HUBUNGAN STATUS GIZI BERDASARKAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI STIKes MITRA HUSADA KARANGANYAR N. Kadek Sri Eka Putri1 Luluk Nur Fakhidah2 1 Dosen Prodi D3 Kebidanan STIKes Mitra Husada Karanganyar Email:
[email protected] 2 Dosen Prodi D3 Kebidanan STIKes Mitra Husada Karanganyar Email:
[email protected]
ABSTRACT Adolescence has particular nutrition need because there is a rapid growth at that period and physiology maturity change relating to the emerge of puberty. The change in adolescence will influence needs, absorption, and the way of nutrient usage. The rapid growth and puberty period in adolescence depend on the weight and the body composition of individuals. Anemia in female adolescence is usually caused by inappropriate eating behaviour like delimitation of food intake and menstruation (Aryani, 2010). This research is aimed at knowing the relationship between nutrition based on Body Mass Index and anemia occurrence toward female adolescence in STIKes Mitra Husada Karanganyar.The method used in this research was observational analytic through retrospective approach. This research was conducted in STIKes Mitra Husada Karanganyar started in January up to February 2016. The population was the whole first semester students of D3 Midwifery of STIKes Mitra Husada Karanganyar which was 58 respondents. The technique of collecting the sample was non probability sampling, namely accidental sampling. The research instrument dealing with nutrition based on Body Mass Index used Stature Meter and scale that had been calibrated and that of Anemia occurrence used Hb digital gauge of Easy Touch 0175/25 pcs.The result of the research by using chi square shows that the result of computation χ2 observation is 3.882 is lower than 5.591 and the probability value is 0.144 which is higher than 0.05 so that H0 is accepted meaning there is no relationship between nutrition status based on Body Mass Index and the anemia occurrence toward female adolescence.It can be drawn a conclusion that there is no significant relationship between nutrition status based on Body Mass Index and anemia occurrence toward female adolescence in STIKes Mitra Husada Karanganyar. Key Words: Body Mass Index, Anemia Occurrence ABSTRAK Remaja mempunyai kebutuhan nutrisi yang spesial, karena pada saat tersebut terjadi pertumbuhan yang pesat dan terjadi perubahan kematangan fisiologis sehubungan dengan timbulnya pubertas. Perubahan pada masa remaja akan mempengaruhi kebutuhan, absorpsi, serta cara penggunaan zat gizi. Pertumbuhan yang pesat dan masa pubertas pada remaja tergantung pada berat dan komposisi tubuh seseorang. Penyebab anemia pada remaja putri biasanya disebabkan karena perilaku makan yang tidak tepat seperti pembatasan asupan makanan dan menstruasi (Aryani, 2010). Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui
Hubungan Status Gizi berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Kejadian Anemia pada Remaja Putri di STIKes Mitra Husada Karanganyar. Metode penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan pendekatan retrospektif. Penelitian ini dilaksanakan di STIKes Mitra Husada Karanganyar yang dilaksanakan bulan Januari - Februari 2016. Populasi pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah semua mahasiswi semester I Prodi D3 Kebidanan STIKes Mitra Husada Karanganyar sejumlah 58 responden, dengan teknik pengambilan sampel adalah non-probability sampling jenis sampel accidental sampling. Instrumen penelitian untuk status Gizi Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan menggunakan alat pengukur tinggi badan dan berat badan yang sudah dikalibrasi dan kejadian Anemia menggunakan alat Pengukur Hb digital Easy Touch 0175/25 pcs. Hasil penelitian dengan menggunakan analisis chi kuadrat yang menunjukkan bahwa hasil perhitungan χ2hitung adalah 3,882 < 5,591 dan nilai probabilitas adalah 0,144 > 0,05 sehingga H0 diterima sehingga tidak ada hubungan antara status gizi berdasarkan Indeks masa Tubuh (IMT) dengan kejadian anemia pada remaja putri. Simpulan yang diperoleh yaitu tidak ada hubungan yang signifikan antara status gizi berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan kejadian anemia pada remaja putri di STIKes Mitra Husada Karanganyar. Kata kunci: Indeks Masa Tubuh (IMT), Kejadian Anemia
PENDAHULUAN
menjadi 21% dari total jumlah populasi
Dalam siklus kehidupan, masa remaja merupakan masa keemasan. Remaja adalah harapan bangsa, sehingga tidak berlebihan jika dikatakan bahwa masa depan bangsa yang akan datang ditentukan pada keadaan remaja saat ini. Pada masa remaja terjadi banyak perubahan, yang jika tidak cepat ditangani akan menjadi masalah yang berkepanjangan dan berdampak serius. Salah satu masalah remaja yang memerlukan perhatian adalah masalah kesehatan, dimana kesehatan merupakan elemen penting manusia untuk dapat hidup produktif. Remaja yang sehat adalah remaja yang produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Aryani, 2010).
