RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 1, No.2 Oktober 2015, 365-351 Available Online at http://ejournal.warmadewa.ac.id/index.php/jret
PEMANFAATAN LINGUISTIK HISTORIS KOMPARATAIF DALAM PEMETAAN BAHASA-BAHASA NUSANTARA La Ino Universitas Halu Oleo Abstrak Linguistik Historis Komparatif sebagai salah satu cabang linguistik mempunyai tugas utama, antara lain menetapkan fakta dan tingkat keeratan dan kekerabatan antarbahasa yang berkaitan erat dengan pengelompokan bahasa-bahasa sekerabat. Penelitian sejarah bahasa adalah mencari hubungan yang ada di antara bahasa-bahasa dan merekonstruksi bahasa-bahasa proto yang telah menurunkan bahasabahasa yang ada pada saat ini. Pembuktian hubungan kekerabatan dan keseasalan itu pada umumnya bertolak dari pengelompokan bahasa-bahasa dan rekonstruksi protobahasanya. Pengelompokan adalah penentuan bahasa-bahasa dalam suatu susunan atau protokerabat (family tree). Selanjutnya rekonstruksi protobahasa adalah penetapan satuan-satuan kebahasaan sebagai protobentuk. Dengan demikian, melalui pengelompokan dan rekonstruksi dapat diperoleh kejelasan hubungan kekerabatan dan keseasalan sesuai dengan jenjang struktur dan silsilah kekerabatan bahasa . Kata Kunci: L inguistik Historis K om paratif Abstract Historical Comparative Linguistics as a branch of linguistics has primary responsibility, among others, establish the facts and the level of closeness and kinship closely inter-related with the grouping of languages. Research the history of the language is to find relationships that exist between languages and to reconstruct proto-languages which have lowered the languages that exist at the moment. Proof of kinship and origin it generally depart from the grouping of languages and protolanguage reconstruction. Grouping is the determination of the languages in an arrangement or family tree. Furthermore proto-language reconstruction is the determination of linguistic units as prototype. Thus, through grouping and reconstruction can be obtained clarity kinship and origin in accordance with the level of structure and pedigree kinship language. Keywords: Historical Comparative Linguistics
komparatif memiliki kewenangan dalam
1. PENDAHULUAN Linguistik sebagai
salah
mempunyai
Historis satu
tugas
Komparatif
cabang utama,
linguistik
antara
mengkaji relasi historis di antara kelompok bahasa tertentu (Antilla, 1972:20).
lain
Penelitian sejarah bahasa adalah men-
menetapkan fakta dan tingkat keeratan dan
cari hubungan yang ada di antara bahasa-
kekerabatan antarbahasa yang berkaitan
bahasa dan merekonstruksi bahasa-bahasa
erat dengan pengelompokan bahasa-bahasa
proto yang telah menurunkan bahasa-
sekerabat. Bahasa-bahasa sekerabat yang
bahasa yang ada pada saat ini. Pembuktian
termasuk dalam anggota suatu kelompok
hubungan kekerabatan dan keseasalan itu
bahasa pada dasarnya memiliki sejarah
pada
perkembangan yang sama. Sesuai dengan
lompokan bahasa-bahasa dan rekonstruksi
tugas utama tersebut, linguistik historis
protobahasanya. Pengelompokan adalah
umumnya
bertolak
dari
penge-
Copyright © 2015, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 1, No.2 Oktober 2015, 366
penentuan
bahasa-bahasa
suatu
proto bahasa (Hock, 1988). Konsep bahasa
susunan atau protokerabat (family tree).
asal atau proto bahasa sesungguhnya
Selanjutnya rekonstruksi protobahasa ada-
bukanlah merupakan wujudnya tabahasa,
lah penetapan satuan-satuan kebahasaan
melainkan suatu bentuk yang dirancang
sebagai protobentuk. Dengan demikian,
bangun atau dirakit kembali sebagai gam-
melalui pengelompokan dan rekonstruksi
baran tentang masalalu suatu bahasa.
dapat
hubungan
Dengan kata lain, konsep ini merupakan
kekerabatan dan keseasalan sesuai dengan
gagasan teoretis yang dirancang dengan
jenjang struktur dan silsilah kekerabatan
cara yang amat sederhana guna menghub-
bahasa (Antilla. 1972:29; Hock, 1988:567)
ungkan sistem-sistem bahasa sekerabat
diperoleh
dalam
kejelasan
Penelitian ini dilandasi oleh teori linguistik
historis komparatif.
