DAFTAR PUSTAKA
Achjadi, J. 1989. The Crafts of Indonesia. London: Studio Vista. Adhyatman, S. 1982. Keramik Kuno yang ditemukan di Indonesia. Jakarta : Jaya Agung. --------------------------.1987. Kendi. Jakarta: Jaya Agung Offset. Adriati, I. 2004. Metodologi Penelitian Seni (kumpulan Tulisan) Departemen Seni Murni, FRSD, ITB. --------------------------. 2007. Mencari Perempuan Perupa Dunia. Penerbit Petik. Bandung. -----------------------2001. Menelusuri Penghormatan Terhadap Nyi Pohaci Sanghyang Sri, dalam Kultur Padi. Museum Nasional, Jakarta. Agusta, Margaret dan Rudy Badil, 1995. Ukelan. Jakarta: The Jakarta Post. Ambar Astuti . 1997. Pengetahuan Keramik. Gadjah Mada University Press. Arina. 2005. Perempuan. Jakarta Barker, C. 2000. Cultural Studies. London. Brooks, Ann . 1997. Postfeminisms. London Broude, N and Mary D.Garrard. 2005. Reclaiming Female Agency. University of California Press. London
Cavallaro, D. 2004. Critical and Cultural Theory. Yogyakarta : Niagara Damayanti, I. 2005. Diktat Kuliah Psikologi Seni. ITB Dermawan, A. 2005 . Fan- tastic lady. Jakarta. Galeri Canna. --------------- dan Suryobuwono, A. 2003. Dewi Sri. Jakarta : PT. Widayanto Citra Tembikarindo. Dormer, P. 1986. The New Ceramics. Thames and Hudson. London. ---------------- 1997. The Culture of Craft Status and Future. New York : St. Martin's Press, Inc. Endraswara, S. 2003. Metodologi Penelitian Kebudayaan. UGM
186
Fakih, M. 1996. Analisis Gender & Transformasi Sosial. Yogyakarta. Feldman, E. 1967. Art As Image And Idea. Englewood Cliff ,New Jersey. PrenticeHall, Inc. Fisher, J. 1990. Modern Indonesia Art. Singapore : Singapore National Printers. Frank dan Hamer, J. 1986. The Potter's Dictionary of _Materials and Techniques New York: A & C Black. Hoge E & Horn J, (1989), Keramik, Dahara Prize, Semarang. Hugh Honour - Fleming (5). A World History of Art Hanindata. H, Anton. 2000. Mother & Child, Jakarta. PT. Widayanto Citra Tembikarindo. Ihromi. T.O.1999. Pokok –pokok Antropologi Budaya. Jakarta J. Hartono, A. Mengenal Keramik Modern, Yogyakarta, Andi Offset. Kusnadi dkk. 1979 . Sejarah Seni Rupa Indonesia. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Mc Donald, Helen. 2001. Erotic Ambiguities The Female Nude In Art. Routledge, London.
Piliang, Y. 2003. Hipersemiotika. Jalasutra. Priyatna, A.2006. Kajian Budaya Feminis.Yogyakarta. Jalasutra. --------------.2003. Becoming White. Yogyakarta. Jalasutra. Richter, A. Art and Crafts of Indonesia, Chronicle Books. San Francisco Rohendi, T. 2000. Kesenian Dalam Pendekatan Kebudayaan. Bandung : STISI.
Rozsika and Griselda. 1987. Framing Feminism. Pandora. London and New York. Sachari, A. 1989. Estetik Terapan. Bandung: Nova ------------. 2002. Estetika (Makna, Simbol dan Daya), ITB. Sindhunata . 1997 . Golekan. Jakarta. PT. Widayanto Citra Tembikarindo. Siddharta, H. The Crafts Of Indonesia. Seni Kriya. Jakarta 1988. Times Editions. Sugiyono. 1979. Pengetahuan Teknologi Kerajinan Keramik, Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
187
Soemaryadi.1992/1993. Pendidikan Keterampilan. Depdikbud. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi PPTK. Sumardjo, J. 1999. Filsafat Seni. Bandung. ITB ----------------.2002. Arkeologi Budaya Indonesia. Qalam. ----------------.2006. Estetika Paradoks.STSI Bandung. Setjoatmodjo, P. 1998. Bacaan Tentang Estetika, Depdikbud. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi PPLPTK. Jakarta. Tabrani, P. 1999. Belajar dart Sejarah dan Lingkungan. Bandung : ITB Thomas, G. 1982. Step By Step Guide To Pottery. London: Hamlyn Wolf, N . 1997. Gegar Gender. Yogyakarta : Pustaka Semesta Press. Yudeseputro, W. 1983. Seni Kerajinan Indonesia. Jakarta : Depdikbud.
