RENCANA TAPAK KAWASAN WISATA TELAGA NGEBEL 1. Latar Belakang Potensi wisata di Kabupaten Ponorogo, berupa kekayaan dan keindahan alam, secara umum belum dimanfaatkan secara optimal. Guna mendapatkan nilai tambah yang besar, potensi obyek dan daya tarik wisata perlu digali, dilindungi, dikelola dan dimanfatkan secara berdaya dan berhasil guna secara terpadu, menyeluruh, terencana, dan berkesinambungan. Berdasarkan pertimbangan bahwa kawasan wisata akan mampu berfungsi sebagai generator perkembangan ekonomi wilayah sekitarnya, maka diperlukan perencanaan yang baik untuk menangani perkembangan di atas. Secara kuantitas maupun kualitas wisata alam Telaga Ngebel Kabupaten Ponorogo memiliki modal untuk dikembangkan pada skala regional maupun nasional dan sekaligus sebagai salah satu simpul penyebaran aktivitas wisata dan pemerataan pendapatan masyarakat. Kajian ini diperlukan salah satunya untuk mengidentifikasi secara mendalam, seberapa besar potensi yang dimiliki serta mengkaitkannya dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat secara luas.
Perencanaan Tapak Kawasan Wisata Telaga Ngebel, merupakan upaya pengembangan potensi wisata Telaga Ngebel yang khas/khusus untuk ditonjolkan dan dipromosikan, serta menunjukkan nilai-nilai potensial kawasan sehingga dapat menarik minat investor untuk menanamkan modalnya. Selain itu, upaya ini dapat digunakan untuk mendorong perkembangan wisata yang merupakan aspirasi dari masyarakat yang menghendaki adanya usaha serius dari pemerintah dan pihak swasta untuk pengembangan potensi wisata. Sehingga secara langsung atau tidak langsung, pengembangan pariwisata ini akan memberikan dampak positif berupa peningkatan kesejahteraan bagi masyarakat sekitar dengan munculnya usaha multiplier effect. Faktor-faktor yang mempengaruhi skala prioritas dalam pengembangan pariwisata, yaitu : 1. Motifasi kunjungan wisata 2. Aksesibilitas 3. Potensi dan aset wisata 4. Tingkat keintiman masyarakat 5. Pelayanan umum 6. Peranan pemerintah 7. Peranan swasta Secara linkage system, aktivitas wisata kawasan Wisata Telaga Ngebel terkait dengan ruang yang lebih makro yaitu Wisata Kawasan Gunung Wilis, dan juga wisata-wisata lain di
Kabupaten Ponorogo sedangkan secara mikro akan terkait dengan pola sirkulasi di dalam obyek wisata Ngebel itu sendiri. Pengembangan obyek wisata Telaga Ngebel ini juga bisa digunakan untuk mendorong pengembangan sektor-sektor yang lain, yaitu membuka kesempatan kerja/ lapangan usaha baru bagi warga sekitar obyek wisata dan warga Kabupaten Ponorogo secara umum, untuk memasarkan hasil industri rumah tangga dan kerajinan yang diharapkan bisa meningkatkan perekonomian masyarakat Kabupaten Ponorogo.
2. Permasalahan Kawasan Wisata Telaga Ngebel selain berfungsi sebagai obyek wisata juga berfungsi sebagai konservasi. Fungsi wisata menunjuk pada aktivitas intervensi terhadap potensi tapak dalam rangka menarik dan meningkatkan jumlah pengunjung/ wisatawan. Sedangkan fungsi konservasi merujuk pada upaya-upaya untuk mempertahankan dan melestarikan potensi-potensi alam yang ada. Sebagai fungsi wisata, Kawasan Wisata Telaga Ngebel memiliki keterbatasan atraksi yang dapat dijadikan sebagai daya tarik wisata. Selain itu, bentuk tapak kawasan wisata yang merupakan faktor yang sangat berpengaruh pada kenyamanan
Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Telaga Ngebel Bidang Prasarana BAPPEDA Ponorogo_@rief W
1
dan kepuasan pengunjung kurang atau belum direncanakan secara optimal. Oleh karena itu, perlu dikembangkan bentuk tapak kawasan yang sesuai pada lokasi dan dapat memberikan pelayanan optimal bagi pengunjung obyek wisata. Kawasan Wisata Telaga Ngebel selain berfungsi sebagai konservasi, juga berfungsi sebagai Pembangkit Tenaga Listrik. Oleh karena itu, dengan didukung faktor lingkungan yang asri, perlu direncanakan konsep dan upaya konservasi lingkungan di sekitar Kawasan Telaga Ngebel.
a.
