19April 2010
RENCANA STRATEGIS FAKULTAS PERTANIAN 2030
FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
1
19April 2010
KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah bahwa Rencana Strategis (Renstra) Fakultas Pertanian (Faperta) IPB telah dapat diselesaikan dengan baik. Renstra ini merupakan rencana dan strategi Faperta hingga tahun 2030, merevisi Renstra tahun 1995-2015. Sebagaimana diketahui, perencanaan strategis merupakan perencanaan yang cerdas dan inventif dari usaha-usaha organisasi untuk mengembangkan peran dan keberadaan (purpose), arah serta masa depan dari produk atau jasa -- termasuk jasa pendidikan tinggi --, dan desain kebijakan implementasi agar sasaran (goals) dan tujuan (objective) organisasi dapat dicapai (King dan Cleland, 1978). Mengingat perubahan yang dialami Faperta terutama sepuluh tahun terakhir dan mengantisipasi kekuatan pengendali perubahan di masa depan, maka sesuai dengan pengertian renstra tersebut Faperta IPB memandang perlu melakukan review terhadap Renstra yang lalu. Perubahan-perubahan tersebut terjadi karena faktor eksternal maupun internal. Faktor eksternal yang dominan terjadi sejak IPB mendapatkan status otonomi sebagai Perguruan Tinggi Badan Hukum Milik Negara (PT BHMN) pada tahun 2000 dan Faperta khususnya mendapat kesempatan pengembangan kampus (Campus Development fase II dari OECF Jepang pata tahun 1997). Pada saat ini pun dengan pembatalan UU Nomor 9 Tahun 2009 tentang Badan Hukum Pendidikan (UU BHP) status PT BHMN yang telah diperoleh selama hampir 10 tahun terancam dibatalkan. Namun demikian pembatalan ini tidak menyurutkan spirit otonomi Faperta maupun IPB.
IPB akan berjuang untuk tetap memperoleh status sebagai PT Otonom.
Pemberian otonomi selama berstatus BHMN telah memberikan lesson learn yang sangat produktif secara internal terutama dalam penataan dan penguatan departemen sebagai ujung tombak kegiatan akademik, walaupun untuk itu Faperta “kehilangan” Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian (pindah ke Fakultas Ekonomi dan Manajemen atau FEM) dan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga (pindah ke Fakultas Ekologi Manusia atau FEMA). Faktor eksternal yang dominan mempengaruhi perkembangan Faperta adalah perubahan paradigma pembangunan pertanian dan globalisasi. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut dan rumusan sintesisnya menjadi review renstra ini telah dielaborasi oleh tim yang mewakili Departemen di lingkungan Faperta saat ini yaitu Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan (ITSL), Agronomi dan Hortikultura (AGH), Proteksi Tanaman 2
19April 2010 (PTN) dan Arsitektur Lanskap (ARL). Analisis maupun sinstesis diwarnai pula oleh kepemimpinan fakultas (Dekan) pada masa mulai diterbitkannya Renstra tersebut yaitu masa kepemimpinan Prof Dr Sjafrida Manuwoto (1990-1998).
Selanjutnya
pengayaan renstra terjadi pada kepemimpinan Prof Dr Sjafri Mangkuprawira (19981999); Prof Dr MA Chozin (1999-2003); Prof Dr Supiandi Sabiham (2003-2007); dan Prof Dr Didy Sopandie (sejak 2007). Implementasi Renstra selama periode kepemimpinan Prof Sjafri Mangkuprawira mengalami penguatan terutama leadership Faperta pada organisasi fakultas pertanian se-Indonesia (Forum Komunikasi Perguruan Tinggi Pertanian Indonesia atau FKPTPI) dan pembangunan pertanian Indonesia.
konsep lahan abadi dalam
Pada masa kepemimpinan Prof Dr MA Chozin
terjadi proses campus development yang mempengaruhi kualitas sumberdaya fisik maupun non fisik serta kapasitas institusi Faperta. Kepemimpinan Prof MA Chozin juga mengawal otonomi pendidikan tinggi. Pada masa kepemimpinan Prof Dr Supiandi terjadi proses penataan departemen dan program pendidikan (khususnya Mayor-minor) yang memberikan lesson learn yang baik pada Renstra ini. Pada masa kepemimpinan Prof Didy Sopandie, penguatan renstra diwarnai oleh leadership Faperta IPB dalam networking dalam forum FKPTPI, penguatan kapasitas institusi yang mendorong perkembangan pusat-pusat unggulan riset (centers of excellence) di Departemen serta dalam inovasi konsep-konsep pembangunan pertanian (seperti komunitas estat pertanian atau KEP, implementasi skim academician-businessgovernment-community atau ABGC dalam bisnis pertanian. Beberapa penguatan Renstra ini diinspirasi dari makalah-makalah yang disajikan Faperta IPB dalam Kongres FKPTPI di Jambi dan Kupang serta diskusi-diskusi Program Revitalisasi Pendidikan Tinggi Pertanian di Direktorat Akademik, Ditjen Dikti.
Kepemimpinan
Prof Didy Sopandie juga memperkaya Renstra ini dengan perspektif global dalam pendidikan tinggi maupun pembangunan pertanian seperti inovasi program-program internasional pendidikan (double degree, transfer kredit, dan program international reguler) dan perubahan-perubahan dalam memandang pertanian sebagai suatu agroekosistem. Kami sampaikan terima kasih kepada para Dekan sejak 1990 yang telah memberi inspirasi dan pengayaan terhadap Renstra ini. Kami juga menyampaikan terima kasih kepada anggota Tim Renstra yang telah menyelesaikan Renstra ini serta kepada civitas akademika atas sumbang sarannya.
3
19April 2010 Sesuai dengan sifat Renstra yang inklusif, kami mengundang para dosen untuk memberikan masukan guna penyempurnaan Renstra ini. Semoga Renstra ini bermanfaat sebagai rujukan kita dalam mengabdi di bidang pendidikan tinggi.
Bogor, 19 April 2010 Dekan,
Prof Dr Didy Sopandie
4
19April 2010
FAKULTAS PERTANIAN DEWASA INI Fakultas Pertanian IPB (Faperta-IPB) bersama dengan Fakultas Kedokteran Hewan merupakan fakultas tertua yang ada sejak berdirinya IPB pada tahun 1963. Sampai tahun 1981 Fakultas Pertanian mempunyai delapan departemen, yaitu: Departemen Ilmu-ilmu Pengetahuan Alam, Departemen Botani, Departemen Agronomi, Departemen Ilmu Kesejahteraan Keluarga Pertanian, Departemen Ilmu Tanah, Departemen Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan, dan Departemen Statistika dan Komputasi. Bersamaan dengan pengembangan fakultas di IPB, sejak tahun 1981 empat Departemen di Faperta-IPB membentuk Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, yaitu Departemen Ilmu Pengetahuan Alam, Botani, Statistika dan Komputasi. Berdasarkan SK Dirjen Dikti No. 137/DIKTI/Kep/1984 tanggal 22 November 1984, Faperta-IPB memiliki lima Jurusan dan sembilan Program Studi (PS) yaitu Jurusan Budidaya Pertanian (PS Agronomi, PS Ilmu Teknologi Benih, dan PS Arsitektur Pertamanan), Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga (PS Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga), Jurusan Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan (PS Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan), Jurusan Ilmu Tanah (PS Ilmu Tanah), dan Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian (PS Agribisnis, PS Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya, PS Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian). Pada Tahun Akademik 1989/1990, Faperta-IPB mulai menerapkan Sistem Kredit Semester (SKS) secara penuh mengacu pada penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan SK Mendikbud No. 021/U/1982 jo. PP No. 30/1990 ps 9(1). Berdasarkan PP No. 154 Tahun 2000, terhitung sejak tanggal 26 Desember 2000, IPB ditetapkan sebagai Badan Hukum Milik Negara (BHMN). Sejak saat itu dilakukan perubahan dalam pengelolaan organisasi maupun pengelolaan akademik di IPB. IPB menerapkan kebijakan sentralisasi administrasi dan desentralisasi akademik (SADAR). Tugas dan fungsi administrasi secara fungsional ditarik pada level institut, sedangkan Jurusan dipandang sebagai ujung tombak dalam pengembangan ilmu. Penataan departemen yang dilakukan IPB mengubah nama ”jurusan” menjadi ”departemen” dan memperkuat mandat departemen dalam pembinaan dosen dan pengembangan keilmuan.
