Resume Etika dan Filsafat Bab III Etika
naMa
: MuhaMMaD syarifuDin noor
niM
: 10034100010
PrograM stuDi ilMu koMunikasi fakultas ilMu sosial Dan ilMu Politik
universitas islaM JeMber
Daftar isi Daftar Isi...............................................................................................................i Bab III
Etika
A. Pengertian dan Definisi Etika..............................................................1
B. Pembagian Etika....................................................................................4
C. Tujuan Etika dan Tujuan Norma........................................................5
D. Pengertian Moralitas.............................................................................7
E. Teori – Teori Etika.............................................................................8
F. Klasifikasi Etika...................................................................................9
Referensi.............................................................................................................10
2
Bab III Etika A. Pengertian Etika dan Definisi Etika a. Pengertian Etika Pengertian Etika (Etimologi), berasal dari bahasa Yunani adalah “Ethos”, yang berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Etika biasanya berkaitan erat dengan perkataan moral yang merupa¬kan istilah dari bahasa Latin, yaitu “Mos” dan dalam bentuk jamaknya “Mores”, yang berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik (kesusilaan), dan menghin-dari hal-hal tindakan yang buruk. Etika dan moral lebih kurang sama pengertiannya, tetapi dalam kegiatan sehari-hari terdapat perbedaan, yaitu moral atau moralitas untuk penilaian perbuatan yang dilakukan, sedangkan etika adalah untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang berlaku. Etika adalah Ilmu yang membahas perbuatan baik dan perbuatan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia.
Istilah lain yang identik dengan etika, yaitu: Susila (Sanskerta), lebih menunjukkan kepada dasar-dasar, prinsip, aturan hidup (sila) yang lebih baik (su). Akhlak (Arab), berarti moral, dan etika berarti ilmu akhlak. Filsuf Aristoteles, dalam bukunya Etika Nikomacheia, menjelas¬kan tentang pembahasan Etika, sebagai berikut: Terminius Techicus, Pengertian etika dalam hal ini adalah, etika dipelajari untuk ilmu pengetahuan yang mempelajari masalah perbuatan atau tindakan manusia. Manner dan Custom, Membahas etika yang berkaitan dengan tata cara dan kebiasaan (adat) yang melekat dalam kodrat manusia (In herent in human nature) yang terikat dengan pengertian “baik dan buruk” suatu tingkah laku atau perbuatan manusia.
Pengertian dan definisi Etika dari para filsuf atau ahli berbeda dalam pokok perhatiannya; antara lain: a. Merupakan prinsip-prinsip moral yang termasuk ilmu tentang kebaikan dan sifat dari hak (The principles of morality, including the science of good and the nature of the right) b. Pedoman perilaku, yang diakui berkaitan dengan memperhatikan bagian utama dari kegiatan manusia. (The rules of conduct, recognize in respect to a particular class of human actions) c. Ilmu watak manusia yang ideal, dan prinsip-prinsip moral seba¬gai individual. (The science of human character in its ideal state, and moral principles as of an individual) d. Merupakan ilmu mengenai suatu kewajiban (The science of duty) e. Menurut para ahli maka etika tidak lain adalah aturan prilaku, adat kebiasaan manusia dalam pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan mana yang buruk.