Maksud Dan Tujuan
Perencanaan Tapak Kawasan Wisata Telaga Ngebel dimaksudkan untuk memberikan pada masyarakat secara umum dan pemerintah secara khusus kondisi eksisting terkait dengan potensi dan permasalahan kawasan terhadap rencana pengembangan Tapak Kawasan Wisata Telaga Ngebel. Sedangkan tujuan dari Perencanaan Tapak Kawasan Wisata Telaga Ngebel adalah : 1. Mendata kondisi eksisting tapak terkait dengan potensi dan permasalahan yang ada. 2. Menyusun pola zoning pengembangan kawasan. 3. Merumuskan Rencana Pengembangan Tapak Kawasan dan sirkulasi yang sesuai pada Kawasan Wisata Telaga Ngebel.
Selanjutnya identifikasi dan gambaran terhadap kondisi eksisting kawasan tersebut ditujukan untuk menjadi acuan dan dasar agar Pemerintah Kabupaten Ponorogo dapat merumuskan dan mengambil langkah-langkah yang tepat, terkait rencana pengembangan kawasan wisata telaga Ngebel.
b.
Sasaran
Sasaran dari Perencanaan Tapak Kawasan Wisata Telaga Ngebel adalah: 1. Terdatanya segala potensi dan permasalahan dalam segala aspek dalam rencana pengembangan kawasan Wisata Telaga Ngebel. 2. Teridentifikasinya jenis-jenis fasilitas dan atraksi yang dapat dikembangkan dalam kawasan wisata tersebut. 3. Terbentuknya suatu zoning penggunaan lahan yang sesuai dengan kebutuhan dan juga aturan tata ruang kawasan. 4. Tersusunnya suatu perencanaan kawasan wisata yang dapat menarik pengunjung dalam kontribusinya mendukung PAD dan juga ekonomi masyarakat sekitar. 5. Terbentuknya sebuah kawasan wisata alam yang dapat memenuhi kebutuhan rekreatif
6.
pengunjung dengan menawarkan tingkat kenyamanan yang tinggi. Terumuskannya suatu perencanaan global kawasan yang tetap berlandaskan pada kelestarian alam dan berkonsep konservasi terhadap Sumber Daya Alam, sehingga pengembangan yang dilakukan dapat meningkatkan mutu lingkungan.
c. Lingkup Perencanaan Telaga Ngebel sendiri berbatasan langsung dengan wilayah-wilayah desa Ngebel, Wagirlor, Gondowido, Ngrogung, dan Sahang. Identifikasi terhadap tapak pada prinsipnya meliputi tiga unsur yang saling berkaitan erat yaitu unsur ekonomi, sosial-budaya dan fisik. Aspek fisik dalam hal ini juga mencakup Sumber Daya Alam yang ada di dalam tapak kawasan. Lingkungan alam merupakan salah satu sumber daya yang perlu dijaga dan dilestarikan. Hal ini bisa menjadi sebuah masukan dalam perencanaan, karena mengingat kondisi alam yang masih sangat asri di kawasan Ngebel juga difungsikan sebagai kawasan lindung. Pola hubungan antara manusia dengan alam perlu diakomodasikan agar terbentuk suatu pola hubungan yang saling menguntungkan dan tidak saling merusak satu dengan lainnya. Konsep wisata
Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Telaga Ngebel Bidang Prasarana BAPPEDA Ponorogo_@rief W
2
alam yang ramah lingkungan inilah yang nantinya dapat digunakan dalam pengembangan kawasan wisata Ngebel, dalam hal ini kondisi lingkungan yang asri dan alami itulah yang dijual sebagai sebuah tujuan wisata.
b. Konsep pemusatan kegiatan pada kawasan wisata dengan memperhatikan potensi dan daya dukung lahan yang ada. c. Konsep linkage system kawasan yang menjadi pusat kegiatan dari kawasan sekelilingnya, sehingga dimungkinkan munculnya usaha multiplier effect. d. Konsep pola sirkulasi dan penataan fasilitas/atraksi wisata.
