RESPONS BENIH IKAN SIDAT Anguilla bicolor bicolor TERHADAP AMONIA (NH3) MEDIA PEMELIHARAAN
HENDRI WAHYUDI
DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
2
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Respons Benih Ikan Sidat Anguilla bicolor bicolor terhadap Amonia (NH3) Media Pemeliharaan” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, April 2015 Hendri Wahyudi NIM C24080046
ABSTRAK HENDRI WAHYUDI. Respons Benih Ikan Sidat Anguilla bicolor bicolor terhadap Amonia (NH3) Media Pemeliharaan Dibimbing oleh RIDWAN AFFANDI dan SIGID HARIYADI. Ikan sidat merupakan salah satu komoditas perikanan yang banyak diminati masyarakat di banyakan negara di dunia, sehingga budidayanya sangat berkembang. Ikan sidat merupakan ikan karnivora, sehingga membutuhkan pakan dengan kadar protein tinggi (40-50%). Kadar protein tinggi berpotensi menghasilkan amonia (NH3) yang tinggi di perairan. Amonia (NH3) dapat berdampak pada kematian masal benih selama pemeliharaan, sehingga keberadaanya harus dikontrol. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji daya adaptasi benih ikan sidat terhadap kandungan amonia (NH3) dalam media. Perlakuan konsentrasi amonia (NH3) yang digunakan pada penelitian ini terdiri atas 0; 0,01; 0,02; 0,03; 0,04 mg L-1. Benih ikan sidat yang digunakan berukuran 0,5; 1,0; 1,5; 2,0; 2,5; 3,0 g. Hasil penelitian menunjukkan bahwa benih ikan sidat masih dapat beradaptasi pada konsentrasi amonia (NH3) sebesar 0,04 mg L-1. Namun, kemampuan adaptasi benih sidat berukuran 1,0 g menurun ketika konsentrasi amonia (NH3) lebih besar 0,01 mg L-1 dan kemampuan adaptasi benih berukuran lebih dari 1,0 g menurun ketika konsentrasi amonia (NH3) lebih besar dari 0,02 mg L-1. Kata kunci: Adaptasi benih ikan sidat, ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor), konsentrasi amonia
ABSTRACT HENDRI WAHYUDI. RESPONSE OF EEL SEED (Anguilla bicolor bicolor) TO THE MAINTENANCE MEDIA. Supervised by RIDWAN AFFANDI and SIGID HARIYADI Eel is one of fish commodity that has great demand in the world. Therefore, the cultivation of eel developed fast. Eel is a carnivorous fish which require feed with high protein content, but feed with high protein content has a potential to produce high content of ammonia (NH3) in water. One of the way that can be done to improve the quality of rearing eel medium is, by controlling the concentration of ammonia at its medium. The aim of this research is to analyze the metabolic adaptability of eel’s seed to ammonia at a medium. The concentration of ammonia (NH3) were used in this study consisted of 0; 0,01; 0,02; 0,03; 0,04 mg L-1 with size of eel’s seed which were used: 0,5; 1,0; 1,5; 2,0; 2,5; 3,0 g. The results showed that eel’s seed still able to adapt to the medium with ammonia concentration about 0.04 mg L-1. In other hand, eel's seed with size bellow 1,0 g that nursed at a medium with concentration of ammonia above 0,01 mg L-1 decreased its metabolic adaptability. As well as eel’s seed with size above 1,0 g,
4
the metabolic adaptability decreased at medium with concentration of ammonia above 0,02 mg L-1. Key words: Adaptation of eel, eel (Anguilla bicolor bicolor), concentration ammonia
RESPONS BENIH IKAN SIDAT Anguilla bicolor bicolor TERHADAP AMONIA (NH3) MEDIA PEMELIHARAAN
HENDRI WAHYUDI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan
DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-NYA penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Respons Benih Ikan Sidat Anguilla bicolor bicolor terhadap Amonia (NH3) Media Pemeliharaan”. Pada kesempatan ini penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini, terutama kepada: 1. Institut Pertanian Bogor yang telah memberikan kesempatan untuk studi di Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. 2. Taryono SPi, MSi selaku pembimbing akademik yang telah memberikan nasehat, dukungan, dan pengarahan selama melaksanakan kuliah di MSP, FPIK IPB. 3. Prof Dr Ir Ridwan Affandi, DEA dan Dr Ir Sigid Hariyadi, MSc selaku pembimbing yang telah memberikan banyak sekali masukan dan bimbingan untuk penyusunan skripsi ini. 4. Dr Ir Tatag Budiardi, MSi selaku penguji tamu dan Dr Ir Rahmat Kurnia, MSi selaku penguji dari Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. 5. Kedua orang tua penulis, Bapak (Rusmali Mukti) alm. dan Ibu (Martiyah), serta kakak penulis (Wahyu Andriyanto, Amd), atas arahan, bimbingan, dukungan, perhatian, dan doa yang tidak pernah berhenti untuk Penulis. 6. Istriku tercinta (Fauziyyah Dwi Mawardiansih, Amd.Keb), atas kesabaran, doa, perhatian, dan dukungan yang tidak pernah berhenti untuk Penulis. 7. Keluarga besar Bapak Muhammad Soewardi, atas arahan, bimbingan, dukungan, perhatian, dan doa yang tidak pernah berhenti untuk Penulis. 8. Teman-teman MSP 45 dan keluarga besar MSP IPB. Demikian skripsi ini disusun, semoga bermanfaat.