3
Menurut Drs. O.P. SIMORANGKIR : etika atau etik sebagai pandangan manusia dalam berprilaku menurut ukuran dan nilai yang baik. Menurut Drs. Sidi Gajalba dalam sistematika filsafat : etika adalah teori tentang tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari segi baik dan buruk, sejauh yang dapat ditentukan oleh akal. Menurut Drs. H. Burhanudin Salam : etika adalah cabang filsafat yang berbicara mengenai nilai dan norma moral yang menentukan prilaku manusia dalam hidupnya. Menurut K. Bertens, dalam buku berjudul Etika, 1994, yaitu secara umumnya sebagai berikut: Etika adalah niat, apakah perbuatan itu boleh dilakukan atau tidak sesuai pertimbangan niat baik atau buruk sebagai akibatnya. . Etika adalah nurani (bathiniah), bagaimana harus bersikap etis dan baik yang sesungguhnya timbul dari kesadaran dirinya. Etika bersifat absolut, artinya tidak dapat ditawar-tawar lagi, kalau perbuatan baik mendapat pujian dan yang salah harus mendapat sanksi. Etika berlakunya, tidak tergantung pada ada atau tidaknya orang lain yang hadir. Menurut Maryani & Ludigdo : etika adalah seperangkat aturan atau norma atau pedoman yang mengatur perilaku manusia,baik yang harus dilakukan maupun yang harus ditinggalkan yang di anut oleh sekelompok atau segolongan masyarakat atau prifesi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia : etika adalah nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Menurut Aristoteles : di dalam bukunya yang berjudul Etika Nikomacheia, Pengertian etika dibagi menjadi dua yaitu, Terminius Technicus yang artinya etika dipelajari untuk ilmu pengetahuan yang mempelajari masalah perbuatan atau tindakan manusia. dan yang kedua yaitu, Manner dan Custom yang artinya membahas etika yang berkaitan dengan tata cara dan kebiasaan (adat) yang melekat dalam kodrat manusia (in herent in human nature) yang terikat dengan pengertian “baik dan buruk” suatu tingkah laku atau perbuatan manusia. Menurut Kamus Webster : etika adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang apa yang baik dan buruk secara moral. Menurut Ahli Filosofi : Etika adalah sebagai suatu studi formal tentang moral. Menurut Ahli Sosiologi : Etika adalah dipandang sebagai adat istiadat,kebiasaan dan budaya dalam berperilaku.
4
b. Definisi Etika Definisi tentang etika dapat di klasifikasikan menjadi tiga (3) jenis definisi, yaitu sebagai berikut :
Jenis Pertama, Etika dipandang sebagai cabang filsafat yang khusus membicarakan tentang nilai baik dan buruk dari perilaku manusia. Jenis Kedua, Etika dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang membicarakan baik buruknya perilaku manusia dalam kehidupan bersama. Jenis Ketiga, Etika dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang bersifat normatif, dan evaluatif yang hanya memberikan nilai baik buruknya.
Pengertian Etika Dalam kamus umum Bahasa Indonesia, etika diartikan ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral). Menurut Martin [1993], etika didefinisikan sebagai “the discipline which can act as the performance index or reference for our control system”. Etika adalah refleksi dari apa yang disebut dengan “self control”, karena segala sesuatunya dibuat dan diterapkan dari dan untuk kepentingan kelompok social (profesi) itu sendiri. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, etika adalah :
Ilmu tentang apa yang baik dan yang buruk, tentang hak dan kewajiban moral. Kumpulan asas/nilai yang berkenaan dengan akhlak. Nilai mengenai yang benar dan salah yang dianut masyarakat.
Etika terbagi atas dua : 1. Etika Umum Etika Umum ialah etika yang membahas tentang kondisi-kondisi dasar bagaimana manusia itu bertindak secara etis. Etika inilah yang dijadikan dasar dan pegangan manusia untuk bertindak dan digunakan sebagai tolok ukur penilaian baik buruknya suatu tindakan. 2. Etika Khusus Etika Khusus ialah penerapan moral dasar dalam bidang kehidupan yang khusus misalnya olah raga, bisnis, atau profesi tertentu. Dari sinilah nanti akan lahir etika bisnis dan etika profesi (wartawan, dokter, hakim, pustakawan, dan lainnya).
