MENINGKATKAN KECERDASAN INTERPERSONAL ANAK MELALUI METODE SOSIODRAMA DI KELOMPOK BERMAIN BIRULWALIDAYINI 23 JANUARI DESA BOLUDAWA KECAMATAN SUWAWA KABUPATEN BONE BOLANGO
[email protected]
Meiko Laily, Haris Mahmud, Pupung Puspa Ardini
ABSTRAK Permasalahan yang peneliti angkat dalam penelitian ini apakah kecerdasan interpersonal pada anak di Kelompok Bermain Birulwalidayini 23 Januari Desa Boludawa Kecamatan Suwawa Kabupaten Bone Bolango dapat ditingkatkan melalui metode sosiodrama? Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kecerdasan interpersonal pada anak di Kelompok Bermain Birulwalidayini 23 Januari Desa Boludawa Kecamatan Suwawa Kabupaten Bone Bolango dapat ditingkatkan melalui metode sosiodrama.Untuk mendapatkan jawaban terhadap permasalahan di atas, peneliti melakukan penelitian tindakan kelas pada anak Kelompok Bermain Birulwalidayini 23 Januari Desa Boludawa Kecamatan Suwawa Kabupaten Bone Bolango yang jumlah siswanya 20 orang, yang terdiri dari laki-laki 12 orang dan perempuan 8 orang, dengan sistem pembahasan dalam bentuk dua siklus. Kekurangan atau ketidaktuntasan pada siklus I dibahas pada siklus II. Dari hasil penelitian yang dilaksanakan dalam dua siklus tersebut terlihat bahwa kecerdasan interpersonal di Kelompok Bermain Birulwalidayini 23 Januari Desa Boludawa Kecamatan Suwawa Kabupaten Bone Bolango dapat ditingkatkan melalui metode sosiodrama. Peningkatan tersebut dicapai secara bertahap yaitu; pada observasi awal, hanya 40 % atau 8 orang anak yang memiliki yakni kecerdasan interpersonal yang diharapkan, pada siklus I terjadi peningkatan manjadi 60 % atau 12 orang anak yang memiliki yakni kecerdasan interpersonal yang diharapkan, dan pada siklus II mencapai 85 % atau 17 orang anak yang memiliki yakni kecerdasan interpersonal yang diharapkan. Dengan demikian,anak yang belum dapat memperlihatkan yakni kecerdasan interpersonal yang diharapkan hingga akhir penelitian ini sebanyak 3 orang. Kata Kunci: Kecerdasan Interpersonal, Metode Sosiodrama.
Meiko Laily, Mahasiswa pada Jurusan PAUD Universitas Negeri Gorontalo.Drs. H. Haris Mahmud, S.Pd, M.Si, Dosen pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Negeri Gorontalo. Pupung Puspa Ardini, S.Pd,M.Pd, Dosen pada Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini, Universitas Negeri Gorontalo
Kecerdasan emosional yang dapatmelahirkankecerdasan interpersonal akan tumbuh dan berkembang secara maksimal jika diberi rangsangan oleh orang-orang orang yang ada di sekitarnya (lingkungan tempat tinggal anak). Hal ini beralasan oleh karena, kecerdasan interpersonal sendiri mengandung arti kemampuan untuk mengamati dan mengerti perasaan
orang lain. Kecerdasan ini juga mampu untuk masuk kedalamdiri orang lain, mengertidunia orang lain, mengertipandangan, sikap orang lain dan umumnya dapat memimpin kelompok. Dengan kecerdasan interpersonal yang tinggi maka komunikasi antar pribadi akan terjalin dengan baik sehingga nanti akan memberikan pengaruh
positif pula pada aspek
perkembangan dan potensi kecerdasan lain pada diri anak tersebut juga pada anak lainnya. (Tridhonanto, 2009:12) Pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), kecerdasan interpersonal merupakan salah satu aspek penting untuk terus ditingkatkan dalam rangka memberikan peletakan dasar kearah pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan lainnya. Sebab dengan meningkatnya peningkatan kecerdasan interpersonal sejak dini, maka akan memberi pengaruh terbentuknya kecerdasan intelektual dan spritual pada usia selanjutnya. Hasil observasi awal peneliti di lapangan, bahwadari 20 orang anak Kelompok B, Kelompok Bermain PAUD BirulWalidayani 23 Januari Desa Boludawa Kecamatan Suwawa, ternyata