1
Keterpaparan Media Massa Terhadap Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang Pada Mahasiswi RIK UI Angkatan 2013 Tahun 2014 Nabila Azmi, Ratu Ayu Dewi Sartika
Departemen Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia E-mail:
[email protected]
Abstrak Kecenderungan perilaku makan menyimpang merupakan gangguan mental yang ditandai dengan membatasi makanan dan mengontrol berat badan akibat ketakutan seseorang untuk menjadi gemuk. Mahasiswa merupakan salah satu kelompok yang juga memiliki resiko terjadinya kecenderungan perilaku makan menyimpang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor dominan yang mempengaruhi kecenderungan perilaku makan menyimpang pada mahasiswi RIK UI angkatan 2013 tahun 2014. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain cross sectional. Data dilkumpulkan dengan menggunakan kuesioner dari 176 mahasiswi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 85,2% responden memiliki kecenderungan perilaku makan menyimpang. Terdapat hubungan signifikan antara citra tubuh (P value= 0,040), pengaruh teman (P value = 0,021), dan keterpaparan media massa (P value = 0,023) terhadap kecenderungan perilaku makan menyimpang pada mahasiswi RIK UI angkatan 2013 tahun 2014. Hasil uji multivariat menunjukkan bahwa keterpaparan media massa merupakan faktor paling dominan terhadap kecenderungan perilaku makan menyimpang pada mahasiswi RIK UI angkatan 2013 tahun 2014 (P value= 0,04). Mahasiswi yang terpapar media massa memiliki peluang mengalami perilaku makan menyimpang 3,15 kali lebih besar dibandingkan responden yang tidak terpapar media massa setelah dikontrol dengan variabel citra tubuh dan pengaruh teman.
Mass Media Exposure against Eating Disorder Tendency in College Student in the Health Science University of Indonesia Batch 2013 at 2014 Abstract Eating disorders tendency are mental disorders that is signed with restraint eating and weight control because of fear of becoming fat. College student is one of group who also has a risk of eating disorders tendency. Objective in this study is to determine the dominant factor in determining the frequency of eating disorders tendency in college students in the Health Science University of Indonesia batch 2013 at 2014. The research method is quantitative cross-sectional design. The data was collected by questionnaire of 176 college students. Result showed that 85.2% of respondents had eating disorders tendency. There is a significant difference in the proportion of body image (P value= 0.040), peer influence (P value = 0.021), and mass media exposure (P value = 0.023). The result of multivariate test show that mass media exposure is a dominant factor against eating disorders tendency in college students in the Health Science University of Indonesia batch 2013 at 2014 (P value= 0.04). College student who is exposed to the mass media have eating disorders tendency 3.15 greater than respondent who aren’t exposed with mass media after controlled with variable body image and peer influence. Keywords: Eating disorder tendency; college student; mass media exposure; body image; peer influence.
1 Keterpaparan media..., Nabila Azmi, FKM UI, 2014
Universitas Indonesia
2 Pendahuluan
Penderita perilaku makan menyimpang akan mengontrol makanannya sehingga dapat menyebabkan penderitanya mengalami defisiensi mikro dan makro nutrien. Intake energi dan protein yang tidak adekuat dapat menyebabkan malnutrisi dan pertumbuhan terhambat (Golden, et.al., 2003). Selain itu, disfungsi seksual umum terjadi dikalangan orang dengan perilaku makan menyimpang (Jacalyn J. and McComb, 2001). Setiap tipe perilaku makan menyimpang memiliki dampak yang berbeda. Anoreksia nervosa memiliki angka kematian tertinggi pada gangguan kejiwaan (National Collaborating Centre for Mental Health, 2004). Dampak dari bulimia nervosa yaitu badan menjadi lemas, kerusakan mulut, kerongkongan, tenggorokan, dan esophagus, kelenjar liur membengkak, gigi dan gusi rusak, dehidrasi, malnutrisi, pengeroposan dan kerusakan gigi, iritasi esophageal, gangguan kelenjar, dan gangguan sistem pencernaan (Adriani dan Wirjatmadi, 2012). Sebanyak 70 juta orang di dunia mengalami perilaku makan menyimpang (The Renfrew Center Foundation for Eating Disorders, 2003). Penelitian di Trinidad menunjukkan bahwa sebesar 4-10% remaja berusia 12-18 tahun mengalami perilaku makan menyimpang (Seepersad, 2012). Penelitian lain yang dilakukan pada remaja wanita selama 8 tahun di Amerika menunjukkan hasil 4% responden anoreksia nervosa, 11% bulimia nervosa, dan 53% eating disorder not elsewhere classified (EDNOS) (Stice, 2013). Penelitian di Gorontalo menemukan adanya kasus kecenderungan perilaku makan menyimpang pada mahasiswa sebanyak 43,3%, dengan spesifikasi 7,7% cenderung pada anoreksia nervosa, 23,1% cenderung bulimia nervosa, dan 53,85% cenderung pada EDNOS (Goi, et. al., 2012). Sebesar 35,9% mahasiswi jurusan Administrasi Perkantoran dan Sekretaris, FISIP UI memiliki kecenderungan perilaku makan menyimpang dengan 19,4% EDNOS, 9% bulimia nervosa, dan 7,5% binge eating disorder (Erdiantono, 2009). Studi pendahuluan yang dilakukan dengan menggunakan kuesioner online pada 80 mahasiswi Universitas Indonesia tahun 2014 mengenai perilaku makan menyimpang hasilnya menunjukkan 52,5% mahasiswi cenderung mengalami perilaku makan menyimpang dengan 7,5% anoreksia nervosa, 7,5% bulimia nervosa, dan 37,5% EDNOS. Data tersebut menunjukkan hasil meningkat dibandingkan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan pada mahasiswi FISIP UI tahun 2009. Data di atas menunjukkan masih tingginya kecenderungan perilaku makan menyimpang yang terjadi pada remaja khususnya mahasiswi Universitas Indonesia.
Universitas Indonesia
Keterpaparan media..., Nabila Azmi, FKM UI, 2014
3 Tujuan pada penelitian ini adalah diketahuinya proporsi kecenderungan perilaku makan menyimpang, citra tubuh, rasa percaya diri, pengaruh teman, pengaruh keluarga, dan keterpaparan media massa pada mahasiswi Rumpun Ilmu Kesehatan Universitas Indonesia (RIK UI) angkatan 2013 tahun 2014. Tujuan lainnya yaitu untuk mengetahui hubungan antara faktor citra tubuh, rasa percaya diri, pengaruh teman, pengaruh keluarga, dan keterpaparan media massa terhadap kecenderungan perilaku makan menyimpang pada mahasiswi RIK UI. Selain itu, penelitian ini juga memiliki tujuan untuk mengetahui faktor dominan apa yang paling berhubungan dengan perilaku makan menyimpang pada mahasiswi RIK UI angkatan 2013 Tahun 2014.
