BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Tekanan darah adalah tekanan yang diberikan oleh sirkulasi darah pada dinding pembuluh darah dan merupakan salah satu tanda-tanda vital yang utama. Peningkatan atau penurunan tekanan darah akan mempengaruhi homeostatis di dalam tubuh (Palmer, 2007). Menurut Shep (2005), tekanan darah selalu diperlukan untuk daya dorong mengalirnya darah di dalam arteri, arteriola, kapiler dan sistem vena, sehingga terbentuklah suatu aliran darah yang menetap. Jika sirkulasi darah menjadi tidak memadai lagi, maka terjadilah gangguan pada sistem transportasi oksigen, karbondioksida, dan hasil-hasil metabolisme lainnya. Terdapat dua macam kelainan pada tekanan darah, antara lain yang dikenal sebagai hipotensi atau tekanan darah rendah dan hipertensi atau tekanan darah tinggi. Tekanan darah rendah adalah kondisi abnormal dimana tekanan darah seseorang jauh lebih rendah dari pada biasanya yang dapat menyebabkan gejala seperti pusing atau pingsan. Tiga tipe hipotensi yang sering terjadi yaitu: hipotensi ortostatik, hipotensi terkait saraf (Neurally Mediated Hypotension) dan hipotensi berat yang terkait dengan syok. Tekanan darah dapat diukur dengan Spygmomanometer yang telah dikalibrasi dengan tepat (Setiati, 2004). Klasifikasi Hipertensi menurut The Joint National Committee (JNC VII), pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal, prahipertensi, hipertensi derajat satu dan hipertensi derajat dua (Yogiantoro, 2006).
1
2
Hipertensi adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri, keadaan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg. Hipertensi mempunyai komplikasi pembuluh darah yang dapat menyebabkan penyakit jantung koroner, stroke dan gagal ginjal. Dampak yang dapat ditimbulkan oleh hipertensi adalah kerusakan ginjal, pendarahan pada selaput bening (retina mata), pecahnya pembuluh darah di otak serta dapat mengakibatkan kelumpuhan. Hipertensi dan penyakit jantung meliputi lebih dari sepertiga penyebab kematian individu di indonesia, yaitu hipertensi 6,8% dan penyakit jantung 4,6% (Depkes RI, 2007). Hipertensi merupakan penyakit yang menjadi perhatian di banyak negara di dunia, karena hipertensi merupakan salah satu penyebab kematian nomor satu secara global. Menurut World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring dengan jumlah penduduk yang semakin bertambah, pada tahun 2025 mendatang diproyeksikan untuk pria 26,6% dan wanita sekitar 26,1 % (Apriany, 2012). Kejadian hipertensi lebih banyak terjadi di negara ekonomi berkembang dibandingkan negara maju, di negara ekonomi berkembang sebesar 40%, sedangkan di negara maju hanya 30%. Berdasarkan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan, bahwa prevalensi kejadian hipertensi di Indonesia mengalami penurunan dari 31,7% pada tahun 2007 menjadi 25,8% pada tahun 2013. Sedangkan Angka prevalensi hipertensi di Bali yaitu 19,9% (Riskesdas, 2013). Dinas Kesehatan Kota Denpasar (Dinkes) 2014 menyatakan angka kunjungan pasien dengan hipertensi pada tahun 2014 di Puskesmas III
3
