Tingkat Pengetahuan dan Pemberian ASI Eksklusif
RENDAHNYA PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KELURAHAN GROGOL KECAMATAN LIMO DEPOK Rita Maasi¹, Sukihananto² ¹Mahasiswa ekstensi program studi Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia ²Departemen Dasar Keperawatan Komunitas Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
[email protected]
Abstrak Pemberian ASI Eksklusif yang direkomendasikan WHO selama 6 bulan, namun di beberapa daerah di Indonesia pemberian ASI Eksklusif masih sangat rendah. Berdasarkan hasil Riskesdas (2012) pemberian ASI eksklusif hanya 15,3%, target ini masih jauh dari yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan yaitu sebesar 80%. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan karakteristik dan tingkat pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dengan pemberian ASI eksklusif dilakukan terhadap 83 responden di Kelurahan Grogol Kecamatan Limo. Penelitian ini menggunakan desain kuantitatif dengan metode penelitian korelasi dan menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan terhadap 83 orang dengan menggunakan purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan hampir sebagian responden memiliki pengetahuan tinggi (55,4%) dan pemberian ASI eksklusif (44,6%). Menggunakan alpha 0,05, hasil analisis data dengan uji ANNOVA didapatkan tidak ada perbedaan pemberian ASI eksklusif pada kelompok umur (p value=0,551) dan pendidikan (p value=0,521) dengan pemberian ASI eksklusif. Hasil analisis chi square ditemukan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pekerjaan (p value=0,629) dan pengetahuan (p value=0,156) ibu dengan pemberian ASI eksklusif. Sedangkan faktor lain yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif yaitu pemberian susu formula sebesar 61,4%, dukungan keluarga sebesar 90,4%, dukungan petugas sebesar 95,2%, dan responden yang tidak terpengaruh budaya sebesar 59,1%. Pemberian edukasi tentang ASI eksklusif harus lebih ditingkatkan serta jumlah tenaga kesehatan lebih banyak lagi agar bisa menjangkau masyarakat dalam hal ini ibu hamil dan ibu yang mempunyai balita. Kata kunci: Karakteristik, tingkat pengetahuan, pemberian ASI eksklusif, faktor-faktor lain.
Abstract Exclusive breastfeeding is recommended by WHO for 6 months, but in some areas of in Indonesia exclusive breastfeeding is still very low. Based on the results Riskesdas (2012) exclusive breastfeeding is only 15.3%, it is still far from the target set by the Departemen Kesehatan in the amount of 80%. This study aims to determine the relationship of the level of knowledge of mothers about exclusive breastfeeding with exclusive breastfeeding. Analytic correlational design with cross-sectional research approach 83 responden obtained in Kelurahan Grogol Kecamatan Limo. The results showed almost half of the respondents had high knowledge (55.4%) and exclusive breastfeeding (44.6%). The results of the chi square test showed no significant relationship between the level of knowledge of exclusive breastfeeding (p = 0.156 α = 0.05). Exclusive breastfeeding is strongly influenced internal and external factors. Health promotion of exclusive breastfeeding should be further enhanced. Keywords: Knowlegde, exclusive breastfeeding, internal factors, external factor.
Rendahnya pemberian ASI...,Rita Maasi, FIK UI, 2014
Tingkat Pengetahuan dan Pemberian ASI Eksklusif
Pendahuluan Peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas dimulai dari masa kehamilan, bayi, anak-anak, remaja, dewasa sampai usia lanjut. Pemberian nutrisi dilakukan mulai dari masa kehamilan. Makanan yang mempunyai manfaat penting dalam tumbuh kembang seseorang adalah ASI. Para ahli mengemukakan bahwa manfaat ASI akan sangat meningkat bila bayi diberikan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama. Salah satu indikator dari perilaku hidup bersih dan sehat adalah pemberian ASI eksklusif. Manfaat ASI bagi bayi antara lain; (1) Mengandung zat gizi sesuai kebutuhan bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan fisik serta kecerdasan; (2) Mengandung zat kekebalan; (3) Melindungi bayi dari alergi; (4) Aman dan terjamin kebersihannya, karena langsung disusukan pada bayi dalam keadaan segar; (5) Tidak akan pernah basi, mempunyai suhu yang tepat dan dapat diberikan kapan saja dan dimana saja; (6) Membantu memperbaiki refleks menghisap, menelan, dan pernapasan bayi. Sedangkan manfaat ASI untuk