Teori ini
dengan menggunakan sejumlah kaidah (Jeffers
dan
Lehiste,
1970;
dikembangkan antara lain oleh Jacob
Bynon:1979:71). Fakta-fakta kebahasaan
Grimm (1787-1863), Lehman (1972), Hock
dalam wujud keteraturan, kesepadanan
(1988), Bynon (1979). Teori ini disebut
yang ditemukan pada bahasa-bahasa kera-
juga teori diakronik, yaitu menyangkut an-
bat menunjukkan bukti adanya keaslian
alisis bentuk dan keteraturan perubahan
bersama yang terwaris dari moyang yang
bahasa-bahasa
yang
sama (Bynon, 1979:47). Dengan adanya
dilengkapi dengan perubahan bunyi, untuk
ciri-ciri warisan yang sama, keeratan hub-
merekonstruksi bahasa masa lalu, yaitu ba-
ungan keseasalan antara bahasa-bahasa
hasa purba (proto) yang hidup pada ribuan
kerabat dapat ditemukan dan system proto
tahun sebelum itu. Bahasa purba (proto) ini
bahasanya dapat dijejaki.
umum
misalnya
berubah dan pecah menjadi beberapa baha-
Pengelompokan
berarti
penentuan
sa turunan karena factor tempat dan waktu
silsilah kelompok bahasa demi kejelasan
(Bynon, 1979:54). Bahasa-bahasa turunan
struktur
ini mewarisi kaidah-kaidah bahasa asalnya
lompokan, setiap bahasa yang diper-
dan akan berbeda karena perkembangan
bandingkan dapat diketahui kedudukan dan
(inovasi) yang terjadi belakangan setelah
hubungan keseasalannya dengan bahasa-
bahasa itu berbeda (Bynon, 1979:61).
bahasa kerabat lainnya. Dilain pihak,
genetisnya.
Dengan
penge-
Hubungan kekerabatan antar bahasa
rekonstruksi protobahasa memperjelas hub-
serumpun dalam kajian komparatif pada
ungan kekerabatan dan ikatan keseasalan
dasarnya dapat dibuktikan berdasarkan un-
bahasa-bahasa itu sesuai jenjang kekera-
sur-unsur warisan dari bahasa asalnya atau
batan yang dapat disilsilahkan. Hal itu
Copyright © 2015, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 1, No.2 Oktober 2015, 367
mengandung makna, protobahasa sebagai
penentuan kekerabatan dan pengelompokan
suatu sistem yang diabstrasikan dari wujud
bahasa serumpun dengan alasan sebagai
bahasa-bahasa kerabat merupakan pantulan
berikut. Pertama, melalui pengelompokan
kesejarahan
itu
leksikal, kita bisa memperoleh informasi
pernah mengalami perkembangan yang sa-
tentang budaya, sejarah, kehidupan sosial,
ma
dan fakta-fakta geografis suatu masyarakat
sebagai
bahwa bahasa
bahasa-bahasa tunggal
(Antilla,
1972:213).
bahasa. Kedua, pengelompokan yang pal-
Rekonstruksi protobahasa berpijak pada
dua
hipotesis,
yakni
ing berhasil pada studi komparatif adalah
hipotesis
pengelompokan pada tataran fonologis ka-
keterhubungan dan hipotesis keteraturan
rena berbagai faktor: (a) segmen atau unsur
(Jeffers dan Lehiste, 1979:17; Hock,
fonologis merupakan unsur terkecil dalam
1988:567). Ciri umum
yang dimiliki
suatu bahasa, dengan demikian lebih mu-
hipotesis keterhubungan ini adalah kemiri-
dah dipahami; (b) lebih mudah ditemukan
pan dan kesamaan wujud kebahasaan. Sa-
fakta yang relevan dibandingkan tataran
lah satu ciri yang paling diandalkan adalah
lainnya. Karena
kemiripan bentuk dan makna kata-kata.
dengan cepat dan banyak dapat ditemukan
Kata-kata yang memiliki kemiripan atau
fakta yang diperlukan; (c) masalah bunyi
kesamaan bentuk dan makna yang biasa
telah banyak dikaji dalam studi linguistik
disebut kosa kata seasal (cognate set)
sehingga telah menjadi kajian yang sangat
bukan sebagai pinjaman, kebetulan, atau
mapan. (d) perubahan bunyi itu beraturan
kecenderungan semesta, tetapi dihipotesis-
dan dapat memberi indikasi hubungan di
kan sebagai warisan dari asal-usul yang
antaranya (Hock, 1988:573).
