`
RENCANA STRATEGIS BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN
2015 – 2019
LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BPKP NOMOR 2 TAHUN 2015 TANGGAL 2 APRIL 2015
`
Membangun Renstra Milik Bersama BPKP
Dengan Due Proses Launching Assignment, April 2013 Visioning BPKP, May 2013 Brainstorming Pengawasan Intern BPKP, September 2013 Leadership For Result Workshop, September 2013 Scenario Planning, September 2013 Mapping Strategy, September 2013 - April 2014 Internal Consultancies with newly S2 Graduate, 2013 Bappenas’s Technical Concultancies, 2013-2014 Expert Concultancies, 2013-2014 Quickwins in Four Areas including: Policy Evaluation Workshop, Food Security Program Evaluation & Poverty Alleviation Program Evaluation, May 2014 Sharing among other agencies in Aparatur Community including BPK-RI, 2014 Series of All Excecutive Meetings and Discussions, August October 2014 Purposive Excecutive Meeting, September 2014 Enterprise Architecture Change Management, October 2014 National Summit of BPKP, 2014 Allignments with Data Architecture ADIK-DJA,2014 Bappenas Assesments, 2014 National Summit for Strategy and Policy, Januari 2015 The Excecutive Touch
Menuju Auditor Pemerintah RI Berkelas Dunia
`
RENCANA STRATEGIS BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN 2015 – 2019
LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BPKP NOMOR 2 TAHUN 2015 TANGGAL 2 APRIL 2015
i
`
THIS PAGE IS INTENTIONALLY BLANK
ii
`
KATA PENGANTAR
Sebagai upaya mengefektifkan upaya pengarahan seluruh sumber daya BPKP dalam mewujudkan peran BPKP sebagai mitra strategis Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah dan Korporasi (KLPK) dalam membantu Presiden menyukseskan pembangunan serta untuk memenuhi kewajiban BPKP dalam menyusun Rencana Strategi (Renstra) sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan dan Penelaahan Renstra Kementerian/Lembaga Tahun 2015–2019, BPKP menyusun Renstra. Renstra BPKP Tahun 2015–2019 ini merupakan dokumen perencanaan pengawasan periode 2015–2019 yang berisi visi yaitu keadaan umum yang diinginkan pada akhir tahun 2019 atau setelahnya, misi atau rumusan umum tentang upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi, strategi atau programprogram indikatif untuk mencapai visi dan misi. Visi BPKP sebagai “Auditor Internal Pemerintah RI Berkelas Dunia untuk Meningkatkan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Nasional” merupakan kondisi impian yang diharapkan dapat mendorong seluruh pimpinan dan pegawai untuk melaksanakan setiap kegiatan dengan kualitas kelas dunia. Pengawasan dapat menghasilkan rekomendasi strategis, proses pelaksanaan pengawasan sesuai dengan standar profesi, kegiatan dukungan secara sinergis dan terintegrasi menghasilkan nilai tambah pada pengelolaan keuangan negara/daerah dan pembangunan nasional. Kualitas hasil dan proses tersebut diindikasikan oleh Tingkat Kapabilitas BPKP sebagai Aparat Pengawasan Intern RI berkelas dunia, yaitu paling tidak pada level 3 dari 5 level yang ada. Perumusan visi, misi dan komponen lain Renstra ini telah melibatkan berbagai lapisan pegawai dan pimpinan. Pelibatan seluruh lapisan personel ini diharapkan untuk mengajak dan menyadarkan semua pegawai bahwa Renstra ini adalah milik bersama dan tanggung jawab bersama. Setelah TOR Penyusunan Renstra diajukan April 2013, pegawai struktural dan fungsional pusat dalam bentuk Satgas Perencanaan dilibatkan mulai dari Visioning BPKP Mei 2013, Workshop Leadership For Result September 2013, Brainstorming Penyusunan Renstra, penyusunan scenario planning, pembahasan strategy map, hingga pembahasan rumusan dan alur logika visi, misi, sasaran strategi, tujuan hingga program dan kegiatan. Di samping itu, kegiatan perumusan indikator kinerja untuk komponen yang mewakilinya, yaitu sasaran strategis (impact), sasaran program (outcome) dan sasaran kegiatan (output). Indikator kinerja atas komponen inilah yang diukur dan dikelola secara internal untuk mewakili pencapaian misi dan tujuan serta dipantau secara eksternal terutama oleh Kementerian Pembangunan Nasional/Bappenas dan
iii
`
Kementerian Keuangan dan Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi PAN dan RB). Pelibatan sejak awal narasumber Bappenas, pembahasan secara aktif dengan anggota paguyuban aparatur negara di Bappenas, termasuk dari Kementerian PAN dan RB serta dari Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia dan terakhir dengan penelaahan yang dilakukan oleh Bappenas. Pembahasan strategy map bahkan melibatkan konsultan yang didukung oleh World Bank. Pelibatan berbagai pihak baik internal maupun eksternal ini sekaligus menunjukkan bahwa due process penyusunan Renstra ini telah cukup memadai dan berada dalam koridor konsepsi dan ketentuan renstra. Namun demikian, upaya tersebut tidaklah cukup. Pemahaman dan penyesuaian oleh seluruh pihak akan dokumen perencanaan pengawasan ini, dengan kondisi keberpengawasan intern yang ada, masih merupakan keharusan agar Renstra ini dapat berfungsi dan bertumbuh sebagai dokumen yang hidup dalam dapat menggerakkan kegiatan pengawasan menuju visi BPKP. Semoga visi tersebut menjadi tantangan sekaligus leverage untuk bekerja meningkatkan kualitas pengawasan intern BPKP, yaitu bermanfaatnya output assurance dan output consultancy oleh Presiden dan kabinetnya dalam menyukseskan pembangunan dan pemerintahan untuk kesejahteraan rakyat. Jakarta,
April 2015
Kepala,
ARDAN ADIPERDANA NIP 19590616 197911 1001
iv
`
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR.............................................................................................................................. III BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................................... 1 A. KONDISI UMUM: KUALITAS AKUNTABILITAS PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA ................................................. 2 1. Akuntabilitas Pelaporan Keuangan Negara ......................................................................................2 2. Akuntabilitas Kebendaharaan Umum Negara & Pengelolaan Aset ..................................................3 3. Akuntabilitas Pewujudan Iklim bagi Kepemerintahan yang Baik dan Bersih ....................................4 4. Akuntabilitas Pengelolaan Program Lintas Sektoral .........................................................................4 B. POTENSI DAN PERMASALAHAN.................................................................................................................. 5 1. Potensi dan Permasalahan Pengawasan Intern ...............................................................................6 2. Peluang dan Tantangan Pengawasan Intern ....................................................................................7 C. POSITIONING PENGAWASAN INTERN BPKP 2015 - 2019 ............................................................................. 10 1. Skenario World Class Supervisory ...................................................................................................11 2. Strategi Pengawasan: Fokus pada Sasaran Pembangunan Nasional .............................................12 3. Milestone Menuju Worldclass Supervisory .....................................................................................13 4. Strategy Map BPKP 2015 – 2019 ...................................................................................................13 5. Empat Wilayah Prioritas Sebagai Quick Win Prarenstra 2015-2019 ..............................................14 BAB II VISI MISI DAN TUJUAN BPKP ....................................................................................................... 15 A. GAMBARAN VISI BPKP ......................................................................................................................... 15 1. Auditor Internal Pemerintah RI .......................................................................................................15 2. Auditor Berkelas Dunia ...................................................................................................................16 3. Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Nasional ...............................................19 a. Auditor Internal Pemerintah RI yang Selalu Hadir ..........................................................................19 b. Membangun Tata Kelola Pemerintahan yang Bersih .....................................................................20 c. Membangun Tata Kelola Pemerintahan yang Efektif .....................................................................20 d. Membangun Tata Kelola Pemerintahan yang Terpercaya .............................................................21 B. URAIAN MISI BPKP .............................................................................................................................. 21 1. Misi Pertama dan Penjelasannya ....................................................................................................21 a. b.
Pengawasan Intern Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan........................................ 22 Tata Kelola Pemerintahan dan Korporasi yang Bersih dan Efektif .......................................................... 25
2. Misi Kedua dan Penjelasannya .......................................................................................................25 3. Misi Ketiga dan Penjelasannya .......................................................................................................26 C. TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS BPKP 2019 .......................................................................................... 27 1. Tujuan dan Sasaran Strategis Satu .................................................................................................27 2. Tujuan dan Sasaran Strategis Dua ..................................................................................................28 3. Tujuan dan Sasaran Strategis Tiga ..................................................................................................29 D. NILAI-NILAI BPKP ............................................................................................................................... 30 E. PROBLEMATIKA PENGAWASAN INTERN BPKP ............................................................................................ 32 1. Pencapaian Sasaran Pokok Pembangunan Wajib Unggulan dan Pendukung ................................34 a. b. c. d. e. f. g. h. i.
Pengawasan Program Pembangunan Bidang Pendidikan ....................................................................... 34 Pengawasan Program Pembangunan Bidang Kesehatan ........................................................................ 36 Pengawasan Program Pembangunan Bidang Infrastruktur Dasar........................................................... 36 Pengawasan Program Pembangunan Bidang Kedaulatan Pangan .......................................................... 38 Pengawasan Program Pembangunan Bidang Kemaritiman .................................................................... 38 Pengawasan Program Pembangunan Bidang Kedaulatan Energi ............................................................ 39 Pengawasan Program Pembangunan Bidang Perhubungan ................................................................... 40 Pengawasan Program Pembangunan Bidang Perlindungan Sosial .......................................................... 41 Pengawasan Program Pembangunan Bidang Pariwisata ........................................................................ 42
v
`
2.
Kekurangan Ruang Fiskal ................................................................................................................42 a. b. c. d. e. f.
Penerimaan Negara/Daerah.................................................................................................................... 42 Alokasi Anggaran ..................................................................................................................................... 43 Pengelolaan Aset dan Kekayaan Negara/Daerah .................................................................................... 44 Pengelolaan Hutang ................................................................................................................................ 44 Pengelolaan Subsidi................................................................................................................................. 44 Pengelolaan Korporasi............................................................................................................................. 45
3. 4. 5.
Pengamanan Keuangan Negara Secara Efektif ..............................................................................45 Peningkatan Kualitas Tata Kelola Publik (Governance) ..................................................................45 Akuntabilitas Pelaporan Keuangan .................................................................................................45 F. FAKTOR KUNCI KEBERHASILAN ................................................................................................................ 46 G. RISIKO STRATEGIS ................................................................................................................................ 47 BAB III ARAH KEBIJAKAN STRATEGI KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN BPKP ........ 49 A. KEBIJAKAN NASIONAL PENGAWASAN INTERN ............................................................................................. 49 1. Kebijakan Nasional Pengawasan Intern ..........................................................................................50 2. Hasil Pengawasan Untuk Perencanaan Pembangunan ..................................................................52 B. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI BPKP .................................................................................................... 53 1. Arah Kebijakan Pengawasan BPKP .................................................................................................54 2. Strategi Pengawasan BPKP .............................................................................................................55 3. Program BPKP .................................................................................................................................57 4. Subprogram BPKP ...........................................................................................................................57 5. Kegiatan Pengawasan BPKP ...........................................................................................................60 6. Alur Logika Program Pengawasan ..................................................................................................63 C. KERANGKA REGULASI ............................................................................................................................ 63 D. PENGARUSUTAMAAN GOVERNANCE DI BPKP ............................................................................................... 65 1. Rasionalisasi dan Penilaian Kelembagaan ......................................................................................65 a. b. c. d. e. f. g.
2.
Penataan Fungsi dan Struktur Organisasi .......................................................................................69 a. b. c.
3.
Perumusan Detil Fungsi Rendal ............................................................................................................... 69 Restrukturisasi Organisasi Perwakilan ..................................................................................................... 71 Penataan Fungsi Perencanaan dan Penganggaran .................................................................................. 71
Penataan Bussiness Process dan Tata Laksana ..............................................................................71 a. b. c. d. e. f.
4.
Perbandingan Visi dan Perubahan Misi Antar Renstra BPKP ................................................................... 66 Perubahan Misi dari Renstra 2010 – 2014 .............................................................................................. 66 Penempatan Misi PASs Dalam Indonesia’s Incorporated Architecture ................................................... 67 Output dan Indikator Output: Informasi Assurance dan Rekomendasi .................................................. 68 Redesign Sistem Informasi Hasil Pengawasan ......................................................................................... 68 Informasi Pengawasan Untuk Shareholder: Presiden RI.......................................................................... 69 Identifikasi Stakeholders dan Kebutuhan Informasi Pengawasan ........................................................... 69
Bussiness Prosess Hasil Pengawasan Untuk Perencanaan Pembangunan .............................................. 72 Bussiness Process Peningkatan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan ..................... 72 Bussiness Process Peningkatan Maturitas SPIP ....................................................................................... 73 Bussiness Process Peningkatan Kapasitas Pengawasan Intern ................................................................ 73 Framework Pemantauan – Evaluasi Lima Tahunan ................................................................................. 74 Standarisasi Untuk Penganggaran Berbasis Kinerja ................................................................................ 75
Analisis SDM Aparatur Sipil Negara BPKP .......................................................................................75 a. b.
Reinventing Posisi Unik Pengawasan Intern BPKP: Agen Perubahan ...................................................... 75 Perekrutan Tenaga Ahli ........................................................................................................................... 76
BAB IV TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN PROGRAM PENGAWASAN ............................... 77 A. TARGET KINERJA.............................................................................................................................. 77 1. Pengukuran Kinerja .........................................................................................................................77
vi
`
2. 3. 4. 5.
Target Kinerja Sasaran Strategis .....................................................................................................78 Target Kinerja Sasaran Program .....................................................................................................78 Target Kinerja Sasaran Kegiatan (Output) ......................................................................................79 Pengarusutamaan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik ...............................................................79 B. KERANGKA PENDANAAN......................................................................................................................... 84 1. Analisis Pendanaan BPKP 2014-2015 ..............................................................................................84 2. Perkiraan Pendanaan 2015-2019....................................................................................................85 BAB V PENUTUP ..................................................................................................................................... 87 LAMPIRAN ............................................................................................................................................. 89
vii
`
THIS PAGE IS INTENTIONALLY BLANK
viii
BAB I PENDAHULUAN Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), BPKP wajib menyusun Rencana Strategis (Renstra) yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan pengawasan dengan berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan bersifat indikatif. Penyusunan Renstra berpedoman pada Peraturan Menteri PPN/Bappenas Nomor 5 Tahun 2014. Tahapan RPJMN tahun 2015–2019 dalam kerangka RPJPN 2005–2025, memasuki tahapan ketiga, diarahkan untuk lebih memantapkan pembangunan dengan menekankan pada pencapaian daya saing kompetitif perekonomian berlandaskan pada keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pembangunan pengawasan yang dilakukan oleh BPKP, merupakan bagian dari pembangunan bidang aparatur dan hukum sebagaimana disebutkan dalam agenda prioritas kedua RPJMN 2015–2019, yaitu membuat pemerintah selalu hadir dalam membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya, serta agenda prioritas keempat RPJMN 2015–2019, yaitu memperkuat kehadiran negara dalam reformasi dan penegakan hukum. Namun demikian, sebagai aparat Presiden, BPKP diamanatkan untuk melakukan pengawasan terhadap seluruh Sasaran Pokok Pembangunan yang dirumuskan berdasarkan Sembilan Agenda Prioritas Pembangunan (NAWACITA). Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), BPKP melakukan (a) pengawasan intern atas penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah termasuk akuntabilitas keuangan negara; dan (b) pembinaan penyelenggaraan SPIP. Sesuai dengan kondisi umum penyelenggaraan pemerintahan, sejauh ini, pelaksanaan tugas BPKP terfokus pada akuntabilitas pelaporan keuangan baik dari sudut pengawasan intern maupun dalam pembinaan SPIP untuk peningkatan kualitas akuntabilitas pengelolaan keuangan negara. Melalui Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014, BPKP mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pengawasan keuangan negara/daerah dan pembangunan nasional. Dalam melaksanakan tugas tersebut, BPKP menyelenggarakan dua fungsi utama yaitu fungsi pengarahan dan pengoordinasian pengawasan intern dan fungsi pengawasan intern. Fungsi pertama meliputi (a) fungsi perumusan kebijakan nasional pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan negara/daerah dan pembangunan nasional meliputi kegiatan yang bersifat lintas sektoral, kegiatan kebendaharaan umum negara berdasarkan penetapan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara, dan kegiatan lain berdasarkan penugasan dari Presiden dan (b) fungsi pengoordinasian dan sinergi penyelenggaraan pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan negara/daerah dan pembangunan nasional bersama-sama dengan aparat pengawasan intern pemerintah lainnya.
Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
1
Fungsi kedua berupa pengawasan intern yang terdiri dari: (a) pelaksanaan audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya terhadap perencanaan, pelaksanaan dan pertanggungjawaban akuntabilitas penerimaan negara/daerah dan akuntabilitas pengeluaran keuangan negara/daerah serta pembangunan nasional dan/atau kegiatan lain yang seluruh atau sebagian keuangannya dibiayai oleh anggaran negara/daerah dan/atau subsidi termasuk badan usaha dan badan lainnya yang di dalamnya terdapat kepentingan keuangan atau kepentingan lain dari Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah, serta akuntabilitas pembiayaan keuangan negara/daerah; (b) pengawasan intern terhadap perencanaan dan pelaksanaan pemanfaatan aset negara/daerah; (c) pemberian konsultansi terkait dengan manajemen risiko, pengendalian intern, dan tata kelola terhadap instansi/badan usaha/badan lainnya dan program/kebijakan pemerintah yang strategis; (d) pengawasan terhadap perencanaan dan pelaksanaan program dan/atau kegiatan yang dapat menghambat kelancaran pembangunan, audit atas penyesuaian harga, audit klaim, audit investigatif terhadap kasus-kasus penyimpangan yang berindikasi merugikan keuangan negara/daerah, audit perhitungan kerugian keuangan negara/daerah, pemberian keterangan ahli dan upaya pencegahan korupsi; (e) pelaksanaan reviu atas laporan keuangan dan laporan kinerja pemerintah pusat; dan (f) pelaksanaan sosialisasi, pembimbingan, dan konsultansi penyelenggaraan sistem pengendalian intern kepada instansi pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan badan lainnya.
A. KONDISI UMUM: KUALITAS AKUNTABILITAS PENGELOLAAN
KEUANGAN NEGARA Hasil penyelenggaraan pengawasan BPKP ditunjukkan oleh kualitas akuntabilitas pengelolaan keuangan negara dalam empat perspektif akuntabilitas yaitu: (a) pelaporan keuangan negara, (b) kebendaharaan umum negara dan pengelolaan aset, (c) perwujudan iklim kepemerintahan yang baik dan bersih, dan (d) pengelolaan program lintas sektoral.
1. Akuntabilitas Pelaporan Keuangan Negara Untuk meningkatkan kualitas pelaporan keuangan Negara, BPKP melakukan reviu atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) dan melakukan asistensi terkait dengan Laporan Keuangan (LK) Kementerian/Lembaga Pemerintah Non Kementerian/Pemda (K/L/Pemda). Berdasarkan data hasil pemeriksaan BPK terhadap laporan keuangan tahun 2013 sampai dengan akhir September 2014, dari 87 Kementerian/Lembaga (K/L) yang telah diaudit oleh BPK sebanyak 65 atau 75,58% K/L memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Dari total 33 provinsi sebanyak 16 atau 48,48% memperoleh opini WTP dan dari 491 kabupaten/kota sebanyak 156 atau 31,77% memperoleh opini WTP. Opini WTP dari BPK atas LK K/L/Pemda Tahun 2008–2013 menunjukkan peningkatan kualitas akuntabilitas pelaporan keuangan sebagaimana terlihat pada Peraga 1.1 Peraga 1.1 tersebut menunjukkan bahwa, berdasarkan opini WTP BPK, terjadi peningkatan kualitas laporan keuangan pemerintah. Kenaikan opini WTP, atau kualitas Akuntabilitas Pelaporan Keuangan Negara, lebih baik di tingkat K/L baru di tingkat pemerintah provinsi dan terakhir di tingkat pemerintah kabupaten/kota. Masih banyaknya LK yang belum memperoleh opini WTP juga disebabkan oleh kurang andalnya SPIP, belum tertibnya pengelolaan aset daerah, dan ketidakpatuhan terhadap peraturan dalam pengelolaan keuangan daerah. Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
2
Peraga 1. 1. Opini BPK terhadap Laporan Keuangan Pemerintah 75,58%
80% 70,93% 65,33%
70% 57,53%
60%
56,16% 51,52%
50%
48,48%
41,10%
Kab/Kota
40% 30,30%
27,45%
30%
20% 10%
20,77%
18,18%
Provinsi KL
11,61% 2,65% 0,00%
3,03% 2,86%
2008
2009
5,70%
0% 2010
2011
2012
2013
2. Akuntabilitas Kebendaharaan Umum Negara & Pengelolaan Aset Pengawasan akuntabilitas kegiatan kebendaharaan umum negara diprioritaskan untuk mengoptimalkan penerimaan dan penghematan pengeluaran keuangan negara. Hasil yang diperoleh adalah potensi penerimaan keuangan negara berasal dari pajak, bea cukai, dan PNBP sebesar Rp399,50 miliar; potensi penghematan pengeluaran keuangan negara sebesar Rp14,12 triliun, koreksi atas tagihan pihak ketiga senilai Rp6,47 triliun, verifikasi Imbal Jasa Penjaminan Kredit Usaha Rakyat sebesar Rp41 miliar, dan koreksi atas klaim dana Jaminan Kesehatan Masyarakat sebesar Rp31,48 miliar. Selain itu, telah dilakukan pengawasan atas Dana Alokasi Khusus (DAK) berupa monitoring di seluruh provinsi se-Indonesia, serta verifikasi output tahun 2013 dan advance payment DAK Reimbursement tahun 2014 pada 5 provinsi. Hasil verifikasi menunjukkan Value of Qualifying Reimbursement (VQR) atau nilai yang layak untuk diganti (reimbursed) oleh Bank Dunia adalah sebesar Rp638,60 miliar dari Rp761,73 miliar yang diverifikasi. Pengawasan juga dilakukan terhadap Bantuan Pemerintah Yang Belum Ditetapkan Statusnya (BPYBDS) yang sudah dioperasikan oleh BUMN, tetapi masih tercatat sebagai aset K/L. Nilai BPYBDS yang diusulkan menjadi penyertaan modal pemerintah pada BUMN sebesar Rp2,21 triliun. Sebagai tindak lanjut audit terhadap nilai buku aset pada PT Indonesia Aluminium (PT Inalum), telah dilakukan pembahasan dengan pihak Toshiba dan Mitsubishi-Hitachi mengenai kondisi mesin peralatan PLTA milik PT Inalum dan direkomendasikan untuk melakukan pengujian agar dapat menghasilkan tingkat utilisasi yang optimal.
Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
3
Tingginya capaian optimalisasi penerimaan dan besarnya potensi penghematan pengeluaran keuangan negara di atas masih bisa ditingkatkan di masa yang akan datang. Namun demikian, BPKP masih belum dapat melaksanakan pengawasan BUN ini secara optimal karena masih dibatasi oleh pembatasan peraturan yaitu harus berdasarkan penetapan Menteri Keuangan selaku BUN. Penetapan ini dilakukan dalam jangka waktu pendek sehingga upaya peningkatan potensi penerimaan oleh BPKP tidak maksimal.
3. Akuntabilitas Pewujudan Iklim bagi Kepemerintahan yang Baik dan Bersih Kualitas akuntabilitas perspektif ini difokuskan pada pengawasan yang bersifat preventifedukatif diantaranya melalui pendampingan penyelenggaraan SPIP, penerapan fraud control plan, sosialisasi program anti korupsi, asesmen GCG, penilaian BUMN Bersih, peningkatan kapabilitas APIP, fasilitasi peran Asosiasi Auditor Internal Pemerintah Indonesia (AAIPI) dan Asosiasi Auditor Forensik Indonesia (AAFI), serta pemantauan terhadap transparansi proses PBJ. Kegiatan pengawasan yang bersifat represif dalam rangka pemberantasan KKN dilakukan melalui kegiatan audit investigatif, audit dalam rangka penghitungan kerugian keuangan negara, dan pemberian keterangan ahli. Kegiatan pengawasan represif ini telah berhasil mengungkap pelanggaran yang diduga merugikan keuangan negara dalam jumlah yang cukup signifikan, yaitu sebesar Rp3,11 miliar dan USD33.52 juta atau total setara dengan Rp3,45 triliun. Dalam rangka penguatan upaya pemberantasan korupsi, BPKP bekerja sama dengan KPK telah melakukan koordinasi dan supervisi pencegahan korupsi pada 33 provinsi dan beberapa kabupaten/kota, serta koordinasi dan supervisi penindakan korupsi berupa peningkatan kapasitas Aparat Penegak Hukum dalam penanganan perkara tindak pidana korupsi. Untuk mewujudkan iklim kepemerintahan yang baik dan bersih, diperlukan antara lain kuantitas dan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) pengawasan yang memadai dan kompeten. Secara kuantitas, sampai dengan saat ini, jumlah PFA adalah sebanyak 12.755 orang yang tersebar pada 57 APIP pusat dan 350 APIP daerah, tetapi hanya memenuhi 27,39% dari kebutuhan auditor sebanyak 46.560 auditor. Dalam rangka percepatan peningkatan kualitas pengelolaan keuangan dan penguatan SPIP, termasuk transfer of knowledge di bidang akuntansi dan pengawasan, BPKP juga telah menugaskan 323 pegawai untuk dipekerjakan, yaitu sebanyak 224 orang pada 46 K/L dan sebanyak 99 orang pada 68 Pemda.
4. Akuntabilitas Pengelolaan Program Lintas Sektoral Akuntabilitas pengelolaan program lintas sektoral difokuskan untuk menilai efisiensi dan efektivitas pelaksanaan program/kegiatan yang mendukung prioritas pembangunan nasional. Kualitas akuntabilitas perspektif ini ditunjukkan oleh hasil pengawasan BPKP, di antaranya sebagai berikut: a. Evaluasi pelaksanaan reformasi birokrasi (RB) tahun 2014 pada 5 K/L oleh BPKP sebagai Tim Quality Assurance Reformasi Birokrasi Nasional (TQA-RBN) Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
4
menghasilkan bahan pertimbangan dalam rangka penyesuaian tunjangan kinerja pada K/L tersebut; b. Reviu atas perencanaan dan penganggaran dana optimalisasi tahun 2014 pada 32 K/L dengan membuat pengaturan lebih lanjut mengenai mekanisme pemanfaatan dana optimalisasi; c. Monitoring atas implementasi Rencana Aksi Prioritas Pembangunan Nasional untuk posisi per 31 Desember 2013, meliputi 34 provinsi, 173 kabupaten, dan 4.355 titik lokasi kegiatan 8 K/L menunjukkan bahwa secara umum implementasi rencana aksi yang dimonitor telah berjalan dengan baik, meskipun pada beberapa titik lokasi masih dijumpai permasalahan; d. Monitoring atas implementasi BPJS Kesehatan untuk periode Januari-Maret 2014 dilakukan terhadap 32 Rumah Sakit Vertikal (RSV), 192 Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD), dan 1.174 puskesmas di 189 kabupaten/kota pada 34 provinsi menunjukkan bahwa kesiapan implementasi BPJS Kesehatan rumah sakit lebih baik dibandingkan dengan kesiapan puskesmas, dengan jumlah rujukan ke rumah sakit meningkat; e. Inventarisasi atas pemanfaatan Rumah Khusus (Rusus) menunjukkan bahwa penghuni Rusus eks pengungsi Timor-Timur bukan oleh pihak yang berhak, sehingga disarankan agar dihuni dan dimanfaatkan oleh masyarakat berpenghasilan rendah; f.
Reviu atas Hibah Pemerintah Republik Indonesia atas pembelian dan renovasi masjid Indonesian Muslim Associationin America (IMAAM) Center Maryland di Amerika Serikat dan pembangunan Asrama Mahasiswa Indonesia di Kampus Universitas AlAzhar Kairo Mesir memastikan bahwa secara umum proses pemberian hibah pemerintah telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
g. Audit kinerja atas pelaksanaan Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan (PPIP) menunjukkan bahwa kinerja penyelenggaraan PPIP tahun 2013 termasuk dalam kategori cukup berhasil meskipun masih dijumpai permasalahan; dan h. Mediasi hambatan kelancaran pembangunan yang menghasilkan 28 laporan, salah satunya adalah kegiatan pengalihan aset dan mekanisme pembiayaan dari PT Angkasa Pura I kepada Perum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia.
B. POTENSI DAN PERMASALAHAN Indonesia sedang menapaki kehidupan bernegara dengan menerapkan demokrasi secara lebih nyata. Demokrasi ini secara nyata melibatkan lapisan masyarakat dalam penentuan arah pembangunan termasuk di dalamnya turut serta mengawasi pemerintahan. Dengan mengumumkan target-target yang terukur di RPJMN dan turunannya, pemerintah memberikan pintu bagi masyarakat, yang sering diwakili oleh lembaga swadaya masyarakat (LSM) untuk menilai, termasuk scrutinize hasil pekerjaan pemerintah. Kondisi ini harus diimbangi oleh peran pengawasan intern sehingga masyarakat diberi informasi yang simetris Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
5
ditandingkan dengan informasi dari LSM, yang biasanya opposite terhadap pemerintah. Untuk menghasilkan informasi simetris dimaksud, kapabilitas pengawasan perlu ditingkatkan dalam rangka memaksimalkan peran pengawasan serta perlunya penajaman fokus pengawasan pada sasaran pokok pembangunan.
1. Potensi dan Permasalahan Pengawasan Intern Dengan teknik analisis SWOT, analisis lingkungan internal menghasilkan identifikasi potensi dan permasalahan pengawasan BPKP. Potensi pengawasan internal BPKP antara lain adalah sebagai berikut: a. BPKP memiliki SDM pengawasan yang kompeten, berpengalaman, berintegritas, inovatif, adaptif, dan terpercaya yang tersebar di 33 perwakilan seluruh Indonesia, sehingga cukup untuk melaksanakan pengawasan sesuai dengan mandat yang dimilikinya; b. BPKP memiliki core competency unggulan di bidang pengawasan yang dapat diandalkan untuk melakukan pengawasan intern terhadap seluruh stakeholders; c. Adanya PP Nomor 60 Tahun 2008 tentang SPIP dan Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 menandakan bahwa BPKP memiliki mandat untuk melakukan lingkup penugasan yang bersifat makro dan strategis, pembinaan penyelenggaraan SPIP, penyedia laporan pengawasan yang berskala nasional ke Presiden, dan pembinaan penyelenggaraan JFA; d. Adanya dukungan dan komitmen yang cukup kuat dari top executive BPKP untuk melakukan pengawasan intern dan pembinaan APIP terhadap seluruh stakeholders; e. BPKP mempunyai peran melakukan pengawasan intern dan bertanggungjawab langsung kepada Presiden; f.
Adanya produk-produk unggulan yang dibutuhkan oleh stakeholders (GCG, KPI, PE, FCP, SAKD, MR, SIMDA) yang memungkinkan BPKP melakukan penugasan sesuai dengan kebutuhan stakeholders;
g. BPKP memiliki sistem informasi dan infrastruktur Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang cukup mumpuni, sehingga BPKP dapat memberikan data yang terkait dengan hasil pengawasan intern; h. BPKP memiliki jejaring yang cukup baik terhadap stakeholders dan mencakup seluruh sektor; i.
BPKP memiliki pengalaman berupa task force yang melaksanakan evaluasi kebijakan atau evaluasi program; dan
j.
BPKP mempunyai karakter organisasi pembelajar, hal ini terbukti dengan dipilihnya BPKP sebagai salah satu instansi dari 10 finalis MAKE Study.
Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
6
Pelaksanaan pengawasan intern BPKP bukan tanpa masalah. Perubahan paradigma pengawasan intern dari watchdog menjadi quality assurance atau consultant, memerlukan pengelolaan perubahan yang memadai karena beberapa permasalahan keterbatasan pengawasan antara lain: a. Dalam kaitannya dengan SDM, kegiatan recruitment, seleksi dan proses regenerasi SDM yang dilakukan BPKP belum berjalan secara optimal; b. Berkaitan dengan penugasan pengawasan intern baik itu assurance maupun consulting, BPKP belum memiliki komposisi SDM yang ideal baik kuantitas maupun kualitas; c. Dalam melaksanakan peran sesuai dengan mandat yang dimilikinya, BPKP belum mempunyai strategi pengawasan memadai; d. Untuk memotivasi SDM agar mempunyai kinerja yang baik perlu didukung dengan adanya reward and punishment system, namun dalam hal ini BPKP belum dapat mengimplementasikannya secara optimal; e. Demikian juga dengan pola mutasi, promosi, dan karier masih perlu ditingkatkan untuk mendorong motivasi kerja pegawai BPKP; f.
Dalam melaksanakan peran BPKP dalam hal melakukan pengawasan lintas sektoral, metodologi pengawasan lintas sektoral yang digunakan oleh BPKP masih perlu ditingkatkan;
g. Peran pengawasan intern yang dilakukan BPKP saat ini membutuhkan kompetensi pengetahuan makro yang harus dimiliki oleh SDM BPKP, namun kompetensi pengetahuan makro tersebut kurang dimiliki oleh SDM BPKP; h. Dalam mendukung peran BPKP saat ini, organisasi, tatalaksana dan SDM BPKP belum sepenuhnya memenuhi kebutuhan peran yang dimandatkan oleh pemerintah; dan i.
Belum terbangunnya sistem informasi hasil pengawasan intern nasional yang terintegrasi.
2. Peluang dan Tantangan Pengawasan Intern BPKP mempunyai kedudukan yang strategis karena mempunyai kewenangan yang tidak dimiliki oleh APIP lainnya. Pertama, kewenangan pengawasan lintas sektoral yang memberikan keleluasaan untuk melakukan pengawasan nasional yang bersifat lintas sektoral dan mengawasi pelaksanaan pembangunan nasional di instansi pemerintah yang saling terkait dalam mencapai tujuan pembangunan nasional. Kedua, kewenangan untuk melakukan audit tujuan tertentu terhadap program-program strategis nasional yang mendapat perhatian publik dan menjadi isu terkini. Ketiga, kewenangan untuk melakukan pembinaan sistem pengendalian intern dan pengembangan kapasitas APIP di instansi pemerintah. Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
7
Peluang dan tantangan penyelenggaraan pengawasan intern BPKP juga mempunyai magnitude yang sama. Visi dan misi pengawasan yang dimiliki oleh Presiden dapat dioptimalkan BPKP dalam melakukan dan mengembangkan peran pengawasan intern, peningkatan akuntabilitas keuangan negara serta peningkatan penyelenggaraan sistem pengendalian intern pemerintah. Perhatian pemerintah, dalam hal ini Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla, terhadap peran pengawasan membuka peluang yang cukup terbuka untuk secara efektif menyelenggarakan pembangunan pengawasan nasional dan pengawasan pembangunan nasional terkait dengan terwujudnya pemerintah yang transparan, efektif dan efisien yaitu “Meningkatkan kapasitas pemerintah nasional untuk lebih menjalankan fungsi pembinaan dan pengawasan”. Perhatian pemerintah tersebut adalah gambaran utama peluang besar bagi BPKP untuk menyelenggarakan fungsinya. Peluang lengkapnya sebagai berikut: a. Adanya dukungan yang jelas dari Presiden, termasuk beberapa stakeholders, menunjukkan bahwa BPKP diharapkan berperan sesuai dengan mandat yang diberikan oleh pemerintah; b. Tingginya komitmen pemerintah untuk menyelenggarakan negara yang bersih, tertib, dan bertanggung jawab (clean government and good governance), menjadi peluang BPKP untuk dapat berperan dalam pengawasan intern; c. Meningkatnya permintaan jasa assurance dan consultancy dari instansi pemerintah, membuat BPKP berpeluang melaksanakan pengawasan intern; d. Reputasi dan kinerja BPKP dari hasil pengawasan yang telah dilakukan selama ini memberikan kepercayaan bagi instansi pemerintah yang memerlukan jasa pengawasan yang tidak dapat dilakukan oleh APIP-nya sendiri; e. Masih banyak satuan kerja pemerintah yang belum menerapkan tata kelola kepemerintahan yang baik; f.
Dengan terbitnya PP Nomor 60 Tahun 2008 dan Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014, maka memungkinkan peran baru yang dapat dilaksanakan oleh BPKP;
g. Dalam kondisi masih banyaknya kasus korupsi, masih besar pula harapan instansi penyidik meminta BPKP untuk melakukan audit investigatif atas kasus TPK; h. Meningkatnya kesadaran untuk mengedepankan penciptaan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi instansi pemerintah; i.
nilai
dalam
Meningkatnya permintaan atas pembinaan pengawasan yang bersifat spesifik (tailor made). Selain pengawasan intern yang dilakukan BPKP secara umum, saat ini banyak stakeholder yang membutuhkan peran BPKP untuk melakukan pengawasan yang bersifat spesifik;
Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
8
j.
Meningkatnya tuntutan atas standar mutu dan proses kegiatan pengawasan oleh stakeholder, membuka peluang bagi BPKP untuk melaksanakan perannya dengan sebaik-baiknya;
k. Presiden sangat membutuhkan peran BPKP dalam bidang pengawasan, sehingga BPKP semakin sering dilibatkan dalam rapat kabinet; l.
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sebagai lembaga yang salah satu fungsinya adalah melakukan pengawasan juga menuntut peran BPKP yang lebih baik. Hal ini terlihat dengan adanya forum rapat dengar pendapat dengan DPR yang menuntut peningkatan pengawasan BPKP; dan
m. Dalam bidang pengetahuan ilmu akuntansi, adanya kompetensi akuntansi relative, membuka peluang bagi BPKP untuk memenuhi kebutuhan stakeholders. Dalam periode 2010–2014, banyak penugasan pengawasan dalam rangka memenuhi permintaan stakeholders yang sering tidak dapat diantisipasi oleh BPKP. Hal ini membuat rencana pengawasan untuk penguatan akuntabilitas keuangan sesuai risiko pencapaian tujuan pembangunan nasional sangat rentan untuk dibatalkan. Kegagalan melaksanakan pengawasan berbasis risiko merupakan permasalahan konseptual pengawasan. Permasalahan pengawasan secara lebih lengkap yaitu: a. Masih adanya sebagian kelompok birokrasi yang belum memahami dan belum dapat menerima pentingnya peran BPKP yang baru sesuai dengan PP Nomor 60 Tahun 2008 atau Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014; b. Banyaknya peraturan-peraturan yang tumpang tindih dan tidak sinkron dalam mendukung peran BPKP; c. Banyak tenaga BPKP yang potensial keluar dari BPKP akibat tingginya minat dan permintaan tenaga BPKP; d. Munculnya alternatif penyedia jasa dari konsultan independen atau pihak lain yang produknya sejenis dengan produk BPKP, sehingga banyak stakeholders BPKP menggunakan jasa konsultan tersebut; e. Adanya jabatan fungsional Pengawas Penyelenggaraan Urusan Pemerintah Daerah menimbulkan keraguan bagi K/L/Pemda tentang peran BPKP sebagai Pembina APIP; f.