d. Ruang Lingkup Ruang lingkup Perencanaan Tapak Kawasan Wisata Telaga Ngebel meliputi antara lain : 1. Pemahaman terhadap maksud, tujuan serta sasaran yang akan dituju. 2. Pengenalan dan identifikasi terhadap tapak eksisting. 3. Penggalian terhadap potensi dan permasalahan yang ada. 4. Penggalian data-data primer dan sekunder. 5. Analisa data hasil survey, meliputi : a. Analisa kesesuaian dan daya dukung lahan terhadap pengembangan. b. Analisa potensi yang ada dalam kawasan.
KONDISI KAWASAN 1. Potensi Budaya Telaga Ngebel sebagai wisata alam cukup populer di Ponorogo (khususnya) dan di Jawa Timur. Telaga Ngebel dengan wisata alamnya menjadikan daya tarik tersendiri bagi wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara karena telaga ini memiliki kondisi panorama alam yang sangat menarik serta keadaan cuaca sejuk dari pagi hingga sore hari. Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten Ponorogo menjadikan Kawasan Wisata Ngebel ini menjadi prioritas untuk dikembangkan.
e. Konsep Perencanaan
Konsep perencanaan Tapak Kawasan Wisata Ngebel, meliputi : a. Konsep pola struktur tata ruang kawasan wisata terhadap struktur tata ruang yang sudah ada.
i.
Legenda Menurut cerita yang berkembang di masyarakat, telaga ini muncul sebagai akibat dari kemarahan seorang pemuda miskin bernama Baru Klinting yang menjadi bulan-bulanan ejekan
penduduk sekitar yang arogan dan rakus. Ia sendiri sebenarnya merupakan manusia jelmaan seekor naga yang baru saja dibunuh oleh warga setempat untuk konsumsi pesta rakyat.
ii.
Pagelaran seni Disamping keindahan alamnya, Wisata Ngebel juga sering digunakan untuk kegiatankegiatan yang sifatnya meningkatkan potensi yang ada di Kabupaten Ponorogo. Kegiatan itu dapat berupa pagelaran budaya, pameran hasil pertanian, industri dan kerajinan (kerajinan reog, produk mebel dari rotan, kerajinan kulit,anyaman bambu, gamelan, batik dan lain-lain) serta kegiatan yang sifatnya tahunan, misalnya acara larungan risalah doa. Untuk seni budaya lokalnya sendiri berupa pagelaran budaya berupa pentas reog dan wayang kulit. Di mana reog merupakan seni budaya asli Ponorogo yang menggambarkan cerita petarungan Raja Kelana Sewandana dengan Singa Barong dan Dhadhak Merak dalam memperebutkan Putri Songgo Langit dari Kerajaan Kediri. Raja Kelana Sewandana menang dalam pertarungannya, bahkan dengan satu lecutan cemeti Pecut Samandimanpun dapat mengutuk Singa Barong dan Dhadhak Merak menjadi Reyog.
Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Telaga Ngebel Bidang Prasarana BAPPEDA Ponorogo_@rief W
3
iii.
adanya objek tersebut, hal ini perlu mendapatkan prioritas penanganan yang tepat.
Larungan Kegiatan yang bersifat tahunan lainnya berupa larungan Risalah Doa. Larungan ini merupakan acara puncak Grebeg Suro yang diselenggarakan pada setiap tanggal 1 Suro. Upacara adat ritual ini dilaksanakan dengan maksud untuk meminta berkah dan keselamatan yang berupa “Gunungan Buceng Kuat” yang dilarungkan di tengah-tengah Telaga Ngebel. Kegiatan ini menjadi akhir dari seluruh rangkaian kegiatan yang diadakan Pemda Ponorogo pada bulan Suro.
Tempat pembibitan ikan di Telaga Ngebel yang dibuat dengan tujuan agar habitat ikan yang hidup di telaga tidak punah, sehingga akan mendukung faktor something to do yaitu kegiatan wisata memancing
v.
Pameran hasil pertanian dan industri penduduk setempat diharapkan mampu menarik pengunjung dari luar Ngebel. Pameran ini biasanya diselenggarakan secara periodik.