Artikel Pameran Keramik F.Widayanto, Membangun Bentuk-Bentuk Baru. Kompas. 23/3/1987 Keramik Karya Kriya Hendrawan Menantang Apresiasi Masyarakat. Pikiran Rakyat.11/12/1987. Motif Tradisional Masih Tetap Dipertahankan, Bonzan Berikan “Suntikan” Fades Perajin. Pikiran Rakyat. 7/3/1995. Merangsang Gerak Kreatif Senit Keramik Indonesia. Sinar Harapan. 7/6/1978 Pameran Keramik : Dari Yang Ornamental Sampai Yang Mulus-Mulus. Kompas. 20/8/1979. Keramik Sebagal Alat Ekspresi, Pameran Keramik Karya Hilda. Pikiran Rakyat. 2/10/1978. Refleksi Dewi Sri Karya F.Widayanto, Kembali Ke Indonesia Lewat Sawah. Kompas. 9/7/2003. F. Widayanto. Kompas. 15/6/2003
188
Jurnal A.Ferry T. Indratno. 2004. Perempuan dalam Perspektif Islam dan Tao. Matabaca.Vol 2. Jurnal Perempuan : -
Pornografi . 2004. YJP Jakarta
-
Seksualitas. 2005. YJP Jakarta
-
Pengetahuan Perempuan. 2006. YJP Jakarta
Made Subrata. 1996. Mudra, Jurnal Seni Budaya no. 4 Th. IV. Visual Art. Seni Kriya & Kriya Vs Seni. 2005 ----------------.Edisi 15 . 2006 ----------------.Edisi 19 . 2007 Wacana . Jurnal Ilmu Pengetahuan Budaya. Perempuan dan Budaya. Vol. 5. 2003. Jakarta Wiranata, I Gede AB. 2002. Antropologi Budaya. Bandung : Citra Aditya Bakti.
Skripsi,Tesis Harmaen, D. 2004. Analisis Terhadap Perkembangan Estetik Kria Anyam Mendong Desa Cibeureum Tasikmalaya. ITB. Jono Irianto, A. 1990. Seni Keramik Modern. ITB (skripsi) Sihombing, R. 1998 . Citraan Wanita Di Internet. ITB. Sutarman, D. 1968. Wayang Golek Purwa. ITB (Skripsi) Suwarsono, A. 1999. Konsep Gender Pada Visualisasi Iklan Televisi Dipandang Dari Makna Kultural Jawa. ITB. Yana, D. 2004. Peranan Budaya Tradisi Dalam Kriya Keramik F. Widayanto.ITB.
189
Katalog A Zaelani, R. 2004. Dalam Argumentasi : Seni Keramik Indonesia. Pameran Seniman Keramik Muda Indonesia. Galeri Nasional Indonesia. Dirgantoro, W. 2004. Wacana Keramik dalam Seni Rupa Modern. Pameran Seniman Keramik Muda Indonesia. Galeri Nasional Indonesia. Jono Irianto, A.2004. Menimbang Praktik Seni Keramik Modern Indonesia. Pameran Seniman Keramik Muda Indonesia. Galeri Nasional Indonesia. Supangkat, J. Jono Irianto, A . 1998. Mengungkap Rupa Dekoratif. The Cultural Section. Australian Embassy. Jakarta
Web Site http://www.widayanto.com http://sanlixing.en.alibaba.com/product/50413696/52349103/porcelain_ceramic_prod ucts/Figure.html http://www.alibaba.com/catalog/11491656/Sculptures_Japanese_Dolls.html http://www.alibaba.com/catalog/11420540/Ceramic_Mom_And_Son.htmlhttp://uploa d.wikimedia.org/wikipedia/commons/7/73/Dame_Chine_Guimet_291003.jpg http://en.wikipedia.org/wiki/Image:Doctors_lady.jpg http://en.wikipedia.org/wiki/Image:HenryMoore_RecliningFigure_1951.jpg http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/5/50/Venus_von_Willendorf_01.jpg http://en.wikipedia.org/wiki/Ceramics_(art) http://en.wikipedia.org/wiki/Image:Meissen-Porcelain-Korean.Girl.JPG
190
LAMPIRAN A
WAWANCARA
F.Widayanto, Tanggal 16 April 2007
Wawancara dengan F.Widayanto, 16 April 2007.
