ANALISIS EKONOMI PEMANFAATAN SUMBERDAYA HUTAN MANGROVE UNTUK BERBAGAl MACAM I<EGIATAN PERTANIAN Dl PESISIR PANTAI TIMUR KECAMATAN TULUNG SELAPAN PROPINS1 SUMATERA SELATAN
Oleh :
MARYADI
PROGRAM PASCASARJANA WSTITUT PERTANlAN BOGOR 1998
RINGKASAN
MARYADI. Analisis Ekonomi Pemanfaatan Sumberdaya Hutan Mangrove Untuk Berbagai Macam Kegiatan Pertanian Di Pesisir Pantai Timur Kecamatan Tulung Selapan Propinsi Sumatera Selatan (Di bawah bimbingan BUNASOR SANIM selaku Ketua, KUNTJORO dan FACHRURROZlE SJARKOWI sebagai Anggota). Indonesia memiliki potensi hutan mangrove yang cukup besar, dari 15,9 juta hektar luas hutan mangrove dunia, sekitar 26,7 persen diantaranya terdapat di Indonesia dengan luas 4,25 juta hektar (Departemen Kehutanan, 1996).
Sejalan dengan
perubahan waktu, pemanfaatan hutan mangrove semakin berkembang pada berbagai sektor pembangunan dalarn usaha memenuhi kebutuhan manusia seperti perikanan, pertanian, industri, pemukimari, pariwisata, dan lainnya. Saat ini di kawasan pantai timur Kecamatan Tulung Selapan tengah terjadi konversi secara besar-besaran hutan mangrove untuk kegiatan pertambakan udang windu, perkebunan kelapa dan perkebunan jeruk. Konversi hutan mengarove untuk pertambakan dan pertanian lainnya adalah m e ~ p a k a nancaman bagi kelestarian hutan mangrove, jika tidak ditangani dengan baik. Mengingat pentingnya manfaat hutan mangrove tersebut, maka setiap konversi butan mangrove untuk kegiatan pertanian atau berbagai penggunaan lainnya hendaknya terlebih dahulu menghitung manfaat dan kerugiannya secara keseluruhan bagi masyarakat. Berdasarkan ha1 tersebut penelitian ini bertujuan : 1) Memperoleh gambaran penggunaan dan pemanfaatan hutan mangrove yang ada oleh masyarakat,
2) Menghitung besar nilai ekonomi konversi hutan mangrove untuk berbagai macam kegiatan pertanian, 3) Mengukur nilai ekonomi hutan mangrove bagi masyarakat, dan membandingkan besar nilai ekonomi hutan mangrove dengan nilai ekonomi konversi hutan mangrove untuk pertanian, dan 4) Menentukan pola pemanfaatan yang optimal hutan mangrove dengan mempertimbangkan azas pembangunan yang berkelanjutan. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode perhitungan Nilai Total Ekonomi (Total Economic Valuation) untuk mengukur nilai ekonomi hutan mangrove yang akan dikonversi. Sedangkan untuk mengukur kelayakan usaha yang mengkonversi hutan mangrove digunakan metode perhitungan Net Present Value
(NPV) dan Internal Rate of Return (IRR). Hasil penelitian menmjukkan bahwa hutan mangrove mempunyai peranan ekonomi yang sangat besar dalam kehidupan masyarakat sekitar kawasan. Berdasarkan perhitungan dengan metode valuasi ekonomi diperoleh Nilai Total Ekonomi kawasan hutan mangrove seluas 8.232 hektar adalah Rp 32,5 miliar. Pola pemanfaatan sumberdaya alam yang diusahakan masyarakat saat ini adalah penangkapan ikadudang, kepiting dan pengambilan nipah dengan pola pemanfaatan yang strategisl; usaha perkebunan kelapa dan jeruk dengan pola pemanfaatan yang bersifat statis; dan saha tambak udang dan penebangan kayu bakau dengan pola pananfaatan yang bersifat siasat. Aktivitas pertanian yang telah dilakukan saat ini telah memberikan dampak positif yang besar dalam meningkatkan pendapatan masyarakat dan laju
pertumbuhan ekonomi di kawasan tersebut. Hal ini dapat terlihat dari besarnya nilai sumbangan ekonomi aktivitas pertanian tersebut terhadap penyerapan tenaga kerja, peningkatan arus transportasi, dan peningkatan volume perdagangan di wilayah tersebut. Dari 11.232 hektar luasaan hutan mangrove yang ada di pesisir Kecamatan Tulung Selapan saat ini, 3.000 hektar diantaranya berfungsi sebagai sabuk hujau atau kawasan penyanggah, 3.280 hektar telah dimanfaatkan oleh masyarakat untuk pertambakan udang, perkebunan kelapa dan perkebunan jeruk. Sedangkan sisanya sebanyak 4.952 hektar iagi belum diusahakan. Berdasarkan perencanaan dengan menggunakan model Linear Programming (LP) hasil maksimurn dicapai dengan memanfaatkan hutan mangrove untuk tambak udang. Tambak udang merupakan alternatif usaha yang sangat menguntungkan dengan nilai NPV tertinggi dari usaha lainnya.
Disamping itu tambak udang mempakan produk ekspor, yang
menghasilkan devisa dan lnampu bertahan walaupun suku bunga meningkat sampai dengan 5096, seperti krisis ekonomi yang dialami saat ini. Hasil perhitungan NPV menunjukkan bahwa, konversi hutan mangrove untuk aktivitas pertanian (tambak udang, perkebunan kelapa, dan perkebunan jeruk) dapat dibenarkan, karena manfaat konversi yang diperoleh masih lebih besar dari biaya konversi ditambah dengan manfaat preservasi. Hal ini terlihat dari NPV konversi hutan mangrove (with project) dikurangi dengan NPV dari manfaat langsung hutan mangrove dalam keadaan alami (without project) masih bernilai positif, wa discount factor dinaikkan menjadi sampai 100%.
I
, I
TABEL LAMPIRAN