REKONSTRUKSI FONEM PROTO KELOMPOK BAHASA CIACIA: LINGUISTIK HISTORIS KOMPARATIF THE PROTO PHONEME RECONSTRUCTION OF CIA-CIA LANGUAGE: A HISTORIC COMPARATIVE LINGUISTICS
Asrul Nazar, Hamzah A. Machmoed, Muhammad Nurlatif Jurusan Linguistik, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Hasanuddin, Makassar
Alamat Korespondensi Asrul Nazar Program Pascasarjana Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin Makassar, 90245 E-mail :
[email protected] HP : 085241628716
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan mengungkap dan mendeskripsikan tentang bentuk fonem purba (proto) kelompok BCc berdasarkan rekonsrtuksi dalam (internal reconstruction) dan mengelompokan kelompok BCc. Pengumpulan data menggunakan metode cakap dan metode simak. Jenis penelitian ini adalah historis komparatif dengan menggunakan metode kualitatif dan metode kuantitatif. Metode kualitatif digunakan untuk membandingkan fakta-fakta linguistik, sedangkan untuk metode kuantitatif digunakan leksikostatistik untuk mengelompokan kelompok BCc. Berdasarkan hasil rekonstruksi fonem proto kelompok BCc diperoleh fonem proto vokal sebanyak lima buah, yaitu: /*i, *u, *e, *o, *a/. Distribusi penyebaran fonem terdapat pada semua posisi, yakni posisi awal, tengah, dan posisi akhir. Fonem proto konsonan diperoleh sebanyak 17 buah, yaitu /*p, *b, *t, *c, *j, *k, *g, *ɖ, *b̑, *β, *s, *h, *l, *m, *n, *ŋ, *R/. Distribusi penyebaran proto fonem hanya terdapat pada posisi awal dan tengah kata. Proto gugus konsonan prenasal kelompok BCc terdapat 6 buah, yaitu: /*mp, *mb, *nt, *nd, *nc, *ŋk/. Distribusi proto gugus konsonan /*mp, *mb, *nd, ŋk/ dapat hadir pada posisi awal dan tengah kata. Sedangkan /*nt, *nc/ hanya dapat hadir pada posisi tengah. Pengelompokan BCc terbagi atas dua kelompok, yaitu: kelompok pertama adalah tahowaka, yakni: varian tko, wba, hmo, dan kda, sedangkan kelompok kedua adalah lilowiwoka, yakni: lpo, lpi, wki, wlw, dan wk. Kedua kelompok tersebut dipertalikan pada 76,7%. Kata Kunci: fonem proto, kelompok bahasa, linguistik historis komparatif.
ABSTRACT The study aims to describe forms of proto phoneme of BCc group based on internal reconstruction and their categories. The data were collected through speaking and listening technique. The sudy is a historic comparative research using both qualitative and quantitative approaches. The former was used to compare linguistic evidence while the latter was lexicostatistics used to categorise group of BCc. The phoneme reconstruction indicates 5 proto vowels: /*i, *u, *e, *o, *a/. The phoneme distribution is available in very position: at the beginning, in the middle, and at the end. There are 17 proto consonant phoneme found: /*p, *b, *t, *č, *ǰ, *k, *g, *ɖ, *b̑, *β, s, *h, *l, *m, *n, *ŋ, *R/. The distribution of proto phonemes are only at the initial and middle syllable positions. There are 6 proto prenasal consonant cluster of BCc: /*mp, *mb, *nt, *nd, *nc, *ŋk/. The distribution of proto consonant cluster /*mp, *mb, *nd, *ŋk/ are available in initial and middle positions while /*nt, *nc/ is only middle position. BCc is grouped into tho: tahowaka with variants of tko, wba, hmo, and kda and lilowiwoka with variants of lpo, lpi, wki, wlw, and wk. Both groups were attributed to 76,7%.
Keywords: proto phoneme, language group, historic comparative linguistics.
