PENGARUH SALINITAS TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN SIDAT FASE GLASS EEL SEBAGAI ALTERNATIF TEKNOLOGI BUDIDAYA IKAN SIDAT (Anguilla bicolor bicolor)
Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Sains
Oleh RIBUT BUDIYONO NIM. M0408032
JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013
i
PENGESAHAN
ii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil penelitian saya sendiri dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari ditemukan adanya unsur penjiplakan maka gelar kesarjanaan yang telah diperoleh dapat ditinjau dan /atau dicabut.
Surakarta, Desember 2012
Ribut Budiyono NIM. M0408032
iii
PENGARUH SALINITAS TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN SIDAT FASE GLASS EEL SEBAGAI ALTERNATIF TEKNOLOGI BUDIDAYA IKAN SIDAT (Anguilla bicolor bicolor)
RIBUT BUDIYONO Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret
ABSTRAK Pada masa awal kehidupannya sidat berpindah dari air laut ke air tawar. Oleh karena itu, salinitas menjadi faktor yang sangat penting bagi kelulushidupan dan pertumbuhannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan survival rate glass eel (Anguilla bicolor bicolor) yang dipelihara dengan kondisi salinitas berbeda. Glass eel dipelihara dalam air dengan perlakuan salinitas berbeda, yaitu 0 ppt, 1 ppt, 2 ppt, 3 ppt, 4 ppt, 5 ppt, 6 ppt, dan 7 ppt. Sampel ikan sidat fase glass eel yang digunakan panjangnya antara 50-60 mm dan beratnya antara 0,15-2 gram. Setiap perlakuan diisi ikan sebanyak 100 ekor. Glass eel tersebut telah dikarantina 10 hari dalam salinitas 0 ppt yang merupakan hasil seleksi dari 6000 ekor. Variabel pengamatan meliputi panjang tubuh, berat tubuh, dan angka kematian. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji varian (ANAVA) dilanjutkan dengan uji DMRT. Angka Survival Rate (SR) setiap perlakuan diperoleh berdasarkan data mortalitas ikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan ikan sidat fase glass eel secara optimal dalam media pemeliharaan dengan salinitas 2ppt, yang ditunjukkan dengan pertambahan berat total ikan (0,03g/minggu) dan pertambahan panjang total ikan (0,26cm/minggu), sedangkan angka survival rate ikan tertinggi (100%) diperoeh dalam media pemeliharaan dengan salinitas 1ppt. Kata kunci : Anguilla bicolor bicolor, salinitas, pertumbuhan ikan sidat
iv
SALINITY EFFECT FOR GLASS EEL PHASE OF EEL GROWTH AS AN ALTERNATIVE EEL (Anguilla bicolor bicolor) CULTIVATION TECHNOLOGY
RIBUT BUDIYONO Biology Department, Faculty of Mathematic and Natural Science Sebelas Maret University
ABSTRACT In early its life, the eel migrates from seawater into freshwater. Therefore, salinity becomes very important factor for their growth and survival. This research was conducted to determine the growth and survival rate of glass eel (Anguilla bicolor bicolor) in different salinity conditions. The glass eel were reared in water with different salinity treatments, namely 0 ppt, 1 ppt, 2 ppt, 3 ppt, 4 ppt, 5 ppt, 6 ppt, and 7 ppt. Glass eel used in this research wasa 50 - 60 mm and their weight ranged from 0.15 to 2 grams. Each treatment was stocked with 100 fish. The glass eel have been quarantined for 10 days in 0 ppt salinity which were selected from 6000 fish. Parameters measured in this research are body length, weight, and mortality. Data was analyzed by variance test (ANAVA) followed by DMRT test. The number of Survival Rate (SR) in each treatment is based on fish mortality data. The results showed that the growth of eel in the phase of glass eel was optimally in 2ppt, indicated by total weight (0.03g/week) and total length (0.22cm/week), while the highest survival rate (100%) is gained in 1ppt salinity. Key word : Anguilla bicolor bicolor, salinity, the growth of eel
v
MOTTO
Melangkahlah seperti kuda perang!! Tidak ada hal yang tidak mungkin jika kita melakukannya dengan budi pekerti yang baik.
(Ribut Budiyono)
Siapapun bisa marah-marah, itu mudah. Tetapi marah pada orang yang tepat, dengan kadar yang sesuai, pada waktu yang tepat, demi tujuan yang benar, dan dengan cara yang baik, bukanlah hal yang mudah.
(Aristoteles)
vi
PERSEMBAHAN
Karya terbaik ini saya persembahkan untuk
Ayahanda Supadi dan Ibunda Sukiyati, sosok orang tua sempurna yang selalu setia dengan doa, inspirasi, dan motivasi untuk putranya
Almamater yang saya banggakan, Universitas Sebelas Maret Surakarta
Kaum Ilmuwan Indonesia, yang telah mendedikasikan waktu, tenaga, dan pikirannya demi kesejahteraan masyarakat dan kemajuan sains di tanah air
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah membentangkan jalan untuk hambaNya dan berkuasa menunjuki hati hamba kepada rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul: “Pengaruh Salinitas Terhadap Pertumbuhan Ikan Sidat Fase Glass Eel sebagai Alternatif Teknologi Budidaya Ikan Sidat (Anguilla bicolor bicolor)”. Penyusunan skripsi ini merupakan suatu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan Strata 1 (S1) pada Jurusan Biologi , Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam , Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian dan penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : Prof. Ir. Ari Handono Ramelan, M.Sc., Ph.D., selaku Dekan FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta atas ijin penelitian untuk keperluan skripsi. Dr. Agung Budiharjo, M.Si., selaku Ketua Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta sekaligus dosen pembimbing I, serta kepada Prof. Dr. Sugiyarto, M.Si, selaku dosen pembimbing II yang keduanya telah memberikan bimbingan, arahan, dan dukungan selama penelitian hingga selesainya penyusunan skripsi. Siti Lusi Arum Sari, S.Si., M.Biotech, selaku dosen penelaah I dan Dra. Marti Harini, M.Si., selaku dosen penelaah II yang telah memberikan masukan selama penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi. Nita Etikawati, M.Si dan Ari Pitoyo, S.Si., M.Sc., selaku pembimbing akademik yang telah memberikan banyak arahan akademik kepada penulis selama menempuh masa perkuliahan dan penyusunan skripsi. Kepala dan staf Laboratorium Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret, yang telah memberikan izin penelitian beserta sarana, prasarana, dan bantuan selama penelitian.
viii
Keluarga besar Biologi untuk semangat dan persahabatan kita, teman-teman yang ikut sibuk dalam penelitian ini Mas Reza, Mas Hafid, Mas Krisna, Mas Eko, Pak SPd, Pakde Alan, Mas Bejo, Mas Rahmat Sky Community, Fanji, Endah, Fatimah, Gema, Fina, rekan-rekan Mr. Brown Bakery, Sidney, teman-teman GMC UNS, Kos Marjan, dan Pak Irfan Shigeru. Keluarga tercinta, Ayahanda Supadi, Ibunda Sukiyati, Waris Miyarso, Pak Tuo, Mbok Tuo, dan Maria Rizki Susilawati. Terima kasih untuk setiap doa, cinta, motivasi, inspirasi, dan kebersamaan yang luar biasa indah. Demikian semoga skripsi ini dapat berguna dan memberikan kontribusi dalam perkembangan sains di Indonesia.
