Riwayat Diet sebagai Faktor Dominan terhadap Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang pada Siswi SMA Labschool Kebayoran Jakarta Tahun 2014 Melia Trirachma Ningtyas, Siti Arifah Pujonarti Departemen Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia Email :
[email protected]
Abstrak Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui faktor dominan terhadap kecenderungan perilaku makan menyimpang pada siswi SMA Labschool Kebayoran Jakarta Tahun 2014. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain cross sectional. Dari keseluruhan responden (n=145) didapatkan sebanyak 51% memiliki kecenderungan perilaku makan menyimpang dengan 1,3% mengalami kecenderungan yang serius. Pada penelitian ini ditemukan hubungan yang bermakna antara riwayat diet (P=0,000), percaya diri (P=0,043), pengaruh keluarga (P=0,001), ejekan seputar berat badan dan bentuk tubuh (P=0,023), dan IMT (P=0,037) terhadap kecenderungan perilaku makan menyimpang. Analisis multivariat juga dilakukan pada penelitian ini, didapatkan riwayat diet merupakan faktor dominan terhadap kecenderungan perilaku makan menyimpang setelah dikontrol dengan variabel percaya diri, pengaruh keluarga dan ejekan (OR=3,589). Hasil dari penelitian ini menyarankan agar sekolah dan dinas kesehatan dapat bekerja sama dalam melakukan kegiatan promosi gizi mengenai perilaku makan menyimpang, perhitungan berat badan ideal, perhitungan IMT/U serta mengatur pola makan yang baik agar para siswa dapat menjaga kesehatan.
Dieting as Dominant Factor to Tendency of Eating Disorder among Female High School at SMA Labschool Kebayoran Jakarta 2014. Abstract The purpose of this study was to determine dominant factor to tendency of eating disorder in female high school students at SMA Labschool Kebayoran Jakarta 2014. This study used cross-sectional design. The result showed that 51% of female high school students had the tendency of eating disorder and 1,3% had a serious tendency. Variabels that showed significance were diet behavior (P=0,000), self-esteem (P=0,043), family influence (P=0,001), teasing history related shape and weight (P=0,023), and BMI (P=0,037). Multivariate analysis is also used in this study, result show that diet behavior as dominant factor to tendency of eating disorder (OR=3,589) aftel controlling with self-esteem, family influence and teasing history. This study suggest schools and health services can work together to held a nutritional program about the dangers of eating disorder, the calculation of ideal body weight, the calculation BMI for age, and how to set a good diet so that students can maintain their health. Keyword : diet behaviour; family influence; teasing history related shape and weight; tendency of eating disorder.
Pendahuluan Perilaku makan menyimpang merupakan suatu gangguan psikologis yang ditandai dengan pola makan yang menyimpang terkait dengan karakteristiknya yang berhubungan dengan makan, bentuk tubuh, dan berat badan. Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental 1
Riwayat Diet..., Melia Trirachma Ningtyas, FKM UI, 2014
Disorders V (DSM V), perilaku makan menyimpang terbagi menjadi tiga kategori yaitu Anorexia Nervosa, Bulimia Nervosa, dan Binge-eating Disorders. Ketiga jenis perilaku tersebut dapat menimbulkan berbagai komplikasi kesehatan dan penyakit. (American Psychiatric Association, 2013). Komplikasi kesehatan fisik yang akan dialami oleh para penderita anoreksia nervosa adalah gangguan ginjal, menurunnya imunitas tubuh, defisiensi zat gizi mikro, atropi otot, konstipasi, osteoporosis, amenorea dan gangguan jantung (Wardlaw & Hampl, 2007; EDC, 2008). Demikian juga pada bulimia nervosa, dampak yang ditimbulkan ialah dehidrasi, karies gigi, gangguan saluran cerna, metabolisme asam dan pendarahan esofagus (McIntire dan Lacy, 2007; Austin et al.,2008). Sedangkan pada gangguan binge eating disorder, seseorang akan kehilangan kontrol dalam mengatur nafsu makan sehingga mereka akan memakan makanan dalam jumlah yang sangat banyak. Akibatnya, seseorang tersebut akan mengalami kelebihan berat badan atau obesitas (Hudson et al., 2007). Mereka dengan gangguan makan seperti ini akan berisiko tinggi terkena penyakit jantung dan tekanan darah tinggi (NIMH, 2011). Insiden kasus perilaku makan menyimpang sudah merambah benua Asia. Sejumlah kasus telah dilaporkan terjadi di Taipei, Beijing, dan Shanghai. Anoreksia bahkan juga terjadi pada kaum elit dimana di negara tersebut masih terjadi kelaparan, seperti Filipina, India dan Pakistan (Efron, 2008). Di Indonesia sendiri, terutama di Ibukota Jakarta, penelitian mengenai perilaku makan menyimpang sudah mulai berkembang dan telah mendapatkan beberapa penemuan. Penelitian yang dilakukan oleh Tantiani (2007) melaporkan prevalensi kecenderungan perilaku makan menyimpang pada remaja di Jakarta
37,3% dengan
penjabaran sebesar 34,8% mengalami kecenderungan perilaku makan menyimpang dan sebesar 2,5% mengalami kecenderungan perilaku makan menyimpang yang cukup serius. Berdasarkan beberapa penelitian yang sudah dilakukan pada tahun-tahun sebelumnya di beberapa negara terutama di Indonesia menunjukkan prevalensi perilaku makan menyimpang yang masih tinggi dikalangan remaja putri. Pada penelitian yang dilakukan oleh Rachmat (2012) pada siswi SMA Tugu Ibu Depok didapatkan 85,2% siswi tergolong cenderung berperilaku makan menyimpang dengan spesifikasi 15,8% tergolong anoreksia nervosa, 29,6% bulimia nervosa, 8,7% binge eating disorder, dan 31,1% EDNOS. Kemudian, penelitian yang sama yang dilakukan oleh Ratnasari (2012) diketahui prevalensi perilaku makan menyimpang pada remaja putri di SMA 6 Jakarta Selatan sebesar 63,6% dengan spesifikasi 6,8% anoreksia nervosa, 50,0% bulimia nervosa, 6,4% binge-eating disorder, dan 0,4% EDNOS. Melihat masih tingginya angka prevalensi perilaku makan menyimpang yang terjadi dikalangan remaja putri khususnya di Ibukota Jakarta membuat peneliti tertarik untuk 2
Riwayat Diet..., Melia Trirachma Ningtyas, FKM UI, 2014
melakukan penelitian kecenderungan perilaku makan menyimpang di SMA Labschool Kebayoran Jakarta. Tujuan penelitian ini, yakni diketahuinya faktor yang dominan terhadap kecenderungan perilaku makan menyimpang pada siswi SMA Labschool Kebayoran Jakarta tahun 2014, diketahuinya proporsi faktor individu (riwayat diet, citra tubuh, IMT dan rasa percaya diri) pada siswi di SMA Labschool Kebayoran, Jakarta Selatan tahun 2014, diketahuinya proporsi faktor lingkungan (pengaruh keluarga, pengaruh teman sebaya, ejekan seputar berat badan dan bentuk tubuh, dan keterpaparan terhadap media) pada siswi SMA Labschool Kebayoran, Jakarta Selatan tahun 2014, dan diketahui hubungan antara faktor individu dan faktor lingkungan terhadap kecenderungan perilaku makan menyimpang pada siswi SMA Labschool Kebayoran Jakarta Selatan tahun 2014.