PENDAHULUAN Bahasa adalah sistem lambang berupa bunyi yang yang bersifat sewenang-wenang (arbitrer) yang dipakai oleh anggota-anggota masyarakat untuk saling berhubungan dan berinteraksi (Bloomfield, 1962). Indonesia memiliki beragam bahasa daerah sebagai bahasa penghubung intradaerah, walaupun kita mempunyai bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional (persatuan) tetapi bahasa daerah itu mempunyai variasi bahasa yang berbeda. Bahasa-bahasa daerah tersebut tersebar dari Sabang sampai Merauke. Bahasa daerah merupakan produk lokal sebagai ekspresi atau jati diri dari masyarakat tertentu yang diwariskan secara turun-temurun sebagai bentuk warisan budaya. Blust (1981) membagi bahasa-bahasa Austronesia atas empat kelompok utama, yaitu: Atayal, Tsou, Paiwan, dan Melayu-Polinesia. Berdasarkan tiga kelompok utama, yaitu: Atayal, Tsou, dan Paiwan terdapat di Formosa. Kelompok Melayu-Polinesia Barat terdiri atas semua bahasa di Indonesia Barat (bahasa Sulawesi dan bahasa Sundik), Pilipina, Chamorro, Palau, Chami, dan Malagasi; kelompok Melayu-Polinesia Tengah terdiri atas semua bahasa di Flores, Timor, Sumba, Sumbawa Timur (bahasa Bima), Maluku tengah, dan Maluku Selatan; kelompok Melayu-Polinesia Timur meliputi bahasa-bahasa Halmahera Selatan, dan Iran Jaya. Bahasa-bahasa Melanesia, Mikronesia, dan Polinesia ditempatkan ke dalam subkelompok Oseania. Bahasa Ciacia (BCc) tergolong dalam kelompok Autronesia, Melayu-Polinesia subrumpun Muna-Buton dengan populasi sebanyak 79.000 (SIL, 2005 dalam Wikipedia www.ethnologue.com/language/cia). BCc merupakan salah satu bahasa yang dituturkan oleh sebagian besar masyarakat di bagian Selatan pulau Buton, Provinsi Sulawesi Tenggara. Lokasi Penutur BCc kini tersebar di tiga wilayah otonomi, yaitu: (1) kabupaten Buton; (2) kabupaten Wakatobi; dan (3) kota Baubau (Konisi dan Hidayat, 2001). BCc adalah bahasa yang bertipe vokalik. BCc dituturkan oleh masyarakat Ciacia yang secara garis besar terbagi dalam empat subetnis, yaitu: Laporo, Burangasi, Wabula, dan Lapandewa. Keempat subetnis tersebut masing-masing memiliki karakteristik tersendiri. Dewasa ini, etnis Ciacia mulai mendapat banyak perhatian masyarakat dan namanya mulai terangkat ke luar Indonesia. Profesor dari Korea, Chun Thai Hyun meyakini adanya kekhasan yang menarik dalam keanekaragaman linguistik di daerah Buton, yakni keanekaragaman yang ditunjukkan oleh BCc (Azhar, 2011). Akhirnya membuahkan sebuah afiliasi konstruktif dengan pemerintah Baubau dengan mentransformasi BCc ke dalam alphabet Hanggeul (aksara Korea). Hasil Penelitian (Hanan, 2014) dengan judul “Genealogi Bahasa Ciacia” diketahui bahwa tidak adanya hubungan kekerabatan antara BCc dengan