Surakarta, Januari 2013 Penyusun
ix
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL.................................................................................... i HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... ii HALAMAN PERNYATAAN ..................................................................... iii ABSTRAK ................................................................................................... iv ABSTRACT ................................................................................................. v HALAMAN MOTTO .................................................................................. vi HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. vii KATA PENGANTAR ................................................................................. viii DAFTAR ISI ................................................................................................ x DAFTAR TABEL ........................................................................................ xii DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xiv BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................... 1 A. Latar Belakang ........................................................................... 1 B. Perumusan Masalah ................................................................... 3 C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 3 D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 3 BAB II. LANDASAN TEORI ..................................................................... 4 A. Tinjauan Pustaka ........................................................................ 4 a) Ikan Sidat (Anguilla bicolor bicolor) ...................................... 4 b) Salinitas ................................................................................... 8 c) Peranan Salinitas dalam Pertumbuhan Glass Eel.................... 10 B. Kerangka Pemikiran ................................................................... 13 C. Hipotesis..................................................................................... 13 BAB III. METODE PENELITIAN.............................................................. 14 A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................... 14 B. Alat Penelitian ............................................................................ 14 C. Bahan Penelitian......................................................................... 14 D. Cara Kerja .................................................................................. 15
x
E. Analisis Data .............................................................................. 17 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................... 18 A. Pengenceran Kadar Garam……….....................................… ..... 18 B. Pertumbuhan Berat Ikan Sidat (Anguilla bicolor bicolor) Fase Glass Eel....................................................…………… ..... 19 C. Pertumbuhan Panjang Ikan Sidat (Anguilla bicolor bicolor) Fase Glass Eel ............................................................................. 21 D. Kelulushidupan Ikan Sidat (Anguilla bicolor bicolor) Fase Glass Eel ............................................................................. 22 E. Faktor Lingkungan Luar .............................................................. 24 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN...................................................... 25 A. Kesimpulan....................................…...................................... .... 25 B. Saran........................................................................................ .... 25 DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. .... 26 LAMPIRAN............................................................................................. .... 29 RIWAYAT HIDUP PENULIS…..……………………………………. ..... 35
xi
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Hasil Rata-Rata Pengukuran Berat (Satuan g) Ikan Sidat (Anguilla bicolor bicolor) Fase Glass Eel .................................... 20 Tabel 2. Hasil Rata-Rata Pengukuran Panjang (Satuan cm) Tubuh Glass Eel ............................................................................ 22 Tabel 3. Data Survival Rate (%) Glass Eel pada Masing-Masing Perlakuan ....................................................................................... 23 Tabel 4. pH Air Selama Penelitian............................................................... 25
xii
DAFTAR GAMBAR Halaman Gamabr 1. Ikan Sidat (Anguilla bicolor bicolor) ......................................... 5 Gambar 2. Ikan Sidat Fase Glass Eel ........................................................... 7 Gambar 3. Bagan Kerangka Berpikir ........................................................... 13 Gambar 4. Laju Pertumbuhan Berat Glass Eel ............................................ 20 Gambar 5. Laju Pertumbuhan Panjang Glass Eel ........................................ 22 Gambar 6. Mortalitas Glass Eel Selama Penelitian ..................................... 23
xiii
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Tabel Hasil Pengamatan Pengaruh Salinitas terhadap Pertumbuhan Ikan Sidat Fase Glass Eel .............................. 29 Lampiran 2.
Hasil Uji Analisis Anava Pertumbuhan Berat Ikan Sidat (Anguilla bicolor bicolor) Fase Glass Eel ........................... 30
Lampiran 3.
Hasil Uji Analisis Anava Pertumbuhan Panjang Ikan Sidat (Anguilla bicolor bicolor) Fase Glass Eel ........................... 31
Lampiran 4.
Hasil Uji Anlisis Anava Mortalitas Ikan Sidat (Anguilla bicolor bicolor) Fase Glass Eel............................................ 32
Lampiran 5.
Dokumentasi Penelitian ....................................................... 33
Lampiran 6.
Kualitas Air Selama Penelitian ............................................ 33
xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor) merupakan salah satu komoditas perikanan yang bernilai ekonomi tinggi. Sebagian besar produksi sidat dari Indonesia diekspor ke luar negeri. Negara yang banyak mengimpor sidat dari Indonesia, antara lain: Jepang, Korea, Taiwan, Belanda, Perancis, Inggris, dan Jerman (Anonim, 2011). Di Indonesia, ikan sidat memiliki pasar yang baik walaupun baru dikenal dan diminati di daerah tertentu saja. Sebagian besar ekspor sidat dari Indonesia saat ini adalah hasil tangkapan alam sehingga kualitas dan kuantitasnya tidak stabil. Solusinya adalah dilakukan budidaya pembesaran sidat. Ikan sidat harus memiliki kuantitas dan kualitas yang baik agar sesuai dengan ukuran konsumsi. Oleh karena itu, perlu dilakukan sistem teknologi budidaya ikan sidat secara intensif untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas ikan sehingga layak untuk memenuhi kebutuhan pasar. Menurut Setiawan (2003), selama siklus hidupnya ikan sidat setelah tumbuh dan berkembang dalam waktu yang lama di perairan air tawar, sidat dewasa yang lebih dikenal sebagi “yellow eel” berkembang menjadi “silver eel” (matang gonad). Silver eel akan bermigrasi ke perairan laut dalam untuk memijah. Menurut Usui (2004), telur hasil berpijah akan muncul ke permukaan kemudian menetas menjadi larva sidat (leptochephalus), larva sidat ini kemudian akan bermigrasi dari perairan laut bersalinitas tinggi ke perairan darat bersalinitas rendah. Dalam migrasinya terjadi perkembangan larva ke tahap selanjutnya yaitu
1
glass eel. Proses migrasi larva ikan sidat ini adalah fenomena alamiah dari ikan sidat. Berdasarkan hasil survei lapangan lokasi budidaya pembesaran ikan sidat di Kecamatan Karang Pandan Kabupaten Karang Anyar, Jawa Tengah bahwa budidaya ikan sidat yang dilakukan saat ini belum mendapatkan teknologi yang mapan. Budidaya ikan sidat dengan mengimplementasikan berbagai teknik yang telah ada untuk mendapatkan kecocokan. Banyak masalah yang dihadapi oleh peternak, salah satunya yaitu kematian glass eel. Glass eel adalah benih ikan sidat yang digunakan untuk budidaya pembesaran ikan sidat, sehingga fase ini adalah fase penentu keberhasilan budidaya pembesaran. Penyebab kematian glass eel antara lain salinitas air (kandungan garam dalam air), suhu, DO, kecepatan arus, dan kualitas air (kandungan mikroba atau zat-zat pencemar). Salah satu hal yang harus diperhatikan dalam budidaya ikan sidat adalah salinitas, karena secara alami ikan sidat bermigrasi dari perairan tawar, payau, dan laut atau sebaliknya. Air tawar memiliki salinitas rendah karena konsentrasinya kurang dari 0,05%, sedangkan air laut salinitasnya cenderung tinggi karena kandungan konsentrasinya lebih dari 5% (Goetz, 1986). Dalam siklus hidupnya, ikan sidat fase glass eel yang bermigrasi dari perairan laut ke perairan darat akan tinggal sementara di perairan payau dengan konsentrasi kandungan garam antara 3% sampai 5%. Masa tinggal sementara glass eel pada perairan payau ini adalah salah satu mekanisme adaptasi fungsi tubuhnya untuk menetap pada perairan tawar, karena ikan sidat 90% masa hidupnya di air tawar. Untuk meningkatkan keberhasilan
2
budidaya pembesaran ikan sidat perlu diperhatikan salinitas yang sesuai untuk glass eel agar pertumbuhannya dapat dengan optimal serta angka kematiannya dapat diminimalisir. Berdasarkan latar belakang tersebut perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh salinitas terhadap pertumbuhan (panjang tubuh dan berat tubuh) dan kelulushidupan glass eel. B. Perumusan Masalah Dalam penelitian ini, masalah yang akan diteliti adalah bagaimana pertumbuhan dan kelulushidupan ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor) fase glass eel setelah dipelihara dengan kondisi salinitas berbeda? C. Tujuan Penelitian Salinitas merupakan parameter penting yang harus dipenuhi dalam budidaya ikan. Namun demikian, pertumbuhan ikan sidat yang dipelihara dengan kadar salinitas tertentu belum diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan kelulushidupan ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor) fase glass eel yang dipelihara dengan kondisi salinitas berbeda. D. Manfaat Penelitian 1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah terhadap adanya pengaruh salinitas terhadap pertumbuhan glass eel. 2. Memberikan pengetahuan serta alternatif teknologi budidaya ikan sidat. 3. Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan acuan penelitian lebih lanjut dalam upaya budidaya ikan sidat.
