REVIEW JURNAL “EXPERIMENTAL PHILOSOPHY AND PHILOSOPHICAL INTUITION” ERNEST SOSA (MATA KULIAH FILSAFAT ILMU)
Oleh Kelompok 10 A: 1. 2. 3.
Ahmad Hilal Azmi (Sekretaris) 071311333045 Emillia Rosa Ariandani (Bendahara I) 071311333089
4. 5.
Salman Al Farizi (Ketua) 071311333063
Niken Larasati (Bendahara II) 071311333080 Chyntia Pramytasari (Bendahara III) 071311333069 DEPARTEMEN ILMU POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS AIRLANGGA
http://madib.blog.unair.ac.id/philosophy/review-jstore-filsafat-ilmu-gasal-20132014/
PERNYATAAN ANTI PLAGIARISME Dengan Pernyataan Anti Plagiarisme ini, kami dari kelompok 10A menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa dalam pembuatan review jurnal internasional, Experimental Philosophy and Philosophical Intuition ini kami tidak melakukan tindakan plagiarisme. Yang bertanda tangan dibawah ini: 1.
Salman Al Farizi (Ketua / 071311333063)
2.
Ahmad Hilal Azmi (Sekretaris / 071311333045)
3.
Emillia Rosa Ariandani (Bendahara I / 071311333089)
4.
Niken Larasati (Bendahara II / 071311333080
5.
Chyntia Pramytasari (Bendahara III / 071311333069)
Ketua,
Sekretaris,
Salman Al Farizi
Ahmad Hilal Azmi
Bendahara I,
Bendahara II,
Bendahara III,
Emillia Rosa Ariandani
Niken Larasati
Chyntia Pramytasari
http://madib.blog.unair.ac.id/philosophy/review-jstore-filsafat-ilmu-gasal-20132014/
DAFTAR ISI
A. PENGANTAR…………………………………….………………………………….1
B. ISI POKOK……………………………………………….…………………………..2
C. URAIAN DAN CONTOH……………………………………………………………4
D. ANALISIS KRITIS/SOLUSI…………………………………………………………6
E. SIMPULAN DAN SARAN…………………………………………………………..8
http://madib.blog.unair.ac.id/philosophy/review-jstore-filsafat-ilmu-gasal-20132014/
Review Jurnal Internasional Experimental Philosophy and Philosopical Intuition A. Pengantar Jurnal internasional Experimental Philosophy and Philosophical Intuition karya Ernest Sosa mengangkat suatu tema yang sangat menarik untuk kita ketahui, kita kaji dan telaah guna menambah wawasan kita. Jika kita turunkan kedalam bahasa Indonesia, kita akan menemukan dua istilah penting yang menjadi fokus bahasan dalam jurnal tersebut yakni Filsafat Esperimental dan Intuisi Filsafati. Agar tidak terjadi kesesatan makna yang dimaksud intuisi filsafati disini adalah niali intuisi dalam filsafat. Tentu kita bertanya-tanya apa yang dimaksud dengan filsafat eksperimental dan bagaimana intuisi bisa “bermain-main” dalam ranah filsafat yang merupakan lahan dari empirisme dan rasionalisme. Ernest sosa mengajak kita untuk memasuki suatu dimensi dalam filasafat yang sering kita abaikan. Filosofi eksperimental atau filsafat eksperimental merupakan filsafat yang berlandaskan pada filsafat tradisional. Filsafat eksperimental adalah suatu cara manusia dalam melakukan suatu percobaan hanya dengan menggunakan pikiran atau imajinasi tanpa melakukan percobaan secara fisik. Pertanyaan besarnya bagaimana bisa atau bagaimana caranya sebuah imajinasi yang sebatas mengambang dalam alam pikiran bisa menjelaskan suatu realita. Ernest Sosa dengan tegas menyatakan dalam jurnalnya, hal ini (filsafat eksperimental dan intuisi) akan menghasilkan sesuatu yang baru dan lebih menjanjikan. Dalam uraian diatas dikatakan bahwa filsafat eksperimental bersandar pada filsafat tradisional. Perlu kita ketahui bahwa skeptisime tradisional sangat tergantung pada ide. Tulisan Ernest Sosa ini lebih memfokuskan bahasan pada ranah konseptual bagaimana sebuah pengatahuan diperoleh. Filsafat eksperimental yang merupakan suatu cara dari manusia dalam melakukan suatu percobaan hanya dengan menggunakan pikiran atau imajinasi secara tidak sadar menggiring kita untuk memahami intuisi. Filsafat analitik (filsafat eksperimental) seringkali menggunakan intuisi dalam analisis konseptual.