Membuat keramik bukanlah hal yang mudah, bagaimana cara bapak mengatasi hal tersebut ? ”Dalam membuat keramik kita harus bersabar, karena membuat keramik melalui beberapa tahapan, apalagi dalam proses pembakaran yang belum tentu hasil awal sebelum masuk pembakaran sama dengan hasil akhir setelah proses pembakaran”
Untuk memperoleh hasil yang diinginkan dalam pembuatan karya keramik dengan berbagai variasi, bagaimana bapak memperolehnya ? ”Melalui bekerja saya mengasah kepekaan terhadap bentuk maupun motif sehingga dapat menguasainya. Melalui kerja keras ini mendorong saya untuk lebih kreatif dalam berkarya”.
Mengapa dalam karya-karya seperti Ukelan, Golekan, Mother and Child, Dewi Sri sampai Fan tastic Lady, Bapak memilih tema perempuan ? “Saya memilih perempuan sebagai tema karya patung keramik, dikarenakan perempuan mau melakukan kegiatan yang tujuannya mempercantik tubuh, diantaranya mereka mau menggunakan berbagai macam busana dan memakai berbagai macam aksesoris, seperti anting, kalung, gelang.
Apabila saya melihat karya bapak yang bertajuk Ukelan, seperti karya- karya peninggalan Majapahit. Memang karya-karya yang bertajuk Ukelan, saya terinspirasi dari artefak peninggalan Majapahit, yaitu artefak yang berbentuk kepala perempuan dengan berbagai tatanan rambut.
Mengapa dalam karya Golekan serta karya Fan-tastic lady figur perempuan yang ditampilkan mengenakan berbagai macam balutan pakaian seperti peragaan busana?
”Saya memilih tema perempuan dalam karya-karya saya karena saya tertarik dengan figur perempuan yang bisa melakukan berbagai macam gaya dengan berbagai ekspresi, dan saya tertarik pada dunia fesyen yang saya aplikasikan hanya pada karya-karya saya.
Selain ketertarikan bapak pada fesyen, adakah hal lain yang melatarbelakangi perupaan perempuan pada karya-karya bapak ? ”Selain ketertarikan pada dunia fesyen, saya membuat karya-karya patung keramik dengan tema perempuan dengan berbagai bentuk, karena saya ingin mencoba menginterpretasikan tanggapan saya tentang kejadian yang berlangsung di sekitar saya khususnya yang berkaitan dengan perempuan”.
Ada berbagai macam cerita atau mitos tentang Dewi Sri di Indonesia. Dalam karya Dewi Sri di tahun 2003, tepatnya bapak mengambil mitos Dewi Sri dari daerah mana ? Dalam karya ini mitos tentang Dewi Sri yang saya ambil yaitu dari berbagai daerah, saya tidak mengkhususkan daerah mana, intinya saya ambil mitos Dewi Sri yang universal, yaitu Dewi Sri sebagai Dewi Padi atau dewi kesuburan.
Mengapa tampilan sosok Dewi Sri berbeda, yang sebelumya dari seri Golekan di tahun 1997 sosok Dewi Sri mempunyai bentuk yang dinamis, tetapi pada seri Dewi Sri di tahun 2003 bentuknya statis ? “Dalam membuat
karya-karya Dewi Sri di tahun 2003, saya ingin
merepresentasikan rasa hormat saya pada sosok Dewi Sri, dengan penggambaran posisi berdiri yang berkesan statis dan saya tidak mau mengkarikaturkan sosok Dewi Sri dalam karya ini, sehingga penggambaranya berkesan mewah dengan ekspresi yang lembut sesuai dengan karakter seorang Dewi”
Mengapa pada karya yang bertajuk Fan-tastic Lady terlihat tema perempuan yang diambil, tidak hanya perempuan Indonesia atau etnis Jawa tetapi ada perupaan perempuan dari berbagai etnis ? ”Pada karya Fan-tactic Lady ini, saya ingin menghadirkan perupaan perempuan yang lebih universal, tidak hanya bergaya etnik lokal tetapi oriental dan caucasian atau kebarat-baratan tetapi dengan penamaan judul karya masih menggunakan bahasa Jawa”.
Maaf Pak, dalam karya Narccius mengapa bapak mengambil tema laki-laki dalam perupaanya ? “Saya membuat patung dengan tema laki-laki seperti pada karya Narccius, karena saya ingin membandingkan dengan karya patung keramik dengan tema perempuan yang laku di pasaran, tema perempuan cenderung lebih disukai masyarakat. Selain alasan tadi melalui karya-karya Narcissus, saya mencoba merepresentasikan kehidupan kaum laki-laki perkotaan di masa sekarang yang cenderung narsis”
Dari semua karya yang Bapak buat, saya melihat hadirnya unsur tradisi Jawa sangat kuat, mengapa demikian ? Hadirnya unsur tradisi dalam karya-karya dikarenakan saya ingin identitas saya sebagai bangsa Indonesia terlihat, salahsatunya unsur tradisi Jawa.