Gambar 2. Kucur Bathoro
Kerajinan Masyarakat Sekitar Beberapa hasil kerajinan dari masyarakat sekitar Ngebel dapat dijadikan sebagai salah satu hal yang menarik wisatawan, hasil-hasil tersebut bisa dikembangkan untuk dijadikan sebagai souvenir.
iv.
Gambar 1. Acara Larungan
Kucur Bathoro
Merupakan potensi wisata pensisikan dan sejarah, karena merupakan tempat wudlhu Bathoro Katong sebagai pendiri Kota Ponorogo. Kondisi dari Kucur Bathoro saat ini sangat tidak terawat, bahkan beberapa masyarakat setempat juga tidak mengenal
Pemandangan Telaga Ngebel yang indah dan didukung dengan kesejukan udaranya dari zona inti pada obyek wisata Telaga Ngebel yang akan mendukung faktor something to see
Pintu masuk pada loket sebelah selatan yang menggambarkan gerrbang masuk dengan ciri khas Kesenian Reog Ponorogo sebagai landmark pada Wisata Telaga Ngebel
LEGE Z NDA
U Gambar 3. Beberapa hasil kerajinan masyarakat sekitar Ngebel
ZO O ZO N NA ZO NA A II ZO III NA I NA IV V
Gambar 4. Mapping 1 Potensi di Obyek Wisata Telaga Ngebel
Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Telaga Ngebel Bidang Prasarana BAPPEDA Ponorogo_@rief W
4
Merupakan satu-satunya sub terminal yang berada di Kawasan Telaga Ngebel yang berfungsi sebagi sarana penunjang transportasi pengunjung yang datang ke lokasi dengan menggunakan angkutan umum.
Keberadaan bus air yang mendukung kegiatan wisatawan untuk menikmati keindahan air Telaga Ngebel dan sekitarnya secara langsung.
U
Jalan setapak untuk track haking yang berupa batu dan kondisi licin pada saat hujan kurang mendukung faktor something to do berupa kegiatan hiking.
Salah satu penginapan yang ada di Kawasan Telaga Ngebel dengan kondisi yang cukup baik untuk sarana pendukung wisatawan yang mau bersinggah/menginap.
Banyaknya titik-titik lokasi di tepian Telaga Ngebel yang dimanfaatkan pengunjung/warga untuk memancing ikan. Selain memancing ikan, pengunjung juga dapat menikmati pemandangan alam Telaga Ngebel.
LEG Z END O A ZO
N NA ZO A II NA ZO I III NA ZO IV NA V
Gambar 5. Mapping 2 Potensi di Obyek Wisata Telaga Ngebel
Tempat duduk-duduk yang bercampur dengan tempat berjualan buah dan makanan ini dapat mengganggu wisatawan yang ingin menikmati pemandangan Telaga Ngebel dari lokasi tersebut.
Kondisi jalan yang rusak dan berlubang di sekitar loket pintu masuk mengakibatkan terganggunya aktivitas pengunjung yang keluar masuk ke Telaga Ngebel. Banyaknya sampah yang berasal dari areal pasar dapat mencemari air Telaga Ngebel dan mengurangi keindahan telaga sebagai daya tarik utama pengunjung.
U
LEG Z END O A ZO
N NA ZO A II NA ZO I III NA ZO IV NA V
Gambar 6. Mapping 3 Masalah di Obyek Wisata Telaga Ngebel
Lebar jalan yang hanya sebesar 3,3 m ini tidak dapat digunakan pengunjung yang menggunakan kendaraan besar untuk bersimpangan. Sehingga di jalan lingkar telaga ini hanya terdapat satu jalur sirkulasi.
Di sekitar lokasi telaga hanya terdapat beberapa wartel sehingga kurang mampu memberikan pelayanan terhadap pengunjung serta jarak wartel ke wartel lainnya sekitar 5 m.
Kondisi warung makan yang berada di sekitar telaga ngebel berupa semi permanen dan dapat mengganggu keindahan telaga karena penataannya masih terkesan semrawut.
U
Banyaknya sampah yang berserakan di sekitar permukiman dapat mengganggu keindahan pengunjung yang melakukan wisata di sekitar lokasi telaga sehingga diperlukan penanganan lebih lanjut untuk kedepannya.