ibu yaitu; (1) Menjalin hubungan kasih sayang antara ibu dengan bayi; (2) Mengurangi perdarahan setelah persalinan; (3) Mempercepat pemulihan kesehatan ibu; (4) Menunda kehamilan; (5) Mengurangi resiko terkena kanker payudara; (6) Praktis dan tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan untuk pembelian susu formula (Depkes, 2012). Asi eksklusif merupakan salah satu intervensi yang paling baik untuk mencegah penyakitpenyakit infeksi yang terjadi pada anak. Pemberian ASI eksklusif selama enam bulan menunjukan dampak seperti mengurangi kematian, memberikan kecukupan nutrisi dan imunitas, mengoptimalkan pertumbuhan dan membantu perkembangan kecerdasan yang baik bagi anak (Unicef, 2011). Penelitian yang dilakukan oleh Kingsley Agho (2011) dari University of Western Sydney menyatakan
bahwa beberapa negara di Asia masih memiliki cakupan ASI eksklusif yang rendah seperti Bangladesh 43%, India 46%, Pakistan 37%, Nepal 53%, dan Srilanka 76%. Di Indonesia sendiri, berdasarkan data Survei Kesehatan Demografi Indonesia menunjukkan terjadi penurunan cakupan pemberian ASI eksklusif. Pada tahun 2003 sebesar 39,5% dan tahun 2007 menjadi 32% (SKDI, 2007). Sedangkan hasil Riskesdas (2010) menunjukan prevalensi pemberian ASI eksklusif hanya sebesar 15,3% . Berdasarkan hasil Riskesdas 2010, proses pemberian ASI eksklusif lebih dari 48 jam, untuk daerah yang berada di Provinsi Jawa, Tertinggi pertama yaitu Daerah Istimewa Yogyakarta 19,1%, Banten 14,7%, Jawa Tengah 12,1%, Jawa Timur 11,8 % dan terendah kedua setelah Jakarta adalah Jawa Barat dengan hasil presentase sebesar 10,4%. Dalam pencapaian ASI eksklusif, pemerintah melalui Departemen Kesehatan menargetkan sebesar 80%. Berbagai usaha telah dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan cakupan pemberian ASI eksklusif yaitu dengan mengatur dalam Peraturan Pemerintah nomor 33 tahun 2012 tentang pemberian Air Susu Ibu eksklusif (Depkes, 2012) Jawa Barat merupakan provinsi terendah kedua setelah Jakarta dalam cakupan pemberian ASI eksklusif. Limo merupakan salah satu Kecamatan yang berada di Kota Depok dan memiliki cakupan ASI eksklusif terendah. Berdasarkan hasil survei PHBS yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Depok tahun 2008, cakupan ASI eksklusif tertinggi terdapat di Kecamatan Beji sebesar 76,08% kemudian di ikuti oleh Kecamatan Sukmajaya 70,58%, Sawangan 61,88%, Cimanggis 53%, Pancoran Mas 50,04%, dan terakhir adalah Limo sebesar 47,27%. Kelurahan Grogol merupakan salah satu Kelurahan yang terdapat
Rendahnya pemberian ASI...,Rita Maasi, FIK UI, 2014
Tingkat Pengetahuan dan Pemberian ASI Eksklusif
di Kecamatan Limo. Survey PHBS ditemukan dari 700 bayi, yang mendapat ASI eksklusif hanya 281 bayi dengan presentase 40,14% (Dinkes Depok, 2008). Melihat rendahnya pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Grogol, maka peneliti ingin mengetahui lebih lanjut apakah pemberian ASI eksklusif dipengaruhi oleh karakteristik dan pengetahuan ibu tentang ASI serta faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi pemberian ASI eksklusif.
Tabel 1. Karakteristik Responden Ibu Menyusui Berdasarkan Usia, Pendidikan, Suku, Pekerjaan di Kelurahan Grogol Tahun 2014 (n=83)
1
2
Bahan Dan Metode Penelitian ini menggunakan desain korelasi dengan pendekatan cross sectional. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan karakteristik dan pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dengan pemberian ASI eksklusif. Dengan menggunakan purposive sampling. Total jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 83 orang dan sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki bayi berusia 6-24 bulan,
Jumlah
Persentase (%)
1 12 37 25 8
1,2 14,5 44,6 30,1 9,6
14
16,9
55 14
66,3 16,9
Suku Jawa Sunda Betawi Batak Minang Dll
30 5 46 0 2 0
31,6 6,0 55,4 0 2,4 0
Pekerjaan Bekerja Tidak Bekerja
13 70
15,7 84,3
83
100
No
3
4
Variabel Usia < 20 Tahun 21-25 Tahun 26-30 Tahun 31-35 Tahun .> 35 Tahun Pendidikan Tidak Bersekolah - SD SMP-SMA Akademi/Perguruan Tinggi
Total
Hasil Penelitian ini dilakukan kepada 83 responden. Karakteristik responden yang diteliti terdiri dari usia, tingkat pendidikan, suku, dan pekerjaan. Gambaran responden dalam penelitian ini berusia 26-30 tahun berjumlah 37 orang (44,6%), responden berpendidikan menengah sebanyak 55 orang (66,9%), responden bersuku betawi sebanyak 46 orang (55,4%), dan responden tidak bekerja yaitu sebanyak 70 orang (84,3%).
