言葉ジャーナル(Jurnal Kotoba) Vol. 3 2016
RELASI GRAMATIKAL OBLIK DALAM KLAUSA BAHASA JEPANG Ni Made Wiriani Program Studi Sastra Jepang Universitas Udayana Abstract This paper discusses the grammatical relations of oblique in Japanese clause. The purpose is to determine the structure of oblique in the Japanese clause. Oblique concept used in this paper is the oblique concept according to the Relational Grammar theory by Blake (1994:203) states oblique in current linguistics has been used to refer to all cases of non-core. In relational grammar distinction is made between the core relations (subject, direct object and indirect object) and oblique relation (semantic relationships such as, locative and instrumental). The analytical method used, namely distributional method, which is oblique as the research object is determinant element. The technique used is the changing form that is the change in the form of one or several concerned lingual units(Mahsun, 2007).The result shows the distribution of the clause Japanese oblique position at the beginning of clause (front of the subject) and in middle of clause (behind the subject / before verb). There are ten types of oblique in Japanese clause. After being tested, from ten type oblique in Japanese shows that the oblique status gets advancement experience into the core relationships, that is subject relation through passivation. Advancement to this subject relation is found in a clause containing purpose oblique. Advancement of purpose oblique are in the verbs with two argument, i.e. verb nigiraseru 'to hand'. Keywords: grammatical relation, argument oblique, oblique type Pendahuluan Kajian mengenai keintian argumen oblik telah dilakukan (lihat Arka, 2000,2003,2006;), Tetapi, penelitian tentang oblik masih jarang dilakukan. Padahal penelitian mengenai khususnya relasi gramatikal oblik sangat penting dilakukan, karena dapat mengetahui jenis-jenis dan perilaku oblik tiap-tiap bahasa di dunia ini. Karakter setiap bahasa di dunia ini berbeda-beda. Perilaku oblik pun tergantung pada struktur profil bahasa tersebut (Dixon, 2010:38-39). Secara lintas bahasa, dalam suatu klausa verba yang berfungsi sebagai predikat dikatakan sebagai pusat dari klausa. Verba menggambarkan keadaan yang tercermin dari argumen-argumen yang merupakan unsur penting yang menyertainya. Verba memiliki ciri semantis tertentu secara leksikal yang menentukan beberapa hal, seperti, valensi verba, peran dari argumen (satu atau lebih), dan sifat-sifat lain dari argumen khususnya persona (bila pronominal) dan bentuknya yang bebas atau terikat, jumlah, jenis, dan terutama kasus. Predikat menentukan jumlah dan jenis argumen yang dapat atau harus muncul dalam lingkungannya. Selain jumlah |1
言葉ジャーナル(Jurnal Kotoba) Vol. 3 2016
argumen, semantis verba juga menyebabkan status sebuah argumen, apakah berperan sebagai pelaku, pengalam, atau penerima, dan argumen-argumen tersebut dapat berkategori nomina, ajektiva, adverbial, pronominal, adposisi dan sebagainya (Verhaar, 2008:161-238;Sportiche dkk, 2014:87-101; Chaer:208-275). Dengan begitu, dapat diketahui pula bagaimana tipologi bahasa tersebut. Oleh sebab itu, penelitian mengenai perilaku oblik perlu dikaji secara lebih mendalam. Oblik dalam bahasa Jepang juga telah banyak dikaji (lihat Sells, 2000;Horie, 2008;Fukuda, 2012). Akan tetapi, kajian mereka lebih banyak mengenai sistem pemarkahan saja, yaitu pemarkahan untuk membedakan argumen inti dan argumen oblik. Horie (2000) mengkaji perbedaan antara argumen inti-oblik dan pemilihan pembenda dalam bahasa Jepang dan Korea. Horie menemukan bahwa perbedaan argumen inti dan oblik dalam bahasa Jepang tidak terwujud secara struktur gramatikal, tetapi ditandai oleh penanda partikel. Misalnya, untuk kasus inti umumnya ditandai oleh partikel wa, ga, dan o. Akan tetapi, oblik biasanya ditandai oleh partikel selain itu, misalnya, de, ni, to, kara, made dan sebagainya. Penelitian Horie hanya mengkaji perbedaan argumen inti dan noninti dari pilihan pemarkah yang dipakai. Penelitian lainnya adalah Sell (2008) yang mengkaji penanda oblik pada argumen inti dalam bahasa Korea dan Jepang. Sell menemukan kasus penanda oblik pada argumen inti. Jadi, dalam argumen inti terdapat partikel penanda oblik. Sell menyebut hal ini dengan ‘subjek oblik’. Penelitian Sell juga membahas pemarkahan untuk menentukan apakah suatu argumen