Denpasar Utara mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya, yaitu pada bulan Desember tahun 2013 kunjungan pasien dengan hipertensi yaitu 232 kunjungan sedangkan pada bulan Agustus tahun 2014 yaitu 279 kunjungan (Dinkes, 2014). Hipertensi jika tidak diatasi dapat menyebabkan beberapa gangguan, salah satunya adalah gangguan kualitas tidur. Berdasarkan hasil penelitian Legramante dan Galante (2005), kualitas tidur yang buruk dapat membuat sistem saraf berada pada keadaan hiperaktif yang kemudian mempengaruhi sistem seluruh tubuh termasuk jantung dan pembuluh darah sehingga dapat menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan darah atau hipertensi. Didukung juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Javaheri dan Redline (2008) dari Case Western Reverse School of Medicine Cleveland yang menyatakan, bahwa terdapat hubungan antara kualitas tidur yang buruk dengan prahipertensi pada orang dewasa dan dapat meningkatkan tekanan darah sistolik dan diastolik pada orang dewasa yang memiliki kualitas tidur buruk. Kualitas tidur yang buruk dapat meningkatkan aktivitas dalam korteks adrenal dan menyebabkan otot-otot menjadi berkontraksi. Pada saat seseorang mengalami gangguan tidur jantung akan berdetak lebih cepat dan pembuluh darah akan mengalami vasokontriksi sehingga menyebabkan tekanan darah meningkat (Epstein, 2008). Seseorang yang memiliki kualitas tidur yang buruk biasanya akan memperlihatkan perasaan lelah, gelisah, lesu, kehitaman di sekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah, mata perih, penglihatan terpecah-pecah, sakit kepala dan sering menguap atau mengantuk. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas tidur individu antara lain usia, lingkungan, kelelahan,
4
gaya hidup, stres psikologis, alkohol, diet, merokok, motivasi dan keadaan sakit (Hidayat, 2006). Salah satu faktor dari kualitas tidur yang kurang baik yaitu kebiasaan durasi tidur yang pendek, dimana durasi tidur yang pendek sering dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah terutama pada kalangan orang dewasa (Amir, 2008). Berdasarkan penelitian dari Gottlieb (2006), menunjukkan bahwa seseorang yang mengalami tidur kurang dari enam sampai tujuh jam setiap malamnya ternyata memiliki risiko lebih besar terhadap penyakit darah tinggi atau hipertensi. Setiap tahun diperkirakan sekitar 20–50% orang dewasa melaporkan adanya gangguan tidur dan sekitar 17 % mengalami gangguan tidur yang serius. Orang dewasa atau usia lanjut yang mempunyai riwayat depresi, stroke, penyakit jantung, penyakit paru, diabetes, artritis atau hipertensi sering melaporkan bahwa kualitas tidurnya buruk dan durasi tidurnya kurang. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan penulis di Dinas Kesehatan Kota Denpasar didapatkan data kunjungan hipertensi terbanyak yaitu di Puskesmas III Denpasar Utara. Data rekam medik di Puskesmas III Denpasar Utara menyebutkan jumlah kunjungan kasus hipertensi paling banyak berasal dari wilayah Kelurahan Peguyangan yaitu pada bulan Agustus sebanyak 96 kunjungan, bulan September 2014 sebanyak 73 kunjungan dan bulan Oktober 2014 sebanyak 78 kunjungan. Dari 12 banjar di Kelurahan Peguyangan, kunjungan dengan kasus hipertensi terbanyak berasal dari Banjar Kertasari, yaitu 17 kasus pada bulan Agustus, 18 kasus pada bulan September, dan 15 kasus pada bulan Oktober 2014. Hasil wawancara dengan lima orang yang menderita hipertensi di Banjar Kertasari
5
Kelurahan Peguyangan mengatakan kalau kualitas tidur mereka kurang baik, mereka sering mengatakan terbangun tengah malam dan sering mengeluh sakit kepala pada malam hari. Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “ Hubungan Kualitas Tidur dengan Tekanan Darah pada Usia Dewasa di Banjar Kertasari Kelurahan Peguyangan Denpasar Utara”.
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, maka dapat dibuat
rumusan masalah sebagai berikut: “Adakah Hubungan antara Kualitas Tidur dengan Tekanan Darah pada Usia Dewasa di Banjar Kertasari Kelurahan Peguyangan Denpasar Utara“.
