PENG GELOLA AAN USAH HA BUNG GA POTO ONG LIS SIANTHU US DI PT. P SAUN NG MIRW WAN, ME EGAMEN NDUNG, B BOGOR,, J JAWA BA ARAT
LENI ADELINA A A MELIA ALA A24060 0239
DE EPARTEM MEN AGR RONOMII DAN HO ORTIKU ULTURA FAKU ULTAS PE ERTANIA AN IN NSTITUT T PERTA ANIAN BO OGOR 2011 1
RINGKASAN
LENI ADELINA MELIALA. Pengelolaan Usaha Bunga Potong Lisianthus di PT. Saung Mirwan, Megamendung, Bogor, Jawa Barat. (Dibimbing oleh DEWI SUKMA). Magang dilaksanakan selama 4 bulan mulai Februari hingga Juni 2010 di PT. Saung Mirwan. Penulis mempelajari aspek teknis dan manajerial selama pelaksanaan magang. Penulis berstatus karyawan harian selama 2 bulan, pendamping kepala divisi 1 bulan, dan pendamping kepala bagian 1 bulan. Magang ini bertujuan untuk memperluas wawasan pengetahuan, kemampuan dalam
budidaya
dan
produksi
bunga
potong
lisianthus
di
PT. Saung Mirwan, dan kemampuan dalam menghadapi proses kerja secara nyata. PT. Saung Mirwan berkantor pusat di Jl. Cikopo Selatan Dusun Pasir Muncang, Desa Sukamanah, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Letak geografis PT. Saung Mirwan antara 54-106 °BT dan 4-6 °LS. Curah hujan bulanan pada kebun produksi Sukamanah sekitar 32-594 mm dan curah hujan tahunan 2 945 mm. Suhu udara harian rata-rata yaitu 26.37 °C dan kelembaban udara berkisar antara 70-80 %. Lokasi perusahaan terletak pada ketinggian 670 m dpl dan berada di kaki Gunung Pangrango. Budidaya lisianthus berada di dua lokasi, yaitu persemaian dan pembibitan di Sukamanah dan pemeliharaan di Lemah Neundeut. Total karyawan PT. Saung Mirwan hingga 15 Februari 2010 adalah 455 orang. Budidaya lisianthus menggunakan benih yang diimpor langsung dari produsen benih Takii Seed dan Sakata Seed di Jepang. Media persemaian yang digunakan adalah sekam, coco peat, dan media campuran yang mengandung white sphagnum peat dengan perbandingan 1:1:2. Persemaian benih hingga menjadi bibit yang siap untuk ditanam ke lapang memerlukan waktu 12-13 minggu. Budidaya lisianthus mulai dari persemaian hingga panen memerlukan waktu 20-25 minggu, namun hal ini tergantung dari pertumbuhan tiap varietas. Pengamatan dilakukan terhadap pertumbuhan vegetatif dan generatif seminggu sekali hingga tanaman berumur 13 MST di lapang. Karakteristik vegetatif yang diamati meliputi daya berkecambah benih, tinggi tanaman, jumlah
iii daun, panjang ruas batang (internode), diameter batang, dan jumlah cabang. Karakteristik generatif yang diamati adalah waktu berbunga, jumlah bunga, panjang tangkai bunga, jumlah mahkota, umur panen, total panen, periode panen, pengamatan terhadap serangan hama dan penyakit, dan vase life bunga. PT. Saung Mirwan membudidayakan 10-17 varietas lisianthus hingga akhir tahun 2010. Pemilihan varietas didasarkan pada pertumbuhan dan perkembangan tanaman, waktu panen, dan permintaan konsumen. Jarak tanam lisianthus di lapang adalah 14.5 cm x 14.5 cm dengan menggunakan net penyangga (supporting net). Kegiatan pemeliharaan lisianthus berupa penyiraman dan pemupukan dengan sistem irigasi tetes (drip irrigation), pemberian Mad Gib berbahan aktif giberelin 3-20 %, pengukuran pH dan EC (electric conductivity) larutan nutrisi, pewiwilan atau disbudding, dan pengendalian organisme pengganggu tanaman. Kriteria lisianthus siap panen ditentukan dari panjang tangkai, minimal terdapat 2 bunga mekar, tanaman segar, dan tidak terserang penyakit. Seleksi kualitas dilakukan dengan mengelompokkan tanaman menjadi 2 kriteria yaitu grade A dan B. Grade A memiliki panjang tangkai tanaman ≥ 60 cm dan minimal sudah ada 2 bunga yang mekar, sedangkan grade B memiliki panjang tangkai < 60 cm dan tidak ada kriteria jumlah bunga yang mekar. Berdasarkan pengujian vase life, perendaman pangkal batang lisianthus varietas Rosina Green dan Exrosa Pink dengan konsentrasi gula 15 g/l + asam sitrat 0.4 g/l dapat memperpanjang kesegaran bunga hingga 17 hari atau lebih lama 2-5 hari dibandingkan dengan perendaman menggunakan air. Perhitungan analisis usaha tani menunjukkan bahwa pengusahaan bunga potong lisianthus pada varietas Exrosa Yellow dengan persentase panen 81.04 % memberikan keuntungan bagi perusahaan dengan nilai R/C 1.10 dan B/C 0.10. Biaya produksi yang tinggi terutama dari harga bibit, menyebabkan tingkat keuntungan dari pengusahaan lisianthus masih sedikit. Perbaikan teknis budidaya, peningkatan skill pekerja, diversifikasi produk, dan peningkatan jaringan atau network diperlukan untuk meningkatkan produktivitas lisianthus.
Lisianthus Cut Flower Management Business in PT. Saung Mirwan, Megamendung, Bogor, West Java Abstract Lisianthus is an annual ornamental plants, that comes from subtropical countries, Southern of United States, Mexico, Caribbean and Northern of South America. In Indonesia, Lisianthus has not well known yet
by the public.
However, the characteristics of this plant has the advantage, especially as an ornamental plant. Lisianthus has unique flower with attractive colors and has a high selling price. Lisianthus as cut flowers has good development prospects in Indonesia. PT.Saung Mirwan is one of horticulture company that produces lisianthus as cut flowers. The apprentice was started on February until June in PT. Saung Mirwan, Megamendung, Bogor, West Java. The student worked
as daily employee,
assistant of head subdivision, and assistant of head division. This activity was learning how to manage and cultivate Lisianthus, so that the activities in the nursery and field, harvest, post harvest treatment until lisianthus sold to consumer could be produced with good quality. The problems that found in field were many rosette plants, pests and diseases,and not optimal environment conditions for the gowth of lisianthus. Improvements to the cultivation technique, workers skill development, and increase network is needed for better production. Keywords : Lisianthus,Cut Flower, Apprentice,Production
iv
PENGELOLAAN USAHA BUNGA POTONG LISIANTHUS DI PT. SAUNG MIRWAN, MEGAMENDUNG, BOGOR, JAWA BARAT
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
LENI ADELINA MELIALA A24060239
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
v Judul
:
PENGELOLAAN USAHA BUNGA POTONG LISIANTHUS DI PT. SAUNG MIRWAN, MEGAMENDUNG, BOGOR, JAWA BARAT
Nama
:
LENI ADELINA MELIALA
NRP
:
A24060239
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Dewi Sukma, SP., M.Si NIP. 19700404 199702 2 001
Mengetahui, Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB
Dr. Ir. Agus Purwito, M.Sc.Agr. NIP. 19611101 198703 1 003
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Medan, Sumatera Utara pada 27 Juli 1988 dan merupakan anak pertama dari Darwin Sembiring dan Inget br Karo. Tahun 2000, penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar ST. Thomas 2 Medan. Penulis melanjutkan pendidikan ke SLTP Negeri 18 Medan dan lulus pada tahun 2003. Tahun 2006, Penulis lulus dari SMA Negeri 12 Medan dan melanjutkan studi ke IPB melalui jalur undangan seleksi masuk IPB (USMI). Tahun 2007 Penulis diterima sebagai penulis Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian melalui sistem mayor minor. Penulis mengikuti beberapa organisasi selama mengikuti kegiatan akademik. Pada Tahun 2006 hingga saat ini, penulis aktif di Permata GBKP Bogor. Penulis menjadi Sekretaris Komisi Persekutuan PMK IPB pada tahun 2008-2009 dan menjadi Sekretaris PMK IPB 2009/2010. Penulis juga mengikuti berbagai kepanitiaan di dalam organisasi seperti Panitia Malam Sukacita Paskah PMK (2007), Panitia Maper Permata GBKP (2007), Panitia Natal Permata (2007-2008), Panitia Leadership Camp Permata (2009) dan Panitia Retreat Kopral PMK IPB (2010). Penulis juga mengikuti beberapa kegiatan seminar, lokakarya, dan Program Kreatifitas Penulis 2008. Penulis mengikuti kegiatan magang selama liburan di International Centre Development Fund, Taiwan Technical Mission, Cikarawang pada tahun 2008. Magang untuk skripsi dilaksanakan penulis pada Februari hingga Juni 2010 di PT. Saung Mirwan, Megamendung, Bogor, Jawa Barat.
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus yang telah memberikan anugerah dan berkat sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi magang yang berjudul “Pengelolaan Usaha Bunga Potong Lisianthus di PT. Saung Mirwan, Megamendung, Bogor, Jawa Barat” merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini. Secara khusus penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Dr. Dewi Sukma, SP., MSi. sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan ilmu, bimbingan dan pengarahan selama pelaksanaan magang hingga penyelesaian tugas akhir. 2. Dr. Ni Made Armini Wiendi sebagai dosen pembimbing akademik yang telah membantu dan membimbing penulis selama menjalani kegiatan perkuliahan. 3. Dr. Ir. Sandra A. Aziz, MS dan Dr. Shinto W. Ardie, SP.,MSi sebagai dosen penguji yang telah memberikan saran. 4. Orang tua, adik-adik, dan seluruh keluarga yang telah memberikan kasih sayang serta dukungan-dukungan kepada penulis. 5. Seluruh dosen dan staff Departemen Agronomi dan Hortikultura yang telah mendidik penulis selama melaksanakan studi. 6. Manajemen PT. Saung Mirwan yang telah memberikan kesempatan untuk melaksanakan magang. 7. Rekan-rekan Agronomi dan Hortikultura 43 atas dukungan, semangat, dan kekeluargaan yang telah terjalin bersama. 8. Keluarga besar Persekutuan Mahasiswa Kristen IPB yang telah memberikan pembinaan dan pelayanan yang sangat berharga kepada penulis.
9. Permata GBKP Bogor tercinta, atas komunitas positif, persahabatan, kekeluargaan, dan pertumbuhan rohani. 10. Sahabatku dalam KTB Ruth (Ade Tarigan, Conny Gurusinga, Emta Surbakti, dan Mbak Tina), KTB Kelompok Kecil (Bremin Sembiring, Yosia Ginting, Gandi Ginting, Fitri Milala, dan lain-lain), Adik Kelompok Kecil (Merry, Desi, dan Esty), Kompers, BPH PMK IPB 2009/2010, Perwira 52, Riska, Putri, Kak Yola dan Kak Morin, terimakasih untuk kasih, sukacita dan kebersamaan yang begitu menginspirasi. Semoga skripsi ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi para pembaca, menjadi berkat bagi kemuliaanNya.
Bogor, Januari 2011
Penulis
DAFTAR ISI Halaman
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
xi
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................
xii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
xiv
PENDAHULUAN ......................................................................................... Latar Belakang ................................................................................... Tujuan ................................................................................................
1 1 2
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ Bunga Potong ..................................................................................... Botani Tanaman Lisianthus ............................................................... Syarat Tumbuh ................................................................................... Suhu dan Kelembaban............................................................... Pencahayaan .............................................................................. Nutrisi........................................................................................ Budidaya Tanaman Lisianthus ........................................................... Penyemaian dan Pembibitan ..................................................... Persiapan Lahan ........................................................................ Penanaman ................................................................................ Irigasi ........................................................................................ Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh ................................................. Pengendalian Hama Penyakit Tanaman .................................... Panen dan Pascapanen ..............................................................
3 3 4 5 5 6 6 7 7 8 8 8 9 9 11
METODE MAGANG .................................................................................... Tempat dan Waktu ............................................................................. Metode Pelaksanaan ........................................................................... Pengamatan dan Pengumpulan Data .................................................. Analisis Data dan Informasi ...............................................................
13 13 13 14 15
KEADAAN UMUM ...................................................................................... Letak Geografi dan Wilayah Administratif........................................ Keadaan Iklim dan Tanah .................................................................. Luas Areal dan Tata Guna Lahan....................................................... Keadaan Tanaman dan Produksi ........................................................ Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan ..........................................
16 16 16 16 18 20
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG.................................................. Aspek Teknis...................................................................................... Pembibitan di Sukamanah ......................................................... Penanaman di Lemah Neundeut................................................ Persiapan Lahan ........................................................................ Persiapan Tanam ....................................................................... Penanaman ................................................................................
23 23 23 26 27 27 28
x Pemeliharaan ............................................................................. Karakteristik dan Pertumbuhan Tanaman ................................. Panen ......................................................................................... Sortasi dan Seleksi Kualitas ...................................................... Pascapanen ................................................................................ Pengemasan dan Pengiriman..................................................... Pemasaran ................................................................................. Aspek Manajerial ............................................................................... Karyawan Harian ..................................................................... Pendamping Kepala Divisi........................................................ Pendamping Manajer ................................................................
29 35 42 43 44 45 46 47 47 48 48
PEMBAHASAN ............................................................................................ Persemaian ......................................................................................... Tanaman Lapang ................................................................................ Analisis Usaha Tani ...........................................................................
51 51 54 62
KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... Kesimpulan ........................................................................................ Saran...................................................................................................
67 67 67
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................
69
LAMPIRAN ...................................................................................................
71
xi
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1. Data Penanaman Lisianthus Selama Empat Bulan (Agustus-Desember 2009) ............................................................................................................
19
2. Komposisi Nutrisi Stok A dan Stok B Tanaman Lisianthus .......................
31
3. Perkiraan Waktu, Periode, dan Persentase Panen dari Berbagai Varietas Lisianthus ....................................................................................................
43
4. Jumlah Panen Berdasarkan Seleksi Kualitas Hasil Panen Lisianthus Bulan Maret Hingga Mei 2010 .............................................................................
44
5. Vase Life Bunga Lisianthus pada DuaVarietas Lisianthus ..........................
45
6. Penjualan Lisianthus PT. Saung Mirwan Tahun 2010 ................................
47
7. Analisis Usahatani Bunga Potong Lisianthus Varietas Exrosa Yellow Selama Empat Bulan (Satu Periode) ...........................................................
64
xii
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1. Bangunan Greenhouse dengan Tipe Rumah Susun Berganda (Shape Frame) Berbentuk Joglo ...........................................................................
17
2. Kemasan Benih (a) dan Bentuk Benih (b-d) .............................................
23
3. Mesin Pencuci Tray (a) dan Tray Semai (b)..............................................
24
4. Alat Pengisi Media Tanam (a), Media Semai (b), dan Penyiraman Media (c)...................................................................................................
24
5. Persemaian Benih (a) Secara Manual dan dengan Alat Semai (b) ............
25
6. Transplanting Bibit....................................................................................
26
7. Sterilisasi Lahan Menggunakan Basamid dan Disungkup dengan Plastik Selama 12 Hari .........................................................................................
27
8. Penanaman Bibit di Lapang .......................................................................
28
9. Tanaman Lisianthus di Lapang..................................................................
29
10. Jaringan Irigasi dan Nutrisi (a) dan Selang Viaflo (b) ..............................
30
11. Pengukuran pH dan EC Tanah (a) dan pH dan EC Meter (b)...................
32
12. Pewiwilan pada Tanaman Lisianthus ........................................................
33
13. Fungi (a), Gulma pada Lisianthus (b,c), dan Penyiangan .........................
34
14. Hama pada Lisianthus : Ulat (a) dan Thrips (b)........................................
34
15. Penampilan Bunga pada Berbagai Varietas Lisianthus ............................
36
16. Tinggi Tanaman Berbagai Varietas Lisianthus pada Saat Panen..............
37
17. Jumlah Daun pada Berbagai Varietas Lisianthus......................................
38
18. Panjang Ruas (Internode) pada Berbagai Varietas Lisianthus Saat Panen
38
19. Diameter Batang pada Berbagai Varietas Lisianthus Saat Panen .............
39
20. Jumlah Cabang pada Berbagai Varietas Lisianthus Saat Panen ...............
39
21. Jumlah Kuntum Bunga pada Berbagai Varietas Lisianthus Saat Panen ..
40
22. Diameter Bunga pada Berbagai Varietas Lisianthus Saat Panen .............
40
23. Panjang Tangkai Bunga pada Berbagai Varietas Lisianthus Saat Panen.
41
24. Jumlah Daun Mahkota pada Berbagai Varietas Lisianthus Saat Panen...
41
25. Pengemasan pada Bunga Potong Lisianthus .............................................
44
26. Penyusunan Lisianthus pada Bak (a) dan Pengujian Vase Life Lisianthus..................................................................................................
46
xiii 27. Cool Room Tempat Persemaian Lisianthus ..............................................
51
28. Ketidakserempakan Pertumbuhan pada Lisianthus di Persemaian ...........
53
29. Perbandingan Tanaman Normal dan Roset pada Umur 5 MST ................
54
30. Ketidakserempakan Pertumbuhan Lisianthus di Lapang ..........................
55
31. Serangan Hama Thrips pada Bunga Lisianthus ........................................
57
32. Penyakit pada Lisianthus: Gray mold (a), Impatiens Necrotic Spot Virus (b), Busuk Batang (c), Layu Fusarium (d), dan Puru Akar (e)........
58
xiv
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1. Jurnal Harian Magang Penulis di PT. Saung Mirwan, Desa Sukamanah, Megamendung, Bogor ..............................................................................
72
2. Volume dan Prestasi Kerja Karyawan Lapang dan Penulis di Lokasi Produksi Bunga Potong Lisianthus di PT. Saung Mirwan .......................
75
3. Data Suhu Harian (°C), Kelembaban/RH (%), dan Cuaca Bulan April 2010 di Greenhouse Produksi Bunga Potong Lisianthus PT. Saung Mirwan ...................................................................................................... 76 4. Lay Out Bangunan PT. Saung Mirwan, Desa Sukamanah, Megamendung, Bogor...............................................................................
77
5. Lay Out Greenhouse PT. Saung Mirwan, Desa Sukamanah, Megamendung, Bogor...............................................................................
78
6. Struktur Organisasi PT. Saung Mirwan, Desa Sukamanah, Megamendung, Bogor...............................................................................
79
7. Data Karyawan PT. Saung Mirwan pada Tahun 2010 ...............................
83
8. Daya Berkecambah Benih pada Berbagai Varietas Lisianthus .................
84
9. Jumlah Bibit yang Hidup pada Berbagai Varietas Lisianthus ...................
85
10. Skema Jaringan Irigasi dan Nutrisi PT. Saung Mirwan, Desa Sukamanah, Megamendung, Bogor .............................................................................. 86 11. Pestisida pada Tanaman Lisianthus ..........................................................
87
12. Grafik Pertambahan Tinggi Tanaman pada Berbagai Varietas Lisianthus
88
13. Tinggi Tanaman pada Berbagai Varietas Lisianthus ................................
89
14. Jumlah Daun pada Berbagai Varietas Lisianthus Hingga 13 MST...........
90
15. Jumlah Daun pada Berbagai Varietas Lisianthus......................................
91
16. Panjang Ruas (Internode) pada Berbagai Varietas Lisianthus ..................
92
17. Diameter Batang pada Berbagai Varietas Lisianthus ...............................
93
18. Percabangan pada Berbagai Varietas Lisianthus ......................................
94
19. Jumlah Kuntum Bunga pada Berbagai Varietas Lisianthus......................
95
20. Panjang Tangkai Bunga pada Berbagai Varietas Lisianthus ....................
96
21. Diameter Bunga pada Berbagai Varietas Lisianthus ................................
97
22. Jumlah Daun Mahkota pada Berbagai Varietas Lisianthus ......................
98
23. Nilai Korelasi Karakter Pengamatan Kuantitatif pada Lisianthus...........
99
xv 24. Hasil Pengamatan (Jumlah Bunga Segar) Vase Life Lisianthus Varietas Rosina Green .............................................................................................
100
25. Hasil Pengamatan (Jumlah Bunga Segar) Vase Life Lisianthus Varietas Exrosa Pink ..............................................................................................
101
PENDAHULUAN
Latar Belakang Kebutuhan bunga potong semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya kesejahteraan masyarakat. Usaha peningkatan produksi bunga dan tanaman hias juga mendapat perhatian yang cukup besar dari pemerintah. Permintaan tanaman hias dalam bentuk bunga potong cenderung meningkat dan memiliki peluang yang besar di pasar domestik maupun internasional. Indonesia merupakan negara pengekspor bunga potong terbesar ke-33 (Laws, 2007). Ekspor bunga di Indonesia pada tahun 2004 sampai 2006 adalah (US$) 2 670 739, (US$) 4 060 113, dan (US$) 4 109 907. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Republik Indonesia (2009), Indonesia memproduksi tanaman hias anggrek, krisan, mawar, dan sedap malam dengan total produksi 181 951 100 tangkai pada tahun 2008. Naeve (2002) menyatakan bahwa lisianthus (Eustoma grandiflorum) yang juga dikenal dengan nama Prairie Gentian, Texas Bluebell, Tulip Gentian, Bluebells dan Lira De San Pedro dapat ditanam sebagai tanaman pot, bunga potong, maupun bedding plant. Pada awalnya bunga lisianthus hanya berwarna biru, namun telah dihasilkan bunga dengan aneka warna melalui persilangan. Pada tahun 2002, The Association of Specialty Cut Flower Growers memilih bunga lisianthus sebagai bunga potong terpopuler di Amerika. Lisianthus memiliki kualitas dari kriteria sebuah ‘bunga potong yang ideal’ karena memiliki bunga yang menarik dan vase life yang lama. Perawatan dan penanganan bunga potong lisianthus yang tepat dapat memperpanjang vase life bunga lebih dari 2 minggu (Maryland Cooperative Extension, 2000). Lisianthus belum banyak dikenal serta dibudidayakan di Indonesia karena benih dan bibit masih sulit diperoleh dan harganya mahal. Penerapan teknologi dalam budidaya khususnya pembibitan masih sedikit diterapkan serta waktu panen yang relatif lama (Hedy, 2008). Harga bunga lisianthus di pasar bunga dunia akan lebih mahal pada saat musim dingin dibandingkan musim panas. Hal ini disebabkan pada musim dingin lisianthus membutuhkan pencahayaan buatan yang
2 meningkatkan biaya produksi. Harga seikat bunga potong lisianthus di Amerika dapat mencapai US$ 169.99 hingga US$ 219.99 (Wholesale Flowers, 2009). Pengusahaan bunga potong memerlukan teknik budidaya yang baik agar kualitas dan kuantitas bunga dapat dipertahankan. Standar mutu kebutuhan pasar yang mencakup volume, harga penjualan, lokasi pemasaran, organisasi pasar, fasilitas dan promosi harus diperhatikan sampai ke tangan konsumen. Budidaya lisianthus perlu dipelajari lebih lanjut karena memiliki potensi yang baik untuk dikembangkan di Indonesia. PT. Saung Mirwan merupakan salah satu perusahaan yang mengusahakan bunga potong lisianthus di Indonesia. Kegiatan magang ini dilakukan untuk mempelajari dan mengetahui pengusahaan lisianthus di PT. Saung Mirwan. Tujuan Tujuan kegiatan magang adalah : 1. Secara umum untuk memperluas wawasan pengetahuan, meningkatkan kemampuan dalam segi teknik budidaya, kemampuan manajerial, dan mempersiapkan kemampuan untuk menghadapi proses kerja secara nyata. 2. Secara khusus untuk mengetahui budidaya dan produksi bunga potong lisianthus di PT. Saung Mirwan.