5
B. Pembagian Etika Ada dua macam etika yang harus kita pahami bersama dalam menentukan baik dan buruknya perilaku manusia : 1. Etika Deskriptif, yaitu etika yang berusaha meneropong secara kritis dan rasional sikap dan perilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai. Etika deskriptif memberikan fakta sebagai dasar untuk mengambil keputusan tentang perilaku atau sikap yang mau diambil. 2. Etika Normatif, yaitu etika yang berusaha menetapkan berbagai sikap dan pola perilaku ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai. Etika normatif memberi penilaian sekaligus memberi norma sebagai dasar dan kerangka tindakan yang akan diputuskan. Etika secara umum dapat dibagi menjadi :
Etika Umum, berbicara mengenai kondisi-kondisi dasar bagaimana manusia bertindak secara etis, bagaimana manusia mengambil keputusan etis, teori-teori etika dan prinsip-prinsip moral dasar yang menjadi pegangan bagi manusia dalam bertindak serta tolak ukur dalam menilai baik atau buruknya suatu tindakan. Etika umum dapat di analog-kan dengan ilmu pengetahuan, yang membahas mengenai pengertian umum dan teori-teori. Etika Khusus, merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang kehidupan yang khusus. Penerapan ini bisa berwujud : Bagaimana saya mengambil keputusan dan bertindak dalam bidang kehidupan dan kegiatan khusus yang saya lakukan, yang didasari oleh cara, teori dan prinsip-prinsip moral dasar. Namun, penerapan itu dapat juga berwujud : Bagaimana saya menilai perilaku saya dan orang lain dalam bidang kegiatan dan kehidupan khusus yang dilatarbelakangi oleh kondisi yang memungkinkan manusia bertindak etis : cara bagaimana manusia mengambil suatu keputusan atau tindakan, dan teori serta prinsip moral dasar yang ada di baliknya. Etika Khusus dibagi lagi menjadi dua bagian : a. Etika individual, yaitu menyangkut kewajiban dan sikap manusia terhadap dirinya sendiri. b. Etika sosial, yaitu berbicara mengenai kewajiban, sikap dan pola perilaku manusia sebagai anggota umat manusia. Etika sosial menyangkut hubungan manusia dengan manusia baik secara langsung maupun secara kelembagaan (keluarga, masyarakat, negara), sikap kritis terhadap pandangan pandangan dunia dan ideologi-ideologi maupun tanggung jawab umat manusia terhadap lingkungan hidup. Dengan demikian luasnya lingkup dari etika sosial, maka etika sosial ini terbagi atau terpecah menjadi banyak bagian atau bidang. Dan pembahasan bidang yang paling aktual saat ini adalah sebagai berikut : 1. Sikap terhadap sesama. 2. Etika keluarga 3. Etika profesi 4. Etika politik 5. Etika lingkungan 6. Etika ideologi
C. Tujuan Etika dan Norma 6
a. Tujuan Etika 1. Manusia dalam kenyataannya mencari kenikmatan (hedonisme psikologis) 2. Manusia seharusnya mencari kenikmatan (hedonisme etis) 3. Manusia seharusnya mengusahakan kebahagiaan sebesar-besarnya bagi diri sendiri (hedoisme egoistis), 4. Kebahagiaan sebesar-besarnya untuk sebanyak-banyaknya manusia (hedonisme altruistis atau utilitarianisme) dan 5. Seharusnya orang berbuat susila bila ingin berbahagia, ukuran perbuatan benar dan salah terletak pada akibat perbuatannya, bukan perbuatannya (W.T. Stace) Yang dihasilkan secara lanngsung dari etika bukanlah kebaikan, melainkan suatu pemahaman yang lebih mendasar dan kritis tentang yang dianggap baik dan buruk secara moral. Oleh karena itu, kita perlu mempelajari Etika yang bertujuan : 1. Untuk mendapatkan konsep yang sama mengenai penilaian baik dan buruknya prilaku atau tindakan manusia dalam ruang dan waktu tertentu. 2. Mengarahkan perkembangan masyarakat menuju suasana yang harmonis, tertib, teratur, damai dan sejahtera. 3. Mengajak orang bersikap kritis dan rasional dalam mengambil keputusan secara otonom. 4. Untuk mempersoalkan norma yang dianggap berlaku. Diselidikinya apakah dasar suatu norma itu dan apakah dasar itu membenarkan ketaatan yang dituntut oleh norma itu terhadap norma yang dapat berlaku. 5. Etika mengajukan pertanyaan tentang legitimasinya, artinya norma yang tidak dapat mempertahankan diri dari pertanyaan kritis dengan sendirinya akan kehilangan haknya Etika mempersolakan pula hak setiap lembaga seperti orangtua, sekolah, negara dan agama untuk memberikan perintah atau larangan yang harus ditaati. 6. Etika dapat mengantarkan manusia, pada sifat kritis dan rasional. 7. Etika memberikan bekal kepada manusia untuk mengambil sikap yang rasional terhadap semua norma. 8. Etika menjadi alat pemikiran yang rasional dan bertanggung jawab bagi seorang ahli dan bagi siapa saja yang tidak mau diombang ambingkan oleh norma-norma yang ada.