penduduk Indonesia (Kusmiran, 2011).
Sekitar 1 miliar manusia atau setiap 1 di antara 6 penduduk dunia adalah remaja. Sebanyak 85% diantaranya hidup di Negara berkembang. Di Indonesia, jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Antara tahun 1970 dan 2000, kelompok umur 15-24 jumlahnya meningkat dari 21 juta menjadi 43 juta atau dari 18%
Remaja mempunyai kebutuhan nutrisi yang spesial, karena pada saat tersebut terjadi pertumbuhan yang pesat dan terjadi perubahan kematangan fisiologis sehubungan dengan timbulnya pubertas. Perubahan pada masa remaja akan mempengaruhi kebutuhan, absorpsi, serta cara penggunaan zat gizi. Pertumbuhan yang pesat dan masa pubertas pada remaja tergantung pada berat dan komposisi tubuh seseorang (Aryani, 2010). Kelompok rawan gizi merupakan kelompok yang rentan terhadap masalah gizi kurang. Kelompok rawan gizi tersebut meliputi: ibu hamil, ibu menyusui, balita, dan Wanita Usia Subur (WUS). Oleh karena itu, kelompok rawan gizi ini harus menjadi perhatian utama agar terhindar dari permasalahan gizi. Remaja putri termasuk ke dalam kelompok rawan gizi kategori WUS, karena pada fase remaja terjadi berbagai macam perubahan-perubahan fisik dan kematangan seksual yang jika
tidak diperhatikan kebutuhan gizinya akan berdampak pada arah gizi salah yang satu diantaranya adalah anemia, sehingga akan mempengaruhi tumbuh kembang pada remaja putri dan selanjutnya pada saat ia hamil kelak (Roberts & Worthington, 2000). Faktor utama penyebab anemia adalah asupan zat besi yang kurang. Sekitar dua per tiga zat besi dalam tubuh terdapat dalam sel darah merah hemoglobin. Faktor lain yang berpengaruh terhadap kejadian anemia antara lain gaya hidup seperti merokok, minum minuman keras, kebiasaan sarapan pagi, sosial ekonomi dan demografi, pendidikan, jenis kelamin, umur dan wilayah. Penyebab anemia pada remaja putri biasanya disebabkan karena perilaku makan yang tidak tepat seperti pembatasan asupan makanan dan menstruasi (Chapman & Hall. 1995; ILSI Europe. 2000; Aryani, 2010). Pengkajian status gizi selama masa remaja perlu dilakukan. Salah satu cara sederhana yang dapat digunakan untuk menentukan status gizi pada remaja adalah dengan mengukur Indeks Massa Tubuh (IMT). Status gizi yang baik akan memberikan banyak keuntungan seperti penampilan yang baik, lincah dan rendahnya resiko untuk terkena penyakit (Aryani, 2010). Hasil observasi yang dilakukan terhadap remaja putri semester I Prodi D3 kebidanan STIKes Mitra Husada Karanganyar didapatkan beberapa remaja mempunyai berat badan yang kurang proporsional dengan tinggi badannya, selain itu juga hasil wawancara terhadap beberapa dosen menyatakan bahwa beberapa mahasiswi kurang aktif saat mengikuti perkuliahan bahkan terlihat lesu dan mengantuk meskipun perkuliahan dilaksanakan pada pagi hari. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian di daerah tersebut.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui Hubungan Status Gizi berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Kejadian Anemia pada Remaja Putri di STIKes Mitra Husada Karanganyar. BAHAN DAN METODE Metode penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan pendekatan retrospektif. Penelitian ini dilaksanakan di STIKes Mitra Husada Karanganyar yang dilaksanakan bulan Januari - Februari 2016. Populasi pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah semua mahasiswi semester I Prodi D3 Kebidanan STIKes Mitra Husada Karanganyar sejumlah 58 responden, dengan teknik pengambilan sampel adalah non-probability sampling jenis sampel accidental sampling. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Status Gizi Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT). Pengumpulan data primer yaitu dengan mengukur tinggi badan dan berat badan responden dengan menggunakan alat pengukur tinggi badan dan berat badan yang sudah dikalibrasi. Penilaian IMT terbagi dalam tiga kategori yaitu kurus, normal, obesitas (Waryana, 2010). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Kejadian Anemia. Pengumpulan data primer yaitu dengan mengukur kadar haemoglobin menggunakan alat Pengukur Hb digital Easy Touch 0175/25 pcs. Penilaian kategori anemia dibagi dalam 2 kategori yaitu dikatakan anemia bila kadar haemoglobin (Hb) <12 gr/dl, dikatakan tidak anemia bila kadar Hb ≥ 12 gr/dl (Syafiq dkk, 2010). Untuk menganalisa data dengan skala ordinal dan nominal peneliti menggunakan chi kuadrat (X2) dimana merupakan teknik statistik yang digunakan untuk menguji
hipotesis bila dalam populasi terdiri dari dua data atau lebih kelas. Data berbentuk normal dan sampelnya besar (Arikunto, 2006). k 2 X = ∑ (fo - fh)2 i = 1 fh Keterangan: X2 : Chi Kuadrat fo : Frekuensi yang diobservasi fh : Frekuensi yang diharapkan Untuk mengetahui keeratan hubungan antara 2 variabel maka dilakukan uji koefisien kontingensi. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang dilakukan di STIKes Mitra Husada Karanganyar menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai Indeks Masa Tubuh (IMT) dengan kategori kurus tidak mengalami anemia sejumlah 18 responden (31.1%). Antropometri merupakan cara penentuan status gizi yang paling mudah dan murah. Parameter antropometri antara lain umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas (LLA), lingkar kepala, lingkar dada, jaringan lunak. Salah satu indeks antropometri yaitu Indeks Massa Tubuh (IMT). Indeks Massa Tubuh merupakan petunjuk untuk menentukan status gizi berdasarkan Indeks Qualetet berat badan kilogram dibagi dengan kuadrat tinggi badan dalam meter. IMT digunakan untuk mengukur status gizi karena dapat memperkirakan umuran lemak tubuh yang sekalipun hanya estimasi tetapi lebih akurat daripada berat badan saja. IMT direkomendasikan sebagai indikator yang baik untuk menentukan status gizi pada remaja (Supariasa, 2002; Arisman, 2007; Sjarif, 2002, Hartono, 2006; Waryana, 2010). Analisis chi kuadrat yang menunjukkan bahwa hasil perhitungan c2hitung adalah 3,882
< 5,591 dan nilai probabilitas adalah 0,144 > 0,05 sehingga H0 diterima sehingga tidak ada hubungan antara status gizi berdasarkan Indeks masa Tubuh (IMT) dengan kejadian anemia pada remaja putri. Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan pendapat Thompson (2007), dalam Arumsari (2008) status gizi mempunyai korelasi positif dengan konsentrasi Hemoglobin, artinya semakin buruk status gizi seseorang maka semakin rendah kadar Hbnya. Hal tersebut sejalan dengan penelitian Permaesih (2005), ditemukan hubungan yang bermakna antara IMT dengan anemia, yang mana remaja putri dengan IMT tergolong kurus memiliki resiko 1,4 kali menderita 747 anemia dibandingkan 48 remaja putri dengan IMT normal. Pada hakekatnya gizi merupakan salah satu faktor penentu kualitas sumberdaya manusia. Kecukupan zat gizi sangat diperlukan oleh setiap individu sejak dalam kandungan, bayi, anak-anak, masa