HUBUNGAN PERILAKU MAKAN TERHADAP INDEKS MASSA TUBUH PADA REMAJA DI SMP YMJ CIPUTAT
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
OLEH: LIA SHOLEHA NIM: 1110104000023
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H /2014 M
ii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES SCHOOL OF NURSING SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF JAKARTA Undergraduate Thesis, July 2014 Lia Sholeha, NIM: 1110104000023 Correlation between Eating Behavior and Body Mass Index in SMP YMJ Ciputat adolescents xviii + 79 pages + 17 tables + 2 figures + 9 appendixes
ABSTRACT
Adolescent is a critical time for promoting healthy eating behavior because eating behavior establish in this period of the time does persist through to adulthood. Eating behaviors such as emotional eating, eating restraint, and external eating associated with adiposity. Body Mass Index (BMI) is a simple to measure adiposity. This study aims to determine the correlation eating behaviors and BMI in adolescents. This study was done in SMP YMJ Ciputat. The study sample was 82 students and taken by total sampling technique. This study uses associative design with quantitative approach. Data collection for eating behavior using a questionnaire. BMI measurements obtained after body weight was measured to the nearest 0.1 kg and height was measured in microtoise staturmeter to the nearest 0.1 cm. The data analysis technique which used is the spearman statistic with the aid program in its processing application. The results of this study indicate that there is no correlation between emotional eating and BMI (p > 0.05), there is no correlation between external eating and BMI (p > 0.05), and there is correlation bettween eating restraint relation to BMI (p = 0.002; r = 0.334). The results of this research can be used as an initial step to prevent malnutrition in adolescents, especially obesity.
Key word: Eating Behavior, Body Mass Index, Adolescents References: 85 ( 1992-2014)
iii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Skripsi, Juli 2014 Lia Sholeha, NIM: 1110104000023 Hubungan Perilaku Makan terhadap Indeks Massa Tubuh pada Remaja di SMP YMJ Ciputat xviii + 79 halaman + 17 tabel + 2 gambar + 9 lampiran
ABSTRAK
Remaja merupakan masa terpenting untuk memperkenalkan perilaku makan karena pada remaja perilaku makan akan bersifat menetap dan akan terus bertahan sampai dewasa. Perilaku makan seperti emotional eating, restraint eating, dan external eating berhubungan dengan cadangan lemak tubuh. Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan cara sederhana untuk mengukur cadangan lemak tubuh. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan perilaku makan terhadap IMT pada remaja. Penelitian ini dilaksanakan di SMP YMJ Ciputat. Sampel penelitian yang digunakan sebanyak 82 orang dan teknik yang digunakan adalah total sampling. Desain penelitian yang digunakan adalah asosiatif dengan pendekatan kuantitatif. Pengumpulan data tentang perilaku makan menggunakan kuesioner, sedangkan IMT didapat setelah melakukan pengukuran berat badan dengan timbangan ketelitian 0.1 kg dan tinggi badan diukur menggunakan microtaise stratumeter dengan ketelitian 0.1 cm. Teknik analisa data yang digunakan adalah spearman dengan menggunakan bantuan program aplikasi statistik dalam pengolahannya. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tidak ada hubungan emotional eating terhadap IMT (p > 0.05), tidak ada hubungan external eating terhadap IMT (p > 0.05), dan ada hubungan restraint eating terhadap IMT (p = 0.002; r = 0.334). Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan langkah awal untuk mencegah malnutrisi pada remaja terutama obesitas
Kata Kunci: Perilaku Makan, Indeks Massa Tubuh, Remaja Daftar Bacaan: 85 (1992-2014)
iv
v
vi
vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: LIA SHOLEHA
Tempat, tanggal Lahir
: Bogor, 21 Juni 1992
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Status
: Belum Menikah
Alamat
: Jl. Lestari 1 RT/RW 04/04 Kelurahan Curug Kec. Bojongsari Kota Depok
HP
: +6285710475027
E-mail
:
[email protected]
Fakultas/Jurusan
: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan/ Program Studi Ilmu Keperawatan
PENDIDIKAN 1.
Sekolah Dasar Negeri Curug 02
1998 - 2004
2.
SMP Negeri 1 Parung
2004 - 2007
3.
SMA Negeri 5 Depok
2007 - 2010
4.
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
2010 - sekarang
ORGANISASI 1.
PASKIBRA
2004 - 2005
2.
Rohis
2007 - 2010
3.
BEM IK
2012 - 2013
viii
LEMBAR PERSEMBAHAN
“.....Sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan merubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada sesuatu kaum, hingga kaum itu merubah apa yang ada pada diri merekan sendiri, dan seseungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (Al Anfaal (8) : 53)
Mimpi - mimpi besar kita tidak akan berubah menjadi kenyataan, kalau bukan diri kita sendiri yang merubahnya. Butuh perjuangan untuk merubah mimpi menjadi kenyataan. Perjuangan yang kita lakukan pun tidak akan kuat tanpa doa-doa orang-orang tercinta terutama orang tua. Ibu dan Bapak, kalianlah sumber motivasi besar Ku untuk mencapai semua mimpi-mimpi besar ini. Ibu, doa-doa mu yang selalu terucap memperingan langkah kaki ini untuk meraih semua impian. Bapak, laki-laki luarbiasa yang dari dirinya Aku belajar tentang kerja keras untuk meraih impian. Hingga kini satu persatu mimpi-mimpi besar itu menjadi kenyataan... Dan untuk semua orang-orang tercinta lainnya, berada dekat dengan kalian membuat perjuangan ini terasa lebih mudah. Ya Rabb, beri mereka selalu kebaikan sebagaimana kebaikan yang mereka beri kepada Ku... Aamiin
Skripsi ini Ku persembahkan untuk orang-orang tercinta Ibu dan Bapak - Adik-adik - Keluarga Besar Sahabat dan teman-teman -
-
ix
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Perilaku Makan terhadap Indeks Massa Tubuh pada Remaja di SMP YMJ Ciputat.” Shalawat dan salam senantiasa penulis haturkan kepada Nabi besar Muhammad SAW yang membawa umatnya dari alam kejahiliyahan menuju alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana keperawatan pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penyusunan skripsi ini juga sebagai bentuk penerapan ilmu dan pengembangan teori-teori yang penulis dapatkan selama kuliah. Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bantuan, petunjuk, bimbingan, dan motivasi dari berbagai pihak. Sehingga, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Komarudin Hidayat selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak Prof. Dr. dr. MK Tadjuddin Sp.And selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep, MKM selaku Ketua Program Studi dan Ibu Ns. Eni Nuraini Agustini, S.Kep, M. Sc, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Bapak Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep, MKM selaku pembimbing akademik yang senantiasa memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis selama kuliah di Program Studi Ilmu Keperawatan. 5. Ibu Ita Yuanita, S.Kp, M.Kep selaku pembimbing 1 dan Bapak Karyadi, Ph.D selaku pembimbing 2 yang selalu memberikan saran, arahan dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini. 6. Bapak/ Ibu dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis serta seluruh staf dan karyawan di lingkungan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
x
7. Orangtua, adik-adik dan seluruh keluarga besar tercinta yang telah memberikan doa, perhatian, dan motivasi selama penulis melakukan penyusunan skripsi ini. 8. Kepala Sekolah SMP YMJ Ciputat yang telah memberi izin kepada penulis untuk penelitian di SMP YMJ Ciputat. 9. Guru-guru SMP YMJ Ciputat yang telah membantu penulis dalam pengambilan data. 10. Teman-teman Al Fatih dan Al Fatihah yang selalu menumbuhkan semangat yang luar biasa. 11. Teman-teman di Ilmu Keperawatan angkatan 2010 terutama Mutiara, Alif, Adelina, yang telah banyak memberikan banyak bantuan dan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini. 12. Teman-teman di FKIK, kakak-kakak dan adik-adik di PSIK yang selalu memberikan semangat dan perhatiannya. 13. Semua pihak yang telah membantu selesainya skripsi ini mulai dari persiapan penyusunan hingga skripsi ini selesai. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapakan demi perbaikan proposal skripsi ini kearah lebih baik. Atas perhatiannya penulis ucapkan terima kasih. Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Jakarta, Juli 2014
Lia Sholeha
xi
DAFTAR ISI
Halaman Halaman Judul .................................................................................................
i
Pernyataan Keaslian Karya .............................................................................
ii
Abstract ............................................................................................................
iii
Abstrak .............................................................................................................
iv
Pernyataan Persetujuan ..................................................................................
v
Lembar Pengesahan .........................................................................................
vi
Daftar Riwayat Hidup......................................................................................
viii
Lembar Persembahan ......................................................................................
ix
Kata Pengantar .................................................................................................
x
Daftar Isi ................................................................................................. .......
xii
Daftar Tabel.....................................................................................................
xv
Daftar Bagan....................................................................................................
xvi
Daftar Lampiran............................................................................................... xvii BAB I PENDAHULUAN A. B. C. D. E. F.
Latar Belakang ........................................................................... Rumusan Masalah ....................................................................... Pertanyaan Penelitian .................................................................. Tujuan Penelitian........................................................... ................ Manfaat Penelitian ....................................................................... Ruang Lingkup Penelitian ...........................................................
1 7 8 8 9 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja ..................................................................................... 1. Definisi Remaja .................................................................... 2. Ciri Masa Remaja .................................................................. 3. Stres Pada Remaja ................................................................ 4. Body Image atau Citra Tubuh Remaja ...................................
xii
11 11 12 15 17
B. Perilaku Makan ............................................................................ 1. Pengertian Perilaku Makan .................................................... 2. Perilaku Makan Remaja........................................................ 3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Asupan Makanan.......... 4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Makan Remaja 5. Dampak Perilaku Makan Tidak Sehat .................................... C. Indeks Massa Tubuh (IMT) .......................................................... 1. Pengertian IMT ..................................................................... 2. Cara Menghitung IMT .......................................................... 3. Rumus Menghitung IMT ....................................................... 4. Kategori Indeks Massa Tubuh berdasarkan Umur (IMT/U).. 5. Kekurangan dan Kelebihan IMT ........................................... D. Penelitian Terkait .......................................................................... E. Kerangka Teori .............................................................................
20 20 21 23 25 28 30 30 31 32 33 35 36 37
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS A. Kerangka Konsep ........................................................................ B. Definisi Operasional .................................................................... C. Hipotesis .....................................................................................
38 39 40
BAB IV METODE PENELITIAN A. B. C. D. E. F. G. H. I. J.
Desain Penelitian ........................................................................ Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................... Populasi dan Sampel Penelitian .................................................... Instrumen Penelitian ................................................................... Teknik Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ........................... Langkah-Langkah pengumpulan Data .......................................... Etika Penelitian ............................................................................ Pengolahan data ............................................................................ Teknik Analisa Data .................................................................... Penyajian Data ............................................................................
41 41 41 43 45 47 50 51 52 54
BAB V HASIL PENELITIAN A. B. C. D.
Profil SMP YMJ Ciputat ............................................................... Hasil Preeliminary Analysis ........................................................... Hasil Analisis Univariat ................................................................. Hasil Analisi Bivariat ....................................................................
xiii
55 57 58 61
BAB VI PEMBAHASAN A. Analisis Univariat .......................................................................... B. Analisis Bivariat ............................................................................ C. Keterbatasan Penelitian .................................................................
64 69 75
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ................................................................................... B. Saran ............................................................................................. Daftar Pustaka Lampiran
xiv
76 79
DAFTAR TABEL
Halaman 2.1
IMT/U menurut WHO 2006
34
2.2
IMT/U menurut CDC 2000
34
3.1
Definisi Operasional
39
4.1
Daftar Jumlah Siswa Kelas VII, VIII, dan IX
42
4.2
Kisi-Kisi Instrumen Penelitian
44
4.3
Hasil Uji Valid Instrumen Penelitian
46
4.4
Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian
46
4.5
Hasil Pengukuran BB untuk Uji Validitas dan Reliabilitas
47
4.6
Interpretasi Hasil Hipotesis
54
5.1
Hasil Uji Normalitas Data
57
5.2
Karakteristik Remaja berdasarkan Jenis Kelamin
58
5.3
Karakteristik Remaja berdasarkan Suku
59
5.4
Gambaran Perilaku Makan Remaja
60
di SMP YMJ Ciputat 5.5
Distribusi Indeks Massa Tubuh (IMT) Remaja
61
di SMP YMJ Ciputat 5.6
Hubungan Emotional Eating terhadap IMT
62
pada Remaja di SMP YMJ Ciputat 5.7
Hubungan Restraint Eating terhadap IMT
62
pada Remaja di SMP YMJ Ciputat 5.8
Hubungan External eating terhadap IMT pada Remaja di SMP YMJ Ciputat
xv
63
DAFTAR BAGAN
Halaman 2.1
Kerangka Teori
37
3.1
Konstelasi antara Variabel Bebas dengan Variabel Terikat
38
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Dokumen Perizinan Lampiran 2. Informed Consent Lampiran 3. Kuesioner Penelitian Lampiran 4. Tabulasi Data Lampiran 5. Hasil Uji Validitas Lampiran 6. Hasil Uji Reliabilitas Lampiran 7. Hasil Uji Normalitas Lampiran 8. Hasil Olahan SPSS Univariat Lampiran 9. Hasil Olahan SPSS Bivariat
xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa (Ferry Efendi dan Makhfudli, 2009). United Nations Children’s Fund (UNICEF, 2011) mengelompokkan usia remaja menjadi 2 kelompok yaitu, kelompok remaja awal (10-14 tahun) dan kelompok remaja akhir (15-19 tahun). Hasil sensus kependudukan yang dilakukan oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) tahun 2010 menunjukkan bahwa jumlah remaja awal berusia 10-14 tahun di Indonesia terdapat sekitar 22.677.490 remaja atau 9, 54% dari keseluruhan penduduk di Indonesia. Di Banten, berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010 jumlah remaja awal 10-14 tahun terdapat sekitar 1.063.133 remaja atau 10% dari jumlah keseluruhan penduduk. Di Tangerang Selatan berdasarkan data BPS Tangerang Selatan presentase jumlah remaja awal 1014 tahun 2010 sebesar 8,6% dari jumlah keseluruhan penduduk. Jumlah ini lebih besar jika dibandingkan kelompok usia remaja lainnya. Remaja merupakan masa transisi terpenting dalam kehidupan (WHO, 2014). Pada masa ini terjadi banyak perubahan baik aspek fisik, emosional, dan psikososial (Tzafettas, 2009). Perubahan fisik yang terjadi pada
remaja
membuat
perubahan
ukuran
tubuh,
proporsi
tubuh,
perkembangan ciri-ciri seks primer, dan perkembangan ciri-ciri seks sekunder (Jafar, 2005). Untuk mencapai perubahan fisik yang optimal, remaja membutuhkan nutrisi yang esensial yaitu lebih banyak protein, karbohidrat, 1
2
vitamin dan mineral (Supartini, 2004). Sementara itu, menurut Ikatan Dokter Anak Seluruh Indonesia (IDAI) tahun 2013 mengatakan bahwa remaja dihadapkan pada permasalahan gizi, khususnya defisiensi zat mikronutrien dan malnutrisi. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 mengenai masalah gizi pada remaja awal adalah sebagai berikut: kejadian kurus pada remaja umur 13-15 tahun adalah (11,1%) terdiri dari (3,3%) sangat kurus dan (7,8%) kurus, sedangkan kejadian kegemukan pada remaja umur 13-15 tahun adalah sebesar (10,8%) yang terdiri dari (8,3%) gemuk dan (2,5%) obesitas. Di provinsi Banten, prevalensi kejadian kekurusan dan kegemukanberada diatas angka
nasional
(Riskesdas, 2013).
Berdasarkan
data
diatas
menunjukkan bahwa masalah gizi kekurusan maupun kegemukanterjadi pada remaja awal. IDAI (2013) menyatakan bahwa masalah gizi pada remaja disebabkan karena perilaku makan yang tidak sehat. Sangperm (2006) dalam jurnalnya mengatakan perilaku makan yang sehatpenting bagi remaja karena dapat membantu remaja memenuhi kebutuhan nutrisi, sehingga menghasilkan kesehatan dan kualitas hidup lebih baik pada masa remaja serta dewasa nanti. Selain itu, masa remaja adalah masa penting untuk menerapkan perilaku makan sehat karena perilaku makan yang terbentukpada remaja akan bersifat menetap sampai dewasa (Ogdon, 2003; Spear & Kulbolk, 2001 dalam Sangperm).
3
Perilaku makan yang tidak sehat pada remaja dipengaruhi beberapa faktor diantaranya adalah body image atau citra tubuh (Patcheep, 2011). Perubahan psikososial yang terjadi pada remajamembuat remaja ingin terlihat menarik didepan sebayanya, dan membuat remaja lebih memperhatikan citra tubuh dirinya (Muscary, 2005). Citra tubuh merupakan sikap subjektif yang dimiliki individu terhadap tubuh mereka sendiri (Wong, dkk 2008). Perhatian yang besar terhadap citra tubuh, menyababkan ketidakpuasan remaja terhadap bentuk tubuhnya (Rahayu & Dieny, 2012). Pada remaja perempuan umumnya ketidakpuasan tersebut karena ingin memiliki tubuh lebih kurus, sedangkan pada remaja laki-laki ketidakpuasan bentuk tubuh karena ingin menjadi lebih besar, lebih tinggi, dan berotot (Smolack dalam Evan dalam Indika, 2010). Ketidakpuasan bentuk tubuh pada remaja
perempuan lebih tinggi
dibandingkan pada laki-laki (McCabe dan Ricciardelli, 2001 dalam Kuessous, 2009). Killen et al (1994, dalam Ramsay et al, 2013) menyatakan bahwa fenomena dari kesenangan berat badan dan bentuk badan pada remaja merupakan perilaku awal dalam perkembangan gangguan makan.Hal tersebut didukung oleh pernyataan Emilia (2009) bahwa keinginan remaja untuk memiliki bentuk tubuh yang dianggap ideal menyebabkan remaja berusaha membatasi makan. Dikutip dari kompas (2013) bahwa untuk mendapatkan tubuh yang diinginkan remaja membatasi intake yang masuk, makan berlebihan kemudian memuntahkannya, menggunakan obat-obatan seperti laksatif, diuretik, dan penggunaan steroid pada laki-laki agar lebih berotot. Gangguan makan akan berdampak sangat negatif bagi kesehatan tulang, berat
4
badan yang rendah, amenore, penurunan kadar insulin, dan gangguan keseimbangan hormonal (Gibney, 2008). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Chairiah (2012) pada siswi putri di Jakarta menunjukkan bahwa sebanyak (66,3%) remaja putri memiliki citra tubuh yang positif dan berpola makan yang baik. Dari hasil penelitian Rahmawati (2013) menunjukkan semakin tinggi citra tubuh yang dimiliki remaja maka semakin tinggi pula kontrol diri terhadap pola makan remaja, sebaliknya jika semakin rendah citra tubuh maka semakin rendah pula kontrol diri terhadap pola makan remaja. Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa citra tubuh berpengaruh terhadap perilaku makan remaja. Patcheep (2011) dalam jurnalnya mengungkapkan bahwa mood dan emosi seperti rasa bosan, depresi, stres atau marah yang dialami remaja juga berpengaruh terhadap perilaku makan. Stres emosional pada remaja timbul dari perubahan fisik yang sedemikian cepat pada masa pubertas (Hall dalam Aghla, 2004). Emosi pada remaja menjadi sulit dikontrol sehingga kerap melakukan kesalahan tanpa disadari (Nugroho & Intan, 2009). Streint (2013) mengungkapkan bahwa perilaku makan dilihat dari 3 aspek yaitu, emotional eating, restraint eating, dan external eating. Bruch (1973, dalam Van streint, 2013) menjelaskan teori psychosomatic mengenai emotional eating, yaitu dorongan makan ketika ada respon emosi negatif seperti depresi dan putus asa. Beberapa individu akan makan berlebihan dalam menanggapi setiap rangsangan emosional yang tinggi, biasanya mengakibatkan konsumsi makanan tinggi kalori, dan berhubungan positif dengan lemak tubuh (Zellner, 2006).Restraint eating merupakan usaha secara
5
kognitif dalam perilaku
makan untuk melawan dorongan makan (Uyun,
2007), yang dilakukan dengan membatasi dan memantau asupan makanan (Wough, et al 2007). Individu yang membatasi makanannya akan cenderung makan berlebihan ketika terjadi perubahan kognitif untuk tidak membatasi makan (Streint, 2013). Sedangkan Schachter (1971, dalam Van streint, 2013) menjelaskan teori externality yaitu merupakan rangsangan makanan yang meliputi penglihatan, penciuman, dan rasa makanan terlepas dari keadaan lapar dan kenyang. Singh (2011) dalam jurnalnya mengungkapkan bahwa ketiga aspek perilaku makan tersebut berhubungan terhadap adipositas atau cadanganlemak tubuh. Arisman (2009) menyebutkan bahwa ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengukur cadangan lemak tubuh yaitu perhitungan secara langsung dan tidak langsung. Pengukuran secara langsung menggunakan densitometri, cairan tubuh total, kalium tubuh total, “uptake of lipid-solube inert gases” dan pengukuran tersebut hanya cocok dilakukan di laboratorium. Sedangkan secara tidak langsung cadangan lemak dapat dinilai dengan mengukur ketebalan lipatan kulit dan Indeks Massa Tubuh (IMT). Namun, pengukuran secara tidak langsung dengan mengukur ketebalan lipatan kulit memiliki kekurangan yaitu ketersediaan nilai baku. Jika nilai baku acuan tidak tersedia untuk mengukur ketebalan kulit maka pengukuran cadangan lemak dapat dilakukan dengan mengukur IMT. IMT merupakan indikator yang dapat diandalkan untuk menilai cadangan lemak tubuh bagi kebanyakan orang dan digunakan untuk mendeteksi berat badan yang dapat menyebabkan masalah kesehatan (CDC,
6
2011). IMT merupakan indeks sederhana dari berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) yang digunakan untuk mengklasifikasikan kurus, normal, kelebihan berat badan, dan obesitas (WHO, 2006). Penelitian yang dilakukan oleh Silva et al, 2012 pada anak usia 7-12 tahun di Chili mengenai perilaku makan menunjukkan hasil bahwa ada hubungan restraint eating terhadap IMT, ada hubungan negatif external eating terhadap IMT, dan ada hubungan terbalik emotional eating terhadap IMT. Di Indonesia penelitian mengenai perilaku makan sudah banyak dilakukan, namun perilaku makan yang diteliti lebih melihat dari aspek makanan yang dikonsumsi, pola makannya, kebiasaan makan dll. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati tahun 2012 yang melihat perilaku makan remaja terhadap konsumsi kalsium. Hasil studi pendahuluan di SMP YMJ Ciputat terhadap 10 remaja terkait dengan perilaku makan emotional eating, restrain eating, dan external eating didapatkan hasil sebagai berikut: 3 dari 10 anak mengatakan jika marah atau kesal sering dilampiaskan dengan makan yang banyak, 5 dari 10 remaja mengurangi porsi makan dan menghindari makan ketika malam karena takut gemuk, dan 2 dari 10 remaja mengatakan makan lebih banyak ketika makanannya enak. SMP YMJ merupakan sekolah yang seluruh siswa dan siswinya berdomisili di Ciputat, yang mana Ciputat merupakan bagian dari provinsi Banten. Dan berdasarkan data riskesdas 2013 di Provinsi Banten, remaja awal mengalami malnutrisi baik itu kekurusan maupun kegemukan.