Bogor, April 2015 Hendri Wahyudi
1
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang ........................................................................................... Perumusan Masalah .................................. Tujuan ......................................................................................................... Manfaat ....................................................................................................... METODE Waktu dan Lokasi Penelitian ...................................................................... Wadah Percobaan ....................................................................................... Ikan Uji ....................................................................................................... Amonia ....................................................................................................... Metode Penelitian ....................................................................................... Analisis Data ............................................................................................... HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ............................................................................................................ Pembahasan .. SIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
vi vi vi 1 1 1 2 2 2 2 3 3 3 3 5 6 6 13 15 15 17 19
2
DAFTAR TABEL 1. Kelangsungan hidup (SR) ikan sidat terhadap pengaruh amonia 2. Data kualitas air media pengamatan benih ikan sidat pada perlakuan amonia berbeda 3. Tingkat metabolisme benih ikan sidat pada berbagai konsentrasi amonia
5 6 102
DAFTAR GAMBAR 1. Kerangka pendekatan masalah 2. Hubungan antara konsentrasi NH3 media dan tingkat konsumsi oksigen pada benih ukuran 0,5 g 3. Hubungan antara konsentrasi NH3 media dan tingkat konsumsi oksigen pada benih ukuran 1,0 g 4. Hubungan antara konsentrasi NH3 media dan tingkat konsumsi oksigen pada benih ukuran 1,5 g 5. Hubungan antara konsentrasi NH3 media dan tingkat konsumsi oksigen pada benih ukuran 2,0 g 6. Hubungan antara konsentrasi NH3 media dan tingkat konsumsi oksigen pada benih ukuran 2,5 g 7. Hubungan antara konsentrasi NH3 media dan tingkat konsumsi oksigen pada benih ukuran 3,0 g 8. Hubungan antara ukuran dan tingkat konsumsi oksigen pada kadar amonia (a) 0 mg L-1, (b) 0,01 mg L-1, (c) 0,02 mg L-1, (d) 0,03 mg L-1, dan (e) 0,04 mg L-1
2 7 7 7 8 8 9 11
DAFTAR LAMPIRAN 1. Prosedur pengukuran tingkat konsumsi oksigen (O2) 2. Tingkat konsumsi oksigen berbagai ukuran benih ikan sidat pada berbagai konsentrasi NH3 berbeda 3. Data NH3 penelitian pendahuluan 4. Data NH3 penelitian utama 5. Perhitungan konversi dari nilai total amonia nitrogen (TAN) ke nilai amonia bebas (NH3)
16 16 16 17 18
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Ikan sidat merupakan salah satu sumber daya ikan yang diminati di banyak negara di dunia sehingga potensial untuk dibudidayakan. Ikan sidat memiliki pasar yang cukup baik di dunia, terutama di Jepang, Hongkong, Jerman, Italia, dan beberapa negara lain (Affandi 2005). Masyarakat Jepang merupakan konsumen terbesar dengan jumlah konsumsi mencapai 130.000 ton per tahun (Fahmi & Himawati 2010). Pada tahun 2012, terjadi peningkatan konsumsi pada negara Jepang menjadi 150.000 ton (Subiakto 2012 in Fekri 2014). Setidaknya, 92% permintaan terhadap komoditas ini dipenuhi melalui kegiatan budidaya. Benih sidat yang digunakan dalam kegiatan budidaya tersebut diambil langsung di alam. Hal tersebut mengakibatkan di negara-negara Asia Timur (Jepang, Taiwan, dan Cina) dan di Eropa (Italia dan Jerman) melakukan eksploitasi benih alam secara besar-besaran dan mengakibatkan penurunan stok benih di alam (Rovara 2007). Ikan sidat (ikan karnivora) membutuhkan kadar protein tinggi (40-50%), sehingga berpeluang untuk menghasilkan amonia yang tinggi di media perairan. Produksi amonia yang tinggi baik yang dieksresikan oleh tubuh ikan maupun dari hasil perombakan sisa pakan dan feses dapat mempengaruhi konsentrasi ion dalam tubuh, meningkatkan konsumsi oksigen jaringan, mengurangi kemampuan darah untuk mengikat oksigen, bahkan dapat menyebabkan kematian. Pada usaha pemeliharaan, salah satu dampak dari tingginya kadar amonia pada media perairan adalah berkurangnya laju transportasi oksigen oleh darah (Hb) ikan, sehingga ikan akan bergerak lamban dan akan mempengaruhi aktivitas makan sidat (Degani et al. 1985). Amonia di dalam media perairan akan masuk ke dalam darah melalui insang dan akan lebih mudah diikat oleh darah sehingga dapat mengakibatkan penyakit darah coklat (methemoglobin), yang dapat mematikan ikan karena kekurangan oksigen (hypoxia) (Wiesman et al. 2007). Oleh karena itu, kandungan amonia harus diminimalkan, agar oksigen yang dikonsumsi oleh benih sidat dapat maksimal, sehingga proses metabolisme benih sidat dapat berjalan dengan baik. Oleh karena itu, diperlukan penelitian mengenai pengaruh amonia media terhadap kemampuan adaptasi benih ikan sidat. Pendekatan Masalah Salah satu parameter lingkungan yang mempengaruhi laju metabolisme tubuh benih ikan sidat adalah amonia. Amonia dapat mempengaruhi struktur insang dan aktivitas enzim yang berada pada insang. Jika amonia di perairan masih dapat ditolerir oleh benih ikan sidat, maka organ respirasi dan laju respirasi tubuh akan normal. Laju respirasi tubuh ini akan mempengaruhi ketersediaan oksigen di dalam tubuh benih ikan sidat. Ketersediaan oksigen di dalam tubuh benih ikan sidat akan dimanfaatkan untuk proses metabolisme yang dapat menghasilkan energi di dalam tubuh benih ikan sidat tersebut yang selanjutnya dapat digunakan untuk berbagai aktivitas. Selain itu, tingginya kandungan amonia di dalam media perairan akan menyebabkan nafsu makan sidat akan berkurang. Berkurangnya nafsu makan akan menyebabkan ketersediaan bahan untuk proses
2
metabolisme akan berkurang pula. Hal ini dapat mengganggu proses metabolisme di dalam tubuh. Pada akhirnya akan menurunkan pertumbuhan bahkan dapat menyebabkan kematian pada pemeliharaan benih ikan sidat (disajikan pada Gambar 1). Amonia Lingkungan
Struktur insang
Laju respirasi
Ketersediaan oksigen tubuh
Nafsu Makan
Laju metabolisme tubuh
Gambar 1 Kerangka pendekatan masalah
Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kemampuan adaptasi benih sidat terhadap amonia dalam media pemeliharaan. Manfaat Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan dasar untuk pengelolaan kualitas air pada media pemeliharaan benih ikan sidat.
METODE Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November-Desember 2013. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Hewan Air, Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Wadah Percobaan Wadah yang digunakan adalah akuarium kaca dengan ukuran 20 x 20 x 20 cm sebanyak 6 buah. Setiap wadah percobaan diisi dengan air sebanyak 2 liter. 3
3
Ikan Uji Ikan uji yang digunakan adalah benih ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor) yang diperoleh dari Palabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi. Pada penelitian ini bobot benih yang digunakan adalah 0,5; 1,0; 1,5; 2,0; 2,5; 3,0 g. Amonia (NH3) Perlakuan Amonia yang digunakan adalah amonia (NH3) dalam bentuk cair dengan konsentrasi 70%. Pada penelitian pendahuluan, konsentrasi yang digunakan adalah 0; 0,0005; 0,0001; 0,005; 0,01; 0,015; 0,02; 0,025; 0,03; 0,035; 0,04 mg L1 . Pada penelitian utama, konsentrasi amonia yang digunakan adalah 0; 0,01; 0,02; 0,03; 0,04 mg L-1. Pembuatan perlakuan amonia dilakukan dengan mencampurkan 1 tetes amonia cair dengan konsentrasi 70% ke dalam 1 L air (amonia induk). Kemudian, air tersebut diukur nilai amonia menggunakan spektrofotometer. Konsentrasikonsentrasi yang ingin digunakan selama penelitian, didapat dengan melakukan pengenceran. Setelah itu, larutan tersebut dihitung kembali menggunakan spektrofotometer agar konsentrasi yang digunakan sesuai dengan konsentrasi yang telah ditentukan. Metode Penelitian Penelitian tentang respon benih ikan sidat Anguilla bicolor bicolor terhadap amonia (NH3) media pemeliharaan terdiri atas 2 tahap, yaitu penelitian pendahuluan dan penelitian utama. Penelitian pendahuluan bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang kisaran kadar amonia yang dapat ditolerir, sedangkan penelitian utama bertujuan untuk mendapatkan data tingkat konsumsi oksigen pada berbagai kadar amonia media pemeliharaan dan berbagai ukuran benih. Penelitian pendahuluan: ketahanan benih ikan sidat Anguilla bicolor bicolor terhadap berbagai kadar amonia (NH3) media pemeliharaan Penelitian pendahuluan dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan informasi tentang batas toleransi benih ikan sidat terhadap kadar amonia media perairan. Hasil penelitian pendahuluan ini digunakan pada penelitian utama. Rancangan penelitian pendahuluan ini menggunakan 11 perlakuan dan masingmasing 3 ulangan. Perlakuan terdiri atas berbagai konsentrasi amonia, yaitu 0; 0,0005; 0,0001; 0,005; 0,01; 0,015; 0,02; 0,025; 0,03; 0,035; 0,04 mg L-1. Pengamatan dilakukan dua kali, yaitu pada waktu 24 jam dan 48 jam. Kegiatan yang dilakukan selama penelitian pendahuluan, yaitu pertama, mempersiapkan wadah percobaan (akuarium respirometer) berukuran 20 x 20 x 20 cm3. Kemudian akuarium tersebut diisi air dengan volume 2 L. Setelah itu, air di dalam akuarium diaerasi selama satu jam (oksigen jenuh). Kemudian, dimasukkan amonia ke dalam akuarium dengan konsentrasi yang diinginkan, yaitu 0; 0,0005; 0,0001; 0,005; 0,01; 0,015; 0,02; 0,025; 0,03; 0,035; 0,04 mg L-1. Setelah wadah siap, benih ikan sidat yang sudah dipersiapkan, ditimbang dan
4
dimasukkan ke dalam akuarium. Benih ikan sidat yang digunakan adalah benih ikan sidat dengan bobot 3,0±0,04 g. Setiap akuarium digunakan benih sidat sebanyak 5 ekor. Pengamatan pertama dilakukan setelah 24 jam dan dilanjutkan pada jam ke 48 dengan mengamati kelangsungan hidup ikan (SR). Derajat kelangsungan hidup (SR) menggambarkan respon ikan terhadap kondisi lingkungannya. Jika kondisi lingkungan tidak sesuai, maka ikan akan mengalami kematian. Derajat kelangsungan hidup ini dihitung berdasarkan jumlah ikan yang mati selama penelitian berlangsung. Derajat kelangsungan hidup (SR) dihitung berdasarkan pada rumus Effendie (2002), yaitu: SR = Keterangan : SR = Tingkat kelangsungan hidup (survival rate) Nt = Jumlah benih ikan sidat yang hidup pada akhir penelitian (ekor) No = Jumlah benih ikan sidat yang hidup pada awal penelitian (ekor) Penelitian utama: respons benih ikan sidat Anguilla bicolor bicolor terhadap amonia (NH3) media pemeliharaan Penelitian utama dilakukan dengan tujuan untuk mengkaji kemampuan adaptasi benih ikan sidat Anguilla bicolor bicolor terhadap amonia media pemeliharaan. Hal ini didekati dengan tingkat kemampuan konsumsi oksigen benih ikan sidat pada berbagai kadar amonia media pemeliharaan. Kegiatan yang dilakukan selama penelitian utama, yaitu mempersiapkan wadah akuarium respirometer tertutup sebanyak 6 akuarium yang berukuran 20 x 20 x 20 cm3. Kemudian, dimasukkan air baku sebanyak 2 L dan diaerasi selama satu jam untuk mendapatkan oksigen jenuh. Setelah siap, air di dalam akuarium diukur suhu, pH, dan DO awal. Kemudian, dimasukkan larutan amonia dengan masing-masing konsentrasi, yaitu 0; 0,01; 0,02; 0,03; 0,04 mg L-1. Setelah konsentrasi air di dalam sesuai dengan yang diinginkan, benih ikan sidat dimasukkan. Benih sidat yang digunakan, yaitu 0,5; 1,0; 1,5; 2,0; 2,5; 3,0 g. Selama dua jam dilakukan pengamatan terhadap benih ikan sidat. Setelah dua jam, air di dalam akuarium diukur kembali suhu, pH, dan DO akhir. Setiap perlakuan konsentrasi NH3 dan ukuran benih ikan dilakukan sebanyak dua kali ulangan. Analisis Data Konversi nilai total ammonia nitrogen (TAN) ke dalam nilai amonia bebas (NH3) Analisis amonia yang dilakukan di laboratorium menghasilkan nilai total amonia nitrogen (TAN). Oleh karena itu, dilakukan konversi dari nilai total amonia nitrogen (TAN) ke dalam nilai amonia bebas (NH3) sesuai dengan temperatur dan pH pada saat pengukuran, dan mengacu pada (Wyk dan Scarpa 1999) Tingkat konsumsi oksigen (TKO)
5
Tingkat konsumsi oksigen dihitung menggunakan rumus sebagai berikut (Liao dan Huang 1975): ( O2 0 O2 n ) TKO V wt Keterangan : TKO = tingkat konsumsi okigen (mgO2 g-1 jam-1) [O2]o = konsentrasi oksigen pada saat t0 (mg O2 L-1) [O2]n = konsentrasi oksigen pada saat tn (mg O2 L-1) V = volume air percobaan (L) w = bobot ikan uji (g) t = periode pengamatan (jam) Laju metabolisme Laju metabolisme dihitung melalui tingkat konsumsi oksigennya, dengan ekuivalen 1 mg O2 setara dengan 3,37 kal (Smith 1982).
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Pendahuluan Data hasil pengukuran ketahanan ikan sidat Anguilla bicolor bicolor terhadap pengaruh amonia (NH3) disajikan pada Tabel 1. Data ini diperoleh setelah melakukan pengamatan dua kali. Tabel 1 Kelangsungan hidup (SR) benih ikan sidat pada berbagai kadar amonia media Survival rate (%) Konsentrasi amonia (NH3) (mg L-1) 0 0,0005 0,0001 0,005 0,01 0,015 0,02 0,025 0,03 0,035 0,04
Waktu (jam) 24 48 100±0,54 100±1,09 100±0,56 100±1,11 100±0,58 100±1,13 100±0,61 100±1,13 100±0,64 100±1,11 100±0,68 100±1,04 100±0,72 86,67±0,83 100±0,76 66,67±0,58 100±0,79 60±0,50 80±0,69 53,33±0,55 73,33±0,47 46,67±0,58
6
Dari Tabel 1 dapat diketahui bahwa tingkat kelangsungan hidup benih ikan sidat menurun dengan meningkatnya konsentrasi amonia (NH3). Benih sidat yang dapat hidup 100% berada konsentrasi amonia kurang dari 0,02 mg L-1. Penelitian Utama Data hasil pengukuran suhu dan pH pada media pengamatan tingkat konsumsi oksigen benih ikan sidat disajikan pada Tabel 2. Data ini diperoleh selama penelitian utama berlangsung. Tabel 2 Data kualitas air media pengamatan benih ikan sidat pada perlakuan amonia berbeda Ukuran Benih (g)
0
0,01
0,02
0,03
0,04
Suhu ( C)
28,15±0,07
28,15±0,07
28,15±0,07
28,6±0,14
28,45±0,07
pH
7,1±0,14
7,15±0,14
7,1±0,14
7,05±0,07
7,15±0,07
Suhu ( C)
27,8±0,14
27,75±0,21
27,8±0,14
27,9±0,14
27,85±0,21
pH
7,05±0,07
7,05±0,07
7,05±0,07
7,15±0,07
7,15±0,07
27,75±0,07
27,95±0,07
27,8±0,28
27,7±0,28
27,95±0,07
o
0,5
o
1,0
o
1,5 2,0
Suhu ( C) pH
7,1±0,14
7,05±0,07
7,15±0,07
7,05±0,07
7,05±0,07
Suhu (oC)
27,75±0,35
27,7±0,14
27,7±0,14
27,7±0,28
27,85±0,07
pH
7,05±0,07
7,05±0,07
7,1±0,14
7,05±0,07
7,05±0,07
Suhu ( C)
27,8±0,28
27,7±0,42
27,85±0,21
27,65±0,21
27,7±0,14
pH
7,05±0,07
7,05±0,07
7,1±0,14
7,15±0,07
7,15±0,07
Suhu ( C)
27,9±0,14
27,9±0,14
27,9±0,14
28,0±0,14
28,05±0,07
pH
7,05±0,07
7,1±0,14
7,1±0,14
7,15±0,07
7,15±0,07
o
2,5
o
3,0
Konsentrasi NH3 (mg L-1)
Parameter
Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat bahwa suhu media pengamatan benih ikan sidat berkisar antara 27,4-28,7 oC dan pH media pengamatan berkisar antara 7,0-7,2. Data suhu dan pH relatif sama antar perlakuan selama pengamatan. Data tentang tingkat konsumsi oksigen benih ikan sidat pada berbagai tingkat konsentrasi amonia media disajikan pada Gambar 2, 3, 4, 5, 6, dan 7. Data yang disajikan pada gambar tersebut adalah nilai rata-rata konsumsi oksigen benih ikan sidat selama pengamatan berlangsung.
TKO (mgO2 g-1 jam-1)
3,50 3,00 2,50 2,00 y = -0,269x2 + 1,354x + 1,528 R² = 0,991
1,50 1,00 0,50 0,00
0
0,01 0,02 0,03 -1 Konsentrasi NH3 (mg L )
0,04
7
Gambar 2 Hubungan antara konsentrasi NH3 media dan tingkat konsumsi oksigen pada benih ukuran 0,5 g Berdasarkan Gambar 2, persamaan y=-0,269x2+1,354x+1,528, memperlihatkan bahwa konsumsi oksigen benih ikan sidat meningkat sampai batas toleransi konsentrasi amonia NH3. Pada ukuran benih ikan sidat 0,5 g batas toleransi amonia berada pada konsentrasi amonia sebesar 0,01 mg L-1. 3,50 y = -0,150x2 + 0,919x + 0,464 R² = 0,983
TKO (mgO2 g-1 jam-1)
3,00 2,50 2,00 1,50 1,00 0,50 0,00
0
0,01 0,02 0,03 -1 Konsentrasi NH3 (mg L )
0,04
Gambar 3 Hubungan antara konsentrasi NH3 media dan tingkat konsumsi oksigen pada benih ukuran 1,0 g Berdasarkan Gambar 3, persamaan y=-0,150x2+0,919x+0,464, memperlihatkan bahwa tingkat konsumsi oksigen benih ikan sidat meningkat sampai batas toleransi amonia (NH3). Pada ukuran benih ikan sidat 1,0 g batas toleransi berda pada konsentrasi amonia NH3 sebesar 0,02 mg L-1. 3,50
TKO (mgO2 g-1 jam-1)
3,00 2,50 2,00 1,50 1,00
y = -0,286x2 + 1,756x - 0,818 R² = 0,841
0,50 0,00
0
0,01 0,02 0,03 Konsentrasi NH3 (mg L-1)
0,04
Gambar 4 Hubungan antara konsentrasi NH3 media dan tingkat konsumsi oksigen pada benih ukuran 1,5 g
8
Berdasarkan Gambar 4, persamaan y=-0,286x2+1,756x-0,818, memperlihatkan bahwa tingkat konsumsi oksigen benih ikan sidat meningkat sampai batas toleransi amonia (NH3). Pada ukuran benih ikan sidat 1,5 g batas toleransi berada pada konsentrasi NH3 sebesar 0,02 mg L-1. 3,50
TKO (mgO2 g-1 jam-1)
3,00 2,50
y = -0,101x2 + 0,695x - 0,305 R² = 0,936
2,00 1,50 1,00 0,50 0,00
0
0,01 0,02 0,03 -1 Konsentrasi NH3 (mg L )
0,04
Gambar 5 Hubungan antara konsentrasi NH3 media dan tingkat konsumsi oksigen pada benih ukuran 2,0 g Berdasarkan Gambar 5, persamaan y=-0,101x2+0,695x-0,305, memperlihatkan bahwa konsumsi oksigen benih ikan sidat meningkat sampai batas toleransi amonia (NH3). Pada ukuran benih ikan sidat 2,0 g berada pada konsentrasi NH3 sebesar 0,02 mg L-1.
TKO (mgO2 g-1 jam-1)
3,50
3,00 y = -0,151x2 + 0,873x - 0,331 R² = 0,816
2,50
2,00 1,50 1,00 0,50 0,00
0
0,01
0,02
0,03
0,04
Konsentrasi NH3 (mg L-1)
Gambar 6 Hubungan antara konsentrasi NH3 media dan tingkat konsumsi oksigen pada benih ukuran 2,5 g Berdasarkan Gambar 6, persamaan y=-0,151x2+0,873x-0,331, memperlihatkan bahwa konsumsi oksigen benih ikan sidat meningkat sampai
9
batas toleransi amonia (NH3). Pada ukuran benih ikan sidat 2,5 g berada pada konsentrasi NH3 sebesar 0,02 mg L-1.
TKO (mgO2 g-1 jam-1)
3,50 3,00 2,50
y = -0,086x2 + 0,476x + 0,100 R² = 0,859
2,00 1,50 1,00 0,50 0,00
0
0,01 0,02 0,03 -1 Konsentrasi NH3 (mg L )
0,04
Gambar 7 Hubungan antara konsentrasi NH3 media dan tingkat konsumsi oksigen pada benih ukuran 3,0 g Berdasarkan Gambar 7, persamaan y=-0,086x2+0,476x+0,100, memperlihatkan bahwa konsumsi oksigen benih ikan sidat meningkat sampai batas toleransi amonia (NH3). Pada ukuran benih ikan sidat 3,0 g berada pada konsentrasi NH3 sebesar 0,02 mg L-1. Model hubungan antara ukuran dan tingkat konsumsi oksigen pada berbagai kadar amonia (NH3) disajikan pada Tabel 3 dan kurva fungsinya di sajikan pada Gambar 8. Model tersebut diperoleh dari hasil regresi antara ukuran dan tingkat konsumsi oksigen pada beberapa perlakuan amonia (NH3). Tabel 3 Model hubungan antara ukuran dan tingkat konsumsi oksigen benih ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor) pada kadar amonia berbeda Konsentrasi amonia Model hubungan (mg L-1) 0 y = -1,24ln(x)+2,304 (R2 = 0,867) 0,01 y = -1,42ln(x)+2,981 (R2 = 0,936) 0,02 y = -1,19ln(x)+2,980 (R2 = 0,883) 0,03 y = -1,24ln(x)+2,643 (R2 = 0,986) 0,04 y = -0,72ln(x)+1,645 (R2 = 0,936) y = tingkat konsumsi oksigen ; x = ukuran benih ikan sidat
Berdasarkan Gambar 8, kurva fungsi model hubungan antara ukuran dan tingkat konsumsi oksigen memperlihatkan bahwa konsumsi oksigen benih ikan sidat menurun dengan meningkatnya ukuran benih ikan sidat. Setiap kurva memiliki nilai R2 mendekati 1. Data laju metabolisme benih ikan sidat pada berbagai konsentrasi amonia disajikan pada Tabel 4. Data ini merupakan data hasil konversi dari laju konsumsi oksigen dengan pendekatan ekuivalen 1 mgO2 g-1 setara dengan 3.37 kal g-1.
3,50 3,00 2,50 2,00 1,50 1,00 0,50 0,00
TKO (mgO2 g-1 jam-1)
TKO (mgO2 g-1 jam-1)
10 y = -1,24ln(x) + 2,304 R² = 0,867
0,5
1
1,5 2 Ukuran (g)
2,5
3,50 3,00 2,50 2,00 1,50 1,00 0,50 0,00
3
y = -1,42ln(x)+ 2,981 R² = 0,936
0,5
1
TKO (mgO2 g-1 jam-1)
3,50 3,00 2,50 2,00 1,50 1,00 0,50 0,00
y = -1,19ln(x) + 2,980 R² = 0,883
0,5
1
3
b
1,5 2 2,5 Ukuran (g)
c
TKO (mgO2 g-1 jam-1)
TKO (mgO2 g-1 jam-1)
a
1,5 2 2,5 Ukuran (g)
3,50 3,00 2,50 2,00 1,50 1,00 0,50 0,00
3,50 3,00 2,50 2,00 1,50 1,00 0,50 0,00
3
y = -1,24ln(x) 2,643 R² = 0,986
0,5
1
1,5 2 2,5 Ukuran (g)
d y = -0,72ln(x)+ 1,645 R² = 0,936
0,5
1
e
1,5 2 2,5 Ukuran (g)
3
e Gambar 8 Hubungan antara ukuran dan tingkat konsumsi oksigen pada bebrbagai kadar amonia (a) 0 mg L-1, (b) 0,01 mg L-1, (c) 0,02 mg L-1, (d) 0,03 mg L-1, dan (e) 0,04 mg L-1 Tabel 4 Tingkat metabolisme benih ikan sidat pada berbagai konsentrasi amonia Laju Metabolisme Benih Ikan Sidat (kal g-1 jam-1) Ukuran benih ikan sidat (g)
Konsentrasi Amonia NH3 (mg L-1) 0
1,0
2,0
3,0
4,0
0,5
8,84
10,66
10,42
9,7
5,13
1,0
4,07
5,93
6,22
5,75
4,44
1,5
2,09
5,10
7,26
4,28
3,09
2,0
1,00
2,15
3,23
2,65
2,25
2,5
1,26
2,64
3,69
1,80
1,06
3,0
1,67
2,25
2,88
1,84
1,22
3
11
Pembahasan Kualitas air merupakan salah satu faktor penting dalam pertumbuhan biota. Jika kualitas air seperti DO, suhu, pH, melewati kisaran optimum, maka pertumbuhan ikan akan terhambat dan dapat menyebabkan kematian pada ikan. Sidat termasuk ikan yang kuat, tetapi peka terhadap perubahan lingkungan. Suhu sangat berpengaruh terhadap kelarutan oksigen. Oksigen berbanding terbalik dengan suhu. Artinya bila suhu tinggi maka kelarutan oksigen berkurang. Kisaran suhu yang didapatkan selama pengamatan adalah 27,6-28,5oC. Kisaran suhu ini tergolong masih optimum untuk pertumbuhan ikan sidat. Hal ini sesuai pernyataan Matsui (1985), bahwa suhu optimal untuk pertumbuhan ikan sidat berkisar antara 25,0-28,0oC. Pada suhu kurang dari 12,0oC sidat menjadi tidak aktif dan tidak memiliki nafsu makan sehinga laju pertumbuhan minimal. Hal ini diperkuat oleh Usui (1974), yang menyatakan bahwa ikan sidat lebih cepat tumbuh pada daerah yang memiliki suhu tinggi 23-30oC seperti perairan Taiwan, Indonesia, Selatan Jepang, Karibia, Queensland, Tunisia, dan Madagaskar. Jenis ikan sidat yang lain, seperti Anguilla pacifica dan Anguilla marmorata dapat bertahan hidup pada suhu 28,0-33,0oC. Ikan sidat jenis ini memang hidup pada perairan sub tropis di sekitar Laut Hindia dan Perairan Pasifik Barat (Luo et al. 2013). Ikan sidat jenis Anguilla rosrata dapat bertahan hidup pada suhu 28,329,0oC, ikan sidat Anguilla australis pada suhu 26,9oC (Tzeng et al. (1988 in Luo et al. 2013). Pada ukuran leptocephal, ikan sidat (Anguilla japonica) dapat bertahan hidup pada suhu 27,0–28,0oC (Otake et al. 1998 in Tanaka et al. 2001). pH merupakan ekspresi dari konsentrasi ion H+. Menurut Boyd (1982), tingkat keasaman (pH) merupakan logaritma negatif dari ion hidrogen. Pada umunya pH perairan berkisar antara 6,5–9,0 dan titik letal asam dan basa untuk ikan pH 4,0 dan 11,0. Dalam pemeliharaan ikan sidat kisaran pH optimum adalah 6,5-8,0 dan pH optimum sebesar 7,1 (Ritonga 2014). Pada pengamatan kali ini didapatkan nilai pH 7,0-7,2. Nilai pH media pengamatan masih termasuk ke dalam pH nomal yang dapat memaksimalkan pertumbuhan benih ikan sidat. Kondisi media pemeliharaan mempengaruhi tingkat kelangsungan hidup benih ikan sidat. Salah satu kondisi media pemeliharaan yang menjadi faktor penyebab kematian adalah konsentrasi amonia. Konsentrasi amonia yang tinggi dapat mempengaruhi laju konsumsi oksigen benih ikan sidat. Apabila laju konsumsi oksigen menurun, maka ketersediaan energi untuk proses metabolisme akan menurun. Proses metabolisme yang terganggu dapat menyebabkan pertumbuhan benih ikan sidat terganggu juga. Menurut Affandi&Suhenda (2003), kadar amonia dalam media pemeliharaan ikan sidat terkontrol sebaiknya tidak melebihi 0,1 mg L-1. Degani & Lee (1988) menyatakan bahwa konsentrasi amonia antara 1-2 mg L-1 tidak menyebabkan pertumbuhan sidat menurun dengan syarat pH berada dalam rentang 6,8–7,9. Berdasarkan hasil penelitian, benih ikan sidat mampu hidup baik pada konsentrasi amonia di bawah 0,03 mg L-1 dengan nilai SR 100% selam 24 jam pengamatan. Pada konsentrasi 0,035 mg L-1, dan 0,04 mg L-1, SR menurun hingga menjadi sebesar 80,00% dan 73,33%. Pada pengamatan 48 jam, benih ikan sidat yang mampu bertahan hidup 100% hanya pada konsentrasi amonia di bawah 0,015 mg L-1. Konsentrasi di atas 0,02 mg L-1, SR benih ikan sidat menurun. Chen
12
et al. (1982) menyatakan bahwa Pada ikan sidat Anguilla japonica memiliki ketahanan hidup sebesar 57%-80% pada 0.4-1.2 mg L-1. Konsentrasi amonia yang tinggi di dalam perairan akan mengurangi laju konsumsi oksigen ikan. Keberadaan NH3 akan mereduksi masuknya oksigen ke dalam tubuh ikan (Yosmiar 2009). Pada penelitian ini, laju konsumsi okigen benih ikan sidat terus meningkat sampai batas toleransi amonia (NH3) sebesar 0,02 mg L-1. Hal ini diduga bahwa batas aman konsentrasi amonia yang dapat ditolerir oleh benih ikan sidat adalah 0,02 mg L-1. Konsentrasi lebih besar dari amonia (NH3) 0,02 mg L-1 menyebabkan laju konsumsi oksigen benih ikan sidat mengalami penurunan (Gambar 1-6). Hubungan bobot benih ikan sidat dengan laju konsumsi oksigen, memperlihatkan bahwa semakin besar bobot benih ikan sidat, maka semakin kecil laju tingkat konsumsi oksigenya (Gambar 7-11). Pada umumnya ikan berfamili catfish dapat hidup pada perairan yang mengandung total amonia nitrogen (TAN) 15 mg L-1 (Farmer et al. 2011). Laju konsumsi oksigen merupakan cara untuk mengukur laju metabolisme tubuh pada ikan (Affandi dan Tang 2002). Hal ini dapat diukur dengan ekuivalen 1 mgO2 g-1 jam-1 setara dengan 3.37 kal g-1 jam-1 (Smith 1982). Pada pengamatan ini laju metabolisme tubuh benih ikan sidat berbanding lurus dengan laju konsumsi oksigen. Laju metabolisme benih ikan sidat berkisar antara 1,0-10.66 kal g-1 jam-1. Semakin meningkat konsentrasi amonia maka laju metabolisme terus meningkat sampai pada titik tolerir konsentrasi amonia benih ikan sidat, yaitu 0,02 mg L-1. Peningkatan konsentrasi sampai 0,02 mg L-1 menyebabkan meningkatnya laju metabolisme tubuh benih ikan sidat. Hal ini akan mempengaruhi pembelanjaan energi untuk beradaptasi pada media. Namun, meningkatnya konsentrasi amonia lebih besar dari 0,02 mg L-1 menyebabkan benih ikan sidat sudah tidak memiliki kemampuan untuk melakukan metabolisme karena benih ikan sidat mengalami stressing. Hubungan bobot benih ikan sidat dengan laju metabolisme memperlihatkan bahwa semakin besar bobot benih ikan sidat, maka semakin kecil laju metabolisme tubuhnya.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Benih ikan sidat dapat beradaptasi pada media dengan konsentrasi amonia sebesar 0,04 mg L-1. Namun, kemampuan adaptasi ukuran kurang dari 1,0 g menurun ketika kadar amonia lebih besar 0,01 mg L-1 dan untuk benih berukuran lebih dari 1,0 g menurun ketika kadar amonia media lebih besar dari 0,02 mg L-1. Saran Perlu dilakukan penelitian lanjutan yang dapat menggambarkan secara keseluruhan daya adaptasi benih ikan sidat terhadap konsentrasi amonia dengan menggunakan indikator lain selain tingkat konsumsi oksigen, misalnya tingkat kematian benih ikan sidat, laju penurunan bobot, parameter hemalogi (gambaran darah).
13
DAFTAR PUSTAKA Affandi R. 2005. Strategi Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Sidat, Anguilla sp. di Indonesia. Jurnal Ikhtiologi Indonesia Vol 5(2): 75-81 Affandi R, Suhenda N. 2003. Teknik Budidaya Ikan Sidat (Anguilla bicolor). Prosiding Sumberdaya Perikanan Sidat Tropik. UPT Baruna Jaya. BPPTDKP. Jakarta. Hlm.47-54. Affandi R, Tang UM. 2002. Fisiologi Hewan Air. Unri press. Pekanbaru, Riau. Boyd CE. 1982. Water Quality Management for Pond Fish Culture. Department of Fisheries and Allied Aquacultures, Agricultural Experiment Station Auburn University. Elsevier Scientific Publishing Company : Amsterdam – Oxford. 318p. Chen CRL, Chung YY, Kuo GH. 1982. Studies on the pathogenicity of Flexibacter columnaris I. Effect of dissolved oxygen and ammonia on the pathogenicity of Flexibacter columnaris to eel (Anguilla japonica). Pages 57– 61 in Reports on Fish disease research, volume 4.Commercial Agriculture Planning and Development Series 8. Degani G, Levanon D. 1988. The relationship between ammonia production and oxygen concentratition in water and thebiomass of eels and level of protein in the diet of Anguilla anguilla L. Aquaculture Engineering: 235 – 244. Effendie MI. 2002. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Fahmi MR, Himawati R. 2010. Keragaman Ikan Sidat Tropis (Anguilla sp.) Di Perairan Sungai Cimandiri, Pelabuhan ratu, Sukabumi. Prosiding Forum inovasi Teknologi Akuakultur.Depok. Farmer Bradley D, Mitchell Andrew J, Straus David I. 2011. The Effect of High Total Ammonia Concentration on the Survival of Channel Catfish Experimentally Infected with Flavobacterium columnare. USA. Journal of Aquatic Animal Health : 162 - 168 Fekri L. 2014. Pengaruh stunting terhadap kondisi fisiologis benih ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor McClelland, 1884) [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Liao IC, Huang Hj. 1975. Studies On The Respiration Of Economics Prawn In Taiwan: Oxygen Consumption and Lethal Dissolved Of Egg Up To Young Prawn Of Peneus monodon fabricius. Journa Of The Fisheries Society Of Taiwan 4 (1): hlm 33-50 Luo M, Guan R, Li Zhong Q, Jin Heng. 2013. The effect of water temperature on the survival, feeding, and growth of the juveniles of Anguilla marmorata and A.bicolor pacifica. China. Journal Aquaculture: 61 - 64. Matsui I. 1982. Theory and practice of eel culture. AA. Balkema/Rotterdam. 32p. Ritonga TP. 2014. Respon benih ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor) terhadap derajat keasaman (pH) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Rovara O. 2007. Karakteristik reproduksi, upaya maskulinisasi dan pematangan gonad ikan sidat betina (Anguilla bicolor bicolor) melalui penyuntikan ekstrak hepofisis [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Smith S. 1982. Introduction to fish physiologi. T.F.H. Publication,Inc. England. Tanaka H, Kagawa H, Ohta H. 2001. Production of leptocephali of Japanese eel (Anguilla japonica) in captivity. Japan. Journal Aquaculture 201 : 51 – 60. Usui A. 1974. Eel Culture. Fishing News (Books) Ltd. England. 186 p.
14
Walpole RE. 1995. Pengantar Statistik, Edisi ke-3. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama. Wiesman U, Choi IS, Dombrowski M. 2007. Fundamental of Biological Wastewater Treatment. Germany (DE): WILEY-VCH Verlag GmbH&Co. KgaA, Weinheim. Wyk PV, Scarpa J. 1999. Water Quality Requirements and Managements in Farming Marine in Recirculating FreshWater System. Florida Department of Agriculture and Consumer Services. Harbour Branch Oceanographics Institution. Yosmaniar. 2009. Toksisitas Niklomida Terhadap Pertumbuhan, Kondisi Hematologi dan Histopatologi Juvenil Ikan Mas (Cyprinus carpio)[tesis]. Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor. 78 hal.
15
LAMPIRAN Lampiran 1 Prosedur Pengukuran Tingkat Konsumsi Oksigen (O2) Pertama siapkan wadah percobaan (respirometer), kemudian air baku percobaan dimasukkan ke dalam wadah yang sebelumnya sudah ditampung selama dua hari dari sumber mata air. Air yang berada di dalam wadah diaeresi selama satu jam. Kemudian diukur oksigen terlarutnya (DO awal) menggunakan DO meter, pH menggunakan pH meter dan suhu menggunakan termometer. Setelah itu, masukkan konsentrasi amonia yang diinginkan, dan terakhir masukkan benih ikan sidat ke dalam respirometer. Pengamatan tingkat konsumsi oksigen benih sidat ini dilakukan selama 2 jam, dengan 6 perlakuan amonia dan ukuran benih sidat yang berbeda. Setiap perlakuan dan ukuran benih sidat dilakukan pengamatan sebanyak 3 kali ulangan. Lampiran 2 Tingkat konsumsi oksigen berbagai ukuran benih ikan sidat pada berbagai konsentrasi NH3 berbeda Tingkat Konsumsi Oksigen (mgO2 g-1 jam-1) Konsentrasi Amonia (NH3) (mg L-1)
Ukuran Benih Sidat (g)
0
0,01
0,02
0,03
0,04
0,5
2,63±0,18
3,17±0,04
3,07±0,03
2,72±0,31
1,53±0,25
1,0
1,21±0,21
1,76±0,04
1,85±0,16
1,71±0,08
1,32±0,08
1,5
0,62±0,04
1,51±0,18
2,16±0,08
1,27±0,06
0,92±0,08
2,0
0,33±0,04
0,64±0,08
0,96±0,14
0,79±0,01
0,67±0,04
2,5
0,38±0,02
0,79±±0,05
1,10±0,12
0,54±0,02
0,32±0,01
3,0
0,50±0,05
0,67±0,01
0,85±0,06
0,55±0,02
0,41±0,07
Lampiran 3 Data NH3 Penelitian Pendahuluan Konsentrasi Amonia (NH3) (mg L-1) 0 0,0005 0,0001 0,005 0,01 0,015 0,02 0,025 0,03 0,035 0,04
I 0,01 0,0052 0,0014 0,0055 0,01 0,015 0,02 0,025 0,03 0,035 0,04
Ulangan II 0,01 0,0055 0,0018 0,0053 0,01 0,015 0,02 0,025 0,03 0,035 0,04
III 0,02 0,0006 0,0012 0,0057 0,01 0,015 0,02 0,025 0,03 0,035 0,04
16
Lampiran 4 Data NH3 Penelitian Utama Data Pengukuran Amonia (NH3) (mg L-1) Ukuran Benih Ikan Sidat (g) Konsentrasi Amonia Ulangan -1 (NH3) (mg L ) 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 I 0,003 0,002 0,001 0,004 0,001 0,001 0.0 II 0,001 0,001 0,003 0,002 0,001 0,002 I 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 II 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 I 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 II 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 I 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 II 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 I 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 II 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04
17
Lampiran 5 Perhitungan konversi dari nilai total amonia nitrogen (TAN) ke nilai amonia bebas (NH3) Suhu (oC) I II 28,1 28,2 28,1 28,2 28,1 28,2 28,5 28,7 28,5 28,4 27,9 27,7 27,9 27,6 27,9 27,7 28,0 27,8 28,0 27,7 27,7 27,8 28,0 27,9 28,0 27,6 27,5 27,9 27,9 28,0 27,5 28,0 27,6 27,8 27,6 27,8 27,9 27,5 27,8 27,9 28,0 27,6 28,0 27,4 28,0 27,7 27,8 27,5 27,6 27,8 27,8 28,0 28,0 27,8 28,0 27,8 28,1 27,9 28,0 28,1
pH
I 7,2 7,0 7,0 7,0 7,1 7,1 7,0 7,1 7,1 7,2 7,0 7,1 7,2 7,1 7,0 7,1 7,1 7,2 7,0 7,0 7,0 7,0 7,0 7,1 7,1 7,1 7,0 7,0 7,1 7,1
II 7,0 7,2 7,2 7,1 7,2 7,0 7,1 7,0 7,2 7,1 7,2 7,0 7,1 7,0 7,1 7,0 7,0 7,0 7,1 7,1 7,1 7,1 7,2 7,2 7,2 7,0 7,2 7,2 7,2 7,2
TAN I 0,03 1,02 2,03 3,04 4,01 0,02 1,05 2,02 3,05 4,01 0,01 1,06 2,04 3,01 4,01 0,04 1,03 2,01 3,01 4,01 0,01 1,01 2,04 3,01 4,04 0,01 1,02 2,03 3,01 4,01
II 0,01 1,04 2,06 3,05 4,04 0,01 1,02 2,03 3,07 4,03 0,03 1,03 2,03 3,02 4,02 0,02 1,02 2,03 3,04 4,03 0,01 1,02 2,03 3,01 4,02 0,02 1,02 2,02 3,03 4,01
Nilai Tabel konversi I II 0,0110 0,0069 0,0069 0,0110 0,0069 0,0110 0,0069 0,0069 0,0069 0,0110 0,0069 0,0069 0,0069 0,0069 0,0069 0,0069 0,0069 0,0110 0,0110 0,0069 0,0069 0,0110 0,0069 0,0069 0,0110 0,0069 0,0069 0,0069 0,0069 0,0069 0,0069 0,0069 0,0069 0,0069 0,0110 0,0069 0,0069 0,0069 0,0069 0,0069 0,0069 0,0069 0,0069 0,0069 0,0069 0,0110 0,0069 0,0110 0,0069 0,0110 0,0069 0,0069 0,0069 0,0110 0,0069 0,0110 0,0069 0,0110 0,0069 0,0110
NH3
I 0,00 0,01 0,01 0,02 0,03 0,00 0,01 0,01 0,02 0,04 0,00 0,01 0,02 0,02 0,03 0,00 0,01 0,02 0,02 0,03 0,00 0,01 0,01 0,02 0,03 0,00 0,01 0,01 0,02 0,03
II 0,00 0,01 0,02 0,02 0,04 0,00 0,01 0,01 0,03 0,03 0,00 0,01 0,01 0,02 0,03 0,00 0,01 0,01 0,02 0,03 0,00 0,01 0,02 0,03 0,04 0,00 0,01 0,02 0,03 0,04
18
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 10 Juni 1990 dari ayah Rusmali Mukti (alm) dan ibu Martiyah. Penulis adalah putra keempat dari empat bersaudara. Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Negeri 64 Jakarta dan pada tahun yang sama Penulis berhasil masuk Institut Pertanian Bogor di Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan melalui Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama mengikuti perkuliahan, Penulis menjadi asisten praktikum Fisiologi hewan air tahun 2010/2011 dan aktif sebagai pengurus di Himpunan Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan sebagai anggota hingga sekarang. Penulis juga aktif diberbagai acara seminar dan workshop, misalnya pada seminar dan workshop kewirausahaan yang diisi oleh Bapak Aburizal Bakrie pada tahun 2012.