Timbulnya arus pemikiran yang mempertanyakan relevansi keberadaan BPKP yang masih beranggapan tumpah tindih dengan lembaga pengawasan lain (BPK);
g. Munculnya keraguan instansi menerima jasa pengawasan BPKP karena meningkatnya faktor persaingan dan/atau peraturan perundangan; h. Ketidakterbukaan K/L tentang database ekonomi, demografi, sosial dan potensi daerah; dan i.
Mulai berkurangnya pasokan tenaga lulusan dari STAN untuk mengisi formasi CPNS di lingkungan BPKP.
Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
9
C. POSITIONING PENGAWASAN INTERN BPKP 2015 - 2019 Kemungkinan peran BPKP di dalam administrasi pemerintahan 2015–2019 telah digambarkan dalam BPKP’s mission plausible berdasarkan konsep scenario planning. Fokus pembahasan atau focal concern dalam scenario planning ini adalah “Bagaimana BPKP dapat meningkatkan kualitas hasil pengawasan yang menjangkau isu-isu strategis dan penting agar dapat memberikan jasa yang berguna bagi peningkatan efektivitas pengelolaan keuangan negara/daerah dan pembangunan nasional bagi peningkatan kesejahteraan rakyat”. Dua variabel yang signifikan (driving forces) dalam membahas focal concern tersebut adalah (a) dukungan stakeholder atas peran pengawasan nasional dan (b) regulasi pengawasan intern. Scenario planning menghasilkan empat skenario atau situasi pemberian pelayanan pengawasan (supervisory) sebagai berikut: (a) world class supervisory¸ (b) extended supervisory, (c) defined supervisory, atau (d) artificial supervisory. Skenario world class supervisory tampak compatible dengan administrasi pemerintahan Jokowi-JK. Polarisasi positif kekuatan dua driving forces tersebut menggambarkan situasi sebagai berikut: Regulasi yang mendukung keberhasilan BPKP adalah regulasi yang terkait dengan peran, fungsi dan pelaksanaan pengawasan intern yaitu: 1. Terbitnya UU yang mengatur Sistem Pengawasan Intern Pemerintah; 2. Peninjauan kembali UU/peraturan yang menghalangi BPKP atau yang membuat Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah/Korporasi (selanjutnya disingkat KLPK) menolak BPKP; dan 3. Terbitnya peraturan pelaksana bagi efektifnya PP 60/2008. Dukungan stakeholder kepada BPKP adalah: 1. Presiden peduli akan pentingnya peran pengawasan intern nasional demi keberhasilan pemerintahannya; 2. Presiden menggunakan/memanfaatkan hasil pengawasan BPKP dalam kebijakan nasionalnya; 3. KLPK peduli akan pemerintahan yang bersih dan terbuka bagi BPKP dalam pembinaan tata kelola dan terutama dalam koordinasi lintas sektoral dengan instansi terkait lainnya serta komitmen untuk menyelenggarakan SPIP; 4. KLPK peduli akan hasil pengawasan BPKP dan bersedia melakukan TL; dan 5. APIP KLPK bersedia diajak bekerjasama dalam memperluas cakupan pengawasan lintas sektoral.
1. Skenario World Class Supervisory Dalam skenario World Class Supervisory, BPKP sudah terkategori sebagai lembaga internal audit pemerintah berkelas dunia (world class government internal auditor). Hal Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
10
tersebut dapat dilihat dari kemampuan BPKP dalam memberikan assurance tentang pencapaian keberhasilan pemerintah dan dalam memberikan rekomendasi strategis kepada Presiden dan mitra kerja BPKP. Karena tugas pemerintah adalah untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat, maka tagline yang tepat untuk menggambarkan kondisi ini adalah “Mitra Strategis Kementerian/Lembaga/Pemda dalam Menyukseskan Pembangunan dan Pemerintahan untuk Kesejahteraan Rakyat” sebagaimana disajikan dalam Peraga 1.2 berikut.
Peraga 1.2. Skenario Worldclass Supervisory LINGKUNGAN
BPKP
REGULASI MENDUKUNG
HASIL PENGAWASAN
• SUMBER DAYA MEMADAI • HAMBATAN BERKURANG
1. 2. 3. 4.
PRESIDEN, DPR & K/L/PD/ BUMN/D
Persetujuan Anggaran Kemenkeu-Bappenas
BPKP
Ekspektasi K/L/Pemda/BUMN/D
Tingkat Efektivitas Sistem Manajemen Pengawasan Tingkat Kualitas Publikasi Organisasi
• KESIMPULAN MAKRO • PERBAIKAN SIGNIFIKAN
Tingkat KKN Sinergisitas dengan APIP lain
Kualitas layanan Publik Komitmen Penyelenggaraan SPIP
PUBLIK
Persepsi: IPK, IPM, SPM, Daya Saing
Akses Sistem Informasi Keuangan dan Pembangunan
MANFAAT PENGAWASAN
1. 2. 3. 4. 5.
• KEMUDAHAN BERUSAHA • KESEJAHTERAAN MENINGKAT
Diskresi Birokrasi
Integrasi Kebijakan Pembangunan Pengawasan Nasional
KARAKTERISTIK BPKP & PENGAWASAN Kompetensi unggul dibanding konsultan di luar BPKP Anggaran mencukupi Skope luas Permintaan jasa pengawasan tinggi
DAMPAK BAGI MASYARAKAT
• PROGRAM/ KEGIATAN EFEKTIF • FRAUD TURUN
Tingkat Dukungan Presiden & DPR
Profesionalisme BPKP
Tingkat keandalan IT Pengawasan
MANFAAT PENGAWASAN
Pencegahan fraud Pengelolaan keuangan meningkat Program pembangunan berhasil SPM meningkat Mitigasi risiko memadai
DAMPAK KE MASYARAKAT LUAS
1. 2. 3. 4.
Kemudahan berusaha Perijinan cepat PDB meningkat & berkualitas Fraud berkurang
Dalam posisi World Class Supervisory, BPKP tanpa diminta, dapat dengan segera memberi sinyal khusus kepada Presiden tentang data dukung yang sedang hangat dibicarakan, sebagai penyeimbang pendapat para pakar atau LSM yang biasanya paling lantang menyuarakan kesalahan pemerintah. BPKP juga dapat menyajikan ke masyarakat hasil pengawasan kinerja pemerintah yang menunjukkan upaya pemerintah untuk mengatasi masalah dalam kasus terkait. Dalam kondisi normal, secara periodik, BPKP dapat melaporkan kepada Presiden tentang kinerja pemerintahan melalui indeks Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan (APKP). Peran di atas dapat dipercaya jika BPKP dapat memberi rekomendasi strategis dengan dukungan SDM yang profesional dan etos kerja yang tinggi, dukungan SPIP dengan maturitas yang memadai, dan dukungan APIP dengan kapabilitas yang mumpuni.
2. Strategi Pengawasan: Fokus pada Sasaran Pembangunan Nasional Fungsi pengawasan pembangunan nasional ke depan dititikberatkan pada pengawasan yang bersifat makro strategis, yaitu pengawasan atas akuntabilitas kinerja pada tingkat outcome dan impact dalam rangka pengawalan pembangunan nasional, baik di pusat Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
11
maupun daerah. Pengawasan pembangunan nasional tersebut tidak hanya bersifat post audit, akan tetapi juga pada hal-hal yang bersifat pre audit, mulai dari tahap perencanaan, guna memberikan keyakinan yang memadai bahwa proses pembangunan berjalan dengan baik (lihat Peraga 1.3).
Peraga 1.3. Strategi Skenario Worldclass Supervisory LINGKUNGAN
BPKP
REGULASI MENDUKUNG
HASIL PENGAWASAN
• SUMBER DAYA MEMADAI • HAMBATAN BERKURANG
MANFAAT PENGAWASAN
• PROGRAM/ KEGIATAN EFEKTIF • FRAUD TURUN
• KESIMPULAN MAKRO • PERBAIKAN SIGNIFIKAN
• KEMUDAHAN BERUSAHA • KESEJAHTERAAN MENINGKAT
SDM & BUDAYA KERJA
K/L
KEMENPAN/ KEMENDAGRI
DAMPAK BAGI MASYARAKAT
SDM berwawasan makro strategis PERATURAN YANG MENDUKUNG PERAN & FUNGSI BPKP PERATURAN YANG MENGHAMBAT MASUKNYA BPKP KE PEMDA SEKRETRIAT KABINET DPR
JEJARING
TRANSPARANSI SINERGI PENGAWASAN DUKUNGAN ANGGARAN
KORPORASI NEGARA
OPTIMALISASI PROSES BISNIS RESOURCES 3E
Pengawasan berbasis IT
PEMDA
KEMITRAAN
TEKNOLOGI
PROSES
PENGUATAN INTERNAL
Untuk memberikan hasil pengawasan yang lebih optimal dan efektif, diperlukan strategi pengawasan pembangunan nasional yang memuat arah dan kebijakan pembangunan pengawasan nasional dan pengawasan pembangunan nasional, baik yang bersifat mikro maupun makro dalam rangka mendorong good governance dan clean government. Strategi penguatan pengawasan pembangunan nasional tersebut mencakup penguatan payung hukum, peningkatan profesionalisme SDM pengawasan, dan penajaman fokus pengawasan. Penguatan payung hukum dilaksanakan melalui penyusunan ketentuan perundangan tentang sistem pengawasan pembangunan nasional yang mengatur antara lain mengenai struktur lembaga pengawasan yang lebih independen, ruang lingkup tugas dan fungsi, tanggung jawab dan dukungan anggaran, serta kewenangan yang memadai. Peningkatan profesionalisme SDM pengawasan dilakukan melalui peningkatan kompetensi dan penguatan profesi. Pengawasan pembangunan nasional lebih difokuskan pada pengawasan kebijakan, antara lain pengawasan atas kebijakan pendapatan negara/daerah, kebijakan alokasi anggaran, kebijakan manajemen pembiayaan, dan kebijakan manajemen aset (BMN/BMD). Untuk memperkuat pengawalan pembangunan nasional, sistem pengawasan pembangunan nasional perlu dikoordinasikan dan diintegrasikan dengan sistem penegakan hukum (Criminal Justice System-CJS), sehingga dapat berfungsi secara efektif sebagai early warning system dan sistem pencegahan korupsi.
3. Milestone Menuju Worldclass Supervisory Kehadiran Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 tentang BPKP tidak mengurangi arti dari milestone strategi untuk skenario World Class Supervisory dalam Peraga 1.4 Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
12
berikut. Milestone tersebut menjadi bahan acuan bagi BPKP untuk menyusun dan mengimplementasikan strateginya, menggerakkan sumber daya pengawasan dan menyesuaikan Renstra sesuai dengan perkembangan lingkungan pengawasan intern.
Peraga 1.4. Milestone Menuju Worldclass Supervisory 30% lembaga terbuka bekerja sama
kajian perundangundangan yang menghambat rancangan UU pengawasan nasional telah dibahas intensif
70% lembaga terbuka bekerja sama
100% lembaga terbuka bekerja sama
50% perundangundangan yang menghambat disesuaikan
100% perundangundangan yang menghambat disesuaikan
UU pengawasan nasional berlaku
2015
tersusun jadwal pelatihan dan sertifikasi & telah dimulai Konsep integrasi pengawasan berbasis IT
Indeks APKP Level 1 Maturitas SPIP Level 1 IACM Level 1
2016
50% SDM meningkat kompetensinya
2017
100% SDM meningkat kompetensinya
Pengawasan Pengawasan berbasis IT berbasis IT dikembangkan & diimplementasikan diimplementasikan dan integrasi dg 50% lembaga Indeks APKP Level 1 Maturitas SPIP Level 1,5 IACM Level 1
Indeks APKP Level 2 Maturitas SPIP Level 2 IACM Level 2
2018
2019
30% SDM penyegaran kompetensi per tahun
30% SDM penyegaran kompetensi per tahun
Pengawasan berbasis IT diimplementasikan dan integrasi dg 100% lembaga
Hasil was telah 100% makro strategis & LS
Indeks APKP Level 2 Maturitas SPIP Level 2,5 IACM Level 2,5
Indeks APKP Level 3 Maturitas SPIP Level 3 IACM Level 3
4. Strategy Map BPKP 2015–2019 Untuk memastikan bahwa cakupan pelaksanaan pengawasan intern telah diarahkan pada kepentingan stakeholder dan pengembangan bussiness process dan penguatan kapasitas internal yang seimbang, Peraga 1.5 di bawah menjadi map acuan oleh BPKP dalam mengembangkan, mengimplementasi dan merevisi Renstra 2015–2019. Strategy Map tersebut menunjukkan bahwa BPKP melaksanakan sebagian fungsi pengawasan untuk kesejahteraan rakyat. Presiden sebagai Kepala Negara, dan sebagai representasi masyarakat serta sebagai representasi pemerintahan mendapatkan dampak dari penggunaan output assurance dan output consulting. Value chain yang ada dalam Strategy Map tersebut menunjukkan adanya suatu keterkaitan antara unsur-unsur pengawasan yang menghasilkan informasi pengawasan yang relevan. Kualitas setiap strategi dalam proses bisnis internal tersebut mempengaruhi secara berantai kualitas strategi lainnya, yaitu kualitas output assurance dan consultancy. Pada akhirnya hal tersebut akan mempengaruhi President Trust.
5. Empat Wilayah Prioritas Sebagai Quick Win Prarenstra 2015-2019 Menjadi Worldclass BPKP, menjadi auditor Pemerintah RI, membutuhkan upaya yang tak putus-putus dan membutuhkan bukti yang real bahwa atribut worldclass itu dapat Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
13
Peraga 1.5. Strategy Map BPKP 2015 - 2019 STAKEHOLDER EXPECTATION
PRESIDENT TRUST IMPROVE PEOPLE WELFARE
INCREASE COMPETITIVENESS
ENHANCE ECONOMIC PROSPERITY
IMPACT
GOVERNMENT AND STATE CORPORATE GOVERNANCE, RISK MANAGEMENT AND CONTROL SYSTEM WELL IMPLEMENTED
INTERNAL BUSINESS PROCESS
Corrective & Better Practices Advice and Recommendation Implemented Increase Efficiency & Effectiveness of Methods
Effective
Compliance With • IIA Standards or Standards set By AAIPI • Iinternal Quality Control Process
INNOVATION LEARNING & GROWTH
• Thematic Review •Cross Sectoral Approach •Respons to Presidential & Treasury Request •Internal Control System Specialization User Need •Others Strategic & Assignment Responsive
QUALITY
SCOPE OF WORK
Human Capital
Capacity Development
SYNERGY
Develop Knowledge Based Information Systems
Develop staff with increased Profesionalism & Integrity
RESOURCES
Supervisory Synergy with other Internal Auditors
Information Capital
• Communication • Publication • Advocacy
COMMUNICATION & EDUCATION
Develop ICS, BR and appropriate Work Culture Mandated Organizational Capital
Adequacy and Effective Use of Resources (Budget & Infrastructure)
tercapai. Untuk memberi bukti, BPKP telah menyiapkan empat quick wins sebagai wilayah yang diprioritaskan dilaksanakan. Dua di antaranya telah selesai dilaksanakan di tahun 2014, yaitu (1) piloting Evaluasi Program Ketahanan Pangan dan Evaluasi Program Pengentasan Kemiskinan dan (2) Pengembangan Kapasitas Evaluasi Program, sedangkan dua lainnya masih dalam proses, yaitu Asesmen IACM BPKP dan Penyusunan SPI untuk Program Lintas. Keempat wilayah prioritas dimaksud terlihat secara ringkas pada Peraga 1.6. Peraga 1.6. Empat Wilayah Prioritas Pra Renstra 2015-2019
Pengembangan Kapasitas Evaluasi Program
Piloting Evaluasi: - Program Ketahanan Pangan - Program Pengentasan Kemiskinan
Auditor Pemerintah RI Berkelas Dunia
Assesment IACM BPKP
Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
Implementasi SPIP: - Program Ketahanan Pangan - Program Pengentasan Kemiskinan
14
`
BAB II VISI MISI DAN TUJUAN BPKP Visi, misi dan tujuan BPKP yang diuraikan di bab ini merupakan gambaran besar tentang tekad besar BPKP pada tahun 2019 atau setelahnya. Bersama-sama dengan sasaran strategis, visi misi dan tujuan tersebut diharapkan dapat menggerakkan penggunaan seluruh sumber daya pengawasan BPKP ke satu arah yang sama, yaitu Visi Pembangunan Nasional 2015–2019: “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berdasarkan Gotong Royong”.
A. GAMBARAN VISI BPKP Melalui proses dan tahapan yang melibatkan berbagai lapisan pegawai hingga pimpinan tertingginya, BPKP menetapkan suatu komitmen untuk mewujudkan visi BPKP ke depan yaitu:
“Auditor Internal Pemerintah RI Berkelas Dunia untuk Meningkatkan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Nasional” Pernyataan visi ini sekaligus mengartikan bahwa visi BPKP ini telah konsisten dengan visi Presiden yang telah berwujud menjadi visi pembangunan nasional. Sebagai gambaran yang diimpikan tahun 2019 atau setelahnya, visi BPKP diharapkan menjadi acuan bagi setiap pegawai BPKP di semua tingkatan untuk melaksanakan tugasnya. Beberapa kata kunci perlu diberi makna secara khusus agar dapat membangun persepsi yang sama di antara insan pegawai di lingkungan BPKP. 1. Auditor Internal Pemerintah RI Terdapat dua kata kunci dalam frase auditor internal pemerintah RI yaitu audit intern dan auditor pemerintah RI. i)
Audit Intern Audit atau pengawasan intern yang diadopsi oleh BPKP mengacu pada definisi Institue of Internal Auditor (IIA) tentang internal auditing yaitu “an independent, objective assurance and consulting activity designed to add value and improve an organization’s operations. It helps an organization accomplish its objectives by bringing a systematic, disciplined approach to evaluate and improve the effectiveness of risk management, control, and governance processes”.
Rencana Strategis BPKP 2015–2019
15
`
Sesuai definisi tersebut, dua peran BPKP dalam melaksanakan pengawasan intern yaitu sebagai pemberi jasa assurance dan pemberi jasa consultancy. Melihat pendekatannya, pengawasan intern dimaksud menuntut jasa assurance dan consultancy yang diperoleh dengan pendekatan yang sistematis dan metodologis untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas pengelolaan risiko, pengendalian dan proses governance. Lebih spesifik lagi, untuk program atau kebijakan pembangunan nasional, pengawasan intern BPKP menuntut penerapan pendekatan evaluasi (riset sosial) untuk menghasilkan rekomendasi perbaikan atas ketiga hal tersebut. ii) Auditor Pemerintah RI Auditor pemerintah RI mengacu kepada posisi BPKP sebagai aparat pengawasan intern pemerintah yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden sebagai pemegang kekuasaan Pemerintah RI dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sebagai Auditor Pemerintah RI, BPKP merupakan mata dan telinga Presiden yang difungsikan untuk melihat dan mendengar secara langsung fakta lapangan dan memberikan respon berupa informasi assurance melalui suatu sistem pengawasan, dalam hal ini sistem informasi akuntabilitas. Menteri atau Kepala Lembaga atau Kepala Daerah atau pada tataran tertentu, Direktur Utama BUMN, adalah pembantu Presiden atau delegatee kekuasaan Presiden. Demi kepentingan Presiden, BPKP juga berfungsi sebagai mitra strategis KLPK dalam hal pemberian jasa consultancy. Jika informasi assurance di atas menunjukkan adanya risiko terhadap pencapaian tujuan program pemerintah, maka BPKP berfungsi memberikan rekomendasi perbaikan untuk memitigasi risiko, dan memastikan tujuan program pemerintah, dalam hal ini sasaran pembangunan nasional, dapat tercapai. Dalam posisi sebagai Auditor Presiden, BPKP mengemban amanah dan tanggung jawab yang besar karena dituntut mampu mendeteksi berbagai potensi ataupun simtom-simtom kelemahan maupun penyimpangan di bidang keuangan negara. Dalam konteks tersebut, BPKP harus konsekuen untuk meyakini bahwa alasan keberadaannya terutama bukan hanya untuk melaksanakan fungsi atestasi terhadap asersi manajemen, tetapi juga menekankan upaya perbaikan manajemen risiko, sistem pengendalian dan proses governance. Visi BPKP sebagai Auditor Internal Pemerintah RI merupakan visi yang strategis dalam rangka meningkatkan prinsip independensi, baik in fact maupun in appearance terhadap semua instansi di bawah Presiden yaitu kementerian, lembaga dan pemerintah daerah dan korporasi. Dengan demikian, diharapkan informasi yang dihasilkan dari proses/kegiatan pengawasan oleh BPKP bersifat obyektif, tidak bias dan tidak diintervensi oleh pihak-pihak lain yang menciderai penegakan prinsip independensi. 2. Auditor Berkelas Dunia Terdapat tiga aspek yang menunjukkan kualitas BPKP sebagai auditor internal berkelas dunia yaitu aspek SDM, aspek organisasi dan aspek produk. Rencana Strategis BPKP 2015–2019
16
`
i)
Profesionalisme Sumber Daya Manusia Sumber daya Manusia (SDM) BPKP wajib menerapkan due professional care dalam setiap pelaksanaan penugasan pengawasan dan wajib memenuhi persyaratan minimal. Kedua persyaratan tersebut biasanya ditetapkan dalam standar pengawasan yang berlaku bagi BPKP sebagai organisasi profesi. SDM BPKP yang memiliki kompetensi minimal dalam bidang pengawasan, diarahkan menjadi personel yang lebih memiliki kompetensi sesuai tujuan dan sasaran strategis BPKP. Kompetensi yang memungkinkan kemahiran profesional dalam pelaksanaan pengawasan intern, berdasarkan standard operating procedure (SOP) yang berlaku dan memperhatikan standar audit dari AAIPI atau IIA, dengan quality assurance berjenjang untuk memastikan kualitas proses pelaksanaan pengawasan. Pemilihan obyek pengawasan dilakukan sejak perencanaan stratejik sampai dengan perencanaan tahunan dengan memperhatikan risiko (risk based planning). Demikian juga, pelaksanaan pengawasannya tetap memperhatikan risiko pengawasan (risk based audit) untuk melindungi timbulnya gugatan pihak ketiga.
ii) Kewenangan dan Kapabilitas Organisasi Kewenangan BPKP dalam pengawasan program lintas di kementerian, lembaga dan pemerintah daerah mampu memberikan penilaian yang independen dan obyektif atas pengendalian intern yang diterapkan dalam sertifikasi profesi pengawasan. Setiap auditor BPKP memiliki keahlian dan kapasitas yang memadai dalam koordinasi dan kerjasama tim, paham atas budaya organisasi serta sistem dan proses yang berlaku di BPKP. Di samping itu, BPKP selalu mengusahakan peningkatan kompetensi dengan kemampuan komunikasi, kemampuan dalam mengidentifikasi masalah dan solusinya serta memahami perubahan peraturan terkait dan standar baru di bidang pengawasan. Pengelolaan sumber daya manusia BPKP telah direncanakan untuk memenuhi kebutuhan pengawasan dalam mencapai pengelolaan risiko, proses governance yang efektif dan efisien serta tercapainya tujuan dan sasaran. Laporan yang disampaikan kepada Menteri, Ketua Lembaga atau Kepala Pemerintahan Daerah yang bertanggung jawab langsung terhadap keberhasilan program, diarahkan agar dapat memenuhi harapan Presiden sebagai Kepala Pemerintahan RI terkait dengan kebijakan stratejik yang perlu diperbaiki dari pelaksanaan program pembangunan nasional. Pelaksanaan peran pengawasan intern tersebut telah dinyatakan dalam audit charter yang telah mendefinisikan kewenangan, ruang lingkup dan tanggung jawab BPKP. Pelaksanaan peran tersebut telah disetujui Presiden sebagaimana tertuang dalam berbagai peraturan yang mendukung peran BPKP serta menjadi landasan dan pedoman pelaksanaan peran pengawasan intern. Untuk meningkatkan dan memperbaiki proses pengawasan selalu dilakukan reviu dan melakukan pembelajaran dari proses pengawasan yang berlangsung di negara-negara lain (best practices benchmarking) melalui studi literatur maupun studi ke organisasi internal audit yang bersangkutan. Dengan perbaikan yang terus-menerus tersebut diharapkan BPKP dapat menjadi pembina yang lebih kompeten bagi aparat pengawasan pemerintah lainnya. Rencana Strategis BPKP 2015–2019
17
`
Kapabilitas pengelolaan organisasi dan profesional pengawasan BPKP diarahkan pada kerangka penilaian Internal Audit Capability Model dengan target minimal kapabilitas pada level 3 pada tahun 2019, dengan karakteristik sebagai berikut: 1) Peran dan jasa pengawasan untuk mewujudkan peran efektif BPKP dalam assurance & consulting menuju kepada peran sebagai penggerak perubahan (Service and Role of Internal Audit Element). 2) Pengelolaan SDM BPKP diarahkan untuk membangun pegawai yang profesional, meningkatkan koordinasi serta meningkatkan kompetensi dan kerjasama tim (People Management Element). 3) Pengawasan intern BPKP dalam rencana strategi pengawasan berfokus pada kebutuhan shareholder dan stakeholder dengan memperhatikan fokus prioritas dan risiko. Memperbaiki metodologi pengawasan berdasarkan perbaikan proses internal maupun praktek-praktek terbaik pengawasan (Professional Practices Element). 4) Mengembangkan manajemen kinerja pengawasan baik organisasi maupun individu, melalui SIM HP dan SIM Monev Pengawasan untuk kepentingan manajemen hasil pengawasan maupun untuk manajemen sumber daya pengawasan (Performance Management and Accountability Element). 5) Sinergi dengan aparat pengawasan intern pemerintah dalam pengawasan lintas sektor dan mitra pemerintah dalam tindak lanjut perbaikan manajemen hasil pemeriksaan BPK RI. Sementara itu, hasil pengawasan BPKP untuk menghasilkan rekomendasi kepada Presiden dan pimpinan KLPK untuk mewujudkan hubungan yang harmonis dan efektif dengan mitra kerja (Organizational Relationship and Culture Element). 6) Dalam kedudukannya sebagai auditor Presiden, BPKP melakukan pengawasan secara independen dengan kewenangan dan kekuasaan mandiri walaupun sebatas kegiatan lintas sektoral. BPKP aktif untuk melakukan pengawasan dalam rangka meningkatkan pengendalian intern dalam memitigasi risiko, meningkatkan kepatuhan dan mendorong tercapainya tujuan organisasi (Governance Structure Element). Pengembangan kapabilitas dan kapasitas pengawasan intern BPKP senantiasa dilakukan dengan penerapan sistem pengendalian intern pemerintah, untuk memberi keyakinan bahwa tujuan BPKP dapat tercapai. Penerapan sistem pengendalian intern diarahkan pada penyelenggaraan yang efektif dengan kerangka penilaian kematangan implementasi SPIP. Maturitas penyelenggaraan SPIP ditargetkan berada padal level 3, dengan karakteristik bahwa BPKP telah menetapkan kebijakan dan prosedur pengendalian untuk semua kegiatan pokok BPKP, sebagai media pengendalian (control design). Kebijakan dan prosedur atas kegiatan pengelolaan keuangan dan atas beberapa kegiatan operasional telah mulai dilaksanakan dan didokumentasikan secara konsisten. iii) Leverage Rekomendasi Hasil Pengawasan Dari sudut perannya, hasil pengawasan internal BPKP dapat berupa informasi assurance dan/atau consultancy. Informasi assurance memberikan jaminan kepada Rencana Strategis BPKP 2015–2019
18
`
Presiden dan pembantunya bahwa proses penyelenggaraan pemerintah atau program pembangunan dikelola sesuai dengan standar, aturan, kebijakan atau instrumen operasional manajemen risiko dan governance lainnya. Lebih spesifik lagi bahwa Sasaran Pokok Pembangunan dalam RPJMN 2015–2019 dapat tercapai. Informasi consultancy berwujud rekomendasi tentang perbaikan manajemen risiko, aktivitas pengendalian dan proses governance dalam penyelenggaraan pemerintahan dan program pembangunan. Kualitas informasi assurance dan rekomendasi strategis tersebut harus sedemikian rupa sehingga mempunyai daya ungkit (leverage) yang cukup signifikan dalam meningkatkan kinerja pemerintahan dan program pembangunan. 3. Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Nasional Terdapat dua ruang lingkup utama terkait dengan akuntabilitas pengelolaan keuangan dan pembangunan. Pertama, terkait dengan fungsi manajemen lingkup pengawasan intern yang meliputi perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pelaporan dan pertanggungjawaban. Kedua, terkait dengan lingkup APBN, pengawasan intern akan meliputi fungsi penerimaan, program prioritas nasional dan kebijakan fiskal. Pengawasan BPKP dilakukan untuk merespon permasalahan yang mengemuka pada pembangunan nasional yang menjadi perhatian Presiden atau masyarakat luas. Uraian lebih rinci dapat dilihat di tujuan dan sasaran strategis. Dengan kualitas tersebut, BPKP diharapkan dapat menjadi mitra srategis KLPK dalam mensukseskan pembangunan nasional untuk kesejahteraan rakyat. Visi BPKP yaitu“Auditor Internal Pemerintah RI Berkelas Dunia untuk Meningkatkan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Nasional” sejalan dengan Visi Pembangunan Nasional Tahun 2015–2019. Hal tersebut dapat dibuktikan dari adanya persinggungan antara peran BPKP dengan beberapa agenda prioritas (NAWA CITA) antara lain agenda kedua yang isinya adalah membuat pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya. Dalam lingkup yang lebih spesifik, mempertimbangkan perubahan yang dinamis serta tugas dan fungsi yang dilaksanakannya, BPKP mengambil peran penting yang mengerucut sebagai Auditor Internal Pemerintah RI yang Selalu Hadir dalam Membangun Tata Kelola Pemerintahan yang Bersih, Efektif dan Terpercaya. Peran penting BPKP sebagai auditor internal pemerintah RI yang selalu hadir dalam membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif dan terpercaya tersebut dapat diuraikan secara rinci sebagai berikut: a. Auditor Internal Pemerintah RI yang Selalu Hadir Selalu hadir mempunyai makna suatu tindakan proaktif yang sudah sampai pada tataran sebuah kebiasaan untuk berada pada suatu tempat, setiap saat dibutuhkan oleh pemerintah dan masyarakat. Dalam pemahaman ini, selalu hadir diartikan sebagai keberadaan BPKP sebagai auditor internal pemerintah selalu ada atau hadir untuk memberikan jawaban kepada masyarakat dan pemerintah di bidang pengawasan pembangunan dan pembangunan pengawasan.
Rencana Strategis BPKP 2015–2019
19
`
Kehadiran fungsi pengawasan dalam pelaksanaan pembangunan tersebut mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan sampai pada pelaporan akuntabilitasnya. Selain itu pengawasan internal yang dilakukan oleh BPKP diharapkan juga dapat menghasilkan informasi hasil pengawasan yang sifatnya strategis sebagai masukan penting bagi Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Jusuf Kalla, beserta kabinetnya. Program atau kegiatan tersebut misalnya terhadap program pembangunan yang bersifat lintas dan program kegiatan yang menjadi curent issue di masyarakat luas. Kehadiran fungsi pengawasan internal yang dilakukan oleh BPKP pada akhirnya diharapkan dapat memberikan nilai tambah atau added value yang mempunyai makna mendorong pencapaian Sasaran Pokok Pembangunan. b. Membangun Tata Kelola Pemerintahan yang Bersih Membangun tata kelola pemerintah yang bersih didefinisikan sebagai membangun suatu kondisi pemerintahan yang para penyelenggaranya menjaga diri dari perbuatan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) dengan tools pengawasan berupa sosialiasi, bimbingan teknis, diklat, audit, evaluasi, verifikasi dan pemantauan. Terkait dengan Nawacita keempat, fungsi pengawasan internal BPKP dilakukan melalui tindakan represif untuk preventif, membantu Aparat Penegak Hukum dalam memberantas Tindak Pidana Korupsi (TPK) dan memberi rekomendasi untuk mencegah TPK berulang. Untuk membangun sebuah tata kelola pemerintahan yang bersih, BPKP dapat memfasilitasi dan mendorong KLPK dengan cara membangun SPIP serta mendorong peningkatan level maturitas SPIP pada setiap KLPK yang telah menerapkan SPIP. Hal penting lainnya yang harus dilakukan adalah SPIP juga harus diterapkan pada Program Lintas. Di samping itu, tindakan lain yang dapat dilakukan adalah mendorong dan memfasilitasi APIP untuk meningkatkan kapabilitas pengawasan intern masing-masing APIP. Jika beberapa upaya penting di atas dapat terlaksana dengan baik maka tata kelola pemerintahan di Indonesia akan semakin bersih. c. Membangun Tata Kelola Pemerintahan yang Efektif Membangun tata kelola pemerintahan yang efektif didefinisikan sebagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam rangka mewujudkan hasil pelaksanaan pembangunan sesuai dengan tujuan awal dan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat luas. Terpenuhinya kebutuhan masyarakat dalam bentuk penyediaan barang/jasa dalam jumlah yang cukup dan kualitas yang tepat merupakan salah satu indikator pemerintahan yang efektif. Kehadiran fungsi pengawasan internal yang dilakukan oleh BPKP hendaknya dapat memastikan bahwa program dan kegiatan pembangunan nasional dapat menghasilkan output yang tepat secara jumlah dan kualitas yang dibutuhkan oleh masyarakat. Dalam kondisi demikian, pengawasan internal sejak tahap perencanaan menjadi sangat penting dilakukan oleh BPKP. Upaya ini dilakukan untuk menghindari terjadinya missing link antara kebutuhan masyarakat dengan barang/jasa yang tersedia. Di samping itu, pengawasan internal oleh BPKP dilakukan untuk memastikan efektifitas pelaksanaan program tersebut.
Rencana Strategis BPKP 2015–2019
20
`
d. Membangun Tata Kelola Pemerintahan yang Terpercaya Membangun tata kelola pemerintahan yang terpercaya didefinisikan sebagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam rangka memulihkan kepercayaan publik pada instansi pemerintah. Praktek birokrasi selama ini dirasakan oleh sebagian masyarakat sebagai profil yang lambat dalam memberikan pelayanan, berbelit dan berbudaya koruptif. Pemerintah pun berupaya keras melakukan perbaikan agar kesan negatif tersebut tidak terus-menerus menguat yang pada akhirnya menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Kehadiran fungsi pengawasan internal yang dilakukan oleh BPKP diharapkan dapat mengurangi perilaku koruptif para penyelenggara pemerintahan dan mendorong aparatur pemerintah untuk memberikan pelayanan prima kepada masyarakat. Kehadiran BPKP sebagai auditor internal yang berpartisipasi dalam rekruitmen CPNS melalui Computer Assisted Test (CAT) merupakan salah satu contoh nyata bahwa pemerintah sudah mulai berubah dari perilaku KKN menjadi lebih obyektif dan transparan. Hal ini juga disambut dengan optimisme dan suka cita masyarakat atas langkah yang sedang digalakkan oleh pemerintah.
B. URAIAN MISI BPKP Misi BPKP merupakan pengejawantahan tugas dan fungsi yang diamanatkan dalam peraturan perundang-undangan, yaitu sebagai pelaksana fungsi pengawasan intern sebagaimana diamanatkan oleh Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014, Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2014, serta Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008. Wilayah tugas dan kewenangan BPKP juga dinyatakan dalam Undang Undang Nomor 30 Tahun 2002 dan Undang Undang Nomor 20 Tahun 1997. Rumusan misi BPKP adalah: 1) Menyelenggarakan Pengawasan Intern terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Nasional guna Mendukung Tata Kelola Pemerintahan dan Korporasi yang Bersih dan Efektif; 2) Membina Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah yang Efektif; dan 3) Mengembangkan Kapabilitas Pengawasan Intern Pemerintah yang Profesional dan Kompeten. 1. Misi Pertama dan Penjelasannya Misi pertama BPKP yaitu “Menyelenggarakan Pengawasan Intern terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Nasional guna Mendukung Tata Kelola Pemerintahan dan Korporasi yang Bersih dan Efektif”. Misi ini mengandung dua hal yaitu tugas dan fungsi BPKP serta manfaat BPKP. Tugas dimaksud adalah “Pengawasan intern terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan dan pembangunan” dan manfaatnya yaitu “mendukung tata kelola pemerintahan dan korporasi yang bersih dan efektif.