7
Dari latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Hubungan Perilaku Makan Terhadap Indeks Massa Tubuh Pada Remaja di SMP YMJ Ciputat”.
B. Rumusan Masalah Perubahan fisik, emosional dan psikososial yang terjadi pada remaja berpengaruh terhadap perilaku makan remaja. Streint (2013) membahas mengenai perilaku makan dilihat dari 3 aspek yaitu, emotional eating, restraint eating, dan external eating. Singh (2011) dalam jurnalnya mengungkapkan bahwa ketiga aspek perilaku makan tersebut berpengaruh terhadap adipositas. IMT merupakan pengukuran yang dapat menggambarkan adipositas (Gibney, 2009) dan indikator yang dapat diandalkan untuk menilai lemak tubuh bagi kebanyakan orang yang digunakan untuk mendeteksi berat badan yang dapat menyebabkan masalah kesehatan (CDC, 2011). Di Indonesia, penelitian mengenai perilaku makan lebih banyak melihat dari aspek pola makan, makanan yang dikonsumsi, kebiasaan makan, dll. Sedangkan perilaku makan yang mencakup emotional eating, restraint eating, dan external eating masih sedikit peneliti temukan. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Hubungan Perilaku Makan terhadap Indeks Massa Tubuh pada Remaja di SMP YMJ Ciputat”.
8
C. Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana gambaran karekteristik remaja di SMP YMJ Ciputat? 2. Bagaimana gambaran perilaku makan emotional eating, restraint eating dan external eating pada remaja di SMP YMJ Ciputat? 3. Bagaimana rata-rata indeks massa tubuh pada remaja di SMP YMJ Ciputat? 4. Bagaimana hubungan emotional eating terhadap IMT pada remaja di SMP YMJ Ciputat? 5. Bagaimana hubungan restraint eating terhadap IMT pada remaja di SMP YMJ Ciputat? 6. Bagaimana hubungan external eating terhadap IMT pada remaja di SMP YMJ Ciputat?
D. Tujuan penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan setiap aspek perilaku makan terhadap indeks massa tubuh remaja di SMP YMJ Ciputat. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui karakteristik remaja berdasarkan jenis kelamin dan suku di SMP YMJ Ciputat. b. Mengetahui gambaran perilaku makan remaja di SMP YMJ Ciputat. c. Mengetahuirata-rata IMTpada remaja di SMP YMJ Ciputat. d. Mengetahui hubunganemotional eating terhadap IMT remaja di SMP YMJ Ciputat.
9
e. Mengetahuihubungan restraint eating terhadap IMTremaja di SMP YMJ Ciputat. f. Mengetahuihubungan external eating terhadap IMT remajadi SMP YMJ Ciputat.
E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Institusi Keperawatan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai perilaku makan remaja dilihat dari tiga aspek perilaku makan sehingga pengkajian keperawatan penyebab malnutrisi pada remaja dapat menyeluruh pada aspek fisik,psikologis, dan emosi. 2. Bagi Sekolah Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai perilaku makan siswa dan IMT siswa sehingga sekolah dapat ikut berperan serta terhadap kesehatan remaja. 3. Bagi Remaja Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai perilaku makan yang menyebabkan malnutrisi pada remaja.
10
F. Ruang Lingkup Penelitian ini merupakan jenis penelitian analitik kuantitatif dengan rancangan penelitian cross sectional. Penelitian ini merupakan penelitian yang menghubungkan perilaku makan yang terdiri dari 3 aspek gaya makan yaitu emotional eating, restraint eating, dan external eating terhadap IMT. Populasi dalam penelitian ini adalah remaja di YMJ Ciputat yang berjumlah 90. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling. Analisa data yang digunakan adalah Uji Spearman dengan bantuan program aplikasi statistik.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja 1. Definisi Remaja Remaja atau adolesens adalah individu yang berada pada periode antara usia 11 dan 21 tahun (Brown, 2005). United Nations Children’s Fund (UNICEF, 2011) mengelompokkan usia remaja menjadi 2 kelompok yaitu, kelompok remaja awal (10-14 tahun) dan kelompok remaja akhir (15 sampai 19 tahun). Departemen Kesehatan RI (Depkes RI) membagi remaja menjadi 3 tahap berdasarkan ciri perkembangannya yaitu masa remaja awal 10-12 tahun, masa remaja tengah 13-15 tahun, dan masa remaja akhir 16-19 tahun (Sulistiyowati & Senewe, 2007). Pada masa ini terjadi perubahan fisik, kognitif, sosial dan emosional yang cepat pada anak laki-laki untuk mempersiapkan diri menjadi laki-laki dewasa dan pada anak perempuan untuk mempersiapkan diri menjadi wanita dewasa (Wong dkk, 2008). Masa remaja merupakan waktu transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, pada masa ini perilaku remaja merupakan faktor penentu status kesehatan mereka disaat ini dan dimasa depan (Luanaigh & Carlson, 2005). Menurut Sudarma (2008) ada beberapa masalah kesehatan yang terjadi pada masa remaja, yaitu: a
Masalah gizi yang meliputi anemia atau kurang gizi dan pertumbuhan yang terhambat.
11
12
b
Masalah seks dan seksual, meliputi pengetahuan yang lengkap terhadap mitos dan informasi berbagai hal tentang seks dan seksualitas, penyalahgunaan peran seks dan seksualitas, serta penanganan kehamilan remaja.
c
Munculnya aneka ragam pola atau gaya hidup remaja. Gaya hidup ini baik yang terkait dengan kesehatan reproduksi maupun dengan pola konsumsi dapat berpengaruh tinggi terhadap kesehatan remaja.
2. Ciri Masa Remaja Remaja merupakan salah satu transisi terpenting dalam kehidupan (WHO, 2014), karena pada masa ini terjadi perubahan disemua aspek termasuk fisik, emosional dan psikososial (Tzafettas, 2009). Berikut ini beberapa perubahan fisik, emosional, dan psikososial yang terjadi pada remaja, yaitu: a.
Perubahan fisik Muscary (2005) menjelaskan mengenai perubahan fisik yang dilihat dari perubahan tinggi badan dan berata badan pada remaja laki-laki dan perempuan, sebagai berikut: 1) Tinggi Badan - Tinggi badan remaja adalah sekitar 20% sampai 25% dari tinggi badan saat dewasa. - Remaja perempuan bertambah tinggi 5 sampai 20 cm dan akan berhenti pada usia antara 16 atau 17 tahun. - Remaja laki-laki bertambah tinggi 10 sampai dengan 30 cm dan berhenti pada usia antara 18 dan 20 tahun.
13
2) Berat Badan - Peningkatan berat badan individu adalah sekitar 30% sampai 50% dari berat badan orang dewasa. - Rata-rata berat badan remaja perempuan bertambah antara 6,8 dan 25 kg. - Rata-rata berat badan remaja laki-laki bertambag 6,8 sampai 29,5 kg. b.
Perubahan Psikososial Soetjaningsih, dkk (2008) berpendapat bahwa remaja awal berfungsi dalam 3 arena: keluarga, kelompok sebaya (peer group) dan sekolah. Di dalam keluarga, perkembangan yang utama pada masa remaja awal adalah memulai ketidaktergantungan terhadap keluarga sehingga pada masa ini hubungan antar keluarga yang tadinya sangat erat tampak jelas terpecah. Dengan kelompok sebaya biasanya seorang remaja awal akan berkumpul dengan teman yang sejenis. Penerimaan oleh kelompok sebaya merupakan hal yang sangat penting, bisa mengkuti dan tidak tampak berbeda dari yang lainnya merupakan motif yang mendominasi sebagian besar perilaku sosial remaja. Pada remaja awal beberapa faktor dapat mempengaruhi lingkungan sekolah seperti perkembangan fisik pada masa pubertas yang sinkron dengan kelompok teman sebaya merupakan faktor terpenting dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah.
14
Menurut
Muscary (2005)
ada
beberapa
ciri-ciri
perubahan
psikososial remaja, yaitu: 1) Menjalin hubungan dengan teman sebaya. 2) Mendefinisikan kembali konsep diri mereka dan peran-peran yang pasti dapat meraka mainkan. 3) Menurut Erikson, kebudayaan modern cenderung membentuk perkembangan identitas sebagai sesuatu yang menantang. 4) Remaja yang tidak dapat mengembangkan perasaan siapa mereka dan akan menjadi apa mereka, dapat mengalami difusi peran dan ketidakmampuan mengatasi konflik. 5) Teman sebaya menjadi sumber pemberi nasihat dan dukungan yang sangat penting. 6) Terlihat menarik di depan teman sebaya merupakan hal yang penting untuk membangun harga diri remaja. d
Perubahan Emosi Masa remaja adalah masa stres emosional, yang timbul dari perubahan fisik yang sedemikian cepat pada masa pubertas (Hall dalam Aghla, 2004). Emosi yang meningkat pada masa ini disebabkan oleh perubahan-perubahan kelenjar, terutama kelenjarkelenjar seks dan kekangan-kekangan orang tua secara berlebihan (Semium, 2006). Pada saat remaja, emosi menjadi sulit dikontrol sehingga kerap melakukan berbagai kesalahan tanpa disadari (Nugroho
&
Intan,
2009).
Ketidakmampuan
remaja
untuk
15
mengontrol emosi dalam setiap menghadapi tekanan atau masalah, dapat menyebabkan remaja berperilaku menyimpang (Surya, 2010). 3.
Stress Pada Remaja Hawari (2001, dalam Sunaryo, 2004) stres adalah reaksi atau respons tubuh terhadap stresor psikososial (tekanan mental atau beban kehidupan). Needlman (2004, dalam Nasution , 2010) mengidentifikasi beberapa sumber stres pada remaja, yaitu: a. Biological Stres Pada umumnya perubahan fisik pada remaja terjadi sangat cepat, dari umur 12-14 tahun pada remaja perempuan dan antara 13-15 tahun pada remaja laki-laki. Pertumbuhan remaja yang sangat cepat, membuat remaja merasa bahwa semua orang melihat dirinya. Jerawat juga dapat membuat remaja stress, terutama bagi mereka yang mempunyai pikiran sempit tentang kecantikan yang ideal. Di saat yang sama, remaja menjadi sibuk di sekolah, bekerja, dan bersosialisasi, sehingga dapat membuat remaja kekurangan tidur. Hasil penelitian, mengatakan bahwa kekurangan tidur dapat menyebabkan stess. b. Family Stress Salah satu sumber utama stress pada remaja adalah hubungan dengan orangtua, karena remaja merasa bahwa mereka ingin mandiri dan bebas, tapi dilain pihak mereka juga ingin diperhatikan.
16
c. School Stress Tekanan dalam masalah akademik cenderung tinggi pada dua tahun terakhir di sekolah, keinginan untuk mendapat nilai tinggi, atau keberhasilan dalam bidang olah raga, di mana remaja selalu berusaha untuk tidak gagal, ini semua dapat menyebabkan stres. d. Peer Stress Stres pada kelompok teman sebaya cenderung tinggi pada pertengahan tahun sekolah. Remaja yang tidak diterima oleh temanteman sebayanya biasanya akan menderita, tertutup dan mempunyai harga diri yang rendah. e. Sosial Stress Remaja tidak mendapat tempat pada pergaulan orang dewasa, remaja juga terkadang tidak diberikan kebebasan mengungkapkan pendapat hal tersebut dapat membuat remaja stres. Berdasarkan uraian diatas, faktor-faktor yang dapat menyebabkan remaja menjadi stres adalah faktor biologis, sosial, kepribadian, keluarga, sekolah, dan teman sebaya. Banyaknya faktor yang menyebabkan stres pada remaja, membuat remaja lebih rentan mengalami stres. Ada perbedaan tingkat stres pada tahapan perkembangan remaja, berikut ini tingkatan stres pada remaja, yaitu: a.
Remaja awal (11 atau 12 sampai 14 tahun) Karakteristik remaja awal yaitu, terjadinya perubahan biologis cepat, relatif tinggi level stresnya, dan relatif rendah kopingnya (Persike & Seiffge-Krenke, 2011; sontag, et al., 2011 dalam Rathus, 2014)
17
b.
Remaja pertengahan (14 sampai dengan 16 tahun) Terjadi perubahan biologis yang luas, stres berkurang dan kemampuan koping meningkat (Rathus, 2014).
c.
Remaja akhir (16 sampai dengan 18 atau 19 tahun) Remaja terlihat lebih dewasa, stres biasanya menurun, dan kemampuan koping lebih tinggi daripada remaja awal dan pertengahan (Persike & Seiffge-Krenke, 2011; Sontag et al., 2011 dalam Rathus, 2014).
4. Body Image atau Citra Tubuh Remaja Citra tubuh didefinisikan sebagai gambaran tubuh yang terbentuk dalam pikiran, juga digunakan untuk persepsi batas tubuh, rasa daya tarik, dan persepsi sensasi tubuh (Schilder, 1950 dalam Ogden, 2010). Menurut Santana, et al (2013) citra tubuh merupakan gagasan dari berbagai segi yang melibatkan persepsi seseorang, pikiran, dan perasaan tentangnya atau ukuran, bentuk, dan struktur tubuh. Perhatian yang besar terhadap citra tubuh, menyababkan ketidakpuasan remaja terhadap bentuk tubuhnya (Rahayu & Dieny, 2012). Pada remaja perempuan umumnya ketidakpuasan tersebut karena ingin memiliki tubuh lebih kurus, sedangkan pada remaja laki-laki ketidakpuasan tubuh karena ingin menjadi lebih besar, lebih tinggi, dan berotot (Smolack dalam Evan dalam Indika, 2010). Ketidakpuasan bentuk tubuh pada remaja perempuan lebih tinggi dibandingkan pada laki-laki (McCabe dan Ricciardelli, 2001 dalam Kuessous, 2009). Gattario (2007) menjelaskan beberapa faktor yang mempengaruhi citra tubuh remaja, diantaranya:
18
a.
Individu: Faktor Biologi 1) Komposisi Tubuh Ada hubungan antara komposisi tubuh dengan kepuasan terhadap tubuh pada remaja. Remaja yang memiliki kelebihan berat badan, tidak hanya memiliki citra tubuh negatif, tetapi juga diintimidasi oleh teman-teman meraka. 2) Pubertas Pubertas memiliki dampak besar pada citra tubuh remaja. Pada remaja perempuan, waktu pubertas yang lebih cepat beresiko mengembangkan ketidakpuasan tubuh lebih cepat. Pada remaja laki-laki yang mengalami pubertas, lebih baik tingkat kepuasan terhadap tubuhnya.
b.
Individu: Faktor Psikologi 1) Tubuh yang ideal (internal) Pada remaja perempuan tubuh yang kurus merupakan tubuh ideal, pada laki-laki tubuh yang ideal adalah kurus dan berotot. 2) Perbandingan Sosial Kebiasan remaja adalah membandingkan dirinya dengan orang lain seperi pada teman, selebriti, atlet dan model yang mereka senangi. Hal yang sering dibandingkan seperti berat, bentuk, dan wajah.
19
c.
Mikrosistem 1) Teman-teman Teman-teman menjadi kelompok sosial penting yang dapat mempengaruhi citra tubuh remaja, kelompok teman sering berbagi sikap yang sama terhadap pentingnya penampilan dan pengalaman serupa dalam starategi mengubah tubuh yang diinginkan, seperti diet, makan teratur, dan membentuk otot. 2) Keluarga Desakan dan bujukan orang tua untuk berdiet berhubungan dengan kepuasan tubuh yang rendah dan upaya penurunan berat badan.
d.
Mesosistem Mesosistem merupakan hubungan antara struktur mikrosisitem individu yaitu teman-teman dan keluarga.
e.
Ekosistem 1) Media Media tidak diragukan lagi memiliki dampak besar pada persepsi remaja tentang tubuh mereka. Paparan foto, majalah, dan iklan televisi mempengaruhi ketidakpuasan tubuh.
f.
Makrosistem 1) Struktur Gender Gender merupakan inti dari citra tubuh remaja, struktur gender mencangkup norma-norma peran gender dan struktur kekuasan gender.
20
2) Industrialisasi Industrialisasi dapat mempengaruhi anggota masyarakat untuk mengubah cara pandang tentang tubuh mereka. Industrialisasi sering disertai dengan pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang dan cenderung untuk memperkenalkan perubahan sosial dan globalisasi. Hasilnya, peningkatan tekanan pada anggota masyarakat untuk sesuai dengan cara pandang tersebut.
B. Perilaku Makan 1.
Pengertian Perilaku Makan Furman (2012) mendefinisikan perilaku makan sebagai pikiran, tindakan, dan niat bahwa organisme membentuk keinginan untuk menelan makanan baik makanan padat atau makanan dalam bentuk cair. Benarroch (2013) mendefinisikan perilaku makan sebagai serangkaian tindakan yang membangun hubungan manusia dengan makanan. Makanan yang dimaksud tidak hanya berkaitan dengan jumlah dan jenis makanan, tetapi juga kebiasaan dan perasaan yang dibentuk sehubungan dengan tindakan makan (Benarroch, 2013). Menurut (Wardle et al, 2001) pada literatur perilaku makan memiliki 6 gaya makan meliputi: a
Satiety responsiveness Perilaku makan yang tujuannya mengurangi asupan makanan untuk mengimbangi camilan yang dimakan sebelumnya.
b
Responsiveness to food cues/external eating Perilaku makan yang berbentuk kebiasaan mencicipi makanan.
21
c
Emotional eating Perilaku makan yang mengacu pada makan lebih banyak selama emosi negatif.
d
General interest in eating Meliputi rasa lapar, keinginan untuk makan, dan menikmati makanan.
e
Speed of Eating Perilaku makan yang menilai kecepatan dalam makan.
f
Food fussiness Perilaku yang sangat selektif tentang berbagai makanan.
2.
Perilaku Makan Remaja Streint (2013) membahas mengenai perilaku makan pada remaja ke dalam 3 aspek gaya makan, yaitu: a.