3
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka a) Ikan Sidat (Anguila bicolor bicolor) 1. Morfologi dan Klasifikasi Anguilla bicolor bicolor di Indonesia dikenal dengan nama ikan sidat. Ikan sidat merupakan hewan yang termasuk ke dalam famili Anguillidae. Hewan ini memiliki banyak nama daerah, seperti ikan uling, ikan moa, ikan lubang, ikan lumbon, ikan larak, dan ikan pelus. Ikan sidat mempunyai badan yang memanjang seperti belut serta perut dan punggung tidak berduri (Gambar 1). Sisik pada ikan sidat berbentuk kecil membujur, berkumpul dalam kumpulan-kumpulan yang kecil dan masing-masing kumpulan terletak miring pada sudut siku terhadap kumpulan disampingnya. Lubang hidung terletak di depan muka mata, mulut agak miring dan sampai melewati mata. Panjang ikan sidat dapat mencapai ±744,0 mm, berat dapat mencapai ±661,3 gram. Warna pada sisi ventral ikan kuning keperakan sampai pada bagian perut sedangkan perut berwarna putih. Dari mulut hinga ekor berwarna keperakan, sirip berwarna keemasan, pupil berwarna hitam dan iris keemasan dengan warna abu-abu di sekelilingnya (Robinet dan Feunteun, 2002).
4
Gambar 1. Ikan Sidat (Anguilla bicolor bicolor) Siklus hidup ikan sidat terbagi menjdi 3 fase tempat hidup, yaitu fase di lautan, fase di air payau, dan fase di sungai. Sidat mengalami empat fase pertumbuhan. Pertumbuhannya dimulai dari ikan sidat memijah di laut pada kedalaman sekitar 400 meter dan setelah telurnya dikeluarkan, telur-telur tersebut akan mengapung dekat permukaan air dan telurnya menetas menjadi larva sidat disebut leptocephalus (Usui, 2004), tubuhnya lebar seperti daun dan transparan. Leptocephalus akan berkembang secara bertahap dari tubuh lebar transparan menjadi tubuh silindris transparan disebut glass eel. Setelah berukuran sekitar12 cm disebut elver. Selanjutnya, menjadi fingerling dengan panjang tubuh sekitar 40 cm. Fingerling kemudian menjadi sidat ukuran konsumsi dengan panjang tubuh 50 cm hingga satu meter lebih.
5
Berikut ini klasifikasi sidat menurut Mc Clelland (1844): Kingdom
: Animalia
Filum
: Chordata
Kelas
: Actinopterygii
Ordo
: Angilliformes
Famili
: Anguillidae
Genus
: Anguilla
Spesies
: Anguilla bicolor
Subspesies
: Anguilla bicolor bicolor
2. Habitat Sidat hidup di dua jenis perairan. Fase larva hingga menjelang dewasa hidup di sungai. Setelah dewasa menuju laut dalam untuk bereproduksi. Selanjutnya, larva hasil pemijahan terbawa arus ke pantai dan menuju perairan tawar melalui sungai. Jumlah glass eel yang memasuki perairan tergantung daerahnya. Glass eel biasanya bergerombol dalam jumlah cukup besar, mencapai 100 juta ekor setiap tahunnya. Bobot glass eel saat memasuki perairan tawar 0,15-2 gram (Gambar 2). Panjangnya tubuhnya 50-60 mm (Liviawaty dan Afrianto, 1998).
6
Gambar 2. Ikan Sidat Fase glass eel Sidat dapat beradaptasi pada suhu 12-310 C. Nafsu makannya menurun pada suhu lebih rendah dari 120 C. Salinitas
(kadar garam
perairan) yang bisa ditoleransi antara 0-35 ppm. Salinitas dan turbiditas (kekeruhan suatu perairan) merupakan parameter yang paling berpengaruh terhadap jumlah elver di suatu daerah. Elver lebih menyukai habitat dengan salinitas rendah dan turbiditas tinggi (Knights, 2006). Pengaruh produktivitas di suatu perairan mempengaruhi distribusi jenis dan rasio kelamin sidat. Sidat betina lebih menyukai perairan esturia dan sungai-sungai besar yang produktif. Sementara, sidat jantan lebih banyak menghuni perairan berarus deras dan berproduktivitas rendah. 3. Jenis-jenis Sidat Di perairan Indonesia terdapat tujuh spesies sidat. Anguilla celebensis dan Anguilla borneensis merupakan hewan endemik di perairan Kalimantan dan Sulawesi. Anguilla interioris dan Anguilla obscura berada
7
di perairan sebelah utara Pulau Papua. Angguilla bicolor pasifica dapat dijumpai di perairan Indonesia bagian utara (Samudera Pasifik). Anguilla bicolor bicolor berada di sekitar Samudera Hindia terutama di kawasan sebelah barat Pulau Sumatera dan selatan Pulau Jawa. Anguilla marmorata merupakan jenis sidat kosmopolitan dengan daerah sebaran perairan di dunia (Sarwono, 2000; Sholeh, 2004). 4. Reproduksi Di awal pertumbuhannya (pada tahap larva) jenis kelamin sidat sulit dibedakan. Pada pertumbuhan selanjutnya sebagian gonad akan berkembang menjadi ovarium dan sebagian menjadi testis. Perbedaan antara sidat jantan dan betina terlihat jelas setelah dewasa. Sidat jantan memiliki mata lebih lebar daripada sidat betina pada usia, panjang, dan berat yang sama. Waktu berpijah sidat di perairan Samudera Hindia berlangsung sepanjang tahun. Saat puncak berpijah Anguilla bicolor bicolor terjadi pada bulan Mei dan Desember (Setiawan et al., 2003). Menurut Mc. Kinnon (2006), Anguilla bicolor bicolor hanya memijah sekali di laut kemudian mati. Di perairan Segara Anakan, Anguilla bicolor bicolor dapat ditemukan pada bulan September dan Oktober. Jumlah terbanyak pada bulan September. b) Salinitas Salinitas menunjukkan kadar garam terlarut dalam air. Salinitas juga dapat mengacu pada kandungan garam dalam tanah. Kandungan garam pada
8
sebagian besar danau, sungai, dan saluran air alami sangat kecil sehingga air di tempat ini dikategorikan sebagai air tawar. Kandungan garam air tawar kurang dari 0,05%. Jika lebih dari itu, air dikategorikan sebagai air payau atau menjadi saline bila konsentrasinya 3 sampai 5%. Lebih dari 5% disebut brine. Salinitas dapat dinyatakan sebagai konsentrasi total dari semua ion yang terlarut didalam air (Nybakken, 1992). Sifat osmotik dari air berasal dari seluruh ion yang terlarut tersebut.
Semakin besar jumlah ion yang
terkonsentrasi didalam air, maka tingkat salinitas dan kepekatan osmolar larutan semakin tinggi, sehingga tekanan osmotik media semakin membesar. Tingkat salinitas yang terlalu tinggi, atau rendah dan fluktuasinya lebar, dapat menyebabkan kematian pada ikan (Anggoro, 1992). Dikuatkan menurut Kinne dalam Anggoro (1992), kematian tersebut disebabkan gejala osmolaritas internal, yaitu terganggunya keseimbangan osmolaritas antara media hidup, dengan cairan tubuh (Internal dan eksternal), serta berkaitan dengan perubahan daya absorpsi terhadap oksigen. Semakin tinggi salinitas media makin rendah kapasitas maksimum kelarutan oksigen dalam air (Smith, 1982). Air laut secara alami merupakan air saline dengan kandungan garam sekitar 5%. Beberapa danau garam di daratan dan beberapa lautan memiliki kadar garam lebih tinggi dari air laut umumnya. Sebagai contoh, Laut Mati memiliki kadar garam sekitar 30% (Goetz, 1986).