Rencana Strategis BPKP 2015–2019
21
`
a. Pengawasan Intern Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Akuntabilitas Pengawasan Intern Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan dalam misi ini akan bermuara pada pemberian informasi assurance dan rekomendasi atas penyelenggaraan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara/daerah dan pembangunan nasional. Prinsip dari akuntabilitas adalah kesiapan pemerintah memberikan kemampuan merespon terhadap pertanyaan (scrutiny) masyarakat dan stakeholder lainnya tentang pelaksanaan mandat dan penggunaan sumber daya yang diamanatkan kepada penyelenggara pemerintahan. Untuk kesiapan ini, dan berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014, serta peraturan perundang-undangan lainnya tentang fungsi pengawasan, BPKP menjadi mitra kerja Menteri dan Kepala KLPK melalui jasa assurance, jasa consultancy dan pelaksanaan pengawasan intern. Jasa assurance mencakup pemberian informasi kepada Presiden tentang capaian pelaksanaan tugas dari para mitra kerja BPKP tersebut. Sedangkan jasa consultancy berwujud rekomendasi yang strategis yaitu rekomendasi yang mempunyai daya ungkit dalam peningkatan kinerja KLPK sebagai mitra kerja BPKP. Perwujudan peran pengawasan intern tersebut sekurang-kurangnya harus memberikan keyakinan yang memadai melalui informasi assurance atas ketaatan, kehematan, efisiensi, dan efektivitas pencapaian tujuan penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah dan sasaran pembangunan nasional. Dengan informasi assurance tersebut dan/atau ditambah dengan rekomendasi pengawasan intern, BPKP harus berperan aktif dalam memberikan peringatan dini terhadap kemungkinan terjadinya penyimpangan atau kecurangan, inefektivitas manajemen risiko, dan absensi kualitas proses tata kelola penyelenggaraan pemerintahan dan risiko tidak tercapainya Sasaran Pembangunan Nasional dalam RPJMN 2015–2019. Jasa assurance dan consultancy dihasilkan melalui pelaksanaan kegiatan assurance dan konsultansi. Kegiatan dimaksud dapat mengacu kepada PP 60 Tahun 2008, Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014, Instruksi Presiden Nomor 9 tahun 2014 maupun pada konsepsi internal auditing yang digagas oleh Internal Auditing Assosiation. PP 60/2008 memberi batasan pengawasan intern sebagai seluruh proses kegiatan audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi dalam rangka memberikan keyakinan yang memadai bahwa kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan tolok ukur yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien untuk kepentingan pimpinan dalam mewujudkan tata kepemerintahan yang baik. Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Sebagai auditor internal yang bertanggung jawab kepada Presiden, BPKP melaksanakan fungsi pengawasan intern di jalur pengelolaan keuangan dan pembangunan. Jika dalam periode sebelumnya fokus pengawasannya banyak di jalur pengelolaan keuangan, dalam hal ini pelaporan keuangan, maka pada periode 2015– Rencana Strategis BPKP 2015–2019
22
`
2019, sesuai misi ini, BPKP akan melaksanakan fungsi pengawasan intern bukan hanya pada jalur pengelolaan keuangan (baik pembiayaan, kebijakan fiskal, maupun kebijakan alokasi atau transfer daerah) tetapi juga pengelolaan pembangunan, mulai dari perencanaan kinerja, pelaksanaan hingga pelaporan akuntabilitas. Pengelolaan Keuangan Keuangan Negara dan Daerah Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan mengikuti kerangka APBN. Dalam hal pengelolaan keuangan, pengawasan intern BPKP akan berupaya meningkatkan kualitas akuntabilitas Presiden sebagai pemegang kekuasaan pemerintahan tertinggi di bidang keuangan dan atau Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara. Keuangan Negara kemudian diimplisitkan dalam Perpres 192/2014 yang terdiri dari Keuangan Negara dan Keuangan Daerah. Akuntabilitas pengelolaan keuangan dimaksud akan mencakup kualitas pelaporan keuangan dan kualitas kebijakan fiskal. Dalam hal pengawasan intern atas kualitas pelaporan, BPKP mendorong mitra kerjanya untuk memenuhi persyaratan minimal kualitas laporan keuangan (LK) yang direpresentasikan oleh opini WTP dari audit BPK atas LK KLPK. Dengan demikian, kalaupun dilaksanakan, kegiatan pengawasan intern ini akan diarahkan bagi KLPK yang LK-nya belum mendapatkan opini WTP dari BPK. Arah kebijakan pengawasan ini sekaligus untuk memberi kepercayaan bagi KLPK untuk mempertahankan kualitas pelaporannya dan memberi koridor bagi BPKP untuk mengawasi efektivitas program pembangunan. Pengawasan intern atas kualitas kebijakan fiskal diarahkan baik kepada penerimaan negara dan belanja negara termasuk kebijakan yang diterapkan untuk mengalokasikan belanja negara dan kebijakan pembiayaan. Dalam kaitan ini pengawasan intern diarahkan untuk menghasilkan rekomendasi perbaikan kebijakan Kebendaharaan Umum Negara baik dari substansi formulasi maupun implementasi kebijakan pengelolaan keuangan negara/daerah termasuk korporasinya. Kegiatan pengawasan atas pengelolaan keuangan negara/daerah ini akan mencakup antara lain kebijakan: (a) Pengawasan terhadap Peningkatan Penerimaan Negara/Daerah untuk meningkatkan ruang fiskal, (b) Kebijakan Alokasi Anggaran (transfer) daerah, (c) Perencanaan dan Pelaksanaan Pemanfaatan Aset dan Kekayaan Negara/Daerah, (d) Pengelolaan Hutang, (e) Pengelolaan Subsidi, dan (f) Pengelolaan Korporasi. Pengelolaan Pembangunan Nasional Terkait dengan pembangunan nasional, pengawasan intern dilakukan secara menyeluruh mengikuti tahapan pengelolaan keuangan negara, namun terfokus pada implementasi strategi pembangunan nasional. Strategi pembangunan nasional membedakan tiga dimensi pembangunan, yaitu: (1) dimensi pembangunan manusia yang sifatnya wajib, (2) dimensi pembangunan sektor unggulan yang sifatnya prioritas; dan (3) dimensi pemerataan dan kewilayahan. Untuk melaksanakan strategi ini perlu menciptakan kondisi pendukung sebagai prasyarat minimal yang harus terpenuhi. Indikator pencapaian sasaran strategi pembangunan tersebut dituangkan dalam Sasaran Pokok Pembangunan RPJMN 2015–2019. Rencana Strategis BPKP 2015–2019
23
`
Masih terdapat missing link dalam pelaksanaan program bersifat lintas sektor dalam APBN 2015 dan dalam RPJMN 2015–2019. Sasaran pokok pembangunan dirancang dilaksanakan oleh satu atau lebih KLPK, namun tidak ada suatu entitas sistem yang memadai untuk mengintegrasikan process bussiness program dan kegiatan tersebut. Untuk tujuan pengawasan intern, BPKP akan memastikan bahwa process business Program Lintas Bidang dalam RPJMN adalah berbasis risiko. Arah Pengawasan BPKP selanjutnya adalah melaksanakan pemantauan, evaluasi dan pengawasan sinergis bersama APIP KLPK serta pengawasan terintegrasi dengan sistem perencanaan dan penganggaran untuk mengawal pencapaian Sasaran Program yang bersifat program lintas bidang dalam RPJMN. Dengan kebijakan ini, pengawasan nasional pemerintah diarahkan untuk melakukan pengawasan keuangan negara, keuangan daerah dan pembangunan nasional secara komprehensif, sinergis dan integratif. BPKP bersama APIP terkait mengawal pencapaian sasaran pembangunan lintas sektor dalam RPJMN, APIP mengawal pencapaian sasaran pembangunan terkait KLPK-nya masing-masing, sedangkan BPKP meningkatkan kapabilitas pengawasan intern APIP. Pengawasan intern terhadap tahapan penyelenggaraan kegiatan pembangunan juga mengikuti fungsi manajerial, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, sampai dengan pertanggungjawaban. Pengawasan intern diarahkan untuk memastikan bahwa pengendalian intern sebagai proses yang integral dengan kegiatan utama. Tindakan manajemen dalam tahapan ini harus dirancang dan dilakukan secara memadai yang melibatkan semua pihak untuk mencapai tujuan kegiatan, dalam kerangka pengelolaan keuangan negara melalui pelaksanaan kegiatan secara efisien dan efektif. BPKP berupaya memberi kepastian bahwa penyelenggaraan pembangunan telah memenuhi aspek ketaatan, kehematan, efisiensi, dan efektivitas dalam mencapai Sasaran Pokok Pembangunan dalam RPJMN 2015– 2019. Fokus pengawasan pada sasaran pembangunan nasional harus konsisten dengan amanah pengawasan yang ditugaskan kepada BPKP yaitu program atau kegiatan yang bersifat lintas sektor. Dengan melakukan pengawasan intern terfokus pada pembangunan nasional dan yang menjadi prioritas dan perhatian pemerintah, BPKP berkontribusi pada pencapaian tujuan pemerintah dan pembangunan yaitu peningkatan kesejahteraan masyarakat. Tiga Strategi Pembangunan Nasional, Sembilan Agenda Prioritas (Nawacita) dan Enam Sasaran Pokok Pembangunan merupakan sarana untuk mewujudkan tujuan pemerintah. Dalam program ini terdapat dua atau lebih KLPK yang bertanggung jawab mengelola keuangan untuk pembangunan nasional. Masing-masing dibebankan tanggung jawab untuk menyukseskan tujuan pembangunan nasional. Tanggung jawab ini mengikuti struktur dan birokrasi KLPK sesuai dengan kewenangan masing-masing. Pelaksanaan kewenangan ini sering menghambat sinergisitas yang pada akhirnya menghambat pencapaian tujuan semula. Kehadiran peran pengawasan intern yang berkualitas dari BPKP diharapkan dapat menghasilkan rekomendasi untuk peningkatan kinerja program pembangunan pusat, daerah dan
Rencana Strategis BPKP 2015–2019
24
`
korporasi, termasuk rekomendasi perbaikan untuk mengatasi hambatan kelancaran pembangunan. b. Tata Kelola Pemerintahan dan Korporasi yang Bersih dan Efektif Pengawasan intern terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan dan pembangunan diselenggarakan untuk mendukung tata kelola pemerintah yang bersih dan efektif, termasuk tata kelola korporasi. Pengawasan intern BPKP diarahkan untuk memastikan bahwa governance process dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan telah berjalan secara partisipatif, akuntabel, transparan dan efektif. Di samping itu, terdapat struktur organisasi dan mekanisme yang melibatkan stakeholder kunci dalam menetapkan dan mengawasi (oversee) tujuan pemerintah dan pembangunan termasuk korporasi. Masyarakat juga diberi akses yang cukup terhadap informasi anggaran dan target pemerintahan dan pembangunan serta laporan pertanggungjawaban yang memungkinkan mereka mengetahui sejauh mana tujuan pemerintahan dan pembangunan tercapai. Dengan kerangka transparansi tersebut, para penyelenggara menyiapkan diri untuk menjelaskan capaian targetnya dan menjelaskan jika terjadi kegagalan, alasan kegagalan pengelolaan keuangan dan pembangunan atau menjelaskan ukuran pencapaian efektivitas pencapaian tujuan dimaksud. Dengan menjaga partisipasi masyarakat, transparansi dan akuntabilitas tersebut diharapkan tercipta tata kelola pemerintahan dan korporasi yang bersih dan efektif. 2. Misi Kedua dan Penjelasannya Misi kedua BPKP yaitu “Membina Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah yang Efektif”. Misi dua ini terkait erat dengan Misi Satu. Untuk menjamin pelaksanaan tujuan suatu organisasi, termasuk organisasi pemerintahan dan pembangunan, dibutuhkan suatu sistem pengendalian intern yang dapat memberi keyakinan memadai bahwa kegiatan berjalan efektif dan efisien, diikuti dengan pelaporan keuangan yang handal, penanganan aset yang aman dan taat terhadap peraturan perundang-undangan. Berdasarkan PP 60 Tahun 2008, sistem yang dimaksud adalah SPIP. Sesuai dengan PP tersebut, BPKP diberikan mandat untuk melakukan pembinaan penyelenggaraan SPIP. Sesuai dengan PP 60 Tahun 2008, selama ini pembinaan penyelenggaraan SPIP yang dilakukan oleh BPKP berfokus pada penyusunan pedoman teknis penyelenggaraan, sosialisasi, pendidikan dan pelatihan, pembimbingan dan konsultansi SPIP. Pada periode 2015–2019, pembinaan penyelenggaraan SPIP diarahkan untuk meningkatkan maturitas SPIP di tingkat KLPK bahkan hingga tingkat program (prioritas) pembangunan nasional. Penyelenggaraan SPIP KLPK memang bukan tanggung jawab BPKP, tetapi tanggung jawab masing-masing KLPK. Namun, sebagai implementasi tanggung jawab pembinaan, BPKP dan seluruh insan pengawasan di BPKP diarahkan untuk meningkatkan kualitas pembinaan dari sekedar pelaksanaan tugas penyusunan pedoman dan pelatihan SPIP, menjadi pengawal implementasi seluruh elemen SPIP di seluruh kegiatan utama dan tindakan manajemen KLPK. Hal tersebut dilakukan dengan membudayakan pengenalan dan pengendalian risiko oleh semua personel dan pimpinan dalam pelaksanaan kegiatan utamanya yang dituangkan dalam kebijakan dan prosedur pelaksanaan kegiatan (SOP). Rencana Strategis BPKP 2015–2019
25
`
Pengkomunikasian dan evaluasi reguler terhadap konsistensi kebijakan dan pelaksanaan kegiatan sesuai SOP diharapkan menyadarkan personel dan pimpinan akan pencapaian tujuan pemerintahan dan pembangunan, yang pada akhirnya akan meningkatkan kematangan implementasi SPIP secara keseluruhan di KLPK. Dengan demikian, misi pembinaan penyelenggaraan SPIP ini terkait langsung dengan misi 1 yaitu pengawasan intern terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan dan pembangunan guna mewujudkan tata kelola pemerintahan dan korporasi yang bersih dan efektif. Akan tetapi, terdapat perbedaan karakteristik antara keduanya. Misi 1 menyangkut penggunaan sumber daya pengawasan untuk penyelenggaraan fungsi pengawasan keuangan dan pembangunan (pengawasan fungsional), sedangkan misi 2 menyangkut penggunaan sumber daya pengawasan untuk membangun sistem pengawasan itu sendiri, dalam hal ini Sistem Pengendalian Intern. Sistem pengendalian intern, dalam sejarahnya adalah bentuk lanjutan dari pengawasan melekat. 3. Misi Ketiga dan Penjelasannya Misi ketiga BPKP yaitu “Mengembangkan Kapabilitas Pengawasan Intern Pemerintah yang Profesional dan Kompeten”. Misi ini juga terkait dengan Misi Dua dan Misi Satu. Salah satu unsur penting SPIP, yaitu Lingkungan Pengendalian, mewajibkan setiap pimpinan instansi pemerintah untuk membentuk dan memelihara lingkungan pengendalian yang menimbulkan perilaku positif dan kondusif untuk penerapan budaya pengendalian di lingkungan organisasinya. Upaya pembentukan budaya kendali ini antara lain diselenggarakan melalui perwujudan peran aparat pengawasan intern pemerintah (APIP) yang efektif. Untuk mewujudkan peran APIP sebagai aparat pengawasan intern diperlukan kapabilitas untuk menjalankan tugas dan fungsinya. Peraga 2. 1. Kaitan Antar Misi BPKP 1. Menyelenggarakan Pengawasan Intern terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Nasional guna Mendukung Tata Kelola Pemerintahan Dan Korporasi Yang Bersih dan Efektif
PENGAWASAN PEMBANGUNAN
2. Membina Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah yang Efektif PEMBANGUNAN PENGAWASAN
3. Mengembangkan Kapabilitas Pengawasan Intern Pemerintah Yang Profesional & Kompeten
Melanjutkan pembinaan yang telah dilaksanakan pada periode sebelumnya, tugas dan fungsi pengembangan kapabilitas pengawasan intern tersebut, sesuai dengan PP 60 Tahun 2008, difokuskan pada peningkatan kapabilitas APIP. Kapabilitas APIP diarahkan untuk peningkatan kapasitas organisasi APIP maupun peningkatan kompetensi auditornya. Peningkatan kapabilitas APIP diarahkan pada peningkatan enam elemen Rencana Strategis BPKP 2015–2019
26
`
kapabilitas APIP yaitu (a) peran APIP dalam organisasi; (b) pola pengembangan auditor APIP; (c) praktek profesionalisme pengawasan intern; (d) eksistensi manajemen kinerja dan akuntabilitas; (e) kualitas hubungan Inspektur dengan pimpinan atasan dan pimpunan satuan kerja lainnya; dan (f) struktur tata kelola APIP termasuk kualitas independensi APIP. Bersama-sama dengan misi 2, misi 3 ini juga mendukung pencapaian misi 1 sebagaimana ditunjukkan oleh Peraga 2.1 di atas.
C. TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS BPKP 2019 Dalam menyelenggarakan misinya, BPKP menetapkan tiga tujuan, yaitu kondisi yang ingin dicapai oleh BPKP pada tahun 2019 yaitu: 1) Peningkatan Kualitas Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Nasional yang Bersih dan Efektif; 2) Peningkatan Efektivitas Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah; dan 3) Peningkatan Kapabilitas Pengawasan Intern Pemerintah yang Profesional dan Kompeten. 1. Tujuan dan Sasaran Strategis Satu Tujuan 1: Peningkatan Kualitas Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Nasional yang Bersih dan Efektif
Sasaran Strategis
1
Meningkatnya Kualitas Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Nasional
Penyelenggaraan misi “Pengawasan Intern terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Nasional guna Mendukung Tata Kelola Pemerintahan dan Korporasi yang Bersih dan Efektif” secara kualitatif dan kuantitatif perlu diukur. Ukuran kualitatif pencapaian misi ini adalah adanya “Peningkatan Kualitas Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Nasional yang Bersih dan Efektif”. Peningkatan kualitas akuntabilitas inilah yang diharapkan tercapai di akhir tahun 2019. Ukuran kualitas tujuan ini linear dengan ukuran sasaran strategisnya yaitu “Meningkatnya Kualitas Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Nasional”. Sasaran strategis BPKP merupakan kondisi yang akan dicapai secara nyata oleh BPKP pada tahun 2019 yang mencerminkan pengaruh yang ditimbulkan oleh adanya hasil (outcome) dari program teknis BPKP yaitu pengawasan intern akuntabilitas pengelolaan keuangan negara dan pembangunan nasional. Sasaran strategis ini sekaligus menjadi indikator untuk menilai keberhasilan pencapaian tujuan “Peningkatan Kualitas Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Nasional yang Bersih dan Efektif”.
Rencana Strategis BPKP 2015–2019
27
`
Untuk dapat mengelola (manage) secara efektif pencapaian tujuan dan sasaran strategis di atas, disusun indikator akuntabilitas pengelolaan keuangan negara dan pembangunan nasional, sebagai ukuran kuantitatif peningkatan kualitas dimaksud. BPKP mengusulkan indikator pengukuran sasaran ini sebagai Indeks Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan (APKP). Indeks APKP ini merupakan indikator yang menunjukkan level assurance BPKP tentang kemampuan institusi publik untuk menyiapkan respon yang akuntabel tentang pencapaian atau kegagalan pencapaian tujuan pemerintahan dan pembangunan sebagai akibat pengelolaan uang negara yang diamanatkan kepadanya. Indeks APKP ini akan menunjukkan keyakinan kualitas pelaksanaan kewenangan sebagai pengelola keuangan negara dan keyakinan keberhasilan program pembangunan yang menjadi tanggung jawabnya. 2. Tujuan dan Sasaran Strategis Dua Tujuan 2: Peningkatan Efektivitas Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Meningkatnya Maturitas Sistem Pengendalian Intern pada Kementerian, Lembaga, Pemerintah Daerah dan Korporasi dan Program Prioritas Pembangunan Nasional
Sasaran Strategis
2
Penyelenggaraan misi “membina penyelenggaraan SPIP yang efektif” secara kualitatif dan kuantitatif perlu diukur. Ukuran kualitatif pencapaian misi ini adalah adanya “Peningkatan Efektivitas Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah”. Peningkatan kualitas pembinaan penyelenggaraan SPIP dan korporasi inilah yang diharapkan tercapai di akhir tahun 2019. Ukuran kualitas tujuan ini linear dengan ukuran sasaran strategisnya yaitu “Meningkatnya Maturitas Sistem Pengendalian Intern Pemerintah pada Kementerian, Lembaga, Pemerintah Daerah dan Korporasi dan Program Prioritas Pembangunan Nasional”. Sasaran strategis Pembinaan Penyelenggaraan SPIP KLPK oleh BPKP merupakan kondisi yang akan dicapai secara nyata oleh KLPK pada tahun 2019 yang mencerminkan pengaruh yang ditimbulkan oleh adanya hasil (outcome) dari berbagai kegiatan pembinaan SPIP terhadap KLPK bahkan program prioritas nasional. Sasaran strategis ini sekaligus menjadi indikator untuk menilai keberhasilan pencapaian tujuan “Peningkatan Efektivitas Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah”. Untuk dapat mengelola (manage) secara efektif pencapaian tujuan dan sasaran strategis di atas, disusun indikator Peningkatan Efektivitas Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, sebagai ukuran kuantitatif peningkatan kualitas dimaksud. BPKP menetapkan indikator pengukuran sasaran ini, yaitu Tingkat Maturitas SPIP. Tingkat Maturitas SPIP ini merupakan kerangka kerja yang menunjukkan karakteristik dasar kematangan penyelenggaraan SPIP yang terstruktur dan berkelanjutan yang dapat digunakan sebagai instrumen evaluatif dan panduan generik peningkatan efektivitas SPIP. Pembinaan penyelenggaraan SPIP pada program prioritas pembangunan nasional menjadi perhatian Presiden karena merupakan sarana untuk mewujudkan tujuan nasional yaitu Rencana Strategis BPKP 2015–2019
28
`
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. BPKP akan melakukan pembinaan SPI kepada kementerian, lembaga, pemerintah daerah dan korporasi yang terlibat dalam pembangunan nasional. Fokus pembangunan nasional yang akan menjadi prioritas perhatian BPKP adalah program pembangunan di bidang pendidikan, kesehatan, infrastruktur, kedaulatan pangan, kemaritiman, kedaulatan energi, perhubungan, perlindungan sosial dan pariwisata. Penyelenggaraan ini mencakup: a) Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah pada Kementerian, Lembaga, Pemerintah Daerah dan upaya pencegahan korupsi pada Kementerian, Lembaga, Pemerintah Daerah Tujuan penyelenggaraan SPIP di Kementerian, Lembaga dan Pemerintah Daerah adalah untuk memberikan keyakinan yang memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara/daerah, dan ketaatan terhadap peraturan perundangundangan. Terkait dengan upaya pencegahan korupsi, BPKP akan secara aktif menawarkan antara lain kegiatan fraud control plan dan sosialisasi pemahaman anti korupsi. b) SPI Korporasi dan Upaya Pencegahan Korupsi pada Korporasi SPI korporasi sebagaimana layaknya internal auditor diharapkan dapat meningkatkan peran dan tugasnya dalam memberikan nilai tambah kualitas tata kelola dan pengelolaan risiko korporasi di Indonesia. Di samping hal tersebut peran SPI korporasi diharapkan dapat mendorong upaya pencegahan korupsi di sektor korporasi, sehingga dapat meningkatkan kontribusi korporasi terhadap APBN. BPKP sesuai dengan perannya akan berperan aktif dalam membantu dan bekerjasama dengan korporasi untuk meningkatkan kapabilitas SPI korporasi sehingga peran korporasi semakin nyata dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 3. Tujuan dan Sasaran Strategis Tiga Tujuan 3: Peningkatan Kapabilitas Pengawasan Intern Pemerintah yang Profesional dan Kompeten
Sasaran Strategis
3
Meningkatnya Kapabilitas Pengawasan Intern Pemerintah pada Kementerian, Lembaga dan Pemerintah Daerah serta Korporasi
Penyelenggaraan misi “Mengembangkan Kapabilitas Pengawasan Intern Pemerintah yang Profesional dan Kompeten” perlu diukur secara kualitatif dan kuantitatif. Ukuran kualitatif pencapaian misi ini adalah adanya “Peningkatan Kapabilitas Pengawasan Intern Pemerintah yang Profesional dan Kompeten”. Peningkatan kapabilitas pengawasan intern pemerintah yang profesional dan kompeten inilah yang diharapkan tercapai di akhir tahun 2019. Ukuran kualitas tujuan ini linear dengan ukuran sasaran strategisnya yaitu
Rencana Strategis BPKP 2015–2019
29
`
“Meningkatnya Kapabilitas Pengawasan Intern Pemerintah pada Kementerian, Lembaga dan Pemerintah Daerah serta Korporasi”. Sasaran strategis Meningkatnya Kapabilitas Pengawasan Intern Pemerintah pada KLPK oleh BPKP merupakan kondisi yang akan dicapai secara nyata oleh APIP KLPK pada tahun 2019 yang mencerminkan pengaruh yang ditimbulkan oleh adanya hasil (outcome) dari berbagai kegiatan pembinaan APIP. Sasaran strategis ini sekaligus menjadi indikator untuk menilai keberhasilan pencapaian tujuan “Peningkatan Kapabilitas Pengawasan Intern Pemerintah yang Profesional dan Kompeten”. Untuk dapat mengelola (manage) secara efektif pencapaian tujuan dan sasaran strategis di atas, disusun indikator Peningkatan Kapabilitas Pengawasan Intern Pemerintah yang Profesional dan Kompeten, sebagai ukuran kuantitatif peningkatan kualitas dimaksud. BPKP menetapkan indikator pengukuran sasaran ini, yaitu Tingkat Kapabilitas APIP. Tingkat Kapabilitas APIP ini merupakan suatu kerangka kerja untuk memperkuat atau meningkatkan pengawasan intern melalui langkah-langkah untuk maju dari tingkat pengawasan intern yang kurang kuat menuju kondisi yang kuat, efektif dengan organisasi yang lebih matang dan kompleks. Dalam PP 60 Tahun 2008 dinyatakan bahwa peran aparat pengawasan intern pemerintah (APIP) yang efektif merupakan perwujudan dari unsur lingkungan pengendalian. Peran tersebut sekurang-kurangnya harus: a) memberikan keyakinan yang memadai atas ketaatan, kehematan, efisiensi, dan efektivitas pencapaian tujuan penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah; b) memberikan peringatan dini dan meningkatkan efektivitas manajemen risiko dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah; dan c) memelihara dan meningkatkan kualitas tata kelola penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah.
D. NILAI-NILAI BPKP Nilai-nilai atau keyakinan, merupakan landasan perilaku dan motivasi setiap pegawai BPKP yang akan membentuk karakter BPKP sebagai auditor internal berkelas dunia. Nilai-nilai yang dijunjung tinggi dan diyakini sebagai sesuatu yang bersifat mulia, peranannya sangat penting dalam mewujudkan visi dan misi BPKP. Nilai-nilai BPKP dirangkum dari nilai-nilai yang luhur di masyarakat dan diurutkan menjadi sesuatu yang bermakna dan mudah diingat yaitu PIONIR yang berarti pemrakarsa. Kata PIONIR dapat dimaknai juga sebagai semangat dan keinginan untuk selalu berinovasi guna memberikan rekomendasi yang bernilai tambah bagi para pemangku kepentingan. Nilai-nilai BPKP adalah: P I O N I R
rofesional ntegritas rientasi pada pengguna urani dan akal sehat ndependen esponsibel
Rencana Strategis BPKP 2015–2019
30
`
Profesional menjadi kunci utama bagi keberhasilan pelaksanaan tugas BPKP, karena profesionalitas menjadi dasar bagi pengembangan citra BPKP untuk menjadi auditor internal berkelas dunia. BPKP sebagai suatu lembaga pemerintah, selain bekerja berdasarkan pada kaidah-kaidah dan standar-standar yang dibangun oleh komunitas profesi juga bekerja berdasarkan pada kaidah-kaidah birokrasi. Kedua hal tersebut harus diakomodasikan secara seimbang, sehingga terdapat kesesuaian antara identitas anggota organisasi dengan identitas profesional birokrat. Profesionalitas melekat pada kegiatan pengawas intern pemerintah yang memiliki persyaratan kompetensi dan pengalaman untuk menerapkan ilmu tersebut dengan metodologi yang sistematis dan sikap kerja yang berintegritas, serta senantiasa berorientasi kepada penciptaan nilai tambah dalam pencapaian tujuan organisasi. Profesionalitas juga menuntut auditor untuk terus memelajari teknologi audit terbaik, agar dapat mengimbangi dinamika perkembangan kebutuhan stakeholders yang beraneka ragam dan tuntutan standar kualitas yang meningkat dari waktu ke waktu. Integritas adalah nilai yang mengandung makna gabungan dari kejujuran, objektivitas, keberanian, konsistensi, dan konsekuensi. Nilai pengawasan, selain bergantung pada kompetensi auditor, juga sangat dipengaruhi oleh integritas. Auditor yang kompeten akan dapat menyalahgunakan ilmunya ketika tidak disertai dengan integritas. Integritas merupakan kombinasi dari keteguhan sikap dalam mempertahankan prinsip dan etika profesionalisme, konsistensi dalam menjaga dedikasinya pada pelaksanaan tugas, dan kemampuan untuk memberikan pertanggungjawaban yang dilandasi dengan kejujuran, yang mencakup masalah etika dan spiritual, dan nilai keteladanan. Oleh karena itu, integritas merupakan hal yang paling fundamental dan akan mempengaruhi perilaku individu dan kelompok dalam melaksanakan setiap kewajiban dan memberikan tanggung jawab atas tugas-tugas yang diembankan kepadanya. Orientasi pada pengguna, nilai ini sangat konsisten dengan arus besar perubahan manajemen pemerintahan saat ini. Dengan dipraktikkannya manajemen pemerintahan berbasis kinerja, nilai ini adalah nilai yang paling jelas menunjukkan bahwa BPKP berani menangkap dan mengembangkan spirit kewirausahaan. BPKP memiliki misi untuk dapat memberi manfaat/nilai tambah kepada stakeholders, auditan dan pengguna jasa. Oleh karena itu, orientasi kepada pengguna merupakan faktor kunci untuk menentukan dan merancang kegiatan pengawasan BPKP yang diperlukan dan memberikan nilai tambah/manfaat kepada stakeholders. Nurani dan akal sehat, nilai yang dikekalkan dari nurani dan akal sehat adalah nilai untuk bertindak proporsional, menghindari diri dari praktik pengawasan yang berlebihan. Dengan mempertimbangkan nurani dan akal sehat, auditor ditantang untuk menerapkan etika pengawasan pada tahap yang tertinggi, bukan hanya sekedar sebuah kekakuan sikap untuk menaati peraturan dan sikap mengukuhi kebenaran bagi orang banyak sebagai kebenaran tertinggi, yang pada struktur sosial yang timpang akan mengekalkan tirani mayoritas. Auditor yang berintegritas mestinya mampu mengedepankan suara nurani dan akal sehat. Nurani merupakan sumber pertimbangan kebaikan etika pada tahap tertinggi. Dengan platform etika seperti ini, jika memang auditor intern konsisten dan konsekuen hendak mentransformasikan manajemen pemerintahan ke arah manajemen yang disemangati oleh kewirausahaan, maka auditor harus berani mengutamakan esensi kinerja daripada kepatuhan hukum, jika ternyata hukum justru tidak sejalan dengan pencapaian kinerja yang optimal. Rencana Strategis BPKP 2015–2019
31
`
Independensi tetap diperlukan bagi aparat auditor intern. Sebagai contoh praktik di Amerika Serikat, karena berada dalam lingkungan pemerintahan yang sarat dengan peraturan dan persaingan politis, mekanisme cek dan cek ulang antara parlemen dan eksekutif memang mengharuskan nilai independensi tetap dianut oleh internal auditor (Inspectorate General). Inspectorate General (IG) harus menyajikan laporannya baik kepada pimpinan eksekutif maupun kepada parlemen sekaligus. BPKP dalam posisi mengambil sikap sesuai dengan perkembangan IG di atas. Selain menyampaikan laporan langsung kepada para pemimpin lembaga eksekutif, BPKP pun tidak dapat mengelak dari kewajiban untuk memaparkan hasil pengawasannya kepada DPR manakala diminta, tentu saja dengan tetap memperhatikan kode etik profesi. Dengan demikian jelas bahwa penyajian dua arah ini akan mengharuskan BPKP mengambil sikap independen. Terlepas dari arah pertanggungjawaban di atas, independensi mencakup independensi dalam sikap dan dalam penampilan. Mungkin secara organisatoris keberadaan BPKP di bawah Presiden tetap tak akan pernah menjadikannya independen terhadap Presiden. Namun, ketika BPKP secara partisipatoris dapat menentukan agenda pengawasan sesuai dengan kebutuhan Presiden, maka terhadap apapun yang diawasi oleh BPKP, sikap independensi secara faktual dapat dilaksanakan. Responsibel adalah sikap seorang yang mengakui adanya tanggung jawab yang bermula pada dirinya (obligation to act). Ini adalah salah satu sikap yang dipercaya sebagai komponen dari proses good governance. Dengan adanya kejelasan tanggung jawab, seseorang akan dapat bekerja secara terarah sesuai dengan kewenangan dan kewajibannya. Pada akhirnya, responsibilitas akan membimbing seseorang untuk menuntaskan tanggung jawabnya melalui upaya akuntabilitas (obligation to answer). Sebagai auditor internal, responsibilitas merupakan nilai yang memungkinkan seluruh staf BPKP mengidentifikasikan dirinya sebagai bagian tak terpisahkan dari manajemen pemerintahan, yaitu bersama-sama dengan manajemen mengupayakan tercapainya tujuan. Tersirat di sini bahwa BPKP merupakan mitra, yang turut memahami dan berniat menanggung responsibilitas manajemen pemerintahan, khususnya dalam mewujudkan good governance, meningkatkan pelayanan publik dan mewujudkan iklim manajemen yang bebas dari praktik KKN.
E. PROBLEMATIKA PENGAWASAN INTERN BPKP Sesuai dengan RPJPN, tahapan ketiga RPJMN 2015–2019 diarahkan untuk lebih memantapkan pembangunan di berbagai bidang dengan menekankan terwujudnya daya saing perekonomian berlandaskan pada keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia serta kemampuan ilmu dan teknologi yang terus meningkat. Arah pembangunan tersebut menjadi acuan bagi seluruh instansi pemerintah dalam rencana ke depan termasuk BPKP. Melihat beberapa kondisi yang telah dikemukakan di muka, seperti pelayanan publik yang masih belum memuaskan, pembangunan manusia yang belum maksimal, tingkat pendidikan dan standar hidup serta daya saing yang masih perlu diperbaiki, kualitas lembaga publik yang perlu ditingkatkan, demikian juga dengan persepsi korupsi yang masih tinggi, maka BPKP akan lebih fokus untuk melakukan pengawasan dan pembinaan yang terkait dengan program pembangunan sumber daya manusia baik dari sisi birokrasi maupun dari sisi obyek pembangunan nasional yaitu pendidikan, kesehatan dan infrastruktur dasar pendukungnya.