Tingkat pengetahuan responden di Kelurahan Grogol tentang ASI eksklusif yaitu sebanyak 59 orang berpengetahuan tinggi (59,0%) dan pemberian ASI eksklusif sebesar 44,6%. Tabel 2. Pengetahuan Ibu tentang ASI Eksklusif di Kelurahan Grogol Tahun 2014 (n=83) Pengetahuan Tinggi Rendah Total
Rendahnya pemberian ASI...,Rita Maasi, FIK UI, 2014
Jumlah 49 34 83
Persentase (%) 59,0 41,0 100
Tingkat Pengetahuan dan Pemberian ASI Eksklusif
Tabel 3. Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Grogol Tahun 2014 (n=83) Pemberian ASI Eksklusif - Memberikan - Tidak Memberikan Total
Persentase (%) 44,6 55,4 100
Jumlah 37 46 83
Hasil analisis data untuk faktor lain yang dapat mempengaruhi pemberian ASI eksklusif didapatkan banyak responden yang memberikan susu formula yaitu sebanyak 51 orang (61,4%), responden yang mendapat dukungan keluarga sebanyak 75 orang (90,4%), Responden yang mendapat dukungan petugas kesehatan sebanyak 79 orang (95,2%), dan responden yang tidak terpengeraruh dengan tradisi sebanyak 59 orang (59,1%) Tabel 4. Distribusi Faktor Ekternal yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Grogol Tahun 2014 (n=83) No
Variabel
1
Pemberian Susu Formula
- Diberikan - Tidak diberikan
51 32
Presentase (%) 61,4 38,6
2
Dukungan Keluarga
- Mendapat Dukungan - Tidak Mendapat Dukungan
75
90,4
8
9,6
- Mendapat Dukungan - Tidak mendapat dukungan
79
95,2
4
4,8
- Terpengaruh - Tidak terpengaruh
34 49
3
4
Dukungan Petugas
Pengaruh Budaya Total
Kategori
Jumlah
Tabel 5, Analisis bivariat antara umur ibu dengan pemberian ASI eksklusif, melalui uji ANNOVA didapatkan nilai p=0,551, berarti pada alpha 5% dapat disimpulkan tidak ada perbedaan antara kelima jenjang usia responden. Tabel 5. Distribusi Rata-rata Usia Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Grogol Tahun 2014 (n=83) Variabel
Mean
SD
95% CI
p value
0,00 0,33 0,54 0,40 0,38
0,49 0,50 0,50 0,51
0,02 0,65 0,37 0,71 0,19 0,61 -0,06 0,81
0,551
Usia < 20 20-25 26-30 31-35 >35
Tabel 6 menjelaskan analisis bivariat antara pendidikan ibu dengan pemberian ASI eksklusif. Hasil uji ANNOVA didaptkan nilai p=0,521, pada alpha 5% dapat disimpulkan tidak ada perbedaan antara ketiga jenjang pendidikan responden dalam pemberian ASI eksklusif. Tabel 6. Distribusi Rata-rata Pendidikan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Grogol Tahun 2014 (n=83) Variabel
83
40,9
Mean
SD
0,36
0,49
0,07
0,64
0,49 0,36
0,50 0,49
0,35 0,07
0,63 0,64
Pendidikan Tidak SekolahSD SMP-SMA Akademi / PT
59,1 100
Rendahnya pemberian ASI...,Rita Maasi, FIK UI, 2014
95% CI
p value 0,521
Tingkat Pengetahuan dan Pemberian ASI Eksklusif
Tabel 7 menjelaskan analisa bivariat antara pekerjaan dengan pemberian ASI eksklusif. hasil analisis hubungan antara status pekerjaan dengan perilaku menyusui eksklusif diperoleh bahwa sebanyak 5 (38,5%) ibu menyusui secara eksklusif sedangkan diantara ibu yang tidak bekerja ada 32 (45,7%) yang menyusui secara eksklusif. Ibu yang tidak bekerja tetapi memberikan ASI eksklusif 8 (61,5%) sedangkan ibu yang tidak bekerja dan tidak memberikan ASI eksklusif ada 38 (54,7%) ibu. Hasil uji chi square didapatkan nilai p=0,629 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan proporsi pemberian ASI eksklusif antara ibu yang bekerja dengan tidak bekerja atau tidak terdapat hubungan antara pekerjaan ibu dengan pemberian ASI eksklusif dengan p value > alpha. Tabel 7. Distribusi Pekerjaan Ibu Dengan Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Grogol Tahun 2014 (n=83)
Jenis Pekerjaan
Bekerja Tidak Bekerja Total
Pemberian ASI Eksklusif Ya Tidak n % n % 5 38,5 8 61,5 32 45,7 38 54,7
n 13 70
% 100 100
37
83
100
44,6
46
55,4
Total
p Value 0,629
OR (95% CI) 1,910 (0,777 – 4,693)
Analisis bivariat antara pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif reponden yang mempunyai tingkat pengetahuan tinggi dan memberikan ASI eksklusif sebanyak 25 (51,0%) ibu dan berpengetahuan rendah dan memberikan ASI eksklusif sebanyak 12 (35,3%) ibu. Hasil analisi juga juga didapatkan nilai OR= 1,91 berarti responden yang berpengetahuan tinggi mempunyai peluang memberikan ASI eksklusif 1,91 kali dibandingkan dengan responden yang berpengetahuan rendah. Hasil analisis chisquare menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna antara kedua variabel tersebut dengan p value 0,156(α=0,05).