9
Faktor – faktor yang mempengaruhi salinitas : 1. Penguapan, makin besar tingkat penguapan air laut di suatu wilayah, maka salinitasnya tinggi dan sebaliknya pada daerah yang rendah tingkat penguapan air lautnya, maka daerah itu rendah kadar garamnya. 2. Curah hujan, makin besar/banyak curah hujan di suatu wilayah laut maka salinitas air laut itu akan rendah dan sebaliknya makin sedikit/kecil curah hujan yang turun salinitas akan tinggi. 3. Banyak sedikitnya sungai yang bermuara di laut tersebut, makin banyak sungai yang bermuara ke laut tersebut maka salinitas laut tersebut akan rendah, dan sebaliknya makin sedikit sungai yang bermuara ke laut tersebut maka salinitasnya akan tinggi. c) Peranan Salinitas dalam Pertumbuhan Glass Eel Menurut Ryan (2009), parameter air yang merupakan kunci penting dalam budidaya ikan, khususnya sidat adalah suhu, pH (keasaman), oksigen terlarut, alkalinitas, dan salinitas yang berfungsi untuk memacu metabolisme. Jika faktor dasarnya sudah terpenuhi, berikutnya adalah teknis budidaya, seperti pakan, kepadatan tebar, kedalaman, dan sebagainya. Sidat merupakan hewan katadromous. Ikan ini memijah di laut dalam, dan kemudian besar di air tawar. Lebih dari 90% masa hidup sidat dihabiskan di air tawar (Ryan, 2009; McDowall, 1990). Oleh karena itu, budidaya sidat dilakukan di perairan tawar dengan salinitas kurang dari 5 ppt. Dalam budidaya sidat, sampai saat ini belum ada teknologi untuk memijahkan sehingga benih sidat selalu diambil dari alam. Umumnya, para penangkap
10
benih sidat akan menangkap benih sidat pada fase glass eel ini dan ditangkap di muara sungai (Gooley et al, 2006). Migrasi ikan sidat dari perairan tawar ke laut atau sebaliknya, menuntut kemampuan sidat merubah pola regulasi osmotik plasma dibandingkan dengan lingkungan sebelum migrasi. Ikan sidat yang bergerak dari air tawar ke air laut akan kehilangan 4 % bobot tubuhnya dalam 10 jam dan sebaliknya akan bertambah bobotnya bila bergerak dari laut ke air tawar, dan kondisi normal akan dicapai setelah satu atau dua hari (Schmidt-Nielsen, 1990; Randal et al., 2002). Pada ikan teleostei
air payau, Fundulus
heterooclitus, saat berada di air tawar, osmolaritas darahnya 335mOsmol/lt, sedangkan ketika di air laut osmolaritas darahnya adalah 365 mOsmol/lt, Na+ 85 mOsmol/lt dan Cl- 145 mOsmol/lt (Gordon et al., 1992). Namun pada ikan nila, Oreochromis sp., yang bersifat air payau, peningkatan salinitas medium secara signifikan meningkatkan konsentrasi osmotic plasma darah, yaitu 388 mOsmol/kg pada aklimasi diperairan dengan salinitas 25 ppt (Haryadi, 2003). Menurut Takei dan Hirose (2001) dalam responnya terhadap perubahan salinitas, pengaturan air dan ion paling sedikit terhadap dua fase. Pengaturan segera yaitu ikan mulai atau menghentikan minum dan meningkatkan atau menurunkan aktivitas transporter ion dan air yang telah ada pada epitel osmoregulasi yang berhadapan dengan perubahan salinitas lingkungan. Pengaturan jangka panjang melibatkan modifikasi organ-organ osmoregulasi seperti insang, intestine, dan ginjal. Pada level jaringan dan sel, jika ikan berpindah ke lingkungan laut akan mengakibatkan klorida tipe air
11
tawar hilang, kemudian sel klorida tipe air laut berdiferensiasi pada insang (Mancera and Mc Cormick, 1999; Marsigliante et al., 1997). Pada proses osmoregulasi, mekanisme transport aktif dalam upaya menjaga konsentrasi osmotik internal homeostasis. Ikan memanfaatkan protein membran (seperti, Na+K+ATPase) untuk melakukan transport aktif ion yang terjadi di insang, esophagus, dan intestine (Seidelin and Madsen, 1999; Kirsch et al., 1998; Jensen et al., 1998). Kemampuan adaptasi ikan terhadap perubahan salinitas berkorelasi dengan peningkatan aktivitas protein membran Na+K+ATPase, untuk melakukan transport aktif ion sodium pada organ osmoregulasi (Collie and Bern, 1992). Peningkaan aktivitas protein membran yang memfasilitasi transport ion diduga berhubungan dengan adanya stimulus hormonal (Randall et al., 2002; Takei and Hirose, 2001).
12
B. Kerangka Pemikiran Salinitas sangat mempengaruhi kelulushidupan glass eel. Namun demikian, pertumbuhan ikan sidat yang dipelihara dengan kadar salinitas tertentu belum diketahui. Potensi Ikan Sidat sebagai komoditas Sumber Daya Ikan
Eksplorasi dan Penelitian terhadap Ikan Sidat untuk Teknologi Budidaya Ikan Sidat
Pertumbuhan glass eel dengan Perlakuan Salinitas Berbeda
Pengamatan Panjang Tubuh, Berat Tubuh, dan Angka Kematian
Perbandingan Pertumbuhan glass eel berdasarkan Hasil Penelitian Gambar 3. Bagan Kerangka Berpikir C. Hipotesis Salinitas memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan glass eel dan tingkat kelulushidupan.