http://madib.blog.unair.ac.id/philosophy/review-jstore-filsafat-ilmu-gasal-20132014/
1
Intuisi adalah istilah untuk kemampuan memahami sesuatu tanpa memalui penalaran rasional dan intelektualitas. Sepertinya pemahaman itu tiba-tiba saja datangnya dari dunia lain dan diluar kesadaran. Menurut Bergson, intuisi adalah sarana untuk mengetahui secara langsung dan seketika. Jurnal internasional Experimental Philosophy and Philosophical Intuition tidak hanya menjelsakan topiknya secara dangkal tetapi juga mengusung cotoh-contoh konkrit dalam memperkuat argumennya. Tulisan Ernest Sosa ini mengajak kita untuk menyadari bahwa dalam memahami sesuatu kita tidak cukup hanya mengandalkan pada pengalaman inderawi (empirisme) yang membuat kita hanya “bersentuhan” dengan objek tetapi ada hal yang lebih penting yaitu intuisi. Analisa atau pengetahuan yang diperoleh dengan jalan pelukisan tidak akan dapat menggantikan hasil pengenalan secara langsung dari pengetahuan intuitif. Dalam filsafat eksperimental, selain data yang diperoleh dari hasil penginderaan terdapat data yang diperoleh dari penalaran intuitif. Filsafat eksperimental mengajarkan pada kita bahwa sesuatu yang terlihat dan tampak didepan kita tidak selalu seperti apa yang sedang kita lihat dan hanya intuisilah yang dapat menyingkapkan tabirnya kepada kita, Review ini berisi isi pokok yang akan menjelaskan lebih dalam content yang terdapat dalam jurnal Experimental Philosophy and Philosopical Intuition selain itu kami juga memberikan uraian dan contoh, analisis kritis, simpulan seta saran dalam upaya mencapai suatu pemahaman yang mendalam tentang topik yang diangkat. Sedikit penjelasan tentang tema diatas telah memberi gambaran kepada kita betapa menariknya review jurnal yang akan dibahas dan kami merasa berterima kasih kepada dosen penanggung jawab mata ajar filsafat ilmu yakni Bapak Drs. H. Mohammad Adib, MA atas kesempatan berharga yang diberikan untuk mengupas jurnal internasional karya Ernest Sosa ini.
B. Isi Pokok Topik kita adalah filsafat eksperimental sebagai gerakan naturalistilk (naturalistic movement) dan kaitannya pada nilai intuisi dalam filsafat. Filsafat eksperimental menyandarkan dirinya pada filsafat tradisional yang mengutamakan konsep ide.