1.3
Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu:
1.3.1 Tujuan umum: Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara kualitas tidur dengan tekanan darah pada orang dewasa di Banjar Kertasari Kelurahan Peguyangan Denpasar Utara. 1.3.2 Tujuan khusus: a. Mengidentifikasi kualitas tidur pada usia dewasa di Banjar Kertasari Kelurahan Peguyangan Denpasar Utara. b. Mengidentifikasi tekanan darah pada usia dewasa di Banjar Kertasari Kelurahan Peguyangan Denpasar Utara.
6
c. Menganalisis hubungan antara kualitas tidur dengan tekanan darah pada usia dewasa di Banjar Kertasari Kelurahan Peguyangan Denpasar Utara.
1.4
Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara
praktis dan teoritis. 1.4.1 Manfaat secara praktis Bagi perawat sebagai bahan masukan untuk dapat meningkatkan mutu pelayanan keperawatan khususnya pada orang dewasa yang mengalami gangguan tidur dan hipertensi. 1.4.2 Manfaat secara teoritis a. Bagi ilmu keperawatan diharapakan dapat menambah wawasan kepada masyarakat mengenai pencegahan hipertensi dengan memperbaiki kualitas tidur setiap individu. b. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dari hasil penelitian ini dapat memberikan acuan dalam melakukan penelitian selanjutnya terkait kualitas tidur dan tekanan darah.
1.5
Keaslian Penelitian Deshinta (2009), dalam penelitiannya yang berjudul “Hubungan Kualitas
Tidur Dengan Tekanan Darah Pada Remaja Usia 15-17 Tahun Di SMA Negeri 1 Tanjung Morawa”. Rancangan penelitian kolerasi dengan pendekatan cross sectional, sampel yang digunakan sebanyak 287 siswa yang berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Analisa data yang digunakan adalah t-independen dan
7
hasilnya
bahwa tidak ada perbedaan kualitas tidur yang baik maupun buruk
dengan tekanan darah sistolik maupun diastolik (p<0,05). Perbedaan dengan penelitian ini antara lain sampel dan lokasi yang diteliti, pada penelitian Deshinta (2009) menggunakan sampel pada usia 15-17 tahun, sedangkan penelitian ini menggunakan sampel pada usia 40-60 tahun. Nova & Bebasari (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “ Hubungan Kualitas Tidur dengan Tekanan Darah Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Riau Angkatan 2012”. Analisa data yang digunakan adalah uji ChiSquare dan uji alternatif Uji-Fisher dengan banyak sampel 115 orang. Penelitian ini menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara kualitas tidur yang buruk dengan peningkatan tekanan darah diastolik (p=0.05). Perbedaan penelitian ini sampel dan lokasi yang diteliti, pada penelitian Nova & Bebasari (2012) menggunakan sampel pada mahasiswa di Fakultas Kedokteran Riau Angkatan 2012 dan lokasi penelitian dilakukan di Universitas Riau sedangkan pada penelitian ini menggunakan sampel pada orang dewasa yang berusia 40-60 tahun di Banjar Kertasari Kelurahan Peguyangan Denpasar Utara. Sarah (2014), dalam penelitiannya yang berjudul “Hubungan Tekanan Darah Sistolik dengan Kualitas Tidur Pasien Hipertensi Di Puskesmas Bahu Manado”. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan cross sectional, sampel yang digunakan sebanyak 44 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Accidental Sampling yaitu mengambil responden sebagai sampel berdasarkan kebetulan bertemu dengan peneliti dan memenuhi kriteria inklusi dan eklusi. Analisa data yang digunakan adalah uji Chi-Square test dan hasilnya
8
adalah terdapat hubungan tekanan darah sistolik dengan kualitas tidur pada pasien hipertensi di Puskesmas Bahu Manado (p=0,001). Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada teknik pengambilan sampel, pada penelitian yang dilakukan oleh Sarah (2014) menggunakan teknik pengambilan sampel dengan Accidental Sampling yaitu mengambil responden sebagai sampel berdasarkan kebetulan, sedangkan penelitian ini menggunakan Purposive Sampling yaitu memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti.