KAWASAN WISATA TEPIAN JEMBATAN BAROMBONG
ACUAN PERANCANGAN Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Dalam Rangka Menyelesaikan Studi Pada Program Sarjana Arsitektur Jurusan Arsitektur Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
Oleh :
MUH. FAHRUL 601.001.10.039
PROGRAM SARJANA ARSITEKTUR JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR 2017
HALAMAN PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan dan menjamin bahwa penulisan skripsi ini dilakukan secara mandiri dan disusun tanpa menggunakan bantuan yang tidak dibenarkan, sebagaimana lazimnya pada penyusunan sebuah skripsi. Semua kutipan, tulisan atau pemikiran orang lain yang digunakan di dalam penyusunan acuan perancangan, baik dari sumber yang dipublikasikan ataupun tidak termasuk dari buku, seperti artikel, jurnal, catatan kuliah, tugas mahasiswa, direferensikan menurut kaidah akademik yang baku dan berlaku.
Makassar, 31 Maret 2017 Penulis,
MUH. FAHRUL NIM. 601.001.10.039
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya yang
telah
diberikan
kepada
penulis
sehingga
penulisan dapat selesai tepat pada waktunya, dimana penulisan ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan studi pada Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. Adapun judul penulisan tugas akhir ini adalah : “Kawasan Wisata Tepian Jembatan Barombong” Dengan
berbagai
kemampuan yang
penulis
keterbatasan miliki,
dan
sehingga
kekurangan hasil
yang
literatur dicapai
dan dalam
penulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi diharapkan masih dapat memenuhi persyaratan kurikulum yang menjadi peraturan pada Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar. Akhirnya pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tak terhingga kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Musafir
Pababbari, M.,Si. selaku Rektor Universitas
Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar. 2. Prof. Dr. H. Arifuddin, M.,Ag. selaku
Dekan
Fakultas
Sains
dan
Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar. 3. Ibu St. Aisyah Rahman, S.T.,M.T. selaku Ketua Jurusan Arsitektur Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar. 4. Ibu Marwati, S.T.,M.T. selaku Pembimbing I yang telah membimbing dan mengarahkan dalam menyelesaikan penulisan ini.
v
5. Bapak A. Idham Pananrangi, S.T.,M.Si. selaku pembimbing II yang telah membimbing dan mengarahkan dalam menyelesaikan penulisan ini. 6. Ibu Dr. Wasilah, S.T.,M.T. selaku dosen Penguji I yang telah meluangkan waktu untuk menguji kelayakan hasil tugas akhir ini. 7. Ibu Irma Rahayu, S.T.,M.T. selaku dosen Penguji II yang telah meluangkan waktu untuk menguji kelayakan hasil tugas akhir ini. 8. Bapak Prof. Dr. Mardan, M.,Ag. selaku dosen Penguji II yang
telah
meluangkan waktu untuk menguji kelayakan hasil tugas akhir ini. 9. Bapak dan Ibu dosen serta para Staf Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar. 10. Ibu Irma Rahayu S.T.,M.T. selaku kepala STUDIO PERIODE XX 11. Ibu Alfiah S.T.,M.T. selaku pelaksana harian 12. Ayahanda Muh. Lutfi. M dan Ibunda Hukmawati tercinta, sembah sujud dan terima kasih yang tak terhingga atas segala kasih sayang, bimbingan, perhatian yang diberikan dan kesabarannya yang selama ini memotivasiku serta membesarkan dan mendidik ananda. 13. Buat saudariku tercinta Nursyaidah Mutmainnah dan Saudaraku Muh. Fadli, Muh. Fahmil & Sry Marlia yang telah banyak mendoakan dan memberikan dukungan moral dan semangat. 14. Buat saudaraku Muh. Abrar Abbas yang telah banyak memberikan dukungan dan semangat. 15. Buat adik-adik tercinta CORE-11 yang telah banyak membantu dan memberikan semangat dalam penyelesaian tugas akhir ini. 16. Buat teman, dan senior saya di jurusan Teknik Arsitektur UIN Alauddin Makassar yang telah banyak memberikan dukungan moral dan semangat.
vi
17. Buat rekan-rekan Studio Akhir Angkatan XX UIN, terima kasih telah memberikan banyak pelajaran dan pengalaman. 18. Dan kepada semua pihak yang setia menemani dan membantu yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Akhirnya semoga penulisan ini dapat bermanfaat untuk semua pihak dan semoga Allah selalu memberi rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, Aamiin.
Makassar, 31 Maret 2017 Penulis,
Muh. Fahrul NIM: 601.001.10.039
vii
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN PERNYATAAN..........................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................
iii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................
iv
KATA PENGANTAR......................................................................................
v
DAFTAR ISI..................................................................................................... viii DAFTAR GAMBAR........................................................................................
ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang......................................................................................
1
B. Rumusan Masalah ................................................................................
9
C. Tujuan Dan Sasaran Pembahasan ......................................................
9
D. Lingkup Dan Batasan Pembahasan .................................................... 10 E. Metode Dan Sistematika Pembahasan................................................ 11 BAB II TINJAUAN UMUM A. Studi Literatur ...................................................................................... 13 1. Tinjauan Umum Tentang Kawasan Tepian Air .......................... 13 a. Pengertian Kawasan Tepian Air ................................................. 13 b. Karakteristik Pendukung Penataan Kawasan Tepian Air ........... 13 c. Kebijakan Yang Berkaitan Dengan Kawasan Tepi Air .............. 17 d. Faktor-Faktor Pendorong Dan Penghambat Penataan Kawasan Tepi Air ....................................................................................... 21 2. Wisata Dan Kepariwisataan .......................................................... 23 a. Pengertian Wisata ....................................................................... 23 b. Wisatawan................................................................................... 24 c. Bentuk Wisata ............................................................................. 24 d. Ciri-ciri Perjalanan Wisata.......................................................... 27 e. Tujuan Perjalanan Wisata ........................................................... 28 f. Kepariwisataan............................................................................ 28
viii
3. Wisata Sungai/Tepian..................................................................... 31 a. Pengertian Dan Obyek Wisata Alam .......................................... 32 b. Kegiatan Wisata Di Obyek Wisata Alam ................................... 34 4. Penerapan Konsep Hijau Pada Daerah Aliran Sungai(DAS)..... 35 a. Pengertian Arsitektur Hijau ........................................................ 35 b. Pengertian Ruang Terbuka Hijau(RTH) ..................................... 38 c. Konsep Ruang Terbuka Hijau Pada Daerah Aliran Sungai ........ 39 d. Peranan Dan Jenis Vegetasi/Tanaman Yang Tumbuh Pada Daerah Aliran Sungai .............................................................................. 40 B. Studi Banding/Preseden ....................................................................... 41 1. Wisata Pemancingan Tepian sungai Mahakam, Kota Samarinda..... 41 2. Wisata Tepian Sungai Kahayan, Kalimantan Tengah ...................... 42 3. Wisata Kuliner Tepian Sungai Martapura, Banjarmasin .................. 44 4. Sungai Themes, Oxsford Inggris ...................................................... 45 BAB III TINJAUAN KHUSUS KAWASAN WISATA TEPIAN JEMBATAN BAROMBONG A. Tinjauan Umum Kelurahan Barombong ........................................... 48 1. Letak Geografis................................................................................. 48 B. Tinjauan Khusus Sungai Jeneberang ................................................. 51 1. Keadaan Geografis............................................................................ 51 2. Keadaan Topografi............................................................................ 52 3. Keadaan Geologi............................................................................... 52 4. Keadaan Hidrologi ............................................................................ 52 5. Orientasi Matahari ............................................................................ 54 6. Kebisingan Pada Tapak..................................................................... 55 7. Keadaan Klimatologi Iklim............................................................... 57 8. Keadaan Sosial.................................................................................. 57 9. Potensi Sumber Daya Alam Dan Ekosistem..................................... 58 C. Kondisi Eksisting Lokasi ...................................................................... 58 1. Batas Tapak....................................................................................... 58 2. Orientasi Angin ................................................................................. 59 ix
3. Kekuatan Arus Sungai Jeneberang ................................................... 60 4. Vegetasi............................................................................................. 62 5. Kondisi Pedistrian ............................................................................. 65 6. Fasilitas Umum Kawasan ................................................................. 67 D. Potensi Tapak ....................................................................................... 69 1. Aktivitas Tepian Sungai Jeneberang................................................. 71 2. Aksebilitas......................................................................................... 71 3. Keamanan ......................................................................................... 72 E. Kegiatan Pada Tapak ........................................................................... 72 F. Aktivitas Pelaku Kegiatan.................................................................... 72 1. Kuliner Dan Pemancingan Ikan Telaga Barombong ........................ 73 2. Bersantai Dan Kegiatan Olahraga (Jogging) .................................... 73 G. Kebutuhan Ruang................................................................................. 75 H. Besaran Ruang ...................................................................................... 77 I. Unit Ruang............................................................................................. 79 BAB IV PENDEKATAN DESAIN A. Pendekatan Pentaan Tapak ................................................................. 81 1. Luas Tapak........................................................................................ 81 2. Tata Massa Bangunan (Building From Massing) ............................. 81 B. Alternatif Desain ................................................................................... 83 1. Alternatif 1 ....................................................................................... 83 2. Alternatif 2 ....................................................................................... 84 3. Output ............................................................................................... 85 C. Pembagian Area Zoning Kegiatan ...................................................... 88 D. Landscape .............................................................................................. 90 1. Tanaman Untuk Peneduh Jalan Dan Jalur Pejalan Kaki................... 90 2. Alternatif Jenis Vegteasi Untuk RTH Sempadan Sungai ................ 91 3. Sculpture ........................................................................................... 93 E. Jalur Pejalan Kaki ................................................................................ 94 F. Kegiatan Pendukung (Aktivity Support) .............................................. 95 G. Sirkulasi Dan Parkir (Sirculation And Parking) ................................ 96 x
H. Penanda.................................................................................................. 98 I. Bentuk Desain........................................................................................ 98 J. Sistem Utilitas........................................................................................ 101 BAB V TRANSFORMASI KONSEP A. Pengantar ............................................................................................... 103 B. Transformasi Konsep Tapak................................................................. 104 C. Transformasi Bentuk Bangunan .......................................................... 106 D. Transformasi Ruang Tata Layout Pada Bangunan............................ 107 E. Pengaplikasian Struktur Bangunan ..................................................... 110 BAB VI APLIKASI DESAIN A. Desain Akhir Tapak............................................................................... 111 1. Site Plan............................................................................................. 111 2. Tata Massa ........................................................................................ 112 3. Tampak Kawasan............................................................................. 112 4. View Bangunan................................................................................. 114 B. Foto Maket .............................................................................................. 118 C. Banner .................................................................................................... 120 DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 121 LAMPIRAN
xi
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar I. 1: Eksisting Bagian Selatan Sungai Jeneberang ...............................
3
Gambar I. 2: Eksisting Bagian Utara Sungai Jeneberang ..................................
4
Gambar I. 3: Eksisting Bagian Selatan Sungai Jeneberang ...............................
4
Gambar I. 4: Eksisting Bagian Utara Sungai Jeneberang ..................................
4
Gambar I. 5: Kondisi Eksisting Sungai Jeneberang...........................................
5
Gambar II. 1: Garis Sempdan Pantai ................................................................. 19 Gambar II. 2: Garis Sempadan Sungai Tak Bertanggul .................................... 19 Gambar II. 3: Garis Sempadan Sungai Bertanggul............................................ 19 Gambar II. 4: Skema Tipologi Jenis Wisata ...................................................... 33 Gambar II. 5: Pemancingan Tepian Sungai Mahakam Kota Samarinda ........... 41 Gambar II. 6: Wisata Tepian Sungai Kahayan Kalimantan Tengah.................. 42 Gambar II. 7: Jembatan Sungai Kahayan........................................................... 43 Gambar II. 8: Jembatan Sungai Kahayan........................................................... 43 Gambar II. 9: Wisata Kuliner Tepian Sungai Martapura Banjarmasin.............. 44 Gambar II. 10: Sungai Themes Oxford Inggris ................................................. 45 Gambar III. 1: Peta Indeks Kecamatan Tamalate .............................................. 48 Gambar III. 2: Peta Wilayah Kelurahan Barombong......................................... 50 Gambar III.3: Peta Rencana Kawasan Sungai Jeneberang Terpadu Kota Makassar 2010-2030 .................................................................. 51 Gambar III. 4: Hasil Analisis Orientasi Matahari .............................................. 55 Gambar III. 5: Hasil Analisis Kebisingan.......................................................... 56 Gambar III. 6: Kendaraan Yang Melintas Di Jembatan Barombong................. 56 Gambar III. 7: Penjualan Ikan Dan Sayur Di Sekitar Sungai Jeneberang ......... 57
ix
Gambar III. 8: Batas Tapak................................................................................ 58 Gambar III. 9: Perkiraan Orientasi Angin.......................................................... 59 Gambar III. 10: Perkiraan Orientasi Angin........................................................ 60 Gambar III. 11: Tepian Sungai Jeneberang ....................................................... 61 Gambar III. 12: Batas Air pasang Sungai Jeneberang ....................................... 62 Gambar III. 13: Kondisi Vegetasi Tepian Sungai Jeneberang........................... 62 Gambar III. 14: Kondidi Vegetasi Tepian Sungai Jeneberang .......................... 63 Gambar III. 15: Lahan Kosong Di Bagian Utara Sungai Jeneberang................ 63 Gambar III. 16: Lahan Kosong Di Bagian Selatan Sungai Jeneberang ............. 64 Gambar III. 17: Tumpukan Sampah Di Tepian Sungai Jeneberang .................. 65 Gambar III. 18: Jalan Masuk Utama.................................................................. 66 Gambar III. 19: Kondisi Pedistrian Jalan Masuk............................................... 66 Gambar III. 20: Gubuk Buatan Masyarakat Setempat....................................... 67 Gambar III. 21: Fasilitas Umum Kawasan Kelurahan Barombong ................... 68 Gambar III. 22: Kondisi Lahan Tepian Sungai Jeneberang............................... 69 Gambar III. 23: Kondisi Lahan Tepian Sungai Jeneberang............................... 70 Gambar III.24: Kondisi Lahan Tepian Sungai Jeneberang................................ 70 Gambar III. 25: Pengunjung Yang Datang Memancin Ikan .............................. 71 Gambar III. 26: Jalan Masuk Menuju Tepian Sungai Jeneberang..................... 71 Gambar III. 27: Pemancingan Telaga Barombong ............................................ 72 Gambar III. 28: Aktivitas Pemancingan Ikan Telaga Barombong..................... 73 Gambar III. 29: Aktivitas Joging Di Sekitar Danau Tanjung Bunga................ 74 Gambar III. 30: Aktivitas Bersantai Di Sekitar Danau Tanjung Bunga ............ 74 Gambar III. 31: Hubungan Unit Ruang ............................................................. 79 Gambar III. 32: Hubungan Unit Ruang ............................................................. 80 x
Gambar IV. 1: Hasil Analisis Tata Guna Lahan ................................................ 81 Gambar IV. 2: Hasil Analisis Tata Guna Lahan ................................................ 82 Gambar IV. 3: Alternatif Desain 1.................................................................... 83 Gambar IV. 4: Alternatif Desain 2.................................................................... 84 Gambar IV.5: Tata Guna Lahan Site A ............................................................. 85 Gambar IV. 6: Potongan Site A ......................................................................... 85 Gambar IV. 7: Tata Guna Lahan Site B............................................................. 86 Gambar IV. 8: Potongan Site B ......................................................................... 86 Gambar IV. 9: Tata Guna Lahan Site C............................................................. 87 Gambar IV. 10: Potongan Site C ....................................................................... 87 Gambar IV. 11: Hasil Analisis Penzoningan Site A .......................................... 88 Gambar IV. 12: Hasil Analisis Penzoningan Site B .......................................... 89 Gambar IV. 13: Hasil Analisis Penzoningan Site C .......................................... 89 Gambar IV. 14: Pohon Bunga Kupu-Kupu........................................................ 91 Gambar IV. 15: Pohon Palem Raja.................................................................... 92 Gambar IV. 16: Pohon Bungur .......................................................................... 92 Gambar IV. 17: Pohon Locust ........................................................................... 93 Gambar IV. 18: Sclupture .................................................................................. 94 Gambar IV. 19: Hasil Analisis Jalur Pejalan Kaki ............................................ 95 Gambar IV. 20: Hasil Analisis Kegiatan Pendukung ........................................ 96 Gambar IV. 21: Perencanan Sirkulasi Dan Parkir ............................................. 97 Gambar IV. 22: Parkiran Sudut 450 ................................................................... 97 Gambar IV. 23: Hasil Analisis Penanda ............................................................ 98 Gambar IV. 24: Alternatif Bentuk ..................................................................... 101 Gambar IV. 25: Sistem Utilitas Site A............................................................... 101 xi
Gambar IV. 26: Sistem Utilitas Site B............................................................... 102 Gambar IV. 27: Sistem Utilitas Site C............................................................... 102 Gambar V.1: Lokasi Perencanaan Kawasan ...................................................... 103 Gambar V.2: Delinasi Tapak Terpilih ............................................................... 104 Gambar V.3: Konsep Desain Awal.................................................................... 104 Gambar V.4: Desain Akhir ................................................................................ 105 Gambar V.5: Tata Massa ................................................................................... 106 Gambar V.6: Tranformasi Desain Bangunan Resto Dan Kafe .......................... 106 Gambar V.7: Transformasi Desain Kawasan Kuliner ....................................... 107 Gambar V.7: Denah Resto Dan Kafe Lantai 1................................................... 107 Gambar V.7: Denah Resto Dan Kafe Lantai 2................................................... 108 Gambar VI.1: Site Plan ...................................................................................... 111 Gambar VI.2: Tata Massa .................................................................................. 112 Gambar VI.3: View Selatan ............................................................................... 112 Gambar VI.4: View Barat .................................................................................. 113 Gambar VI.5: View Utara.................................................................................. 113 Gambar VI.6: View Timur................................................................................. 114 Gambar VI.7: Prespektif Bangunan Resto dan Kafe ......................................... 114 Gambar VI.8: Prespektif Kuliner ....................................................................... 114 Gambar VI.9: Prespektif Aula .................................................................................. 115 Gambar VI.10: Prespektif Gazebo Pemancingan .............................................. 115 Ganbar VI.11: Prespektif Toilet......................................................................... 116 Ganbar VI.12: Prespektif Pemancingan............................................................. 116 Gambar VI.13: Prespektif Kolam Pembibitan Ikan ........................................... 116 Gambar VI.14: Prespektif Penyewaan Alat ....................................................... 117 xii
Gambar VI.15: Prespektif Musholla dan Tempat Wudhu ................................. 117 Gambar VI.16: Prespektif Playgorund............................................................... 118 Gambar VI.17: Data Dokumentasi..................................................................... 118 Gambar VI.18: Data Dokumentasi..................................................................... 119 Gambar VI.19: Data Dokumentasi..................................................................... 119 Gambar VI.20: Data Dokumentasi..................................................................... 120
xiii
DAFTAR TABEL Halaman Tabel I. 1: Resapan Air (Ha).............................................................................. .
3
Tabel II. 1: Peraturan Tentang Garis Sempadan Pantai Dan Sungai ................. 18 Tabel II. 2: Motivasi Wisatawan Untuk Berwisata............................................ 30 Tabel II. 3: Jenis-Jenis Dampak Negatif Pada Obyek Wisata Alam ................ 34 Tabel II. 4: Analisis Hasil Studi Banding/Preseden........................................... 46 Tabel III. 1: Luas Dan Ketinggian Dari Permukaan Laut.................................. 49 Tabel III. 2: Penggunaan Lahan Di Kelurahan Barombong .............................. 50 Tabel III. 3: Suhu Dan Cura Hujan Rata-Rata Di Kota Makassar..................... 53 Tabel III. 4: Kebutuhan Ruang Dan Aktivitas ................................................... 75 Tabel III. 5: Besaran Ruang ............................................................................... 78 Tabel IV. 1: Elemen Landscape......................................................................... 90 Tabel IV. 2: Bentuk Bangunan .......................................................................... 99 Tabel V.1: Besaran Ruang Bangunan Utama Lantai 1 ...................................... 108 Tabel V.2: Besaran Ruang Bangunan Utama Lantai 2 ................................... 109 Tabel V.3: Besaran Ruang Keseluruhan Bangunan......................................... 109 Tabel V.4: Pengaplikasian Struktur ................................................................... 110
ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Makassar adalah salah satu kota di Indonesia sebagai kota tepian pantai yang memiliki potensi pembangunan yang sangat potensial dengan panjang pantai eksisting sekitar 35 km. Kota Makassar secara geografis berada di Provinsi Sulawesi selatan dengan koordinat 119 derajat bujur timur dan 5,8 derajat lintang selatan, dengan ketinggian yang bervariasi antara 1-25 meter dari permukaan laut. Kota Makassar merupakan daerah pantai yang datar dengan kemiringan 0 - 5 derajat ke arah barat, diapit dua muara sungai yakni sungai Tallo yang bermuara di bagian utara kota dan sungai Jeneberang yang bermuara di selatan kota. Luas wilayah kota Makassar seluruhnya berjumlah kurang lebih 175,77 Km2 daratan dan termasuk 11 pulau di selat Makassar. Jumlah kecamatan di kota Makassar sebanyak 14 kecamatan dan memiliki 143 kelurahan. Diantara kecamatan tersebut, ada tujuh kecamatan yang berbatasan dengan pantai yaitu, kecamatan Tamalate, Mariso, Wajo, Ujung Tanah, Tallo, Tamalanrea dan Biringkanaya. (Sumber:
http://makassarkota.go.id/110-geografiskotamakassar.html/
diakses
pada
tanggal 1 April 2016).
Pada Kecamatan Tamalate terdapat sepuluh kelurahan, yaitu Kelurahan Parang Tambung, Kelurahan Tanjung Merdeka, Kelurahan Pa’baeng-baeng, Kelurahan Bungaya, Kelurahan Balang Baru, Kelurahan Mangasa, Kelurahan Jongaya, Kelurahan Mannuruki, Kelurahan Maccini Sombala, dan Kelurahan Barombong. Dari sepuluh kelurahan tersebut terdapat kelurahan yang dilalui oleh sungai Jeneberang yaitu kelurahan Barombong. Kelurahan Barombong secara administratif
terletak di
Kecamatan
Tamalate, Daerah Tingkat II Kota Makasar. Orbitasi jarak dari kelurahan
1
Barombong ke ibu kota kecamatan sejauh 10 km, dengan lama jarak tempuh ke ibu kota kecamatan dengan kendaraan bermotor selama 2,5 jam, dan lama jarak tempuh ke Ibu Kota Makasar selama 15 menit dengan kendaraan bermotor. (Sumber: http://ccdp-ifad.pmppu.kp3k.kkp.go.id/index.php/profil-desa-makassar / diakses pada tanggal 1 April 2016).
Barombong merupakan salah satu
tempat tujuan wisata di Provinsi
Sulawesi Selatan. Berbagai tempat disana yang menjadi tujuan wisata, antara lain, tempat memancing, restoran, pantai, Tanjung Bunga, Gowa Discovery Park serta tempat perbelanjaan Mall GTC. Selain kawasan wisata, terdapat fasilitas kesehatan serta perguruan tinggi yaitu Balai Pendidikan dan Pelatihan Ilmu Pelayaran (BP2IP) Barombong. Pada kawasan kelurahan barombong terdapat jembatan sepanjang 330 meter dengan lebar 7 meter melintas di atas Sungai Jeneberang yang dibangun pada masa jabatan Walikota Makassar H.B.Amiruddin dengan masa jabatan pada tahun 1999 hingga 2004, Jembatan ini merupakan akses utama dari Barombong menuju Makassar atau menuju ke Kabupaten Gowa dan Takalar. Pada jaman kerajaan kesultanan Gowa Tallo, sungai jeneberang dengan panjang sungai dari hulu ke hilir 75 km dulunya merupakan akses perdagangan laut dimana kapal-kapal pendatang melalui jalur sungai jeneberang untuk memasuki wilayah kerajaan Gowa Tallo. (Sumber: https://southcelebes.wordpress.com/2009/02/18/barombong-panorama-indahdi-dekat-kota/ diakses pada tanggal 1 April 2016).
