REKONSTRUKSI KURIKULUM UPAYA VITAL YANG DILEMATIS Studi Kasus Penyusunan & Implementasi Kurikulum By Nurul Umamah
I. Pendahuluan Kurikulum sebagai salah satu komponen dari sistem pendidikan selalu mendapat sorotan masyarakat termasuk pejabat, ilmuwan, kalangan industri, orang tua dan pihak lain yang merasa berkepentingan dengan hasil-hasil pendidikan (Umamah, 2010). Namun, Surakhmad (dalam Umamah, 2010) mensinyalir bahwa kurikulum yang diciptakan untuk "Memecahkan masalah tertentu ternyata justru lahir sebagai masalah". Wacana integrasi IPA dan IPS ke mata pelajaran lainnya, akan menimbulkan banyak masalah baik dari sisi kompetensi sumber daya manusia pengampunya, maupun dari sisi kerancuan rumpun keilmuan. Begitupula dengan statemen Mendikbud dalam pidato peringatan Hari Guru Nasional 2012 (Abduhzen, 2012) bahwa Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan berbasis sains, yaitu mendorong siswa agar mampu lebih
baik
dalam
mengkomunikasikan
melakukan
observasi,
(mempresentasikan)
bertanya,
dengan
obyek
bernalar,
dan
pembelajaran
fenomena alam, sosial, seni, dan budaya. Akibatnya, muncul kegalauan dan tanda tanya besar bagi guru-guru IPS dan LPTK pencetak guru IPS. Saya mengajar apa? Alumni saya mengajar apa? Kegalauan yang sama juga dialami oleh guru mapel yang akan menjadi tempat baru yang ditempeli IPA dan IPS. Hanya dari dua hal tersebut sudah menimbulkan masalah/keresahan di kalangan masyarakat. Sebenarnya, perubahan kurikulum merupakan hal yang lumrah. Kurikulum harus selalu berubah seiring dengan perubahan jaman dan tuntutan masyarakat. Namun perubahan kurikulum di Indonesia, lebih sering dijustifikasi sebagai akibat kegagalan sistem. Artinya kurikulum harus diganti karena kurikulum lama tidak mampu mengangkat derajat kualitas pendidikan anak bangsa. Implementasinya kurikulum 2013 diberlakukan karena kegagalan
Seminar Nasional ‘Rekonstruksi Kurikulum Upaya Vital Yang Dilematis’
kurikulum 2006/KTSP. Sebuah justifikasi tanpa didasari evaluasi komponen dalam sistem pendidikan secara menyeluruh membuka peluang kegagalan yang sama akan terulang, sehingga permasalahan pendidikan semakin kompleks. Kompleksitas permasalahan pendidikan, senantiasa menjadi bagian dari perjalanan proses pendidikan. Pemicu utama munculnya permasalahan tersebut adalah ketidaksesuaian visi, misi dan tujuan pendidikan antara para ahli/praktisi pendidikan dengan aparat pemerintah (birokrat). Perbedaan visi tersebut mengakibatkan perdebatan panjang dan munculnya kebijakan sebagai solusi yang gagal (Wagner, dalam Umamah 2008). Kompleksitas permasalahan pendidikan perlu segera ditangani. Agar pendidikan dapat menjalankan fungsi dan peranan sebagaimana diamanatkan dalam pembukaan UUD 1945 dan UU Sisdiknas No 20 tahun 2003, maka diperlukan perubahan yang fundamental dalam bidang pendidikan. Salah satu hal utama tentunya berkaitan dengan masalah kurikulum. Namun yang dibutuhkan adalah perubahan dengan didasarkan evaluasi menyeluruh dan jujur akan keseluruhan kompleksitas masalah tersebut. Dibutuhkan,
pengembang
kurikulum
yang
dapat
menganalisis,
mengadakan koreksi terhadap kekurangan-kekurangan dan mencari alternatif pemecahan masalah yang kreatif, inovatif dan misioner, sesuai dengan jenis dan jenjang pendidikan. Sesuai dengan kerangka berfikir Waras Kamdi (dalam Umamah 2010) perubahan visi kurikulum, mutlak diperlukan. Dari visi kurikulum efisiensi sosial ke kurikulum yang fleksibel dan egaliter, atau dalam sebutan lain dari kurikulum yang berwatak idustrial-kapitalistik ke demokratis. Kurikulum
yang
fleksibel
dan egaliter
lebih
membelajarkan orang, mengembangkan potensi
sebagai
strategi
untuk
individu. Karakteristik
utamanya membuat semua siswa dapat belajar, subject-matter ditujukan pada pencapaian berpikir tingkat tinggi (analisis, sintesis, dan evaluasi) dan kecakapan pemecahan masalah, memberi kesempatan yang sama kepada siswa yang beragam, mendidik anak ke dalam wacana dan praktik disiplin akademik, otentik dalam hubungan antara belajar di dalam dan luar sekolah, Dr. Nurul Umamah, M.Pd.
