Modul ke:
ETIKA DAN FILSAFAT KOMUNIKASI Kebenaran dalam Etika dan Filsafat Komunikasi
Fakultas
ILMU KOMUNIKASI Program Studi
BROADCASTING
www.mercubuana.ac.id
SOFIA AUNUL, MSI
Kebenaran dalam Etika dan Filsafat Komunikasi Manusia senantiasa penasaran terhadap cita-cita hidup ini. Yang hendak diraih adalah kebenaran hidup ini. Manusia merupaan mahluk yang berakal budi yang selalau ingin mengejar kebenaran. Kebenaran memang unik, tak pernah terjawab secara mudah. Berbagai abstraksi sering dipakai untuk menjawab pertanyaan untuk menemukan kebenaran. Abstraksi lahir atas akal budi yang bernalar tinggi. Akal budi merupakan alat abstraksi untuk menemukan kebenaran yang lebih esensial.
• Manusia senantiasa penasaran terhadap citacita hidup ini. Yang hendak diraih adalah kebenaran hidup ini. Manusia merupaan mahluk yang berakal budi yang selalau ingin mengejar kebenaran. Kebenaran memang unik, tak pernah terjawab secara mudah. Berbagai abstraksi sering dipakai untuk menjawab pertanyaan untuk menemukan kebenaran. Abstraksi lahir atas akal budi yang bernalar tinggi. Akal budi merupakan alat abstraksi untuk menemukan kebenaran yang lebih esensial.
Pengertian Kebenaran Secara etimologi (bahasa) kata “benar” mempunyai arti: • Tidak salah, lurus, dan adil. • Contohnya dalam kalimat, “hitungannya benar”. • Sungguh-sungguh, tidak bohong. • Contohnya dalam kalimat, “kabar itu benar”. • Sesungguhnya, memang demikian halnya. • Contohnya dalam kalimat, “benar ia tidak bersalah, tetapi ia terlibat perbuatan ini”. • Sangat, sekali. • Contohnya dalam kalimat, “enak benar mangga ini”.
Pengertian Kebenaran Secara epistemology (istilah), pengertian kebenaran dapat dilihat dari berbagai teori mengenai kebenaran, yang antara lain: • Teori koherensi • Teori Korespondensi • Teori pragmatis • Teori koherensi
Kebenaran Ilmiah • Kebenaran ilmiah ini dapat ditemuan dan diuji dengan pendekatan pragmatis, koresponden, dan koheren. Berbeda dengan kebenaran ilmiah yang diperoleh berdasarkan penalaran logika ilmiah, ada juga kebenaran karena factor-faktor non-ilmiah. •
Kebenaran Non-ilmiah • Kebenaran karena kebetulan. Kebenaran yang didapat dari kebetulan dan tidak ditemukan secara ilmiah. Tidak dapat diandalkan karena kadang kita sering tertipu dengan kebetulan yang tidak bisa dibuktikan. • Kebenaran karena akal sehat (common sense). Akal sehat adalah serangkaian konsep yang dipercayai dapat memecahkan masalah secara praktis. Kepercayaan bahwa hukuman fisik merupakan alat utama untuk pendidikan adalah termasuk kebenaran akal sehat ini. Penelitian psikologi kemudian membuktikan hal itu tidak benar. • Kebenaran agama dan wahyu. Kebenaran mutlak dan asasi dari Tuhan. Beberapa hal masih bisa dinalar dengan pancaindra manusia, tapi sebagian hal lain tidak dan karenanya membutuhkan keyakinan (keimanan).
Kebenaran Non-ilmiah • Kebenaran intuitif. Kebenaran yang didapat dari proses luar sadar tanpa menggunakan penalaran dan proses berpikir. Kebenaran intuitif sekar dipercaya dan tidak bisa dibuktikan, hanya sering dimiliki oleh orang yang berpengalaman lama dan mendarah daging di suatu bidang. • Kebenaran karena trial and error. Kebenaran yang diperoleh karena mengulang-ulang pekerjaan, baik metode, teknik, materi, dan parameter-parameter sampa akhirnya menemukan sesuatu. Memerlukan waktu lama ddan biaya tinggi. • Kebenaran spekulasi. Kebenaran karena adanya pertimbangan meski-pun kurang dipikirkan secara matang. Dikerjakan dengan penuh risiko, relative lebih cepat, dan biaya lebih rendah daripada trial-error.
Kebenaran Non-ilmiah • Kebenaran karena kewibawaan. Kebenaran yang diterima karena pengaruh kewibawaan seseorang. Seseorang tersebut bisa ilmuwan, pakar atau ahli yang memiliki kompetensi dan otoritas dalam suatu bidang ilmu. Kadang kebenaran yang keluar darinya diterima begitu saja tanpa perlu diuji. Kebenaran ini bisa benar tapi juga bisa salah karena tanpa prosedur ilmiah. • Kebenaran karena kekuasaan yaitu sesuatu menjadi benar atau salah karena adanya intervensi kekuasaan. Contohnya adalah invasi Amerika Serikat ke Irak, yang menjadi benar karena Amerika Serikat memiliki kekuasaan (power).
Kebenaran Kefilsafatan • Objek materi, dimana filsafat mempelajari segala sesuatu yang ada, sehingga dapat kita pahami bahwa kebenaran ilmu pengetahuan filsafat bersifat umum-universal, yang berarti tidak terkait dengan jenis-jenis objek tertentu. • Objek forma, kebenaran ilmu pengetahuan filsafat itu bersifat metafisika, yakni meliputi ruang lingkup mulai dari konkretkhusus sampai kepada yang abstrak-universal. • Metode, kefilsafatan terarah pada pencapaian pengetahuan esensial atas setiap hal dan pengetahuan eksistensial daripada segala sesuatu dalam keterikatan yang utuh (kesatuan). • Sistem, kebenaran bersifat dialektis, yakni senantiasa terarah kepada keterbukaan bagi masuknya ide-ide baru dan pengetahuan-pengetahuan baru yang semakin memperjelas kebenaran.
Daftar Pustaka • Endraswara, Suwardi. 2015, Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Center for Academic Publishing Service. • Mufid, Muhamad.2009. Etika dan Filsafat Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. • Salam, Burhaduddin. 2012. Pengantar Filsafat. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Terima Kasih SOFIA AUNUL, MSI