Rencana Strategis BPKP 2015–2019
32
`
Untuk memberikan keyakinan terhadap keberhasilan arah pembangunan, BPKP akan aktif menjadi mitra kerja kementerian, lembaga dan pemerintah daerah serta korporasi melalui pembinaan dan penyelenggaraan SPIP untuk memberikan keyakinan memadai atas keberhasilan pencapaian tujuan pembangunan nasional. Dengan tekad BPKP untuk menjadi Mitra Strategis Pemerintah dalam Mensukseskan Pembangunan dan Pemerintahan untuk Kesejahteraan Rakyat sekaligus sebagai lembaga internal audit pemerintah yang berkelas dunia maka: BPKP akan memberikan assurance tentang pencapaian keberhasilan pemerintah dan memberikan rekomendasi strategis kepada Presiden dan mitra kerja terutama pada Strategi pembangunan dengan (1) dimensi pembangunan manusia (wajib), (2) dimensi unggulan (prioritas), (3) dimensi pemerataan dan kewilayahan, serta (4) kondisi pendukung. Bidang pembangunan dalam ketiga strategi tersebut mencakup bidang pendidikan dasar, kesehatan, perlindungan sosial dan infrastruktur dasar dan perhubungan, kedaulatan pangan, kedaulatan energi dan kelistrikan, kemaritiman, pariwisata dan industri. BPKP dapat lebih mengutamakan memberikan rekomendasi strategis (policy advise) untuk memperbaiki tata kelola pemerintahan, pengelolaan risiko dan pengendalian internal. BPKP secara periodik dan sewaktu-waktu dapat menyediakan informasi kinerja pemerintahan bagi Presiden melalui indeks akuntabilitas pengelolaan keuangan dan pembangunan, serta indikator keberhasilan pembangunan nasional. BPKP mampu merumuskan dan menerapkan sistem pencegahan korupsi dari hasil pembinaan SPIP dan sistem pencegahan kecurangan (fraud control plan/FCP). BPKP dapat menyajikan dan menilai keberhasilan pembangunan manusia, nilai keberhasilan pendidikan, nilai keberhasilan kesehatan dan kesiapan infrastruktur dasar serta program prioritas lainnya, pemenuhan standar pelayanan minimal, efisiensi anggaran dan kualitas penyelenggaraan pemerintahan dan kualitas akuntabilitas pengelolaan keuangan negara. Untuk mencapai hasil pengawasan tersebut di atas, kualitas pengawasan dan kualitas rekomendasi yang dihasilkan dari pengawasan akan ditingkatkan agar dapat menjadi komitmen stakeholder dalam menindaklanjuti perbaikan tata kelola, pengendalian intern dan pengelolaan risiko. Untuk mewujudkan hal tersebut akan dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: Redefinisi dan perbaikan proses pengawasan intern agar efektif dan efisien terutama dalam menilai keberhasilan pembangunan nasional serta mengembangkan standar pengawasan intern berdasarkan standar pengawasan internasional. Peningkatan kompetensi sumber daya manusia dalam mempersiapkan para auditor melalui training, coaching dan mentoring atas kompetensi yang diperlukan agar dapat
Rencana Strategis BPKP 2015–2019
33
`
melakukan pengawasan yang berkualitas dan menghasilkan rekomendasi yang bernilai tambah. Mengembangkan organisasi yang berbudaya kerja unggul, volunteer dalam perubahan yang bersifat positif dan perubahan paradigma sebagai auditor yang berwawasan luas. Akuntabilitas pengelolaan keuangan negara dan pembangunan nasional merupakan indikator yang menunjukkan level keyakinan pertanggungjawaban institusi publik atas pengelolaan keuangan negara dan pembangunan nasional. Hal ini akan menunjukkan keyakinan kualitas pelaksanaan kewenangan sebagai pengelola keuangan negara dan keyakinan keberhasilan program pembangunan yang menjadi tanggung jawabnya. Untuk mendorong peningkatan kualitas akuntabilitas pengelolaan keuangan dan pembangunan nasional yang bersih dan efektif, maka BPKP akan menilai (assurance) beberapa aspek, antara lain akuntabilitas pelaporan keuangan, kebijakan terkait kebendaharaan umum negara, peningkatan kinerja program pembangunan nasional dan pendukungnya atas keberhasilan pembangunan nasional. Di samping kegiatan assurance, BPKP juga akan aktif dalam memberikan rekomendasi dalam bidang-bidang tersebut terkait pengelolaan keuangannya dari hasil kegiatan consulting. 1. Pencapaian Sasaran Pokok Pembangunan Wajib Unggulan dan Pendukung Dalam dinamika penyelenggaraan negara, semua unsur negara telah berpartisipasi secara terbuka menyikapi kebijakan dan program pemerintah termasuk terhadap dokumen perencanaan pembangunan tersebut. Di satu sisi, partisipasi tersebut wajib dikelola secara baik oleh pemerintah dalam suatu tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya sebagaimana tertuang dalam Sembilan Agenda Pemerintah (Nawacita). Di sisi lain, kewajiban untuk menghadirkan tata kelola bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya ini membawa suatu kegamangan bagi pemerintah, khususnya bagi pimpinan KLPK yang minim latar belakang birokrasi. Kegamangan ini secara koinsiden berjalan dengan belum optimalnya fungsi pengawasan intern di lingkungan pemerintah. Untuk tujuan ini, strategi dan kebijakan nasional Pengawasan Intern Pemerintah diarahkan untuk mengawal pencapaian Sasaran Pokok Pembangunan Nasional dari Sembilan Agenda Pembangunan dalam RPJMN berbasiskan pada risiko dan kepemilikan risiko penyelenggaraan RPJMN. Dalam hal ini APIP lebih tepat membangun pengendalian untuk memitigasi risiko yang menghambat pencapaian tujuan pembangunan nasional. Kinerja program yang menjadi fokus pengawasan ke depan adalah pengawasan pada program pendidikan, kesehatan, infrastruktur dasar, kedaulatan pangan, kemaritiman, kedaulatan energi, perlindungan sosial dan perhubungan serta pariwisata. Bidang-bidang ini menjadi perhatian pemerintah nasional dan memberikan dampak yang luas bagi masyarakat. a. Pengawasan Program Pembangunan Bidang Pendidikan Keberhasilan pembangunan manusia ditunjukkan dengan nilai indeks pembangunan manusia (human development index/HDI). Menurut penilaian dari UNDP, tahun Rencana Strategis BPKP 2015–2019
34
`
2013 Indonesia memperoleh nilai 0,629 dengan kategori menengah, berada pada peringkat 121 dari 187 negara. Nilai HDI Indonesia menunjukkan bahwa angka harapan hidup berada pada 69,8 tahun, akses pengetahuan ditunjukkan dengan lamanya bersekolah 12,9 tahun dan rata-rata lama sekolah 5,8 tahun dan tingkat hidup layak sebesar 4.154 dollar per kapita. Berdasarkan Buku Evaluasi Paruh Waktu RPJMN 2010-2014 dari Bappenas, masih terdapat beberapa permasalahan yang merupakan tantangan ke depan yang harus dipecahkan. Secara umum, permasalahan yang masih dihadapi antara lain: (1) masih belum meratanya akses pendidikan, (2) masih rendahnya kualitas, relevansi, dan daya saing pendidikan, (3) masih rendahnya proporsi guru yang memiliki kualifikasi akademik minimal S1/D4 serta telah tersertifikasi, (4) belum meratanya distribusi guru, dan (5) belum optimalnya pendidikan karakter bangsa. Kewajiban pemerintah seperti yang diatur dalam UUD 1945 adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan untuk membangun manusia seutuhnya. Melalui APBN, setiap tahunnya pemerintah telah berusaha meningkatkan pembangunan yang menyentuh kesejahteraan rakyat dan pembangunan manusia melalui pembangunan di bidang pendidikan dan kesehatan serta infrastruktur pendukungnya. Untuk mendapatkan penilaian yang tinggi yang sekaligus merupakan keberhasilan pembangunan manusia Indonesia, pembangunan pada sektor sumber daya manusia pada sektor pendidikan perlu dilakukan pengawasan dan dibangun sistem pengendalian internal untuk mencapai tujuan pembangunan. Untuk itu, BPKP akan berperan penting dalam melakukan pengawasan yang diharapkan dapat memberikan rekomendasi strategis kepada pemerintah atas permasalahan di bidang pendidikan. Rekomendasi BPKP tersebut diharapkan akan membantu menyelesaikan permasalahan substantif yang terjadi di lapangan selain itu juga dapat lebih mempertajam fokus arah pembangunan di bidang pendidikan. Adapun sasaran pokok pembangunan di bidang pendidikan keberhasilannya antara lain akan diukur berdasarkan indikator yang terdapat pada RPJMN 2015–2019 sebagaimana Tabel 2.1 berikut ini. Tabel 2.1. Sasaran Pokok Pembangunan Bidang Pendidikan No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Indikator Rata-rata lama sekolah penduduk di atas 15 tahun Rata-rata angka melek aksara penduduk usia di atas 15 tahun Prodi perguruan tinggi minimal terakreditasi B Persentase SD/MI berakreditasi minimal B Persentase SMP/MT berakreditasi minimal B Persentase SMA/MA berakreditasi minimal B Persentase Kompetensi Keahlian SMK berakreditasi minimal B Rasio APK SMP/MTs antara 20% penduduk termiskin dan 20% penduduk terkaya Rasio APK SMA/MA antara 20% penduduk termiskin dan 20% penduduk terkaya
Rencana Strategis BPKP 2015–2019
Base Line 2014 8,1 tahun
Sasaran 2019 8,8 tahun
94,10%
96,10%
50,40% 68,70% 62,50% 73,50% 48,20%
68,40% 84,20% 81,00% 84,60% 65,00%
0,85%
0,90%
0,53%
0,60%
35
`
b. Pengawasan Program Pembangunan Bidang Kesehatan Kebutuhan mendasar masyarakat selain pangan dan sandang yang tidak kalah penting adalah aksesibilitas untuk memperoleh pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan bagi sebagian besar masyarakat perdesaan dan daerah terpencil seringkali menjadi komoditas mahal bagi mereka. Tidak mengherankan apabila untuk mendapatkan pelayanan kesehatan mereka masih bergantung kepada dukun atau paranormal. Jarak yang relatif jauh untuk sampai ke lokasi pelayanan terdekat seringkali menjadi hambatan tersendiri bagi mereka. Secara umum permasalahan kesehatan sampai dengan saat ini masih didominasi oleh beberapa persoalan mendasar, misalnya keterbatasan dan tidak proporsionalnya distribusi tenaga medis dan paramedis di daerah, jarak jangkau tempat tinggal masyarakat ke Puskesmas, dan rendahnya kesadaran masyarakat untuk menerapkan pola hidup sehat serta keterbatasan sarana/prasarana kesehatan. Walaupun pemerintah sudah mencanangkan program kesehatan gratis bagi masyarakat miskin, masih banyak persoalan yang harus diselesaikan agar masyarakat benar-benar mendapatkan pelayanan kesehatan yang semakin baik. Masalah aksesibilitas, penyederhanaan prosedur pelayanan, ketersediaan kamar dan obat serta kecepatan untuk mendapatkan pelayanan merupakan hal pokok yang harus diselesaikan sebagaimana dambaan masyarakat saat ini. Untuk itu, BPKP akan berperan penting dalam melakukan pengawasan yang diharapkan dapat memberikan rekomendasi strategis kepada pemerintah atas permasalahan di bidang kesehatan. Rekomendasi BPKP tersebut diharapkan akan membantu menyelesaikan permasalahan substantif yang terjadi di lapangan. Selain itu, rekomendasi BPKP juga dapat lebih mempertajam fokus arah pembangunan di bidang kesehatan. Adapun sasaran pokok pembangunan di bidang kesehatan keberhasilannya antara lain akan diukur berdasarkan indikator yang terdapat pada RPJMN 2015–2019 sebagaimana Tabel 2.2 di halaman berikut. c. Pengawasan Program Pembangunan Bidang Infrastruktur Dasar Infrastruktur dasar seperti pemenuhan kebutuhan perumahan, listrik, sanitasi dan air bersih merupakan kebutuhan pokok masyarakat yang harus dipenuhi agar dapat hidup layak dan sejajar sebagaimana bangsa-bangsa lain di dunia. Upaya peningkatan aksesibilitas bagi masyarakat berpenghasilan rendah untuk mendapatkan hunian layak, aman dan terjangkau terus-menerus dilakukan oleh pemerintah. Usaha tersebut dilakukan melalui berbagai terobosan misalnya penyediaan rumah murah dan kredit dengan bunga rendah, namun usaha tersebut belum dapat menyelesaikan permasalahan hunian bagi masyarakat yang kurang mampu tersebut. Demikian halnya dengan pembangunan infrastruktur khususnya sanitasi penting untuk diselesaikan oleh pemerintah mengingat hampir 7% masyarakat Indonesia belum dapat mengakses sarana tersebut. Di samping itu, penyediaan pasokan energi listrik saat ini juga belum mampu memenuhi kebutuhan masyarakat baik secara individu maupun masyarakat industri. Hal ini terbukti dari seringnya terjadi pemadaman listrik pada beberapa tempat di pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan pulau lainnya yang tentu saja dapat menghambat proses pembangunan. Rencana Strategis BPKP 2015–2019
36
`
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
12.
Tabel 2.2. Sasaran Pokok Pembangunan Bidang Kesehatan Indikator Base Line 2014 Sasaran 2019 Angka kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup Angka kematian bayi per 1.000 kelahiran hidup Prevalensi kekurangan gizi pada anak balita (persen) Prevalensi stunting (pendek dan sangat pendek) pada anak baduta (persen) Prevalensi Tuberkulosis per 100.000 penduduk (persen) Prevalensi HIV (persen) Prevalensi tekanan darah tinggi (persen) Prevalensi obesitas penduduk usia 18+ tahun (persen) Persentase merokok penduduk usia ≤ 18 tahun (persen) Jumlah kecamatan yang memiliki minimal satu puskesmas terakreditasi Persentase kabupaten/kota yang mencapai 80 persen imunisasi dasar lengkap pada bayi (persen) Jumlah puskesmas yang minimal memiliki lima jenis tenaga kesehatan
346
306
32
24
19,6
17
32,90
28
297
245
0,46 25,80 15,40
<0,5 23,40 15,40
7,2
5,4
-
5.600
-
95
1.015
5.600
Untuk itu, BPKP akan berperan penting dalam melakukan pengawasan yang diharapkan dapat memberikan rekomendasi strategis kepada pemerintah atas permasalahan pembangunan infrasruktur dasar. Rekomendasi BPKP tersebut diharapkan akan membantu menyelesaikan permasalahan substantif yang terjadi di lapangan selain itu juga dapat lebih mempertajam fokus arah program pembangunan infrastruktur dasar. Adapun sasaran pokok pembangunan infrastruktur dasar keberhasilannya antara lain akan diukur berdasarkan indikator yang terdapat pada RPJMN 2015–2019 sebagaimana Tabel 2.3 berikut ini. Tabel 2.3. Sasaran Pokok Pembangunan Infrastruktur Dasar No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Indikator Kapasitas pembangkit (GW) Rasio elektrifikasi (%) Konsumsi listrik perkapita (KWH) Kawasan permukiman kumuh perkotaan (ha) Kekurangan tempat tinggal (backlog) berdasarkan perspektif menghuni (juta) Akses air minum layak (%) Akses Sanitasi layak (%)
Rencana Strategis BPKP 2015–2019
Base Line 2014 50,7 81,50 843 38.431
Sasaran 2019 86,6 96,6 1.200 0
7,6
5
70 60,90
100 100
37
`
d. Pengawasan Program Pembangunan Bidang Kedaulatan Pangan Indonesia sebagai negara agraris saat ini menghadapi permasalahan pangan yang sangat serius. Hal ini ditandai dengan semakin meningkatnya penggunaan produk bahan pangan dari impor yang menguras devisa. Hal tersebut tentu saja tidak baik dari sisi ketahanan nasional karena ketergantungan yang sangat besar pada negara lain untuk kebutuhan dasar berupa pangan. Oleh karena itu, dalam program pemerintah ke depan di bidang pangan, akan dilakukan pengawasan secara berkelanjutan dan komprehensif sehingga mampu mengawal keberhasilan program tersebut untuk lebih mensejahterakan masyarakat. Program yang akan dilakukan pengawasan antara lain meliputi pencetakan lahan pertanian (karena terjadi defisit lahan pertanian 40 ribu hektar per tahun), subsidi benih, subsidi pupuk dan bantuan kredit untuk para petani. Di samping itu, program pendukung di bidang pangan yang tidak kalah penting misalnya pendidikan dan latihan bagi petani/peternak, dukungan teknologi, dan investasi di sektor pangan. Dengan pengawasan secara komprehensif atas ketahanan pangan diharapkan terdapat rekomendasi strategis untuk pemerintah sehingga perbaikan dapat dilakukan secara menyeluruh untuk memperkuat kedaulatan pangan nasional. Sasaran pokok pembangunan ketahanan pangan keberhasilannya antara lain akan diukur berdasarkan indikator yang terdapat pada RPJMN 2015–2019 sebagaimana Tabel 2.4 berikut ini. No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
8. 9. 10.
Tabel 2.4. Sasaran Pokok Pembangunan Kedaulatan Pangan Indikator Base Line 2014 Sasaran 2019 Produksi padi (juta ton) Produksi jagung (juta ton) Produksi kedelai (juta ton) Produksi gula (juta ton) Produksi daging sapi (ribu ton) Produksi ikan ( juta ton) Pembangunan dan peningkatan jaringan irigasi air permukaan, air tanah dan rawa (juta ha) Rehabilitasi jaringan irigasi permukaan, air tanah, dan rawa (juta ha) Pembangunan dan peningkatan irigasi tambak (ribu ha) Pembangunan waduk
70,60 19,13 0,92 2,60 452,70 12,40 8,9
82,00 24,10 2,60 3,80 755,10 18,80 9,89
2,71
3,01
189,75
304,75
21
49
e. Pengawasan Program Pembangunan Bidang Kemaritiman Potensi sumber daya maritim Indonesia yang diagendakan oleh pemerintah adalah untuk meningkatkan hasil dari kemaritiman dan mengoptimalkan transportasi yang berbasis pada kemaritiman. Indonesia mempunyai potensi kemaritiman yang tidak terbantahkan. Hal ini ditandai oleh besarnya pengiriman barang melalui laut pada tingkat internasional yang Rencana Strategis BPKP 2015–2019
38
`
melewati perairan Indonesia kurang lebih 60%. Tidak hanya itu saja potensi perikanan dan perhubungan juga belum tergarap secara optimal untuk mendukung kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu program pembangunan di bidang kemaritiman yang akan menjadi prioritas nasional harus dilakukan pengawasan mulai sejak perencanaan sampai dengan pemanfaatan hasil program tersebut. Adanya pengawasan secara komprehensif yang akan dilakukan BPKP diharapkan dapat memberikan feed back bagi pemerintah dalam mendorong keberhasilan pelaksanaan program ini. Adapun sasaran pokok pembangunan bidang kemaritiman keberhasilannya antara lain akan dapat diukur berdasarkan indikator yang terdapat pada RPJMN 2015–2019 sebagaimana Tabel 2.5 berikut ini. Tabel 2.5. Sasaran Pokok Pembangunan Bidang Kemaritiman No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
f.
Indikator Penyelesaian pencatatan/deposit pulau-pulau kecil ke PBB Penyelesaian batas maritim antar negara (negara) Meningkatnya ketaatan pelaku perikanan (%) Pembangunan pelabuhan untuk menunjang tol laut (pelabuhan) Pengembangan pelabuhan penyeberangan (pelabuhan) Pembangunan kapal perintis (unit) Produksi hasil perikanan (juta ton) Pengembangan pelabuhan perikanan (unit) Peningkatan Luas kawasan konservasi laut (juta ha)
Base Line 2014 13.466
Sasaran 2019 17.466
1
9
52
87
--
24
210
270
50 22,4 21 15,70
104 40-50 24 20
Pengawasan Program Pembangunan Bidang Kedaulatan Energi Pengawasan terhadap program ketahanan energi dalam lima tahun ke depan juga menjadi prioritas penting yang harus dilakukan agar dapat mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat. Permasalahan ketahanan energi sudah di depan mata antara lain masalah subsidi BBM yang terus membengkak nilainya dan dinikmati oleh sebagian besar masyarakat berpenghasilan menengah ke atas. Di samping itu, masalah ketergantungan pada impor BBM sebagai akibat produksi minyak dalam negeri yang semakin menurun dan perlunya reviu terhadap kontrak-kontrak baru serta kebijakan di bidang energi yang dirasakan kurang berpihak pada masyarakat. Berbagai masalah tersebut akan segera dipecahkan melalui agenda pembangunan lima tahun ke depan. Oleh karena itu, BPKP dengan peran yang dimilikinya berusaha membantu pemerintah dalam mengawal dan mengawasi pelaksanaan pembangunan di bidang ketahanan energi. Dengan peran pengawasan yang diemban oleh BPKP diharapkan lahir rekomendasi strategis yang berguna bagi pemerintah untuk memacu keberhasilan pembangunan di bidang ketahanan energi.
Rencana Strategis BPKP 2015–2019
39
`
Sasaran pokok pembangunan kedaulatan energi keberhasilannya antara lain diukur berdasarkan indikator yang terdapat pada RPJMN 2015–2019 sebagaimana Tabel 2.6 berikut ini. Tabel 2.6. Sasaran Pokok Pembangunan Kedaulatan Energi No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Indikator Produksi minyak bumi (ribu SBM/hari) Produksi gas bumi(ribu SBM/hari) Produksi batubara (juta ton) Penggunaan gas bumi dalam negeri (%) Penggunaan batubara dalam negeri Pembangunan FSRU (unit) Jaringan pipa gas (km) Pembangunan SPBG (unit) Jaringan gas kota (sambungan rumah) Pembangunan kilang bumi (unit)
Base Line 2014 818 i 1.224 421 53 24 2 11.960 40 200 ribu -
Sasaran 2019 700 1.295 400 64 60 7 18.322 118 1,1 juta 1
g. Pengawasan Program Pembangunan Bidang Perhubungan Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari 250 juta orang di satu sisi merupakan modal potensial untuk melaksanakan pembangunan. Namun di sisi lain besarnya jumlah penduduk tersebut juga menuntut disediakannya sarana dan prasarana perhubungan yang memadai. Mobilitas penduduk Indonesia baik melalui laut, darat dan udara sangat tinggi. Hal ini tentu saja tidak berlebihan mengingat jumlah pulau di Indonesia mencapai lebih dari 13.446 pulau yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Kondisi ini mengharuskan pemerintah untuk memfasilitasi penyediaan sarana perhubungan darat, laut dan udara yang cukup agar lalu lintas arus barang dan orang dapat berjalan secara lancar. Konsentrasi penduduk Indonesia yang lima puluh persen lebih tinggal di Pulau Jawa, juga menjadi permasalahan tersendiri. Banyaknya konsentrasi penduduk pada suatu pulau mengharuskan pemerintah untuk menyediakan prasarana darat yang mendukung kecepatan transportasi darat berupa jalan tol. Demikian halnya dengan arus komunikasi antara pusat dan daerah, serta antar daerah harus difasilitasi oleh pemerintah melalui sarana internet untuk mempercepat proses pembangunan. Untuk itu, BPKP akan berperan penting dalam melakukan pengawasan yang diharapkan dapat memberikan rekomendasi strategis kepada pemerintah atas permasalahan di bidang perhubungan. Rekomendasi BPKP tersebut diharapkan akan membantu menyelesaikan permasalahan substantif yang terjadi di lapangan selain itu juga dapat lebih mempertajam fokus arah pembangunan di bidang tersebut. Sasaran pokok pembangunan bidang perhubungan keberhasilannya antara lain akan dapat diukur berdasarkan indikator yang terdapat pada RPJMN 2015–2019 sebagaimana Tabel 2.7 di halaman berikut. h. Pengawasan Program Pembangunan Bidang Perlindungan Sosial Masalah perlindungan sosial merupakan permasalahan penting yang harus difasilitasi oleh pemerintah. Hal ini merupakan amanat UUD 1945 (perubahan keempat) pasal Rencana Strategis BPKP 2015–2019
40
`
28 H yang intinya bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Selanjutnya sebagai tindak lanjut dari mandat UUD 1945 tersebut, Pemerintah bersama-sama dengan DPR telah mengeluarkan kebijakan berupa Undang Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Hal tersebut dilakukan untuk memastikan bahwa pelaksanaan program perlindungan sosial bagi masyarakat luas tersebut dapat berjalan dengan baik. Mengingat jumlah penduduk di Indonesia yang terus bertambah maka pelaksanaan program perlindungan sosial harus terus-menerus dilakukan pengawalan agar tidak terjadi penyimpangan dan tepat sasaran. Tabel 2.7. Sasaran Pokok Pembangunan Bidang Perhubungan (Konektivitas) No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Indikator Kondisi mantap jalannasional (%) Pengembangan jalan nasional (km) Pembangunan jalan baru (kumulatif 5 tahun) Km Pengembangan jalan tol (kumulatif 5 tahun) Km Panjang jalur rel kereta api (Km) Pengembangan pelabuhan Dwelling time pelabuhan Jumlah bandara On- time performance penerbangan (%) Kab/Kota yang dijangkau broadband(%) Jumlah dermaga penyeberangan (unit) Pangsa pasar angkutan umum perkotaan (%)
Base Line 2014 94 38.570 1.202 807 5.434 278 6-7 hari 237 75 82 210 23
Sasaran 2019 98 45.592 2.650 1.000 8.692 450 3-4 hari 252 95 100 275 32
BPKP sebagai pengawas intern pemerintah akan mengambil peran penting dalam rangka memastikan keberhasilan pelaksanaan program perlindungan sosial. Dengan peran yang dilaksanakan, BPKP diharapkan menghasilkan informasi penting berupa rekomendasi strategis untuk mengawal pelaksanaan program tersebut sehingga tidak terjadi salah kelola. Adapun sasaran pokok pembangunan perlindungan sosial keberhasilannya antara lain diukur berdasarkan indikator yang terdapat pada RPJMN 2015–2019 sebagaimana Tabel 2.8 berikut ini. Tabel 2.8. Sasaran Pokok Pembangunan Perlindungan Sosial (Kesejahteraan Rakyat) No. 1. 2. 3. 4.
5.
Indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indeks Pembangunan Masyarakat Indeks Gini Meningkatnya presentase penduduk yang menjadi peserta jaminan kesehatan melalui SJSN Bidang Kesehatan (%) Kepesertaan Program SJSN Ketenagakerjaan Pekerja formal (juta) Pekerja informal (juta)
Rencana Strategis BPKP 2015–2019
Base Line 2014 73,80 0,55 0,41 51,80
Sasaran 2019 76,30 Meningkat 0,36 Min. 95
29,50 1,30
62,40 3,50
41
`
i.
Pengawasan Program Pembangunan Bidang Pariwisata Pembangunan di bidang pariwisata mendapatkan cukup perhatian dalam RPJMN 2015–2019. Hal tersebut didasari sebuah realitas banyaknya potensi pariwisata di Indonesia yang belum digarap secara profesional serta masih banyak destinasi pariwisata yang belum dikelola secara optimal untuk memberikan kontribusi peningkatan perolehan devisa. Oleh karena itu isu strategis dalam pembangunan di bidang pariwisata adalah peningkatan jumlah kunjungan wisatawan yang memberikan kontribusi bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Terdapat tiga ukuran daya saing di bidang pariwisata yaitu kunjungan wisatawan manca negara, pengeluaran wisatawan manca negara dan sikap penduduk terhadap wisatawan asing. Rangkaian ketiga hal ini dan atribut rinci di dalamnya sudah seharusnya menjadi bagian penting yang diperhatikan dalam program pembangunan di bidang pariwisata. BPKP sebagai pengawas intern pemerintah akan mengambil peran penting dalam rangka memastikan keberhasilan pelaksanaan program pembangunan di bidang pariwisata. Dengan peran yang dilaksanakan, BPKP diharapkan menghasilkan informasi penting berupa rekomendasi strategis untuk mengawal pelaksanaan program pembangunan di bidang tersebut sehingga tidak terjadi salah kelola. Adapun sasaran pokok pembangunan di bidang pariwisata keberhasilannya antara lain diukur berdasarkan indikator yang terdapat pada RPJMN 2015–2019 sebagaimana Tabel 2.9 berikut ini. Tabel 2.9. Sasaran Pokok Pembangunan Bidang Pariwisata No. 1. 2. 3. 4.
Indikator Kontribusi terhadap PDB Nasional (%) Wisatawan manca Negara (juta orang) Wisatawan nusantara (juta kunjungan) Devisa (triliun rupiah)
Base Line 2014 4,2 9 250 120
Sasaran 2019 8 20 275 260
2. Kekurangan Ruang Fiskal Terkait dengan Kebendaharaan Umum Negara/Daerah terdapat beberapa permasalahan yang perlu mendapat perhatian BPKP, yaitu optimalisasi penerimaan negara, alokasi anggaran, pengelolaan aset, pengelolaan hutang, pengelolaan subsidi dan pengelolaan korporasi yang keseluruhannya mempengaruhi ruang fiskal. BPKP harus melaksanakan tugas pengawasannya terkait dengan fungsi Kementerian Keuangan selaku Bendahara Umum Negara. a. Penerimaan Negara/Daerah Penerimaan pemerintah merupakan sumber utama dalam pembiayaan pembangunan nasional. Penerimaan pemerintah masih didominasi dari penerimaan pajak selain penerimaan negara dari bukan pajak. Negara sebesar Indonesia masih memerlukan sumber-sumber pembiayaan yang besar untuk mempercepat peningkatan kesejahteraan rakyat di samping penyelamatan dan optimalisasi penerimaan dari sumber-sumber yang sudah ada. Meskipun penerimaan negara terbesar dari penerimaan pajak, namun tax ratio belum maksimal yang pada tahun 2013 baru Rencana Strategis BPKP 2015–2019
42
`
mencapai 11,47%. Berdasarkan data OECD, tax ratio ini masih masih tergolong rendah. Demikian juga PNBP dari hasil pertambangan dan perminyakan masih perlu dinaikkan perolehannya. Berdasarkan data yang terkumpul, masih terdapat kelemahan dalam penerimaan pajak dan penerimaan bukan pajak baik dari sisi kebijakannya maupun dari sisi penyelewengannya. Oleh karena itu, diperlukan pengawasan yang berkualitas dalam meningkatkan dan memperluas sumber-sumber penerimaan negara dan mengoptimalkan penerimaan negara. b. Alokasi Anggaran Alokasi anggaran atau dana transfer dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah adalah untuk lebih meningkatkan kapasitas fiskal daerah, mengurangi kesenjangan fiskal antara pusat dan daerah, serta kesenjangan antar daerah. Di samping itu, juga untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik di daerah dan mengurangi kesenjangan pelayanan publik antar daerah, meningkatkan sinkronisasi antara rencana pembangunan nasional dengan pembangunan daerah serta meningkatkan perhatian terhadap pembangunan di daerah tertinggal, terluar, dan terdepan. Dalam lima tahun terakhir perkembangan besarnya dana transfer ke daerah adalah sebagai berikut: Grafik 2. 1. Perkembangan Dana Transfer ke Daerah Triliun
350,0 300,0 250,0 200,0 150,0 100,0 50,0 -
DAU
2010 203,6
2011 225,5
2012 273,8
DAK
21,0
24,8
25,9
31,7
33,0
DBH
92,2
96,9
111,5
102,7
113,7
Dana Otsus
9,1
10,4
11,9
13,4
16,2
Dana Penyesuaian
18,9
53,7
57,4
70,4
88,0
344,8
411,3
529,3
592,03
480,5
2013 311,1
2014 341,2
Data APBD tersebut menunjukkan bahwa dana transfer merupakan porsi terbesar dari sisi penerimaannya. Untuk itu, perlu diperhatikan efektifitas penggunaan dana transfer demi pemanfaatan pembangunan dan pemerintahan yang efektif dan efisien. Demikian juga perlu dijaga keselarasan antara pembangunan nasional dan pembangunan di daerah dari pemanfaatan dana transfer tersebut. Pengawasan intern seperti audit, evaluasi, reviu dan pendampingan diperlukan untuk memberikan Rencana Strategis BPKP 2015–2019
43
`
keyakinan atas pencapaian tujuan pemerintah daerah. Demikian juga efektivitas penggunaan dana transfer, karena terkait dalam pembangunan nasional yang melibatkan berbagai instansi dan bermacam kegiatan agar saling mendukung dan terwujud efisiensi dan efektivitas. c. Pengelolaan Aset dan Kekayaan Negara/Daerah Pengelolaan aset yang belum tepat terkait pencatatan dan pelaporannya, masih menjadi penghambat diperolehnya opini terbaik atas laporan keuangan kementerian, lembaga dan pemerintah daerah dari BPK RI. Demikian juga dalam LKPP permasalahan aset menyebabkan masih diperolehnya opini WDP. Pemanfaatan dan penguasaan aset yang tidak tepat juga akan menyebabkan tidak berfungsinya aset sesuai dengan tujuan pemanfaatan aset. Untuk mengoptimalkan pemanfaatan aset sesuai dengan peruntukkannya, pengawasan intern diperlukan untuk mendorong agar aset dicatat dan dipertanggungjawabkan dengan tepat dan dimanfaatkan untuk pelayanan dan kesejahteraan masyarakat. d. Pengelolaan Hutang Posisi Hutang Luar Negeri (HLN) Indonesia (swasta dan pemerintah) menurut data Bank Indonesia, pada akhir Juni 2014 tercatat sebesar 284,9 miliar dollar AS (atau 3.334 triliun dengan kurs 11.700), sementara rasio HLN terhadap produk domestik bruto (PDB) sebesar 33,86 persen. Dari jumlah tersebut, posisi hutang pemerintah per Agustus 2014 menurut data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang adalah sebesar 2.532 triliun dengan rasio hutang terhadap produk domestik bruto (PDB) sebesar 25,6%. Sedangkan rasio pembayaran terhadap PDB dalam lima tahun terakhir masih berada dibawah 2%. Posisi HLN yang tinggi menimbulkan risiko atas fluktuasi mata uang yang dapat berimbas pada krisis ekonomi. Penarikan hutang merupakan sumber pembiayaan untuk menutup defisit APBN. Namun demikian, hutang yang semakin besar akan membebani baik pembayaran pokok maupun bunganya, jika tidak dapat menjadi leverage pembangunan nasional. Pengelolaan hutang erat kaitannya dengan keberhasilan pengelolaan keuangan negara dimana pengeluaran yang telah dilakukan melalui pembangunan nasional dapat memicu kembali dan mempercepat tumbuhnya perekonomian nasional dan pada akhirnya akan menurunkan kebutuhan pembiayaan dari hutang luar negeri periode berikutnya. Pengawasan intern diperlukan untuk lebih mengefisienkan dan mengefektifkan pengelolaan hutang demi keberhasilan pembangunan nasional dan kesejahteraan masyarakat dan untuk mengantisipasi terjadinya krisis ekonomi akibat fluktuasi mata uang asing. e. Pengelolaan Subsidi Subsidi merupakan alokasi anggaran yang disalurkan melalui perusahaan/lembaga yang memproduksi, menjual barang dan jasa, yang memenuhi hajat hidup orang banyak sedemikian rupa, sehingga harga jualnya dapat dijangkau oleh masyarakat. Rencana Strategis BPKP 2015–2019
44
`
Dalam APBN 2014 setidaknya terdapat delapan bentuk subsidi yang jumlahnya mencapai 333 triliun yaitu: 1) subsidi BBM, 2) subsidi listrik, 3) subsidi pangan, 4) subsidi pupuk, 5) subsidi benih, 6) subsidi dalam rangka Public Service Obligation (PSO), 7) subsidi bunga kredit program dan 8) subsidi pajak ditanggung pemerintah. Pengawasan intern atas pengelolaan subsidi diarahkan untuk memastikan bahwa kebijakan subsidi telah tepat dilakukan, dan telah memperhatikan aspek keberpihakan kepada masyarakat yang kurang mampu serta untuk meningkatkan hasil pembangunan nasional. f.
Pengelolaan Korporasi Pengelolaan korporasi berkaitan dengan pengelolaan dana pemerintah pusat/daerah yang dipisahkan dalam korporasi untuk memberikan pelayanan maupun untuk menghasilkan penerimaan negara/daerah. Pengawasan intern atas pengelolaan korporasi diarahkan untuk menilai pengelolaan korporasi dalam meningkatkan kinerjanya.
3. Pengamanan Keuangan Negara Secara Efektif Hambatan dan kecurangan dalam pengelolaan keuangan negara dan pembangunan nasional sangat mungkin terjadi. Dalam rilis daya saing oleh world economic forum (WEF), korupsi dan birokrasi yang tidak efisien menempati urutan teratas yang menghambat daya saing Indonesia. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengawasan intern untuk memastikan pembangunan nasional dapat terlaksana tanpa hambatan yang berarti serta kecurangan dapat diminimalisasi. BPKP juga dapat berperan mewakili kehadiran negara dalam membangun sistem pengendalian yang dapat mencegah, mendeteksi dan menangkal korupsi, melalui pelaksanaan pengawasan keinvestigasian untuk mengamankan keuangan negara secara efektif melalui (a) pengawasan debottlenecking dan clearing house, (b) pengawasan represif untuk preventif; dan (c) pencegahan dan pemberantasan korupsi. 4. Peningkatan Kualitas Tata Kelola Publik (Governance) Selain dalam mengawasi pembangunan itu sendiri, pengawasan BPKP juga diarahkan untuk membangun kapasitas pengawasan demi terciptanya tata kelola publik atau governance yang memadai untuk meyakinkan bahwa pemerintah selalu hadir dalam membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, dan terpercaya. Pembangunan pengawasan ini berupa pembinaan penyelenggaraan SPI KLPK dan peningkatan kapabilitas APIP. 5. Akuntabilitas Pelaporan Keuangan Salah satu upaya konkret untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara adalah penyampaian laporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah yang memenuhi prinsip-prinsip tepat waktu dan disusun dengan mengikuti standar Rencana Strategis BPKP 2015–2019
45
`
akuntansi pemerintah yang telah diterima secara umum. Penyusunan dan penyajian laporan keuangan dimaksud adalah dalam rangka akuntabilitas dan keterbukaan dalam pengelolaan keuangan negara/daerah, termasuk prestasi kerja yang dicapai atas penggunaan anggaran. Penilaian kualitas akuntabilitas terkait dengan pelaporan keuangan ditunjukkan dengan diperolehnya opini WTP dari BPK RI atas LKPP, LKKL maupun LKPD. Seperti diuraikan dalam bab sebelumnya, masih banyak instansi pemerintah yang laporan keuangannya belum memperoleh opini WTP. Jumlah instansi pemerintah yang telah memperoleh opini WTP baru mencapai 73% untuk kementerian dan lembaga (dari 92 kementerian/lembaga) dan 23% untuk pemerintah daerah (dari 523 pemeritah daerah). Dengan demikian, masih terdapat 24 kementerian/lembaga dan 403 pemerintah daerah yang masih harus memperbaiki penyusunan dan penyajian pelaporan keuangan sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan yang berlaku. Permasalahan yang disampaikan BPK RI dalam laporan pemeriksaan terhadap LKPP, LKKL dan LKPD antara lain adalah masalah pencatatan aset dan pengendalian intern yang belum efektif. Ke depan, permasalahan pelaporan keuangan menjadi semakin kompleks dengan mulai berlakunya akuntansi berbasis akrual dan Undang-Undang Desa. Dengan pengawasan intern yang akan dilakukan oleh BPKP seperti pendampingan, workshop atau reviu dan disertai dengan peningkatan kapabilitas pengelolaan keuangan diharapkan kementerian, lembaga dan pemerintah daerah dapat memperbaiki pertanggungjawaban pelaporan keuangannya. Pelaksanaan pengawasan intern ini diselenggarakan sebagai bagian dari pembinaan penyelenggaraan SPIP.
F. FAKTOR KUNCI KEBERHASILAN Terwujudnya visi, misi dan tujuan BPKP memerlukan upaya dan kerja keras dari seluruh pegawai BPKP dan juga dukungan dari mitra kerja BPKP. Ada beberapa faktor kunci keberhasilan yang akan sangat menentukan keberhasilan visi, misi dan tujuan BPKP, yaitu: 1) Komitmen Pimpinan terhadap Fokus Pengawasan yang Signifikan dan Berbasis Risiko Komitmen Pimpinan BPKP untuk tetap fokus pada obyek-obyek pengawasan yang mempunyai dampak besar dan berisiko tinggi merupakan faktor penting dalam mengarahkan dan memberi semangat pencapaian visi, misi dan tujuan BPKP. Komitmen pimpinan yang kuat akan mampu membangun integritas organisasi dan menggerakkan komitmen seluruh jajaran organisasi untuk melaksanakan tugas selaras dengan tujuan yang telah ditetapkan. Pimpinan BPKP mampu berkomunikasi dan menjalin hubungan yang harmonis dengan mitra kerja BPKP namun tetap profesional dan berintegritas dalam melayani permintaan pengawasan mitra kerja, serta tidak hanyut dalam permintaan pengawasan yang diarahkan oleh kepentingan atau tujuan-tujuan tertentu. Setiap pemilihan obyek pengawasan harus dapat dikembalikan untuk mencapai visi dan misi BPKP sebagai auditor kelas dunia.
Rencana Strategis BPKP 2015–2019
46
`
2) Penerapan Standar Kualitas Pengawasan yang Ketat Standar kualitas merupakan prasyarat pertama suatu pekerjaan untuk dapat memenuhi tujuan yang diharapkan. Penerapan standar juga akan meminimalkan terjadinya risiko profesi yang melekat dalam setiap pekerjaan. Sebagaimana organisasi internasional kelas dunia lainnya, penerapan standar yang konsisten dalam setiap pekerjaannya akan melegitimasi pekerjaan sesuai dengan standar internasional untuk pengawasan intern. Oleh karena itu, sebagai auditor yang berkelas dunia, BPKP harus menerapkan standar pengawasan dalam setiap kegiatan pengawasannya sehingga kualitas hasil pengawasan dapat dipertanggungjawabkan dan memberikan nilai tambah bagi stakeholders. 3) Komitmen KLPK Pengawasan BPKP merupakan pekerjaan yang melibatkan pihak lain dan ukuran keberhasilan pekerjaan BPKP hanya dapat dinilai jika hasil pengawasan BPKP ditindaklanjuti dan diterapkan oleh KLPK.
G. RISIKO STRATEGIS Kurun waktu lima tahun ke depan, banyak ketidakpastian yang dapat menyebabkan tidak tercapainya tujuan yang diinginkan dalam Renstra BPKP. Oleh karena itu, identifikasi risiko strategis yang mungkin terjadi diperlukan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya risiko tersebut sehingga dapat mempersiapkan diri dalam mengelola risiko tersebut. Risiko strategis yang mungkin terjadi adalah: 1) Pengawasan lintas sektoral tidak diperlukan jika sistem pemantauan dan evaluasi atas kinerja program dan kegiatan dari masing-masing kementerian, lembaga dan pemerintah daerah telah difasilitasi oleh suatu sistem teknologi informasi yang terpadu sehingga dapat termonitor oleh kementerian penanggung jawab program atau kementerian koordinator yang membawahinya. 2) Kompetensi pegawai BPKP tidak memadai, terutama dalam mengevaluasi dan mengkaji permasalahan strategis dan bersifat makro ekonomi. 3) BPKP kehilangan kepercayaan jika pelaksanaan pengawasan dan pembinaan yang dilakukan tidak memberikan dampak yang optimal bagi stakeholder utama para stakeholder lainnya. 4) Penataan aparat pengawasan intern tidak sejalan dengan peningkatan peran APIP.