Page 2
Seminar Nasional ‘Rekonstruksi Kurikulum Upaya Vital Yang Dilematis’
pengembangan watak dan kebiasaan berpikir produktif, serta mendorong tumbuhnya praktik demokratik di masyarakat.
II. Problem Dilematis Rekonstruksi dan Implementasi Kurikulum Dalam dunia pendidikan sering ditemukan kesenjangan antara kebutuhan masyarakat, tujuan pendidikan, kurikulum, desain instruksional di kelas, penyusunan buku ajar, keadaan belajar peserta didik dan sikap peserta didik terhadap belajar. Kesenjangan tersebut dapat diperkecil bila pendidik dapat melakukan rekayasa pedagogis di kelas. Kurikulum sebagai rekayasa pedagogis makro, dituntut untuk dapat melakukan rekonstruksi masyarakat dan kebudayaan ideal. Sedangkan desain instruksional di kelas, adalah rekayasa pedagogis sesuai dengan kondisi realistis kelas. Berikut disajikan problem dilematis yang dihadapi guru berkaitan dengan tugasnya sebagai pengembang disain pembelajaran sebagai bagian dari implementasi kurikulum. 25
70 60
20
P e rs e n t a s e
P e rs e n t a s e
50
15
40 30
10
20
5 10
0
0
Alokasi Rincian Prosem Telaah waktu minggu ef bhn ajar
Satpel
RP
An Ulangan Harian
Alokasi Rincian Prosem Telaah waktu minggu ef bhn ajar
Satpel
RP
An Ulangan Harian
Gambar 1. Kesulitan guru SD/MI dalam perencanaan pembelajaran di Kabupaten Situbondo tahun 2004 (Subchan dan Umamah, 2004). Dari gambar di atas tampak jelas bahwa baik guru MI maupun guru SD memiliki kesulitan yang sama dalam menelaah bahan ajar. Artinya guru mengalami kesulitan dalam memilih konten pembelajaran. Konten merupakan hal penting dalam kurikulum, konten menjawab pertanyaan tentang apa yang akan diajarkan. Konten yang harus dipilih dan diajarkan oleh guru cenderung dilematis. Berbagai fakta terpapar dalam kehidupan sehari-hari anak, ada fakta yang bersifat mendidik, namun tidak sedikit fakta yang bersifat tidak Dr. Nurul Umamah, M.Pd.
Page 3
Seminar Nasional ‘Rekonstruksi Kurikulum Upaya Vital Yang Dilematis’
mendidik. Pendidikan sebagai bagian integral kebudayaan, merupakan proses pembudayaan agar anak didik berbudaya dan beradab. Pilihan unsur trait dan items yang akan diajarkan pada anak juga menjadi perdebatan panjang. Tidak bisa dipungkiri bahwa bangsa Indonesia belum memiliki bangun keilmuan yang berdasarkan filsafat pancasila, dengan sendirinya bangun keilmuan yang dipakai dan diajarkan di sekolah adalah adopsi dari negara lain (Eropa dll). Apabila dikaji dari aspek muatan pendidikan nasional, adopsi keilmuan dan teknologi dari negara lain mengakibatkan friksi yang tajam dengan “local knowledge, local culture, local philosophy, local technology and local system”. Akibatnya sering kita jumpai “shock culture” pada anak-anak. Kesulitan tersebut secara spesifik juga menimpa guru-guru IPS SMP dan Guru sejarah SMA, hasil penelitian tahun 2012 tentang kendala guru dalam mengembangkan disain pembelajaran 89% guru melalui angket terbuka mengatakan kesulitan dalam memilih materi berkaitan dengan alokasi waktu pembelajaran sejarah yang terbatas. Menurut beliau alokasi waktu tidak sesuai dengan banyaknya materi pembelajaran. Dilema lainnya kemajuan teknologi, melalui internet, televisi, radio dan surat kabar
telah memasuki ruang
pendidikan anak dengan atau tanpa diundang oleh guru. Sehingga sajian pembelajaran yang diprakarsai oleh guru kurang dapat menarik perhatian anak didik. Sebuah tantangan yang musykil. Berikutnya berkaitan dengan dasar yang digunakan oleh guru dalam mengembangkan kurikulum tersaji dalam gambar berikut ini. a. Dasar Penyusunan Kurikulum Dasar filosofi penyusunan DP 80.0
69.2
P ersentase
70.0 60.0 50.0 40.0 30.0 20.0
15.4
15.4
10.0 0.0 Penelitian
Pengalaman
Lainnya
Gambar 2: Dasar filosofi penyusunan disain pembelajaran (Umamah, 2008) Dr. Nurul Umamah, M.Pd.