Dalam manajemen program akademik, departemen
bertindak sebagai pengendali mutu (quality control) dan fakultas bertindak sebagai penjamin mutu (quality assurance). Sejak Tahun Akademik 2005/2006 Faperta-IPB 5
19April 2010 hanya membawahi 4 departemen yaitu Agronomi dan Hortikultura, Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Proteksi Tanaman, dan Arsitektur Lanskap. Pembatalan UU Nomor 9 Tahun 2009 tentang Badan Hukum Pendidikan yang dirancang sebagai induk PP BHMN tersebut akan merobah beberapa aspek governance maupun manajemen. Namun demikian spirit otonomi
yang telah diperoleh selama IPB
berstatus BHMN tidak akan menyurutkan IPB untuk menggunakan otonomi tersebut sebagai spirit untuk selalu meningkatkan kualitas penyelenggaraan pendidikan tinggi dan spirit untuk memperbaiki positioning Faperta IPB pada level nasional maupun internasional. Sejak tahun 2005, IPB memberlakukan Kurikulum Sistem Mayor-minor untuk program S1 dan mulai tahun 2007 kurikulum ini juga diberlakukan untuk program S2/S3. Dengan diberlakukannya sistem mayor-minor, maka setiap Departemen hanya mengasuh satu Mayor S1 dan boleh lebih dari satu Mayor S2/S3. Dengan sistem kurikulum Mayor-minor tersebut, departemen yang sebelumnya mengasuh lebih dari 1 program studi S1, harus melebur menjadi hanya 1 program studi. Pada saat ini Faperta-IPB mengasuh 4 Departemen dengan 4 mayor untuk S1 (Manajemen Sumberdaya Lahan, Agronomi dan Hortikultura, Proteksi Tanaman, dan Arsitektur Lansekap); 10 Mayor S2 (Ilmu Tanah, Agroteknologi Tanah, Mitigasi Bencana dan Kerusakan Lahan, Bioteknologi Tanah dan Lingkungan, Ilmu dan Teknologi Benih, Agronomi dan Hortikultura, Pemuliaan dan Bioteknologi Tanaman, Entomologi, Fitopatologi, dan Arsitektur Lansekap); dan 6 Mayor S3 (Ilmu Tanah, Ilmu dan Teknologi Benih, Agronomi dan Hortikultura, Pemuliaan dan Bioteknologi Tanaman, Entomologi, dan Fitopatologi). Dari uraian tersebut di atas, Faperta-IPB tampak sebagai embrio berbagai program studi, departemen dan fakultas baru. Faperta secara berangsur-angsur juga berubah mengikuti perkembangan jaman. Perubahan yang sangat menyolok adalah keluarnya dua departemen penting, yang selama ini memberi nuasa sosial ekonomi dalam ilmu-ilmu pertanian, dari Fakultas Pertanian yaitu Departemen Sosial Ekonomi Pertanian dan Departemen Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Dengan pengalaman yang sedemikian panjang di satu sisi, sementara core competence yang menjadi mandat departemen-departemennya di sisi lainnya semakin sempit dan tajam, Faperta harus tetap mampu melakukan positioning yang tetap strategis di masa
depan yang dinamis dan terekspose globalisasi.
Positioning ini
dapat dilihat dari segi peran Faperta dalam pembangunan pertanian dan 6
19April 2010 kepemimpinan Faperta dalam pendidikan tinggi pertanian.
Oleh karena itu suatu
reviewterhadap Renstra sebelumnya diperlukan.
POSISI STRATEGIS FAPERTA Pertanian adalah kegiatan manusia dalam mengelola sumberdaya alam biotik dan abiotik melalui rekayasa teknologi, sosial, budaya, politik, dan ekonomi untuk menghasilkan pangan, energi, sandang, papan, pakan, biofarmaka, bahan baku industri, dan kenyamanan hidup (amenity). Memasuki abad 21, tantangan bidang pertanian menjadi sangat besar dalam upaya penyediaan pangan, energi, sandang, papan, pakan, biofarmaka dan bahan baku industri untuk kenyamanan hidup manusia. Untuk mewujudkan itu semua, maka Fakultas Pertanian memegang peranan penting dalam bidang pengembangan sumberdaya manusia, pengembangan ilmu dan teknologi melalui penelitian, dan aplikasi di lapang melalui pengabdian pada masyarakat. Pencanangan Program Revitalisasi Pertanian Perikanan dan Kehutanan oleh pemerintah menempatkan Fakultas Pertanian pada posisi yang sangat penting untuk meningkatkan peran pertanian dalam ekonomi nasional. Pengembangan dan peningkatan produksi perkebunan seperti kelapa sawit, karet, kakao, dan lain-lain; tanaman pangan seperti padi, jagung, kedelai, dan lain-lain; dan hortikultura seperti buah-buahan, sayuran, dan bunga melalui pemuliaan tanaman, peningkatan mutu benih, budidaya pertanian, teknologi pupuk dan pemupukan, teknologi tanah, perlindungan hama dan penyakit, serta penataan tataruang yang baik merupakan bidang-bidang strategis yang perlu ditangani Fakultas Pertanian. Dalam hal positioning di antara penyelenggara pendidikan tinggi pertanian (Faperta) se-Indonesia, Faperta IPB merupakan salah satu dari 267 Faperta di berbagai perguruan tinggi. Faperta pada berbagai PT merupakan fakultas terbanyak dibandingkan fakultas lainnya di Indonesia. Pada stahumn 2008 jumlah mahasiswa (student body) terkait bidang pertanian (di Fakultas Pertanian) mencapai 42.671 mahasiswa. Jika diasumsikan angka efisiensi edukasi (AEE) 15-20% saja, maka tidak kurang dari 6400 - 8500 Sarjana Pertanian dapat diluluskan setiap tahunnya, yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Angka tersebut menunjukkan potensi SDM yang luar biasa, yang memang pertumbuhannya sejalan dengan fokus pemerintah Indonesia yang menempatkan sektor pertanian menjadi sektor utama dalam pembangunan nasional.
