1
MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN SENI RUPA MELALUI BIMBINGAN KLASIKAL DI KELAS VII.3 SMP NEGERI 1 TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO
[email protected] Rena Madina, Mardia Bin Smith, dan Kartin Wumu 1 ABSTRAK Permasalahan dalam pembelajaran ini adalah kemampuan siswa dalam pembelajaran seni rupa masih sangat kurang. Hal ini dibuktikan disetiap pemberian tugas pada mata pelajaran seni budaya khusunya seni rupa, siswa selalu ada masalah yaitu siswa lupa membawa peralatan. Kemudian disetiap kegiatan pembelajaran seni rupa, selalu ada siswa yang tidak bisa mengerjakan kegiatan yang diberikan oleh guru. Adapun tujuan dalam penelitian ini untuk meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Pembelajaran Seni Rupa melalui Bimbingan Klasikal di Kelas VII.3 SMP Negeri 1 Tapa Kabupaten Bone Bolango. Metode yang dipakai dalam penelitian ini yaitu penelitian tindakan kelas. penelitian ini dilaksanakan dalam bentuk siklus yang terdiri dari 4 tahap yaitu, Tahap Persiapan, Tahap Pelaksanaan tindakan, Tahap Pemantauan dan evaluasi, Tahap Analisis dan refleksi. Pada siklus 1 Kemampuan Siswa untuk merancang obyek seni rupa sebanyak 13 orang (59.09%) dan Mampu menyelesaikan tugas sesuai obyek seni rupa, jumlah siswa yang memiliki kemampuan sebanyak 14 orang (63.64%). Pada kegiatan siklus 2 Kemampuan Siswa untuk merancang obyek seni rupa secara tepat sebanyak 19 orang (86.36%), kurang mampu sebanyak 2 orang (9.09%), dan yang tidak mampu sebanyak 1 orang (5.45%). Mampu menyelesaikan tugas sesuai obyek seni rupa, jumlah siswa yang memiliki kemampuan sebanyak 18 orang (81.82%), kurang mampu sebanyak 4 orang (18.18%), dan yang tidak mampu sebanyak 0%. Penelitian menunjukkan kemampuan belajar siswa pada kegiatan siklus I dan II penggunaan bimbingan klasikal dapat meningkatkan kemampuan pada pembelajaran seni rupa pada siswa Kelas VII.3 SMP Negeri 1 Tapa Kabupaten Bone Bolango. Hal ini terlihat pada siklus I, bahwa kemampuan siswa hanya mencapai 72.73%. Setelah diadakan refleksi dan perbaikan pembelajaran pada siklus II, kemampuan siswa meningkat sebesar 87.5%.
Kata Kunci: Kemampuan Siswa, Bimbingan Klasikal 1
Dra. Rena Madina, M.Pd selaku dosen pada Jurusan Bimbingan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo; Dra. Mardia Bin Smith, S.Pd, M.Si; dan Kartin Wumu selaku Mahasiswa Program PPKHB S1 Jurusan Bimbingan Konseling pada Fakultas Ilmu Pendidikan.
2
Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh manusia, dengan tujuan untuk mengembangkan kemampuan dan meningkatkan kualitas manusia.Kaitannya dengan pembelajaran Seni Budaya, kususnya Seni Rupa, idealnya di setiap Sekolah harus lengkap segala fasilitas yang dibutuhkan atau setidaknya sama dengan mata pelajaran lain, yang diajarkan pada satuan pendidikan. Sehingga siswapun akan memandang sama, atau akan memperlakukan sama, antara pelajaran Seni Budaya dengan mata pelajaran lainnya. Seringkali ditemui dalam proses pembelajaran di kelas, guru mengalami masalah untuk memberikan pengertian kepada siswa tentang satu pokok bahasan. Guru mengeluh karena sudah sering kali diulang, tetapi siswa tidak dengan segera dapat memahami pokok bahasa tersebut. Khusus ini mengindikasikan bahwa dalam proses komunikasi antara guru dan siswa terdapat kesenjangan. Dimana kesenjangan ini muncul mungkin akibat bahan ajar yang diberikan kepada siswa kurang menarik atau mungkin media yang digunakan tidak sesuai dengan karakteristik bahan ajar yang diberikan. Sering kali guru menyampaikan bahan ajar kepada siswa hanya menggunakan cara-cara yang kuno. Dalam arti guru hanya sebatas menjelaskan atau memberi ceramah kepada siswa. Keterbatasan metode ini akan membuat siswa merasa cepat bosan walaupun materi yang diberikan oleh guru sebenarnya sangat menarik. Guru sebagai sumber informasi memiliki kebutuhan untuk menyampaikan informasi (bahan ajar) kepada siswa sebagai penerima informasi. Penyampaian informasi ini dapat melalui cara-cara biasa seperti berbicara kepada siswa melalui bimbingan pada mata pelajaran. Rendahnya
kualitas
pembelajaran
disuatu
Sekolah,
tegantung
pada
kemampuan guru dalam mengolah kegiatan pembelajaran di kelas. Kemampuan dan kemauan dari guru untuk dapat berinovasi dan menyelipkan hal hal yang menarik dalam proses pembelajaran, akan membangkitkan minat siswa dalam mengikuti pembelajaran tersebut, yang dampak nantinya juga akan tercapai tujuan dari
3
pembelajaran yang diharapkan.