Page 4
Seminar Nasional ‘Rekonstruksi Kurikulum Upaya Vital Yang Dilematis’
Dari gambar di atas tampak bahwa 69,2 % guru IPS SD se eks kotatif Jember
mendasarkan
penyusunan
disain
pembelajarannya
melalui
pengalaman/intuisi. 15.4 % guru berdasarkan penelitian dan lainnya. Persentase yang hampir sama juga dimiliki oleh guru IPS SMP dan Sejarah SMA pada penelitian tahun 2012. hasil penelitian ini menemukan bahwa 20% guru mendasarkan penelitiannya dan 73% mendasarkan pada pengalaman dan 7% lainnya.
b. Kemampuan Mengembangkan Desain Pembelajaran Desain pembelajaran adalah prosedur sistematis untuk mengembangkan pendidikan dan program pelatihan dalam gaya yang reliabel dan konsisten. Desain pembelajaran adalah proses komplek yang kreatif, aktif dan iteratif (Gustafon & Branch, 1997). Desain pembelajaran merupakan sebuah sistem. Sistem merupakan integrasi dari seperangkat elemen yang saling berinteraksi satu sama lain (Banathy, 1987). Karakteristik utama sebuah sistem adalah saling tergantung (interdependent), sinergis (synergistic), dinamis (dinamic) dan sibernetik (cybernetic) (Gustafon & Branch, 1997). Pada saat mau mendesain pembelajaran, hal pertama yang harus dikuasai guru adalah memahami konsep tentang desain pembelajaran. Konsep adalah representasi kategori dari obyek, peristiwa atau kesatuan atribut lainnya (Jonassen, 2006). Perubahan konsep akan mempengaruhi bagaimana seseorang belajar, mendesain pembelajaran dan melakukan proses pembelajaran (Jonassen, 2006). Kedua memahami teori yang melandasi belajar dan pembelajaran (Hall, 2005). Ketiga memahami paradigma dalam teori desain pembelajaran. Secara implementatif, pengembangan disain pembelajaran pada prinsipnya meliputi lima aktivitas, yakni Analisis, disain, pengembangan, implementasi dan evaluasi. Berikut disajikan kelima aktivitas tersebut:
Dr. Nurul Umamah, M.Pd.
Page 5
Seminar Nasional ‘Rekonstruksi Kurikulum Upaya Vital Yang Dilematis’
P e r se n ta se
100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Analisis pebelajar
Analisis konteks
M erumuskan tujuan
Analisis matpel
T
S
M enspesifikasi KB
M enspesifikasi media
M enyusun instrumen evaluasi
R
Gambar 3. Kemampuan guru IPS SD untuk melakukan analisis pebelajar dan konteks, merumuskan tujuan, analisis materi, dan spesifikasi kegiatan belajar dan media pembelajaran serta instrumen evaluasinya (Umamah, 2008). Perumusan tujuan (aims, goal, objectives) merupakan hal yang dilematis. Aims menunjukkan arah umum kurikulum. Bila direfleksikan dalam pendidikan nasional Indonesia, aims adalah tujuan pendidikan nasional. Aims bisa dicapai dengan merumuskan goals. Goals merupakan tujuan ruang/sistem sekolah (Miller dan Seller, 1985, Zais, 1976). Untuk mencapai goals, pembelajar harus merumuskan objectives. Objectives merupakan tujuan tingkah laku (Mager, 1962). Letak dilemanya adalah banyak faktor yang harus dipertimbangkan saat merumuskan aims, goals dan objectives. Mulai dari aliran filosofis yang dianut oleh pembuat kurikulum (idealisme, realisme, perenialisme, eksistensialisme, esensialisme, pragmatisme, dll),
Model
kurikulum yang dipakai (Subyek
akademis, Humanistik, Rekonstruksi Sosial, Teknologis).
Serta beberapa
kriteria yang harus diperhatikan dalam penetapan tujuan (prosedural dan substantif). Aliran filosofis yang dianut oleh pembuat kurikulum sangat mempengaruhi dalam perumusan tujuan. Masing-masing aliran memiliki
Dr. Nurul Umamah, M.Pd.
Page 6
Seminar Nasional ‘Rekonstruksi Kurikulum Upaya Vital Yang Dilematis’
refleksi tujuan yang berbeda-beda. Begitu pula dalam penentuan model kurikulum yang dipakai. Smith, Stanley dan Shores (1957) menetapkan kriteria substantif (kebutuhan dasar anak-anak, kebutuhan masyarakat dan ide-ide demokrasi). Kriteria yang hampir sama dikemukakan oleh Tyler(1949), yakni: studi tentang pebelajar, studi tentang kehidupan masyarakat di luar sekolah, dan saran-saran dari ahli mata pelajaran. Zais (1976) menyatakan sumber-sumber tujuan adalah sumber empiris mengenai studi tentang masyarakat dan pelajar, sumber filosofis dan sumber mata pelajaran. Kriteria prosedur yang harus diperhatikan adalah keterwakilan, kejelasan, terpertahankan,
konsistensi dan kelayakan
(Schubert, 1986). Implikasi teoritis di atas, bila guru dituntut mampu merekonstruksi kurikulum, kaitannya dengan perumusan tujuan, maka dia harus memiliki kompetensi profesional
yang memadai dari aspek kualifikasi akademis.
Sehingga secara pasti guru memahami dimensi pengetahuan dan dimensi kognitif yang terkandung dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar. Upaya mengatasi permasalahan tersebut, untuk menghemat biaya pemerintah daerah, melalui dinas pendidikan mengadakan pelatihan-pelatihan berkaitan dengan penyusunan kurikulum. Hanya dalam waktu beberapa hari, guru harus menerima materi yang sangat komplek, hasilnya pulang pelatihan kembali pada tradisi semula. Menyerahkan penyusunan kurikulum pada “yang lebih ahli”, baik perseorangan maupun lembaga. c. Kegiatan Pembelajaran (Learning Activities) Belajar merupakan upaya pemberian makna oleh siswa kepada pengalamannya yang mengarah pada pengembangan struktur kognitifnya dan dilakukan baik secara mandiri maupun secara sosial. Problem dilematisnya adalah secara empirik dijumpai kesenjangan belajar yang cukup besar, dalam proses pembelajaran. Light and Cox (2001) menggambarkan kesenjangan belajar tersebut sebagai berikut:
Dr. Nurul Umamah, M.Pd.
Page 7
Seminar Nasional ‘Rekonstruksi Kurikulum Upaya Vital Yang Dilematis’
Gambar 4. Kesenjangan Belajar (Adaptasi Light and Cox, 2001) Keterangan: a. Kesenjangan antara pengetahuan hafalan dengan pemahaman; b. Kesenjangan antara pemahaman dengan kemampuan/kompetensi c. Kesenjangan
antara
kompetensi
dengan
kemauan/dorongan
untuk
melakukan d. Kesenjangan antara kemauan untuk melakukan dengan benar-benar melakukan e. Kesenjangan
antara
benar-benar
melakukan
dengan
menghasilkan
perubahan secara terus menerus. Berdasarkan learning gap di atas, mengacu pula pada fakta empirik tentang banyaknya permasalahan dalam pendidikan(belajar dan pembelajaran), maka yang dibutuhkan adalah para pendidik, perancang, pengembang, decision maker pendidikan yang memahami konsep utuh dari teori yang melandasi belajar dan pembelajaran. Para praktisi dalam dunia pendidikan perlu memiliki kearifan dalam memilih teori mana yang compatible dengan tujuan, karakteristik mata pelajaran, karakteristik siswa, kondisi lingkungan serta sarana dan prasarana yang tersedia. Oleh karena itu pembelajaran harus diarahkan untuk mengoptimalkan upaya tersebut. Ada tiga komponen yang tercakup dalam kegiatan pembelajaran, yakni pendidik; peserta didik dan tindak mendidik. Dr. Nurul Umamah, M.Pd.