bahasa Korea, adanya hanyalah kesamaan bunyi antara keduanya adalah bentuk keuniversalan bahasa. Abdulah dkk., (1991) membagi varian BCc ke dalam sembilan varian yaitu: (1) varian Takimpo (tko), (2) Wabula (wba), (3) Holimombo (hmo), (4) Kondowa (kda), (5) Laporo (lpo), (6) Lapodi (lpi), (7) Wakaokili (wki), (8) Wolowa (wlw), dan (9) varian WasagaKancinaa (wk). Sebagai varian yang berbeda dalam satu bahasa, tidak mengherankan apabila ditemukan perbedaan serta kemiripan fonem, morfem, ataupun perbedaan penyebutan. Hal ini tampak pada contoh kata /liŋka/ ‘pergi’ dalam varian Wakaokili, /haŋka/ ‘pergi’ dalam varian Wasaga-Kancinaa, dan /βilaka/ ‘pergi’ dalam varian Wabula. Penelitian tentang rekonstruksi fonem proto sebelumnya telah dilakukan oleh Machmoed dengan judul “Rekonstruksi Proto Kelompok Bahasa Gorontalo”. Hasil penelitian mendeskripsikan pada rekaman bentuk-bentuk kata yang diwariskan oleh etimon Proto Gorontalo (PG) dalam bahasa-bahasa di kelompoknya telah terjadi perubahan bersifat sporadis dan pada umumnya tidaklah mengacu kepada suatu rampatan yang bersistem. etimon-etimon Proto Gorontalo (PG) yang direfleksikan oleh bentuk-bentuk kata anggota kelompoknya ternyata tidak mengalami perubahan yang mencolok. Kekerabatan anggota kelompok tersebut sangat erat; Perubahan-perubahan bunyi yang terjadi pada umumnya masih berkaitan dengan wilayah atrikulasi: PAN *R> PG *g> Gor /h/ pada umumnya tetap /g/ pada anggota kelompok Gorontalo. Selanjutnya kembali dilakukan oleh Nurlatief dengan judul penelitian “Rekonstruksi Fonem Purba Bahasa Makassar”. Rekonstruksi dan klasifikasi dilakukan dalam 5 (lima) varian bahasa Makassar yaitu varian Lakiung (LK), Turatea (TRT), Bantaeng (BTG), Konjo (KJ), dan Selayar. Hasil penelitian mendeskripsikan bahwa kelima varian tersebut memperlihatkan adanya kesepadanan yang konsisten dan memiliki sifat penyebaran yang sama. Hasil rekonstruksi yang dilakukan menunjukan bahwa Dialek Makassar Purba (DMP) memiliki 5 buah vokal /*i, *e, *u, *o, *a/ sedangkan pada bunyi konsonan terdapat 19 buah yaitu: /*p, *b, *d, *t, *k, *g, *ʔˌ *s, *h, *c, *j, *r, *l, *m, *n, *ɲ, *ŋ, *w, *y/. Rekonstruksi merupakan metode yang digunakan untuk memperoleh fonem atau morfem proto dari suatu kelompok bahasa berkerabat, yang dianggap pernah ada dalam bahasa-bahasa purba, yang sama sekali tidak memiliki naskah tertulis (Murmahyati, 2002). BCc merupakan salah satu bahasa yang tidak memiliki naskah tulis. Berdasarkan uraian di atas, tujuan penelitian ini adalah mengungkap dan mendeskripsikan tentang bentuk fonem purba (proto) kelompok BCc berdasarkan kaedah rekonstruksi dalam (internal rekonstruction) dan mengelompokan kelompok BCc.