Bagaimana tanggapan bapak tentang sebagian kritikus seni yang mengolongkan karya-karya bapak tepatnya karya patung keramik sebagai karya yang lebih mementingkan aspek ekonomi atau potensi bisnis dibanding karya seni yang lebih mementingkan ekspresi pribadi ? Saya tidak terlalu dipusingkan dengan penilaian audiens, dan saya tidak menampik kalau seorang seniman juga perlu ekonomi untuk memenuhi kebutuhan hidup, tetapi yang terpenting yaitu saya ingin berkarya dan terus berkarya.
LAMPIRAN B
TABEL DAFTAR PAMERAN KARYA KERAMIK F.WIDAYANTO 1. Tabel daftar pameran tunggal karya keramik F.Widayanto 2. Tabel daftar pameran bersama, karya keramik F.Widayanto 3. Tabel pameran produk P.T Widayanto Citra Tembikarindo
Tabel daftar pameran karya keramik F. Widayanto
1. Tabel daftar pameran tunggal karya keramik F. Widayanto :
Tahun
Judul Pameran
Tempat
1987
Wadah Air
Erasmus Huis, Jakarta
1990
Loro Blonyo
Mercantile Club, gedung BCA Jakarta.
1990
Topeng
Bank Universal, Jakarta.
1993
Ganesha- Ganeshi
Bentara Budaya Jakarta.
1995
Ukelan
The
Regent
Hotel,
Jakarta. 1997
Golekan
Bentara Budaya, Jakarta.
2000
Ibu dan Anak “Mother and Child”
Galeri Nasional, Jakarta.
2000
Kendi-kendi
Restoran & Gallery KOI, Jakarta.
2003
Dewi Sri
Galeri Nasional, Jakarta.
“Shanghyang Sri……Nyi Pohaci” 2005
Fan-tastic Lady
Galeri Nasional, Jakarta.
2007
“Narcissus Narcissus”
Galeri Nasional, Jakarta.
Pria-pria Metroseksual
(Sumber : Penulis, 2007)
2. Daftar pameran bersama, karya keramik F. Widayanto :
Tahun
Pameran Bersama
Tempat
1985
Seniman Keramik ’KALAGYAN”
Jakarta
1994
Ken Pattern
Taruma Gallery, Bogor
1996
Topeng,
16th
National
Acquisition Award
Craft Museum and Art Gallery of the Norhern Territory, Darwin, Australia.
2003
CP Biennale
Galeri Nasional, Jakarta.
2007
Seniman Keramik Kobayasi
Galeri Nasional, Jakarta.
(Sumber : Penulis, 2007)
3. Tabel Pameran produk P.T Widayanto Citra Tembikarindo : Tahun
Pameran
Tempat
1985
Pameran tunggal
Taman Ismail Marzuki, Jakarta
1986
Pameran tunggal
Singapore
1987
Sarinah
New York, Amerika Serikat
1990
Pameran
Los Angeles, Amerika Serikat
1991
Pameran tunggal
Noumea, New Caledonia
1993
Pameran tunggal
Surabaya
1994
Pameran tunggal
Bentara Budaya, Jakarta.
1995
Pameran Retrospektif
Jakarta.
1996
Pameran tunggal
Chedi Hotel, Bandung
1997
Pameran Made in Indonesia
WTC, Singapore
1998
Pameran tunggal
Plaza Senayan, Jakarta.
2000
Indonesia Collection 2000
Crown Prince Hotel, Singapore
2001
Pameran Ceramic Inpiration
Hotel Sari Pan Pacific, Jakarta.
2002
Pameran Guci dan Piring Besar
Jakarta.
2002
Pameran Bersama Vase Galaxi
Gallery KOI, Jakarta.
(Sumber : katalog Dewi Sri)
LAMPIRAN C
Tahapan Penelitian, Metoda Kritik Seni 1. Deskripsi 2. Analisis Bentuk 3. Intepretasi atau Penafsiran 4. Penilaian
Tahapan Penelitian, Metoda Kritik Seni :
1. Deskripsi
Deskripsi mengacu pada melihat proses pembuatan sebuah karya secara menyeluruh. Deskripsi meliputi: - Membuat daftar tentang apa saja yang kita lihat dalam sebuah karya. - Menyajikan sebuah analisis secara teknis tentang bagaimana karya tersebut dibuat.