7
b. Tujuan Norma 1. Sebagai Pembeda Antara Yang Baik dan Buruk Yang membedakan manusia dari makhluk hidup lainnya ialah daya pikir, akal dan nalarnya tersebut menjadikan manusia mampu membedakan antara yang benar dan salah, antara yang baik dan buruk, antara yang halal dan yang haram, antara yang pantas dan yang tidak pantas, antara yang wajar dan yang tidak wajar, dengan kata lain manusia dalam interaksinya dengan manusia lain terikat kepada norma-norma moral dan etika, keterikatan tersebut berlaku dalam semua tindakan yang dilakukan, dimana norma tersebut ada dengan maksud dan tujuan untuk mengatur tatanan dan keharmonisan kehidupan antara manusia yang satu dengan manusia yang lain. 2. Sebagai Perintah dan Penilaian Norma adalah suatu sarana yang dipakai oleh masyarakat untuk menertibkan, menuntut dan mengarahkan tingkah laku anggota masyarakat dalam hubungannya satu sama lain, untuk bisa menjalankan fungsinya yang demikian itu, barang tentu ia harus memiliki kekuatan yang bersifat memaksa. Paksaan ini tertuju kepada anggota masyarakat dengan maksud untuk mematuhinya. Hal ini sejalan dengan Firman Allah Al-Qur’an Surat Al-Maidah ayat 48 : Terjemahan : “Dan kami Telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang Telah datang kepadamu. untuk tiap-tiap umat diantara kamu, kami berikan aturan dan jalan yang terang. sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang Telah kamu perselisihkan itu,” (QS. Al-Maaidah: 48) Menerima dan memahami hukum sebagai perintah atau dalam artian memerintah saja kurang memberikan gambaran yang lengkap mengenainya oleh sebab itu norma yang dalam hal ini adalah norma hukum harus dipahami sebagai sarana yang dipakai oleh masyarakat untuk mengarahkan tingkah laku pada anggota masyarakat pada saat mereka berhubungan satu sama lain, dengan kata lain norma merupakan persyaratan dalam penilaian. Di dalam norma hukum mengendung dua hal; a. Patokan penilaian dan b. Patokan tingkah laku. Melalui poin yang pertama, norma hukum menilai masyarakat, yaitu dengan menyatakan apa yang dianggapnya baik atau tidak. Dari penilaian ini kemudian dapat dilahirkan petunjuk tentang tingkah laku atau perbuatan-perbuatan mana yang termasuk dalam kategori harus dijalankan dan yang harus ditinggalkan. Apabila kita memahami hukum sebagai perintah, maka sebenarnya kita hanya melihat kandungan yang kedua dari norma hukum, yaitu sebagai petunjuk tingkah laku, sebagai norma tingkah laku.