Pembelajaran seni rupa dalam dunia pendidikan
merupakan salah satu sarana dan media yang bisa digunakan untuk mengembangkan keterampilan anak. Baik dengan cara mengenali dan melatih kemampuan psikomotorik diri anak maupun dengan menggali bakat yang sudah dimiliki sebagai sumber kemampuan individu yang perlu diolah dan dilatih secara terus-menerus agar keterampilan pada diri anak menjadi berkembang dengan pesat. Berdasarkan observasi awal di SMP Negeri 1 Tapa khususnya kelas VII.3 bahwa kemampuan siswa dalam pembelajaran seni budaya, khususnya pembelajaran seni rupa, menurut pengamatan peneliti, saat ini masih sangat kurang. Hal ini dibuktikan disetiap pemberian tugas pada mata pelajaran seni budaya khusunya seni rupa, siswa selalu ada masalah, yang menjadi alasan adalah siswa lupa membawa peralatan. Kemudian disetiap kegiatan pembelajaran seni rupa, selalu ada siswa yang tidak bisa mengerjakan kegiatan yang diberikan oleh guru. Hambatan lain berupa belum adanya jam khusus bagi guru pembimbing untuk masuk kelas, sehingga waktu untuk melaksanakan layanan bimbingan dan konseling sangat terbatas bahkan bimbingan klasikal sangat jarang dilakukan. Pembelajaran Seni Rupa masih monoton sehingga diperlukan bimbingan oleh guru dalam pembelajaran. Rendahnya kemampuan siswa dalam pembelajaran yaitu dari jumlah siswa 24 orang, 9 orang atau 37.5% yang mampu dalam pembelajaran seni rupa, sedangkan 11 orang atau 62.5% lainnya belum mampu. Sehubungan dengan permasalahan/kesulitan belajar pada siswa maka sekolah memiliki tanggung jawab untuk membantu dalam menghadapi permasalahan yang dihadapi. Salah satu usaha sekolah dalam mengatasi permasalahan belajar siswa adalah melalui layanan bimbingan belajar yang diberikan oleh guru pembimbing. Oleh karena
itu,
melalui
penerapan
bimbingan diharapkan proses
pembelajaran seni rupa bagi pemula khususnya kelas VII.3 SMP Negeri 1 Tapa Kabupaten Bone Bolango dapat berjalan dengan baik. Layanan bimbingan klasikal bukanlah suatu kegiatan mengajar atau menyampaikan materi pelajaran sebagaimana
4
mata pelajaran yang dirancang dalam kurikulum pendidikan di sekolah, melainkan menyampaikan
informasi
yang
dapat
berpengaruh
terhadap
tercapainya
perkembangan yang optimal seluruh aspek perkembangan dan tercapainya kemandirian peserta didik yang tentunya berdampak pada kemampuan siswa dalam belajar. Berdasarkan hal tersebut peneliti
melakukan penelitian dengan asumsi,
karena pada kelas VII.3 tersebut kemampuan siswanya agak berbeda dengan dua kelas lainnya, sehingga menarik peneliti untuk dapat mengetahui lebih jauh tentang sejauh mana kemampuan siswa pada kelas tersebut, dan membuat penasaran untuk penerapan bimbingan tertentu guna untuk mengangkat prestasi siswa di kelas tersebut. Sehubungan dengan hal tersebut, maka peneliti Tindakan Kelas,
dengan judul
melakukan Penelitian
“Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam
Pembelajaran Seni Rupa melalui Bimbingan Klasikal di Kelas VII.3 SMP Negeri 1 Tapa Kabupaten Bone Bolango. Berdasarkan latar belakang dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut: 1. Kemampuan siswa pada pembelajaran seni rupa masih rendah 2. Disetiap kegiatan pembelajaran seni rupa, selalu ada siswa yang tidak bisa mengerjakan kegiatan yang diberikan oleh guru. 3. Pembelajaran Seni Rupa masih monoton sehingga diperlukan bimbingan oleh guru dalam pembelajaran. Berangkat dari permasalahan, maka fokus penelitian dalam skripsi ini adalah “Apakah Bimbingan Klasikal dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran Seni Rupa di Kelas VII.3 SMP Negeri 1 Tapa Kabupaten Bone Bolango”? Berpijak dari rumusan masalah, maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Pembelajaran Seni Rupa
5
melalui Bimbingan Klasikal di Kelas VII.3 SMP Negeri 1 Tapa Kabupaten Bone Bolango? Kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dalam keseluruhan proses pendidikan. Hal ini mengandung arti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada bagaimana proses belajar yang dialami oleh peserta didi atau siswa. Dalam hal ini ujung tombaknya adalah tentu fgur sentral pembelajaran yakni guru. Siswa yang melakukan kegiatan belajar atau mengikuti proses pendidikan, adalah individu. Baik di dalam kegiatan klasikal, kelompok ataupun individual, proses dan kegiatan belajarnya tidak dapat dilepaskan dari karakteristik, kemampuan dan perilaku individualnya. Sebenarnya dalam proses pendidikan, bukan hanya siswa yang terikat dengan karakteristik, kemampuan dan perilaku individual tersebut, tetapi juga guru seta para petugas pendidikan lainnya. Karena siswa atau peserta didik merupakan subjek pendidikan, maka karakteristik, kemampuan dan perilaku siswalah yang mendapat kajian dan sorotan utama. (Sukmadinata, 2009:35) Pandangan dan pemahaman seorang guru terhadap pengertian belajar akan mempengaruhi tindakannya dalam membimbing siswa untuk belajar. Seorang guru yang mengartikan belajar sebagai
menghafal fakta tentunya akan lain cara
mengajarnya dibandingkan dengan guru lain yang mengartikan bahwa belajar sebagai sebuah proses perubahan tingkah laku. Tentunya hal ini akan lebih buruk lagi jika guru tidak mengetahui dan memahami arti belajar sesungguhnya. Sehingga dalam membelajarkan siswa menjadi tanpa tujuan dan dengan sendirinya akan tanpa makna bagi siswa mapun bagi guru itu sendiri. Hal ini tergambar pada diri golongan guru yang tidak profesional. Hal ini juga sangat berpengarauh pada bagaimana guru mengajar kepada siswanya. Untuk itu, penting artinya
pemahaman guru akan
penertian belajar. Selanjutnya kita beralih dari pengetian belajar pada pengertian mengajar, natara lain yang dikemukakan oleh Burner (Usman, 2001:5) mengemukakan bahwa
6
“mengajar adalah menyajikan ide, problem atau pengetahuan dalam bentuk yang sederhana
sehingga
dapat
dipahami
oleh
setiap
siswa.”
Teknik
untuk
menyederhanakan bahan yang disajikan tersebut menurut menurut Burner adalah dengan cara enactive, iconic, dan symbolic. Penyajian enactive adalah penyajian suatu bahan pelajaran dalam bentuk gerak atau dalam bentuk psikomotor. Belajar selalu berkenaan dengan perubahan-perubahan pada diri orang yang belajar, apakah itu mengarah pada yang lebih baik ataupun yang kurang baik, direncanakan atau tidak. Hal lain yang juga selalu terkait dalam belajar adalah pengalaman, pengalaman yang berbentuk interaksi dengan orang lain atau lingkungannya. pandangan yang datang dari aliran Psikologi Kognitif seperti Jean Piaget, Robert Glaser, John Anderson dan David Ausubel, (dalam Sukmadinata, 2009:156) bagi mereka belajar merupakan suatu proses yang sifatnya internal, tidak dapat diamati secara langsung. Suatu perubahan dalam kemampuan individu respons terhadap situasi-situasi tertentu. Perubahan pada perilaku yang nampak merupakan refleksi dari perubahan yang sifatnya internal tadi. Pada behaviorisme juga ada perkembangan baru. Para ahli yang kemudian, yang termasuk Begaviorisme baru (Neobehaviorism) lebih dekat kepada aliran kognitif. Mereka juga telah memperluas konsep belajar, meliputi hal-hal yang tidak nampak seperti keinginan, harapan kepercayaan, sikap, dll. (dalam Sukmadinata, 2009:156) Perkembangan kognitif didalamnya
melibatkan
proses
manusia
merupakan proses psikologis
memperoleh,
menyusun
dan
yang
menggunakan
pengetahuan serta kegiatan mental seperti berpikir, menimbang, mengamati, mengingat, menganalisa, mengevaluasi dan memecahkan masalah yang berlangsung melalui interaksi. (Ali dan Muhammad Asrori, 2012:26) Piaget (dalam Ali dan Mohammad Asrori, 2012:26) tidak sependapat dengan pandangan yang mengatakan bahwa kecerdasan siswa adalah faktor bawaaan, yang berarti manusia tinggal manusia tinggal menerima perbedaan-perbedaan yang ada. Pandangan seperti ini dianggap akan membawa pengaruh kurang positif atau bahkan
7
negative terhadap proses pendidikan dan upaya pengembangan kemampuan berpikir anak. Mengingat mengajar merupakan suatu perbuatan yang memerlukan tanggung jawab moral, maka berhasilnya pendidikan siswa secara formal terletak pada tanggung jawab guru dalam melaksanakan tugas mengajar. Setelah kita mengupas tentang belajar dan mengajar, maka kita akan lanjutkan dengan pengetian pembelajaran.