2. Analisis Bentuk -
Dalam analisis bentuk, kita mencoba untuk berada “lebih dalam” dari sekedar menjelaskan secara detail tentang proses berkarya.
-
Pada analisis bentuk, kita tidak lagi terikat pada hal-hal yang bersifat teknis, tetapi dalam analisis bentuk, kita lebih terfokus pada hal-hal yang estetik, seperti kualitas garis, bentuk, warna, pencahayaan, dan lain-lain.
-
Analisis bentuk membutuhkan pengalaman dan pemahaman visual kita tentang bentuk, arah, warna, garis, serta ilusi visual ketika mengamati sebuah karya seni.
-
Analisis bentuk akan membantu kita dalam menetapkan penafsiran kita dan membantu kita dalam memberikan penilaian tentang sebuah karya.
-
Dalam membuat analisis bentuk, kita telah mengakumulasikan bukti-bukti visual yang akan membantu kita untuk melakukan penafsiran terhadap karya tersebut dan melakukan penilaian terhadap keadaan terkini.
-
Pada analisis bentuk, kita mulai bergerak dari bentuk yang sudah kita deskripsikan secara obyektif pada bagaimana cara kita merasakan bentuk tersebut.
3. Intepretasi atau Penafsiran
a. Penafsiran merupakan salah satu bentuk kritik yang berusaha mencari makna atau arti dari sebuah karya.
b. Penasiran bukan sebuah usaha untuk memberikan penilaian terhadap suatu karya. Sebaiknya penilaian diberikan setelah melakukan proses penafsiran. c. Kita berusaha untuk menemukan tentang apa yang ingin diungkapkan oleh seorang seniman melalui karyanya. d. Menafsirkan karya bisa juga diartikan untuk menemukan makna yang ada pada sebuah karya dan hubungannya dengan kehidupan kita, serta mempelajari keberadaan karya seni ditengah-tengah kita dan juga mempelajari sejauh mana karya seni mempengaruhi keberadaan kita. e. Kita hanya perlu mencari tahu apa yang menjadi jalan pikiran seniman karena kita tidak akan menjelajahi kehidupan pribadinya, kita hanya perlu menemukan apa yang ingin disampaikan oleh seniman melalui karyanya dan apa yang ia pikirkan mengenai karya tersebut. f. Dalam kritik penafsiran, kita berhadapan dengan pancaindera dan kualitas bentuk formal karya seni dan mempelajari pengaruh dari kualitas bentuk-bentuk itu dalam pandangan kita. g. Problem estetis dan kritik seni adalah tidak ada cara untuk menghindarkan persepsi terhadap karya seni oleh manusia. Ketika kita melibatkan persepsi kita, kita juga telah melibatkan distorsi dan bias yang terdapat pada pengetahuan dan budaya yang kita miliki.
4. Penilaian a. Penilaian di sini berarti melakukan evaluasi pada sebuah karya seni dengan metode yang kritis serta memberikan posisi pada karya tersebut dalam hubungannya dengan karya lain di kelasnya, memutuskan derajat artistik dan etsetiknya. b. Penilaian di sini juga melingkupi nilai secara nominal dari sebuah karya seni selain ‘nilai’ yang dimiliki oleh karya tersebut. c. Seni modern lebih kompleks untuk dinilai, karena berhubungan dengan prediksi dari nilai estetis yang lebih tahan lama dibandingkan tentang pengetahuan
terhadap karya seni tersebut, yang menimbulkan banyak permasalahan seperti proses berkarya, tampilan, penjualan dan kepemilikan.
Evaluasi atau penilaian (dengan perbandingan sejarah) meliputi: a. Menghubungkan karya dalam sebuah penelitian pada kemungkinan yang luas dalam karya yang memiliki kemiripan. b. Memastikan tujuan atau fungsi dari karya terkini. c. Menentukan dengan cara apa karya terkini telah bertolak dari karya terdahulu yang memiliki nilai sejarah. d. Menghubungkan karya pada karakteristik dan sudut pandang waktu di mana karya tersebut diciptakan.
GLOSARIUM
Abstrak
: tidak berwujud / berbentuk.
Agraris
: mengenai pertanian, tanah pertanian.
Aksesoris
: barang tambahan.
Androgin
: sebuah kategori seksualitas yang di dalamnya baik karakteristik laki-laki maupun perempuan sebagai pembentuk identitas manusia secara bersamaan diterima.
Anyam
: mengatur, tindih- menindih dan silang menyilang.
Apresiasi
: 1. Kesadaran terhadap niiai seni dan budaya; 2. penilaian (penghargaan terhadap sesuatu);
Apresiator : orang yang memberikan penghargaan serta meiniliki kesadaran terhadap nilai seni dan budaya Arca
: Patung yang terutama dibuat dari batu yang dipahat menyerupai bentuk orang atau binatang.