Rencana Strategis BPKP 2015–2019
47
`
THIS PAGE IS INTENTIONALLY BLANK
Rencana Strategis BPKP 2015–2019
48
BAB III ARAH KEBIJAKAN STRATEGI KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN BPKP Dalam RPJMN 2015–2019, program dan kegiatan pengawasan BPKP berkaitan erat dengan agenda pembangunan bidang hukum dan aparatur. Hal tersebut merupakan agenda prioritas pembangunan nasional lima tahun ke depan dalam rangka membangun tata kelola pemerintahan sebagai salah satu perwujudan dari Sembilan Agenda Prioritas (NAWA CITA), yaitu agenda kedua yang berbunyi “membuat pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif dan terpercaya”. Arah kebijakan dan strategi untuk program tersebut menjadi acuan dalam merumuskan arah pembangunan pengawasan intern. Namun kebijakan dan strategi pengawasan BPKP untuk mengawal pencapaian Sasaran Pokok Pembangunan menyangkut seluruhnya yaitu Sembilan Agenda Prioritas dan Enam Sasaran Pokok Pembangunan.
A. KEBIJAKAN NASIONAL PENGAWASAN INTERN Terkait dengan program dan kegiatan pengawasan BPKP, sasaran pembangunan tata kelola pemerintahan dan pembangunan bidang aparatur negara dalam RPJMN 2015–2019 adalah meningkatnya kualitas tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif dan terpercaya. Sasaran tersebut diarahkan untuk mencapai (1) pemerintah yang bersih dan akuntabel, (2) pemerintahan yang transparan, efektif dan efisien dan (3) pelayanan publik yang berkualitas. Terwujudnya pemerintahan yang bersih dan akuntabel, akan dicapai dengan arah kebijakan 1) peningkatan integritas birokrasi; 2) peningkatan independensi, profesionalisme dan sinergi pengawasan; 3) peningkatan akuntabilitas keuangan dan kinerja pemerintah dan 4) peningkatan kualitas pengadaan barang/jasa pemerintah. Penerapan pengawasan yang independen, profesional dan sinergis dilaksanakan dengan strategi antara lain i) penguatan pengawasan internal: independensi, integritas, profesionalisme, dan transparansi tindak lanjut hasil pengawasan; ii) peningkatan sinergitas antar APIP dan antara APIP dengan pengawas eksternal; dan iii) pemantapan penerapan sistem pengendalian intern pemerintah. Terwujudnya pemerintahan yang transparan, efektif, dan efisien, dapat dicapai dengan arah kebijakan 1) mewujudkan kelembagaan pemerintah yang efektif, efisien, dan sinergis; 2) mewujudkan bisnis proses pemerintahan yang sederhana, transparan, partisipatif berbasis egovernment; 3) menerapkan manajemen ASN yang transparan, kompetitif, dan berbasis merit; 4) menerapkan sistem manajemen kinerja pembangunan nasional yang efektif; 5) mewujudkan pengelolaan kebijakan yang transparan, partisipatif, efektif dan efisien; 6) Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
49
mewujudkan kepemimpinan birokrasi yang visioner, berkomitmen tinggi, dan transformatif; 7) meningkatkan efisiensi penyelenggaraan birokrasi; dan 8) memantapkan kualitas pengelolaan reformasi birokrasi KLPK. Penerapan sistem manajemen kinerja pembangunan nasional yang transparan, efektif, efisien, dan akuntabel dilakukan dengan strategi antara lain i) Penguatan pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pengawasan pembangunan yang efektif, sinergis, dan terintegrasi dengan sistem perencanaan dan penganggaran; dan ii) transparansi dalam manajemen kinerja pembangunan nasional. Sedangkan untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik, akan dicapai dengan arah kebijakan 1) penguatan kelembagaan pelayanan publik dan 2) penguatan kapasitas pengendalian kinerja pelayanan publik. Adapun strategi yang ditempuh oleh pemerintah untuk mencapai sasaran terwujudnya pemerintah yang bersih dan akuntabel antara lain: pencegahan tindakan korupsi melalui Sistem Integritas Nasional (SIN) dan menutup peluang terjadinya korupsi dalam sistem penyelenggaraan pemerintahan; harmonisasi berbagai kebijakan yang mengatur mengenai pengawasan; pembentukan Undang-Undang Sistem Pengawasan Intern Pemerintah; peningkatan kapasitas pengawasan melalui peningkatan independensi APIP; peningkatan jumlah, kompetensi, dan integritas auditor intern. Strategi lainnya adalah peningkatan sinergitas antara pengawasan intern dengan pengawasan ekstern; peningkatan transparansi dalam pengawasan dan pengelolaan tindak lanjut hasil pengawasan; penyusunan rencana pengawasan intern nasional terpadu dan terfokus pada pengawalan prioritas pembangunan; serta penerapan SPIP khusus pada pengadaan besar dan pelaksanaan probity audit. Sedangkan untuk mendorong terwujudnya pemerintahan yang transparan, efektif, dan efisien dilakukan strategi antara lain: harmonisasi dan penguatan kebijakan yang mengatur tentang sistem manajemen kinerja pembangunan nasional; pengendalian belanja pegawai dan belanja operasional kantor; penetapan kebijakan pengawasan nasional untuk menjamin tercapainya sasaran pembangunan nasional; meningkatkan kapasitas pemerintah nasional untuk lebih menjalankan fungsi pembinaan dan pengawasan bagi daerah otonom secara lebih maksimal; dan peningkatan kelembagaan APIP untuk mendukung implementasi SPIP. Selanjutnya guna mewujudkan sasaran meningkatnya kualitas pelayanan publik, strategi yang dilakukan antara lain adalah: memastikan kepatuhan terhadap Undang-Undang Pelayanan Publik; peningkatan manajemen pelayanan dan percepatan information computer technology (e-government); penguatan fungsi Inspektorat dalam monitoring dan evaluasi kinerja pelayanan publik di KLPK; penguatan sistem pengaduan masyarakat yang efektif dan terintegrasi secara nasional; dan penerapan reward and punishment terhadap kinerja pelayanan publik.
1. Kebijakan Nasional Pengawasan Intern Arah pembangunan nasional dalam rangka peningkatan kesejahteraan periode 2015–2019 telah ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015–2019. Semua unsur negara berpartisipasi secara terbuka menyikapi kebijakan dan program pemerintah dalam RPJMN tersebut. Di satu sisi, partisipasi tersebut wajib dikelola secara baik oleh pemerintah dalam suatu tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya sebagaimana tertuang dalam Sembilan Agenda Pemerintah (Nawacita). Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
50
Di sisi lain, fungsi APIP belum optimal dalam menghadirkan tata kelola bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya ini membawa suatu kegamangan bagi pemerintah, khususnya bagi pimpinan KLPK dengan minim latar belakang birokratis. Untuk tujuan ini strategi dan kebijakan nasional Pengawasan Intern Pemerintah diarahkan untuk mengawal Pencapaian Sasaran Pokok Pembangunan Nasional dari Sembilan Agenda Pembangunan dalam RPJMN berbasiskan pada magnitut dan kepemilikan risiko penyelenggaraan RPJMN. Risiko dimaksud adalah risiko yang menghambat pencapaian tujuan pembangunan nasional. Dengan kebijakan ini maka, pengawasan nasional pemerintah diarahkan untuk melakukan pengawasan keuangan negara, keuangan daerah dan pembangunan nasional sebagai secara komprehensif, sinergis dan integratif. BPKP bersama APIP terkait mengawal pencapaian sasaran pembangunan lintas sektor dalam RPJMN, APIP mengawal pencapaian pencapain sasaran pembangunan terkait khusus KLPKnya dan BPKP meningkatkan Kapabilitas pengawasan intern APIP. Bersama-sama dengan pembinaan SPIP maka kebijakan nasional pengawasan intern adalah sebagaimana tersaji pada Peraga 3.1.
Peraga 3.1 Kebijakan Nasional Pengawasan Intern Tujuan
Arah yang diambil Untuk Mencapai Tujuan
Eksekutif Tidak Gamang, APIP Optimal
• APIP mengawal Pencapaian Sasaran Pokok Pembangunan Nasional dari Sembilan Agenda Pembangunan dalam RPJMN • BPKP bersama APIP terkait mengawal pencapaian sasaran pembangunan lintas sektor dalam RPJMN • APIP mengawal pencapaian sasaran pembangunan terkait KLPK • BPKP mendorong peningkatan kualitas sistem pengendalian intern dan kapabilitas pengawasan intern
Kondisi Yang Perlu
• Tatakelola Pemerintahan dan Reformasi Birokrasi
Jika kebijakan nasional pengawasan intern dioperasionalkan terhadap Strategi Pembangunan Nasional dalam RPJMN maka fokus pengawasan yang menjadi tanggung jawab APIP Nasional adalah sebagai mana tersaji pada Tabel 3.1. Fokus BPKP adalah pada program pembangunan yang bersifat lintas bidang dan fokus APIP KLPK adalah pada program pembangunan yang hanya menyangkut KLPK. Namun BPKP mempunyai tanggung jawab untuk membuat APIP berdaya atau mempunyai kapasitas dan kapabilitas untuk melakukan pengawasan intern terhadap program pembangunan tersebut.
Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
51
No
Tabel 3.1. Arah Kebijakan Nasional Pengawasan Intern PenangAPIP Arah Pengawasan gung Jawab Lain
A.
Dimensi Pembangunan Manusia
1.
Pengawasan Terhadap Pencapaian Sasaran Pokok Pembangunan Pendidikan Pengawasan Terhadap Pencapaian Sasaran Program Kesehatan Pengawasan Terhadap Pencapaian Sasaran Pokok Program Pembangunan Perumahan Pengawasan Terhadap Pencapaian Sasaran Pokok Program Pembangunan Mental/Karakter Bangsa
2. 3. 4.
B
Dimensi Pembangunan Sektor Unggulan
1
Pengawasan Terhadap Pencapaian Sasaran Pokok Program Kedaulatan Pangan Pengawasan Terhadap Pencapaian Sasaran Pokok Program Pembangunan Kedaulatan Energi dan Kelistrikan Pengawasan Terhadap Pencapaian Sasaran Pokok Program Pembangunan Kemaritiman Pengawasan Terhadap Pencapaian Sasaran Pokok Program Pembangunan Pariwisata dan Industri
2 3 4
BPKP BPKP BPKP BPKP
BPKP BPKP BPKP BPKP
APIP terkait APIP terkait APIP terkait APIP terkait
Wajib
APIP terkait APIP terkait
Prioritas
APIP terkait APIP terkait
Prioritas
C
Dimensi Pemerataan dan Kewilayahan
1
Pengawasan Terhadap Pencapaian Sasaran Pokok Program Pembangunan Antar Wilayah Desa, Pinggiran, Luar Jawa dan Kawasan Timur
D
Lingkup Kementerian/Lembaga/Pemerintah/Daerah/Korporasi
1
Pengawasan Terhadap Pencapaian Sasaran Program dan Sasaran Kegiatan K/L Pengawasan Terhadap Pencapaian Sasaran Program dan Sasaran Kegiatan Pemda Pengawasan Terhadap Pencapaian Sasaran Program dan Sasaran Kegiatan Korporasi
2 3
BPKP
Keterangan
Wajib Wajib Wajib
Prioritas
Prioritas
APIP terkait
APIP K/L
-
APIP Pemda
-
SPI Korporasi
_
2. Hasil Pengawasan Untuk Perencanaan Pembangunan Mengikuti model sederhana manajamen dalam planning, organizing, actuating dan controlling, hasil pengawasan menjadi salah satu instrumen atau mekanisme manajemen RPJMN 2015–2019, khususnya dalam pelaksanaan tahunan APBN. Hasil Pengawasan yang jelas berupa produk assurance BPKP terhadap capaian target kinerja KLPK, atau produk assurance APIP terhadap capaian kinerja unit kolegialnya, menjadi acuan konsultatif dalam Perencanaan dan Penganggaran Kinerja. Dalam posisi tertentu, BPKP
Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
52
atau APIP, sesuai lingkup kajiannya, sudah harus sedia dengan rekomendasi alternatif tentang pengarahan alokasi anggaran berdasarkan output consultingnya. Untuk dapat efektif, alokasi anggaran dilakukan berdasarkan capaian kinerja dan penyerapan anggaran. Efektivitas alokasi ini diharapkan menutupi adanya fakta bahwa Negara mengalami kekurangan anggaran sementara fakta lain menunjukkan bahwa Silpa Pemda cukup signifikan. Mekanisme alokasi ini sudah saatnya dioptimalkan dalam perencanaan kinerja dan penganggaran. Mekanisme ini adalah bentuk lain dari akuntabilitas dari Menteri/Pimpinan lembaga/Gubernur/Bupati/Walikota yang terbukti melakukan penyimpangan kebijakan yang telah ditetapkan dalam undang-undang tentang APBN/Peraturan Daerah tentang APBD. Penjelasan tentang ayat ini secara gamblang menyebutkan bahwa kebijakan “tercermin pada manfaat/hasil yang harus dicapai dengan pelaksanaan fungsi dan program kementerian negara/lembaga/pemerintahan daerah yang bersangkutan”. Strategi memasukkan hasil pengawasan dalam mekanisme perencanaan dan penganggaran kinerja ini juga konsisten dengan peraturan pemerintah lainnya. Pertama, Pasal 9 PP Nomor 20 Tahun 2004 Tentang Rencana Kerja Pemerintah. Laporan evaluasi tentang kinerja program menjadi pertimbangan untuk analisis anggaran tahun berikutnya. Kedua, untuk memenuhi Pasal 7 PP Nomor 21 Tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga yang menuntut bahwa “dalam penyusunan anggaran berbasis kinerja diperlukan … evaluasi kinerja dari setiap program dan jenis kegiatan”, menteri atau pimpinan lembaga melakukan wajib melakukan evaluasi. Evaluasi ini adalah penilaian atas relevansi dan efektivitas, serta konsistensi program dan atau kegiatan terhadap tujuan kebijakan termasuk pencapaian Sasaran Program Pembangunan. Komunikasi tentang peran pengawasan dalam perencanaan pembangunan harus dilakukan secara efektif. Pola dan efektivitas kegiatan musyawarah perencanaan pembangunan dijadikan sebagai ajang dan acuan untuk menghadirkan aspek pengawasan secara seimbang dengan aspek perencanaan pembangunan. Dengan demikian, dalam rangkaian dan serial Musrenbang, outlook ekonomi yang dipandang secara makro ke depan oleh Kementerian Keuangan harus ditandingkan dengan realitas nyata assurance pengawasan terhadap hasil pembangunan. Produk assurance dari pengawasan adalah missing link yang selama ini dinanti kehadirannya dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan nasional untuk kesejahteraan masyarakat.
B. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI BPKP Memerhatikan peran BPKP dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang SPIP, BPKP diberi amanat besar dalam melakukan pengawasan intern dan dalam pembinaan SPIP termasuk pembinaan APIP. Amanat ini dieksplisitkan dan diperbaharui lagi dalam Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 dan Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2014. Peran BPKP yang mengemuka adalah kewajiban melakukan sinergi dan koordinasi dengan APIP lain.
Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
53
Rumusan arah kebijakan dan strategi pengawasan BPKP terkait antara satu dengan lainnya. Kebijakan BPKP merupakan penjabaran urusan pengawasan intern nasional sesuai dengan visi dan misi pembangunan nasional yang berisi satu atau beberapa upaya untuk mencapai sasaran strategis penyelenggaraan dan pembangunan pengawasan intern dengan indikator kinerja yang terukur1. Untuk mencapai sasaran strategis yang dirumuskan sebelumnya, dibuatlah strategi2 BPKP sebagai langkah-langkah yang berisikan program-program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi BPKP. Arah kebijakan dan strategi pengawasan BPKP menjadi salah satu pendukung terwujudnya sasaran pembangunan nasional yaitu, pembangunan tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya. Hakekat pengawasan intern berperan penting dalam meningkatkan tata kelola, memperbaiki pengelolaan risiko dan menguatkan sistem pengendalian intern. Dengan demikian, pembangunan tata kelola pemerintahan dan aparatur tidak dapat lepas dari pengawasan intern yang akan diperankan oleh BPKP dalam lingkup nasional.
1. Arah Kebijakan Pengawasan BPKP Untuk mengefektifkan penggunaan sumber daya pengawasan BPKP, dibutuhkan penetapan arah pokok (kebijakan) pengawasan BPKP yang menjadi pedoman bagi BPKP untuk merencanakan dan mengarahkan kegiatan pengawasan intern (Peraga 3.2)
Peraga 3.2 Arah Kebijakan Pengawasan BPKP Tujuan Process Business Program Lintas Bidang RPJMN Berbasis Risiko
Ruang Fiskal Cukup Pengamanan Keuangan Negara/Daerah Efektif
1Adopsi 2Adopsi
Arah yang diambil Untuk Mencapai Tujuan • Penguatan pelaksanaan pemantauan, evaluasi dan pengawasan sinergis bersama APIP KLPK dan pengawasan terintegrasi dengan sistem perencanaan dan penganggaran untuk mengawal pencapaian Sasaran Program bersifat program lintas bidang RPJMN • Pengawasan untuk Meningkatkan Penerimaan Negara/Daerah • Pengawasan untuk Efisiensi Pengeluaran Negara/Daerah • Pengawasan terhadap optimalisasi pemanfaatan aset Negara/Daerah • Pengawasan Pembiayaan Keuangan Negara/Daerah • Pengawasan Alokasi Keuangan Daerah (Dana Transfer)
• Debottlenecking dan Clearing House • Penugasan Represif untuk Preventif • Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi
Governance Memadai
• Pemantapan penerapan Sistem Pengendalian Intern KLPK • Peningkatan Kapabilitas Pengawasan Intern dan Sinergitas APIP
Penguatan Kapasitas Internal
• Penguatan profesionalisme, integritas, objectivitas, netralitas, independensi dan responsibilitas • Penguatan fungsi pengawasan internal BPKP • Inovasi pengawasan internal dan SPIP • Enterprice-Architecture-Bussiness Architecture Based ITC • Peningkatan Sarana Prasarana
dari Peraturan Menteri PPN Nomor 5 Tahun 2014 dari Peraturan Menteri PPN Nomor 5 Tahun 2014
Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
54
Dengan mengacu pada kerangka kebijakan dan strategi di atas, pengawasan pembangunan dan pembangunan pengawasan yang dilakukan oleh BPKP diarahkan untuk mencapai sasaran terwujudnya kualitas tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif dan terpercaya. Secara rinci kebijakan pengawasan BPKP juga diarahkan untuk mencapai terwujudnya penguatan kebijakan sistem pengawasan intern pemerintah, penguatan pengawasan terhadap kinerja pembangunan nasional, kebijakan dalam penerapan pengawasan intern yang independen, profesional dan sinergis, serta kebijakan penerapan sistem manajemen kinerja pembangunan nasional yang efisien dan efektif. Arah kebijakan pengawasan BPKP secara rinci sebagai berikut:
a. Penguatan pelaksanaan pemantauan, evaluasi dan pengawasan sinergis bersama-sama dengan APIP kementerian, lembaga, pemerintah daerah dan korporasi serta pengawasan terintegrasi dengan sistem perencanaan dan penganggaran untuk mengawal pencapaian sasaran program pembangunan yang bersifat lintas bidang di RPJMN 2015–2019;
b. Peningkatan ruang fiskal negara melalui pengawasan untuk meningkatkan penerimaan negara/daerah; pengawasan untuk efisiensi pengeluaran negara/daerah; pengawasan terhadap optimalisasi pemanfaatan aset negara/daerah; pengawasan pembiayaan keuangan negara/daerah; dan pengawasan alokasi keuangan daerah (dana transfer);
c. Pengamanan keuangan negara/daerah yang efektif melalui debottlenecking dan clearing house; pengawasan represif untuk preventif serta pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi;
d. Peningkatan tata kelola atau governance yang memadai melalui pemantapan penerapan sistem pengendalian intern KLPK serta peningkatan kapabilitas pengawasan intern dan sinergitas APIP; dan
e. Penguatan kapasitas internal melalui penguatan profesionalitas, integritas, obyektivitas, netralitas, independensi, dan responsibilitas penguatan fungsi pengawasan internal BPKP; inovasi pengawasan intern dan SPIP; enterprisearchitecture-bussiness architecture based ITC; serta peningkatan sarana prasarana.
2. Strategi Pengawasan BPKP Strategi pengawasan BPKP terdiri dari strategi eksekutif maupun strategi operasional. Strategi eksekutif diharapkan menjadi acuan terutama bagi pimpinan BPKP di pusat maupun daerah untuk membangun kemitraan dan jejaring pengawasan dan perencanaan pembangunan nasional. Keseluruhan strategi BPKP 2015 terlihat pada Peraga 3.3 di halaman berikut. Strategi operasional mengindikasikan kegiatan dan langkah-langkah dalam program teknis pengawasan BPKP, Program 06 yaitu Program Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan Pembangunan Nasional serta Pembinaan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Karena hanya terdapat satu program teknis di BPKP, untuk pembagian intern tugas pengawasan, Program 06 ini dipecah sesuai dengan kedeputian teknis yang ada di BPKP. Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
55
Peraga 3.3 Strategi Pengawasan BPKP Strategi Eksekutif
• Pembangunan Kemitraan dan Jejaring Pengawasan dan Perencanaan Pembangunan Nasional
Strategi Operasional
• Pemfokusan pengawasan intern pada isu strategis atau program pembangunan nasional bersifat lintas – RPJMN • Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi • Peningkatan Kapasitas Pengawasan Intern yang mendukung Sinergi Pengawasan Program Pemerintah • Penguatan penerapan SPI/Governance Program Pemerintah (Wajib, Prioritas & Pendukung) dan SPI KLPK
Penguatan Kapasitas Internal
• Peningkatan Kompetensi SDM BPKP dan Ketaatan Terhadap Standar dan SOP Berbasis Risiko • Peningkatan Kapasitas Information and Communication Technology (ICT) berbasis BPKP’s Enterprise Arhitecture dan Pengawasan’s Bussiness Architecture • Peningkatan Sarana Prasarana
Strategi pengawasan BPKP dalam kurun waktu 2015–2019 adalah memfokuskan peningkatan kualitas hasil pengawasan terhadap isu-isu strategis melalui penguatan SPIP, penguatan kapasitas APIP dan penguatan kapasitas sumber daya manusia BPKP. Sebagai program-program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi, secara lebih spesifik strategi tersebut tertuang dalam tiga butir strategi (fokus dan sinergis) sebagaimana terlihat pada Peraga 3.1. a) Pemokusan pengawasan intern pada isu strategis atau program pembangunan nasional bersifat lintas bidang dalam RPJMN 2015–2019; b) Pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi; c) Penguatan penerapan SPI/governance program pemerintah pada kementerian, lembaga, pemerintah daerah, dan korporasi; d) Peningkatan kapasitas pengawasan intern yang mendukung sinergi pengawasan terhadap program pemerintah. Guna mendukung tiga butir strategi tersebut terdapat strategi internal (supporting), yaitu: a) Peningkatan kompetensi SDM BPKP dan ketaatan terhadap standar serta SOP berbasis risiko;
Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
56
b) Peningkatan kapasitas information and communication technology (ICT) berbasis BPKP’s Enterprise Architecture dan Bussiness Architecture untuk setiap sasaran strategis pengawasan; dan c) Peningkatan sarana dan prasarana. Sebagai tindak lanjut dari strategi di atas, maka langkah-langkah yang akan dilakukan dalam program dan kegiatan BPKP selalu bertumpu pada tujuh substrategi tersebut dengan memanfaatkan dan mengoptimalkan sumber daya yang tersedia. Secara substantif langkah-langkah pencapaian visi misi sampai dengan optimalisasi sumber daya BPKP dapat dideskripsikan dalam Peraga 3.4 di halaman berikut.
3. Program BPKP Program BPKP merupakan penjabaran dari kebijakan sesuai dengan visi dan misi BPKP yang rumusannya mencerminkan tugas dan fungsi BPKP dan berisikan kegiatan untuk mencapai hasil pengawasan dengan indikator kinerja yang terukur3. Kegiatan-kegiatan ini sekaligus penjabaran tugas dan fungsi BPKP untuk mewujudkan sasaran strategis yang telah ditetapkan sebelumnya. Program BPKP tersebut terdiri dari: 1. Program pengawasan intern akuntabilitas keuangan negara dan pembangunan nasional serta pembinaan penyelenggaraan sistem pengendalian intern pemerintah (Program 06); 2. Program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya (Program 01). Program 01 bersifat generik antar K/L yaitu, Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya BPKP. Program ini ditujukan untuk memastikan terciptanya kondisi yang diperlukan dalam melaksanakan tugas teknis pengawasan oleh kedeputian teknis. Baik program teknis pengawasan (Program 06) maupun program dukungan (Program 01) akan dilaksanakan dalam bentuk kegiatan-kegiatan oleh unit kerja atau satuan kerja di lingkungan BPKP.
4. Subprogram BPKP Program Teknis BPKP adalah tunggal yaitu Program Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan Pembangunan Nasional serta Pembinaan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Program tunggal ini konsisten dengan eselonisasi tunggal di BPKP. Dalam rangka lebih menyelaraskan seluruh aktivitas sesuai dengan bidang pengawasan masing-masing unit kedeputian, program-program indikatif dibagikan ke subprogram Pengawasan BPKP. Dari Program Pengawasan BPKP hasil restrukturisasi program dan kegiatan, yaitu Program Pengawasan Intern atas Akuntabilitas Keuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan SPIP dirumuskan 15 subprogram dengan uraian sebagai berikut:
3Adopsi
dari Peraturan Menteri PPN Nomor 5 Tahun 2014
Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
57
Peraga 3.4. Keterkaitan Strategi dengan Misi dan Visi BPKP
1. Subprogram Pengawasan Akuntabilitas Pelaporan Keuangan Subprogram ini merupakan seluruh aktivitas pengawasan yang saling berkaitan baik assurance maupun consulting yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan di Kementerian/Lembaga dan Pemerintah daerah dalam mewujudkan opini atas Laporan Keuangan. Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
58
2. Subprogram Pengawasan Kebendaharaan Umum Negara Subprogram ini merupakan seluruh aktivitas pengawasan yang saling berkaitan baik assurance dan consulting yang berkaitan dengan peran Kementerian Keuangan selaku Bendahara Umum Negara dan peran KLPK dalam pengelolaan keuangan yang bersifat strategis, antara lain: Penerimaan Negara/Daerah, alokasi anggaran, pengelolaan aset dan kekayaan negara/daerah, pengelolaan hutang, pengelolaan subsidi dan pengelolaan korporasi. 3. Subprogram Pengawasan Korporasi (BUMN/D/BLU/D/BUL) Subprogram ini merupakan seluruh aktivitas pengawasan yang saling berkaitan baik assurance dan consulting untuk mendorong implementasi yang harmonis antara governance, risk, dan control di lingkup korporasi khususnya pada BUMN, BUMD, dan BLUD serta badan usaha lainnya. 4. Subprogram Pengawasan Pengelolaan Keuangan Daerah Subprogram ini merupakan seluruh aktivitas pengawasan yang saling berkaitan baik assurance dan consulting yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan daerah dengan fokus pada efisiensi dan efektivitas pengelolaan keuangan. 5. Subprogram Pengawasan Infrastruktur, Pendidikan dan Kesehatan, serta Fokus Pembangunan Nasional Lainnya. Subprogram ini merupakan seluruh aktivitas pengawasan yang saling berkaitan baik assurance dan consulting yang berkaitan dengan pembangunan yang strategis yang memberikan aksesibilitas bagi masyarakat atas beberapa kebutuhan pelayanan dasar dan pengawasan strategis lainnya yang berorientasi pada kesejahteraan masyarakat dan perekonomian rakyat. 6. Subprogram Pengawasan Keinvestigasian & Penyelesaian Hambatan Kelancaran Pembangunan. Subprogram ini merupakan seluruh aktivitas pengawasan yang saling berkaitan yang bersifat represif guna mendukung peran aparat penegak hukum. Selain itu, subprogram ini juga diarahkan pada penyelesaian berbagai hambatan kelancaran pembangunan. 7. Subprogram Pembinaan SPIP Program Prioritas Nasional (Infrastruktur, Pendidikan dan Kesehatan serta Fokus Pembangunan Nasional Lainnya) Subprogram ini merupakan seluruh aktivitas pengawasan yang saling berkaitan baik assurance maupun consulting dalam membina terwujudnya efektivitas SPIP pada program lintas. 8. Subprogram Pembinaan SPIP K/L Subprogram ini merupakan seluruh aktivitas pengawasan yang saling berkaitan baik assurance maupun consulting dalam membina terwujudnya efektivitas SPIP pada K/L.
Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
59
9. Subprogram Pencegahan Korupsi pada K/L Subprogram ini merupakan seluruh aktivitas pencegahan korupsi pada K/L baik preemptive, preventif maupun edukatif guna meminimalkan terjadinya fraud pada K/L. 10. Subprogram Pembinaan Penyelenggaraan SPIP Pemerintah Daerah Subprogram ini merupakan seluruh aktivitas pengawasan yang saling berkaitan baik assurance maupun consulting dalam membina terwujudnya efektivitas SPIP pada Pemerintah Daerah. 11. Subprogram Pencegahan Korupsi pada Pemerintah Daerah Subprogram ini merupakan seluruh aktivitas pencegahan korupsi pada Pemerintah Daerah baik preemptive, preventif maupun edukatif guna mendukung peran Pemerintah Daerah yang lebih signifikan dalam penerimaan negara, pelayanan publik dan pembangunan perekonomian. 12. Subprogram Pembinaan Penyelenggaraan SPI pada Korporasi Subprogram ini merupakan seluruh aktivitas pengawasan yang saling berkaitan baik assurance dan consulting yang berkaitan dengan pembinaan Satuan Pengawas Intern korporasi yang lebih efektif. 13. Subprogram Pencegahan Korupsi pada Korporasi Subprogram ini merupakan seluruh aktivitas pencegahan korupsi pada korporasi baik preemptive, preventif maupun edukatif guna mendukung peran korporasi yang lebih signifikan dalam penerimaan negara, pelayanan publik dan pembangunan perekonomian. 14. Subprogram Pembinaan Kapabilitas Pengawasan Intern K/L Subprogram ini merupakan seluruh aktivitas pengawasan yang saling berkaitan baik dan consulting yang berkaitan dengan pembinaan kapabilitas APIP K/L baik pembinaan Jabatan Fungsional Auditor maupun tata kelola APIP. 15. Subprogram Pembinaan Kapabilitas Pengawasan Intern Pemda Subprogram ini merupakan seluruh aktivitas pengawasan yang saling berkaitan baik assurance dan consulting yang berkaitan dengan pembinaan kapabilitas APIP Pemda baik pembinaan Jabatan Fungsional Auditor maupun tata kelola APIP.
5. Kegiatan Pengawasan BPKP Untuk menjaga konsistensi nomenklatur perencanaan dan penganggaran, kegiatan pengawasan BPKP disesuaikan dengan nomenklatur yang rumusannya mencerminkan tugas dan fungsi eselon II/satker yang berisi komponen kegiatan untuk mencapai keluaran dengan indikator kinerja yang terukur. Kegiatan dari masing-masing eselon II teknis akan menghasilkan rekomendasi sebagai indikator kinerja pengawasannya. Rekomendasi dihasilkan melalui pelaksanaan komponen kegiatan, baik komponen teknis pengawasan dengan menggunakan berbagai alat (tools) pengawasan seperti audit, reviu, evaluasi, pemantauan maupun komponen yang mendukung langsung kegiatan seperti penyusunan dan diseminasi pedoman, pemantauan pelaksanaan pengawasan, tabulasi dan Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
60
lain-lain. Selain itu, terdapat pelaksanaan dukungan pengawasan meliputi penyiapan kultur organisasi, penyiapan profesionalisme SDM, penyiapan SOP pelaksanaan kegiatan, penyiapan sarana dan prasana dan lain-lain yang mendukung secara tidak langsung kegiatan teknis pengawasan. Penyediaan sarana dan prasarana pengawasan juga termasuk di dalamnya. Konsisten dengan nomenklatur perencanaan dan penganggaran, terdapat 26 kegiatan pengawasan (program 06) dan 6 kegiatan dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya (program 01) di lingkungan BPKP, yaitu: 1. Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Negara dan Pembangunan Nasional serta Pembinaan Kementerian/Lembaga Bidang Fiskal dan Investasi; 2. Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Negara dan Pembangunan Nasional serta Pembinaan Kementerian/Lembaga Bidang Industri dan Distribusi;
Pengelolaan Keuangan Penyelenggaraan SPIP Pengelolaan Keuangan Penyelenggaraan SPIP
3. Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Negara dan Pembangunan Nasional serta Pembinaan Penyelenggaraan SPIP Kementerian/Lembaga Bidang Produksi dan Sumber Daya Alam; 4. Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Negara dan Pembangunan Nasional serta Pembinaan Penyelenggaraan SPIP pada Kegiatan yang Dibiayai dari Pinjaman dan Bantuan Luar Negeri; 5. Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Negara dan Pembangunan Nasional serta Pembinaan Penyelenggaraan SPIP Kementerian/Lembaga Bidang Perekonomian Lainnya; 6. Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Negara dan Pembangunan Nasional serta Pembinaan Penyelenggaraan SPIP Kementerian/Lembaga Bidang Pertahanan dan Keamanan; 7. Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Negara dan Pembangunan Nasional serta Pembinaan Penyelenggaraan SPIP Kementerian/Lembaga Bidang Penegakan Hukum dan Sekretariat Lembaga Tinggi Negara; 8. Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Negara dan Pembangunan Nasional serta Pembinaan Penyelenggaraan SPIP Kementerian/Lembaga Bidang Kesejahteraan Rakyat; 9. Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Negara dan Pembangunan Nasional serta Pembinaan Penyelenggaraan SPIP Kementerian/Lembaga Bidang Polsoskam Lainnya; 10. Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Negara dan Pembangunan Nasional serta Pembinaan Penyelenggaraan SPI Instansi Pemerintah Daerah Wilayah Sumatera dan Kalimantan; 11. Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Negara dan Pembangunan Nasional serta Pembinaan Penyelenggaraan SPI Instansi Pemerintah Daerah Wilayah Jawa dan Bali;
Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
61
12. Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Negara dan Pembangunan Nasional serta Pembinaan Penyelenggaraan SPI Instansi Pemerintah Daerah Wilayah Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua; 13. Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan SPI Badan Usaha Agrobisnis, Jasa Konstruksi, dan Perdagangan; 14. Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan SPI Badan Usaha Jasa Keuangan dan Manufaktur; 15. Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan SPI Badan Usaha Jasa Perhubungan, Pariwisata, Kawasan Industri dan Jasa Lainnya serta Kementerian; 16. Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan SPI Badan Usaha Milik Daerah; 17. Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan SPI Badan Usaha/Lembaga Perminyakan dan Gas Bumi; 18. Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Negara dan Pembangunan Nasional serta Pembinaan Penyelenggaraan SPIP Terkait Investigasi pada BUMN/D; 19. Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Negara dan Pembangunan Nasional serta Pembinaan Penyelenggaraan SPIP Terkait Hambatan Kelancaran Pembangunan; 20. Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Negara dan Pembangunan Nasional serta Pembinaan Penyelenggaraan SPIP Terkait Investigasi pada Kementerian/Lembaga; 21. Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan SPIP–di Perwakilan; 22. Pengawasan Intern BPKP; 23. Penelitian dan Pengembangan Pengawasan; 24. Pembinaan Jabatan Fungsional Auditor dan Tata Kelola APIP; 25. Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan; 26. Penyelenggaraan Sistem Dukungan Pengambilan Keputusan Pemerintah/Presiden dan Internal BPKP; 27. Penyusunan dan Evaluasi Rencana; 28. Pengelolaan Kepegawaian dan Organisasi; 29. Pengelolaan Anggaran dan Sistem Akuntansi Pemerintah; 30. Pembinaan Hukum dan Pengelolaan Kehumasan; 31. Pengadaan dan Penyaluran Sarana dan Prasarana BPKP, Pembinaan Administrasi dan Pengelolaan Perlengkapan serta Pembayaran Gaji/Tunjangan–BPKP; dan
Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
62
32. Pelaksanaan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya–di Perwakilan.
6. Alur Logika Program Pengawasan Kegiatan-kegiatan dalam program pengawasan BPKP ditata mengikuti alur logika program pengawasan mulai dari komponen (sub) kegiatan hingga visi misi sebagai mana terlihat pada Peraga 3.5 berikut: Peraga 3.5. Alur Logika Program Pengawasan Auditor Internal Pemerintah RI Berkelas Dunia untuk Meningkatkan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Nasional
Visi 1.
Misi
Tujuan
2. 3.
Menyelenggarakan Pengawasan Intern terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Nasional guna Mendukung Tata Kelola Pemerintahan dan Korporasi yang Bersih dan Efektif; Membina Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah yang Efektif; Mengembangkan Kapabilitas Pengawasan Intern Pemerintah yang Profesional dan Kompeten.