8
D. Pengertian Moralitas Istilah Moral berasal dari bahasa Latin. Bentuk tunggal kata ‘moral’ yaitu mos sedangkan bentuk jamaknya yaitu mores yang masing-masing mempunyai arti yang sama yaitu kebiasaan, adat. Bila kita membandingkan dengan arti kata ‘etika’, maka secara etimologis, kata ’etika’ sama dengan kata ‘moral’ karena kedua kata tersebut sama-sama mempunyai arti yaitu kebiasaan,adat. Dengan kata lain, kalau arti kata ’moral’ sama dengan kata ‘etika’, maka rumusan arti kata ‘moral’ adalah nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Sedangkan yang membedakan hanya bahasa asalnya saja yaitu ‘etika’ dari bahasa Yunani dan ‘moral’ dari bahasa Latin. Jadi bila kita mengatakan bahwa perbuatan pengedar narkotika itu tidak bermoral, maka kita menganggap perbuatan orang itu melanggar nilai-nilai dan norma-norma etis yang berlaku dalam masyarakat. Atau bila kita mengatakan bahwa pemerkosa itu bermoral bejat, artinya orang tersebut berpegang pada nilai-nilai dan normanorma yang tidak baik. ‘Moralitas’ (dari kata sifat Latin moralis) mempunyai arti yang pada dasarnya sama dengan ‘moral’, hanya ada nada lebih abstrak. Berbicara tentang “moralitas suatu perbuatan”, artinya segi moral suatu perbuatan atau baik buruknya perbuatan tersebut. Moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk. Moral dan etika adalah dua hal yang tidak terpisahkan karena pada dasarnya moral adalah tingkah laku yang telah diatur atau ditentukan oleh etika. Moral sendiri dibedakan menjadi dua, yaitu moral baik dan moral jahat. Moral baik ialah segala tingkah laku yang dikenal pasti oleh etika sebagai baik, begitu juga sebaliknya dengan moral yang jahat. Berikut ini adalah pengertian dan definisi moral: 1. DIAN IBUNG Moral adalah nilai yang berlaku dalam suatu lingkungan sosial dan mengatur tingkah laku seseorang. 2. WIWIT WAHYUNING, DKK Moral berkenaan dengan norma - norma umum, mengenai apa yang baik atau benar dalam cara hidup seseorang. 3. ZAINUDDIN SAIFULLAH NAINGGOLAN Moral ialah suatu tendensi rohani untuk melakukan seperangkat standar dan norma yang mengatur perilaku seseorang dan masyarakat. 4. MARIA ASSUMPTA Moral adalah aturan mengenai sikap dan perilaku manusia sebagai manusia. 5. SONNY KERAF Moral menjadi tolok ukur yang dipakai masyarakat untuk menentukan baik buruknya tindakan manusia sebagai manusia, mungkin sebagai anggota masyarakat atau sebagai orang dengan jabatan tertentu atau profesi tertentu. 6. IMAM SUKARDI Moral adalah suatu kebaikan yang disesuaikan dengan ukuran - ukuran tindakan yang diterima oleh umum, meliputi kesatuan sosial atau lingkungan tertentu. 7. J. DOUMA Moral adalah segala kesusilaan yang berlaku 8. RUSSEL SWANBURG Moral adalah pernyataan pikiran yang berhubungan dengan semangat atau keantusiasan seseorang dalam bekerja.
9
E. Teori – Teori Etika Teori Etika , yaitu :
Etika Hak Teori hak merupakan suatu aspek dari teori deontologi, karena hak berkaitan dengan
kewajiban. Bisa dikatakan, hak dan kewajiban bagaikan dua sisi dari uang logam yang sama. Dalam teori etika dulu diberi tekanan terbesar pada kewajiban, tapi sekarang kita mengalami keadaan sebaliknya, karena sekarang segi hak paling banyak ditonjolkan. Biarpun teori hak ini sebetulnya berakar dalam deontologi, namun sekarang ia mendapat suatu identitas tersendiri dan karena itu pantas dibahas tersendiri pula. Hak didasarkan atas martabat manusia dan martabat semua manusia itu sama. Karena itu teori hak sangat cocok dengan suasana pemikiran demokratis. Teori hak sekarang begitu populer, karena dinilai cocok dengan penghargaan terhadap individu yang memiliki harkat tersendiri. Dalam pemikiran moral dewasa ini barangkali teori hak ini adalah pendekatan yang paling banyak dipakai untuk mengevaluasi baik buruknya suatu perbuatan atau perilaku.