Page 8
Seminar Nasional ‘Rekonstruksi Kurikulum Upaya Vital Yang Dilematis’
a. Pendidik (Guru) Guru yang profesional harus memiliki kompetensi dalam menyusun desain pembelajaran. Kemampuan untuk membuat desain pembelajaran yang benar tidak terlepas dari faktor latar belakang pendidikan guru (gambar 3). Berikut akan disajikan aktivitas profesional Guru. b. Peserta Didik Peserta
didik
merupakan
fokus
perhatian
dalam
rekonstruksi
kurikulum. Dalam rangka penyusunan kurikulum yang fleksibel dan egaliter hal yang perlu diperhatikan adalah perlu dipahami teori-teori tentang karakteristik pebelajar. Karakteristik pebelajar memberikan gambaran yang utuh dan holistik tentang pebelajar, baik dari aspek pengetahuan, sikap maupun ketrampilannya. c. Tindak Mendidik Tindak mendidik yang dilakukan oleh pendidik mengalami problema yang dilematis. Pendidikan memiliki misi “pendidikan kepribadian, socio-civics, dan intelektual”. Dilema tindak mendidik yang dilakukan oleh pendidik, kaitannya dengan pencapaian misi tersebut di atas terjadi akibat belum sinergisnya peran dan fungsi lembaga pendidikan lain (keluarga, agama, pramuka dan media massa) (Dimyati, 2003). Kelima lembaga pendidikan tersebut berpengaruh signifikan pada kemajuan perkembangan individu. Lembaga Sekolah, sebagai hasil adaptasi dan akulturasi kebudayaan keilmuan, dengan dasar kurikulum yang berlaku, mendidik anak usia sekolah. Titik tekan tindak mendidiknya adalah urusan socio civics dan intelektual, berorientasi pada kegiatan pengajaran ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian. Secara problematik tindak mendidik ilmu pengetahuan yang berdasarkan teori dan konsep Eropa, berbenturan dengan tindak mendidik yang dilakukan oleh lembaga agama, berhadapan dengan tindak mendidik bernuansa local knowledge dari lembaga keluarga. Lebih lanjut akibat pengaruh media komunikasi massa yang datang dan pergi tanpa diundang juga membawa problema bagi pendidikan anak usia sekolah dasar.
Dr. Nurul Umamah, M.Pd.
Page 9
Seminar Nasional ‘Rekonstruksi Kurikulum Upaya Vital Yang Dilematis’
Kegiatan pendidikan dalam lembaga keluarga, merupakan hal yang penuh masalah dan dilematis. Kondisi keluarga Indonesia tidak seluruhnya siap berfungsi untuk mendidik. Tidak semua orang tua memiliki “dwi tunggal wibawa”. Kondisi ini diperparah dengan kematangan pribadi orang tua, komunitas orang tua yang hedonis dan prasangka sosial dalam masyarakat, yang senantiasa mewarnai kehidupan anak. Kegiatan pendidikan dalam lembaga agama, mengalami dilema yang sama. Secara historis asal pembawa agama berbeda-beda yang setelah berakulturasi dengan budaya bangsa Indonesia menimbulkan tata cara upacara agama yang berbeda-beda. Keanekaragaman yang diwarnai dengan prasangka, cenderung memicu konflik. Situasi konflik antar umat beragama menjadi santapan informasi sehari-hari anak usia sekolah. Di samping itu tayangan kehidupan sekuleristis dan hedonistis yang terjadi secara nyata dalam kehidupan masyarakat dan diperkuat dengan penyampaian melalui media elektronik, menjadi penghambat utama pendidikan dalam lembaga agama. Tujuan lembaga agama yang ingin mendidik umat agar memiliki tingkat kepercayaan eksistensial universal menjadi tersumbat. Kegiatan pendidikan pada lembaga pramuka, merupakan kegiatan pendidikan socio civics keindonesiaan. Kegiatan pendidikan yang bersifat ekstrakurikuler tersebut, sebenarnya memiliki peran yang besar dalam pembentukan kepribadian anak. Namun karena keterbatasan pendidik yang spesialistis, maka sosialisasi kepramukaan belum berjalan optimal. Apalagi anak-anak cenderung menyukai hal-hal yang bersifat praktis sebagai hasil kemajuan teknologi, ilmu pramuka dianggap kuno. Kegiatan pendidikan yang dilakukan oleh media massa. Dalam perkembangan anak usia sekolah setiap hari terbuka kemungkinan terjadi pengaruh pesan media massa dan non-media massa kepada anak. Pesan yang datang dari media massa
berasal dari
merupakan pesan yang dipilih,
diorganisasi, dan dikemas sedemikian rupa sehingga penerima pesan dihadapkan dapat menerima secara benar. Pesan yang datang dari non media massa berasal dari anggota masyarakat lain yang dijumpai anak setiap hari. Dr. Nurul Umamah, M.Pd.