http://madib.blog.unair.ac.id/philosophy/review-jstore-filsafat-ilmu-gasal-20132014/
2
Filsafat eksperimental menawarkan pendekatan bahwa mungkin nalar atau pikiran kita adalah salah dan membutuhkan intuisi atau kekuatan intuitif untuk mengungkapnya. Filsuf-filsuf eksperimental merancang dan menjelaskan eksperimen-eksperimen dengan cara yang berbeda yang tidak hanya mengandalkan pengalaman inderawi tapi juga menggunakan kekuatan intuitif mereka dalam mengupas suatu isu. Hal ini menimbulkan suatu pertanyaan sekaligus menciptakan suatu ketertarikan agar kita memahami intuisi. Alasan yang dipakai adalah seringkali atau biasanya filsafat eksperimental menggunakan intuisi dalam analisis konseptual. Terdapat dua model yang menonjol yaitu the Cartesian introspective model dan the perceptual eye of the mind. Pendekatan perceptual eye of the mind mengatakan bahwa intuisi adalah rasional jika berasal dari kompetensi baik konten eksplisit maupun implisit. Pendekatan ini memperkenalkan kita pada jenis intuisi yaitu the calibration objection dan the cultural divergence objection. Filsafat eksperimental juga berbicara tentang tanggung jawab moral seseorang terhadap tidakan yang dia lakukan. Ernest Sosa dalam jurnalnya menampilkan suatu survey kepada ilmuwan tentang tanggung jawab moral mereka. Bisa dikatakan hasilnya cukup mengejutkan karena 86% responden mengatakan bahwa mereka tidak melakukan tanggung jawab moral secara baik. Pertanggungjawaban dari suatu tindakan akan menggambarkan sifat dan kredibilitas dari seseorang. Orang orang cenderung membandingkan kredibilitas seseorang dengan orang lain dan mana yang lebih bertanggung jawab dalam hal tindakannya, Seperti artikel Stanford Encyclopedia of Philosophy yang dijadikan bahan rujukan oleh Ernest Sosa dalam jurnalnya mengenai tanggung jawab moral dimana kita diberi tahu bahwa ada dua indera berbeda dalam tanggung jawab moral yaitu atributabilitas dan akuntabilitas akal. Tanggung jawab moral ada agar kita berhati-hati dalam bertindak atau melakukan analisis karena bisa jadi persepsi yang kita bangun dari intuisi kita malah sangat bertentangan dengan fakta (realita) yang seharusnya lebih kita pakai daripada sebuah intuisi. Dalam buku Michael Bishop dan JD Trout yang mengupas masalah epistemologi menyatakan bahwa epistemologi harus memiliki sudut pandang yang melampaui metodenya atau dengan kata lain mengembangkan sebuah formulasi baru. Adalah intuisi
http://madib.blog.unair.ac.id/philosophy/review-jstore-filsafat-ilmu-gasal-20132014/
3
walau mungkin pada kenyataannya secara eksklusif tidak pernah “turun lapangan”. Sebagian orang mungkin akan keberatan dengan penggunaan intuisi disini, penulis juga tidak menyalahkan mana metode yang lebih baik namun dikembalikan lagi pada kita bahwa kita dihadapkan pada suatu pilihan mana yang lebih relevan menurut kita. Untuk menentukan fakta-fakta dalam sebuah kasus tentunya kita bisa menggunakan metodemetode yang tepat atau sumber-sumber referensi yang akurat. Akan tetapi epistemologi menjelaskan lebih kepada sifat, kondisi, tingkat pengetahuan dan pembenaran yang bisa kita kupas dengan intuisi. Namun walau demikian, setia metode memiliki tempat dan waktu yang tepat untuk digunakan dan memainkan perannya sehingga tidak bisa dinilai mana yang lebih baik dan mana yang lebih buruk. Kekuatan intuitif berkaitan dengan disiplin normatif dengan metode evaluasinya yang memiliki sisi teoritikal. Boleh diajukan keberatan bahwa jika intuisi dipertahankan secara abstrak sebagai sumber pengetahuan normatif mungkin peranannya dalam kasus epistemik akan menjadi lebih kecil jika dibandingkan dengan pengetahuan kita tentang fakta-fakta ilmiah yang relevan dan keandalan brbagai metode pengumpulan informasi. Dalam epistemologi, penggunaan intuisi seharusnya sebagai analogi dengan cara pengamatan dalam ilmu empiris. Data ilmu empiris tidak hanya meliputi pengamatan oleh spesialis, tetapi juga tentang kebenaran subyek mengenai sebuah kasus. Jadi disini kita bisa menarik suatu perbedaan bahwa ilmu empiris bukan membahas kebenaran normatif seperti halnya intuisi tetapi lebih kepada menekankan pada sebuah kebenaran yang empiris.