Melalui Forum Komunikasi Perguruan Tinggi
7
19April 2010 Pertanian Indonesia, Faperta IPB telah dan selalu siap meluncurkan konsep-konsep pengembangan pendidikan tinggi pertanian, riset-riset di bidang pertanian maupun konsep-konsep pembangunan pertanian.
ISU STRATEGIS Sejarah menunjukkan bahwa di Indonesia, sektor pertanian telah memegang peran penting dalam perkonomian negara. Pada masa krisis ekonomi, hanya sektor pertanian yang mampu bertahan dan masih dapat tumbuh. Pada periode pemulihan setelah krisis, pertanian juga berperan dalam pertumbuhan ekonomi. Pada periode 2000 dan 2002, dari sembilan sektor ekonomi yang ada, hanya empat sektor yang menunjukkan pertumbuhan, yaitu pertanian, pertambangan, jasa angkutan dan keuangan. Pertanian juga mempunyai arti yang strategis dalam perekonomian nasional, karena sub-sektor ini menyediakan kebutuhan paling esensial bagi kehidupan ialah bahan pangan, dan pada saat ini menopang kehidupan lebih dari 63% masyarakat Indonesia. Sub-sektor ini juga menyediakan bahan baku industri, serta membuka kesempatan usaha di bidang industri dan jasa. Keberhasilan pembangunan pertanian akan berdampak langsung dalam ketahanan dan keamanan nasional. Dengan tidak mengabaikan peranannya yang tetap penting, pada saat ini laju pembangunan sektor pertanian relatif mengalami leveling off. Oleh karena itu, perlu dikembangkan suatu visi yang tepat untuk memperbaiki positioning sektor pertanian dalam perekonomian nasional. Pertanian masa depan seharusnya menjadi pertanian yang tangguh dan modern berbasis pada pengelolaan sumberdaya alam dan genetik secara berkelanjutan yang menjamin ketahanan, keamanan dan mutu pangan, penyediaan bahan baku industri, energi dan kesejahteraan petani, serta berdaya saing global.
Faperta IPB dapat berperan dalam menghasilkan terobosan teknologi
(technological breakthrough). Agar dapat mencapai visi tersebut, dikembangkan strategi untuk membangun pertanian dan mengatasi berbagai masalah yang dihadapi. Masalah dalam pertanian tanaman pangan saat ini antara lain adalah: 1. Lahan untuk pertanian tanaman pangan. Lahan pertanian terus menyempit; konversi lahan sawah untuk penggunaan lain dalam kurun 5 tahun terakhir terjadi dengan kecepatan 110 ribu ha/tahun dan dalam kurun waktu 10 tahun ke depan hingga 2017, luas konversi lahan yang telah direncanakan dalam tata ruang 8
19April 2010 seluruh kabupaten di Indonesia diprediksi mencapai 3 juta ha lahan produktif. Total lahan sawah pada tahun 2005 adalah 7.7 juta ha, sehingga luas lahan sawah per kapita penduduk Indonesia hanya 340 m2, jauh lebih kecil dibandingkan dengan Vietnam (960 m2), China (1.120 m2), India (1.591 m2) dan Thailand (5.226 m2 )
Luas pengusahaan lahan per keluarga tani sangat sempit (rata-rata 0,3 ha di
Pulau Jawa, dan 1,1 ha di Pulau Sumatra) dan fragmentasi lahan pertanian terus terjadi karena sistem warisan. Di sisi lain daya dukung lahan pertanian menurun karena terjadinya degradasi lahan, alih fungsi sumberdaya air dan perubahan ekologi termasuk bencana alam. 2. Produktivitas lahan yang rendah dan mengalami levelling off. Produktivitas yang sudah hampir tidak meningkat lagi terjadi karena kurang berkembangnya teknologi, terbatasnya alih teknologi, serta kurang meluasnya penggunaan dan akses terhadap teknologi. Rusaknya infrastruktur pertanian seperti irigasi, jalan usahatani dan lainnya juga menjadi penyebab rendahnya produktivitas. Pemalsuan benih, pupuk dan pestisida, dan aplikasi sarana produksi yang tidak tepat menambah panjang masalah produktivitas lahan. Antisipasi perubahan iklim terutama fenomena cuaca yang esktrim tidak menjangkau petani maupun sub sistem pertanian hulu (seperti penyediaan benih) sering menyebabkan kegagalan panen, demikian pula bencana alam banjir dan kekeringan. Di sisi lain teknologi pemanfaatan lahan-lahan dengan cekaman lingkungan abiotik tinggi belum berkembang dengan baik. 3. Rendahnya ketersediaan benih bermutu dari varietas unggul. Indonesia adalah sumber plasma nutfah terbesar kedua di dunia setelah Brazil. Namun, plasma nutfah tersebut belum dimanfaatkan dengan baik, bahkan cenderung disia-siakan. Ini terbukti dari makin berkurangnya plasma nutfah karena kerusakan hutan, dan belum dilakukan dengan sungguh-sungguh eksplorasi, karaterisasi, identifikasi, domestikasi, koleksi dan pemanfaatan plasma nutfah. Penanganan plasma nutfah telah diamanahkan dalam Agenda Riset Nasional 2006-2009, tetapi tidak ada satupun institusi yang menangani dengan sungguh-sungguh. Sehingga walaupun bisa dikatakan Indonesia adalah sumber plasma nutfah terbesar kedua, tidak bisa dikatakan bahwa Indonesia mempunyai plasma nutfah yang banyak. Penanganan plasma nutfah dengan benar akan dapat mendatangkan kemakmuran bagi bangsa. Karena luasnya Indonesia, maka penanganan plasma nutfah tidak bisa hanya
9
19April 2010 dilakukan oleh satu institusi. Aktivitas ini harus merupakan kegiatan yang terintegrasi antara berbagai PT, lembaga penelitian, LSM, dan pemerintah daerah. 4. Lemahnya sumberdaya manusia dalam bidang pertanian, kelembagaan petani dan kelembagaan penyuluhan. Petani walaupun dengan lahan sempit pada umumnya mengelola lahan sempitnya secara sendiri-sendiri, tidak ada konsolidasi dalam pengelolaan lahan.
Kelembagaan penyuluh yang pernah sukses menghantar
Indonesia mencapai swasembada beras tahun 1984, sudah melemah dan kurang berdaya.
Akibat dari itu semua pendapatan rata-rata petani lebih rendah
dibandingkan dengan masyarakat perkotaan. 5. Sistem agribisnis yang belum berfungsi dengan baik karena tidak terintegrasinya sistem agribisnis hulu-hilir, rantai tata niaga yang panjang dan sistem pemasaran yang belum adil, dan keterbatasan akses terhadap layanan usaha, terutama permodalan. 6. Kebijakan makro seperti halnya fiskal, peraturan ekspor dan impor, perpajakan, kebijakan industri dan perdagangan, sering kali kurang memihak sektor pertanian. 7. Konsumsi beras per kapita tinggi (127 kg/kapita/tahun) dan usaha diversifikasi pangan masih belum berhasil. 8. Jaminan penyediaan pangan dari produksi dalam negeri menurun. Hal ini terlihat dari besarnya devisa yang dihabiskan untuk impor beras, gula, jagung, kedelai, susu, daging, dan buah-buahan mencapai Rp 14,7 triliun/tahun pada tahun 2006. 9. Timbulnya
masalah lingkungan karena aktivitas pertanian yang tidak ramah
lingkungan, seperti pencemaran tanah & air oleh pestisida dan pupuk anorganik yang digunakan secara berlebihan, emisi gas methan dari sawah dan pembakaran lahan, erosi yang parah pada lahan pertanian terutama di daerah hulu daerah aliran sungai (DAS) akibat pengelolaan yang tidak tepat. Walaupun menghadapi berbagai masalah tersebut, pertanian tanaman pangan Indonesia mempunyai potensi yang besar untuk dikembangkan.