Page 10
Seminar Nasional ‘Rekonstruksi Kurikulum Upaya Vital Yang Dilematis’
IV. KESIMPULAN Rekonstruksi kurikulum merupakan upaya vital. Anak usia sekolah berjumlah sangat banyak. Walaupun mereka secara ekonomi tidak dianggap produktif, namun bila tidak mendapatkan kesempatan pendidikan layak akan menjadi deviant sosial yang sangat membahayakan. Disadari bahwa upaya rekonstruksi kurikulum merupakan suatu hal yang dilematis: (1) Secara filosofi, masih terjadi perdebatan paradigma filsafat yang akan diadaptasi (2) Secara epistemologi, keilmuan pendidikan di Indonesia belum memiliki bangunan kokoh yang bercirikan Indonesia dengan dasar filsafat pancasila; (3) Secara kelembagaan, 5 lembaga pendidikan belum menjanjikan kemampuan maksimal yang sinergis dalam mendidik anak bangsa; (4) Secara Sosio-Antropologis, keanekaragaman suku dan budaya, masih diwarnai prasangka; (5) Secara empiris dijumpai kesenjangan kualitas kompetensi sumber daya manusia pelaku pendidikan. Namun demikian, kompleksitas permasalahan pendidikan di atas harus segera diatasi. Yang utama adalah membudayakan berfikir dan bertingkah laku produktif, kreatif dan inovatif. Sudah saatnya seluruh komponen bangsa Indonesia,
memikirkan
upaya
untuk
bangkit
dari
keterpurukan.
Semoga.................................................................................
Daftar Rujukan Abduhzen, M. 2012. Direktur Eksekutif Institute for Education Reform Universitas Paramadina, Jakarta: Ketua Litbang PB PGRI13 Desember 2012. Banathy, Bela, H. (1987). Instructional systems design. In R.M. Gagne (Ed.). Instructional technology Foundations (pp. 85-112). Hillslade, N.J.: Lawrence Erlbaum Associates. Dimyati. 2003. Keilmuan Pendidikan Dasar: Problem Disiplin Keilmuan, Praktek di Lembaga Keluarga dan Lembaga Agama, Metode Fenomenologi dan Perspektif Keilmuan di Indonesia. Program Teknologi Pembelajaran. Pasca Sarjana. Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Malang. Gustafon, K.L.& Branch, R. (1997). Revisioning models of instructional development. Educational Technology Research and Development, 45(3): 73-89.
Dr. Nurul Umamah, M.Pd.
Page 11
Seminar Nasional ‘Rekonstruksi Kurikulum Upaya Vital Yang Dilematis’
Hall, M.P. (2005). Bridging the heart and mind: community as a device for linking cognitive and affective learning. Journal of Cognitive Affective Learning, 1 (Spring), 8-12, diakses tanggal 11 November 2007. Jonassen, D.H. (2006). On the role concept in learning and instructional design. ETR & D. 54 (2), 177-196. diakses tanggal 19 November 2007. Light, G. and Cox, R. 2001. Learning and Teaching in Higher Education. London: Paul Chapman Publising Mager, R. 1962. Preparing Instructional Objectives. Belmont, CA: Fearon Publisers Miller, John P., & Seller, W. 1985. Curriculum Perspectives and Practice. New York: Longman Schubert, W.H. Curriculum: Perspective, Paradigm, and Possibility. New York: Macmillan Publising Company Surakhmad, W. 2000. Makalah: Mencari Paradigma Kurikulum Masa Depan, disampaikan pada seminar Orientasi, Kurikulum, Bogor: Pusat Kurikulum 27 Maret-29 Maret. Smith, B. O., Stanley, W.O dan Stores, J,H. 1957. Fundametals of Curriculum Development. New York: Harcout Brace and World Subchan, W. dan Umamah, N., 2003. Standarisasi Pendidikan Dasar Dalam Rangka Meningkatkan Kualitas Pendidikan Menghadapi Otonomi Daerah di Kabupaten Situbondo. Laporan Hasil Penelitian: Kerjasama Pemerintah Daerah Kabupaten Situbondo dengan FKIP UNEJ. Subchan, W. dan Umamah, N., 2004. Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pendidikan Kabupaten Situbondo. Laporan Hasil Penelitian: Kerjasama Pemerintah Daerah Kabupaten Situbondo dengan FKIP UNEJ. Tyler, Ralp W. 1949. Basic Principles of Curriculum and Instruction. Chicago: The University of Chicago Umamah, N. 2008. Kemampuan Guru dalam mengembangkan Disain pembelajaran IPS SD Se-Eks Kotatif Jember Tahun 2008. JIPS. Vol X No. 4. Oktober 2008. Umamah, N. 2010. Telaah Kompetensi Guru dalam Pengembangan Kurikulum (Studi Kasus Guru IPS SD Se-Eks Kotatif Jember Tahun 2008). Jurnal Ilmu Pendidikan Sekolah Dasar. Vol 1. No.1 September 2010.
