1
2
MENGEMBANGKAN KREATIVITAS ANAK DENGAN MEMBUAT MEDIA BAHAN BEKAS DI KELOMPOK BTK PUNCAK HARAPAN 2 DESA DAENAA KECAMATAN LIMBOTO BARAT KABUPATEN GORONTALO
[email protected] Win R. Laiya, Rena L. Madina, Pupung Puspa Ardini ABSTRAK Masalah yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah “Apakah kreativitas anakdapat dikembangkan dengan membuat media bahan bekas di Kelompok B TK Puncak Harapan 2 Desa Daenaa Kecamatan Limboto Barat Kabupaten Gorontalo?”.Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan kreativitasanak dengan menggunakan media bahan bekas di Kelompok B Taman Kanak-kanak Puncak Harapan 2 Desa Daenaa Kecamatan Limboto Barat Kabupaten Gorontalo.Metode penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan prosedur penelitian terdiri dari: tahap persiapan, tahap pelaksanaan, tahap observasi dan evaluasi, tahap analisis dan refleksi. Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif persentase (%).Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perkembangankreativitas anak dalam membuat media bahan bekas di Kelompok B Taman Kanak-kanak Puncak Harapan 2 Desa Daenaa Kecamatan Limboto BaratKabupaten Gorontalo melalui penggunaan media bahan bekas.Hal ini dapat dibuktikan dari hasil observasi awal hanya 4anak atau20% yang senang membuat media dari bahan bekas.Kemudian pada pelaksanaan tindakan siklus I berkembang menjadi 12 anak atau 60%, dan pada siklus II berkembang sesuai dengan indikator kinerja yang diharapkan yakni menjadi 75% atau 15 anak yang senang membuat media dari bahan bekas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa menggunakan media bahan bekas kreativitas anak di Kelompok B Taman Kanak-kanak Puncak Harapan 2 berkembang.
Kata Kunci: Kreativitas, Media Bahan Bekas
Win R. Laiya, Mahasiswa pada Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini, Universitas Negeri Gorontalo. Dra. Hj. Rena L. Madina, M.Pd, Dosen pada Jurusan Bimbingan dan Konseling, Universitas Negeri Gorontalo. Pupung Puspa Ardini, S.Pd, M.Pd, Dosen pada Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini, Universitas Negeri Gorontalo
.
3
Masa kanak-kanak dibagi menjadi dua periode yang berbeda, yaitu awal dan akhir masa kanak-kanak. Periode awal berlangsung dari umur 2-6 tahun, dan periode akhir pada masa usia 6 sampai tiba saatnya anak matang secara seksual. Garis pemisah ini penting, khususnya digunakan untuk anak-anak yang sebelum mencapai wajib belajar diperlakukan sangat berbeda dari anak yang sudah masuk sekolah. Sedangkan para pendidik menyebut sebagai tahun-tahun awal masa kanak-kanak sebagai usia pra sekolah. (Haditono, 2004: 39) Mengacu pada teori Piaget, anak usia dini dapat dikatakan sebagai usia yang belum dapat dituntut untuk berpikir secara logis, yang ditandai dengan pemikiran sebagai berikut: (1). Berpikir secara konkrit, dimana anak belum dapat memahami atau memikirkan hal-hal yang bersifat abstrak (seperti cinta dan keadilan); (2). Realisme, yaitu kecenderungan yang kuat untuk menanggapi segala sesuatu sebagai hal yang riil atau nyata; (3). Egosentris, yaitu melihat segala sesuatu hanya dari sudut pandangnya sendiri dan tidak mudah menerima penjelasan dari sisi lain; (4). Kecenderungan untuk berpikir sederhana dan tidak mudah menerima sesuatu yang majemuk; (5). Animisme, yaitu kecenderungan untuk berpikir bahwa semua objek yang ada dilingkungannya memiliki kualitas kemanusiaan sebagaimana yang dimiliki anak; (6). Sentrasi, yaitu kecenderungan untuk mengkonsentrasikan dirinya pada satu aspek dari suatu situasi; (7). Anak usia dini dapat dikatakan memiliki imajinasi yang sangat kaya dan imajinasi ini yang sering dikatakan sebagai awal munculnya bibit kreativitas pada anak. (Setiawan, 2002:81) Dalam kenyataan sekarang ini sering dijumpai bahwa kreativitas anak tanpa disadari telah terpasung di tengah kesibukan orang tua.Namun kegiatan bermain bebas sering menjadi kunci pembuka bagi gudang-gudang bakat kreatif yang dimiliki setiap manusia.Bermain bagi anak berguna untuk menjelajahi dunianya, dan mengembangkan kompetensinya dalam usaha mengatasi dunianya dan mengembangkan kreativitas anak.Seperti mengembangkan setiap aspek perkembangan anak yakni pada aspek sosial emosional, kognitif, dan aspek fisik motorik.Semua aspek ini dapat dikembangkan melalui kreativitas anak.