Tinjauan Teoritis
Berdasarkan The Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV) terdapat 4 kategori perilaku makan menyimpang, yaitu anoreksia nervosa dan bulimia nervosa, EDNOS dan binge eating disorder (Jacalyn dan McComb, 2001). Anoreksia Nervosa Karakteristik diagnosis anoreksia nervosa berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder 5th Edition atau DSM-V (APA, 2013) adalah sebagai berikut ini: Pembatasan asupan energi, sehingga tubuh menjadi kurus secara secara signifikan. Berat badan yang kurang dari normal atau kurang dari batas minimal. Menolak untuk mempertahankan berat badan atau di atas minimal berat badan normal berdasarkan tinggi badan dan usia. Ketakutan akan kenaikan berat badan atau ketakutan akan menjadi gemuk meskipun telah memiliki berat badan kurus. Gangguan persepsi akan berat badan atau bentuk tubuh, suka mengevaluasi berat badan dan bentuk tubuh. Bulimia Nervosa Karakteristik diagnosis bulimia nervosa berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder 5th Edition atau DSM-V (APA, 2013 ) sebagai berikut ini: Episode binge eating berulang, binge eating ditandai dengan kedua hal berikut: 1. Makan dalam periode waktu sempit (misalnya, dalam jangka waktu 2 jam), dengan porsi makanan yang lebih banyak dari porsi makan orang pada umumnya.
Universitas Indonesia
Keterpaparan media..., Nabila Azmi, FKM UI, 2014
4 2. Sulit mengkontrol makan yang dimakan selama episode binge eating (misalnya, tidak bisa berhenti makan atau sulit mengendalikan berapa banyak yang dimakan). Adanya
perilaku kompensasi untuk mencegah kenaikan berat badan, seperti
memuntahkan kembali makanan, penyalahgunaan obat pencahar, diuretik, atau obat lain, puasa, dan berolahraga. Binge eating dan perilaku kompensasi yang tidak pantas, keduanya terjadi setidaknya ratarata satu kali seminggu selama 3 bulan. Mengevaluasi bentuk tubuh dan berat badan. Eating Disorders Not Otherwise Specified (EDNOS) Pada DSM-V, EDNOS berubah istilah menjadi Other Specified Feeding and Eating Disorders (OSFED) yang ditandai dengan atypical anoreksia nervosa, subthreshold bulimia, purging disorder, dan night eating syndrome (Ekeroth, et al., 2013). Karakteristik diagnosis EDNOS berdasarkan DSM-V (APA, 2013 ) adalah sebagai berikut ini: Atypical anoreksia nervosa: Mencakup semua kriteria untuk anoreksia nervosa terpenuhi, kecuali penurunan berat badan yang signifikan, penderitanya dapat memiliki berat badan normal atau bahkan di atas normal. Bulimia nervosa: Memenuhi semua kriteria bulimia nervosa, kecuali binge eating dan perilaku kompensasi yang dilakukan rata-rata kurang dari seminggu sekali dan/atau kurang dari 3 bulan. Binge eating disorders: Memenuhi semua kriteria untuk binge eating, perilaku binge eating terjadi rata-rata kurang dari satu kali seminggu dan/atau kurang dari 3 bulan. Purging: terjadi perilaku purging berulang untuk mempengaruhi berat badan atau bentuk tubuh (misalnya, memuntahkan kembali makanan, penyalahgunaan obat pencahar, diuretik, atau obat lain) pada saat tidak melakukan binge eating . Night eating syndrome: ditandai dengan makan setelah bangun malam atau konsumsi makanan dalam jumlah berlebihan setelah makan malam dan terjadi secara berulang. Citra tubuh Gangguan citra tubuh menjadi diagnosis awal pada penderita perilaku makan menyimpang (Horvath dan Tylka, 2009). Ketidakpuasan akan bentuk tubuh merupakan komponen utama perasaan negatif wanita terhadap tubuhnya dan merupakan gejala utama dari perilaku makan menyimpang (Grados, 2013). Ketidakpuasan bentuk tubuh dan distorsi citra tubuh menjadi prediktor yang penting dalam menentukan kejadian perilaku makan menyimpang di masa yang akan datang (Barker dan Galambos, 2003). Universitas Indonesia
Keterpaparan media..., Nabila Azmi, FKM UI, 2014
5 Rasa Percaya Diri Sikap negatif pada diri sendiri, menyebabkan rendahnya rasa percaya diri dan ketidakpuasan pada banyak aspek diri, termasuk penampilan fisik dan berat badan. Hal tersebut dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya perilaku makan menyimpang (Keel, 2005). Rasa percaya diri yang rendah ditemukan pada penderita perilaku makan menyimpang (Abideen, et al., 2011). Rasa percaya diri yang rendah juga berhubungan dengan perilaku beresiko pada kesehatan dan masalah sosial, seperti perilaku makan menyimpang, depresi, gelisah, dan kecenderungan untuk bunuh diri (Mann, et. al., 2004). Pengaruh Teman Kepedulian akan bentuk tubuh kurus ideal yang beredar di masyarakat dan internalisasi nilai tersebut berhubungan dengan kebiasaan perilaku makan menyimpang (Keel, 2005). Keinginan untuk menjadi kurus akibat tekanan di lingkungan sosial akan meningkatkan seseorang tidak puas dengan tubuhnya. Pada akhirnya akan menyebabkan seseorang untuk berdiet dan meningkatkan resiko perilaku makan menyimpang (Franko, et al., 2005). Remaja cenderung membandingkan tubuh dengan orang lain, hal tersebut dapat meningkatkan resiko terjadinya perilaku makan menyimpang (Field, et al., 2001). Adanya teman yang berdiet dapat mempengaruhi terjadinya kecenderungan perilaku makan menyimpang pada mahasiswi (Keel, et al., 2013). Pengaruh Keluarga Pembicaraan orangtua mengenai berat badan, seperti pembicaraan ibu mengenai berat badannya memiliki hubungan dengan perilaku pengendalian berat badan dengan cara yang berbahaya dan memiliki pengaruh buruk bagi kesehatan maupun psikologis (Bauer, Bucchianeri, dan Sztainer, 2013). Ibu yang mencoba menurunkan berat badannya dapat mempengaruhi kebiasaan diet anak perempuannya (Field, et al., 2001). Tekanan dari keluarga untuk memiliki tubuh kurus dapat menyebabkan ketidakpuasan bentuk tubuh, sehingga dapat mempengaruhi anak untuk berdiet dan peduli akan berat badannya. Selain itu, komentar keluarga mengenai berat badan dapat mempengaruhi terjadinya perilaku makan menyimpang (Eisenberg, et al., 2012). Keterpaparan Media Massa Paparan media dapat dikaitkan dengan perilaku makan menyimpang karena media menggambarkan standar kecantikan yang membuat wanita tidak puas akan bentuk tubuhnya (Clay, Vignoles, dan Dittmar, 2005). Terdapat hubungan antara model yang digambarkan di Universitas Indonesia
Keterpaparan media..., Nabila Azmi, FKM UI, 2014
6 media dengan perilaku makan menyimpang pada remaja wanita (Abideen, et al., 2011). Model menggambarkan perkembangan perilaku makan menyimpang, wanita kurus dipromosikan pada media massa baik cetak, elektronik, dan film menyebabkan perilaku makan menyimpang (Keel, 2005). Keterpaparan akan model kurus yang ada di televisi meningkatkan gejala perilaku makan menyimpang (Harrison, 2001).