Dr. Nurul Umamah, M.Pd.
Page 12
Seminar Nasional ‘Rekonstruksi Kurikulum Upaya Vital Yang Dilematis’
Umamah, N. 2010. Rekonstruksi Kurikulum Pendidikan Dasar Upaya Vital yang Dilematis. Pendidikan dan Humaniora (Jurnal pendidikan dan Ilmu Pengetahuan Sosial). Vol. 28 No. 1 Desember 2010. Umamah, N. 2012. Kendala Guru Dalam Perencanaan Proses Pembelajaran. Hasil Penelitian: Belum diterbitkan. Wagner dalam Umamah, N. 2008. Kemampuan Guru dalam mengembangkan Disain pembelajaran IPS SD Se-Eks Kotatif Jember Tahun 2008. JIPS. Vol X No. 4. Oktober 2008. Waras Kamdi dalam Umamah, N. 2010. Telaah Kompetensi Guru dalam Pengembangan Kurikulum (Studi Kasus Guru IPS SD Se-Eks Kotatif Jember Tahun 2008). Jurnal Ilmu Pendidikan Sekolah Dasar. Vol 1. No.1 September 2010. UU RI No. 20 Th. 2003. Undang-undang RI tentang SISDIKNAS. Penerbit Citra Umbara, Bandung. Zais, R.S. 1976. Curriculum Principles and Foundations. New York Establish: Kent State University
Dr. Nurul Umamah, M.Pd.
Page 13
Seminar Nasional ‘Rekonstruksi Kurikulum Upaya Vital Yang Dilematis’
CURRICULUM VITAE IDENTITAS DIRI Nama : Dr. Nurul Umamah, M.Pd. Tempat dan Tanggal Lahir : Banyuwangi, 04 -02- 1970 Agama : Islam Golongan / Pangkat : pembina/IVa Jabatan Fungsional Akademik : Lektor Kepala Perguruan Tinggi : Universitas Jember Alamat : Jl. Kalimantan No. 37 Jember Telp./Faks. : 0331 334 988/ faks.: 0331 334 988 Alamat Rumah : Jl. Danau Toba VII No. 8B Jember Telp./Faks. : 081 336 634 397 Alamat e-mail :
[email protected] RIWAYAT PENDIDIKAN PERGURUAN TINGGI Tahun Jenjang Perguruan Tinggi Lulus 1992 Sarjana (Dra) FKIP-UNEJ 2008 Magister (M.Pd.) Universitas Negeri Malang 2011 USINTEC Doctoral College Education- University of Sandwich Program Illinois at Urbana- Champaign (UIUC)-USA 2012 Doktor (Dr) Universitas Negeri Malang
Jabatan Sekretaris Lab. Micro Teaching Ketua Program Studi Ketua Program Studi
2008 2009 2009 2010 2010 2012 2012
Tahun 2006 2006 2008 2009 2010
PENGALAMAN JABATAN Institusi FKIP-Universitas Jember FKIP-Universitas Jember FKIP-Universitas Jember
Jurusan/Bidang Studi Pend. IPS/Pend. Sejarah Teknologi Pembelajaran Department of Curriculum and Instruction Teknologi Pembelajaran
Tahun ... s.d. ... 2003- 2004 2004 – 2006 2012- Sekarang
PRODUK BAHAN AJAR Perencanaan Pembelajaran Bidang Studi Belajar dan pembelajaran Evaluasi Program Pembelajaran Modul PLPG: Pengembangan Media Pembelajaran Sejarah/ Pengembangan Media Pembelajaran PKn Modul PLPG: Pengembangan Asesmen Pembelajaran Sejarah/ Pengembangan Asesmen Pembelajaran PKn Pengembangan Disain Pembelajaran Sejarah Modul PLPG: Pengembangan dan Pengemasan Perangkat Pembelajaran Berkarakter Mata Pelajaran IPS/ Ekonomi/Sejarah/PKn PENGALAMAN PENELITIAN/KARYA TULIS ILMIAH Judul Penelitian Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw dalam Mata Kuliah Sejarah Asia Barat Daya Keefektifan penggunaan Media Audio Visual VCD terhadap Ketuntasan Belajar Siswa pada mata Pelajaran Sejarah di SMAN 2 Jember Kemampuan Guru dalam Mengembangkan Disain Pembelajaran IPS SD Se-Eks Kotatif Jember Tahun 2008 Studi Evaluatif Guru Tersertifikasi: Pengembangan Profesional dan Kemampuannya terhadap Peningkatan Soft Skills dan Metakognitif Siswa (Hibah Bersaing) Studi Evaluatif Guru Tersertifikasi: Pengembangan Profesional dan Kemampuannya terhadap Peningkatan Soft Skills dan Metakognitif Siswa (Hibah Bersaing)
Dr. Nurul Umamah, M.Pd.