4
Kreativitas anak sekarang ini khususnya pada anak usia dini masih banyak yang kurang mengerti tentang kemampuan mereka, kebanyakan orang tua hanya menginginkan anak untuk belajar menulis, dan membaca.Dengan bermain anak dapat menciptakan halhal baru yang belum pernah mereka temui di lingkungannya. Dengan begitu anak akan merasa nyaman apa yang telah mereka buat. Namun orang tua selalu melarang anak untuk melakukan hal-hal yang menurut mereka aneh. Orang tua ingin anaknya menjadi pintar namun mereka tidak sadari pintar itu bukan berarti sudah tahu membaca dan menulis, dari bermain itulah maka akan muncul kreativitas anak sehingga anak bisa dikatakan anak yang cerdas sudah bisa menciptakan sesuatu yangbaru. Hal ini terjadi jugapada anak kelompok B di Taman Kanak-kanak Puncak harapan 2 Kecamatan Limboto Barat masih sebagian anak yang belum bisa membuat mainan dari bahan bekas, seperti membuat telepon atau HP. Kreativitas anak dapat dikembangkan melalui bermain dengan cara membuat mainan dari bahan bekas yang bermanfaat untuk anak. Guru harus memiliki sikap profesional dalam mendidik dan membimbing anak dalam hal pengembangan kreativitas anak, agar anak usia dini mudah memahami terhadap pembelajaran yang kita berikan. Berdasarkan pengamatan awal yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 22 November 2012 di Taman Kanak-kanak Puncak Harapan 2 Desa Daenaa Kecamatan Limboto Barat Kabupaten Gorontalo bahwa sebagian besar anak yang belum bisa membuat media dari bahan bekas terhadap kreativitas untuk dapat menciptakan hal-hal yang baru, seperti rasa ingin tahu besar, senang melakukan eksperimen, dan mempunyai daya imajinasi tinggi. Bahan bekas disebut juga sebagai limbah adalah bahan sisa yang dihasilkan dari proses produksi, baik pabrik maupun rumah tangga. Bentuk limbah tersebut dapat berupa gas dan debu, cair atau padat.Namun hanya beberapa dari limbah ini yang dapat dijadikan sebagai bahan bermain untuk anak. Limbah-limbah tersebut dapat terbuat dari kertas, plastik, kaleng atau seng, besi atau alumunium, dan lain sebagainya. (Suratno, 2003:24). Penggunaan media bahan bekas kepada anak dalam penelitian ini adalah untuk mengembangkan kreativitas anak.Anak-anak dapat membuat mainan dari bahan bekas tanpa mengharapkan mainan yang sudah jadi dan harus dibeli dengan uang. Dengan
5
begitu, anak akan terbiasa menggunakan barang-barang bekas yang masih bisa didaur ulang menjadi suatu mainan sederhana dan menarik serta mudah didapat. Kenyataan dilapangan bahwa pembelajaran mengenai pembuatan mainan dari bahan bekas masih kurang dilakukan di Taman Kanak-kanak Puncak Harapan 2 Desa Daenaa Kecamatan Limboto Barat Kabupaten Gorontalo, karena anak-anak lebih banyak bermain dengan permainan yang sudah jadi. Apalagi sekarang ini, sekolah PAUD baik Taman Kanakkanak maupun Kelompok Bermain sering mendapatkan dana bantuan sepertialat permainan edukatif yang sudah jadi, sehingga guru-guru tidak perlu menciptakan mainan dari bahan bekas. Jadi anak-anak juga tidak terbiasa membuat mainan sendiri. Hal ini dapat dilihat dengan keadaan anak di sekolah mengenai pembelajaran, mereka paling banyak melakukan kegiatan menggambar, mewarnai dan mencocok, sehingga dalam menciptakan hal-hal yang baru anak-anak belum bisa melakukannya dengan baik seperti bereksperimen sendiri dengan bahan bekas. Untuk dapat memberikan pembelajaran yang menarik dan tidak membosankan bagi anak, maka digunakan media bahan bekas untuk mengembangkan kreativitas anak.Alasan memilih media ini adalah untuk mengembangkan kreativitas anak dalam hal bereksperimen dan menciptakan ideide yang menarik yang belum pernah anak-anak dapatkan. Atas dasar permasalahan tersebut, memotivasi peneliti untuk mengkaji lebih lanjut melalui suatu penelitian yang berjudul: “Mengembangkan kreativitas Anak dengan membuat media bahan bekas di Kelompok BTK Puncak Harapan 2 Desa Daenaa Kecamatan Limboto Barat Kabupaten Gorontalo”.Berdasarkan rumusan masalah di atas adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan kreativitas anak dengan membuat media bahan bekas di Kelompok BTK Puncak Harapan 2 Desa Daenaa Kecamatan Limboto Barat Kabupaten Gorontalo. 1. Pengertian Kreativitas Menurut Mulyati, 2009:24 bahwa “Kreativitas pada dasarnya merupakan kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru dan menerapkannya dalam pemecahan masalah”.Menurut Jauhary, (2010:17) bahwa kreativitas merupakan kemampuan untuk mencipta atau berkreasi. Kreativitas sering dianggap terdiri dari 2
6
unsur, yang pertama adalah kefasihan yang ditunjukkan oleh kemampuan untuk menghasikan sejumlah besar gagasan pemecahan masalah secara lancer dan tepat. Kreativitas kedua adalah keluwesan yang pada umumnya mengacu pada kemampuan untuk menemukan gagasan yang berbeda-beda dan luar biasa untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi, baik masalah itu berat maupun ringan.Oleh karena itu, kreativitas lebih tepat didefinisikan sebagai suatu pengalaman untuk mengungkapkan dan mengaktualisasikan identitas individu seseorang secara terpadu dalam hubungan eratnya dengan diri sendiri, orang lain, maupun dengan alam. (Jauhary, 2010:18) Kreativitas adalah suatu proses upaya manusia atau bangsa untuk membangun dirinya dalam berbagai aspek kehidupannya. Tujuan pembangunandiri itu ialah untuk menikmati kualitas kehidupan yang semakin baik (Basuki,2005:78). Sedangkan menurut Jawwad (2002:49), kreativitas adalah memunculkansesuatu yang baru tanpa ada contoh sebelumnya. MenurutPramesti (2007:25) menjelaskan kreativitas merupakan kemampuan seseorang menghasilkan gagasan baru berupa kegiatan atau sintesis pemikiran yang mempunyai maksud dan tujuan yang ditentukan, bukan fantasi semata.Krativitas hanya dimiliki oleh orang yang kreatif.Hal ini dikarenakan hanya orang yang kreatiflah yang mempunyai ide gagasan yang kreatif dan original. Orang akan menjadi kreatif apabila distimulasi sejak dini sehingga menjadi anak yang kreatif.Anak dikatakan kreatif apabila mampu menghasilkan produk secara kreatif serta tidak tergantung dengan orang lain. 2. Ciri-Ciri Kreativitas Anak Menurut Munandar (2009:51) ciri kreativitas dapat dibedakan dalam ciri kognitif dan ciri non kognitif.Pemaduan ciri kognitif dan ciri afektif dalam pengembangan kreativitas dimaksudkan agar kreativitas yang dimiliki individu itu dapat terwujud secara nyata.Pengembangan kreativitas individu tidak hanya membutuhkan ketrampilan untuk berpikir kreatif saja, tetapi juga memerlukan pengembangan pembentukan sikap, perasaan dan kepribadian yang mencerminkan kreativitas.(Munandar, 2009:51).
7
3. Hakikat Bahan Bekas Pengertian Bahan bekas menurut Suratno (2003:24) disebut juga sebagai limbah adalah bahan sisa yang dihasilkan dari proses produksi, baik pabrik maupun rumah tangga. Bentuk limbah tersebut dapat berupa gas dan debu, cair atau padat.Namun hanya beberapa dari limbah ini yang dapat dijadikan sebagai bahan bermain untuk anak. Limbah-limbah tersebut dapat terbuat dari kertas, plastik, kaleng atau seng, besi atau alumunium, dan lain sebagainya. Media bahan bekas adalah segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai sarana atau peralatan untuk bermain yang mengandung nilai edukatif (pendidikan), dan dapat mengembangkan seluruh kemampuan anak. (Berk, 2006:71) Menurut Martuti, (2008: 34) bahwa permainan dari bahan bekas adalah alat permainan yang mudah dibuat menjadi mainan dalam mengembangkan kreativitas anak sehingga memberikan kesempatan kepada anak untuk mencoba dan melatih daya fantasinya. Alat dan bahan yang dipilih sebagai alat pengembangan kreativitas bukan sekedar bagus namun merupakan suatu latihan yang bermakna bagi anak.Adapun mainan yang dibuat dari bahan bekas adalah rumah-rumahan, mobil, pistol, telepon, HP, boneka dan masih banyak lagi yang dapat mengasah kemampuan anak. Menurut Smaldino (2010:71) pembuatan alat permainan dari bahan bekas yang baik mampu mengembangkan totalitas kepribadian anak, bukan karena kebagusannya, tetapi aspek kreativitasnya, sehingga mampu menjadi sarana bermain yang aktif, menarik, menyenangkan dan bermanfaat. Cara yang tepat dalam pembuatan media bahan bekas adalah disesuaikan dengan usia dan minat anak; Mudah dibuat, dipergunakan; Menarik untuk anak,misalnya warna cerah, bentuk dan ukuran; Disesuaikan dengan kondisi setempat; Murah artinya biaya dengan sedikit mungkin; Meningkatkan minat anak untuk bersikap baik untuk dirinya, orang lain maupun Lingkungan; Tidak membahayakan anak, misalnya tidak menggunakan pewarna yang berbahaya, tidak memiliki sudut yang runcing, Bahan yang dipilih cukup kokoh jika dibanting-banting oleh anak.(NEST, 2007:126)
8
Media bahan bekas sangat berpengaruh terhadap kesenangan anak untuk bermain, maka penampilannya harus menarik.Seperti dalam pembuatan alat permainan dari bahan bekas. Anak akan merasa senang dan lebih kreatif bila mereka dapat membuatnya sendiri sesuai dengan imajinasinya. Karena itu, pembuatan alat permainan untuk anak menuntut kesabaran, rasa estetika, dan keterampilan si pembuat. (Sudono, 2006:71) Membuat media dari bahan bekas yakni pembuatan Puzzle.Bahan yang diperlukan adalah Kardus bekas agak tebal, di gunting dengan ukuran 20 x 30 cm, membuat pola gambar cerita atau bentuk tertentu, dan pisau cutter. Cara membuat: buatlah gambar yang diinginkan diatas potongan karton, potong gambar tersebut dengan menggunakan pisau atau cutter dari bagian tengah(jumlah potongan sesuaikan dengan usia anak), maka jadilah sebuah puzzle yang bisa menarik untuk anak-anak. (Lowenfeld, 2006:52) 4. Tahapan Kreativitas Anak Usia 5-6 Tahun Aspek-aspek Perkembangan Kreativitasyang berkaitan dengan kognitif pada Anak Usia 5-6 tahun menurut Piaget, (2002:44) adalah sebagai berikut.. a) Berpikir Simbolis yaitu kemampuan untuk berpkir tentang objek dan peristiwa walaupun objek tidak hadir secara fisik (nyata) di hadapan anak. b) Berpikir Egosentris yaitu anak berpikir tentang benar dan tidak benar. Oleh sebab itu, anak belum dapat meletakkan cara pandangnya di sudut pandang orang lain. c) Berpikir Intuitif yaitu kemampuan untuk menciptakan sesuatu, seperti menggambar atau menyusun balok. 5. Mengembangkan Kreativitas Dengan Media Bahan Bekas Setiap orang menginginkan untuk menjadi kreatif, dan setiap orang pada dasarnya memiliki potensi untuk keratif, hanya saja permasalahannya sejauh mana potensi tersebut dapat diasah pada diri manusia sehingga mereka dapat menghasilkan karya dan gagasan yang spektakuler dengan idenya yang “lain daripada yang lain”. Untuk megasah kreativitas maka dapat dimulai sejak anak usia dini. Tentunya sebagai orangtua yang ingin anaknya kreatif maka harus memahami bagaimana mengembangkan dan meningkatkan kreativitas pada anak melalui media bahan bekas. Dalam hal ini, maka
9
pendidik yangberperan penting dalam mengetahui faktor apa saja yang mendukung berkembangnya kreativitas anak dan aktivitas apa saja yang dapat meningkatkan kreativitas anak dalam menggunakan bahan bekas. (Rahmawati, 2005: 15) METODE PENELITIAN Metode ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas.Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah Anak kelompok B di TK Puncak Harapan 2 Desa Daenaa Kecamatan Limboto Barat Kabupaten Gorontalo.Sekolah ini memiliki ruang guru dan ruang belajar.Jumlah anak 20 orang yang terdiri dari 10 anak laki-laki dan 10 anak perempuan.Latar belakang ekonomi orang tua berbeda-beda tetapi mereka paling banyak bekerja sebagai petani. Dengan menggunakan prosedur melalui tahap persiapan, tahap pelaksanaan tindakan, Siklus I Pertemuan I Tema : Alat Kominikasi Subtema : Telepon Kegiatan Awal: Guru menjelaskan tema yang akan diajarkan dengan subtema HP atau telepon. Dengan menjelaskan macam-macam alat komunikasi contohnya HP atau telepon. Kegiatan Inti: Selesai kegiatan pembukaan, guru masuk pada kegiatan inti yaitu kegiatan cara membuat HP atau telepon dari bahan bekas. Tetapi sebelumnya, guru memperkenalkan terlebih dahulu bahan-bahan yang akan digunakan dalam membuat mainan HP atau telepon dari bahan bekas. Pada saat kegiatan membuat mainan, guru harus selalu mendampingi anak-anak dan membantu anak dalam menggunakan gunting atau cutter. Kegiatan Akhir: Guru memberikan pujian kepada anak yang sudah bisa membuat mainan dari bahan bekas dan memberikan penguatan kepada anak yang belum bisa, dengan memperlihatkan hasil karya anak secara satu persatu. Kemudian guru memberikan arahan dan bimbingan kepada anak sehingga dapat melakukannya dengan benar.
10
Siklus I Pertemuan II Tema : Alat Komunikasi Subtema : Telepon Kegiatan Awal: Guru menjelaskan tema yang akan diajarkan dengan subtema HP atau telepon setelah itu guru menjelaskan macam-macam alat komunikasi apa saja yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Tetapi sebelum itu, anak-anak berdoa seperti kebiasaan sebelum pembelajaran dimulai. Kegiatan Inti: Selesai kegiatan pembukaan, guru masuk pada kegiatan inti yaitu kegiatan membuat mainan dari bahan bekas seperti membuat HP atau telepon. Setelah itu anak diminta untuk menambahkan pernak-pernik pada mainannya yang dibuat agar terlihat indah dan menarik sesuai imajinasi anak.Setelah membuat mainan, anak-anak mengatur dan membersihkan peralatan yang telah digunakan. Kegiatan Akhir: Anak-anak masuk didalam kelas, kemudian memperlihatkan hasil karya anak-anak yang sudah dibuat dan ditanyakan satu persatu kepada anak hasil karya siapa yang telah dibuat pada saat kegiatan inti. Setelah itu, guru memberikan pujian kepada anak yang sudah mampu membuat mainan dari bahan bekas dan yang belum mampu diberi penguatan agar anak tidak akan merasa dikucilkan. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Proses belajar anak TK lebih ditekankan pada berbuat daripada mendengarkan ceramah, maka mengajar anak usia TK lebih diutamakan dengan pemberian bahan dan aktivitas yang sedemikian rupa sehingga anak belajar dari pengalamannya sendiri dan membuat kesimpulan dengan pikirannya sendiri. Dalam hal ini penggunaan media bahan bekas untuk meningkatkan kreativitas anak, dimana anak mendapat kesempatan untuk memenuhi rasa ingin tahunya yang besar yaitu dengan melakukan pengamatan terhadap objek secara langsung, sehingga mendorong anak untuk belajar membuat kesimpulan
11
sederhana dari hasil pengamatannya tersebut, dan bisa mempraktekkannya untuk melatih kemampuan anak untuk menciptakan hal-hal yang baru. Pemberian tindakan dari siklus I dan siklus II memberikan deskripsi bahwa terdapatnya kekurangan atau kelemahan yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung. Namun, kekurangan-kekurangan tersebut dapat diatasi pada pelaksanaan tindakan pada siklus-siklus berikutnya. Dari pelaksanaaan tindakan yang kemudian dilakukan refleksi terhadap proses pembelajaran, dapat dideskripsikan terdapatnya peningkatan kualitas pembelajaran kreativitas anak Kelompok B. Dari segi proses pembelajaran media bahan bekas dapat menentukan kreativitas anak untuk menciptakan hal-hal baru. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai suatu alternatif dalam melaksanakan proses pembelajaran mengenai kreativitas anak yang efektif dan menarik yang membuat anak lebih aktif serta menghapus persepsi anak mengenai pembelajaran yang pada awalnya membosankan menjadi pembelajaranyang menyenangkan. Apalagi bagi guru yang memiliki kemampuan yang lebih kreatif dalam membuat model-model pembelajaran yang lebih banyak.Ia dapat menyalurkan kemampuannya tersebut dan memanfaatkan fasilitas yang tersedia diluar sekolah dalam upaya meningkatkan kinerja sebagai seorang pendidik yang profesional dan inovatif. Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan, kegiatan pembelajaran dengan menggunakan media bahan bekas dapat mengembangkan kreativitas pada anak Kelompok B TK Puncak Harapan 2.Hasil pengamatan siklus I sampai siklus II mengalami perkembangan. SIMPULAN DAN SARAN Dari pelaksanaan tindakan yang dilakukan sebanyak dua siklus terjadi perkembangan kreativitas anak sesuai dengan indikator kinerja. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan membuat media bahan bekaskreativitas anak kelompok B TK Puncak Harapan 2 Daenaa berkembang. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil observasi awal berjumlah 4 anak atau 20% dari 20 anak yang senang. Kemudian pada pelaksanaan tindakan siklus I berkembang menjadi 12 anak atau 60% anak, dan pada siklus II
12
berkembang sesuai dengan indikator kinerja yang diharapkan yakni menjadi 75% atau 15 anak yang senang membuat media dari bahan bekas. Hasil ini berarti dari hipotesis tindakan dalam penelitian ini “jika Anak membuat media bahan bekas dapat mengembangkan kreativitas pada Anak kelompok B TK Puncak Harapan 2 Desa Daenaa Kecamatan Limboto Barat Kabupaten Gorontalo dapat diterima”. Berdasarkan simpulan yang telah dikemukakan, maka peneliti menyarankan halhal sebaga berikut. 1.
Bagi TK, kiranya dapat terus mengembangkan kreativitas anak yang lebih kompleks lagi dengan memanfaatkan bahan-bahan bekas sebagai sumber belajar untuk menjadi inspirasi baru bagi anak didik.
2.
Bagi Anak, dalam berkreativitas bukan hanya di sekolah namun dapat dikembangkan di rumah serta dapat menciptakan berbagai media dari bahan-bahan bekas.
3.
Bagi guru, dalam melakukan proses pembelajaran dengan memanfaatkan bahanbahan bekas yang bisa didaur ulang harus diikuti oleh bimbingan yang intens dari guru dalam melatih kreativitas anak, kemampuan berpikir logis, dan meningkatkan rasa ingin tahu dan kemampuan anak dalam berimajinasi.
4.
Bagi peneliti lanjut, mengingat pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini, baru dilaksanakan dalam 2 (dua) siklus, peneliti/guru lain diharapkan dapat melanjutkan ke siklus berikutnya untuk temuan yang lebih signifikan.
13
DAFTAR PUSTAKA Martuti, A. 2008.Mengelola PAUD dengan Aneka Permainan Meraih Kecerdasan Majemuk. Yogyakarta: Kreasi Wacana.
Mulyati. 2009. Kreativitas Anak Usia Dini. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Piaget. 2002. Metode Pengembangan Kognitif. Jakarta: Erlangga.
Pramesti,Dian. 2007. Peningkatan Aktivitas dan Kreativitas Anak dalam Belajar. Surakarta: Tidak diterbitkan. Munandar,Utami. 2009. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Karya. Rachmawati,Yeni. 2005. Strategi Pengembangan Kreativitas Anak Pada Usia Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Departemen Pedidikan Nasional.
Suratno. 2003. Manfaat Bahan Bekas. Jakarta: Ghalia Indonesia.