sebuah tuturan kecil
sama. Hipotesis keteraturan berwujud peru-
Tataran leksikal merupakan salah satu
bahan bunyi yang bersistem dan teratur pa-
aspek penting dalam studi komparatif. Hal
da bahasa-bahasa turunan. Sebuah segmen
tersebut tampak terutama pada pengamatan
bunyi dari proto bahasa yang terwaris me-
tingkat awal dalam upaya pengelompokan
lalui kosakata seasal berubah secara teratur
antarbahasa
pada suatu bahasa turunan.
menggunakan bukti-bukti kuantitatif yang
sekerabat.
Dengan
Penelusuran terhadap unsur warisan
lebih berorientasi pada pengamatan sekilas
bahasa berkerabat meliputi tataran leksikal,
pada sejumlah kosakata dasar dapat diten-
fonologi, morfologi, dan sintaksis. Dalam
tukan kelompok bahasa-bahasa sekerabat
studi komparatif, tataran leksikal dan
berdasarkan prosentasenya, sedangkan tata-
fonologi lebih umum dipakai sebagai dasar
ran fonologis dapat dipakai pada tingkat
Copyright © 2015, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 1, No.2 Oktober 2015, 368
lanjutan untuk menentukan pengelompokan
turut-turut dan pada setiap tahapan terjadi
protobahasa. Berdasarkan perubahan bunyi
perubahan
secara teratur yang terjadi pada masing-
belahan lebih lanjut atau berkembang biak
masing bahasa kerabat dapat disusun kai-
dengan proses dan caranya sendiri. (Jeffers
dah-kaidah korespondensi fonem (Dyen,
dan Lehiste, 1979:27—31). Lebih lanjut
1978 dan Bynon, 1979:25).
dikatakan bahwa asumsi perkembangan
Pada dasarnya inti dari upaya penelusuran
spesies moyang bahasa yang melahirkan
terhadap hubungan kekerabatan suatu ba-
bahasa-bahasa turunan itu dapat ditelusuri
hasa, baik untuk tujuan pengelompokan
kembali dengan menggunakan metode
bahasa (subgrouping) maupun penelitian
komparatif yang berdasarkan atas hipotesis
asal bahasa, adalah penemuan terhadap
keterkaitan dan keteraturan.
yang
mengakibatkan
pem-
bukti-bukti yang meyakinkan, yang terdapat dalam setiap bahasa yang diperbandingkan. Bukti-bukti tersebut dapat ber-
Rekonstruksi Protobahasa Rekonstruksi
protobahasa
adalah
sifat kuantitaif dan kualitatif. Bukti kuanti-
penelusuran dan pembentukan kembali un-
tatif adalah dalam bentuk sejumlah kosa-
sur-unsur warisan bahasa asal yang yang
kata kerabat (cognate set) yang berkaitan
telah hilang melalui bentuk evidensi bahasa
dengan retensi bersama (shared retention).
-bahasa turunan (berkerabat) yang sekarang
Bukti kualitatif berupa inovasi bersama
masih hidup (Hock, 1988:581); Crowley,
(shared inovation) serta korespondensi
1992:164; Arlotto:10). Penelusuran dan
fonologis (Crowley, 1983; Jeffers dan Le-
pembentukan kembali unsur warisan itu
histe, 1979:1-16).
dapat dilakukan berdasarkan asumsi bahwa bahasa-bahasa sekerabat banyak menyim-
Istilah dalam LHK
pan dan mengubah unsur warisan dengan
Pengelompokan Genetis
kaidah dan berbagai cara (Dyen, 1978:35).
Pengelompokan genetis adalah penelusuran subkelompok bahasa turunan dari
Retensi
kelompok bahasa yang lebih besar, ber-
Retensi adalah unsur warisan baik
dasarkan hipotesis pohon kekerabatan,
bentuk maupun arti yang tertinggal atau
berdasarkan korespondensi bunyi yang
bertahan pada bahasa-bahasa turunan sama,
ditetapkan dengan hukum perubahan bunyi
dengan
yang beraturan. Hipotesis ini beranggapan
(Anderson, 1979:103; Crowley, 1992:164).
yang
terdapat
pada
protonya
bahwa moyang bahasa berbelah secara ber-
Copyright © 2015, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 1, No.2 Oktober 2015, 369
berbeda
Inovasi
metode
glotokronologi.
Bila
Inovasi adalah unsur warisan dari ba-
disimak dari segi sasaran akhir yang akan
hasa asal yang telah mengalami perubahan
dicapai, kedua metode ini harus dipandang
pada
(Anderson,
sebagai dua hal yang berbeda. Tetapi bila
terjadi perubahan pada
dilihat dari kenyataan, tampak bahwa
kelompok bahasa turunan tertentu dan tidak
kedua hal/metode ini memiliki keterkaitan
terjadi pada kelompok bahasa lain dalam
yang erat sekali (saling melengkapi satu
perkembangannya, maka disebut inovasi
sama lain) sehingga tidak ada alasan yang
bersama yang ekslusif (exclusively shared
kuat untuk menganggap kedua hal tersebut
lingistic innovation) (Greenberg, 1957:49).
berbeda. Selanjutnya. kedua istilah ini tidak
bahasa
1979:104). Bila
sekarang
dibedakan dalam pembahasan makalah ini dan dipakai satu istilah yang melingkupi
Kognat Kognat adalah kata-kata kerabah
keduanya yakni leksikostatistik.
yang bentuk fonetik dan artinya sama atau
Leksikostatistik sebagai salah satu
mirip. (Jeffers dan Lehiste, 1979:167).
metode pengelompokan bahasa telah ban-
Menurut Keraf (1984:36) kognat atau kata-
yak dipakai oleh para pakar/ahli bahasa di
kata kerabat adalah perangkat kata seasal
dunia ini. Metode ini memakai statistik
yang memiliki kesamaan atau kemiripan
yang berupa angka-angka sebagai dasar
bentuk dan arti.
pemilihannya. Metode tersebut berusaha menemukan hubungan kekerabatan dua bahasa atau lebih dcngan memperhi-
Korespondensi Bunyi Korespondensi kesepadanan
bunyi
bunyi
adalah
atau
kesejajaran
bunyi pada posisi yang sama yang terdapat
tungkan unsur-unsur persamaan yang ada pada kosakatanya. Menurut Nothofer ( 1990) metode
pada bahasa-bahasa turunan berdasarkan
leksikostatistik
kata
dalam
keunggulan bila dibandingkan metode-
penelitian. Kesejajaran ini terlihat pada
metode lain. Keunggulan-keunggulan yang
kesamaan atau kemiripan bentuk dan arti
dimaksud adalah antara lain (l) sebagai
(Hock, 1988:557-558)
daftar kosakata dasar yang cepat dapat
dasar
yang
dikumpulkan
memiliki
beberapa
menentukan hubungan kekerabatan satu Leksikostatik
bahasa (bahasa sekerabat), (2) sebagai alat
Leksikostatistik sebagai salah satu
pengelompokan bahasa/dialek yang sekera-
metode terkadang diperlakukan sarana atau
bat yang proto bahasanya tidak begitu tua/
Copyright © 2015, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 1, No.2 Oktober 2015, 370
kuno, dan (3) sebagai alat/metode penge-
-okurensi, dan analogi. Upaya menentukan
lompokan yang dapat digunakan pada
pasangan kata yang sekerabat itu dilakukan
tahap awal untuk menentukan klasifikasi
dengan mengindefikasi semua pasangan
bahasa.
kata yang mirip/sama. pasangan kata yang
Selanjutnya,
Nothofer
(1990)
mirip secara fonetis. Pasangan kata yang
menetapkan tiga asumsi dasar metode
berkorespondensi bunyi dan pasangan kata
leksikostatistik, yakni (l) kosakata dasar
yang hanya memiliki perbedaan satu fonem
diganti dengan kecepatan yang sama pada
pada satu morfem.
semua bahasa dalam waktu yang sama.
Menurut asumsi ini bahwa setiap 1000 ta-
Rumus Leksikostatistik
hun sekitar 18 - 20 7% kosakata dasar yang
Ada tiga rumus dalam metode leksikosta-
berubah dan berlaku umum pada semua
tistik yang sangat penting diketahui, yakni
bahasa secara serentak, (2) semua kosakata
(l) rumus yang menentukan tingkat persen-
terdapat yang terdapat pada daftar kosakata
tase hubungan kekerabatan, (2) rumus yang
dasar kemungkinan besar kata-kata itu ter-
mencari waktu pisah, dan (3) rumus yang
ganti secara serentak, dan (3) ada yang di-
mencari jangka kesalahan. Ketiga rumus
namakan kosakata dasar yaug dianggap
tersebut akan dijelaskan secara singkat
berlaku umum pada setiap bahasa di dunia.
berikut ini.