hanya 8 orang anak (40%) yang memiliki kecerdasan interpersonal yang baik. Anak-anak tersebut mampu berinisiatif melakukan interaksi dan berkomunikasi secara lancer dengan teman-temannya. Sebaliknya, terdapat 12 orang anak (60%) yang kurang baik kecerdasan interpersonalnya sehingga tidak mampu berinteraksi dan berkomunikasi secara lancer dengan orang lain. Bahkan untuk berbicara dengan guru atau bermain dengan temannya di sekolah, mereka tidak memiliki kemampuan dan keberanian yang maksimal. Demikian halnya ketika diminta bercerita pengalamannya sehari-hari di rumah, anak-anak ini relatif diam tanpa dapat melakukan apa yang diperintahkan oleh guru. Belum meningkatnya kecerdasan interpersonal anak perlu dicarikan pemecahan sedinimungkin. Hal ini karena rendahnya kecerdasan interpersonal di waktu usia dini bisa berdampak kurang baik dalam perkembangannya pada saat dewasa nanti. Dalam meningkatkan kecerdasan interpersonal pada anak usia dini, banyak metode yang dapat digunakan oleh guru. Namun demikian, dari sekian banyaknya metode pembelajaran tersebut tidak semuanya efektif dan relevan dengan upaya meningkatkan kecerdasan interpersonal secara keseluruhan.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi rendahnya kecerdasan interpersonal anak Kelompok Bermain PAUD BirulWalidayani 23 Januari Desa Boludawa Kecamatan Suwawa adalah dengan memilih metode pembelajaran yang relevan. Metode pembelajaran dimaksud antara lain adalah metode sosiodrama. Metode
sosiodrama
adalah
suatu
model
pembelajaran
dengan
cara
mendramatisasikan tingkah laku dalam hubungannya dengan masalah sosial, dengan tujuan anak dapat menghayati dan menghargai perasaan orang lain, berbagi tanggung jawab, mengambil keputusan dalam stuasi kelompok secara spontan dan merangsang anak untuk berpikir dan memecahkan masalah. (Bahri, 2008:100). Dengan menggunakan metode sosiodrama, maka anak dapat mendramatisasikan tingkahlaku, atau ungkapan gerak gerik wajah seseorang dalam hubungan sosial antara manusia. Dengan sosiodrama, anak bisa berperan atau memainkan peranan dalam mendramatisasikan masalah sosial/psikologis itu, (Roestiyah, 2008:90). Kegiatan sosiodrama sangat penting dilakukan untuk mengasah kemampuan mengingat dan bereksplorasi dengan dunia hayal anak-anak. Selain melatih sistem motorik anak, aktivitas sosiodrama juga membuat anak menjadi lebih terlatih untuk mengenal lingkungan sekitar, serta anak akan dibiasakan untuk menghilangkan perbedaan dan sekat antara proses pelatihan saat bermain dengan realita sebenarnya, (Mayke, 2001:15). Dengan demikian, kegiatan sosiodrama sangat membantu guru untuk dapat mengevaluasi tingkat kecerdasan interpersonal anak. Sebab dalam metode sosiodrama anak meniru ucapan dan gerakan dari orang lain. Sehingga dengan bentuk peniruan tersebut, maka secara otomatis anak akan memiliki motivasi untuk memahami, meniru ucapan, dan memperagakan hal-hal tertentu dengan orang lain, dan secara bertahap kecerdasan interpersonal anak akan mengalami peningkatan. Dengan adanya anak melakukan aktivitas pada metode sosiodrama, maka diyakini kecerdasan interpersonal anak akan meningkat. Atas dasar itulah kemudian peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian dengan judul: “Meningkatkan Kecerdasan Interpersonal Melalui Metode Sosiodrama di Kelompok Bermain Birulwalidayini 23 Januari Desa Boludawa Kecamatan Suwawa Kabupaten Bone Bolango. Berdasarkan permasalahan di atas peneliti berharap penelitian ini dapat memenuhi tujuan penelitian yaitu untuk meningkatkan kecerdasan interpersonal pada anak di Kelompok Bermain Birulwalidayini 23 Januari Desa Boludawa Kecamatan Suwawa Kabupaten Bone Bolango dapat ditingkatkan melalui metode sosiodrama.
