ROMEO DAN JULIET “What's in a name? That which we call a rose. By any other name would smell as sweet” ~ Romeo and Juliet ~
“Huruf R yang ada di tengah-tengah nama kamu,” jawab Kikan sambil tersenyum penuh kemenangan saat kutanya apa yang mau dia ketahui tentang aku. “Sial!” makiku pelan. Dilema mulai menghantui diriku. Memang seharusnya aku tak ikut-ikutan main Truth or Dare karena sudah kuperkirakan nantinya
akan
berakhir
seperti
ini.
Menyebutkan
kepanjangan dari huruf R yang terpampang di tengah-tengah namaku atau menari striptease di depan dosen akuntasi. Kita semua sudah dibodohi dengan kata or dare. Ini sebenarnya hanya permainan untuk tahu rahasia seseorang. Aku telah melakukan kesalahan besar dengan ikut serta di dalamnya. “Ayo jawab, Nin. Atau kamu mau…” Ria tak melanjutkan tawarannya. “Romeo,” jawabku pelan.
“Apa?” Dian yang duduk paling jauh mendekatkan telinganya, sementara yang lain tampak melongo. ”Romeo! Puas?” jawabku keras dan membuat mereka meledak dalam tawa. “Nina Romeo Suwarna. Romeo… Romeo… Hahahah…” Kikan masih saja tertawa sampai mengeluarkan air mata. Aku hanya cemberut menatap mereka. Aku benci Papa dan Mama yang tega-teganya memberi nama Romeo di tengah namaku. Aku benci ada nama seorang tokoh pria terkenal di tengah namaku yang feminin. Aku benci mempunyai nama yang dalam bahasa latin, berarti ‘pria dari Roma’. Nama yang menurut cerita Shakespeare adalah seorang pria tampan yang mencintai seorang wanita cantik bernama Juliet. Mmm, tidak semuanya mengenai cowok, sih. Ada juga menurut bahasa latin, Romeo berarti ziarah ke Roma. Percayakah kamu? Artinya: ziarah! Untunglah masa depan tak ditentukan oleh nama. Kalau tidak? Yah, sudah terlihat dengan jelas masa depanku yang suram dan berliku-liku.
2
Aku masih ingat penjelasan Papa saat kutanya mengenai nama tersebut. “Nina, kamu harus ngerti, dong. Nama Romeo itu ada sejarahnya.” Aku mendengus mendengar penjelasan Papa. Sudah berkali-kali Papa menjelaskan kalau Romeo adalah nama dokter teman Papa yang membantu persalinan Mama. Ceritanya, waktu itu, persalinan Mama mengalami masalah dan ada kemungkinan salah satu dari bayi maupun sang ibu akan meninggal. Papa yang kebetulan saat itu sedang dalam keadaan labil berjanji, jika seandainya kami berdua selamat, dia akan mengabadikan nama sang dokter sebagai salah satu nama anaknya. Inilah aku, Nina Romeo Suwarna, anak yang terbebani dengan nama lelaki yang diukir dengan begitu manisnya di antara nama-nama cantikku yang lain. Oh Tuhan, mengapa Mama harus memilih dokter laki-laki untuk membantunya melahirkan? Padahal, ada juga nama yang bisa dipakai cowok dan cewek. Contohnya Dian, Dian Sastro dan Dian Pramana Putra. Namun, mengapa dokter itu harus bernama Romeo? Mengapa namaku bukan Juliet yang berarti awet muda?
3
Namun sudahlah, lepas dari kegilaan itu, aku mungkin harus bersyukur karena Papa dan Mama tak cukup gila sampai meletakkan nama Romeo sebagai nama depanku, sehingga aku bisa menyembunyikan namaku dalam bentuk singkatan: R. Sialnya, entah mengapa orang-orang masih penasaran ingin tahu kepanjangan R itu dan selalu saja ketahuan. Mungkin bagi seorang anak TK maupun SD, hal itu bukanlah masalah besar. Namun, itu adalah masalah hidup dan mati saat kita kuliah! Benar-benar menurunkan harga pasaran bagi seorang cewek cantik yang bernama tengah ‘Romeo’. Semua tawa itu, lelucon itu, aku benci menjadi cewek yang bernama tengah cowok. Sampai saat itu… “Andre Juliet Pratama.” Cowok itu memperkenalkan dirinya di depan teman-teman yang sedang bergerombol di sampingku. Aku sampai mematung mendengar namanya. Andre ini, cowok pendatang baru di kampus yang digandrungi sejuta cewek haus kasih sayang. “Juliet? Romeo, teman lo, nih!” panggil Kikan tertawa-tawa.
4
“Hai.” Aku hanya mengangguk lemah ke arahnya. Bagus! Pertemuan romantis Romeo dan Juliet dengan jenis kelamin yang diputar, pikirku lemah. “Cieee… Romantisnya, Romeo bertemu Juliet.” “Basi, lo!” Aku langsung menyambar tas untuk segera pulang. “Ini Andre.” Teman Papa yang baru datang dari Singapura itu memperkenalkan cowok yang tadi ke Papaku. Si Juliet, pikirku. “Andre Juliet Pratama.” Dia mengulurkan tangan untuk menjabat tangan Papa. Sikap yang membuat Papa tersenyum melihat kesopanannya. “Wah, kamu sopan sekali. Nggak kayak anak Om. Nin, kenalan, dong! Jangan diam aja.” “Nina Suwarna.” Aku memperkenalkan diri dengan enggan. ‘Si Juliet’ tersenyum simpul. “Wah, dia benar-benar cantik. Benar-benar anak mahal yang kamu tunggu selama… Mmm… Berapa tahun, ya?”
5
“Enam, enam tahun. Karena itulah aku abadikan nama kamu di tengah-tengah namanya.” Mereka berdua tertawa bersamaan. Oh, ini si dokter Romeo? Ternyata, dia sama anehnya dengan Papa. Kok bisa-bisanya menamakan anaknya dengan nama tengah Juliet. “Nin, kamu harus tahu alasan lain mengapa kamu dinamakan melanjutkan
Romeo.”
Papa
perkataannya.
mengedipkan “Karena
mata,
kami
lalu sudah
menjodohkan kalian sejak kecil. Iya, Romeo dan Juliet.” Papa dan Om Romeo tersenyum penuh arti kepadaku. Apaaa?! Belum lagi aku menanggapinya, Papa sudah mendorongku ke arah Andre. “Nin, jangan diam aja, dong. Ajak Andre jalan-jalan.” Aku pun membawanya ke taman di belakang, sementara dari tadi, Andre hanya tersenyum saja menatapku. Jangan-jangan, Andre menyukaiku? Tidak, tidak... “Wah, taman kamu bagus. Sejuk banget,” pujinya tulus. “Biasa aja, Dre,” jawabku tak acuh. Lalu, berinisiatif untuk menanyakan hal yang dari tadi ingin kutanyakan padanya. “Eh, boleh aku tanya sesuatu? 6