Tinjauan Teoritis Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku makan menyimpang Usia Rata-rata penderita anoreksia nervosa mulai menahan diri tidak makan sejak usia 17 tahun. Beberapa data menunjukkan mulainya perilaku makan menyimpang adalah pada usia 13 sampai 18 tahun (McComb, 2012). Penelitian Lee, et al (2005) memperlihatkan hasil rerata usia onset gejala anoreksia nervosa pada 15,5 tahun. Jenis Kelamin Telah diketahui bahwa perilaku makan menyimpang banyak ditemui pada kalangan perempuan. DSM V (APA, 2013) mengestimasikan prevalensi anoreksia nervosa pada remaja perempuan sebesar 0,4% sedangkan angka untuk laki-laki jauh dibawahnya, rasio kejadian anoreksia nervosa pada perempuan dibanding laki-laki berkisar 10:1. Hal yang sama pun terjadi pada penderita bulimia nervosa. Sedangkan untuk kasus binge-eating disorder prevalensi yang cukup besar pada kalangan laki-laki sekitar 0,8% namun pada perempuan masih tetap tinggi sebesar 1,6%. Genetik Studi mengenai anak kembar memperlihatkan bahwa keturunan memiliki nilai sebesar 4156% mengalami anoreksia nervosa (McDuffie dan Kirkley dalam Krummel dan Etherton, 1996). Treasure dan Murphy dalam Gibney (2005) juga menemukan bahwa risiko perempuan yang memiliki saudara yang mengalami anoreksia nervosa dan bulimia nervosa meningkat lima sampai tujuh kali lipat. 3
Riwayat Diet..., Melia Trirachma Ningtyas, FKM UI, 2014
Perilaku Diet Perilaku diet dapat dianggap sebagai faktor risiko yang paling berbahaya diantara sejumlah faktor yang lain yang memungkinkan terjadinya perilaku makan menyimpang. Hal ini dikarenakan, seseorang yang berdiet memiliki kemungkinan 5 kali lebih besar dibandingkan dengan seseorang yang tidak berdiet terhadap kejadian perilaku makan menyimpang. Sebuah studi yang disampaikan oleh Patton et al dalam Brown (2011) menemukan bahwa Relative Risk dari orang berdiet akan mengalami perilaku makan menyimpang hingga 8 kali lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang berdiet. Citra Tubuh Penelitian oleh Fairburn et al (1998 & 1999) menyebutkan bahwa evaluasi diri yang negatif berhubungan secara signifikan dengan kejadian penyimpangan perilaku makan. Orang dengan evaluasi diri yang negatif memiliki risiko 4,4 kali lebih besar untuk mengalami binge-eating disorder dan memiliki risiko 8,2 kali lebih besar untuk mengalami anoreksia nervosa. Indeks Massa Tubuh Penelitian lain yang dilakukan oleh Neumark-Sztainer (2001), yang menyatakan bahwa IMT dan perilaku diet berhubungan secara signifikan dengan kejadian perilaku makan menyimpang. Selanjutnya pada penelitian yang dilakukan pada 2.379 remaja putri menyatakan bahwa remaja putri yang memiliki IMT yang tinggi akan cenderung melakukan diet penurunan berat badan (Schreiber et al., dalam Field et al., 2008). Rasa Percaya Diri Neumark-Sztainer (2000) menyatakan bahwa tingkat percaya diri yang rendah memiliki hubungan yang signifikan dengan berdiet dan penyimpangan perilaku makan. Orang dengan rasa percaya diri yang rendah memiliki kemungkinan 3,7 kali lebih besar untuk berdiet dan 5,9 kali untuk mengalami perilaku makan menyimpang. Pengaruh Keluarga Ketidakpuasan pada bentuk tubuh berasosiasi dengan persepsi seorang anak yang dipengaruhi oleh persepsi seorang ibu yang ingin kurus (Anschutz et al., 2009). Lebih lanjut, komentar negatif yang berasal dari seorang ibu kepada berat badan anaknya berhubungan secara signifikan pada pengontrolan berat badan dan perilaku makan menyimpang pada remaja putri (Tremblay and Lariviere, 2009). Pengaruh Teman Sebaya Sebanyak 25% remaja percaya bahwa dengan tubuh yang lebih kurus akan memudahkan mereka mencari pasangan dan teman. Maka wajar, jika banyak remaja yang melakukan
4
Riwayat Diet..., Melia Trirachma Ningtyas, FKM UI, 2014
kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan gaya hidup perilaku makan menyimpang agar diterima oleh lingkungan teman sebayanya (Syafiq dan Tantiani, 2013). Ejekan Seputar Berat Badan dan Bentuk Tubuh Ejekan seputar bentuk tubuh dan berat badan yang diterima oleh remaja putri dapat berhubungan dengan kejadian perilaku makan menyimpang. Haines et al (2006) menyatakan bahwa ejekan tentang berat merupakan prediktor terhadap timbulnya binge eating yang hilang kendali di antara remaja perempuan dan laki-laki. Keterpaparan Media Massa Kebiasaan berdiet, kekhawatiran yang berlebih terhadap berat badan dan keinginan meniru penampilan model-model dalam media diperkirakan menjadi penyebab timbulnya penyimpangan perilaku makan (Neumark-Sztainer et al., 2001).
Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain cross sectional. Populasi studi pada penelitian ini adalah semua siswi kelas X dan XI SMA Labschool Kebayoran yang aktif terdaftar pada tahun pelajaran 2013/2014. Siswi kelas XII tidak termasuk dalam populasi studi penelitian dikarenakan sedang menghadapi ujian akhir sekolah. Sampel dalam penelitian ini adalah siswi SMA Labschool Kebayoran Jakarta Selatan yang memenuhi kriteria inklusi yaitu sebagai siswa aktif kelas X dan XI tahun pelajaran 2013/2014 dan yang hadir pada penelitian berlangsung. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode systematic random sampling. Metode ini dipilih karena semua responden dapat dipilih dengan kesempatan yang sama, sehinggi sampel yang diambil heterogen. Data primer yang diambil adalah data mengenai kecenderungan perilaku makan menyimpang, riwayat diet, citra tubuh, rasa percaya diri, pengaruh teman sebaya, pengaruh keluarga, ejekan seputar berat badan dan bentuk tubuh dan data mengenai IMT pengukuran tinggi badan serta berat badan. Data primer didapatkan dengan cara pengisian kuesioner yang diisi sendiri oleh responden. Instrumen yang digunakan pada peneltian ini, yaitu kuesioner, alat pengukur tinggi badan dan timbangan digital. Kuesioner yang diberikan diadaptasi dari beberapa kuesionrer yang digunakan pada penelitian-penelitian sebelumnya, seperti kuesioner Sarafino (2011) dan Eating Disorder Diagnostic Scale oleh Stice et al (2000) untuk kuesioner perilaku makan menyimpang, Multidimensional Body-Self Relation Questionnaire bagian The BodyAreas Satisfaction Scale oleh Cash (2000) dan Stunkard et al (1983), Thompson dan Grey (1997) untuk kuesioner citra tubuh, kuesioner Rosenberg Self-esteem (Rosenberg, 1989) 5
Riwayat Diet..., Melia Trirachma Ningtyas, FKM UI, 2014
untuk kuesioner percaya diri, kuesioner The Perceived Friend Preoccupation with Weight and Dieting Scale oleh Schutz et al (1999) untuk kuesioner pengaruh teman. Analisis yang digunakan, yakni analisis univariat, analisis bivariat, dan analisis multivariat. Analisis univariat digunakan untuk mengetahui gambaran distribusi dari variabel dependen dan variabel independen. Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Uji yang digunakan adalah uji chi-square karena variabel yang diteliti bersifat kategorik. Uji ini menggunakan batas kemaknaan (α=0,05) yang berarti apabila p-value < 0,05 maka ada hubungan yang signifikan antara variabel independen dan variabel dependen dan apabila p-value > 0,05 maka tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel independen dengan variabel dependen. Selain menggunakan uji chi-square dalam penelitian ini juga digunakan uji T independen. Uji T independen merupakan instrument untuk menganalisis variabel kategorik dan numerik dengan derajat kemaknaan 95% (α=0,05). Uji T independen digunakan untuk mengetahui perbedaan rata-rata antar dua kelompok. Selanjutnya, analisis multivariat digunakan untuk mengetahui variabel independen yang paling besar pengaruhnya terhadap variabel dependen. Uji yang digunakan adalah analisis multivariat regresi logistik ganda.
Hasil Penelitian Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang pada siswi SMA Labschool Kebayoran tahun 2014 Variabel Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang (n=145) Ya Cenderung Tidak Total
N
%
2 72 71 145
1,3 49,7 49,0 100
Berdasarkan Tabel 1, diketahui bahwa 49,7% dari responden mengalami kecenderungan perilaku makan menyimpang dan 1,3% responden yang mengalami kecenderungan yang cukup serius sedangkan sisanya responden yang tergolong normal.
6
Riwayat Diet..., Melia Trirachma Ningtyas, FKM UI, 2014
Distribusi Penyimpangan Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Spesifikasi Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang pada siswi SMA Labschool Kebayoran Tahun 2014 Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang Anoreksia Nervosa Bulimia Nervosa Binge Eating Disorder EDNOS Normal Total
N 16 23 7 59 40 145
% 11,0 15,9 4,8 40,7 27,6 100
Berdasarkan Tabel 2, diketahui bahwa sebagian besar responden mengalami kecenderungan perilaku makan menyimpang (72,4%) sedangkan sisanya adalah responden yang normal sebanyak 27,6%. Tipe kecenderungan perilaku makan menyimpang paling banyak dialami oleh responden yaitu tipe kecenderungan EDNOS sebesar 40,7%. Rekapitulasi Variabel Independen Tabel 3. Distribusi Rekapitulasi Hasil Univariat Variabel Independen No 1
Variabel Riwayat Diet (n=145)
2
Citra Tubuh (n=145)
3
Indeks Massa Tubuh (n=145)
4
Rasa Percaya Diri (n=145)
5
Pengaruh Teman (n=145)
6 7
Pengaruh Keluarga (n=145) Ejekan (n=145)
8
Terpapar Majalah (n=145)
9
Terpapar Acara Televisi (n=145)
10
Terpapar Situs Internet (n=145)
Kategori Pernah Tidak Pernah Negatif Positif Kurus Normal Gemuk Sangat Gemuk Kurang Cukup Menerima Pengaruh Tidak Menerima Pengaruh Menerima Pengaruh Tidak Menerima Pengaruh Pernah Tidak Pernah Sering Kadang Jarang Tidak Pernah Sering Kadang Jarang Tidak Pernah Sering Kadang Jarang Tidak Pernah
N 73 72 90 55 4 109 26 6 31 114 82 63 47 98 51 94 6 17 89 33 20 39 52 34 42 34 44 25
% 50,3 49,7 62,1 37,9 2,8 75,2 17,9 4,1 21,4 78,6 56,6 43,4 32,4 67,6 35,2 64,8 4,1 11,7 61,6 22,8 13,8 26,8 35,9 23,6 29,0 23,4 30,3 17,2