1. Pengertian Kecerdasan Interpersonal Kecerdasan interpersonal atau bisa dikatakan juga sebagai kecerdasan sosial, diartikan sebagai kemampuan dan keterampilan seseorang dalam menciptakan relasi, membangun relasi dan mempertahankan relasi sosialnya sehingga kedua belah pihak berada dalam situasi menang-menang atau menguntungkan. Inteligensi Interpersonal adalah kemampuan untuk mengerti dan menjadi peka terhadap perasaan, motivasi, watak, temperament orang lain. Kepekaan akan ekspresi wajah, suara. Isyarat dari orang lain juga masuk dalam inteligensi ini. Kecerdasan interpersonal ini juga sering disebut sebagai kecerdasan sosial, selain kemampuan
menjalin persahabatan yang akrab dengan teman, juga mencakup kemampuan seperti memimpin, mengorganisir, menangani perselisihan antar teman, memperoleh simpati dari orang lain, dan sebagainya. Orang yang memiliki kecerdasan interpersonal yang rendah dapat memunculkan konflik sosial, Sullivan (dalam Chaplin, 2000:257). Kecerdasan interpersonal juga dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang berlangsung antar
dua pribadi, mencirikan proses-proses yang timbul sebagai suatu hasil dari interaksi individu dengan individu lainnya. Kecerdasan interpersonal menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka terhadap perasaan orang lain. Mereka cenderung untuk memahami dan berinteraksi dengan orang lain sehingga mudah bersosialisasi dengan lingkungan di sekelilingnya.Dari beberapa pendapat yang telah disebutkan, maka penulis menyimpulkan, bahwa kecerdasan interpersonal merupakan kemampuan seseorang untuk menunjukkan pribadi yang ramah, santun, merasa iba jika melihat orang lain dalam kesusahan, turut bahagia dan tidak merasa iri disaat orang lain merasa bahagia, suka menolong dan memiliki kesadaran bahwa semua manusia samasama ciptaan Allah SWT dimana setiap individu memiliki kekurangan dan kelebihan yang berbeda sehingga harus ada kerjasama dan saling ketergantungan satu sama lain yang akhirnya dapat menciptakan kehidupan yang damai dengan melihat hal-hal penting lainnya menyangkut kecerdasan interpersonal. 2. Dimensi Kecerdasan Interpersonal Kecerdasan interpersonal mempunyai tiga dimensi utama, di mana ketiga dimensi tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh serta ketiganya saling mengisi satu sama lainnya,Anderson interpersonal :
(dalam
Safaria,
2009:24).Berikut
ini
tiga
dimensi
kecerdasan
a) Sensitivitas Sosial
(Social Sensitivity ).Sensitivitas sosial adalah kemampuan
seseorang untuk merasakan dan mengamati reaksi-reaksi atau perubahan orang lain yang ditunjukkannya baik secara verbal maupun non verbal. Anak yang memiliki sensivitas yang tinggi akan mudah memahami dan menyadari adanya reaksi-reaksi tertentu dari orang lain, entah reaksi tersebut positif ataupun negatif. Indikator dari sensivitas sosial ini adalah sikap empati, sikap prososial. b) Social Insight Kemampuan seseorang untuk memahami dan mencari pemecahan masalah yang efektif dalam satu interaksi sosial, sehingga masalah-masalah tersebut tidak menghambat apalagi menghancurkan relasi sosial yang telah di bangun. Di dalamnya juga terdapat kemampuan dalam memahami situasi sosial dan etika sosial sehingga anak mampu menyesuaikan dirinya dengan situasi tersebut.Fondasi dasar dari social insight
ini adalah berkembangnya kesadaran diri anak secara baik.