BAHAN DAN METODE Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian linguistik historis komparatif dengan tujuan merekonstruksi fonem purba (proto) dalam kelompok BCc beserta mengelompokan kelompok BCc dengan menggunakan metode kualitatif dan metode kuantitatif. Metode kualitatif digunakan untuk membandingkan data-data kebahasaan berdasarkan fakta-fakta linguistik sedangkan metode kuantitatif digunakan untuk memperoleh deskripsi persentase kekerabatan antara varian kelompok BCc dengan menggunakan teknik leksikostatistik. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Kabupaten Buton, Provinsi Sulawesi Tenggara. Pengambilan data berdasarkan setiap varian, yaitu: varian Takimpo, meliputi Kelurahan Pasarwajo dan Kelurahan Takimpo; varian Wabula, meliputi Desa Wabula, dan Desa Wasuemba; varian Holimombo, meliputi Desa Holimombo, dan Desa Koholimombono; varian Kondowa meliputi Desa Kondowa; varian Laporo, meliputi Kelurahan Kombeli; varian Lapoɖi meliputi Desa Lapoɖi; varian Wakaokili meliputi Desa Wanguwangu, Desa Kaongkeongkea; varian Wolowa, meliputi Desa Wolowa; dan varian Wasaga-Kancinaa meliputi Desa Wasaga dan Desa Kancinaa. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 26 Maret 2014 sampai dengan 5 Mei 2014. Sumber Data Objek penelitian ini ialah kelompok BCc, sasaran penelitian ini mencakupi tuturan yang bersumber dari penutur asli kelompok BCc. Sumber data penelitian ini adalah data-data kognat atau kata-kata kerabat yang diperoleh dari kosakata dasar Sulawesi Wordbook Umbrella Wordlist yang diterbitkan Summer Institute of Linguistik (SIL). Populasi penelitian ini sebannyak 487 kata dan sampel penelitian ini sebanyak 53 kata kognat. Teknik Pengumpulan Data Data diperoleh melalui penelitian lapangan. Data dikumpulkan dengan menggunakan wawancara kepada informan setiap varian dalam kelompok BCc. Menurut Samarin (1988:55), peneliti perlu memiliki informan-informan yang benar-benar dapat dianggap mewakili masyarakat bahasa, maka ia harus mencari orang-orang yang betul-betul sepenuhnya berpengalaman dalam soal ini. Metode penyediaan data untuk penelitian linguistik historis komparatif, yaitu metode cakap dan metode simak. Teknik dasar metode cakap, yaitu (1) teknik cakap semuka; (2) teknik cakap tansemuka; (3) teknik catat dan teknik rekam. Metode simak adalah sebuah cara yang dilakukan peneliti untuk memperoleh data dilakukan dengan menyimak penggunaan
bahasa. Teknik dasar dalam metode simak adalah metode sadap, dimaksudkan pada hakikatnya penyimakan diwujudkan dengan bentuk penyadapan (Mahsun, 2012). Analisis Data Teknik analisis data penelitian ini menggunakan dua metode, yaitu metode perbandingan dan metode leksikostatistik (Crowley, 1987). Teknik-teknik yang dimaksud adalah (1) mendaftar Sulawesi Wordbook Umbrella Wordlist; (2) menetapkan kata kerabat yang memiliki hubungan genetis dengan kriteria sebagai berikut: (a) pasangan yang identik; (b) Pasangan yang memiliki pasangan korespondensi fonemis; (c) Pasangan yang mirip secara fonetis; (d) pasangan satu fonem berbeda (Keraf, 1991); (3) Merekonstruksi kata-kata kognat; (4) Menghitung presentase kekerabatan; dan (5) mengelompokan kelompok BCc. Tingkat hubungan kekerabatan antara varian-varian bahasa dapat diketahui dengan rumusan sebagai berikut: H=
J
G Keterangan: H = Hubungan kekerabatan J = Jumlah kata kerabat G = Gloss
x 100
