BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Tanda-tanda vital 1.1 Defenisi Tanda vital merupakan gabungan dua kata, yaitu tanda dan vital, yang merupakan terjemahan istilah bahasa inggris yaitu vital sign. Vital sign adalah suatu tanda yang sifatnya objektif yang dapat berubah setiap saat yang mencerminkan hidup yang terdiri dari tekanan darah, respirasi, nadi, suhu tubuh Tanda
vital merupakan cara yang cepat dan efisien untuk memantau
kondisi klien dan mengidentifikasi masalah dan mengevaluasi respon klien terhadap intervensi teknik dasar (Patricia , 2005). 2. Adaptasi fisik terhadap persalinan 2.1 Adaptasi berbagai sistem tubuh ibu Berbagai sistem tubuh ibu beradaptasi selama proses persalinan. Selama proses persalinan terjadi perubahan pada sistem kardiovaskular, perubahan ini dipengaruhi oleh nyeri, rasa cemas, posisi dan anastesi, serta aktivitas otot uterus itu sendiri serta peningkatan drastis produksi katekolamin selama proses persalinan, Kontraksi uterus yang secara progresif meningkatkan curah jantung karena aliran balik vena dan volume sirkulasi meningkat. Setiap kontraksi dapat memberi konstrusi 500 ml darah ke dalam sirkulasi (Sullivan & Ramathan, 1985), yang mempengaruhi curah jantung dan tekanan darah. Pada posisis terlentang, isi sekuncup dan curah jantung cenderung lebih rendah dan kecepatan denyut jantung meningkat (Coad, 2006).
Universitas Sumatera Utara
Katekolamin mempengaruhi tonus vaskular dan meningkatkan tekanan darah, efek ini berkurang pada anastesi. Nyeri dan rasa cemas menyebabkan takikardia (peningkatan kecepatan denyut jantung) dan mempengaruhi tekanan darah. Saat Perubahan hemodinamik paling besar terjadi pada wanita yang melahirkan per vagina sehingga hal ini perlu dipertimbangkan pada wanita yang menderita penyakit jantung (Coad, 2006). Curah jantung meningkat 12 persen setelah persalinan. Peningkatan curah jantung ini dipengaruhi oleh peningkatan isi sekuncup dan frekuensi denyut jantung. Tekanan arteri rata-rata meningkat 10 persen dan lebih tinggi dari pada kala II. Selanjutnya perubahan ini sebagai respon terhadap kontraksi uterus. Setelah melahirkan terjadi peningkatan curah jantung lebih tinggi lagi (Derek Liewellyn - Jones, 2002). Persalinan juga mempengaruhi sistem pernapasan karena kerja otot meningkatkan laju metabolisme dan konsumsi oksigen. Kecepatan dan kedalaman pernapasan meningkat. Rasa cemas, obat, dan pemakaian masker gas semuanya dapat mempengaruhi kecepatan pernapasan. Terdapat kecendrungan pada wanita yang sedang melahirkan untuk melakukan hiperventilasi. Hiperventilasi adalah respon alamiah terhadap nyeri. Kontraksi yang terjadi dengan frekuensi tinggi dapat mempengaruhi oksigen yang menyebabkan hipoksia otot dan asidosis. Hipoksia dapat meningkatkan sensasi nyeri yang dirasakan (Coad, 2006). Peningkatan ventilasi menyebabkan penurunan nyata dan progresif tekanan parsial karbon dioksida (menjadi sekitar 25 mmHg), terutama apabila kontraksi menimbulkan nyeri. Pada awal persalinan, hiperventilasi dapat menyebabkan alkalosis respiratorik dan peningkatan pH darah. Hal ini dapat
Universitas Sumatera Utara
menyebabkan wanita yang bersangkutan merasa pusing dan kesemutan di jari tangan dan kaki, dan kemungkinan mengalami spasme otot. Pada Pa CO2 darah yang sangat rendah, aliran darah dapat terpengaruh dan kurva disosiasi oksigenhemoglobin bergeser ke kiri sehingga pembebasan oksigen terganggu (Coad, 2006). Pada akhir kala I, kemungkinan besar asidosis ibu akibat kontraksi otot isometrik dan dekompensasi, sampai tahap tertentu, oleh alkalosisis respiratorik. Kontraksi otot mengurangi aliran darah ke otot uterus, yang menjadin hipoksia dan mengalami metabolisme anaerobik. Aliran darah ke ruang antar vilus juga menurun sehingga kadar CO2 janin menigkat dan janin cendrung mengalami asidosis. Sewaktu mengejan, saat otot pernapasan tambahan ikut bekerja, kemungkinan besar terjadi asidosis respiratorik ringan (Coad, 2006). 2.2 Parameter pengukuran tanda vital ibu persalinan kala I 2.2.1 Tekanan darah Sewaktu kontraksi, tekanan darah sistolik meningkat 10-20 mmHg dan tekanan darah diastolik
meningkat antara 5-10 mmHg (Blackburn & Loper,
1992). Peningkatan tekanan darah mendahului setiap kontraksi dan turun ke basal di antara kontraksi (Varney, 2007). 2.2.2 Nadi Frekuensi denyut nadi diantara kontraksi sedikit lebih tinggi dibanding selama periode menjelang persalinan. Hal ini mencerminkan peningkatan metabolismen yang terjadi selama persalinan (Varney, 2007).