Berdasarkan Tabel 3, diketahui bahwa separuh responden (50,3%) menyatakan pernah berdiet dalam setahun terakhir, lebih dari separuh responden (62,1%) memiliki citra tubuh yang 7
Riwayat Diet..., Melia Trirachma Ningtyas, FKM UI, 2014
negatif, sebagian besar responden (75,2%) memiliki IMT/U yang normal, sebesar 21,4% responden merasa kurang percaya diri, separuh dari responden (56,6%) menerima pengaruh dari teman, sebesar 32,4% responden menerima pengaruh dari keluarga, sebesar 35,2% responden mengaku pernah diejek mengenai berat badan dan bentuk tubuh mereka, lebih dari separuh (61,6%) menyatakan jarang mengakses media majalah, sebesar 35,9% responden jarang mengakses acara televisi, dan 30,3% responden jarang mengakses media situs internet yang bertemakan tren, mode dan gaya hidup. Rekapitulasi Hasil Analisis Bivariat Tabel 4. Distrubusi Rekapitulasi Hasil Analisis Bivariat No
1 2 3 4 5 6 7 8
9
10
Variabel Independen
Riwayat diet Pernah Tidak Pernah Citra Tubuh Negatif Positif IMT/U (Nilai Z) Rasa Percaya Diri Rendah diri Normal Pengaruh Teman Menerima Pengaruh Tidak Menerima Pengaruh Keluarga Menerima Pengaruh Tidak Menerima Ejekan Pernah Tidak Pernah Media Majalah Sering Kadang Jarang Tidak Pernah Acara Televisi Sering Kadang Jarang Tidak Pernah Situs Internet Sering Kadang Jarang Tidak Pernah
Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang Memiliki Tidak memiliki kecenderungan kecenderungan n % n %
OR (95% CI)
P value
32,9 65,3
3,83 (1,92-7,64)
0,000*
45 54,4 25 45,5 Mean + SD 0,39 + 0,99
41 45,6 30 54,5 Mean + SD 0,02 + 1,10
1.43 (0,73-2,81)
0,310
21 53
67,7 46,5
10 61
32,3 53,5
2,41 (1,04-5,58)
0,043*
43 31
52,4 49,2
39 32
47,6 50,8
1,13 (0,59-2,19)
0,739
33 41
70,2 41,8
14 57
29,8 58,2
3,27 (1,55-6,88)
0,001*
33 41
64,7 43,6
18 53
35,3 56,4
2,37 (1.17-4.79)
0,023*
5 10 43 16
83,3 58,8 48,3 48,5
1 7 46 17
16,7 41,2 51,7 51,5
3,5 5,3 5,3
12 22 24 16
60,0 56,4 46,2 47,1
8 17 28 18
40,0 43,6 53,8 52,9
1,1 1,7 1,6
24 16 24 10
57,1 47,1 54,5 40,0
18 18 20 15
42,9 52,9 45,5 60,0
1,5 1,1 2,0
49 25
67,1 34,7
24 47
0,037*
0,319
0,612
0,515
8
Riwayat Diet..., Melia Trirachma Ningtyas, FKM UI, 2014
Berdasarkan Tabel 4, dapat lihat pada variabel riwayat diet didapatkan hubungan yang bermakna terhadap kecenderungan perilaku makan menyimpang dengan P-value < 0,05. Sedangkan, pada variabel citra tubuh tidak didapatkan hubungan yang bermakna terhadap kecenderungan perilaku makan menyimpang dengan P-value > 0,05. Pada variabel IMT/U menggunakan uji T-independen mendapatkan hasil adanya perbedaan yang siginifikan pada rata-rata nilai Z IMT/U antara responden yang memiliki kecenderungan perilaku makan menyimpang dengan yang tidak, yang ditandai dengan P-value < 0,05. Pada variabel percaya diri didapatkan hubungan yang bermakna terhadap kecenderungan perilaku makan menyimpang dengan P-value 0,05. Pada variabel pengaruh teman tidak ditemukan hubungan yang bermakna terhadap kecenderungan perilaku makan menyimpang dengan P-value > 0,05. Namun, pada variabel pengaruh keluarga ditemukan hubungan bermakna terhadap kecenderungan perilaku makan menyimpang dengan P-value < 0,05. Begitu juga pada varibel ejekan seputar berat badan dan bentuk tubuh ditemukan adanya hubungan yang bermakna terhadap kecenderungan perilaku makan menyimpang dengan P-value < 0,05. Sedangkan, pada variabel keterpaparan media massa, baik majalah, acara televisi dan situs internet tidak ditemukan hubungan yang bermakna terhadap kecenderungan perilaku makan menyimpang. Analisis Multivariat Pada tahap ini menggunakan uji regresi logistik ganda. Untuk menentukan kandidat variabel yang akan dimasukkan ke multivariat dilakukan uji regresi logistik sederhana. Variabel yang layak untuk dimasukkan adalah variabel yang memiliki P value < 0,25. Namun, apabila ada variabel lain yang memiliki P value > 0,25 dan secara substansi dianggap penting, maka variabel tersebut dapat dimasukkan sebagai kandidat dalam pemodelan multivariat. Variabel Kandidat Multivariat Tabel 5. Variabel Kandidat Multivariat Variabel Riwayat Diet IMT/U Percaya Diri Pengaruh Keluarga Ejekan Citra Tubuh
P value 0,000 0,037 0,043 0,001 0,023 0,310
Odds ratio 3,838 2,417 3,277 2,370 1,434
Dapat dilihat pada Tabel 5, variabel dengan P-value < 0,25 adalah riwayat diet, IMT/U, percara diri, pengaruh keluarga, ejekan seputar berat badan dan bentuk tubuh. Namun, variabel citra tubuh dianggap penting secara substansi sehingga dimasukkan juga ke dalam 9
Riwayat Diet..., Melia Trirachma Ningtyas, FKM UI, 2014
model multivariat. Selanjutnya dilakukan analisis logistik ganda dengan model dari variabel multivariat yang telah ditentukan. Tahap Multivariat Pertama Tabel 6. Tahap Multivariat Pertama Variabel Riwayat Diet IMT/U Percaya Diri Pengaruh Keluarga Ejekan Citra Tubuh
P value 0,001 0,732 0,049 0,022 0,444 0,351
Odds ratio 3,817 0,922 2,594 2,642 1,385 0,634
Dari hasil analisis tahap multivariat pertama tersebut, variabel yang memiliki P-value < 0,05 adalah variabel riwayat diet, percaya diri dan pengaruh keluarga. Variabel yang memiliki Pvalue tersebesar adalah variabel IMT/U kemudian ejekan dan citra tubuh. Sehingga, pada model selanjutnya variabel tersebut akan dikeluarkan secara bertahap dan dilihat apakah ada perbedaan odds ratio > 10%. Apabila ada perbedaaan odds ratio > 10% maka variabel tersebut akan di kembalikan. Model Akhir Multivariat Tabel 7. Model Akhir Multivariat Variabel P-value Riwayat Diet 0,000 Percaya Diri 0,042 Pengaruh Keluarga 0,023 Ejekan 0,547 Keterangan : *) Variabel dengan Odds Ratio paling besar (dominan)