13
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan selama 40 hari mulai dari bulan Juni-Juli di Laboratorium Biologi Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta. B. Alat Penelitian Media pemeliharaan glass eel adalah akuarium berukuran 30x19,5x23 cm3 sebanyak 8 buah dan akuarium berukuran 40x40x40 cm3 untuk karantina. Alat yang digunakan adalah refraktometer untuk mengukur salinitas air, pH meter untuk mengukur derajat keasaman media pemeliharaan, luxmeter untuk mengukur intensitas cahaya lingkungan pemeliharaan, termometer untuk mengukur suhu air, mistar untuk mengukur pertumbuhan glass eel berupa panjang tubuh glass eel, neraca analitik untuk mengukur berat tubuh glass eel, counter untuk menghitung angka kematian glass eel, dan aerator untuk penyuplai oksigen (O2) dalam media uji. C. Bahan Penelitian Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor) fase glass eel. Panjang tubuh glass eel yang digunakan antara 4050 mm dengan berat tubuh antara 0,15-2 gram. Glass eel diperoleh dari pengepul SKY Community yang merupakan hasil tangkapan dari perairan payau Padang, Sumatera Barat. Bahan yang digunakan untuk pembuatan media uji pemeliharaan adalah garam tradisional laut “uyah grosok” yang diperoleh dari penjual Pasar
14
Gede Surakarta, Jawa Tengah, sedangkan pengencer yang digunakan adalah air tawar yang diperoleh dari air tanah. D. Cara Kerja Glass eel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 800 ekor diambil secara acak dari 1 kg glass eel yang telah dikarantina. Proses karantina dilakukan selama 6 hari dengan air tawar yang bersalinitas 0 ppt. Glass eel tersebut dibagi menjadi delapan kelompok dengan cara acak, tiap kelompok terdiri atas 100 ekor glass eel. Akuarium untuk uji diisi air dengan salinitas 0 ppt, 1 ppt, 2 ppt, 3 ppt, 4 ppt, 5 ppt, 6 ppt, dan 7 ppt. Pengenceran dibuat dari pencampuran garam dengan air tawar. Kadar salinitas ini diperoleh menggunakan rumus pengenceran sebagai berikut: Sn = (S1 x V1) + (S2 x V2) V1 + V2 Keterangan: Sn : Salinitas yang diinginkan, S1 : Salinitas air yang akan diencerkan, S2 : Salinitas air pengencer, V1 : Volume air yang akan diencerkan, V2 : Volume air pengencer. Glass eel yang telah dikelompokkan tersebut sebelum dimasukkan ke media uji diukur panjang dan berat tubuhnya guna mendapatkan data awal sebelum perlakuan. Pengukuran dilakukan dengan cara setiap kelompok diambil
15
sampel sebanyak 10 ekor secara acak. Glass eel dimasukkan ke dalam media uji masing-masing berupa akuarium 30x19,5x23 cm3 dengan ketinggian air 14 cm (volume air 6 liter) dengan kadar salinitas berbeda dan dilengkapi aerator yang berfungsi penyuplai O2. Pemeliharaan glass eel dengan salinitas berbeda ini dilakukan selama 30 hari, penggantian air dilakukan jika kualitas air sudah terlihat menurun karena pada fase glass eel kotoran ikan tidak terlalu banyak. Pengukuran pH air, suhu air, dan intensitas cahaya dilakukan tiga kali sehari selama pemeliharaan (pagi, siang, dan sore). Selama proses pemeliharaan, pakan yang berupa cacing sutera segar. Pakan diberikan sehari dua kali (pagi antara pukul 7.00-8.00 dan sore antara pukul 6.00-7.00) sebanyak 5% dari berat tubuh glass eel. Pemberian pakan diberikan selama 60 menit kemudian sisa pakan diangkat, pengangkatan dilakukan untuk mengurangi resiko pencemaran oleh pakan sisa. Selama 30 hari masa pemeliharaan terdapat lima kali pengukuran parameter pertumbuhan dengan interval enam hari sekali. Parameter yang diukur sebagai indikator pertumbuhan glass eel adalah berat badan dan panjang tubuh ikan. Setiap akuarium disampling 10 ekor dengan cara random sampling. Sampel yang diambil tidak dikembalikan ke media pemeliharaan (reduksi sampel), reduksi sampel ini bertujuan untuk mengurangi kematian dalam pemeliharaan akibat pengukuran. Jumlah kematian (mortalitas) sidat
sebagai indikator
ketahanan glass eel terhadap salinitas tertentu dicatat setiap hari bersamaan dengan pengukuran pH, suhu, dan intensitas cahaya. Besar mortalitas sidat dari perlakuan tersebut dihitung untuk mengetahui survival rate/kelulushidupan ikan.
16
Survival rate (SR) ikan pada masing-masing akuarium pemeliharaan dihitung menggunakan rumus : SR (%) = Jumlah ikan yang hidup (ekor) ×100% Jumlah total ikan (ekor) D. Analisis Data Untuk mengetahui perbedaan antara sidat yang dipelihara dengan salinitas berbeda, data pertumbuhan yang meliputi panjang dan berat glass eel serta data mortalitas glass eel dibandingkan. Data tersebut dianalisis menggunakan uji ANAVA untuk mengetahui perbedaan rata-rata pertumbuhan dari setiap perlakuan kemudian dilanjutkan dengan uji DMRT.
17
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan ikan sidat fase glass eel (Anguilla bicolor bicolor) yang dipelihara dengan kondisi salinitas (kadar garam dalam air) berbeda. Ikan sidat fase glass eel yang digunakan terlebih dahulu dikarantina dalam media pemeliharaan dengan salinitas 0ppt. Hal ini bertujuan untuk memperoleh keseragaman kondisi glass eel yang akan digunakan dan rekayasa kondisi pada kegiatan pemeliharaan ikan serta pengiriman ikan, karena dalam studi lapangan diperoleh data bahwa ikan sidat fase glass eel yang dipelihara oleh pengepul dipelihara dalam salinitas 0ppt serta dalam pengiriman ikan, air yang digunakan adalah salinitas 0ppt. Dalam pengukuran laju pertumbuhan ikan, parameter yang digunakan adalah
pengukuran
berat
dan
panjang,
sedangkan
untuk
mengetahui
kelulushidupan ikan budidaya dilakukan perhitungan mortalitas ikan. Ketiga parameter yang digunakan tersebut nantinya untuk mengetahui apakah hasil dari perlakuan kontrol sama dengan perlakuan salinitas berbeda dalam air sebagai media pemeliharaan. Terbukti perlakuan salinitas berbeda dalam air dengan konsentrasi 2ppt dan 1ppt berpengaruh dalam pertumbuhan ikan dan kelulushidupan ikan sidat fase glass eel. A. Pengenceran Kadar Garam Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah garam tradisional atau sering dikenal uyah grosok. Penggunaan garam tradisional sebagai campuran bahan untuk pembuatan media pemeliharaan dikondisikan bahwa garam
18
tradisional masih memiliki komposisi yang sama dengan air laut alami, karena garam tradisional belum mendapat penambahan senyawa lain yang diperuntukkan sebagai garam konsumsi. Sehingga manipulasi lingkungan pemeliharaan dalam laboratorium dapat dikondisikan mendekati lingkungan alami. B. Pertumbuhan Berat Ikan Sidat (Anguilla bicolor bicolor) Fase Glass Eel Salinitas/kandungan garam dalam air adalah salah satu faktor kimia dalam air yang berpengaruh dalam budidaya ikan secara umum. Hal ini karena garam memiliki efek baik jika dalam konsentrasi yang sesuai. Misalnya, dapat menjadi desinfektan dalam air, meningkatkan sistem metabolisme tubuh ikan, dan lainlain. Akan tetapi, jika dalam konsentrasi berlebih garam ini akan menjadi zat toksik. Efek dari toksik ini dapat mengganggu aktivitas hewan secara keseluruhan, termasuk aktivitas pertumbuhan dan reproduksi (Isnaeni, 2006). Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai berat terbesar adalah 0,15g terjadi pada salinitas 2ppt (Tabel 1). Data hasil penelitian pertumbuhan berat (Tabel 1) dianlisa menggunakan uji Anava dengan taraf kepercayaan 95% (α=0,05). Tidak semua data hasil penelitian yang diujikan. Akan tetapi, hanya data dalam salinitas 0ppt, 1ppt, dan 2ppt. Hal ini terjadi karena data penelitian yang lain tidak lengkap, yaitu salinitas 3ppt, 4ppt, 5ppt, 6ppt, dan 7pt. Ketidaklengkapan data ini terjadi karena ikan yang dipelihara dalam salinitas tersebut mati sebelum batas waktu penelitian selesai, sehingga mengakibatkan data kosong (Gambar 4). Hasil Analisis uji anava menunjukkan hasil yang tidak signifikan (Lampiran 2) dengan nilai signifikasi 0,572. Jadi, tidak ada dampak