Arkeologi
: Sebuah kategori epistemologis yang dikembangkan oleh Michel Foucault, yang mempelajari tentang berbagai praktik diskursus, beserta aturanaturan main yang ada di baliknya.
Artefak
: Benda-benda, seperti alat, perhiasan yang menunjukkan kecakapan kerja manusia (terutama pada zarnan dahulu) yang ditemukan melalui penggalian arkeologi.
Asimetris Candi
: tidak seimbang, tidak simetris. : bangunan kuno yang dibuat dari batu sebagai tempat pemujaan, penyimpanan abu jenazah raja- raja atau pendeta – pendeta Hindu / Budha pada zaman dulu.
Citra
: sesuatu yang tampak oleh Indra, akan tetapi tidak memiliki eksistensi substansial.
Dekorasi : gambar hiasan Denotasi (Denotation): hubungan eksplisit antara tanda dengan referensi atau realitas dalam pertandaan.
191
Desain
: Kerangka bentuk; rancangan.
Desainer atan perancang yalta orang yang membuat desain Earthemware Bahan baku tanah hat yang digunakan untuk badan keramik dan cocok untuk pembakaran dengan suhu yang rendah sekitar 900-1100°C Ego: mekanisme psikis yang berfungsi mengatur pembentukan realitas. Ego ideal: mekanisme psikis dalam psikoanalisis Lacanian yang memampukan kita mengidentifikasi diri dengan orang lain, serta menjadikannya sebagai model dalam menjalani kehidupan. Eksplorasi : penjelajahan Eksterior : bagian luar ( rumah, gedung, dll). Engobe : semacam cat untuk memberi warna benda-benda keramik. Estetis
: indah, mengenai keindahan .
Etnik
: bertalian dengan kelompok sosial dalam sistem sosial / kebudayaan yang mempunyai arti / kedudukan tertentu karena keturunan, adat, dgam bahasa, dsb.
Fenomena : 1. hal-hal yang dapat disalcsikan dengan panea indera dan dapat diterangkan dan dinihai secara ilmiali 2. Fakta ; kenyataan. Fesyen
: mode atau tata busana
Figur
: 1. bentuk; wujud; 2. tokoh
Figuratif
: bersifat kiasan atau lambang.
Gerabah
: alat-alat dapur yang terbuat dari tanah liat yang kemudian dibakar.
Gestur
: gerakan sebagian atau keseluruhan tubuh untuk menunjukkan ekspresi.
Gips
: kalsium sulfat dengan dua molekul air kristal / kapur batu.
Glasir
: lapisan kaca tipis yang menempel pada permukaan barang-barang keramik, setelah melalui proses pembakaran.
Guci
: buyung yang diberi lapis mengkilap.
Identitas
: Ciri-ciri atau keadaan khusus seseorang ; jati diri.
192
Inovatif
: bersifat memperkenalkan sesuatu yang baru, bersifat pembaruan (kreasi baru).
Inovasi
: 1. Pemasukan atau pengenalan hal-hal yang baru, pembaruan. 2. penemuan baru yang berbeda dengan yang sudah ada sebelumnya.
Inspirasi
: ilham
Interpretasi
: Pemberian kesan, pendapat, atau pandangan teoritis terhadap sesuatu tafsiran.
Kendi
: keramik yang herfungsi sebagai tempat untuk menyimpan air minum
Isolator
: penyekat / pengisolasi (arus listrik ).
Kaolin
: tanah lunak, halus dan putih.
Kekuasaan
: mekanisme kekuatan sosial dalam teori diskursus Foucault, yang bersifat plural produktif, muncul pada tingkat periferal, dan dibangun bukan dengan cara represi tetapi stimulasi.
Kerajinan
: kegiatan membuat sesuatu.
Keramik
: tanah liat yang dibakar.
Kimia
: pengetahuan tentang susunan, sifat, reaksi dari suatu unsur atau zat.
Kitsch
: segala bentuk seni yang berkaitan dengan selera rendah, yaitu rendahnya bakuan estetik yang dimilikinya.
Klasik
: 1. Mempunyai nilai yang diakui dan menjadi tolak ukur kesempurnaan yang abadi, tertinggi. 2. karya yang bernilai tinggi serta langgeng dan sering dijadikan tolak ukur atau karya zaman kuno yang benilai kekal. 3. bersifat seperti seni kiasik yaitu sederhana, serasi, dan tidak berlebihan. 4. termasyhur karena bersejarah. 5. tradisional dan indah.