Odds ratio 3,589* 2,503 2,624 1,283
Dari analisis multivariat dapat dilihat bahwa variabel yang berhubungan dengan kecenderungan perilaku makan menyimpang adalah variabel riwayat diet, pengaruh keluarga, dan percaya diri. Sedangkan variabel ejekan seputar berat badan dan bentuk tubuh adalah variabel confounding/perancu yang berarti variabel ini merupakan variabel yang berhubungan dengan variabel independen dan variabel dependen. Pada akhirnya, hasil analisis multivariat menyatakan bahwa variabel riwayat diet merupakan variabel yang berhubungan paling kuat terhadap kecenderungan perilaku makan menyimpang pada siswi SMA Labschool Kebayoran Jakarta Tahun 2014 setelah dikontrol dengan variabel lain.
10
Riwayat Diet..., Melia Trirachma Ningtyas, FKM UI, 2014
Pembahasan Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada siswi SMA Labschool Kebayoran Jakarta, diperoleh proporsi kecenderungan perilaku makan menyimpang berdasarkan kuesioner Sarafino (2012) sebesar 51%. Selain itu, diperoleh juga 1,3% responden yang mengalami kecenderungan perilaku makan menyimpang yang cukup serius dan perlu mendapat perhatian oleh tenaga profesional. Hasil penelitian ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan penelitian Tantiani (2007) yang menemukan sebesar 34,8% responden mengalami kecenderungan perilaku makan menyimpang. Namun, pada penelitian tersebut menemukan proporsi yang lebih tinggi untuk responden telah mengalami kecenderungan perilaku makan menyimpang cukup serius sebesar 2,5%. Sedangkan dengan menggunakan kuesioner Stice (2000) didapatkan proporsi tipe kecenderungan anoreksia nervosa sebesar 11%, tipe kecenderungan bulimia nervosa sebesar 15,9%, tipe kecenderungan binge-eating disorder sebesar 4,8%, dan tipe kecenderungan terakhir yaitu EDNOS sebesar 40.7%. Dari keempat tipe penyimpangan, yang paling banyak dialami oleh para siswi adalah kecenderungan perilaku makan menyimpang tipe EDNOS, hal ini sejalan dengan pernyataan Thomas (2009) dan Fairburn dan Hill (2005) bahwa separuh dari kasus bukanlah anoreksia nervosa maupun bulimia nervosa melainkan tipe penyimpangan EDNOS. Riwayat Diet Pada penelitian ini ditemukan bahwa separuh dari responden pernah melakukan diet dalam setahun terakhir. Hal ini menunjukkan bahwa tren berdiet saat ini masih menjadi hal yang wajar dan umum di kalangan remaja khususnya di SMA Labschool Kebayoran Jakarta. Fenomena ini sejalan dengan pernyataan Brown (2011) bahwa data nasional di Amerika Serikat menunjukkan 60% remaja perempuan pernah berdiet untuk menurunkan berat badan. Penelitian ini menujukkan hubungan yang bermakna antara riwayat diet dengan kecenderungan perilaku makan menyimpang (P-value < 0,05). Hasil penelitian ini sejalan dengan Brown (2011) yang menyatakan bahwa risiko kelompok yang melakukan diet berkembang menjadi perilaku makan menyimpang lebih tinggi 5-8 kali dari kelompok yang tidak melakukan diet setelah periode 1 tahun. Citra Tubuh Pada penelitian ini didapatkan lebih dari separuh responden memiliki citra tubuh yang negatif. Citra tubuh yang negatif akan menggiring seseorang pada konsekuensi yang negatif juga. Dalam hal ini, konsekuensi yang akan didapat jika seseorang mempunyai citra tubuh yang 11
Riwayat Diet..., Melia Trirachma Ningtyas, FKM UI, 2014
negatif ialah adanya risiko mengalami perilaku makan menyimpang (Wertheim et al dalam Thompson dan Smolak, 2009). Namun, pada analisis bivariat tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara citra tubuh dengan kecenderungan perilaku makan menyimpang (P value > 0,05). Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Fairburn et al (1998), Fairburn et al (1999), dan Putra (2008). Hal ini dikarenakan adanya perbedan dalam penentuan citra tubuh yang positif dan negatif. Namun, hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Costarelli et al (2009) yang tidak menemukan hubungan yang siginifikan antara ketidakpuasaan citra tubuh dengan perilaku makan menyimpang. Indeks Massa Tubuh Pada penelitian ini didapatkan lebih dari separuh (75,2%)
responden memiliki IMT/U
normal, 17,9% IMT/U gemuk, 4,1% IMT/U sangat gemuk, dan 2.8% IMT/U kurus. Hal ini menandakan bahwa sebagian besar responden berada pada rentang status gizi yang normal. Pada hasil bivariat antara IMT/U dengan kecenderungan perilaku makan menyimpang ditemukan bahwa adanya perbedaan yang signifikan antara rata-rata nilai Z IMT/U responden yang mengalami kecenderungan perilaku makan menyimpang dengan yang tidak mengalami kecenderungan. Hasil ini sejalan dengan penelitian Costa et al (2008) yang menemukan bahwa semakin tinggi IMT berasosiasi dengan semakin parahnya perilaku makan menyimpang yang dialami. Rasa Percaya Diri Pada analisis bivariat antara rasa percaya diri dengan kecenderungan perilaku makan menyimpang pada penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan (P value < 0,05). Hal ini sejalan dengan penelitian Neumark-Sztainer (2000), Cervera, et al. (2003), dan Kim dan Lennon (2007) yang menyatakan bahwa rasa percaya diri yang rendah berhubungan secara signifikan dengan kecenderungan perilaku makan menyimpang. Pengaruh Teman Pada penelitian ini didapatkan bahwa separuh dari responden pada penelitian ini menerima pengaruh dari teman terkait dengan berat badan. Komentar langsung mengenai berat badan dan bentuk tubuh serta tekanan untuk menjadi kurus memiliki berkaitan dengan masalah ketidakpuasan bentuk tubuh juga menimbulkan persepsi citra tubuh yang negatif pada anak perempuan (McCabe dan Ricciardelli, 2001). Namun, hasil uji statistik bivariat tidak dapat membuktikan