3
TINJAUAN PUSTAKA
Bunga Potong Bunga potong menurut Asosiasi Bunga Indonesia (2007) adalah segala jenis tanaman
yang dibudidayakan dengan tujuan memperoleh bunga yang dapat
dipotong dan diperdagangkan setiap saat. Karakteristik tanaman bunga potong adalah : 1. Memiliki produktivitas yang tinggi 2. Memiliki daya tumbuh relatif cepat 3. Memiliki fenotipe yang stabil melalui proses regenerasi yang berulang-ulang 4. Memiliki daya tahan terhadap hama dan penyakit yang relatif baik 5. Dapat dikembangbiakkan dalam jumlah yang besar, cepat, dan murah 6. Produktivitas tanaman dapat dikontrol dan mudah dimanipulasi dengan respon yang positif melalui berbagai perlakuan 7. Bunga yang diproduksi memiliki daya tahan lama setelah dipanen 8. Memiliki tangkai bunga yang cukup panjang. Penurunan mutu bunga segar dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: 1. Ketidakmampuan batang untuk mengabsorbsi air yang disebabkan oleh adanya hambatan pertumbuhan dari bakteri, fungi, atau mikroorganisme lainnya 2. Kehilangan air yang terlalu banyak akibat suhu lingkungan yang tinggi 3. Kadar karbohidrat yang rendah karena kondisi penyimpanan yang kurang memadai untuk mendukung respirasi 4. Penyakit atau serangga 5. Gas etilen yang dihasilkan oleh jaringan yang rusak atau busuk. Perlakuan penanganan pascapanen bunga potong menurut Yayasan Bunga Nusantara (2007) bertujuan untuk: 1. Memperkecil respirasi 2. Mencegah infeksi dan luka 3. Memperkecil transpirasi sehingga tidak terlalu banyak terjadi penguapan yang dapat menyebabkan kelayuan
4 4. Memelihara estetika dan penampakan tanaman 5. Memperoleh nilai jual yang tinggi
Botani Tanaman Lisianthus Lisianthus (Eustoma grandiflorum) merupakan tanaman herba yang berasal dari daerah selatan Amerika Serikat, Meksiko, Karibia, dan sebelah utara Amerika Selatan. Nama lisianthus berasal dari bahasa Yunani “lysis”, berarti "putus atau pecah," dan “anthos”, berarti bunga. Tanaman lisianthus yang dibudidayakan umurnya tidak melebihi dari satu tahun, sehingga lisianthus termasuk tanaman annual atau semusim (The Flower Expert, 2009). Klasifikasi tanaman Lisianthus menurut The Flower Expert (2009) adalah : Kerajaan
:
Plantae
Divisi
:
Magnoliophyta
Kelas
:
Magnoliopsida
Ordo
:
Gentianales
Famili
:
Gentianaceae
Genus
:
Eustoma
Spesies
:
Eustoma grandiflorum (Raf.) Shinn.
Sistem perakaran lisianthus adalah akar serabut yang tersusun dari akar-akar serabut kecil yang berbentuk benang dan mampu menembus tanah hingga kedalaman 10-15 cm. Tinggi tanaman lisianthus dapat mencapai 60-100 cm. Batang tanaman berbentuk bulat dengan ukuran yang sama dari pangkal sampai ujung dengan permukaan yang licin dan berwarna hijau. Arah tumbuh batang tegak lurus dan membentuk percabangan yang menggarpu (The Flower Expert, 2009). Demas (2009) menyatakan bahwa lisianthus memiliki daun duduk (sessilis) yang terdiri dari helaian daun tipis dan lunak yang langsung melekat atau duduk pada batang, tanpa upih ataupun tangkai. Berdasarkan susunan tulang daun, daun lisianthus termasuk dalam daun-daun yang bertulang melengkung. Susunan daun lisianthus yaitu pada setiap buku tanaman (nodus) terdapat dua daun yang berhadap-hadapan dan pada buku berikutnya kedua daunnya membentuk silang dengan daun-daun sebelum atau setelahnya.
5
Lisianthus memiliki warna bunga yang beraneka ragam, yaitu putih, kuning, krem, hijau, merah muda, merah, biru, ungu, dan bi-warna. Bunga lisianthus memiliki penampilan yang hampir sama dengan bunga mawar. Bunga lisianthus merupakan bunga yang lengkap dan sempurna. Tangkai bunga memiliki penampang bulat dan berwarna hijau seperti batang utama. Dasar bunga lisianthus berbentuk rata, yaitu semua bagian bunga duduk sama tinggi di atas dasar bunga (Flowers Direct, 2009). Mahkota bunga memiliki sifat simetris beraturan dengan susunan daun-daun mahkota (petal) yang membentuk mangkuk. Benang sari (stamen) sebagai alat kelamin jantan terdiri dari tangkai sari (filamentum) yang berwarna hijau dan kepala sari (anthera) yang berwarna kuning hingga coklat dan diseluruh permukaannya dipenuhi dengan serbuk sari (pollen) berwarna kuning. Putik (pistillum) berwarna hijau dan hanya berjumlah satu di tiap tangkainya. Bakal buah (ovarium) duduk di atas dasar bunga sehingga bagian samping bakal buah tidak berlekatan dengan dasar bunga. Tangkai putik (stylus) lebih besar dan lebih panjang daripada tangkai sari, sehingga kedudukan kepala putik sedikit lebih tinggi daripada tangkai sari (Flowers Direct, 2009). Syarat Tumbuh Suhu dan Kelembaban Menurut Maryland Cooperative Extension (2000) lisianthus memerlukan suhu yang berbeda-beda dalam perkembangannya mulai dari benih hingga menghasilkan bunga. Penyimpanan benih memerlukan suhu ± 5 °C pada lemari pendingin. Pembibitan lisianthus memerlukan suhu 15-18 °C atau 59-65 °F. Sementara itu, suhu optimal untuk budidaya di dalam greenhouse berkisar antara 18-20 °C (65-68 °F) pada siang hari dan 15-18 °C (59-65 °F) saat malam hari. Suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan roset atau tumbuhnya bunga prematur pada tanaman muda dan memiliki batang yang lebih pendek. Perkecambahan lisianthus membutuhkan kelembaban yang tinggi dengan suhu yang rendah. Paranet dapat digunakan untuk menjaga suhu dan kelembaban
6 pada lokasi penyemaian, pembibitan, dan penanaman. Lokasi persemaian benih dapat diberi naungan paranet 70 % atau paranet ganda. Pengkabutan dilakukan untuk mengendalikan suhu dan kelembaban selain dengan cara membuka dan menutup paranet. Kelembaban optimal di dalam greenhouse berkisar antara 80-90 %. Horizontal airflow fans (HAF) dapat diinstalasikan untuk mengatur pertukaran udara dan menjaga kelembaban media (Maryland Cooperative Extension, 2000). Pencahayaan Menurut Pan American Seed (2005) pencahayaan optimal untuk tanaman dalam greenhouse berkisar pada 4 000-6 000 fc (foot candle) atau 40 00060 000 lux. Pencahayaan lebih dari 7 000 fc dapat menghambat pertumbuhan tinggi tanaman. Menurut Highsun Express (2008), cahaya yang dibutuhkan lisianthus berkisar pada 32 000-65 000 lux. Fox (1999) mengemukakan bahwa lisianthus memerlukan pemeliharaan yang cukup intensif. Benih lisianthus dikecambahkan di tempat yang terhindar dari sinar matahari langsung. Lisianthus merupakan tanaman hari panjang yang membutuhkan penyinaran selama 16 jam untuk menghasilkan bunga. High intensity discharge (HID) dapat digunakan untuk mengontrol intensitas cahaya dan panjang hari yang diinginkan. Penyinaran tambahan mampu memperkuat dan memperpanjang batang tanaman. Penyinaran tambahan diberikan dengan menggunakan lampu pijar 100 watt yang digantung tiap jarak 3 m dan 3 m tingginya dari tanaman, penyinaran dapat dilakukan selama ± 4 jam secara kontinu (Maryland Cooperative Extension, 2000). Nutrisi Lisianthus cocok ditanam pada tanah yang memiliki pH 6.3-7 dan suhu tanah minimal 15 °C. Pupuk dasar NPK diberikan pada awal penanaman dengan perbandingan 8:3.5:6.5 sebanyak 5 kg/100 m2. Lisianthus tumbuh baik pada media yang mengandung kalsium tinggi dan fosfor yang cukup (Highsun Express, 2008). Demas (2009) menyatakan bahwa persiapan lahan budidaya lisianthus di Bali Rose menggunakan pupuk dasar NPK 16-16-16 dengan dosis 40 g/m2 dan SP-36 dengan dosis 40 g/m2 yang diberikan 3 hari sebelum tanam.
7
Menurut Maryland Cooperative Extension (2000), akar tanaman lisianthus rentan dan mudah rusak apabila terkena garam terlarut dengan konsentrasi tinggi pada awal pertumbuhan bibit. Penggunaan pupuk slow release diaplikasikan 3 bulan sekali setelah penanaman. Komposisi pemberian nitrogen harus sama dengan potasium, misalnya pupuk 15-0-15. Suplemen kalsium dibutuhkan apabila tanah kekurangan unsur Ca. Saat inisiasi pembungaan berlangsung, pemberian nitrogen dikurangi sedangkan potasium ditambahkan. Menurut Ohta et al. (2004), pemberian 1 % (mg/g) chitosan pada media tanam tanah mampu mempercepat pertumbuhan bibit dan meningkatkan kualitas bunga. Bobot basah dan kering dari pucuk dan akar tanaman, jumlah buku, bobot bunga potong, dan jumlah bunga meningkat pada perlakuan media yang mengandung chitosan atau tryptone. Waktu pembungaan pertama dapat dipercepat melalui perlakuan media yang mengandung chitosan, tryptone, casein, dan collagen. Budidaya Tanaman Lisianthus Penyemaian dan Pembibitan Benih lisianthus disemai dalam tray atau wadah pengecambahan yang steril. Media persemaian yang digunakan adalah cocopeat, white sphagnum peat atau bahan yang mudah menyerap dan menyimpan air. Media persemaian disiram larutan fungisida untuk mengurangi persentase benih tidak tumbuh. Penyiraman benih dilakukan untuk membantu proses imbibisi benih dan mencegah kekeringan. Benih yang vigornya baik umumnya berkecambah pada umur 2-3 minggu setelah semai (Demas, 2009). Transplanting merupakan proses pemindahan tanaman yang bertujuan untuk mengurangi kematian bibit dan menyeragamkan kondisi tanaman di lapang. Menurut Demas (2009), transplanting dilakukan dengan menyeleksi bibit yang telah memiliki 6-8 daun untuk ditanam pada tray yang ukuran lubangnya lebih besar. Sebelum ditanam ke lapang, bibit lisianthus dapat diproteksi dengan
8 fungisida berbahan aktif propamocarb hidrochloride 722 g/l dengan dosis 0.3 ml/l. Persiapan Lahan Sebelum penanaman, perlu dilakukan persiapan lahan, pembuatan bedengan dan sterilisasi lahan untuk menghindari serangan nematoda, misalnya dengan memberikan Dazomet 98 %. Media tanam yang digunakan yaitu tanah, kompos, pupuk kandang, dan campuran cocopeat. Pasir dapat digunakan karena memiliki sedikit ruang udara sehingga oksigen dan nutrisi lebih banyak tersimpan. Seminggu sebelum penanaman, lahan diproteksi dengan herbisida pratumbuh oksifluorfen 240 g/l sebanyak 1 ml/l. Herbisida membentuk lapisan transparan di atas permukaan tanah yang diharapkan mampu menekan laju pertumbuhan gulma (Fox, 1998). Penanaman Jarak tanam dapat dibuat dengan bantuan net penyangga atau supporting net yang dijadikan acuan jarak tanam untuk mempermudah penanaman. Supporting net berupa jaring dari tali tambang plastik agar tidak rebah. Panjang dan lebar supporting net disesuaikan dengan panjang bedeng. Agar kualitas batang baik, maka digunakan net penyangga ganda berukuran 15 cm x 15 cm atau 15 cm x 20 cm (Harbaugh, 1997). Penanaman harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak merusak bagian akar. Akar yang rusak mengakibatkan pertumbuhan lambat, tertundanya pendewasaan, dan kematian (Highsun Express, 2008). Irigasi Air sangat mempengaruhi pertumbuhan lisianthus terutama pada awal penanaman. Semakin rendah suhu dan intensitas cahaya, semakin sedikit air yang diperlukan. Kondisi media tanah yang kering menyebabkan tanaman layu, inisiasi bunga dini, dan menghasilkan batang yang lebih pendek dan lemah sehingga pertanaman terlihat kurang merata. Penyiraman dilakukan hingga kondisi tanah basah dan tidak berdebu. Tahap awal pertumbuhan bibit mempengaruhi keserempakan pertumbuhan tanaman (Highsun Express, 2008).
9 Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh Pemberian zat pengatur tumbuh (ZPT) dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Interaksi antara ZPT eksogen dan endogen merupakan perimbangan yang menentukan pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pemberian zat pengatur tumbuh dilakukan untuk merangsang tanaman ke arah pertumbuhan yang diinginkan. Salisbury dan Ross (1995) menyatakan bahwa hormon giberelin (GA) merupakan hormon perangsang pertumbuhan tanaman yang diperoleh dari Gibberella fujikuroi atau Fusarium moniliforme. Aplikasi giberelin bertujuan untuk memacu munculnya bunga dan meningkatkan keserempakan pembungaan. Fungsi hormon giberelin yaitu mematahkan dormansi dengan cara mempercepat proses pembelahan sel sehingga tanaman dapat tumbuh normal dan merangsang morfogenesis, pemanjangan dan pembesaran sel, dan inisiasi tunas samping. Aplikasi giberelin diperlukan untuk menginduksi pemanjangan batang pada tanaman lisianthus yang roset (Maryland Cooperative Extension, 2000). Pengendalian Hama Penyakit Tanaman Hama pada persemaian adalah lalat bibit (Agromyza phaseoli) dan larva Fungus gnat yang menghisap cairan daun sehingga mengakibatkan bibit mati. Hama lain adalah serangga, kutu daun, leaf miner, larva lepidoptera, thrips, dan whitefly (Highsun Express, 2008). Hama utama lisianthus dalam greenhouse adalah Silverleaf whitefly (Bemisia argentifolia) dan Greenhouse whitefly (Trialeurodes vaporariorum). Seluruh siklus hidup whitefly berlangsung di bawah permukaan daun dengan gejala yang ditimbulkan yaitu warna daun berubah menjadi kuning. Pengendalian hama ini dapat dilakukan secara biologis menggunakan tawon, parasitoid whitefly dan pengendalian secara kimiawi dengan pestisida (McGovern, 2008). Thrips menyerang bunga, daun, dan pucuk baru dengan memotong dan menghisap yang mengakibatkan rusaknya bunga, daun, maupun pucuk yang baru terbentuk. Thrips biasanya meninggalkan jejak berupa lintasan ataupun bintik berwarna keperakan pada helai daun yang diserang. Pengendalian thrips dilakukan secara biologis dengan menggunakan kutu predator Amblyseius cucumerias dan
10 Amblyseius degenerans (Maryland Cooperative Extension, 2000). Pengendalian hama dapat dilakukan dengan kertas perangkap serangga atau yellow trap yang dipasang di sekeliling tanaman. Penyemprotan pestisida yang tepat sesuai dosis anjuran,yaitu insektisida yang mengandung bahan aktif abamektin 18.4 g/l dengan konsentrasi 0.1 ml/l untuk pengendalian lalat bibit. Menurut Mc Govern (2008), penyakit pada lisianthus disebabkan oleh fungi dan virus. Penyakit dan fungi yang menyebabkan penyakit adalah hawar botrytis (Botrytis cinerea Pers.:Fr), bercak daun cercospora (Cercospora eustomae Peck), curvularia leaf blotch (Curvularia sp.), downy mildew (Peronospora chlorae deBary), busuk batang fusarium (Fusarium solani (Mart.) Sacc. dan Fusarium avenaceum, layu fusarium (Fusarium oxysporum (Schlechtend):Fr.), bercak daun phyllosticta (Phyllosticta sp.), busuk akar phytium (Pythium sp.), busuk batang rhizoctonia (Rhizoctonia solani Kühn), dan hawar batang sclerophoma (Sclerophoma eustomis Taubenhaus & Ezekiel). Lisianthus sangat rentan terkena serangan penyakit pada saat tanaman masih muda. Akar bibit tanaman muda berkembang lambat dan sangat sensitif terhadap serangan busuk akar. Virus dapat merusak dengan risiko serangan infeksi lebih tinggi bila lisianthus ditanam bersamaan dengan tanaman lainnya (Maryland Cooperative Extension, 2000). Penyakit akibat virus yang menyebabkan penyakit pada lisianthus yakni bean yellow mosaic (Bean yellow mosaic virus / BYMV), cucumber mosaic (Cucumber mosaic virus / CMV), impatiens necrotic spot (Impatiens necrotic spot virus / INSV), nekrosis lisianthus (Lisianthus necrosis virus / LNV), Iris Yellow Spot (Iris Yellow Spot Virus / IYSV), dan tobacco mosaic (Tobacco mosaic virus / TMV). Pengendalian gulma dapat menggunakan mulsa plastik, mulsa organik, dan herbisida non selektif. Penanaman tanaman penutup tanah seperti kacangkacangan mampu memperbaiki struktur tanah karena ketersediaan nitrogen didalamnya. Gulma yang sering muncul adalah lumut yang menghalangi penyerapan air dan larutan pupuk ke dalam media. Lumut dapat dikeruk menggunakan bantuan tusuk gigi (Mc Govern, 2008).
11 Panen dan Pascapanen Menurut Fox (1998), lisianthus tumbuh lebih cepat, besar, dan tinggi pada musim hujan karena akumulasi karbohidrat sebahgai energi untuk tumbuh lebih banyak. Bunga lisianthus dapat dipanen pada 12-15 MST pada kondisi yang optimum. Pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi hari saat kadar gula tertinggi dan bunga mekar bersamaan. Standar khusus lisianthus sebagai bunga potong yaitu tinggi tanaman yang diukur dari pangkal batang hingga ujung tanaman dan jumlah bunga mekar. Tinggi tanaman yang menjadi syarat adalah 70 cm dengan minimal dua bunga kembar yang mekar. Lisianthus memiliki dua jenis mahkota, yaitu mahkota tunggal
dan
mahkota
tumpuk.
Bunga
mahkota
tumpuk
memiliki
10-20 helai mahkota, sedangkan bunga mahkota tunggal memiliki jumlah mahkota yang sedikit dan tersusun menjadi satu lapis (Maryland Cooperative Extension, 2000). Pasar bunga Eropa dan Jepang lebih menyukai bunga mahkota tunggal. Sementara pasar Amerika lebih menyukai varietas bunga mahkota tumpuk. Warna bunga lisianthus yang diminati di pasar Eropa adalah biru tua, sementara di pasar Jepang didominasi bunga berwarna ganda yaitu putih dengan semburat biru (Highsun Express, 2008). Periode pembungaan dari bunga pertama ke bunga kedua lebih lama. Waktu dari pemanenan pertama dan kedua adalah 3-4 bulan. Bunga hasil panen kedua memiliki kualitas yang lebih rendah dari hasil pemanenan pertama, batang yang lebih pendek dan bunga lebih sedikit per tangkainya (Yulianingsih, 2004). Daya tahan bunga setelah panen atau vase life mencerminkan salah satu nilai dari kualitas bunga yang dapat ditawarkan pihak produsen kepada konsumen. Perlakuan setelah panen pada lisianthus yaitu pulsing selama 24 jam dengan larutan mengandung sukrosa, asam sitrat (300 ppm) atau 8-hydroxquinoline sitrat (250 ppm). Setelah pulsing, bunga dibungkus kertas koran dan polyethylene, kemudian disusun dalam kotak, dan dipertahankan suhunya pada 2 °C selama perjalanan. Perlakuan pulsing menggunakan larutan gula mampu meningkatkan kesegaran dan pemekaran kuncup bunga.
12 Umur kesegaran bunga merupakan komponen utama penentu kualitas lisianthus. Masa kesegaran bunga dihitung sejak bunga dipanen hingga menjadi layu. Bunga menjadi layu akibat perubahan sifat elastis dan menurunnya tegangan turgor. Vase life lisianthus mampu mencapai 9-16 hari (Maryland Cooperative Extension, 2000). Menurut Boodley (1998), bahan kimia yang efektif sebagai larutan preservatif bunga potong adalah 8-hydroxyquinoline sulfate (8-HQS) dan 8-hydroxyquinoline citrate (8-HQC). Sementara menurut Maryland Cooperative Extension
(2000),perlakuan
pendinginan
hingga
13.°C.(55.°F)
sebelum
pengiriman untuk mempertahankan kualitas bunga agar tidak mudah layu akibat suhu lingkungan yang tinggi. Penanganan pascapanen lainnya untuk bunga potong adalah dengan memotong kembali tangkai bunga dan menempatkannya pada air hangat dengan pH 3.5 dan suhu 18-24 °C (65-75 °F).
METODE MAGANG
Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di PT. Saung Mirwan, di Desa Sukamanah, Pasir Muncang, Megamendung, Bogor, Jawa Barat. Magang dilaksanakan selama 4 bulan, mulai Februari sampai Juni 2010.
Metode Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan magang merupakan praktik kerja di kebun selama 4 bulan dengan pembagian kerja sesuai dengan tingkatan struktur organisasi PT. Saung Mirwan. Pembagian kerja yang dilaksanakan adalah 2 bulan sebagai pekerja harian, 1 bulan sebagai pendamping kepala divisi, dan 1 bulan sebagai pendamping kepala bagian. Selama menjadi pekerja harian, penulis mempelajari dan melakukan seluruh kegiatan budidaya di lapang bersama dengan pekerja lainnya, sedangkan selama menjadi pendamping kepala divisi maupun pendamping kepala bagian, penulis membantu dan mempelajari aspek manajerial, pengelolaan kebun, dan administrasi. Kegiatan magang yang dilaksanakan yaitu : 1. Mengenal dan mencari informasi mengenai kondisi umum PT. Saung Mirwan. Informasi kondisi umum meliputi letak geografis, keadaan iklim dan tanah, struktur organisasi dan ketenagakerjaan. Data tersebut diperoleh melalui wawancara dengan pekerja maupun penanggung jawab perusahaan. 2. Mengikuti kegiatan budidaya tanaman lisianthus di lapangan yang terdiri dari bagian persemaian, pemeliharaan tanaman, dan pemasaran. Budidaya yang dilakukan meliputi persemaian, persiapan lahan, penanaman, pemupukan, perlakuan khusus pada tanaman misalnya pewiwilan, pengendalian hama dan penyakit, panen, dan pascapanen. Penulis dibimbing oleh pembimbing lapang dan pekerja dalam melaksanakan budidaya lisianthus. Jurnal kegiatan magang dan prestasi kerja sajikan pada Lampiran 1 dan 2.
14 3. Melakukan pengamatan di lapang untuk mengumpulkan data mengenai pertumbuhan lisianthus mulai dari persemaian hingga siap dipasarkan, menginventarisasi kendala dalam pengusahaan lisianthus dan mengupayakan solusinya, selain itu dilakukan juga perhitungan analisis usaha tani pengelolaan usaha bunga potong. 4. Mempelajari aspek manajerial atau pengelolaan usaha serta kegiatan administrasi perusahaan. Kegiatan ini dilakukan dengan berdiskusi langsung dengan kepala divisi dan kepala bagian yang menangani bunga potong lisianthus. Pengamatan dan Pengumpulan Data Pengumpulan data dan informasi dilakukan dengan metode langsung dan tidak langsung. Data primer diperoleh dengan metode langsung melalui pengamatan di lapang dan wawancara dengan pihak perusahaan. Pengamatan dilakukan pada tanaman contoh dari tiap varietas. Pengamatan dilaksanakan di dua tempat, yaitu Sukamanah sebagai lokasi persemaian dan Lemah Neundet sebagai lokasi penanaman. Karakteristik vegetatif yang diamati meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, panjang ruas batang (internode), diameter batang, dan jumlah cabang. Karakteristik generatif yang diamati yaitu, waktu muncul bunga, jumlah bunga, panjang tangkai bunga, jumlah mahkota, umur panen, total panen, periode panen dan vase life bunga. Periode panen merupakan waktu panen lisianthus pada waktu tanam yang sama. Data sekunder diperoleh melalui metode tidak langsung dari data perusahaan dan sumber lain yang terkait dengan kegiatan produksi. Data juga diperoleh melalui studi pustaka budidaya lisianthus. Data sekunder merupakan data yang mendukung pelaksanaan teknis lapangan, antara lain kondisi lingkungan dan kondisi umum perusahaan.
