumber: Isolation of the lung: double-lumen tubes and endobronchial blockers, 2014)
Ukuran dan Pemilihan DLT
- Lima produsen menyediakan DLT dengan berbagai ukuran (26, 28, 32, 35, 37, 39, dan 41 Fr) kanan dan kiri. Setiap paket steril berisi DLT, stilet, konektor ventilasi, dan beberapa kateter suction. - Pemilihan DLT ditentukan dari posisi operasi.
Tabel 1 Outer and inner diameters of double-lumen tubes Size
OD mm
Bronchus mm ID
Trachea mm ID
Length mm
FOB
26
8.7-9.3
3.0
3.0
280
2.4
28
9.3-10.2
3.2
3.1
280
2.4
32
10.5-11.2
3.4
3.5
300
3.1
35
12.0-13.5
4.3
4.5
300-310
3.5-4.2
37
13.3-14.0
4.5
4.7
310-320
3.5-4.2
39
13.8-14.3
4.9
4.9
330-340
3.5-4.2
41
13.7-14.9
5.4
5.4
340-350
3.5-4.2
(Sumber: Isolation of the lung: double-lumen tubes and endobronchial blockers, 2014)
Pemilihan DLT dengan ukuran yang tepat sangat penting . Pengukuran diameter trakea atau bronkial pada CT-scan (atau pada radiografi thoraks polos) dapat membantu dalam memilih ukuran DLT.
Khususnya orang Asia, tinggi badan kurang berkorelasi dengan dimensi saluran napas atas, oleh karena itu review dari pencitraan thoraks dan fiberoptik saat penempatan DLT sangat direkomendasikan.
Indikasi mutlak untuk isolasi paru dengan DLT, dimana penggunaan EBB merupakan kontraindikasi (Tabel 1). Misalnya, prosedur thoraks yang melibatkan bronkus utama, DLT diposisikan di sisi kontralateral. Yang penting, lumen besar DLT memungkinkan ventilasi diferensial paru dan akses yang mudah untuk pemeriksaan fiberoptik dan drainase darah atau cairan lainnya. Secara keseluruhan, DLT tetap teknik standar emas dalam berbagai prosedur bedah yang membutuhkan pemisahan/isolasi paru dan disukai oleh kebanyakan ahli anestesi thoraks.
(Sumber: Isolation of the lung: double-lumen tubes and endobronchial blockers, 2014)
Teknik Penempatan DLT
1. “Blind” insertion dengan atau tanpa kontrol fiberoptik 2. Fiberoptic-guided approach. FOB sangat dianjurkan untuk konfirmasi posisi DLT setelah insersi.
1. EBB: Perangkat ini ditempatkan melalui (atau di samping) SLT setelah intubasi oral atau nasal, atau bahkan melalui trakeostomi. 2. EBB satu-satunya alternatif pada pasien anak karena ukuran trakeobronkial dan mungkin tidak mengakomodasikan DLT terkecil.
- Penempatan yang benar ke cabang utama bronkus selalu membutuhkan FOB-guidance dan ini mungkin memakan waktu lebih lama daripada DLT. - Volume udara yang dibutuhkan sekitar 5-8 ml untuk menutup batang utama bronkial dalam inflasi tekanan rendah/balon volume tinggi dari EBB mengakibatkan tekanan yang sedikit lebih tinggi terhadap dinding bronkus dan risiko iskemia mukosa yang lebih tinggi daripada dengan sebuah DLT.
Gambar 3. A) bronchial balloon fully inflated in the entrance of right bronchus and B) on the left main bronchus. Source: An Update on the Use of Bronchial Blockers, Campos et al
EBB lain, Arndt, TCB Fuji, Cohen dan EZ, semua bisa dimasukkan melalui standar SLT (Gambar.4). Setelah intubasi trakea, ventilasi dengan oksigen 100% dianjurkan dan sebelum insisi thoraks cuff deflasi. Konvensional, tepi biru luar cuff inflasi harus dilihat di bawah tepi carina (5 dan 10 mm masing-masing cabang utama bronkus kanan atau kiri).
Gambar 4. A) the distal tip of an Arndt blocker, B) the Cohen flexitip blocker, C) the Fuji Uniblocker and D) the EZ-Blocker with a bifurcated distal tip with a balloon in each end, through a single-lumen endotracheal tube. Source: An Update on the Use of Bronchial Blockers, Campos et al
Tabel 2. The specific characteristics of the BBs
Sumber: Campos JH.13 Curr Opin Anaesthesiol 2007; 202: 27-31
Gambar 5. Intraluminal (normal) assembly of endobronchial blocker connector (Sumber: RHC One Lung Ventilation & Bronchial Blocker Guide, 2016)
Table 4. Advantages and Disadvantages of DLT and EBB
Double Lumen Tubes
Endobronchial Blockers
Suctioning and drainage Suitable in patients with difficult of blood, pus, secretions airways, abnormal anatomy (protection against (e.g., porcine trachea) contralateral lung contamination or flooding with any fluid)
Advantages
Secure damaged (or operated) airways
In patients/surgeries requiring nasal intubation.