Universitas Sumatera Utara
2.2.3 Pernapasan Sedikit peningkatan frekuensi pernapasan masih normal selama persalinan dan mencerminkan peningkatan metabolisme yang terjadi. Sulit untuk memperoleh temuan yang akurat dalam hal pernapasan karena frekuensi dan irama pernapasan dipengaruhi oleh rasa senang, nyeri, rasa takut, dan penggunaan teknik pernapasan (Varney, 2007). 3.Aromaterapi 3.1 Defenisi Aromaterapi berasal dari dua kata yaitu aroma dan terapi. Aroma berarti bau harum atau bau-bauan dan terapi berarti pengobatan. Jadi aromaterapi adalah salah satu cara pengobatan penyakit dengan menggunakan bau-bauan yang umumnya berasal dari tumbuh-tumbuhan serta berbau harum, gurih, enak dan biasanya disebut juga dengan minyak atsiri (Agusta, 2000). Aromaterapi
merupakan
salah
satu
terapi
alternatif
dengan
memanfaatkan minyak menguap minyak atsiri (essential oil) dan melibatkan oragn penciuman manusia. Bau yang segar, harum, merangsang sensori, reseptor dan akhirnya mempengaruhi organ yang lain (Niken, 2007). Aromaterapi tidak dianggap benda asing oleh tubuh, sehingga tidak memperberat kerja organ-oragn tubuh. Minyak esensial akan masuk ke sirkulasi tubuh dan menuju organ sasaran untuk memberikan reaksi (Niken, 2007). 3.2 Penggunaan Aromaterapi pada kehamilan dan persalinan Banyak keadaan yang timbul selama kehamilan dan persalinan, yaitu mulai dari perasaan pegal-pegal pada punggung, perasaan terbakar pada ulu hati, hingga edema tungkai, garis-garis pada perut dan inersia uteri dapat dicegah
Universitas Sumatera Utara
dengan penggunaan minyak esensial aromaterapi merupakan terapi tambahan yang sangat bermanfaat diantara berbagai alternatif yang ditawarkan pada klien selama
kehamilan,
persalinan
serta
nifas
menjadi
pengalaman
yang
menyenangkan (Laundie, 1993 dikutip oleh Price, 1997). Ada tiga sifat minyak esensial yang berkaitan langsung dengan kehamilan dan persalinan yaitu sifat emenogogum, hormonal dan uterotonik (Valnet, 1990 dikutip oleh Price, 1997). Minyak esensial yang berkasiat hormonal mempengaruhi uterus dengan menstimulasi kerja sistem endokrin dan sebagian diantaranya cukup efektif untuk mengatasi banyak permasalahan wanita yang berkaitan dengan kerja hormon seperti amenore, kesulitan dalam kehamilan dan menopause, morning sickness, stress saat kehamilan, nyeri persalinan dan juga berkasiat sesudah persalinan untuk mendukung produksi prolaktin ( Francome, 1990 dikutip oleh Price, 1997). 3.5.1
Aromaterapi Lavender Lavender oil yang umum digunakan dalam perawatan memiliki nama
latin lavunda angustifolia. Minyak lavender ini berasal dari bunga lavender, wanginya segar sekaligus menenangkan. Minyak esensial ini sangat aman sehingga dapat digunakan untuk mengobati luka. Kandungan zat aktif yang dimiliki lavender berkasiat sebagai penghilang rasa sakit, antiseptik, meregenerasi sel kulit dan m enenangkan sel saraf, mengatasi ketegangan otot , dan mengatasi gangguan pencernaan.Minyak lavender dapat digunakan sebagai campuran minyak pijat, diteteskan pada air mandi untuk berendam, inhalasi atau pewangi ruangan dan memberikan efek relaksasi.(Marum, 2009)
Universitas Sumatera Utara
Penggunaan minyak lavender dalam persalinan telah banyak memberikan hasil yang baik, baik dalam bentuk pemakaian dengan cara mandi rendam maupun dengan teknik inhalasi (Price, 1997). Lavender dikenal dengan sebutan bahasa latin lavandula officinalis L. Vera. Minyak lavender diperoleh dengan cara distilasi bunga. Komponen kimia utama yang dikandungnya adalah ester jenis linalil asetat, linalool, alkohol, oksida, keton dan aldehid (Agusta, 2000). Minyak levender sangat bersifat serba guna, sangat cocok untuk merawat kulit terbakar, terkelupas, dan juga membantu kasus insomnia. Aromanya berkasiat membangkitkan kesehatan, cinta, dan kedamaian (Agusta, 2000). Lavender juga bersifat analgesik; untuk nyeri kepala, nyeri otot, bersifat antibakterial, antifungal, antiinflamasi, antiseptik, dan penenang (Price, 1997). Sejauh ini tidak ada kontraindikasi yang diketahui dan tidak terdapat iritasi atau sensitisasi jika digunakan pada kulit dan juga tidak mengiritasi mukosa. lavender adalah aromaterapi yang sangat aman yang banyak digunakan untuk keperluan-keperluan rumah tangga dan wanginya yang banyak digemari (Price, 1997).
Universitas Sumatera Utara