15 Analisis Data dan Informasi Hasil kegiatan magang berupa data primer maupun sekunder dengan berbagai peubah dan rekomendasi teknis yang diterapkan akan diolah dengan menggunakan rataan, standar deviasi, dan analisis deskriptif. Hasil data magang digunakan sebagai bahan laporan akhir digabung dengan studi pustaka tentang budidaya tanaman lisianthus.
16
KEADAAN UMUM
Letak Geografi dan Wilayah Administratif PT. Saung Mirwan berkantor pusat di Jl. Cikopo Selatan Dusun Pasir Muncang, Desa Sukamanah, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. PT. Saung Mirwan berbatasan sebelah utara dengan Desa Pasir Kaliki, sebelah selatan dengan Dusun Pondok Gede, batas sebelah barat dan timur adalah Dusun Pasir Muncang. Letak geografis PT. Saung Mirwan antara 54-106 °BT dan 4-6 °LS. PT. Saung Mirwan memiliki kebun produksi di Gadog (Sukamanah), Lemah Neundeut, dan Cipanas. Kebun di Garut digunakan sebagai tempat membeli hasil panen dari mitra PT. Saung Mirwan. Keadaan Iklim dan Tanah Curah hujan bulanan pada lahan produksi Sukamanah sekitar 32-594 mm dan curah hujan tahunan 2945 mm. Suhu udara harian rata-rata yaitu 26.37 °C. Data mengenai suhu dan kelembaban dapat dilihat pada Lampiran 3. Suhu udara di dalam greenhouse adalah 18-38 °C. Kelembaban udara berkisar antara 70-80 % dan kelembaban udara dalam greenhouse berkisar antara 80-85 %. Lokasi perusahaan terletak pada ketinggian 670 m dpl dan berada di kaki Gunung Pangrango. Jenis tanah pada lokasi tersebut adalah latosol dengan topografi yang tidak datar. Luas Areal dan Tata Guna Lahan Luas areal PT. Saung Mirwan adalah 10.5 ha. Luas tersebut terdiri dari bangunan greenhouse, kantor, gudang, koperasi (kantin), asrama atau mess para karyawan, lahan terbuka, dan bangunan lain untuk kegiatan operasional perusahaan (ruangan penyimpanan, ruangan pendingin, bengkel, ruangan seleksi, bangunan nutrisi, dan lain-lain). Lay Out bangunan yang menunjukkan pemanfaatan tata guna lahan dapat dilihat pada Lampiran 4.
17 Kegiatan PT. Saung Mirwan berpusat di Desa Sukamanah. Bunga yang dibudidayakan adalah bunga potong krisan, krisan pot, kalanchoe, dan kastuba (poinsettia), sedangkan budidaya sayuran meliputi pak choy, tomat cherry, tomat beef, sayuran pot seledri, kaliandra, kemangi, edamame (kedelai jepang), dan selada. PT. Saung Mirwan memiliki kerja sama dengan PTPN VIII berupa proyek yang berlokasi di hak guna usaha (HGU) PTPN VIII Perkebunan Gunung Mas Afdeling Cikopo Selatan II Blok Lemah Neundeut seluas 4 ha. Sejak tahun 2001 lokasi proyek ini dijadikan kebun produksi untuk budidaya bunga potong lisianthus, krisan, dan sayuran. Budidaya tanaman sebagian besar dilakukan di dalam greenhouse. Lay out greenhouse dapat dilihat pada Lampiran 5. Greenhouse berfungsi untuk melindungi tanaman dari angin, hujan, intensitas cahaya matahari yang tinggi, dan melindungi tanaman dari serangan hama dan penyakit. PT. Saung Mirwan memiliki greenhouse dengan tipe rumah susun berganda (shape frame) berbentuk joglo (Gambar 1). Pertimbangan menggunakan tipe ini karena pada umumnya penerimaan cahaya matahari di daerah tropis relatif tinggi. Bentuk greenhouse harus memiliki ventilasi untuk mendapatkan sirkulasi udara yang baik sehingga suhu dalam greenhouse tidak terlalu tinggi.
Gambar 1. Bangunan Greenhouse dengan Tipe Rumah Susun Berganda (Shape Frame) Berbentuk Joglo Greenhouse terdiri dari kerangka, atap, dinding, dan perlengkapanya. Kerangka greenhouse terbuat dari besi stall sehingga lebih permanen dan tahan lama dibandingkan menggunakan kayu. Greenhouse di PT. Saung Mirwan memiliki panjang 36 m dan 40 m dengan lebar 12.8 m. Greenhouse memiliki
18 2 atap dengan lebar masing-masing 6.4 m yang memiliki 4 bedengan. Tiap greenhouse terdiri dari 8 bedengan dengan ketinggian dinding 3-5 m. Bahan atap greenhouse berupa plastik ultraviolet (UV) dengan tebal plastik 2 milimikron. Plastik ini dapat menahan sinar matahari sebesar 15-20 % dan sisanya diteruskan kepada tanaman. Bahan plastik cocok digunakan karena dapat melindungi tanaman dari faktor-faktor iklim. Posisi greenhouse menghadap ke utara dan selatan agar penyinaran merata sepanjang hari. Lantai greenhouse umumnya disemen agar kondisi di dalam greenhouse tetap higienis. Ambal atau keset kaki diletakkan di depan pintu masuk untuk membersihkan alas kaki atau sepatu yang digunakan. Alas kaki disterilkan dengan menggunakan lysol dengan konsentrasi 2 cc/l untuk menghindari kotoran sebagai sumber patogen yang terbawa oleh alas kaki atau sepatu. Pemeliharaan dinding greenhouse dilakukan dua kali dalam setahun dengan mencuci dinding yang terbuat dari plastik atau dengan mengganti plastik tersebut jika telah rusak. Pencucian dilakukan dengan menyemprot dinding dengan air. Penggantian atap dilakukan setahun sekali oleh karyawan harian bagian bangunan. Keadaan Tanaman dan Produksi PT. Saung Mirwan mengadakan joint venture dengan PT. Fides Belanda dalam pengusahaan komoditas bunga kalanchoe, kalandiva, dan lisianthus yang diekspor ke Jepang. Proyek ini bernama Mira Flora Internasional. Tanaman kalanchoe dan kalandiva dibudidayakan di daerah Gadog (Sukamanah), sementara lisianthus dibudidayakan di Lemah Neundeut. Budidaya lisianthus di Sukamanah dimulai pada tahun 2007. Lisianthus merupakan komoditas percobaan (trial) dan dikelola bersama oleh PT. Saung Mirwan dan PT. Fides Belanda. Awalnya persemaian benih dilakukan di greenhouse persemaian beratap paranet 80 %, namun banyak bibit yang menjadi dan roset dan tidak menghasilkan bunga. Akhirnya persemaian lisianthus dilakukan dalam cool room yang dapat diatur suhu yang sesuai untuk persemaian lisianthus yaitu 16-18 ºC. PT. Saung Mirwan memiliki fasilitas cool room
19 dengan
rak-rak persemaian sebagai tempat meletakkan tray berisi benih
lisianthus. Pada pertengahan tahun 2009, pengelolaan usaha lisianthus ditangani secara keseluruhan oleh PT. Saung Mirwan dan tidak bekerja sama lagi dengan PT. Fides Belanda. Lokasi budidaya lisianthus dipindahkan ke Lemah Neundeut karena terbatasnya areal budidaya di Sukamanah. Kegiatan budidaya berada di 2 lokasi, yaitu persemaian dengan cool room di Sukamanah dan penanaman bibit hingga menghasilkan bunga di kebun Lemah Neundeut. Budidaya bunga potong lisianthus dilakukan melalui persemaian benih. Benih lisianthus diimpor langsung dari produsen benih Takii Seed dan Sakata Seed di Jepang. Pada awal pengusahaan lisianthus, PT. Saung Mirwan menyemai sekitar 10 000 benih setiap minggu. Namun saat ini, karena terbatasnya areal penanaman, jumlah benih lisianthus yang disemai hanya mencapai 200 benih per minggu. Jumlah penanaman lisianthus dalam 4 bulan (Agustus-Desember 2009) dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Data Penanaman Lisianthus Selama Empat Bulan (AgustusDesember 2009) Varietas Ambar Double Maron Boegoet White Ceremony Orange Ceremony Light Cesna Rose Exrosa Yellow Exrosa Blue Exrosa Pink Exrosa Green King of Snow Love Me Tender Picorosa Snow Rosina Lavender Rosina Pink Picote Rosina Rose Pink Rosina Green Revolution Green Total
Jumlah Tanam (tanaman) 1 240 300 365 100 300 770 1 910 1 550 620 1 020 390 9 690 2 180 880 1 000 580 425 23 320
Jumlah Panen (tanaman) 583 69 108 35 186 624 1 020 853 354 479 157 6 935 916 680 574 311 265 14 149
Persentase Panen 47.02 23.00 29.59 35.00 62.00 81.04 53.40 55.03 57.10 46.96 40.26 71.57 42.02 77.27 57.40 53.62 62.35
52.63
20 Persemaian benih hingga menjadi bibit yang siap untuk ditanam ke lapang memerlukan waktu 12-13 minggu. Budidaya lisianthus mulai dari persemaian hingga panen memerlukan waktu sekitar 20-25 minggu, namun hal ini tergantung dari pertumbuhan tiap varietas. Persentase panen merupakan jumlah yang dapat dipanen dari jumlah tanaman yang ditanam. Awalnya PT. Saung Mirwan memasarkan lisianthus di pasar lokal dan ekspor. Pemasaran secara ekspor dilakukan melalui kontrak penjualan bunga ke Jepang. Jenis bunga yang diekspor adalah bunga berwarna putih (King of Snow dan Picorosa Snow). Adanya penurunan kualitas dan kuantitas hasil panen dari waktu ke waktu menyebabkan kegiatan ekspor dihentikan. Pemasaran bunga lisianthus hanya dilakukan pada pasar lokal saja. Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan PT. Saung Mirwan merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pertanian khususnya tanaman hortikultura. Struktur organisasi PT. Saung Mirwan terdiri dari direktur, manajer, kepala bagian (Kabag), kepala divisi (Kasi), kepala subdivisi (Kasubsi), karyawan bulanan, karyawan harian tetap, karyawan harian lepas, dan karyawan borongan. Struktur organisasi ditetapkan berdasarkan kebutuhan, tanggung jawab, dan perencanaan di dalam perusahaan. Struktur organisasi PT. Saung Mirwan dapat dilihat pada Lampiran 6. Perusahaan dipimpin oleh Tatang Hadinata yang juga merupakan pemilik PT. Saung Mirwan. Pimpinan perusahaan dibantu oleh bagian Research and Development (R&D), Teknik Informatika (IT), dan Quality Assurace (QA). Pimpinan perusahaan membawahi tiga bidang, yaitu bidang produksi, bidang komersil, dan bidang umum. Masing-masing bidang dipimpin oleh seorang direktur dan dibantu manajer serta Kabag dalam pelaksanaan tugas. Kabag bertugas untuk membuat perencanaan pada tiap divisi dan mengatur semua kegiatan di bidang umum, komersil, dan produksi, serta bertanggung jawab kepada manajer. Kabag dibantu oleh Kasi dan Kasubsi dalam menangani suatu kebun produksi. Kasi memiliki tanggung jawab untuk mengelola divisi di PT. Saung Mirwan. Divisi yang dikelola adalah keuangan, human resouces,
21 kemitraan, pengemasan, penjualan, pengadaan, distribusi, dan semua lokasi kebun. Kasubsi memimpin dan mengawasi beberapa tenaga kerja bulanan, harian, serta borongan dalam menyelesaikan pekerjaan di lahan yang telah ditetapkan pembagiannya. Kasubsi juga menentukan kebutuhan faktor produksi, misalnya benih, pupuk, pestisida yang diperlukan dalam suatu luasan lahan. Kasubsi bertanggung jawab terhadap Kasi. Karyawan bidang umum bekerja di dalam ruangan (kantor), karyawan bidang produksi umumnya lebih sering berada di kebun produksi, sedangkan karyawan bidang komersil bekerja di kantor maupun di kebun produksi. Jumlah karyawan ditentukan berdasarkan skala produksi perusahaan dan modal yang tersedia. Total karyawan PT. Saung Mirwan hingga 15 Februari 2010 adalah 455 orang. Jumlah tenaga kerja PT. Saung Mirwan dapat dilihat pada Lampiran 7. Tiap posisi memiliki perbedaan dari segi tanggung jawab, pendidikan, serta upah yang diperoleh. Pembagian upah karyawan ada dua jenis, yaitu upah bulanan bagi karyawan bulanan hingga posisi direktur dan upah mingguan bagi karyawan harian dan borongan. Penentuan upah ditentukan oleh tingkat pendidikan, hari orang kerja, lama pengabdian, jenis kelamin, dan fungsi tanggung jawab. Karyawan bulanan berhak atas tunjangan kesehatan dan pengobatan, tunjangan jabatan, tunjangan hari raya, tunjangan asrama, premi atas lama pengabdian dan kehadiran, serta uang makan. Karyawan bulanan merupakan tenaga kerja tetap dan memiliki upah dan tunjangan yang dibayar tiap bulan. Karyawan borongan merupakan tenaga kerja tidak tetap dan upah dibayar sesuai prestasi kerja atau jumlah pekerjaan yang diselesaikan dalam sehari. Karyawan harian lepas adalah tenaga kerja tidak tetap dan upah disesuaikan dengan standar gaji karyawan tetap per hari, namun tidak memperoleh tunjangan apapun dari perusahaan. Kualifikasi jenjang pendidikan dilihat dari tingkat pendidikan. Karyawan harian minimal tingkat pendidikan SD dengan umur minimal 18 tahun, karyawan bulanan minimal SD hingga SMU, atau minimal SD dan telah bekerja selama 5 tahun sebagai Kasubsi, D3 untuk posisi Kasi, dan S1 untuk Kabag hingga manajer. Posisi karyawan dapat berubah, sesuai dengan lamanya seseorang
22 bekerja. Perubahan posisi diikuti pula oleh perubahan upah, tanggung jawab, dan tunjangan. Pada umumnya karyawan memiliki jam kerja selama ± 40 jam/minggu. Jam kerja perusahaan yaitu hari Senin hingga Jumat pada pukul 07.30-16.00 WIB dan waktu istirahat selama 1 jam pada pukul 12.00-13.00 WIB. Jam kerja pada hari Sabtu hanya dilakukan setengah hari, yaitu hingga pukul 12.00 WIB. Kegiatan lembur dilaksanakan pada hari Minggu atau diluar waktu bekerja dan karyawan akan menerima upah lembur. Setiap karyawan di PT. Saung Mirwan harus mematuhi setiap aturan yang berlaku. Aturan yang ditetapkan ditujukan untuk melatih kedisiplinan serta meningkatkan kualitas karyawan. Jika ada karyawan yang melanggar aturan atau prestasi kerja sesuai dengan tanggung jawab yang harus dikerjakan, maka akan diberikan teguran langsung, surat peringatan, pemotongan gaji, ataupun dilakukan pemecatan yang disesuaikan dengan jenis pelanggaran.
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Aspek Teknis Pembibitan di Sukamanah Penyemaian benih lisianthus dilakukan setiap hari Rabu. Varietas benih yang disemai disesuaikan dengan ketersedian stok benih. Benih disimpan di dalam lemari pendingin bersuhu ± 5 ºC. Benih lisianthus dikemas dalam kotak dan dilapisi plastik sachet seperti pada Gambar 2. Satu kemasan kotak berisi ± 3 000 benih yang berukuran sangat kecil. Setiap kali menyemai, pekerja akan mengambil sebanyak jumlah benih yang diperlukan.
a
c
b
d
Gambar 2. Kemasan Benih (a) dan Bentuk Benih (b-d) Kegiatan penyemaian dilakukan di cool room, sedang pemeliharaan bibit di greenhouse pembibitan di Sukamanah. Tahapan kegiatan pembibitan lisianthus adalah persiapan wadah dan media tanam, persemaian benih, dan pemeliharaan bibit.
24 1. Persiapan wadah dan media tanam Wadah persemaian adalah tray berukuran 2 x 2 cm dan terdiri dari 288 sel dan tray berukuran 2.5 x 2.5 cm yang terdiri dari 144 sel. Tray 288 digunakan untuk menyemai benih dan memelihara bibit hingga berumur 8 minggu setelah semai (MSS). Tray 144 digunakan sebagai wadah transplanting untuk memelihara bibit berumur 8-12 MSS. Semua tray yang digunakan dicuci dengan air bersih. Pencucian tray dapat dilakukan secara manual dengan selang air maupun dengan mesin pencuci tray yang menggunakan tenaga listrik (Gambar 3). Jika menggunakan mesin pencuci, tray dimasukkan ke dalam mesin, dan di dalamnya terdapat sikat yang membersihkan tray dari kotoran.
a
b
Gambar 3. Mesin Pencuci Tray (a) dan Tray Semai (b) Media persemaian yang digunakan adalah sekam, coco peat, dan media campuran yang mengandung white sphagnum peat dengan perbandingan 1:1:2. Media diayak hingga halus dan tidak menggumpal. Ketiga media dicampur rata dan dimasukkan ke dalam tray lalu disiram dengan air. Pencampuran dan pengisian media ke dalam tray dapat dilakukan secara manual maupun dengan alat pengisi media tanam yang menggunakan tenaga listrik. Pada Gambar 4 dapat dilihat media semai dan alat pengisi media menggunakan tenaga listrik.
a
b
c
Gambar 4. Alat Pengisi Media Semai (a), Media Semai (b), dan Penyiraman Media (c)
25 2. Persemaian Benih disemai di atas media yang telah disiram air, 1 sel tray berisi 1 benih. Pengisian benih ke dalam tray dapat dilakukan secara manual dengan cara menaruh langsung benih di atas media semai maupun dengan menggunakan alat semai (Gambar 5). Alat semai akan memudahkan pekerja dalam menempatkan benih ke atas tray dengan jumlah dan posisi yang tepat. Setiap tray diberi label berisi nama varietas, waktu semai, dan waktu keluar dari cool room. Tray yang berisi benih disimpan di rak persemaian dalam cool room bersuhu 16-18 oC selama 4 minggu. Penyiraman dilakukan sehari sekali agar benih tidak kering dan dapat berkecambah dengan baik.
a
b
Gambar 5. Persemaian Benih (a) Secara Manual dan dengan Alat Semai (b) 3. Pemeliharaan bibit Setelah berumur 4 minggu, benih tumbuh menjadi bibit muda. Bibit tersebut dikeluarkan dari dalam cool room
dan dipelihara selama 4 minggu pada
greenhouse pembibitan yang beratap paranet 80 %. Suhu di greenhouse pembibitan berkisar antara 18-24 ºC. Daya berkecambah benih pada tray semai 288 dapat dilihat pada Lampiran 8. Bibit lisianthus dipupuk dengan Growmore sebanyak 1-2 g/l. Pemupukan dilakukan 1-2 kali dalam seminggu dengan melihat pertumbuhan bibit. Penyiraman dilakukan setiap hari untuk menghindari gagalnya persemaian akibat kekeringan. Penyiraman melalui pengabutan (mist irrigation) dilakukan pada pukul 09.00 dan 13.00 WIB selama 5 menit. Jika suhu udara terlalu tinggi, maka dilakukan penyiraman tambahan dengan gembor.
26 Setelah berumur 8 minggu, bibit ditransplanting dari tray 288 ke tray 144. Hal ini bertujuan agar jumlah air pada media tanam lebih banyak sehingga bibit dapat tumbuh dengan baik pada ruang yang lebih luas. Kegiatan transplanting dapat dilihat pada Gambar 6. Bibit yang ditransplanting adalah bibit yang tumbuh normal dan memiliki 2-4 daun. Bibit yang masih kecil akan tetap dipelihara hingga dapat ditransplanting.
Gambar 6. Transplanting Bibit Persentase jumlah bibit yang dipelihara pada tray 144 dan dapat ditanam di lapang terdapat pada Lampiran 9. Selama di lokasi pembibitan, aplikasi pestisida tidak dilakukan. Hama di lokasi pembibitan lisianthus adalah ulat, lalat bibit (Agromyza phaseoli), dan keong. Hama ini memakan daun muda dan menghisap cairan tanaman sehingga bibit mati. Pada media tanam juga banyak ditemukan lumut yang menutupi media dan menghambat aliran air maupun nutrisi. Penanaman di Lemah Neundeut Transplanting bibit dari lokasi pembibitan ke lokasi penanaman di Lemah Neundeut dilakukan pada bibit berumur 12 MSS. Ciri bibit yang siap ditanam di lapang adalah bibit yang memiliki 8-10 daun yang segar, dan bebas dari gangguan hama dan penyakit. Penanaman lisianthus awalnya dilakukan di Sukamanah, namun karena terbatasnya areal penanaman, maka dipindahkan ke Lemah Neundeut yang berjarak ± 3 km dari Sukamanah. Bibit ditanam di greenhouse dengan luas total penanaman lisianthus 1792 m2 (224 m x 8 m). Kegiatan budidaya yang dilakukan pada lokasi ini adalah pembukaan dan persiapan lahan, persiapan bahan tanam, persiapan tanam, penanaman,
27 pemeliharaan, panen dan pascapanen, sortasi dan pengemasan hingga bunga siap untuk dipasarkan. Persiapan Lahan Kegiatan persiapan lahan meliputi pengolahan lahan, pemberian pupuk dasar, dan sterilisasi lahan. Pengolahan lahan dilakukan untuk memberikan kondisi media tanam yang sesuai bagi tanaman. Lahan dibersihkan dari gulma dan sisa tanaman sebelumnya. Tanah dibongkar dan diolah dengan hand tractor ataupun cangkul lalu diberikan pupuk dasar dan pupuk kandang sebanyak 50 kg/100 m2. Pupuk dasar yang diberikan adalah NPK dengan rasio 8:3.5:6.5 sebanyak 5 kg/100 m2, 70 g/m2 MgSO4 dan 80 g/m2 SP 36. Hal ini dilakukan untuk memberikan tambahan nutrisi ke dalam tanah. Sterilisasi lahan dilakukan dengan aplikasi larutan Trimathon dengan dosis 10 cc/l/m2 atau larutan Vapam dengan dosis 50-70 cc/l air/m2, maupun Basamid dengan dosis 40-50 g/m2. Gambar 7 merupakan kegiatan dalam sterilisasi lahan. Tanah yang telah diberikan bahan sterilan dan pupuk ditutup dengan plastik hitam dan dibiarkan selama 10-12 hari sebelum dibuka.
Gambar 7. Sterilisasi Lahan Menggunakan Basamid dan Disungkup dengan Plastik Selama 12 Hari Persiapan Tanam Lahan dibentuk menjadi bedengan setelah proses sterilisasi selesai. Pada sebuah greenhouse terdapat 16 atap yang masing-masing atap terdiri dari 5 bedeng. Ukuran tiap bedeng adalah 28 m x 1.2 m dengan jarak antar bedeng yaitu 40 cm. Pada persiapan tanam dipasang peralatan yang diperlukan dalam pemeliharaan lisianthus. Peralatan yang dipasang pada bedengan yaitu unit pipa
28 irigasi, bambu penyangga tali, dan tali plastik sebagai supporting net atau jaring untuk penyangga tanaman. Irigasi yang digunakan pada budidaya lisianthus adalah irigasi tetes (drip irrigation) menggunakan selang viaflo. Tiap bedengan dipasang 4 selang irigasi untuk mengalirkan air dan nutrisi kepada tanaman. Tali plastik dibuat sebagai supporting net yang menyangga tanaman. Pemasangan net berfungsi untuk mengatur jarak tanam dan menyangga berdirinya tanaman agar tidak rebah. Net diletakkan di atas pipa atau selang irigasi. Supporting net dibentuk menjadi kotak persegi berukuran 14.5 cm x 14.5 cm. Ketinggian supporting net disesuaikan dengan pertumbuhan tanaman lisianthus. Pada setiap pinggir bedengan dipasang bambu yang berfungsi untuk menopang supporting net. Penanaman Bibit lisianthus dapat ditanam setelah supporting net dipasang. Biasanya penanaman dilakukan setiap Rabu pagi sekitar pukul 08.00 WIB. Bibit yang telah diseleksi dibawa ke Lemah Neundeut dari lokasi pembibitan dengan menggunakan mobil operasional perusahaan. Lubang tanam dibuat dengan kayu berbentuk silinder dengan posisi lubang di tengah supporting net.
Gambar 8. Penanaman Bibit di Lapang Tray dapat dibalik dan ditekan untuk memudahkan pengambilan bibit dari tray. Bibit dapat langsung ditanam bersama dengan media semai. Penanaman dilakukan dengan membenamkan akar hingga pangkal batang ke dalam tanah, seperti pada Gambar 8. Kerusakan bibit saat penanaman harus dihindari agar bibit
29 tumbuh dengan baik. Setelah penanaman, bibit disiram untuk menghindari layu karena kekeringan. Pemeliharaan Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan adalah penyiraman, pemupukan, pemberian zat pengatur tumbuh, pengukuran pH dan EC tanah dan larutan nutrisi, pewiwilan atau disbudding, pembersihan lahan dari gulma, dan pengendalian hama dan penyakit tanaman lisianthus di lapang.
Gambar 9. Tanaman Lisianthus di Lapang 1. Penyiraman Bibit memerlukan penyiraman yang teratur agar memiliki pertumbuhan yang normal. Penyiraman dilakukan setiap pagi sekitar pukul 09.00 WIB. Penyiraman dilakukan dengan melihat kondisi tanaman, suhu, dan kelembaban. Jika suhu udara terlalu tinggi diberikan penyiraman tambahan. Sumber air di Lemah Neundet berasal dari Pegunungan Pangrango yang berjarak ± 3 km dan ditampung pada sebuah kolam berukuran 25 m x 10 m dengan kedalaman 4 m dari permukaan tanah. Air dari kolam dipompa ke dalam tangki penampungan air dengan debit 200 liter/menit. Komponen utama sistem irigasi terdiri dari tangki nutrisi, pompa utama, saringan pasir (sand filter), saringan piring (disc filter), saringan cincin (ring filter), pipa sub utama, pipa lateral, dan selang viaflo. Penyiraman dan pemberian pupuk atau nutrisi pada tanaman diaplikasikan melalui saluran irigasi. Jaringan irigasi lisianthus terdapat pada Lampiran 10.
30 Air yang ada di dalam tangki dialirkan menuju tangki nutrisi kemudian dipompa melewati saringan pasir menuju saringan piring ke jaringan pipa inlet. Saringan pasir berfungsi untuk menyaring kotoran-kotoran yang terdapat dalam air atau larutan nutrisi. Saringan piringan berupa piringan berbentuk cincin yang berjumlah 168 buah dengan lebar cincin 1.5 cm, keliling 41.5 cm, dan berdiameter 13.22 cm. Saringan ini berfungsi untuk menyaring kotoran-kotoran yang tidak dapat disaring oleh saringan pasir. Selanjutnya air dan nutrisi akan masuk ke penyaringan yang terakhir yaitu saringan cincin (ring filter) agar nutrisi yang diberikan kepada tanaman bebas dari kotoran. Saringan cincin (ring filter) akan meneruskan air dan nutrisi ke pipa sub utama dan ke pipa lateral yang ada di dalam greenhouse menuju ke tiap-tiap selang viaflo, seperti pada Gambar 10. Penyiraman tambahan dilakukan menggunakan alat spraying yang sumber airnya berasal dari tangki air.
a
b
Gambar 10. Jaringan Irigasi dan Nutrisi (a) dan Selang Viaflo (b) 2. Pemupukan Pemupukan pertama diberikan pada tanaman berumur 1 MST di lapang dengan frekuensi pemupukan 2 kali semingggu. Pupuk yang diberikan kepada tanaman lisianthus adalah pupuk cair dan diaplikasikan melalui pipa-pipa irigasi viaflo. Pemupukan dilakukan pada pagi hari pukul 08.00-09.00 WIB. Jenis pupuk yang diberikan berbeda dan tergantung pada fase pertumbuhan tanaman, yaitu fase vegetatif dan generatif. Pupuk pada fase vegetatif diberikan 2 kali dalam seminggu selama 4 minggu, sebelum ada kuncup bunga dan pada fase generatif yaitu setelah kuncup bunga tumbuh sampai bunga mekar. Pada Tabel 2 terdapat komposisi nutrisi stok A dan B yang masing-masing akan dilarutkan pada 90 l air.
31 Tabel 2. Komposisi Nutrisi Stok A dan Stok B Tanaman Lisianthus Stok A
Stok B
Jenis Pupuk Kalsium Nitrat Ca(NO3)2 Amonium Nitrat NH4NO3 Fe Kelat 13 % FeEDTA Kalium Nitrat KNO3 Monopotasium Fosfat KH2PO4 Magnesium Sulfat MgSO4 Kalium Sulfat K2SO4 Mangan Sulfat MnSO4 Seng Sulfat ZnSO4 Borat Na2B4O7 Tembaga Sulfat CuSO4 Natrium Molibdat Na2MoO4
Vegetatif 11.7 kg 3.4 kg 174 g 6.3 kg
Generatif 9.9 kg 2.5 kg 174 g 5.5 kg
3.7 kg 3.3 kg 0.9 kg 23 g 27 g 51 g 5g 3g
3.7 kg 3.3 kg 3.3 kg 23 g 27 g 51 g 5g 3g
Nutrisi yang digunakan ada dua macam, yaitu stok A dan stok B. Hal pertama yang dilakukan adalah menimbang bahan-bahan untuk membuat larutan nutrisi. Larutan stok A dibuat dengan mencampur bahan-bahan penyusunnya dengan air sebanyak 90 l didalam ember lalu diaduk secara merata dan terus menerus. Larutan yang telah terbentuk dimasukkan ke dalam tangki larutan stok A yang berkapasitas 100 l. Bahan-bahan stok B agak sukar larut dalam air sehingga pemberian air dilakukan secara bertahap serta pengadukan dilakukan terus-menerus sampai semua bahan larut. Pembuatan larutan stok B sama dengan larutan stok A, yaitu dengan melarutkan bahan dalam 90 l air lalu dimasukkan ke dalam tangki larutan stok B. Larutan stok A dan B masing-masing berjumlah 90 l dan disimpan dalam tangki. Aplikasi larutan nutrisi pada tanaman lisianthus dilakukan dengan mengencerkan larutan stok A dan stok B dengan air bersih di dalam tangki nutrisi dengan perbandingan 1:1:300 l. Pada waktu pemupukan, sebelum pompa penyiraman dihidupkan, dilakukan pengecekan untuk memastikan bahwa keran telah terbuka. Pembukaan kerankeran inlet tergantung kepada jumlah dan lokasi greenhouse yang akan digenangi. Proses pemberian nutrisi sama dengan pemberian air yaitu melalui saluran irigasi. Pemberian larutan pupuk kandang juga diberikan pada tanah untuk menambah bahan organik yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan tanaman. Rosasol sebagai pupuk daun sebanyak 1-3 g/l air juga diberikan pada saat awal
32 pertumbuhan untuk meningkatkan perkembangan vegetatif dan pertumbuhan tanaman sampai masa pembungaan. 3. Pemberian Zat Pengatur Tumbuh Zat pengatur tumbuh diberikan saat tanaman berumur 2 minggu agar tanaman lebih cepat tumbuh dan mengurangi jumlah tanaman yang roset. Jenis zat pengatur tumbuh yang diberikan adalah giberelin berbentuk tablet yang mempunyai merek dagang Mad Gib dengan bahan aktif giberelin 3-20 %. Mad Gib diaplikasikan dengan penyemprotan langsung pada seluruh tanaman dengan konsentrasi 5 g/20 l air. Aplikasi Mad Gib dilakukan setiap 2 minggu sekali, sebanyak 2-3 kali khususnya pada tanaman yang kerdil dan memiliki pertumbuhan agak lambat. 4. Pengukuran pH dan EC tanah dan larutan nutrisi Uji kualitas air dilakukan terhadap pH dan Electrical Conductivity (EC) air dan hara. Alat untuk mengukur pH adalah pH meter, sedangkan untuk mengukur EC digunakan EC meter (Gambar 11). EC merupakan nilai yang menunjukkan jumlah ion-ion tersedia dalam tanah. Nilai EC yang terlalu besar dapat mengganggu akar tanaman dalam menyerap nutrisi. Pengukuran pH dan EC tanah dilakukan sebelum lahan ditanami dan setelah tanaman berumur 6 MST.
a
b
Gambar 11. Pengukuran pH dan EC Tanah (a) dan pH dan EC Meter (b) Pengukuran EC dan pH tanah dilakukan dengan mengambil sampel tanah yang akan diukur. Sampel berasal dari setiap titik yang mewakili kondisi lahan. Sampel tanah sebanyak 150 ml dilarutkan dalam 300 ml aquades, sehingga total larutan adalah 450 ml. Larutan diaduk sampai merata dan dibiarkan hingga air terpisah dari tanah dan terbentuk endapan. Pengukuran EC dan pH dilakukan pada air tanah.
33 t sebellum dilakukkan pemupukan, Berddasarkan haasil pengukkuran, pH tanah adalah 5.99 dan EC addalah 3.28 mS/cm, sed dangkan pH H air yaitu 66.06, dan EC E air 0.08 mS/ccm. Larutann nutrisi yanng diberikan n pada tanaaman memilliki pH 6.07 7 dan EC 1.18 mS/cm. m Penngukuran terrhadap nilaai pH dan EC E setelah ppemupukan tidak dilakukan. wilan atau Disbudding D g 5. Pewiw Pewiw wilan pada lisianthus yaaitu membu uang tunas air a dan cabaang yang tum mbuh di sekitar pucuk p dan bunga b yangg terlalu mek kar seperti pada p Gambaar 12. Pewiw wilan dapat dilaakukan 2-3 kali dalam m satu periode tanam.. Tujuan peewiwilan adalah a untuk mem mperbanyakk tumbuhnyya kuncup bunga b dengan pertumbbuhan yang lebih seragam dan membbuat tanam man dapat tumbuh lebih l tingggi karena masa pembungaaannya ditunnda. Pewiw wilan tiap tan naman dilakkukan oleh ppekerja.
Gam mbar 12. Pew wiwilan pad da Tanamann Lisianthus 6. Pengeendalian Gu ulma Pengenndalian guulma dilakuukan secarra manual oleh pekeerja pada umur 3-4 MST dengan frekkuensi penggendalian berdasarkan b n populasi ggulma pada areal pertanamaan. Gulma yang tumbuh di lahan n tidak hannya menjaddi pesaing dalam d memperolleh air dan nutrisi baggi tanaman, namun jugga dapat meenjadi inang g dan vektor pennyakit. Gollongan gulm ma yang dittemui beruppa teki-tekiian, rumputt, dan
34 beberapa jenis daun lebar. Pengendalian gulma dilakukan dengan menyiangi gulma. Sanitasi lahan dilakukan dengan membuang tanaman lisianthus yang terserang hama dan penyakit. Gulma pada tanaman lisianthus tertera pada Gambar 13.
a
b
c
d
Gambar 13. Fungi (a), Gulma pada Lisianthus (b,c), dan Penyiangan Gulma (d) 7. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman Pemberian pestisida pada tanaman dilakukan untuk mencegah kerusakan oleh hama atau organisme pengganggu tanaman. Hama yang paling sering ditemui di lapang dan mengganggu tanaman yaitu ulat, keong, kupu-kupu putih, dan thrips (Gambar 14). Penyemprotan pestisida dilakukan 2 kali seminggu pada hari Selasa dan Jumat. Jenis pestisida yang diaplikasikan tergantung dari kerusakan tanaman dan hama yang paling dominan di lapang. Pestisida yang diberikan diselingi pemberiannya agar tidak terjadi kekebalan terhadap salah satu jenis pestisida yang digunakan (resistensi).
a
b
Gambar 14. Hama pada Lisianthus : Ulat (a) dan Thrips (b)
35 Kepala subdivisi akan membuat perencanaan mengenai jenis pestisida dan dosis yang akan diaplikasikan setiap minggu dan akan direalisasikan dengan melihat kondisi tanaman. Pestisida yang diberikan pada tanaman lisianthus dapat dilihat pada Lampiran 11. Karakteristik dan Pertumbuhan Tanaman Berdasarkan morfologinya, lisianthus dibedakan menjadi organ penyusun yaitu akar, batang, daun, dan bunga. Lisianthus memiliki akar serabut berwarna coklat muda dengan panjang 10-20 cm dari pangkal hingga ujung akar. Akar berfungsi untuk menopang tanaman serta penyerapan air dan unsur-unsur hara yang penting bagi pertumbuhan tanaman. Batang lisianthus terdiri dari batang utama dan memiliki 2-3 cabang yang dapat memiliki ukuran sama besar. Arah pertumbuhan batang dan cabang tegak. Batang berbentuk bulat dan berwarna hijau. Pada batang akan tumbuh kuncup yang akan membentuk kuncup daun maupun bunga. Sejak tahun 2007, PT. Saung Mirwan telah membudidayakan sekitar 29 varietas lisianthus, yaitu Ambar Double Maron, Bouquet White, Ceremony Orange, Cesna Rose, Cesna Rose Picote, Cesna Blue, Cesna White, Exrosa Green, Exrosa Yellow, Exrosa Pink, Exrosa Pink Picote, Exrosa Blue, King of Snow, King of Blue Picote, Love Me Tender, Magic Pink, Picolo Snow, Picorosa Snow, Rosina Rose Pink, Rosina Pink Picote, Rosina Green, Rosina Lavender, Rosina Blue, Revolution Green, Super Magic White, Super Magic Purple, Super Magic Deep Blue, Super Magic Lavender Blue, dan Super Magic Blue Picote. Pemilihan varietas didasarkan pada pertumbuhan tanaman di lapang dan jumlah permintaan terhadap varietas. Morfologi bunga beberapa varietas yang dibudidayakan seperti pada Gambar 15.
36
Gam mbar 15. Pennampilan Bunga pada Berbagai B Varietas Lisiaanthus Saatt ini PT. Saaung Mirwaan hanya meembudidayaakan 10-17 varietas deengan jumlah peermintaan tertinggi t daan memilik ki pertumbuuhan yang baik di laapang. Varietas yang y masihh dibudidaayakan adallah Ambarr Double M Maron, Bou uquet White, Ceeremony Orange, Cereemony Ligh ht Pink, Cesna C Rosee, Exrosa Green, G Exrosa Yellow, Y Exroosa Pink, Exrosa E Blu ue, King off Snow, Loove Me Teender, Picorosa Snow, S Rosina Rose Pink, P Rosin na Pink Piccote, Rosinaa Green, Rosina R
37 mpilan Lavender, dan Revollution Greeen. Masing--masing varrietas memiliki penam bunga yanng menarik. Konndisi pertum mbuhan lisiaanthus di lap pang berbedda antara vaarietas yang g satu dengan yaang lainnyaa. Pengamattan terhadap p pertumbuuhan vegetaatif dan gen neratif dilakukan seminggu sekali. Berrdasarkan pengamatan p n di lapangg, Rosina Green, G E Pink memiliki tiinggi tanam man yang paaling tinggi serta Exrosa Grreen, dan Exrosa pertambahhan tinggi yang ceppat, sedangkan Cerem mony Orannge dan Rosina R Lavender memiliki pertumbuha p an yang ag gak lambat (Lampirann 12). PT. Saug m standar tinggi tanaman n lisianthuss siap panenn yaitu ≥ 60 0 cm. Mirwan menetapkan Berdasarkkan pengam matan pada 11 tanamaan contoh hingga berrumur 13 MST, M hanya Roosina Greenn, Exrosa Green, G dan Exrosa Pinnk memiliiki tinggi sesuai s
Tinggi Tanaman (cm)
standar (G Gambar 16). 70.000 60.000 50.000 40.000 30.000 20.000 10.000 0.000
6 64.38 53.50
52.13 336.60
322.44 21.09
63.61 60.64
52.355
44.82 22.78
Gam mbar 16. Tinnggi Tanam man Berbagaai Varietas Lisianthus L ppada Saat Paanen
Jumlah Daun (helai)
38 45
Exrosa Yelloow
40
Picorosa Snoow
35
Ceremony Orange O
30
Rosina Pink Picote
25
Rosina Rosee Pink
20
Rosina Greeen
15
Exrosa Blue
10
Exrosa Greeen
5
Exrosa Pink
0
Rosina Laveender 0
1
2
3
4
5
6
7
9
10 11 12 13
King Of Snoow
S Tanam m (MST) Minggu Setelah
Gam mbar 17. Jum mlah Daun pada p Berbag gai Varietass.Lisianthuss Padaa Gambar 17, terlihat pertambah han jumlah daun hamppir terjadi setiap s minggunyya dan tidakk terlihat peerbedaan ju umlah daun yang menccolok dari setiap s varietas. Rata-rata R peertambahan daun setiap p minggu addalah 2-4 daaun. Jumlah h total daun padaa saat panenn berkisar anntara 38-40 daun.
9.13
Panjang Ruas (cm)
10 8
7.07
6.65
8.73
8.43
7.00
5.775
6 4
8.86
3.500
4.00 3.00
2 0
Gam mbar 18. Pannjang Ruas (Internode)) pada Berbbagai Varietas Lisianthu us .Saaat Panen
39
Diameter Batang (cm)
0.7
0.60
0.6
0.557
0.60
0 0.57 0.51
0.5
0.56 0.49
0.45
0.40
0.43 0.37
0.4 0.3 0.2 0.1 0
Jumlah Cabang (cabang)
Gam mbar 19. Diaameter Bataang pada Beerbagai Varietas Lisiannthus Saat Panen P 3.5 3 3 2.5 2 2 1.5 1 1 0.5 0 0
3.25
3.00 2.43 1.50
2.64
2 2.38 1.75
1.91 1.45
1.67 1.57
Gam mbar 20. Jum mlah Cabanng pada Berb bagai Varieetas Lisianthhus Saat Pan nen Penggamatan pertumbuhann vegetatiff pada pannjang ruass (Gambar 18), diameter batang (Gaambar 19), dan jumlaah cabang (Gambar ( 200) menunju ukkan bahwa vaarietas yang memilikii panjang ruas tertinnggi adalahh Rosina Green G (19.13 cm m) dan terpeendek adalahh Rosina Lavender (3..00 cm), seddangkan vaarietas dengan diiameter battang terbesaar adalah Exrosa E Yelllow dan Ceeremony Orrange (0.6 cm) dan diameeter terpenddek adalah Rosina Laavender (0.37 cm). Ju umlah cabang terrbanyak dim miliki oleh varietas v Exrrosa Yellow w dan Exrossa Blue mem miliki
40 s Nillai rataan dan standaar deviasi pada jumlah caabang yangg paling sedikit. karakteristtik vegetatif tanaman lisianthus l dapat dilihat lebih detaiil pada Lam mpiran
Jumlah Bunga (kuntum)
13, 14, 15, 16, 17, dann 18. 11.55
12 1 10 1 8
1 11.18
10.64
7.55
9 9.36 7.27
6
8.91 6.18
8.18 6.64
4.45
4 2 0
Diameter Bunga (cm)
Gam mbar 21. Jum mlah Kuntuum Bunga paada Berbagaai Varietas Lisianthus Saat Pannen
110 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
9.09 7.36 5 5.73
7 7.59 7.77 7.17 7.59 6.77 7.12 6.88 6 6.55
Gam mbar 22. Diaameter Bunnga pada Beerbagai Varrietas Lisiannthus Saat Panen P
Panjang Tangkai Bunga (cm)
41 10.68
12 2 10 0
100.00 9.41
99.42
10.55
9 9.55
10.86
9.82
11.00 8.46
8.74
8 6 4 2 0
Jumlah Daun Mahkota bunga (helai)
Gam mbar 23. Pannjang Tangkkai Bunga pada p Berbaggai Varietass Lisianthuss Saat Pannen 30 3 25 2 20 2 15 1
25.09
23.45 19.36 19.55 11.55
2 26.55 2 22.18 14.18
16.73
1 19.82 14.45
10 1 5 0
Gam mbar 24. Jum mlah Daun Mahkota M paada Berbagaai Varietas L Lisianthus Saat S Pannen Pertuumbuhan generatif g d diamati seteelah bungaa pertama muncul deengan mengamatti jumlah bunga, b diam meter bunga, panjang tangkai, ddan jumlah daun mahkota bunga b yangg dapat dilihat pada Gambar G 21, 22, 23, ddan 24. Vaarietas lisiantus yang y memilliki jumlah bunga terb banyak adalah Picorossa Snow, Exrosa E Green, dann Rosina Piink Picote. Nilai N rataan n dan standaar deviasi pada karakteeristik genaratif tanaman t lisiianthus dapat dilihat paada Lampiraan 19, 20, 221, dan 22. Anaalisis korelaasi pada tiaap karakteriistik lisianthhus yang ddiamati disaajikan pada Lam mpiran 23. Hasil H uji koorelasi menu unjukkan bahwa b tingggi tanaman nyata
42 berkorelasi dengan panjang ruas pada taraf 1 %. Semakin panjang ruas tanaman maka tinggi tanaman akan semakin tinggi. Rosina Green memiliki tinggi tanaman dan panjang ruas tertinggi. Jumlah daun nyata berkorelasi dengan diameter batang dan jumlah cabang pada taraf 5 %, dan nyata berkorelasi dengan jumlah bunga pada taraf 1 %. Hal ini menunjukkan bahwa pertambahan jumlah daun menyebabkan pertambahan pada jumlah cabang, diameter batang dan jumlah bunga lisianthus. Panjang ruas nyata berkorelasi dengan diameter bunga pada taraf 5 %, sehingga semakin panjang ruas tanaman, maka diameter bunga akan semakin besar. Varietas Rosina Green, Exrosa Green, dan King of Snow memiliki panjang ruas yang tinggi dan diameter bunga yang lebih besar diantara varietas lainnya. Korelasi menunjukkan hubungan keeratan antara dua peubah. Nilai korelasi (r) berada antara –1 hingga 1. Jika r mendekati +1, maka hubungan antara kedua peubah kuat dan memiliki korelasi yang tinggi secara linear. Jika r mendekati nol, hubungan linear antara peubah sangat kecil atau tidak ada. Korelasi bernilai negatif artinya jika nilai salah satu peubah semakin besar maka peubah yang lain akan semakin kecil (Walpole, 1992) Panen Panen dilakukan 3 kali seminggu yaitu pada hari Senin, Rabu, dan Jumat. Panen dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 07.30 dan biasanya berlangsung selama 1-2 jam. Panen dilaksanakan oleh 2 orang pekerja. Walaupun lisianthus dapat dipanen lebih dari satu kali dalam masa produksi bunganya, namun PT. Saung Mirwan hanya memanen lisianthus dalam satu kali produksi tanaman dan setelah itu dilakukan penanaman tanaman baru. Panen hanya dilakukan sekali dengan mencabut seluruh bagian tanaman hingga bagian akar. Kriteria lisianthus yang siap panen ditentukan dari panjang tangkai tanaman, minimal terdapat 2 bunga yang mekar, tanaman segar, dan tidak rusak atau terserang penyakit. Kepala subdivisi akan membuat rencana panen mingguan dan catatan realisasi jumlah panen. Jumlah lisianthus dipanen berdasarkan jumlah permintaannya. Tiap varietas yang ditanam bersamaan memiliki waktu panen serta periode panen yang berbeda-beda. Berikut adalah waktu dan periode panen pada berbagai
43 varietas lisianthus yang dibudidayakan. Periode panen menunjukkan adanya variasi waktu panen lisianthus dalam varietas yang sama ataupun berbeda pada waktu tanam yang bersamaan. Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa waktu panen berkisar pada 12-16 MST dengan periode panen 2-8 minggu. Tabel 3. Perkiraan Waktu dan Periode Panen dari Berbagai Varietas Lisianthus Waktu Panen (MST) 14 16 12 15 14 13 15 13 14 13 12 13 14 15 14 12 14
Varietas Ambar Double Maron Boegoet White Ceremony Orange Ceremony Light Cesna Rose Exrosa Yellow Exrosa Blue Exrosa Pink Exrosa Green King of Snow Love Me Tender Picorosa Snow Rosina Lavender Rosina Pink Picote Rosina Rose Pink Rosina Green Revolution Green
Periode Panen (minggu) 5 4 3 2 5 4 6 8 5 7 4 7 4 4 7 6 4
Sortasi dan Seleksi Kualitas Sortasi hasil panen yaitu dengan mengamati keadaan bunga, tingkat kemekaran,
dan
tinggi
tanaman.
Seleksi
kualitas
dilakukan
dengan
mengelompokkan tanaman menjadi 2 kriteria yaitu grade A dan B. Grade A memiliki panjang tangkai bunga ≥ 60 cm dengan minimal dua jumlah bunga yang mekar, sedangkan Grade B dengan tinggi tanaman < 60 cm. Tinggi tanaman yang dipanen diukur dari pangkal batang hingga ujung tanaman. Terdapat perbedaan harga jual pada grade A dan B. Tabel 4 menunjukkan sortasi hasil panen dari bulan Maret hingga Mei 2010. Berdasarkan hasil panen, Picorosa Snow dan Exrosa Pink merupakan varietas yang paling banyak dipanen dengan kualitas grade A.
44 Tabel 4. Jumlah Panen Berdasarkan Seleksi Kualitas Hasil Panen Lisianthus Bulan Maret Hingga Mei 2010 Varietas Ambar Double Maron Boquet White Ceremony Orange Cesna Rose Exrosa Blue Exrosa Green Exrosa Pink Exrosa Yellow King of Snow Love Me Tender Picorosa snow Rosina Green Rosina Lavender Rosina Pink Picote Rosina Rose Pink Revolution Green Total
Maret Total A B 2 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 36 15 51 8 0 8 27 6 33 12 51 39 30 9 39 0 0 0 274 59 333 6 0 6 24 24 48 48 2 50 14 0 14 0 0 0 508 127 635
April A 2 0 0 0 17 21 68 70 25 1 169 22 5 17 18 2 437
B 1 0 0 0 12 0 2 7 3 0 23 8 3 1 3 0 63
Total 3 0 0 0 29 21 70 77 28 1 192 30 8 18 21 2 500
Mei Total A B 4 4 8 1 0 1 2 0 2 0 0 0 4 1 5 4 0 4 24 2 26 18 2 20 16 2 18 4 0 4 96 8 104 22 2 24 3 0 3 23 0 23 3 0 3 4 0 4 228 21 249
Pascapanen Akar lisianthus dipotong dan daun pada batang bawah dibuang untuk mempermudah pengemasan. Satu ikat lisianthus terdiri dari 10-12 tanaman, diikat dengan karet dan dikemas menggunakan kertas untuk mengurangi kerusakan bunga. Pengemasan harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak membuat bunga layu atau tanaman memar. PT. Saung Mirwan hanya menggunakan air untuk merendam pangkal batang lisianthus dalam mempertahankan kesegaran bunga.
Gambar 25. Pengemasan pada Bunga Potong Lisianthus
45 Penulis mengamati vase life lisianthus di ruangan mess penulis. Pengamatan dilakukan pada 2 varietas lisianthus menggunakan 3 ulangan. Percobaan dilakukan dengan merendam pangkal batang bunga lisianthus dengan larutan untuk menguji vase life dan dapat dilihat pada Lampiran 24 dan 25. Larutan pengujian dibandingkan dengan kontrol (air). Semua larutan diganti setiap 3 hari sekali dan pangkal batang dipotong 0.5-1 cm. Tabel 5 menunjukkan bahwa tiap larutan pengujian memiliki hasil yang berbeda-beda dalam memperpanjang kesegaran bunga lisianthus. Berdasarkan pengujian, perendaman bunga potong lisianthus varietas Rosina Green dan Exrosa Pink dengan gula 15 g/l + asam sitrat 0.4 g/l dapat memperpanjang kesegaran bunga hingga 17 hari. Tabel 5. Vase Life pada Dua Varietas Lisianthus Ulangan
A 17 15 13
1 2 3 Rata-rata (hari) Keterangan :
15 A B C D *
= = = =
Rosina Green B C 12 17 11 17 16 17 13
17
D 17 15 16
A 13 12 11
16
12
Exrosa Pink B 11 14 8 11
C 17 17 17
D 16 9 8
17
11
air larutan desinfektan (NaClO 5.25%) 1ml/l gula 15g/l + asam sitrat 0.4 g/l gula 15g/l + asam salisilat 150 ppm = Setiap 3 hari sekali larutan diganti, pangkal tangkai dipotong 0.5-1cm
Pengemasan dan Pengiriman Setelah panen selesai, lisianthus dibawa mengunakan mobil pengangkut hasil panen ke tempat packaging bunga potong di Sukamanah. Tempat packaging bunga potong merupakan ruangan untuk menyimpanan bunga sebelum dipasarkan kepada konsumen. Ruangan ini berfasilitas Air Conditioner, memiliki suhu sekitar 20-21 0C dengan bak-bak tempat menyimpan bunga. Bunga lisianthus disusun secara vertikal pada bak yang berisi air seperti pada Gambar 26. PT. Saung Mirwan tidak memberikan tambahan zat untuk mempertahankan kesegaran bunga setelah panen maupun saat pascapanen. Biasanya bunga lisianthus yang ada ruang packaging dapat bertahan tetap segar hingga seminggu. Bunga yang sudah layu dan mulai membusuk akan dibuang. Pengemasan bunga potong dilakukan jika ada permintaan dari konsumen. Pengemasan bunga yang dipasarkan dilakukan dengan menggunakan kardus yang
46 berukuran panjang 85 cm, lebar 40 cm, dan tinggi 42 cm. Satu kardus dapat berisi 20-25 ikat bunga potong dan siap dikirim. Pengiriman bunga potong dilakukan dengan mobil boks milik PT. Saung Mirwan yang digunakan untuk mengirim dan memasarkan hasil-hasil pertanian.
a
b
Gambar 26. Penyusunan Lisianthus pada Bak (a) dan Pengujian Vase Life Lisianthus Pemasaran Awalnya, PT. Saung Mirwan memasarkan bunga potong lisianthus di pasar lokal dan pasar Asia. Bunga lisianthus diekspor ke Jepang, dengan kriteria tinggi batang minimal 70 cm, memiliki 2 bunga kembar yang mekar. Warna bunga yang paling banyak diminati adalah yang berwarna putih (King of Snow dan Picorosa Snow) dan pink (Rosina Rose Pink). Namun, saat ini PT. Saung Mirwan tidak lagi mengekspor bunga potong lisianthus karena kualitas tinggi tanaman lisianthus yang dihasilkan < 70 cm serta diameter batang terlalu kecil. Bunga lisianthus yang berwarna pink dan ungu lebih banyak diminati di pasar lokal. Tabel 6 menunjukkan fluktuasi jumlah lisianthus yang terjual tiap minggunya.
47 Tabel 6. Penjualan Lisianthus PT. Saung Mirwan Tahun 2010 Minggu` 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Jumlah Awal Jumlah Panen (Ikat) (Ikat) 141 483 106 347 170 151 26 200 16 152 93 150 99 288 184 124 58 93 52 203 133 158 6 89 0 117 1 180
Jumlah Dijual (Ikat) 316 159 220 210 75 144 98 84 79 87 110 95 116 156
Buang (Ikat) 202 124 75 0 0 0 45 166 20 36 175 0 0 0
Jumlah Akhir (Ikat) 106 170 26 16 93 99 184 58 52 133 6 0 1 25
Aspek Manajerial Karyawan Harian Dalam melaksanakan kegiatan magang, penulis berstatus sebagai karyawan harian selama 2 bulan. Penulis melakukan pekerjaan yang sama dengan karyawan harian PT. Saung Mirwan di lapang. Kegiatan yang dilaksanakan merupakan kegiatan budidaya dan produksi bunga potong lisianthus. Setiap pagi hari penulis menggunakan mobil pengangkut panen milik perusahaan untuk mengikuti kegiatan yang ada di Lemah Neundeut. Kegiatan yang dilakukan penulis di Lemah Neundeut yaitu penanaman lisianthus ke lapang, penyiraman, pewiwilan, penyiangan, pemanenan, sortasi, dan pengemasan. Penulis kembali lagi ke Sukamanah pada siang hari dan mengikuti kembali kegiatan budidaya lisianthus (persemaian) di Sukamanah. Setiap hari karyawan bekerja mulai pukul 07.30-16.00 WIB dengan waktu istirahat pukul 12.00-13.00 WIB dan wajib mengisi daftar hadir. Karyawan harian memperoleh penjelasan mengenai hal yang harus dikerjakan serta teknis pelaksanaan tugas oleh kepala subdivisi (Kasubsi) dan kepala divisi (Kasi). Karyawan harian akan bertanggung jawab kepada Kasubsi atas pekerjaan yang telah dilaksanakan. Selama menjadi karyawan harian penulis banyak mempelajari
48 kegiatan pengelolaan kebun dan dibimbing oleh para karyawan, kepala subdivisi, maupun kepala divisi. Pendamping Kepala Divisi Status penulis sebagai pendamping supervisor atau pendamping kepala divisi (Kasi) dimulai pada bulan ketiga pelaksanaan magang. Selama 1 bulan penulis mempelajari kegiatan produksi hingga administrasi kebun. Penulis tetap melakukan kegiatan harian di kebun dan juga mempelajari kegiatan administrasi di kantor. Penulis juga mempelajari bagaimana cara melakukan pengawasan terhadap karyawan di lapang. Penulis ikut serta dalam melakukan pencatatan mengenai data-data perusahaan untuk pengarsipan. Kepala divisi bersama kepala bagian membuat perencanaan kegiatan budidaya, mengawasi pelaksanaannya dan mengevaluasi kegiatan yang telah dilaksanakan dan dibantu oleh kepala subdivisi di tiap lahan. Kepala bagian bertanggung jawab terhadap manajer kebun. Pendamping Kepala Bagian Manajer mempunyai tanggung jawab secara keseluruhan atas produksi hingga pemasaran komoditas yang dibudidayakan. Manajer bertanggung jawab kepada direktur atau pemilik perusahaan. Penulis mempelajari kegiatan manajemen dari pengusahaan bunga potong lisianthus melalui diskusi dengan manajer umum perusahaan dan manajer bunga yang memiliki posisi setara. Penulis berstatus sebagai pendamping kepala bagian dan manajer selama 1 bulan. PT. Saung Mirwan memiliki tiga bidang yang harus dikelola agar perusahaan dapat menjalankan usaha. Setiap bidang yaitu produksi, komersil, dan umum memiliki manajemen yang saling terkait. 1. Manajemen Bidang Produksi Manajemen bidang produksi melingkupi pengawasan terhadap seluruh kebun produksi milik PT. Saung Mirwan, yaitu kebun Gadog, Lemah Neundeut, Cipanas, Lembang, dan Garut. Manajemen produksi berhubungan dengan pengambilan
keputusan
yang
berkaitan
dalam
proses
perencanaan,
pengorganisasian, pengawasan, dan pengarahan. Kegiatan yang dilakukan di
49 bidang produksi, misalnya membuat perencanaan dan penyusunan program tanam suatu komoditas untuk periode satu tahun. Program tanam akan mengatur waktu dan aspek budidaya suatu varietas yang bersifat fleksibel dan terus-menerus dapat diperbaharui atau direvisi sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Bidang produksi bekerjasama dengan sales. Sales membuat perencanaan terhadap jumlah suatu varietas yang harus ditanam dan dipanen sesuai permintaan terhadap lisianthus. Sales divisi bunga memberikan perencanaan jumlah panen (target yang harus dipenuhi setiap minggu atau setiap bulan) kepada bidang produksi. Bagian produksi mempersiapkan lahan, bahan tanam, serta input produksi kegiatan budidaya sesuai rencana tanam yang diberikan sales. Bidang produksi akan bertanggung jawab terhadap lahan produksi bunga potong dalam memenuhi kebutuhan panen sales. Pengawasan oleh manajer produksi dilakukan dengan melihat, mengontrol, dan memberi pengarahan kepada setiap karyawan yang melaksanakan program tersebut. Rapat antara manajer produksi bunga dengan kepala divisi, kepala bagian, dan kepala subdivisi dilaksanakan seminggu dan sebulan sekali untuk mengukur keberhasilan pelaksanaan suatu program tanam. 2. Manajemen Bidang Komersil (Pemasaran) Bidang komersil bertugas dalam memasarkan produk yang dihasilkan oleh bidang produksi, baik sayur maupun bunga. Bidang komersil bertanggung jawab menyediakan produk yang diminta oleh pasar atau konsumen. Bagian divisi bunga atau sales bertugas untuk menentukan perencanaan jumlah dan waktu tanam serta panen, mencari peluang pasar, melakukan promosi, melakukan pengadaan, menentukan harga jual, menangani pengemasan, dan mengatur distribusi untuk menyalurkan barang dan jasa hingga ke tangan konsumen. Sales dapat menggunakan hasil produksi dari lahan maupun menjalin kemitraan untuk memenuhi target permintaan dari konsumen. Awalnya pemasaran lisianthus dilaksanakan di pasar dalam negeri (domestik) dan luar negeri (internasional). Namun karena berbagai pertimbangan, akhirnya pemasaran hanya dilakukan di dalam negeri. Perusahaan memiliki dua jenis pelanggan yaitu pelanggan tetap dan pelanggan tidak tetap atau kolektif
50 (pengunjung atau tamu). Pelanggan tetap memiliki hubungan kontrak yang bertujuan untuk menjamin kualitas produk dan kontinuitas permintaan. Pengiriman bunga dilakukan dengan menggunakan mobil boks. Setelah bunga sampai ke tangan konsumen, faktur yang terdiri dari surat jalan dan nota ditandatangani oleh konsumen. Bila ada bunga yang rusak selama pengangkutan ataupun tidak sesuai dengan pesanan, maka konsumen berhak untuk mengembalikan barang tersebut. Selanjutnya tugas bagian distribusi melaporkan hasil pengembalian ke bagian divisi bunga (sales) dan melapor ke bagian keuangan. Jumlah pengiriman barang ke luar daerah adalah minimal 100 ikat lisianthus dengan biaya pengiriman ditanggung oleh pemesan. Konsumen juga dapat mengambil sendiri bunga potong lisianthus dengan datang ke PT. Saung Mirwan dan melakukan transaksi. Sistem pembayaran yang berlaku pada perusahaan dapat melalui cash ataupun kredit. Cash dapat dilakukan dengan mentransfer sejumlah uang sedangkan sistem pembayaran melalui kredit setelah ada kesepakatan antara sales dengan pelanggan. Hal ini berdasarkan kepercayaan sales terhadap pelanggan tersebut. Saluran pemasaran bunga potong lisianthus ada tiga, yaitu perusahaan langsung menjual bunga kepada konsumen secara kolektif, menjual bunga kepada florist atau toko bunga, atau menjual bunga kepada distributor yang akan menjual kepada florist. Bunga potong lisianthus dijual secara kolektif kepada pelanggan dan distributor maupun florist yang berasal dari daerah Rawa Belong, Jakarta. 3. Manajemen Bidang Umum Bidang umum bertanggung jawab terhadap pengelolaan keuangan, tenaga kerja, fasilitas dan properti, serta penelitian yang berguna bagi pengembangan usaha. Bidang umum akan memperlengkapi para pekerja dengan training atau pelatihan guna peningkatan soft skill karyawan.
51
P PEMBAH HASAN
Persema aian Penggusahaan buunga potongg lisianthuss di PT. Sauung Mirwann berawal daari uji coba untuuk melihatt pertumbuuhan dan perkembang p gan tanamaan lisianthu us di Indonesia.. Hasil uji coba c penannaman mem mperlihatkann bahwa lisiianthus mem miliki pertumbuhhan dan prooduksi yang baik di Ind donesia sebaagai negara tropis. PT.
Saung
Mirwan
merupakan n
perusahhaan
horrtikultura
yang
membudiddayakan lissianthus seebagai bun nga potong. Dalam ppengusahaaannya, terdapat kendala daalam penyyediaan ben nih sebagaai bahan ttanam sehingga PT. Saungg Mirwan mengimpor m b benih dari Belanda B dann Jepang. Lisiaanthus mem miliki umurr budidaya sekitar 4-6 bulan, m mulai dari tanam t hingga paanen. Pengaaturan linggkungan tum mbuh diperrlukan mulai dari keg giatan persemaiaan benih, peenanaman di d lapang, pemeliharaan, panen ddan pascap panen, hingga lisiianthus sam mpai kepadaa konsumen.. Perssemaian lisiianthus dilaakukan di daalam cool room r bersuhhu 16-18 ºC C dan menggunaakan lampu 18 watt sebbagai sumb ber peneranggan. Pengguunaan listrik k dan air condiitioner (AC C) dioperassikan pukull 07.00-17.00 WIB, sementara pada malam harri, listrik daan AC tidakk dioperasikaan untuk meenghemat bbiaya produk ksi.
Gambarr 27. Cool Room R Temp pat Persemaaian Lisianthhus
52 Maryland Cooperative Extension (2000) menyatakan bahwa suhu untuk persemaian dan pembibitan lisianthus adalah 15-18 ºC dan suhu yang lebih rendah atau lebih tinggi akan menyebabkan benih dorman, tidak tumbuh, atau mati. Suhu yang tidak konstan pada waktu persemaian di cool room menyebabkan daya berkecambah benih rendah. Rataan daya berkecambah benih pada berbagai varietas lisianthus disajikan pada Lampiran 8 yang memperlihatkan bahwa daya berkecambah benih tertinggi adalah varietas Ambar Double Maron sebesar 87.05 %. Hasil uji t-student pada taraf 5 % menunjukkan bahwa terdapat beberapa varietas yang memiliki daya berkecambah yang tidak berbeda nyata terhadap varietas Ambar Double Maron. Varietas yang memiliki daya berkecambah yang berbeda nyata dengan Ambar Double Maron yaitu Picorosa Snow dan Ceremony Orange. Rataan daya berkecambah benih pada semua varietas lisianthus adalah 74.88 %. Hal ini menunjukkan bahwa daya berkecambah benih yang disemai masih rendah jika dibandingkan dengan yang tertulis pada kemasan benih yaitu 85 %. Menurut Sadjad et al. (1999), ada 2 faktor yang mempengaruhi perkecambahan benih yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal berupa sifat genetik (dormansi dan komposisi kimia benih), tingkat kemasakan, dan umur benih. Faktor eksternal yaitu air, suhu, cahaya, gas, dan media perkecambahan. Tahap awal pertumbuhan bibit mempengaruhi keserempakan pertumbuhan tanaman. Ketidakserempakan pertumbuhan bibit dipengaruhi kualitas benih yang disemai. Benih abnormal akan menghasilkan bibit dengan pertumbuhan terhambat dan berukuran kecil (Gambar 28). Bibit yang telah menunjukkan pertumbuhan awal seperti ini sebaiknya tidak ditanam di lapang. Seleksi bibit lisianthus yang ditanam di lapang dilakukan agar kondisi bibit seragam dan memiliki daya tumbuh yang baik.
53
Gambar
28.
Ketidakserempakan Persemaian
Pertumbuhan
pada
Lisianthus
di
Media untuk persemaian sangat berpengaruh terhadap perkecambahan terkait sifat fisik (aerasi, tekanan osmosis, dan kapasitas memegang air) serta sifat kimia media (kadar garam dan bahan kimia yang ada di dalamnya). PT. Saung Mirwan menggunakan media sekam, coco peat, dan media campuran white sphagnum peat. Sekam berguna untuk menambah unsur Si, menggemburkan tanah, meningkatkan sirkulasi hara, memperbaiki kemasaman tanah, dan meningkatkan suhu tanah. Sekam bakar memiliki daya serap air yang sedikit, tetapi aerasi udaranya sangat baik. Peat merupakan tanah humus, berwarna hitam dan berbentuk gumpalan tanah yang tercampur dengan sisa tanaman yang telah lapuk. Peat berasal dari dasar rawa dan memiliki kapasitas memegang air yang tinggi (Geolnytha, 2009). White sphagnum peat merupakan bahan campuran media yang dapat menyimpan air dalam jumlah cukup, drainase dan aerasi baik, dan tidak mudah lapuk. Menurut Junaedhie (2007) white sphagnum peat mempunyai rongga udara yang banyak sehingga membuat akar tanaman berkembang dengan baik dan memperoleh air dengan mudah. Pengukuran terhadap kelembaban udara di dalam greenhouse persemaian perlu dilakukan untuk mempertahankan kelembaban udara optimum yaitu 80-90 %. Jika terlalu kering maka dilakukan penyiraman tambahan dengan power sprayer. Atap di lokasi pembibitan menggunakan paranet ganda atau paranet 80 %, yang berarti paranet dapat menahan 80 % cahaya sehingga cahaya yang
54 diteruskan sebesar 20 %. Penggunaan paranet ini membuat lokasi pembibitan lebih teduh. Tanaman Lapang Kegiatan budidaya berupa pemeliharaan dimulai sejak bibit ditanam di lapang. Persiapan tanam berupa pengolahan lahan pada bedeng lisianthus dilakukan minimal sekali setahun, termasuk pembongkaran bedeng dan sterilisasi tanah. Menurut Fox (1998), lisianthus yang ditanam dengan campuran cocopeat memiliki pertumbuhan 3 minggu lebih cepat dibandingkan jika ditanam menggunakan tanah saja. Maryland Cooperative Extension (2000) menyatakan bahwa suhu optimal untuk budidaya lisianthus di dalam greenhouse adalah 18-20 °C saat siang hari dan 15-18 °C saat malam hari, sementara suhu di Lemah Neundet pada siang hari adalah 35-37 oC dan 17-18 °C pada malam hari. Suhu yang terlalu tinggi menjadi penyebab banyak tanaman roset atau tumbuhnya bunga prematur pada tanaman muda serta memiliki batang yang lebih pendek. Tanaman lisianthus yang roset (Gambar 29) memiliki gejala pertumbuhan tinggi yang terhambat, tetapi daun terus tumbuh, sehingga internode (ruas) menjadi sangat pendek, dan tanaman terlihat kerdil. Tanaman roset tidak dapat menghasilkan bunga. Dari segi morfogenesis, pertumbuhan daun tetap berlangsung, namun proses pemanjangan ruas terhambat sehingga menyebabkan tingi tanaman tidak sesuai standar.
Normal
Roset
Gambar 29. Perbandingan Tanaman Normal dan Roset pada Umur 5 MST
55
Tidak Serempak
Gambar 30. Ketidakserempakan Pertumbuhan Lisianthus di Lapang Kendala budidaya di lapang hampir sama dengan di persemaian, yaitu ketidakserempakan pertumbuhan bibit. Kondisi di lapang memperlihatkan adanya perbedaan tinggi dan ukuran tanaman pada varietas dengan waktu tanam yang sama. Berdasarkan pengamatan, jumlah tanaman roset di lapang berkisar antara 30-40 %. Dampak terhadap kendala budidaya lisianthus akan sangat terlihat pada hasil panen yang sedikit dan kualitasnya yang tidak baik. Selain itu banyak tanaman yang roset dan membentuk anakan yang tumbuh ke samping sehingga tanaman tidak dapat menghasilkan bunga. Budidaya lisianthus di PT. Saung Mirwan menggunakan Mad Gib berbahan aktif giberelin 3-20% untuk merangsang pertumbuhan optimal bibit dan mengurangi tanaman roset. Aplikasi giberelin sebanyak 1-2 kali pada tanaman berumur 2 minggu. Berdasarkan kondisi tanaman di lapang, aplikasi giberelin belum memberikan hasil yang optimal dalam mengurangi tanaman roset. Modifikasi lingkungan agar tercipta suhu optimal dapat dilakukan dengan memilih desain greenhouse yang tepat. Hal ini perlu dilakukan untuk menciptakan lingkungan tumbuh yang sering menjadi faktor pembatas. Pertimbangan terhadap lingkungan desain greenhouse adalah pertukaran energi, aliran suhu, ventilasi, evaporasi, dan modifikasi suhu. Metode ekonomis untuk mendinginkan greenhouse atau terjadinya pertukaran udara di dalam dan luar greenhouse adalah melalui ventilasi.
56 Kekurangan air pada lisianthus akan menyebabkan inisiasi bunga dini dan menghasilkan batang yang lebih pendek dan lemah. Pengabutan (mist irrigation) dilakukan untuk menjaga kelembaban. Pengabutan dilakukan setiap pagi hari selama 5-10 menit tanpa pengukuran jumlah kebutuhan air oleh tanaman. Pengukuran terhadap potensial air di dalam tanah menggunakan tensiometer dan pengukuran kelembaban udara dengan higrometer perlu dilakukan. Hal ini dapat menjadi acuan dalam menentukan frekuensi dan volume penyiraman. Nilai pH dan EC (electric conductivity) tanah dan larutan nutrisi dapat menjadi acuan pemupukan bagi tanaman lisianthus sehingga gejala defisiensi hara maupun keracunan dapat dicegah. Pemberian hara dan nutrisi yang tepat akan menghasilkan pertumbuhan tanaman yang baik. Kondisi pH media berpengaruh terhadap ketersediaan unsur hara bagi tanaman. Pada pH yang tidak tepat, beberapa unsur hara tidak dapat larut dan tidak dapat diserap oleh akar dalam jumlah yang mencukupi. Pengukuran EC digunakan untuk mempertahankan target konsentrasi hara di zona perakaran dan sebagai pedoman dalam pemberian larutan hara kepada tanaman (Susila, 2009). Menurut Naeve (2002), EC tanah tempat penanaman lisianthus sebaiknya dipertahankan pada 1.0-2.25 mS/cm. EC tanah sebelum dipupuk yaitu 3.2 mS/cm dan pH adalah 5.9 mS/cm. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah ion dan garam yang terlarut terlalu tinggi dan dapat menyebabkan akar tanaman tidak dapat menyerap hara. Jika EC media tanam terlalu tinggi maka jumlah dan konsentrasi pupuk akan dikurangi atau jumlah air sebagai pelarut nutrisi ditambah. Jika nilai EC terlalu rendah maka jumlah air dikurangi sehingga larutan nutrisi akan menjadi lebih pekat. Hama yang banyak menyerang tanaman lisianthus di lapang adalah kupukupu putih, thrips, keong, dan ulat. Hama ini menyerang bunga, daun, dan pucuk baru dengan memotong dan menghisap yang mengakibatkan rusaknya bunga, daun, maupun pucuk yang baru terbentuk. Serangan yang disebabkan oleh thrips merupakan permasalahan dalam budidaya lisianthus di PT. Saung Mirwan. Thrips menghisap cairan tanaman sehingga bunga layu dan kering. Mahkota dan bagian putik bunga yang terserang thrips akan rusak, mengerut, dan tampak kotor akibat gigitan thrips seperti pada Gambar 31. Aplikasi pestisida dalam mengendalikan
57 hama harus dilakukan secara tepat jenis, dosis, waktu dan sasaran. Pada Lampiran 11, jenis pestisida yang diaplikasikan adalah insektisida untuk mengendalikan thrips, ulat, dan serangga. Sementara untuk mengendalikan hama keong tidak diaplikasikan molluksisida atau pestisida untuk mengendalikan hama keong.
Gambar 31. Serangan Hama Thrips pada Bunga Lisianthus Penyakit yang menyerang lisianthus sehingga tanaman tidak bisa tumbuh dengan normal, yaitu: 1. Gray mold (Botrytis blight) Penyakit ini disebabkan oleh fungi yang menyebabkan rusaknya jaringan tanaman, adanya bercak putih pada daun yang semakin meluas. Serangan fungi ini menyebabkan tanaman layu serta jaringan tanaman yang terinfeksi akan rusak. 2. Impatiens Necrotic Spot Virus Penyakit ini disebabkan oleh Impatiens Necrotic Spot Virus (INSV). Gejala penyakit berupa bercak-bercak berwarna kuning pada daun lisianthus. Tanaman akan mengalami nekrotik, layu, atau mati. Thrips juga dapat menjadi vektor virus ini. 3. Busuk Batang Penyakit ini disebabkan oleh Pythium dengan ciri-ciri tanaman menjadi kuning dan layu, terdapat memar dan lapisan luar akar membusuk. Tanaman yang diserang memiliki akar dan batang berwarna coklat kehitaman. Busuk akibat Pythium sering terjadi karena aerasi tanah yang buruk. 4. Layu Fusarium Penyakit ini disebabkan oleh Fusarium sp. yang menyerang batang dan juga menyebabkan busuk pada leher batang. Gejala serangan membuat daun berwarna
58 kuning kecoklatan, bagian batang serta akar menjadi layu dan kering. McGovern et al. (2008) menyatakan bahwa Fusarium sp. pada utamanya menyerang pangkal batang tanaman lisianthus, tetapi juga dapat menyebabkan busuk pada akar. Layu dan busuk pangkal batang hingga berwarna kecoklatan merupakan gejala dari proses infeksi dan tidak lama kemudian tanaman akan mati. Nekrosis juga terjadi pada pembuluh batang tanaman. Fusarium sp. dapat menyebar dari tray. Penyakit akibat fusarium dapat dicegah dengan menjaga aerasi tanah dan kelembaban pada lingkungan tumbuh. Bagian tanaman yang telah terinfeksi harus segera dibuang untuk menghindari penyebaran, tanaman dapat juga disemprot dengan fungisida yang berbahan aktif benomil. 5. Puru Akar Tanaman yang terserang nematoda mengalami pembengkakan atau terbentuk puru pada bagian akar. Penyakit yang paling banyak menyerang tanaman lisianthus di lapang adalah puru akar. Nematoda akan menghambat translokasi air dan hara dari akar ke daun sehingga tanaman akan layu dan mati.
a
c
b
d
e
Gambar 32. Penyakit pada Lisianthus: Gray mold (a), Impatiens Necrotic Spot Virus (b), Busuk Batang (c), Layu Fusarium (d), dan Puru Akar (e) Pengendalian hama dan penyakit lisianthus dilakukan secara mekanis yaitu dengan melapisi dinding greenhouse dengan insect screen, namun pemberian insect trap juga sebaiknya diberikan pada setiap bedengan tanaman. Pengendalian
59 secara kuratif melalui aplikasi pestisida yang disesuaikan dengan jenis serangan dan tingkat kerusakan telah lama dilakukan untuk menekan populasi hama di lapang. Namun hal yang perlu diperhatikan adalah menjaga kebersihan lahan. Pembuangan tanaman yang terserang penyakit dan gulma, pembersihan bedengan dari sampah sisa tanaman yang dapat menjadi sumber patogen sangat penting dilakukan. Maryland Cooperative Extension (2000) menyatakan bunga potong lisianthus yang dijual di pasar internasional memiliki tinggi tanaman 70 cm. Sementara itu PT. Saung Mirwan menetapkan tinggi tanaman (panjang tangkai tanaman) ≥ 60 cm sebagai standar jual bunga potong lisianthus di pasar lokal. Tanaman lisianthus yang dipanen adalah yang memiliki penampilan fisik yang baik, memiliki tinggi yang sesuai dengan kriteria panen, dan bebas dari serangan hama dan penyakit. Tinggi tanaman merupakan kriteria utama dalam pemanenan. Semakin tinggi tangkai, maka tanaman tersebut akan masuk ke dalam kriteria yang baik (grade A ≥ 60 cm). Kendala dalam budidaya, menyebabkan banyak tanaman yang memiliki tinggi kurang dari 60 cm sehingga standar tinggi grade A harus diturunkan. Konsumen bunga potong lisianthus cenderung menyukai bunga yang memiliki tinggi (tangkai tanaman) yang panjang karena akan lebih mudah dan efisien dalam penggunaannya sebagai bunga potong, terutama sebagai rangkaian bunga. Tangkai yang panjang juga memudahkan florist maupun distributor bunga dalam penanganan pascapanen sebelum bunga dijual kepada konsumen. Dalam mempertahankan kesegaran bunga florist maupun distributor dapat lebih sering memotong tangkai bunga agar penyerapan air lebih lancar. Tabel 1 menunjukkan bahwa dari 17 varietas yang dibudidayakan, hanya 10 varietas yang memiliki persentase tanaman yang dapat dipanen diatas 50 %. Varietas yang memiliki persentase panen yang tinggi yaitu Exrosa Yellow (81.04 %), Rosina Pink Picote (77.27 %), Picorosa Snow (71.57 %), Revolution Green (62.35 %), dan Cesna Rose (62 %). Persentase panen terendah yaitu varietas Boegoet White (23 %) dan Ceremony Orange (29.59 %). Rata-rata persentase panen lisianthus selama periode penanaman akhir tahun 2009-2010 adalah
60 52.63 %. Pemilihan varietas lisianthus perlu dilakukan sehingga varietas yang ditanam memiliki pertumbuhan yang cepat dengan tinggi tanaman sesuai standar. Pengamatan terhadap pertumbuhan lisianthus yang ditanam di PT. Mid Duta International, Kebun Bali Rose, menunjukkan bahwa persentase tanaman produktif masih rendah yaitu sekitar 34.60 %. Faktor yang menyebabkan rendahnya persentase tersebut adalah lingkungan tumbuh yang belum baik sehingga banyak tanaman terserang penyakit layu saat dibudidayakan di lapang dan tanaman roset (Demas, 2009). Hal ini menunjukkan adanya permasalahan yang sama dengan PT. Saung Mirwan dalam budidaya lisianthus yaitu ketidakserempakan bibit yang tumbuh, banyaknya tanaman roset, gangguan hama dan penyakit, serta rendahnya persen tanaman yang dapat dipanen. Persentase panen lisianthus di PT. Saung Mirwan terus menurun dari tahun ke tahun. Hal ini disebabkan menurunnya kualitas akibat penyimpanan yang terlalu lama. Kendala lain adalah lingkungan tumbuh yang kurang sesuai dalam mendukung pertumbuhan yang baik, misalnya suhu tinggi dan gangguan hama dan penyakit. PT. Saung Mirwan juga mengurangi frekuensi penyemaian dan jumlah benih yang disemai karena terbatasnya areal penanaman. Kerusakan-kerusakan saat pascapanen, yaitu saat pengangkutan bunga dari lokasi panen ke ruang packaging dan penyimpanan bunga harus ditangani dengan baik agar kualitas bunga tidak menurun. Bunga ditempatkan di dalam bak berisi air. Bunga yang disusun terlalu padat akan menimbulkan kerusakan (memar dan layu) karena terhimpit oleh bunga lainnya. Kertas kemasan yang berfungsi untuk menjaga agar bunga tidak memar juga harus dijaga agar tidak sobek atau terlepas karena basah. Menurut Wahana Informasi Teknologi Pascapanen dan Pengolahan Hasil Pertanian (2002), prinsip pemberian bahan pengawet untuk memperpanjang kesegaran bunga potong adalah menyediakan sumber energi, menurunkan pH air, dan menghambat proses pembusukan atau perkembangbiakan bakteri. Molekul sukrosa merupakan sumber energi yang efisien bagi tanaman dan mudah ditransportasikan dalam sel-sel tanaman. Takaran gula yang diberikan adalah (10-20 g gula/liter air).
61 Bunga potong umumnya menyerap air secara maksimum pada pH air 3.5-4.5. Penyerapan air sangat penting untuk menanggulangi dehidrasi yang disebabkan oleh evapotranspirasi (penguapan air dari permukaan tanaman terutama daun dan bunga). Dehidrasi menyebabkan daun dan bunga menjadi layu. Untuk mencapai pH yang ideal, pada air dapat diberikan asam sitrat 200-600 ppm, asam benzoat 200-600 ppm, atau alumunium sulfat 200-300 ppm. Asam sitrat (Citric Acid atau Citrun Zuur) dan asam benzoat dapat mengurangi perkembangbiakan bakteri. Bunga potong yang direndam air dapat menjadi media pertumbuhan bakteri. Bakteri dapat menyumbat saluran vaskular sehingga air tidak dapat diserap oleh tanaman dan menyebabkan kelayuan. Bahan yang dapat dipakai
untuk
menghambat
perkembangan
bakteri
adalah
8-HQS
(8-Hydroquinoline sulphate) atau 8-HQC (8-Hidroquinoline citrate) dengan takaran (200 mg/liter), physan-20 sebanyak 200 ppm, AgNO3 50 ppm, perak tiosulfat 50-100 ppm. Sodium hipoklorit terkandung dalam cairan pemutih (clorox). Jumlah clorox yang digunakan yaitu 3 ml/liter air atau 0.1 %. Pengujian vase life pada varietas Rosina Green dan Exrosa Pink menunjukkan bahwa penambahan 15 g/l gula dengan 0.4 g/l asam sitrat dapat memperpanjang kesegaran bunga hingga 17 hari atau lebih lama 2-5 hari dibandingkan terhadap perendaman dengan air. Masa kesegaran bunga dihitung sejak bunga dipanen hingga menjadi layu yang ditandai oleh terkulainya atau mengerutnya jaringan akibat perubahan sifat elastis dan menurunnya tegangan turgor. Kendala PT. Saung Mirwan dalam pengusahaan bunga potong lisianthus menyebabkan terbatasnya kuantitas serta kualitas bunga potong lisianthus yang sesuai dengan permintaan konsumen. Strategi pemasaran yang dilakukan adalah tetap melakukan penanaman lisianthus dengan varietas yang paling banyak digemari konsumen, memperkenalkan produk bunga potong khususnya pada event-event tertentu misalnya ‘lisianthus day’, memberikan harga promosi, dan menjaga mutu produk yang sampai ke konsumen. Strategi lainnya yaitu dengan adanya diversifikasi produk yang dipasarkan sehingga PT. Saung Mirwan tidak hanya memproduksi lisianthus dalam bentuk bunga potong, namun juga tanaman di dalam pot.
62 Benih yang disemai di dalam cool room harus memiliki kualitas yang baik. Pemanfaatan cool room digunakan untuk persemaian benih dalam memproduksi bibit yang akan ditanam, namun agar lebih efisien lagi pemanfaatannya, perusahaan dapat memproduksi bibit sebagai bahan tanam yang dapat dijual. Hal ini dapat meningkatkan penerimaan dan mendorong munculnya perusahaan florikultur yang membudidayakan lisianthus, dan industri pengusahaan benih lisianthus karena tanaman ini semakin banyak dikenal. Analisis Usaha Tani Analisis usaha tani bertujuan untuk menilai apakah suatu kegiatan tertentu dilaksanakan layak secara finansial. Pengambilan keputusan berdasarkan penilaian kelayakan suatu kegiatan, sangat penting untuk turut memperhitungkan semua biaya dan manfaat yang relevan atau benar terjadi sebagai akibat pelaksanaan kegiatan. Kelayakan finansial suatu kegiatan ditunjukan oleh nilai NPV (net present value), B/C ratio (Benefit-Cost Ratio), atau IRR (Internal Rate of Return). Nilai NPV, B/C ratio saling berhubungan satu sama lainnya. Suatu kegiatan dikatakan layak secara finansial (menguntungkan bagi perusahaan) bila nilai NPV-nya positif. Bila NPV positif artinya nilai B/C ratio-nya lebih besar dari satu, dan nilai IRR-nya lebih besar dari tingkat suku bunga diskonto (discount rate) yang dipergunakan dalam perhitungan nilai NPV. Jadi, salah satu dari ketiga nilai tersebut dapat dipergunakan untuk mengambil keputusan apakah suatu kegiatan akan menguntungkan (layak) atau tidak secara finansial. Nilai R/C rasio menunjukkan penerimaan yang diperoleh perusahaan untuk setiap modal yang dikeluarkan. Jika R/C rasio lebih besar dari satu maka usaha tersebut dinilai menguntungkan. B/C rasio merupakan angka yang menunjukkan besarnya keuntungan yang diperoleh per satuan biaya yang dikeluarkan. Asumsi-asumsi yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Luas lahan yang digunakan adalah 1000 m2 , jarak tanam yang digunakan adalah 14.5 cm x 14.5 cm, dan populasi 1 m2 adalah 45 tanaman. 2. Biaya usahatani merupakan biaya bahan utama, biaya packaging, biaya tenaga kerja, dan biaya over head.
63 Biaya utama merupakan biaya yang digunakan untuk membeli barang-barang mutlak yang diperlukan untuk mendukung berlangsungnya proses produksi. Biaya packaging merupakan biaya yang dibutuhkan untuk mendukung kegiatan pengemasan atau pengepakan suatu produk. Biaya tenaga kerja yang dimaksud adalah biaya tenaga kerja yang terlibat secara langsung dalam proses produksi. Biaya over head adalah biaya yang dikeluarkan untuk peralatan-peralatan dan biaya umum. 3. Material produksi lisianthus yang dibeli adalah berupa bibit dengan harga Rp 1 000/bibit. 4. Perhitungan analisis usaha tani pada varietas Exrosa Yellow dengan persentase keberhasilan panen sebesar 81.04 %. 5. Tingkat suku bunga tabungan di bank sebesar 5.75 % per 6 bulan. 6. Harga yang dipakai dalam analisis ini berdasarkan harga barang pada tahun 2010.
64 Tabel 7. Analisis Usahatani Bunga Potong Lisianthus Varietas Exrosa Yellow Selama Empat Bulan (Satu Periode) No
Uraian
Barang Satuan Unit
Harga (Rp) Satuan Unit
Total (Rp) Persentase
A. Material produksi 1 Bibit lisianthus bibit 45 000 1000 45 000 000 45 000 000 2 Formalin/sterilan tanah liter 50 10 000 500 000 500 000 3 Pupuk kandang karung 200 4 000 800 000 800 000 4 Pupuk dasar kg 80 2 000 160 000 160 000 5 Pupuk cair mg 369 600 20 7 392 000 7 392 000 6 Pestisida mg 39 424 200 7 884 800 7 884 800 kg 1 2 000 2 000 2 000 7 Lysol 8 GA mg 11 17 000 187 000 187 000 61 925 800 Jumlah Biaya Bahan Utama B. Packaging 1 Kertas Prola lembar 3 825 180 688 500 2 Lakban buah 6 7 750 46 500 3 Karet kg 2 9 000 18 000 4 Kardus buah 155 250 38 750 791 750 Jumlah Biaya Packaging C. Tenaga Kerja 1 Supervisor bulan 4 1 500 000 6 000 000 2 Tenaga kerja lapang bulan 4 1 000 000 4 000 000 10 000 000 Jumlah Biaya Upah Tenaga Kerja D. Over head 1 Peralatan a. barang tidak habis pakai 2 027 500 1. Gunting panen buah 2 30 000 60 000 2. Sarung tangan lusin 1 17 500 17 500 3. Bak penampung air buah 2 100 000 200 000 4. Bak pelarut nutrisi buah 1 500 000 500 000 5. Supporting net buah 20 20 000 400 000 6. Ember buah 10 50 000 500 000 7. Sprayer buah 1 300 000 300 000 8. Bambu buah 10 5 000 50 000 b.barang habis pakai 2 000 masker 2 1 000 2 000 2 Biaya umum 14 961 000 1. Listrik minggu 16 110 000 1 760 000 2. Solar/bensin liter 1 618 5 000 8 090 000 3. Perawatan greenhouse, alat dan mesin bulan 4 1 000 000 4 000 000 4. Sewa lahan bulan 1 000 1 111 1 111 000 16 990 500 Jumlah Biaya Over head 89 708 050 Jumlah Sub Total A, B, C, D 8 970 805 Faktor Koreksi (10%) 98 678 855 Jumlah Total A, B, C, D
45.602 0.507 0.811 0.162 7.491 7.990 0.002 0.190 62.755
0.802
10.134
2.055
0.002 15.161
17.218 90.909 9.091 100.00
65 Analisis usaha tani dihitung dengan mengasumsikan dari 45 000 lisianthus varietas Exrosa Yellow yang ditanam, 81.04 % tanaman dapat dipanen sehingga jumlah tanaman yang dipanen adalah 45 000 x 81.04 % = 36 468 tanaman. Dalam satu ikat lisianthus terdapat 10 tangkai bunga potong, maka akan diperoleh 3 647 ikat lisianthus yang siap dijual. Jika lisianthus dijual seharga Rp 30 000/ ikatnya, maka : •
Total penerimaan produksi bunga potong lisianthus = 3 647 ikat x Rp 30 000 = Rp 109 410 000
•
NPV = Penerimaan - Biaya usaha tani bunga potong lisianthus = Rp 109 410 000 – Rp 98 678 855 = Rp 10 731 145
•
R/C Rasio = Penerimaan : Biaya usaha tani bunga potong lisianthus = Rp 109 410 000 / Rp 98 678 855 = 1.1 (≥1)
•
B/C Rasio = (Penerimaan - Biaya usaha tani) : Biaya usaha tani = (Rp 109 410 000 – Rp 98 678 855) : Rp 98 678 855 = 0.10
•
BEP = 98 678 855/30 000 = 3 289. 295167 Perhitungan analisis usaha tani budidaya lisianthus dilakukan pada varietas
Exrosa Yellow yang memiliki keberhasilan panen sebesar 81.04 %. Perhitungan analisis menggunakan biaya material produksi, packaging, upah tenaga kerja, dan over head memberikan keuntungan bagi perusahaan dengan tingkat B/C rasio sebesar 0.10 dan R/C sebesar 1.10. Nilai B/C dan R/C ini memperlihatkan bahwa tingkat keuntungan pengusahaan lisianthus di PT. Saung Mirwan masih sedikit. Keuntungan yang diperoleh dari pengusahaan lisianthus dengan total biaya produksi Rp 98 678 855 memberikan laba sebesar Rp 10 731 145, sedangkan jika menabung di bank dengan tingkat suku bunga tabungan sebesar 5.75 % per 6 bulan akan menghasilkan laba bunga sebesar Rp 5 674 034. Dengan demikian keuntungan yang diperoleh melalui budidaya lisianthus masih lebih besar dibandingkan bunga tabungan.
66 Analisis usaha tani menunjukkan bahwa material produksi memiliki persentase biaya yang besar yaitu 62.755 %. Penyediaan bibit sebagai bahan tanam memiliki persentase terbesar yaitu 45.602 % dari keseluruhan biaya faktor produksi. Hal ini disebabkan karena dalam proses pembibitan, benih yang digunakan adalah benih impor dan persemaian dilaksanakan dalam cool room yang mengunakan listrik dan solar sebagai energi untuk mengatur suhu dan lingkungan optimum bagi tanaman. Faktor produksi dalam pengadaan bibit, pemakaian listrik dan solar menyebabkan tingginya biaya dalam pengusahaan lisianthus. Total persentase panen lisianthus di PT. Saung Mirwan hanya 52.63 % sehingga tingkat keuntungan dari pengusahaan lisianthus masih sedikit. Hal yang perlu dilakukan dalam memaksimumkan keuntungan yaitu dengan meningkatkan keberhasilan jumlah tanaman yang dipanen serta menekan biaya produksi lisianthus.
67
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Kegiatan magang yang dilaksanakan selama 4 bulan yaitu mempelajari aspek budidaya lisianthus dan manajerial perusahaan yang dibimbing oleh pembimbing lapang serta pekerja. Pelaksanaan kegiatan dilakukan mengikuti pembagian kerja yang ada di PT. Saung Mirwan. Berdasarkan pengamatan petumbuhan hingga panen, varietas yang baik untuk diusahakan adalah Exrosa Yellow, Rosina Pink Picote, Picorosa Snow, Revolution Green, dan Cesna Rose. Hasil analisis usaha tani lisianthus pada varietas Exrosa Yellow dengan persentase panen 81.04 % memberikan keuntungan dengan nilai B/C rasio sebesar 0.10 dan R/C rasio sebesar 1.10. Sementara itu total keberhasilan tanaman lisianthus yang dapat dipanen di PT. Saung Mirwan hanya sekitar 52.63 % sehingga masih menghasilkan keuntungan yang sedikit. Perbaikan-perbaikan terhadap teknik budidaya, peningkatan skill pekerja, dan peningkatan jaringan atau network sangat diperlukan agar produksi lebih baik. Kendala pada budidaya lisianthus di PT. Saung Mirwan berupa rendahnya daya berkecambah benih dan tanaman yang dapat dipanen, banuak tanaman roset, ketidakserempakan pertumbuhan tanaman, serangan hama dan penyakit yang tinggi, terbatasnya areal penanaman, dan kerusakan saat pascapanen memerlukan perhatian yang lebih dari perusahaan. Saran Saran yang dapat disampaikan penulis mengenai pengelolaan usaha bunga potong lisianthus di PT. Saung Mirwan adalah : 1. Perbaikan atau optimisasi terhadap sarana dan prasarana yang mendukung dalam kegiatan budidaya lisianthus. 2. Benih yang sudah terlalu lama disimpan sebaiknya tidak ditanam lagi dan perlu diperhatikan batas waktu penyemaian benih yang terdapat pada kemasan (expire date).
68 3. Suhu pembibitan di dalam cool room sebaiknya diusahakan stabil, yaitu berkisar antara 16 – 18 °C untuk mengurangi bibit abnormal dan roset. 4. Rekomendasi terhadap penggunaan Horizontal Airflow Fans dan peningkatan frekuensi pengabutan melalui misting irigation agar suhu di dalam greenhouse tidak terlalu tinggi. 5. Perlunya pertimbangan mengenai pemilihan varietas yang memiliki persentase panen yang tinggi, waktu panen yang cepat, dan sesuai standar, misalnya varietas Exrosa Yellow, Rosina Pink Picote, Picorosa Snow, Revolution Green, dan Cesna Rose. 6. Diversifikasi produk lisianthus sebagai tanaman dalam pot dan diversifikasi pasar dan konsumen melalui promosi menggunakan teknologi, misalnya website agar produk perusahaan lebih dikenal oleh masyarakat. 7. Aplikasi pestisida yang tepat waktu, sasaran, dosis, dan jenis. 8. Perlakuan pascapanen pada bunga potong Lisianthus dalam memperpanjang kesegaran bunga setelah panen sebaiknya dilakukan agar kualitas bunga tidak menurun dengan cepat.
69
DAFTAR PUSTAKA Asosiasi Bunga Indonesia. 2007. Bunga Potong. Jakarta. Yayasan Bunga Nusantara. 2007. Pascapanen Bunga Potong. Jakarta. Badan Pusat Statistik. 2009. Luas panen, produksi, dan produktivitas tanaman hias 2008.http://bps.go.id. [19 November 2009]. Boodley, J. W. 1998. The Commercial Greenhouse 2nd Edition. Delmar Publisher. New York.612 p. Demas, A. 2009. Budidaya Lisianthus (Eustoma grandiflorum (raf.) Shinn.) di Bali Rose, PT. Mid Duta International, Mayungan, Bali. Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB. Bogor. 73 hal. Flowers Direct. 2009. Lisianthus : Flower Facts. United Kingdom. Fox, R. 1998. Lisianthus: A Specialty Cut Flower. Edisi 40. Casper Publications Pty Ltd. United States of America. ______. 1999. Winter Light. Edisi 46. Casper Publications Pty Ltd. United States of America. Geolnytha, Y. 2009. Identifikasi dan Produksi Bunga Pot Kalanchoe (Kalanchoe blossfeldiana) di PT Saung Mirwan (Megamendung), Bogor. Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB. Bogor. 71 hal. Harbaugh, B. K., R.J. McGovern, and J.P. Price. 1997. Secrets of Success – Plug Production. University of Florida, Gulf Coast Research and Education Center – Bradenton. Hedy.n2008.nMenanamgBungabLisianthus.nwww.dontveter.com/howtogrow/eus tgran.html. [23 Desember 2009]. Highsun Express, 2008. Lisianthus Cutflowers : Cultural Information. www.highsun.com.au. [8 Juli 2009]. Junaedhie, K. 2007. Pesona Anthurium Daun. Agromedia Pustaka. Jakarta. Laws, N. 2007. Penilaian Rantai Sektor Florikultur Tropis Indonesia. http://www.AMARTA FlorikulturAssessment Jun 07 IN.pdf [23 Desember 2009].
70 Maryland Cooperative Extension. 2000. Production of Lisianthus as a Cut Flower. www.extension.umd.edu. [23Desember 2009]. Mc Govern, R.J., B.K. Harbaugh, and J.P. Price. 2008. Secrets of Success – Disease Control. University of Florida, Gulf Coast Research and Education Center – Bradenton, Greenhouse Grower. Naeve, L. 2002. Lisianthus: A Great Garden Cut Flower Reiman Gardens. Iowa State University Extension. United States of America. Ohta, K., M. Suzuki, S. Matsumoto, T. Hosoki, and N. Kobayashi. 2004. Effects of Nitrogenous Organic Compounds on Growth and Flowering in Eustoma grandiflorum (Raf.) Shinn. HortScience 39(6):1438-1440. Pan American Seed. 2005. Cutflower Lisianthus. www.PanAmSeed.com. [23 Desember 2009]. Sadjad, S., M. Endang, dan I. Satriyas. 1999. Parameter Pengujian Vigor Benih dari Komparatif ke Simulatif. Grasindo. Jakarta. 185 hal. Salisbury, F.B and C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 3 (diterjemahkan dari: Plant Physiology 4th Edition, penerjemah: D.R. Lukman dan Sumaryono). ITB Bandung. 343 hal. Susila, A.D. 2009. Fertigasi pada Budidaya Tanaman Sayuran dalam Greenhouse. Bahan Ajar Dasar –Dasar Hortikultura. Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB. The Flower Expert. 2009. Lisianthus. USA. Yulianingsih dan D. Amiarsi. 2004. Pengaruh Larutan Kimia untuk Mempertahankan Kesegaran Bunga Mawar Potong. Prosiding Seminar Nasional Florikultura, Bogor, 4-5 Agustus: 380 -385. Wahana Informatika Teknologi Pascapanen dan Pengolahan Hasil Pertanian. Pengawetan Bunga Potong. No.39. [15 Desember 2002]. Walpole, R.E.1992. Pengantar Statistika. Edisi ke-3. PT.Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Wholesale Flowers, 2009. Wholesale Flowers for Weddings & Events. United States of America.
71
LAMPIRAN
72
72
Lampiran 1. Jurnal Harian Magang Penulis di PT. Saung Mirwan, Desa Sukamanah, Megamendung, Bogor Waktu
Status
17 Februari 17 April 2010
Karyawan Harian
Kegiatan Orientasi dan perkenalan lapang Orientasi dan perkenalan lapang Penyemaian lisianthus Pengemasan krisan potong Penopingan krisan pot Pemanenan lisianthus Sortasi dan pengemasan lisianthus Transplanting bibit lisianthus Penyiraman lisianthus Pengendalian gulma lisianthus Pewiwilan lisianthus Pemupukan bibit lisianthus Penyemaian benih bawang Penanaman mother plant krisan Penanaman selada ’nova’ Pengamatan persemaian lisianthus Pengamatan pertumbuhan lisianthus di lapang Penanaman tomat beef Penanaman Pak choy Penanaman bawang daun
Lokasi PT. Saung Mirwan Kebun Sukamanah, Kantor Kebun Lemah Neundeut (LN) GH lokasi N GH lokasi T GH lokasi M GH lokasi A LN GH lokasi A LN GH lokasi N GH lokasi A, LN GH lokasi A, LN GH lokasi A, LN GH lokasi N GH lokasi N GH lokasi N GH lokasi S GH lokasi N GH lokasi A, LN GH lokasi K GH lokasi S GH lokasi B, LN
72
72
73
Lanjutan Lampiran 1. Jurnal Harian Magang Penulis di PT. Saung Mirwan, Desa Sukamanah, Megamendung, Bogor Waktu
Status
17 Februari17 April 2010
Karyawan Harian
Kegiatan • • • • • • • • • • • • • • •
Perekapan data Pembersihan lahan Pemanenan Pak choy Pengumpulan data Identifikasi penyakit tanaman Penanaman kaylan Pemanenan dan pengemasan krisan potong Pengambilan sampel tanah dan nutrisi untuk pengukuran pH dan EC Penyulaman Pak choy Transplanting tomat Pengemasan tomat, pakchoy, buncis mini, baby kalian, dan selada Pengemasan pucuk krisan ekspor Pengujian vase life lisianthus Supervisi magang Diskusi dengan pembimbing lapang
Lokasi Mess GH lokasi A, LN GH lokasi C, S Kantor GH lokasi A, LN GH lokasi C, S GH lokasi T Kantor GH lokasi C, S GH lokasi K Packaging room GH lokasi S Mess Kebun Sukamanah Kebun Sukamanah dan Kebun Lemah Neundeut, Kantor
73
72
74
Lanjutan Lampiran 1. Jurnal Harian Magang Penulis di PT. Saung Mirwan, Desa Sukamanah, Megamendung, Bogor Waktu
Status
Kegiatan
19 April 17 Mei 2010
Pendamping Kepala Divisi
18 Mei 17 Juni 2010
Pendamping Kepala Bagian
• Budidaya lisianthus • Pencatatan dan pengarsipan data tanam dan panen • Pengawasan tenaga kerja (HOK) • Pembuatan laporan kepada Kepala Bagian • Penghitungan kebutuhan faktor produksi (benih, pupuk, pestisida) • Inventarisasi peralatan di kebun produksi • Penyusunan program tanam • Pembuatan program tanam • Penghitungan kebutuhan faktor produksi • Pengecekan data rencana dan realisasi tanam dan panen lisianthus • Inventarisasi permasalahan di lapang • Penghitungan upah karyawan
Lokasi Kebun Produksi Sukamanah dan Lemah Neundeut
Kebun Produksi Sukamanah dan Lemah Neundeut
74
75
Lampiran 2. Volume dan Prestasi Kerja Karyawan Lapang dan Penulis di Lokasi Produksi Bunga Potong Lisianthus di PT. Saung Mirwan Karyawan Penulis No. Jenis Kegiatan Satuan Volume dalam HOK Prestasi dalam per jam Volume dalam HOK Prestasi dalam per jam 1 Penyemaian di tray 288 44 8 33 6 tray 2 Transplanting ke tray 144 33 6 22 4 tray 3 Penanaman ke lapang 55 10 38.5 7 tray 4 Penyiraman bedeng 66 12 55 10 5 Pewiwilan bedeng 22 4 11 2 6 Penyiangan bedeng 22 4 11 2 7 Pemanenan tangkai 825 150 550 100 8 Sortasi dan Pengemasan ikat 35 192.5 110 20 Keterangan: HOK per orang dalam sehari dihitung 5.5 jam
75
76
Lampiran 3. Data Suhu Harian (°C), Kelembaban/RH (%), dan Cuaca Bulan April 2010 di Greenhouse Produksi Bunga Potong Lisianthus PT. Saung Mirwan Jam dan
Tanggal
faktor
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Suhu
25
27
24
27
-
25
21
21
-
-
26
-
23
23
RH
92
92
91
92
-
92
91
91
-
-
92
-
91
91
Cuaca
C
C
C
C
-
C
M
M
-
-
C
-
C
C
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
28
23
25
25
-
24
24
25
28
28
27
-
27
29
28
25
-
92
91
92
92
-
91
75
92
77
70
84
-
84
71
70
92
-
C
C
C
C
-
C
C
C
C
C
C
-
C
C
C
C
-
8 : 00
10 : 00 Suhu
27
27
27
30
-
28
21
25
-
-
29
-
26
27
31
29
28
27
-
28
29
30
30
29
29
-
30
32
30
29
-
RH
84
84
84
84
-
84
82
84
-
-
84
-
84
84
86
85
85
85
-
85
85
85
85
78
85
-
85
66
78
78
-
Cuaca
P
P
M
P
-
M
M
M
-
-
P
-
P
M
P
P
P
P
-
P
P
P
P
P
P
-
P
P
P
P
-
30
27
30
30
32
-
27
26
27
31
-
13 : 00 Suhu
30
31
30
-
-
26
29
27
-
-
31
-
27
30
32
28
31
31
-
32
-
73
92
88
70
71
73
-
77
84
84
72
-
P
P
M
P
P
P
-
M
M
M
P
-
RH
77
77
77
-
-
76
78
84
-
-
77
-
77
84
73
77
70
70
Cuaca
P
P
P
-
-
M
M
M
-
-
P
-
P
P
P
P
P
P
Suhu
31
31
30
-
-
20
27
26
-
-
-
-
29
27
27
30
-
-
30
28
29
28
29
-
-
30
29
29
29
-
15 : 00 27
RH
78
70
70
-
-
91
84
84
-
-
-
-
71
84
70
70
77
-
-
72
92
71
77
84
-
-
85
84
84
84
-
Cuaca
P
P
M
-
-
H
M
M
-
-
-
-
P
M
M
M
P
-
-
P
M
P
M
P
-
-
P
P
P
P
-
Sumber : Bagian Penyiraman Lahan Produksi Bunga Potong PT. Saung Mirwan (Lemah Neundeut) Keterangan :
C M H P
: Cerah : Mendung : Hujan : Panas
76
77 77 Lampiran 4. Lay Out Bangunan PT. Saung Mirwan, Desa Sukamanah, Megamendung, Bogor
78 Lampiran 5. Lay Out Greenhouse PT. Saung Mirwan, Desa Sukamanah, Megamendung, Bogor
Wuwungan
20/40 + reg 3/4
Reg 3/4
0.30 Kuda-kuda
0.75
Gording L.30/30 +
0.85
Kawat Nyamuk L.30/3
4.00
Tiang
Plastik UV 12% 0.25 0.70
6. PENAMPANG MELINTANG
GREENHOUSE SAUNG MIRWAN ( LUAS = 40.00 X 6.40 = 256.00M2 )
Lampiran 6. Struktur Organisasi PT. Saung Mirwan, Desa Sukamanah, Megamendung, Bogor PT. SAUNG MIRWAN
QA
IT
R&D
BIDANG PRODUKSI
BIDANG KOMERSIL
BIDANG UMUM
KEBUN GADOG
DIV. PENJUALAN SAYUR
DIV. G A
KEBUN LEMAH NEUNDEUT
DIV. PENJUALAN BUNGA
DIV. HR
KEBUN CIPANAS
DIV. PENGADAAN
DIV. KEU/AK
KEBUN GARUT
DIV. PENGEMASAN
DIV. TEKNIK
DIV. KEMITRAAN
Sumber : Bagian IT Perusahaan PT. Saung Mirwan (Sukamanah)
79
Lanjutan n Lampiran 6. Sttruktur Organisaasi PT. Saung Miirwan, Desa Suk kamanah, Megam mendung, Bogorr
80
Sumber : Bagian IT Perusaahaan PT. Saung Miirwan (Sukamanah))
Lanjutan Lampiran 6. Struktur Organisasi PT. Saung Mirwan, Desa Sukamanah, Megamendung, Bogor BIDANG KOMERSIAL
DIV. PENJUALAN SAYUR
DIV. PENJUALAN BUNGA
DIV. PENGADAAN
DIV. PENGEMASAN
DIV. KEMITRAAN
BAG EKSPOR
BAG PENJUALAN
BAG PEMBELIAN
BAG PENERIMAAN SAYUR
BAG MITRA TANI
BAG SALES KOORDINATOR
BAG PACKAGING
ADMINISTRASI
BAG FRESH VEGETABEL
BAG MITRA BELI
BAG FRESH CUT VEGETABLE
BAG SORTASI & PENERIMAAN
BAG REPORTING SALES ADMIN
DISTRIBUSI
BAG UMUM
SORTASI
PACKING
Sumber : Bagian IT Perusahaan PT. Saung Mirwan (Sukamanah)
81
Lanjuttan Lampiran 6. Struktur Organisasi PT. Saung Mirwan, M Desa Su ukamanah, Megamendung, Bogor
Sumber : Bagian IT Perusaahaan PT. Saung Miirwan (Sukamanah))
82
Lampiran 7. Data Karyawan PT. Saung Mirwan pada Tahun 2010 Posisi Bidang
Divisi
Umum Keuangan Umum HR Total umum Komersial Kemitraan Prosessing & Pengemasan Penjualan Pengadaan Distribusi Total komersial Produksi HPT BRC BXC BPT BCF SKL SM Lemah Neundeut SM Cipanas SM Garut Total produksi Grand Total
0 1 25 0 27
Harian Tetap 0 0 8 0 8
Harian Lepas 0 0 4 0 4
0 1
0 0
0 0
0
5
6
2 1 0 6
3 0 1 4
2 4 0 12
0 0 0 0 0 0 0
0 1 1 0 1 0 0
0 0 1 0 0 0 0
0
0
1
0 0 1 3
0 0 0 4
0 0 4 13
Direktur
Manajer
Kabag
Kasi
Kasubsi
Bulanan
Borongan
Total
1 0 0 0 1
0 0 0 1 1
0 2 1 0 3
0 5 4 1 10
0 4 6 0 10
0 0 2 0 2
1 12 51 2 66
1 0
0 1
0 1
0 0
0 0
0 0
1 3
0
1
2
13
0
34
61
0 0 0 1
1 0 0 3
3 2 24 35
0 0 0 13
1 0 5 6
0 0 0 34
12 7 30 114
1 0 0 0 0 0 0
0 0 4 3 1 0 0
0 0 6 5 3 2 0
0 0 16 5 5 2 2
0 0 8 21 1 6 0
0 0 18 50 2 0 1
1 1 54 84 13 10 3
1
3
8
16
0
9
38
1 3 6 20
5 3 19 41
0 1 25 87
0 12 58 79
39 7 82 92
0 0 80 116
45 26 275 455
83
Lampiran 8. Daya Berkecambah Benih pada Berbagai Varietas Lisianthus Exrosa Yellow
Picorosa Snow
Ceremony Orange
Rosina Pink Picote
Rosina Rose Pink
Rosina Green
Exrosa Blue
Exrosa Green
Exrosa Pink
Rosina Lavender
King of Snow
Cesna Rose
Boquet White
Revolution Green
Love Me Tender
Ambar Double Maron
1
72.22
54.44
83.33
75.00
72.22
89.58
75.00
70.83
75.00
87.50
50.00
83.33
89.58
75.00
62.50
91.67
2
68.40
44.85
60.42
96.55
62.50
95.83
70.14
74.65
83.85
86.11
86.11
83.33
91.67
75.00
54.17
87.50
3
75.00
64.68
18.75
80.21
95.83
93.75
77.55
87.85
56.25
72.22
71.99
83.33
29.17
75.00
50.00
72.92
No. Tanaman
4
75.00
33.33
66.67
88.37
72.22
97.92
97.22
69.44
87.50
78.70
83.33
95.83
91.67
56.25
95.24
5
66.67
68.06
75.00
79.17
65.80
75.00
75.00
57.29
70.83
72.22
75.00
91.67
75.00
60.42
100.00
6 7
81.74
64.68
66.67
83.33
92.75
96.97
83.33
20.83
66.67
95.83
50.00
75.00
81.94
50.00
68.40
77.78
90.00
8
79.17
33.33
83.33
77.78
75.00
9
66.49
75.00
73.26
77.43
75.00
10
73.61
77.78
11
x
73.96 74.02c
58.19b
61.81a
83.86c
73.72c
84.49c
81.28c
76.67c
77.42c
81.94c
71.81c
71.53c
77.43c
81.25c
55.56b
87.05
StDev
5.74
16.10
22.54
8.59
13.06
8.68
10.98
11.21
11.54
8.45
13.49
25.06
25.83
9.77
5.22
10.97
Maks
81.94
77.78
83.33
96.55
95.83
97.92
97.22
96.97
87.50
87.50
86.11
83.33
95.83
95.83
62.50
100.00
Min
66.49 33.33 18.75 75.00 62.50 68.40 70.14 57.29 56.25 Keterangan : daya berkecambah benih diolah menggunakan uji t-student pada taraf 5 % a = berbeda nyata terhadap Ambar Double Maron b = berbeda sangat nyata terhadap Ambar Double Maron c = tidak berbeda nyata terhadap Ambar Double Maron
72.22
50.00
20.83
29.17
75.00
50.00
72.92
84
Lampiran 9. Jumlah Bibit yang Hidup pada Berbagai Varietas Lisianthus Rosina Pink Picote
Rosina Rose Pink
90.00 89.66 100.00 100.00 100.00 93.75
100.00 98.21 86.11 98.23 60.96
95.57 5.06 100.00 89.66
88.70 16.47 100.00 60.96
No. Tanaman
Exrosa Yellow
Picorosa Snow
Ceremony Orange
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
98.56 100.00 100.00 98.96 100.00 100.00 100.00 100.00 99.22 94.58
99.44 99.35 93.75 99.49 99.70 93.75 99.26 99.26 99.77 99.26 99.77
99.13 1.69 100.00 94.58
98.44 2.32 99.77 93.75
x StDev Maks Min
King of Snow
Ambar Double Maron
Boquet White
Revolution Green
Love Me Tender
Cesna Rose
100.00 99.80 85.58
97.22 86.11 98.97 98.97 67.79
95.45 95.24 94.29 95.83 97.22 95.83
97.67 100.00 85.71 100.00 97.73 96.88
100.00 94.44 94.44 97.73 83.33 91.30
100.00 96.15 74.07 100.00 82.76 50.00
100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 90.00
95.13 8.27 100.00 85.58
89.81 13.43 98.97 67.79
95.64 1.07 97.22 94.29
96.33 5.36 100.00 85.71
93.54 5.83 100.00 83.33
83.83 19.57 100.00 50.00
98.33 4.08 100.00 90.00
Rosina Green
Exrosa Blue
Exrosa Green
Exrosa Pink
Rosina Lavender
98.56 94.44 95.65 97.63 97.63
93.02 100.00 97.78 97.87 100.00 100.00 95.83 96.21 39.22
100.00 99.67 98.21 100.00 99.67 99.67
98.04 97.67 100.00 100.00 77.78 100.00 100.00 100.00 98.65
99.54 100.00 98.77 99.21 98.04 100.00 66.67 31.94 66.67
96.78 1.68 98.56 94.44
91.10 19.59 100.00 39.22
99.54 0.67 100.00 98.21
96.91 7.23 100.00 77.78
84.54 24.26 100.00 31.94
85
Lampiran 10. Skema Jaringan Irigasi dan Nutrisi PT. Saung Mirwan, Desa Sukamanah, Megamendung, Bogor
86
Sumber : Bagian IT Perusahaan PT. Saung Mirwan (Sukamanah)
Lampiran 11. Pestisida pada Tanaman Lisianthus No.
Nama Dagang
Bahan Aktif
Jenis Pestisida
1 2 3
Agrimec Benlox 50 WP Confidor 200 SL
Abamectin 18g/l Benomil 50% Imidacloprid 200 g/l
Insektisida Fungisida Insektisida
4 5
Dithane M 45 Daconil 75 WP
Mankozeb 80% Chlorotalonil 75%
Fungisida Fungisida
6 7 8
Decis Lanate 25 WP Penshibao
Insektisida Pestisida Fungisida
9
Proclaim 5 SG
Mankozeb 80% Metomil 25% 50 % Mankozeb + Carbandazim Amamektin benzoate 5%
10
Rampage 100EC
Klorfenapir 100 g/l
Insektisida
Insektisida
Konsentrasi
Pengendalian Terhadap
0.5 ml/l Kutu pada tanaman 0.5-1 g/l Bercak daun 0.5-1 ml/l Kutu daun (Aphis sp.) dan Thrips 1 gr/l 0.5-1 g/l Busuk daun, bercak daun, dan powder mildew 0.5 ml/l Ulat 1 gr/l Serangga 80-100 g/l Bercak daun dan powder mildew 0.5-1 g/l Hama terutama ulat 0.75 ml/l Hama pengorok daun
Tambahan Bahan Kimia Lainya yang digunakan Bersamaan dengan Aplikasi Pestisida : 11
Agristick 400 L
Alkilani poliglikol eter 400 ml/l
-
0.5 ml/l larutan Sebagai bahan tambahan saat pestisida aplikasi pestisida yang berfungsi sebagai perekat dan perata
87
70 60
Exrosa Yellow Picorosa Snow
Tinggi (cm)
50
Ceremony Orange Rosina Pink Picote
40
Rosina Rose Pink Rosina Green
30
Exrosa Blue Exrosa Green
20
Exrosa Pink 10
Rosina Lavender King Of Snow
0 0
1
2
3
4
5
6
7
8
10
11
12
13
Minggu Setelah Tanam (MST)
Lampiran 12. Grafik Tinggi Tanaman pada Berbagai Varietas Lisianthus
88
Lampiran 13. Tinggi Tanaman pada Berbagai Varietas Lisianthus No. Tanaman 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
x StDev Maks Min
Picorosa Snow
Ceremony Orange
60.00 53.00 48.00 53.00
38.00 38.00 12.50 32.00 29.00 26.00 35.00 49.00
19.50 21.00 20.50 21.00 26.00 26.50 21.50 19.50 22.00 18.50 16.00
53.50 4.93 60.00 48.00
32.44 10.65 49.00 12.50
21.09 3.04 26.50 16.00
Exrosa Yellow
Rosina Pink Picote 28.50 52.00 37.00 22.00 27.00 28.00 66.00 42.00 42.50 21.00
Tinggi Tanaman (cm) Rosina Rosina Exrosa Rose Green Blue Pink 54.00 69.50 36.50 50.00 72.00 42.00 41.50 58.00 47.00 63.00 58.00 43.00 65.00 49.50 41.50 41.00 43.00 35.00 49.50
36.60 12.96 66.00 21.00
52.13 8.93 63.00 41.50
64.38 7.43 72.00 58.00
44.82 8.13 65.00 35.00
Exrosa Green
Exrosa Pink
Rosina Lavender
King of Snow
70.50 65.00 51.50 64.50 67.00 69.00 55.00 66.00 64.00
61.00 54.50 71.00 48.00 65.00 74.00 61.00 48.50 56.00 73.50 54.50
44.00 19.50 22.50 20.00 21.00 21.50 22.00 19.00 15.50
45.50 47.00 61.00 65.50 40.50 60.00 57.50 40.50 52.50 53.50
63.61 6.30 70.50 51.50
60.64 9.35 74.00 48.00
22.78 8.23 44.00 19.50
52.35 8.76 65.50 40.50
89
Lampiran 14. Jumlah Daun pada Berbagai Varietas Lisianthus Hingga 13 MST Varietas Exrosa Yellow Picorosa Snow Ceremony Orange Rosina Pink Picote Rosina Rose Pink Rosina Green Exrosa Blue Exrosa Green Exrosa Pink Rosina Lavender King Of Snow
0 4 3 4 3 4 5 5 7 6 3 4
1 6 5 6 5 6 7 7 10 9 5 6
2 11 9 11 10 10 11 11 17 16 10 10
3 14 11 14 12 12 13 13 20 19 12 12
4 18 15 18 18 16 18 17 27 25 16 18
Jumlah daun (helai) pada minggu ke 5 6 7 21 21 25 16 20 23 20 23 23 20 22 26 18 19 25 21 24 28 18 20 22 30 32 35 27 28 33 18 19 21 21 23 26
9 29 27 25 29 27 31 24 42 35 23 29
10 33 35 26 35 31 35 27
11 37 36 30 40
12 39 36 32 40
24
26
28
13 38
90
Lampiran 15. Jumlah Daun pada Berbagai Varietas Lisianthus No. Tanaman
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
x StDev Maks Min
Exrosa Yellow
Picorosa Snow
Ceremony Orange
40.00 40.00 36.00 38.00
30.00 38.00 22.00 36.00 36.00 40.00 46.00 58.00
32.00 26.00 28.00 38.00 32.00 36.00 34.00 28.00 28.00 32.00 36.00
38.50 1.91 40.00 36.00
38.25 10.66 58.00 22.00
31.82 3.95 38.00 26.00
Rosina Pink Picote 34.00 38.00 42.00 34.00 44.00 36.00 56.00 38.00 42.00 40.00 40.40 6.45 56.00 34.00
Jumlah Daun (helai) Rosina Rosina Rose Green Pink 34.00 28.00 26.00 34.00 28.00 38.00 34.00 40.00
30.50 4.12 34.00 26.00
35.00 5.29 40.00 28.00
Exrosa Blue
Exrosa Green
Exrosa Pink
Rosina Lavender
30.00 22.00 30.00 30.00 28.00 28.00 26.00 24.00 26.00 30.00 28.00
42.00 42.00 42.00 42.00 40.00 50.00 34.00 44.00 38.00
38.00 42.00 30.00 42.00 24.00 46.00 36.00 32.00 30.00 32.00 28.00
38.00 32.00 24.00 26.00 22.00 26.00 31.00 28.00 28.00
27.45 2.70 30.00 22.00
41.56 4.33 50.00 34.00
34.55 6.82 46.00 24.00
28.33 4.80 38.00 22.00
King of Snow 22.00 38.00 28.00 26.00 22.00 28.00 30.00 32.00 28.00 38.00 29.20 5.59 38.00 22.00
91
Lampiran 16. Panjang Ruas (Internode) pada Berbagai Varietas Lisianthus No. Tanaman
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
x StDev Maks Min
Exrosa Yellow
Picorosa Snow
Ceremony Orange
Rosina Pink Picote
7.80 5.30 7.00 6.50
5.00 3.00 3.00 3.50 3.50 2.00 4.50
4.50 4.00 3.00 3.00 4.00 3.50 4.00 4.50 5.00 5.00 3.50
6.00 4.50 5.00 7.50 5.00 6.50 4.00
6.65 1.05 7.80 5.30
3.50 1.00 5.00 2.00
4.00 0.75 4.50 3.00
5.75 1.22 7.50 4.00
Panjang Ruas (cm) Rosina Rosina Exrosa Rose Green Blue Pink 6.50 11.00 8.00 6.00 7.50 9.50 8.50 10.50 5.50 8.50 7.50 5.00 6.00 8.50 6.50 9.00 7.50 6.00 8.00 7.50 7.00 8.50 8.00 6.50 10.00 6.00 7.07 1.31 8.50 6.00
9.13 1.89 11.00 7.50
7.00 2.12 9.50 5.00
Exrosa Green
Exrosa Pink
Rosina Lavender
King of Snow
7.50 11.00 6.00 6.00 12.00 10.50 9.00 9.00
7.00 9.00 10.00 7.00 9.00 8.50 12.50 7.00 10.00 7.00 9.00
3.50 3.00 2.50 3.00 4.00 4.00 3.50 3.00 3.00
7.00 10.00 12.50 6.00 11.00 5.50 7.00
8.86 2.43 12.00 6.00
8.73 1.50 10.00 7.00
3.00 0.56 4.00 2.50
8.43 2.95 12.50 5.50
92
Lampiran 17. Diameter Batang pada Berbagai Varietas Lisianthus No. Tanaman
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
x StDev Maks Min
Exrosa Yellow
Picorosa Snow
Ceremony Orange
0.54 0.67 0.60 0.60
0.57 0.48 0.64 0.57 0.70 0.38 0.67
0.67 0.67 0.57 0.57 0.70 0.61 0.48 0.48 0.64 0.57
0.60 0.05 0.67 0.54
0.57 0.11 0.70 0.38
0.60 0.08 0.70 0.57
Rosina Pink Picote 0.61 0.48 0.48 0.57 0.48 0.45 0.48
0.51 0.06 0.61 0.45
Diameter Batang (cm) Rosina Rosina Exrosa Rose Green Blue Pink 0.38 0.64 0.41 0.35 0.54 0.45 0.48 0.57 0.45 0.38 0.54 0.51 0.45 0.48 0.38 0.54 0.38 0.48 0.48 0.45 0.45 0.45 0.41 0.45 0.57 0.51 0.40 0.06 0.57 0.35
0.57 0.05 0.64 0.54
0.45 0.04 0.54 0.41
Exrosa Green
Exrosa Pink
Rosina Lavender
King of Snow
0.64 0.61 0.51 0.51 0.57 0.61 0.48 0.54
0.45 0.48 0.45 0.57 0.54 0.51 0.57 0.45 0.45 0.48 0.45
0.41 0.38 0.38 0.32 0.38 0.32 0.38 0.41 0.32
0.45 0.48 0.35 0.45 0.64 0.38 0.57
0.56 0.06 0.64 0.48
0.49 0.05 0.57 0.45
0.37 0.04 0.41 0.32
0.43 0.10 0.64 0.35
93
Lampiran 18. Percabangan pada Berbagai Varietas Lisianthus
No. Tanaman
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
x StDev Maks Min
Exrosa Yellow
Picorosa Snow
Ceremony Orange
3.00 4.00 4.00 2.00
4.00 3.00 3.00 2.00 4.00 3.00 2.00
2.00 2.00 1.00 1.00 1.00 2.00 2.00 1.00 1.00 2.00
3.25 0.96 4.00 2.00
3.00 0.82 4.00 2.00
1.50 0.53 2.00 1.00
Rosina Pink Picote 3.00 2.00 3.00 1.00 2.00 4.00 2.00
2.43 0.98 4.00 1.00
Jumlah Cabang (cabang) Rosina Rosina Exrosa Rose Green Blue Pink 2.00 2.00 2.00 4.00 2.00 2.00 2.00 1.00 1.00 4.00 2.00 1.00 1.00 2.00 3.00 1.00 4.00 2.00 3.00 1.00 1.00 2.00 2.00 1.00 3.00 1.00 2.64 1.12 4.00 1.00
1.75 0.50 2.00 1.00
1.45 0.52 2.00 1.00
Exrosa Green
Exrosa Pink
Rosina Lavender
King of Snow
2.00 2.00 1.00 4.00 3.00 1.00 2.00 4.00
3.00 2.00 3.00 1.00 1.00 2.00 1.00 2.00 1.00 2.00 3.00
1.00 2.00 1.00 3.00 1.00 2.00 1.00 2.00 2.00
1.00 2.00 1.00 2.00 2.00 2.00 1.00
2.38 1.19 4.00 1.00
1.91 0.83 3.00 1.00
1.67 0.71 3.00 1.00
1.57 0.53 2.00 1.00
94
Lampiran 19. Jumlah Kuntum Bunga pada Berbagai Varietas Lisianthus
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
5.00 4.00 3.00 5.00 14.00 5.00 9.00 9.00 10.00 11.00 8.00
4.00 11.00 18.00 13.00 15.00 12.00 11.00 10.00 21.00 6.00 6.00
5.00 4.00 3.00 5.00 6.00 3.00 4.00 7.00 5.00 4.00 3.00
Rosina Pink Picote 6.00 5.00 3.00 12.00 10.00 6.00 13.00 18.00 12.00 12.00 20.00
StDev Maks Min
7.55 3.42 14.00 3.00
11.55 5.16 21.00 4.00
4.45 1.29 7.00 3.00
10.64 5.35 20.00 3.00
No. Tanaman
x
Exrosa Yellow
Picorosa Snow
Ceremony Orange
Jumlah Bunga (kuntum) Rosina Rosina Exrosa Rose Green Blue Pink 12.00 12.00 7.00 7.00 6.00 7.00 8.00 12.00 4.00 6.00 7.00 5.00 9.00 6.00 4.00 4.00 13.00 5.00 5.00 8.00 13.00 8.00 14.00 5.00 5.00 11.00 6.00 9.00 7.00 7.00 7.00 7.00 5.00 7.27 2.28 12.00 4.00
9.36 3.04 14.00 6.00
6.18 2.52 13.00 4.00
Exrosa Green
Exrosa Pink
Rosina Lavender
King of Snow
7.00 12.00 11.00 14.00 11.00 9.00 13.00 13.00 12.00 10.00 11.00
13.00 7.00 8.00 4.00 8.00 9.00 12.00 8.00 10.00 8.00 11.00
7.00 2.00 2.00 1.00 8.00 9.00 12.00 8.00 9.00 6.00 9.00
12.00 7.00 6.00 5.00 12.00 7.00 11.00 7.00 6.00 7.00 10.00
11.18 1.99 14.00 7.00
8.91 2.51 13.00 4.00
6.64 3.53 12.00 1.00
8.18 2.56 12.00 5.00
95
Lampiran 20. Panjang Tangkai Bunga pada Berbagai Varietas Lisianthus Panjang Tangkai Bunga (cm)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
8.00 13.00 10.00 12.00 9.00 12.00 11.00 13.00 10.00 10.50 9.00
8.50 11.00 10.50 9.50 8.50 9.50 11.50 15.00 7.50 8.50 10.00
9.00 10.00 10.00 10.50 8.50 8.00 9.00 9.00 9.50 10.00 10.00
Rosina Pink Picote 9.00 10.00 8.50 9.00 9.40 8.70 7.00 9.00 11.00 12.00 10.00
StDev Maks Min
10.68 1.68 13.00 8.00
10.00 2.05 15.00 7.50
9.41 0.77 10.50 8.00
9.42 1.33 12.00 7.00
No. Tanaman
x
Exrosa Yellow
Picorosa Snow
Ceremony Orange
Rosina Rose Pink 11.00 12.00 13.00 10.50 9.00 8.00 10.00 10.50 11.00 12.00 9.00 10.55 1.49 13.00 8.00
Rosina Green
Exrosa Blue
Exrosa Green
Exrosa Pink
Rosina Lavender
King of Snow
9.00 10.00 10.00 11.00 9.00 8.00 10.00 8.00 9.00 11.00 10.00
10.00 7.50 11.00 10.00 10.50 9.50 12.00 12.50 13.00 11.00 12.50
9.00 9.50 10.00 10.50 9.00 8.50 9.50 9.00 10.00 11.00 12.00
10.00 6.50 7.50 13.50 9.50 13.00 12.00 11.00 12.50 11.50 14.00
5.50 7.50 13.50 11.00 10.50 11.00 6.60 5.00 8.00 8.50 6.00
5.60 7.50 6.50 10.50 10.50 9.50 10.00 7.00 11.00 12.00 6.00
9.55 1.04 11.00 8.00
10.86 1.61 13.00 7.50
9.82 1.03 12.00 8.50
11.00 2.42 14.00 6.50
8.46 2.72 13.50 5.00
8.74 2.26 12.00 5.60
96
Lampiran 21. Diameter Bunga pada Berbagai Varietas Lisianthus Diameter Bunga (cm) No. Tanaman
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
x StDev Maks Min
8.50 7.50 7.50 8.00 7.00 7.00 6.00 7.00 8.00 7.50 7.00
5.50 6.00 5.00 7.00 6.50 7.00 5.50 6.00 4.00 4.50 6.00
6.00 7.00 6.00 7.50 7.00 7.50 5.00 6.00 7.00 6.00 7.00
Rosina Pink Picote 6.00 7.60 6.50 7.00 7.40 6.80 7.50 8.00 6.40 5.50 7.00
7.36 0.67 8.50 6.00
5.73 0.96 7.00 4.00
6.55 0.79 7.50 5.00
6.88 0.74 8.00 5.50
Exrosa Yellow
Picorosa Snow
Ceremony Orange
Rosina Rose Pink 7.50 8.00 6.00 7.50 8.00 7.50 6.00 8.00 8.50 9.00 7.50 7.59 0.92 9.00 6.00
Rosina Green
Exrosa Blue
Exrosa Green
Exrosa Pink
8.50 8.00 9.00 8.50 7.00 7.00 8.00 9.00 6.00 7.00 7.50
8.00 6.50 6.50 6.50 7.00 8.00 6.50 7.60 8.50 7.00 6.80
8.50 7.00 7.00 8.50 6.00 6.50 7.00 8.00 8.50 9.00 7.50
7.00 6.00 6.00 7.00 5.50 7.00 8.00 6.00 7.50 8.00 6.50
7.00 6.00 7.50 6.80 7.50 6.50 7.00 8.50 7.00 9.50 5.00
8.50 10.50 9.00 9.50 10.00 9.00 8.00 8.50 8.00 9.00 10.00
7.77 0.96 9.00 6.00
7.17 0.73 8.50 6.50
7.59 0.97 9.00 6.00
6.77 0.85 8.00 5.50
7.12 1.19 9.50 5.00
9.09 0.83 10.50 8.00
Rosina Lavender
King of Snow
97
Lampiran 22. Jumlah Daun Mahkota pada Berbagai Varietas Lisianthus Jumlah Daun Mahkota Bunga (helai) No. Tanaman
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
x StDev Maks Min
25.00 23.00 22.00 24.00 23.00 23.00 24.00 25.00 22.00 23.00 24.00
Rosina Pink Picote 10.00 12.00 9.00 13.00 15.00 13.00 12.00 9.00 10.00 11.00 13.00
Rosina Rose Pink 29.00 22.00 23.00 25.00 24.00 28.00 27.00 27.00 27.00 21.00 23.00
23.45 1.04 25.00 22.00
11.55 1.92 15.00 9.00
25.09 2.66 29.00 21.00
Exrosa Yellow
Picorosa Snow
Ceremony Orange
16.00 22.00 16.00 22.00 18.00 20.00 21.00 21.00 18.00 19.00 20.00
21.00 25.00 25.00 30.00 21.00 15.00 15.00 15.00 15.00 15.00 18.00
19.36 2.16 22.00 16.00
19.55 5.28 30.00 15.00
Rosina Green
Exrosa Blue
Exrosa Green
Exrosa Pink
Rosina Lavender
King of Snow
22.00 21.00 23.00 23.00 22.00 21.00 20.00 24.00 23.00 22.00 23.00
14.00 14.00 17.00 15.00 14.00 16.00 12.00 18.00 13.00 12.00 11.00
25.00 29.00 24.00 28.00 27.00 26.00 25.00 28.00 26.00 27.00 27.00
15.00 18.00 18.00 19.00 17.00 15.00 14.00 16.00 18.00 16.00 18.00
30.00 26.00 11.00 25.00 23.00 18.00 17.00 20.00 22.00 12.00 14.00
15.00 10.00 17.00 11.00 17.00 15.00 16.00 14.00 13.00 15.00 16.00
22.18 1.17 24.00 20.00
14.18 2.18 18.00 11.00
26.55 1.51 29.00 24.00
16.73 1.62 19.00 14.00
19.82 6.06 30.00 11.00
14.45 2.30 17.00 10.00
98
Lampiran 23. Nilai Korelasi Karakter Pengamatan Kuantitatif pada Lisianthus Karakter JD PR DBT JC JB PTB DBN JMB
TT 0.278 0.408 0.949
JD
PR
DBT
0.138
0.000**
0.685
0.112
0.691
0.742
0.019*
0.891
0.150
0.672
- 0.108
0.355
0.661
0.023*
0.753
0.283
JC
JB
PTB
DBN
0.047
0.396
0.754
0.259
0.253
0.500
0.228
0.007**
0.442
0.454
0.117
0.442
0.160
0.340
0.213
0.372
0.022
0.174
0.639
0.307
0.530
0.260
0.948
0.516
- 0.301
0.632
- 0.359
- 0.304
- 0.114
- 0.293
0.104
0.369
0.037*
0.278
0.364
0.739
0.382
0.145
0.135
0.030
0.247
0.183
- 0.06
0.027
- 0.045
0.670
0.692
0.931
0.465
0.590
0.860
0.937
0.895
Keterangan : *= nyata pada taraf 5%, **= nyata pada taraf 1 % Isi tabel : Pearson correlation = angka korelasi P-Value TT= tinggi tanaman, JD= jumlah daun, PR= panjang ruas, DBT=diameter batang, JC= jumlah cabang, JB= jumlah batang, PTB= panjang tangkai bunga, DBN= diameter bunga, JMB= jumlah mahkota bunga Interpretasi nilai r : 0 = tidak berkolerasi 0.61-0.80 = korelai cukup tinggi 0.01-0.20 = korelasi sangat rendah 0.81-0.99 = korelasi tinggi 0.21-0.40 = korelasi rendah 1 = korelasi sangat tinggi 0.41-0.60 = korelasi agak rendah
99
Lampiran 24. Hasil Pengamatan (Jumlah Bunga Segar) Vase Life Lisianthus Varietas Rosina Green Hari ke1 2 3* 4 5 6* 7 8 9* 10 11 12* 13 14 15* 16 17 Keterangan :
A U2
U1 7 7 7 7 7 7 6 6 5 5 4 4 3 3 2 2 0 = = = = = = = =
7 7 7 7 7 7 7 6 6 5 5 4 4 3 0
B U2
U1 7 7 7 7 7 7 7 6 5 5 4 4 0
7 7 7 6 6 6 6 5 5 4 3 0
air larutan desinfektan (NaClO 5.25%) 1ml/l gula 15gr/l + asam sitrat 0.4 g/l gula 15gr/l + asam salisilat 150 ppm ulangan 1 ulangan 2 ulangan 3 Setiap 3 hari sekali larutan diganti
U3 7 7 6 5 4 4 3 3 2 2 0
C U2
U1 6 6 6 6 6 6 6 5 5 4 4 3 3 2 2 0
6 6 6 6 6 6 5 5 5 5 5 4 4 3 3 3 3
U3 14 14 14 13 13 13 13 12 11 11 10 10 9 9 8 8 7
D U2
U1 7 7 7 7 7 6 6 5 5 4 4 4 4 3 3 2 2
5 5 5 4 4 4 3 3 3 3 3 2 2 2 1 1 0
U3 8 8 8 8 7 7 6 6 5 5 5 4 4 3 0
12 12 11 11 11 10 8 8 6 6 4 4 3 3 2 0
100
A B C D U1 U2 U3 *
U3
Lampiran 25. Hasil Pengamatan (Jumlah Bunga Segar) Vase Life Lisianthus Varietas Exrosa Pink Hari ke1 2 3* 4 5 6* 7 8 9* 10 11 12* 13 14 15* 16 17 Keterangan :
A U2
U1 5 5 5 5 5 5 4 4 3 3 1 1 0
A B C D U1 U2 U3 *
= = = = = = = =
U3 5 5 5 5 4 4 4 3 3 2 1 0
B U2
U1 5 5 5 4 4 3 3 2 2 1 0
4 4 4 3 3 3 2 2 2 2 0
U3 7 7 7 7 7 7 6 6 5 5 3 3 2 0
C U2
U1 1 1 1 1 1 1 1 0
9 9 9 9 9 8 8 8 7 7 6 6 5 5 4 3 0
U3 7 7 7 7 5 5 5 5 4 4 4 3 3 3 2 2 1
D U2
U1 8 8 8 8 8 7 7 7 6 6 6 4 4 3 3 3 2
8 8 8 8 8 8 8 7 7 7 4 4 4 3 3 0
U3 4 4 4 4 3 3 3 2 0
3 3 3 3 2 2 2 0
air larutan desinfektan (NaClO 5.25%) 1ml/l gula 15gr/l + asam sitrat 0.4 g/l gula 15gr/l + asam salisilat 150 ppm ulangan 1 ulangan 2 ulangan 3 Setiap 3 hari sekali larutan diganti
101