adanya
hubungan
yang
siginfikan
antara
pengaruh
teman
dengan
kecenderungan perilaku makan menyimpang yang ditandai dengan p value > 0,05. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan pernyatakan Schutz dan Paxton (2007) bahwa sikap teman sebaya terhadap kekhawatiran pada berat badan berhubungan dengan tingkat yang tinggi dari 12
Riwayat Diet..., Melia Trirachma Ningtyas, FKM UI, 2014
perilaku makan menyimpang. Meskipun hasil ini menandakan tidak adanya hubungan yang signifikan, namun peran teman masih dianggap berisiko pada perilaku makan menyimpang jika sudah sampai saling mengejek mengenai berat badan dan bentuk tubuh terlebih pada teman yang memiliki berat badan yang gemuk. Pengaruh Keluarga Hasil penelitian ini menemukan sebesar 32,4% responden menyatakan menenerima pengaruh dari keluarga dan 40,7% responden sering menerima kritik mengenai berat badan dan bentuk tubuhnya. Komentar negatif yang berasal dari seorang ibu mengenai berat badan anaknya berhubungan secara siginifikan pada pengontrolan berat badan dan perilaku makan yang abnormal pada remaja putri tersebut (Tremblay dan Lariviere, 2009). Pada hasil analisis bivariat menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara pengaruh keluarga dengan kecenderungan perilaku makan menyimpang dengan P-value < 0.05. Hasil penelitian sejalan dengan penemuan Bauer et al (2013) bahwa orang tua yang memberikan komentar kepada anak perempuannya mengenai berat badan berhubungan secara signifikan dengan perilaku pengendalian berat badan dan juga perilaku binge-eating. Ejekan Seputar Berat Badan dan Bentuk Tubuh Pada analisis univariat, terlihat 35,2% responden yang mengaku pernah memiliki riwayat diejek. Kemudian, pada analisis bivariat memperlihatkan nilai P-value < 0,05 , sehingga dapat dikatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara ejekan seputar berat badan dan bentuk tubuh dengan kecenderungan perilaku makan menyimpang. Hasil ini sejalan dengan penelitian Haines et al (2006) dan Tsai et al (2011) yang menyatakan bahwa ejekan tentang berat badan merupakan prediktor terhadap timbulnya binge-eating dengan hilang kendali di antara remaja perempuan. Keterpaparan Media Massa Penelitian ini menemukan hasil bahwa sebagaian besar responden menjawab jarang terpapar semua jenis media massa (majalah, acara televisi dan situs internet). Hasil uji statistik antara keterpaparan media massa baik majalah, acara televisi dan situs internet tidak memperlihatkan adanya hubungan yang bermakna antara intensitas keterpaparan dengan kecenderungan perilaku makan menyimpang (P-value > 0,05). Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Kim dan Lennon (2007) menemukan adanya hubungan yang signifikan pada wanita yang gemar membaca majalah bertemakan gaya hidup masa kini / kecantikan/ mode berasosiasi dengan risiko kecenderungan perilaku makan menyimpang. Namun dari hasil tabulasi silang intensitas keterpaparan dengan majalah terhadap kecenderungan perilaku makan menyimpang dapat dilihat bahwa kecenderungan perilaku makan menyimpang lebih 13
Riwayat Diet..., Melia Trirachma Ningtyas, FKM UI, 2014
banyak dialami oleh responden yang sering terpapar ketiga jenis media massa yang bertemaka tren, mode atau gaya hidup. Hal tersebut dikarenakan bahwa pada penelitian ini diukur berdasarkan intensitas keterpaparan terhadap media dilakukan secara independen untuk tiap jenis media. Riwayat Diet sebagai Faktor Dominan terhadap Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang Pada analisis multivariat, didapatkan beberapa faktor telah terbukti secara siginifikan berhubungan dengan kecenderungan perilaku makan menyimpang pada siswi SMA Labschool Kebayoran. Pada analisis multivariat, didapatkan bahwa riwayat diet merupakan faktor dominan terhadap kejadian kecenderungan perilaku makan menyimpang. Hal ini didasarkan pada nilai Odds Ratio yang terbesar diantara variabel lain (OR = 3,58). Hasil penelitian ini sejalan dengan pada penelitian Field et al (2008) yang menemukan perilaku berdiet merupakan faktor risiko terkuat terhadap perilaku makan menyimpang khususnya pada perilaku purging dan episode binge. Penelitian dengan desain studi longitudinal juga mendapatkan bahwa perilaku berdiet merupakan faktor prediktif terkuat untuk menyebabkan perilaku makan yang menyimpang pada waktu 5 tahun berikutnya (Neumark-Sztainer et al., 2006). Neumark-Sztainer (2006) juga menambahkan jika perilaku diet dibarengi dengan perilaku pendalian berat badan dengan cara tidak sehat dapat juga memprediksi masalah kesehatan yang lebih serius yaitu kegemukan bahkan obesitas.