Kesadaran diri yang berkembang ini akan membuat anak mampu memahami keadaan dirinya baik keadaan internal maupun eksternal seperti menyadari emosiemosinya yang sedang muncul, atau menyadari penampilan cara berpakaiannya sendiri, cara berbicaranya dan intonasi suaranya.Iindikator dari sosial insight yaitu Kesadaran diri, Pemahaman situasi sosial dan etika sosial, Keterampilan pemecahan masalah. c) Social CommunicationPenguasaan keterampilan komunikasi sosial merupakan kemampuan individu untuk menggunakan proses komunikasi dalam menjalin dan membangun hubungan interpersonal yang sehat. Dalam proses menciptakan, membangun dan mempertahankan relasi sosial, maka seseorang membutuhkan sarananya. Tentu saja sarana yang digunakan adalah melalui proses komunikasi, yang mencakup baik komunikasi verbal, non verbal maupun komunikasi melalui penampilan fisik. Keterampilan komunikasi yang yang harus dikuasai adalah keterampilan mendengarkan efektif, keterampilan berbicara efektif, keterampilan public speaking dan keterampilan menulis secara efektif.Salah satu keterampilan komunikasi adalah keterampilan mendengar-kan. Mendengarkan membutuhkan perhatian dan sikap empati, sehingga orang merasa dimengerti dan dihargai 3. Pengertian Metode Sosiodrama Kata sosiodrama berasal dari dua kata, yakni sosio dan drama. Sosio berasal dari kata sosial, sedangkan drama ialah metode mengajar yang dalam pelaksanaannya anak mendapat tugas dari guru untuk mendramatisasikan situasi sosial yang mengandung suatu problem (Sudjana,
2010:28). Istilah sosiodrama berasal dari kata sosio dan drama. sosio berarti sosial, sedangkan kata drama adalah suatu kejadian atau peristiwa dalam kehidupan manusia yang mengandung problem/konflik kejiwaan, pergolakan, clash atau benturan antara dua orang atau lebih Sosiodarama adalah suatu drama yang menarik yang berdasarkan suatu cerita yang menggambarkan sesuatu atau isu berkonflik, mengandung konflik sosial, (Tabrani, 2009:13). Metode sosiodrama dapat diartikan pula cara mengajar yang memberi kesempatan pada anak untuk melakukan kegiatan memainkan peran tertentu, seperti yang terdapat dalam kehidupan masyarakat sosial. Metode sosiodrama untuk peningkatan kecerdasan interpersonal di lembaga PAUD adalah suatu cara mengajar melalui sebuah permainan yang melibatkan anak didik untuk dapat berperan dan dapat berhubungan antara peran satu dengan yang lainnya, dalam suatu situasi, (Joeslina, 2009:87) Metode sosiodrama sangat baik digunakan untuk memecahkan masalah-masalah sosial, halhal yang menyangkut hubungan antara manusia sperti sikap rendah diri, kenakalan anak, ketidakmandirian, sikap manja dan lain sebagainya. (Sanjaya, 2006:158).Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat ditarik benang merah bahwa, metode sosiodrama merupakan suatu metode pembelajaran dimana siswanya dapat memainkan suatu peranan dari prilaku sesorang dalam suatu peristiwa masalah-masalah sosial yang sedang terjadi dimasyarakat dalam membentuk manusia secara individu dan kolektif. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Menggunakan Variabel Penelitian yaitu Variabel Input, Variabel Proses danVariabel Output. 1.
Variabel input: menyangkut karakteristik siswa, guru pelaksana tindakan, bahan ajar yang akan diajarkan, sumber belajar yang digunakan, prosedur evaluasi, lingkungan pembelajaran, serta alat-alat pendukung lainnya.
2.
Variabel proses: menyangkut proses pelaksanaan tindakan yang telah direncanakan, dalam hal ini pelaksanaan metode sosiodrama yang digunakan guru dalam hubungannya dengan peningkatan kecerdasan interpersonal, gaya guru membimbing siswa, implementasi metode sosiodrama, reinforcement, dan kegiatan bercerita lainnya yang mengarah pada peningkatan kecerdasan interpersonal anak.