Kode
: cara pengombinasian tanda yang disepakati secara sosial, untuk memungkinkan satu pesan disampaikan dari seorang ke orang lain.
Komoditi : segala sesuatu yang diproduksi dan dipertukarkan dengan sesuatu yang lain, biasanya uang, dalam rangka memperoleh nilai lebih atau keuntungan. Kombinasi : gabungan beberapa hal.
193
Konotasi: aspek makna yang berkaitan dengan perasaan dan emosi serta nilai-nilai kebudayaan dan ideologi. Konsumen : 1. pemakai barang-barang hasil industri (pakaian, makanan, dsb). 2. penerima pesan iklan; 3. pemakai jasa (pelanggan dsb.) Konsumerisme: manipulasi tingkah laku para konsumen melalui berbagai aspek komunikasi pemasaran. Kreatif
: memiliki daya cipta atau kemampuan menciptakan.
Krisis: ketidakmampuan satu sistem untuk mempertahankan sistem normatif yang berlaku, akibat dari pengaruh-pengaruh internal maupun eksternal. Kriya Desain : Kriya yang lebih menekankan kedesainannya dibandingkan keseniannya dibuat massal untuk memenuhi kebutuhan pasar; dibuat berdasarkan pertimbangan pemakai atau konsumen; keuntungan ekonomi merupakan tujuan. Kriya Seni : Kriya yang lebih menekankan keseniannya dibandingkan kedesainannya; ungkapan ekspresi pribadi; tidak dibuat massal dan tidak direncanakan untuk kebutuhan pasar; nilai ekonomi yang diperoleh pembuatnya bukan merupakan tujuan tetapi akibat.
Kualitas
: 1. Tingkat baik buruknya sesuatu, kadar. 2. Derajat atau’ taraf (kepandaian, kecakapan), mutu.
Manual
: dibuat dengan tangan.
Masyarakat kapitalis : sebuah masyarakat yang pola kehidupan dan budayanya dilandasi oleh fondasi ideologi ekonomi kapitalisme. Masyarakat konsumer: masyarakat yang menciptakan nilai-nilai benlimpah-ruah melalui barang-barang konsumer, serta
menjadikan konsumsi sebagai pusat
aktivitas kehidupan. Masyarakat tontonan : masyarakat yang hampir segala aspek kehidupannya dipenuhi oleh berbagai bentuk tontonan, dan menjadikannya sebagai rujukan nilai dan tujuan kehidupan.
194
Materialisme: satu paham bahwa segala yang ada hanya yang bersifat material, dan makna kehidupan hanya dibangun di dunia ini yang juga bersifat material. Meng-uli : Meremas-remas dan menekan-nekan (tanah hat) dengan tangan supaya memiliki kepadatan yang homogen. Modernisme tinggi: kecenderungan modernisme yang murni, yang terbebas dari pengaruh budaya massa dan sifat komersialisme kapitalis. Motif : pola, corak Mediterania : laut diantara Eropa dan Afrika ( laut tengah ). Modern Neolithicum
: terbaru, mutakhir. : masa terakhir zaman batu ketika manusia menggunakan alat-alat dari batu.
Noise: setiap gangguan acak terhadap sinyal atau tanda di dalam sebuah sistem komunikasi; sebuah gangguan acak terhadap tatanan dan interaksi sosial. Objektifikasi: sebuah proses pembentukan subjektivitas manusia melalui sebuah proses eksternalisasi lewat penciptaan objek-objek dan proses nternalisasi nilainilai yang terkandung di dalam objek tersebut. Parodi: sebuah komposisi sastra atau seni yang di dalamnya gagasan, gaya atau ungkapan khas
seorang
seniman
dipermainkan
sedemikian
rupa,
sehingga
membuatnya tampak absurd. Patung
: tiruan bentuk manusia, hewan dan sebagainya.
Patriarki: konsep yang mengacu pada satu kondisi bahwa segala sesuatu diterima secara fundamental dan universal sebagai dominansi kaum lelaki. Penampakan: kualitas objek yang secrara langsung dapat ditangkap oleh intuisi, untuk membedakannya dengan realitas sesungguhnya, yang berada di luar jangkauan intuisi. Penanda
: citraan atau kesan mental dari sesuatu yang bersifat verbal atau visual, seperti suara, tulisan atau benda.
Pencerahan: era kelahiran sastra, seni, dan kebudayaan pada umumnya yang menandakan awal dari dunia modern dan era pencerahan di Barat. Periuk
: alat untuk menanak nasi yang dibuat dari tanah atau logam.