Lesser risk of introperative displacement
Failure to pass a DLT
Easier to correct position under FOB guidance (with patient in lateral position)
Lesser risk of laryngeal injuries and postoperative sore throat or hoarseness
Double Lumen Tubes
Endobronchial Blockers
Lesser interference with surgical manipulation
Advantages
Conversion from two- to one-lung ventilation (vice versa), CPAP to correct intraoperative hypoxemia
CPAP to correct intraoperative hypoxemia
Differential lung ventilation (if different lung compliance), reventilation of the excluded lung at the end of surgery Possibility of “blind” insertion (if FOB not available)
Postoperative ventilation through the standard single lumen tube (no need re-intubate the patient)
Double Lumen Tubes
Disadvantages
Endobronchial Blockers
Difficulties to place in patients with abnormal airways, after lung surgery (e.g., postpneumonectomy), in children (<120 cm)
Small suction channel does not allow drainage of fluids
Laryngeal and tracheabronchial injuries, sore throat
More frequent intraoperative displacement or loss of seal
Difficulties in selecting proper size
Diffculties in repositioning
Damage to tracheal and or bronchial cuffs (during intubation)
No differential lung ventilation Absolute requirement for fiberoptic guidance
DLT merupakan teknik isolasi paru yang paling umum digunakan, namun DLT relatif tidak fleksibel daripada single lumen tubes yang dikombinasikan dengan EBB karena dapat memicu peningkatan respon hemodinamik dan merangang sistem saraf simpatis. Sedangkan pemakaian EBB memicu respon hemodinamik dan neuroendorin lebih kecil.
Kualitas pengempesan paru sama pada keduanya
EZB < menimbulkan suara serak pada hari 1 post operasi dibandingkan DLT
EZB < menimbulkan sakit tenggorokkan pada hari 1 & 2 post operasi dibandingkan DLT
DLT menyebabkan hematoma bronkhial > dibandingkan EZB
DLT menyebabkan hematoma trakea > dibandingkan EZB
Selama dekade terakhir, indikasi untuk ventilasi satu-paru (OL)V sebagian besar telah meningkat pada kardiotoraks, bedah ortopedi dan tulang belakang bersama dengan kemajuan dalam teknik invasif minimal. Isolasi paru saat ini dilakukan dengan doublelumen endotracheal tube (DLT) atau endobronchial blocker (EB). Keahlian dalam videolaringoskopi dan bronkoskopi fiberoptik (FO)B merupakan aset berharga untuk pengelolaan yang aman dari saluran napas atas dan penempatan DLT dan B yang benar.
•Ahli anestesi thoraks banyak mengatakan , tingginya insiden malposisi menunjukkan bahwa penggunaan bronchoscopic kontrol
adalah suatu hal yang wajib. •EZB memiliki manfaat karena lebih mudah untuk dimasukkan pada jalan napas yang sulit atau tracheostoma.
Jika diperlukan
ventilasi pasca bedah, tidak perlu mengganti ETT. •EZB
menyebabkan lebih sedikit cedera mukosa trakea dan
bronkial.
Pasien menderita lebih sedikit sakit tenggorokan dibandingkan
menggunakan DLT. Kualitas deflasi paru sama-sama baik, dan EZB tetap di tempatnya selama OLV. Penggunaan bronchoscopic untuk mengontrol posisi EZB setelah awal pemasangan dan setelah mereposisi pasien dianjurkan, tetapi hal ini berlaku juga untuk DLT.
Sumber Campos
et al. An Update on the Use of Bronchial Blockers.Society of Cardiovascular Anesthesiologist. 2007; (202): 1–7 Mourisse et al. Efficiency, efficacy, and safety of EZ-blocker compared with left-sided double-lumen tube for one-lung ventilation. The Journal of The American Society of Anesthesiologist. 2013; 118(3):550-61 Licker et al. Isolation of the lung: Double-lumen tubes and endobronchial blockers. Trends in Anaesthesia and Critical Care. 2014; 4(1-2): 47-45 Nabecker S et al. Hemodynamic and Humoral Response to intubation with Double-lumen Endotracheal Tubes Versus Single Lumen Tubes Combined with an Endobrochial Blocker: A Randomized Clinical Trial. J Anesth clin 5:377
DOUBLE LUMEN TUBE
ENDOBRONCHIAL BLOCKER