LEG Z END O A ZO
N NA ZO A II NA ZO I III NA ZO IV NA V
Gambar 7. Mapping 4 Masalah di Obyek Wisata Telaga Ngebel
Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Telaga Ngebel Bidang Prasarana BAPPEDA Ponorogo_@rief W
5
KONSEP DAN RENCANA 1.
Konsep dan Strategi
Strategi yang dijalankan untuk mengembangkan Kawasan Telaga Ngebel ini dengan memanfaatkan kekuatan dan meminimalkan kelemahan dari faktor internal serta memanfaatkan peluang yang ada dan menghindari ancaman dari faktor eksternal. Kuadran II Stability
(-) Internal (KELEMAHAN)
Agresif Maintenance
(+) Eksternal (KESEMPATAN)
Rapid Growth
Penataan Kawasan secara terpadu melalui pendekatan Berwawasan Lingkungan. KONSEP BERWAWASAN LINGK
MASALAH/ POTENSI INTERNAL
ANCAMAN/ PELUANG EKSTERNAL
Kuadran I Growth
(+) Internal (KEKUATAN)
Conglomerate
Turn Around
Kuadran III Survival
1.4. Strategi
KONSEP TERPADU
Stabel Growth
Selective Maintena nc e
Guirelle
1.1. Konsep Dasar
Concen -tric Kuadran IV Diversification
1.2. Konsep Keterpaduan a. b. c. d.
Terpadu antar Sektor Terpadu antar Stakeholders Terpadu antar Wilayah Administratif Terpadu dalam Strategi
1.3. Berwawasan Lingkungan a. Pengatasan masalah kelerengan b. Pengatasan masalah dampak lingkungan baik pencemaran kimiawi maupun visual c. Penetapan Kawasan Konservasi untuk menjamin keberlangsungan aktivitas d. Pengembangan Aktivitas berdasarkan daya dukung kawasan
a. Perbaikan aksesibilitas terutama sarana dan prasarana jalan. b. Pemberdayaan masyarakat setempat dalam usaha pengembangan pariwisata di Kawasan Telaga Ngebel. c. Pagelaran budaya lokal secara rutin atau periodik. d. Pembangunan dan perbaikan sarana pariwisata yang dibutuhkan wisatawan. e. Meningkatkan kondisi barang yang dijual di Kawasan Wisata Ngebel dari segi penyajian, kualitas maupun jenis keragamannya. f. Membuat penataan ruang yang terencana sehingga dapat dilakukan penetapan kawasan sebagai obyek wisata untuk kegiatan wisata air, wana wisata maupun agrowisata. g. Mengadakan kerjasama yang melibatkan pemerintah, masyarakat, swasta atau investor dalam upanya pembangunan pariwisata di Telaga Ngebel.
Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Telaga Ngebel Bidang Prasarana BAPPEDA Ponorogo_@rief W
6
2.
Rencana
2.1. Rencana Struktur Tata Ruang Kawasan 2.1.1. Zona 1 (Entrance) Zona ini berada di sisi barat dari kawasan wisata Telaga Ngebel. Pada keadaan eksisting zona ini berfungsi sebagai zona penerimaan/pintu masuk menuju kawasan. Untuk ke depannya, zona ini tetap direncanakan untuk pengembangan zona pintu masuk/penerimaan dengan menambah sarana pariwisata berupa pintu gerbang masuk, kantor informasi pariwisata, MCK, dan kios souvenir. Sedangkan untuk permukiman yang sudah ada tetap dipertahankan sebagaimana adanya hanya saja yang diperlukan adalah pengendalian bangunan terkai dengan KDB (Koefisien Dasar Bangunan) dan KLB (Koefisien Lantai Bangunan).
2.1.2. Zona 2 (Telaga) Zona ini direncanakan sebagai zona pengembangan wisata air dan budidaya perikanan darat. Untuk kegiatan wisata yang direncanakan adalah seperti berperahu motor, memancing, mendayung, maupun bersepeda air. Sarana eksisting yang sudah ada adalah tempat pembibitan ikan dan dermaga perahu. Sehingga perlu disediakan fasilitas maupun sarana yang menunjang fungsi rencana daripada zona
ini. Fasilitas atau sarana terkait adalah perahu motor, dermaga, perahu dayung, dan sepeda air. Untuk pengelolaannya dapat diserahkan kepada investor atau kepada kelompok masyarakat yang ada. Keramba untuk budidaya perikanan darat diletakkan di sisi bagian barat telaga. Hal ini disamping untuk menjaga kualitas ekologis lingkungan juga dapat mendukung fungsi kawasan sebagai penunjang kegiatan edukasi karena di situ juga terdapat mini zoo sebagai sumber pengetahuan tentang kehidupan hewan.