Tabel 8. Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden Tentang ASI Eksklusif Dengan Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Grogol Tahun 2014 (n=83)
Tingakat Pengetahuan
Tinggi Rendah Total
n 25 12 37
Pemberian ASI Eksklusif Ya Tidak % n % 51,0 24 49,0 35,3 22 64,7 44,6 46 55,4
Total n 49 34 83
% 100 100 100
p Value 0,156
OR (95% CI) 1,910 (0,777 – 4,693)
Pembahasan Pemberian ASI Eksklusif Hasil penelitian di Kelurahan Grogol Kecamatan Limo menunjukkan sebanyak 55,5% responden tidak memberikan ASI eksklusif sedangkan 44,6% memberikan ASI eksklusif. Persentase ini lebih besar dari pada penelitian yang dilakukan oleh Pertiwi (2012), di Kabupaten Tanggerang sebanyak 31,3% dan penelitian yang dilakukan oleh Ida (2012) di Kemiri Muka Depok yaitu pemberian ASI eksklusif hanya sebesar 25,6% dan penelitian yang dilakukan oleh Rumiasari (2012) di Puskesmas Jati Rahayu Bekasi hanya sebesar 34% ibu yang memberikan ASI eksklusif. Hasil penelitian yang dilakukan di Kelurahan Grogol Kecamatan Limo Depok menunjukkan presentase yang lebih besar tetapi masih jauh dari target Departemen Kesehatan yaitu sebesar 80%. Rendahnya angka pemberian ASI eksklusif dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor-faktor lain yang Pemberian ASI Eksklusif
Mempengaruhi
a. Dukungan Orang Terdekat Hampir seluruh ibu mendapat dukungan dari orang terdekat, baik suami ataupun ibu mertua. Hasil analisis data didapatkan 90,4% responden yang mendapat dukungan dari
Rendahnya pemberian ASI...,Rita Maasi, FIK UI, 2014
Tingkat Pengetahuan dan Pemberian ASI Eksklusif
orang terdekat dan 9,6% tidak mendapat dukungan. Roesli (2000) mengemukakan suami dan keluarga berperan dalam mendorong ibu untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Penelitian yang dilakukan Ida (2012) terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan suami dengan dengan perilaku pemberian ASI eksklusif. Pada ibu yang mendapat dukungan suami berpeluang 3,737 kali lebih besar akan memberikan ASI eksklusif dibanding dengan ibu yang tidak mendapat dukungan suami. Hasil penelitian yang sama juga diungkapkan oleh Giri (2012) dimana ibu yang mendapat dukungan suami berpeluang memberikan ASI eksklusif dua kali lebih besar dari pada ibu yang kurang mendapat dukungan dan hasil yang sama ditunjukan oleh Rahmadani (2009) menyatakan bahwa ibu yang didukung suami lebih menpunyai kecenderungan untuk menyusui eksklusif 3 kali lebih besar dibandingakan dengan ibu yang tidak mendapat dukungan suami. Hasil penelitian ini didukung oleh Abdullah (2012) yang menyatakan bahwa tidak adanya hubungan yang bermakna antara dukungan suami dengan pemberian ASI eksklusif. b.Dukungan petugas kesehatan Keberhasilan pemberian ASI eksklusif salah satunya mendapat dukungan dari petugas kesehatan. Hasil analisa yang dilakukan di Kelurahan Grogol Kecamatan Limo menunjukkan hasil yang berbeda. Didapatkan sebanyak 95,2% mendapat dukungan dari petugas kesehatan dan 4,8% tidak mendapat dukungan dari petugas kesehatan. Sekalipun dukungan petugas kesehatan tinggi di Kelurahan ini, namun pemberian ASI eksklusif masih sangat rendah. Peneliti berasumsi hal ini mungkin disebabkan karena masih kurangnya kampanye atau edukasi
tetang pemberian ASI eksklusif serta jumlah tenaga kesehatan yang terbatas. Pada pengambilan data yang dilakukan, peneliti menemukan hanya satu petugas kesehatan yang datang ke posyadu dan tidak sering dalam hari yang sama posyandu dilakukan di dua wilayah, sehingga waktu yang bagi petugas kesehatan untuk melakukan konseling dengan para ibu yang hamil ataupun ibu yang mempunyai balita menjadi sangat sedikit. Keadaan seperti ini dapat menyebabkan dukungan yang diberikan oleh petugas kesehatan kurang maksimal. Penelitian yang dilakukan Abdullah (2012) di Kementrian kesehatan menunjukkan sebagian besar responden ditolong oleh dokter spesialis pada saat persalinan (87,%). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dikemukakan oleh Ida (2012) bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan petugas penolong dan perawat persalinan dengan pemberian ASI eksklusif. Namun sayangnya, belum semua petugas kesehatan seharusnya memberikan dukungan dengan benar tentang pemberian ASI dan MP-ASI yang tepat, disamping keterampilan dalam komunikasi yang msih rendah. Meskipun paham, kadang petugas belum bersikap mendukung, melindungi dan mempromosikan ASI eksklusif dan MP-ASI. Hal ini ditandai dengan masih banyaknya fasilitas pelayanan kesehatan yang memberikan susu formula (Kemenkes, 2010). Hampir seluruh ibu mendapat dukungan dari orang terdekat, baik suami ataupun ibu mertua. Hasil analisis data didapatkan 90,4% responden yang mendapat dukungan dari orang terdekat dan 9,6% tidak mendapat dukungan. Roesli (2000) mengemukakan suami dan keluarga berperan dalam mendorong ibu