19
yang signifikan antara salinitas berbeda dalam media uji dengan laju pertumbuhan berat ikan sidat. Tabel 1. Hasil rata-rata pengukuran berat (gram) ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor) fase glass eel Waktu (Minggu) 0 I II III Salinitas 0ppt 0,23 0,25 0,27 0,28 1ppt 0,23 0,26 0,28 0,3 2ppt 0,23 0,23 0,23 0,25 3ppt 0,23 0,13 0,14 0,3 4ppt 0,23 0,2 X X 5ppt 0,23 X X X 6ppt 0,23 X X X 7ppt 0,23 X X X Keterangan: X = Ikan Mati Total
IV 0,28 0,3 0,3 0,3 X X X X
V 0,3 0,37 0,38 X X X X X
Selisih 0,07 0,14 0,15 -0,23 -0,23 -0,23 -0,23 -0,23
0.4 0ppt
0.35
1ppt
Berat
0.3
2ppt
0.25
3ppt
0.2
4ppt
0.15
5ppt
0.1
6ppt
0.05
7ppt
0 0
I
II
III
IV
V
Waktu (Minggu) Gambar 4. Laju Pertumbuhan Berat Glass Eel Laju pertumbuhan berat glass eel berkaitan erat dengan osmoregulasi dalam tubuh glass eel. Osmoregulasi adalah proses untuk menjaga keseimbangan antara jumlah air dan zat terlarut yang ada dalam tubuh hewan, karena komponen utama penyusun tubuh hewan adalah air, yang jumlahnya mencapai 60-95% dari
20
berat tubuh hewan (Isnaeni, 2006). Proses inti dari osmoregulasi adalah osmosis. Osmosis adalah pergerakan air dari kandungan air yang lebih tinggi menuju kandungan air lebih rendah. Dalam kondisi kadar garam yang tinggi memicu glass eel untuk mengatur jumlah air dan konsentrasi zat terlarut dalam tubuhnya tetap seimbang. Jika pengaturan ini tidak dilakukan atau gagal dilakukan maka kematian pada glass eel terjadi, karena proses yang terjadi adalah pergerakan air dalam tubuh glass eel menuju media pemeliharaan, kondisi ini mengakibatkan glass eel kehilangan cairan (dehidrasi). Kehilangan cairan (dehidrasi) pada hewan mengakibatkan penurunan bobot hewan tersebut, jika terjadi terus-menerus akan mengakibatkan kematian. Jadi, kematian terjadi karena glass eel mengalami kehilangan cairan tubuhnya. Hal ini berhubungan dengan syarat hidup suatu makhluk hidup untuk bertahan hidup dalam suatu lingkungan (Isnaeni, 2006). C. Pertumbuhan Panjang Ikan Sidat (Anguilla bicolor bicolor) Fase Glass Eel Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai terbesar pertumbuhan panjang adalah 1,3cm terjadi pada salinitas 2ppt (Tabel 2). Menurut Buwono (2004), pertumbuhan
merupakan
pertambahan
jaringan
struktural
yang
berarti
penambahan jumlah protein dalam jaringan tubuh. Jika dianalisis hubungan antara pertumbuhan berat dan pertumbuhan panjang, berbanding lurus, karena pertambahan berat diikuti dengan pertambahan panjang. Data hasil penelitian pertumbuhan panjang dianalisis menggunakan uji Anava (Tabel 2) dengan taraf kepercayaan 95% (α=0,05). Data salinitas yang digunakan sama dengan data pertumbuhan berat (0ppt, 1ppt, dan 2ppt). Hasil Analisis uji anava menunjukkan hasil yang tidak signifikan (Lampiran 3) dengan probabilitas sebesar 0,673. Jadi,
21
tidak ada dampak yang signifikan antara salinitas berbeda dalam media uji dengan laju pertumbuhan panjang ikan sidat. Tabel 2. Hasil rata-rata pengukuran panjang (cm) tubuh glass eel Waktu (Minggu) Salinitas 0 I II 0ppt 4,6 4,8 5 1ppt 4,6 5 5 2ppt 4,6 4,7 4,9 3ppt 4,6 4,8 4,9 4ppt 4,6 4,8 X 5ppt 4,6 X X 6ppt 4,6 X X 7ppt 4,6 X X Keterangan: X = Ikan Mati Total
III 5,2 5,3 5 5 X X X X
Selisih IV 5,2 5,3 5,3 5,6 X X X X
V 5,4 5,7 5,9 X X X X X
0,8 1,1 1,3 -4,6 -4,6 -4,6 -4,6 -4,6
7 6 0ppt
Berat
5
1ppt
4
2ppt 3 3ppt 2
4ppt
1
5ppt
0
6ppt 0
I
II
III
IV
V
Waktu (Minggu)
7ppt
Gambar 5. Laju Pertumbuhan Panjang Glass Eel D. Kelulushidupan Ikan Sidat (Anguilla bicolor bicolor) Fase Glass Eel Survival rate (SR) adalah tingkat kelulushidupan organisme yang dinyatakan dalam persen (%) (Effendi, 2000). Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa salinitas dalam media semakin tinggi cenderung membuat glass
22
eel mati, karena pengaruh salinitas itu sendiri. Dengan membandingkan jumlah kematian ikan, konsentrasi salinitas optimal adalah salinitas dengan konsentrasi 1ppt (Gambar 6). Data mortalitas ikan (Tabel 3) dianalisis menggunakan uji Anava dengan taraf
kepercayaan
95% (α=0,05). Hasil Analisis uji Anava
menunjukkan hasil yang tidak signifikan (Lampiran 4) dengan probabilitas sebesar 0,512. Jadi, tidak ada dampak yang signifikan antara salinitas berbeda dalam media uji dengan mortalitas ikan sidat. Tabel 3. Data Survival Rate (%) Glass Eel pada Masing-Masing Perlakuan
0 I Salinitas 0ppt 0 0 1ppt 0 0 2ppt 0 3 3ppt 0 18 4ppt 0 98 5ppt 100 X 6ppt 100 X 7ppt 100 X Keterangan: X = Ikan Mati Total
Waktu (Minggu) II III 0 0 0 0 0 0 42 8 X X X X X X X X
IV 1 0 0 0 X X X X
Gambar 6. Mortalitas Glass Eel Selama Penelitian
23
V 0 0 0 X X X X X
SR (%) 99 100 97 32 2 0 0 0
E. Faktor Lingkungan Luar Lingkungan memegang peranan penting dalam budidaya suatu organisme dan pada setiap organisme memiliki toleransi yang berbeda-beda. Lingkungan media pemeliharaan yang sangat berpengaruh dalam pertumbuhan dan kelangsungan hidup suatu organisme yang harus dikontrol adalah kualitas air, mencakup di dalamnya suhu, pH, dan intensitas cahaya. Data pengukuran faktor lingkungan
digunakan sebagai alat untuk
mengatur kualitas air media pemeliharaan. Faktor lingkungan suhu (210 C-260 C) dan intensitas cahaya (0 lux-65,7 lux) dalam media pemeliharaan cenderung stabil/sama mulai dari minggu pertama penelitian hingga minggu ke lima penelitian, sedangkan yang menunjukkan perbedaan adalah pH air. Semakin tinggi salinitas air tersebut semakin rendah (Tabel 4). Data faktor lingkungan selengkapnya dapat dilihat dalam Lampiran 6. Tabel 4. pH Air Selama Penelitian Salinitas
pH
0
8,03-8,42
1
7,52-7,72
2
7,30-7,52
3
7,16-7,33
4
7,03-7,16
5
7,00-7,10
6
6,95-7,01
7
6,95-7,01
24
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Pertumbuhan ikan sidat fase glass eel optimal dalam media pemeliharaan dengan salinitas 2ppt, yang ditunjukkan dengan pertambahan berat total ikan (0,03g/minggu) dan pertambahan panjang total ikan (0,26cm/minggu). Angka survival rate ikan tertinggi (100%) diperoleh dalam media pemeliharaan dengan salinitas 1ppt. Glass eel yang dipelihara dengan salinitas 3ppt-7ppt menunjukkan pertumbuhan yang tidak baik dan mortalitas sangat tinggi. B. SARAN Aplikasi salinitas berbeda dalam media pemeliharaan sebaiknya dilakukan pada saat aklimatisasi ikan dari pengiriman, hal ini dapat meningkatkan tingkat adaptif ikan pada salinitas yang ditentukan. Selain itu perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai lamanya perlakuan salinitas pada glass eel untuk mendapatkan pertumbuhan yang optimal dan perlakuan kombinasi perlakuan salinitas 0ppt setelah perlakuan dengan variasi salinitas. Diduga untuk mendapatkan pengaruh yang optimal dalam pertumbuhan glass eel memerlukan waktu lebih dari lima minggu dimana glass eel sudah masuk dalam fase elver/sidat muda dan pertumbuhan akan lebih optimal paska perlakuan variasi salinitas diberikan salinitas 0ppt/air tawar, karena pada saat fase elver lingkungan hidupnya adalah perairan darat.
25
DAFTAR PUSTAKA Anggoro, S, 1992. “Efek osmotik berbagai tingkat salinitas media terhadap daya tetas telur dan vitalitas larva udang windu Penaeus monodon”. Disertasi. Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Anonimous, 2011. Eel market report. http://fis.com/fis/report/asp. Collie, N.L. and H.A.Bern, 1992. “Changes in Intestinal Fluids Trnsport Associated with Smoltification and Seawater in Coho Salmon, Oncorhynchus kisuth (Wlbaum)”. Journal of Fish Biology. 21: 337-382. Effendi, F. 2000. Budidaya Udang Putih. Jakarta : Penebar Swadaya. Goetz, P. W. 1986. "The New Encyclopaedia Britannica (15th edn)". 3 : 937, Encyclopaedia Britannica Inc., Chicago. Gooley, G.J., McKinnon, L.J., Ingram, B.A., Larkin, B., Collins, R.O., and S.S. de Silva. 2009. Assessment of Juvenile eel resources in South Eastern Australia and Associated Development of Intensive Eel Farming for local production. Final Report FRDC project no 94/067. Marine and Freshwater Resources Institute, Australia. Gordon, M.S., A.B. George, A.D. Grinnell, C.B. Jorgenson, and F.N. White. 1982. Animal Physiology, Principles, and Adaptations. 4th edition. Mac Milalan, New York. Hariyadi, B. 2003. “Darah dan Tekanan Osmotik Internal Ikan Nila (Oreochromis sp.) yang Didedahkan Dalam Medium dengan Salinitas Berbeda”. Sains Akuatik. 6 (1): 27-33 Isnaeni, W. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta: Kanisius. Jensen, M.K., S.S. Madsen, and K. Kristiansn. 1998. “Osmoregulation and Salinity Effect on the Expression and Activity of NA+, K+ATPase in he Gills of European Sea Bass”. Dicentrarchus labrax (L.). J Exp Zool. 282 (3): 290-300. Kirsch, R., D. Guinier, and R. Meens. 1975. “Water Balance in the European Eel (Anguilla Anguilla L.), Role of the Oseophagus in The Utisation of Drinking Water and a Study of The Osmotic Permeability of the Gills”. J. PPhysiol. Paris. 70 (5): 605-26. Knights, B. 2006. “Agonistic Behaviour and Growth in The European Eel Anguilla Anguilla L., in Relation to Warm Water Aquaculture”. Journal of Fish Biology. 1 (2) : 265-276. Liviawaty, E. dan Afrianto, E. 1998. Pemeliharaan Sidat. Yogyakarta: Kanisius.
26
Mancera, J.M. and S.D. McCormick. 1999. “Influence of Cortisol, Growth Hormone, Insuline-like Growth Factor I and 3, 3, 5-triiodo-l-Thyronine on Hypoosmoregulatory Ability in the Euryhaline Teleost, Fundulus heteroclitus”. Fish Physiol. Biochem. (21): 25-33. Marsigliante, S., A. Muscella, G.P. Vinson, and C. Storelli. 1997. “Angiostensin II Reseptors in Gill of Seawater and Freshwater Aclimfated Eel”. J. Mol. Endocrinol. (18): 67-76. Mc Clelland J. 1844. “Apodal Fishes of Bengal”. J. Nat. Hist. Calcuta: 151-226. Mc Dowall, R. M. 1990. New Zealand freshwater fishes: a natural history and guide (Rev. ed.). Auckland: Heinemann-Reed. Mc Kinnon, L. J. 2006. A Review of Eel Biology: Knowledge and Gaps. Victoria: Audentes Investment Pty. Ltd. Nybakken W.J. 1992. Biologi Laut suatu Pendekatan Ekologis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Randall, D., W. Burggren, and K. French. 2002. “Eckert, Animal Physiology, Mechanisms, and Adaptations”. W.H. Freeman and Comp. New York: 588-621. Robinet, T and E. Feunteun. 2002. “First Observations of Shortfinned Abguilla bicolor bicolor and Longfinned Anguilla marmorata Silver Eels In the Reunion Island”. Bulletine Fr. Piscic. 364: 87-95. Ryan, P. 2009. Eels-Life cycle and breeding grounds. The Encyclopedia of New Zealand Sarwono, B. 2000. Budidaya Belut dan Sidat. Jakarta: PT. Penebar Swadaya. Schmidt-Nielsen, K. 1990. “Animal Physiology, Adptation, and Enviroment”. 4th ed. Cambridge University Press, Australia: 313-322. Seidelin, M. and S.S. Madsen, 1999. “Endocrine Control of Na+ K+ ATPase and Chloride Cell Development in Brown Trout, Salmo Trutta: Interaction of Insulin-like Growth Factor-l with Prolactin and Growth Hormone“. J. of Endocrinology. 162: 127-135. Setiawan, I. E., Amarullah, H., dan Mochioka, N. 2003. “Kehidupan Awal dan Waktu Berpijah Sidat Tropik (Anguilla sp.)”. Prosiding Forum Nasional Sumber Daya Perikanan Sidat Tropik. 11 April. UPT Baruna Jaya. BPPT Jakarta: 89-96. Setiyanto, E. Yuwono, I. Sulistyo, and P. Sukardi. 2003. “Study on feeding behavior of eels and the larvae occurrence in Segara Anakan”. Prosiding
27
Sumberdaya Perikanan Sidat Tropik. UPT Baruna Jaya. BPPT Jakarta: 4145 Sholeh, S.A. 2004. ”Peranan Jumlah Shelter yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Sidat (Anguilla sp.)”. Skripsi : Teknologi dan Manajemen Akuakultur Departemn Budidaya Peraian LIPI. Smith, L.S. 1982. “Introduction to Fish Physiology”. TFH Publication Inc. Osmoregulation. Osmoregulation Seattle Washington, USA: 19-58. Takei, Y. and S. Hirose. 2001. “The Natriurtic Peptide System in Eel: a Key Endocrine System for Euryhalinity”. Am. J. Physiol. Regulatory Integrative Comp. Physiol. 282: 940-951. Usui, A. 2004. Eel Culture Translated by Ichro Hayashi. London: Fishing News Books.
28
LAMPIRAN Lampiran 1. Tabel Hasil Pengamatan Pengaruh Salinitas terhadap Pertumbuhan Ikan Sidat Fase Glass Eel
29
Lampiran 2. Hasil Uji Analisis Anava Pertumbuhan Berat Ikan Sidat (Anguilla bicolor bicolor) Fase Glass Eel
Oneway [DataSet1] E:\go to september ceria\new game\berat\012 .sav Descriptives berat
N 0 ppt 1 ppt 2 ppt Total
5 5 5 15
95% Confidence Interval for Mean Mean Std. DeviationStd. ErrorLower BoundUpper BoundMinimum Maximum .0140 .00894 .00400 .0029 .0251 .00 .02 .0280 .02588 .01158 -.0041 .0601 .00 .07 .0300 .03464 .01549 -.0130 .0730 .00 .08 .0240 .02473 .00638 .0103 .0377 .00 .08 Test of Homogeneity of Variances berat Levene Statistic 3.132
df1
df2 2
12
Sig. .080
ANOVA berat
Between Groups Within Groups Total
Sum of Squares .001 .008 .009
df 2 12 14
Mean Square .000 .001
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets berat Duncan
a
salinitas 0 ppt 1 ppt 2 ppt Sig.
N 5 5 5
Subset for alpha = .05 1 .0140 .0280 .0300 .364
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.