C. Uraian dan Contoh Jurnal internasional dari Ernest Sosa ini membahas tentang filsafat eksperimental sebagai sebuah gerakan naturalistik (naturalistic movement) serta nilai intuisi dalam filsafat. Filsafat eksperimental adalah suatu cara manusia dalam melakukan suatu percobaan hanya menggunakan pikiran aatu imajinasi tanpa melakukan percobaan secara fisik. Filsafat eksperimental berlandaskan pada filosofi tradisional yang mana skeptisisme tradisional bergantung kepada ide. filsafat eksperimental ini pada titik selanjutnya mengajak kita untuk mengenal intuisi karena filsafat eksperimental menarik pada intuisi
http://madib.blog.unair.ac.id/philosophy/review-jstore-filsafat-ilmu-gasal-20132014/
4
dalam analisis konseptual. Posisi intuisi dalam filsafat eksperimental ini sangat penting karena dalam cara berpikir filsuf eksperimental, data yang dihasilkan dari intuisi merupakan data tambahan yang bernilai penting selain pengetahuan yang dihasilkan oleh penginderaan. Intuisi adalah istilah untuk kemampuan memahami sesuatu tanpa melalui penalaran rasional. Sepertinya pemahaman itu tiba-tiba saja datangnya dari dunia lain diluar kesadaran. Untuk menguatkan pemahaman kita tentang intuisi disini kami juga memakai pendapat Bergson yang menyatakn bahwa intuisi adalah suatu sarana untuk mengetahui secara langsung dan seketika. Pengetahuan yang hanya diperoleh dari hasil pelukisan inderawi tidak akan bisa menggantiakan hasil pengenalan secara langsung dari pengetahuan intuitif. Sesuatu tidak pernah merupakan sesuatu yang tampak pada kita dan dengan intuisilah kita bisa menyingkap realita atau kenyataan yang sebenarnya. Pemahaman kita akan kurang jika hanya membahas jurnal ini sebatas pada “kulitnya” saja namun tidak faham bagaimana contoh atau penerapannya dalam dunia nyata agar review ini tidak tebuang percuma tetapi juga bisa terapkan sebagai tambahan wawasan baru yang bermanfaat. Sebagai mahasiswa Ilmu Politik kami mencoba menyusun relevansi filsafat eksperimental dan intuisi filosofis dalam disiplin ilmu politik sebagai sebuah contoh nyata penerapan experimental philosophy dan philosophical intuition. Berikut contoh-contoh relevansinya: 1. Salah satu konsep dalam ilmu politik yakni konsep klasik bahwa ilmu politik adalah mewujudkan kebaikan bersama. Untuk mewujudkan kebaikan bersama tersebut seorang politisi dituntut membuat kebijakan politik yang adil. Dengan ituisi filosofis, seorang politisi tidak hanya menganalisa suatu masalah dari apa yang tampak (relita) tetapi juga mempertimbangkan aspek normatif yang diperoleh dari pertimbangan intuitif. 2. Permasalahan korupsi, kolusi dan nepotisme yang menjadi masalah bangsa dapat diatasi dengan filsafat eksperimental yang mengutamakan ide. dengan filsafat eksperimental, budaya-budaya politik yang sudah menyimpang akan dikembalikan pada konsep atau ide pure-nya bahwasanya politik ada untuk keinginan bersama (common will) untuk membentuk kebaikan bersama.