Menurut
Prawiradilaga (2004:4)
pembelajaran adalah upaya
menciptakan kondisi dengan sengaja agar tujuan belajar dapat dipermudah pencapaiannya. Dengan kata lain pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa dan bagaimana belajar menjadi kegiatan yang efesien dalam menghasilkan perbuatan belajar yang efektif. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan suatu penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di SMP Negeri 1 Tapa Kabupaten Bone Bolango diawali dengan observasi awal kemudian dilanjutkan dengan dua siklus yang akan dilaksanakan pada, di mana untuk setiap siklus dua kali pemberian tindakan yaitu siklus I dan siklus II. Dengan pengambilan data dilakukan pada pertemuan kedua. Subjek penelitian adalah siswa kelas VII.3 SMP Negeri 1 Tapa yang berjumlah 22 orang yang terdiri dari: 12 orang siswa laki-laki dan 10 orang siswa perempuan. Para siswa berasal dari latar belakang keluarga yang berbeda dan mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda pula Adapun prosedur penelitian terdiri dari tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap pemantauan dan evaluasi serta tahap analisis dan refleksi. Data dalam penelitian tindakan kelas ini digunakan beberapa instrumen pengumpul data yang terdiri dari observasi, wawancara, tes dan dokumentasi. Analisis data dilaksanakan secara kualitatif dan kuantitatif pada setiap akhir siklus pembelajaran.Data yang dianalisis meliputi observasi kegiatan guru dan aktivitas siswa serta data hasil belajar siswa.
8
Hasil Penelitian dan Pembahasan Pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada pembelajaran Seni rupa dalam meningkatkan kemampuan pada pembelajaran seni rupa siswa kelas 1 SMP Negeri 1 Tapa Kabupaten Bone Bolango
melalui penggunaan bimbingan klasikal telah
menunjukkan hasil yang memuaskan. Pada siklus 1 24 aspek yang diamati dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, aspek yang mencapai kriteria baik sebanyak 16 aspek dengan prosesntase 66.67% sedangkan kriteria cukup 8 aspek
dengan persentase 33.33 %, yang
kesemuanya itu adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan guru. Pada siklus 1 Kemampuan Siswa untuk merancang obyek seni rupa sebanyak 13 orang (59.09%) dan Mampu menyelesaikan tugas sesuai obyek seni rupa, jumlah siswa yang memiliki kemampuan sebanyak 14 orang (63.64%) Secara umum, indikator keberhasilan dalam penelitian ini belum tercapai pada siklus I. Kemampuan siswa pada pembelajaran seni rupa dengan indikator kinerja 80% pada pembelajaran seni rupa menunjukkan bahwa terdapat 16 orang siswa melebihi indikator kinerja yang telah ditetapkan atau yang sudah mampu sebesar 72.73%. Sedangkan 6 orang siswa atau 22.27% yang belum mampu dalam belajar, atau berada di bawah indikator kinerja yang telah ditetapkan. Dengan demikian pelaksanaan tindakan perlu dilanjutkan ke siklus II untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan yang dialami pada siklus I. Pada kegiatan siklus 2 dari 24 aspek pengamatan pembelajaran pada siklus II yang mencapai kriteria baik hanya 16 aspek (70.83%) dan kriteria cukup 8 aspek (29.16%). Sedangkan pada siklus II aspek yang mencapai kriteria baik 21 aspek (87.5%) dan kriteria cukup 3 aspek (12.5%), sehingga peningkatannnya mencapai 5 aspek atau 20.83%. Adapun Kemampuan Siswa untuk merancang obyek seni rupa secara tepat sebanyak 19 orang (86.36%), kurang mampu sebanyak 2 orang (9.09%), dan yang tidak mampu sebanyak 1 orang (5.45%). Mampu menyelesaikan tugas sesuai obyek seni rupa, jumlah siswa yang memiliki kemampuan sebanyak 18 orang
9