Etika Keutamaan Teori keutamaan (virtue) memandang sikap atau akhlak seseorang. Dalam etika ini
terdapat minat khusus untuk teori keutamaan sebagai reaksi atas teori – teori etika sebelumnya yang terlalu berat sebelah dalam mengukur perbuatan dengan prinsip atau norma. Etika keutamaan adalah memandang sikap atau akhlak seseorang. Tidak ditanyakan apakah suatu perbuatan tertentu adil, atau jujur, atau murah hati dan sebagainya. Keutamaan bisa didefinisikan sebagai berikut : disposisi watak yang telah diperoleh seseorang dan memungkinkan dia untuk bertingkah laku baik secara moral. Contoh keutamaan adalah kebijaksanaan, keadilan, suka bekerja keras, dan hidup yang baik.
Etika Utilitarisme Teori Utilitarisme berasal dari kata Latin utilis yang berarti “bermanfaat”. Menurut
teori ini, suatu perbuatan adalah baik jika membawa manfaat, tapi menfaat itu harus menyangkut bukan saja satu dua orang melainkan masyarakat sebagai keseluruhan. Menurut suatu perumusan terkenal, dalam rangka pemikiran utilitarisme (utilitarianism) criteria untuk menentukan baik buruknya suatu perbuatan.
10
F. Klasifikasi Etika : Pelaksanaannya berdasar pula pada penilaian agama.
1. Etika Agama
Normanya bersifat kongkrit. Tak dapat diubah hukumnya serta sanksinya tidak dapat ditawar. Contoh : Dilarang mencuri, Dilarang membunuh, Dilarang berbohong, dsb.
2. Etika Deskriptif
: Hanya melukiskan, menggambarkan, menceritakan apa
adanya, tidak memberikan penilaian, tidak memilih mana yang baik dan mana yang buruk,
tidak
mengajarkan
bagaimana
seharusnya
berbuat.
Contoh : Sejarah etika. Misalnya : pandangan-pandangan moral dalam Uni Soviet yang komunis dan ateis dulu. Mengapa mereka begitu permisif terhadap pengguguran kandungan sementara pornografi sangat ketat. Adanya prostitusi legal di berbagai negara. Serta menggambarkan hal-hal dalam tindakan sehari-hari masyarakat.
3. Etika Normatif buruk,
mana
: Sudah memberikan penilaian mana yang baik dan mana yang yang
harus
dikerjakan
dan
mana
yang
tidak.
Contoh : Larangan berjudi, larangan tawuran, larangan membajak buku atau VCD, dan lain sebagainya.
: Membicarakan prinsip-prinsip umum, seperti apakah nilai,
4. Etika Umum motivasi
suatu
perbuatan,
suara
hati
dan
sebagainya.
Contoh : Undang-Undang Perpajakan, TAP MPR, UUD 1945, dsb.
5. Etika Khusus
: Pelaksanaan dari prinsip-prinsip umum, seperti etika
pergaulan, etika dalam pekerjaan, dan sebagainya. Khususnya berlaku di situasi tertentu. Contoh : Larangan merokok di ruangan ber-AC, larangan menghidupkan handphone di pesawat. Etika rumah sakit, Etika kantor, Etika Universitas.
11
Referensi
:
http://erniritonga123.blogspot.com/2010/01/definisi-etika.html
http://id.shvoong.com/social-sciences/2159592-pengertian-dan-definisi-etikamenurut/#ixzz28xT6nVia http://amier-menulislage.blogspot.com/2010/05/pembagian-etika.html http://pembelajaran.mulyo.net/?p=2850#more-2850 http://onyenkchulle.blogspot.com/2010/10/tujuan-mempelajari-etika.html http://ponpes-nu.blogspot.com/2011/02/maksud-dan-tujuan-norma-norma.html
http://findraoddie.blogspot.com/2012/03/pengertian-etika-moral-dan-etiket.html
http://carapedia.com/pengertian_definisi_moral_info2097.html http://susianty.wordpress.com/2010/11/21/teori-teori-etika/ http://yanrizki.wordpress.com/2011/11/01/46/ http://lyricc.wordpress.com/2008/08/04/klasifikasi-etika/ http://findraoddie.blogspot.com/2012/03/pengertian-etika-moral-dan-etiket.html
12