Departemen
Pertanian (2005) mencatat adanya lahan yang potensial untuk pertanian adalah 100,8 juta hektar; 24,5 juta hektar berpotensi untuk sawah dan 76,3 juta hektar untuk lahan kering. Saat ini lahan sawah adalah 11,6 juta hektar dengan 7,7 juta ha sawah beririgasi.
Selain daya dukung lahan potensial, kearifan dan teknologi lokal yang
sudah dan sedang dikembangkan juga merupakan modal untuk pengembangan. Basis sosial-budaya masyarakat Indonesia adalah pertanian, dan saat ini sebagian besar penduduk bermata pencaharian di bidang pertanian tanaman pangan. 10
19April 2010 Isu strategis di bidang pertanian saat ini adalah kemandirian pangan, diversifikasi pangan, pengembangan biofuel, terjadi alih fungsi lahan yang sangat pesat, degradasi sumberdaya genetik, adanya perubahan daya tarik terhadap sektor pertanian, dan adanya isu-isu lingkungan yang mengemuka akhir-akhir ini. Pengembangan biofuel secara langsung akan mengurangi potensi produksi pangan sehingga kebijakan ini perlu dicermati. Berkaitan dengan alih fungsi lahan yang cepat perlu diantisipasi dengan berbagai peraturan yang perlu peran Fakultas Pertanian. Isu lingkungan akhir-akhir ini perlu diantisipasi dengan pembangunan pertanian yang lebih ramah lingkungan. Disamping masalah teknis pertanian isu-isu pasar regional dan internasional yang berkatian dengan pertanian seperti WTO, APEC, AFTA dan ACFTA perlu diantisipasi sejak dini. Seperti halnya terjadi di banyak negara, sebagaimana disimpulkan dalam Konggres ISSAAS di Bangkok Thailand tahun 2009, pendidikan tinggi pertanian mengalami masalah menurunnya peminat calon mahasiswa ke bidang pertanian. Sementara itu PT tetap harus berperan dalam membangun knowledge based economy and society. Relevan dengan issue tersebut Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) memberikan tahapan pembangunan perguruan tinggi dalam buku Rencana Pembangunan Pendidikan Jangka Panjang (RPPJP) sebagai berikut: (a) peningkatan kapasitas dan modernisasi (2005-2010), (b) penguatan pelayanan (2010-2015), (c) peningkatan daya saing regional (2015-2020), dan (d) peningkatan daya saing internasional (2020-2025).
Daya saing bangsa dalam hal ini diartikan sebagai
kemampuan bangsa untuk berperanserta dalam perdagangan di pasar global melalui produk-produk yang unggul dan berbasis knowledge yang dihasilkan dari penggunaan IPTEKS yang unggul, bukan berasal dari bahan mentah yang diambil dari sumberdaya alam yang berlimpah. Ke depan, ini merupakan tantangan yang sangat berat, karena Indonesia dikenal sebagai negara yang banyak mengekspor produk yang diambil dari sumberdaya alam yang kini semakin rusak. Pasar global menghendaki persyaratan, standar dan konformitas dengan kelengkapan infrastruktur serta membutuhkan penerapan ekonomi modern dan berbasis knowledge.
Semua
persyaratan tersebut hanya dapat dipenuhi apabila tersedia sumberdaya manusia berkualitas, teknologi hasil penelitian dan institusi yang memiliki manajemen modern.
Menurut Manuwoto (2007) isu penyelenggaraan pendidikan tinggi yang
memasuki globalisasi adalah kualitas, relevansi, efisiensi, internasionalisasi dan 11
19April 2010 demokrasi. Dalam era globalisasi sekarang ini, PT termasuk Faperta IPB berada dalam suatu tekanan mekanisme pasar.
Perguruan Tinggi harus bersaing untuk
mendapatkan
dan
mahasiswa,
sumberdaya
prestise.
Karena
itu
dalam
penyelenggaraan pendidikannya PT harus efisien, transparan, dan akuntabel serta harus membangun keterjaminan kualitas atau QA (quality assurance). Dalam konsep HELTS, otonomi PT memungkinkan dapat dicapainya penyelenggaraan PT Pertanian seperti dipersyaratkan di atas. Oleh karena itu pembatalan UU BHP dan berbagai kebijakan Ditjendikti tentang penataan atau pengkodean Program Studi dalam Evaluasi Program Studi Berbasis Evaluasi Diri (EPSBED) dan kondisi yang tidak menentu tidak harus disikapi dengan mundur dari otonomi. Lebih lanjut Manuwoto (2007) menyebutkan bahwa otonomi PT merupakan reformasi pendidikan tinggi yang memberikan kewenangan kepada PT untuk mengatur diri sendiri dan menentukan sendiri, paling tidak dalam hal governance, manajemen sumberdaya dan manajemen program.
ANTISIPASI MASA DEPAN Peningkatan kualitas sumberdaya manusia semakin mendapat porsi yang besar dalam pembangunan nasional. Sumberdaya manusia merupakan modal penting dalam pembangunan nasional dan memegang peranan yang sangat penting dalam penentuan keberhasilan pelaksanaan pembangunan itu sendiri. Sumberdaya manusia yang handal dan mampu menjawab tantangan masa depan merupakan sumberdaya manusia yang sangat dibutuhkan untuk memenangkan persaingan di era globalisasi pada abad ke-21 ini. Pendidikan tinggi sebagai salah satu bagian yang tak terpisahkan dalam sistem pendidikan nasional mempunyai tanggung jawab yang sangat besar untuk mempercepat peningkatan kualitas sumberdaya manusia. Sehubungan dengan hal itu, ada tiga indikator utama yang merefleksikan tuntutan masyarakat terhadap kemampuan lulusan yang dihasilkan pendidikan tinggi yakni: (1) kemampuan metodologis keilmuan dalam rangka penguasaan dan pengembangan IPTEKS, (2) kemampuan untuk menerapkan IPTEKS dalam pembangunan nasional secara profesional, dan (3) kepekaan para lulusan terhadap permasalahan yang dihadapi masyarakat, serta wawasan, sikap, dan perilaku yang berkualitas.