remaja, hingga usia lanjut. Kecukupan gizi dapat dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, aktifitas, berat badan dan tinggi badan. Keadaan gizi seseorang merupakan gambaran apa yang dikonsumsinya dalam jangka waktu yang cukup lama dan tercermin dari nilai status gizinya (Hapzah & Yulita, 2012). Asupan energi pada remaja sangat mempengaruhi pertumbuhan tubuh, jika asupan tidak kuat dapat menyebabkan seluruh fungsional remaja ikut menderita. Antara lain, derajat metabolisme yang buruk, tingkat efektifitas, tampilan fisik, dan kematangan seksual. Usia remaja merupakan usia dimana terdapat perubahan-perubahan hormonal dimana perubahan struktur fisik dan psikologis mengalami perubahan drastis. Masalah gizi yang utama yang dialami oleh para remaja diantaranya yaitu anemia defisiensi zat besi, kelebihan berat badan/ obesitas dan kekurangan zat gizi. Hal ini
berkaitan dengan meningkatnya konsumsi makanan olahan yang nilai gizinya kurang, namun memiliki banyak kalori sebagai faktor pemicu obesitas pada usia remaja. Konsumsi jenis-jenis junk food merupakan penyebab para remaja rentan sekali kekurangan zat gizi (Istiany & Rusilanti, 2013). Gizi yang tidak adekuat akan menimbulkan masalah kesehatan yang akan mengikuti sepanjang kehidupan. Kekurangan gizi selama remaja dapat disebabkan oleh bermacam-macam faktor termasuk emosi yang tidak stabil, keinginan untuk menjadi kurus yang tidak tepat, dan ketidakstabilan dalam gaya hidup dan lingkungan sosial secara umum. Masalah-masalah gizi yang biasa dialami pada fase remaja adalah obesitas dan anemia (Aryani, 2010). Penyebab anemia gizi besi adalah kurangnya asupan zat besi, berkurangnya sediaan zat besi dalam makanan, meningkatnya kebutuhan zat besi, kehilangan darah yang kronis, penyakit malaria, cacing tambang, infeksi-infeksi lain, serta pengetahuan yang kurang tentang anemia zat besi (Syafiq, 2010). Faktor lain yang berpengaruh terhadap kejadian anemia antara lain gaya hidup seperti merokok, minum minuman keras, kebiasaan sarapan pagi, sosial ekonomi dan demografi, pendidikan, jenis kelamin, umur dan wilayah. Wilayah perkotaan atau pedesaan berpengaruh melalui mekanisme yang berhubungan dengan ketersediaan sarana fasilitas kesehatan maupun ketersediaan makanan yang pada gilirannya berpengaruh pada pelayanan kesehatan dan asupan zat besi. Remaja laki-laki maupun Remaja laki-laki maupun perempuan dalam masa pertumbuhan membutuhkan energi, protein dan zat-zat gizi lainnya yang lebih banyak dibanding dengan kelompok umur lain. Pematangan seksual pada remaja menyebabkan kebutuhan zat besi meningkat. Kebutuhan zat besi remaja perempuan lebih
tinggi dibanding remaja laki-laki, karena dibutuhkan untuk mengganti zat besi yang hilang pada saat menstruasi (ILSI Europe, 2000; Hallberg etc, 1994). Anemia dapat menyebabkan lekas lelah konsentrasi belajar menurun sehingga prestasi belajar rendah dan dapat menurunkan produktivitas kerja ataupun kemampuan akademis disekolah, karena tidak adanya gairah belajar dan konsentrasi. Disamping itu juga menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah terkena infeksi. Anemia dapat mempengaruhi tingkat kesegaran jasmani seseorang (Chapman & Hall, 1995; WHO, 2001; Aryani, 2010). SIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara status gizi berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan kejadian anemia pada remaja putri di STIKes Mitra Husada Karanganyar.