Rendahnya pemberian ASI...,Rita Maasi, FIK UI, 2014
Tingkat Pengetahuan dan Pemberian ASI Eksklusif
untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Penelitian yang dilakukan Ida (2012) terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan suami dengan dengan perilaku pemberian ASI eksklusif. Pada ibu yang mendapat dukungan suami berpeluang 3,737 kali lebih besar akan memberikan ASI eksklusif dibanding dengan ibu yang tidak mendapat dukungan suami. Hasil penelitian yang sama juga diungkapkan oleh Giri (2012) dimana ibu yang mendapat dukungan suami berpeluang memberikan ASI eksklusif dua kali lebih besar dari pada ibu yang kurang mendapat dukungan dan hasil yang sama ditunjukan oleh Rahmadani (2009) menyatakan bahwa ibu yang didukung suami lebih menpunyai kecenderungan untuk menyusui eksklusif 3 kali lebih besar dibandingakan dengan ibu yang tidak mendapat dukungan suami. Hasil penelitian ini didukung oleh Abdullah (2012) yang menyatakan bahwa tidak adanya hubungan yang bermakna antara dukungan suami dengan pemberian ASI eksklusif. c. Pemberian Susu Formula Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 61,4% ibu memberikan susu formula sebagai makanan pendamping sebelum usia 6 bulan 38,6%. Peneliti berasumsi hal ini terjadi karena banyak susu formula yang beredar di masyarakat sehingga memungkinkan para ibu lebih memilih susu formula untuk diberikan kepada bayi mereka. Penelitian ini dibuktikan oleh Widodo (2007) yang menyatakan pergeseran perilaku pemberian ASI ke susu formula karena dianggap lebih bergengsi. Ia mengemukan pengaruh yang sangat berasal dari media yang didominasi oleh televisi.
Penelitian ini berbeda dengan yang dilakukan oleh Ida (2012). Ida mengemukakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara keterpaparan sampel susu formula dengan pemberian ASI eksklusif. d.Budaya Budaya dapat mempengaruhi pemberian ASI eksklusif. Variabel diukur dengan melihat apakah ibu memberikan makanan/minuman tambahan pada bayi kurang dari enam bulan sesaui dengan tradisi. Hasil penelitian ini menunjukkan sebanyak 61,4% memberikan ASI sesuai tradisi dan 38,6% memberikan makanan tambahan karena tradisi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa budaya pemberian makanan tambahan sebelum bayi berusia 6 bulan tidak terjadi di Kelurahan Grogol. Sekalipun hasil penelitian ini budaya tidak mempengaruhi, namun faktor budaya yang dianut oleh responden dapat mempengaruhi mereka dalam mengambil keputusan. Teori yang diungkapkan oleh Swasono (1998) yaitu masih ada praktik pemberian makanan sebelum bayi berusia lebih dari dari enam bulan. Penelitian yang dilakukan oleh Media, Manulu, Prasodjo, dan Kasnodiharjo (2005) menyatakan bahwa sebagian besar ibu tidak memberikan ASI karena ASI belum keluar sehingga mereka memberikan makanan pralakteal. Adapun jenis makanan yang diberikan berupa susu formula, madu, pisang, roti, bubur, dan biskuit. Hubungan Usia dengan Pemberian ASI Eksklusif Usia ibu dibagi menjadi lima bagian yaitu >20 tahun, 21-25 tahun, 26-30 tahun, 31-35 tahun, dan >35 tahun ( Tesyafe et all, 2012). Produksi ASI akan berubah sesuai dengan pertambahan usia. Penelitian ini menunjukkan sebagian besar
Rendahnya pemberian ASI...,Rita Maasi, FIK UI, 2014
Tingkat Pengetahuan dan Pemberian ASI Eksklusif
ibu (44,6%) berusia 26-30 tahun. Hasil uji ANNOVA didapat nilai p=0,551, berarti pada alpha 5% dapat disimpulkan tidak ada perbedaan antara kelima jenjang usia ibu dengan pemberian ASI eksklusif. Ibu yang berusia dibawah dibawah 30 tahun lebih banyak memberikan ASI dari pada ibu yang berusia diatas tahun. Hal ini terjadi karena adanya pembesaran payudara dan pada usia diatas 30 tahun akan terjadi degradasi payudara dan kelenjar payudara (Suratmadja, 1997: Novita, 2008). Penelitian yang dilakukan Venancio (2005) menunjukkan bahwa ibu yang melahirkan diusia 25-29 tahun berpeluang 1,52 kali memberikan ASI dan didukung oleh Abdullah (2012) bahwa ibu pada kelompok umur 20-35 tahun memberikan ASI eksklusif. Hubungan Pendidikan Pemberian ASI Eksklsusif