http://madib.blog.unair.ac.id/philosophy/review-jstore-filsafat-ilmu-gasal-20132014/
5
3. Pemahaman intuitif akan membantu seorang politisi dalam menyingkap realita secara tuntas karena penalaran intuitif mendorong kita untuk lebih kritis, bahwasanya sesuatu yang tampak seringkali tidak sama seperti kenyataannya dan ituisi filosofislah yang dapat meningkapnya. 4. Intuisi adalah kemampuan memahami sesuatu secara cepat bahkan tanpa melalui penalaran. Hal ini sangat berguna bagi politisi yang seringkali dihadapkan pada masalah yang membutuhkan solusi dan penanganan yang cepat dan tepat. 5. Politisi baik yang terjun pada ranah legislatif maupun eksekutif dipilih secara demokratis oleh rakyat dan merupakan penyambung lidah dan keinginan rakyat. Oleh karenanya filsafat eksperimental yang banyak mengajari tentang tanggung jawab moral yang diperoleh dari penalaran intuitif akan membuat pemimpin lebih bijaksana dan mempertimbangkan segala kebijakan politiknya atas nama rakyat (kedaulatan rakyat). 6. Hakikat dari memimpin adalah memahami dan mengayomi. Intuisi akan sangat membantu seorang pemimpin (leader) dalam memahami setiap keinginan rakyat karena kepekaan intuitif mampu membaca masalah dengan lebih mendalam kritis.
D. Analisis Kritis dan Solusi “The topic is experimental philosophy as a naturalistic movement, and its bearing on the value of intuition in philosophy. This paper explorers first how the movement might bear on phiphilosophy more generally, and how it might amount to somethingnovel and promising. Then it turns to one accomplishment repeatedly claimed for it already: namely, the discrediting of armchair intuitionts as used in philosophy.” Pararagraf diatas adalah kutipan abstrak dari jurnal experimental philosophy and philosophical intuition karya Ernest Sosa. Abstrak ini kami rasa perlu dimasukkan karena berisi gambaran dari seluruh isi jurnal. Dari abstrak tersebut kita bisa mengetahui bahwa tema atau topic yang diangkat oleh penulis adalah tentang filsafat eksperimental sebagai gerakan naturalistic (naturalistic movement) dan nilai intuisi dalam filsafat. Jurnal
http://madib.blog.unair.ac.id/philosophy/review-jstore-filsafat-ilmu-gasal-20132014/
6
tersebut mencoba membahas suatu gerakan yang menjanjikan dan memiliki nilai lebih dalam filsafat. Filsafat eksperimental adalah suatu cara manusia dalam melakukan suatu percobaan hanya dengan menggunakan pikiran atau imajinasi tanpa menggunakan percobaan secara fisik. Filsafat eksperimental sangat penting bagi ilmu pengetahuan, terutama bidang filsafat yang bahasannya seringkali empiris. Filsafat eksperimental juga berbicara tentang tanggung jawab moral seseorang terhadap tidakan yang dia lakukan. Ernest Sosa dalam jurnalnya menampilkan suatu survey kepada ilmuwan tentang tanggung jawab moral mereka. Bisa dikatakan hasilnya cukup mengejutkan karena 86% responden mengatakan bahwa mereka tidak melakukan tanggung jawab moral secara baik. Pertanggungjawaban dari suatu tindakan akan menggambarkan sifat dan kredibilitas dari seseorang. Orang orang cenderung membandingkan kredibilitas seseorang dengan orang lain dan mana yang lebih bertanggung jawab dalam hal tindakannya. Dalam Wikipedia Bahasa Indonesia, menyingkapnya. intuisi diartikan sebagai istilah untuk kemampuan memahami sesuatu tanpa melalui penalaran rasional dan intelektualitas. Pemahaman tersebut seprti datang secara tiba-tiba dan diluar kesadaran. Tidak jauh dari pengertian tersebut, Bergson menjelaskan bahwa intuisi adalah suatu sarana untuk mengetahui secara langsung dan seketika. Dengan intuisi kita bisa mengungkap realita suatu problem yang seringkali “menipu” dan memerlukan peran kuat intuisi untuk Sumber pengetahuan dan gagasan manusia ada dua macam yaitu gagasan analitik dan gagasan intuitif . gagasan analitik bersumber dari akal pikiran dan pengalaman inderawi secara empiris dan rasional sedangkan sumber intuisi adalah kepekaan perasaan manusia dalam menangkap atau menginterpretasikan suatu problematika kedalam pengetahuan dan tidakannya. filsafat eksperimental yang mengusung intuisi filosofis harus kita akui, memang membawa banyak aspek positif yamg membantu suatu bidang ilmu mengungkap suatu problem. Intuisi yang berasal dari hati nurani dan timbul dalam diri membantu memberikan suatu aspek normatif dan pertimbangan moral dalm membuat suatu