Kesimpulan Sebanyak 51% responden memiliki kecenderungan perilaku makan menyimpang dengan 1,3% kecenderungan yang cukup serius. Distribusi tipe kecenderungan penyimpangan didapatkan sebanyak 11% cenderung pada anoreksia nervosa, 15,9% cenderung pada bulimia nervosa, 4,8% pada binge eating disorder dan 40,7 % pada EDNOS. Pada faktor individu didapatkan sebanyak 50,3% responden pernah berdiet dalam setahun terakhir, 62,1% responden memiliki citra tubuh yang negatif, 75,2% responden memiliki IMT/U normal, dan 21,4% responden merasa kurang percaya diri. Kemudian pada faktor lingkungan didapatkan sebanyak 56,6% responden menyatakan menerima pengaruh dari teman yang berkaitan dengan berat dan bentuk tubuh dan sebanyak 32,4% responden menyatakan menerima pengaruh dari keluarga untuk memperbaiki pernampilan tubuh. Kemudian, sebanyak 35,2% responden pernah diejek seputar berat badan dan bentuk tubuh dimana 75% pengejekan dilakukan oleh teman. Sebanyak 61,6% responden menjawab jarang terpapar dengan media 14
Riwayat Diet..., Melia Trirachma Ningtyas, FKM UI, 2014
majalah, 35,9% jarang mengakses acara televisi, dan 30,3% jarang mengaskes situs internet yang bertemakan tren, mode dan gaya hidup. Terdapat hubungan yang bermakna antara riwayat diet (OR 3,8), percaya diri (OR 2,4), pengaruh keluarga (OR 3,2), ejekan seputar berat badan dan bentuk tubuh (OR 2,3). Serta terdapat perbedaan yang siginifikan pada rata-rata nilai Z IMT/U terhadap kecenderungan perilaku makan menyimpang (P < 0,05). Variabel Riwayat Diet merupakan faktor dominan (OR 3,6) terhadap kecenderungan perilaku makan menyimpang setelah dikontrol dengan variabel percaya diri, pengaruh keluarga dan ejekan seputer berat badan bentuk tubuh.
Saran Bagi Sekolah diharapkan melakukan penyebaran informasi kepada para siswa/i mengenai hasil penelitian ini untuk menambah pengetahuan dan kewaspadaan mereka mengenai perilaku makan menyimpang, memberikan edukasi pada para siswa mengenai berat badan dan tinggi badan yang normal agar para siswa mengetahui berat badan yang ideal untuk dirinya yang disesuaikan dengan tinggi badan masing-masing, dan memberikan edukasi kepada para siswa mengenai cara berdiet yang sehat dengan asupan gizi seimbang dan olahraga serta menghimbau para siswa agar menghindari cara berdiet yang tidak sehat. Bagi Dinas Kesehatan diharapkan mengadakan kegiatan penyuluhan atau penyebaran informasi dengan cara pelatihan kepada guru SMA melalui program Usaha Kesehatan Sekolah mengenai perilaku makan menyimpang dan bahayanya, perhitungan Indeks Massa Tubuh menurut umur untuk remaja putra maupun putri serta memberikan program promosi gizi dengan materi asupan gizi yang seimbang pada remaja di beberapa SMA di Jakarta. Bagi Penelitian dan Peneliti Lain diharapkan melakukan dengan desain penelitian yang lain seperti desain kasus kontrol atau kohort sehingga dapat mengetahui hubungan kausalitas.
Daftar Pustaka American Psychiatric Association. (2013). Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders Fifth Edition (DSM-V). Washingon, DC : American Psychiatric Press. Anschutz. D.J. et al. (2009). Maternal Behaviors and Restrained Eating and body dissatisfaction in young children. International Journal Eating Disorders, 42,54-61. Bauer, K. W. et al (2013). Mother-Reported Parental Weight Talk and Adolescent Girls’ Emotional Health, Weight Control Attempts, and Disordered Eating Behaviors. Journal of Eating Disorders, 45 (1), 1-8. 15
Riwayat Diet..., Melia Trirachma Ningtyas, FKM UI, 2014
Brown, Judith E. (2011). Nutrition Through the Life Cycle Fourth Edition. USA : Thompson Wadsworth. Cervera, S. et al. (2003). Neuroticism and low self-esteem as risk factors for incident eating disorders in a prospective cohort study. International Journal Eating Disorder, 33(3), 271-280. Costa, C. et al. (2008). Determinant of Eating Disorders Symptomalogy in Portuguese Adolescents. Archives Pediatrics Adolescent Medicine, volume 162,1126 - 1132. Dari: www.archpediatrics.com Costarelli, V. et al. (2009). Disordered eating attitudes in relation to body image and emotional intelligence in young women. Journal of Human Nutrition and Dietetics, 22, 239-245. Eating Disorder Venture. (2006). Self-esteem Issues. http://www.eatingdisordershelpguide.com/self-esteem.html [10 Maret 2014] Eating Disorders Coalition for Research, Policy & Action. (2008). Statistic & Study Findings, http://www.eatingdisorderscoalition.org/reports/statitics.html. [4 Maret 2014] Efron, S. (2008). Eating Disorders on Rise in Asia, www.healthyplace.com. [4 Maret 2014] Fairburn, C.G. et al. (1998). Risk Factors for Binge Eating Disorders. Archives General Psychiatry, vol. 55, 425-432. Dari: www.archgenpsychiatry.com Fairburn, C.G. et al. (1999). Risk Factor for Anorexia Nervosa. Archives General Psychiatry, vol.56, 468-476. Dari: www.archgenpsychiatry.com Fairburn, C.G. et al. (2005). Identifying Dieters Who Will Develop an Eating Disorder : A Prospective Population-Based Study. American Journal of Psychiatry, vol. 162, no.12, 2249-2255. Dari: http://ajp.psychiatryonline.org Field, A.E. et al. (1999). Relation of Peer and Media Influences to the Development of Purging Behaviors Among Preadolescent and Adolescent Girls. Archieves Pediatrics Adolescent Medicine, vol. 153, 1184-1189. Dari: www.archpediatrics.com Field, A.E. et al. (2001). Peer, Parent, and Media Influences on the Development of Weight Concern and Frequent Dieting Among Preadolescent and Adolescent Girls and Boys. Archives Pediatrics Adolescent Medicine., vol.153, no.3, 1184-1189. Dari: http://www.archpediatrics.com Field, A.E. et al. (2008). Family, Peer, and Media Predictors of Becoming Eating Disordered. Pediatric Adolescent Medicine, vol. 162, no. 6, 574-579. Dari: http://www.pediatrics.org/cgi/content/full/103/3/e36 Gibney, M.J et al. (2005). Clinical Nutrition. Oxford : Blackwell Science.