3.
Variabel Output: berupa meningkatnya kecerdasan interpersonal anak dengan indikator; 1) mampu berempati dengan orang lain atau mampu memahami orang lain, 2) mampu memahami komunikasi verbal maupun non verbal atau dengan kata lain sensitive
terhadap
perubahan sosialnya,
3) mampu
memecahkan
masalah yang terjadi dalam relasi sosialnya dengan pendekatan win-win solution serta yang paling penting adalah mencegah munculnya masalah dalam relasi sosialnya, (Brown, 2008:97) Untuk mencapai obyektivitas hasil dalam penelitian ini, maka peneliti melakukan persiapan-persiapan sebagai berikut : a) Melakukan observasi awal terhadap obyek penelitian; b) Berkonsultasi dengan dosen pembimbing; c) Mengadakan pertemuan dengan guru mitra untuk bekerja sama dalam pelaksanaan kegiatan penelitian agar dapat berjalan lancar; d) Mendiskusikan rencana kegiatan dengan guru mitra tentang kegiatan yang akan dilakukan; e) Pengkajian masalah sekaligus pembuatan skenario bimbingan dan pembuatan instrument-instrumen yang dibutuhkan; f) Mempersipakan alat-alat dan perlengkapan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan bimbingan, serta fasilitas lain seperti alat perekam dan alat penguat (reinforcer). SIKLUS I Pelaksanaan tindakan siklus ini dilaksanakan berlangsung selama satu kali pertemuan, yakni pada hari Selasa 8 Oktober 2013 di ruangan kelas kelompok B Kelompok Bermain PAUD Birul Walidayini 23 Januari Desa Boludawa Kecamatan Suwawa. Sesuai dengan skenario pembelajaran pada siklus ini pembelajaran dilakukan oleh peneliti, sekaligus melakukan observasi terhadap proses pembelajaran dan wawancara kepada beberapa anak kelompok B Kelompok Bermain PAUD Birul Walidayini 23 Januari Desa
Boludawa
Kecamatan
Suwawa
setelah
pembelajaran
berakhir.
Dalam tahap ini peneliti bertindak sebagai pemimpin jalannya kegiatan pembelajaran, sedangkan guru hanya bertindak sebagai partisipan pasif yang membantu peneliti mengamati kegiatan pembelajaran.
SIKLUS II Pada hari Sabtu, tanggal 12 Oktober 2013, peneliti bersama pengelola/ penyelenggara PAUD dan guru pendamping mengadakan diskusi. Dalam kesempatan kali ini, peneliti menyampaikan analaisis hasil observasi terhadap kecerdasan interpersonal anak kelompok B, Kelompok Bermain PAUD Birul Walidayini 23 Januari Desa Boludawa Kecamatan Suwawa yang dilakukan pada siklus I. Peneliti menyampaikan segala kelebihan dan kekurangan selama berlangsungnya proses pembelajaran dengan menggunakan metode sosiodrama untuk meningkatkan kecerdasan interpersonal anak pada siklus I. Kegiatan persiapan tindakan siklus II dilaksanakan pada hari Sabtu , 12 Oktober 2013 di kelompok B, Kelompok Bermain PAUD Birul Walidayini 23 Januari Desa Boludawa Kecamatan Suwawa. Peneliti bersama pimpinan PAUD dan guru kelas mendiskusikan rencana tindakan yang akan dilakukan dalam proses penelitian ini. Kemudian disepakati bahwa pelaksanaan tindakan pada siklus II akan dilaksanakan selama dua kali pertemuan, yakni pada hari Selasa, 15 Oktober 2013. Berdasarkan kajian teoritis, maka tindakan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut; Jika guru menggunakan metode sosiodrama dalam pembelajaran, maka kecerdasan interpersonal anak Kelompok Bermain Birulwalidayini 23 Januari Desa Boludawa Kecamatan Suwawa Kabupaten Bone Bolango akan meningkat. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus dilaksanakan dalam empat tahap, yakni: 1) tahap perencanaan, 2) tahap pelaksanaan tindakan, 3) tahap pemantauan dan evaluasi, serta 4) tahap analisis dan refleksi. Berdasarkan tindakan-tindakan tersebut, peneliti berhasil meningkatkan kecerdasan interpersonal melalui metode sosiodrama. Peneliti mampu mengefektifkan metode sosiodrama dengan drama singkat yang dilakukan langsung oleh anak dengan peran sebagai pedagang dan pembeli dipasar tradisional dan ditoko pakaian sehingga kecerdasan interpersonal anak dapat ditingkatkan degan baik diiikuti dengan meningkatnya kualitas proses dan hasil pembelajaran. Selain itu, penelitian ini juga bermanfaat menciptakan situasi yang memungkinkan anak untuk selalu melakukan hal-hal yang kecerdasan
interpersonal
yang
baik
dengan
kegiatan
berkaitan dengan
sosiodrama
yang
sangat
menyenangkan. Oleh karena itu sebaiknya metode ini dilakukan secara sistematis dalam pembelajaran meningkatkan kecerdasan interpersonal anak di Kelompok Bermain Birulwalidayini 23 Januari Desa Boludawa Kecamatan Suwawa Kabupaten Bone Bolango.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh gambaran bahwa telah terjadi peningkatan kecerdasan interpersonal anak Kelompok Bermain Birulwalidayini 23 Januari Desa boludawa Kecamatan Suwawa Kabupaten Bone Bolango mulai dari hasil observasi awal sebagai pijakan penilaian sebelum dilakukan metode sosiodrama, kemudian sestelah dilakukan tindakan terjadi peningkatan pada akhir siklus I melalui metode sosiodrama, demikian seterusnya, dilakukan lagi tindakan siklus II sehingga pada akhir siklus tersebut menunjukkan peningkatan yang sangat berarti. Peningkatan kecerdasan interpersonal dapat dilihat observasi awal, hanya 40 % atau 8 orang anak yang memiliki yakni kecerdasan interpersonal yang diharapkan, pada siklus I terjadi peningkatan menjadi 60 % atau 12 orang anak yang memiliki yakni kecerdasan interpersonal yang diharapkan, dan pada siklus II mencapai 85 % atau 17 orang anak yang memiliki yakni kecerdasan interpersonal yang diharapkan. Dengan demikian, anak yang belum dapat memperlihatkan yakni kecerdasan interpersonal yang diharapkan hingga akhir penelitian ini sebanyak 3 orang. Hal ini membuktikan bahwa hipotesis tindakan penelitian yang dirumuskan sebelumnya yaitu “Jika menggunakan metode sosiodrama maka kecerdasan interpersonal anak Kelompok Bermain Birulwalidayini 23 Januari Desa Boludawa Kecamatan Suwawa Kabupaten Bone Bolango”, dapat diterima dan dibuktikan kebenarannya. Rekomendasi diberikan kepada guru agar lebih memperhatikan dan mempersiapkan kegiatan sosiodrama sebelum pelaksanaan, ketika pelaksanaan sosiodrama guru perlu lebih bersabar karena setiap anak memiliki perekembangan, pertumbuhan dan tingkat kecerdasan yang berbeda dan setiap anak memiliki jangka waktu tersendiri dalam menguasai suatu kemampuan serta agar guru tidak pernah bosan untuk memberikan dukungan/motivasi kepada anak, dan saat memberikan penilaian peningkatan kelenturan tubuh anak sebaiknya guru memiliki format penilaian khusus untuk menilai kecerdasan interpersonal masingmasing anak. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan hasil penelitian ini secara singkat yakni kecerdasan interpersonal di Kelompok Bermain Birulwalidayini 23 Januari Desa Boludawa Kecamatan Suwawa Kabupaten Bone Bolango dapat ditingkatkan melalui metode sosiodrama. Peningkatan tersebut dicapai secara bertahap yaitu; pada observasi awal, hanya 40 % atau 8 orang anak yang memiliki yakni kecerdasan interpersonal yang diharapkan, pada siklus I terjadi peningkatan manjadi 60 % atau 12 orang anak yang memiliki yakni kecerdasan
interpersonal yang diharapkan, dan pada siklus II mencapai 85 % atau 17 orang anak yang memiliki yakni kecerdasan interpersonal yang diharapkan. Dengan demikian, anak yang belum dapat memperlihatkan yakni kecerdasan interpersonal yang diharapkan hingga akhir penelitian ini sebanyak 3 orang. Saran Berkaitan dengan simpulan di atas, maka peneliti dapat mengajukan saran-saran sebagai berikut: a) Bagi Anak; hendaknya secara aktif mengikuti kegiatan pembelajaran, agar kemampuan bercerita dapat berkembang secara maksimal yang pada askirnya potensi lainnya pun akan berkembangan dan mengalami peningkatan secara sempurna. b) Bagi guru, diharapkan dapat mengoptimalkan penggunaan metode sosiodrama pada kegiatan pembelajaran dalam rangka meningkatkan kecerdasan interpersonal. c) Bagi seluruh peneliti, diharapkan hasil penelitian ini dapat diterapkan di PAUD lainnya. Namun tentu saja dalam penerapannya harus diikuti oleh penyesuaian dan modifikasi seperlunya sesuai dengan konteks anak ataupun sekolah masing-masing. DAFTAR PUSTAKA Bahri, Syaiful, 2009. Cara Mengembangkan Berbagai Komponen Kecerdasan, Yogyakarta, Indeks Brown, 2008. Sosial Intelligence, Jakarta, Gramedia Chaplin, 2000. Genius Learning Strategy. Jakarta : Gramedia Depdiknas, 2007. Didaktik Metodik d Taman Kanak-kanak. Jakarta: Citra Pendidikan Indonesia Erikson, Erik, 2007. The Psycology of Learning and Instruction, Educational Psychology, New Delhi, Prantice, Hall Of India Private Limited. Gardner, Howard, 2009. Multiple Intellegences: The Theory in Practice A Reader, New York: Basic Books Husain, Abd. Kadir, 2003. Panduan Pelaksanaan Bimbingan Kelompok dengan Teknik Bermain Peran bagi Guru Sekolah Dasar, Gorontalo: IKIP Negeri Gorontalo. Husniah, Nur Aqlia. 2011.Penerapan Metode Sosiodrama,Jakarta:Rosydakarya Joeslina, 2009. Building the Learning Organization, New York: Mc Graw Hill Kostelnik, Wairen dan Stein, 2008. Anak Ayo Bermain Peran,
www.geocities.com/ blokanak 06 /kompas.
Ramayulis, 2008. Desain Insruksional, Jakarta: Bina Ilmu. Safaria, 2009. Interpersonal Intelligence. Yogyakarta : Amara Books Sudjana, Nana, 2010. Metodologi Pengajaran, Jakarta: Amissco. Tabrani, 2009. Menumbuhkan Kemandirian Anak, Kreativitas dan Konsep Diri yang Sehat Anak Usia Dini; Sebuah Tinjauan, Yogyakarta: UII Tedjasaputra, Mayke S. 2001. Bermain dan Permainan. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Tridhonanto, Al. dkk, 2009. Melejitkan Kecerdasan Emosi (EQ) Buah Hati, Jakarta: Alex Media Komputindo Vygotsky, 2011. Belajar Sambil Bermain, Model Ideal Pembelajaran. http/www..balipost.co.id/balipost. Waluyo, 2010, Quantum Learning, Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan, Bandung: Kaifa.Effendy (2006: 6) (http://gozaligunadarma.blogspot.com). Diakses pada hari selasa, tanggal, 11 Juni 2013, pukul 09.00 (http://rubriksma3majene.blogspot.com/2011/08). Diakses pada hari selasa, tanggal, 11 Juni 2013, pukul 10.30 (http://id.shvoong.com). Diakses pada hari selasa, tanggal, 11 Juni 2013, pukul 09.45 http://pompom-scholl.tripod.com/Belajar Sejak Usia Dini.htm. Diakses pada hari Kamis, tanggal,
13 Juni 2013, pukul 09.00 http://www.republika.co.id/Bermain Peran. Diakses pada hari Kamis, tanggal, 13 Juni 2013, pukul 10.10