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan desain studi cross sectional. Penelitian ini dilakukan di Kampus Universitas Indonesia yang terletak di Depok dengan waktu penelitian April 2014. Populasi studi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswi RIK UI angkatan 2013yang berstatus aktif. Penghitungan besar sampel pada penelitian ini menggunakan rumus uji estimasi proporsi 2 arah, lalu didapatkan jumlah sampel sebesar 170. Pengambilan sampel dilakukan secara proportionate cluster random sampling. Instrumen yang digunakan pada penelitian lain berupa kuesioner, timbangan, dan micro tois. Kuesioner digunakan untuk megumpulkan data kecenderungan perilaku makan menyimpang dengan menggunakan kuesioner yang diadopsi dari EDDS (Stice, Rizvi dan Telch, 2000), citra tubuh menggunakan bagian kuesioner Body Areas Satisfaction dari MBSRQ, rasa percaya diri menggunakan Rosenberg Self Esteem Scale, serta kuesioner pengaruh teman, keluarga, dan keterpaparan media massa. Data yang ambil merupakan data primer dan data sekunder. Data primer terdiri atas variabel dependen dan independen. Variabel dependen yang diteliti adalah kecenderungan perilaku makan menyimpang. Sedangkan, variabel independen yang diteliti antara adalah citra tubuh, rasa percaya diri, pengaruh teman, pengaruh keluarga, dan keterpaparan media massa. Sedangkan data sekunder yang digunakan adalah profil dan data jumlah Mahasiswa di Universitas Indonesia. Penelitian ini menggunakan tiga jenis analisis data yaitu analisis univariat, bivariat, dan multivariat. Analisis univariat digunakan untuk mengetahui besar proporsi variabel dependen dan independen. Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antar variabel, pada analisis bivariat menggunakan uji chi square. Analisis multivariat dengan menggunakan analisis multiple regression logistic untuk mengetahui faktor dominan dari variabel independen yang diteliti terhadap kecenderungan perilaku makan menyimpang.
Universitas Indonesia
Keterpaparan media..., Nabila Azmi, FKM UI, 2014
7 Hasil
Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang (PMM) Kecenderungan PMM dibagi menjadi 2 kategori, yaitu memiliki kecenderungan PMM dan normal. Distribusi kecenderungan PMM dapat terlihat dari tabel di bawah ini: Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan Tipe Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang (PMM) pada Mahasiswi RIK UI Tahun 2014 Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang Anorexic Bulimic Eating Disorder Not Otherwise spesified (EDNOS) Normal Total
n 39 2 109 26 176
% 41,8% 1,1% 61,9% 14,8% 100%
Berdasarkan tabel 1, terlihat bahwa 85,2% responden memiliki kecenderungan perilaku makan menyimpang. Tipe kecenderungan perilaku makan menyimpang yang paling banyak dialami oleh responden adalah EDNOS, yaitu 61,9%. Citra Tubuh Citra tubuh dikategorikan menjadi 2, yaitu citra tubuh negatif dan positif. Dikatakan memiliki citra tubuh negatif jika responden tidak merasa puas dengan tubuhnya. Tabel 2 Distribusi Responden Berdasarkan Citra Tubuh pada Mahasiswi RIK UI Tahun 2014 Citra Tubuh Negatif Positif Total
n 133 43 176
% 75,6% 24,4% 100%
Berdasarkan tabel 2, sebesar 75,6% responden memiliki citra tubuh negatif. Artinya, sebagian besar responden tidak puas terhadap bentuk dan ukuran tubuhnya. Rasa Percaya Diri Rasa percaya diri dikategorikan dalam 3 kategori, yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Namun, pada penilitian ini tidak ada responden yang memiliki rasa percaya diri tinggi. Tabel 3 Distribusi Responden Berdasarkan Rasa Percaya Diri pada Mahasiswi RIK UI Tahun 2014 Rasa Percaya Diri Rendah Sedang Total
n 79 97 176
% 44,9% 55,1% 100%
Universitas Indonesia
Keterpaparan media..., Nabila Azmi, FKM UI, 2014
8 Berdasarkan tabel 3, dapat dilihat bahwa 44,9% responden memiliki rasa percaya diri rendah dan tidak ada responden yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Pengaruh Teman Tabel 4 Distribusi Responden Berdasarkan Pengaruh Teman pada Mahasiswi RIK UI Tahun 2014 Pengaruh Teman Mempengaruhi Tidak mempengaruhi Total
n 107 69 176
% 60,8% 39,2% 100%
Berdasarkan tabel 4, dapat dilihat bahwa sebagian besar responden terpengaruh teman. Sebesar 60,8% responden mendapat pengaruh dari temannya. Pengaruh Keluarga Tabel 5 Distribusi Responden Berdasarkan Pengaruh Keluarga pada Mahasiswi RIK UI Tahun 2014 Pengaruh Keluarga Mempengaruhi Tidak mempengaruhi Total
n 109 67 176
% 61,9% 38,1% 100%
Berdasarkan tabel 5, sebesar 61,9% responden mendapat pengaruh dari keluarganya. Sedangkan hanya 38,1% yang tidak terpengaruh keluarga. Keterpaparan Media Massa Tabel 6 Distribusi Responden Berdasarkan Keterpaparan Media Massa pada Mahasiswi RIK UI Tahun 2014 Keterpaparan Media Massa Sering Terpapar Kurang Terpapar Total
n 159 17 176
% 90,3% 9,7% 100%
Keterangan: Kurang Terpapar: Kurang dari sama dengan (≤) 1 kali/bulan Sering Terpapar: Lebih dari sama dengan (≥) 1 kali/minggu
Berdasarkan tabel 6, sebagian besar responden sering terpapar oleh media massa, yaitu 90,3%. Artinya, sebagian besar responden terpapar media massa baik berupa majalah/tabloid, acara televisi, atau situs internet yang bertemakan tren/mode/gaya hidup dengan frekuensi ≤ 1 kali perminggu.