tersebut merupakan argumen inti atau noninti. Selanjutnya dalam hal keakusatifan oblik, Fukuda (2012) meneliti alternasi akusatif oblik dalam bahasa Jepang dan hipotesis keakusatifannya. Fukuda menegaskan alternasi verba variable-behavior dari akusatif oblik merupakan bukti dalam mendukung hipotesis sintaksis akusatif jika satu analisis struktur akusatif sebagai sebuah struktur takergatif/transitif dan struktur oblik sebagai sebuah struktur takakusatif. Alternasi verba akusatif oblik menunjukkan struktur properti dari takakusatif. Hasil kajian tersebut di atas memberikan cukup informasi. Akan tetapi, ada beberapa hal yang belum terjawab, misalnya mengenai relasi gramatikal oblik dalam klausa bahasa Jepang yang masih belum tersentuh. Berbeda dengan ketiga penelitian di atas, penelitian ini mengkaji relasi gramatikal oblik dalam klausa bahasa Jepang. Analisis relasi gramatikal oblik dalam klausa bahasa Jepang ini pilih, karena dapat mengungkapkan bagaimana perilaku oblik dalam bahasa Jepang. Hal ini memiliki nilai yang sangat penting untuk mengetahui perilaku oblik setiap bahasa di dunia. Secara lebih khusus, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis oblik, bagaimana relasi gramatikal oblik dalam bahasa Jepang, serta bagaimana distribusinya dalam klausa menurut Teori Relational Grammar. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan langsung kepada para perancang materi serta perancang program pendidikan bahasa, terutama bahasa Jepang dalam pengajaran linguistik khususnya sintaksis bahasa Jepang. Metode Penelitian Penelitian ini adalah penelitian primer. Sumber data merupakan data tertulis yang diambil dari buku Minna No Nihongo karya Ogawa dkk, penerbit PT. Pustaka Lintas Budaya tahun 2002, serta novel dan buku nonfiksi. Instrumen penelitian adalah peneliti sendiri. Selain itu, juga digunakan alat-alat tulis berupa |2
言葉ジャーナル(Jurnal Kotoba) Vol. 3 2016
pulpen, buku catatan, serta komputer. Instrumen tersebut digunakan untuk menandai dan mencatat data-data yang terdapat dalam sumber data. Metode pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode kepustakaan, yaitu mengumpulkan data dengan membaca buku-buku yang relevan untuk membantu di dalam menyelesaikan dan melengkapi data. Menyimak penggunaan klausa yang mengandung oblik dalam sumber data baik primer yang telah ditentukan. Teknik yang digunakan, yaitu teknik catat (Mahsun, 2007:92-95). Metode yang digunakan dalam menganalisis data adalah metode distribusional, dalam hal ini oblik merupakan alat penentu unsur bahasa dalam bahasa yang diteliti. Teknik yang digunakan adalah teknik ubah wujud, yaitu berubahnya wujud salah satu atau beberapa satuan lingual yang bersangkutan. Misalnya, mengubah klausa yang mengandung oblik ke bentuk pasif. Melalui teknik ubah wujud, fungsi dan peran suatu argumen akan mengalami perubahan sehingga menyebabkan perubahan fungsi gramatikal. Penyajian hasil analisis data dengan metode formal dan informal, yaitu menjelaskan data kata-kata biasa dan juga menggunakan lambang-lambang seperti tanda asteris (*) yang menyatakan bahwa suatu klausa tidak gramatikal (Mahsun, 2007:123-124). Pembahasan Konstituen klausa yang menyangkut relasi gramatikal sesuai dengan konsep Teori Tata Bahasa Relasional adalah subjek (S), objek langsung (OL), dan objek tak langsung (OTL) yang bersifat sintaktis murni. Di samping itu, juga menyangkut relasi gramatikal yang bersifat semantik yang disebut relasi oblik (OBL). Konsep oblik menurut Teori Tata Bahasa Relasional adalah semua konstituen yang diikuti oleh preposisi. Bab ini membahas relasi gramatikal oblik dalam klausa bahasa Jepang untuk mencari apakah relasi oblik sebagai argumen noninti (nonterm) dapat menjadi argumen inti (term). Oblik dalam klausa bahasa Jepang terdiri dari oblik tujuan, oblik instrumental, oblik pelaku, oblik jumlah, oblik penyerta, oblik sumber, oblik lokatif, oblik arah, oblik waktu dan oblik cara. Berikut ini relasi gramatikal kesepuluh oblik dalam klausa bahasa Jepang. 1. Relasi Gramatikal Oblik Instrumental (Alat) Oblik instrumental merupakan oblik yang menyatakan alat yang dipakai untuk melakukan sesuatu. Alat atau instrumen digolongkan ke dalam peran argumen noninti yang merupakan argumen yang berwujud entitas yang tidak bernyawa digunakan oleh agen untuk melakukan suatu tindakan yang diungkapkan oleh verba. Dalam bahasa Jepang dimarkahi oleh posposisi de. 1. a. 次郎 は真夏 に、 顔全体 を包帯 で巻き立てている Jiro は manatsu ni, kaozentai o houtai de makitateteiru, Jiro pertghn msm panas pada, seluruh wajah perban dengan melilit S(1) OBL OL(2) OBL P ‘Jiro melilit seluruh wajahnya dengan perban pada musim panas’. (Jiro Monogatari:375)