Emotional Eating Teori psychosomatic menjelaskan mengenai emotional eating, yaitu dorongan makan ketika ada respon emosi negatif seperti depresi dan putus asa (Bruch, 1973 dalam Streint, 2013). Beberapa orang akan makan berlebihan dalam menanggapi setiap rangsangan emosional
yang tinggi, biasanya mengakibatkan
konsumsi makanan tinggi kalori, dan berhubungan positif dengan lemak tubuh (Zellner, 2006). Respon emosi dan stress yang terjadi pada kehidupan individu telah dikaitkan dengan perilaku makan abnormal sebagai strategi untuk mengatasi stress dan mempengaruhi konsumsi makanan dan berat badan (Lofton, 2007). Konsep
22
emotional eating yang diungkapkan oleh Evers, de Ridder, & Adriaanse,
2009
dalam
Morris,
2012
berpendapat
bahwa
kecenderungan makan berlebih sebagai respon dari emosi negatif terjadi pada individu tertentu dalam rangka untuk meningkatkan keadaan emosional. Emosi negatif yang dilibatkan, seperti rasa takut, cemas, marah, dan sebagainya (Uyun, 2007). b. Restraint Eating Restraint eating merupakan usaha secara kognitif dalam perilaku makan untuk melawan dorongan makan (Uyun, 2007) yang dilakukan dengan membatasi dan memantau asupan makanan (Wough, et al 2007). Menurut Huberts (2012) restraint eating adalah pembatasan asupan kalori yang disengaja dan berkelanjutan untuk tujuan penurunan berat badan atau pemeliharaan berat badan. Menurut Polivy dan Herman (1985) dalam Konttinen (2012) restraint eating merupakan resiko terjadinya gangguan makan dan dapat mengakibatkan penambahan berat badan. Dalam teori Restraint, yang berfokus pada kemungkinan efek samping psikologis dari diet, pelaku diet akan makan berlebihan ketika kognitif pelaku diet berubah untuk tidak membatasi makan (Streint, 2013). Pernyataan yang sama diungkapkan oleh Snoek (2007) yang menyatakan bahwa seseorang yang melewatkan makan menyebabkan pola makan yang tidak teratur dan terjadi kontra regulasi pada saat seseorang tersebut tidak ingin lagi menahan makan (tidak ada hambatan) sehingga menyababkan seseorang
23
tersebut makan sebanyak-banyaknya, dan akhirnya berat badannya naik (Snoek, 2007). c. Eksternal Eating Schachter (1971, dalam Streint, 2013) menjelaskan teori externality yaitu merupakan rangsangan makanan yang meliputi penglihatan, penciuman, dan rasa makanan terlepas dari keadaan lapar dan kenyang. Sebagian orang lebih memilih makanan berdasarkan respons yang kuat terhadap stimulus eksternal seperti penglihatan atau rasa ketimbang terhadap sinyal internal yang berupa rasa lapar (Gibney, 2009). Stres berhubungan dengan external eating, karena stress dapat mengurangi isyarat internal dari rasa lapar dan meningkatkan isyarat dari luar terhadap makanan atau external eating, akibatnya stres mungkin mengakibatkan peningkatan makan pada external eating (Coryell, 2011). 3.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Asupan Makanan Coryell
(2011)
mengidentifikasi
faktor-faktor
yang
mempengaruhi asupan makanan individu, yaitu: a.
Fisiologi Beberapa hormon dan komponen genetik yang sesuai telah ditemukan memiliki pengaruh terhadap asupan energi (Wilborn et al, 2005 dalam Coryell 2011). Leptin dan ghrelin adalah hormon yang terlibat dalam pengaturan nafsu makan, leptin adalah hormon adiposit yang dikeluarkan untuk menekan nafsu makan, dan ghrelin umumnya merupakan peptida yang dikeluarkan merangsang nafsu
24
makan (Cummings & Foster, 2003; Wilborn et al, 2005 dalam Coryell 2011). b.
Food Environment Beberapa faktor lingkungan makanan yang dimaksud adalah iklan makanan yang menarik, perilaku makan sosial, keanekaragaman pangan, tingginya palatabilitas makanan, ketersediaan makanan tinggi lemak, makanan pada energi dan makan diluar rumah (Webber, 2003; weinsier et al., 1998 dalam Coryell, 2011).
c.
Psychological Distress Perilaku makan dapat dipengaruhi oleh perubahan emosional seperti kecemasan, kemarahan, kegembiraan, depresi, dan kesedihan (Cannetti, Bachar, & Berry, 2002 dalam Coryell, 2011).
d.
Eating Style Gaya makan maladatif seperti restraint eating, disinhibited eating, emotional eating, external eating yang berhubungan dengan asupan makanan (Conner et al 1999; Greeno 7 Wing, 1994; herman & polivy, 1980; Oliver et al, 2000; Ouwens, van Streint, & van der Staak, 2003, dalam Coryell 2013). Stres, kecemasan, dan depresi berhubungan dengan gaya makan maladaptif (Coryell, 2013).
e.
Gender Penelitian telah menemukan bahwa distress, gaya makan, asupan makanan, dan obesitas kadang-kadang berbeda berdasarkan gender (Coryell, 2011).
25
4.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Makan Remaja Patcheep
(2011)
menjelaskan
beberapa
faktor
yang
mempengaruhi perilaku makan dan pemilihan makan pada remaja, yaitu: a.
Rasa dan Pilihan Rasa dan pilihan makanan menjadi faktor penting dalam mengambil keputusan tentang pilihan makanan dan perilaku makan pada remaja. Rasa, kenyang, dan kesenangan dianggap lebih penting dalam pemilihan makanan daripada hasil jangka panjang dari pemilihan tersebut.
b.
Pertimbangan Waktu Remaja cenderung merasa dibatasi dalam hal waktu karena remaja disibukan dengan kegiatan akademik dan ekstrakurikuler seperti program-program sosial yang sibuk, pekerjaan paruh waktu dan kegiatan olahraga sehingga hanya dapat menyediakan waktu yang sedikit untuk makan. Dan akhirnya remaja lebih memilih makanan yang lebih mudah dikonsumsi seperti makanan siap saji tanpa berpikir makanan tersebut sehat atau tidak sehat.
c.
Kenyamanan Kenyamanan adalah salah satu faktor utama yang mempengaruhi remaja dalam hal perilaku makan dan pilihan makanan. Remaja lebih memilih makanan yang nyaman seperti mudah untuk ditemukan atau mudah untuk disiapkan, yang tidak menuntut
26
persiapan dan pembersihan, yang dapat dibawa ke bus atau disimpan dalam ransel, dan dapat dijemput di drive-through. d.
Masalah Kesehatan Masalah kesehatan tidak menjadi faktor penting dalam membuat keputusan tentang pilihan makanan pada remaja. Masalah kesehatan lebih menjadi penghalang untuk perilaku makan sehat remaja seperti penelitian terhadap remaja di Amerika yang berpikir bahwa mereka masih terlalu muda untuk khawatir tentang kesehatan mereka, karena mereka akan khawatir tentang kesehatan mereka ketika mereka semakin tua dan menderita penyakit.
e.
Biaya Remaja mengambil tanggungjawab untuk mencari dan membeli makanan mereka sendiri dan oleh karena itu tidak mengherankan bahwa biaya makanan mempengaruhi keputusan mereka tentang pilihan makanan.
f.
Mood dan Emosi Perilaku makan remaja dikaitkan dengan emosional, remaja akan makan berbeda ketika merasa bosan, depresi, stres atau marah.
g.
Citra Tubuh Perilaku makan dan pilihan makanan remaja dipengaruhi oleh kekhawatiran tentang gemuk, kurus dan pendek.
27
h.
Usia Seseorang yang berusia antara 18-30 tahun kurang prihatin tentang kesehatan mereka, dan orang yang lebih tua lebih mungkin memilih makanan berdasarkan masalah kesehatan mereka.
i.
Pengetahuan Pengetahuan diperlukan dalam hal menyiapkan makanan menarik dan perencanaan makan. Informasi mengenai makanan sehat diperlukan sebagai cara untuk meningkatkan perilaku makan sehat.
j.
Orangtua Orangtua berperan penting dalam perilaku makan remaja. Penelitian menunjukan bahwa dukungan keluarga memiliki hubungan positif dengan konsumsi serat, sayuran, dll.
k.
Teman Sebaya Teman sebaya sangat mempengaruhi perilaku makan remaja, khususnya perilaku makan tidak sehat seperti makanan siap saji dan minuman soft drink.
l.
Media Media sangat mempengaruhi gaya hidup remaja, termasuk perilaku makan dan pemilihan makanan. Remaja dianggap target terbesar untuk restoran siap saji dan sebagai pemasaran mereka yang ditunjukan melalui televisi, majalah ataupun radio.
m.
Opportunity: ketersediaan dan aksebilitas pilihan makanan Ketersediaan dan aksebilitas makanan mempengaruhi perilaku makan dan pemilihan makanan. Penelitian menunjukkan bahwa
28
ketersediaan buah dan sayur di rumah berhubungan positif dengan perilaku makan buah dan sayur pada anak-anak. 5.
Dampak dari Perilaku Makan Tidak Sehat Perilaku
makan
tidak
sehat
merupakan
kebiasaan
mengkonsumsi makanan yang tidak memberikan semua zat-zat gizi esensial yang dibutuhkan tubuh dalam metabolisme tubuh (Sarintohe & Prawitasari, 2006 dalam Uyun, 2007). Perilaku makan tidak sehat akan berdampak pada status kesehatan dalam jangka waktu pendek maupun panjang. Menurut McLaughlin dan Media (2014) ada beberapa dampak dari perilaku makan tidak sehat yang berpengaruh terhadap kesehatan individu, yaitu: a.
Fungsi Otak Menurun Otak kita berfungsi dengan bergantung pada glukosa yang berasal dari karbohidrat dan nutrisi lain seperti lemak sehat dan antioksidan yang tercukupi. Diet ketat atau melewatkan waktu makan dapat memiliki efek yang sama, yaitu menyebabkan memori dan konsentrasi berkurang.
b.
Kemampuan Aktivitas Berkurang Makan terlalu banyak atau terlalu sedikit juga dapat menyababkan kelesuan, kelelahan, dan efek lain yang menghambat aktivitas fisik.
29
c.
Resistensi Insulin dan Bertambah Berat Badan Resistensi insulin adalah suatu kondisi di mana hormon insulin menjadi kurang mampu mengelola gula darah, meningkatkan resiko untuk diabetes dan berat badan bertambah.
d.
Gangguan Pencernaan dan Mulas Gangguan pencernaan mengacu pada sensasi tidak nyaman diperut bagian atas selama atau setelah makan. Menurut University of Maryland Medical Center penyebabnya adalah makanan berminyak atau berlemak, makan terlalu cepat, makan terlalu banyak dan terlalu banyak minum alkohol atau kafein.
e.
Kualitas Tidur yang Buruk Dr. Timothy Morgenthaler yang merupakan dokter spesialis tidur berpendapat bahwa tidur dalam keadaan lapar dan makan berlebihan akan mengurangi kualitas tidur.
f.
Masalah Suasana Hati Bahan kimia dalam otak kita mempengaruhi suasana hati yang positif seperti, serotonin dan dopamin yang bergantung pada makanan dan nutrisi yang tepat.
30
C. Indeks Massa Tubuh (IMT) 1.
Pengertian IMT IMT merupakan pengukuran tidak langsung dari lemak, mudah dilakukan, dapat diandalkan, dan banyak digunakan dalam berbagai penelitian obesitas (Baker, 2007). Menurut WHO (2006) IMT adalah indeks sederhana dari berat badan dan tinggi badan yang biasa digunakan untuk mengklasifikasikan kelebihan berat badan dan obesitas pada orang dewasa. Centers for Disease Control (CDC) tahun 2011 IMT merupakan indikator yang dapat diandalkan untuk menilai lemak tubuh bagi kebanyakan orang dan digunakan untuk mendeteksi berat badan yang dapat menyebabkan masalah kesehatan. Menurut National Institutes of Health (NIH) tahun 2010 tingginya nilai IMT beresiko tinggi untuk terkena penyakit tertentu seperti, penyakit jantung, hipertensi, diabetes tipe 2, batu empedu, masalah pernapasan, dan kanker. IMT tidak mengukur lemak tubuh secara langsung, tetapi penelitian menunjukkan bahwa IMT berkorelasi dengan pengukuran secara langsung lemak tubuh seperti underwater weighing dan dual energy x-ray absorbtiometry (Grummer-Strawn LM et al., 2002 dalam CDC, 2009). IMT merupakan metode pengukuran yang murah dan mudah untuk menskrining berat badan yang dapat menyebabkan masalah kesehatan.
31
2.
Cara Menghitung IMT Untuk mendapatkan nilai IMT, yang perlu dilakukan adalah mengukur berat badan (BB) dan tinggi badan (TB). Moore (2009) mengidentifikasi beberapa protokol yang perlu diperhatikan dalam melakukan pengukuran BB dan TB, yaitu: a
Protokol Pengukuran Berat Badan . 1) Tempatkan alat pengukur pada permukaan yang datar, keras dan pastikan jarum pengukur pada titik keseimbangan nol. 2) Tidak mengenakan pakaian yang tebal, sepatu dan kaos kaki. 3) Harus berdiri tanpa bantuan dan perawatan harus dilakukan untuk memeriksa penempatan kaki yang benar pada platform alat ukur. 4) Mintalah untuk melihat lurus ke depan, berdiri tegak tapi rileks. 5) Timbangan harus dikalibrasi untuk memastikan keakuratan data yang dikumpulkan.
b
Protokol Pengukuran Tinggi Badan 1) Harus diukur dalam posisi berdiri menggunakan Microtoise Staturmeter sebuah perangkat yang dipasang di dinding untuk tujuan mengukur tinggi secara akurat. 2) Dinding harus benar-benar datar agar tidak mengganggu pengukuran. 3) Pakaian yang digunakan harus minimal ketika mengukur tinggi sehingga postur anak jelas dapat dilihat. 4) Sepatu dan kaos kaki seharusnya tidak dipakai.
32
5) Harus berdiri dengan punggung dan kepala lurus. 6) Lengan harus menggantung longgar di sisi dengan telapak tangan menghadap paha. 7) Subyek diminta untuk mengambil napas dalam-dalam, buang napas dan berdiri tegak untuk membantu penegakan tulang belakang. 8) Bahu harus rileks. 9) Jika sebagian besar jaringan adiposa atau lemak menghalangi tumit, bokong, dan bahu untuk menempel pada dinding, maka yang harus dilakukan hanya diminta untuk berdiri tegak. 3.
Rumus Menghitung IMT Ada 2 persamaan atau rumus yang dapat digunakan untuk mendapatkan nilai Indeks Massa Tubuh setelah mengukur berat badan dan tinggi badan (Moore, 2009), yaitu : a.
Jika hasil pengukuran berat badan dalam satuan pounds dan tinggi badan dalam satuan inches, maka untuk menghitung IMT dapat menggunakan persamaan (rumus) berikut:
IMT = 703 X [ berat badan(lb) / tinggi badan(in)²]
b.
Jika hasil pengukuran berat badan didapat dalam satuan kilogram (Kg) dan Tinggi badan (cm), yang pertama harus dilakukan adalah mengkonversikan tinggi badan dalam sentimeter ke meter (untuk mengkonversi cm ke m, hanya membagi cm dengan 100).
33
Kemudian IMT dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (rumus) berikut:
Berat badan (Kg)
IMT = --------------------------------------------------[Tinggi badan (m)] 4.
Kategori Indeks Massa Tubuh berdasarkan Umur (IMT/U) Indeks Massa Tubuh (IMT) umumnya digunakan untuk orang dewasa dan baru-baru ini direkomendasikan juga untuk digunakan anakanak dan remaja (Power et al, 2007; Bellizzi and Dietz, 1999; Bini et al., 2000; Reilly et al., 2000; Widhalm et al., 2001 dalam O’Neill et al, 2007). Pada anak dan remaja IMT diinterpretasikan berdasarkan umur dan jenis kelamin yang disebut dengan Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U). Menurut Bernardo & Crane (2006) perhitungan IMT menurut umur dan jenis kelamin pada anak-anak dan remaja dibedakan karena anak-anak mengalami pertumbuhan, dan adanya perbedaan yang jelas dalam distribusi dan proporsi lemak tubuh antara laki-laki dan perempuan. Indeks Massa Tubuh menurut umur dan jenis kelamin (IMT/U) dihitung dengan menggunakan rumus IMT biasa. Namun, pada anak-anak dan remaja hasil perhitungan IMT diinterpretasikan pada grafik IMT menurut umur baik pada laki-laki atau perempuan. Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) tahun 2011, ada 2 grafik IMT/U yang digunakan yaitu:
34
a.
Untuk anak berumur <2 tahun menggunakan grafik IMT WHO 2006 dengan ambang batas sebagai berikut: Tabel 2.1 Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U) WHO 2006
b.
Kategori Status Gizi
Ambang Batas (Z-Score)
Sangat Kurus
< -3 SD
Kurus
< -2 SD sampai dengan -3 SD
Normal
+2 SD sampai dengan -2 SD
Overweight
+2 SD sampai dengan +3 SD
Obese
+3 SD/
Sedangkan untuk anak usia 2-18 tahun menggunakan grafik IMT CDC 2000 dengan ambang batas sebagai berikut: Tabel 2.2 Indeks Massa Tubuh Menurut Umur (IMT/U) Persentil CDC 2000 Kategori Status Gizi
Ambang Batas Persentil
Underweight
<5 persentil
Healthy Weight
5 persentil sampai dengan <85 persentil
Overweight
85 persentil sampai dengan <95 persentil
Obese
≥95 persentil
35
5.
Kekurangan dan Kelebihan IMT IMT merupakan salah satu indikator yang dapat dipercayai untuk mengukur lemak tubuh. Meskipun begitu, terdapat beberapa kekurangan dan kelebihan dalam menggunakan IMT sebagai indikator pengukuran lemak tubuh. Menurut Queensland Government (2013), kekurangan pengukuran menggunakan IMT adalah sebagai berikut: 1)
Massa lemak tidak dibedakan dari massa tubuh, sehingga hasilnya diperkirakan rendah pada orang dewasa tua dan hasil yang berlebihan bagi mereka yang membentuk otot (misalnya atlet).
2) Distribusi lemak tidak diperhitungkan 3) Ketergantungan pada akurasi tinggi 4) Dipengaruhi oleh perubahan berat cairan 5) IMT dipengaruhi oleh usia dan jenis kelamin Sedangkan menurut CDC tahun 2011, kelebihan menggunakan IMT adalah sebagai berikut: 1) Sebagai pengukuran pengganti untuk mengukur lemak tubuh yang sederhana, murah, dan non-invasif 2) Hanya mengandalkan tinggi dan berat badan saja 3) Dengan akses peralatan yang mudah, individu dapat secara rutin melakukan pengukuran.
36
D. Penelitian Terkait 1. Penelitian yang dilakukan Zofiran et al, 2011 pada remaja berumur 13-17 tahun di Meru, Klang, Malaysia mengenai hubungan antara perilaku makan, citra tubuh, dan status IMT didapatkan hasil ada hubungan perilaku makan emotional eating dengan status IMT dan ada hubungan citra tubuh terhadap IMT. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Silva et al, 2012 pada anak usia 7-12 tahun di Chili menunjukkan hasil bahwa ada hubungan restraint eating terhadap IMT, ada hubungan negatif external eating terhadap IMT, dan ada hubungan terbalik emotional eating terhadap IMT. 3. Penelitian yang dilakukan Qurotul Uyun
(2007) mengenai hubungan
antara harga diri dengan perilaku makan tidak sehat yang dinilai dengan kuesioner DEBQ pada remaja putri di Siswi SMU Kolumbo didapatkan hasil adanya hubungan yang signifikan antara harga diri dan perilaku makan tidak sehat pada remaja. 4. Penelitian yang dilakukan oleh Baharudin (2013), menunjukkan ada hubungan yang signifikan antar perilaku makan restraint eating dan asupan kalori dengan kejadian berat badan berlebih pada pegawai negeri sipil, tetapi tidak ada hubungan antar emosi dengan berat badan berlebih. Dari hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya, peneliti belum menemukan penelitian terkait hubungan perilaku makan emotional eating, restraint eating, dan external eating terhadap indeks massa tubuh pada remaja di Indonesia. Oleh karena itu, peneliti merasa penelitian ini perlu diteliti lebih lanjut.
37
E. Kerangka Teori
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku makan remaja
Faktor-faktor yang
mempengaruhi citra tubuh - faktor biologi (komposisi tubuh dan pubertas) - individu: Faktor Psikologi (tubuh yang ideal dan perbandingan sosial) - Mikrosistem (Teman dan Keluarga) - Mesosistem - Ekosistem (Media) Keterangan - Makrosistem ( struktur gender dan industrialisasi) Gattario (2007)
-
Rasa dan pilihan Waktu Kenyamanan Kesehatan Biaya Usia Pengetahuan Orangtua Teman sebaya Media Opportunity
Sumber stres remaja
-
- Citra Tubuh - mood dan emosi
Biological Stress Family Stress School Stress Peer Stress Sosial Stress
Needlman (2004, dalam
Patcheep (2011)
Nasution , 2010)
Perilaku Makan -
Emotion Eating Restraint Eating Eksternal Eating Streint, 2013
-
adipositas
Pengukuran tidak langsung -
Pengukuran langsung -
Ketebalan lipatan kulit
- IMT Arisman (2009)
Bagan 2.1 Kerangka Teori
densitometri cairan tubuh total kalium tubuh total “uptake of lipid-solube iner gases” Arisman (2009)
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS
A. Kerangka Konsep Kerangka konsep merupakan tahap terpenting dalam suatu penelitian (Nursalam, 2008). Menurut Hidayat (2007) kerangka konsep merupakan justifikasi ilmiah terhadap penelitian yang dilakukan dan memberi landasan yang kuat terhadap topik yang dipilih sesuai dengan identifikasi masalah. Pada penelitian ini, ada dua variabel yang diteliti yaitu variabel yang mempengaruhi
(variabel
independen)
yaitu,
perilaku
makan
yang
mencangkup 3 aspek yaitu emotional eating, restraint eating, dan external eating. Sedangkan variabel yang dipengaruhi (variabel dependen) yaitu IMT.