Universitas Indonesia
Keterpaparan media..., Nabila Azmi, FKM UI, 2014
9 Hubungan antara Citra Tubuh dengan Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang pada Mahasiswi RIK UI Tahun 2014 Tabel 7 Tabulasi Silang antara Citra Tubuh dengan Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang pada Mahasiswi RIK UI Tahun 2014 Citra Tubuh Negatif Positif Jumlah
Kecenderungan Menyimpang Ya n % 118 88,7% 32 74,4% 150 85,2%
Perilaku Tidak n 15 11 26
Makan
Total P Value
% 11,3% 25,6% 14,8%
n 133 43 176
% 100% 100% 100%
0,040
OR 95% CI 2,704 1,132-6,458
Berdasarkan tabel 7, kecenderungan perilaku makan menyimpang lebih banyak dialami oleh responden yang memiliki citra tubuh negatif dengan persentase sebesar 88,7%. Hasil uji statistik menunjukkan nilai P value=0,040, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan bermakna antara citra tubuh negatif dengan kecenderungan perilaku makan menyimpang. Diperoleh pula nilai OR=2,704, artinya responden yang memiliki citra tubuh negatif mempunyai peluang 2,7 kali mengalami penyimpangan perilaku makan dibandingkan dengan responden yang memiliki citra tubuh positif. Hubungan antara Rasa Percaya Diri dengan Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang pada Mahasiswi RIK UI Tahun 2014
Tabel 8 Tabulasi Silang antara Rasa Percaya Diri dengan Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang pada Mahasiswi RIK UI Tahun 2014 Rasa Percaya Diri Rendah Sedang Jumlah
Kecenderungan Menyimpang Ya n % 71 89,9% 79 81,4% 150 85,2%
Perilaku Tidak n 8 18 26
Makan
% 10,1% 18,6% 14,8%
Total
n 79 97 176
% 100% 100% 100%
P Value
OR 95% CI
0,176
2,022 0,828-4,936
Berdasarkan tabel 8, dapat dilihat bahwa kecenderungan perilaku makan menyimpang lebih banyak dialami oleh responden yang memiliki rasa percaya diri rendah, yaitu 89,9%. Hasil uji statistik menunjukkan hasil nilai P value=0,176, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara rasa percaya diri rendah dengan kecenderungan perilaku makan menyimpang.
Universitas Indonesia
Keterpaparan media..., Nabila Azmi, FKM UI, 2014
10 Hubungan antara Pengaruh Teman dengan Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang pada Mahasiswi RIK UI Tahun 2014
Tabel 9 Tabulasi Silang antara Pengaruh Teman dengan Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang pada Mahasiswi RIK UI Tahun 2014
Pengaruh Teman Mempengaruhi Tidak Mempengaruhi Jumlah
Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang Ya Tidak n % n % 97 90,7% 10 9,3%
Total
n 107
% 100%
53
76,8%
16
23,2%
69
100%
150
85,2%
26
14,8%
176
100%
OR 95% CI
P Value
0,021
2,928 1,242-6,907
Berdasarkan tabel 9, dapat dilihat bahwa kecenderungan perilaku makan menyimpang lebih banyak dialami oleh responden yang mendapat pengaruh dari teman, yaitu 90,7%. Hasil uji statistik diperoleh nilai P value=0,021, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan bermakna antara pengaruh teman dengan kecenderungan perilaku makan menyimpang. Hasil statistik juga menunjukkan nilai OR=2,928, artinya responden yang terpengaruh teman mempunyai peluang 3 kali lebih besar mengalami kecenderungan perilaku makan menyimpang dibandingkan dengan responden yang tidak terpengaruh teman. Hubungan antara Pengaruh Keluarga dengan Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang pada Mahasiswi RIK UI Tahun 2014
Tabel 10 Tabulasi Silang antara Pengaruh Keluarga dengan Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang pada Mahasiswi RIK UI Tahun 2014 Pengaruh Keluarga
Mempengaruhi Tidak Mempengaruhi Jumlah
Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang Ya Tidak n % n % 96 88,1% 13 11,9%
Total
n 109
% 100%
54
80,6%
13
19,4%
67
100%
150
85,2%
26
14,8%
176
100%
P Value
OR 95% CI
0,255
1,778 0,769-4,110
Berdasarkan tabel 10, dapat dilihat bahwa kecenderungan perilaku makan menyimpang lebih banyak dialami oleh responden yang mendapat pengaruh dari keluarga, yaitu 88,1%. Hasil uji statistik menunjukkan nilai P value=0,255, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara pengaruh keluarga dengan kecenderungan perilaku makan menyimpang.
Universitas Indonesia
Keterpaparan media..., Nabila Azmi, FKM UI, 2014
11 Hubungan antara Keterpaparan Media Massa dengan Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang pada Mahasiswi RIK UI Tahun 2014
Tabel 11 Tabulasi Silang antara Keterpaparan Media Massa dengan Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang pada Mahasiswi RIK UI Tahun 2014 Total
Sering terpapar
Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang Ya Tidak n % n % 139 87,4% 20 12,6%
n 159
% 100%
Kurang terpapar
11
64,7%
6
35,3%
17
100%
Jumlah
150
85,2%
26
14,8%
176
100%
Keterpaparan Media Massa
P Value
OR 95% CI
0,023
3,791 1,26-11,38
Berdasarkan tabel 11, kecenderungan perilaku makan menyimpang paling banyak dialami oleh responden yang sering terpapar media massa, yaitu 87,4%. Hasil analisis hubungan antara kecenderungan perilaku makan menyimpang dengan intensitas keterpaparan acara televisi diperoleh nilai P value=0,023, maka dapat dikatakan bahwa ada hubungan bermakna antara kecenderungan perilaku makan menyimpang dengan intensitas keterpaparan media massa. Diperoleh juga hasil analisis nilai OR=3,791, artinya responden yang sering terpapar media massa bertemakan tren/mode/gaya hidup mempunyai peluang 3,8 kali lebih besar mengalami kecenderungan perilaku makan menyimpang dibandingkan dengan responden yang kurang terpapar media massa. Seleksi Bivariat Pada analisis multivariat, semua variabel yang memiliki P value < 0.25 pada uji bivariat dimasukkan dalam permodelan. Hasil seleksi dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 12 Variabel Hasil Seleksi Bivariat Variabel Citra Tubuh Rasa Percaya Diri Pengaruh Teman Pengaruh Keluarga Keterpaparan Media Massa
P Value 0,040 0,176 0,021 0,255 0,023
Keterangan Masuk model multivariat Masuk model multivariat Masuk model multivariat Tidak masuk model multivariat Masuk model multivariat
Berdasarkan tabel 12, variabel yang memiliki P value < 0,25 dimasukkan ke dalam permodelan multivariat.Variabel keluarga secara substansi memiliki pengaruh terhadap variabel dependen, maka variabel keluarga juga dimasukkan kedalam uji multivariat.
Universitas Indonesia
Keterpaparan media..., Nabila Azmi, FKM UI, 2014
12 Permodelan Multivariat Variabel yang memiliki P value > 0,05 akan dikeluarkan. Pengeluaran variabel independen dilakukan secara bertahap, yaitu mulai dari variabel yang memiliki nilai P value terbesar. Jika setelah variabel dikeluarkan menyebabkan adanya perubahan OR > 10%, maka variabel tersebut dimasukkan kembali. Berikut hasil permodelan awal multivariat: Tabel 13 Permodelan Awal dari Analisis Multivariat Variabel Citra Tubuh Rasa Percaya Diri Pengaruh Teman Pengaruh Keluarga Keterpaparan Media Massa
P Value 0,08 0,14 0,10 0,60 0,05
OR 2,306 2,00 2,105 1,268 3,104
Terdapat 4 variabel yang memiliki P value >0,05, yaitu citra tubuh, rasa percaya diri, pengaruh teman, dan pengaruh keluarga. Kemudian, variabel tersebut akan dikeluarkan dari permodelan awal dimulai dari variabel yang memiliki P value terbesar. Urutan variabel independen yang dikeluarkan adalah pengaruh keluarga (P value=0,60), rasa percaya diri (P value= 0,14), pengaruh teman (P value= 0,10), dan citra tubuh (P value=0,08). Berdasarkan analisis perubahan OR, maka didapatkan variabel independen yaitu keterpaparan media massa sebagai faktor dominan. Sedangkan yang menjadi variabel confounder yaitu citra tubuh dan pengaruh teman. Didapatkan pula permodelan akhir dari analisis Multivariat sebagai berikut:
Tabel 14 Permodelan Akhir dari Analisis Multivariat Variabel Citra Tubuh Pengaruh Teman Keterpaparan Media Massa
P Value 0,06 0,07 0,04
OR 2,332 2,272 3,157
Berdasarkan hasil analisis pada tabel 14, didapatkan OR=3,157. Hal tersebut menunjukkan bahwa responden yang terpapar media massa memiliki peluang mengalami perilaku makan menyimpang 3 kali lebih besar dibandingkan responden yang tidak terpapar media massa setelah dikontrol dengan variabel citra tubuh dan pengaruh teman.
Universitas Indonesia
Keterpaparan media..., Nabila Azmi, FKM UI, 2014
13 Pembahasan
Kecenderungan Perilaku Makan Menyimpang Penelitian ini menunjukkan 85,2% responden mengalami kecenderungan perilaku makan menyimpang. Sejalan dengan penelitian pada mahasiswa kesehatan di Pakistan yang menunjukkan bahwa mahasiswi memiliki kecenderungan mengalami perilaku makan menyimpang (Memon, et al., 2012). Tipe kecenderungan perilaku makan yang paling banyak dialami oleh responden pada penelitian ini adalah EDNOS dengan persentase sebesar 61,9%. Senada dengan penelitian di Portugal, tipe perilaku makan menyimpang yang paling umum terjadi adalah EDNOS (Machado, et al., 2006). Penelitian pada wanita di Swedia juga menunjukkan bahwa EDNOS memiliki prevalensi tertinggi dibandingkan dengan perilaku makan menyimpang lainnya. Penelitian tersebut menggunakan kriteria DSM-IV, hasilnya menunjukkan 51,9% EDNOS, 16,4% anoreksia nervosa, dan 31,7% bulimia nervosa (Ekeroth, et al., 2013). Citra Tubuh Hasil pengukuran citra tubuh dengan menggunakan MBSRQ menunjukkan hasil 75,6% responden mengalami citra tubuh negatif atau dengan kata lain tidak puas dengan tubuhnya. Rendahnya kepuasan responden terhadap bentuk tubuhnya sejalan dengan penelitian pada mahasiswi tingkat awal di Dartmouth College yang menunjukkan bahwa ketidakpuasan mahasiswi akan tubuhnya meningkat pada masa transisi antara sekolah dan kuliah (Vohs, Heatherton, dan Herrin, 1999). Penelitian di, Iran juga menunjukkan tingginya tingkat ketidakpuasan mahasiswi kesehatan terhadap berat badannya, yaitu sebesar 88% (Nadjarzadeh, et al., 2011). Terdapat hubungan bermakna antara citra tubuh negatif dengan kecenderungan perilaku makan menyimpang (P value=0,04). Responden yang terpengaruh citra tubuh mempunyai peluang 2,7 kali mengalami penyimpangan perilaku makan dibandingkan dengan responden yang tidak terpengaruh citra tubuh (OR=2,704). Penelitian lain pada mahasiswi juga menunjukkan hasil serupa, bahwa terdapat hubungan signifikan antara ketidakpuasan citra tubuh dengan kecenderungan perilaku makan menyimpang (P value <0,05). Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswi yang tidak puas dengan tubuh dan penampilan keseluruhannya memiliki resiko lebih tinggi mengalami kecenderungan perilaku makan menyimpang (Kim dan Lennon, 2007). Hal ini juga sejalan dengan penelitian pada mahasiswi
Universitas Indonesia
Keterpaparan media..., Nabila Azmi, FKM UI, 2014