(81.82%), kurang mampu sebanyak 4 orang (18.18%), dan yang tidak mampu sebanyak 0 orang (0%). Secara umum, indikator keberhasilan dalam penelitian ini telah tercapai pada siklus II. Jumlah siswa yang telah mencapai indikator kinerja sebesar kemampuan siswa pada pembelajaran seni rupa dengan indikator kinerja 80 pada pembelajaran seni rupa menunjukkan bahwa terdapat 21 orang siswa melebihi indikator kinerja yang telah ditetapkan atau yang sudah mampu belajar sebesar 87.5% Keberhasilan capaian target berdasarkan indikator kinerja disebabkan oleh refleksi proses pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti dan guru mitra sehingga peneliti mengatasi segala kekurangan yang terjadi di siklus I. Adapun langkahlangkah yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut : 1) Peneliti merevisi langkah-langkah pembelajaran 2) Peneliti lebih memfokuskan pada jenis kesalahan yang dibuat oleh siswa untuk diperbaiki. 3) Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, peneliti berusaha menciptakan kondisi belajar yang kondusif. 4) Mengoptimalkan bimbingan dengan memperhatikan komponen-komponen kegiatan belajar mengajar yang masih dalam kategori cukup. Sehingga peneliti mengabungkan kegiatan siklus 1 dan siklus 2 dalam penggunaan bimbingan klasikal yang dapat meningkatkan kemampuan pada pembelajaran seni rupa pada siswa Kelas VII.3 SMP Negeri 1 Tapa dalam tabel berikut ini:
10
Tabel 3
: Rekapan Tabel Kemampuan siswa pada pembelajaran seni rupa Siklus 1 dan siklus 2
ASPEK PENILAIAN Kemampuan Siswa untuk Mampu menyelesaikan tugas Pengamatan Penilaian merancang obyek seni sesuai obyek seni rupa rupa M KM TM M KM TM 3 2 1 3 2 1 Jumlah 13 6 3 14 3 5 Siklus 1
Siklus 2
Nilai Rata-rata Jumlah Nilai Rata-rata
59,09%
27,27%
13,64%
63,64%
13,64%
22,73%
19
2
1
18
4
-
86,36%
9,09%
4,55%
81,82%
18,18%
-
Berdasarkan tabel di atas kemampuan belajar siswa pada kegiatan siklus I dan II, dapat disimpulkan bahwa penggunaan bimbingan klasikal dapat meningkatkan kemampuan pada pembelajaran seni rupa pada siswa Kelas VII.3 SMP Negeri 1 Tapa Kabupaten Bone Bolango. Hal ini terlihat pada siklus I, bahwa kemampuan siswa hanya mencapai 72.73%. Setelah diadakan refleksi dan perbaikan pembelajaran pada siklus II, kemampuan siswa meningkat sebesar 87.5%. Dengan perbandingan siklus I ke siklus II mencapai 80% peningkatan kemampuan belajar siswa. Sehingga disimpulkan bahwa ”Dengan menggunakan bimbingan klasikal maka kemampuan pada pembelajaran seni rupa pada siswa Kelas VII.3 SMP Negeri 1 Tapa Kabupaten Bone Bolango meningkat”, dengan demikian hipotesis penelitian tindakan ini dapat diterima. Simpulan dan Saran Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan siklus I dan II, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: Pada siklus 1 Kemampuan Siswa untuk merancang obyek seni rupa sebanyak 13 orang (59.09%) dan Mampu menyelesaikan tugas sesuai obyek seni rupa, jumlah siswa yang memiliki kemampuan sebanyak 14 orang (63.64%). Pada kegiatan siklus 2 Kemampuan Siswa untuk merancang obyek seni rupa secara tepat sebanyak 19 11
orang (86.36%), kurang mampu sebanyak 2 orang (9.09%), dan yang tidak mampu sebanyak 1 orang (5.45%). Mampu menyelesaikan tugas sesuai obyek seni rupa, jumlah siswa yang memiliki kemampuan sebanyak 18 orang (81.82%), kurang mampu sebanyak 4 orang (18.18%), dan yang tidak mampu sebanyak 0 orang (0%). Penelitian menunjukkan kemampuan belajar siswa pada kegiatan siklus I dan II
penggunaan
bimbingan klasikal dapat
meningkatkan kemampuan pada