|3
言葉ジャーナル(Jurnal Kotoba) Vol. 3 2016
b.*真夏に、 顔全体 は次郎に包帯 で巻き立てられている。 Manatsu ni, kaozentai wa Jiro ni houtai de makitaterareteiru. pertghn msm panas pada, seluruh wajahJiro oleh perban dengan dililitiPSF OBL S(1) CHO OBL P ‘Pada pertengahan musim panas, seluruh wajah Jiro dililiti dengan perban’. c. *真夏に、 包帯 は 次郎に 顔全体 に Manatsu ni, houtai wa Jiro ni kaozentai ni Pertghn msm panas pada, perban Jiro oleh seluruh wajah pada OBL S(1) CHO OBL 巻き立てられている。 makitaterareteiru dililiti-PSF P ‘Pada pertengahan musim panas perban dililitkan ke seluruh wajah Jiro’. Argumen-argumen pada klausa awal 1a mengalami perubahan struktur melalui pemasifan sebagai berikut. Subjek 次郎 (Jiro=nama orang) pada klausa 1a mengalami demosi menjadi cho (konstituen menganggur) pada klausa 1b dan 1c. Objek 顔全体 (kaozentai) ‘seluruh wajah’ pada 1a mengalami pemajuan ke posisi subjek pada klausa 1b dan menjadi cho pada klausa 1b. Sementara, oblik instrumental 包帯で (houtai de) ‘dengan perban’ pada klausa 1a tetap menjadi argumen oblik pada klausa 1b dan menjadi subjek pada klausa 1c. Akan tetapi, struktur klausa pasif 1b dan 1c tidak berterima, karena subjek kedua klausa adalah benda mati. Subjek pada kalimat pasif bahasa Jepang biasanya benda bernyawa yang mendapat pengaruh secara langsung. Jadi, klausa 1b dan 1c tidak gramatikal. 2. Relasi Gramatikal Oblik Lokatif Oblik lokatif adalah oblik yang berkaitan dengan tempat berlakunya suatu perbuatan atau yang mengacu pada tempat. Dalam bahasa Jepang oblik lokatif diikuti oleh pemarkah に (ni) ‘di’, で (de) ‘di’, dan まで (made) ‘sampai’. Posposisi に (ni) menyatakan keberadaan suatu benda, sedangkan posposisi で (de) menyatakan suatu aktivitas yang dilakukan. Berikut contohnya. 2. a. 家族 は ニューヨーク に います。 Kazoku wa nyu-yo-ku ni imasu. Keluarga New York di ada S(1) OBL P ‘Keluarga saya ada di New York’. (Minna No Nihongo I:68) b*. ニューヨークは 家族 に いられます。 Nyu-yo-ku wa kazoku ni iraremasu. New York keluarga oleh diadakan S(1) CHO P ‘New York diadakan oleh keluarga saya’. |4
言葉ジャーナル(Jurnal Kotoba) Vol. 3 2016
Oblik lokatif pada klausa 2a tidak dapat dijadikan bentuk pasif, karena verba tersebut termasuk verba keadaan (statif) yang menyatakan suatu entitas yang berada dalam keadaan atau kondisi tertentu. Jika dipasifkan, klausa menjadi tidak gramatikal seperti klausa 2b. 3. a 山田さん は 駅 で 新聞 を買います。 Yamadasan wa eki de shinbun o kaimasu. Nama stasiun di koran membeli. S(1) OBL OL(2) P ‘Yamada akan membeli koran di stasiun’.(Minna No Nihongo Shokyu I: 46) b.*新聞 は 山田さん に 駅 で を買われます。 Shinbun wa Yamada ni eki de o kawaremasu. Koran nama oleh stasiun di membeli. S(1) CHO OBL P ‘Koran dibeli di Stasiun oleh Yamada’.(Minna No Nihongo Shokyu I: 46) Setelah dipasifkan, relasi gramatikal klausa di atas sebagai berikut. Subjek 山田さん(Yamadasan=nama orang) pada klausa 3a mengalami demosi menjadi konstituen penganggur (cho) pada klausa 3b. Oblik lokasi 駅で(eki de) ‘di stasiun’ pada klausa 3a tetap menjadi oblik pada klausa 3b. Objek langsung 新 聞 (shinbun) ‘koran’ pada klausa 3a mengalami pemajuan ke posisi subjek pada klausa 3b. Akan tetapi, klausa 3b tidak gramatikal, karena dalam aturan pasif bahasa Jepang benda mati tidak dapat dijadikan subjek. 4. a.家族 の 人 が 駅 まで 迎え に 来て くれました。 Kazoku no hito ga eki made mukae ni kite kuremashita. Keluarga orang stasiun sampai jemput untuk datang memberikan-LAMP S(1) OBL P ‘Keluarga datang menjemput sampai stasiun’. (Minna No Nihongo Shokyu II: 154) b.* 家族 の 人 に 駅 まで 迎え に 来て もらいました。 Kazoku no hito ni eki made mukae ni kite moraimashita. Keluarga orang stasiun sampai jemput untuk datang memberikan-LAMP CHO OBL P ‘Dijemput oleh keluarga sampai stasiun’. (Minna No Nihongo Shokyu II: 154) Klausa 4a merupakan klausa beri-terima dalam bahasa Jepang. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa jika kita menerima sesuatu dari orang lain, berarti orang lain memberi sesuatu pada kita. Model klausa seperti di atas tidak dapat dipasifkan. Seandainya dapat dipasifkan, tetap saja klausa menjadi tidak gramatikal, karena 駅 (eki) ‘stasiun’ yang merupakan benda mati tidak dapat dijadikan subjek klausa pasif.