30
F .585
Sig. .572
Lampiran 3. Hasil Uji Analisis Anava Pertumbuhan Panjang Ikan Sidat (Anguilla bicolor bicolor) Fase Glass Eel
Oneway [DataSet0] Descriptives panjang
N 0 ppt 1 ppt 2 ppt Total
Mean .1600 .2200 .2600 .2133
5 5 5 15
Std. Deviation .08944 .20494 .20736 .16847
Std. Error .04000 .09165 .09274 .04350
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound Upper Bound .0489 .2711 -.0345 .4745 .0025 .5175 .1200 .3066
[DataSet0] Test of Homogeneity of Variances panjang Levene Statistic 2.572
df1
df2 2
12
Sig. .118
ANOVA panjang Sum of Squares .025 .372 .397
Between Groups Within Groups Total
df 2 12 14
Mean Square .013 .031
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets panjang Duncan
a
salinitas 0 ppt 1 ppt 2 ppt Sig.
N 5 5 5
Subset for alpha = .05 1 .1600 .2200 .2600 .410
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.
31
F .409
Sig. .673
Minimum .00 .00 .10 .00
Maximum .20 .40 .60 .60
Lampiran 4. Hasil Uji Analisis Anava Mortalitas Ikan Sidat (Anguilla bicolor bicolor) Fase Glass Eel
Oneway [DataSet0] Descriptives mortalitas N
Mean
salinitas 0
6
.1667
salinitas 1
6
salinitas 2
6 18
Total
Std. Deviation
95% Confidence Interval for Mean
Std. Error
Lower Bound -.2618
.00
.0000
.0000
.00
.00
-.7853
1.7853
.00
3.00
.5863
.00
3.00
.16667
.0000
.00000
.00000
.5000
1.22474
.50000
.2222
.73208
.17255
-.1418
Test of Homogeneity of Variances mortalitas df1
df2 2
15
Sig. .052
ANOVA mortalitas Sum of Squares .778
Between Groups
Df 2
Mean Square .389 .556
Within Groups
8.333
15
Total
9.111
17
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets mortalitas Duncan Subset for alpha = .05 salinitas salinitas 1
N
1 6
.0000
salinitas 0
6
.1667
salinitas 2
6
.5000
Sig.
.288 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
32
Maximum
Upper Bound .5951
.40825
Levene Statistic 4.375
Minimum
F .700
Sig. .512
1.00
Lampiran 5. Dokumentasi Penelitian
Karantina Glass Eel
Pakan Glass Eel
Glass Eel Dalam Media Pemeliharaan
Glass Eel Mati Total dalam Salintas 6 & 7
Pemeliharaan Glass Eel
Penimbangan Glass Eel
Pengukuran Panjang Glass Eel
Perbandingan Glass Eel Akhir Penelitian Salinitas 0, 1, dan 2
Lampiran 6. Kualitas Air Selama Penelitian
Salinitas
0
1
2
Parameter Lingkungan
Waktu (Minggu)
pH
Intensitas Cahaya (Lux)
0 I II III IV V 0 I II III IV V 0 I II
8.03-8.40 8.11-8.42 8.26-8.37 8.23-8.30 8.23-8.31 8.28-8.36 7.52-7.71 7.52-7.71 7.64-7.72 7.62-7.72 7.60-7.70 7.61-7.70 7.30-7.44 7.30-7.44 7.43-7.52
0-65.7
Suhu (0C) 23-26
0-33.7
21-26
0-33.4 0-29.8 0-8.7 0-8.7 0-65.7 0-35.5 0-34.9 0-30.8 0-8.7 0-8.7 0-65.7 0-36.6 0.36.5
22-24 22-24 22-24 22-24 23-26
33
21-26
22-24 22-24 22-24 22-24 23-26 21-26
22-24
3
4
5
6
7
III IV V 0 I II III IV V 0 I II III IV V 0 I II III IV V 0 I II III IV V 0 I II III IV V
7.38-7.47 7.38-7.45 7.40-7.49 7.16-7.30 7.16-7.30 7.21-7.30 7.28-7.33 7.24-7.33
0-34.6 0-8.7 0-8.7 0-65.7 0-37.6 0-37.6 0-33.4 0-8.7
22-24 22-24 22-24 23-26
7.03-7.16 7.03-7.16
0-65.7 0-38.2
23-26
7.00-7.10
0-65.7
23-26
6.95-7.01
0-65.7
23-26
6.95-7.01
0-65.7
23-26
34
21-26
22-24 22-24 22-24
21-26
RIWAYAT HIDUP PENULIS •
Nama
•
Tempat dan Tanggal Lahir : Sukoharjo, 3 Juli 1990
•
Jenis Kelamin
: Laki-laki
•
Fakultas/Program Studi
: MIPA/Biologi
•
Pekerjaan
: Mahasiswa
•
NIM
: M0408032
•
Alamat Rumah
: Kp. Gumelar Rt 1 Rw 22 No. 25 Pelabuhanratu
: Ribut Budiyono
Kab. Sukabumi 43364, Jawa Barat •
Alamat Usaha
: Surakarta, Jawa Tengah
•
Nomor Telepon
: 08985221995/08562266139
•
E-mail
:
[email protected]
•
Riwayat Pendidikan
:
1.
TK Dharma Wanita Pundungrejo I
Kabupaten Sukoharjo
Tahun Kelulusan 1996
2. 3. 4. 5.
SDN Pelabuhanratu 1 SMPN 1 Pelabuhanratu SMAN 1 Cibadak S1 Biologi FMIPA UNS
Kabupaten Sukabumi Kabupaten Sukabumi Kabupaten Sukabumi Kota Surakarta
2002 2005 2008 2008-Sekarang
No.
•
Tingkat Pendidikan
Riwayat Organisasi
Tempat
:
No. Nama Organisasi 1. OSIS SMPN 1 Pelabuhanratu 2. Pencak Silat SMPN 1 Pelabuhanratu 3. Tae Kwon Do 4. HIMABIO
5. Green Movement Community UNS
Tahun 2003-2004 2003-2004
Jabatan Sie Pendidikan Anggota
2009-2011 2010-2011
Anggota Staff Pendidikan dan Keilmiahan
2012-sekarang
35
Koordinator
• No.
Prestasi Bidang Ilmiah Jenis Kompetisi
1. Cerdas Cermat IPS dan PPKn 2. Paskibra Beregu
:
Lembaga yang Mengadakan Dinas Pendiikan
3. Olimpiade Biologi
SMKN 1 Sukabumi Dinas Pendidikan
4. PKM
DIKTI
•
Pengalaman Usaha
No. Jenis Usaha 1. Buras Chiken Farm 2. Ribut Budiyono Cell 3. Selamat Pagi Farm 4. Iwak Terpal 5. Mr. Brown Bakery 6. Fresh Egg Campus Morning Sun, tbk 7. •
SD Se-Kabupaten Sukabumi SMP Se-Wilayah 4 Bogor SMA SeKabupaten Sukabumi Nasional
Prestasi yang Diraih Peserta
Tahun 2000
Juara Umum
2006
Peserta
2007
Pendanaan Proposal Penelitian
2011
: Keterangan Pembesaran Ayam Kampung pedaging dan petelur Jual-beli pulsa nomaden/tanpa tenda (eceran) Jual-beli kambing sistem gaduh/bagi hasil (tradisional) Pembesaran ikan air tawar konsumsi dengan terpal Jual-beli roti sistem antar kos Jual-beli telur segar bebek dan ayam buras Konveksi
Pengalaman Kerja
No. Nama Lembaga 1. D3 Farmasi FMIPA UNS 2. Lembah Hijau Multifarm Sukoharjo 3. Peternakan Sidat 4. Bank BRI
Tingkat
Tahun 2010 2010-2011 2010-2011 2011-2011 2011-2012 2011 2012-sekarang
: Jabatan Asisten Praktikum Mikrobiologi Farmasi PR dan Super Visor Perikanan Mahasiswa peneliti dan supervisor Marketing Event BRIZZI
Tahun 2010-2011 2011 2011 2012 Mengetahui, Surakarta , Januari 2013
Ribut Budiyono (M0408032)
36