pembelajaran seni rupa pada siswa Kelas VII.3 SMP Negeri 1 Tapa Kabupaten Bone Bolango. Hal ini terlihat pada siklus I, bahwa kemampuan siswa hanya mencapai 72.73%. Setelah diadakan refleksi dan perbaikan pembelajaran pada siklus II, kemampuan siswa meningkat sebesar 87.5%. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas penulis memberikan saran-saran sebagai berikut: 1. Hendaknya seorang guru harus menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif, siswa diajak berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, karena dengan keaktifan siswa ini dapat meningkatkan kemampuan siswa tentang materi yang dipelajari. 2. Bagi guru hendaknya lebih mengarahkan pembelajaran melalui bimbingan tanpa melibatkan sistem hafalan kepada siswa serta mengoptimalkan sanksi pada siswa yang menyontek. 3. Bagi peneliti, dapat memperluas wawasan yang berkaitan dengan faktor penyebab siswa menyontek di sekolah sehingga menjadi acuan dalam meningkatkan peran prestasi sebagai guru dalam memajukan sekolah.
12
Daftar Pustaka Ali, Mohammad dan Mohammad Asrori. 2012. Psikologi Remaja; Perkembangan Peserta didik. Jakarta: Bumi Aksara. Aziz,
Abdul. 2012. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Melukis Dasar, Dengan Penerapan Metode Modifikasi Model Dan Pemberian Motivasi Yang Intens Pada Siswa Kelas Ix/A, Di Smp Negeri 1 Moyo Hulu, Sumbawa Tahun Pelajaran 2011 / 2012. Sumbawa: Sekretariat MGMP
Depdiknas. 2003. Kompetensi, Mata Pelajaran Karya Seni, Musik, Tari, untuk SMP dan MT, Jakarta: Depdiknas Depdiknas. 2007. Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta: Depdiknas. Fahmi, Muhammad Affan. 2012. Konsep Pembelajaran dan Peran Pendidikan Seni Rupa Terhadap Pembentukan Kepribadian Siswa. Gani, Abdul Ruslan. 2000. Diagnostik kesulitan belajar, remedial, dan. Bimbingan konseling: tidak diterbitkan. Nurihsan, Achmad Juntika. 2006. Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Belakang Kehidupan. Bandung: Refika Aditama. Nurihsan, Achmad Juntika. 2012. Strategi Layanan Bimbingan Konseling. Bandung: Refika Aditama Ridwan. 2012. Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Rosdakarya Sardiman A.M., 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Cet. I, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Sardiman A.M., 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Cet. I, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Slameto, 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta Soehardjo, A.J. 2005. Pendidikan Seni dari Konsep Sampai Program. Malang: Balai Kajian Seni dan Desain.
13
Subandi, Bandi. 2008. Model Pembelajaran Kritik dan Apresiasi Seni Rupa. Solo: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Suciati. 2005. PEKERTI. Mengajar di Perguruan Tinggi. Buku 1.07. Taksonomi Tujuan Instruksional. Jakarta: Pusat antar Universitas untuk peningkatan dan Pengembangan Aktivitas Instruksional Derektorat Jendral Pendidikan Tinggi Depdiknas. Sukmadinata, Nana Syaodih. 2009. Landasan Psikologis Proses Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya Usman, Moh. Uzer dan Lilis Setiawati, 2005. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar, Cet. II; Bandung: Remaja Rosdakarya Wingkel, Ws. & Hastuti, Sri. 2006. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yoyakarta: Media Abadi Armi,
Fahmi,
2010. Tujuan pembelajaran seni rupa, (Online) http://purplerude.blogspot.com/2010/05/tujuan-pembelajaran-seni-rupa.html diakses tanggal 24 Desember 2013. Affan.
2012.
Peran
Pendidikan
Seni
Rupa,
(Online)
http://pecintasenii.blogspot.com/2012/07/peran-pendidikan-seni-rupa.html diakses tanggal 23 November 2013)
14