Page 14
Seminar Nasional ‘Rekonstruksi Kurikulum Upaya Vital Yang Dilematis’
2010 2010 2011 2012
Tahun 2011
2011 2011 2011 2011
2011
2011 2011 2011 2011 2011
2011 2011
2011
Telaah Kompetensi Guru dalam Pengembangan Kurikulum (Studi kasus Guru IPS SD SeEks Kotatif Jember) Rekonstruksi Kurikulum Pendidikan Dasar Upaya Vital yang Dilematis Pengembangan bahan Ajar Berbasis Tugas pada Mata Kuliah Perencanaan Pembelajaran Bidang Studi pada Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP-UNEJ Pengaruh Pendekatan Whole-Task vs. Part Task, Pengetahuan Awal dan Gaya Belajar Terhadap Kualitas Disain Pembelajaran Sejarah yang Diciptakan Mahasiswa (Disertasi) PESERTA KONFERENSI/SEMINAR/LOKAKARYA/SIMPOSIUM Judul Kegiatan Penyelenggara Seminar tentang Getting Others’ Perspectives: Creative, Writing, College EducationCritique and Learning as a Communication oleh Dr. Alecia Magnifico University of Illinois at UrbanaChampaign (UIUC)-USINTEC Seminar Computer Suported Collaborative Learning presenter UIUC-USINTEC Pauline Seminar “Aging, Parafoveal, and Semantic Integration in Sentences UIUC-USINTEC Processing” oleh Brennan Paine. Seminar ““The Effect of Constructivism Approach on Learning UIUC-USINTEC Achievement.” Oleh Dr. Arita Marini,M.Pd. Workshop tentang “Conducting Research to improve Practice and UIUC-USINTEC Policy in Education” oleh Prof. Dr. John Easton, IES Director, the research arm of the U.S. Department of Education. Workshop tentang” Organizing School for Improvement” oleh Prof. UIUC-USINTEC Dr. John Easton, IES Director, the research arm of the U.S. Department of Education. Seminar tentang “An Update of ifoundry and possibly some UIUC-USINTEC discussion on IEFX” oleh Prof. Dr. Ray Price Seminar tentang “Stop Talking and Type” oleh Dr. Elizabeth UIUC-USINTEC Seminar tentang “Blended Learning-Blended Teaching” oleh Joice UIUC-USINTEC Seminar tentang “Multimedia Composition” oleh Shannon CarlinUIUC-USINTEC Menter Seminar tentang “The Scholar Project: Recursive Research and UIUC-USINTEC Learning in an Evolving Online Writing Environment” oleh Prof. Dr. Sarah McCarthey Seminar “Integrating Assessment Into Learning: The "Scholar" UIUC-USINTEC Environment in Principle and Practice” oleh Dr. William Presentasi hasil “ the effect of Whole-task vs Part task, Prior UIUC-USINTEC Knowledge, Learning Style on The Ability of Student to Create Instructional Design’ Seminar Nasional Pendidikan Karakter Bangsa dalam Perspektif PPS-UM Lintas Agama PENGHARGAAN/PIAGAM
Tahun 1994 2005 2008 2012
Bentuk Penghargaan Peringkat III The Best Ten Latihan Pra Jabatan Satyalancana Karya Satya X Tahun Lulusan Dengan Prestasi Terbaik Program Magister UM Lulusan Yudisium Dengan Pujian
Dr. Nurul Umamah, M.Pd.
Pemberi UNEJ Presiden RI Universitas Negeri Malang Universitas Negeri Malang
Page 15