Perilaku Makan - emotional eating
indeks massa tubuh (IMT)
- restraint eating - eksternal eating
Bagan 3.1. Kerangka Konsep Penelitian Hubungan Perilaku Makan terhadap Indeks Massa Tubuh pada Remaja di SMP YMJ Ciputat
38
39
B. Definisi Operasional Tabel 3.1 Definisi Operasional No
Variabel
Definisi Operasional
Alat Ukur
Hasil Ukur
1.
Independen: Perilaku Makan
Sikap responden terhadap makan berdasarkan aspek emotinal eating, restraint eating, dan eksternal eating. (Streint, 2013)
Kuesioner DEBQ yang dimodifikasi. Menggunakan skala Likert dengan 28 pertanyaan.
Semakin tinggi skor yang dimiliki interval subjek pada sebuah aspek perilaku makan, maka semakin dominan aspek perilaku makan tersebut ada pada diri subjek .
No
Variabel
Definisi Operasional
Alat ukur
Hasil ukur
2.
Dependen: Indeks Massa Tubuh (IMT)
Hasil penghitungan berat badan dalam Kg dibagi tinggi badan dalam m2.
-
-
Timbangan jenjang dengan merk SECA (maksimum berat 130 kg dengan IMT= ....... Kg/m2 ketelitian 0,1 kg) Microtoise Staturmeter (ketelitian 0,1 cm)
Skala
Skala Rasio
40
C. Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau pertanyaan penelitian (Nursalam, 2008). Berdasarkan dari kerangka konsep pada penelitian ini hipotesis yang digunakan, yaitu: Ha 1 : Ada hubungan antara emotional eating terhadap IMT pada remaja di sekolah YMJ Ciputat. Ho 1 : Tidak ada hubungan antara emotional eating terhadap IMT pada remaja di sekolah YMJ Ciputat. Ha 2 : Ada hubungan antara restraint eating terhadap IMT pada remaja di sekolah YMJ Ciputat. Ho 2 : Tidak Ada hubungan antara restraint eating terhadap IMT pada remaja di sekolah YMJ Ciputat. Ha 3 : Ada hubungan antara external eating terhadap IMT pada remaja di sekolah YMJ Ciputat. Ho 3 : Tidak Ada hubungan antara external eating terhadap IMT pada remaja di sekolah YMJ Ciputat.
BAB IV METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini bersifat kuantitatif. Penelitian kuantitatif ini bertujuan memperoleh data dan informasi tentang hubungan fenomena tertentu secara komprehensif dan integral (Sarwono, 2010). Desain penelitian pada penelitian ini adalah penelitian asosiatif atau mengkaji hubungan antara variabel dengan rancangan penelitian cross sectional. Penelitian cross sectional adalah jenis penelitian yang menekankan waktu pengukuran/ observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat, jadi tidak ada tindak lanjut (Nursalam, 2008).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMP YMJ Ciputat yang beralamat di Jalan Limun No. 27 Ciputat Tangerang. Penelitian ini akan dilaksanakan pada tanggal 5 Juni 2014.
C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Populasi merupakan keseluruhan subjek atau objek dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti (Hidayat, 2007). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa (remaja laki-laki dan perempuan) SMP YMJ ciputat kelas VII dan VIII berjumlah 90 siswa. Kelas IX tidak diikut sertakan karena sudah tidak aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Data 41
42
mengenai jumlah siswa kelas VII dan VIII di SMP YMJ Ciputat disajikan dalam bentuk tabel 4.1 berikut ini: Tabel 4.1 Daftar Jumlah Siswa Kelas VII, VIII, dan XI SMP YMJ Ciputat NO 1. 2.
Kelas VII VIII A VIII B Jumlah
Jumlah Siswa 42 24 24 90
Sumber: SMP YMJ Ciputat 2. Sampel Sampel adalah bagian dari populasi, yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu (Wasis, 2008). Menurut Nursalam (2008) ada 2 syarat untuk menetapkan sampel, yaitu representatif artinya sampel dapat mewakili populasi yang ada dan sampel harus cukup banyak karena semakain banyak sampel, maka hasil penelitian mungkin lebih representatif. Teknik pengambilan sampel pada penelitin ini menggunakan teknik total sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan mengambil seluruh anggota populasi sebagai responden atau sampel (Sugiyono, 2009). Dengan demikian, maka peneliti mengambil sampel dari seluruh siswa kelas VII dan VIII SMP YMJ Ciputat dengan jumlah sampel pada penelitian ini adalah sebanyak 90 sampel. Adapun kriteria inklusi untuk sampel yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut:
43
1) Siswa yang hadir pada saat penelitian 2) Siswa yang bersedia mengikuti penelitian ini yang dibuktikan dengan menandatangani lembar persetujuan menjadi responden. Dari kriteria inklusi tersebut, pada pelaksanaan penelitian hanya ada 82 siswa dari rencana total sampel yang akan digunakan. D. Instrumen Penelitian Instrumen adalah alat-alat yang akan digunakan untuk pengumpulan data (Notoatmodjo, 2005). Ada beberapa instrumen pada penelitian ini, yaitu: 1.
Kuesioner Kuesioner adalah sebuah alat pengumpulan data yang nantinya data tersebut akan diolah untuk menghasilkan informasi tertentu (Umar, 2002). Kuesioner pada penelitian terdiri dari tiga bagian, antara lain: a. Kuesioner A berisi pertanyaan tentang karekteristik responden meliputi nama, umur, jenis kelamin, dan suku. b. Kuesioner B berisi kolam BB, TB, dan IMT yang diisi aleh peneliti. c. Kuesioner C berisi pertanyaan mengenai perilaku makan remaja. Kuesioner perilaku makan dinilai dengan menggunakan kuesioner Dutch Eating Behaviour Questionnaire yang meliputi 3 aspek gaya makan yaitu emotional eating, restraint eating, dan exsternal eating yang dibuat oleh Van Strien, et al (1986) dengan jumlah keseluruhan pertanyaan sebanyak 33 pertanyaan. Bentuk original dari Dutc Eating Behavior ini berbahasa Inggris yang kemudian diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia pada lembaga Pusat Pengembangan Bahasa UIN Syarif
44
Hidayatullah Jakarta setelah itu, kuesioner dimodifikasi oleh peneliti. Untuk lebih rinci, pada Tabel 4.2 disajikan terkait kisi-kisi instrumen Dutch Eating Behaviour Questionnaire yang telah dimodifikasi, yaitu: Tabel 4.2 Kisi-kisi Instrumen Variabel Penelitian Variabel
Indikator Emotional Eating
Perilaku Makan
Restraint Eating Exsternal Eating
Nomor Item 1, 3, 5, 8, 10, 13, 16, 20, 23, 25, 28, 30, 32 4, 7, 11, 14, 17, 19, 22, 26, 29, 31 2, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 27, 33
Pertanyaan-pertanyaan pada kuesioner Dutch Eating Behaviour Questionnaire yang menilai perilaku makan remaja di SMP YMJ Ciputat diukur dengan menggunakan skala Likert dengan memberi nilai pada setiap jawaban. Nilai pada setiap jawaban kuesioner menggunakan rentang nilai 1-5 dengan kategori sebagai berikut: 1. Tidak pernah yang berarti Tidak Sesuai/ Tidak Memadai. 2. Jarang yang berarti Kurang Sesuai/ Kurang Memadai. 3. Kadang-kadang yang berarti Cukup Sesuai/ Cukup Memadai 4. Sering yang berarti Sesuai/ Memadai. 5. Selalu yang berarti Sangat Sesuai/ Sangat Memadai. 2.
Timbangan BB dan Pengukur TB Timbangan BB dan pengukur TB diperlukan untuk mendapatkan data mengenai BB dan TB remaja yang menggunakan alat yang terdiri dari:
45
a. Timbangan BB: Timbangan jenjang dengan merk SECA (maksimum berat 130 kg dengan ketelitian 0,1 kg). b. Meteran pengukur TB: Microtoise Staturmeter (alat ukur tinggi badan 200 cm yang digantung di tembok setinggi 200 cm atau 2 meter dari lantai dengan ketelitian 0,1 cm).
E. Teknik Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen 1. Kuesioner Sebelum penelitian dilakukan, peneliti melakukan uji coba instrumen peneltian perilaku makan yang berjumlah 33 pertanyaan yang terdiri dari aspek emotional eating, restraint eating, dan external eating. Uji instrumen penelitian dilakukan pada 30 siswa di SMP Ruhama yang memiliki karakteristik yang sama dengan sekolah YMJ Ciputat. Uji validitas dan reliabilitas menggunakan bantuan program aplikasi statistik. a. Uji validitas Kuesioner Validitas berasal dari kata validity yang berarti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Djaali, 2008). Metode yang digunakan pada pengujian validitas instrumen menggunakan pendekatan korelasi product moment ketentuan kevalidan instrument apabila nilai r hitung > nilai r tabel (0,361) pada N= 30 atau nilai signifikansi <0,05. Hasil uji validitas kuesioner perilaku makan yang terdiri dari 13 pertanyaan emotional eating,10 pertanyaan restraint eating, dan 10 pertanyaan external eating. Didapatkan hasil sebagai berikut:
46
a. 3 pertanyaan emotional eating yang tidak valid yaitu nomor 3, 16, dan 28. b. 1 pertanyaan restraint eating yang tidak valid yaitu nomor 26. c. 1 pertanyaan external eating yang tidak valid yaitu nomor 33. Sehingga dari uji validitas yang sudah dilakukan, didapatkan hasil pertanyaan yang valid yaitu: Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian Variabel
Indikator Emotional Eating
Perilaku Makan
Restraint Eating Exsternal Eating
Nomor Item 1, 5, 8, 10, 13, 20, 23, 25, 30, 32 4, 7, 11, 14, 17, 19, 22, 29, 31 2, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 27
b. Uji Reliabilitas Kuesioner Realibilitas adalah kesamaan hasil pengukuran dan pengamatan bila fakta atau kenyataan hidup tadi diukur atau diamati berkali-kali dalam waktu yang berlainan (Nursalam, 2008). Jenis pengujian reliabilitas instrumen yang digunakan adalah Alpha Cronbach, yaitu menganalisis relibilitas alat ukur dari satu kali pengukuran (Riduwan, 2007). Reliabilitas suatu konstruk variabel dikatakan baik jika memiliki nilai Alpha Cronbach > 0,60 (Hidayat, 2007). Hasil pengujian reliabilitas instrumen dirangkum dalam Tabel 4.4. Tabel 4.4 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian Variabel Perilaku Makan
Emotional eating Restraint Eating External Eating
Alpha Cronbach 0,784 0,728 0,712
Keputusan Reliabel Reliabel Reliabel
47
2. Timbangan BB dan Pengukur TB Pada penelitian ini timbangan berat BB yang digunakan tidak baru maka untuk mendapatkan hasil yang akurat peneliti melakukan pengecekan alat dengan menimbang BB dua orang yang sama sebanyak tiga kali setiap satu jam. Jika hasil pengukuran timbangan BB tersebut mendapatkan hasil yang konsisten maka dapat disimpulkan bahwa timbangan BB memiliki keakuratan yang baik dan dapat digunakan. Sedangkan untuk pengukur tinggi badan hanya dilakukan pengecekan dengan melihat kondisi alat. Tabel 4.5 Hasil Pengukuran BB untuk Uji Validitas dan Reliabilitas
Subjek 1 2
Jam 1 52 49
Hasil Pengukuran Jam 2 52 49
Jam 3 52 49
Dari hasil pengukuran tersebut, didapatkan hasil pengukuran yang konsisten maka dapat diambil kesimpulan bahwa timbangan berat badan tersebut baik dan dapat digunakan. F. Langkah-langkah Pengumpulan Data Pengambilan data dilakukan pada bulan Juni tahun 2014. Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dengan menggunakan kuesioner dan melakukan pengukuran BB serta TB. Ada beberapa tahap yang dilakukan dalam pengambilan data pada penelitian ini, yaitu:
48
1. Tahap pertama yaitu persiapan. Peneliti menentukan subjek penelitian, tempat penelitian, maksud dan tujuan penelitian. Peneliti mengajukan surat izin dari fakultas untuk diberikan kepada pihak sekolah untuk mengambil data penelitian di SMP YMJ Ciputat. 2. Tahap kedua yaitu tahap pelaksanaan. Pada tahap pelaksanaan ini ada dua hal yang harus dilakukan, yaitu: a. Menyebarkan kuesioner kepada responden dengan dibantu oleh guru di SMP YMJ Ciputat. Peneliti memperkenalkan identitas serta memberikan lembar inform consent dengan menjelaskan maksud dan tujuan dari penelitian kepada responden, setelah itu peneliti membagikan kuesioner dengan memberikan penjelasan tentang cara pengisian kuesioner. b. Pengukuran BB dan TB. Pada penelitian ini pengukuran BB dan TB bertujuan untuk mendapatkan nilai IMT. Peneliti meminta bantuan 3 orang asisten untuk membantu mengukur berat badan dan tinggi badan. Dan ketiga asisten tersebut sebelumnya sudah peneliti jelaskan mengenai prosedur yang harus dilakukan. Berikut ini prosedur yang dilakukan untuk mengukur BB dan TB, yaitu: 1) Prosedur pengukuran BB - Tempatkan alat pengukur pada permukaan yang datar, keras dan pastikan jarum pengukur pada titik keseimbangan nol. - Responden tidak mengenakan pakaian yang tebal dan tidak memakai alas kaki.
49
- Harus berdiri tanpa bantuan dan perawatan harus dilakukan untuk memeriksa penempatan kaki yang benar pada platform alat ukur. - Meminta untuk melihat lurus ke depan, berdiri tegak tapi rileks. - Timbangan harus dikalibrasi untuk memastikan keakuratan data yang dikumpulkan. - Catat hasil pengukuran pada kuesioner. 2) Prosedur pengukuran TB - Minta responden melepaskan alas kaki (sandal/sepatu) dan topi (penutup kepala). - Pastikan alat geser berada diposisi atas. - Responden diminta berdiri tegak, persis di bawah alat geser. - Posisi kepala dan bahu bagian belakang, lengan, pantat dan tumit menempel pada dinding tempat microtoise di pasang. - Pandangan lurus ke depan, dan tangan dalam posisi tergantung bebas. - Gerakan alat geser sampai menyentuh bagian atas kepala responden. Pastikan alat geser berada tepat di tengah kepala responden. Dalam keadaan ini bagian belakang alat geser harus tetap menempel pada dinding. - Baca angka tinggi badan pada jendela baca ke arah angka yang lebih besar (ke bawah). Pembacaan dilakukan tepat di depan angka (skala) pada garis merah, sejajar dengan mata pengukur.
50
- Apabila pengukur lebih rendah dari yang diukur, pengukur harus berdiri di atas bangku agar hasil pembacaannya benar. - Pencatatan dilakukan dengan ketelitian sampai satu angka dibelakang koma (0,1 cm). Isikan pada kuesioner. Setelah melakukan pengukuran BB dan TB, kemudian melakukan perhitungan IMT dengan cara: Berat badan (Kg) IMT = -------------------------------------------------
[Tinggi badan (m)] G. Etika Penelitian Nursalam (2009) secara umum menjelaskan prinsip etika penelitian pengumpulan data dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu: 1.
Prinsip Manfaat a. Penelitian ini dilaksanakan tanpa mengakibatkan penderitaan subjek, khususnya jika menggunakan tindakan khusus. b. Subjek diyakinkan bahwa partisipasinya dalam penelitian atau informasi yang telah diberikan, tidak akan dipergunakan dalam halhal yang dapat merugikan subjek dalam bentuk apapun.
2.
Prinsip menghargai hak asasi manusia (respect human dignity) a. Subjek mempunyai hak memutuskan kesediannya menjadi subjek ataupun tidak, tanpa adanya sangsi apapun. b. Memberikan penjelasan secara rinci serta tanggungjawab jika sesuatu terjadi kepada subjek.
51
c. Subjek harus diberikan informasi secara lengkap tentang tujuan penelitian yang akan dilaksanakan, mempunyai hak untuk bebas berpartisipasi atau menolak menjadi responden. 3.
Prinsip Keadilan (right to justice) a. Subjek harus diperlakukan secara adil baik sebelum, selama, dan sesudah
keikutsertaannya
dalam
peneltian
tanpa
adanya
deskriminasi. b. Subjek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang diberikan harus dirahasiakan.
H. Pengolahan Data Data yang didapat pada penelitian ini, dilakukan pengolahan agar menjadi informasi yang mudah dipahami. Adapun tahap-tahap pengolahan data meliputi: 1. Editing Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul. 2. Coding Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan dan analisa data menggunakan komputer. Biasanya dalam pemberian kode dibuat juga daftar kode dan artinya dalam satu buku (code
52
book) untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu variabel. 3. Entry Entry data merupakan kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam master tabel atau database komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau biasa dengan membuat tabel kontingensi. 4. Melakukan teknik analisis Dalam melakukan teknik analisis, khususnya terhadap data penelitian akan menggunakan ilmu statistik terapan yang disesuaikan dengan tujuan yang hendak dianalisis. Penelitian ini bersifat analitik, sehingga analisis yang digunakan statistika inferensial (menarik kesimpulan) yaitu statistika yang digunakan untuk menyimpulkan parameter (populasi) berdasarkan statistik (sampel) atau lebih dikenal denan proses generalisasi dan inferensial.
I.
Teknik Analisa data 1. Analisa Univariat Analisa univariat digunakan untuk mendapat gambaran distribusi responden yang dibuat dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan diinterpretasikan secara deskriptif. Analisis univariat pada penelitian ini dilakukan pada variabel penelitian yaitu : 1) Karakteristik remaja yang terdiri dari jenis kelamin dan suku; 2) Perilaku Makan remaja meliputi 3 aspek gaya makan yaitu aspek emotional eating, restraint eating, dan eksternal eating; 3) IMT remaja.
53
2. Analisa Bivariat Analisa bivariat adalah analisis yang menghubungkan dua variabel yaitu variabel independen dan variabel dependen (Arikunto, 2006). Pada penelitian ini perilaku makan yang terdiri dari aspek gaya makan emotional eating, restraint eating, dan eksternal eating sebagai variabel independen dan IMT sebagai variabel dependen. Teknik analisis dilakukan dengan uji korelasi Spearman dengan menggunakan derajat kepercayaan 95% dengan α 5% sehingga jika nilai p< 0,05 berarti hasil perhitungan statistik bermakna (signifikan) atau menunjukkan ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen, dan apabila nilai p > 0,05 berarti perhitungan statistik tidak bermakna atau tidak ada hubungan antara varibel independen dan dependen. Uji korelasi Spearman adalah uji statistik yang dapat dilakukan untuk mengatahui hubungan anatara dua atau lebih variabel berskala numerik (Dahlan, 2008). Asumsi uji korelasi Spearman adalah: (1) Data tidak berdistribusi normal dan (2) data diukur dalam skala numerik. Untuk cara Interpretasi uji korelasi didasarkan pada nilai p, kekuatan korelasi, serta arah korelasinya disajikan pada tebel 4.4 sebagai berikut:
54
Tabel 4.4 interpretasi hasil uji hipotesis No 1
2
3
Parameter Kekuatan korelasi (r)
Nilai p
Arah korelasi
Nilai 0.0 - < 0.2 0.2 - < 0.4 0.4 - <0.6 0.6 - <0.8 0.8 - 1 P < 0.05
Interpretasi Sangat lemah Lemah Sedang Kuat Sangat kuat Terdapat korelasi yang bermakna antara 2 variabel yang diuji.
P > 0.05
Tidak terdapat korelasi yang bermakna antara dua variabel yang diuji, Searah, semakin besar nilai satu variabel semakin besar pula nilai variabel lainnya. Berlawanan arah, semakin besar nilai- satu variabel, semakin kecil variabel lainnya.
+ (positif)
- (negatif)
J.
Penyajian Data Dalam penelitian ini, data akan disajikan dalam bentuk tabulasi yang kemudian dijelaskan dalam bentuk tulisan.
BAB V HASIL PENELITIAN A.
Profil SMP YMJ Ciputat Sekolah Menengah Pertama (SMP) YMJ Ciputat didirikan oleh Yayasan Miftahul Jannah (YMJ) pada tahun 2000. SMP ini berlokasi di Jalan Limun No. 27 Pisangan Ciputat Tangerang. SMP YMJ Ciputat saat ini telah terakreditasi A dan memiliki 31 tenaga kerja yang terdiri dari 1 orang kepala sekolah, 17 orang tenaga pendidik, dan 13 orang staf tata usaha. Luas sekolah ini adalah sebesar 1.200 m2 dengan luas seluruh bangunan 1.099 m2. Jumlah murid yang ada di sekolah ini pada tahun ajaran 2013/2014 adalah 125 siswa yang terdiri dari 42 siswa kelas VII, 48 siswa kelas VIII, dan 35 siswa kelas IX. Kelas VII terdiri dari 1 kelas, kelas VIII terdiri dari 2 kelas dan kelas XI terdiri dari 1 kelas. Banyaknya ruangan yang terdapat di SMP YMJ Ciputat adalah sebanyak 11 ruangan yang terdiri dari 7 ruang kelas, 3 ruang praktek, dan 1 ruang untuk keperluan lainnya. SMP YMJ Ciputat memiliki visi dan misi, yaitu: Visi: Unggul dalam mencerdaskan bangsa berbasis Imtaq dan Iptek serta bertanggung jawab dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
55
56
Misi: 1.
Mengembangkan kesamaan visi dan misi penyelenggaraan pendidikan di lingkungan YMJ.
2.
Menyelenggarakan keterpaduan program pendidikan pada setiap satuan pendidikan.
3.
Mengupayakan
pemerataan
kesempatan
pendidikan
bagiwarga
masyarakat secara adil. 4.
Meningkatkan proses belajar mengajar berbasis Imtaq dan Iptek.
5.
Mengupayakan kesejahteraan di bidang pendidikan, sosial dan kemanusiaan baik material maupun spritual.
6.
Mengembangkan
jaringan
kerja
(networking)
pendidikan dan sosial kemasyarakatan.
dengan
lembaga
57
B.
Hasil Preeliminary Analysis Sebelum dilakukan analisis univariat maupun bivariat, kenormalan data terlebih dahulu diuji. Uji normalitas ini digunakan untuk melihat apakah data berdistribusi normal atau tidak. Jika nilai Kolmogrov Smirnov <0.05 maka data diasumsikan tidak berdistribusi normal, dan jika nilai Kolmogorov Smirnov >0.05 maka data diasumsikan normal. Berikut ini adalah hasil uji normalitas pada masing-masing variabel penelitian: Tabel 5.1 Hasil Uji Normalitas Data Variabel
Kolmogorov Smirnov
Distrbusi Data
(KS) Jenis Kelamin
0.000
Tidak normal
Suku
0.000
Tidak normal
Emotional Eating
0.004
Tidak normal
Restraint Eating
0.002
Tidak normal
External Eating
0.036
Tidak normal
IMT
0.008
Tidak normal
Dari Tabel 5.2 di atas, data dari semua variabel diasumsikan tidak berdistribusi normal karena KS <0.05 sehingga analisis selanjutnya menggunakan uji statistik non parametrik. Pada penelitian ini, variabel yang dihubungkan adalah variabel perilaku makan (dependen) dan IMT (independen). Kedua variabel tersebut berskala numerik sehingga uji non parametrik yang digunakan untuk analisa bivariat adalah Uji Korelasi Spearman.
58
C.
Hasil Analisa Univariat Analisis univariat dilakukan untuk menganalisis variabel-variabel karakteristik individu yang ada secara deskriptif dengan menggunakan distribusi frekuensi dan proporsi untuk variabel penelitian meliputi: karakteristik remaja yang terdiri dari jenis kelamin dan suku, IMT serta perilaku makan remaja. 1.
Karakteristik Remaja di SMP YMJ Ciputat a. Jenis Kelamin Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihata pada Tabel 5.2. Tabel 5.2 Karakteristik Remaja berdasarakan Jenis Kelamin Jenis Kelamin
n
%
Laki-laki Perempuan Total
38 44 82
46.3 53.7 100
Berdasarkan data yang terdapat pada Tabel 5.1 dapat dilihat bahwa dari 82 responden, sebanyak 44 remaja (53.7%) di SMP YMJ Ciputat adalah berjenis kelamin perempuan sedangkan sisanya 38 remaja (46.3%) adalah berjenis kelamin laki-laki.
59
b. Suku Karakteristik responden berdasarakan suku dapat dilihat pada tabel 5.3. Tabel 5.3 Karakteristik Remaja berdasarkan Suku Suku Jawa Betawi Sunda Lain-lain Total
n 24 46 9 3 82
% 29.3 56.1 11.0 3.7 100
Berdasarkan data yang terdapat pada Tabel 5.2 dapat dilihat bahwa dari 82 responden, sebanyak 46 remaja (56.1%) adalah bersuku Betawi, 24 remaja (29.3%) bersuku Jawa, 9 remaja (11.0%) bersuku Sunda, dan sebanyak 3 remaja (3.7%) bersuku diluar dari Betawi, Jawa, dan Sunda.
60
2.
Gambaran Perilaku Makan Remaja Setiap aspek perilaku makan memiliki jumlah item pertanyaan yang berbeda-beda. Emotional eating terdiri dari 10 item pertanyaan, restraint eating 9 item pertanyaan, dan external eating 9 item pertanyaan. Untuk menentukan skor tertinggi dari ketiga aspek perilaku makan tersebut pada setiap remaja perlu dilakukan perhitungan standar baku (z-score) dikarenakan jumlah item pertanyaan pada ketiga aspek perilaku makan tersebut berbeda. Setelah didapatkan z-score dari ketiga aspek perilaku makan kemudian skornya dibandingkan satu sama lain, z-score tertinggi yang dimiliki dari ketiga aspek perilaku makan tersebut akan menentukan perilaku makan yang dominan pada remaja tersebut. Berikut ini adalah gambaran perilaku makan remaja yang ditentukan dari hasil z-score. Tabel 5.4 Gambaran Perilaku Makan Remaja di SMP YMJ Ciputat Perilaku Makan
n
%
Emotional eating Restraint eating External eating Total
28 27 27 82
34.1 32.9 32.9 100
Berdasarkan data yang terdapat pada Tabel 5.4 dapat dilihat bahwa dari 82 responden, sebanyak 28 (34.1%) remaja memiliki perilaku makan emotional eating yang dominan, sebanyak 27 (32.9%) memiliki perilaku makan restraint eating yang dominan, dan 27 (32.9%) memiliki perilaku makan external eating yang dominan.
61
3.
Distribusi Indeks Massa Tubuh Remaja Variabel IMT didapatkan dari hasil pengukuran BB dan TB remaja di SMP YMJ Ciputat yang kemudian dihitung dengan rumus IMT = Kg/m2. Tabel 5.5 Distribusi IMT Remaja di SMP YMJ Ciputat
Indeks Massa Tubuh
Median 18.70
Standar Deviasi 6.143
Min-Maks 14-35
Data yang terdapat pada Tabel 5.7 di atas menunjukkan bahwa dari 82 responden, nilai median IMT didapatkan 18.70 kg/m2 dengan nilai minimal sebesar 14 kg/m 2 dan nilai tertinggi sebesar 35 kg/m2.
D.
Hasil Analisa Bivariat Analisa bivariat pada penelitian ini terdiri dari variabel perilaku makan (dependen) dan variabel IMT (indpenden). Variabel perilaku makan sendiri terdiri dari 3 aspek yaitu emotional eating, restraint eating, dan external eating. Analisa bivariat pada penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan emotional eating terhadap IMT, mengetahui hubungan restraint eating terhadap IMT, dan mengetahui hubungan external eating terhadap IMT. Teknik yang digunakan adalah teknik korelasi Spearman.
62
1.
Hubungan Perilaku Makan terhadap Indeks Massa Tubuh pada Remaja a. Hubungan Emotional Eating terhadap IMT pada remaja Tabel 5.6 Hubungan Emotional Eating terhadap IMT pada Remaja di SMP YMJ Ciputat
Emotional Eating
r p value n
IMT -0.006 0.958 82
Tabel 5.6 di atas, menunjukan hasil uji statistik hubungan emotional eating terhadap IMT didapatkan nilai p value = 0.958. Hal tersebut menunjukkan tidak ada hubungan antara emotional eating terhadap IMT (p > 0.05). b. Hubungan Restraint Eating terhadap IMT Tabel 5.7 Hubungan Restraint Eating terhadap IMT pada Remaja di SMP YMJ Ciputat
Restraint Eating
r p value n
IMT 0.334 0.002 82
Tabel 5.7 diatas, menunjukan hasil uji statistik hubungan restraint eating terhadap IMT didapatkan nilai p value = 0.002. Hal tersebut menunjukan ada hubungan antara restraint eating terhadap IMT (p < 0.05). Dari hasil koefisien korelasi diketahui r = 0.334. Hal itu berarti hubungan antara restraint eating terhadap IMT merupakan hubungan yang lemah karena berada pada rentang koefisien korelasi antara 0.2 - < 0.4. Korelasi tersebut signifikan
63
pada level 0.05 (2-tailed). Sementara itu, koefisien korelasi dalam penelitian ini bernilai positif, artinya hubungan antara restraint eating terhadap IMT merupakan hubungan yang searah, dimana remaja dengan nilai skor restraint eating tinggi akan memiliki IMT yang tinggi. c. Hubungan External Eating terhadap IMT Tabel 5.8 Hubungan Emotional Eating terhadap IMT pada Remaja di SMP YMJ Ciputat
External Eating
r p value n
IMT -0.125 0.263 82
Tabel 5.8 menunjukan hasil uji statistik hubungan external eating terhadap IMT didapatkan nilai p value = 0.263. Hal tersebut menunjukkan tidak ada hubungan antara external eating terhadap IMT (p > 0.05).
BAB VI PEMBAHASAN
Pada bab ini peneliti akan membahas hasil penelitian meliputi karakteristik remaja, gambaran ketiga aspek perilaku makan remaja,rata-rata indeks massa tubuh remaja, hubungan emotional eating terhadap IMT, hubungan restraint eating terhadap IMT, dan hubungan external eating terhadap IMT. Pada akhir pembahasan, peneliti juga menyertakan keterbatasan dari penelitian ini. A. Analisa Univariat 1. Gambaran Karakteristik Remaja di SMP YMJ Ciputat a. Jenis Kelamin Berdasarkan hasil analisis univariat jenis kelamin responden, diperoleh jumlah terbesar responden adalah perempuan yaitu 44 orang (53,7%) sedangkan responden laki-laki berjumlah 38 orang (46,3%). Hasil penelitian Sari (2013) di SMP yang berbeda di Ciputat diperoleh jumlah sampel terbesar adalah perempuan, yaitu sebesar 52 orang (54,2%)dan responden laki-laki sebesar 44 orang (45,8%). Jika dibandingkan dengan data BPS di Provinsi Banten tahun 2010 didapatkan perbedaan, dimana persentase jumlah remaja awal lebih banyak pada laki-lakisebesar (51.68%) dibandingkan dengan perempuan sebesar (48.32%). Perbedaan ini kemungkinan karena sensus yang dilakukan BPS dilaksanakan ditahun 2010 sedangkan penelitian ini dilakukan 4 tahun setelahnya, kemungkinan sudah terjadi perubahan jumlah remaja laki-laki dan perempuan. Dan dapat diambil kesimpulan
64
65
berdasarkan dari hasil penelitian, bahwa di Ciputat remaja awal lebih didominasi perempuan dibandingkan laki-laki. Kristeller & Rodin (1989, dalam Brink 2000) menyatakan bahwa jenis kelamin memiliki perbedaan sikap terhadap makanan, berat badan, diet dan tingkah laku yang berhubungan dengan makan.Diet untuk mendapatkan tubuh yang ideal lebih sering dilakukan remaja perempuan dibandingkan laki-laki karena perhatian akan bentuk tubuh lebih tinggi pada perempuan. Hal tersebut didukung oleh pernyataan McCabe dan Ricciardelli (2001, dalam Kuessous, 2009) bahwa ketidakpuasan bentuk tubuh pada remaja perempuan lebih tinggi dibandingkan pada laki-laki. Selain itu, menurut penelitian yang dilakukan oleh Gene-Jack Wang didapatkan bahwa perempuan cenderung lebih tidak bisa menahan lapar dibandingkan laki-laki. Hal tersebut menyebabkan kemungkinan perempuan lebih beresiko untuk mengalami berat badan berlebih dibandingkan dengan laki-laki. b. Suku Berdasarkan analisis univariat suku responden, diperoleh jumlah terbesar respondenbersuku Betawi yaitu 46 orang(56.1%), Suku Jawa berjumlah 24 orang (29.3%),Suku Sunda berjumlah 9 orang (11%), dan lain-lain berjumlah 3 orang(3.7%). Suku Betawi menjadi suku mayoritas di Ciputat karena Ciputat tidak dapat terlepas dari pengaruh kehidupan masyarakatJakarta, baik sosial, ekonomi maupun budaya. Apalagi letak Ciputat berada dipinggir Ibu Kota yang berbatasan langsung dengan Jakarta Selatan.
66
Suku merupakansatu kebudayaan yang sama yang dianut seseorang yang didalamnya terdapat tradisi, kepercayaan, nilai-nilai kehidupan. Gibney (2009) menyatakan bahwa tradisi, kepercayaan, dan nilai-nilai merupakan sebagian dari faktor utama yang mempengaruhi kesukaan, cara menyiapkan makanan, menyajikan makanan, dan status gizi. Dapat diambilkesimpulan bahwa suku merupakan satu kesamaan kebudayaan yang dianut seseorang yang mempengaruhi perilaku makan. 2. GambaranPerilaku Makan Berdasarkan analisis univariat dari ketiga aspek perilaku makan pada tabel 5.4, didapatkan sebanyak 28 remaja (34.1%) memiliki perilaku makan emotional eating yang dominan, sebanyak 27 remaja (32.9%) memiliki perilaku makan restraint eating yang dominan, dan 27 remaja (32.9%) memiliki perilaku makan external eating yang dominan. Dapat dilihat bahwa perilaku makan yang dominan pada remaja di SMP YMJ Ciputat tidak terlihat didominasi oleh salah satu aspek perilaku makan.Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Carper, et al (2000, dalam Van Streint 2007) mengenai prevalensi eksternal, emotional, dan restraint eating pada anak 5 tahun menunjukan bahwa menemukan bahwa 75% dari 157 perempuan menunjukkan tingkat tinggi external eating, sepertiga melaporkan tingkat moderat restraint eating dan 25% menunjukkan tingkat moderat emotional eating.Terlihat bahwa pada anak usia 5 tahun aspek perilaku makanexternal eating menjadi aspek perilaku makan yang mendominasi dari 3 aspek lainnya.
67
Pada anak usia 5 tahun, emotional eating dan restraint eating cenderung tidak tinggi kemungkinan hal ini disebabkan karena tingkat emosi yang rendah dan perhatian terhadap bentuk tubuh belum terbentuk, sedangkan external eating prevalensinya tinggi kemungkinan karena anak lebih berespon terhadap rangsangan eksternal seperti penglihatan, penciuman terhadap makanan. Hal ini diperkuat oleh pendapat Urbic (dalam Popper, 2003) yang mengatakan bahwa anak-anak lebih tertarik pada tekstur, warna, dan tampilan keseluruhan dari suatu makanan dan minuman. Berbeda pada remaja, persentase ketiga aspek perilaku makan tersebut tidak terlalu didominasi salah satu aspek. Hal ini kemungkinan disebabkan karena faktor yang mempengaruhi ketiga aspek perilaku makan tersebut seperti emosi, stres, dan citra tubuh meningkat pada remaja. Sehingga dari ketiga aspek perilaku makan tersebut, tidak menunjukkan persentase yang menonjol pada salah satu aspek. Dapat diambilkesimpulan bahwa dari ketiga aspek perilaku makan pada remaja di SMP YMJ Ciputat, persentase dari setiap aspek perilaku makan tidak terlalu didominasi salah satu aspek perilaku makan ini karena faktor yang berpengaruh terhadap ketiga aspek perilaku makan tersebut sama-sama tinggi pada remaja. 3. Gambaran Indeks Massa Tubuh (IMT) Remaja Berdasarkan hasil analisis univariat IMT responden, diperoleh ratarata IMT didapatkan 18.70 kg/m2dengan IMT terendah yaitu sebesar 14 kg/m2 dan IMT tertinggi sebesar 35 kg/m2. Penelitian yang dilakukan Adityawarman (2007) pada remaja di SMP Domenico Savio Semarang menunjukan hasil rata-rata IMT pada remaja perempuan 21.3 kg/m 2 pada
68
laki-laki dan 20.6 kg/m2. Jika dibandingkan, dengan hasil penelitian tersebut IMT pada remaja di SMP YMJ memiliki rata-rata lebih rendah. Menurut National Institutes of Health (NIH) tahun 2010 tingginya IMT beresiko tinggi untuk terkena penyakit tertentu seperti, penyakit jantung, hipertensi, diabetes tipe 2, batu empedu, masalah pernapasan, dan kanker. Berbeda dengan orang dewasa, IMT pada remaja harus disesuaikan dengan umur dan jenis kelamin dalam bentuk persentil untuk mengetahui obesitas, overweight, normal, dan kurus. Karenapada remaja, IMT salah satunya dipengaruhi oleh faktor pertumbuhan. Dimanaremaja laki-laki dan perempuan mengalami perubahan fisik yang berbeda, perubahan fisik pada remaja perempuan lebih cepat dibandingkan dengan laki-laki. CDC tahun 2000 merekomendasikan jika nilai IMT yang telah disesuaikan dengan umur dan jenis kelamin ke dalam grafik CDC 2000 dan didapatkan persentil ≥ 95 maka digolongkan sebagai obesitas.
69
B. Analisa Bivariat 1. Hubungan Perilaku Makan terhadap IMT pada Remaja di SMP YMJ Ciputat a.
Hubungan Emotional Eating terhadap IMT pada Remaja di SMP YMJ Ciputat Hasil uji statistik pada tabel 5.6 menunjukan tidak ada hubungan emotional eating terhadap IMT pada remaja dengan nilai (p value = 0.958). Hasil yang sama diperoleh dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Kargar, et al (2012) pada 372 siswa laki-laki dan perempuan yang membuktikan bahwa tidak ada hubungan emotional eating terhadap IMT pada remaja (p value = 0.192). Individu terkadang melampiaskan perasaan senang, gembira, rasa puas, sedih, marah, rasa tertekan dengancara makan. Teori emotional eatingmerupakan perilaku makan yang mengacu pada dorongan makan lebih banyak selama emosi negatif seperti marah, kecewa, takut, tertekan, dll (Wardle et al, 2001). Zellner (2006) mengatakan bahwa dorongan makan lebih banyak tersebut biasanya mengakibatkan konsumsi makanan tinggi kalori, dan berhubungan positif dengan lemak tubuh. Seseorang yang selalu menanggapi respon emosi negatif dengan makan banyak kemungkinan akan menyababkan pertambahan berat badan sehingga akan berpengaruh terhadap IMT. Pernyataan tersebut didukung dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Turker, et al (2012) bahwa ada hubungan antara emotional eating terhadap IMT (r = 0.37; P < 0.05). Dimana koefisien korelasinya bernilai positif yang artinya jika skor emotional eatingnya tinggi maka
70
IMT yang dimiliki juga tinggi. Levitan, et al (2010) menjelaskan bahwa emotional eating pada tahap awalmemiliki konsekuensi jangka panjang yaitu obesitas. Individu yang memiliki respon emotional eatingmerupakan suatu bentuk usaha untuk meredam emosi negatif yang muncul, sehingga dengan makan diharapkan kemungkinanemosi negatif tersebut akan berkurang. Kaplan & Kaplan (1957, dalam Maras, 2010) menyatakan bahwa ada 2 mekanisme yang terjadi ketika individu makan lebih banyak ketika emosi yaitu: (1) makanyang
berlebihan karena tidak
mampu membedakan antara rasa lapar, kenyang, dan gairah emosi atau disebut dengan rendahnya kesadaran interoceptive, (2) makan berlebihan dengan tujuan mengurangi tekanan emosional. Masa remaja khususnya pada remaja awal terjadi peningkatan emosi dan peningkatan level stres, ditambah lagi dengan koping yang relatif rendah. Akibatnya, kemungkinan pada masa remaja awal ini resiko untuk perilaku makan emotional eating lebih tinggi. Pada penelitian ini tidak adanya hubungan emotional eating terhadap IMT karena kemungkinanbeberapa faktor yang mempengaruhi yaitu: remaja memiliki tingkat stres dan emosi yang rendah,remaja menggunakan
mekanisme
koping
adaptif
terhadap
stres
dan
emosi.Seperti pernyataan yang diungkapkan oleh Blackman & Kvaska (2011, dalam Economy 2013)yang menyatakan bahwapencegahan emotional eatingdapat dilakukan dengan cara melampiaskan keinginan dengan cara lain selain makan, menggunakan teknik pengurangan stres, serta memilih sesuatu kegiatan yang melibatkan penggunaan tangan.
71
Sehingga dengan cara tersebut, kemungkinan perilaku makan emotional eating tidak akan terbentuk sehingga dapat mencegah terjadinya penambahan berat badan sampai menyebabkan obesitas. b. Hubungan Restraint Eating terhadap IMT Remaja di SMP YMJ Ciputat Hasil uji statistik pada tabel 5.7 menunjukan ada hubungan antara restraint eating terhadap IMT (pvalue = 0.002; r = 0.334). Walaupun kekuatan hubungan kedua variabel itu lemah, tetapi koefisien korelasi dalam penelitian ini bernilai positif, artinyahubungan antara restraint eating terhadap IMT merupakan hubungan yang searah, dimana remaja dengan nilai skor restraint eating tinggi maka memiliki IMT yang tinggi. Penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Kargar, et al (2012) yang membuktikan bahwa ada hubungan restraint eating terhadap IMT pada remaja (pvalue= 0.001). Selain berhubungan dengan BMI yang tinggi, restraint eating juga berhubungan dengan asupan energi, karbohidrat, dan protein yang rendah (Lluch et al, 2000; Wardle et al 1992). Hal tersebut bertentangan dengan teori restraint, jika restraint eating berhubungan dengan pembatasan asupan makanan mengapa justru menyebabkan kelebihan berat badan. Snoek (2007) menjelaskan mengenai teori restraintbahwa seseorang yang melewatkan makan dan hingga membuat pola makan yang tidak teratur akan terjadi kontra regulasi pada saat individu tersebuthilang kontrol sehingga menyababkan seseorang makan sebanyak-banyaknya, dan akhirnya berat
72
badannya naik. Pada penelitian ini, karena merupakan penelitian cross sectional, adanya hubungan antara emotional eating terhadap IMT bisa jadi karena kemungkinan remaja baru saja melakukan diet dan memiliki berat badan berlebih sehingga skor emotional eating nya tinggi dan IMT nya juga tinggi. Tetapi secara teori, restraint eating adalah penambahan berat badan pada seseorang dikarenakan melewatkan makan atau membatasi makan. Anggapan bahwa dengan membatasi makan terus menerus akan menyebabkan berat badan turun tidak selamanya benar, justru akan beresiko mengalami pertambahan BB.Perhatian yang besar terhadap citra tubuh, menyababkan ketidakpuasan remaja terhadap bentuk tubuhnya (Rahayu & Dieny, 2012).Membatasi makan atau melawatkan makan seperti sarapan merupakan usaha yang terkadang dilakukan remaja yang ingin memiliki bentuk tubuh yang lebih kurus atau langsing. Pada remaja memiliki penampilan dengan bentuk tubuh yang diinginkan menjadi hal penting untuk terlihat menarik didepan orang lain atau teman sebayanya, dimana pada masa ini juga terjadi peningkatan hubungan dengan teman sebaya. Remaja harus mengetahui dan menyadari bahwa usaha untuk menurunkan berat badan tidak semestinya dilakukan dengan cara membatasi makan atau bahkan tidak makan tetapi bisa dengan cara lain seperti: berolahraga, memperbanyak aktivitas, mengurangi makanan yang berlemak, dll.
73
c.
Hubungan External Eating terhadap IMT Remaja di SMP YMJ Ciputat Hasil uji statistik pada tabel 5.8 menunjukan tidak ada hubungan external eating terhadap IMT pada remaja dengan nilai (P value = 0.263). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Turker, et al (2012) yang membuktikan bahwa tidak ada hubungan external eating terhadap IMT pada remaja (P>0.05). Makan yang baik dilakukan ketika timbul rasa lapar dan berhenti ketika ada respon kenyang. Diharapkan dengan makan, tubuh kita mendapatkan zat-zat gizi penting sesuai dengan kebutuhan tubuh untuk mendukung aktivitas yang kita lakukan. Respon berbeda terjadi pada seseorang yang memiliki perilaku makan external eating. Schachter (1971, dalam Streint, 2013) menjelaskan teori externality merupakan rangsangan makanan yang meliputi penglihatan, penciuman, dan rasa makanan terlepas dari keadaan lapar dan kenyang.Stresberhubungan dengan external eating, karena stres dapat mengurangi isyarat internal dari rasa lapar dan meningkatkan isyarat dari luar terhadap makanan atau external eating, akibatnya stresmungkin mengakibatkan peningkatan makan pada external eating (Coryell, 2011). Pada remaja awal terjadi peningkatan level stres dan relatif memiliki koping yang rendah, sehingga remaja awal kemungkinan beresiko tinggi terjadinya perilaku makan external eating. Individu dengan perilaku makan external eating kemungkinan mudah untuk memulai makan dan sulit untuk berhenti makan karena
74
tidak menghiraukan rasa lapar dan kenyang. Ini akan menyebabkan kemungkinan asupan makanan yang dibutuhkan akan berlebih dari yang dibutuhkan tubuh, akibatnya berat badan akan mengalami peningkatan. Penyebab tidak adanya
hubungan
kemungkinan karena
rangsangan untuk makan tersebut tidak diikuti dengan ketersediaan makan, bisa jadi makanan yang membuat timbul rangsangan makan tersebut adalah makanan yang harus dibeli sedangkan remaja sendiri memiliki
keterbatasanbiayauntuk
membeli.Kemungkinan
lainnya,
adanya rangsangan untuk makan karena melihat, mencium, atau merasakan makanan, tetapi ada pembatasan untuk makan dari orangtua sehingga rangsangan untuk makan tersebut tidak diikuti asupan makan yang berlebih. Seperti yang dikatakan Patcheep (2011) dalam jurnalnya bahwa faktor yang mempengaruhi perilaku makan dan pemilihan makanan pada remaja diantaranya adalah biaya dan orangtua.Dapat diambil kesimpulan bahwa kemungkinan perilaku makan external eating pada remaja di SMP YMJ Ciputat tidak diikuti banyak makan karena terhambat faktor biaya dan orangtua.
75
C. Keterbatasan Penelitian Peneliti menyadari masih terdapatbanyak keterbatasan pada pelaksanaan penelitian ini. Keterbatasan penelitian tersebut antara laian adalah sebagai berikut: 1.
Waktu pelaksanaan penelitian yang terbatas karena dilaksanakan diakhir proses kegiatan belajar mengajar sehingga siswa dalam mengisi kuesioner tergesa-gesa sehingga mengurangi konsentrasi.
2.
Adanya kemungkinan bias pada hasil penelitian ini bahwa IMT pada remaja bisa jadi bukan hanya dipengaruhi oleh perilaku makan, melainkan bisa juga dipengaruhi pertumbuhan, status menarche, status kesehatan,dll.
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN A.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab-bab sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Remaja kelas VII dan VIII di SMP YMJ Ciputat tahun 2014 yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak, yaitu sebesar 53.7% dan suku mayoritas adalah betawi sebesar 56,1%.
2.
34.1% remaja memiliki perilaku makan emotional eating yang dominan, 32.9% perilaku makan restraint eating yang dominan, dan 32.9% perilaku makan external eating yang dominan. Secara teori ketiga aspek perilaku makan tersebut membuat seseorang makan banyak sehingga terjadi penambahan BB sampai bisa menyebabkan seseorang obesitas
3.
Nilai median IMT remaja di SMP YMJ Ciputat adalah 18.70 kg/m2 . Pada remaja nilai IMT harus disesuaikan dengan umur dan jenis kelamin untuk dikategorikan menjadi kurus, normal, over weight, dan obesitas.
4.
Tidak ada hubungan antara emotional eating terhadap IMT pada remaja di SMP YMJ Ciputat (p value = 0.192). Hal ini dikarenakan remaja kemungkinan memiliki mekanisme koping adaptif, di mana mekanisme 76
77
koping adaptif ketika ada stressor atau emosi negatif yang muncul sangat diperlukan untuk mencegah timbulnya perilaku makan emotional eating yang membuat individu banyak makan sehingga mengalami penambahan berat badan bahkan sampai menyebabkan obesitas. 5.
Ada hubungan restraint eating terhadap IMT remaja di SMP YMJ Ciputat (p value = 0.002; r = 0.334). Koefisien korelasi bernilai positif berarti hubungan antara kedua variabel searah, dimana skor restraint eating tinggi memiliki IMT tinggi. Individu yang sering menahan makan atau sering melewatkan waktu makan untuk tujuan mengurangi berat badan tidak selalu sesuai dengan tujuan, kemungkinan yang terjadi justru individu tersebut akan banyak makan dan mengalami pertambahan berat badan.
6.
Tidak ada hubungan external eating terhadap IMT pada remaja di SMP YMJ Ciputat (p value = 0.263). Hal ini dikarenakan kemungkinan rangsangan untuk makan yang didapat ketika melihat, mencium, atau merasakan makanan yang enak dapat menyebabkan seseorang makan lebih banyak tetapi jika tidak diikuti dengan ketersedian makanan atau keterbatasan untuk membeli makanan tersebut maka dorongan makan tersebut tidak menyebabkan individu makan yang banyak.
78
B. Saran Adapun saran yang dapat diberikan kepada berbagai pihak terkait hasil penelitian mengenai hubungan perilaku makan terhadap IMT pada remaja adalah sebagai berikut: 1. Bagi Remaja a.
Diharapkan remaja dapat menerapkan perilaku makan sehat untuk mencegah terjadinya malnutrisi terutama obesitas.
b.
Diharapkan remaja lebih menyadari pentingnya untuk mengontrol berat badan dan tinggi badan secara teratur sebagai bentuk pencegahan terjadinya malnutrisi terutama obesitas.
2. Bagi sekolah a.
Sekolah perlu mengadakan program penyuluhan yang berkerjasama dengan tenaga kesehatan terkait dengan perilaku makan sehat dan juga penyuluhan terkait dengan pencegahan kejadian malnutrisi terutama obesitas pada remaja.
b.
Sekolah dapat membuat program yang bertujuan untuk mengontrol berat badan dan tinggi badan siswa dengan melibatkan Unit Kesehatan Sekolah (UKS).
3. Bagi Keperawatan Perawat perlu memperluas perannya sebagai tenaga kesehatan dengan ikut terlibat dalam program unit kesehatan sekolah yang bertujuan untuk memberikan penyuluhan terkait perilaku makan sehat pada remaja, melakukan pengkajian aspek psikologis yang berkaitan dengan emotional
79
eating, restraint eating, dan external eating serta melakukan pengkajian fisik yang berkaitan dengan berat badan dan tinggi badan untuk mencegah terjadinya kejadian malnutrisi terutama obesitas pada remaja. 4. Bagi Penelitian Diharapkan adanya penelitian kembali mengenai perilaku makan hubungannya dengan IMT dengan populasi remaja yang lebih luas tidak hanya lingkup sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Aghla, U. (2004). Mengakrabkan Anak pada Ibadah. Jakarta: Almahira. Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi VI. Jakarta: PT Rineka Cipta. Arisman. (2009). Gizi Dalam Daur Kehidupan Buku Ajar Ilmu Gizi, Ed.2. Jakarta: EGC Badan Pusat Statistik. (2010). Kota Tangerang Dalam Angka 2010. Badan Pusat Statistik Kabupaten Tangerang. Badan Pusat Statistik. (2010). Sensus Penduduk 2010. http://www.bps.go.id . diakses tanggal 26 maret 2014. Balitbangkes Depkes. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. Laporan Nasional Departemen Kesehatan. Baharudin, Sitti S. 2013. Emosi dan Perilaku Makan Hubungannya Dengan Kejadian Berat Badan Lebih Pada PNS Di Kota Ternate. Tesis, Universitas Gajah Mada. Benarroch,et al. (2011). Factor Influencing Adolescent Eating Behaviour: Application and Validation of a Diagnostic Instrument. Electronic Journal of Research in Educational Psychology, 9(3), 1219-1244. BKKBN. (2011). Jumlah Penduduk Tahun 2010 http://www.bkkbn.go.id. diakses tanggal 26 maret 2014.
Nasional.
Brown, Judith E. et.al. (2005). Nutrition Through the Life Cycle. Wadsworth: USA. Centers for Disease Control and Prevention, (2011). About BMI for children and teens.http://www.cdc.gov/healthweight/assessing/bmi/children bmi/about childrensbmi.html. Diunduh pada tanggal 13 Maret 2014. Centers for Disease Control and Prevention, (2009). About BMI for Adult. http://www.cdc.gov/healthyweight/assessing/bmi/adult_bmi/index.html Diunduh pada tanggal 10 Maret 2014. Coryell, Virginia. T. (2011). The Role of Psychological Distress, Eating Style, Diatery Intake, and Gender in Cardiometabolic. Theses and Dissertations, University of Miami Scholarly. Dahlan, Sopiyudin. (2008). Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika. Djaali dan Muljono, P. (2007). Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: Grasindo.
Economy, M Alexandra. (2013). Exploring the Association Between Emotions and Eating Beahvior. Capstone Project, Winona State University. Efendi, Ferry & Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Kominitas: Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Emilia, Eis. (2009). Pendidikan Gizi Sebagai Salah Satu Sarana Perubahan Perilaku Gizi Pada Remaja. Jurnal Tabularasa PPS UNIMED, Vol. 6 No.2 Fradjia, Nur P. 2008. Hubungan Antara Citra Raga dengan Perilaku Makan Pada Remaja Putri. Skripsi S1, Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Hidayat, A. Aziz Alimul. (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika. Furman, Ellen Frances. (2012). The Theory of Compromised Eating Behavior. Dissertations and Thesis, University of Massachusetts. Gattario, Holmqvist K. (2013). Body Image in Adolescence: Through the Lenses of Culture, Gender, and Positive Phychology, University of Gothenburg. Gibney, Michael. J. (2009). Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC. Ikatan Dokter Anak Indonesia. (2011). Asuhan Nutrisi Pediatrik (Pediatric Nutrition Care). Ikatan Dokter Anak Indonesia. _______. (2013). Nutrisi Pada Remaja. Ikatan Dokter Anak Indonesia. diakses pada tanggal 27 maret 2014. Indika, Kinanti. 2010. Gambaran Citra Tubuh Pada Remaja Yang Obesitas. Skripsi S1 Fakultas Psikologi, Universitas Sumatera Utara. Jafar, Nurhaedar. (2005). Pertumbuhan Remaja. Skripsi S1 Program Studi Ilmu Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanudin. Kargar, et al. (2012). The Assessment of Eating Behaviors of Obese, Over Weight and Normal Weight Adolescents in Shiraz, Southern Iran. IJCBNM, Vol 1, No. 1. Kuessous, Caron. 2013. Eating Attitudes, Behaviors, and Body Image of Orthodox Jewish Girls in Grades 3-8. Thesis, Yeshiva University New York. Konttinen, Hanna. (2012). Diatery Habits and Obesity: The Role of Emotional and Cognitive Factors. Academic Dissertation, The Faculty og Social Sciences of the University of Helsinki. Levitan, Robert D & Caroline Davis. (2010). Emotions and Eating Behaviours: Implication for the Current Obesity Epidemic. University of Toronto Quarterly, Vol. 79 283-799
Luanaigh, Padraig O & Carison, Cindy. (2005). Ilmu kesehatan Masyarakat Untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta: EGC. Lluch, A et al. (2000). Diatery Intakes, Eating Style and Overweight in The Stanislas Family Study. International Journal of Obesity, 24(11), 14931499. Lofton, Krsti L. (2007). Examining the Relationships Among Food Insecurity, Obesity, Stress And Emotional Eating Among Low Income Women. Dissertation, The University Og Southern Mississippi. Maras, Danijela. (2010). Attachment Style and Obesity: Examination of Eating Behaviours as Mediating Mechanisms in A Community Sample of Antario Youth. Thesis, Carleton University. Maulana, Heri D. J. 2007. Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC. Masdewi, Mazarina, D., & Setiawati, T. (2011). Korelasi Perilaku Makan dan Status Gizi Terhadap Prestasi Belajar Siswa Program Akselerasi di SMP. Teknologi dan Kejuruan, Vol. 34, No. 2. Mclaughlin, A & Media, D. (2014). Short Term Effect of Bad Eating Habits. Diakses pada tanggal 15 maret 2014. Muscari, Mary E. (2005). Panduan Belajar : Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC. Moore, J Barbara. 2009. Assesment of Children How to Use Repeated Measures of Body Mass Index (BMI) To Assess and Prevnt Obesity in Children. Morris, Stevan N. (2012). Eating To Ease: Emotional Eating In A Male College Population. Bachelor of Arts in Psychology, St, Mary’s College of Maryland. Nasution, Indri. K., (2007). Stress Pada Remaja. Skripsi S1 Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatra Utara. National Institutes of Health. 2010. Assessing Your Weight and Health Risk. http://www.nhlbi.nih.gov/health/public/heart/obesity/lose_wt/risk.htm. Diakses tanggal 2 maret 2014. Nugroho & Intan. 2009. Who is God? Mencari Tuhan Lewat Google. Yogyakarta: Pustaka Grhatama Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarata: Salemba Medika. Notoatmodjo, Soekidjo. (2005). Metodologi Penelitian Kesehtan.Jakarta: Rineka Cipta Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku.Jakarta: Rineka Cipta.
Patcheep, Kamonporn. (2011). Factors Influencing Thai Adolescents’ Eating Behaviour. Thesis, School of Nursing Science, Faculty of Medicine and Health Science, University od East Anglia. Popper, R., Kroll, J R. (2003). Perception and Children: Food Tecnology. Vol. 6 (40-47), Chicago: Food Institute of Technologists Queensland Government. 2013. Using Body http://www.health.qld.gov.au/masters/copyright.asp.
Mass
Index.
Rahayu, Santi D & Dieny, Fillah F. (2012). Citra Tubuh, Pendidikan Ibu, Pendapatan Keluarga, Pengetahuan Gizi, Perilaku Maka dan asupan Zat Besi pada Siswa SMA. Media Medika Indonesia, Vol. 46, No.3. Rahmawati, Rr F. (2012). Pengetahuan Gizi, Sikap, Perilaku Makan dan Asupan Kalsium Pada Siswi SMA. Skripsi, Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro. Rahmawati, Aprilia D. (2013). Hubungan Antara Citra Tubuh Dan Kontrol Diri Pada Pola Makan Remaja Putri Di SMK Negeri 2 Godean. Skripsi S1, Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Yogyakarta. Ramsay, Samantha, Branen, Laurel J, & Snook, Miranda L. (2009). JCN, Vol. 27, No. 4. Rathus, Spencer A. (2014). Childhood and Adolescence: Voyages In Development. United state: Wardswarth. Riduwan. (2007). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta. Santana, et al. (2013). Factor Associated With Body Image Dissatisfaction Among Adolescents in Public Schools Students in Salvador, Brazil. Nutricion Hospitalaria, Vol. 28(3), 747-755. Sangperm, Parnnarat. (2006). Predicting Adolescent Healthy Eating Behavior Using Attitude, Subjective Norm, Intention, And Self-Schema.Thesis, Faculty of Graduate Studies Mahidol University. Sarwono, Jonathan. (2010). Pintar Menulis Karangan Ilmiah: Kunci Sukses dalam Menulis Ilmiah. Yogyakarta: ANDI. Silva, Jaime R., Capurro, Gabriela., Saumann, Paz. M., & Slachevvsky, A. (2012). Problematic Eating Behaviors and Nutritional Status in 7 to 12 Year-Old Chilean Children. International Journal of Clinical and Health Psychology, Vol. 13, 32-39. Singh, Shashi. 2013. A Cross-Sectional Paediatric Pilot Study of Migraine, Eating Behaviours and Adiposity. Thesis, Universitas of Liverpool.
Snoek, M Harriette et al. (2007). Emotional, external, restraint eating and overweight in Dutch Adolescents. Scandinavian Journal of Psychology, Vol. 42, 23-32. Sulistiyowati, Ning., & Senewe, Philipus. F. (2010). Pola Pencarian Pengobatan dan Perilaku Beresiko Remaja Di Indonesia (Analisis Lanjut Data Riskesdas 2007). Jurnal Ekologi Kesehatan, Vol. 9, 1347-1356. Sudarma, Momon. (2008). Sosiologi untuk Kesehatan. Jakarta: Selemba Medika. Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta Surya, Hendra. 2010. Jadilah Pribadi yang Unggul Sebuah Solusi Pengembangan Diri dan Keterampilan Menolak (Refusal Skill) Narkoba. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Sunaryo. (2004). Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC. Supartini. (2004). Buku Ajar Konsep dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC. Semiun,Yustinus. (2006). Kesehatan Mental 1 Pandangan Umum Mengenai Penyesuaian Diri dan Kesehatan Mental serta Teori-teori Terkait. Yogyakarta: Kanisius. Soetjaningsih, dkk. (2008). Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Jakarta: Sagung Seto. Streint, Tatjana., Cebolla, A., & Barrada, Juan R. (2013). Internal Structure and Measurement Invariance of The DEBQ. Facultad de Ciencias Sociales y Humans, Universidad de Zaragoza. Streint, Tatjana .V & Bazelier, F. G. (2007). Perceived Parental Control of Food Intake is Related to External, Restrained and Emotional Eating in 7-12 Years Old Boys and Girls. Appetite, Vol. 49, Issue 3, Pages 618-625. Tzafettas, Marilena. (2009). The Relationship Between Friendship Factor, BodyImage Concern and Restraint Eating. A Study on Greek Female Adolescents and Young Adults. Aristotle University Medical Journal, Vol. 36 No. 2. Turker, et al. (2012). Body Mass Index in Turkish Female Adolescents: The Role of Emotional Etaing, Restraint Eating, External Eating and Depression. HealthMed, Vol. 6 p 1367. Umar, Husein. (2002). Metode Riset Bisnis Panduan Mahasiswa untuk Melaksanakan Riset Dilengkapi Contoh Proposal dan Hasil Riset Bidang Manajemen dan Akuntansi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. UNICEF. (2011). The State of The World’s Children 2011: Adolescence An Age of Opportunity. New York: UNICEF. diakses tanggal 24 maret 2014.