2.1.3. Zona 3 (Pelayanan dan Jasa) Zona ini layak untuk dikembangkan secara fisik karena berada pada topografi yang datar. Tata guna lahan eksisting pada zona ini adalah permukiman, perdagangan, peribadatan, perkantoran, dan kesehatan. Sarana eksisting yang dapat menunjang kegiatan pariwisata pada zona ini adalah MCK, gazebo, shelter, lapangan dan panggung hiburan/plaza, toko, serta warung makanan dan minuman. Zona ini akan direncanakan sebagai zona pelayanan dan jasa dengan menambah sarana pariwisata berupa kantor pengelola, tempat parkir, taman, playground, tempat persewaan alat olahraga dan alat pancing dan tidak
lupa adalah penginapan untuk wisatawan yang menginap. Sedangkan untuk fasilitas perkantoran (kantor desa, kantor polisi, puskesmas) tetap dipertahankan keberadaannya untuk menunjang fungsi yang dikembangkan.
2.1.4. Zona 4 (Agrowisata) Zona ini direncanakan untuk pengembangan kegiatan agrowisata dengan menikmati buah-buahan yang banyak tumbuh di kebun maupun pekarangan rumah penduduk. Rencana pengelolaan kegiatan agrowisata untuk skala kecil dapat diserahkan kepada penduduk setempat yang memiliki kebun buah-buahan, namun jika ingin dikembangkan sebagai sebuah kawasan sendiri yang dapat memberikan nilai lebih bagi pemasukan kas daerah pengelolaan kawasan dapat melibatkan peran serta dari investor yang tentunya tetap berada dalam pengawasan pemerintah setempat. Untuk menunjang fungsi zona tersebut harus disediakan pula sarana atau fasilitas. Untuk zona agrowisata sarana atau fasilitas yang diperlukan adalah gazebo, playground, MCK, kios buah dan souvenir, serta warung makanan dan minuman.
Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Telaga Ngebel Bidang Prasarana BAPPEDA Ponorogo_@rief W
7
2.1.5. Zona 5 (Perdagangan) Keberadaan Pasar dapat memperkuat fungsi zona yang direncanakan yaitu sebagai zona perdagangan dan jasa. Untuk itu langkah pertama yang perlu dilakukan terkait dengan hal ini adalah revitalisasi bangunan pasar. Diharapkan melalui kegiatan revitalisasi bangunan, nantinya perhatian wisatawan dapat terpecah tidak hanya menuju pada pusat kegiatan saja namun kegiatan wisatawan dapat juga terkonsentrasi pada ini. Hal ini adalah penting adanya sebagai usaha untuk menumbuhkan sub pusat kegiatan wisata. Untuk menunjang fungsinya tentunya tidak terlepas dari ketersediaan sarana maupun fasilitas perdagangan, seperti toko/kios souvenir, warung makanan, gazebo sebagai tempat beristirahat sejenak, dan yang tak kalah penting adalah tempat parkir untuk kendaraan pribadi wisatawan.
penyangga namun kawasan hutan penyangga bagian barat yang bertopografi sedang direncanakan sebagai tempat penangkaran satwa. Pada zona ini perlu dilengkapi dengan sarana pariwisata berupa mini zoo, gazebo, MCK, serta prasarana jalan setapak untuk track lintas alam maupun hiking. ----- @@@@rrrr ---2013
2.1.6. Zona 6 (Hutan Penyangga) Zona ini merupakan zona privat yang tidak layak untuk dikembangkan secara fisik karena memiliki topografi yang curam dan berfungsi sebagai daerah resapan air bagi daerah-daerah yang ada di sekitarnya. Pengembangan fisik pada zona ini hendaknya dilakukan seminimal mungkin untuk mencegah kerusakan lingkungan di kawasan wisata Telaga Ngebel. Zona ini direncanakan untuk kawasan Penyusunan Rencana Tapak Kawasan Wisata Telaga Ngebel Bidang Prasarana BAPPEDA Ponorogo_@rief W
8