|5
言葉ジャーナル(Jurnal Kotoba) Vol. 3 2016
3. Relasi Gramatikal Oblik Pelaku Oblik pelaku (agen) adalah oblik yang melakukan perbuatan. Biasanya oblik pelaku berupa makhluk hidup. Selain itu, oblik pelaku dimarkahi oleh posposisi ni. 5. 父 に 死なれた。 Chichi ni shinareta. Ayah oleh ditinggal matii- PSF+LAMP OBL P ‘Ditinggal mati oleh ayah’. (Minna No Nihongo Tebiki II:120) 6.
私 は 男 の 人 に 足 を 踏まれました。 Watashi wa otoko no hito ni ashi o nusumareta. Saya laki-laki orang oleh kaki diinjak-PSF+LAMP S(1) OBL OL(2) P ‘Kaki saya diinjak oleh laki-laki’. (Minna No Nihongo Tebiki II:120)
Menurut Blake (1990), pelaku atau agen pada klausa pasif merupakan oblik pelaku, seperti klausa 5 dan 6 di atas. Kedua klausa di atas pada strata awal dalam bentuk pasif. Klausa pasif adalah klausa turunan atau derivasi dari klausa aktif. Sesuai dengan hukum oblik, oblik harus hadir dalam klausa strata awal (kalimat aktif). Dengan demikian, klausa 5 dan 6 tidak memenuhi syarat menurut teori yang dipakai dalam penelitian ini. 4. Relasi Gramatikal Oblik Tujuan Oblik tujuan/sasaran merupakan oblik yang menyatakan tujuan. Peran argumen tujuan lebih cenderung sebagai argumen tidak bernyawa. Umumnya oblik tujuan menggunakan pemarkah ni dan e. 7. a. ついに、 さとる は ゴール に 駆けこんだ。 Tsui ni, Satoru wa go-ru ni kakekonda. Akhirnya, Satoru garis finish ke memburu-LAMP ADV S(1) OBL P ‘Akhirnya, Satoru memburu garis finis’. (Nonfikushon Meisakusen:69) b.*ついに、ゴール は さとる によって 駆けこまれた。 Tsui ni, go-ru wa Satoru ni yotte kakekomareta=PSF+LAMP Akihirnya gol nama orang dikejar ADV S(1) CHO P ‘Akhirnya Gol diburu oleh Satoru’. Dalam bentuk pasif subjek さとる (Satoru=nama orang) pada klausa 7a mengalami pemunduran argumen menjadi konstituen cho pada 7b. Relasi oblik sasaran ゴールに (go-ru ni) ‘gol/finis’ mengalami pemajuan ke posisi subjek seperti klausa 7b. Akan tetapi, klausa 7b tidak gramatikal, karena subjeknya benda mati. Dalam pasif bahasa Jepang yang menerima atau merasakan pengaruh adalah benda hidup. Jadi, klausa pasif 7b tidak berterima.