Ibu
dengan
Pendidikan terakhir ibu dikelompokan menjadi tiga bagian, rendah (tidak bersekolah-Sejolah Dasar), menengah (Sekolah Menengah Pertama-Sekolah Menegah Atas), dan tinggi (Akademi/Perguruan Tinggi). Hasil analisa didapatkan sebagian besar responden di Kelurahan Grogol Kecamatan Limo berpendidikan menegah (Sekolah Menengah Pertama-Sekolah Menengah Atas) yaitu sebanyak 66,3%. Sedangakan untuk pendidikan rendah dan tinggi masing-masing sebanyak 16,9%. Hasil uji ANNOVA didapatkan nilai p=0,521, pada alpha 5% dapat disimpulkan tidak ada perbedaan antara ketiga jenjang pendidikan ibu dalam pemberian ASI eksklusif. Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap pengetahuan, khususnya dalam pembentukan perilaku, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang makan semakin tinggi tingkat kesadaran seseorang tentang sesuatu hal dam semakin matang mempertimbangkan segala sesuatu dalam pengambilan keputusan (Notoadmojo, 2007).
Penelitian yang dilakukan oleh Pertiwi (2012) bahwa ibu yang berpendidikan menengah masih rendah dalam pemberian ASI eksklusif dan didukung dengan penelitian yang dilakukan Nurjanah (2007) bahwa ada hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan pemberian ASI eksklusif. Hasil penelitian di Brazil menunjukkan bahwa semakin tinggi pendidikan ibu, semakin besar peluang bayi untuk mendapatkan ASI eksklusif. Anak dari ibu yang menyelesaikan pendidikan dasar mempunyai 2 kali peluang untuk diberikan ASI eksklusif oleh ibunya dibanding bayi dari ibu yang tidak dapat menyelesaikan pendidikan dasar (Venancio, 2005). Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Pemberian ASI Ekslusif Hasil analisis hubungan antara status pekerjaan dengan perilaku menyusui eksklusif diperoleh bahwa sebanyak 5 (38,5%) ibu menyusui secara eksklusif sedangkan diantara ibu yang tidak bekerja ada 32 (45,7%) yang menyusui secara eksklusif. Ibu yang tidak bekerja tetapi memberikan ASI eksklusif 8 (61,5%) sedangkan ibu yang tidak bekerja dan tidak memberikan ASI eksklusif ada 38 (54,7%) ibu. Hasil uji chi square didapatkan nilai p=0,629 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara pekerjaan ibu dengan pemberian ASI eksklusif dengan p value > alpha. Hasil analis data juga menunjukkan nilai OR=1,347, artinya ibu yang tidak bekerja mempunyai peluang 1,34 kali untuk menyusui secara eksklusif dibandingkan dengan ibu yang bekerja. Ibu yang tidak bekerja memiliki kemungkinan besar untuk memberikan ASI eksklusif, namun pada penelitian ini angka pemberian ASI eksklusif masih rendah. Peneliti berasumsi hal ini terjadi karena ibu banyak melakukan
Rendahnya pemberian ASI...,Rita Maasi, FIK UI, 2014
Tingkat Pengetahuan dan Pemberian ASI Eksklusif
pekerjaan informal dalam rumah tangga. Pekerjaan rumah tangga yang dilakukan ibu menyita waktu sehingga kurang maksimal dalam memberikan ASI serta ibu mungkin saja tidak selalu bersama dengan bayi sehingga pemberian makanan pralakteal sebelum bayi berusia 6 bulan akan sangat mungkin terjadi. Penelitian yang dilakukan oleh Ida (2011) menunjukan tidak ada hubungan yang bermakna antara ibu yang bekerja dengan pemberian ASI eksklusif, hal ini berbeda dengan pendapat yang dikemukakan oleh Roesli (2000) yang menyatakan bahwa bekerja diluar rumah membuat ibu tidak berhubungan penuh dengan anaknya yang mengakibatkan ibu lebih sering memberikan susu formula, yang artinya ibu yang tidak bekerja seharusnya bisa memberikan ASI eksklusif. Penelitian yang dilakukan pada ibu yang menyusui di kementrian kesehatan menunjukkan bahwa, pemberian ASI eksklusif sebesar 62,5%, hal ini masih dibawah target nasional yaitu sebesar 80%. Alasan pemberhetian pemberian ASI eksklusif bukan karena bekerja melainkan karena ASI sedikit (Abdullah, 2012). Hubungan Pengetahuan Ibu tentang ASI Eksklusif dengan Pemberian ASI Eksklusif Hasil uji hubungan antara pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dengan pemberian ASI eksklusif didapatkan bahwa secara statistik tidak terdapat hubungan yang bermakna dengan hasil uji statistic p value 0,156 (α=0,05). Responden yang berpengetahuan tinggi dan memberikan ASI eksklusif sebesar 51,0% dan yang berpengetahuan tinggi tidak memberikan ASI eksklusif sebesar 49,0%. Sedangkan ibu yang berpengetahuan rendah dan memberikan ASI eksklusif sebesar 35,3% dan ibu yang berpengetahuan rendah tidak memberikan ASI eksklusif sebesar 64,7%.