Kawasan sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kiri kanan sungai, termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer, yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Berdasarkan Keputusan Presiden RI No.32 Tahun 1990 tentang pengelolaan kawasan lindung, sempadan sungai ditetapkan pada kawasan yang sekurang-kurangnya 50 meter di kiri kanan
2
anak sungai yang dan kanan anak sungai yang berada di kawasan permukiman. Selanjutnya, dalam arah rencana penetapannya sepanjang koridor Sungai Je’neberang dan Tallo merupakan kawasan sempadan sungai di Makassar. Sungai Jene’berang sebagai media transisi moda transportasi antara darat dan laut. Untuk kepentingan lingkungan maka diarahkan pengendalian dan pengembangan kawasan secara komprehensif dalam hal pemanfaatan fungsi hulu-hilir sungai menjadi kawasan konservasi dan pembatasan kegiatan pembangunan diatasnya. Sedangkan untuk kepentingan ekonomi, pengembangan Sungai Jene’berang diarahkan pada pengembangan kegiatan pariwisata, budidaya perikanan dan mengembangkan pinggir sungai menjadi kawasan yang mampu berproduksi secara ekonomi. (Sumber: RTRW Kota Makassar 2010-2030) . Tabel.I.1 Resapan Air (Ha).
(Sumber: RTRW Kota Makassar 2010-2030).
Dalam tahap pengembangan kawasan tepian Barombong, terdapat potensi atau kekuatan pada tapak yang menjadi pertimbangan untuk sebuah kawasan pariwisata.
Gambar.I.1 Eksisiting bagian selatan sungai jeneberang (Sumber: Olah Data Penulis, 2016)
3
Gambar.I.2 Eksisiting bagian utara sungai jeneberang (Sumber: Olah Data Penulis, 2016)
Gambar.I.3 Eksisiting bagian selatan sungai jeneberang. (Sumber: Olah Data Penulis, 2016)
Gambar.I.4 Eksisiting bagian utara sungai jeneberang. (Sumber: Olah Data Penulis, 2016)
Rusmayanti Madjid (2013) menyatakan bahwa salah satu potensi pantai Barombong yakni, pantai tersebut menawarkan wisata pantai dengan pasir putih keabu-abuan sangat cocok untuk berlibur diakhir pekan. Wisatawan dapat 4
menikmati pemandangan hamparan pasir putih, melakukan aktifitas seperti berenang, main ski air, berlayar, berbaring untuk sekedar mandi sinar matahari atau menikmati sunsetnya.
Gambar.I.5 Kondisi eksisting Sungai Jeneberang. (Sumber: Google di akses pada tanggal 3 April 2016)
Adapun kelemahan kawasan tersebut yaitu akses transportasi umum menuju kawasan masih minim, serta pemukiman yang masih nampak kumuh dan kurang tertata. (Sumber: Analisa lapangan). Salah satu pendekatan desain yang akan direncanakan pada kawasan tersebut yaitu pendekatan desain konsep arsitektur hijau. Arsitektur hijau adalah suatu pendekatan perencanaan bangunan yang berusaha untuk meminimalisasi berbagai pengaruh membahayakan pada kesehatan manusia dan lingkungan. Sebagai pemahaman dasar dari arsitektur hijau yang berkelanjutan, elemenelemen yang terdapat didalamnya adalah lansekap, interior, yang menjadi satu kesatuan dalam segi arsitekturnya. Tujuan utama dari penerapan konsep arsitektur hijau adalah menciptakan eco desain, arsitektur ramah lingkungan dan arsitektur yang alami, Selain itu, arsitektur hijau diterapkan dengan meningkatkan efisiensi pemakaian energi, air dan pemakaian bahan-bahan yang mereduksi dampak bangunan terhadap kesehatan. Arsitektur hijau juga dapat direncanakan melalui tata letak, konstruksi, operasi dan pemeliharaan bangunan atau perancangan suatu
5
kawasan. (Sumber: http://www.rudydewanto.com/2011/01/arsitektur-hijau.html diakses pada tanggal 3 April 2016).
Manfaat dari konsep arsitektur hijau adalah dapat memenuhi kebutuhan keberadaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di suatu kawasan, sehingga dapat mengurangi bahkan memecahkan masalah lingkungan, bencana alam, polusi udara rendah, bebas banjir, kebisingan dan permasalahan lingkungan lainnya. Namun disamping kelebihannya, konsep ini memiliki kelemahan juga. Penerapannya pada masing-masing kawasan tidak dapat disamaratakan karena tiap-tiap daerah memerlukan kajian tersendiri. Setidaknya harus diketahui tentang karakteristik lokal, iklim makro, dan sebagainya. Misalnya, daerah pegunungan RTH difungsikan untuk menahan longsor dan erosi, di pantai atau sungai untuk menghindari gelombang pasang, tsunami, di kota besar untuk menekan polusi udara, serta di perumahan, difungsikan meredam kebisingan. Jadi RTH di masingmasing
kawasan
memiliki
fungsi
ekologis
yang
berbeda.
(Sumber:
https://ratizarizkian.wordpress.com/category/manajemen-kota/ diakses pada tanggal 3 April 2016).
Adapun jenis vegetasi yang cocok untuk area tepian yaitu penanaman tanaman perdu berupa, Trembesi, Janti, Kersen, pohon Nimba dan Kembang Jepun yang berfungsi sebagai pengikat tanah pada area tepian agar tak mudah terjadi erosi. Kesulitan pada umumnya adalah kepadatan penduduk pada suatu kota atau kawasan sehingga tidak tersedianya ruang terbuka untuk penerapan konsep arsitektur hijau itu sendiri. (Sumber: Heinz Frick & Tri Hesti Mulyani, 2006:96&97).
Dari segi pandangan Islam dalam hal wisata ditegaskan dalam Firman Allah dalam QS. Al-Ankabut : 20, sebagai berikut :
Terjemahan :
‘’20. Katakanlah: "Berjalanlah di (muka) bumi, Maka perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian
6
Allah menjadikannya sekali lagi. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.’’ Firman Allah swt. juga menerangkan tentang penciptaan langit dan bumi dalam QS. Al-An’am: 73, sebagai berikut :
Terjmahan: ‘’73. Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan benar. dan benarlah perkataan-Nya di waktu Dia mengatakan: "Jadilah, lalu terjadilah", dan di tangan-Nyalah segala kekuasaan di waktu sangkakala ditiup. Dia mengetahui yang ghaib dan yang nampak. dan Dialah yang Maha Bijaksana lagi Maha mengetahui. Makna dari kata ‘berjalanlah di muka bumi’, itu artinya Allah mengingatkan kita kepada alam ini, sehingga ada wisata alam. Banyak hal di alam ini dapat dijadikan objek wisata, karena Allah menciptkan alam ini dengan kekhasan yang berbeda-beda. Ketika Allah menerangkan kepada kita tujuan wisata seperti melihat tanda-tanda kekuasaan Allah swt. sehingga dapat menambahkan keimanan. Berikut manfaat yg diperoleh dalam berwisata menurut Islam yaitu: 1. Menambah keimanan. 2. Memperluas wawasan atau pengetahuan. 3. Menjalin interaksi sesama ummat Islam. 4. Mempererat ikatan kekeluargaan jika berwisata dengan keluargan ataupun dengan teman/kerabat dekat.
7
Beberapa manfaat berwisata tergantung dari niat seseorang melakukan perjalanan tersebut, namun jika dilakukan dengan cara atau tujuan yang salah tentu tidak akan membawa manfaat bagi diri sendiri, misalnya, melakukan kunjungan wisata terus menerus tanpa memperhatikan pengeluaran biaya yang justru akan menghabiskan uang, berkunjung ke suatu tempat bersejarah dan merusak sejumlah fasilitas umum maupun obyek wisata itu sendiri. Dalam al-Qur’an ada wisata sejarah, etika Allah memerintahkan agar manusia melihat tempat-tempat bersejarah untuk di ambil pelajaran darinya. Terungkap di sana ada wisata sejarah. Ada juga wisata alam, wisata religius, seperti ada perintah untuk pergi ke Mekkah, melaksanakan haji atau umrah. (Sumber:
http://tazkiyahpyk.co.id/2009/06/wisata-dalam-islam.html/
diakses
pada
tanggal 27 Maret 2016). Adapun persiapan untuk berwisata dalam pandangan Islam yaitu:
1. Tunjuk pemimpin dalam berwisata Bicara tentang pemimpin, Islam sangatlah mementingkan aspek leadership (kepemimpinan). Bahkan ketika bepergian sekalipun hendaklah menunjuk seorang pemimpin. Sebagaimana rasulullah saw. bersabda “Apabila tiga orang pergi untuk menempuh suatu perjalanan maka hendaklah mereka mengangkat salah seorang diantara mereka sebagai pemimpin” (HR. Abu Daud). 2. Pilih jenis wisata Sebagai ummat Islam, kita dianjurkan untuk melaksanakan suatu perjalanan religi, misalnya berkunjung ke tanah suci Mekkah, makam rasulullah dan tempat beribadah atau kawasan bersejarah lainya agar menambah wawasan damn pengetahuan. 3. Pilih lokasi
8
Bukan lokasi dan akomodasi yang serba mewah. Lokasi tujuan juga disesuaikan dengan waktu yang tersedia. Jangan sampai lebih banyak waktu yang dihabiskan di perjalanan dibanding untuk berkumpul di tempat berlibur. 4. Aktivitas Perlu di pikirkan kegiatan yang akan dilakukan di lokasi tujuan. Terutama jika tak ada sarana olahraga baik itu kolam renang maupun lapangan tenis dan obyek wisata, seperti air terjun, sungai, danau, serta pantai yang bisa dituju, serta membawa perlengkapan ibadah misalnya, perlengkapan shalat jika pihak pengelolah tidak menyediakan fasillitas berupa mushollah. Drs. Yusuf Sofyan, (1997:5) dalam Harisuddin, berpendapat bahwa, dalam upaya pengembangan sebagai kawasan wisata adalah usaha untuk memadukan dua unsur pokok yaitu manusia dan alam. Manusia sebagai unsur yang akan melakukan aktifitas sedangkan alam sebagai unsur yang akan mewadahi aktivitas. Unsur alam mempunyai keterbatasan, dalam keterbatasan ini manusia berusaha memanfaatkan bagian alam yang berpotensi maksimal. Dengan demikian, kepariwisataan diharapkan menjadi sektor andalan yang mampu mendorong meningkatkan
devisa,
meningkatkan
kesempatan
kerja
dan
mendorong
pemerataan baik secara spesial, sektoral, maupun struktural. B. Rumusan Masalah Bagaimana merencanakan kawasan wisata tepian jembatan Barombong sebagai pusat wisata yang sesuai dengan fungsi ruang kota.? C. Tujuan dan Sasaran Pembahasan 1. Tujuan Untuk mewujudkan perencanaan kawasan tepian sungai pada kawasan jembatan Barombong sebagai pusat wisata sesuai dengan fungsi ruang kota.
9
2. Sasaran Sasaran yang ingin dicapai yaitu untuk mendapatkan langkah-langkah dasar dalam proses perencanaan dan perancangan “Kawasan Wisata Tepian Jembatan Barombong” diantaranya:
a) Pengolahan site yang baik agar mempermudah pembagian penzoningan yang akan didesain. b) Sistem sirkulasi yang mudah di akses oleh pengunjung maupun pelaku pengelolah. c) Struktur yang digunakan dapat mendukung tampilan bangunan dan sesuai dengan kondisi lahan. d) Tampilan bangunan yang menarik. e) Fasilitas dan kebutuhan ruang untuk area kawasan terpenuhi. f) Jaringan utilitas pada bangunan dan akses jalan yang baik menuju kawasan terpenuhi. D. Lingkup Dan Batasan Pembahasan Lingkup pembahasan dibatasi pada masalah-masalah yang berkaitan terhadap pengolahan ruang luar, dan bentuk bangunan sebagai upaya pendekatan perencanaan fasilitas “Kawasan Wisata Tepian Jembatan Barombong” secara terinci maka pembahasan diawali dengan : 1. Pembahasan umum mengenai teori umum tentang kawasan wisata sesuai dengan ketetapan terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Makassar. 2. Pembahasan spesifik mengenai lokasi dan karakter kawasan, pengolahan site, tata massa bangunan, bentuk bangunan, struktur, utilitas, serta aspek pendukung kawasan.
10
3. Pembahasan mengenai pendekatan konsep dan perancangan ruang luar, dan bentuk bangunan. Batasan-batasan dalam merencanakan Kawasan Wisata Tepian adalah : 1. Perancangan desain fisik kawasan wisata tepian jembatan barombong. 2. Program ruang yang di rencanakan berdasarkan dari hasil studi, baik studi banding maupun studi literatur. 3. Kajian arsitektur akan di batasi oleh tema dalam penyelesaian kasus ini, yaitu arsitektur hijau. E. Metode dan Sistematika Pembahasan 1. Metode Pembahasan dalam proses perancangan kawasan wisata tepian ini terdapat 4 cara, di antaranya studi literatur, pengamatan langsung, studi preseden, dan menganalisa data. a. Studi Literatur Berupa data dari media internet, yang isinya tentang: 1) Mencari data-data standar perancangan kawasan wisata yang sesuai dengan ketetapan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Makassar. 2) Pendekatan teoritis yaitu mempelajari dasar-dasar teoritis termasuk pengertian wisata, tujuan wisata dan faktor yang terpengaruh dengan adanya kawasan wisata melalui pustaka untuk kelayakan program dengan tema perancangan. b. Pengamatan Langsung Data-data yang didapat berupa: 1) Kondisi lahan. 2) Potensi, karakter dan kondisi lahan. c. Studi Preseden Berupa beberapa contoh kawasan wisata yang yaitu:
11
1) Desain-desain bangunan dan program ruang. 2) Bentuk arsitektur untuk memiliki nilai fungsional dan estetika. 3) Struktur bangunan yang sesuai dengan kondisi lahan. 4) Mempelajari
karakteristik
perairan
disekitar
kawasan
jembatan
Barombong. d. Analisis Data Melakukan analisis dari data yang didapat sebagai acuan tujuan pembahasan ini. 2. Sistematika Penulisan Bab I :
Pendahuluan, menguraikan landasan dari pengambilan judul dan mengidentifikasi masalah serta prosedur penulisan acuan perancangan.
Bab II :
Tinjauan umum dan studi banding, menguraikan secara jelas teori-teori yang terkait dengan judul serta menganalisis beberapa studi preseden, sebagai bahan pertimbangan proyek.
Bab III:
Tinjauan khusus, menguraikan dan menganalisis secara jelas kondisi lokasi secara umum/kota dan khusus/lokasi proyek berada.
Bab IV:
Merupakan pendekatan desain tentang kawasan tepian sebagai ruang kota agar meningkatkan daya tarik pengunjung. Tata guna lahan, massa bangunan, ruang terbuka, sirkulasi dan parkir, pedestrian, penandaan, dan kegiatan pendukung.
12
BAB II TINJAUAN UMUM A. Studi Literatur 1. Tinjauan Umum Tentang Kawasan Tepian Air a. Pengertian Kawasan Tepian Air Kawasan Tepi Air Sungai (KTAS) merupakan suatu kesatuan area/lahan yang letaknya berbatasan langsung dengan tepian air sungai yang masih memiliki pengaruh dominan karakteristik lingkungan tepi air baik secara morfologis, maupun ekologis. Secara fungsional KTAS sebagai satuan wlayah dan atau bagian wilayah kota mempunyai fungsi utama sebagai fungsi ekologis. Kawasan Tepi Air Sungai (TAS) merupakan area konservasi yang diharapkan akan mampu memfilter serta melindungi sumber daya air sungai. Menurut Carr, 1992 dalam (Isfa 2003:40), Kawasan tepi air merupakan lahan atau area yang terletak berbatasan dengan air seperti kota yang menghadap ke laut, sungai, danau dan sejenisnya. Bila dihubungkan dengan pembangunan kota, kawasan tepi adalah area yang dibatasi oleh air dari komunitasnya yang pengembangannya mampu memasukkan nilai manusia, yaitu kebutuhan akan ruang publik dan nilai alami. Prinsip perancangan kawasan tepi air merupakan dasar-dasar penataan kawasan yang memasukkan aspek yang perlu dipertimbangkan dan komponen penataan wilayah tepi air. Prinsip-prinsip fisik dan non-fisik di kawasan tepi air, serta mendapatkan solusi dari masalah kebutuhan manusia sehingga didapatkan suatu penataan kawasan yang lebih baik. b. Karakteristik Pendukung Penataan Kawasan Tepi Air Beberapa karakteristik yang patut dipertimbangkan untuk mencapai kesuksesan dalam penataan kawasan tepi air adalah :
13
1. Keadaan alam dan lingkugan (geografis) meliputi air, tanah dan iklim. Kondisi sumber daya air ini mempengaruhi teknik, desain, dan konstruksi pada pembangunan di sebuah kawasan. 2. Citra (image). Karakter visual tergantung pada siapa yang melihat atau memandang dan dari segi mana dia memandangnya, yaitu pandangan secara fisik (viewer exposure) atau dengan merasakan (viewer sensitivity). Pandangan secara fisik berkaitan dengan jark, elevasi dan pergerakan pandangan. Sedangan pandangan yang melibatkan kepekaan perasaan tergantung pada sudut pandang, seperti karakter manusianya, pendapat, pengalaman, dan kesan yang ditimbulkan pada kawasan. 3. Pembangunan kawasan tepi air harus dapat memberikan jaminan adanya pencapaian
yang mudah, tempat parkir yang mampu menampung
kendaraan pada saat puncak keramaian sekalipun, kemudahan dan kenyamanan pergerakan pejalan. 4. Orientasi bangunan sebaiknya ke arah tepi air sehingga tidak menjadikan tepi air sebagai halaman belakang. Ketinggian bangunan diaharapkan tidak menghalangi pendangan ke tepi air sehingga memberikan kesempatan bagi penduduk untuk menikmaati pemandangan alam laut/sungai atau tidak mengacaukan garis langit (skyline). 5. Penataan lanskep diperlukan sebab kawasan berpotensi untuk erosi, abrasi dan sedimentasi. 6. Kelengkapan sarana dan prasarana kawasan. 7. Teknologi yang diterapkan pada bahan bangunan,
struktur/konstruksi
bangunan dan perlindungan tepi air. 8. Tema pengembangan. Dengan membentuk tema di kawasan tepi air, pembangunan di kawasan tepi air akan mempunyai kekhasan yang
14
membedakan antara satu kawasan dengan kawasan yang tepi air yang lainnya. Tema berkaitan dengan kekhasan ekologi, iklim, sejarah, atau sosial budaya setempat. 9. Pemanfaatan air. a) Pemanfaatan pada badan air, yaitu sebagai alur pelayaran, rekreasi air dan lain-lain. b) Pemanfaatan pada tepi air meliputi kegiatan yang berhubungan dengan air. c) Pemanfaatan yang bukan pada keduanya, yaitu kegiatan yang tidak memanfaatkan badan air dan tepi air. Peruntukan lahannya dapat ditempatkan agak jauh dari tepi air seperti apartemen, hotel, hunian, kafe, gudang, dan retail. 10. Aktivitas penduduk yang dikembangkan dipengaruhi oleh karakter penduduk dan fungsi utama kawasan. Pemanfaatan kondisi dan lingkungan kawasan tepi air dilakukan dengan menjaga kualitas air, menyediakan ruang terbuka, mendesain pencapaian yang mudah, dan mengantisipasi kemungkinan terjadinya dampak pembangunan seperti kemacetan. 11. Sosial dan budaya. Kebudayaan atau kebiasaan yang ada pada masyarakat setempat tidak boleh diabaikan dalam penataan kawasan tepi air sebab mempunyai nilai-nilai sosial yang telah tertanam dalam kehidupan mereka. 12. Ekonomi. Selain penyediaan dana, pembiayaan terkait dengan kebijakan moonoter pemerintah dan kemampuan serta tanggapan masyarakat. Hal ini perlu diperhitungkan karena menyangkut kelangsungan hidup atau matinya suatu proses pembangunan.
15
13. Aturan. Kawasan tepi air mempunyai aturan-aturan dalam ukuran dan kompleksitasnya. 14. Pengelolaan. Pengelolaan kawasan tepi air haruslah dilakukan secara professional, mengingat berbagai masalah yang kompleks harus ditangani, seperti bagaimana mengelola fasilitas-fasilitas yang ada agar tetap terawat. Untuk mewadahi berbagai aktivitas yang ada dan berpotensi timbul, serta untuk menghindari terjadinya konflik kegiatan dan pemanfaatan lahan, maka perlu ada pengaturan dan penataan di kawasan. Ada beberapa persoalan yang berkaitan dengan penataan kawasan tepi air, yaitu: 1. Persoalan fisik dalam penataan tepian air. Persoalan ini berkaitan dengan pemnfaatan karakteristik/keunikan lingkaran kawasan tanpa mengabaikan dampak pengembangan kawasan terhadap lingkungan sehingga selain tercipta kawasan yang mempunyai citra tersendiri juga memberikan kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam beraktifitas di kawasan tersebut. Di samping itu, ruang publik harus disediakan di tepi air sebab setiap manusia mempunyai hak menikmati keindahan alam. 2. Potensi konflik yang terjadi dikawasan seperti konflik pemnfaatan lahan dan konflik kegiatan dikawasan. Penegendalian terhadap pemanfaatan lahan di kawasan tepi air harus dilakukan agar tidak terjadi pembangunan yang hanya memperhitungkan segi efesiensi tanpa mempertimbangkan nilai manusia, lingkungan atau dampak pembangunan. Agar tidak terjadi hal demikian, maka perlu pembatasan intensitas pemanfaatan lahan. Adanya berbagai kepentingan dalam pemanfaatan lahan dan berbagai aktifitas yang berpotensi dikembangkan dikawasan seperti berbagai
16
kegiatan rekreasi, perdagang informal dan formal, menyebabkan kawasan tersebut menjadi area yang strategis dikunjungi. Pengembangan kawasan yang dilakukan oleh pemerintah maupun swasta (developer) perlu dikendalikan dengan penerapan prinsip perancangan sehingga tidak hanya mempertimbangkan segi efisiensi dalam pemanfaatan lahan tapi juga mempertimbangkan faktor lingkungan dan dampak pengembangannya. Prinsip-prinsip perancangan kawasan tepi air perlu dirumuskan agar pengembangan kota mempertimbangkan karakteristik persoalan yang ada dan yang berpotensi timbul, serta tidak hanya mempertimbangkan faktor efisiensi dalam pemanfaatan lahan. Prinsip perancangan ini mengatur tiga hal utama, yaitu 1. Penciptaan citra atau identitas kawasan tepi air, dengan memanfaatkan berbagi karakteristik lingkungan kawasan 2. Pembatasan intensitas di kawasan tepi air, untuk mengendalikan pembangunan dengan mempertimbangkan nilai manusia, lingkungan dan dampak pembangunan 3. Pembatasan area di kawasan, untuk menghindari berbagai konflik kepentingan pemanfaatan lahan. c. Kebijakan Yang Berkaitan Dengan Kawasan Tepi Air 1. Garis sempadan pantai dan sungai Perlindungan terhadap sempadan pantai dilakukan untuk melindungi wilayah pantai dari kegiatan yang mengganggu kelestarian fungsi pantai. Begitu pula dengan perlindungan terhadap sempadan sungai dilakukan untuk melindungi sungai dari kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air sungai, kondisi fisik pinggir dan dasar sungai serta mengamankna aliran sungai. Garis sempadan pntai dan sungai termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi
17
primer ditetapkan dalam beberapa peraturan seperti yang terdapat pada table berikut. Tabel II.1 Peraturan Tentang Garis Sempadan Pantai Dan Sungai. Sumber
Sempadan
Keputusan Presiden RI
Sungai di luar
No. 32 tahun 1990
permukiman
Kriteria -
Sekurang-kurangnya 100 meter di kiri-kanan
tentang Pengelolaan
sungai besar
Kawasan Lindung dalam
-
Isfa Sastrawati tahun
Sekurang-kurangnya 50 meter di kiri-kanan anak
2003
sungai Sungai di kawasan
Sempadan sungai
permukiman
diperkirkan cukup untuk dibangun dalam impeksi antara 10-15 meter
Peraturan pemerintah
Garis sempadan sungai
Ditetapkan dengan batas
Republik Indonesia
bertanggul
lebar sekurang-kurangnya 5
Tahun 1997 tentang
meter di sebelah luar kaki
Rencana Tata Ruang
tanggul
wilayah Nasional dalam
Garis sempadan sungai
Ditetapkan berdasarkan
Isfa Sastrawati tahun
tak bertanggul
pertimbangan teknis dan
2003
sosial ekonomi oleh pejabat yang berwenang Ketentuan lain
Garis sempadan sungai yang bertanggul dan tidak bertanggul yang berada di wilayah perkotaan sepanjang jalan ditetapkan tersendiri oleh pejabat yang berwenang
(sumber: Dirjen cipta karya dalam Isfa Sastrawati, 2003:102)
18
Gambar.II.1 Garis Sempadan Pantai (sumber: Dirjen cipta karya dalam Isfa Sastrawati, 2003:102)
Gambar.II.2 Garis Sempadan Sungai Tak Bertanggul (sumber: Dirjen cipta karya dalam Isfa Sastrawati, 2003:102)
Gambar.II.3 Garis Sempadan Sungai Bertanggul (sumber: Dirjen cipta karya dalam Isfa Sastrawati, 2003:102)
19
2. Akses a)
Akses berupa jalur kendaraan berada diantara batas terluar dari sempadan tepi air dengan areal terbangun.
b)
Jarak antara akses masuk menuju ruang public atau tepi air darri jalan raya sekunder atau tersier minimum 300 meter.
c)
Jaringan jalan terbebas dari parkir kendaraan roda empat.
d)
Lebar minimum jalur pejalan di sepanjang tepi air adala 3 meter. 3. Peruntukan
a)
Peruntukan bangunan diproritaskan atas jenjang pertimbangan: penggunahan lahan yang bergantung dengan air (water-dependent uses), penggunahan lahan yang bergantung dengan adanya air (water-related uses), penggunaan lahan yang sama sekali tidak berhubungan dengan air (independent and unrelated to water uses).
b)
Kemiringan lahan yang dianjurkan untuk pengembangan area publik yaitu antara 0-15%. Sedangkan untuk kemiringan lahan lebih dari 15% perlu penanganan khusus.
c)
Jarak
antara
satu
areal
terbangun
yang
dominan
diperuntukkan
pengembangan bagi fasilitas umum dengan fasilitas umum lainnya maksimum 2 Km. 4. Bangunan a)
Kepadatan bangunan dikawasan tepi air maksimum 25 %
b)
Tinggi bangunan ditetapkan maksimum 15 meter dihitung dari permukaan tanah rata-rata areal terbangun.
c)
Orientasi bangunan harus menghadap tepi air dengan mempertimbangkan posisi bangunan terhadap matahari dan arah tiupan angin.
20
d)
Bentuk dan desain bangunan disesuaikan dengan kondisi dan bentuk tepi air serta variable lainnya yang menentukan penerapannya.
e)
Warna bangunan dibatasi pada warna-warna alami.
f)
Tampak bangunan didominasi oleh permainan bidang transparan seperti tampilan element eras, jendela dan pintu.
g)
Bangunan-bangunan yang dapat dikembangkan pada areal sempadan tepi air berupa taman atau ruang rekreasi adalah fasilitas areal bermain, tempat duduk dan atau sarana olahraga.
h)
Tidak dilakukan pemagaran pada areal terbangun, kecuali pemagaran dengan tinggi maksimum 1 meter dan menggunakan pagar transparan atau dengan tanaman hidup.
d.
Faktor-Faktor Pendorong Dan Pemghambat Penataan Kawasan Tepi Air Adapun faktor pendorong dan penghambat yang di pertimbangkan dalam
penataan kawasan tepi air adalah 1. Faktor pendorong : a)
Pembangunan yang didasarkan lingkungan yang berkualitas memberikan perlindungan pada kawasan tepi air sehingga polusi air dan udara dapat dikurangi.
b)
Bangunan lama/tua yang tidak digunakan lagi dapat dimanfaatkan dengan bangunan yang sejalan dengan kebijakan pemerintah daerah dilakukan sebagai upaya meningkatkan kualitas lingkungan di kawasan tepi air.
c)
Karakteristik kawasan tepi air dapat mendorong pembangunan fasilitas umum atau penunjang di kawasan dengan melakukan kerjasama dengan pihak swasta atau investor. 2. Faktor penghambat :
a)
Pembebasan lahan.
21
Hal ini merupakan faktor penghambat pembangunan sebab menyangkut kepemilikan perseorangan sehingga dalam pembebasan lahan biasanya pemilik lahan diberikan kemudahan-kemudahan dan imbalan agar mau melepaskan lahannnya b)
Karakteristik kawasan tepi air. Kondisi tanah yang sulit dalam pembangunan konstruksi, terjadinya banjir secara periodik, erosi/abrasi dan sedimentasi, serta biaya yang lebih mahal bagi pembangunan di kawasan ini karena memerlukan teknologi dan konstruksi tersendiri.
c)
Nilai sejarah kawasan. Kawasan yang mempunyai nilai sejarah mempunyai keterbatasan dalam pengembangan sehingga perlu pemikiran untuk pengembangan kawasan dengan melestarikan nilai sejarahnya
d)
Pencapaian ke kawasan. Pencapaian
ke
kawasan
yang
sulit
menyebabkan
terhambatnya
pengembangan kawasan tepi air dan menyebabkan nilai publik di sepanjang tepi air berkurang e)
Aturan (batasan-batasan). Aturan
merupakan
persyaratan
yang
harus
diikuti
dalam
proses
pengembangan kawasan dapat menjadi penghambat pembangunan kawasan yang baik. Batasan-batasan tersebut antara lain : melindungi dan melestarikan bangunan-bangunan kuno, bersejarah, menetapkan fungsi kawasan tertentu dan intensitas bangunan, menyediakan akses bagi masyarakat umum, menyediakan berbagai fasilitas akomodasi sehingga menambah daya tarik pengunjung, dsb. f)
Persepsi masyarakat.
22
Persepsi masyarakat yang bermukim di kawasan tepi air terkadang menjadi penghambat pembangunan. Hal ini disebabkan antara lain karena masih banyak masyarakat yang belum menyadari pentingnya pengembangan kawasan tepi air dan mereka juga menganggap tata ruang hanya akan menggusurnya dari kawasan yang ditempatinya sehingga sulit melakukan pendekatan untuk penataan kawasan. Oleh sebab itu, kegiatan dan kebudayaan masyarakat setempat harus dipertimbangkan, antara lain dengan mengikutsertakan dalam kegiatan pembangunan atau tetap memberikan ruang bagi masyarakat setempat untuk menjalankan aktivitas yang sudah berlangsung lama seperti pemanfaatan badan air sebagai transportasi, dan lain-lain. 2. Wisata Dan Kepariwisataan a. Pengertian Wisata Wisata pada umumnya orang memberi padanan kata wisata dengan rekreasi. Sementara itu kata rekreasi ini berasal dari kata asing yaitu Recreate. Kata ini berasal dari bahasa inggris dari suku kata re dan create. Apabila diterjemahkan secara bebas adalah suatu kegiatan untuk menciptakan kembali baik fisik maupun psikis agar dapat berprestasi lagi. Menurut Mathiesen dan Wall (1982) bahwa wisata adalah kegiatan bepergian dari dan ketempat tujuan lain diluar tempat tinggalnya. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian wisata adalah bepergian bersama-sama (untuk memperluas pengetahuan, bersenang-senang, dan sebagainya) bertamasya. (Sumber: http://kbbi.web.id/wisata diakses pada tanggal 20 mei 2016).
Berwisata pada dasarnya merupakan kebutuhan hidup manusia. Clawson dan Knetch (1969) menyatakan bahwa berwisata merupakan suatu kegiatan untuk
23
memperoleh sesuatu yang diinginkan baik ditinjau dari segi psikologis maupun fisik. Brockman (1959) mendefinisikan berwisata adalah bentuk penggunaan waktu senggang secara menyenangkan. Sementara itu Douglass (1978) dalam Mathiesen dan Wall (1982) memberi definisi yang lebih singkat bahwa berwisata adalah aktifitas yang disamakan dengan bermain, dan merupakan kebutuhan yang mendasar dan diharapkan bagi setiap orang serta merupakan bagian dari kehidupan seseorang. b. Wisatawan Menurut UN. Convention Concerning Customs Facilites For Touring (1954) Wisatawan adalah setiap orang yang datang disebuah Negara karena alasan yang sah kecuali untuk berimigrasi dan yang tinggal setidak-tidaknya 24 Jam dan selama-lamanya 6 Bulan dalam tahun yang sama. Dalam pengertian ini wisatawan dibedakan berdasarkan waktu dan tujuan yang disebut wisatawan adalah orang-orang yang berkunjung setidaknya 24 dan yang dating berdasarakan motivasi Mengisi waktu senggang seperti bersenang, berlibur, untuk kesehatan, studi, keperluan agama, dan olahraga, serta bisnis, keluarga, peurtusan, dan pertemuan-pertemuan. c. Bentuk Wisata Ada berbagai macam bentuk perjalanan wisata ditinjau dari beberapa macam segi, yaitu : 1. Dari segi jumlahnya wisata dibedakan atas : a) Individual Tour
(wisatawan perorangan),
yaitu suatu perjalan
yang
dilakukan oleh satu orang atau sepasang suami istri. b) Family Group Tour (wisata keluarga), yaitu suatu perjalanan wisata yang dilakukan oleh serombongan keluarga, yang masih mempunyai hubungan kekerabatan satu sama lain.
24
c) Group Tour (wisata rombongan), yaitu suatu perjalanan yang dilakukan bersama-sama dengan dipimpin oleh seseorang yang bertanggung jawab atas keselamatan dan kebutuhan seluruh anggotanya. 2. Dari segi kepangaturannya, wisata dibedakan atas : a) Pre-arranged Tour (wisata berencana), yaitu suatu perjalanan wisata yang jauh hari sebelumnya telah diatur segala sesuatunya, baik transportasi, akomodasi, maupun objek-objek yang akan dikunjungi. b) Package Tour (wisata paket atau paket wisata), suatu produk wisata yang merupakan suatu komposisi perjalanan yang disusun dan dijual guna memberikan kemudahan dan kepraktisan dalam melakukan perjalanan. c) Coach Tour (wisata terpimpin), yaitu suatu paket perjalanan ekskursi yang dijual oleh biro perjalanan dengan dipimpin oleh seorang pemandu wisata dan merupakan perjalanan wisata yang diselenggarakan secara rutin, dalam jangka yang telah ditetapkandan dengan rute perjalanan yang tertentu pula. d) Special Arranged Tour (wisata khusus), yaitu suatu perjalanan wisata yang disusun secara khusus guna memenuji permintaan seorang langganan atau lebih sesuai dengan kepentingannya. e) Optional Tour (wisata tambahan / manasuka), yaitu suatu perjalanan wisata tambahan
diluar
pengaturan
yang
telah
disusun
dan
diperjanjikan
pelaksanaannya, yang dilakukan atas permintaan pelanggan. 3. Dari segi maksud dan tujuannya, wisata dibedakan atas : a) Holiday Tour (wisata liburan), suatu perjalanan wisata yang di selenggarakan dan diikuti oleh anggotanya guna berlibur, bersenang-senang dan menghibur diri.
25
b) Familiarization Tour (wisata pengenalan), yaitu suatu perjalanan anjangsana yang dimaksudkan guna mengenal lebih lanjut bidang atau daerah yang mempunyai kaitan dengan pekerjaannya. c) Education Tour
(wisata pendidikan), yaitu suatu perjalanan wisata yang
dimaksudkan untuk memberikan gambaran, studi perbandingan ataupun pengetahuan mengenai bidang kerja yang dikunjunginya. d) Scientific Tour (wisata pengetahuan), yaitu perjalanan wisata yang tujuan pokoknya adalah memperoleh pengetahuan atau penyelidikan suatu bidang ilmu pengetahuan. e) Pilgrimage Tour
(wisata keagamaan), perjalanan wisata guna melakukan
ibadah keagamaan. f) Special Mission Tour (wisata kunjungan khusus), yaitu perjalanan wisata dengan suatu maksud khusus, misalnya misi dagang, misi kesenian dan lainlain. g) Special Program Tour
(wisata program khusus), yaitu suatu perjalanan
wisata untuk mengisi kekosongan khusus. h) Hunting Tour (wisata perburuan), yaitu suatu kunjungan wisata wisata yang dimaksudkan untuk menyelenggarakan pemburuan binatang yang diijinkan oleh penguasa setempat, untuk hiburan semata. 4. Dari segi penyelenggaraannya, wisata dibedakan atas : a) Ekskursi (excursion), yaitu suatu perjalanan wisata jarak pendek yang ditempuh kurang dari 24 jam guna mengunjungi satu atau lebih objek wisata. b) Safari Tour yaitu suatu perjalanan wisata yang diselenggarakan secara khusus dengan perlengkapan atau peralatan khusus pula.
26
c) Cruze Tour
yaitu perjalanan wisata yang menggunakan kapal pesiar
mengunjungi objek-objek wisata bahari, dan objek wisata di darat tetapi menggunakan kapal pesiar sebagai basis pemberangkatannya. d) Youth
Tour
(wisata
remaja),
yaitu
suatu
kunjungan
wisata
yang
penyelenggaraannya khusus diperuntukan bagi para remaja menurut golongan umus yang ditetapkan oleh hukum negara masing-masing. e) Marine Tour (wisata bahari), suatu kunjungan objek wisata khususnya untuk menyaksikan kaindahan lautan. Berdasarkan beberapa uraian tentang bentuk wisata diatas, dapat disimpulkan, bahwa motivasi yang mendorong wisatawan untuk mengadakan perjalanan wisata adalah sebagai berikut : 1) Dorongan kebutuhan untuk berlibur dan berekreasi. 2) Dorongan kebutuhan pendidikan dan penelitian. 3) Dorongan kebutuhan keagamaan. 4) Dorongan kebutuhan kesehatan. 5) Dorongan atas minat terhadap kebudayaan dan kesenian. 6) Dorongan kepentingan keamanan. 7) Dorongan kepentingan hubungan keluarga. 8) Dorongan kepentiangan politik, (Gamal Santoro 14-17). d. Ciri-Ciri Perjalanan Wisata Menurut M.Kasrul, perjalanan wisata adalah suatu perjalanan dengan ciriciri tertentu sebagai berikut : 1) Perjalanan keliling yang kembali lagi ke tempat asalnya. 2) Pelaku perjalanan hanya tinggal untuk sementara. 3) Perjalanan tersebut telah direncanakan terlebih dahulu. 4) Ada organisasi atau orang yang mengatur perjalanan tersebut.
27
5) Terdapat unsur-unsur produk wisata. 6) Ada tujuan yang ingin dicapain dalam perjalanan wisata tersebut. 7) Dilakukan dengan santai. e. Tujuan perjalanan wisata Prioritas seseorang/kelompok untuk melakukan perjalanan wisata adalah mencari kesenangan atau kegembiraan, berikut adalah beberapa tujuan dari adanya pelaksanaan wisata : 1) Ingin bersantai, bersuka ria, rileks (lepas dari rutinitas). 2) Ingin mencari suasana baru atau suasana lain. 3) Memenuhi rasa ingin tahu untuk menambah wawasan. 4) Ingin berpetualang untuk mencari pengalaman baru. 5) Mencari kepuasan dari yang sudah didapatkan. f. Kepariwisataan Istilah pariwisata dan kepariwisataan sering digunakan dalam pengertian yang sama, kepariwisataan lebih menyangkut pada hal-hal yang berkaitan dengan pariwisata. Pariwisata atau “tourism” atau turisme adalah perpindahan sementara orang-orang keadaerah tujuan diluar tempat kerja dan tempat timggal sehariharinya, kegiatan yang dilakukannya dan fasilitas yang digunakan ditujukan untuk memenuhi keinginan dan kebutuhannya. Kawasan kepariwisataan adalah kawasan dengan luas tertentu yang dibangun atau disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata. (Sumber: Chafid Fandeli 1995:36-37). 1) Elemen dasar kepariwisataan Pariwisata adalah fenomena banyak bidang yang meliputi perpindahan ke dan tinggal di tempat tujuan diluar tempat sehari-hari (Mathieson dan Wall, 1982). Pariwisata terdiri dari tiga elemen dasar, yaitu :
28
a) Elemen mekanik yang mencakup masalah tinggal ke daerah tujuan terpilih atau daerah tujuan. b) Elemen static yang mencakup masalah tinggal di daerah tujuan. c) Elemen konsekuensi yang merupakan hasil dari kedua elemen terdahulu, yang memperhatikan efeknya terhadap subsistem, ekosisitem, fisis, dan social dengan kontak langsung atau tidak langsung wisatawan. (Sumber: Sunardi Joyosuharto, 1995:47).
Menurut Anonimous (1992) memberi definisi tentang kepariwisataan bahwa, kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata. Elemen dinamik dalam pariwisata adalah tuntutan kebutuhan orang-orang yang ingin megadakan perjalanan atau berharap dapat mendapat perjalanan, dengan menggunakan fasilitas dan pelayanan ditempat yang jauh dari tempat tinggalnya. Tuntutan kebutuhan tersebut dikenal dengan istilah “demand”. Untuk memenuhi tuntutan kebutuhan wisatawan tersebut, maka perlu disediakan daerahdaerah tujuan wisata yang memenuhi tuntutan kebutuhan wisatawan untuk dapat menikmatinya. Untuk itu diperlukan ketersediaan (supply) daerah tujuan wisata yang memadai. 2) Motivasi wisatawan Wisatawan datang di suatu tempat sangat ditentukan oleh motivasi dan keinginan. Jawaban terhadap pertanyaan mengapa wisatawan datang ke suatu tempat merupakan informasi yang mendasar dalam merencanakan pembangunan kepariwisataan (Wahab, 1975, Methiesen dan Wall, 1982). Pada umumnya tujuan wisatawan untuk berwisata adalah mendapat kesenangan. Ada dua faktor penting yang menentukan kepergian kemacetan untuk berwisata yaitu : a) Faktor pendorong
29
Faktor yang mendorong seseorang yang berwisata adalah ingin terlepas (meskipun hanya sejenak) dari kehidupan yang rutin setiap hari, lingkungan yang tercemar, kecepatan lalu lintas dan hiruk pikuk kehidupan dikota. b) Faktor penarik Faktor ini berkaiatan dengan adanya atraksi wisata di daerah atau di tempat tujuan wisata. Atraksi wisata ini dapat berubah kemashuran akan objek, tempat-tempat yang banyak diperbincangkan orang, serta sedang menjadi berita. Motivasi wisatawan yang berkaitan dengan keinginan untuk pergi berwisata, dapat dilihat dari tabel berikut : Tabel II.2 Moivasi wisatawan untuk berwisata. NO 1.
Kategori Motivasi fisik
Motivasi wisatawan 1) Menyegarkan kembali badan & jiwa 2) Istirahat karena kesehatan 3) Olahraga 4) Rekreasi: Bersenang-senang, berbelanja, melihat pertunjukan kesenian.
2
Motivasi
.
kebudayaan
1) Ingin mengetahui budaya, seni, musik, arsitektur, sejarah negara lain. 2) Peristiwa penting, (olahraga, peka, perdaganagan, peristiwa lain bertaraf nasional/internasional)
3.
Motivasi individu
1) Mengunjungi keluarga, teman atau mencari teman baru 2) Perjalanan bersenang-senang 3) Kunjungan spiritual misalnya: ziarah 4) Mencari pengalaman baru pada lingkungan baru (fisik dan sosial)
4
Motivasi dan status
prestasi 1) Penyaluran hobi 2) Melanjutkan belajar 3) Komperensi
(Sumber: Chafid Fandeli, 1995:41)
30
3. Wisata sungai / tepian Sungai merupakan elemen kota yang mempunyai potensi daya tarik wisata tersendiri dibandingkan elemen kota lainnya. Kombinasi dari air dan lansekap sekitarnya, dimana air merupakan elemen kunci untuk menghasilkan suatu kesatuan, yaitu karakter visual yang spesifik. (AR. Soehoed: 1997). Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pengertian Sungai adalah aliran sungai besar. Wisata sungai dapat juga sebagai obyek wisata yang menarik sebagai tempat rekreasi untuk berperahu, atau dapat juga dikelolah suatu Daerah Aliran Sungai (DAS) menjadi obyek wisata ilmiah. Sungai dan danau merupakan potensi yang sangat memikat bagi wisatawan maupun pecinta alam. Hampir disemua pelosok daerah dari di Indonesia terdapat berbagai macam bentuk sungai ini. Adapun jenis kegiatan wisata alam disungai yaitu a. Rafting/rakit b. Sailing/susur sungai c. Fishing/memancing d. Canoeing/wisata dayung e. Wisata Perahu f. Outbound Kegiatan wisata alam dapat digolongkan menjadi 2 (dua) kelompok yaitu kegiatan wisata yang aktif dan kegiatan wisata yang pasif. Kegiatan wisata alam yang pasif, merupakan kegiatan santai tidak diperlukan tenaga yang banyak. Sementara itu kegiatan wisata alam yang aktif dibutuhkan banyak tenaga fisik, penuh tantangan dan bahaya. Menurut Douglass (1987), pada umumnya faktorfaktor yang mempengaruhi kepariwisataan alam adalah :
31
1. Penduduk, faktor penduduk ini terdiri atas struktur (umur, mata pencaharian dan pendidikan) serta jumlah yang bertempat tinggal dikota dan desa. 2. Dana, faktor dana ini berhubungan dengan besarnya pendapatan penduduk serta kemampuanya untuk menabung. 3. Waktu, faktor waktu berkaitan dengan pekerjaan dan mobilitas. Jenis pekerjaan yang berbeda mempunyai kesempatan yang berbeda pula. 4. Komunikasi, faktor ini sangat erat dengan massa media (koran, majalah, leaflet, booklet) akan memberikan pengaruh langsung. Adpertensi merupakan alat komunikasi yang efektif kepada calon wisatawan. 5. Pasar, faktor pasar ini terdiri atas dua aspek yaitu ketersediaan objek pariwisata dan tingkat aksesibilitasnya. a. Pengertian Dan Objek Wisata Alam 1. Wisata alam Wisata alam dapat diartikan sebagai suatu bentuk rekreasi dan pariwisata yang memanfaatkan potensi sumber daya alam dan ekosisitemnya, baik dalam bentuk asli maupun setelah adanya perpaduan dengan daya cipta manusia, yang mempunyai daya tarik untuk dilihat dan dikunjungi wisatawan (Sumardja, 1988). Peran alam sebagai sumber daya alam dalam kepariwisataan adalah sangat besar dan penting. Hal tersebut bisa dilihat dari klasifikasi jenis obyek dan daya tarik dimana wisata alam menempati presentase yang palin tinggi. Walaupun berbagai pengguna terminologi wisata alam sudah sedemikian meluas, namun definisi atau pengertiannya seringkali belum jelas, (Smith, 1989) dalam bukunya ”Host and Guest” : The anthropology of tourism”, membagi kerangka tipe kepariwisataan dan interaksinya sebagai suatu dasar pijak adalah dua tipe pembagian yaitu wisata alam dan wisata budaya.
32
EKOWISATA WISATA ALAM
WISATA ETNIK
WISATA BUDAYA WISATA SEJARAH/HISTORIS
Gambar.II.4 Skema Tipologi Jenis Wisata (Smith, 1989) (Sumber: Wiendu Nuryanti, 1995:16).
2. Obyek wisata alam Obyek wisata alam terbagi atas dua jenis yaitu : a) Obyek wisata alam di dalam kawasan konservasi. Adalah kawasan hutan atau kawasan pelestarian alam yang pengelolaan dan pengawasanya berada dalam wewenang Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam. Misalnya, Taman nasional, Taman wisata, Taman buru, Taman laut, Taman hutan raya. b) Obyek wisata alam diluar konservasi. Adalah obyek wisata alam yang obyek pengelolaannya diluar wewenang Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam. Pada umumnya obyek wisata alam tersebut dikelolah oleh pemerintah daerah, Perum perhutani (Wana Wisata) atau swsata.
33
Adapun jenis-jenis dampak negatif pada obyek wisata alam di kemukakan pada tabel berikut : Tabel II.3 Jenis-jenis Dampak Negatif Pada Obyek Wisata Alam
Faktor
Dampak lingkungan
1. Suara bising
Menghilangkan suara-
Dampak Kualitas suara alam.
suara alam. 2. Mesin perahu/boat
3. Sampah
Gangguan satwa polusi
Kualitas ekologi pola
mesin dan asap.
bertelur.
Dampak visual
Kesehatan dan
keindahan dan
keindahan.
kesehatan. 4. Api (tidak terkendali)
Kebakaran, asap, erosi
Kualitas ekologi.
dan satwa. 5. Kotoran sanitasi
Kadar asam air, polusi
Kulaitas air dan udara.
air tanah.
(Sumber: Wiendu Nuryanti, 1995:23)
b. Kegiatan Wisata Di Obyek Wisata Alam Secara garis besar, kegiatan wisata di obyek wisata alam dapat digolongkan dalam dua kelompok, yaitu : 1. Wisata perairan atau wisata bahari Berupa kegiatan berenang, snorkling, menyelam, berlayar, berselancar, memancing, berejemur, rekreasi pantai, photografi bawah air, canoeing, dan lain-lain. 2. Wisata daratan Berupa kegiatan lintas alam, daki gunung, penelisuran gua, berburu, berkemah, photografi, jalan santai, penelitian, terbang layang, dan lainlain.
34
Peranan pengembangan obyek wisata alam akan dapat memberikan keuntungan berupa materi dari hasil kegiatan wisata, juga memberikan manfaat lainnya berupa : a) Penyediaan lapangan kerja b) Peningkatan pendapatan masyarakat c) Perbaikan lingkungan d) Peningkatan sumber ekonomi e) Peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi f) Peningkatan kesadaran masyarakat terhadap konservasi sumber daya alam. (Sumber: Anthon Sukahar, 1995:88-90) 4. Penerapan Konsep Hijau Pada Daerah Aliran Sungai (DAS) a. Pengertian arsitektur hijau Adalah suatu pendekatan perencanaan bangunan yang berusaha untuk meminimalisasi berbagai pengaruh membahayakan pada kesehatan manusia dan lingkungan. Sebagai pemahaman dasar dari arsitektur hijau yang berkelanjutan, elemen-elemen yang terdapat didalamnya adalah lansekap, interior, yang menjadi satu kesatuan dalam segi arsitekturnya. (Sumber: Rudy Dewanto : Arsitektur Hijau). Arsitektur hijau adalah arsitektur yang minim mengonsumsi sumber daya alam, termasuk energi, air, dan material, serta minim menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan. Keberlanjutan merupakan usaha manusia untuk mempertahankan eksistensinya di muka bumi dengan cara meminimalkan perusakan alam dan lingkungan dimana mereka tinggal. (Sumber: Tri Harso Karyono, 2010:97). Adapun beberapa aspek atau parameter dominan yang diukur untuk menentukan tingkat hijau adalah:
35
1. Pemilihan dan pengolahan tapak Parameter ini terkait dengan bagaimana memilih tapak yang aman untuk mendirikan bangunan atau sekumpulan bangunan. 2. Energi Parameter energi terkait dengan besarnya energi yang dikonsumsi serta presentase pemanfaatan sumber energi terbarukan di bangunan. Bangunan dinilai baik jika dalam mewadahi aktifitas manusia energi yang dikomsumsi rendah, sementara kenyamanan fisik manusia seperti kenyamanan termal, visual dan spasial tetap dapat terpenuhi. 3. Material Arsitektur
hijau
menuntut
pengguanaan
material
yang
tidak
mengkontaminasi lingkungan dan membahayakan manusia. Energi terbarukan seperti kayu, bambu, dahan, daun, lainnya merupakan salah satu material yang direkomendasi, disamping penggunaan material yang re-use dan re-cycle. 4. Air Konsumsi air per satuan waktu per
individu merupakan salah satu
parameter dominan yang diukur dalam konsep arsitektur hijau. 5. Limbah Bagaimana limbah yang dihasilkan manusia dan bangunan dapat diolah kembali atau dapat diminimalkan jumlahnya merupakan salah satu ukuran tingkat hijau suatu bangunan. 6. Kualitas ruang dalam Menyangkut kualitas kimiawi udara dan kualitas fisik ruangan.
36
Tujuan umum adalah bahwa bangunan hijau dirancang untuk mengurangi dampak keseluruhan lingkungan binaan terhadap
kesehatan manusia dan
lingkungan alam dengan cara : a) Efisien menggunakan energi, air, dan sumber daya lainnya. Dirancang dengan biaya lebih sedikit untuk mengoperasikan dan memiliki kinerja energi yang sangat baik. b) Melindungi
kesehatan
penghuni
dan
meningkatkan
produktivitas
karyawan. c) Mengurangi sampah, polusi dan degradasi lingkungan. d) Bangunan alami, yang biasanya pada skala yang lebih kecil dan cenderung untuk fokus pada penggunaan bahan-bahan alami yang tersedia secara lokal. e) Bangunan alami, yang biasanya pada skala yang lebih kecil dan cenderung untuk fokus pada penggunaan bahan-bahan alami yang tersedia secara lokal. f) Mengurangi dampak lingkungan. Adapun dampak negatif pada penerapan dari pembangunan konstruksi sangat beragam, antara lain : 1) Dieksploitasinya sumber daya alam secara berlebihan. 2) Pertambangan
sumber
daya
alam
yang
dikeruk
habis-habisan,
penggundulan hutan tanpa penanaman kembali yang dapat menurunkan kualitas sumber daya alam lain di bumi. 3) Teknologi dan hasil teknologi yang digunakan manusia seperti kendaraan, alat-alat produksi dalam sistem produksi barang dan jasa (misalnya pabrik), peralatan rumah tangga dan sebagainya dapat menimbulkan
37
dampak negatif akibat emisi gas buangan, limbah yang mencemari lingkungan. (Sumber: M. Maria Sudarwani). b. Pengertian Ruang Terbuka Hijau (RTH) Ruang terbuka hijau (green open spaces) merupakan ruang yang direncanakan karena kebutuhan akan tempat-tempat pertemuan dan aktivitas bersama di udara terbuka. Secara umum, pengertian arsitektur hijau atau (green open space) merupakan ruang yang didominasi oleh lingkungan alami di luar mauapun di dalam kota, dalam bentuk taman, halaman, araeal rekreasi kota dan jalur hijau (Trancik,1986;61), dan fasilitas yang memberikan kontribusi penting dalam
meningkatkan kualitas lingkungan permukiman,sebagai suatu unsur penting dalam kegiatan rekreasi (Rooden Van FC dalam Grove dan Gresswell,1983). Berdasarkan peraturan pemerintah Ruang Terbuka Hijau memiliki pengertian : 1. Ruang-ruang di dalam kota atau wilayah yang lebih luas baik dalam bentuk area/kawasan maupun dalam bentuk area memanjang/jalur yang dalam penggunaanya lebih bersifat terbuka yang pada dasarnya tanpa bangunan yang berfungsi sebagai kawasan pertamanan kota, hutan kota, rekreasi kota, kegiatan olahraga, pemakaman, pertanian, jalur hijau dan kawasan hijau pekarangan (Inmendagri No.14/1988). 2. Bagian dari ruang-ruang terbuka (open space) suatu wilayah perkotaan
yang diisi oleh tumbuhan, tanaman dan vegetasi (endemik, introduksi) guna mendukung manfaat langsung dan/atau tidak langsung yang dihasilkan oleh RTH dalam kota tersebut yaitu keamanan, kenyamanan, kesejahteraan, dan keindahan wilayah perkotaan tersebut (Direktorat Jenderal Penataan Ruang Departemen Pekerjaan Umum).
38
3. Area memanjang/jalur yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat
tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, pasal 1 ayat 25).
Berdasarkan Keputusan Presiden No.32 tahun 1990, tentang pengelolaan kawasan lindung Bab I Pasal 1 ayat 7 menjelaskan bahwa tepian sungai seharusnya memiliki sempadan sungai yaitu kawasan sepanjang kiri kanan sungai, termasuk sungai buatan / kanal / saluran irigasi primer, yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai. (Noor Hamidah, 2015:17-18). c. Konsep Ruang Terbuka Hijau Pada Daerah Aliran Sungai (DAS) Secara umum ruang terbuka publik (Open Spaces) di perkotaan terdiri dari ruang terbuka hijau dan ruang terbuka non-hijau. Ruang Terbuka Hijau (RTH) perkotaan pada Daerah Aliran Sungai adalah bagian dari ruang-ruang terbuka (Open Spaces) suatu wilayah perkotaan dan Daerah Aliran Sungai yang diisi oleh tumbuhan, tanaman dan vegetasi (endemik maupun introduksi) guna mendukung manfaat ekologis, sosial-budaya dan arsitektural yang dapat memberikan manfaat ekonomi (kesejahteraan) bagi masyarakatnya dalam wilayah tersebut. Sementara itu ruang terbuka non-hijau pada Daerah Aliran Sungai (DAS) dapat berupa ruang terbuka yang diperkeras (paved) maupun ruang terbuka biru (RTB) yang berupa permukaan sungai, danau, maupun areal-areal yang diperuntukkan khusus sebagai area genangan. Secara fisik RTH dapat dibedakan menjadi RTH alami yang berupa habitat liar alami, kawasan lindung dan tamantaman nasional, maupun RTH non-alami atau binaan yang seperti taman, lapangan olah raga, dan kebun bunga. Fungsi penting RTH secara ekologis, RTH dapat
39
meningkatkan kualitas air tanah, mencegah banjir, mengurangi polusi udara, dan enurunkan suhu kota tropis yang panas terik. Bentuk-bentuk RTH perkotaan yang berfungsi ekologis antara lain seperti sabuk hijau kota, taman hutan kota, taman botani, jalur sempadan sungai dan lainlain. Secara sosial-budaya keberadaan RTH dapat memberikan fungsi sebagai ruang interaksi sosial, sarana rekreasi, dan sebagai tetenger (landmark) kota yang berbudaya. d. Peranan Dan Jenis Vegetasi/Tanaman Yang Tumbuh Pada Daerah Aliran Sungai Vegetasi memiliki peranan penting karena dapat mengurangi peranan hujan dalam proses terjadinya erosi. Menurut Harsono (1995), bahwa proses terjadinya erosi oleh hujan yakni, Pelepasan butiran tanah oleh hujan, dan Transportasi oleh hujan. Teknik konservasi tanah dan air dapat dilakukan secara vegetatif dalam bentuk pengelolaan tanaman berupa pohon atau semak, baik tanaman tahunan maupun tanaman setahun dan rumput-rumputan. Teknologi ini sering dipadukan dengan tindakan konservasi tanah dan air secara pengelolaan, (Sinukaban, 2003). Tanaman yang berfungsi sebagai pengaman sungai/pantai yaitu : 1) Mangrove 2) Avicinnea 3) Bruguiera 4) Nipah Sedangkan tanaman yang berfungsi untuk pelestarian air tanah yaitu : 1) Casuarina equisetifolia (cemara laut) 2) Ficus elastica (fikus) 3) Hevea brasiliensis (karet)
40
4) Garcinia mangostana (manggis) 5) Lagerstroemia speciosa (bungur) 6) Fragraea fragrans (tembesu) 7) Cocos nucifera (kelapa) Teknologi vegetatif (penghutanan) sering dipilih karena selain dapat menurunkan erosi dan sedimentasi di sungai-sungai juga memiliki nilai ekonomi (tanaman produktif) serta dapat memulihkan tata air suatu DAS (Hamilton, et.al., 1997).(Sumber:wordpress.com/teknologi-pengendalian-banjir/tanaman-penutup-tanah/). B. Studi Banding/Preseden 1. Wisata Pemancingan Tepian Sungai Mahakam, Kota Samarinda
Gambar.II.5 Pemnacingan tepian sungai Mahakam kota Samarinda (Sumber: https://pesutmahakam.wordpress.com/2010/12/27/tempatwisata-kota-samarinda/ diakses pada tanggal 29 Mei 2016).
Sungai mahakam merupakan alur sungai yang mengitari sebagian besar wilayah kabupaten Kutai Kartanegara, kabupaten Kutai Barat, dan kota Samarinda. Aktifitas Sosial Budaya masyarakat Samarinda dapat kita saksikan, seperti pemanfaatan sungai sebagai sarana transportasi untuk angkutan penumpang dan barang, serta hasil bumi yang diperdagangkan antar pulau dan diekspor ke manca negara melalui pelabuhan Samarinda. Pemanfaatan sungai untuk mendukung kehidupan sosial sehari-hari sebagai nelayan, pedagang, ibu rumah tangga, pembuat kapal tradisional, dan lain-lain. Bila malam hari dapat 41
pula disaksikan dan dinikmati jagung bakar, dan beberapa warung makan lainnya di sepanjang bantaran tepian mahakam ini. Kawasan tepian Mahakam selain menjadi obyek wisata air, juga diusulkan Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak sebagai wadah mendukung komitmen nasional mengurangi emisi gas karbon 26 persen hingga 2020, yakni area tersebut bebas dari kendaraan bermotor. 2. Wisata Tepian Sungai Kahayan Kalimantan Tengah
Gambar.II.6 Wisata tepian Sungai Kahayan Kalimantan tengah (Sumber:http://tekno.kompas.com/read/2010/08/19/07532933/daya.tarik.tepi. sungai.kahaya diakses pada tanggal 29 Mei 2016).
Kalimantan Tengah merupakan salah satu propinsi yang memiliki banyak sungai. Salah satu sungai terpanjang yang ada di Kalimantan Tengah adalah Sungai Kahayan. Sungai ini hingga kini masih berfungsi sebagai jalur transportasi antar kota maupun daerah yang belum terjangkau melalui jalur jalan darat (Tingkes, 1998). Sungai Kahayan memiliki banyak daya tarik, selain menjadi destinasi wisata susur sungai Kahayan dengan panjang 250 Km adalah juga merupakan pusat kehidupan penduduk lokal. Terdapat rumah terapung atau rumah yang
42
berdiri kokoh di tepian sungai Kahayan, destinasi wisata air dan kuliner yang merupakan ikon khas kota Palangkaraya. Selain sungai yang menjadi obyek wisata andalan, juga terdapat obyek jembatan yang melintas diatas sungai Kahayan, jembatan yang terletak di kota Palangkaraya ini dibangun sejak tahun 2001 yang memiliki panjang 640 meter dan di banhun dengan konstruksi baja Australia. Bangunannya yang kokoh dengan pemandangan sungai Kahayan menjadi obyek foto menarik bagi orang-orang yang menggemari fotografi.
Gambar.II.7 Jembatan Sungai Kahayan (Sumber: Google/ diakses pada tanggal 29 Mei 2016)
Gambar.II.8 Jembatan Sungai Kahayan (Sumber: Google/ diakses pada tanggal 29 Mei 2016)
43
Lengkungan busur yang berwarna kemerahan pada bagian atas yang terdapat pada jembatan ini merupakan ciri khas jembatan ini
yang
menghubungkan beberapa kabupaten di Kalimantan Tengah. Selain jembatan, juga terdapat wisata perahu untuk susur sungai Kahayan yang biaya penyewaan kapal berfariatif tergantung kebutuhan paket wisata yang di inginkan. 3. Wisata Kuliner Tepian Sungai Martapura Banjarmasin
Gambar.II.9 Wisata Kuliner Tepian Sungai Martapura Banjarmasin. (Sumber: https://hasanzainuddin.wordpress.com/2014/06/27/wisata-kulinertepian-sungai-martapura-banjarmasin/ diakses pada tanggal 29 Mei 2016)
Jumlah sungai kecil yang membelah Kota Banjarmasin tercatat 104 sungai dan sebanyak 74 sungai masih berfungsi baik yang bisa dijadikan objek wisata. Suasana lokasi sentra kuliner Mandiri yang dibangun Pemerintah Kota (Pemkot) Banjarmasin melalui Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) setempat itu agaknya cocok bagi mereka yang ingin ngobrol lama. Di bawah puluhan tenda-tenda warna warni tepian sungai dan dinaungi pepohonan yang rindang lokasi yang dulunya merupakan kawasan pasar burung tersebut merupakan ideal bagi wisatawan yang ingin berlama-lama menikmati semilirnya angin dan gemericik suara riak air sungai Martapura yang berhulu ke Pegunungan Meratus tersebut. Apalagi lokasi itu dijual aneka makanan dan kue-kue tradisional 44
sehingga bisa memanjakan selera makan pagi, makan siang , serta makan malam, atau sekedar mencicipi kue kecil atau aneka kue lainnya seraya menghirup panasnya kopi atau teh. Sejauh mata memandang terlihat aneka pemandangan tepian sungai yang sudah dimodifikasi menjadi Water Front City (kota bantaran sungai) yang dibangun Pemkot Banjarmasin. Lokasi sentra kuliner tepian Sungai Martapura yang juga juga dikenal sebagai jalur Jalan Pos sepanjang sekitar 300 meter menghubungkan Jalan Hasanudin HM dengan jalan Sudirman dekat Jembatan Merdeka. Menurut wali kota keberadaan sentra kuliner ini akan memperkuat posisi Kota Banjarmasin sebagai kota wisata seperti laksa, ketupat kandangan, nasi kuning, lupis, lontong, dan penganan 41 macam. Untuk mendukung kota ini sebagai objek wisata air, maka pihak Dinas Bina Marga mengarahkan berbagai pembangunan jalan dan jembatan yang dikelolanya mendukung wisata air. Banjarmasin membuat jembatan yang ada di kota ini dengan bentuk melengkung, yang artinya jembatan dibangun tidak bakal mematikan keberadaan sungai, dengan bentuk yang demikian maka sungai akan tetap bisa dilalui perahu khususnya perahu wisata. 4. Sungai Thames Osford Inggris
Gambar.II.10 Sungai Thames Di Oxford Inggris (Sumber: Google/ diakses pada tanggal 29 Mei 2016) 45
Sungai Thames mengalir sepanjang 346 km. Antara Gloucestershire London. Sepanjang alur sungai tersebut Oxford salah satu kota yang dialirinya. Di inggris, pinggiran sungai bisa menjadi objek wisata, tempat rileksasi, tempat berolah raga, tempat bercengkerama bersama teman dan keluarga. Terlebih apabila pinggiran sungai tersebut memiliki panorama alam yang elok juga didukung semesta bangunan nan indah seperti di penggiran sungai Thames di kota Oxford ini. Seperti halnya tempat wisata lainnya di inggris, di sini terdapat cafe dan restoran. Tabel II.4 Analisis Hasil Studi Banding/Preseden Studi Kasus Studi Preseden Wisata Tepian Sungai Kahayan Kalimantan, Tengah
Wisata Kuliner Tepian Sungai Martapura Banjarmasin
Tata Guna Lahan
Pemanfaatan sungai sebagai sarana transportasi untuk angkutan penumpang dan barang
Sebagai area publik yang menjadi tempat bersantai
Sungai menjadi wadah aktivitas utama masyarakat zaman dahulu hingga sekarang, utamanya dalam bidang perdagangan dan transportasi
Tempat rileksasi, tempat berolah raga
Tata Massa Bangunan
Kawasan mempunyai taman, jembatan dan mesjid tua terbesar kedua di Asia Tenggara
Kawasan pesisir di huni oleh pemukiman penduduk suku dayak
Kawasan mempunyai pasar terapung, masjid Raya Sabilah Muhtadin, makam, museum, dan dermaga
Bentuk dan massa bangunan pola tata guna lahan
Sirkulasi dan Parkir
Memiliki jalur yang baik untuk masuk di kawasan
Memiliki jalur yang baik untuk masuk di kawasan
Memiliki jalur yang baik untuk masuk di kawasan
Memiliki jalur yang baik untuk masuk di kawasan
Hamid Shirvani
Pemancingan Tepian Sungai Mahakam, Kota Samarinda
Sungai Thames Osford Inggris
Tanggapan Rancangan Wisata Tepian Barombong
Merupakan kawasan sempadan sungai di kota Makassar
Permukiman yang padat pada bantaran sungai
Belum di tata sedemikan mungkin
46
Ruang Terbuka
Lahan yang luas berupa Taman
Cukup luas berupa pemukiman
Tepian sungai yang sudah dimodifikasi menjadi Water Front City (kota bantaran sungai)
Lahan yang luas berupa Taman dan tempat bersantai
Bisa di bagi-bagi di tiap kawasan dengan batas jalan sekitar sungai
-
Jalur Pejalan Kaki
Dengan menggukan pola liner dan material Paping blok
Menggukan pola lengkung dan material pedestrian dengan warna yang menarik
Menggukan pola lengkung dan material paping blok
Menggunakan pola liner yang sangat tertata dan rapi, serta material pedestrian yang baik berupa pengerasan dan rumput-rumput
Pendukung Aktifitas
Spot pemancingan, dan warung makan
Terdapat tempat penyewaan perahu untuk wisata susur sungai
Terdapat berbagai jenis wisata selain wisata kuliner juga terdapat wisata budaya khas banjarmasin
Hanya terdapat Café dan restoran saja
-
Penanda
Hanya papan nama wisata
Di setiap perkawasan
Di setiap perkawasan
Di setiap perkawasan
Minim akan penanda jalan
Prevervasi
-
-
-
-
-
(Sumber: Olah Data Penulis, 2016)
47
BAB III TINJAUAN KHUSUS KAWASAN WISATA TEPIAN JEMBATAN BAROMBONG A. Tinjauan Umum Kelurahan Barombong 1. Letak Geografis Kelurahan Barombong secara administratif terletak di wilayah Kecamatan Tamalate dengan posisi geografis terletak di S 05°12’33,3” dan E 119° 23’15,1”. Dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : -
Sebelah utara : Kelurahan Tanjung Merdeka
-
Sebelah timur : Kelurahan Tangngalla Kec. Barombong
-
Sebelah selatan: Desa Aeng Kec. Galesong Utara
-
Sebelah barat : Selat Makassar
Gambar.III.1 Peta indeks Kecamatan Tamalate
(Sumber: Profil Kecamatan Tamalate Tahun 2016)
48
Kecamatan Tamalate terdiri dari 10 kelurahan dengan luas wilayah 20,21 km. Dari luas wilayah tersebut tercatat bahwa kelurahan barombong memiliki wilayah terluas yaitu 7,34 km, terluas kedua adalah kelurahan tanjung merdeka dengan luas wilayah 3,37 km, sedangkan yang paling kecil luas wilayahnya adalah kelurahan Bungaya dengan luas wilayah hanya 0.29 km. (Tabel.III.1) Tabel. III.1 Luas Dan Ketinggian Dari Permukaan Laut Menurut Kelurahan Di Kecamatan Tamalate Tahun 2015. Ketinggian Dari Permukaan Luas Laut (M) Desa Kelurahan /Km < 500
500 > 700
(2)
(3)
(4)
(5)
01. Barombong
7,34
√
−
−
02. Tanjung Merdeka
3,37
√
−
−
03. Maccini Sombala
2,04
√
−
−
04. Balang Baru
1,18
√
−
−
05. Jongaya
0,51
√
−
−
06. Bungaya
0,29
√
−
−
07. Pa’baeng baeng
0,53
√
−
−
08. Mannuruki
1,54
√
−
−
09. Parangtambung
1,38
√
−
−
10. Mangasa
2,03
√
−
−
20,21
10
−
−
(1)
Kecamatan
> 700
(Sumber: Kantor Camat Tamalate, 2016)
49
Gambar.III.2 Peta Wilayah Kelurahan Barombong (Sumber: Kantor Lurah Barombong Tahun 2016)
Jumlah penduduk Kelurahan Barombong sebanyak 12,014 Jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 5,932 orang dan perempuan sebanyak 6,082 jiwa. Dimana status kependudukan masyarakat adalah penduduk asli. Sarana dan prasarana pemerintahan Kelurahan Barombong yaitu, kantor kelurahan sebanyak 1 buah, puskesmas dan sekolah masing-masing 1 buah. Sarana dan prasarana transportasi darat di Kelurahan Barombong terdiri dari jalan aspal, beton, jembatan kayu, besi dan beton. Sedangkan transportasi laut sangat minim (tidak ada pelabuhan dan kapal antar pulau). Dari segi penggunaan lahan (Land Use), luas wilayah Kelurahan Barombong yaitu 748,09 Ha/m² yang di bedakan atas : Tabel. III.2 Penggunahan Lahan Di Kelurahan Barombong Penggunaan Lahan M²
Luas (Ha)
Permukiman
38,48
Persawahan
4,50
Pekuburan
12
Pekarangan
18,85
Perkantoran
5,50
(Sumber: Kantor Lurah Barombong, 2016) 50
B. Tinjauan Khusus Sungai Jeneberang Pada kelurahan Barombong terdapat sungai Jeneberang yang berasal dan mengalir dari bagian timur Gunung Bawakaraeng dan Gunung Lompobattang (Kabupaten Gowa) yang kemudian menuju hilirnya di selat makassar (Kota Makassar). 1. Keadaan Geografis Daerah Pengaliran Sungai (DPS) Jeneberang terletak pada koordinat antara 05o 10' 00" -05o 26' 00" Lintang Selatan dan 119o 23' 50"-119o 56' 10" Bujur Timur dengan panjang sungai utamanya 78,75 km. Hilir sungai jeneberang merupakan outlet atau saluran pembuangan alami yang menuju laut (Selat Makassar).
Gambar.III.3 Peta Rencana Kawasan Strategis Sungai Jeneberang Terpadu Kota Makassar 2010-2030 (Sumber: RTRW Kota Makassar Tahun 2010-2030)
51
Kawasan strategis sungai Jeneberang terpadu merupakan kawasan strategis kepentingan lingkungan yang diarahkan dan diperuntukkan pada pengembangan dan perlindungan Daerah Aliran Sungai (DAS). Eksistensi Sungai Jene’berang sebagai media penyimpanan air baku potensial. Dan juga sebagai konektivitas media transisi moda transportasi antara darat dan laut. (Sumber: RTRW Kota Makassar Tahun 2010-2030).
2. Keadaan Topografi Daerah pengaliran sungai (DPS) Jeneberang mempunyai ketinggian antara +0 m sampai dengan +2.876 m dari permukaan air laut dengan bentuk wilayah datar, bergelombang, sampai berbukit. Sungai Jeneberang mempunyai daerah tangkapan air seluas 727 km2 yang dimulai dari gunung Lompobattang (elevasi 2.876 m), dengan panjang sungai utamanya adalah 78,75 km. Area dataran rendahnya tersebar pada daerah hilir (Kota Makassar) sampai pada kawasan Sungguminasa (Kabupaten Gowa). 3. Keadaan Geologi Kondisi geologi pada daerah pengaliran sungai (DPS) Jeneberang yaitu di dominasi oleh endapan Kwarter (Endapan Aluvial) dan endapat bebatuan yang terdiri dari bebatuan dan pasir dan bebatuan Vulkanis. 4. Keadaan Hidrologi Suhu dan curah hujan memberikan pengaruh penting terhadap suatu wilayah, khususnya pada wilayah-wilayah ekuatorial seperti Indonesia. Dalam sebuah Daerah Aliran Sungai (DAS), keberadaan suhu dan curah hujan dapat digunakan sebagai parameter perubahan luasnya penggunaan tanah selain faktor aktivitas manusia. Pada Daerah Aliran Sungai (DAS) Jeneberang, suhu dan curah hujan di wakili oleh stasiun suhu dan curah hujan Kota Makassar dimana variasi suhu dan curah hujan-nya tidak terlalu mencolok perbedaannya. Suhu tertinggi
52
berada pada bulan Oktober yaitu sebesar 27.4°C. Sedangkan suhu terendah berada pada bulan Desember, Januari, dan Februari yaitu sebesar 25.9 °C. Tabel III.3 Suhu dan Curah Hujan Rata-Rata Di Kota Makassar (Ujung Pandang) Sulawesi Selatan.
Gambar.III.4 Tabel Suhu Dan Curah Hujan Kota Makassar (Sumber: Word Climate)
Curah hujan tertinggi berada pada bulan Januari yaitu sebesar 670 mm dan terendah pada bulan Agustus yaitu sebesar 35.3 mm. Kebervariasian ini sangat mencolok dikarenakan letak Kota Makassar yang hanya 0- 3 meter dari permukaan laut serta adanya pengaruh arah angin dari pantai baratnya. Sehingga keberadaanya mempengaruhi hilir dari Daerah Aliran Sungai (DAS) Jeneberang. Orientasi matahari di kawasana tepian sungai Jeneberang berdasarkan pembagian waktu pagi, siang dan malam antara lain: -
Pada pukul 06:00 s/d 12:00
Matahari terbit dari balik jajaran pegunungan Bawakaraeng dengan suhu udara yang sejuk -
Pada pukul 12:00 s/d 18:00
53
Matahari tepat berada di tengah-tengah kawasan jembatan Barombong dan sungai Jeneberang yang langsung mengarah ke tapak -
Pada pukul 18:00 s/d 23:00
Matahari terbenam di balik Pulau Barrang Lompo selat Makassar Dengan analisa orientasi matahari pada tapak, maka perlu tanaman peneduh pada kawasan tersebut bisa menjadi solusi alternatif untuk mengurangi intensitas cahaya matahari pada siang hari langsung mengarah ke tapak. 5. Orientasi Matahari Pada Daerah Aliran Sungai (DAS) Jeneberang, suhu dan curah hujan di wakili oleh stasiun suhu dan curah hujan Kota Makassar dimana variasi suhu dan curah hujan-nya tidak terlalu mencolok perbedaannya. Suhu tertinggi berada pada bulan Oktober yaitu sebesar 27.4°C. Sedangkan suhu terendah berada pada bulan Desember, Januari, dan Februari yaitu sebesar 25.9 °C. Setiap daerah yang beriklim tropis, arah lintasan matahari hampir selalu berada diatas kepala dengan arah terbit dan terbenam dari timur ke barat. Pada kawasan sungai Jeneberang mendapatkan sinar matahari pagi, siang, sore yang penuh. Pembayangan yang disebabkan oleh pepohonan disekitar tapak hanya membayangi sedikit saja dikarenakan kondisi tapak sekarang yang tandus dan minim akan penghijauan. Curah hujan tertinggi berada pada bulan Januari yaitu sebesar 670 mm dan terendah pada bulan Agustus yaitu sebesar 35.3 mm. Kebervariasian ini sangat mencolok dikarenakan letak Kota Makassar yang hanya 0- 3 meter dari permukaan laut serta adanya pengaruh arah angin dari pantai baratnya. Sehingga keberadaanya mempengaruhi hilir dari Daerah Aliran Sungai (DAS) Jeneberang. (Sumber: http://ccdp-ifad.pmppu.kp3k.kkp.go.id/index.php/profil-desa-makassar/ diakses pada tanggal 20 Agustus 2016).
54
12:00 0
06:00 0
18:30 0
Gambar.III.4 Hasil Analisis Orientasi Matahari (Sumber: Olah Data Penulis, 2016)
6. Kebisingan Pada Tapak Kebisingan
(Noise)
merupakan
salah
satu
faktor
yang
perlu
dipertimbangkan dalam konsep desain, guna untuk menciptakan suasana yang nyaman dan tidak mengganggu aktivitas yang berlangsung pada tapak. Identifikasi kebisingan pada tapak dibedakan atas waktu, yaitu: -
Pada pukul 06:00 s/d 12:00 Sumber kebisingan berasal dari kendaraan yang melintasi jembatan Barombong dari arah Makassar ke arah Galesong/Takalar ataupun sebaliknya.
-
Pada pukul 12:00 s/d 18:00 Selain kendaraan juga terdapat aktivitas nelayan pada anak sungai Jeneberang, dan biasanya waktu siang dipergunakan untuk memperbaiki kapal namun masih tetap suara bising masih di dominasi oleh kendaraaan yang melintasi jembatan Barombong.
-
Pada pukul 18:00 s/d 23:00
55
Menjelang malam hari kebisingan di dominasi oleh suara ombak yang berada di pantai Barombong (Selat Makassar) dan riuh suarah angin yang bertiup.
Gambar.III.5 Hasil Analisis Kebisingan (Sumber: Olah Data Penulis, 2016)
Berdasarkan hasil pengamatan pada tapak, suara bising lebih didominasi oleh suara kendaraan yang melintasi jembatan Barombong.
Gambar.III.6 Kendaraan Yang Melintas di Jembatan Barombong (Sumber: Olah Data, 2016) 56
7. Keadaan Klimatologi (Iklim) Secara keseluruhan berada dibawah iklim tropis yang menunjukkan temperatur udara yang sangat tinggi dengan variasi yang kecil sepanjang satu tahun dan perbedaan yang sangat kecil pula antara musim kemarau dan musim hujan dalam satu tahun. 8. Keadaan Sosial Sebagian besar penduduk berusaha di bidang pertanian dalam arti luas. Usaha-usaha yang biasa dilakukan meliputi bidang-bidang pertanian pangan, perkebunan dan peternakan. Kegiatan pertanian pangan pada umumnya mempunyai produksi yang rendah, sebab umumnya lahan yang dimiliki petani termasuk lahan dengan kemiringan curam dan dilakukan penanaman tanaman hortikultura (sayur-sayuran dan buah-buahan), tanpa memperhatikan kaidahkaidah konservasi. Komoditas perkebunan yang diusahakan adalah jenis tanaman kopi, vanili, coklat, avokad, cengkeh, dan rambutan. Penduduk setempat juga menjual hasil tangkapan ikan yang diperoleh dari para nelayan yang datang dari melaut di perairan Selat Makassar, selain ikan juga terdapat jenis sayur-sayuran berupa Kubis, Kacang Panjang, dan buah Pisang.
Gambar.III.7 Penjual Ikan Dan Sayur di Sekitar Sungai Jeneberang (Sumber: Olah Data Penulis, 2016 57
9. Potensi Sumberdaya Alam Dan Ekosistem Kelurahan Barombong berada di wilayah pesisir utara Kota Makassar, dengan tingkat kepadatan penduduk yang sangat tinggi.
Hampir semua
wilayah daratan dihuni penduduk dengan permukiman yang padat, bahkan sampai dipesisir pantai, ada penduduk yang mendirikan rumah panggung. Potensi sumber daya alam berupa mangrove tidak ditemukan lagi, begitu pula dengan terumbu karang. Namun sebagian besar penduduk berusaha di bidang pertanian. usahausaha yang biasa dilakukan meliputi bidang-bidang pertanian pangan dan sebagian masyarakat berprofesi sbagai nelayan. (Sumber: Kelurahan Barombong Tahun 2016).
C. Kondisi Eksisting Lokasi Daerah Pengaliran Sungai Jeneberang yang melewati Kecamatan Tamalate kota Makassar mempunyai ketinggian antara +0 m sampai dengan +2,876 m dari permukaan air laut dengan bentuk wilayah datar, bergelombang, sampai berbukit. Panjang sungai utamanya adalah 78,75 km. Area dataran rendahnya tersebar pada daerah hilir (Kota Makassar) sampai pada kawasan Sungguminasa (Kabupaten Gowa). 1. Batas Tapak
Gambar.III,8 Batas Tapak (Sumber: Olah Data Penulis, 2016 58
Sebelah Utara
:Berbatasan Dengan Perumahan
Sebelah Timur
:Berbatasan Dengan Kelurahan Tanjung Merdeka
Sebelah Selatan
:Berbatasan Dengan Pemukiman Penduduk
Sebelah Barat
:Selat Makassar
2. Orientasi angin Angin merupakan salah satu parameter menilai dan menaksirkan kondisi yang akan terjadi di sekitar perairan. Data BMKG Wilayah Regional IV Sulawesi Selatan mencatat data angin rata-rata tidak terlalu berbeda dari tahun ke tahun sebelumnya antara kisaran 3-5 m/s. Kecepatan rata-rata angin di kawasan pantai Barombong banyak dipengaruhi oleh kondisi perairan Kota Makassar seperti halnya wilayah kota Makassar lainnya. (Sumber : BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika ) Regional IV Sulawesi Selatan tahun 2010).
Kawasan sungai Jeneberang menerima tiupan angin dari arah selat Makassar pada siang hari karena adanya proses atau mekanisme angin darat dan angin laut dimana angin yang bertiup dari arah laut kearah darat umumnya terjadi pada siang hari dari pukul 09:00 sampai dengan pukul 16:00 karena di daerah pesisir pantai, air laut yang terkena paparan sinar matahari mempunyai kapasitas panas lebih besar daripada daratan pada siang hari.
Gambar.III.9 Perkiraan Orientasi Angin (Sumber: Olah Data Penulis, 2016) 59
Angin laut terjadi pada siang hari diawali dari daratan yang lebih cepat menyerap panas pada siang hari dibandingkan lautan, sehingga suhu di daratan lebih tinggi dibandingkan di laut. Karena suhu di darat tinggi berarti tekanan udara di darat rendah sedangkan suhu di laut rendah berarti tekanan di laut tinggi.
Gambar.III.10 Perkiraan Orientasi Angin (Sumber: Olah Data Penulis, 2016)
Sedangkan angin darat terjadi pada malam hari karena ketika itu daratan cepat melepas panas dibanding lautan sehingga suhu di darat lebih dingin dibanding lautan. Karena suhu di darat dingin maka suhu di atas lautan relatif masih hangat oleh sebab itu tekanan di atas daratan menjadi tinggi sedangkan di lautan rendah. Udara di atas lautan yang bersifat panas akan naik ke atas sehingga menimbulkan kekosongan udara. 3. Kekuatan Arus Sungai Jeneberang Arus yang ada di sekitar pantai antara lain arus pasang surut (tidal current), arus tolak pantai dan arus susur pantai. Arus susur pantai (longshore current) adalah muka gelombang yang masuk membentuk sudut miring terhadap garis pantai yang airnya dangkal, akan menimbulkan arus menyusuri pantai searah muka gelombang. Dalam perambatan ombak ke tepi pantai, tinggi ombak semakin bertambah besar sedangkan panjang gelombangnya semakin berkurang.
60
Apabila butiran air di puncak ombak terlampau cepat dibandingkan badan ombak itu sendiri, maka bentuknya menjadi tidak semetris dan akhirnya ombak tersebut pecah. Ombak yang pecah membentuk arus susur pantai. Pada saat ombak pecah sebagian besar energi dilepas dalam bentuk kehilangan tenaga akibat adanya turbulensi, pusaran air dan tumbuhan antara partikel air sehingga pada saat itu kemampuan umbak untuk melakukan erosi sangat besar. Sistem arus utama di Selat Makasar mengikuti pola musim Barat dan musim Timur, pada musim Barat angin bertiup dari arah Barat Laut ke Tenggara yang membangkitkan arus permukaan dari arah Barat ke Timur yang dikenal dengan arus musim Barat. Sebaliknya pada musim Timur angin bertiup dari arah Tenggara menuju Barat Laut yang membangkitkan arus permukaan dengan arah dari Timur ke Barat. Rata-rata berada di kisaran antara0,1-0,001 m/s, hal ini dapat disimpulkan kecepatan arus perairan Kota Makassar terutama wilayah pantai Barombong dan sungai Jeneberang sangat kecil. (Sumber: www.Scribd.com/ diakses pada tanggal 1 September 2016).
Gambar.III.11 Tepian Sungai Jeneberang (Sumber: Olah Data Penulis, 2016)
61
Pasang tertinggi
Gambar.III.12 Batas Air Pasang Sungai Jeneberang (Sumber: Olah Data Penulis, 2016)
4. Vegetasi Kondisi vegetasi pada tepian sungai Jeneberang sangatlah
minim
dikarenakan kurangnya perhatian dari pihak masyarakat dan pemerintah setempat untuk mengadakan penghijauan pada area tepian sungai Jeneberang, padahal penataan Ruang Terbuka Hijau (RTH) untuk daerah aliran sungai sangatlah penting guna untuk mencegah erosi dan bencana banjir.
Gambar.III.13 Kondisi Vegetasi Tepian Sungai Jeneberang (Sumber: Olah Data Penulis, 2016)
62
Dari hasil survey lapangan dapat dilihat bagian tepian sungai Jeneberang yang banyak ditumbuhi rerumputan liar dan sedikit pohon Trembesi.
Gambar.III.14 Kondisi Vegetasi Tepian Sungai Jeneberang (Sumber: Olah Data Penulis, 2016)
Tepian sungai Jeneberang terdapat banyak lahan kosong yang dibiarkan begitu saja tanpa adanya upaya pemanfaatan lahan. Salah satunya dapat dilihat dari sisi Utara sungai Jeneberang terdapat lahan kosong yang cukup luas
Gambar.III.15 Lahan Kosong di Bagian Utara Sungai Jeneberang (Sumber: Olah Data Penulis, 2016) 63
Disisi lain, yakni di bagian Selatan tepian sungai Jeneberang terdapat lahan kosong bekas tanaman padi dimana kondisinya dibiarkan begitu saja usai penanaman.
Gambar.III.16 Lahan Kosong di Bagian Selatan Sungai Jeneberang (Sumber: Olah Data Penulis, 2016)
Kondisi tepian yang kebanyakan ditumbuhi rumput liar dan semak maka kerap dijadikan tempat untuk membuang sampah oleh masyarakat yang tinggal sekitar sungai Jeneberang (Gambar. III.18). Terdapat beberapa sisi tepian sungai Jeneberang di bagian Utara dan Selatan yang dijadikan tempat untuk membuang sampah oleh masyarakat setempat, dikarenakan tidak tersedianya fasilitas tempat sampah.
64
Gambar.III.17 Tumpukan Sampah di Tepian Sungai Jeneberang (Sumber: Olah Data Penulis, 2016)
5. Kondisi Pedistrian Terdapat jalur utama menuju lokasi tepian sungai Jeneberang yaitu tepat berada disisi kiri dan kanan jembatan Barombong, jalur ini juga menghubungkan ke kelurahan Tanjung Merdeka, namun kondisi jalan yang masih sempit yang hanya bisa dilalui oleh kendaraan roda dua (Motor) dikarenakan keterbatasan lahan pada tapak.
65
Pedistrian menuju Kelurahan Tanjung Merdeka
Akses jalan masuk
Akses jalan masuk
Gambar.III.18 Jalan Masuk Utama (Sumber: Olah Data Penulis, 2016)
Jalan yang terdapat di tepian sungai Jeneberang berupa pengerasan paving blok
Gambar.III.19 Kondisi Pedistrian Jalan Masuk (Sumber: Olah Data Penulis, 2016)
66
Pengerasan paving blok pada tepian sungai Jeneberang terdapat di jalur menuju ke Kelurahan Tanjung Merdeka. 6. Fasilitas Umum Kawasan Dalam suatu kawasan wisata atau kunjungan wisata, fasilitas umum merupakan penunjang kawasan yang sangat penting guna untuk mendukung kebutuhan pengunjung dan juga merupakan daya tarik untuk berkunjung, karenanya fasilitas umum perlu untuk dipertimbangkan. Dalam tahap survey lokasi, tepian Sungai jeneberang masih sangat minim dan bahkan tidak ada fasilitas di sekitar lokasi, padahal tepian sungai ini banyak dikunjungi untuk melakukan aktivitas memancing.
Gambar.III.20 Gubuk Buatan Masyarakat Setempat (Sumber: Olah Data Penulis, 2016)
Terlihat pada bagian sisi Utara tepian sungai Jeneberang terdapat gubuk alternatif buatan masyarakat setempat yang di buat untuk tempat berteduh dari panas dan hujan ketika sedang memancing di aliran sungai Jeneberang. Selain daripada itu, fasilitas umum yang terdapat dalam kawasan kelurahan Barombong berupa peribadatan, banking, pendidikan, urusan pemerintahan, dan fasilitas kesehatan (Gambar.III. 20).
67
Atm Mesjid
Kantor Lurah Barombong Pendidikan BP2IP
Puskesmas
Gambar.III.21 Fasilitas Umum Kawasan Kelurahan Barombong (Sumber: Olah Data Penulis, 2016)
Fasilitas umum di sekitar kawasan Kelurahan Barombong antara lain: -
Mesjid - Pendidikan BP2IP Barombong
-
Atm
- Kantor Kelurahan
- Puskesmas
68
D. Potensi Tapak Sungai Jeneberang dengan panjang sungai utamanya yaitu 78 Km dengan terdapat lahan kosong di sisi kiri kanan sungai. Adapun potensi lahan untuk tepian sungai Jeneberang adalah sebagai berikut: -
Potensi tepian bisa digunakan untuk kegiatan olahraga ringan (Jooging)
-
Potensi tepian bisa digunakan untuk pemancingan
-
Potensi tepian bisa digunakan untuk kegiatan kuliner
-
Potensi tepian bisa digunakan untuk tempat nongkrong atau bersantai
Lahan kosong sebagai tempat pemancingan ikan Lahan kosong sebagai tempat pemancingan ikan
Tepian yang di fungsikan para nelayan sebagai armada kapal nelayan
Lahan kosong
Tepian yang di tumbuhi semak
Gambar.III.22 Kondisi Lahan Tepian Sungai Jeneberang (Sumber: Olah Data Penulis, 2016)
69
Pada tepian sungai Jeneberang masih banyak terlihat lahan yang kosong, lahan kosong pada tepian sungai Jeneberang dapat difungsikan agar tidak terlihat kumuh dan tidak dijadikan sebagai tempat pembuangan sampah.
Akses Masuk Menuju Lokasi
Gambar.III.23 Kondisi Lahan Tepian Sungai Jeneberang (Sumber: Olah Data Penulis, 2016)
Gambar.III.24 Kondisi Lahan Tepian Sungai Jeneberang (Sumber: Olah Data Penulis, 2016) 70
Kondisi lahan berupa lahan kosong yang ditumbuhi rerumputan dan semak di sisi depan jembatan Barombong yang tidak difungsikan dan hanya menjadi tempat untuk membuang sampah oleh para warga sehingga kondisi lahan tidak terawat dan kotor. 1. Aktivitas Tepian Sungai Jeneberang Aktivitas masyarakat di tepian sungai Jeneberang saat ini masih terlihat dengan adanya aktivitas nelayan dan para pemancing ikan yang datang utnuk sekedar memancing. Jumlah orang yang memancing tiap harinya mencapai 20 orang. Para pengunjung yang datang secara berkelompok maupun perseorangan untuk memancing ikan. (Sumber: Olah Data Penulis, 2016).
Gambar.III.25 Pengunjung Yang Datang Memancing Ikan (Sumber: Olah Data Penulis, 2016)
2. Aksebilitas Untuk menuju lokasi tepian sungai Jeneberang dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua (Sepeda Motor) dan Mobil.
Gambar.III.26 Jalan Masuk Menuju Tepian Sungai Jeneberang (Sumber: Olah Data Penulis, 2016)
71
3. Keamanan Berdasarkan hasil wawancara penduduk sekitar lokasi tepian sungai Jeneberang pada tanggal 15 Juni 2016, untuk segi keamanan lokasi tepian sudah cukup aman karena terdapat pos-pos jaga atau pos keamanan yang dibentuk oleh kelurahan Barombong guna mencegah tindak kriminal disekitar lokasi tepian sungai Jeneberang. E. Kegiatan Pada Tapak Sesuai dengan peruntukan lahan dalam RTRW Kota Makassar sungai terpadu Jeneberang di tetapkan sebagai kawasan strategis, yakni pengarahan pada pengembangn pariwisata serta pengembangan tepian sungai menjadi kawasan yang mampu berproduksi secara ekonomi diantaranya : -
Bersantai (Relaksasi)
-
Kuliner dan Cafe
-
Pemancingan ikan, dan
-
Kegiatan olahraga ringan (Jogging)
F. Aktivitas Pelaku Kegiatan Berdasarkan jenis kegiatan, pengunjung yang datang untuk kegiatan pemancingan ikan, kegiatan kuliner, kegiatan jogging, serta sekedar bersantai di sekitar Kecamatan Tamalate yakni :
Gambar.III.27 Pemancingan Telaga Barombong (Sumber: Olah Data Penulis, 2016) 72
1. Kuliner Dan Pemancingan Ikan Telaga Barombong Pemancingan Telaga Barombong yang terletak di Jl. A Mappainga Barombong kota Makassar merupakan tempat rekreasi keluarga dimana tempat wisata tersebut menawarkan kegiatan kuliner bakar ikan dan pemancingan ikan (Resto And Fishing) buka seitap hari mulai pukul 08:00 s/d 20:00. Pemancingan Telaga Barombong mempunyai luas kawasan seluas 1.5 Ha, dengan
jumlah
pengunjung tiap harinya mencapai 70 orang yang terdiri dari kalangan orang dewasa, remaja serta anak-anak. Dalam kawasan tersebut berbagai macam fasilitas seperti, area kumpul keluarga berupa gasebo, playground, mushollah, toilet dll. Di asumsikan jumlah peminat kegiatan kuliner dan pemancingan ikan untuk 10 tahun kedepan meningkat 50% pengunjung. (Sumber: Olah Data Penulis, 2016).
Gambar.III.28 Aktivitas Pemancingan Ikan Telaga Barombong (Sumber: Olah Data Penulis, 2016)
2. Bersantai Dan Kegiatan Olahraga (Jogging Track) Untuk kegiatan olahraga Jogging pada Kecamatan Tamalate yaitu terdapat pada sekitar kawasan danau Tanjung Bunga. Aktivitas olahraga tersebut berlangsung pada pagi dan sore hari. Kegiatan olahraga pada kawasan danau
73
Tanjung Bunga tiap harinya berjumlah 50 orang yang terdiri dari kalangan dewasa, remaja serta anak-anak. (Sumber: Olah Data Penulis, 2016).
Gambar.III.29 Aktivitas Jogging Disekitar Danau Tanjung Bunga (Sumber: Olah Data Penulis, 2016)
Aktivitas disekitar Danau Tanjung Bunga tidak hanya berupa olahraga jogging saja, namun lokasi kawasan Danau tersebut juga dijadikan tempat untuk berkumpul sekedar bersantai atau berfoto ditepian Danau.
Gambar.III.30 Aktivitas Bersantai Disekitar Danau Tanjung Bunga (Sumber: Olah Data Penulis, 2016) 74
Dari hasil pengamatan kegiatan yang berlangsung disekitar Kecamatan Tamalate tersebut akan menjadi suatu pertimbangan untuk desain kawasan wisata tepian pada jembatan Barombong untuk mengetahui jumlah pengunjung kegiatan pada tapak. G. Kebutuhan Ruang Berdasarkan jenis kegiatan, pengunjung yang datang ke wisata tepian jembatan Barombong dapat diuraikan pada tabel sebagai berikut: Tabel.III 4 Kebutuhan Ruang Dan Aktivitas Jenis Kegiatan Taman (Relaksasi) Olahraga
Pelaku - Remaja - Dewasa - Anak-anak
Cafe - Remaja
- Dewasa
- Anak-anak Kuliner - Remaja
- Dewasa
- Anak-anak
Aktivitas Berolahraga jogging, Senam, bersantai Berolahraga jogging, Senam, bersantai Berolahraga jogging, Senam, bersantai Memesan minuman & makanan, berbincang, makan, berbelanja, beribadah Memesan minuman & makanan, berbincang,bersosialisai, makan, berebelanja, beribadah Memesan minuman & makanan, berbincang, makan, berbelanja, beribadah Makan & minum, bersantai dengan keluaraga atau teman, berbincang, berbelanja, beribadah Makan & minum, bersantai dengan keluaraga atau teman kerja, berbincang, berbelanja, beribadah Makan & minum, bersantai dengan teman, berbincang, berbelanja, beribadah
Kebutuhan Ruang - Jogging track, taman - Jogging track, taman - Jogging track, taman - Ruang makan & minum
- Ruang makan & minum
- Ruang makan & minum
- Ruang makan & minum
- Ruang makan dan minum
- Ruang makan dan minum
75
Pemancingan Ikan - Remaja
- Dewasa
- Anak-anak
Kantor Pengelola
Pimpinan & Staff
- Kolam pemancingan Memancing ikan, bakar- Gudang alat pancing bakar ikan hasil - Area pemancingan ikan tangkapan, makan ikan, - Area pembakaran ikan beribadah - Area makan ikan - Kolam pemancingan Memancing ikan, bakar- Gudang alat pancing bakar ikan hasil - Area pemancingan ikan tangkapan, makan ikan, - Area pembakaran ikan beribadah - Area makan ikan - Kolam pemancingan Memancing ikan, bakar- Gudang alat pancing bakar ikan hasil - Area pemancingan ikan tangkapan, makan ikan, - Area pembakaran ikan beribadah Area makan ikan Pemeriksaan - Pos Keamanan Parkir kendaraan pribadi - Ruang parkir umum Kegiatan kerja - Ruang Kerja Penerimaan tamu - Ruang Tamu Informasi - Ruang Informasi Makan-minum - Ruang Makan Beribadah - Ruang KM/WC - Ruang service - Ruang Ibadah
(Sumber: Analisis Olah Data, 2016)
Untuk kunjungan wisatawan Mancanegara aktivitas wisata berupa: - Bersantai - Menikmati suasana alam - Berbelanja - Pemotretan
76
H. Besaran Ruang Besaran ruang pada kawasan dapat dihitung pada tabel sebagai berikut: NO
STANDAR RUANG SUMBER (m2) KEGIATAN UTAMA WISATA TEPIAN JEMBATAN BAROMBONG
KEBUTUHAN RUANG
LUAS (m2)
KAPASITAS (Org)
2
RELAKSASI (BERSANTAI & BEROLAHRAGA RINGAN) Taman & Jogging 550(m2) 100(Org) Olah Data Track Toilet 2(m2) 2 (Org) 2(m2) Data Arsitek
3
Parkir
1
LUASAN RUANG (m²)
550(m2) 4(m2)
a.
Mobil Sedan
81(m2)
6(Org)
11.5(m2)
Data Arsitek
931.5(m2)
b.
Sepeda Motor
1.68(m2)
2(Org)
2.25(m2)
Data Arsitek
3.78(m2)
Data Arsitek
1.38(m2)
c.
Sepeda
2
1.36(m )
1(Org)
2
1.02(m )
PEMANCINGAN IKAN 4
Kolam Buatan
5
7
Area Memancing Ruang Penyewaan Alat Pancing Area Pembakaran Ikan
8
Area Makan Ikan
9
Toilet
10
Mushallah
11
Parkir
6
5400(m2)
100(Org)
-
Olah Data
5400(m2)
2(m2)
2(Org)
-
Olah Data
2(m2)
6(m2)
2(Org)
-
Olah Data
6(m2)
100(m2)
100(Org)
-
Olah Data
100(m2)
200(m2)
100(Org)
-
Olah Data
200(m2)
2(m2)
2(Org)
2(m2)
Data Arsitek
4(m2)
100(m2)
100(Org)
1(m2)
Data Arsitek
100(m2)
a.
Mobil Sedan
81(m2)
6(Org)
11.5(m2)
Data Arsitek
931.5(m2)
b.
Sepeda Motor
1.68(m2)
2(Org)
2.25(m2)
Data Arsitek
3.78(m2)
1.02(m )
Data Arsitek
1.38(m2)
c.
Sepeda
2
1.36(m )
1(Org)
2
JAJANAN KULINER 2
12
Stan Penjualan
20(m )
10(Org)
-
Olah Data
20(m2)
13
Ruang Makan, Minum
4(m2)
200(Org)
1.5(m2)
Data Arsitek
6(m2)
14
Cafe
4(m2)
200(Org)
1.5(m2)
Data Arsitek
6(m2)
15
Toilet
2(m2)
2(Org)
2(m2)
Data Arsitek
4(m2)
16
Mushallah
100(m2)
100(Org)
0.96(m2)
Data Arsitek
96(m2)
17
Parkir 576(m2) 931.5(m2)
a.
Bus Pariwisata
24(m )
30(Org)
24(m )
Komponen Perancangan Arsitektur Lansekap
b.
Mobil Sedan
81(m2)
6(Org)
11.5(m2)
Data Arsitek
2
2
77
c.
Sepeda Motor
1.68(m2)
2(Org)
2.25(m2)
Data Arsitek
3.78(m2)
d.
Sepeda
1.36(m2)
1(Org)
1.02(m2)
Data Arsitek
1.38(m2)
0.96(m2)
Data Arsitek
96(m2)
3(m2)
Data Arsitek
12(m2)
-
Olah Data
20(m2)
PENUNJANG 18
Mushallah
100(m2)
100(Org) SERVICE
2
19
Pos Keamanan
4(m )
20
Kantor Pengelola
20(m2)
21
Toilet : a.
b.
2(Org)
Pria -
Wc
2(m2)
1(Org)
2(m2)
Data Arsitek
4(m2)
-
Urinoir
6(m2)
1(Org)
1.1(m2)
Data Arsitek
6.6(m2)
-
Wastafel
2(m2)
1(Org)
2(m2)
Data Arsitek
4(m2)
Wanita -
Wc
3(m2)
1(Org)
2(m2)
Data Arsitek
6(m2)
-
Wastafel
3(m2)
1(Org)
2(m2)
Data Arsitek JUMLAH
6(m2) 10038(m2)
(Sumber: Olah Data Penulis, 2016)
78
I. Unit Ruang Hubungan antara unit ruang dapat digambarkan sebagai berikut: Open Space Olahraga Ringan Kegiatan Utama
Jogging Cafe
Kuliner Resto Kolam Pemancingan
WISATA TEPIAN
Mancing Ikan
Area Bakar Ikan Area Makan Ikan
Pengelola Penunjang
Kantor Pengelola
Service
Genset Gudang Toilet
Ibadah
Mushallah
Parkir
Area Parkir
Gambar.III.31 Hubungan Unit Ruang (Sumber: Olah Data Penulis, 2016)
79
1. a. Pemancingan Ikan Masuk
Parkir
SITE A Penyewaan Alat Pancing
Kolam Pemancinagan Ikan Toilet Pembakaran Ikan
Area Makan Ikan
b. Kuliner Stan Kuliner Masuk
Toilet
Parkir Café
2. Olahraga Ringan (Jogging) SITE B
Masuk
Jogging Track Parkir
Toilet Taman
3. Kuliner
SITE C
Stan Kuliner Masuk
Toilet
Parkir Café
Gambar.III.32 Hubungan Unit Ruang (Sumber: Olah Data Penulis, 2016)
80
BAB IV PENDEKATAN DESAIN A. Pendekatan Penataan Tapak 1. Luas Tapak Luasan tapak pada tapak antara kegiatan pemancingan, kuliner dan olahraga guna untuk mendapatkan luasan tiap-tiap kegiatan, adapun luasan tapak dapat dihitung sebagai berikut:
SITE A 3 Ha SITE B 1.5 Ha
S U NG A I J ENEBER ANG SITE C 1.5 Ha Luas Total 6 Hektar
Gambar.IV.1 Hasil Analisis Tata Guna Lahan (Sumber: Olah Desain, 2016)
2. Tata Massa Bangunan (Building From Massing) Ketinggian bangunan pada kawasan perancangan Sungai tidak melebihi dari 2 lantai. Hal ini karena daya dukung lingkungan daerah setempat yang memang termasuk dengan jenis tanah lumpur sehingga tidak memungkinkan 81
membangun bangunan dengan massa yang lebih berat lagi. Dengan demikian, untuk rancangan terhadap elemen ini, pembangunan ditujukan tidak secara vertikal, namun ketinggian maksimal 2 lantai. Kawasan sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kiri kanan sungai, termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer, yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Berdasarkan Keputusan Presiden RI No.32 Tahun 1990 tentang pengelolaan kawasan lindung, sempadan sungai ditetapkan pada kawasan yang sekurang-kurangnya 50 meter di kiri kanan anak sungai yang dan kanan anak sungai yang berada di kawasan permukiman.
Perumahan
Pemukiman
Pemukiman
Pemukiman
Gambar.IV.2 Hasil Analisis Tata Guna Lahan (Sumber: Olah Desain, 2016) 82
B. Alternatif Desain 1. Alternatif 1
Sempadan Jeneberang L = 50 m
sungai
Keterangan :
Parkiran Kuliner dan Kafe Kantor Pengelola Penyewaan Alat Pancing Ikan Kolam Pemancingan Area Pembakaran Ikan Toilet
Tepian sungai disisi Selatan sungai Jeneberang hanya berupa kafe dan kuliner saja karna sebagian tapak merupakan sempadan sungai Jeneberang.
Gambar.IV.3 Alternatif Desain 1 (Sumber: Olah Desain, 2016)
83
2. Alternatif 2
Posisi kegiatan kuliner menggunakan sempadan sungai Jeneberang. Adapun kekurangan penempatan kegiatan tersebut adalah: - Lokasi kegiatan akan mendapatkan banyak tiupan angin dari selat Makassar - Parkir kendaraan yang terlalu sempit.
Perkebunan Warga
Keterangan :
Parkiran Kuliner dan Kafe Kantor Pengelola Penyewaan Alat Pancing Ikan Kolam Pemancingan Area Pembakaran Ikan Toilet
Lokasi pemancingan dan kantor pengelola berada di sisi selatan tepian sungai Jeneberang. Adapun kekurangan penempatan kegiatan tersebut adalah: - Lokasi kegiatan pemancingaan jauh - Parkir kendaraan yang terbatas - Lokasi tersebut masih aktif dan digunakan masyarakat setempat untuk berkebun Gambar.IV.4 Alternatif Desain 2 (Sumber: Olah Desain, 2016)
84
Kesimpulan untuk desain alternatif tersebut adalah lokasi dan desain terpilih adalah alternatif 1. 3. OUTPUT SITE A
S U NG A I J ENEBER ANG Keterangan :
Parkiran Kuliner dan Kafe Kantor Pengelola Penyewaan Alat Pemancingan Ikan Kolam Pemancingan Area Pembakaran Ikan Toilet Gambar.IV.5 Tata Guna Lahan Site A (Sumber: Olah Desain, 2016)
DAS Jeneberang
Sempadan Sungai
Tapak
Batas Pasang Sungai
Gambar.IV.6 Potongan Site A (Sumber: Olah Desain, 2016) 85
SITE B
S U NG A I J ENEBER ANG
Keterangan :
Parkiran Jogging Track Taman Toilet Jalur Maintenence
Gambar.IV.7 Tata Guna Lahan Site B (Sumber: Olah Desain, 2016)
Jalur Maintenence
Tapak
Tapak
Sempadan Sungai Batas Pasang DAS Jeneberang Sungai
Gambar.IV.8 Potongan Site B (Sumber: Olah Desain, 2016)
86
SITE C
S U NG A I J ENEBER ANG
Keterangan :
Parkiran Kuliner Dan Kafe Taman Toilet Jalur Maintenence
Gambar.IV.9 Tata Guna Lahan Site C (Sumber: Olah Desain, 2016)
Jalur Maintenence
Tapak
Tapak
Sempadan Sungai Batas Pasang Sungai
DAS Jeneberang
Gambar.IV.10 Potongan Site C (Sumber: Olah Desain, 2016)
87
C. Pembagian Area Zoning Kegiatan Adapun penentuan zona atau area merupakan tahap terpenting membagi tiap blok massa bangunan, dengan mendefinisikan area-area zoning dapat ditentukan fungsi arsitektur yang akan diterapkan di lokasi perancangan serta letak penempatan dari setiap fungsi tersebut. SITE A Parkir
Parkir Kuliner & Kafe Toilet
Parkir Kolam Pemancingan Pengelola Pembakaran Ikan
Keterangan :
Parkiran Kuliner dan Kafe Kantor Pengelola Penyewaan Alat Pemancingan Ikan Kolam Pemancingan Area Pembakaran Ikan Toilet
Gambar.IV.11 Hasil Analisis Penzoningan Site A (Sumber: Olah Desain, 2016)
88
SITE B
Jogging Track Parkir
Toilet Taman
Keterangan :
Parkiran Jogging Track Taman Toilet Jalur Maintenence
Gambar.IV.12 Hasil Analisis Penzoningan Site B (Sumber: Olah Desain, 2016) SITE C
Kuliner & Kafe Toilet Publik
Parkir
Keterangan :
Parkiran Kuliner Dan Kafe Taman Toilet Jalur Maintenence
Gambar.IV.13 Hasil Analisis Penzoningan Site C (Sumber: Olah Desain, 2016) 89
D. Landscape Adapun perancangan konsep landscape berupa elemen keras (Hard Material) dan (Soft Material) pada desain kawasan wisata tepian sungai Jeneberang dapat dikelompokkan dalam tabel sebagai berikut : Tabel IV.1 Elemen Landscape
Landscape Hard Material
Site A : 1. Kuliner & kafe
2. Pemancingan ikan
Site B 1. Jogging track & Taman
Site C 1. Kuliner & Kafe
Soft Material
- Gazebo - Meja & kursi - Pot bunga - Paving block - Tempat sampah - Gazebo - Meja & Kursi - Pot Bunga - Paving Block - Tempat Sampah
- Tanaman hias - Lampu hias
- Gazebo - Kursi taman - Pot bunga - Paving Block - Tempat sampah
- Tanaman hias - Lampu taman - Rumput
- Gazebo - Meja & kursi - Pot bunga - Paving block - Tempat sampah
- Tanaman hias - Lampu hias
- Tanaman hias - Lampu hias
(Sumber: Olah Desain, 2016
1. Tanaman Untuk Peneduh Jalan Dan Jalur Pejalan Kaki Sebagian besar pepohonan pada tepian sungai Jeneberang sudah tidak ada lagi dikarenakan kondisi tapak yang tandus dan kering, untuk itu perlu adanya penerapan penghijauan dalam desain .
90
Kriteria vegetasi untuk jalan dan median jalan, dan RTH jalur pejalan kaki diantaranya : a. Berasal dari biji terseleksi sehat dan bebas penyakit b. Memiliki pertumbuhan sempurna baik batang maupun akar c. Perbandingan bagian pucuk dan akar seimbang d. Batang tegak dan keras pada bagian pangkal e. Tajuk simetris dan padat f. Sistem perakaran padat (Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor:05/PRT/M/2008)
Adapun salah satu tanaman peneduh jalan dan jalur pejalan kaki adalah: Pohon Bunga Kupu-Kupu (Bauhinia Purpureal)
Gambar.IV.14 Pohon Bunga Kupu-Kupu (Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor:05/PRT/M/2008)
2. Alternatif Jenis Vegetasi Untuk RTH Sempadan Sungai Kriteria pemilihan vegetasi untuk RTH ini adalah sebagai berikut: a. Sistem perakaran yang kuat, sehingga mampu menahan pergeseran tanah
91
b. Tumbuh baik pada tanah padat c. Sistem perakaran masuk kedalam tanah, tidak merusak konstruksi dan bangunan d. Kecepatan tumbuh bervariasi e. Tahan terhadap hama dan penyakit tanaman (Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor:05/PRT/M/2008)
Adapun salah satu jenis vegetasi untuk RTH sempadan sungai adalah: Palem Raja (Oerodoxa regia)
Gambar.IV.15 Pohon Palem Raja (Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor:05/PRT/M/2008)
Bungur (Lagerstromia speciosa)
Gambar.IV.16 Pohon Bungur (Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor:05/PRT/M/2008)
92
Locust (Hymenaena Courburil)
Gambar.IV.17 Pohon Locust (Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor:05/PRT/M/2008)
3. Sculpture Sculpture atau (Patung) adalah karya seni tiga dimensi yang dibuat dengan membentuk atau menggabungkan keras dan / atau bahan plastik, suara, dan / atau teks dan atau cahaya, umumnya batu (entah batu atau marmer), logam, kaca, atau kayu. Beberapa patung dibuat langsung dengan mencari atau ukiran yang lainnya digabungkan, bangun bersama dan menembak, dilas, dicetak, atau buanglah. Patung sering dicat. (Sumber: wordpress.com. Adapun fungsi sculpture yaitu : a. Menghiasi sebuah ruangan (interior maupun eksterior) b. Melambangkan sebuah kesan ciri khas dari suatu wilayah yang meliputi bangunan, ruangan, taman, tempat-tempat bersejarah, dll. c. Memberikan petunjuk sebuah perjalanan sejarah dari suatu wilayah.
93
Tugu Layar sebagai Sclupture utama
Bahan Aluminium Composite panel (ACP)
Bahan beton
Bahan beton
Gambar.IV.18 Sclupture (Sumber: Olah Desain, 2016)
E. Jalur Pejalan Kaki (Pedestrian Ways) Jalur pejalan kaki (Pedestrian Ways, pada kawasan adalah merupakan akses penghubung yang memungkinkan warga berinteraksi tanpa harus bercampur dengan kendaraan. Adapun jalur pedestrian pada kawasan ini yaitu:
94
Jalur pedestrian dengan menggunakan pola grid
Material pengerasan dengan tegel bertekstur
Pola melingkar (Cyrcle)
Jalur pedestrian dengan menggunakan pola grid Material Pengerasan dengan Paving Blok
Keterangan :
Jalur Pejalan Kaki
Gambar.IV.19 Hasil Analisis Jalur Pejalan Kaki (Sumber: Olah Desain, 2016)
F. Kegiatan Pendukung (Aktivity Support) Kegiatan pendukung (Aktivity Support)
merupakan kegiatan pada
kawasan yang dapat menarik pengunjung, adapun kegiatan tersebut adalah Playground anak-anak.
95
Gambar.IV.20 Hasil Analisis Kegiatan Pendukung (Sumber: Olah Data, 2016)
Adapun jenis permainan dalam kegiatan Playground tersebut adalah: -
Ayunan
-
Jembatan
-
Seluncuran
Namun kegiatan yang berlangsung harus dalam pengawasan orang dewasa atau orang tua. G. Sirkulasi Dan Parkir (Sirculation And Parking) Sirkulasi dan parkir (Sirculation and parking) pada kawasan merupakan elemen yang menyusun lingkungan kota yang berbentuk jalan umum dan parkir. Adapun sirkulasi parkiran pada kawasan adalah sebagai berikut :
96
Gambar.IV.21 Perencanaan Sirkulasi Dan Parkir (Sumber: Olah Data, 2016)
Gambar.IV.22 Parkiran Sudut 45o (Sumber: Olah Data, 2016)
97
H. Penanda (Signage) Penanda (Signage) pada kawasan merupakan media informasi suatu kawasan. Adapun penanda (Signage) pada desain perencanaan kawasan wisata sungai Jeneberang antara lain :
= Penanda
Gambar.IV.23 Hasil Analisis Penanda (Sumber: Olah Data, 2016)
Setiap area memiliki penanda sebagai informasi visual agar pengunjung tidak kebingungan untuk menuju tempat yang ingin dikunjungi. I. Bentuk Desain Bentuk desain pada bangunan dapat dipaparkan dalam tabel sebagai berikut:
98
Tabel IV.2 Bentuk Bangunan
Bentuk Bangunan Kegiatan Pemancingan Alternatif 1
Perahu nelayan Bugis Makassar Output
Atap berupa plat beton Alternatif 2
Rumah adat Bugis Makassar Output
Atap bangunan berupa ciri khas dari rumah adat Bugis Makassar Alternatif 3 Desain Terpilih OUTPUT Kombinasi berupa filosofi bentuk perahu dan atap rumah Adat Bugis Makassar
99
Dari beberapa bentuk alternatif desain tersebut maka desain yang terpilih adalah desain alternatif 3. Dengan adanya kombinasi dari unsur rumah Adat Bugis Makassar dengan penerapan filosofi bentuk perahu pada bangunan. Struktur Pondasi
Pancang Beton
Kekurangan: -Penggunaan yg boros jika hanya untuk bangunan 2 lantai - Material yang berat dan memakan banyak biaya dari segi pengangkutan maupun pembuatan - Bila memerlukan pemotongan maka dalam pelaksanaannya akan lebih sulit dan memerlukan waktu yang lama - Tidak ramah lingkungan
Kekurangan: -Penggunaan yg boros jika hanya untuk bangunan 2 lantai - Penggalian berdiameter besar dan lam
Sumuran
Pondasi Terpilih - Biaya pembuatannya terbilang cukup murah dibandingkan jenis pondasi lainnya - Kebutuhan galian tanahnya tidak terlalu dalam - Bisa dipakai untuk menahan bangunan yang mempunyai satu hingga empat lantai - Proses pengerjaannya relatif sederhana Daya dukung yang dimilikinya sangat baik
OUTPUT
Telapak/ Poer
100
Gazebo
Strukur bawah kaki beton
Kafe Dan Kuliner
Material dinding
Gambar.IV.24 Alternatif Bentuk (Sumber: Olah Desain, 2016
J. Sistem Utilitas 1. Site A
Keterangan: : Air Bersih : Air Kotor : Jaringan Sampah
Gambar.IV.25 Sistem Utilitas Site A (Sumber: Olah Data, 2016)
101
Jaringan air bersih dari PAM dan saluran untuk air kotor langsung ke laut, sistem persampahan dengan penyediaan tempat sampah dan penampungan kemudian di angkut dengan truk menuju TPA. 2. Site B
Keterangan: : Air Bersih : Air Kotor : Jaringan Sampah
Gambar.IV.26 Sistem Utilitas Site B (Sumber: Olah Data, 2016)
Sistem jaringan Site B dan C, Jaringan air bersih dari PAM dan saluran untuk air kotor langsung ke laut, sistem persampahan dengan penyediaan tempat sampah dan penampungan kemudian di angkut dengan truk menuju TPA. 3. Site C
Keterangan: : Air Bersih : Air Kotor : Jaringan Sampah
Gambar.IV.27 Sistem Utilitas Site C (Sumber: Olah Data, 2016)
102
BAB V TRANSFORMASI KONSEP A. Pengantar Proyek ini merupakan tugas akhir periode XX dengan pembahasan mengenai desain kawasan tepian sungai di kota Makassar. Perencenaan proyek ini terletak di Kelurahan Barombong Kecamatan Tamalate dengan pemanfaatan lahan tepian sungai Jeneberang seluah 6 Ha dan jembatan Barombong sebagai obyek dalam perencanaan desain. Tujuan dibuatnya proyek ini sebagai pusat kawasan wisata tepian berupa kawasan kuliner, pemancingan dan kawasan olahraga di kota Makassar, dimana para
wisatawan
lokal
maupun
mancanegara
dapat
berkunjung ke kawasan tersebut. Namun terjadi perubahan pada tapak site A setelah dilakukan evaluasi, namun perubahan-perubahan tersebut tetap mengacu pada pendekatan desain yang telah disusun.
Gambar.V.1 Lokasi Perencenaan Kawasan (Sumber: Olah Desain, 2016)
103
SITE A 3 Ha SITE B 1.5 Ha
S U NG A I J E NEBER ANG
SITE C 1.5 Ha
Luas Total 6 Hektar
Gambar.V.2 Delinasi Tapak Terpilih (Sumber: Olah Desain, 2016)
B. Transformasi Konsep Tapak 1. Perencanaan Konsep Desain Awal
Site A Kuliner
Pemancingan
Parkiran Jogging Track
Kuliner
Site B
Site C
Gambar.V.3 Konsep Desain Awal (Sumber: Olah Desain, 2016) 104
Perubahan tahap desain awal dikarenakan terdapat desain bangunan permanen ditepian sungai, selain itu terdapat beberapa faktor utama yang mempengaruhi perubahan desain dari tahap awal, yaitu: - Tidak terdapat sirkulasi untuk area service dan maintanance - Penataan danau pemancingan yang belum maksimal - Pola sirkulasi pedistrian yang tidak jelas, (tidak mempunyai pola bentuk) - Tidak terdapat kolam pemancingan untuk kegiatan turnamen pemancingan ikan - Sirkulasi parkir yang kurang jelas - Desain tapak tidak mempunyai sempadan jalan. 2. Desain Tapak Akhir Dari beberapa analisa yang diperoleh dari tahap awal, maka dihasilkan desain output dari hasil analisa desain sebelumnya adalah sebagai berikut:
Kuliner menggunakan perahu untuk pemesanan makanan
Pola pedistrian melingkar atau Circle
Jalan Poros Makassar - Galesong
Kolam pemancingan
Maintanance Sempadan 15 meter
Parkiran
Gazebo pemancingan
Service
Gambar.V.4 Desain Akhir (Sumber: Olah Desain, 2017)
105
3. Tata Massa Konsep desain pada tapak yaitu kawasan wisata terpadu, kawasan dibagi atas tiga site perencanaan yaitu Site A, Site B dan Site C, dimana site B dan site C merupakan penunjang dari site utama yaitu Site A.
Gambar.V.5 Tata Massa (Sumber: Olah Desain, 2017)
Untuk tata massa pada site B dan site C hanya berupa area terbuka dan tanpa bangunan permanen dikarenakan site B dan C adalah bagian dari tepi sungai Jeneberang dan berfungsi sebagai tanggul. C. Transformasi Bentuk Bangunan Konsep transformasi bentuk mengalami perubahan setelah evaluasi, adapun bentuk bangunan yang mengalami perubahan yaitu : 1. Resto & Kafe
(a)
(b)
Gambar.V.6 Transformasi (a) Desain Awal dan (b) Desain Akhir Bangunan Resto dan Kafe (Sumber: Olah Desain, 2017) 106
2. Kuliner
(a)
(b)
Gambar.V.7 Transformasi (a) Desain Awal dan (b) Desain Akhir Kuliner (Sumber: Olah Desain, 2017)
D. Transformasi Ruang Tata Layout Pada Bangunan Kawasan Wisata Tepian Jembatan Barombong merupakan kawasan yang diperuntukkan untuk para wisatawan lokal, mancanegara maupun dalam kota Makassar sendiri. Kawasan wisata ini menjadi wadah atau sarana untuk para wisatawan. Adapun
kawasan
ini
terdiri
dari beberapa bangunan baik itu
bangunan utama ataupun sarana penunjang lainnya,
yang
diperoleh
dari
beberapa pembahasan sesuai dengan pembagian zona ruang, kebutuhan ruang, perhitungan luasan ruang, fungsi ruang dan bangunan, dan pola hubungan ruang yang telah dibahas pada bab sebelumnya pada bab III. Berikut data final kebutuhan ruang yang didapatkan dalam merancang kawasan pusat wisata kuliner di kota Makassar sebagai berikut : 1. Bangunan utama Resto dan Kafe
Gambar.V.8 Denah Resto dan Kafe Lantai 1 (Sumber: Olah Desain, 2017) 107
Tabel. V.1 Besaran Ruang Bangunan Utama Lantai 1
Nama Ruang Toilet Type A Toilet Type B Dapur Tiket Area Pengunjung Rg. Pertemuan Rg. Pengelolah Rg. Karyawan Gudang TOTAL
Luas (M2) 25 m2 15 m2 39 m2 15 m2 901 m2 50 m2 15 m2 15 m2 25 m2 199 m2
(Sumber: Olah Desain, 2017)
Gambar.V.9 Denah Resto dan Kafe Lantai 2 (Sumber: Olah Desain, 2017)
108
Tabel. V.2 Besaran Ruang Bangunan Utama Lantai 2
Luas (M2) 25 m2 50 m2 15 m2 450 m2 550 m2 2.200 m2
Nama Ruang Toilet Type A Dapur Tiket Area Pengunjung TOTAL TOTAL KESELURUHAN RESTO DAN KAFE
(Sumber: Olah Data, 2017) Tabel. V.3 Besaran Ruang Keseluruhan Bangunan
No
Bangunan
Jumlah (unit)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Resto kafe Gazebo pemancingan Aula Pos jaga Toilet Mushollah Penyewaan alat Tempat wudhu Kolam pemancingan Danau Kolam pembibitan
1 13 1 3 6 2 2 1 1 1 1
Luas/unit (m²)
1.100 17.5 146 4 7.3 70 38.4 38.4 2.100 7034 223 ∑ lahan bangunan
Jumlah luas (m²) 1.100 227.5 146 12 43.8 140 76.8 38.4 2.100 7034 223 11,142 m2
(Sumber: Olah Data, 2017)
Dari data-data diatas maka diperoleh hasil kesimpulan luasan sebagai berikut: Luas tapak = 60.000 m2 Luas bangunan keseluruhan = 11,142 m2 Presentase terbangun = Luas bangunan keseluruhan x 100 % Luas Tapak = 11,142 m2 x 100 % 6.000 m2 = 18.57 %
109
E. Pengaplikasian Struktur Bangunan Penerapan jenis struktur pada tapak sangat perlu dipertimbangkan sebab kondisi tapak kawasan cenderung lunak karena pengaruh pasang air laut sungai Jeneberang dan tapak berada di atas bekas persawahan. Adapun penerapan stuktur pada tiap bangunan adalah sebagai berikut : Tabel. V.4 Pengaplikasian Struktur
No
Bangunan
Jenis Struktur
Pengaplikasian
Keterangan
1
Resto kafe
Pondasi Poer
Pengaplikasian pada entrance masuk kawasan
Standar untuk bangunan berlantai
Gazebo pemancingan
Pondasi Poer
Pengaplikasian di pinggiran danau pemancingan
3
Aula
Pondasi beton cetak 25cmx30cm
Pengaplikasian di pinggiran danau pemancingan
4
Pos jaga
Pondasi garis
5
Toilet
6
Mushollah
2
Pondasi garis
Pondasi garis Pondasi garis
7
Penyewaan alat
8
Tempat wudhu
Pondasi garis
Pengaplikasian di pintu masuk kawasan Pengaplikasian di setiap area kegiatan Pengaplikasian di sekitar kegiatan Pengaplikasian di dekat pemancingan ikan Pengaplikasian di sekitar mushollah
Pondasi berada di dasar danau dengan galian kedalam tanah 1 meter dari permukaan dasar danau Bangunan berupa rumah panggung berada diatas permukaan tanah keras Bangunan berada diatas permukaan tanah keras Bangunan berada diatas permukaan tanah keras Bangunan berada diatas permukaan tanah keras Bangunan berada diatas permukaan tanah keras Bangunan berada diatas permukaan tanah keras
(Sumber: Olah Data, 2017)
110
BAB VI APLIKASI DESAIN A. Desain Akhir Tapak 1. Site Plan
SITE B SITE A
Jogging Track Kuliner
Kuliner
Danau Pemancingan
SITE C Taman
Parkir
Taman
Parkir
Kuliner
Sungai Jeneberang
Sungai Jeneberang Kolam pemancingan
Selat Makassar
Parkir
Jembatan Barombong Anak Sungai Jeneberang
Gambar.VI.1 Site Plan (Sumber: Hasil Desain, 2017)
111
2. Tata Massa
Gambar.VI.2 Tata Massa (Sumber: Hasil Desain, 2017)
3. Tampak Kawasan
View dari selatan kawasan
Gambar.VI.3 View Selatan (Sumber: Hasil Desain, 2017)
112
View dari barat kawasan
Gambar.VI.4 View Barat (Sumber: Hasil Desain, 2017)
View dari utara kawasan
Gambar.VI.5 View Utara (Sumber: Hasil Desain, 2017)
113
View dari timur kawasan
Gambar.VI.6 View Timur (Sumber: Hasil Desain, 2017)
4. View Bangunan
Resto dan Kafe
Gambar.VI.7 Prespektif Bangunan Resto dan Kafe (Sumber: Hasil Desain, 2017)
Kuliner
Gambar.VI.8 Prespektif Kuliner (Sumber: Hasil Desain, 2017) 114
Aula
Gambar.VI.9 Prespektif Aula (Sumber: Hasil Desain, 2017)
Gazebo pemancingan
Gambar.VI.10 Prespektif Gazebo Pemancingan (Sumber: Hasil Desain, 2017)
115
Toilet
Gambar.VI.11 Prespektif Toilet (Sumber: Hasil Desain, 2017)
Kolam pemancingan ikan
Gambar.VI.12 Prespektif Pemancingan (Sumber: Hasil Desain, 2017)
Kolam pembibitan ikan
Gambar.VI.13 Prespektif Kolam Pembibitan Ikan (Sumber: Hasil Desain, 2017) 116
Penyewaan alat pemancingan
Gambar.VI.14 Prespektif Penyewaan Alat (Sumber: Hasil Desain, 2017)
Mushollah dan Tempat wudhu
Gambar.VI.15 Prespektif Musholla dan Tempat Wudhu (Sumber: Hasil Desain, 2017)
117
Area playground anak
Gambar.VI.16 Prespektif Playgorund (Sumber: Hasil Desain, 2017)
B. Foto Maket
Gambar.VI.17 Data Dokumentasi (Sumber: Hasil Desain, 2017)
118
Gambar.VI.18 Data Dokumentasi (Sumber: Hasil Desain, 2017)
Gambar.VI.19 Data Dokumentasi (Sumber: Hasil Desain, 2017)
119
C. Banner
Gambar.VI.20 Data Dokumentasi (Sumber: Hasil Desain, 2017) 120
DAFTAR PUSTAKA
Frick Heinz, Mulyani, Tri Hesti. 2005. Arsitektur Ekologis Konsep Arsitektur Ekologis Di Iklim Tropis Penghijauan Kota Dan Kota Ekologis Serta Energi Terbarukan. Kanisius : Yogyakarta Karyono, Tri Harso. 2010. Green Architecture Pengantar Perumahan Arsitektur Hijau Di Indonesia. PT Rajagrafindo Persada : Jakarta Fandeli Chafid. 1995. Dasar-Dasar Manajemen Kepariwisataan Alam. Liberty : Yogyakarta Eppang, Buntu Marannu. 2013, Pengembangan Produk Wisata Oleh Kelompok Sadar Wisata, Dinas Pariwisata Kota Makassar, Makassar Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, pasal 1 ayat 25 Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Makassar 2010-2030 (RTRW). Keputusan Presiden Ri No.32 Tahun 1990 Tentang Pengelolaan Kawasan Lindung Dan Sempadan Sungai Harisuddin, 2005, Kawasan Wisata Alam Bulu Dua Di Kabupaten Soppeng, Skripsi, FT, Teknik Arsitektur, Universitas Muslim Indonesia Profil Kelurahan Barombong, Tahun 2016 LPM, 2016, (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat) Tanjung Bayang Sastrawati, Isfa, 2003, Prinsip Perancangan Kawasan Tepi Air (Kasus: Kawasan Tanjung Bunga), Jurnal Perencanaan Wilayah Dan Kota, Vol. 14 no. 3 hal 95-108 Hamidah, Noor, 2015, Pengelolaan Kawasan Ruang Hijau Di DAS Kahayan Kota Palangkaraya, Jurnal Prespektif Arsitektur, Volume 10 / No.1 hal 13-25 Bps-Statistik Kota Makassar, 2014, Kecamatan Tamalate Dalam Angka Hakim, Rustam, 2012, Komponen Perancangan Arsitektur Lansekap, PT Bumi Aksara : Jakarta Data Arsitek Jilid II Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor:05/PRT/M/2008 121
Situs Internet http://makassarkota.go.id/110-geografiskotamakassar.html, diakses pada 1/April /2016 http://ccdp-ifad.pmppu.kp3k.kkp.go.id/index.php/profil-desa-makassar, pada 1/April/2016
diakses
https://southcelebes.wordpress.com/2009/02/18/barombong-panorama-indah-didekat-kota, diakses pada 1/April/2016 http://www.rudydewanto.com/2011/01/arsitektur-hijau.html, diakses pada 3/April /2016 https://ratizarizkian.wordpress.com/category/manajemen-kota, diakses pada 3 /April/2016 http://tazkiyahpyk.co.id/2009/06/wisata-dalam-islam.html, diakses pada 27/Maret /2016 http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam nusantara/16/03/27/o4o6f3313-5-manfaat-berwisata-menurut-ajaran-islam, diakses pada 27/Maret /2016 https://pesutmahakam.wordpress.com/2010/12/27/tempat-wisata-kota-samarinda, diakses pada 29/Mei/2016 http://tekno.kompas.com/read/2010/08/19/07532933/daya.tarik.tepi.sungai.kahaya n, diakses pada 29/Mei/2016 https://hasanzainuddin.wordpress.com/2014/06/27/wisata-kuliner-tepian-sungaimartapura-banjarmasin, diakses pada 29/Mei/2016
122
LAMPIRAN
KONSEP bentuk Transformasi konsep bentuk dari bidang segi empat dan segitiga
Badan bangunan
Gazebo Pemancingan Ikan
Atap Timpa laja (Filosofi Bangunan Khas Suku Bugis Makassar
-segitiga bermakna dinamis dan agresi -kesanya seimbang dan dapat menjadi simbol hukum ilmu dan agama
Gazebo pemancingan ikan berada di atas tepian danau sehinnga memberi kesan kenyamanan pengunjung dengan view danau
pengaplikasian bentuk pada bangunan
Resto & Kafe
-fleksibel -patokan arah jelas -norma, stabil,statis, monoton
Kuliner
Resto Kafe
Mushollah
Gazebo & Aula
Penempatan bangunan lokasi kegiatan utama kawasan terdapat pada Site A MAHASISWA
DOSEN PEMBIMBING
DOSEN PENGUJI
NOMOR/LEMBAR
KAWASAN WISATA TEPIAN JEMBATAN BAROMBONG JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR 2017
Muh. Fahrul
Marwati, S.T.,M.T.
60100110039
A. Idham Pananrangi, S.T.,M.Si.
Irma Rahayu, S.T.,M.T. Dr. Wasilah, S.T.,M.T.
STUDIO AKHIR PERANCANGAN ARSITEKTUR PERIODE XX 2017
Dr.Norman Said, M.Ag.
01/06
KONSEP TATA GUNA LAHAN Kolam pemancingan
Kuliner
Toilet Mushollah
Tempat wudhu
Kolam pembibitan Outbound
Gazebo pemancingan
Penyewaan alat
Aula
Resto dan Cafe MAHASISWA
DOSEN PEMBIMBING
DOSEN PENGUJI
NOMOR/LEMBAR
KAWASAN WISATA TEPIAN JEMBATAN BAROMBONG JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR 2017
Muh. Fahrul
Marwati, S.T.,M.T.
60100110039
A. Idham Pananrangi, S.T.,M.Si.
Irma Rahayu, S.T.,M.T. Dr. Wasilah, S.T.,M.T.
STUDIO AKHIR PERANCANGAN ARSITEKTUR PERIODE XX 2017
Dr.Norman Said, M.Ag.
02/06
KONSEP TATA GUNA LAHAN
Site A
rdasarkan peruntukan RTRW Kota Makassar 2010-2030, wasan sungai Jeneberang merupakan kawasan strategis yang merupakan kawasan bisnis dan kawasan wisata padu. Adapun lokasi yang terpilih yaitu berada di sekitaran sungai jeneberang.
Site B
sungai jeneberang
Site C
MAHASISWA
DOSEN PEMBIMBING
DOSEN PENGUJI
NOMOR/LEMBAR
KAWASAN WISATA TEPIAN JEMBATAN BAROMBONG JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR 2017
Muh. Fahrul
Marwati, S.T.,M.T.
60100110039
A. Idham Pananrangi, S.T.,M.Si.
Irma Rahayu, S.T.,M.T. Dr. Wasilah, S.T.,M.T.
STUDIO AKHIR PERANCANGAN ARSITEKTUR PERIODE XX 2017
Dr.Norman Said, M.Ag.
03/06
KONSEP sirkulasi dan parkir
pedestrian
sirkulasi
SIRKULASI
sirkulasi
PARKIRAN PEDESTRIAN
parkiran
sirkulasi
pedestrian
sirkulasi pedestrian
sirkulasi parkiran
sirkulasi
sirkulasi
pedestrian
sirkulasi
pedestrian
sirkulasi
MAHASISWA
DOSEN PEMBIMBING
DOSEN PENGUJI
NOMOR/LEMBAR
KAWASAN WISATA TEPIAN JEMBATAN BAROMBONG JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR 2017
Muh. Fahrul
Marwati, S.T.,M.T.
60100110039
A. Idham Pananrangi, S.T.,M.Si.
Irma Rahayu, S.T.,M.T. Dr. Wasilah, S.T.,M.T.
STUDIO AKHIR PERANCANGAN ARSITEKTUR PERIODE XX 2017
Dr.Norman Said, M.Ag.
04/06
KONSEP sirkulasi dan parkir
sirkulasi pedestrian
parkiran
sirkulasi
pedestrian
SIRKULASI PARKIRAN
sirkulasi
PEDESTRIAN
sirkulasi
parkiran sirkulasi
pedestrian
MAHASISWA
sirkulasi
DOSEN PEMBIMBING
pedestrian
DOSEN PENGUJI
NOMOR/LEMBAR
KAWASAN WISATA TEPIAN JEMBATAN BAROMBONG JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR 2017
Muh. Fahrul
Marwati, S.T.,M.T.
60100110039
A. Idham Pananrangi, S.T.,M.Si.
Irma Rahayu, S.T.,M.T. Dr. Wasilah, S.T.,M.T.
STUDIO AKHIR PERANCANGAN ARSITEKTUR PERIODE XX 2017
Dr.Norman Said, M.Ag.
05/06
KONSEP struktur dan material Maaterial Atap Onduline
Pemilihan sistem struktur berdasarkan beberapa pertimbangan, yaitu :
a. Penyesuain dengan bentuk bangunan yang diinginkan;
Rangka atap menggunakan baja ringan
b. Kondisi tanah, berpengaruh terhadap subs struktur bangunan;
Kanal C
c. Fungsi ruang dalam bangunan. Balok Utama 20x30 Balok Anak 15x20
Kolom Beton 30x30 Kolom Beton 20x20
Pondasi Poer plat Pondasi Garis MAHASISWA
DOSEN PEMBIMBING
DOSEN PENGUJI
NOMOR/LEMBAR
KAWASAN WISATA TEPIAN JEMBATAN BAROMBONG JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR 2017
Muh. Fahrul
Marwati, S.T.,M.T.
60100110039
A. Idham Pananrangi, S.T.,M.Si.
Irma Rahayu, S.T.,M.T. Dr. Wasilah, S.T.,M.T.
STUDIO AKHIR PERANCANGAN ARSITEKTUR PERIODE XX 2017
Dr.Norman Said, M.Ag.
06/06
assa r
G F
E
L
K
Sungai Jeneberang
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
Sela t Ma k
B
H
F
O
F
C
I
M
N
P
J
G
G
D
STUDIO AKHIR ARSITEKTUR PERIODE XX SEMESTER GENAP 2017
P R
V U
R
T
S
S
Q
Q
S
S
Q
R
Q
Q
R
U
U
T
T
T
V
DOSEN PEMBIMBING
U
MAHASISWA / NIM
R
MUH. FAHRUL 601.001.10.039
Marwati, S.T.,M.T. A. Idham Pananrangi, S.T.,M.T.
R
Q
Q
Sungai Jeneberang
R
KEPALA STUDIO
Q
DOSEN PENGUJI
Irma Rahayu, S.T.,M.T. Alfia, S.T.,M.T.
R
Irma Rahayu, S.T.,M.T. DR. Wasilah, S.T.,M.T. DR. Norman Said, M.Ag.
JUDUL
U
KAWASAN WISATA TEPIAN JEMBATAN BAROMBONG
NAMA GAMBAR
1:2300
SKALA
PETA SITUASI
01/23
NO. LEMBAR
G
L: M: N: O: P: Q: R: S: T: U: V:
E K
B
F
O
F
C
I
M
DOSEN PEMBIMBING
H
MAHASISWA / NIM
SITE A
MUH. FAHRUL 601.001.10.039
Marwati, S.T.,M.T. A. Idham Pananrangi, S.T.,M.T.
Tanggul
Kolam pemancingan ikan Danau pemancingan ikan Plaza Kuliner Playground anak Parkiran mobil Parkiran motor Parkiran bus Pos jaga Parkiran sepeda Atm
L
STUDIO AKHIR ARSITEKTUR PERIODE XX SEMESTER GENAP 2017
F
KET: A: Resto, Kafe B: Gazebo pemancingan C: Aula D: Pembakaran ikan E: Penyewaan alat pancing F: Toilet G: Mushollah H: Rumah genset I : Penyewaan alat pancing & toilet J: Pintu air K: Kolam pembibitan ikan
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
N
P
G
G
D
P R
V U
R
T
S
Q
Q
KEPALA STUDIO
S
DOSEN PENGUJI
Irma Rahayu, S.T.,M.T. Alfia, S.T.,M.T.
J
Irma Rahayu, S.T.,M.T. DR. Wasilah, S.T.,M.T. DR. Norman Said, M.Ag.
JUDUL
KAWASAN WISATA TEPIAN JEMBATAN BAROMBONG
SKALA
U
NAMA GAMBAR
1:1000
SITE A
02/23
NO. LEMBAR
S
Q
Q
R
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
U
T
T
STUDIO AKHIR ARSITEKTUR PERIODE XX SEMESTER GENAP 2017
R
Q
DOSEN PEMBIMBING
KEPALA STUDIO
Q
DOSEN PENGUJI
Irma Rahayu, S.T.,M.T. Alfia, S.T.,M.T. DR. Norman Said, M.Ag.
Irma Rahayu, S.T.,M.T. DR. Wasilah, S.T.,M.T.
Sungai Jeneberang
MAHASISWA / NIM
SITE B
MUH. FAHRUL 601.001.10.039
Marwati, S.T.,M.T. A. Idham Pananrangi, S.T.,M.T.
R
JUDUL
KAWASAN WISATA TEPIAN JEMBATAN BAROMBONG
U
NAMA GAMBAR
1:1000
SKALA
SITE B
03/23
NO. LEMBAR
S
Q
R
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
R
U
U T
V
STUDIO AKHIR ARSITEKTUR PERIODE XX SEMESTER GENAP 2017
Sungai Jeneberang
R
Sungai Jeneberang
MAHASISWA / NIM
DOSEN PEMBIMBING
SITE C
MUH. FAHRUL 601.001.10.039
Marwati, S.T.,M.T. A. Idham Pananrangi, S.T.,M.T.
DOSEN PENGUJI
Irma Rahayu, S.T.,M.T. Alfia, S.T.,M.T.
KEPALA STUDIO
Q
Irma Rahayu, S.T.,M.T. DR. Wasilah, S.T.,M.T. DR. Norman Said, M.Ag.
JUDUL
KAWASAN WISATA TEPIAN JEMBATAN BAROMBONG
U
NAMA GAMBAR
1:1000
SKALA
SITE C
04/23
NO. LEMBAR
7
6
5
4
3
2
1
500
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
A
A
B
1500
TOILET W TOILET P -0.05 -0.05
DAPUR -0.05
E
500
500
B
TERAS -0.05
500
R. MESIN -0.05
500 H
1500
R. PENGELOLA +0.05
200 J
500
R. MUSHOLLAH +0.05
K
150
400 D
AREA PENGUNJUNG ± 0.00
2000 C
STUDIO AKHIR ARSITEKTUR PERIODE XX SEMESTER GENAP 2017
B
AREA PENGUNJUNG ± 0.00
500
MAHASISWA / NIM
Marwati, S.T.,M.T. A. Idham Pananrangi, S.T.,M.T.
DOSEN PEMBIMBING
G
MUH. FAHRUL 601.001.10.039
Denah Lantai 1
F
GUDANG ALAT +0.05
TOILET -0.05
300
KEPALA STUDIO
500
DOSEN PENGUJI
Irma Rahayu, S.T.,M.T. Alfia, S.T.,M.T. DR. Norman Said, M.Ag.
Irma Rahayu, S.T.,M.T. DR. Wasilah, S.T.,M.T.
I
NAMA GAMBAR
A
JUDUL
1:200
SKALA
DENAH KAFE & RESTO
05/23
NO. LEMBAR
KAWASAN WISATA TEPIAN JEMBATAN BAROMBONG
500
+0.05
R. TEMPAT WUDHU
300
300
300
200
500
500
400
250 400 300
150 500 500 500 300
7
6
5
4
3
2
1
1000
B
300
200
TOILET W TOILET P + 3.95 + 3.95
AREA PENGUNJUNG + 4.00
2000 C
STUDIO AKHIR ARSITEKTUR PERIODE XX SEMESTER GENAP 2017
500
E
400 500
500
B
200 WC + 3.95 DAPUR +4.05
VOID
F
B
400
500
DOSEN PEMBIMBING
D
MAHASISWA / NIM
Marwati, S.T.,M.T. A. Idham Pananrangi, S.T.,M.T.
Denah Lantai 2
MUH. FAHRUL 601.001.10.039
G
500
200
300
TOILET P TOILET W + 3.95 + 3.95
H
2000
KEPALA STUDIO
1000
K
150
A
NAMA GAMBAR
1:200
SKALA
JUDUL
06/23
NO. LEMBAR
DENAH KAFE & RESTO
J
AREA PENGUNJUNG + 4.00
DOSEN PENGUJI
Irma Rahayu, S.T.,M.T. Alfia, S.T.,M.T.
I
Irma Rahayu, S.T.,M.T. DR. Wasilah, S.T.,M.T. DR. Norman Said, M.Ag.
KAWASAN WISATA TEPIAN JEMBATAN BAROMBONG
500
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
A
A
150
500
300
500
150 500 500
500 300
RANGKA BAJA RINGAN GORDING BAJA RINGAN
ATAP SPANDEK
RINGBALK 20X25
BALOK 20X30
A
PLAT 12
PLAFOND + 7.25
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
PLAFOND + 7.25
PLAFOND + 3.25
PLAFOND + 7.25
BALOK 20X30
AREA PENGUNJUNG ± 0.00
400
ATAP SPANDEK
RANGKA BAJA RINGAN
STUDIO AKHIR ARSITEKTUR PERIODE XX SEMESTER GENAP 2017
RINGBALK 20X25
AREA PENGUNJUNG + 4.00
PLAFOND + 3.25
PASIR URUG
SPECY
TEGEL KERAMIK
3500
400
RINGBALK 20X30
SLOOF 25X40
300
SPECY
RINGBALK 15X20
DAPUR + 4.05
PLAFOND + 3.25
TEGEL KERAMIK
PASIR URUG
RINGBALK 20X25
PLAFOND + 3.25
AREA PENGUNJUNG + 4.00
BALOK 20X30
H
PLAFOND + 7.25
PLAFOND + 7.25
PLAFOND + 3.25
SLOOF 25X40
BALOK 20X30
RINGBALK 20X30
500
R. PENGELOLA - 0.05
PLAFOND + 3.25
BORDES + 1.20
I
BALOK 15X20
R. PENGELOLA - 0.05
500
+ 11.10
+ 8.00
+ 4.00
± 0.00
KEPALA STUDIO
1
DOSEN PENGUJI
Irma Rahayu, S.T.,M.T. Alfia, S.T.,M.T. DR. Norman Said, M.Ag.
Irma Rahayu, S.T.,M.T. DR. Wasilah, S.T.,M.T.
RINGBALK 20X30
AREA PENGUNJUNG ± 0.00
PLAFOND + 7.25
RANGKA ATAP BAJA RINGAN
ATAP SPANDEK
TEGEL KERAMIK SPECY
PLAFOND + 3.25
SPECY
AREA PENGUNJUNG + 4.00
TEGEL KERAMIK
RINGBALK 20X30
BALOK 20X30
AREA PENGUNJUNG ± 0.00
1500
Marwati, S.T.,M.T. A. Idham Pananrangi, S.T.,M.T.
DOSEN PEMBIMBING
Potongan B-B
BALOK 20X30
WC + 3.95
PLAFOND + 7.25
Potongan A-A
PLAFOND + 7.25
BALOK 20X30
4
MAHASISWA / NIM
MUH. FAHRUL 601.001.10.039
J
PLAFOND + 3.25
R. PENGELOLA - 0.05
500
K
JUDUL
RINGBALK 20X25
BALOK 20X30
+ 11.10
+ 8.00
+ 4.00
± 0.00
KAWASAN WISATA TEPIAN JEMBATAN BAROMBONG
NAMA GAMBAR
1:200
SKALA
POTONGAN
07/23
NO. LEMBAR
A
500
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
B
500
7
C
400
500
6
D
400
STUDIO AKHIR ARSITEKTUR PERIODE XX SEMESTER GENAP 2017
5
500
300 4
E
500 F
500
500
Tampak Depan
500 3
2
G
Marwati, S.T.,M.T. A. Idham Pananrangi, S.T.,M.T.
DOSEN PEMBIMBING
Samping Kiri
MAHASISWA / NIM
MUH. FAHRUL 601.001.10.039
H
500
+ 11.10
+ 8.00
+ 4.00
± 0.00
I
500
KEPALA STUDIO
500
500
DOSEN PENGUJI
Irma Rahayu, S.T.,M.T. Alfia, S.T.,M.T.
1
Irma Rahayu, S.T.,M.T. DR. Wasilah, S.T.,M.T. DR. Norman Said, M.Ag.
J
500
K
JUDUL
+ 11.10
+ 10.00
+ 8.00
+ 4.00
± 0.00
KAWASAN WISATA TEPIAN JEMBATAN BAROMBONG
NAMA GAMBAR
1:200
SKALA
TAMPAK
08/23
NO. LEMBAR
K
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
500 J
500 I
1
500
500
STUDIO AKHIR ARSITEKTUR PERIODE XX SEMESTER GENAP 2017
H
2
500
500
E
MAHASISWA / NIM
MUH. FAHRUL 601.001.10.039
3
500
4
300
500
Samping Kiri
500 F
Belakang
DOSEN PEMBIMBING
Marwati, S.T.,M.T. A. Idham Pananrangi, S.T.,M.T.
5
400
6
500
400
7
500 I
+ 11.10
+ 8.00 + 6.85
500
± 0.00
KEPALA STUDIO
H
DOSEN PENGUJI
Irma Rahayu, S.T.,M.T. Alfia, S.T.,M.T.
G
Irma Rahayu, S.T.,M.T. DR. Wasilah, S.T.,M.T. DR. Norman Said, M.Ag.
J
500
JUDUL
A
KAWASAN WISATA TEPIAN JEMBATAN BAROMBONG
+ 11.10
+ 8.00
+ 4.00
± 0.00
NAMA GAMBAR
1:200
SKALA
TAMPAK
09/23
NO. LEMBAR
FINISHING TEGEL SPECY T. 3 CM
± 0.00
5
8
15
25
80
8
5
TANAH TIMBUNAN
TIMBUNAN KEMBALI
10
- 0.05
MAHASISWA / NIM
Marwati, S.T.,M.T. A. Idham Pananrangi, S.T.,M.T.
DOSEN PEMBIMBING
1
MUH. FAHRUL 601.001.10.039
FINISHING TEGEL
30
25
30 100
TANAH TIMBUNAN
Ø12
TIMBUNAN KEMBALI
35
± 0.00
Ø12-10
JUDUL
KAWASAN WISATA TEPIAN JEMBATAN BAROMBONG
1
SPECY T. 3 CM PASIR URUG T. 5 CM
± 0.00
TANAH TIMBUNAN
3 Ø16
TIMBUNAN KEMBALI
BEUGEL Ø6-15
35
100
35
KEPALA STUDIO
30
DOSEN PENGUJI
Irma Rahayu, S.T.,M.T. Alfia, S.T.,M.T.
35
Irma Rahayu, S.T.,M.T. DR. Wasilah, S.T.,M.T. DR. Norman Said, M.Ag.
55
40
155
10
5 15
TANAH TIMBUNAN
TIMBUNAN KEMBALI
10
STUDIO AKHIR ARSITEKTUR PERIODE XX SEMESTER GENAP 2017
100
PASIR URUG T. 5 CM
PAS. PONDASI BATU GUNUNG
BATU KOSONG T. 20 CM PASIR URUG T. 5 CM
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
35 30 35
70
11 195 25
53 20
35
70
40 20 5
NAMA GAMBAR
1:200
SKALA
DETAIL PONDASI
10/23
NO. LEMBAR
A
B
B Denah
Tampak Depan
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
A
STUDIO AKHIR ARSITEKTUR PERIODE XX SEMESTER GENAP 2017
Potongan A-A
Samping kiri
MAHASISWA / NIM
Marwati, S.T.,M.T. A. Idham Pananrangi, S.T.,M.T.
DOSEN PEMBIMBING
T. Belakang
MUH. FAHRUL 601.001.10.039
Irma Rahayu, S.T.,M.T. DR. Wasilah, S.T.,M.T.
DOSEN PENGUJI
Irma Rahayu, S.T.,M.T. Alfia, S.T.,M.T.
KEPALA STUDIO
DR. Norman Said, M.Ag.
Potongan B-B
Samping kanan
JUDUL
KAWASAN WISATA TEPIAN JEMBATAN BAROMBONG
NAMA GAMBAR
GAZEBO PEMANCINGAN
11/23
NO. LEMBAR
1:100
SKALA
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
A
STUDIO AKHIR ARSITEKTUR PERIODE XX SEMESTER GENAP 2017
MAHASISWA / NIM
A MUH. FAHRUL 601.001.10.039
Denah
DOSEN PEMBIMBING
A Marwati, S.T.,M.T. A. Idham Pananrangi, S.T.,M.T.
Irma Rahayu, S.T.,M.T. DR. Wasilah, S.T.,M.T.
DOSEN PENGUJI
Irma Rahayu, S.T.,M.T. Alfia, S.T.,M.T.
KEPALA STUDIO
DR. Norman Said, M.Ag.
A
JUDUL
KAWASAN WISATA TEPIAN JEMBATAN BAROMBONG
NAMA GAMBAR
DENAH AULA
12/23
NO. LEMBAR
1:100
SKALA
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
STUDIO AKHIR ARSITEKTUR PERIODE XX SEMESTER GENAP 2017
Potongan A-A
Marwati, S.T.,M.T. A. Idham Pananrangi, S.T.,M.T.
DOSEN PEMBIMBING
Potongan B-B
MAHASISWA / NIM
MUH. FAHRUL 601.001.10.039
Irma Rahayu, S.T.,M.T. DR. Wasilah, S.T.,M.T.
DOSEN PENGUJI
Irma Rahayu, S.T.,M.T. Alfia, S.T.,M.T.
KEPALA STUDIO
DR. Norman Said, M.Ag.
JUDUL
KAWASAN WISATA TEPIAN JEMBATAN BAROMBONG
NAMA GAMBAR
POTONGAN
13/23
NO. LEMBAR
1:100
SKALA
Samping kiri
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
Tampak Depan
STUDIO AKHIR ARSITEKTUR PERIODE XX SEMESTER GENAP 2017
MAHASISWA / NIM
MUH. FAHRUL 601.001.10.039
DOSEN PEMBIMBING
Marwati, S.T.,M.T. A. Idham Pananrangi, S.T.,M.T.
DOSEN PENGUJI
Irma Rahayu, S.T.,M.T. Alfia, S.T.,M.T.
KEPALA STUDIO
Samping kanan
JUDUL
KAWASAN WISATA TEPIAN JEMBATAN BAROMBONG
T. Belakang
Irma Rahayu, S.T.,M.T. DR. Wasilah, S.T.,M.T. DR. Norman Said, M.Ag.
NAMA GAMBAR
TAMPAK
14/23
NO. LEMBAR
1:100
SKALA
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
A 1040
152
STUDIO AKHIR ARSITEKTUR PERIODE XX SEMESTER GENAP 2017
235
MIHRAB ± 0,05
145
AREA SHOLAT ± 0,00
275
B
300
40
A
KEPALA STUDIO
80
DOSEN PENGUJI
DR. Norman Said, M.Ag.
Irma Rahayu, S.T.,M.T. Alfia, S.T.,M.T.
800
Irma Rahayu, S.T.,M.T. DR. Wasilah, S.T.,M.T.
160
300 185 300
275
188
TERAS - 0, 05 185
B
DOSEN PEMBIMBING
300
800
MAHASISWA / NIM
Marwati, S.T.,M.T. A. Idham Pananrangi, S.T.,M.T.
Denah
MUH. FAHRUL 601.001.10.039
80
248 300 185 300
JUDUL
DENAH MUSHOLLAH
NAMA GAMBAR
1:100
SKALA
KAWASAN WISATA TEPIAN JEMBATAN BAROMBONG
16/23
NO. LEMBAR
80
70
gypsum board 120x240 main tee rangka holow 2x4
cross tee rangka holow 4x4
38
60
38 38
80
38 38
-0.25
- 0,05
20
- 0,40
80
DOSEN PEMBIMBING
main tee rangka holow 2x4
wall angle
kaca
gypsum board 120x240
kaca
main tee rangka holow 2x4 cross tee rangka holow 4x4
kaca
KEPALA STUDIO
kaca
800
DOSEN PENGUJI
Irma Rahayu, S.T.,M.T. Alfia, S.T.,M.T.
Potongan B-B
Irma Rahayu, S.T.,M.T. DR. Wasilah, S.T.,M.T. DR. Norman Said, M.Ag.
38
60
38
38
80
38
MIHRAB
+0.55
38
240
80
KAWASAN WISATA TEPIAN JEMBATAN BAROMBONG
20
350
32°
± 0,05
MIHRAB
800
MAHASISWA / NIM
Marwati, S.T.,M.T. A. Idham Pananrangi, S.T.,M.T.
JUDUL
165 334
80
99 231
165 80 350
MUH. FAHRUL 601.001.10.039
75
99
306
main tee rangka holow 2x4
± 0,00
wall angle
15
Potongan A-A
STUDIO AKHIR ARSITEKTUR PERIODE XX SEMESTER GENAP 2017
231
32°
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
60
75
NAMA GAMBAR
1:100
SKALA
POTONGAN
17/23
NO. LEMBAR
kaca
kaca
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
kaca
kaca
kaca
Tampak Depan
kaca
Samping kanan
kaca
kaca
STUDIO AKHIR ARSITEKTUR PERIODE XX SEMESTER GENAP 2017
MAHASISWA / NIM
MUH. FAHRUL 601.001.10.039
DOSEN PEMBIMBING
Marwati, S.T.,M.T. A. Idham Pananrangi, S.T.,M.T.
kaca
kaca
KEPALA STUDIO
kaca
Samping kiri
DOSEN PENGUJI
Irma Rahayu, S.T.,M.T. Alfia, S.T.,M.T.
T. Belakang
Irma Rahayu, S.T.,M.T. DR. Wasilah, S.T.,M.T. DR. Norman Said, M.Ag.
kaca
JUDUL
KAWASAN WISATA TEPIAN JEMBATAN BAROMBONG
NAMA GAMBAR
1:100
SKALA
TAMPAK
18/23
NO. LEMBAR
A
130 130
B 1000
GUDANG ALAT
320
TERAS
158
340
183
T. PENITIPAN BARANG
Skala 1:100
405
A
STUDIO AKHIR ARSITEKTUR PERIODE XX SEMESTER GENAP 2017
Tampak Depan
195 195
340
158
TERAS
PENYEWAAN ALAT PANCING
183
B Skala 1:50
Denah
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
130
340
160
+235
160
340
+ 427
+ 300
± 0,00
38
38
38
38
38
138
38
38
38
+250
130
405
138
Skala 1:100
Potongan B-B
1000
Skala 1:100
DOSEN PENGUJI
Irma Rahayu, S.T.,M.T. Alfia, S.T.,M.T.
KEPALA STUDIO
DR. Norman Said, M.Ag.
Skala 1:50
KAWASAN WISATA TEPIAN JEMBATAN BAROMBONG
JUDUL
Samping kanan
Potongan A-A
DOSEN PEMBIMBING
Skala 1:50
MAHASISWA / NIM
Marwati, S.T.,M.T. A. Idham Pananrangi, S.T.,M.T.
Irma Rahayu, S.T.,M.T. DR. Wasilah, S.T.,M.T.
Samping kiri
MUH. FAHRUL 601.001.10.039
Skala 1:100
T. Belakang
110
-0,05
+ 427
+ 300
± 0,00
NAMA GAMBAR
1:100
SKALA
PENYEWAAN ALAT
19/23
NO. LEMBAR
A 405
- 0,15
340
T. WUDHU PRIA ± 0,00
TERAS - 0,05
160
- 0,05
- 0,05
- 0,05
160
1000
B 160
- 0,05
- 0,05
160
- 0,05
340
- 0,15
340
T. WUDHU WANITA ± 0,00
TERAS - 0,05
203
203
405
A
STUDIO AKHIR ARSITEKTUR PERIODE XX SEMESTER GENAP 2017
40
MUH. FAHRUL 601.001.10.039
MAHASISWA / NIM
25
203
203
340 1000
B Denah Skala 1:100
Skala 1:100
Tampak Depan
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
120
+ 230
Tempat wudhu ± 0,00
333
+ 250
160
Skala 1:100
1000
+ 250
160
132
300
432
KEPALA STUDIO
333
DOSEN PENGUJI
Irma Rahayu, S.T.,M.T. Alfia, S.T.,M.T. DR. Norman Said, M.Ag.
Irma Rahayu, S.T.,M.T. DR. Wasilah, S.T.,M.T.
Potongan A-A
Skala 1:100
Samping kiri
T. Belakang Skala 1:100
DOSEN PEMBIMBING
Marwati, S.T.,M.T. A. Idham Pananrangi, S.T.,M.T.
38
38
38
38
JUDUL
38
+ 250
130
38
38
38
Skala 1:100
+ 280
130
400
300
+ 280
130
Potongan B-B
Skala 1:100
Samping kanan
KAWASAN WISATA TEPIAN JEMBATAN BAROMBONG
-0,05
132
300
432
NAMA GAMBAR
TEMPAT WUDHU
15/23
NO. LEMBAR
1:100
SKALA
+ 250
± 0,00 - 0,37
- 100
346
89 ml
125
PLAT
5
A
10
5 10
B 250 125
k.mandi / wc - 0,10
150
- 0,37
- 100
A
41
236
+ 248
150
PLAT
300
60
KEPALA STUDIO
Skala 1:50
150
Potongan B-B
DOSEN PENGUJI
Irma Rahayu, S.T.,M.T. Alfia, S.T.,M.T. DR. Norman Said, M.Ag.
Irma Rahayu, S.T.,M.T. DR. Wasilah, S.T.,M.T.
± 0,00
+ 250
150
125
k.mandi / wc - 0,10
B
DOSEN PEMBIMBING
275
MAHASISWA / NIM
Skala 1:50
Denah
30 MUH. FAHRUL 601.001.10.039
Pas. batu gunung Pas. batu kosong
Sloof 15/20
Tanah urug
tegel 40/40
300
Marwati, S.T.,M.T. A. Idham Pananrangi, S.T.,M.T.
tegel 40/40
Tanah urug
KAWASAN WISATA TEPIAN JEMBATAN BAROMBONG
JUDUL
Pas. batu gunung Pas. batu kosong
Sloof 15/20
100
+ 248
89 ml
250
STUDIO AKHIR ARSITEKTUR PERIODE XX SEMESTER GENAP 2017
Skala 1:50
Potongan A-A
125
173
41
41
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
25
NAMA GAMBAR
DENAH WC
POTONGAN
20/23
NO. LEMBAR
1:50
SKALA
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
Skala 1:50
Tampak Depan
Skala 1:50
Samping kanan
STUDIO AKHIR ARSITEKTUR PERIODE XX SEMESTER GENAP 2017
MUH. FAHRUL 601.001.10.039
MAHASISWA / NIM
Marwati, S.T.,M.T. A. Idham Pananrangi, S.T.,M.T.
DOSEN PEMBIMBING
Skala 1:50
Samping kiri
DOSEN PENGUJI
Irma Rahayu, S.T.,M.T. Alfia, S.T.,M.T.
KEPALA STUDIO
Skala 1:100
T. Belakang
Irma Rahayu, S.T.,M.T. DR. Wasilah, S.T.,M.T. DR. Norman Said, M.Ag.
JUDUL
KAWASAN WISATA TEPIAN JEMBATAN BAROMBONG
NAMA GAMBAR
TAMPAK
21/23
NO. LEMBAR
1:50
SKALA
+ 300
200
meja ± 0,70 pos jaga ± 0,00
200
A DOSEN PEMBIMBING
Skala 1:50
Denah
+ 300 + 240
±0,60
MAHASISWA / NIM
Marwati, S.T.,M.T. A. Idham Pananrangi, S.T.,M.T.
±0,00
MUH. FAHRUL 601.001.10.039
- 0,80
±0,00
+ 260
lisplank
+ 339
B
±0,00
rangka baja ringan
rangka baja ringan 4/8
plafon + 260
200
Skala 1:50
Potongan A-A
A STUDIO AKHIR ARSITEKTUR PERIODE XX SEMESTER GENAP 2017
B
+ 240
±0,60
±0,00
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
rangka baja ringan
kaca
plafon + 260
rangka baja ringan 4/8
kaca
meja ±0,70 ±0,00
200
DOSEN PENGUJI
Irma Rahayu, S.T.,M.T. Alfia, S.T.,M.T.
KEPALA STUDIO
Skala 1:50
Potongan B-B
Irma Rahayu, S.T.,M.T. DR. Wasilah, S.T.,M.T. DR. Norman Said, M.Ag.
+ 339
±0,00
- 0,80
JUDUL
KAWASAN WISATA TEPIAN JEMBATAN BAROMBONG
NAMA GAMBAR
1:50
SKALA
DENAH POS JAGA POTONGAN
22/23
NO. LEMBAR
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
kaca
Skala 1:50
kaca
Tampak Depan
kaca
Skala 1:50
Samping kanan
STUDIO AKHIR ARSITEKTUR PERIODE XX SEMESTER GENAP 2017
MUH. FAHRUL 601.001.10.039
MAHASISWA / NIM
Marwati, S.T.,M.T. A. Idham Pananrangi, S.T.,M.T.
DOSEN PEMBIMBING
Skala 1:50
Samping kiri
DOSEN PENGUJI
Irma Rahayu, S.T.,M.T. Alfia, S.T.,M.T.
KEPALA STUDIO
Skala 1:100
T. Belakang
Irma Rahayu, S.T.,M.T. DR. Wasilah, S.T.,M.T. DR. Norman Said, M.Ag.
JUDUL
KAWASAN WISATA TEPIAN JEMBATAN BAROMBONG
NAMA GAMBAR
1:50
SKALA
TAMPAK
23/23
NO. LEMBAR