http://madib.blog.unair.ac.id/philosophy/review-jstore-filsafat-ilmu-gasal-20132014/ 7
statement atau lebih dari itu, sebuah tindakan lebih dari hanya sekedar aspek rasionalisempiris. Namun dari semua itu kita sebagai seorang ilmuwan tidak lantas harus menyalahkan bahwa intuisi filosofis ini lebih baik daripada pertimbangan rasionalisempiris karena walau bagaimanapun juga kita tidak bisa menggunakan kekuatan intuitif kita tan pa melihat realita dan menyusun rasionalisasinya terlebih dahulu. Kami melihat filsaft eksperimental dan intuisi filosofis ini sebagai suatu supporting system yeng membantu suatu bidang ilmu memecahkan suatu masalah yang membutuhkan suatu dimensi lain yaitu kekutan intuitif filosofis. Alangkah lebih baiknya intuisi filosofis ini kita kolaborasikan dengan aspek rasionalis-empiris dalam memecahkan suatu masalah yang dihadapi agar mendapat suatu kesimpulan yang tebaik yang berlandaskan empirisme, rasionalisme dan yang paling penting moralitas yang diajarkan dalam intuisi filosofis.
E. Simpulan dan Saran Filosofi eksperimental atau filsafat eksperimental merupakan filsafat yang berlandaskan pada filsafat tradisional. Filsafat eksperimental adalah suatu cara manusia dalam melakukan suatu percobaan hanya dengan menggunakan pikiran atau imajinasi tanpa melakukan percobaan secara fisik. Pertanyaan besarnya bagaimana bisa atau bagaimana caranya sebuah imajinasi yang sebatas mengambang dalam alam pikiran bisa menjelaskan suatu realita. Ernest Sosa dengan tegas menyatakan dalam jurnalnya, hal ini (filsafat eksperimental dan intuisi) akan menghasilkan sesuatu yang baru dan lebih menjanjikan. Analisa atau pengetahuan yang diperoleh dengan jalan pelukisan tidak akan dapat menggantikan hasil pengenalan secara langsung dari pengetahuan intuitif. Dalam filsafat eksperimental, selain data yang diperoleh dari hasil penginderaan terdapat data yang diperoleh dari penalaran intuitif. Filsafat eksperimental mengajarkan pada kita bahwa sesuatu yang terlihat dan tampak didepan kita tidak selalu seperti apa yang sedang kita lihat dan hanya intuisilah yang dapat menyingkapkan tabirnya kepada kita.
http://madib.blog.unair.ac.id/philosophy/review-jstore-filsafat-ilmu-gasal-20132014/ 8
intuisi diartikan sebagai istilah untuk kemampuan memahami sesuatu tanpa melalui penalaran rasional dan intelektualitas. Pemahaman tersebut seprti datang secara tiba-tiba dan diluar kesadaran. Tidak jauh dari pengertian tersebut, intuisi juga dapat dijelaskan sebagai suatu sarana untuk mengetahui secara langsung dan seketika. Dengan intuisi kita bisa mengungkap realita suatu problem yang seringkali “menipu” dan memerlukan peran kuat intuisi untuk mengungkap kebenarannya. Saran kami, sebagai ilmuwan sudah selayaknya kita mencari metode yang paling tepat dan paling baik dalam menyelesaikan masalah tau problem. Menurut kami filsafat eksperimental yang mengusung intuisi filosofi ini akan menjadi suatu grand formula yang menyingksap suatu masalah tidak hanya dari aspek rasionalis-empirir tetapi juga moralitas yang merupakan salah satu pendekatan yang digunakan filsafat eksperimentalis dan filosofi intuitif.
http://madib.blog.unair.ac.id/philosophy/review-jstore-filsafat-ilmu-gasal-20132014/ 9