16
Riwayat Diet..., Melia Trirachma Ningtyas, FKM UI, 2014
Haines, J. et al. (2006). Weight Teasing and Disordered Eating Disordered Eating Behaviors in Adolescents: Longitudinal Findings From Project EAT (Eating Among Teens). American Academy of Pediatrics, vol. 117, no. 2, 209. Dari: http://pediatrics.aappublications.org/content/117/2/e209 Hudson, H.I. et al. (2006). The Prevalence and Correlates of Eating Disorders in the National Comorbidity Survey Replication. Biological Psychiatry Journal, 61, 348-358. Kim, J & Lennon, S. J. (2007). Mass Media and Self esteem, Body Image, and Eating Disorder Tendencies. Clothing & Textiles Research Journal, 25, 3-23. Krummel, D. A. & P. M. Kris-Etherton. (1996). Nutrition in Women’s Health. Maryland: Aspen Publisher. Lee, H.Y. et al. (2005). Anorexia nervosa in Singapore: an eight-year retrospective study. Singapore Medical Journal, vol. 46, no.6 pp. 275-281. Dari: www.sma.org.sg/smj McCabe, M. P. & Ricciardelli L. A. (2001). Parent, peer, and media influences on body image and strategies to both increase and decrease body size among adolescent boys and girls. Adolescent Pchiatry Clinical Nutrition, 18(1), 67-82. McComb, Jaclyn J. Robert. (2012). Eating Disorders in Women and Children : Prevention Stress Management, and Treatment Second Edition. Washington: CRC Press. McIntire, Bernadette & Lacy, Joseph A. (2007). Nutrition, Obesity and Eating Disoreder. http://www.springelink.com/content/v4041445747_p4273 National Institute of Mental Health. (2011). Study Tracks Prevalense of Eating Disorders. Bethesda. Science Writing, Press & Dissemination Branch. Dari: www.nimh.gov.com Neumark-Sztainer, D. et al. (1996). Personal and Socioenviromental Predictors of Disordered Eaing Among Adolescent Females. Journal Nutrition Education, Vol.28. Pp. 195-201. Neumark-Sztainer, D. et al. (2000). The Family Meal: Views of Adolescents. Journal Nutrition Education, Vol.32. no.6. pp. 329-334 Neumark-Sztainer, D. et al. (2006). Obesity, Disordered Eating, and Eating Disorders in a Longitudinal Study of Adolescents: How Do Dieters Fare 5 Years Later?. Journal of the American Dietetic Association, 106, 559-568. Paxton, et al. (1991). Body image satisfaction, dieting beliefs and weight loss behaviors in adolescent girls and boys. Journal of Youth and Adolescence., Vol. 20. pp. 361-279. Putra, W. K. Y. (2008). Gambaran dan Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kecenderungan Penyimpangan Perilaku Makan pada Siswi SMAN 70 Jakarta Selatan [Skripsi]. FKM UI, Depok.
17
Riwayat Diet..., Melia Trirachma Ningtyas, FKM UI, 2014
Rachmat, Nurulia. (2012). Hubungan antara Faktor Individu dan Faktor Lingkungan dengan Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang pada Siswi SMA Tugu Ibu Depok Tahun 2012 [Skripsi], FKM UI, Depok. Ratnasari, Dianita. (2012). Hubungan Faktor Individu dan Faktor Lingkungan dengan Perilaku Makan Menyimpang pada Remaja Putri di SMAN 6 Jakarta Selatan Tahun 2012 [Skripsi], FKM UI, Depok. Rosenberg, M. (1989). Society and the Adolescent Self-image. Princeton, NJ: Princeton University Press. Sarafino, E.P & Smith, T.W. (2011). Health Psychology Biopsychology Interactions Seventh Edition. USA : John Wiley & Sons, Inc. Schutz, H.K & Paxton, S. (2007). Friendship Quality, Body Dissatisfaction, Dietin and Disordered Eating in Adolescent Girls. British Journal of Clinical Psychology, 46, 6783. Stice, R. et al. (2000). Development and Validation of The Eating Disorder Diagnostic Scale: A Brief Self Report Measure of Anorexia, Bulimia, and Binge-Eating Disorder. Psycological Assessment, vol 12. No. 2. pp. 123-131. Stunkard, A. et al. (1983). Use of the Danish Adoption Register for the Study of Obesity and Skinness. Researh Publication, Association for Research in Nervous & Mental Disease, 60, 115-120. Syafiq, Ahmad. & Tantiani, Trulyana. (2013). Perilaku Makan Menyimpang. Jakarta : Banana Tantiani, Trulyana. (2007). Perilaku Makan Menyimpang pada Remaja di Jakarta [Tesis], Program Pascasarjana FKM UI, Depok. Thomas, J.J. et al. (2009). The Relation Between Eating Disorders Not Otherwised Spesified (EDNOS) and Officially Recognized Eating Disorders: Meta Analysis and Implication for DSM. National Institute of Health, 135, 407-433. Thompson, J. K & Smolak, Linda. (2009). Body Image, Eating Disorders, and Obesity in Youth : Assessment, Prevention, and Treatment second edition. Washington DC : American Psychological Association. Tremblay, L. & Larivire, M. (2009). The Influence of puberty onset, body mass index and pressure to be thin on disorderd eating behaviors in children and adolescent. Eating Behaviour Journal, vol.10. pp.75-83. Tsai, M. RN. et al. (2011). Survey on eating disorders related thoughts, behaviors and dietary intake in female junior high school students in Taiwan. Asia Pasific Journal Clinical Nutrition. Vol 20, 196-205. Wardlaw, G. M & J. S. Hampl. (2007). Perspectives in Nutrition Seventh Edition. New York: Mc Graw Hill. 18
Riwayat Diet..., Melia Trirachma Ningtyas, FKM UI, 2014