12
19April 2010 Menyongsong abad ke-21 ini timbul berbagai perkembangan penting yang berpengaruh besar terhadap dunia pertanian sehingga muncul tantangan, peluang, dan ancaman baru bagi penyelenggaraan Tri Darma pendidikan tinggi pertanian. Di masa mendatang ini, pengembangan sumberdaya manusia yang berkualitas, pengembangan IPTEKS dan penerapannya dalam berbagai kegiatan sistem pertanian akan merupakan wujud peran aktif perguruan tinggi yang semakin penting dan strategis. Dalam era globalisasi ini, ekonomi Indonesia mengalami transformasi dari agraris ke industri. Adanya transformasi ini memberikan tantangan baru bagi pembangunan pertanian di masa depan. Di sisi lain, perkembangan geopolitik Indonesia dan posisi Indonesia sebagai negara tropis, menuntut Indonesia untuk memelihara kualitas lingkungan dan memanfaatkan sumberdaya alam secara arif dan bijaksana dalam kegiatan pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture). Pertanian berkelanjutan yang dimaksud memiliki indikator sebagai berikut: (1) secara ekonomi dapat dipertanggungjawabkan, (2) ramah lingkungan, (3) berkesinambungan, (4) spesifik lokasi dan berbasis sumberdaya lokal, (5) layak secara sosiologis dan budaya, (6) produktif, (7) berorientasi pada keragaman hayati, dan (8) dapat mengakomodasi issue “gender”. Kegiatan pendidikan tinggi pertanian dengan demikian diharapkan mendukung pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Konsep pertanian berkelanjutan pada dasarnya telah ditetapkan di IPB sebagai Pola Ilmiah Pokok (PIP) yang menjadi acuan kegiatan Tridharma di Fakultas Pertanian IPB. Perubahan gaya hidup dan cara pandang terhadap pangan masyarakat Indonesia pada masa yang akan datang akan berubah.
Kecenderungan karakter konsumen
antara lain adalah tuntutan konsumen terhadap keamanan, nilai gizi, cita rasa, dan ketersediaan pangan yang meningkat pesat.
Keamanan dan mutu pangan akan
menjadi issue penting, walaupun mungkin ketahanan pangan masih menjadi isue yang tidak kalah penting.
Di Indonesia, pasar modern (hypermarket, supermarket,
minimarket) akan tumbuh dengan laju pertumbuhan yang sangat tinggi.
Hal ini
menyebabkan keseimbangan kekuatan akan bergesar dari produsen/petani ke perusahaan multinasional. Kondisi ini juga akan menyebabkan adanya kompetisi antara produk pangan domestik dengan produk impor (yang seringkali lebih berkualitas dengan harga yang lebih murah). Hal tersebut di atas akan berpengaruh terhadap tuntutan konsumen terhadap produk pertanian pada masa depan yang akan semakin meningkat, yang mau tidak mau, akan mempengaruhi kecenderungan praktek pertanian. Produk pertanian dituntut untuk benar-benar aman, bebas dari 13
19April 2010 cemaran, racun, pestisida, dan mikroba yang berbahaya bagi kesehatan. Aturan mengenai batas maksimum residu (MRL = maximum reside limit) pestisida akan semakin ketat, sehingga akan mempengaruhi pengelolaan dalam perlindungan tanaman. Produk pangan juga harus bebas dari kandungan zat berbahaya, termasuk logam berat dan racun. Produk juga harus bebas dari berbagai cemaran. Bahan pengawet dan pewarna yang tidak diperuntukkan untuk pangan tidak akan digunakan sama sekali. Cemaran biologi, baik yang berbahaya bagi kesehatan manusia maupun bagi pertanian akan dicegah. Sanitary and Phytosanitary Measures akan semakin diperketat di karantina. Fakultas Pertanian IPB perlu mempersiapkan generasi muda peneliti Indonesia menghadapi hal-hal tersebut. Produk pangan juga dituntut mempunyai nilai gizi tinggi dan mengandung zat berkhasiat untuk kesehatan dan bermutu tinggi. Konsumen menghendaki informasi mengenai kandungan fitokimia yang berkhasiat untuk meningkatkan kesehatan dalam produk pangan. Karena itu penelitian mengenai manfaat produk-produk pertanian tanaman pangan Indonesia perlu mulai segera dilakukan. Pengetahuan indigenous mengenai manfaat produk pangan perlu dibuktikan secara ilmiah dan diketahui zat fitokimia apa yang terkandung di dalamnya. Produk pertanian harus diproduksi dengan cara yang tidak menurunkan mutu lingkungan baik lingkungan lokal maupun global. Tuntutan terhadap kelestarian lingkungan akan semakin ketat, padahal pada saat yang sama tekanan populasi terhadap sumberdaya lahan juga semakin kuat. Issue kontribusi pertanian intensif terhadap pemanasan global, carbon trade dan sebagainya merupakan issue yang akan menjadi pembatas dalam produksi pertanian. Karena itu Fakultas Pertanian IPB perlu mengembangkan teknologi pertanian yang dapat menjamin produksi pangan yang memenuhi tututan konsumen namun tetap dapat menjaga kelestarian lingkungan, mencegah pencemaran tanah dan air, mencegah erosi dan hal-hal lain yang menyebabkan penurunan kualitas lingkungan.
Produk pertanian juga harus
diproduksi dengan memperhatikan keselamatan dan kesejahteraan petani dan pekerja. Pada masa yang akan datang, konsumen produk pertanian juga akan menuntut adanya traceability dalam produksi pangan.
Cara produksi pangan harus dapat
dirunut dari pasar sampai kebun. Data-data harus transparan dan jujur. Karena itu catatan aktivitas di kebun dan rantai pasar harus menjadi perhatian. Produk pangan harus tersedia dalam waktu yang tepat. Untuk produk pangan tertentu kontinuitas penyediaan menjadi faktor yang sangat penting. Harga jual produk pertanian juga 14
19April 2010 harus kompetitif. Untuk itu efisiensi dalam produksi, dalam delivery harus dilakukan. Harus dikembangkan supply chain management (SCM) yang berkeadilan dan berorientasi pada nilai produk. Dengan jumlah penduduk melebihi 200 juta, Indonesia merupakan negara terbesar keempat setelah Amerika Serikat, India dan Cina. Penyediaan pangan bagi sejumlah besar penduduk ini merupakan kondisi yang rawan.
Oleh karena itu
Indonesia secara bertahap perlu mengarahkan pada usaha-usaha menuju kedaulatan pangan. Artinya teknologi untuk penyediaan pangan dari hulu hingga ke hilir perlu diusahakan untuk sampai pada level petani sehingga mengurangi ketergantungan. Di samping tantangan-tantangan dalam kedaulatan pangan, bidang pertanian menghadapi tantangan untuk berkontribusi terhadap
kedaulatan energi.
Badan
Energi Dunia (World Energy Council) memperkirakan bahwa dalam 30 tahun ke depan energi berbasis fosil dan cadangan alam lainnya akan mulai langka.
Saat ini
banyak negara dan badan-badan dunia telah memikirkan energi alternatif yang renewable khususnya bio-energy.Dengan menganalisis tantangan dan kekuatan pendendali perubahan (driving forces) tersebut, maka merujuk pada buku Kunkel & Skagg (2002) “Revolutioning Higher Education in Agriculture : Framework for Change” pendidikan tinggi pertanian perlu melakukan perubahan secara dramatis yang meliputi usaha sebagai berikut: 1.
Redefinisi pertanian: kebutuhan masyarakat, kesehatan publik dan penghidupan masyarakat
2.
Re-visioning institusi untuk masa depan (keunggulan lokal)
3.
Menempatkan pendidikan S1 sebagai prioritas tertinggi
4.
Mengembangkan program yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan industri
5.
Diversifikasi pola perekrutan mahasiswa
6.
Mengembangkan kurikulum yang fleksibel, yang memerlukan pengetahuan spesifik dan generik
7.
Menambahkan content ilmu sosial, budaya dan lingkungan
8.
Mengintegrasikan program yang akan dirancang dengan isu-isu terkini, baik nasional maupun global
9.
Networking dalam proses pembelajaran dan riset Di masa mendatang Fakultas Pertanian IPB hendaknya merefleksikan
kebutuhan dan tuntutan pelanggan dan pelaku (stakeholders) pendidikan tinggi pertanian (yang meliputi mahasiswa, instansi kerjasama, masyarakat serta segenap 15
19April 2010 pelaku kegiatan Tridharma perguruan tinggi) terhadap kualitas akademik, merefleksikan pendekatan-pendekatan inter dan multi disiplin, akuntabilitas (accountability) dan semangat yang bervisi (visionary spirit) dalam penyelenggaraan pendidikan tinggi dan dalam memajukan pertanian berkelanjutan. Dengan latar belakang tersebut di atas, Fakultas Pertanian menyusun Rencana Strategis (Renstra), yang bersifat antisipatif, partisipatif dari seluruh pelaku kegiatan, menyeluruh ke segala aspek dan konvergen dalam mewujudkan visi IPB. Pada tahun 1997, Fakultas Pertanian telah membuat Renstra 20 tahun.
Dengan mengantisipasi
perubahan dan menjawab tantangan masa depan sebagaimana diuraikan tersebut, Fakultas Pertanian merasa perlu merevisi Renstra yang lalu, menjadi Renstra 30 tahun mendatang.
RANAH FAKULTAS PERTANIAN Fakultas Pertanian IPB, sebagai unit pelaksana, adalah penyelenggara kegiatan pendidikan, penelitian dan pengabdian pada masyarakat dalam bidang pertanian. Pertanian merupakan kegiatan manusia dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya nabati dan jasad renik serta ekosistem dan hasilnya, mulai dari praproduksi, produksi, penanganan hasil, pemasaran hingga distribusi hasil pertanian dan konsumsi bahan pangan, serta jasa kenyamanan dan keindahan bagi kesejahteraan manusia. Pertanian dalam arti luas adalah kegiatan manusia dalam mengelola sumberdaya alam biotik dan abiotik melalui rekayasa teknologi, sosial, budaya, politik, dan ekonomi untuk menghasilkan pangan, energi, sandang, papan, pakan, biofarmaka, bahan baku industri dan energi, serta kenyamanan hidup (amenity). Keberadaan sumberdaya nabati dan jasad renik dalam pengertian ini tidak bergantung pada habitatnya. Sumberdaya nabati dan jasad renik dapat berada di daratan maupun perairan. Kegiatan manusia dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya tersebut menunjukkan peran aktif sumberdaya manusia dalam mengelola dan memanfaatkan sumberdaya nabati dan jasad renik dengan merekayasa faktor-faktor sosial, ekonomi, teknologi dan lingkungan. Rekayasa sosial meliputi antara lain penataan kelembagaan atau institusi sosial. Rekayasa ekonomi mencakup penataan sumberdaya secara optimal dan efisiensi kelembagaan. Rekayasa teknologi mencakup teknik produksi 16
19April 2010 hingga manajemen agar hasil pertanian siap dikonsumsi. Rekayasa lingkungan mencakup campur tangan manusia dalam memanipulasi lingkungan tumbuh sumberdaya nabati dan jasead renik, serta lingkungan hidup pada umumnya. Sumberdaya nabati meliputi tidak hanya tumbuhan utuh, tetapi juga organ, jaringan dan sel tumbuhan tingkat tinggi hingga tumbuhan tingkat rendah. Dalam cabang ilmu tertentu seperti bioteknologi tanaman, pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ini akan juga mencakup kultur sel, kalus, jaringan dan produksi metabolit sekunder. Jasad renik dalam definisi ini meliputi jasad renik yang digunakan sebagai input (misalnya rhizobium, mikoriza dan cendawan) maupun sebagai produk (misalnya jamur). Ekosistem merupakan suatu kesatuan areal tertentu dengan segala sesuatu yang berada di dalamnya dan sistem hubungan satu dengan lainnya. Dengan demikian dalam suatu ekosistem, khususnya ekosistem sumberdaya nabati dan jasad renik, akan terdapat interaksi antara komponen biotik dan abiotik, antar komponen biotik dan antar komponen abiotik. Hasil pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya nabati dan jasad renik disebut sebagai hasil pertanian baik sebagai hasil utama maupun sebagai hasil sampingan. Hasil utama meliputi barang dan jasa terutama untuk keperluan pangan, sandang, papan, bahan
baku industri, obat-obatan, input produksi (seperti media tumbuh,
benih, bibit, pupuk hayati atau kimia, pestisida hayati atau kimia) dan kenyamanan hidup. Hasil pengelolaan ekosistem adalah berupa terwujudnya kegiatan pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) dan terpeliharanya sumberdaya pertanian dan lingkungan hidup yang serasi. Kegiatan pra-produksi pertanian meliputi pengadaan, penyiapan, pemasaran, dan distribusi input produksi. Pengelolaan tenaga kerja, penyediaan modal dan penataan kelembagaan merupakan kegiatan penunjang (supporting activity) dari kegiatan pra-produksi dan kegiatan produksi pertanian. Produksi pertanian merupakan kegiatan menghasilkan produk nabati dan jasad renik melalui rekayasa lingkungan, potensi genetik, dan fisiologi sumberdaya nabati dan jasad renik. Kegiatan produksi juga mencakup kegiatan memproduksi jasa, kenyamanan hidup dan keindahan melalui rekayasa lingkungan hidup. Penanganan hasil adalah segala kegiatan penanganan hasil pertanian sampai siap dipasarkan, siap diolah lebih lanjut atau siap dikonsumsi. Penanganan hasil ini meliputi kegiatan
17
19April 2010 penanganan segar, penyimpanan sortasi, dan pengkelasan (grading) dan pengemasan produk segar pertanian.
FALSAFAH, VISI, MISI, dan TUJUAN Falsafah Fakultas Pertanian IPB sebagai lembaga pendidikan tinggi, mengemban tugas mulia dalam pengembangan manusia dan masyarakat Indonesia, pengembangan dan penyebarluasan IPTEKS melalui penemuan, pengembangan, pembaharuan, dan pengamalan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni di bidang pertanian dan lingkungan hidup untuk kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan, berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Visi Fakultas Pertanian IPB merupakan lembaga pendidikan tinggi pertanian dan lembaga inovasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang unggul dalam memajukan pertanian tropika berkelanjutan dan menjawab tantangan pertanian masa depan, yang berperan aktif dan mempunyai kontribusi yang signifikan dalam meningkatkan daya saing global Indonesia pada bidang pertanian, pengembangan IPTEKS dan sumberdaya manusia.