Rekonstruksi fonem proto kelompok BCc dilakukan pada level rekonstruksi yang lebih rendah (lower level reconstruction) hal ini disebabkan belum adanya penelitian terdahulu tentang rekonstuksi pada kelompok BCc. Menurut Adelaar dalam Nurlatif (2011), jika rekonstruksi fonem suatu bahasa lebih rendah belum ada, maka hampir dapat dipastikan hasil rekonstruksi bahasa pada tingat yang lebih tinggi (higher level) juga samar-samar. HASIL Penelitian ini menunjukkan bahwa rekonstruksi fonem proto dilakukan dengan langkah kerja yang teratur dan bersistem. Langkah-langkah rekostruksi ini dibuat berdasarkan faktafakta linguistik dari kelompok BCc, yaitu varian Takimpo (tko), Wabula (wba), Holimombo (hmo), Kondowa (kda), Laporo (lpo), Lapodi (lpi), Wakaokili (wki), Wolowa (wlw), dan varian Wasaga-Kancinaa (wk). Langkah-langkah kerja rekonstruksi, yaitu menyusun katakata sepadan yang berpotensi di antara varian-varian yang berkait. Kosakata yang digunakan dalam penelitian ini adalah Sulawesi Wordbook Umbrella Wordlist. Kosakata tersebut digunakan sebagai kosakata dasar karena sebagai kosakata khusus untuk menganalisis bahasabahasa di Sulawesi yang diterbitkan oleh Summer Institute of Linguistik (SIL) sejumlah 487
kata. Kosakata tersebut merupakan kumpulan dari kata-kata anggota tubuh, hubungan kemasyarakatan, binatang, kata ganti, tumbuh-tumbuhan, alam dunia, buatan manusia, kata sifat, tata bahasa, nomor-nomor, posisi, waktu, kata kerja, kebiasaan, dan kata tanya. Selanjutnya, menentukan kata-kata sekognat yang terdapat dalam kelompok BCc. Katakata yang digunakan dalam perbandingan bahasa adalah kata-kata yang sekognat yang merupakan refleksi dari hasil pantulan sejarah warisan suatu sumber bahasa yang sama. Penentuan kata kognat dilakukan dengan melihat kesamaan bentuk dan makna dari kelompok bahasa tersebut. Terakhir, melakukan rekonstruksi tiap fonem yang terdapat dalam pasangan kata yang sama diperbandingkan. Rekonstruksi atau pemulihan fonem proto kelompok BCc dilakukan dengan membandingkan set korespondensi pada kata seasal dalam kata-kata berkerabat. Daftar set korespondensi berdasarkan kata berkerabat dalam kelompok Bcc (Tabel 1). Berdasarkan set korespondensi tersebut, fonem yang distribusinya dominan dapat langsung ditetapkan sebagai fonem proto (Tabel 2). Misalnya, pada korespondensi pertama, yaitu: /k/ dapat ditetapkan sebagai fonem /*k/ yang dihipotesiskan merupakan refleksi dari fonem proto kelompok BCc. Hal tersebut berlaku pula pada fonem-fonem lain yang dominan dalam distribusi korespondensinya. Apabila dalam satu set korespondensi terdapat korespondensi yang berlainan, maka belum dapat langsung ditetapkan fonem protonya. Hal ini disebabkan terdapatnya beberapa korespondensi di dalam kata tersebut. Fonem-fonem yang telah ditetapkan fonem protonya, dapat diinventarisasi berdasarkan posisi dan cara artikulasinya. *p *mp
*b *mb *b̑ *m
*t *nt
*c *nc
*nd
*j
*k *ŋk
*g
*ɖ *n *s
*ŋ *h
*β *l *i *e
*u *o
*a Fonem-fonem yang berlainan tersebut adalah /g/, /R/, dan /h/. Perihal fonemena tersebut berlaku hukum korespondensi Van Der Tuk, yaitu hukum RDL dan RGH. Hukum tersebut menjelaskan bahwa dalam bahasa Austronesia Purba dikenal dua macam fonem trill, yaitu trill alveolar /*r/ dan trill uvular /*R/. Fonem purba /*r/ menurunkan tiga fonem baru dalam bahasa-bahasa Austonesia sekarang, yaitu /r/, /d/, dan /l/. Penurunan fonem-fonem baru ini
disebabkan oleh daerah artikulasinya yang berdekatan sekitar alveolum. Demikian pula fonem Astronesia purba /*R/ menurunkan fonem-fonem pantulan berupa /R/. /g/, dan /h/. Hal ini disebabkan fonem-fonem tersebut daerah artikulasinya berdekatan sekitar velum. Apabila keseluruhan fonem-fonem telah ditetapkan fonem protonya, maka dapat dibuat tabel inventori berdasarkan posisi dan cara artikulasinya. Inventori dimulai dengan proto vokal (Tabel 3), selanjutnya proto konsonan dan proto gugus konsonan (Tabel 4). Perihal mengelompokan dilakukan dengan bukti-bukti kuantitatif atau persentase kekerabatan kelompok BCc berdasarkan kesamaan kata seasal (Tabel 5). Berdasarkan hasil perhitungan, tampak bahwa hasil persentase kata seasal yang paling besar adalah 91 % di antara varian wba dan varian hmo. Kemudian menyusul varian lpo dan varian lpi sebesar 86%. Varian lpo, lpi, wki, wlw, dan wk dipertalikan pada persentase kata seasal 82,7% karena persentase rata-rata varian lpo dan lpi adalah 86%, lpo dan wki adalah 81%, lpo dan wlw adalah 83%, dan lpo dan wk adalah 81%. Dengan demikian tinggal empat varian yang tersisa ialah varian tko, wba, hmo, dan kda. Varian wba, hmo, dan kda dipertalikan pada persentase kata seasal 87% karena persentase rata-rata varian wba dan hmo adalah 91% dan persentase rata-rata varian wba dan kda adalah 83%. Persentase rata-rata tko dan wba; tko dan hmo; tko dan kda adalah tko sebesar 83% karena tko dan wba adalah 81%; tko dan hmo adalah 83 %; tko dan kda adalah 85%. Persentase rata-rata varian kda dan tko; kda dan wba; kda dan hmo adalah kda 84% karena kda dan tko adalah 85%; kda dan wba adalah 83%; dan kda dan hmo adalah 85%. Kedua kelompok dipertalikan pada 80,7%. Berdasarkan tenemuan di atas, maka berikut ini dapat dilihat garis silsilah kekerabatan kelompok BCc (Tabel 6). PEMBAHASAN Penelitian ini menemukan hasil rekonstruksi fonem proto kelompok BCc diperoleh fonem proto vokal sebanyak 5 buah, yaitu /*i, *u, *e, *o, *a/. Berdasarkan posisinya proto fonem vokal /*i/ ialah vokal tinggi depan, /*u/ ialah vokal tinggi belakang, /*e/ ialah vokal tengah depan, /*o/ ialah vokal tengah belakang, dan /*a/ ialah vokal rendah tengah. Distribusinya proto fonem vokal di atas, dapat hadir pada semua posisi, yaitu: posisi awal, tengah, dan posisi akhir. Proto fonem konsonan kelompok BCc diperoleh sebanyak 17 buah, yaitu /*p, *b, *t, *c, *j, *k, *g, *ɖ, *b̑, *β, *s, *h, *l, *m, *n, *ŋ, *R/. Berdasarkan posisinya proto fonem konsonan /*p/ ialah bilabial plosif tak bersuara, /*b/ ialah bilabial bersuara; /*t/ ialah plosif alveolar tak bersuara; /*c/ ialah plosif palatal tak bersuara, /*j/ ialah plosif palatal bersuara; /*k/ ialah plosif velar tak bersuara, /*g/ ialah plosif velar bersuara; /*b̑/ ialah implosif bilabial
bersuara, /*ɖ/ ialah implosif retrofleks bersuara; /*β/ ialah frikatif bilabial bersuara, /*s/ ialah frikatif alveolar tak bersuara, /*h/ ialah frikatif glotal tak bersuara; /*m/ ialah nasal bilabial bersuara, /*n/ ialah nasal alveolar bersuara, /*ŋ/ ialah nasal velar bersuara, /*l/ ialah lateral alveolar bersuara; dan /*R/ ialah trill ulular bersuara. Distribusi proto konsonan di atas, dapat hadir pada semua posisi Proto fonem gugus konsonan prenasal sebanyak 6 buah, yaitu /*mp, *mb, *nt, *nd, *nc, *ŋk/. Berdasarkan posisinya proto fonem gugus konsonan /*mp/ ialah prenasal plosif