Uyun, Qurotul. A. (2007). Hubungan Harga Diri Dengan Perilaku Makan Tidak Sehat Pada Remaja Putri. Skripsi 1, Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya, Universitas Islam Indonesia. Wardle, Jane et al. (2001). Development of the Children’s Eating Behaviour Questionnaire. J.Child Psychlat. Vol. 42, 963-970. Wardle, Jane et al. (1992). Eating Style and Eating Behavior in Adolescents. Appetite, 18(3), 167-183. Wasis. (2008). Pedoman Riset Praktis Untuk Profesi Perawat. Jakarta: EGC World Health Organization (WHO). (2014). Adolescent Development. Diakses dari http://www.who.int/maternal_child_adolescent/topics/adolescence. Wong, D. L., Eaton, M. H., Wilson, D., Winkelstein, M. L., & Schwarts, P. (2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong. Jakarta : EGC. Wough, Esther J et al. (2007). A Prospective Investigaton of the Relation Among Cognitive Diatery Restarint, Subclinical Ovulatory Disturbance, Physical Activity, and Bone Mass in Healthy Young Women. Am J Clin Nutr, Vol. 86:1 Hal. 791-801. Zellner DA, et al. (2006). Food selection changes under stress. Physiol Behav, Vol. 87(4), 789–93. Zofiran, Nur Syuhada et al. (2011). The Relationship Between Eating Behaviours, Body Image, and BMI Status among Adolescence Age 13 to 17Years in Meru, Kalang, Malaysia. Am. J. Food. Nutr, 1(4), 185-192.
Meru, Kalng, Malaysia. Am. J. Food. Nutr, 1(4), 185-192.
LAMPIRAN 2 INFORMED CONSENT
Lembar Persetujuan Menjadi Responden Hubungan Perilaku Makan terhadap Indeks Massa Tubuh Pada Remaja di SMP YMJ Ciputat Saya adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Perilaku Makan terhadap Indeks Massa Tubuh pada Remaja di SMP YMJ Ciputat. Saya mengharapkan partisipasi Anda dalam memberikan jawaban atas segala pertanyaan yang diajukan peneliti, sesuai pendapat Anda tanpa di pengaruhi oleh orang lain. Informasi yang diberikan hanya di pergunakan untuk keperluan penelitian dan pengembangan Ilmu Keperawatan. Partisipasi Anda dalam penelitian ini bersifat sukarela dan bebas menerima menjadi responden penelitian atau menolak tanpa ada sangsi apapun. Jika Anda bersedia menjadi responden penelitian, silahkan menandatangani surat persetujuan ini pada tempat yang telah disediakan di bawah ini. Terima kasih atas partisipasi Anda untuk penelitian ini. Ciputat, Juli 2014
(
)
LAMPIRAN 3 KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN PERILAKU MAKAN TERHADAP INDEKS MASSA TUBUH PADA REMAJA DI SMP YMJ CIPUTAT
A. Identitas Responden
Nama Umur Jenis kelamin
[ Tahun Laki-laki
Bulan Perempuan
Suku
B. Hasil Pengukuran (diisi oleh peneliti) Berat Badan (kg) Tinggi Badan (cm) IMT (kg/m2)
)
C. Kuesioner Perilaku Makan a.
Di bawah ini Kamu akan menemukan 28 pertanyaan tentang perilaku makan.
b.
Bacalah setiap pertanyaan dengan hati-hati. Dan jawablah dengan memberi tanda (X) pada kolam jawaban yang Kamu pilih.
c.
Untuk satu pertanyaan Kamu hanya boleh menjawab satu jawaban, sesuai dengan yang Kamu alami.
PILIHAN JAWABAN NO
PERTANYAAN
1.
Apakah Kamu ingin makan ketika Kamu kesal? Ketika makananannya terasa enak, apakah Kamu akan makan lebih banyak dari biasanya? Ketika berat badan Kamu bertambah, apakah Kamu akan makan lebih sedikit dari biasanya? Apakah Kamu ingin makan ketika Kamu merasa depresi atau sedih? Ketika makanan terasa dan tercium enak, apakah Kamu akan makan lebih banyak dari biasanya? Seberapa sering Kamu menolak makanan atau minuman karena khawatir dengan berat badan Kamu? Apakah Kamu ingin makan ketika merasa kesepian? Ketika Kamu melihat atau mencium sesuatu yang lezat, apakah Kamu ingin memakannya? Apakah Kamu ingin makan ketika seseorang membuat Kamu kecewa?
2.
3
4. 5.
6.
7. 8.
9. 10.
Di waktu makan, apakah Kamu mencoba untuk makan lebih sedikit dari yang sebetulnya Kamu inginkan?
Tidak pernah
Jarang
Kadang -kadang
Sering
Selalu
NO
PERTANYAAN
11.
Jika Kamu punya makanan yang lezat, apakah Kamu akan segera memakannya? Apakah Kamu ingin makan ketika seseorang membuat Kamu marah? Apakah Kamu betul-betul memperhatikan (melihat) apa yang Kamu makan? Ketika Kamu sedang berjalan melewati toko makanan, apakah Kamu merasa ingin membeli sesuatu yang enak? Apakah Kamu dengan sengaja memakan makanan yang dapat menguruskan badan? Ketika melihat orang lain makan, apakah Kamu juga merasa ingin makan? Ketika kamu makan banyak, apakah kamu makan lebih sedikit di hari-hari berikutnya? Apakah Kamu menjadi ingin makan ketika gelisah, khawatir, dan tegang?
12. 13.
14.
15.
16.
17.
18. 19. 20.
21.
22.
23.
Apakah Kamu merasa sulit menolak makanan yang lezat? Apakah Kamu dengan sengaja makan lebih sedikit karena tidak ingin bertambah berat badan? Apakah Kamu merasa ingin makan ketika sesuatu berjalan tidak sesuai dengan keinginan atau berjalan tidak semestinya? Ketika melewati toko atau warung makanan yang menyediakan makanan enak, apakah Kamu ingin membelinya? Apakah Kamu ingin makan ketika sedang emosi?
Tidak pernah
PILIHAN JAWABAN KadangJarang Sering kadang
Selalu
NO
PERTANYAAN
24
Apakah Kamu ingin makan lebih banyak dari biasanya, ketika melihat orang lain makan? Seberapa sering Kamu menghindari makan malam karena Kamu sedang menjaga berat badan? Apakah Kamu merasa ingin makan ketika merasa takut? Apakah Kamu mengkaitkan berat badan Kamu dengan apa yang Kamu makan? Apakah Kamu ingin makan ketika Kamu merasa kecewa?
25.
26. 27.
28.
Tidak pernah
PILIHAN JAWABAN KadangJarang Sering kadang
COBA KAMU PERIKSA KEMBALI UNTUK MEYAKINKAN BAHWA KAMU SUDAH MENJAWAB SEMUA PERTANYAAN
Selalu
LAMPIRAN 4 TABULASI DATA
EMOTIONAL EATING P12
P18
P21
P23
P26
P28
SKOR TOTAL
1
1
1
1
1
1
1
11
1
1
1
1
1
1
1
10
5
2
4
2
1
2
1
1
24
3
2
1
2
3
1
1
1
1
18
1
1
1
1
1
3
3
1
2
3
17
6
1
2
2
2
1
1
1
1
1
1
13
7
1
1
5
1
3
3
2
1
2
1
20
8
3
4
3
4
3
5
4
4
1
1
32
SUBJEK P1
P4
P7
P9
1
1
1
2
2
1
1
1
3
2
4
4
3
5
9
1
1
2
1
1
1
1
1
2
1
12
10
3
3
2
2
1
1
1
2
3
1
19
11
3
2
4
2
2
2
3
2
3
2
25
12
1
1
2
1
1
1
1
1
1
1
11
13
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
10
14
1
2
2
2
1
1
1
1
1
1
13
15
2
1
2
2
2
2
3
2
1
2
19
16
1
1
2
2
1
3
3
1
1
1
16
17
3
3
2
1
2
1
2
2
1
3
20
18
1
1
3
1
1
1
1
1
1
1
12
19
3
3
3
1
3
1
1
1
1
1
18
20
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
11
21
1
2
3
2
1
2
3
3
2
2
21
22
3
3
2
1
2
1
2
2
1
3
20
23
5
5
5
1
1
2
1
1
5
5
31
24
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
10
25
1
1
1
1
1
1
1
1
1
3
12
26
2
2
1
1
2
1
2
1
1
1
14
27
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
11
28
2
2
2
2
2
2
1
1
2
2
18
29
1
1
2
1
1
1
2
1
2
1
13
30
1
1
2
1
1
1
1
1
1
1
11
31
4
3
3
2
2
2
3
2
3
2
26
32
4
2
2
2
1
3
3
3
3
3
26
33
1
1
3
1
1
2
2
3
2
4
20
34
3
2
2
1
3
2
2
2
3
3
23
35
5
5
5
5
1
5
1
1
1
5
34
36
1
1
2
1
1
1
3
1
1
1
13
37
2
1
1
2
2
5
2
4
1
4
24
38
2
2
5
2
2
3
2
1
1
1
21
39
3
3
4
3
4
3
3
3
3
3
32
40
1
1
2
1
1
3
2
4
3
4
22
41
2
2
2
1
1
1
3
1
1
1
15
42
1
3
1
1
1
1
2
1
1
3
15
43
2
1
1
1
1
3
1
1
1
1
13
44
1
1
3
1
1
1
1
1
1
1
12
45
1
1
2
1
1
1
1
1
1
1
11
46
1
1
2
3
2
1
1
1
1
1
14
47
2
3
3
3
3
2
2
2
3
2
25
48
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
11
49
1
1
3
2
1
1
3
1
1
1
15
50
1
2
5
3
2
1
5
1
2
1
23
51
2
2
2
1
1
1
3
2
1
1
16
52
3
2
1
2
3
2
5
2
4
3
27
53
2
1
4
1
1
3
3
1
3
1
20
54
1
1
2
3
2
3
3
1
1
2
19
55
1
1
2
2
1
2
1
1
2
2
15
56
2
1
1
1
2
1
2
2
1
4
17
57
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
11
58
2
1
2
2
3
2
2
2
2
3
21
59
2
1
3
1
1
2
1
1
1
1
14
60
1
2
2
3
1
1
1
2
1
1
15
61
3
4
4
5
2
2
2
2
5
2
31
62
1
1
2
4
2
1
1
1
1
1
15
63
1
1
1
1
1
1
3
1
1
1
12
64
1
1
2
2
2
2
2
1
4
2
19
65
1
4
4
1
1
1
1
1
1
1
16
66
2
1
4
4
4
3
2
1
2
5
28
67
1
1
2
1
1
1
2
1
3
1
14
68
1
2
2
2
1
1
1
1
1
1
13
69
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
11
70
1
1
1
1
1
1
2
2
1
2
13
71
3
2
3
2
2
2
2
2
1
1
20
72
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
10
73
3
1
4
1
3
1
1
1
1
1
17
74
1
1
3
3
4
3
3
3
2
1
24
75
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
10
76
1
1
4
2
1
2
2
1
2
3
19
77
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
10
78
2
2
3
2
3
2
2
2
1
2
21
79
1
2
3
1
1
1
2
2
3
1
17
80
4
1
2
1
1
1
2
2
2
1
17
81
1
1
1
1
2
1
1
1
2
1
12
82
2
2
3
3
1
1
1
3
3
3
22
RESTRAINT EATING SUBJEK
P3
P6
P10
1
5
1
2
3
3
P27
SKOR TOTAL
P13
P15
P17
P20
P25
1
5
1
1
1
1
1
17
1
1
5
1
1
1
5
1
19
2
1
1
5
1
2
2
2
3
19
4
2
1
3
3
1
3
1
2
2
18
5
5
3
2
4
4
4
4
4
1
31
6
3
4
4
4
2
4
1
2
5
29
7
5
3
2
5
3
3
2
3
2
28
8
5
2
2
5
5
3
5
5
3
35
9
5
2
2
2
1
2
3
3
2
22
10
3
4
4
2
2
4
1
2
5
27
11
1
1
4
1
1
2
2
1
2
15
12
2
3
2
5
1
3
1
1
4
22
13
1
1
3
5
1
1
1
1
1
15
14
5
4
4
1
2
2
4
5
5
32
15
2
3
3
2
3
3
2
2
1
21
16
2
2
1
3
1
3
1
1
3
17
17
1
1
1
5
1
2
1
2
1
15
18
1
1
1
5
3
1
1
1
1
15
19
5
1
3
5
1
5
3
3
2
28
20
5
3
1
4
1
5
3
3
1
26
21
2
2
2
2
3
2
3
3
2
21
22
5
5
1
5
5
3
1
2
3
30
23
5
1
1
5
1
1
1
3
1
19
24
2
1
1
4
2
2
1
1
2
16
25
1
1
1
4
1
1
3
2
1
15
26
1
1
2
1
1
2
1
1
1
11
27
5
1
2
5
1
1
2
3
1
21
28
3
3
3
1
3
1
3
2
1
20
29
1
2
2
5
1
1
2
2
1
17
30
5
1
2
5
1
1
1
2
1
19
31
2
2
2
3
1
2
1
1
2
16
32
3
3
2
2
1
2
1
1
2
17
33
1
1
2
3
2
2
3
3
3
20
34
3
3
3
5
1
3
3
2
4
27
35
5
1
1
1
1
5
5
1
1
21
36
1
1
2
3
1
2
1
1
2
14
37
3
1
3
5
1
3
5
4
4
29
38
1
2
2
5
1
2
2
1
2
18
39
4
4
4
2
1
2
4
2
4
27
40
2
5
5
5
3
3
4
2
1
30
41
2
4
4
4
2
2
1
1
2
22
42
2
2
1
1
1
1
1
2
1
12
43
1
1
3
5
1
1
1
2
3
18
44
1
1
4
5
1
2
1
1
1
17
45
4
1
3
4
1
3
1
1
3
21
46
3
3
2
3
1
3
1
3
1
20
47
2
2
1
5
1
1
1
1
3
17
48
1
3
2
4
3
2
3
2
2
22
49
1
2
2
3
2
3
1
2
1
17
50
3
1
1
4
3
2
4
4
1
23
51
3
3
2
2
3
2
3
4
2
24
52
5
1
3
2
2
4
3
2
2
24
53
2
2
3
4
1
3
3
3
2
23
54
5
2
5
4
2
3
3
3
2
29
55
2
2
1
2
2
1
2
1
1
14
56
5
2
2
3
5
3
5
2
5
32
57
1
2
4
4
1
2
1
1
1
17
58
1
1
3
1
1
3
2
5
3
20
59
5
4
3
2
4
3
5
4
2
32
60
3
2
1
3
1
1
1
3
1
16
61
3
2
3
4
5
3
3
3
4
30
62
3
2
3
3
1
3
1
3
1
20
63
2
3
3
4
1
3
3
3
4
26
64
1
1
5
5
1
1
4
1
3
22
65
5
3
2
3
4
5
5
1
3
31
66
3
1
3
5
3
2
3
1
4
25
67
2
3
1
3
1
2
1
5
2
20
68
1
2
1
2
5
2
2
3
2
20
69
5
5
5
5
5
4
5
5
5
44
70
3
2
2
1
2
1
1
2
1
15
71
2
2
1
4
1
1
2
1
1
15
72
4
4
4
4
5
3
5
4
2
35
73
1
1
1
5
1
1
1
1
1
13
74
4
2
3
2
5
3
5
4
1
29
75
3
1
2
5
1
3
1
3
1
20
76
1
1
4
2
5
2
1
2
1
19
77
3
1
2
5
1
3
1
3
1
20
78
4
2
3
4
2
3
2
2
1
23
79
5
2
3
3
3
3
4
3
4
30
80
2
1
2
2
4
3
4
2
3
23
81
1
3
3
3
1
3
1
2
1
18
82
2
1
2
3
1
1
1
2
3
16
EXTERNAL EATING
SUBJEK P2
P5
1
5
5
2
3
2
3
3
4
P8
P24
SKOR TOTAL
P11
P14
P16
P19
P22
5
5
1
5
3
5
3
37
3
4
2
1
3
3
1
22
5
4
3
5
5
4
3
1
33
2
4
3
3
3
3
1
2
1
22
5
2
3
4
4
2
2
2
3
2
24
6
3
3
3
3
3
2
2
2
2
23
7
5
5
5
5
5
3
5
5
5
43
8
4
3
3
5
3
1
2
3
1
25
9
3
3
5
4
2
1
2
3
1
24
10
3
3
5
3
3
2
2
2
3
26
11
2
3
3
5
3
2
2
1
2
23
12
5
2
2
5
3
1
5
3
1
27
13
3
3
3
5
5
3
4
4
1
31
14
3
1
3
3
1
3
2
1
1
18
15
3
3
3
3
2
2
3
2
2
23
16
3
3
2
3
1
3
2
3
1
21
17
4
1
3
2
5
3
3
1
2
24
18
2
5
3
3
3
1
3
5
1
26
19
1
5
5
5
2
1
1
3
3
26
20
2
2
3
2
1
1
3
2
1
17
21
3
3
3
3
2
2
3
3
3
25
22
4
1
3
2
5
3
2
2
2
24
23
2
2
5
5
5
1
5
5
1
31
24
3
3
4
4
4
2
4
4
2
30
25
2
1
3
2
2
2
3
4
1
20
26
1
1
1
1
1
1
2
1
1
10
27
4
4
5
5
2
2
2
1
1
26
28
1
2
2
2
2
1
2
2
2
16
29
2
1
4
4
4
2
5
2
1
25
30
4
3
5
4
2
2
5
2
1
28
31
4
4
4
4
4
3
3
4
3
33
32
4
4
4
4
4
3
3
3
3
32
33
3
5
5
5
1
2
1
4
3
29
34
2
2
3
2
3
1
5
3
1
22
35
3
5
5
5
1
1
5
1
5
31
36
3
5
5
5
3
3
4
3
3
34
37
3
5
3
4
3
3
3
2
3
29
38
5
5
5
5
2
1
5
3
2
33
39
3
4
4
3
4
3
3
3
2
29
40
3
5
4
5
5
3
2
1
4
32
41
3
4
3
3
4
3
3
4
2
29
42
3
3
3
2
5
3
1
3
1
24
43
4
5
3
5
1
3
1
3
2
27
44
3
3
5
5
2
3
1
4
1
27
45
4
5
2
5
4
4
1
4
4
33
46
3
3
3
3
2
2
2
3
1
22
47
4
4
4
5
2
2
5
4
2
32
48
2
2
2
5
2
2
2
2
2
21
49
4
3
3
5
4
4
5
3
2
33
50
4
3
5
3
2
1
3
3
1
25
51
3
3
4
3
5
2
3
2
1
26
52
3
2
3
5
4
5
2
3
3
30
53
3
1
2
3
3
3
5
3
3
26
54
3
2
1
2
3
1
5
3
3
23
55
3
2
3
2
3
3
3
2
3
24
56
4
3
4
5
3
2
1
3
2
27
57
3
5
2
5
1
2
3
1
2
24
58
3
5
5
5
4
2
5
4
1
34
59
5
2
3
2
3
2
4
3
2
26
60
3
5
5
5
3
2
2
3
1
29
61
4
3
5
5
5
2
5
5
2
36
62
3
3
3
3
1
2
2
1
1
19
63
3
1
4
2
1
1
1
2
1
16
64
4
3
5
5
4
5
5
3
3
37
65
1
1
4
4
5
1
4
5
1
26
66
3
3
2
3
3
2
2
3
3
24
67
2
4
5
2
4
1
2
1
1
22
68
1
2
2
5
3
2
2
3
1
21
69
3
2
3
2
2
2
2
1
1
18
70
2
2
1
2
2
1
1
3
1
15
71
3
3
3
3
4
3
3
3
1
26
72
3
2
4
5
1
1
2
2
1
21
73
3
3
4
3
4
3
3
4
1
28
74
4
3
4
4
4
3
4
2
3
31
75
5
4
5
5
3
3
5
5
5
40
76
3
3
3
3
4
2
4
3
1
26
77
5
5
5
5
3
3
5
5
5
41
78
3
3
3
4
2
2
3
1
1
22
79
5
5
5
5
3
2
4
4
4
37
80
3
4
5
5
3
1
2
3
1
27
81
2
2
3
3
3
1
1
2
1
18
82
3
3
2
2
1
3
4
2
1
21
Lampiran 4 (selanjutnya)
SUBYEK
BB
TB
IMT
1
71
168
25,3
2
45
154
18,7
3
46
150
21
4
68
157
27,2
5
46
153
20
6
49
154
20,4
7
34
148
15,4
8
51
153
22,2
9
48
161
18,5
10
43
166
15,9
11
38
155
15,8
12
47
155
19,6
13
36
149
16,4
14
50
158
20
15
36
156
15
16
48
160
18,5
17
36
152
15,6
18
43
154
17,9
19
58
162
22,3
20
60
163
23,1
21
45
154
18,7
22
40
153
17,4
23
45
150
20,4
24
32
140
16
25
45
150
20,4
26
35
154
14,6
27
43
144
20,5
28
68
150
31
29
43
157
17,2
30
36
137
19
31
36
143
18
32
29
142
14,5
33
63
163
24,2
34
44
159
17,6
35
30
140
15
36
44
162
16,9
37
47
156
19,6
38
54
160
20
39
62
150
28,2
40
48
159
19,2
41
39
150
19,5
42
40
145
19
43
38
149
17,3
44
53
159
21,2
45
35
144
16,7
46
34
153
14,8
47
45
157
18
48
56
172
18,6
49
35
153
15,2
50
42
154
17,5
51
35
153
14,6
52
40
151
17,4
53
81
160
31,15
54
48
166
17,8
55
55
163
21,2
56
45
148
20,4
57
48
166
17,8
58
45
151
19,6
59
45
149
19,6
60
35
157
14
61
49
150
21,3
62
48
143
24
63
48.5
149
22
64
30
141
15
65
39
145
18,6
66
39
146
18,6
67
52
149
20,8
68
38
141
19
69
55
157
22
70
35
145
16,7
71
41
153
17,8
72
56
150
23,3
73
38
152
16,5
74
65
161
25
75
44
166
16,3
76
97
166
35
77
55
159
22
78
58
160
22,3
79
44
155
18,3
80
44
145
21
81
36
147
16,4
82
38
152
16,5
LAMPIRAN 5 UJI VALIDITAS
A.