1. Peningkatan Kualitas Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Nasional yang Bersih dan Efektif 2. Peningkatan Efektivitas Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah 3. Peningkatan Kapabilitas Pengawasan Intern Pemerintah yang Profesional dan Kompeten
SASARAN
INDIKATOR
STRATEGI
Sasaran Strategis
• Indeks Akuntabilitas pengelolaan Keuangan dan Pembangunan • Tingkat Maturitas SPIP • Level IACM
PROGRAM
Sasaran Program (Outcome)
• Perbaikan Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah dan Program Pembangunan Nasional • Peningkatan Efektivitas SPIP • Peningkatan Kapasitas Wasintern
KEGIATAN
Sasaran Kegiatan
• Rekomendasi Pengawasan
Sasaran
• Laporan Hasil Pengawasan
SUB KEGIATAN
Subkegiatan
C. KERANGKA REGULASI Untuk memfasilitasi penyelenggaraan fungsi pengawasan intern sebagaimana diuraikan di atas, sesuai pedoman penyusunannya, Rencana Strategis BPKP memuat kerangka regulasi. Pemuatan ini memungkinkan perwujudan atas regulasi dimaksud dapat dipantau baik oleh Bappenas maupun pemangku kepentingan lainnya. Regulasi dibutuhkan untuk memfasilitasi, mendorong, dan mengatur perilaku masyarakat, dalam hal ini masyarakat pengawasan dan penyelenggara negara dalam rangka mencapai tujuan bernegara4. Pengawasan intern yang dimandatkan kepada BPKP diselenggarakan dalam rangka pelaksanaan fungsi pemerintah untuk mencapai tujuan bernegara. 4Adopsi
dari Peraturan Menteri PPN Nomor 5 Tahun 2014
Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
63
Bentuk penguatan pelaksanaan kebijakan yang telah ditetapkan oleh BPKP akan dibakukan dalam suatu ketentuan atau regulasi yang akan mengikat pihak-pihak yang terlibat dalam pengawasan intern demi terlaksananya peran pengawasan intern yang dijalankan oleh BPKP. Regulasi yang dibutuhkan adalah regulasi yang terkait dengan pelaksanaan peran pengawasan dan terkait ruang lingkup pengawasan BPKP, yaitu regulasi pengawasan terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan dan pembangunan oleh Presiden RI; regulasi yang mengatur tentang pengawasan kebendaharaan umum negara; regulasi pengawasan terkait aset negara di luar LKPP dan LKPD; dan regulasi yang mengatur BPKP sebagai reviewer Laporan Keuangan Republik Indonesia (konsolidasi antara LKPP dan LKPD). Regulasi akan memberikan penguatan mandat pengawasan kepada BPKP agar dapat mempromosikan kepada pemerintah tentang kredibilitas, kesetaraan, perilaku yang pantas bagi aparat pemerintah serta mengurangi risiko terjadinya korupsi. Rencana pembentukan regulasi dimaksud adalah sebagai berikut (Tabel 3.2): Tabel 3.2. Rencana Pembentukan Regulasi ARAH KERANGKA REGULASI NO DAN/KEBUTUHAN REGULASI 1 Penetapan Regulasi pengawasan terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan dan pembangunan oleh Presiden RI
2
URGENSI BERDASARKAN EVALUASI REGULASI EXISTING KAJIAN DAN PENELITIAN Informasi pengawasan terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan dan pembangunan belum tersedia berdasarkan siklus pengelolaan keuangan dan pembangunan, yaitu: pengelolaan atas penerimaan negara, alokasi anggaran negara untuk program nasional, pembiayaan program nasional, dan aset nasional. Penetapan penugasan Pengawasan Menteri Keuangan terselenggara secara terkait pengawasan sporadis baik Kebendaharaan Umum penetapan tema Negara maupun inisiasinya sehingga berisiko tidak tersedia informasi pengawasan kebendaharaan umum negara yang tepat substansi dan waktu untuk kebijakan kebendaharaan umum negara.
Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
UNIT PENANGGUNG JAWAB
UNIT TERKAIT
TARGET PENYE LESAIAN
BPKP (Sekretariat Utama, Kedeputian Teknis, Pusat)
Sekretariat Negara, Bappenas, Kemenkeu , Kemendagri, Kemenkum HAM, Kemenpan & RB
Perpres Nomor 192/2014 merupakan bentuk nyata dari regulasi ini. Masih perlu adanya Perpres tentang arah pokok pengawasan intern selama lima tahuan
BPKP (Sekretariat Utama, Kedeputian Teknis, Pusat)
Kemenkeu , Bappenas, Kemenkum HAM
Tahun 2015
64
ARAH KERANGKA REGULASI NO DAN/KEBUTUHAN REGULASI 3 Penetapan penugasan pengawasan terkait aset negara di luar LKPP dan LKPD.
4
5
URGENSI BERDASARKAN EVALUASI REGULASI EXISTING KAJIAN DAN PENELITIAN Informasi terkait hasil pengawasan dalam rangka melindungi dan memanfaatkan kekayaan negara yang tidak tercatat dalam LKPP dan LKPD belum tersedia. Penetapan regulasi Laporan Keuangan Presiden yang Republik Indonesia menunjuk BPKP (LKRI) harus segera sebagai reviewer dibuat sebagai Laporan Keuangan akuntabilitas Republik Indonesia pengelolaan keuangan (konsolidasi antara secara nasional serta LKPP dan LKPD). untuk melindungi aset NKRI. Undang-undang yang Perlu balancing antara mengatur pengawasan pengawasan ekstern intern secara nasional dan pengawasan intern.
UNIT PENANGGUNG JAWAB
UNIT TERKAIT
TARGET PENYE LESAIAN
BPKP (Sekretariat Utama, Kedeputian Teknis, Pusat)
Kemenkeu , BPN, Kemenhut, Kementerian ESDM, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kemendikbud, Kemenkum HAM
Tahun 2015
BPKP (Sekretariat Utama, Kedeputian Teknis dan Puslitbang)
Kemenkeu, Kemendagri, Kemenkumham, serta K/L lainnya
Tahun 2016
BPKP dan Bappenas, Kemenkeu, Kemenpan & RB Kemendagri dan K/L lainnya
Tahun 2015
D. PENGARUSUTAMAAN GOVERNANCE DI BPKP Perubahan visi dan misi BPKP membawa konsekuensi logis pada perubahan kelembagaan yang digunakan untuk mencapai visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program dan kegiatan pengawasan pembangunan dan pembangunan pengawasan BPKP sesuai dengan tugas dan fungsi BPKP5. Inti dari kerangka kelembagaan ini adalah rasionalisasi kelembagaan BPKP. Kerangka kelembagaan ini terdiri dari tiga tahap perubahan yaitu (1) persiapan rasionalisasi; (2) penilaian, dan (3) rasionalisasi dalam kerangka pengarusutamaan tata kelola pemerintahan (governance) di lingkungan BPKP.
1. Rasionalisasi dan Penilaian Kelembagaan Tahap ini merupakan tahap peninjauan ulang konsep Renstra BPKP ini. Peninjauan dilakukan untuk memastikan visi, misi, tujuan, strategi dan program yang dirumuskan sudah merupakan hasil rumusan bersama berdasarkan metodologi yang memadai, termasuk dengan scenario planning. Salah satu skenario adalah adanya polarisasi positif antara dukungan regulasi dan dukungan stakeholder yang fit dengan gambaran pemerintahan Presiden Joko Widodo–Jusuf Kalla tahun 2014–2019 ini. Sebagaimana alur gerak skenario, Renstra ini telah terkait dan sejalan dengan visi-misi Presiden, yaitu khususnya dengan implementasi visi-misi presiden (lebih khusus lagi, agenda nawacita
5Adopsi
dari Peraturan Menteri PPN Nomor 5 Tahun 2014
Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
65
kedua). Penjabaran visi-misi-tujuan BPKP dalam Renstra ini juga sudah dijabarkan dari tugas pokok & fungsi berlandaskan pada Perpres 192 Tahun 2014 tentang BPKP. a. Perbandingan Visi dan Perubahan Misi Antar Renstra BPKP Visi BPKP pada Renstra 2010–2014 dan pada Renstra 2015–2019 mempunyai rumusan yang berbeda namun mengandung substansi yang sama. Kandungan arah yang dituju dalam Visi sebagai “Auditor Presiden yang Responsif, Interaktif, dan Terpercaya untuk Mewujudkan Akuntabilitas Keuangan Negara yang Berkualitas” pada Renstra sebelumnya mengandung arah yang diimpikan dalam visi “Auditor Internal Pemerintah RI Berkelas Dunia untuk Meningkatkan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Nasional”. Walau mengandung kandungan yang sama, perubahan rumusan ini menjadi relevan untuk untuk dapat memberi daya gerak terhadap implementasi misi dengan substansi yang sama namun dengan pengukuran yang secara drastis berbeda. b. Perubahan Misi dari Renstra 2010–2014 Terdapat empat rumusan misi di Renstra 2010–2014 dan tiga misi di Renstra 2015– 2019. Dari sudut substansi, tiga misi pertama di Renstra 2010–2014 menjadi tiga misi Renstra 2015–2019. Walau substansi keduanya sama, rumusan masing-masing misi tersebut sudah dilengkapi dengan rumusan logis dan SMART untuk mencapai keberhasilan pencapaian misi. Rumusan misi dan ukuran keberhasilan ini sekaligus sudah dapat menjadi Indikator Kinerja Utama Organisasi BPKP. Kesamaan substansi misi antar renstra sekaligus menunjukkan bukti bahwa misi BPKP 2015–2019 telah disusun berdasarkan dugaan ekplanatoris tentang posisi pengawasan intern BPKP dalam scenario planning-nya dan berdasarkan peraturan perundang-undangan, yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang SPIP. Dengan demikian, kehadiran Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 tentang BPKP, dalam scenario planning tersebut, pada prinsipnya bukan lagi merupakan perubahan lingkungan yang mengakibatkan perubahan rumusan visi misi dan tujuan, namun menjadi peraturan perundangan yang bersifat konfirmatif terhadap diskripsi skenario yang fit dengan kondisi pemerintahanan saat ini. Penataan kelembagaan selanjutnya harus dapat mendukung peningkatan pencapaian indikator kinerja utama organisasi. Dalam ketiga misi tersebut terdapat kejelasan dan ketepatan urusan utama fungsi BPKP dalam Perpres 192 Tahun 2014 sebagai pelaksana tugas pemerintahan di bidang pengawasan. Sudah tegas dan jelas bahwa pengawasan intern sudah menjadi portofolio BPKP. BPKP harus membangun kebijakan agar pengawasan intern BPKP tidak tumpang tindih dengan pengawasan intern APIP lain. BPKP harus menjabarkan fungsi regulator sebagai pelaksana fungsi koordinasi dan sinergi pengawasan intern untuk membedakan lembaga profesional ini dari fungsi eksekusi pengawasan intern terhadap kegiatan lintas bidang dan terhadap akuntabilitas pengeluaran keuangan negara, keuangan daerah, dan pembangunan nasional.
Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
66
BPKP harus jelas memperkuat fungsi regulasi dan/atau eksekusi pengawasan intern. Fungsi regulasi dan fungsi eksekusi pengawasan intern dibangun dengan kejelasan tugas-fungsi dan akuntabilitas, termasuk kejelasan pertanggungjawaban akuntabilitas pelaksanaan. Penataan kelembagaan harus dilaksanakan dengan pendelegasian otoritas yang jelas sehingga tidak mengganggu pelaksanaan tugas dan fungsi. Pengaturan tugas-fungsi unit organisasi, harus disusun dengan diferensiasi tugas dan fungsi yang jelas dan tegas antar unit organisasi. Setelah itu, BPKP perlu merencanakan untuk menangkap pandangan dari pemangku kepentingan, membuat konsensus dengan para pemangku kepentingan. Untuk mendukung konsensus ini, BPKP perlu memastikan jenis informasi pengawasan yang diharapkan oleh shareholder (Presiden) dari BPKP. c. Penempatan Misi PASs Dalam Indonesia’s Incorporated Architecture Misi ke empat BPKP di Renstra 2010–2014 berbunyi “Menyelenggarakan sistem dukungan pengambilan keputusan yang andal bagi Presiden/Pemerintah”. Misi ini diturunkan sifatnya menjadi kondisi yang diperlukan untuk menjalankan fungsi BPKP, dalam arti kegiatan ini memang mutlak dibutuhkan untuk menjalankan misi BPKP. Namun karena ketiadaan atau absensi dasar hukum yang tegas tentang misi, akhirnya mempersulit perumusan ukuran kinerja utama BPKP sebagai suatu lembaga. Pengarusutamaan tentang penataan kelembagaan di RPJMN 2015–2019, menjadi argumentasi konfirmatif tentang penempatan misi ini ke tingkat kegiatan di BPKP. Namun demikian, hal itu perlu dikaitkan dengan penyediaan informasi bagi Presiden, baik sebagai Kepala Pemerintahan maupun Kepala Negara dalam kerangka pencapaian tujuan bernegara. Penyediaan informasi untuk pengambilan keputusan dalam kerangka mencapai tujuan bernegara juga merupakan kondisi yang perlu untuk pelaksanaan tugas pemerintahan, mulai dari Presiden dan seluruh KLPK-nya yang tergabung dalam pemerintahan eksekutif, namun juga lingkup legislatif dan lingkup yudikatif. Keseluruhan kebutuhan informasi ini perlu dibangun melalui penetapan suatu arsitektur sistem yang terintegrasi dalam suatu konsep Indonesia’s Incorporated Architecture. Fungsi pemerintahan yang terkait dengan penyusunan Indonesia’s Incorporated Architecture bukan berada di BPKP namun terkait dengan misi ke empat di Renstra periode sebelumnya yaitu membangun “Presiden Accountability Sistems atau PASs yang memang ditujukan untuk menyediakan informasi bagi Presiden”. Akibatnya sulit mempertahankan agumentasi substantif kepada pemangku perencanaan untuk mengembangkan misi ini ke dalam tujuan dan indikator BPKP sebagai lembaga, sehingga sulit mendapatkan alokasi anggaran lewat pelaksanaan tugas dan fungsi BPKP. Karena keberadaan PASs merupakan kondisi yang perlu, sedangkan pengembangan PASs ini secara peraturan bukan tugas utamanya, BPKP wajib berkoordinasi dengan Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
67
Kementerian Informasi dan Komunikasi atau K/L lainnya untuk menjadikan Sistem Informasi Hasil Pengawasan, saat ini dikenal sebagai SIMA atau Sistem Informasi Management Akuntabilitas, sebagai salah satu unsur PASs. PASs yang dibangun berdasarkan Indonesia’s Incorporated Architecture tersebut terintegrasi dengan SIMA yang dibangun berdasarkan BPKP’s Enterprise Architecture (EA BPKP). Subunsur selanjutnya, dibangun terintegrasi dengan EA BPKP. Namun pembangunannya hendaknya taat metodologis. Setelah EA dibangun, dilanjutkan dengan pengembangan Bussiness Architecture, yang sifatnya masih operasionalisasi misi, baru dilanjutkan dengan penyusunan arsitektur teknis kegiatan pengawasan seperti SOP dan pendukung pengawasan, khususnya ICT seperti Application Architecture, Infrastructure Architecture, Data Architecture dan lain sebagainya. d. Output dan Indikator Output: Informasi Assurance dan Rekomendasi Penilaian LAKIP BPKP 2010-2013 menunjukkan inkonsistensi kinerja di BPKP. Capaian output selalu di atas 100%, namun capaian ini tidak dibarengi dengan capaian outcome yang sesuai. Oleh sebab itu, terdapat perubahan definisi output BPKP sebagaimana dikenalkan di Renstra 2015–2019 ini. Perbedaan signifikan antara Renstra 2010–2014 dengan Renstra 2015–2019 adalah pada pendefinisian kegiatan dan output kegiatan. Pertama, batasan kegiatan di Renstra 2015–2019 konsisten dengan batasan kegiatan yang digunakan oleh Kementerian PPN/Bappenas dan Kementerian Keuangan. Batasan serupa tidak ditemukan di Renstra sebelumnya. Output BPKP di Renstra sebelumnya adalah Laporan Hasil Pengawasan (LHP), sedangkan ouput di Renstra 2015–2019 adalah informasi assurance dan rekomendasi perbaikan. Rekomendasi perbaikan menjadi indikator output kegiatan. Indikator inilah yang dibiayai dengan anggaran berbasis kinerja. Perubahan output ini juga yang menjadi leverage Renstra 2015–2019 untuk membawa ke arah perubahan menuju pencapaian misi dan visi BPKP dan seterusnya hingga mencapai visi misi Presiden. e. Redesign Sistem Informasi Hasil Pengawasan Kinerja pengawasan BPKP terus dipantau baik dampaknya bagi stakeholder maupun dari sisi progress untuk menghasilkan rekomendasi hasil pengawasan. Kegiatan penugasan dari tim harus bisa di rekam dalam teknologi informasi hasil pengawasan. Bersama dengan hasil pengawasan APIP lainnya dapat diolah menjadi hasil pengawasan intern nasional sebagai salah satu bahan pembuatan rekomendasi hasil pengawasan untuk Presiden dan kabinetnya. Informasi hasil pengawasan tersebut harus diolah mengikuti Enterprise Architecture yang telah dibuat, dilanjutkan dengan perancangan Bussiness Architecture untuk masing-masing jenis pengawasan dalam misi BPKP, dan diharapkan memperhatikan konsep perancangan ICT-Indonesia Incorporated Architecture.
Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
68
f.
Informasi Pengawasan Untuk Shareholder: Presiden RI Shareholder BPKP adalah Presiden. Informasi pengawasan yang diharapkan oleh Presiden diharapkan berupa informasi yang dapat berkontribusi secara maksimal dalam pencapaian tujuan pembangunan nasional dan memberi dampak langsung yang sebesar-besarnya pada rakyat Indonesia. Dengan asumsi ini, pengawasan intern akan lebih mengutamakan pada pengawalan pembangunan dan pengawasan lintas bidang. Fungsi pengawasan berfokus pada pengawasan yang bersifat makro strategis yaitu pengawasan atas akuntabilitas kinerja pada tingkat outcome dan impact dalam rangka pengawalan pembangunan nasional di pusat dan daerah. Artinya, BPKP juga perlu menyelenggarakan pengawasan Program Kerja Presiden Jokowi-Jusuf Kalla.
g. Identifikasi Stakeholders dan Kebutuhan Informasi Pengawasan Dua kategori stakeholder utama BPKP yaitu: KLPK dan APIP di lingkungan Kementerian (K), Lembaga (L) dan Pemerintah Daerah (P) serta BUMN/D di pusat dan daerah. Untuk memenuhi kepentingan stakeholders-nya, BPKP harus berkedudukan di ibukota Negara (Kepala BPKP yang didukung Kedeputian) dan di dukung oleh Perwakilan BPKP di seluruh ibukota Provinsi. Adapun informasi yang dibutuhkan adalah informasi assurance dan rekomendasi perbaikan dalam tiga pilar pengawasan yaitu risk management, control, dan process governance.
2. Penataan Fungsi dan Struktur Organisasi Dengan ditetapkannya Perpres 192 Tahun 2014 tentang BPKP, proses reorganisasi BPKP harus dituntaskan untuk mengimbangi perubahan dinamis yang terjadi di pemerintahan. Beberapa perubahan yang harus segera diambil langkah oleh BPKP antara lain terkait dengan penambahan nomenklatur Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan. Perubahan nomenklatur dua Kemenko tersebut dengan sendirinya juga mengubah kementerian yang berada dalam koordinasinya. Mengingat Kementerian/Lembaga merupakan mitra kerja BPKP dalam melaksanakan pengawasan intern, maka tata ulang struktur organisasi kedeputian adalah sebagai konsekuensi atas penataan baru mitra kerja BPKP tersebut. Selain itu penguatan peran dan kewenangan BPKP dalam melaksanakan audit investigatif juga menjadi titik penting untuk menata ulang struktur organisasi Deputi Investigasi. a. Perumusan Detil Fungsi Rendal Pelaksanaan pengawasan lintas sektor untuk menghasilkan rekomendasi strategis membutuhkan perencanaan pengawasan yang matang di direktorat. Pekerjaan ini membutuhkan SDM yang memadai di direktorat dengan kompetensi yang memiliki pemahaman yang komprehensif baik tentang substansi maupun tentang metodologi pengawasan. Oleh karena itu, upaya yang harus segera dilakukan adalah pemberian pendidikan dan pelatihan mengenai penugasan pengawasan komprehensif, perencanaan serta pengendaliannya.
Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
69
Untuk menghasilkan rekomendasi pengawasan yang mendukung pengambilan keputusan Pimpinan Pemerintah dalam penyempurnaan sistem, kebijakan, diperlukan fungsi perencanaan dan pengendalian (Rendal) pengawasan yang kuat. Oleh karena itu, fungsi Rendal BPKP Pusat (Kedeputian) perlu dirumuskan business process-nya secara rinci. Jika Kedeputian bertindak sebagai pelaksana operasional pengawasan ke K/L/BUMN dengan cara pelaksanaan kegiatan sebagaimana Perwakilan melaksanakan kegiatan operasional pengawasan, maka perlu menambah kapasitas perencanaan dan pengendalian pengawasan di kedeputian. Perumusan indikatif sasaran permasalahan pengawasan didesain oleh kedeputian beserta dengan kerangka acuan pengawasan di awal rencana pengawasan dan dalam pelaksanaan pengawasan. Kedeputian juga bertanggung jawab untuk mengarahkan dan mengendalikan tercapainya sasaran pengawasan sebagai kinerja hasil pengawasan BPKP. 1) Hakekat Rendal: Desainer Perbaikan Program Pembangunan Informasi assurance dan/atau rekomendasi perbaikan program pembangunan dalam RPJMN 2015–2019 harus didukung oleh suatu metodologi perencanaan pengawasan yang komprehensif. Perencanaan dimaksud harus sistematis sesuai dengan jiwa dan definisi internal auditing. Untuk dapat menyelenggarakan esensi fungsi ini, direktorat di kedeputian harus kembali ke khittah atau hakekatnya. Direktorat harus berfungsi sebagai penyusun rencana induk (desain) pengawasan atas seluruh aspek pengawasan intern terhadap program pembangunan lintas yang berada di bawah direktoratnya, serta sebagai pengendali pelaksanaan audit agar berjalan untuk mencapai tujuannya, mengawal sasaran program pembangunan, sesuai dengan desainnya. Karena masa program pembangunan berjalan lima tahun, maka desain dimaksud berlaku untuk lima tahun pengawasan. Fungsi utama direktorat adalah melakukan observasi problematika pembangunan K/L/Daerah binaannya. Observasi ini menjadi bahan penyusunan kerangka acuan pengawasan yang akan dikendalikannya kemudian. Lingkup observasi tentunya sesuai dengan program pengawasan pembangunan yang telah diidentifikasi di renstra ini. 2) Organisasi Matriks Untuk Audit Lintas Bidang Arah pengawasan intern yang dilakukan oleh BPKP adalah pada pencapaian sasaran pembangunan nasional. Pelaksanaan audit ini akan bersifat lintas bidang, dalam arti besar kemungkinan akan melibatkan satu atau lebih KLPK. Secara internal, hal ini berarti bahwa pelaksanaan audit lintas bidang akan melibatkan direktorat lain baik di satu kedeputian maupun antar kedeputian di BPKP. BPKP harus membuat organisasi penugasan sedemikian rupa sehingga dapat menembus sekat organisasi antar direktorat atau antar kedeputian. Organisasi penugasan ini harus juga diselenggarakan dalam suatu sistem mengikuti business process yang didukung oleh IT system tanpa terhambat oleh sekat organisasi sekaligus dapat digunakan dari tahun ke tahun.
Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
70
b. Restrukturisasi Organisasi Perwakilan Penataan ulang organisasi perlu dilakukan secara berkesinambungan dan dengan bijak. Percontohan perubahan struktur organisasi yang telah dilakukan terhadap (a) Perwakilan BPKP Provinsi Aceh, Daerah Istimewa Yogyakarta dan Provinsi Sulawesi Tenggara; (b) Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Kalimantan Tengah, Gorontalo, Sulawesi Barat, Nusa Tenggara Barat, Maluku Utara dan Papua Barat; dan (c) Perwakilan BPKP Provinsi Banten dan Provinsi Bali perlu dipelajari dan dievaluasi dengan seksama untuk melanjutkan perubahan struktur pada 20 Perwakilan BPKP yang tersisa. Struktur kelembagaan Perwakilan BPKP sampai dengan saat ini baru menyelesaikan sebelas Perwakilan BPKP dengan model Koordinator Pengawasan (Korwas) menggantikan peran Kepala Bidang, dari 33 Perwakilan BPKP yang ada. Kondisi ini sudah seharusnya segera disikapi oleh segenap jajaran pimpinan dan pegawai BPKP mengingat keberadaan Perwakilan BPKP sebagai garda depan dalam melaksanakan tugas pengawasan di daerah. Terkait dengan restrukturisasi tersebut, personel di korwas bidang Prolap dan APIP diharapkan mempunyai kompetensi yang memadai, baik di bidang IT maupun bidang pengawasan. Perwakilan BPKP Daerah Khusus Ibukota Jakarta harus diperlakukan khusus. Jika sepakat bahwa fungsi direktorat adalah perencanaan dan pengendalian, dan tidak operasional, maka Perwakilan BPKP Provinsi DKI harus disiapkan sebagai pelaksana operasional pengawasan intern untuk KLPK yang terdapat di wilayah ibukota Jakarta. c. Penataan Fungsi Perencanaan dan Penganggaran Struktur organisasi unit kerja di bawah Sekretariat Utama dan Pusat-Pusat juga akan terus ditata ulang mengingat adanya kedekatan fungsi dalam suatu unit kerja, nomenklatur jabatan yang sudah tidak relevan lagi, dan tugas ketatausahaan yang ditempelkan pada fungsi utama kebiroan, serta perlunya pemecahan karena terjadi kelebihan beban pekerjaan atau overload. Untuk memperlancar bussiness process yang dilakukan melalui IT System, hendaknya hambatan organisasi yang menyekat fungsi perencanaan dari penganggaran dihilangkan dengan menjadikan kedua fungsi tersebut di satu Biro di Kesetmaan. Namun demikian upaya penataan tersebut harus terlebih dahulu dibahas secara komprehensif dan seksama agar menghasilkan solusi yang tepat bagi BPKP secara keseluruhan.
3. Penataan Bussiness Process dan Tata Laksana Penataan kelembagaan BPKP akan dilakukan dengan dalam tiga aspek atau perangkat, yaitu: (a) fungsi dan struktur organisasi; (b) bussiness process dan tata laksana; dan (c) analisis SDM aparatur sipil negara di BPKP. Penataan aspek fungsi dan struktur Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
71
organisasi sudah diutarakan di atas. Penataan bussiness process dan tata laksana berikut menyangkut penataan kegiatan perorangan hingga pencapaian sasaran organisasi. a. Bussiness Prosess Hasil Pengawasan Untuk Perencanaan Pembangunan Penyatuan tempat berkantor Kepala BPKP bersamaan dengan Kepala Bappenas di Kantor Kepresidenan mengandung arti bahwa hasil pengawasan wajib dimanfaatkan untuk perencanaan pembangunan dan penganggarannya. Pemanfaatan hasil pengawasan untuk pembangunan dan penganggaran konsisten dengan tujuan pengawasan intern yaitu untuk perbaikan program pemerintah. Untuk itu harus dibangun bussiness process6 pemanfaatan hasil pengawasan untuk meningkatkan efektivitas perencanaan pembangunan. Mekanisme hubungan antara Bappenas dan BPKP ini dibuat untuk memastikan sinergitasnya. Mekanisme perencanaan dan penganggaran selama ini sudah berjalan secara reguler namun tanpa aspek pemanfaatan hasil pengawasan. Pengawasan yang bersifat post audit selama ini, harus diimbangi dengan pengawasan pre audit terhadap perencanaan pembangunan, khususnya perencanaan kinerja yang diajukan KLPK pada saat trilateral meeting. b. Bussiness Process Peningkatan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Menyangkut penjabaran manajemen kinerja pembangunan, BPKP juga perlu membangun bussiness process7 untuk tujuan organisasi, dalam hal ini sasaran strategis, yang telah ditetapkan di renstra ini, yaitu: (1) Peningkatan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan (diukur dengan Indeks APKP); (2) Peningkatan Kematangan Implementasi SPIP (diukur dengan Tingkat Maturitas SPIP); dan (3) Peningkatan Kapabilitas Pengawasan Intern (diukur dengan Indeks Kapabilitas APIP). Ketiga sasaran strategis ini merupakan ukuran keberhasilan BPKP sebagai lembaga, sekaligus merupakan ukuran keberhasilan Kepala BPKP. Kualitas Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan (Indeks APKP) merupakan ukuran keberhasilan BPKP terkait dengan misi “Menyelenggarakan Pengawasan Intern terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Nasional guna Mendukung Tata Kelola Pemerintahan dan Korporasi yang Bersih dan Efektif”. Seluruh kegiatan BPKP hendaknya terkait dengan misi ini, mulai dari tingkat pelaksana di bawah, tim teknis, pejabat pengawas, administratur, pejabat tinggi pratama, pimpinan tinggi madya hingga pimpinan tinggi utama (Kepala BPKP). Bangunan bussiness process peningkatan Indeks APKP ini perlu dilanjutkan dengan tata laksana atau SOP untuk masing-masing kegiatan yang ada di dalamnya. Bussiness Dictionary, bussiness process is a series of logically related activities or tasks (such as planning, production and sales) performed together to produce a defined set of result. 7 Margareth Rouse, bussiness process is activity or set of activities that will accomplis a spesific organisational goal. 6
Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
72
c. Bussiness Process Peningkatan Maturitas SPIP Peningkatan kualitas penyelenggaraan SPIP ditandai dengan peningkatan kematangan implementasi (maturitas) SPIP atau Indeks SPIP. Indeks SPIP ini merupakan ukuran keberhasilan BPKP sebagai lembaga, (ukuran keberhasilan Kepala BPKP), terkait misi 2 yaitu “Membina Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah yang Efektif”. Seluruh kegiatan BPKP hendaknya terkait dengan misi ini, mulai dari tingkat pelaksana di bawah, tim teknis, pejabat pengawas, administratur, pejabat tinggi pratama, pimpinan tinggi madya hingga pimpinan tinggi utama (Kepala BPKP). Bangunan bussiness process peningkatan Indeks SPIP ini perlu dilanjutkan dengan tata laksana atau SOP untuk masing-masing kegiatan yang terdapat di dalamnya. Sudah saatnya penggunaan pedoman pelaksanaan SPIP yang telah dihasilkan selama lima tahun periode renstra 2010–2014, diintensifkan secara fundamental. Indeks SPIP merupakan ukuran keberhasilan Kepala BPKP dalam membina penyelenggaraan SPI KLPK. Penyelenggaraan SPIP seyogyanya dilaksanakan secara komprehensif menyangkut seluruh kegiatan pokok instansi pemerintah (unit organisasi, SKPD) dengan menggunakan Pedoman Penyusunan Design penyelenggaraan SPIP dan diukur juga dengan secara paralel, menyangkut seluruh kegiatan pokok instansi pemerintah (unit organisasi, SKPD) dengan Pedoman Penilaian Tingkat Maturitas SPIP (komprehensif). d. Bussiness Process Peningkatan Kapasitas Pengawasan Intern Peningkatan kapasitas Pengawasan Intern ditandai dengan Kapabilitas APIP atau Indeks APIP. Indeks APIP ini merupakan ukuran keberhasilan BPKP sebagai lembaga, (ukuran keberhasilan Kepala BPKP), terkait misi 3 yaitu “Mengembangkan Kapabilitas Pengawasan Intern Pemerintah yang Profesional dan Kompeten”. Seluruh kegiatan BPKP hendaknya terkait dengan misi ini, mulai dari tingkat pelaksana di bawah, tim teknis, pejabat pengawas, administratur, pejabat tinggi pratama, pimpinan tinggi madya hingga pimpinan tinggi utama (Kepala BPKP). Bangunan bussiness process peningkatan Indeks APIP ini perlu dilanjutkan dengan tata laksana atau SOP untuk masing-masing kegiatan yang ada di dalamnya. APIP pada KLPK diperlukan sebagai tuntutan organisasi modern. Untuk memenuhi kebutuhan APIP yang handal, BPKP harus memposisikan diri sebagai Pembina APIP (sebagai pelaksanaan Misi ke-3). Oleh karena itu, mendesak adanya fungsi Pusbin APIP. Fungsi pembinaan JFA (auditor) yang selama ini dilaksanakan oleh Pusbin JFA, perlu ditingkatkan menjadi fungsi pembinaan APIP untuk meningkatkan kapabilitas APIP (internal dan eksternal BPKP) dengan cara antara lain: 1) Mengusulkan dibuatnya Internal Audit Charter bagi APIP; 2) Membangun metodologi pengukuran kinerja APIP; 3) Mendesain peningkatan kompetensi APIP sebagai upaya untuk peningkatan kapabilitas APIP; 4) Memberdayakan Asosiasi APIP; 5) Evaluasi terhadap IACM Level ; Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
73
6) Sinergitas penugasan dan metodologi pengawasan. Penempatan pegawai BPKP di KLPK lainnya, khususnya APIP, dilakukan paling tidak meningkatkan Indeks APIP ini. e. Framework Pemantauan–Evaluasi Lima Tahunan Pengawasan intern (dengan multi tools pengawasan seperti audit, reviu, dan pemantauan), menyangkut program pembangunan dalam RPJMN 2015–2019, melibatkan APIP KLPK, dan lintas tahun, serta menyangkut aspek perencanaan, pelaksanaan, pelaporan dan pertanggungjawaban, harus dibangun secara khusus dalam suatu kerangka kerja pengawasan intern. Hal tersebut dilakukan untuk menjamin integritas dan kontinuitas pelaksanaan pengawasan intern sebagaimana terlihat pada Peraga 3.6 berikut.
Peraga 3.6. Peraga 3.3Framework Strategi Monitoring-Evaluation Pengawasan BPKP Wilayah Audit/ Evaluasi
• Pembangunan Kemitraanuntuk dan Jejaring Akuntabilitas Program /RPJM Pengawasan dan Perencanaan Berikutnya Wilayah Audit dan/atau Pembangunan Nasional Evaluasi untuk
Realisasi 2019
Strategi Eksekutif
Strategi Operasional
2015
Realisasi 2016
Target 2019
Target 2018
Target 2017
• Peningkatan Kompetensi SDM BPKP dan Ketaatan Terhadap Standar dan SOP Berbasis Risiko • Peningkatan Kapasitas Information and Communication Technology (ICT) berbasis BPKP’s Enterprise Arhitecture dan Pengawasan’s Bussiness Architecture • Peningkatan Sarana Prasarana 2016 2017 2018 2019 : Realisasi Anggaran : Target output : Realisasi output Target 2016
Penguatan Kapasitas Internal
Realisasi 2017
• Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi • Peningkatan Kapasitas Pengawasan Intern yang mendukung Sinergi Pengawasan Program Pemerintah • Penguatan penerapan SPI/Governance Program Pemerintah (Wajib, Prioritas & Pendukung) dan SPI OP4 Realisasi OP 2015 KLPK
Monitor Triw IV 2015 Target 2015
OP3
Monitor Triw III 2015
OP2
Monitor Triw II 2015
Monitor Triw I 2015
Baseline 2014
OP1
Realisasi 2018
Realisasi target diukur oleh K/L Perbaikan Program Jika ada Gap Realisasi-Targetintern pada isu strategis (pendampingan BPKP, jika perlu) • Pemfokusan pengawasan dan Diberi assurance oleh BPKP atau program pembangunan nasional bersifat lintas – melalui monitoring atau survey RPJMN
Untuk setiap sasaran program pembangunan yang terpilih untuk diaudit secara lintas bidang dan lintas sektor, dibangun suatu kerangka kerja yang menyangkut pemetaan logis target lima tahunan, tahunan dan triwulanan. Keseluruhan capaian target ini dipantau secara reguler, termasuk realisasi anggaran (dan realisasi input lainnya) masing-masing dalam suatu sistem yang berjalan selama lima tahun. Dengan kerangka kerja yang telah menampung penggunaan input, pengukuran output dan bahkan pengukuran outcome. Berdasarkan data-data tersebut, tanpa upaya pengumpulan data yang signifikan, BPKP dapat melakukan analisis efisiensi dan
Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
74
efektivitas. Jika terdapat masalah capaian, berupa gap antara target dan realisasi, evaluasi program dapat dilakukan secara lebih mudah. f.
Standarisasi Untuk Penganggaran Berbasis Kinerja Guna memberikan kemudahan dalam penganggaran, BPKP harus melanjutkan penerapan anggaran berbasis kinerja yang sudah dilakukan dalam Rencana Kerja Anggaran (RKA) BPKP Tahun 2014 meliputi Program Teknis, Pengawasan Intern dan Pembinaan SPIP. Dalam RKA Tahun 2014, fokus standarisasi masih dari aspek kegiatan (audit, evaluasi, reviu dan seterusnya), anggaran untuk setiap penugasan adalah sama (persentase tertentu dari standar yang diajukan BPKP ke Kementerian Keuangan) untuk seluruh unit organisasi BPKP. Anggaran penugasan berbeda dari satu unit ke unit organisasi lainnya, tergantung tingkat kesulitan wilayah kerjanya. Proses standarisasi tersebut perlu dikaji ulang atau dilanjutkan untuk mendekati penerapan Anggaran Berbasis Kinerja di BPKP.
4. Analisis SDM Aparatur Sipil Negara BPKP Penjabaran atas amanat pelaksanaan tugas pemerintahan di bidang pengawasan sebagaimana diamanatkan dalam Perpres 192/2014 harus dikaitkan dengan Reformasi Birokrasi di BPKP, dan dilakukan dalam mekanisme implementasi kebijakan RB tingkat nasional. Demikian juga kebutuhan jumlah ASN sedang dilakukan melalui proses Analisis Jabatan dan Analisis Beban Kerja. Terkait dengan jumlah SDM ASN yang dibutuhkan oleh BPKP dilakukan melalui proses analisis jabatan dan analisis beban kerja yang jelas dan detil dalam kurun waktu lima tahunan. Penjabaran rencana peningkatan kompetensi dan profesionalisme ASN akan dilakukan khususnya terkait dengan pelaksanaan pengawasan intern yang bersifat makro. Peningkatan pendidikan JFA harus disusun dengan memerhatikan rencana peningkatan kompetensi dan profesionalitas SDM dalam kurun waktu lima tahunan. Mekanisme penilaian kinerja individu di BPKP saat ini telah menggunakan aplikasi Sasaran Kinerja Pegawai (SKP) yang dikembangkan oleh BKN. SKP ini sangat kaku mengikuti struktur organisasi sehingga perlu dijabarkan atau disesuaikan agar mekanisme Penilaian Kinerja Individu SDM BPKP sesuai dengan sifat pekerjaan BPKP itu sendiri, khususnya lintas bidang. a. Reinventing Posisi Unik Pengawasan Intern BPKP: Agen Perubahan Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya BPKP perlu memerankan dirinya sebagai agen perubahan pada KLPK. Perubahan diukur dengan peningkatan kinerja KLPK dengan mengutamakan integritas (lihat Peraga 3.7). Dengan konsep tersebut, mempekerjakan pegawai BPKP di KLPK pada prinsipnya merupakan bentuk penugasan. Dengan demikian, perlu dipertimbangkan untuk meminta laporan hasil penugasan kepada pegawai yang bersangkutan tentang perbaikan kinerja di KLPKnya masing-masing. Secara penugasan, mereka diharapkan dapat berperan sebagai agen perubahan di lingkungan KLPK.
Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
75
Aktivitas pengawasan BPKP sungguh unik dan strategis. Penempatan staf BPKP di KLPK diharapkan menguatkan penerapan akuntabilitas dengan integritas yang tinggi, mengacu kepada sistem di BPKP yang sudah teruji, termasuk dalam clearing house dan debottlenecking. Posisi ini, secara teori, memuluskan pelaksanaan fungsi pengawasan lintas bidang dengan pendekatan multi APIP dan multi metodologi pengawasan. Peraga 3. 7. Integritas Sebagai Prasyarat Kinerja Unggul
ORGANIZATION PERFORMANCE NEEDS INTEGRITY “integrity as what it takes for a person to be whole and complete. Integrity creates workability. Without integrity, the workability declines; and as workability declines, the opportunity for performance declines. Therefore, integrity is a necessary condition for maximum performance” *)
Integrity is composed of value, moral commitment, ethic, attitude, ethos, spirit, etc.