195
Pertandaan: hubungan antara penanda denga petanda, yaitu cara tertentu sebuah citraan mental berhubungan dengan sebuah makna. Perupa : seniman dalam seni rupa Pilin
: spiral / Gulung.
Pinching
: pijit ( menekan dengan jari ).
Plastis
: bersifat mudah dibentuk.
Pluralisme: sebuah keyakinan atau doktrin tentang penghargaan akan keberagaman, serta upaya-upaya aktif di dalamnya untuk mengembangkan dialog serta sikap toleransi. Pola
: gambar yang dipakai untuk contoh.
porous
: mengadung banyak pori.
Porselin
: Bahan baku tanah liat yang digunakan untuk badan keramik dan cocok dibakar pada suhu yang tinggi sekitar 1300-1400°C
Posmodernisme: gerakan kebudayaan pada umumnya, yang dicirikan oleh penentangan terhadap totalitarianisme dan universalisme, serta kecenderungannya ke arah keanekaragaman ke arah melimpah ruah dan tumpang tindihnya berbagai
citraan
dan
gaya,
sehingga
menimbulkan
fragmentasi,
kontradiksi, dan pendangkalan makna kebudayaan. pra-sejarah
: zaman purba, sebelum ada sejarah .
Proporsi : perimbangan, perbandingan, bagian. Progresif
: ke arah kemajuan, berhaluan ke arah perbaikan dari keadaan sekarang.
Relief
: pahatan yang menampilkan perbedaan bentuk dan gambar dari permukaan rata di sekitarnya.
Representasi: tindakan menghadirkan atau mempresentasikan sesuatu lewat sesuatu yang lain di luar dirinya, biasanya berupa tanda atau simbol. Salon : ruang rias Sarkopagus
: peti mayat yang dibuat dari batu.
Semi realis
: setengah nyata.
196
Semiotika: ilmu tentang tanda dan kode-kodenya serta penggunaannya dalam masyarakat. Seni : 1. Keahlian membuat karya yang bermutu (diihat dan segi kehalusannya, keindahannya, dsb.); 2. karya yang diciptakan dengan keahlian yang luar biasa. Seniman : Orang yang mempunyai bakat seni dan berhasil menciptakan dan menggelar karya seni. Simbol : tanda, ciri, lambang. Simetris
: sama kedua belah bagiannya / seimbang.
Simulasi: proses penciptaan bentuk nyata melalui model-model yang tidak asal-usul atau referensi realitasnya, sehingga memampukan manusia membuat yang supernatural, ilusi, fantasi, khayali menjadi tampak nyata. Spiritual
: jiwa, sukma, roh.
Standar
: ukuran tertentu yang dipakai sebagai patokan
Strukturalisme: gerakan intelektual yang berkaitan dengan penyingkapan struktur berbagai pemikiran dan tingkah laku manusia, yang prinsipnya adalah bahwa satu totalitas yang kompleks hanya dapat dipahami sebagai satu perangkat unsur-unsur yang saling berkaitan. Subjek: manusia sebagai individu dibentuk yang dibentuk secara sosial lewat bahasa pengetahuan dan ideologi yang telah ada. Stilasi
menyederhanakan
‘kontur’
dengan
menghilangkan
detail
tetapi
masih
memperhihatkan bentuk dasamya. Stoneware : Bahan baku tanah liat yang digunakan untuk badan keramik yang cocok pada pembakaran dengan suhu sekitar 1200-1300°C. Tanda:
unsur
dasar
dalam semiotika
dan
komunikasi
yaitu
segala
sesuatu
yang mengandung makna, yang mempunyai dua unsur, yaitu penanda (bentuk) dan petanda (makna). Teks: kombinasi tanda-tanda, baik verbal maupun visual. Tekstur
: ukuran dan susunan ( jaringan ) bagian suatu benda.
Tembikar
: barang dari tanah liat yang dibakar dan berlapis mengkilap.
197
Tempayan : tempat air besar, dibuat dari tanah liat. Perutnya besar mulutnya sempit. Terakota
: tembikar yang dilapisi glasir.
Tiang
: tonggak panjang.
Tradisional : sikap dan cara berfikir serta bertindak yang selalu bertegang teguh pada norma dan adat kebiasaan yang ada secara turun temurun. Tubuh
: Keseluruhan jasad manusia / binatang yang kelihatan dari bagian ujung kaki sampai rambut.
Variasi : 1. tindakan, keadaan atau hasil perubahan dari keadaan semula; 2. bentuk (rupa) yang lain, yang berbeda bentuk. Wadah : benda yang memiliki nilai fimgsional sebagai tempat menyimpan makanan dan minuman.
198