Emotional Eating
Correlations P1
P3
P5
P8
P10
P13
P16
P20
P23
P25
P28
P30
P32
skortot al
Pears on Correl
1
- ,848
*
*
,041
*
,261
,830
,000
30
30
,524
*
,649
*
*
*
,170
,313
,309
,163
,003
,000
,369
,092
30
30
30
30
-
-
-
,596
*
*
,136
,097
,001
30
30
30
-
-
,526
,471
**
*
,051
,474
,003
,788
,009
30
30
30
30
-
-
,029
,183
,142
,119
ation P1
Sig. (2tailed) N
30
Pears on Correl
,041
1
,002
,229
,086
,302
,039
,104 ,384
*
,176
ation P3
Sig. (2-
,830
,992
,224
,650
,105
,838
,584
,036
,351
,880
,334
,453
,532
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
,256 ,400
*
,032
tailed) N
30
30
*
-
Pears on Correl
,848
*
,002
,000
,992
30
30
*
1 ,393
*
,551
*
,576
*
,338 ,364
*
,467
*
,032
,002
,001
,081
,068
,048
,009
,171
,028
,866
,006
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
*
,279
,201
,344
,299
,359
,031
,302
,083
*
,492
**
*
,324
ation P5
Sig. (2tailed) N
30
Pears P8
on Correl ation
,261
,229 ,393
*
1 ,437
,649
**
Sig. (2-
,163
,224
,032
30
30
30
,016
,135
,288
,063
,108
,051
,872
,105
,663
,000
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
*
1
tailed) N Pears on Correl P1
ation
0
Sig. (2-
,524
*
- ,551
*
*
,437
*
,086
*
,003
,650
,002
,016
30
30
30
30
,594
*
*
,070
,001
30
,632
,785
*
*
,587
*
- ,515
,791
**
*
*
*
,313
*
,316
,712
,000
,000
,001
,092
,004
,089
,000
30
30
30
30
30
30
30
30
tailed) N
30
Pears on Correl
,649
*
- ,576
*
*
,594
*
*
,302
*
,000
,105
,001
,135
,001
30
30
30
30
30
30
30
,324
,201
,070
,306
1
*
1
*
,279
,306 ,395
,399
,099
,031
30
*
,562
*
- ,705
,613
**
*
,072
*
,148
,029
,001
,704
,000
,437
,000
30
30
30
30
30
30
,131
,023
,006
-,323
,040
,554
,489
,904
,975
,808
,082
,835
30
30
30
30
30
30
30
ation P1 3
Sig. (2tailed) N
Pears on Correl P1
ation
6
Sig. (2-
,170
,039
,369
,838
,081
,288
,712
,099
30
30
30
30
30
30
30
,338
,344
*
-
,112
,046
tailed) N Pears on Correl P2
ation
0
Sig. (2-
,313
,104
*
,632
*
,395
,112
,092
,584
,068
,063
,000
,031
,554
30
30
30
30
30
30
30
1
,533
*
*
,475
*
- ,493
,668
**
*
*
,122
*
,182
,002
,008
,520
,006
,337
,000
30
30
30
30
30
30
tailed) N
30
Pears on Correl P2
ation
3
Sig. (2-
,309
*
,384
*
,364
*
,299
,785
*
*
*
,399
,131
,533
*
,097
,036
,048
,108
,000
,029
,489
,002
30
30
30
30
30
30
30
30
*
1 ,440
,321
,277
,262
,592
**
,015
,083
,139
,162
,001
30
30
30
30
30
tailed) N
30
Pears on Correl P2
ation
5
Sig. (2-
,596
*
*
,176
,001
30
,467
*
*
*
,359
,351
,009
30
,587
*
,562
*
,475
*
*
*
,023
,051
,001
,001
,904
,008
,015
30
30
30
30
30
30
30
30
,256
,031
-
-
-
-
-
,313
,072
,122
,321
,210
*
,440
*
1
- ,630
,759
**
,210
*
,173
,264
,000
,361
,000
30
30
30
30
-,044
-,159
,958
,815
,401
30
30
30
1
,209
tailed) N Pears on Correl P2
ation
8
Sig. (2-
,136
,029
,006
1
,474
,880
,171
,872
,092
,704
,975
,520
,083
,264
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
*
-
*
*
,302
-
*
,010
,010
tailed) N Pears P3 0
on Correl
,526
*
,400
*
,183
,003
,334
,028
30
30
,051
,788
,515
*
,705
*
- ,493
,630
,046
*
,277
,000
,808
,006
,139
,000
,958
30
30
30
30
30
30
30
,083
,316
,148
,182
,262
,173
,663
,089
,437
,337
,162
,361
*
*
,105
,004
30
30
,142
,032
,453
,866
,607
**
ation Sig. (2-
,268
,000
30
30
30
,209
1
tailed) N Pears on Correl P3
,323
,044
,493
**
ation
2 Sig. (2tailed)
,082
,815
,268
,006
N
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
**
1
Pears on sk
Correl
ort
ation
,471
*
*
,119
,009
30
,492
*
,649
*
*
*
,791
,613
*
*
*
*
*
,040
,532
,006
,000
,000
,000
30
30
30
30
30
,668
,592
*
*
*
,759
- ,607
,493
*
*
*
,159
*
,835
,000
,001
,000
,401
,000
,006
30
30
30
30
30
30
30
ota Sig. l
(2tailed) N
30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
B. Restraint Eating
Correlations P4
P7
P11
P14
P17
,247
P19
,373
*
-,275
,417
,189
,042
,141
30
30
30
30
,247
1
,291
,394
,119
P22
P26
P29
P31
skortotal
Pearson Correlati
1
*
**
,327
**
,254
,020
,022
,007
,078
,005
,176
,917
,006
30
30
30
30
30
30
30
**
,140
,339
,263
,302
,003
,031
,003
,462
,067
,161
,105
,986
,000
30
30
30
30
30
30
30
**
,226
-,209
,481
-,496
,493
**
on P4
Sig. (2tailed) N Pearson Correlati
P7
*
,524
,619
**
on Sig. (2tailed) N
,189 30
30
30
30
,373
*
,291
1
,160
,042
,119
30
30
Pearson Correlati P11
**
,580
,467
,506
**
,386
*
,712
**
on Sig. (2tailed) N
30
,398
,001
,009
,231
,267
,004
,035
,000
30
30
30
30
30
30
30
30
Pearson Correlati P14
-,275
,394
*
,160
,141
,031
,398
30
30
30
1
*
,146
,098
,192
,328
,139
,257
,373
,441
,606
,309
,077
,462
,170
,042
30
30
30
30
30
30
30
30
**
,146
1
,394
**
-,036
**
,204
,031
,000
,851
,003
,280
,000 30
on Sig. (2tailed) N Pearson Correlati
P17
*
,417
**
,524
,580
*
,753
,529
,804
**
on Sig. (2tailed) N
,022
,003
,001
,441
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
**
,140
**
,098
,394
*
1
,268
-,059
,349
,406
,007
,462
,009
,606
,031
,152
,755
,059
,026
,001
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
,327
,339
,226
,192
**
,268
1
-,116
,315
,161
,078
,067
,231
,309
,000
,152
,540
,090
,395
,000
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
**
,263
-,209
,328
-,036
-,059
-,116
1
,116
,188
,017
,005
,161
,267
,077
,851
,755
,540
,543
,321
,928
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
,254
,302
**
,139
**
,349
,315
,116
1
,176
,105
,004
,462
,003
,059
,090
,543
30
30
30
30
30
30
30
30
,020
,003
,386
*
,257
,204
,406
*
,161
,188
Pearson Correlati P19
,481
,467
*
,587
**
on Sig. (2tailed) N Pearson Correlati
,753
,634
**
on P22
Sig. (2tailed) N Pearson Correlati
P26
-,496
on Sig. (2tailed) N Pearson Correlati
P29
,506
,529
**
,621
,740
**
on Sig. (2tailed) N
,000
,000
30
30
30
**
1
Pearson P31
Correlati on
,621
,506
**
Sig. (2tailed) N
,917
,986
,035
,170
,280
,026
,395
,321
,000
30
30
30
30
30
30
30
30
30
**
,017
,004 30
30
**
1
Pearson Correlati
**
,493
**
,619
**
,712
*
,373
**
,804
**
,587
,634
,740
**
,506
skort on otal
Sig. (2tailed) N
,006
,000
,000
,042
,000
,001
,000
,928
,000
,004
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
C. External Eating
Correlations P2
P6
P9
P12
P15
P18
P21
P24
P27
P33
Skortot
Pearson Correlati
,450
*
,153
,081
,149
,404
*
,054
,353
-,124
,008
,013
,420
,669
,432
,027
,778
,056
,514
,003
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
**
1
**
,326
,311
,267
,281
,387
**
-,190
,007
,079
,094
,154
,133
,035
,000
,315
,000
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
**
1
**
,354
,256
,288
,250
-,116
,010
,009
,055
,172
,123
,183
,542
,000
30
30
30
30
30
30
30
30
30
**
1
,067
,364
*
-,076
,371
*
,267
-,188
1
**
,478
,528
**
on P2
Sig. (2tailed) N Pearson Correlati
P6
,478
,483
*
,704
,784
**
on Sig. (2tailed) N
,008 30
Pearson Correlati P9
*
,450
,483
**
,464
,467
,690
**
on Sig. (2tailed) N
,013
,007
30
30
,153
,326
Pearson P12
Correlati on
,464
,498
**
Sig. (2tailed) N
,420
,079
,010
,725
,048
,688
,044
,153
,321
,005
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
,081
,311
**
,067
1
,290
,080
**
,266
,223
,669
,094
,009
,725
,119
,676
,002
,155
,236
,002
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
,149
,267
,354
,364
*
,290
1
,158
*
-,280
,432
,154
,055
,048
,119
30
30
30
30
30
,404
*
,281
,256
-,076
,027
,133
,172
30
30
,054
,387
Pearson Correlati P15
,467
,536
,552
**
on Sig. (2tailed) N Pearson Correlati
P18
**
,585
,378
,648
**
on Sig. (2tailed) N
,404
,001
,040
,134
,000
30
30
30
30
30
30
,080
,158
1
,023
,233
-,285
,400
,688
,676
,404
,902
,214
,127
,029
30
30
30
30
30
30
30
30
30
*
,288
,371
**
,023
1
,255
-,198
,778
,035
,123
,044
,002
,001
,902
,174
,294
,001
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
**
,250
,267
,266
,378
*
,233
,255
1
-,277
,056
,000
,183
,153
,155
,040
,214
,174
30
30
30
30
30
30
30
30
-,124
-,190
-,116
-,188
,223
-,280
-,285
,514
,315
,542
,321
,236
,134
30
30
30
30
30
30
Pearson Correlati P21
*
on Sig. (2tailed) N Pearson Correlati
P24
*
**
,536
,585
,578
**
on Sig. (2tailed) N Pearson Correlati
P27
,353
,704
,714
**
on Sig. (2tailed) N
,139
,000
30
30
30
-,198
-,277
1
-,248
,127
,294
,139
30
30
30
Pearson Correlati P33
on Sig. (2tailed) N
,186 30
30
Pearson Correlati
**
,528
**
,784
**
,690
**
,498
**
,552
**
,648
,400
*
**
,578
,714
**
-,248
1
Total on skor
Sig. (2tailed) N
,003
,000
,000
,005
,002
,000
,029
,001
,000
,186
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
30
LAMPIRAN 6 UJI RELIABILITAS
A. Emotional Eating Case Processing Summary N Valid Cases
Excluded
% 30
100,0
0
,0
30
100,0
a
Total
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's
N of Items
Alpha ,784
13
B. Restraint Eating Case Processing Summary N Valid Cases
a
Excluded Total
% 30
100,0
0
,0
30
100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's
N of Items
Alpha ,728
10
C. External Eating
Case Processing Summary N Valid Cases
Excluded
a
Total
% 30
100,0
0
,0
30
100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's
N of Items
Alpha ,712
10
LAMPIRAN 7 UJI NORMALITAS DATA
Tests of Normality Kolmogorov-Smirnov Statistic JenisKelamin
a
df
Shapiro-Wilk
Sig.
,359
82
Statistic
,000
df
,634
Sig. 82
,000
a. Lilliefors Significance Correction
Tests of Normality Kolmogorov-Smirnov Statistic Suku
df
,294
a
Shapiro-Wilk
Sig. 82
Statistic
,000
df
,796
Sig. 82
,000
a. Lilliefors Significance Correction
Tests of Normality Kolmogorov-Smirnov Statistic IMT
,352
df
a
Shapiro-Wilk
Sig. 82
Statistic
,000
,743
df
Sig. 82
,000
a. Lilliefors Significance Correction
Tests of Normality Kolmogorov-Smirnov Statistic skortotalemotional
df
,122
a
Shapiro-Wilk
Sig. 82
,004
Statistic
df
,921
Sig. 82
,000
a. Lilliefors Significance Correction
Tests of Normality Kolmogorov-Smirnov Statistic skortotalrestraint
,129
a. Lilliefors Significance Correction
df
a
Shapiro-Wilk
Sig. 82
,002
Statistic ,943
df
Sig. 82
,001
Tests of Normality Kolmogorov-Smirnov Statistic skortotalexternal
,102
a. Lilliefors Significance Correction
df
a
Shapiro-Wilk
Sig. 82
,036
Statistic ,986
df
Sig. 82
,532
LAMPIRAN 8 ANALISA UNIVARIAT
A. Jenis Kelamin
Statistics JenisKelamin Valid
82
N Missing
0
JenisKelamin Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid
laki-laki
38
46,3
46,3
46,3
perempuan
44
53,7
53,7
100,0
Total
82
100,0
100,0
B. Suku
Statistics Suku Valid
82
N Missing
0
Suku Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid
jawa
24
29,3
29,3
29,3
betawi
46
56,1
56,1
85,4
sunda
9
11,0
11,0
96,3
lain-lain
3
3,7
3,7
100,0
82
100,0
100,0
Total
C. IMT
Statistics IMT1 Valid
82
N Missing
0
Median
18,7000
Std. Deviation
3,90385
Minimum
14,00
Maximum
35,00
IMT1 Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid
14,00
1
1,2
1,2
1,2
14,50
1
1,2
1,2
2,4
14,60
2
2,4
2,4
4,9
14,80
1
1,2
1,2
6,1
15,00
3
3,7
3,7
9,8
15,20
1
1,2
1,2
11,0
15,40
1
1,2
1,2
12,2
15,60
1
1,2
1,2
13,4
15,80
1
1,2
1,2
14,6
15,90
1
1,2
1,2
15,9
16,00
1
1,2
1,2
17,1
16,30
1
1,2
1,2
18,3
16,40
2
2,4
2,4
20,7
16,50
2
2,4
2,4
23,2
16,70
2
2,4
2,4
25,6
16,90
1
1,2
1,2
26,8
17,20
1
1,2
1,2
28,0
17,30
1
1,2
1,2
29,3
17,40
2
2,4
2,4
31,7
17,50
1
1,2
1,2
32,9
17,60
1
1,2
1,2
34,1
17,80
3
3,7
3,7
37,8
17,90
1
1,2
1,2
39,0
18,00
2
2,4
2,4
41,5
18,30
1
1,2
1,2
42,7
18,50
2
2,4
2,4
45,1
18,60
3
3,7
3,7
48,8
18,70
2
2,4
2,4
51,2
19,00
3
3,7
3,7
54,9
19,20
1
1,2
1,2
56,1
19,50
1
1,2
1,2
57,3
19,60
4
4,9
4,9
62,2
20,00
3
3,7
3,7
65,9
20,40
4
4,9
4,9
70,7
20,50
1
1,2
1,2
72,0
20,80
1
1,2
1,2
73,2
21,00
2
2,4
2,4
75,6
21,20
2
2,4
2,4
78,0
21,30
1
1,2
1,2
79,3
22,00
3
3,7
3,7
82,9
22,20
1
1,2
1,2
84,1
22,30
2
2,4
2,4
86,6
23,10
1
1,2
1,2
87,8
23,30
1
1,2
1,2
89,0
24,00
1
1,2
1,2
90,2
24,20
1
1,2
1,2
91,5
25,00
1
1,2
1,2
92,7
25,30
1
1,2
1,2
93,9
27,20
1
1,2
1,2
95,1
28,20
1
1,2
1,2
96,3
31,00
1
1,2
1,2
97,6
31,15
1
1,2
1,2
98,8
35,00
1
1,2
1,2
100,0
Total
82
100,0
100,0
D. Perilaku Makan
Statistics perlak Valid
82
N Missing
0
Mean
1,99
Median
2,00
Std. Deviation
,824
Minimum
1
Maximum
3
perlak Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
emotional eating
28
34,1
34,1
34,1
restraint eating
27
32,9
32,9
67,1
external eating
27
32,9
32,9
100,0
Total
82
100,0
100,0
Valid
LAMPIRAN 6 UJI NORMALITAS DATA
Tests of Normality Kolmogorov-Smirnov Statistic JenisKelamin
a
df
Shapiro-Wilk
Sig.
,359
82
Statistic
,000
df
,634
Sig. 82
,000
a. Lilliefors Significance Correction
Tests of Normality Kolmogorov-Smirnov Statistic Suku
df
,294
a
Shapiro-Wilk
Sig. 82
Statistic
,000
df
,796
Sig. 82
,000
a. Lilliefors Significance Correction
Tests of Normality Kolmogorov-Smirnov Statistic IMT
,352
df
a
Shapiro-Wilk
Sig. 82
Statistic
,000
,743
df
Sig. 82
,000
a. Lilliefors Significance Correction
Tests of Normality Kolmogorov-Smirnov Statistic skortotalemotional
df
,122
a
Shapiro-Wilk
Sig. 82
,004
Statistic
df
,921
Sig. 82
,000
a. Lilliefors Significance Correction
Tests of Normality Kolmogorov-Smirnov Statistic skortotalrestraint
,129
a. Lilliefors Significance Correction
df
a
Shapiro-Wilk
Sig. 82
,002
Statistic ,943
df
Sig. 82
,001
Tests of Normality Kolmogorov-Smirnov Statistic skortotalexternal
,102
a. Lilliefors Significance Correction
df
a
Shapiro-Wilk
Sig. 82
,036
Statistic ,986
df
Sig. 82
,532
LAMPIRAN 9 HASIL ANALISA BIVARIAT
A. Hubungan Emotional eating terhadap IMT dengan Menggunakan Uji Spearman
Correlations skortotalemotio
IMT1
nal Correlation Coefficient skortotalemotional
1,000
-,006
.
,958
82
82
-,006
1,000
,958
.
82
82
Sig. (2-tailed) N
Spearman's rho Correlation Coefficient IMT1
Sig. (2-tailed) N
B. Hubungan Restraint eating terhadap IMT dengan Menggunakan Uji Spearman
Correlations skortotalrestrain
IMT1
t Correlation Coefficient skortotalrestraint
1,000
Sig. (2-tailed) N
.
,002
82
82
**
1,000
,002
.
82
82
Spearman's rho Correlation Coefficient IMT1
Sig. (2-tailed) N
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
**
,334
,334
C. Hubungan External eating terhadap IMT dengan Menggunakan Uji Spearman
Correlations skortotalexterna
IMT1
l Correlation Coefficient skortotalexternal
Sig. (2-tailed) N
1,000
-,125
.
,263
82
82
-,125
1,000
,263
.
82
82
Spearman's rho Correlation Coefficient IMT1
Sig. (2-tailed) N