|6
言葉ジャーナル(Jurnal Kotoba) Vol. 3 2016
8. a. お民 は 少し ばかり の 駄菓子 を 次郎 の 手 に 握らせた。 Otami wa sukoshi bakari no dagashi o Jiro no te ni nigiraseta. Otami sedikit hanya kue Jiro tangan ke menggenggamkanLAMP S(1) OL(2) OBL P ‘Otami menggenggamkan sedikit kue ke tangan Jiro’. (Jirou Monogatari:49) b. *少し ばかり駄菓子 はお民 によって次郎の 手 に 握らされた。 Sukoshi bakari dagashi wa otami ni yotte Jiro no te ni nigiraseta. Sedikit hanya kue nama nama tangan ke menaruh-LAMP S(1) CHO OBL P ‘Hanya sedikit kue digenggamkan ke tangan Jiro oleh Otami’. c. 次郎 は お民 に少し ばかりの駄菓子 を手 に 握らされた。 Jiro wa otami ni sukoshi bakari no dagashi o te ni nigirasareta. Nama nama sedikit hanya kue tangan ke ditaruh S(1) CHO OL(2) OBL P ‘Jiro digenggami sedikit kue ke tangannya oleh Otami’. Relasi gramatikal klausa di atas, yaitu subjek お民 (Otami=nama orang) pada 8a menjadi relasi penganggur (cho) pada klausa pasif 8b dan 8c. Relasi objek 少しばかりの駄菓子 (sukoshi bakari no dagashi) ‘hanya sedikit kue’ maju menjadi subjek pada 8b dan tetap menjadi relasi objek pada 8c. Relasi oblik tujuan 次郎の手に (Jiro no te ni) ‘ke tangan Jiro’ pada klausa 8a tetap menjadi relasi oblik pada 8b dan maju ke posisi subjek pada 8c. Akan tetapi, klausa 8b tidak gramatikal, karena subjeknya benda mati. Relasi oblik 次郎の手に (Jiro no te ni) ‘ke tangan Jiro’ merupakan frasa nomina posesif. Secara struktur unsur yang mempunyai makna posesif terpisah, tetapi secara semantik frasa yang mempunyai makna posesif tidak terpisah. Menurut Iori (dalam Darlina, 2006) relasi oblik 次 郎の手に harus dipisahkan antara pemilik dan termilik. Meskipun dipisahkan, relasi oblik 次郎の手に (Jiro no te ni) ‘ke tangan Jiro’ pada klausa 8c tetap menjadi subjek dan tetap mengandung makna Jiro no te ‘ tangan Jiro’. Representasi relasi gramatikal pada klausa di atas dapat dilihat melalui diagram di bawah ini. Diagram 7 C1 Obl P
P nigiraseru
2 1 Otami
cho
C2 1
2 sukoshi bakari no dagashi Jiro
te
|7
言葉ジャーナル(Jurnal Kotoba) Vol. 3 2016
Diagram di atas menunjukkan bahwa subjek お民 (Otami=nama orang) pada strata 1 (C1) mengalami pemunduran menjadi relasi cho pada strata 2 (C2). Relasi objek 少しばかりの駄菓子(sukoshi bakari no dagashi) ‘hanya sedikit kue’ pada C1 tetap menjadi relasi objek pada C2. Relasi oblik 次郎の手に (Jiro no te ni) ‘ke tangan Jiro’ pada C1 mengalami peningkatan status menjadi subjek (relasi 1) pada strata 2 (C2). 9. a. 私 は 日本 へ 行きます。 Watashi wa nihon e ikimasu. Saya Jepang ke pergi-SKR S(1) OBL P ‘Saya pergi ke Jepang’. (Minna No Nihongo I:10) b.* 日本 は 私 に 行かれます。 Watashi wa nihon ni ikaremasu. Jepang saya ke pergi-SKR S(1) CHO P ‘Jepang dipergii oleh saya’. Subjek 私 (watashi) ‘saya’ pada klausa 9a mengalami pemunduran argumen menjadi konstituen cho pada 9b. Relasi oblik tujuan 日本 へ (nihon e) ‘ke Jepang’ mengalami pemajuan ke posisi subjek seperti klausa 9b. Akan tetapi, klausa 9b tidak gramatikal, karena subjeknya benda mati. Selain itu, klausa 9b memiliki makna yang tidak logis. 5. Relasi Gramatikal Oblik Sumber Oblik sumber merupakan oblik tempat asal suatu benda. Dalam bahasa Jepang oblik sumber dimarkahi oleh posposisi から(kara) dan で(de). 10. a. 私 は アメリカ から 参りました。 Watashi wa Amerika kara mairimashita. Saya Amerika dari berasal-LAMP S(1) OBL P ‘Saya berasal dari Amerika’. (Minna No Nihongo II:202) b.* アメリカ は 私 に 参られます。 Amerika wa watashi ni mairaremashita. Amerika saya oleh berasal-LAMP S(1) CHO P ‘Amerika diasali oleh saya’. 11. * ビールは 麦 から 造られます。 Bi-ru wa mugi kara tsukuraremasu. Bir gandum dari terbuat-PSF+SKR S(1) OBL P ‘Bir terbuat dari gandum’.(Minna No Nihongo II:94) 12. *7つ の 果物 で 作られたん ですよ。 Nanatsu no kudamono de tsukuraretan desu yo. Tujuh buah dari terbuat-LAMP+KOP OBL P ‘Tujuh buah-buahan dibuat oleh jus ini lo’. |8
言葉ジャーナル(Jurnal Kotoba) Vol. 3 2016
Oblik sumber pada klausa 10a tidak dapat dijadikan bentuk pasif, karena verba tersebut merupakan verba keadaan. Jika dipasifkan, klausa menjadi tidak gramatikal, seperti klausa 10b yang maknanya terasa janggal. Verba pada klausa 11 dan 12 dalam bentuk pasif. Teori Relasional menyatakan bahwa oblik harus hadir pada strata awal. Strata awal di sini maksudnya klausa aktif. Jadi, klausa 11 dan 12 merupakan turunan dari klausa aktif. Jadi, kedua klausa tersebut tidak sesuai dengan kaidah atau tidak memenuhi syarat dalam teori Tata Bahasa Relasional. 6. Relasi Gramatikal Oblik Jumlah Oblik jumlah merupakan oblik yang menyatakan jumlah. Dalam bahasa Jepang dimarkahi oleh posposisi で (de). 13. a. この 鳥 は 一人 で 生活します。 K ono tori wa hitori de seikatsu shimasu. Ini burung sendiri hidup-SKR S(1) OBL P ‘Burung ini hidup sendiri’. (Chokai Tasuku 25:58) b*. 一人 は この 鳥 に 生活 されます。 Hitori wa kono tori ni sekatsu saremasu. Sendiri ini burung oleh dihidupi-SKR S(1) OBL P ‘Sendiri dihidupi oleh burung ini’. Subjek こ の 鳥 (kono tori) ‘burung ini’ pada klausa 13a menjadi konstituen menganggur (cho) dalam klausa pasif 13b. Kemudian, konstituen oblik cara 一人で (hitori de) ‘sendiri’ di atas dimajukan ke posisi subjek. Kriteria subjek dalam struktur pasif bahasa Jepang biasanya diisi oleh nomina yang berupa benda hidup. Jadi, pemajuan oblik cara ke posisi subjek menyebabkan klausa menjadi tidak berterima, seperti klausa 13b. 7. Relasi Gramatikal Oblik Penyerta Oblik penyerta merupakan peran yang bersangkutan dengan benda yang mengikuti pelaku. Dalam bahasa Jepang oblik penyerta dimarkahi oleh posposisi と(to) dan に(ni). 14. a. 山田さん は 恋人 と 会いました。 Yamadasan wa koibito to aimashita Nama kekasih dengan bertemu-LAMP. S(1) OBL P ‘Yamada bertemu dengan kekasihnya’. (Minna No Nihongo I:15) b.* 恋人 は 山田さん に 会われました。 Koibito wa Yamadasan ni aimashita Kekasih Yamada oleh ditemuiPSF+LAMP. S(1) CHO P ‘Kekasih ditemui oleh Yamada’. |9
言葉ジャーナル(Jurnal Kotoba) Vol. 3 2016
Melalui pemasifan, relasi gramatikal klausa di atas sebagai berikut. Subjek 山 田さん (Yamadasan=nama orang) pada klausa 14a mengalami pemunduran status menjadi relasi menganggur (cho) pada klausa 14b. Relasi oblik penyerta 恋 人と(koibito to) ‘dengan kekasih’ pada klausa 14a maju ke posisi subjek, seperti klausa 14b. Pola klausa 14a tidak dapat dijadikan pasif seperti 14b. Biasanya suatu klausa aktif yang dijadikan pasif mempunyai makna yang sama. Sebaliknya, pada klausa 14b seolah-olah itu bukan kekasih Yamadasan, melainkan watashi no koibito ‘kekasih saya’. Jadi, klausa 14b tidak gramatikal. 8. Relasi Gramatikal Oblik Arah Oblik arah adalah oblik yang menunjukkan arah suatu tempat. Oblik arah dalam bahasa Jepang dimarkahi oleh posposisi に (ni). Berikut contohnya. 15. a. 私 の 家 は 北 に 向いています。 Watakushi no uchi wa kita ni muite imasu. Saya rumah utara ke menghadap-SDG S(1) OBL P ‘Rumah saya menghadap ke utara’. (Japanese Particles:120) b.*北 は 私 の 家 に 向かれています。 Kita wa watakushi no uchi ni mukarete imasu. Utara saya rumah oleh dihadapi-SDG S(1) CHO P ‘Utara dihadapi oleh rumah saya’. Klausa strata awal 15a fungsi subjek diisi oleh frasa nomina 私 の 家 (watashi no uchi) ‘rumah saya’. Dalam bentuk pasif subjek tersebut menjadi cho (penganggur) pada 15b. Relasi oblik arah 北に (kita ni) ‘ke utara’ maju menjadi subjek pada klausa 15b. Dalam klausa pasif bahasa Jepang subjek diisi oleh frasa nomina berupa benda bernyawa, karena benda bernyawa (makhluk hidup) yang merasakan pengaruh secara langsung. Jadi, sebenarnya klausa 15a tidak dapat dijadikan klausa pasif. Jika dipasifkan hasilnya seperti 15b, yaitu klausa menjadi tidak berterima. 9. Relasi Gramatikal Oblik Waktu Oblik waktu merupakan oblik yang menyatakan waktu. Oblik waktu dalam bahasa Jepang dimarkahi oleh partikel に (ni) ‘pada’, から (kara) ‘dari’ dan まで(made) ‘sampai’. Berikut contohnya. 16. a. 私 は 朝 6時 に 起きます。 Watashi wa asa 6 ji ni okimasu. Saya pagi 6 jam pada bangun. S(1) ADV OBL P ‘Saya bangun pada jam 6 pagi’. (Minna No Nihongo Shokyu I: 30)
| 10
言葉ジャーナル(Jurnal Kotoba) Vol. 3 2016
b.*6時 は 朝 私 に 起きられます。 6 ji wa asa watashi ni okiraremasu. 6 jam pagi Saya pada dibangukan. S(1) ADV CHO P ‘Jam enam dibanguni oleh saya’. Klausa 16a terdiri atas subjek 私(watashi) ‘saya’, adverbia 朝(asa) ‘pagi’, dan oblik waktu 6時に (roku ji ni) ‘pada jam dua’. Oblik waktu6時に (roku ji ni) ‘pada jam dua’ jika dipasifkan akan mendapatkan hasil seperti klausa 16b. Klausa 16b tidak gramatikal baik struktur ataupun makna. Jadi, tipe klausa 16a tidak dapat dipasifkan. 17. 朝 から 休みませんでした。 Asa kara yasumimasendeshita Pagi sejak istirahat tidak-LAMP+NEG OBL P ‘Sejak pagi tidak istirahat’. (TBJ I:29) Oblik waktu pada klausa 17 diisi oleh frasa posposisi 朝から (asa kara) ‘dari pagi’. Klausa di atas terdiri dari satu argumen saja. Klausa yang terdiri dari satu argumen tidak dapat dipasifkan. 18. 2 時 まで 休みました。 Ni ji made yasumimashita Dua jam sampai istirahat OBL P ‘Istirahat sampai jam 2’. (TBJ I:29) Klausa 18 pun terdiri dari satu argumen saja. Klausa ini pun tidak dapat dipasifkan. 10. Relasi Gramatikal Oblik Cara Oblik cara merupakan oblik untuk menyatakan cara yang dilakukan untuk melakukan suatu perbuatan. Berikut relasi gramatikal oblik cara. 19. a. 先生 は 生徒 に 自由 に 意見 を言わせました。 Sensei wa seito ni jiyu ni iken o iwasemashita. Guru murid pada bebas dengan pendapat mengutarakan menyuruh-LAMP S(1) OTL(3) OBL OL(2) P ‘Guru menyuruh murid mengutarakan pendapat dengan bebas’. (Minna No Nihongo Shokyu II: 190) b. 生徒 は 自由 に 先生 に 意見 を言わせられました。 Seito wa jiyu ni sensei ni iken o iwaseraremashita. Murid bebas dengan Guru pada pendapat mengutarakan disuruh-LAMP S(1) OBL CHO OL(2) P ‘Murid disuruh guru mengutarakan pendapat dengan bebas’. (Minna No Nihongo Shokyu II: 190)
| 11
言葉ジャーナル(Jurnal Kotoba) Vol. 3 2016
c. *意見は 自由 に 先生 に 生徒 に 言わせられました。 Iken jiyu ni sensei ni seito ni iwasemashita. Pendapat bebas dengan guru oleh murid pada mengutarakan disuruh-LAM S(1) OBL CHO OTL(3) P ‘Pendapat disuruh mengutarakan oleh guru pada murid dengan bebas’. (Minna No Nihongo Shokyu II: 190) d.* 自由 は 先生 に 生徒 に 意見 を 言わせられました。 Jiyu wa sensei ni seito ni iken o iwaseraremashita. Bebas guru pada murid pada pendapat mengutarakan disuruh-LAMP S(1) CHO OTL(3) OL(2) P ‘Bebas disuruh mengutarakan pendapat pada murid oleh guru’. (Minna No Nihongo Shokyu II: 190) Fungsi subjek pada klausa strata awal 19a diisi oleh frasa nomina 先生 (sensei) ‘guru’. Dalam bentuk pasif subjek tersebut menjadi cho (penganggur) pada klausa 19b, 19c, dan 19d. Relasi oblik cara 自由に (jiyu ni) ‘dengan bebas’ tetap menjadi oblik pada klausa 19b, 19c, dan menjadi subjek pada klausa 19d. Akan tetapi, klausa 19c tidak gramatikal, karena 意 見 (iken) ‘pendapat’ merupakan benda mati tidak dapat dijadikan subjek dalam klausa. Klausa 19d juga tidak gramatikal, karena 自由 (jiyu) ‘bebas’ juga merupakan benda mati, sehingga tidak dapat dijadikan subjek. Penutup Hasil analisis menunjukkan ada sepuluh tipe oblik dalam klausa bahasa Jepang yang ditemukan, yaitu (1) oblik instrumental, (2) oblik lokatif, (3) oblik pelaku, (4) oblik tujuan, (5) oblik sumber, dan (6) oblik jumlah, (7) oblik penyerta, (8) oblik arah, (9) oblik waktu, dan (10) oblik cara. Distribusi oblik dalam klausa bahasa Jepang menduduki posisi di awal klausa (depan subjek) dan di tengah klausa (belakang subjek/depan verba). Berdasarkan data-data di atas, sifat perilaku oblik bahasa Jepang dapat dijelaskan sebagai berikut. Oblik bahasa Jepang adalah argumen berupa frasa posposisi. Setelah diujikan, dari sepuluh tipe oblik dalam bahasa Jepang menunjukkan oblik dapat maju menjadi relasi inti, yaitu relasi subjek melalui pemasifan. Pemajuan ke relasi subjek ini terdapat pada klausa yang mengandung oblik tujuan. Pemajuan oblik tujuan terdapat pada verba berargumen dua, yaitu verba nigiraseru ‘menggenggamkan’.
| 12
言葉ジャーナル(Jurnal Kotoba) Vol. 3 2016
Daftar Pustaka Arka, I Wayan. 2000. On The Distinction Between Core and Oblique Arguments in The Austronesian Languages of Indonesia. The Australian National University. Available from: URL: http://www.google .com Arka, I Wayan. 2006. On The Distinction Between Core-Oblique And Core Index in Some Austronesian Languages of Indonesia.The Australian National University. http://www.academia.edu. Arka, I Wayan. 2003. “Bahasa Bahasa Nusantara: Tipologinya dan Tantangannya bagi Tata Bahasa Leksikal – Fungsional”. Linguistics, RSPAS, ANU. Available from: URL: http://www.google .com Barry J Blake. 1990. Relational Grammar. Routledge: London and Ney York Barry J Blake. 1994. Case. Cambridge Universiy Press. But, Miriam. 2006. Theories of Case. United Kingdom: Cambridge University Press. Chafe, Wallace L. 1970. Meaning and The Structure of Language. The University of Chicago Press. Comrie, Bernard. 1981. Language Universals and Linguistic Tipology. Oxford: Basil Blackwell. Dixon, RMW. 2010. Basic Linguistic Theory. United States: Oxford University Press. Fukuda, Shin. 2012. Accusative Oblique Alternations In Japanese And The Accusativity Hypothesis. http://www2.hawaii.edu/~fukudash K, Horie. 2000. Core-Oblique Distinction and Nominalizer Choice in Japanese and Korean. John Benjamins Publishing Company. Available From: URL: http://dx.doi.org/10.1075/sl.24.1.04hor Kaplan, Ronald M. Dan Joan Bresnan. 1982. Lexical-Functional Grammar. A Formal System for Grammatical Representation. Dalam Joan Bresnan (Ed.). Cambridge: MIT Press. Kawashima, Sue A. 1999. A Dictionary Of Japanese Particles. Japan: Kodansha International Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya. Jakarta: PT.Raja Grafindo Perkasa. Nelson, Andrew. N. 1994. Kamus Kanji Modern Jepang-Indonesia. Jakarta: Kesaint Blanc. Putra, Anak Agung Putu. 1993. Konstruksi Oblik Dalam Bahasa Bali (tesis).Ujung Pandang Sells, Peter. 2000. Oblique Case Marking on Core Arguments in Korean and Japanese. SOAS. Available from: URL: http:/ www,google.com. Shopen,Timothy. 1992. Language Typology And Syntactic Description.Australia: Cambridge University Press. Sudaryanto, 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press. Sudaryanto. 1996. Linguistik; Identitasnya, Cara Penanganan Objeknya, Dan Hasil Kajiannya. Yogyakarta: Duta Wacana University Press. Tsujimura, Natsuko. 1996. An Introduction To Japanese Linguistics.USA: Blackwell Publishing. | 13
言葉ジャーナル(Jurnal Kotoba) Vol. 3 2016
Tsujimura, Natsuko. 1999. The Handbook of Japanese Linguistics.USA: Blackwell Publishing. Verhaar, J.W.M. 2001. Asas-Asas Linguistik Umum. Cetakan ketiga. Yogyakarta: Gajahmada University Press.
| 14