CORE VALUE dan CORE COMPETENCE
Visi Faperta tersebut di atas dilandasi oleh nilai utama (core value) yang dianut dalam menjalankan setiap kegiatan akademik dan manajemen yaitu mutu, integritas, kreativitas, inovasi, dan visi ke depan (visionary spirit). Sejalan dengan visi dan misi fakultas serta mandat yang diberikan IPB, pasca penataan departemen, dalam pengembangan keilmuan Faperta IPB menegaskan pola ilmiah pokok atau core competence “pertanian berkelanjutan” yang meliputi bidangbidang berikut: 1. Bidang Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Pengelolaan lahan marginal (tanah masam, pasang surut, lahan gambut, tailing management, dan sulphidic soils) 18
19April 2010 Pengembangan microbial-enhanced organic fertilizers Pengelolaan lahan dan konservasi air berbasis DAS Pengembangan wilayah terpadu misalnya Agropolitan Pengelolaan kesuburan tanah secara berkelanjutan 2. Bidang Agronomi dan Hortikultura Pengembangan sistem produksi tanaman pertanian pangan, tanaman perkebunan, hortikultura dan obat-obatan Pengembangan varietas unggul yang adaptif terhadap lokasi yang spesifik atau marginal Pengembangan integrated farming system, pertanian organik dan agroforestri. Studi ekofisiologi gulma Uji multilokasi dan stress fisiologi Pengembangan marker assisted selection (MAS), perbanyakan in vitro dan aplikasi lain biotek dalam bidang agronomi dan hortikultura Pengembangan biological seed treatment dan seed production system 3. Bidang Perlindungan Tanaman Pengembangan agens hayati (predator, parasitoid, insect pathogen, pathogen antagonist) dan biopestisida. Pengembangan horticulture seeds health management system Pengembangan sistem sanitary dan phyto-sanitary 4. Bidang Arsitektur Lanskap Perencanaan dan desain lanskap kota, perdesaan dan wilayah secara berkelanjutan Pegembangan lanskap untuk agrowisata dan wisata berbasis alam lainnya Konservasi lanskap budaya dan indigenous tropical biodiversity Analisis urban green infrastructure Komoditi yang menjadi fokus penelitian dan unggulan pada core competence Faperta meliputi 12 komoditi atau kelompok komoditi yaitu: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Padi* Kedelai* Jagung Sorgum* Buah-buahan tropika* Cabai * Kacang tanah* Kentang Tanaman obat Tanaman sumber atau bahan baku bio-energy Kakao dan tanaman industri lainnya Tanaman untuk lanskap *roadmap penelitian tersedia 19
19April 2010
Misi Fakultas Pertanian IPB menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat dalam bidang pertanian secara berkualitas melalui pendekatan inovatif dengan mengembangkan budaya, sikap dan semangat prima (spirit of excellence) kepada dosen, mahasiswa, pegawai dan lembaga (Fakultas, Departemen, Program Studi atau Mayor dan Bagian) dalam rangka menjamin keberlangsungan pembangunan pertanian berkelanjutan bagi kesejahteraan umat manusia.
Tujuan 1. Mewujudkan sistem dan melaksanakan pendidikan pertanian yang terintegrasi dan yang senantiasa melakukan internalisasi dinamika ilmu pengetahuan, teknologi dan seni 2. Menemukan, mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang pertanian melalui pendekatan inter dan multi disiplin yang partisipatif. 3. Membuat
inovasi sistem manajemen dan kelembagaan pendidikan tinggi
pertanian yang mampu menghasilkan sumberdaya manusia sebagai modal maupun pelaku pembangunan dan sebagai insani yang berkualitas dan berdaya saing global.
STRATEGI 2030 Untuk mewujudkan tujuan, Fakultas Pertanian IPB menyusun strategi dengan mempertimbangkan asumsi-asumsi sebagai berikut: 1. Berkembangnya kompetensi dan komitmen staf dalam pendidikan, penelitian dan pengabdian pada masyarakat. 2. Berkembangnya suatu kerangka organisasi yang menjamin keberadaan kepemimpinan yang dinamis dan staf yang diberdayakan, otonomi keuangan, sistem imbalan dan penghargaan, serta kejelasan proses dan prosedur pelaksanaan aktivitas. 3. Berkembang dan menguatnya jaringan kerjasama nasional, regional dan internasional.
20
19April 2010 Arah strategi untuk kegiatan akademik, pembinaan kemahasiswaan dan penguatan jejaring alumni serta manajemen dan bisnis kepakaran di Fakultas dan Departemen merupakan issue sentral yang harus mendapat perhatian dalam melaksanakan misi Fakultas Pertanian IPB. Strategi yang dimaksud mencakup bidang-bidang pendidikan, penelitian, pengabdian pada masyarakat, pembinaan kemahasiswaan dan penguatan jejaring alumni, manajemen, dan bisnis kepakaran. Formulasi strategi tersebut memperhatikan lingkungan eksternal, evaluasi terhadap nilai-nilai institusi dan analisis kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman atau SWOT.
Strategi Pendidikan Menurunnya minat calon mahasiswa terhadap pendidikan pertanian perlu dijawab. Permintaan terhadap pendidikan perguruan tinggi antara lain ditentukan oleh kualitas penyelenggaraan pendidikannya. Disamping itu, promosi juga memegang peran penting dalam menjaring mahasiswa. Kualitas merupakan suatu konsep yang memerlukan pendekatan multi dimensi, mencakup peningkatan kemampuan institusi dan kemampuan sistem pendidikan. Karena itu strategi di bidang pendidikan Fakultas Pertanian yang mengacu pada misi yang diemban adalah: Mengembangkan penyelenggaraan pendidikan tinggi berbasis penelitian yang mampu menghasilkan lulusan dengan kompetensi yang tinggi di bidangnya
dan
mempunyai
perspektif
internasional
melalui
(1)
penyempurnaan berkelanjutan (continuous improvement), (2) inovasi dalam kurikulum dan proses belajar mengajar dengan menginternalisasikan dinamika perkembangan ipteks, issue global
serta proses
pembelajaran yang lebih berorientasi pada mahasiswa, dan (3) inovasi penyelenggaraan program lintas perguruan tinggi baik di dalam maupun luar negeri dengan program-program seperti inovasi kurikulum, transfer kredit, double degree dan sebagainya dengan roadmap sebagaimana disajikan pada Gambar 1.
21
19April 2010
IPTEKS
ROADMAP GENERIK PENATAAN PT PERTANIAN Outreach lokal dan global Unggul, bermanfaat bagi masyarakat & dunia industri LULUSAN
Mampu bersaing dalam sistem global
KURIKULUM
Unggul, berkontribusi thd daya saing bangsa, mampu menciptakan IPTEKS Global Competitiveness-based Curricula (Kewirausahaan, Komunikasi, Bahasa, Budaya, Sistem & Politik Pertanian, Ekonomi Global
KOMPETENSI
KBK
Global competence Entrepreneur University (EU)
KEBIJAKAN DIKTI
Research Based University (RBU) Globalizing HE, K-society + K-economy Daya saing bangsa, Otonomi dan Kesehatan organisasi (HELTS) 2005
2010
2015
2020
Gambar 1. Roadmap Pengembangan Faperta IPB di Masa Depan (Sopandie dan Munandar, 2008) Strategi Penelitian Harapan yang tinggi dari masyarakat akan peran IPB dalam pembangunan sumberdaya manusia berkualitas dan dalam pembangunan pertanian berkelanjutan, terlebih di era globalisasi yang akan datang, mendorong Fakultas Pertanian agar tetap menjadi pusat unggulan di bidang pendidikan tinggi pertanian. Oleh karena itu Fakultas Pertanian akan selalu menumbuhkan budaya penelitian untuk dapat mengantisipasi dan memecahkan masalah pembangunan secara holistik dan tuntas. Strategi pelaksanaannya adalah: 1. Menemukan dan menghasilkan teknologi pertanian yang berbasis pada hasil-hasil penelitian (research based technology) yang bersifat inter dan multidisiplin 2. Meningkatkan
penelitian-penelitian
yang
berorientasi
pada
pembangunan pertanian dan lingkungan hidup yang berkelanjutan, memperhatikan agro-ekosistem dan issue global, serta dapat menjawab tantangan masa depan. 3. Membangun center of excellences penelitian (kelompok peneliti dan agenda penelitian unggulan) dalam core competence Faperta dengan outreach yang luas 22
19April 2010 4. Membangun network atau contact point peneliti dan agenda penelitian lintas PT untuk menjawab kebutuhan pembangunan pertanian nasional dan menjawab konformitas komoditi pertanian pada negara pengimpor maupun pasar lain komoditi pertanian Indonesia 5. Mendorong diseminasi, scale-up, pendaftaran hak paten atau HAKI hasil penelitian dengan membangun atmosfir akademik yang kondusif dan sistem insentif
Strategi Pengabdian pada Masyarakat Analisis SWOT mengisyaratkan berbagai peluang bagi Fakultas Pertanian IPB untuk berkarya dan mengamalkan karyanya, seperti kedekatannya dengan pusat pemerintahan, otonomi daerah, semakin maraknya kerjasama dengan lembaga pemerintah, LSM, dan swasta, harapan yang tinggi dari masyarakat, ketersediaan berbagai jasa pelayanan yang dapat diberikan oleh Fakultas Pertanian, serta asesibilitas terhadap sistem komunikasi. Berdasarkan keadaan tersebut strategi pengabdian pada masyarakat adalah: 1. Mengembangkan dan memperkuat hubungan kemitraan yang mampu mendorong penyebarluasan dan penerapan IPTEKS. 2. Mengembangkan program pengabdian pada masyarakat (PPM) secara sinergis dengan pendidikan dan penelitian. 3. Mengembangkan inovasi-inovasi program PPM pada skala-skala hamparan atau scale of economy produksi pertanian di lapang
Strategi Pembinaan Kemahasiswaan Mahasiswa sebagai generasi penerus dan calon pemimpin di masa depan perlu dilibatkan aktif dalam proses pendidikan. Organisasi kemahasiswaan harus didorong menjadi organisasi yang profesional sebagai wahana untuk mengembangkan wawasan akademik. Strategi pembinaan kemahasiswaan dan hubungan alumni adalah sebagai berikut: 1. Meningkatkan kualitas pembinaan kemahasiswaan sehingga lulusan yang dihasilkan disamping mempunyai kompetensi yang tinggi di bidang pertanian juga memiliki kepribadian berkualitas, kemampuan memimpin,
kemampuan
manajerial
dan
berorganisasi,
serta 23
19April 2010 mempunyai wawasan akademik dan kedisiplinan yang tinggi, wawasan serta global kepribadian nasional 2. Mendorong
mahasiswa
untuk
ikut
berkompetisi
nasional
dan
internasional untuk berbagai bidang pengembangan dan penerapan ilmu dan teknologi. 3. Mendorong kemandirian dan jiwa kewirausahaan mahasiswa 4. Membangun
atmosfir
kampus
yang
demokratis,
egaliter
dan
menjunjung kesamaan hak.
Strategi Penguatan Jejaring Alumni Alumni Fakultas Pertanian yang tersebar di berbagai lembaga swasta dan pemerintah dengan ruang lingkup kerja yang beragam dapat dianggap sebagai modal dasar untuk mengembangkan hubungan almamater dengan alumninya.
Beberapa
strategi yang diterapkan meliputi sebagai berikut: 1. Menjalin
hubungan dengan
alumni
sehingga diperoleh
jalinan
kerjasama yang saling menguntungkan untuk pelaksanaan Tridharma. 2. Memperkuat jejaring alumni melalui kegiatan yang spesifik dan berbasis kepakaran secara kontinyu sehingga dapat memperkuat leadership Faperta di bidang pertanian. 3. Mengembangkan pola-pola life long education bagi alumni
Strategi Manajemen Salah satu kekuatan IPB pada umumnya dan Fakultas Pertanian khususnya, sebagai lembaga, adalah kompetensinya di bidang pertanian dan komitmennya terhadap pembangunan pertanian, keterlibatan dan kerjasama nasional, regional, dan internasional. Keberhasilan IPB dalam proyek BIMAS sehingga Indonesia berswasembada pangan menunjukkan besarnya komitmen dan kemampuan tersebut. Dari segi perangkat lunak tampak bahwa kompetensi akademik staf Fakultas Pertanian sangat tinggi. Di masa mendatang penyelenggaraan pendidikan tinggi semakin kompleks. Penyelenggaraan pendidikan multi strata, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat inter dan multidisiplin menuntut tingkat koordinasi antar pelaku maupun antar program yang juga semakin kompleks. Oleh karena itu Fakultas Pertanian perlu mengembangkan manajemen agar tetap menjadi pusat unggulan di bidang pendidikan tinggi pertanian, tetap memelihara 24
19April 2010 komitmen kelembagaan dan mampu menyelenggarakan kegiatan akademik secara berkualitas melalui strategi sebagai berikut: 1. Mengembangkan kompetensi dan komitmen staf dan lembaga secara sistematis dan terencana. 2. Menerapkan manajemen penyelenggaraan pendidikan tinggi secara profesional. 3. Membangun
kepemimpinan institusi (institutional leadership) secara
terstruktur dan terencana dalam kepakaran (center of excellence) maupun manajemen pendidikan tinggi. 4. Memberikan fasilitasi enabling factors berupa sarana, prasarana, sistem evaluasi dan kebijakan yang kondusif bagi pengembangan kegiatan tridarma, kelembagaan Faperta maupun potensi individu tenaga pendidik khususnya.
Strategi Bisnis Kepakaran Salah satu kekuatan Fakultas Pertanian adalah kualitas sumberdaya dosen yang memiliki kompetensi sangat tinggi. Dengan keragaman kompetensi dan pengalaman para dosen, maka Fakultas Pertanian dapat bekerjasama dengan fihakfihak lain baik pemerintah maupun swasta untuk memanfaatkan kompetensi para dosen Faperta. Para dosen dapat diperbantukan di instansi pemerintah maupun swasta dalam kurun waktu tertentu. Dengan cara seperti itu Fakultas Pertanian dapat meningkatkan viabilitas dana untuk investasi dalam membangun kapasitas institusi dan meningkatkan pengalaman dosen di dunia praktikal. Oleh karena itu Fakultas Pertanian perlu mengembangkan bisnis kepakaran melalui strategi sebagai berikut: 1. Meningkatkan dan mengembangkan kompetensi staf untuk berbagai bidang yang sangat spesifik dibutuhkan untuk pengembangan suatu ceruk (niche) bisnis atau industri pertanian. 2. Menjalin kerjasama dengan berbagai pihak yang potensial untuk kegiatan bisnis kepakaran dengan pola-pola manajemen yang inovatif dalam hubungan yang tidak semata-mata bisnis, tetapi hubungan fungsional seperti
yang dikaitkan dengan fungsi tridarma perguruan tinggi,
pola
kemitraan
akademisi-bisnis-pemerintah-masyarakat
(ABGC), pola koperasi dan sebagainya. 25