tak bersuara, /*mb/ ialah prenasal plosif bilabial bersuara; /*nt/ ialah prenasal plosif alveolar tak bersuara, /*nd/ ialah prenasal alveolar bersuara; /*nc/ ialah prenasal plosif palatal tak bersuara, dan /*ŋk/ ialah prenasal plosif velar tak bersuara. Pengelompokan BCc terbagi atas dua kelompok, yaitu: kelompok pertama adalah tahowaka, yakni: varian Takimpo (tko), Wabula (wba), Holimombo (hmo) dan varian Kondowa (kda), sedangkan kelompok kedua adalah loliwiwoka, yakni varian Laporo (lpo), Lapoɖi (lpi), Wakaokili (wki), Wolowa (wlw) dan varian Wasaga-Kancinaa (wk). Kedua kelompok varian tersebut dipertalikan pada tingkat 76,7%. KESIMPULAN DAN SARAN Rekonstruksi fonem proto kelompok BCc diperoleh fonem proto vokal sebanyak 5 buah, yaitu /*i, *u, *e, *o, *a/. Distribusi penyebaran fonem proto vokal pada semua posisi, yaitu: posisi awal, tengah, dan akhir kata. Fonem proto konsonan diperoleh sebanyak 17 buah, yaitu /*p, *b, *t, *c, *j, *k, *g, *ɖ, *b̑, *β, *s, *h, *l, *m, *n, *ŋ, *R/. Distribusi penyebaran proto konsonan hanya terdapat pada posisi awal dan tengah kata. Proto fonem gugus konsonan prenasal sebanyak 6 buah, yaitu: /*mp, *mb, *nt, *nd, *nc, *ŋk/. Pengelompokan BCc terbagi atas dua kelompok, yaitu: kelompok pertama adalah tahowaka, yakni: varian Takimpo (tko), Wabula (wba), Holimombo (hmo) dan varian Kondowa (kda), sedangkan kelompok kedua adalah loliwiwoka, yakni varian Laporo (lpo), Lapoɖi (lpi), Wakaokili (wki), Wolowa (wlw) dan varian Wasaga-Kancinaa (wk). Kedua kelompok varian tersebut dipertalikan pada tingkat 76,7%. Diharapkan penelitian-penelitian linguistik perlu ditingkatkan sebagai bentuk pendokumentasian bahasa-bahasa lokal khususnya bahasa yang tidak mempunyai aksara atau naskah tua. Hal ini sebagai bentuk apresiasi kekayaan intelektual nenek moyang dan pelestarian budaya, karena bahasa adalah bagian dari budaya.
DAFTAR PUSTAKA Abdullah, Mustafa dkk. (1991). Struktur Bahasa Cia-cia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Azhar, Iqbal Nurul. (2011). Saat-saat Kritis Bahasa Cia-cia. Jurnal PROSIDI, 5(2): 37-52. Bloomfield, Leonard. (1962). Language. New York: George Allen & Unwin Ltd. Blust, Robert. A. (1981). The Soboyo Reflexe of Proto Austronesia. In Historical Linguistics In Indonesia Part. I NUSA 10: 21-30. Jakarta: Badan Penyelenggara Seri Nusa. Crowley, Terry. (1987). An Introduction to Historical Linguistics. Papua New Guinea: Universty of Papua New Guinea. Hanan, Sandra Safitri. (2014). Genealogi Bahasa Ciacia (Disertasi). Yogyakarta: Universitas Gajah Mada. Keraf, Gorys.(1991). Linguistik Bandingan Historis. Jakarta: PT. Gramedia Utama. Konisi, La Yani, dan Hidayat, Ahid. (2001). Analisis Kategori Kata Bahasa Cia Liwungau. Jurnal Penelitian (Universitas Terbuka), 7(2): 93-114. Mahsun. (2012). Metode Penelitian Bahasa (Tahapan Strategi, Metode danTekniknya) Edisi Revisi. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. Murmahyati. (2002). Rekonstruksi Fonem Proto Bahasa Makassar, Bugis, Mandar, Toraja, dan Masserempulu. Jurnal Penelitian Sawerigading, 5(2): 15-20. Nurlatif, Muhammad. (2011). Rekonstruksi Fonem Purba Bahasa Makassar (Disertasi). Malaysia: Universitas Kebangsaan Malaysia. Samarin, William J. (1988). Ilmu Bahasa Lapangan. Yogyakarta: Kanisius. Summer Institute of Linguistik. (2005). Available from www.ethnologue.com/language/cia Diakses 23 Juli 2014.