DAFTAR PUSTAKA Almatsier S, 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Arikunto S, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Arisman, 2010. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC. Arumsari, E. 2008. Faktor Risiko Anemia Pada Remaja Putri Peserta Program Pencegahan dan Penanggulangan Anemia Gizi Besi (PPAGB) di Kota Bekasi. Bogor: Skripsi GMSK IPB. Aryani R, 2010. Kesehatan Remaja: Problem dan Solusinya. Jakarta: Salemba Medika. Chapman & Hall. 1995. British Nutrition Foundation. Iron Nutritional and
physiological Significance. Hallberg, B. Sandstrom and P.J. Agget L, 1994. Iron, zinc and other trace elements. In: Human Nutrition and Dietetics. Churchill Livingstone. Hapzah &Yulita. R, 2012. Hubungan tingkat pengetahuan dan status gizi terhadap kejadian anemia remaja Putri. Di peroleh pada tanggal 21 Januari 2016 dari http://jurnalmediagizipangan.files. wordpress.com/2012/07/hubungantingkatpengetahuan-dan-status-giziterhadapkejadian-anemia-remajaputri.pdf Hidayat A, 2007. Metode Kebidanan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika. ILSI Europe. 2000. Healthy, lifestyle: Nutrition and Physical Activity. ILSI Press. Istiany, A & Rusilanti, 2013. Gizi terapan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Khomsan A, 2003. Pangan dan Gizi Untuk Kesehatan. Jakarta: PT Raja Grafindo. Kusmiran E, 2011. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta: Salemba Medika. Notoatmodjo, 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT.Rineka Cipta. Permaesih D dan Herman S, 2005. Faktor- faktor yang mempengaruhi anemia pada remaja. Puslitbang Gizi dan makanan, Badan Litbangkes. Bulatin penelitian kesehatan vol 33 no 4, 2005: 162-171 Proverawati, A., 2010. dan Gangguan Perilaku
Obesitas Makan
pada Remaja. Jogyakarta: Mulia Medika. Purwitasari D, Maryanti D, 2009. Buku Ajar Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi Teori dan Praktikum. Yogyakarta: Nuha Medika Roberts, Bonnie S Worthington, 2000. Nutrition Throughout The Life Cycle. Singapore: Mc Graw-Hill. Rumpiati, Ella, F & Mustafidah, H, 2010. Hubungan antara status gizi dengan kejadian anemia pada remaja putri. Di peroleh pada taggal 21 Januari 2016 di http://jurnalmediagizipangan.files. wordpress.com/2012/07/hubunganingkatpengetahuan-dan-status-giziterhadapkejadian-anemia-remajaputri.pdf. Soemantri AG., Ernesto Pollit dan Insun Kim. lron Deficiency Anemia and Educational Achievement. Am.J.Clin. Nutr. Vol. 42 p.12251228. Sugiyono, 2010. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: ALFABETA. Supariasa, dkk, 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC Supariasa, N.D.I., Bakri, B., & Fajar, I, 2013. Penilaian status gizi. Jakarta: EGC Suyanto, 2009. Riset Kebidanan. Yogyakarta: Mitra Cendikia Press. Syafiq A dkk, 2010. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Raja Grafindo Persada. WHO, 2001. lron Deficiency Anemia assessment, Prevention and Control. A guide for Programe Manager.