Promoting integrity is a prerequisite for all public sector reform, and the progress in achieving performance is considered as proof of the willingness and commitment toward good governance *) Jensen (2009)
4
b. Perekrutan Tenaga Ahli Pelaksanaan pengawasan lintas bidang membutuhkan keahlian lintas bidang dan bahkan lintas metode. Untuk kebutuhan ini Kedeputian BPKP perlu mengidentifikasi tenaga ahli yang dibutuhkan agar penyediaannya dapat dilakukan dalam waktu yang memadai. Uraian lebih rinci penataan kelembagaan dimaksud dituangkan dalam Lampiran 2 Renstra ini.
Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
76
`
BAB IV TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN PROGRAM PENGAWASAN Pada bab sebelumnya telah diuraikan tentang visi, misi dan tujuan BPKP yang pencapaiannya diukur dari pencapaian sasaran strategis, sasaran program dan sasaran kegiatan. Bab ini menguraikan mengenai target-target kinerja dan kerangka pendanaan untuk mencapai sasaransasaran tersebut.
A. TARGET KINERJA Tiga jenis kinerja yang perlu diukur untuk memudahkan pengelolaannya yaitu kinerja sasaran strategis (impact), kinerja sasaran program (outcome) dan kinerja sasaran kegiatan (output). Sebelumnya diuraikan tentang pengukuran kinerja. 1. Pengukuran Kinerja Pengelolaan pencapaian visi, misi dan tujuan tersebut ditentukan oleh pengelolaan pencapaian sasaran strategis, sasaran program dan sasaran kegiatan. Kemampuan pengelolaan pencapaian visi, misi dan tujuan tersebut ditentukan oleh kualitas pengukuran kinerja sasaran strategis, sasaran program dan sasaran kegiatan. Pengukuran kinerja merupakan langkah penting yang harus dilakukan oleh BPKP untuk dapat mengetahui sejauh mana rencana dalam Renstra BPKP berhasil dicapai. Faktor-faktor mana yang berkontribusi dalam menghambat capaian kinerja, sekaligus dapat ditemukan akar permasalahan tidak tercapainya suatu rencana. Lingkup pengukuran kinerja meliputi pengukuran kinerja sasaran strategis, kinerja program dan kinerja kegiatan. Sudah barang tentu bahwa pengukuran ketiga kinerja tersebut disamping harus saling terkait juga harus menunjukkan alur logikanya sehingga pencapaian sasaran kegiatan adalah untuk mencapai sasaran program dan pencapaian sasaran program adalah dalam rangka mencapai sasaran strategis. Untuk dapat mengukur sasaran strategis, sasaran program dan sasaran kegiatan, ditentukan indikator pencapaian dan target capaian atau yang dikenal dengan target kinerja. Spesifiknya, target BPKP merupakan hasil dan satuan hasil yang direncanakan akan dicapai BPKP dari setiap indikator kinerjanya1. Target-target kinerja ditentukan di awal tahun perencanaan. Pengukuran kinerja dilakukan dengan membandingkan antara target dengan realisasinya. Agar memudahkan dalam pengukuran kinerja baik pada level 1Adopsi
dari Peraturan Menteri PPN Nomor 5 Tahun 2014
Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
77
`
sasaran strategis, program, maupun kegiatan maka satuan hasil indikator yang dibangun telah memenuhi kaidah-kaidah Spesific, Measurable, Achievable, Relevant dan Time bound atau disingkat SMART. Tatacara pengukuran target kinerja untuk ketiga kinerja di atas dituangkan dalam Profil Pengukuran Kinerja BPKP. 2. Target Kinerja Sasaran Strategis Terdapat tiga sasaran strategis sebagai indikator pencapaian tujuan BPKP. Pencapaian sasaran strategis ini merupakan cermin dari dampak yang ditimbulkan dari pemanfaatan atau capaian outcome program yang diselenggarakan. Untuk mengetahui dan dapat menilai keberhasilan atau kegagalan pencapaian sasaran strategis ditetapkan target sasaran strategis sebagai kondisi nyata pada tahun 2019 untuk tiga sasaran strategis BPKP yaitu (Tabel 4.1): Tabel 4.1. Target Kinerja Sasaran Strategis BPKP Kode
Indikator Kinerja Sasaran Strategis Uraian Target 2019
Sasaran Strategis
SS1
Meningkatnya Kualitas Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Nasional
Indeks Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Dan Pembangunan
3 dari skala 5
SS2
Meningkatnya Maturitas SPI pada KLPK dan Program Lintas
Level Maturitas SPIP Lintas
3 dari skala 5
Level Maturitas SPIP K/L/Pemda Efektifitas SPI Korporasi
3dari skala 5
Meningkatnya Kapabilitas Pengawasan Intern K/L/Pemda
Level APIP K/L
3 dari skala 5
Level APIP Pemda
3 dari skala 5
SS3
3dari skala 5
3. Target Kinerja Sasaran Program Arah kebijakan pengawasan BPKP akan dilaksanakan dengan progam pengawasan intern akuntabilitas keuangan negara dan pembangunan nasional serta pembinaan SPIP dan… Tabel 4.2. Target Kinerja Sasaran Program Kode
Sasaran Program
Indikator Kinerja Program (Outcome) Target Target Target Uraian 2015
2016
2017
Target 2018
Target 2019
SP1
Perbaikan pengelolaan Keuangan Negara
Perbaikan tata kelola, manajemen risiko dan pengendalian intern Pengelolaan Keuangan Negara
40
50
60
70
80
SP2
Meningkatnya Kualitas Penerapan SPIP pada Program Prioritas Nasional
Diterapkannya kelima Unsur SPIP Program Prioritas Nasional secara memadai
40
40
40
50
50
SP3
Meningkatnya Kualitas Penerapan SPI KLPK serta Meningkatnya Upaya Pencegahan Korupsi Meningkatnya Kapabilitas Pengawasan Intern K/L/P
Diterapkannya kelima Unsur SPIP pada K/L/Pemda/Efektivitas SPI Korporasi secara memadai
50
60
70
80
80
SP4
SP5
Meningkatnya Kualitas Layanan Dukungan Teknis Pengawasan
Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
Kapabilitas APIP K/L (level 3)
4.17% 4.17% 20.83% 45.83% 79.17%
Kapabilitas APIP Pemprov (level 3) Kapabilitas APIP Pemkab/kot (level 3) Persepsi Kepuasan Layanan Kesetmaan (Skala Likert 1-10)
5.0% 5.0% 7
10.0% 10.0% 7
20.0% 15.0% 7
30.0% 20.0% 8
50.0% 25.0% 8
78
`
program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya. Program pertama dilaksanakan dengan kegiatan utama pengawasan intern atas akuntabilitas pengelolaan keuangan negara dan pembangunan nasional; pembinaan penyelenggaraan SPIP serta pembinaan kompetensi aparat pengawasan intern pemerintah, sasaran yang akan dicapai dari program-program tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.2 di atas. 4. Target Kinerja Sasaran Kegiatan (Output) Sasaran program pengawasan BPKP diharapkan dapat dicapai terlaksananya kegiatankegiatan utama pengawasan intern atas akuntabilitas pengelolaan keuangan negara, keuangan daerah dan pembangunan nasional; pembinaan penyelenggaraan SPIP serta pembinaan kompetensi aparat pengawasan intern pemerintah. Sasaran yang akan dicapai dari kegiatan tersebut terlihat seperti pada Tabel 4.3 berikut: Tabel 4.3. Tabel Target Kinerja Sasaran Kegiatan (Output) Indikator Kinerja Kegiatan (Output) No 1 2 3
Sasaran Kegiatan
Uraian
Tersedianya Informasi Jumlah Rekomendasi Hasil Hasil Pengawasan Pengawasan Tersedianya Informasi Jumlah Rekomendasi Hasil Penyelenggaraan SPIP Pembinaan SPIP Tersedianya informasi Jumlah Rekomendasi Kapabilitas Pengawasan Pembinaan Kapabilitas Intern K/L/P Pengawasan Intern K/L/P Jumlah
Target 2015
Target 2016
Target 2017
Target 2018
Target 2019
3.796
3.796
3.796
3.796
3.796
1.267
1.267
1.267
1.267
1.267
151
151
151
151
151
5.214
5.214
5.214
5.214
5.214
Untuk mendukung ketercapaian sasaran program pengawasan, kegiatan dan sasaran kegiatan dukungan pengawasan yang dilaksanakan BPKP adalah sebagai terlihat pada Tabel 4.4. 5. Pengarusutamaan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik Tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) telah menjadi isu sentral dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. Kualitas tata kelola pemerintahan adalah prasyarat tercapainya sasaran pembangunan nasional, baik jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang. Selain itu, penerapan tata kelola pemerintahan yang baiksecara konsisten akan turut berkontribusi pada peningkatan daya saing Indonesia di lingkungan internasional. Penerapan tata kelola pemerintahan yang baik secara konsisten ditandai dengan berkembangnya aspek keterbukaan, akuntabilitas, efektivitas, efisiensi, supremasihukum, keadilan, dan partisipasimasyarakat. Konsep good governance di Indonesia menguat pada era reformasi ketika terdapat desakan untuk mengurangi peran pemerintah yang dianggap terlalu dominatif dan tidak efektif (bad government). Untuk mengatasi hal ini negara perlu membagi kekuasaan yang dimiliki dengan aktor lain yakni swasta (private sector) dan masyarakat sipil (civil society). Interaksi diantara ketiga aktor ini dalam mengelola kekuasaan dalam penyelenggaraan pembangunan disebut governance. Interaksi dimaksud mensyaratkan adanya ruang kesetaraan (equality) diantara aktor-aktor terkait sehingga prinsip-prinsip seperti transparansi, akuntabilitas, partisipasi, dan lain sebagainya dapat terwujud. Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
79
`
Tabel 4.4 Sasaran Kegiatan Dukungan Pengawasan Indikator Kinerja Kegiatan (Output) No 1
2 3
4
5
6
7
8
9
10
Sasaran Kegiatan
Uraian
Pengawasan Intern BPKP Laporan audit, evaluasi dan review Tindak lanjut laporan hasil pemeriksaan dan pengaduan masyarakat Penyelenggaraan Sistem Pelayanan pengelolaan data Informasi Pengawasan dan teknologi informasi Pembinaan Jabatan Fungsional Auditor
Penyelenggaraan dan Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan
Penelitian dan Pengembangan Pengawasan
Target 2016
Target 2017
Target 2018
Target 2019
132
106
108
110
114
79%
84%
89%
89%
89%
9 dan 6.840
9 dan 6.840
9 dan 6.840
9 dan 6.840
9 dan 6.840
62 Lap, 3.000 penetapa n, 2.100 sertf, 1 sistem
62 Lap, 3.000 penetapan , 2.100 sertf, 1 sistem
62 Lap, 3.000 penetapan , 2.100 sertf, 1 sistem
62 Lap, 3.000 penetapan, 2.100 sertf, 1 sistem
-
-
6.320
6.570
Hasil pembinaan jabatan Fungsional Auditor
62 Lap, 3.000 penetapa n, 2.100 sertf, 1 sistem
Pengembangan kapasitas APIP dan PKN STAR
4.542 3.096 722 orang, 10 orang, 10 orang, 10 Paket Paket Paket 7.550 8.400 8.010
Pengembangan kapasitas, kualitas SDM dan kompetensi Standardisasi/sertifikasi, Perencanaan dan Monev Kinerja Hasil riset dan pengembangan penerapan/pemanfaatan
Perencanaan, monev dan pengembangan kapasitas sumber daya Pembinaandan koordinasi kelitbangan Penyusunan dan Evaluasi Perencanaan/program, Rencana penganggaran, dan pengendalian Pemantauan, analisa, dan evaluasi Pembinaan Hukum dan Penyusunan peraturan Pengelolaan Kehumasan perundang-undangan dan pembinaan hokum Pertimbangan atau opini hukum dan pendampingan hukum Kehumasan, hubungan kelembagaan dan keprotokolan Pengelolaan Kepegawaian Perencanaan, pembinaandan dan Organisasi manajemen kepegawaian Organisasi, tata laksana dan reformasi birokrasi Pengelolaan Anggaran dan Penganggaran Sistem Akuntansi Perbendaharaan Pemerintah Akuntansi /laporan keuangan dan barang milik negara Pengadaan dan Pelayanan umum Penyaluran Sarana dan kerumahtanggaan dan Prasarana BPKP, perlengkapan Pembinaan Administrasi dan Pengelolaan Pengelolaan aset BMN (administrasi dan Perlengkapan serta Pemeliharaan) Pembayaran
Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
Target 2015
6
6
6
5
5
12
13
15
13
13
8
8
8
8
8
1
1
1
1
1
5
5
5
5
5
44
44
44
44
44
15
15
15
15
15
30
30
30
30
30
31
31
31
31
31
5.795
5.915
6.035
6.165
6.265
3
3
3
3
3
40
40
40
40
40
12
12
12
12
12
9
9
9
9
9
1
1
1
1
1
79
79
79
79
79
80
`
Namun demikian, dalam perkembangannya penerapan good governance belum mampu membuka ruang serta mendorong keterlibatan masyarakat dalam penyelengaraan pemerintahan dan pengelolaan pembangunan. Di sisi lain, peran pemerintah sebagai aktor kunci (key actor) pembangunan cenderung berkurang dikarenakan pembagian peran dengan swasta. Beberapa upaya telah dilakukan oleh pemerintah dalam rangka mendorong perluasan partisipasi masyarakat sebagai aktor pembangunan,yaitu dengan terbitnya UU Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (KIP) yang menjadi landasan untuk memantapkan penerapan prinsip-prinsip governance dalam penyelenggaraan pemerintahan. Selain itu, untuk menginstitusionalisasi keterbukaan informasi publik, telah terbentuk lembaga Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) di BPKP. Dari sisi penguatan kapasitas pemerintahan (birokrasi), BPKP terus berupaya memantapkan kualitas pelaksanaan reformasi birokrasi (RB) di segala area perubahan yang disasar, baik kebijakan, kelembagaan, SDM aparatur, maupun perubahan mind set dan culture set. Reformasi birokrasi diharapkan dapat menciptakan birokrasi yang bermental melayani yang berkinerja tinggi sehingga kualitas pelayanan BPKP kepada stakeholders akan meningkat. 1)
Sasaran Sasaran pengarusutamaan tata kelola pemerintahan yang baik di BPKP adalah (i) meningkatnya keterbukaan informasi dan komunikasi publik, (ii) meningkatnya partisipasi masyarakat dalam perumusan kebijakan publik, (iii) meningkatnya kapasitas birokrasi, dan (iv) meningkatnya kualitas pelayanan publik.
2)
Arah Kebijakan dan Strategi Untukmencapaisasaran tersebut dilakukan melalui arah kebijakan dan strategi sebagai berikut: 1. Peningkatan keterbukaan informasi dan komunikasi publik, diantaranya melalui pembentukan pembentukan PPID dalam rangka Keterbukaan Informasi Publik;
2. Peningkatan partisipasi masyarakat dalam perumusan kebijakan, diantaranya melalui penciptaan forum-forum konsultasi publik;
3. Peningkatan kapasitas birokrasi, diantaranya melalui perluasan pelaksanaan Reformasi Birokrasi;
4. Peningkatan kualitas pelayanan publik, di antaranya melalui penguatan pengawasan oleh masyarakat. Untuk itu, ditetapkan indikator pengarusutamaan tatakelola pemerintahan yang perlu diterapkan di BPKP seperti disajikan dalam Tabel 4.5 berikut ini.
Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
81
`
Tabel 4.5 Pengarusutamaan Tata Kelola Pemerintahan di BPKP No.
Isu/ Kebijakan Nasional
Kebijakan dalam Renstra
Sasaran Indikator 2015
Peningkatan keterbukaan informasi dan komunikasi publik 1 Pembentukan Pembentukan PPID PPID di BPKP Pusat Pelayanan pada setiap unit Pusat Informasi dan organisasi % PPID di Dokumentasi Perw. BPKP (PPID) dalam rangka Kerjasama dengan % unit kerja Keterbukaan media massa dalam yang melakuInformasi Publik rangka public kan kerjasama awareness campaign dengan media (PAC) massa Publikasi semua proses perencanaan dan penganggaran ke dalam website BPKP
% unit kerja yang mempublikasi proses perencanaan & penganggaran
Publikasi informasi penggunaan anggaran
% unit kerja yang mempublikasi penggunaan anggaran
% unit kerja yang memiliki sistem publikasi informasi dan mudah dipahami
Pengembangan website yang berinteraksi dengan masyarakat
% unit kerja yang memiliki website yang interaktif
2017
2018
2019
100 % 100 % 100 % 100 % 100 % 100 % 100 % 100 % 100 % 100 % 20 %
40 %
30 %
60 % 100 % 100 % 100 %
30 %
60 % 100 % 100 % 100 %
Peningkatan partisipasi masyarakat dalam perumusan kebijakan 1 Pencipt Pembentukan forum % unit kerja aan ruang-ruang konsultasi publik yang melaksa20 % partisipasi dan dalam perumusan nakan forum konsultasi publik kebijakan konsultasi publik Pengembangan sistem publikasi informasi proaktif yang dapat diakses dan mudah dipahami
2016
60 %
80 % 100 %
40 %
60 %
80 % 100 %
20 %
40 %
60 %
80 % 100 %
50 %
100 % 100 % 100 % 100 %
Peningkatan kapasitas birokrasi melalui reformasi birokrasi 1
Penyusunan Grand Design dan Road Map Reformasi Birokrasi
Penyusunan Grand Design dan Road Map Reformasi Birokrasi BPKP
Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
Tersusunnya Grand Design dan Road Map Reformasi Birokrasi
100 % 100 % 100 % 100 % 100 %
82
`
BPKP 2
Penataan kelembagaan instansi Pemerintah yang mencakup penataan fungsi dan struktur organisasi
Melakukan restrukturisasi organisasi dan tata kerja instansi untuk rightsizing di dasarkan pada sasaran dan kebijakan RPJMN
Penataan ketatalaksanaan instansi pemerintah
Penyederhanaan proses bisnis dan penyusunan SOP utama khususnya yang berkaitan dengan pelayanan kepada masyarakat
% SOP utama telah tersusun sesuai dengan proses bisnis organisasi
4
Penerapan SPIP
Percepatan penerapan SPIP di setiap unit organisasi pemerintah
% jumlah unit kerja yang menerapkan SPIP
5
Akuntabilitas Penyusunan laporan pengelolaan keuangan yang Opini WTP keuangan negara akuntabel dan sesuai BPKP dengan SAP
3
6
7
Sistem seleksi PNS melalui CAT System
% tersusunnya struktur organisasi dan tata kerja yang proporsional, efektif, efisien
Penerapan sistem % penggunaan seleksi berbasis CAT CAT system system
Pengembangan Pengembangan dan dan penerapan e- penerapan eGovernment Government
% jumlah unit kerja yang membangun dan menerapkan eGovernment
100 % 100 % 100 % 100 % 100 %
100 % 100 % 100 % 100 % 100 %
100% 100%
100% 100% 100%
100 % 100 % 100 % 100 % 100 %
100 % 100 % 100 % 100 % 100 %
40 %
55 %
65 %
75 %
90 %
8%
20 %
40 %
60 %
80 %
40 %
60 %
80 % 100 %
8
Penerapan eArsip
Penerapan e-Arsip di % unit kerja BPKP yang telah menerapkan manajemen arsip secara lebih efektif
9
Penyelenggaraan Sistem Akuntabilitas Kinerja Aparatur
Penerapan sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah berbasis TI
% penerapan SAKIP yang berbasis TI
20 %
Penyusunan LAKIP yang berkualitas
LAKIP BPKP memperoleh nilai A
100 % 100 % 100 % 100 % 100 %
Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik 1 Pembentukan Penerapan unit pengaduan manajemen masyarakat yang pengaduan berbasis Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
% unit pengaduan masyarakat
50 %
100 % 100 % 100 % 100 %
83
`
berbasis TI
TI yang efektif pada setiap unit pelayanan publik Membangun Mengembangkan sistem sistem publikasi pengelolaan dan informasi proaktif layanan yang dapat diakses, informasi dengan bahasa yang publikyang andal mudah dipahami dan profesional
2
Mengembangkan website yang berinteraksi dengan masyarakat
berbasis TI
% unit kerja yang memiliki sistem publikasi informasi proaktif yang dapat diakses, dan mudah dipahami % unit kerja yang memiliki website yang interaktif
100% 100 % 100 % 100 % 100 %
100 % 100 % 100 % 100 % 100 %
B. KERANGKA PENDANAAN Kerangka pendanaan bertujuan untuk menghitung kerangka kebutuhan dana organisasi dalam rangka mencapai sasaran strategisnya selama lima tahun ke depan. Perhitungan dibuat berdasarkan proyeksi dalam lima tahun. BPKP dalam menyusun kerangka pendanaan memperhatikan sumber dana yang dapat diperoleh dan target program yang dicanangkan selama lima tahun. Sumber dana pendanaan BPKP diperoleh dari sumber APBN, penerimaan negara bukan pajak (PNBP), dan pembiayaan hibah bantuan luar negeri (PHLN). Jumlah anggaran tahun 2015, dan perkiraan kebutuhan anggaran tahunan dari tahun 2016–2019 disajikan pada Lampiran 1 Renstra ini. Dalam Lampiran tersebut, output kegiatan yang menjadi basis pengalokasian anggaran masih dibuat merata dengan pertimbangan bahwa sinyal kenaikan ruang fiskal negara masih incremental. Perhitungan anggaran tahunan tetap mengikuti kebijakan umum penganggaran yang ditetapkan setiap tahun oleh Kementerian Keuangan. 1. Analisis Pendanaan BPKP 2014-2015 Analisis dana yang dikelola BPKP dalam tahun 2014, proporsi APBN mencapai 90% sedang sisanya diperoleh dari PHLN (8,8%) dan PNBP (0,6%). Proporsi tersebut relatif sama untuk tahun 2015, yakni porsi terbesar berasal dari APBN mencapai 87,3%, sedangkan porsi PHLN sebesar 11,9% dan porsi PNBP tetap sebesar 0,8%. Tabel 4.6 Analisis Pendanaan BPKP 2014–2015 Menurut Sumber Pendanaan 2015 2014 No Sumber Pendanaan % % (milyar Rp) (milyar Rp) 1
Rupiah Murni (APBN)
1.334
87,30%
2 3
PNBP
12
0,80%
7
0,60%
PHLN
182 1.528
11,90% 100%
112 1.272
8,80% 100%
Total Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
1.153 90,60%
84
`
Efektif Februari 2013, BPKP menyelenggarakan kegiatan State Accountability Revitalization (STAR) untuk meningkatkan SDM dari pengelola keuangan negara/daerah (bagian dari pembinaan penyelenggaraan SPIP) dan aparat pengawasan intern (bagian dari peningkatan kapasitas APIP). Kegiatan ini dibiayai oleh Loan ADB Nomor 2927 INO hingga tahun 2017. Karena STAR ini tidak mungkin mencakup kebutuhan pembiayaan peningkatan kapasitas pengelola keuangan, sejak 2016 BPKP perlu mengusulkan anggaran dari Rupiah Murni. Analisis pendanaan untuk mencapai sasaran program dibedakan menjadi dua program utama, yakni program pengawasan dan program dukungan pengawasan. Program pengawasan BPKP ditujukan dalam rangka program pengawasan intern akuntabilitas keuangan negara dan pembinaan penyelenggaraan SPIP, sedangkan program dukungan pengawasan merupakan program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya. Porsi dana untuk mencapai program pengawasan mengalami peningkatan 6% pada tahun 2015 yang mencapai 30% dari total dana. Adapun porsi program dukungan pengawasan adalah sebesar 70%. Besarnya dukungan pengawasan ini adalah konsekuensi logis dari BPKP sebagai lembaga profesional yang menggunakan banyak SDM dibanding sumber daya lainnya. Tabel 4.7 Analisis Pendanaan BPKP 2014-2015 Menurut Program No
Program
1
Program Dukungan Manajemen & Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya
2
Program Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara & Pembinaan Penyelenggaraan SPIP
2015 (milyar Rp) 1.068
Total
2014 % (milyar Rp) 69,9 966,72
460
30,1
305,28
1.528
100
1.272,00
% 76 24
100
2. Perkiraan Pendanaan 2015–2019 Perhitungan pendanaan BPKP 2015–2019 harus memperhatikan sasaran strategis yang hendak dicapai, besar keluaran hasil pengawasan yang ditargetkan, dan ketersediaan dana. Analisis terhadap ketersediaan dana bahwa dana PHLN hanya sampai tahun 2017 sedangkan ketersediaan dana APBN relatif meningkat secara gradual disesuaikan dengan tingkat inflasi dan ketersediaan dana. Adapun PNBP bersifat stagnan karena kapasitas Pusdiklatwas yang relatif tetap. Perkiraan pendanaan terlihat pada Tabel 4.8 berikut: Tabel 4.8. Perhitungan Pendanaan 2015–2019 No
Program
2015
2016
2017 (milyar Rp) 1.129 1.191
1
Program Dukungan Manajemen & Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya
1.068
2
Program Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara & Pembinaan Penyelenggaraan SPIP
460
488
1.528
1.617
Total
Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
2018
2019
1.254
1.313
516
544
574
1.707
1.798
1.887
85
`
THIS PAGE IS INTENTIONALLY BLANK
Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
86
`
BAB V PENUTUP Rencana strategis BPKP merupakan dokumen perencanaan pengawasan internal terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan dan pembangunan nasional. Dokumen tersebut menjadi rancangan kerja yang memberikan arah dan tujuan dari pelaksanaan program dan kegiatan dari setiap unit organisasi di BPKP. Visi BPKP sebagai auditor internal pemerintah RI berkelas dunia untuk meningkatkan akuntabilitas pengelolaan keuangan dan pembangunan nasional adalah impian sekaligus leverage (daya ungkit) peningkatan kualitas pengawasan intern sehingga dapat berujung pada peningkatan kinerja keuangan dan pembangunan, yang pada akhirnya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kinerja Pembangunan Nasional secara kuantitatif tertuang dalam RPJMN 2015-2019. Untuk berubah (meningkatkan kualitas), diperlukan kerja keras dan usaha bersama dari seluruh pegawai BPKP baik dari pimpinan maupun dari pegawai fungsional dalam seluruh tingkatan. Visi tersebut harus menjadi visi bersama dan menjadi sesuatu yang harus diingat dari setiap kegiatan dan tindakan agar dapat mencerminkan kualitas kompetensi dan kualitas karakter sebagai auditor berkelas dunia. Oleh karena itu, setiap pegawai perlu memahami kemana arah pengawasan BPKP ke depan. Seluruh pimpinan dan pegawai BPKP diharapkan hadir menjadi wakil pemerintah di bidang pengawasan, selalu hadir dalam membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya. Pengawasan yang dapat memberi output assurance dan output consultancy kepada Presiden dan kabinetnya sehingga keseluruhan Pemerintah dapat memastikan pencapaian Enam Sasaran Pokok Pembangunan yang dirancang sebagai indikator peningkatan kesejahteraan rakyat.
Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
87
`
THIS PAGE IS INTENTIONALLY BLANK
Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
88
`
LAMPIRAN Lampiran 1-1
: Matriks Rencana Pembangunan Jangka Menengah BPKP 2015-2019 (Program 06)
Lampiran 1-2
: Matriks Rencana Pembangunan Jangka Menengah BPKP 2015-2019 (Program 01)
Lampiran 2
: Kerangka Kelembagaan BPKP
Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
89
`
THIS PAGE IS INTENTIONALLY BLANK
Rencana Strategis BPKP 2015 – 2019
90
06
06
089
089
06
3671
PROG KEG
KODE
089
KL
SASARAN
INDIKATOR
Akuntabilitas Pembangunan
5,0%
Maturitas SPIP Pemerintah Kabupaten/Kota (Level 3)
Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur BPKP
Tindak Lanjut Laporan Hasil Pemeriksaan dan Pengaduan Masyarakat
Laporan Audit, Evaluasi dan Review
Teknis dalam Pengawasan BPKP
Meningkatnya Kualitas Pelayanan Dukungan
Meningkatnya Kapabilitas Pengawasan Intern K/L/P
Meningkatnya Upaya Pencegahan Korupsi
K/L/Pemda/Efektivitas SPI Korporasi serta
Meningkatnya Kualitas Penerapan SPIP
Meningkatnya Kualitas Penerapan SPIP pada Program Prioritas Nasional
Perbaikan pengelolaan Keuangan Negara
Perbaikan pengelolaan program strategis/Program Prioritas Nasional
Jumlah Laporan Hasil Evaluasi Jumlah Laporan Hasil Reviu Jumlah Laporan Hasil Audit
Persepsi Kepuasan Layanan Kesesmaan(Skala Likert 1-10)
7
10,0%
4,17% 10,0%
60%
40%
50%
50%
10,0%
4,17% 10,0%
3,0% 15,0%
30,0%
10,0%
12,50% 15,0%
30,0%
1
2016
7
15,0%
20,83% 20,0%
70%
40%
60%
60%
15,0%
20,83% 20,0%
4,0% 16,0%
30,0%
15,0%
25,00% 20,0%
40,0%
2
2017
Target
8
20,0%
45,83% 30,0%
80%
50%
70%
70%
20,0%
45,83% 30,0%
4,0% 18,0%
35,0%
20,0%
75,00% 40,0%
50,0%
2
2018
8
25,0%
79,17% 50,0%
80%
50%
80%
80%
25,0%
79,17% 50,0%
5,0% 20,0%
40,0%
25,0%
87,50% 50,0%
60,0%
3
2019
79%
84%
89%
89%
89%
132 Lap, 106 Lap, 108 Lap, 110 Lap, 114 Lap, 79% 84% 89% 89% 89% 132 106 108 110 114 102 76 78 80 84 3 3 3 3 3 27 27 27 27 27
7
5,0%
Kapabilitas APIP Kabupaten/Kota(Level 3)
Pemerintah
4,17% 5,0%
50%
40%
40%
Kapabilitas APIP K/L (Level 3) Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (Level 3)
Persentase diterapkannya kelima Unsur SPIP/ pada K/L/Pemda/Efektivitas SPI Korporasi secara memadai
Persentase diterapkannya kelima Unsur SPIP Program Prioritas nasional secara memadai
Persentase perbaikan tata kelola, manajemen risiko dan pengendalian intern Pengelolaan Keuangan Negara
Persentase perbaikan tata kelola, manajemen risiko dan pengendalian intern Pengelolaan program strategis
40%
5,0%
Kapabilitas APIP Kabupaten/Kota(Level 3)
Pemerintah
4,17% 5,0%
3,0% 15,0%
Kapabilitas APIP K/L (Level 3) Kapabilitas APIP Pemerintah Provinsi (Level 3)
BUMN (Capaian ROA minimal A=40%) BLUD (Capaian Proporsi Dana Masyarakat sebesar 50% terhadap total pengelolaan dana pada 20% BLUD)
20,0%
4,17% 10,0%
Maturitas SPIP K/L(Level 3) Maturitas SPIP Pemerintah Provinsi (Level 3)
Efektifitas SPI Korporasi: BUMN (Capaian Kinerja BUMN minimal A=40%)
20,0%
1
2015
Level Maturitas SPIP Program Prioritas dalam Nawa Cita
Indeks Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Program Prioritas dalam Nawa Cita
Program Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan Pembangunan Nasional serta Pembinaan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
Meningkatnya Kapabilitas Pengawasan Intern Pemerintah K/L/Pemda
Meningkatnya Maturitas SPIP
Meningkatnya Kualitas Pengelolaan Keuangan dan Nasional
Program Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan Pembangunan Nasional serta Pembinaan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
PROGRAM/KEGIATAN
3,2750 1,5559 0,1144 1,6047 0,1000
3,3750
2015
MATRIKS RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH BPKP 2015-2019 (PROGRAM 06)
3,4388 1,6337 0,1202 1,6849 0,2550
3,6107 1,7154 0,1262 1,7691 0,2678
3,8784
2017
Alokasi (Rp Milyar)
3,6938
2016
3,7912 1,8012 0,1325 1,8576 0,2811
4,0724
2018
3,9808 1,8912 0,1391 1,9505 0,2952
4,2760
2019
Halaman 1/1 - 6
19,30
TOTAL ALOKASI 2015-2019 (Rp. Miliar)
LAMPIRAN 1-1
06
06
06
089
089
3674
3673
3672
PROG KEG
KODE
089
KL
Penyelenggaraan dan Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan
Pembinaan Jabatan Fungsional Auditor
Penyelenggaraan Sistem Informasi Pengawasan
PROGRAM/KEGIATAN
Pengembangan Kapasitas, Kualitas SDM dan Kompetensi
Pengembangan Kapasitas APIP dan PKN STAR
Hasil Pembinaan Jabatan Fungsional Auditor
Pelayanan Pengelolaan Data dan Teknologi Informasi
SASARAN
6.840 3
6.840 2
1
4
2
6.840
3.000
62 Lap,
6.840
1
4
2
6840 3
75% 9 dan 6840 9 dan
80%
100% 100%
2017
Target
3.000
62 Lap,
6.840
1
4
2
6.840 3
75% 9 dan 6.840 9 dan
80%
100% 100%
2018
3.000
62 Lap,
6.840
1
4
2
6.840 3
75% 9 dan 6.840 9 dan
80%
100% 100%
2019
sertf, 1 sistem
sertf, 1 sistem
sistem
sertf, 1
, 2.100 sistem
sertf, 1
, 2.100 sistem
sertf, 1
n, 2.100
1 25
4
2.100 2.000
5 3
1
-
-
-
-
-
5,5510 4,9370
4,6160
9,9900 1,2000
11,2550
110,8840
960 660 920 960
Jumlah Peserta Diklat Fungsional Auditor (PNBP) Jumlah Peserta Diklat Teknis Substansi (STAR) Jumlah Peserta Diklat Fungsional Auditor (STAR)
1.950
Jumlah Peserta Diklat Teknis Substansi (PNBP) Jumlah Peserta Diklat Fungsional Auditor (RM)
240 1.860
Jumlah Peserta Diklat Kedinasan(RM) Jumlah Peserta Diklat Teknis Substansi (RM)
1.200
1.530
660
960
1.950
240 1.860
750
1.140
780
960
2.340
240 1.800
-
-
780
960
2.340
240 2.000
-
-
780
960
2.340
240 2.250
19,1000
10,8000
3,2521
8,2592
3,6897
5,9317 10,2900
61,3227
5 3
1
-
-
78,9629
5 3
Jumlah Paket PIU Monitoring - STAR Jumlah Paket Konsultan Manajemen - STAR
40 1
-
148,4330
0,6070
0,3300
1,4080 0,8800
6.570 dan
1
Terlaksaannya Kegiatan Pendukung STARPaket
40 1
80
-
-
7.550 dan 8.400 dan 8.010 dan 6.320 dan
40 1
Jumlah Peserta TOT- STAR Jumlah Paket Implementasi Was Intern Lintas Sektoral - STAR
80
1 25
4
2.100 2.000
1 25
4
2.100 2.000
29,5477
19,2519
3,4147
8,6722
3,8742
6,2283 10,8045
81,7935
99,4244
20,0750 12,2220
-
19,8190 2,1000
22,3280
101,6510
178,1950
6,3000 0,6374
0,3465
1,4784 0,9240
4,4063 0,1302
14,2228
4,1965 0,1240
192,4178
7,5455
6,7550
14,2000
1,0083
1,5988
20,2487
155,9785
6,4334
9,7000
0,9603
1,5226
0,2487
43,8109
18,8651
0,0500
0,0500 0,0500
14,1411
6,8428
3,5854
9,1058
4,0679
6,5397 11,3447
55,6275
72,7885
7,4220 8,8730
-
7,7200 1,2010
10,1230
15,3800
50,7190
6,3000 0,6692
0,3638
1,5523 0,9702
4,6266 0,1367
14,6189
65,3379
7,0928
6,8000
1,0588
1,6787
20,2487
36,8790
0,1103 36,8790
0,0525
0,0525 0,0525
2017
Alokasi (Rp Milyar)
0,1050 43,8109
-
-
2016
0,1000 18,8651
2015
6 Lap 6 Lap 6 Lap 5 Lap 5 Lap 7.550 8.400 8.010 6.320 6.570
80
Jumlah peserta Training Overseas (Orang) STAR
Jumlah peserta Program Degree (Orang semester)- STAR
1 25
4
2.100 2.000
4.542 3.096 722 orang, 10 orang, 10 orang, 10 Paket Paket Paket 4.422 2.976 602
25
4
Laporan Up Dating Data JFA (per triwulan) Peengembangan sistem nformasi JFA Jumlah Laporan Evaluasi Penerapan JFA
2.100 2.000
Jumlah Sertifikat Auditor Terbit/tahun Jumlah Penetapan Kinerja Auditor (PAK/tahun)
informasi informasi informasi informasi informasi Laporan Pembinaan JFA 33 33 33 33 33 Jumlah PNS yang Diberikan Persetujuan 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 Teknis Pengangkatan dalam JFA
, 2.100
, 2.100
penetapan penetapan penetapan penetapan penetapa
3.000
6.840
Tingkat Layanan Pengelolaan Infrastruktur TI (jam/tingkat layanan/tahun)
3.000
1
Jumlah Sistem Informasi Manajemen Akuntabilitas (SIMA) yang Terotomatisasi (STAR)
62 Lap,
4
Jumlah Sistem Informasi yang Terotomatisasi
62 Lap,
2
Jumlah Paket Penyajian Informasi kepada Pihak Internal
Jumlah Laporan Penyajian Informasi kepada Pihak Eksternal
75% 9 dan 6.840 9 dan
75% 9 dan 6.840 9 dan
Persentase Tindak Lanjut Temuan BPK
80%
80%
Persentase Tindak Lanjut Pengaduan Masyarakat
90% 90%
2016
80% 80%
2015
Tersedianya Sistem Pelaporan Gratifikasi Tersedianya Sistem Pengaduan Masyarakat
INDIKATOR
-
-
3,7647
9,5611
4,2713
6,8667 24,5120
48,9757
61,0615
-
-
-
-
-
-
6,3000 0,7027
0,3820
1,6299 1,0187
4,8580 0,1435
15,0349
15,0349
7,4474
-
1,1117
1,7627
20,2487
30,5705
0,1158 30,5705
0,0551
0,0551 0,0551
2018
-
-
3,9529
10,0391
4,4849
7,2100 24,5120
50,1989
62,8890
-
-
-
-
-
-
6,3000 0,7378
0,4011
1,7114 1,0696
5,1009 0,1507
15,4716
15,4716
7,8198
-
1,1673
1,8508
20,2487
31,0866
0,1216 31,0866
0,0579
0,0579 0,0579
2019
Halaman 1/2 - 6
375,1264
444,2
161,2
TOTAL ALOKASI 2015-2019 (Rp. Miliar)
06
06
06
06
06
06
06
089
089
089
089
089
089
3684
3683
3682
3681
3680
3679
3675
PROG KEG
KODE
089
KL
Pembinaan dan Koordinasi Kelitbangan
Perencanaan, Monev dan Pengembangan Kapasitas Sumber Daya
Hasil Riset dan Pengembangan Penerapan/Pemanfaatan
Standardisasi/Sertifikasi, Perencanaan dan Monev Kinerja
SASARAN
Rekomendasi Pengawasan Keinvestigasian BUMN/D
Rekomendasi Hasil Pengawasan atas Hambatan Kelancaran Pembangunan
Rekomendasi Pengawasan Keinvestigasian Instansi Pemerintah
Rekomendasi Perbaikan Penyelenggaraan SPI Korporasi
Rekomendasi Pengawasan Badan Usaha Agrobisnis, Jasa Konstruksi, dan Perdagangan
dan Jasa Lainnya serta Kementerian
Perhubungan, Pariwisata, Kawasan Industri
Direktorat Pengawasan Badan Usaha Jasa
Tersedianya Hasil Pengawasan pada
Rekomendasi Pengawasan Badan Usaha Jasa Perhubungan, Pariwisata, Kawasan Industri dan Jasa Lainnya serta Kementerian
Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan SPI Badan Usaha Jasa Perhubungan, Pariwisata, Kawasan Industri dan Jasa Lainnya serta Kementerian
Rekomendasi Perbaikan Penyelenggaraan SPI Korporasi
Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan SPI Badan Usaha Jasa Keuangan dan Manufaktur Tersedianya Hasil Pengawasan pada Direktorat Pengawasan Badan Usaha Jasa Keuangan dan Manufaktur Rekomendasi Pengawasan Badan Usaha Jasa Keuangan dan Manufaktur
Konstruksi, dan Perdagangan
Pengawasan Badan Usaha Agrobisnis, Jasa
Tersedianya Hasil Pengawasan pada Direktorat
Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan SPI Badan Usaha Agrobisnis, Jasa Konstruksi, dan Perdagangan
Direktorat Investigasi Instansi Pemerintah
Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan SPIP Terkait Investigasi pada Kementerian/Lembaga Tersedianya Informasi Hasil Pengawasan pada
Tersedianya Informasi Hasil Pengawasan pada Direktorat Investigasi Hambatan Kelancaran Pembangunan
Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan SPIP Terkait Hambatan Kelancaran Pembangunan
Tersedianya Informasi Hasil Pengawasan pada Direktorat Investigasi BUMN/D
1
1
3 1
6
10
10
10
22
22
10
22
22
7
17
7
17 17
5
12
17
17
160
17
5
12
17
17
160
160 160
160
48
48
79
84
84
84
1 1
5
3
11 2 8
13
160
79
79
79
84
84
84
1 1
5
Jumlah pegawai yang mengikuti pengembangan kompetensi di DN Jumlah Laporan Pembinaan
3
10 2 8
12
Jumlah pegawai yang mengikuti pengembangan kompetensi di LN
Jumlah Laporan hasil litbang Jumlah Laporan Pemanfaatan
1
Tersedianya Sistem Diklat Berbasis Kompetensi (Paket)_STAR
2016
2017
1
1
3 1
6
Target 2018
-
1
3 1
5
10
22
22
7
10
17
17
5
12
17
17
160
160
160
48
48
79
84
84
84
1 1
5
3
13 2 8
15
10
22
22
7
10
17
17
5
12
17
17
160
160
160
48
48
79
84
84
84
1 1
5
3
11 2 8
13
13 Lap, 8 13 Lap, 8 15 Lap, 8 13 Lap, 8 pegw pegw pegw pegw
1
Tersedianya Sistem Diklat Berbasis Kompetensi (Paket)_PNBP
6 3 1
2015
Jumlah Laporan Penyelenggaraan Ujian Tersedianya Sistem Diklat Berbasis Kompetensi (Paket)_RM
INDIKATOR
Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan SPIP Terkait Investigasi pada BUMN/D
Penelitian dan Pengembangan Pengawasan
PROGRAM/KEGIATAN
-
1
3 1
5
10
22
22
7
10
17
17
5
12
17
17
160
160
160
48
48
79
84
84
84
1 1
5
3
11 2 8
13
13 Lap, 8 pegw
2019
1,5117
1,5694
1,4947
1,4397
1,5694
0,2625
0,9875
1,2500
1,2500
0,7034
1,4947
0,2500
0,9405
1,1905
1,1905
0,6699
0,4305
1,1339
1,0799
0,4100
1,1339
1,0799
3,0035
3,0035
2,8605
2,8605
3,0035
2,8605
1,6892
1,6892
1,6088
1,6892 1,6088
1,6298
1,6298
0,0525 0,0525 1,6298
0,1050
0,0420
4,7371 0,3103 0,1470
5,0474
5,2469
6,6688
3,2165
3,7985 3,9473
1,5873
1,6479
1,6479
0,2756
1,0369
1,3125
1,3125
0,7386
0,4520
1,1906
1,1906
3,1537
3,1537
3,1537
1,7737
1,7737
1,7737
1,7113
1,7113
0,0551 0,0551 1,7113
0,1103
0,0441
4,7371 0,3103 0,1544
5,0474
5,2568
5,6507
3,3773
3,9884 4,1446
17,1610
2017
Alokasi (Rp Milyar)
17,6310
2016
1,6088
1,5522
1,5522
0,0500 0,0500 1,5522
0,1000
0,0400
2,5115 0,2955 0,1400
2,8070
2,9970
7,2000
3,0633
3,6176 3,7593
17,6402
2015
1,6666
1,7303
1,7303
0,2894
1,0887
1,3782
1,3782
0,7755
0,4746
1,2501
1,2501
3,3114
3,3114
3,3114
1,8624
1,8624
1,8624
1,7969
1,7969
0,0579 0,0579 1,7969
0,1158
0,0463
4,7371 0,3258 0,1621
5,0629
5,2828
-
3,5462
4,1878 4,3519
12,0858
2018
1,7500
1,8168
1,8168
0,3039
1,1432
1,4471
1,4471
0,8143
0,4984
1,3126
1,3126
3,4770
3,4770
3,4770
1,9555
1,9555
1,9555
1,8867
1,8867
0,0608 0,0608 1,8867
0,1216
3,0486
4,7371 0,3421 3,1702
5,0792
8,3101
-
3,7235
4,3972 4,5695
12,6901
2019
Halaman 1/3 - 6
8,2592
6,5783
5,9671
15,8061
8,8896
8,5769
27,0936
TOTAL ALOKASI 2015-2019 (Rp. Miliar)
06
06
06
06
06
06
06
089
089
089
089
089
089
3691
3690
3689
3688
3687
3686
3685
PROG KEG
KODE
089
KL
SASARAN
Rekomendasi Perbaikan Penyelenggaraan SPIP K/L dan SPI Korporasi
INDIKATOR
Rekomendasi Pengawasan Kegiatan OPN
Tersedianya Informasi Hasil Pengawasan pada Direktorat Pengawasan PKD Wilayah Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua (Satgas SPIP)
-
6 7
Rekomendasi Perbaikan Penyelenggaraan SPIP Rekomendasi Pembinaan Kapabilitas Pengawasan Intern K/L
Kesejahteraan Rakyat Tersedianya Informasi Hasil Pengawasan pada Direktorat Pengawasan Lembaga Pemerintah Bidang Kesejahteraan Rakyat
Rekomendasi Pembinaan Kapabilitas Pengawasan Intern K/L
Rekomendasi Perbaikan Penyelenggaraan SPIP
Rekomendasi Pengawasan Bidang Pendidikan dan Perlindungan Sosial
Rekomendasi Pengawasan Lembaga Pemerintah Bidang Kesra
5
12
2
17
36
36
2
17
Rekomendasi Pengawasan Bidang Infrastruktur dan Perhubungan
Rekomendasi Pengawasan Bidang Industri dan Distribusi
32
32
4
4
4
150
150
150
5
12
2
19
38
38
7
6
2
19
34
34
-
4
4
150 4
150
150
6
4
4 6
10
20
10
20
Rekomendasi Hasil Pengawasan Current Issues
Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan SPIP Kementerian/Lembaga Bidang
Tersedianya Informasi Hasil Pengawasan pada Direktorat Pengawasan Pengawasan Industri dan Distribusi
20
20 20
20
20
20
14
6
20
20
Rekomendasi Perbaikan Penyelenggaraan SPIP
Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan SPIP Kementerian/Lembaga Bidang Industri dan Distribusi
Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua (SPIP)
Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan SPI Instansi Pemerintah Daerah Wilayah
Tersedianya Hasil Pengawasan Keuangan dan Pembangunan pada Direktorat Pengawasan Fiskal dan Investasi
Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan SPIP Kementerian/Lembaga Bidang Fiskal dan Investasi (OPN)
Rekomendasi Pembinaan Kapabilitas Pengawasan Intern K/L
Rekomendasi Pengawasan Bidang Fiskal dan Investasi Rekomendasi Perbaikan Penyelenggaraan SPIP
12
20
2016
20
6 14
20
Rekomendasi Perbaikan Penyelenggaraan SPI Korporasi
Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan SPIP Kementerian/Lembaga Bidang Fiskal dan Investasi Tersedianya Informasi Hasil Pengawasan pada Direktorat Pengawasan Fiskal dan Investasi
12
20
2015
Rekomendasi Pengawasan Badan Usaha Milik Daerah
Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan SPI Badan Usaha/Lembaga Perminyakan dan Gas Bumi Tersedianya Hasil Pengawasan pada Direktorat Pengawasan Badan Usaha Perminyakan dan Gas Bumi Rekomendasi Pengawasan Badan Usaha Perminyakan dan Gas Bumi
Pengawasan Badan Usaha Milik Daerah
Tersedianya Hasil Pengawasan pada Direktorat
Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan SPI Badan Usaha Milik Daerah
PROGRAM/KEGIATAN
12
5
12
2
19
38
38
7
6
2
19
34
34
-
4
4
150 4
150
150
6
4
10
20
20
20
20
20
14
6
20
20
2017
Target
12
5
12
2
19
38
38
7
6
2
19
34
34
-
4
4
150 4
150
150
6
4
10
20
20
20
20
20
14
6
20
20
2018 12
5
12
2
19
38
38
7
6
2
19
34
34
-
4
4
150 4
150
150
6
4
10
20
20
20
20
20
14
6
20
20
2019
0,0150
0,2820
0,8000
1,6100
2,7070
1,9070
0,1566
0,1574
0,8000
0,6477
1,7617
1,7617
-
1,0000
1,0000
7,3170 1,0000
0,0158
0,2961
0,8000
1,6100
2,7219
2,7219
0,1645
0,1653
0,8000
1,5000
2,6297
2,6297
-
1,0500
1,0500
7,6829 1,0500
7,6829
7,6829
7,3170
0,2667
0,1928
0,8031
1,2626
1,2626
7,3173
0,2540
0,1836
0,7649
1,2025
1,2025
1,3999
1,3999
1,3332
1,3999
1,3332
0,3581
1,3332
0,3410
0,9099
1,2680
0,8666
1,2680
1,2076
0,0165
0,3109
0,8000
1,6100
2,7374
2,7374
0,1727
0,1735
0,8000
1,5000
2,6462
2,6462
-
1,1025
1,1025
8,0670 1,1025
8,0670
8,0670
0,2800
0,2024
0,8433
1,3257
1,3257
1,4699
1,4699
1,4699
0,3760
0,9554
1,3314
1,3314
0,0606
2017
Alokasi (Rp Milyar)
0,0578
2016
1,2076
0,0550
2015
0,0174
0,3265
0,8000
1,6100
2,7538
2,7538
0,1813
0,1822
0,8000
1,5000
2,6635
2,6635
-
1,1576
1,1576
8,4703 1,1576
8,4703
8,4703
0,2940
0,2125
0,8854
1,3920
1,3920
1,5433
1,5433
1,5433
0,3948
1,0032
1,3979
1,3979
0,0637
2018
0,0182
0,3428
0,8000
1,6100
2,7710
2,7710
0,1904
0,1913
0,8000
1,5000
2,6817
2,6817
-
1,2155
1,2155
8,8939 1,2155
8,8939
8,8939
0,3087
0,2232
0,9297
1,4616
1,4616
1,6205
1,6205
1,6205
0,4145
1,0534
1,4678
1,4678
0,0669
2019
Halaman 1/4 - 6
12,8911
12,3829
5,5256
40,4313
6,6443
7,3668
6,6728
TOTAL ALOKASI 2015-2019 (Rp. Miliar)
06
06
06
06
06
06
089
089
089
089
089
3697
3696
3695
3694
3693
3692
PROG KEG
KODE
089
KL
SASARAN
INDIKATOR
15
Rekomendasi Perbaikan Penyelenggaraan SPIP
Rekomendasi Pembinaan Kapabilitas Pengawasan Intern K/L
Rekomendasi Pengawasan Bidang Polsoskam Lainnya Rekomendasi Perbaikan Penyelenggaraan SPIP
Rekomendasi Pembinaan Kapabilitas Pengawasan Intern K/L dan Pemda
Rekomendasi Pengawasan PKD Wil II Rekomendasi Perbaikan Penyelenggaraan SPIP
Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan SPI Instansi Pemerintah Daerah Wilayah Jawa dan Bali Tersedianya Informasi Hasil Pengawasan pada Direktorat Pengawasan PKD Wilayah Jawa dan Bali
Rekomendasi Pembinaan Kapabilitas Pengawasan Intern Pemda
Rekomendasi Pengawasan PKD Wil I Rekomendasi Perbaikan Penyelenggaraan SPIP
Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan SPI Instansi Pemerintah Daerah Wilayah Sumatera dan Kalimantan Tersedianya Informasi Hasil Pengawasan pada Direktorat Pengawasan PKD Wilayah Sumatera dan Kalimantan
Tersedianya Informasi Hasil Pengawasan pada Direktorat Pengawasan Bidang Polsoskam Lainnya
Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan SPIP Kementerian/Lembaga Bidang Polsoskam Lainnya
4
24 8
4
24 8
36
36
3 36
36
3
12 6
21
21
12 6
21 21
4
17 4
16 17
37
37
4
15
1
17
16
37
37
4
1
Rekomendasi Pembinaan Kapabilitas Pengawasan Intern K/L
16
Rekomendasi Pengawasan Pembangunan Kesehatan
37 37
36
5
12
1
17
35
5
12
1
16
Rekomendasi Pengawasan Bidang Hankam
Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan SPIP Kementerian/Lembaga Bidang Pertahanan dan Keamanan Tersedianya Informasi Hasil Pengawasan pada Direktorat Pengawasan Lembaga Pemerintah Bidang Pertahanan dan Keamanan
Rekomendasi Pembinaan Kapabilitas Pengawasan Intern K/L
Rekomendasi Perbaikan Penyelenggaraan SPIP
Rekomendasi PengawasanBidang Pariwisata
Rekomendasi PengawasanBidang Perekonomian Lainnya
35
10
34
10
Rekomendasi Pembinaan Kapabilitas Pengawasan Intern K/L
10
35
10
Rekomendasi Perbaikan Penyelenggaraan SPIP
16
36
36
2016
34
16
36
36
2015
Rekomendasi Pengawasan Bidang Penegakan Hukum dan Kesekretariatan Lembaga Tertinggi dan Tingi Negara
Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan SPIP Kementerian/Lembaga Bidang Perekonomian Lainnya Tersedianya Informasi Hasil Pengawasan pada Direktorat Pengawasan Lembaga Pemerintah Bidang Perekonomian Lainnya
Tersedianya Informasi Hasil Pengawasan pada Direktorat Pengawasan Lembaga Pemerintah Bidang Penegakan Hukum dan Kesekretariatan Lembaga Tertinggi dan Tingi Negara
Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan SPIP Kementerian/Lembaga Bidang Penegakan Hukum dan Sekretariat Lembaga Tinggi Negara
PROGRAM/KEGIATAN
4
24 8
36
36
3
12 6
21
21
4
17
16
37
37
4
15
1
17
37
37
5
12
1
17
35
35
10
10
16
36
36
2017
Target
4
24 8
36
36
3
12 6
21
21
4
17
16
37
37
4
15
1
17
37
37
5
12
1
17
35
35
10
10
16
36
36
2018
4
24 8
36
36
3
12 6
21
21
4
17
16
37
37
4
15
1
17
37
37
5
12
1
17
35
35
10
10
16
36
36
2019
0,0800
1,8744 0,2500
2,2044
2,2044
0,0060
1,4584 0,2880
1,7524
1,7524
0,0720
0,4370
2,2469
2,7559
2,7559
0,3000
0,3810
0,4000
0,8941
1,9751
1,9751
0,1000
0,1787
0,4000
1,1600
1,8387
1,8387
0,2760
0,3650
1,3341
1,9751
1,9751
2015
0,0840
1,9681 0,2625
2,3146
2,3146
0,0063
1,5313 0,3024
1,8400
1,8400
0,0756
0,4589
2,3592
2,8937
2,8937
0,3150
0,4001
0,4000
0,8941
2,0092
2,0092
0,1050
0,1876
0,4000
1,1600
1,8526
1,8526
0,2898
0,3833
1,4008
2,0739
0,0882
2,0665 0,2756
2,4304
2,4304
0,0066
1,6079 0,3175
1,9320
1,9320
0,0794
0,4818
2,4772
3,0384
3,0384
0,3308
0,4201
0,4000
0,8941
2,0449
2,0449
0,1103
0,1970
0,4000
1,1600
1,8673
1,8673
0,3043
0,4024
1,4708
2,1775
2,1775
2017
Alokasi (Rp Milyar)
2,0739
2016
0,0926
2,1699 0,2894
2,5519
2,5519
0,0069
1,6883 0,3334
2,0286
2,0286
0,0833
0,5059
2,6011
3,1903
3,1903
0,3473
0,4411
0,4000
0,8941
2,0824
2,0824
0,1158
0,2069
0,4000
1,1600
1,8826
1,8826
0,3195
0,4225
1,5444
2,2864
2,2864
2018
0,0972
2,2783 0,3039
2,6795
2,6795
0,0073
1,7727 0,3501
2,1301
2,1301
0,0875
0,5312
2,7311
3,3498
3,3498
0,3647
0,4631
0,4000
0,8941
2,1219
2,1219
0,1216
0,2172
0,4000
1,1600
1,8988
1,8988
0,3355
0,4437
1,6216
2,4007
2,4007
2019
Halaman 1/5 - 6
12,1807
9,6831
15,2281
10,2335
9,3400
10,9137
TOTAL ALOKASI 2015-2019 (Rp. Miliar)
06
06
06
06
089
089
089
3701
3700
3699
3698
PROG KEG
KODE
089
KL
SASARAN
INDIKATOR
Rekomendasi Pembinaan Kapabilitas Pengawasan Intern Pemda
Rekomendasi Pengawasan PKD Wil III Rekomendasi Perbaikan Penyelenggaraan SPIP
Rekomendasi Pengawasan Bidang Pinjaman dan Bantuan Luar Negeri
Jumlah
Rekomendasi Hasil Pengawasan Current Issues
-
99
1.120
Rekomendasi Perbaikan Penyelenggaraan SPIP Rekomendasi Pembinaan Kapabilitas Pengawasan Intern Pemda
3.009
Rekomendasi Pengawasan oleh Perwakilan BPKP
4.228
4.228
1
10
Rekomendasi Perbaikan Penyelenggaraan SPIP Rekomendasi Pembinaan Kapabilitas Pengawasan Intern K/L
25
Rekomendasi Pengawasan Bidang Produksi dan Sumber Daya Alam
39
2
99
1.120
3.009
4.230
4.228
1
10
28
3
39
36
2
99
1.120
3.009
4.230
4.228
1
10
28
3
39
39
57
57
57
57
57
3
5
25
33
33
2017
Target
57
36
57
57
57
3
5
3
25
5
33
33
2016
25
3
Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan SPIP (Perwakilan BPKP seluruh Indonesia) Tersedianya Informasi Hasil Pengawasan pada Perwakilan BPKP (seluruh Indonesia)
33
33
2015
Rekomendasi Pembangunan Bidang ketahanan Pangan, Kemaritiman dan Ketahanan Energi
Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan SPIP Kementerian/Lembaga Bidang Produksi dan Sumber Daya Alam Tersedianya Informasi Hasil Pengawasan pada Direktorat Pengawasan Produksi dan Sumber Daya Alam
Tersedianya Informasi Hasil Pengawasan pada Direktorat Pengawasan Pinjamaan dan Bantuan Luar Negeri
Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan SPIP pada Kegiatan yang Dibiayai Dari Pinjaman dan Bantuan Luar Negeri
Tersedianya Informasi Hasil Pengawasan pada Direktorat Pengawasan PKD Wilayah Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua
Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern Akuntabilitas Keuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan SPI Instansi Pemerintah Daerah Wilayah Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua
PROGRAM/KEGIATAN
2
99
1.120
3.009
4.230
4.228
1
10
28
3
39
39
57
57
57
3
5
25
33
33
2018
2
99
1.120
3.009
4.230
4.228
1
10
28
3
39
39
57
57
57
3
5
25
33
33
2019
460,2316
-
2,2800
23,8600
130,0298
156,1698
156,1698
0,0500
0,4920
0,1725
1,2000
1,9145
1,9145
1,7811
1,7811
1,7811
0,1880
1,8382 0,1440
2,1702
2,1702
2015
662,6257
40,0000
2,3940
25,0530
202,0198
269,4668
269,4668
0,0525
0,5166
1,3725
1,2000
3,1416
3,1416
1,8702
1,8702
1,8702
0,1974
1,9301 0,1512
2,2787
507,4665
42,0000
2,5137
26,3057
202,0198
272,8391
272,8391
0,0551
0,5424
1,3725
1,2000
3,1701
3,1701
1,9637
1,9637
1,9637
0,2073
2,0266 0,1588
2,3926
2,3926
2017
Alokasi (Rp Milyar)
2,2787
2016
444,9064
44,1000
2,6394
27,6209
202,0198
276,3801
276,3801
0,0579
0,5696
1,3725
1,2000
3,1999
3,1999
2,0618
2,0618
2,0618
0,2176
2,1279 0,1667
2,5123
2,5123
2018
456,6490
46,2000
2,7714
29,0020
202,0198
279,9931
279,9931
0,0608
0,5980
1,3725
1,2000
3,2313
3,2313
2,1649
2,1649
2,1649
0,2285
2,2343 0,1750
2,6379
2,6379
2019
Halaman 1/6 - 6
2.531,8791
1.254,8490
14,6574
9,8417
11,9917
TOTAL ALOKASI 2015-2019 (Rp. Miliar)
3678 Pengadaan dan Penyaluran Sarana dan Prasarana BPKP
01
01
01
01
089
089
089
3668 Penyusunan dan Evaluasi Rencana
3667 Pengelolaan Anggaran dan Sistem Akuntansi Pemerintah
3666 Pengelolaan kepegawaian dan organisasi
Termanfaatkannya asset secara optimal
Meningkatnya kualitas Sistem akuntabilitas kinerja
Pengelolaan keuangan yang berkualitas
Meningkatnya kompetensi dan Integritas Pegawai
Jumlah Layanan Hasil Evaluasi (kegiatan)
4
0 0
1 5
478 18 94
9 Tersedianya alat rumah tangga BPKP (unit) 10 Tersedianya sarana prasarana BPKP (Unit) 11 Tersedianya Peralatan dan Fasilitas Perkantoran Pusdiklatwas BPKP (unit)
0
0
0
0
0
0
0 503
0
0
0
0
0 3
0
0
0
0
0
34
47
6
2
12
9
32 12
47
2600
5995
1
31
30
15
2017
TARGET
305
BPKP GorontaloBerat (Lanjutan) 5 Perwakilan Terlaksananya Rehabilitasi Rumah Negara Perwakilan BPKP
0
2000
0
0
4 Terlaksananya Pembangunan Konstruksi Gedung
380
8
34
47
6
2
12
9
32 12
47
2600
5995
1
31
30
15
2016
3 Terlaksananya Rehabilitasi Berat Lantai 12 Gedung Kantor Pusat (m2)
2 Tersedianya Meubelair Perwakilan BPKP Perwakilan Tipe B
1 Tersedianya Kendaraan Operasional Roda 4
34
47
6
2
12
9
32 12
47
6614
5995
1
31
30
15
2015
6 Terlaksananya Rehabilitasi Berat Mess Pusdiklat Cabang Denpasar (m2) 7 Terlaksananya Rehabilitasi Kantor Perwakilan BPKP (unit) 8 Tersedianya alat pengolah data BPKP (Unit)
1
Laporan Dukungan Manajemen BPKP (Laporan)
Jumlah Layanan Penyusunana Perencanaan Tahunan (kegiatan)
3
2
Jumlah Layanan Sistem Informasi Perencanaan (bulan) Jumlah Layanan Perencanaan Jangka Menengah (kegiatan)
Jumlah Laporan Keuangan yang sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) (Laporan)
3
1
Ketepatan Pengusulan Anggaran (Dokumen) Pencairan dana yang cepat dan tepat (Kegiatan)
Jumlah Laporan Kegiatan Pelayanan Kepegawaian dan Organisasi (Lap)
3
1 2
Jumlah SK Pengangkatan Pegawai, Kenaikan Pangkat dan Jabatan yang Selesai Tepat Waktu (SK)
Jumlah Layanan Penyusunan Program/Rencana Kerja dan Evaluasi (Kegiatan)
4
2
Jumlah Layanan Kehumasan dan Hubungan Antar Lembaga (Laporan)
3
Jumlah pegawai yang memiliki kompetensi yang ditentukan (orang)
Jumlah Layanan Penelaahan dan Bantuan Hukum (Kegiatan hukum/lap)
2
1
Jumlah Layanan Analisis Penyusunan Pengelolaan dan Penyebarluasan Peraturan Perundang-Undangan (kegiatan)
INDIKATOR
1
Catatan: Di dalam matriks tersebut tidak termasuk kegiatan untuk pembayaran gaji dan tunjangan kinerja pegawai
089
3676 Fasilitasi Dukungan Manajemen BPKP Terfasilitasinya dukungan manajemen BPKP
01
Meningkatnya layanan hukum dalam pengawasan BPKP
089
3665 Pembinaan Hukum dan Pengelolaan Kehumasan
01
089
Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya BPKP
SASARAN
01
PROGRAM/KEGIATAN
089
KEG
PROG
KODE
KL
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
34
47
6
2
12
9
32 12
47
2600
5995
1
31
30
15
2018
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
34
47
6
2
12
9
32 12
47
2600
5995
1
31
30
15
2019
208.144,5
119.228,1
54.630,4
3.717,0
3.978,0
23.108,0
3.483,0
2015
MATRIKS RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH BPKP 2015-2019 (PROGRAM 01)
218.826,8
125.464,6
57.361,9
3.902,9
4.176,9
24.263,4
229.615,0
131.584,7
60.230,0
4.098,0
4.385,7
25.476,6
3.840,0
2017
ALOKASI (Juta Rupiah)
3.657,2
2016
240.511,2
137.579,4
63.241,5
4.302,9
4.605,0
26.750,4
4.032,0
2018
Halaman 1 - 1
252.536,7
144.458,3
66.403,6
4.518,0
4.835,3
28.087,9
4.233,6
2019
1.149.634,2
658.315,0
301.867,4
20.538,8
21.981,0
127.686,3
19.245,8
TOTAL ALOKASI 2015-2019 (Rp Jutaan)
LAMPIRAN 1-2
Substansi Kerangka Kelembagaan
Kinerja utama organisasi
Kejelasan dan ketepatan urusan utama fungsi BPKP
Penjabaran fungsi: regulator-eksekutor
Kejelasan tugas dan fungsi dan akuntabilitas
Rentang kendali
3
4
5
6
7
Kerangka Kelembagaan
Penjabaran visi misi tujuan prioritas ke dalam tugas dan fungsi BPKP
2
Aspek Struktur Organisasi dan Fungsi 1 Kejelasan dan keterkaitan tugas pokok fungsi BPKP dengan visi misi Presiden
No.
Halaman 1
Penataan kelembagaan yang akan dilakukan oleh BPKP adalah dalam rangka mendukung pencapaian visi dan misi pembangunan nasional yaitu Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berdasarkan Gotong Royong dan memberikan kontribusi nyata untuk merealisasikan kehadiran pemerintah untuk selalu hadir dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya. Kontribusi yang diberikan oleh BPKP berupa pengawasan intern terhadap program pembangunan dalam RPJMN 2015-2019 baik melalui pengawasan pembangunan dan pembangunan pengawasan. Penataan kelembagaan BPKP dilakukan dengan fokus pada tugas dan fungsi BPKP sebagai aparat pangawas intern pemerintah dengan mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah dan Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 tentang Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan. Penataan kelembagaan BPKP dilakukan dalam rangka mewujudkan pencapaian indikator utama kinerja BPKP sebagaimana termuat dalam RPJMN 2015-2019 yaitu tercapainya Tingkat Kapabilitas Aparat Pengawas Intern pada Kementerian/Lembaga/Pemda dan Korporasi (KLPK) pada Skor 3, dan Tingkat Kematangan Implementasi SPI pada KLPK pada Skor 3 pada tahun 2019 Penataan kelembagaan BPKP dilakukan dengan tetap memperhatikan dan mempertimbangkan tugas dan fungsi K/L lain di bidang pengawasan, sehingga dapat dihindari tumpang tindih dalam pelaksanaan pengawasan di lapangan. Oleh karena kemitraan dengan APIP KLPK merupakan sebuah keniscayaan yang harus ditempuh oleh BPKP sehingga terwujud harmoni dalam pelaksaan tugas pengawasan intern. Penataan kelembagaan BPKP justru akan memperjelas fungsi eksekusi pelaksanaan pengawasan di lapangan, misalnya terkait dengan pengawasan intern terhadap program pembangunan lintas KLPK yang selama ini tidak satupun entitas pengawasan yang diberi tanggungjawab untuk melakukan pengawasan atas program tersebut. Demikian halnya dengan tugas audit investigatif BPKP yang selama ini sering digugat dan dipersoalkan mengenai kewenangan atas audit tersebut. Penataan kelembagaan BPKP dilakukan dengan memperjelas tugas, fungsi dan output yang akan dihasilkan oleh masing-masing unit kerja. Sebuah konsepsi siapa melakukan apa dan outputnya apa merupakan faktor penting yang dipertimbangkan dalam penataan keelmbagaan BPKP. Dengan demikian akuntabilitas masing-masing unit kerja menjadi lebih jelas dan terukur. Penataan kelembagaan BPKP dilakukan dengan memperhatikan pendelegasian otoritas atau kewenangan
Penjelasan
LAMPIRAN 2 KERANGKA KELEMBAGAAN
Lampiran 2
Pengaturan tugas fungsi unit organisasi
Tata kelola evaluasi
Manajemen kinerja pembangunan
Mekanisme penanganan konflik antar unit organisasi
Kejelasan tata laksana dengan kesesuaian peraturan perundangan
3
4
5
6
Kerangka Kelembagaan
Tata kelola pembuatan keputusan
2
Aspek Tata Laksana 1 Hubungan mekanisme antar lembaga
8
Halaman 2
Melalui penataan kelembagaan ini, BPKP mempunyai bekal yang kuat untuk bersama-sama dengan Aparat Pengawas Intern KLPK melakukan sinergi dalam rangka mengawal pengawasan pembangunan dan pembangunan pengawasan di Indonesia. Luas wilayah Republik Indonesia dengan berbagai permasalahan yang dihadapi oleh bangsa ini meneguhkan sikap BPKP untuk selalu mengedepankan sinergi dengan berbagai komponen bangsa ini, tidak terkecuali KLPK. Mekanisme hubungan antar lembaga tentu saja akan digambarkan secara jelas nantinya agar tidak terjadi overlapping dalam pelaksanaan pengawasan. Mekanisme pengambilan keputusan yang dilakukan di BPKP sangat tergantung pada level keputusan yang akan diambil dan magnitude sebuah keputusan atas suatu permasalahan yang akan diputuskan. Pengambilan keputusan oleh pimpinan BPKP dapat saja dilakukan melalui sebuah rapat pimpinan (menguikutsertakan seluruh eselon I) yang sebelumnya telah mendengarkan aspirasi dari para pejabat struktural eselon III, IV dan para pegawai lainnya. Tata laksana evaluasi terhadap penataan kelembagaan dilakukan secara akuntabel. Kegiatan ini akan dilakukan melalui tim evaluasi penataan kelembagaan yang kompeten, menggunakan metodologi yang secara keilmuan dapat dipertanggungjawabkan, serta mengikutsertakan peran aktif para fihak yang berkepentingan dalam suatu unit kerja. Penataan kelembagaan BPKP dilakukan dengan tujuan utama meningkatkan peran BPKP dalam memberikan kontribusinya terhadap keberhasilan pencapaian pogram pembangunan (wajib, prioritas dan unggulan), sebagaimana diamanatkan dalam RPJMN 2015-2019. Secara lebih spesifik penataan kelembagaan diarahkan agar BPKP mendapatkan landasan yang kuat dalam mengawal program pembanguan nasional dan peningkatan kinerja pembangunan melalui fungsi pengawasannya. Sebagai sebuah organisasi pengawasan BPKP yang hampir berusia 32 tahun tentu saja BPKP mempunyai pengalaman yang cukup lama dalam berorganisasi. Namun demikian BPKP juga berusaha selalu menyiapkan perangkat yang diperlukan guna mengantisipasi terjadinya konflik internal. Langkah tersebut dilakukan melalui pembagian tugas dan fungsi serta tanggungjawab secara tegas dan jelas serta makanisme lain berupa penguatan value dan budaya organisasi BPKP. Penataan tata laksana di BPKP diusahakan agar selalu didasarkan pada ketentuan perundangan yang berlaku. PP 60 Tahun 2008 tentang SPIP, Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 tentang BPKP, dan Inpres 9 Tahun 2014 menjadi pijakan utama dalam penyusunan tata laksana di BPKP baik untuk kegiatan
kepada pejabat atau pegawai yang berada pada level di bawahnya. Dengan demikian pelaksanaan tugas dan fungsi masing-masing unit kerja dan keberlangsungannya secara keseluruhan diharapkan tidak terganggu. Penataan kelembagaan BPKP dilakukan dengan memperhatikan diferensiasi tugas dan fungsi secara jelas dan tegas antar unit organisasi. Langkah ini dilakukan untuk menghindari terjadinya duplikasi tugas yaitu ouput yang sama dikerjakan oleh dua atau lebih unit organisasi yang berbeda.
Lampiran 2
Mekanisme tahapan penerapan prinsip tata kelola pemerintahan yang baik atau good governance
Rencana peningkatan kompetensi dan profesionalisme ASN
Mekanisme penilaian kinerja individu ASN dan K/L
Kebutuhan anggaran untuk biaya rutin ASN
3
4
5
Kerangka Kelembagaan
Kebutuhan jumlah ASN melalui proses Analisis Jabatan dan Analisis Beban Kerja
2
Aspek SDM ASN 1 Pelaksanaan yang berkelanjutan terkait reformasi birokrasi
7
Halaman 3
Dalam penataan kelembagaan BPKP juga akan memperhatikan SDM ASN dalam konteks implementasi kebijakan reformasi birokrasi tingkat nasional. Kebijakan tersebut antara lain menyangkut rekruitmen pegawai berbasis kompetensi melalui Computer Assisted Test (CAT) System, career path, appraisal performance dalam bingkai competency based human resources management (CBHRM). Berbagai langkah dalam manajemen sumber daya manusia ASN tersebut dilakukan untuk memperoleh profil pegawai ASN BPKP yang kompeten & profesional yang memenuhi kualifikasi Knowledge, Skill dan Attitude (KSA)-nya. Analisis jabatan dan analisis beban kerja selama ini telah dilakukan secara reguler oleh BPKP. Output atas kegiatan tersebut digunakan untuk berbagai kebutuhan dalam rangka pengelolaan manajemen SDM di BPKP, misalnya untuk keperluan mutasi pegawai antar Perwakilan BPKP, pengangkatan dalam jabatan fungsional, serta usulan pendidikan pelatihan penjenjangan atau entry level JFA. Demikian halnya untuk penataan kelembagaan BPKP secara otomatis akan menggunakan dan memperhatikan hasil analisis jabatan dan analisis beban kerja. Penataan kelembagaan BPKP juga diusahakan semaksimal mungkin dikaitkan dengan rencana peningkatan kompetensi dan profesionalitas ASN BPKP. Untuk kepentingan tersebut BPKP telah memiliki panduan berupa Human Capital Development Plan (HCDP), namun panduan tersebut harus selalu diperbaharui guna mendapatkan peta kompetensi SDM yang tepat, untuk penguatan kapasitas internal dalam mendukung fungsi pengawasan intern BPKP. Untuk melakukan penilaian individu pegawai, BPKP telah memiliki dan memfungsikan aplikasi SKP yang dapat diakses oleh semua pegawai secara on-line. Seiring dengan penataan kelembagaan, BPKP juga melakukan beberapa penyempurnaan terhadap aplikasi SKP sehingga diharapkan tools tersebut dapat meng-capture kinerja pegawai secara tepat dan pegawai dapat mengaksesnya secara mudah. Penataan kelembagaan BPKP juga mempertimbangkan kebutuhan biaya rutin untuk mengelola SDM ASN BPKP. Strategi yang ditempuh terkait dengan langkah ini dapat dilakukan melalui realokasi SDM yang ada saat ini, ataupun dengan melakukan rekruitmen pegawai baru sesuai dengan formasi yang ditetapkan oleh Kemanpan dan RB. Namun demikian kebutuhan biaya rutin untuk SDM ASN BPKP tetap harus dipersiapkan jumlahnya secara cermat agar tidak mengganggu pelaksanaan tugas dan fungsi BPKP secara keseluruhan.
pengawasan maupun kegiatan dukungan pengawasan. Penataan kelembagaan BPKP diantaranya dilakukan untuk mempercepat implementasi prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik atau good governance. Melalui nilai “PIONIR” mempertegas dan meneguhkan sikap BPKP untuk menularkan dan mengimplementasikan tata kelola kepemerintahan yang baik di lingkungan KLPK.
Lampiran 2