Pengetahuan berbanding lurus dengan pendidikan. Semakin tinggi pendidikan semakin baik pula penetahuan seseorang. Menurut Fikawati dan Syafiq (2009) dalam studi kualitatif membuktikan bahwa responden dengan pendidikan tinggi memiliki pengetahuan yang baik dalam hal ASI eksklusif dibandingkan dengan responden yang berpendidikan rendah. Pengetahuan yang baik menjadi salah satu bekal bagi ibu dalam proses pemberian ASI eksklusif. Menurut Notoadmojo (2007), pengetahuan merupakan hal yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Tindakan yang dilandasi pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari pengetahuan. Menurut Roesli (2008) sebenarnya menyusui merupakan cara pemberian makan yang alamiah. Namun sering kali ibu-ibu kurang mendapat pengetahuan bahkan sering mendapat informasi yang salah tentang manfaat ASI eksklusif, tentang bagaimana menyusui yang benar, dan apa yang harus dilakukan bila timbul masalah dalam menyusui. Hasil penelitian di Kelurahan Grogol menunjukkan hasil yang berbeda, dimana tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan tentang ASI dan pemberian ASI eksklusif. Peneliti berasumsi bahwa hal ini disebabkan karena ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi, sekalipun pengetahuan ibu cukup tinggi tentang ASI eksklusif. Penelitian ini didukung oleh Ida (2012) yang menunjukkan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan tentang ASI esklusif dengan pemberian ASI eksklusif. Hasil penelitian yang sama diungkapkan oleh Asdan (2008) mengatakan bahwa pengetahuan tidak berpengarauh terhadap pemberian ASI, hal ini diakibatkan karena kebiasaan – kebiasaan yang terjadi dalam pemberian makan kepada bayi dibawah usia 6 bulan.
Rendahnya pemberian ASI...,Rita Maasi, FIK UI, 2014
Tingkat Pengetahuan dan Pemberian ASI Eksklusif
Kesimpulan Penelitian ini dilakukan pada 83 ibu yang memiliki bayi 6-24 bulan di Kelurahan Grogol Kecamatan Limo, Depok. Hasil penelitian ini menunjukkan pemberian ASI eksklusif masih sangat rendah yaitu sebesar 44,6%. Hasil ini masih rendah dari target pemerintah yaitu sebesar 80%. Gambaran karakteristik yaitu sebagaian ibu berusia menengah 26-30 tahun, bersuku betawi sebagian besar juga ibu berpengetahuan baik tentang ASI eksklusif, dan lebih banyak ibu yang tidak bekerja dari pada ibu yang bekerja. Hasil peneltian ini menunjukkan tingginya dukungan orang terdekat dan dukungan petugas kesehatan dalam pemberian ASI eksklusif. Masih banyak responden yang memberikan susu formula serta pemberian makanan pralakteal tidak dipengaruhi oleh budaya yang dianut oleh responden. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara usia ibu dengan pemberian ASI eksklusif. Hasil uji ANNOVA didapat nilai p=0,551, berarti pada alpha 5% dapat disimpulkan tidak ada perbedaan pemberian ASI eksklusif pada kelompok umur. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan ibu dan pemberian ASI eksklusif. Hasil uji ANNOVA didaptkan nilai p=0,521, pada alpha 5% dapat disimpulkan tidak ada perbedaan antara ketiga jenjang pendidikan responden dalam pemberian ASI eksklusif. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pekerjaan ibu dengan pemberian ASI eksklusif. Hasil uji chi square didapatkan nilai p=0,629 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan proporsi pemberian ASI eksklusif antara ibu yang bekerja dengan tidak bekerja dimana p value > alpha.
Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu dengan pemberian ASI ekslusif. Hasil analisis chi-square menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna antara kedua variabel tersebut dengan p value 0,156(α=0,05) . Artinya tidak ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dengan pemberian ASI eksklusif.
Saran Pelayanan keperawatan yang dekat dengan masyarakat seperti puskesmas dan posyandu perlu lebih giat lagi dalam mempromosikan memberikan edukasi tentang ASI eksklusif. Edukasi dapat diberikan dengan menjelaskan manfaat yang dalam pemberian ASI eksklusif sehingga ibu lebih termotivasi dalam memberikan ASI eksklusif. Posyandu yang lebih dekat dekat dengan masyarakat harus lebih banyak memberikan konsultasi mengenai ASI eksklusif terutama bagi ibu yang sedang hamil agar mempunyai rencana untuk memberika ASI eksklusif setelah melahirkan serta penambahan jumlah tenaga kesehatan yang terjun dalam posyandu harus lebih banyak sehingga lebih maksimal dalam pemberian edukasi. DAFTAR PUSTAKA Abdullah I. G. (2012). Determinan pemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja di kementrian kesehatan RI. Tesis. Depok : Universitas Inodonesia. Agho Kingsley. (2011). Trends in breastfeeding indacators in 5 countries in south asia from 1990-2011. University of western Sydney : Australia. Asmijati. (2001). Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja puskesmas Tiga
Rendahnya pemberian ASI...,Rita Maasi, FIK UI, 2014
Tingkat Pengetahuan dan Pemberian ASI Eksklusif
Raksa Kecamatan Tiga Raksa DATI II Tangerang. Tesis. Depok : Program studi pasca sarjana kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Badan penelitian dan pengembangan kesehatan kementerian kesehatan RI, 2010. Riset kesehatan dasar 2010. Jakarta : Depkes Departemen Kesehatan RI. (2006). Pedoman umum pemberian makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) lokal tahun 2006. Jakarta : Depkes Fatmawati Heni. (2003). Hubungan pemberian ASI Eksklusif, MP-ASI, hygiene perorang dan sanitasi lingkungan dengan kejadian diare bayi 4-12 bulan diwilayah kerja puskesmas purwosari. Skripsi. Universitas Diponegoro : Semarang Fikawati S. & Syafiq A, (2010). Kajian implementasi dan kebijakan air susu ibu eksklusif dan inisiasi menyusui dini di Indonesia, Makara Kesehatan volume 14 no.1. Universitas Indonesia Ida. (2011). Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif 6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Kemiri Muka Kota Depok. Depok : Universitas Indonesia Media, Kasnodiharjo, Prasodjo, & Manulu. (2005). Faktor-faktor sosial budaya yang melatarbelangi pemberian ASI Eksklusif. 14 November 2013.
Naim K. (2001). Hubungan pemberian Asi Eksklusif terhadap kejadian pneumonia pada anak umur 3-34 bulan di Kabupaten Indramayu. Tesis. Universitas Indonesia. Depok
Novita, D. (2008). Hubungan karakteristik ibu, faktor pelayanan kesehatan, immediate breasfeeding, dan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja puskesmas Pancoran Mas Depok. Skripsi. Depok : Universitas Indonesia Padang Asdan. (2008). Analisa faktor-faktor yang mempengaruhi ibu dalam pemberian MP-ASI dini di Kecamatan Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah tahun 2007. Tesis. Medan : Universitas Sumatera Utara. Pertiwi, P. (2012). Gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Kuciran Indah Tangerang. Skripsi. Depok : Universitas Indonesia Rahmadani, M. (2009). Hubungan dukungan suami dengan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Air Tawar Kota Padang Sumatra Barat. Tesis. Depok : Universitas Indonesia Roesli Utami. (2008). Mengenal ASI Eskklusif. Jakarta : Trubus Agiwidya Swarts, S., Kruger, H. S., & Dolman, R. C. (2010). Factors affecting mother’s choice of breast feeding vs. formula: Feeding is the lower Umfolozi district war memorial hospital, Kwazulu-Natal. Journal of Interdisciplinary helath sciences, 15, 195126 Tesyafe et al. (2012). Factors associated with exclusive breastfeeding practice among mother in Goba district, south east Ethiophia: a cross sectional study. 13 Maret 2014. www.internationalbreastfeedingjournal.com /content/7/1/17
Rendahnya pemberian ASI...,Rita Maasi, FIK UI, 2014
Tingkat Pengetahuan dan Pemberian ASI Eksklusif
Venancio, Isoyoma S, et al. (2005). Individual and contextual determinants of exclusive breast-feeding in Sa o Paulo, Brazil : a multilevel analysis. Public health nutrion journal WHO. (2009). Infant and young child feeding. WHO. Widodo, P. T. (2007). Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI saja di Indonesia (analisa hasil data SKDI 20022003). Tesis. Depok : Universitas Indonesia.
Rendahnya pemberian ASI...,Rita Maasi, FIK UI, 2014