14 di Ohio, mahasiswi yang tidak puas dengan tubuhnya secara signifikan mempengaruhi gejala perilaku makan menyimpang (P value<0.001) (Tylka, 2004). Ketidakpuasan akan tubuh dapat memberikan konsekuensi negatif terhadap terjadinya perilaku makan menyimpang, distorsi tubuh, rendahnya rasa percaya diri, dan depresi (Tiggemann dan Lynch, 2001). Mahasiswi yang memiliki citra tubuh negatif memiliki kecenderungan lebih tinggi mengembangkan gejala perilaku makan menyimpang. Mereka menjadi cenderung memiliki kekhawatiran yang berlebihan akan berat badan, diet, dan takut berat badan naik (Straeter, 2002). Rasa Percaya Diri Pada penelitian ini, rasa percaya diri diukur berdasarkan kuesioner dari Rosenberg Self Esteem Scale. Hasilnya menunjukkan bahwa responden yang memiliki rasa percaya diri rendah hanya 44,9% dan tidak ada responden yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Pada analisis bivariat, tidak ada hubungan bermakna antara rasa percaya diri rendah dengan kecenderungan perilaku makan menyimpang (P value=0,176). Penelitian lain juga menyebutkan rasa percaya diri berhubungan negatif dengan perilaku makan menyimpang (OR=0,8-0,9) (Field, et al., 1999). Hal ini tidak sejalan dengan penelitian pada mahasiswi yang menunjukkan terdapat hubungan signifikan antara rasa percaya diri dengan kecenderungan perilaku makan (P value<0,001) (Kim dan Lennon, 2007). Sebagian besar responden memiliki rasa percaya diri tidak rendah. Sehingga, hubungan antara rasa percaya diri dan kecenderungan perilaku makan menyimpang pada penelitian ini menjadi tidak signifikan. Tingginya rasa percaya diri berhubungan dengan rendahnya tingkat kecenderungan perilaku makan menyimpang (Kim dan Lennon, 2007). Seseorang yang memiliki rasa percaya diri tidak rendah cenderung tidak melakukan perilaku makan menyimpang untuk meningkatkan rasa percaya dirinya (Seepersad, 2012). Pengaruh Teman Sebesar 60,8% responden mendapat pengaruh dari temannya. Kondisi yang paling mempengaruhi responden adalah perilaku respoden yang suka membandingkan tubuhnya dengan teman, yaitu 89,7%. Membandingkan bentuk dan ukuran tubuh dengan wanita lain dapat menyebakan perilaku makan menyimpang (Corning, Krumm, dan Smitham, 2006). Hasil analisis bivariat menunjukkan ada hubungan bermakna antara pengaruh teman dengan kecenderungan perilaku makan menyimpang (P value= 0,021). Hasil statistik juga menunjukkan nilai OR=2,928, artinya responden yang terpengaruh teman mempunyai peluang 3 kali lebih besar mengalami kecenderungan perilaku makan menyimpang Universitas Indonesia
Keterpaparan media..., Nabila Azmi, FKM UI, 2014
15 dibandingkan dengan responden yang tidak terpengaruh teman. Penelitian lain juga menunjukkan adanya hubungan bermakna antara pengaruh teman dengan perilaku makan menyimpang (P value<0,001) (Forney, Holland, dan Keel, 2012). Kompetisi untuk menjadi kurus dikalangan wanita dapat menyebabkan ketidakpuasan terhadap tubuh. (Ferguson, et al., 2012). Selain itu, pendapat teman dapat menjadi hal yang sangat penting bagi wanita. Membandingkan tubuh dengan teman akan meningkatkan ketidakpuasan tubuh (Vonderen dan Kinnally, 2012). Ketidakpuasan tubuh berpotensi menyebabkan terjadinya perilaku makan menyimpang (Giles, n.d.). Saat masa transisi remaja menjadi dewasa, teman memainkan peran penting dalam membandingkan tubuh. Hal tersebut dapat mengembangkan terjadinya perilaku makan menyimpang (Field, et al., 2001) Pengaruh Keluarga Sebesar 61,9% responden mendapat pengaruh dari keluarganya. Kondisi yang paling mempengaruhi responden adalah kritik atau komentar keluarga pada responden mengenai ukuran dan bentuk tubuhnya, yaitu 68,8%. Komentar menyakitkan mengenai berat badan yang diberikan oleh keluarga dapat meningkatkan resiko terjadinya perilaku makan menyimpang (Eisenberg, et al., 2012). Hasil uji statistik menunjukkan nilai P value=0,255, dapat dikatakan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara pengaruh keluarga dengan kecenderungan perilaku makan menyimpang. Penelitian pada mahasiswi di Amerika juga menunjukkan bahwa tidak ada hubungan signifikan antara keluarga dengan perilaku makan menyimpang, P value=0,43 (Harris, 2000). Berbeda dengan penelitian di Minneapolis bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara komentar yang diberikan orang tua terhadap perilaku pengontrolan berat badan secara ekstrim (P value=0,040) (Bauer, Bucchianeri, dan Neumark-Sztainer, 2013) Tidak adanya hubungan bermakna antara keluarga dan kecenderungan perilaku makan dikarenakan sebagian responden (47,2%) tidak tinggal bersama keluarganya, sehingga sebagian dari mereka kurang mendapat pengaruh keluarga. Pada masa kuliah, umumnya mahasiswi lebih mandiri, lebih sering menghabiskan waktunya di kampus dan berkumpul bersama teman dibandingkan keluarga. Sehingga, teman akan lebih mempengaruhi dibandingkan dengan keluarga. Keterpaparan Media Massa Pada penelitian ini, sebagian besar responden sering terpapar media massa, yaitu 90,3%. Responden sering terpapar media massa baik berupa majalah/tabloid (69,8%), acara televisi (79%), ataupun situs internet (78,4%) yang bertemakan mode/tren/gaya hidup. Universitas Indonesia
Keterpaparan media..., Nabila Azmi, FKM UI, 2014
16 Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan signifikan antara keterpaparan media massa (P value=0,023) terhadap kecenderungan perilaku makan menyimpang. Secara signifikan remaja wanita di Spanyol yang terpapar media massa memiliki resiko lebih tinggi terhadap terjadinya perilaku makan menyimpang (P value=0,015) (Martínez-González, et al., 2003). Frekuensi keterpaparan responden terhadap gambaran di media massa berhubungan signifikan dengan persepsi tubuh ideal (P value <0.001) (Park, 2005). Namun, hal ini tidak sejalan dengan penelitian pada mahasiswi di Amerika Serikat, bahwa tidak ada hubungan signifikan antara media massa dan perilaku makan menyimpang, tetapi hasil analisis univariat menyebutkan bahwa beberapa hal terkait media massa mempengaruhi kebiasaan makan responden (Grace, 2000). Pada penelitian ini, keterpaparan media massa merupakan faktor paling dominan terhadap terjadinya kecenderungan perilaku makan menyimpang. Nilai OR keterpaparan media massa pada analisis multivariat adalah 3,157. Hal tersebut menunjukkan bahwa responden yang terpapar media massa memiliki peluang mengalami penyimpangan perilaku makan 3 kali lebih besar dibandingkan responden yang tidak terpapar media massa setelah dikontrol dengan variabel citra tubuh dan pengaruh teman. Gambaran model di media massa dapat mempengaruhi pikiran remaja dan secara efektif memanipulasi persepsi mereka tentang persepsi tubuh ideal. Ketika mereka terus terpapar dengan model bertubuh kurus dan tinggi, mereka mulai berpikir bahwa gambaran tubuh perempuan tersebut yang dianggap ideal, dapat diterima, dan menarik (Achtenberg, 2006). Keterpaparan media massa tentang mode meningkatkan keinginan mahasiswi untuk menjadi kurus (Park, 2005). Tingginya tekanan media massa untuk memiliki tubuh kurus meningkatkan terjadinya perilaku makan menyimpang (Darenne dan Beresin, 2006).