LAMPIRAN Tabel 1. Set Korespondensi Kelompok BCc Tko k g n c u β h p o a ŋk s mb l b i b̑ e ɖ t nc nt j ŋ g nd mp m
wba k R n c u β h p o a ŋk s mb l b i b̑ e ɖ t nc nt j ŋ g nd mp m
hmo k R n c u β h p o a ŋk s mb l b i b̑ e ɖ t nc nt j ŋ g nd mp m
kda k g n c u β h p o a ŋk s mb l b i b̑ e ɖ t nc nt j ŋ g nd mp m
lpo k g n c u β h p o a ŋk s mb l b i b̑ e ɖ t nc nt j ŋ g nd mp m
lpi k g n c u β h p o a ŋk s mb l b i b̑ e ɖ t nc nt j ŋ g nd mp m
wki k h n c u β h p o a ŋk s mb l b i b̑ e ɖ t nc nt j ŋ g nd mp m
wlw k R n c u β h p o a ŋk s mb l b i b̑ e ɖ t nc nt j ŋ g nd mp m
wk k g n c u β h p o a ŋk s mb l b i b̑ e ɖ t nc nt j ŋ g nd mp m
Tabel 2. Rekonstruksi Proto Fonem Kelompok BCc tko
wba
hmo
kda
lpo
lpi
wki
wlw
wk
k g n c u β h p o a ŋk s mb l b i b̑ e ɖ t nc nt j ŋ g nd mp m
k R n c u β h p o a ŋk s mb l b i b̑ e ɖ t nc nt j ŋ g nd mp m
k R n c u β h p o a ŋk s mb l b i b̑ e ɖ t nc nt j ŋ g nd mp m
k g n c u β h p o a ŋk s mb l b i b̑ e ɖ t nc nt j ŋ g nd mp m
k g n c u β h p o a ŋk s mb l b i b̑ e ɖ t nc nt j ŋ g nd mp m
k g n c u β h p o a ŋk s mb l b i b̑ e ɖ t nc nt j ŋ g nd mp m
k h n c u β h p o a ŋk s mb l b i b̑ e ɖ t nc nt j ŋ g nd mp m
k R n c u β h p o a ŋk s mb l b i b̑ e ɖ t nc nt j ŋ g nd mp m
k g n c u β h p o a ŋk s mb l b i b̑ e ɖ t nc nt j ŋ g nd mp m
Tabel 3. Inventori Proto Vokal Kelompok BCc Posisi
Depan
Tinggi
*i
*u
Tengah
*e
*o
Rendah
Tengah
*a
Belakang
Fonem Proto *k *R *n *c *u *β *h *p *o *a *ŋk *s *mb *l *b *i *b̑ *e *ɖ *t *nc *nt *j *ŋ *g *nd *mp *m
Nasal Frikatif Lateral Trill
*m *β
*nt *nd
*k *ɡ *ŋk
Glotal
*c *j *nc
Uvular
*t
Retrofleks
*p *b *mp *mb *b̑
Velar
Prenasal Plosif Implosif
TBs Bs TBs Bs Bs TBs Bs TBs Bs Bs Bs
Palatal
Plosif
Posisi
Alveolar
Cara Artikulasi
Bilabial
Tabel 4. Inventori Proto Konsonan dan Gugus Konsonan Kelompok BCc
*ɖ
*n *s
*ŋ
*l
*h
*R
Tabel 5. Bukti Kuantitatif atau Persentase Kekerabatan Kelompok BCc tko wba hmo kda lpo lpi wki wlw wk
tko
wba
hmo
kda
lpo
lpi
wki
wlw
wk
-
81
83
85
83
82
81
80
83
-
91
83
86
80
80
85
82
-
85
87
84
81
85
82
-
83
85
80
80
83
-
86
81
83
81
-
82
80
83
-
83
84
-
82 -
Tabel 6. Mengelompokan Kelompok BCc Persentase Kesamaan Kata Seasal 30
Pengelompokan Kelompok BCc
Status Bahasa Bahasa yang berbeda 36%
35
Keluarga
40
bahasa
45
sekerabat
50 55 60 65 70 75
81% dialek
76,7
80 83
85
85
87
90
81
82,7
83
82
95 100 tko
wba
hmo
kda
lpo
lpi
wki
wlw
wk