Kesimpulan
Sebagian besar responden memiliki kecenderungan perilaku makan menyimpang dengan prevalensi sebesar 85,2%. Tipe kecenderungan perilaku makan menyimpang terbanyak adalah EDNOS, yaitu 61,9%. Sebanyak 75,6% responden memiliki citra tubuh negatif. 44,9% responden memiliki rasa percaya diri rendah. Sebanyak 60,8% responden terpengaruh teman. 61,9% responden terpengaruh keluarga. Sebesar 90,3% responden sering terpapar dengan media massa. Terdapat hubungan yang bermakna antara citra tubuh Universitas Indonesia
Keterpaparan media..., Nabila Azmi, FKM UI, 2014
17 (OR=2,704), pengaruh teman (OR=2,928), dan keterpaparan media massa (OR=3,791) dengan kecenderungan perilaku makan menyimpang. Faktor yang paling dominan dalam menentukan kecenderungan perilaku makan menyimpang pada mahasiswi RIK UI tahun 2014 adalah keterpaparan media massa (OR=3,157).
Saran Organisasi mahasiswa seperti BEM fakultas atau AKG dapat mengadakan penyuluhan mengenai perilaku makan menyimpang. Selain itu, dapat pula dengan cara diadakannya peer educator, yaitu berupa konsultasi antar teman mengenai kecenderungan perilaku makan menyimpang. Hal ini dilakukan agar mahasiswi mendapatkan informasi yang benar mengenai perilaku makan menyimpang. Diharapkan diadakannya penyebarluasan informasi oleh institusi terkait, baik melalui penyuluhan ataupun konseling. Dapat juga dengan cara masukkan materi mengenai perilaku makan menyimpang ke dalam mata ajar gizi dasar atau pun IBD. Selain itu, mengadakan mental health service di Pusat Kesehatan Mahasiswa, sehingga mahasiswa yang mengalami kecenderungan perilaku makan menyimpang dapat diberikan penanganan yang tepat. Diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti faktor lain yang dapat mempengaruhi kecenderungan perilaku makan menyimpang, menggunakan disain yang dapat menggambarkan hubungan kausalitas , dan dapat menggunakan metode kualitatif agar gambaran kecenderungan perilaku makan menyimpang, faktor yang mempengaruhinya, juga sebab-akibatnya dapat tergambar dengan jelas.
Daftar Pustaka
Abideen, Zain UI, et al. (2011). Impact of media on development of eating disorders in young females of pakistan. International Journal of Psychological Studies, 3 (1), 122147. Achtenberg, Benjie. (2006). Mass media and its influence on the adolescent mind: a study of student perceptions of body image and magazine advertisements. http://www.macalester.edu/educationreform/actionresearch/Achtenberg.pdf Universitas Indonesia
Keterpaparan media..., Nabila Azmi, FKM UI, 2014
18 Adriani, Merryana dan Wirjatmadi, Bambang. (2012). Peranan gizi dalam siklus kehidupan. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup. American Psychiatric Association (APA). (2013). Diagnostic and statistical manual of mental disorders 5th edition. USA. Barker, E. T., dan Galambos, N. L. (2003). Body dissatisfaction of adolescent girls and boys: Risk and resource factors. Journal of Early Adolescence, 23, 141-165. Bauer, Katherine W, et al., (2013). Mother-reported parental weight talk and adolescent girls’ emotional health, weight control attempts, and disordered eating behaviors. Journal of eating Disorder, 45 (1), 1-8. Clay, Daniel, Vivian L. Vignoles, and Helga Dittmar. (2005). Body Image and self-esteem among adolescent girls: Testing the influence of sociocultural factors. Journal of Research On Adolescence, 15(4), 451–477. Corning, Alexandra F., Angela J. Krumm, dan Lora A. Smitham. (2006). Differential social comparison processes in women with and without eating disorder symptoms. Journal of Counseling Psychology 53, 3, 338–349. Darenne, Jennifer L. dan Eugene Beresin. (2006). Body image, media, and eating disorders. Academic Psychiatry 30, 3, 257-261. Eisenberg, Marla E, et al. (2012). Associations between hurtful weight-related comments by family and significant other and the development of disordered eating behaviors in young adults. Journal of Behavioral Med 35, 500–508. Ekeroth, Kerstin, et al. (2013). Clinical characteristics and distinctiveness of dsm-5 eating disorder diagnoses: Findings from a large naturalistic clinical database. Journal of Eating Disorders, 1, 31-42. Erdiantono, Sigit Dwi. (2009). Hubungan antara faktor individu dan faktor lingkungan dengan kecenderungan penyimpangan perilaku makan pada mahasiswi jurusan administrasi perkantoran dan sekretaris, fisip ui tahun 2009. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok. Ferguson, Christopher J. (2012). Concurrent and prospective analyses of peer, television and social media influences on body dissatisfaction, eating disorder symptoms and life satisfaction in adolescent girls. Journal of Youth Adolescence. Field, et al. (1999). Relation of peer and media influence to the development of purging behavior among preadolescence and adolescence girls. Articles Pedriatrics Adolescence Med, 153, 1184-1189. Field, et al. (2001). Peer, parent, and media influences on development of weight concern and frequent dieting among preadolescent and adolescent girls and boys. Pedriatrics, 107, 1, 54-61. Forney, K. Jean, Lauren A. Holland, dan Pamela K. Keel. (2012). Influence of peer context on the relationship between body dissatisfaction and eating pathology in women and men. International Journal of Eating Disorders, 45, 982–989. Universitas Indonesia
Keterpaparan media..., Nabila Azmi, FKM UI, 2014
19 Franko, Debra L., et al. (2005). Food, mood, and attitude: Reducing risk for eating disorders in college women. Health Psychology, 24 (6), 567–578. Giles, Paige. (n.d.). Peer influence and body dissatisfaction amongst college sorority women. University of Arkansas. https://uarkive.uark.edu/xmlui/bitstream/handle/ 10826/ETD2013-05-270/GILES-THESIS.pdf?sequence=2 [12 Juni 2014] Goi, Misrawati, M.Anas Anasiru, dan Imran Tumenggung. (2012). Faktor individu dan faktor lingkungan yang berhubungan dengan perilaku makan menyimpang pada mahasiswa kesehatan di Gorontalo. Gorontalo: Poltekkes Kemenkes Gorontalo. Golden, Neville A., et. al. (2003). Eating disoerder in adolescents: position paper of the society for adolescent medicine. Journal of Adolescent Health, 33, 496-503. Grace, Matie E. (2000). The impact of sociocultural and media influences, self-esteem and acculturation on the development of eating disordered behaviors in african-american women. California: University Of Southern California. Grados, Emily Kristin. (2013). Mindfulness and its relationship to body satisfaction and risk of an eating disorder in college women. Chicago: The Chicago School of Professional Psychology Harris, Carla J Cooke. (2000). Body image attitudes and disordered eating behavior among black american women: The influence of black identity, family environment, socioeconomic status, self-esteem, and body mass index. New Jersey: The State University of New Jersey. Harrison, K. (2001). Ourselves, our bodies: Thin-Ideal media, self-discrepancies, and eating disorder symptomatology in adolescents. Journal of Social and Clinical Psychology, 20, 289–323. Hovart, Casey L. Augustus dan Tracy L. Tylka. (2009). A test and extension of objectification theory as it predicts disordered eating: Does Women’s Age Matter?. Journal of Counseling Psychology , 56 (2), 253–265. Jacalyn J. dan McComb, Robert. (2001). Eating disorder in women and children: Prevention, stress management, and treatment. Washington, D. C.: CRC Press. Keel, Pamela. (2005). Eating disorders. New Jersey: Pearson. Keel, Pamela, et al., (2013). Influence of college peers on disordered eating in women and men at 10-year follow-up. Journal of Abnormal Psychology 122, 1, 105–110. Kim, Jung Hwan dan Sharron J. Lennon. (2007). Mass Media and self-esteem, body image, and eating disorder tendencies. Clothing and Textiles Research Journal 25 ( 1): 3-23. Machado, Paulo P.P., et al. (2006). The prevalence of eating disorders not otherwise specified. The International Journal of Eating Disorders. Mann, M. et. al. (2004). Self-esteem in a broad-spectrum approach for mental health promotion. Health Education Research, 19 (4), 357-372.
Universitas Indonesia
Keterpaparan media..., Nabila Azmi, FKM UI, 2014
20 Martínez-González, Miguel Angel, et al. (2003). Parental factors, mass media influences, and the onset of eating disorders in a prospective population-based cohort. Pediatrics, 111, 315-321. Memon, Akhtar Amin, et al. (2012). Eating disorders in medical students of Karachi, Pakistan–A cross sectional study. BMC Research Notes, 5:84-91. Nadjarzadeh, Azadeh, et al. (2011). Assessment of the eating disorders in female students of Shahid Sadoughi University of Medical Sciences, Yazd, Iran, 2011. Journal of Community Health Research, 1, 2, 79‐84. National Collaborating Centre for Mental Health. (2004). Eating disorders core interventions in the treatment and management of anorexia nervosa, bulimia nervosa and related eating disorders. London: The British Psychological Society and Gaskell. Park, Sung-Yeon. (2005). The influence of presumed media influence on women’s desire to be thin. Communication Research, 32, 5, 594-614. Seepersad, Randy. (2012). The relation between eating disorders and self esteem in adolescents in Trinidad. Journal of the Department of Behavioural Sciences, 2 (1), 102-127. Stice, Eric et. al. (2013). Prevalence, incidence, impairment, and course of the proposed DSM-5 eating disorder diagnoses in an 8-year prospective community study of young women. American Psychological Association, 122 (2), 445–457. Stice, Eric, Shireen L. Rizvi, dan Christy F. Telch. (2000). Development and validation of the eating disorder diagnostic scale: A brief self-report measure of anorexia, bulimia, and binge-eating disorder. Psychological Assessment, 12 (2), 123-131. Straeter, Stephanie V. (2002). Body image and acculturation status, eating disorder symptomatology, psychopathology and self-esteem in latina college students. Amerika Serikat: Alliant International University. The Renfrew Center Foundation for Eating Disorders. (2003). Eating disorders 101 guide: A summary of issues, statistics and resources. Tiggemann, M. dan Lynch, J. E. (2001). Body image across the life span in adult women: the role of self-objectification. Developmental Psychology, 2, 37, 243–253. Tylka, Tracy L. (2004). The relation between body dissatisfaction and eating disorder symptomatology: An analysis of moderating variables. Journal of Counseling Psychology, 51, 2, 178–191. Vohs, Kathleen D., Todd F.Heatherton, dan Marcia Herrin. (1999). Disordered eating and the transition to college: A prospective study. John Wiley and Sons Inc, 280-288. Vonderen, Kristen E. Van dan William Kinnally. (2012). Media effects on body image: Examining media exposure in the broader context of internal and other social factors. American Communication Journal, 14, 2, 41-57.
Universitas Indonesia
Keterpaparan media..., Nabila Azmi, FKM UI, 2014