Cara kerja leksikostatistik mengikuti pola-pola yang dikemukakan oleh Keraf
Rumus Persentase Hubungan Kekera-
(1990) yakni (l) mengumpulkan sejumlah
batan
kata dari kosakata dasar dan (2) menen-
Tingkat hubungan kekerabatan dua bahasa
tukan
yang
atau lebih dapat diketahui dengan me-
sekerabat. Selanjutnya, upaya menentukan
makai : diketahui dengan menerapkan ru-
kosakata dasar yang sekerabat mengikuti
mus berikut:
pasangan
kosakata
dasar
langkah-langkah yang dikemukakan oleh Keraf (1990) yakni (l) mencari kosakata
yang bukan dari bahasa kata pinjaman. (2) mengambil morfem tunggal bebas saja dengan mengisolasi semua morfem terikat, dan (3) membandingkan semua pasangan kata untuk menentukan pasangan kata yang sekerabat dengan berdasarkan rekurensi, ko
Copyright © 2015, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 1, No.2 Oktober 2015, 371
Rumus Waktu Pisah Waktu pisah dua bahasa atau lebih dapat diketahui dengan menerapkan rumus beri-
Agar kesalahan perhitungan statistik tidak terjadi, perlu diberikan etimasi bahwa suatu
kut: a.Untuk menghitung waktu pisah antara tiga
Rumus Menghitung Jangka Kesalahan
bahasa
di
Sulawesi
Tenggara
hal terjadi bukan dalam waktu tertentu. Dengan demikian dalam angka waktu tertentu tersebut, pada saat itulah terjadi
digunakan rumus:
akumulasi perbedaan dua bahasa atau lebih yang lambat laut semakin tinggi yang
mengakibatkan akan terjadi perpisahan baketerangan: t= lama waktu pisah dalam satuan ribu tahun c= persentase kata-kata yang berkerabat dari dua bahasa r= indeks retensi yaitu persentase katakata yang sekerabat yang dianggap tetap ada seribu tahun setelah kedua bahasa itu berpisah dari bahasa purbanya. b.Menghitung
lama
waktu
pisah
II
menggunakan rumus
hasa (Keraf, 1990). Statistik memiliki tiga asumsi yang dikembangkan untuk mencegah akan terjadinya salah perhitungan Ketiga asumsi tersebut, yakni (l) 70 % (0.7) mengandung kebenaran. (2) 50 % (0.5) mengandung kebenaran, dan (3) 90 (0.9) mengandung kebenaran. Nurul (1990) bahwa semakin
tinggi kepastian kebenaran semakin besar jangka tahunnya, sebaliknya bahwa semakin
rendah
kepastian
kebenaran
semaakin kecil jangka tahunnya. Seperti dikatakan sebelumnya bahwa keterangan: s= √c(1-c)/n adalah kesalahan standar dalam persentase kerabat c= persentase kata-kata kerabatdariduabahasa n= jumlah kata yang dibandingkan (keraf, 1984:130).
statistik mengakui adanya tiga kesalahan standar. Kesalahan standar itu biasanya dipilih jalan tengah, yakni 70 % (0,7) mengandung kebenaran. Kesalahan standar tersebut diperhitungkan dengan rumus.
keterangan: t =
lama waktu pisah dalam satuan ribuan
t1 =
lama waktu pisah II
Ada beberapa terminologi yang biasa dipakai oleh para pakar/peneliti bahasa yang berkaitan dengan persentase kata kerabat. Terminologi-terminologi tersebut antara lain: Copyright © 2015, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 1, No.2 Oktober 2015, 372
a. Smith (dalam Grimes, 1987)
keluarga
= 36 - 12 %
dialek
= 100-81 %
rumpun = l2-4%
bahasa
= 80-75 %
mikrofilum
= 4-1 %
subdialek
= 75-60 %
mesofilum
= 1-1 %
keluarga = 60-45 %
c. Crowley ( 1987)
stok
= 45 - 25 %
dialek
= 81-100%
superstok
= 25-15 %
bahasa
= 55-80 %
filum
= 15-0 %
subkeluarga
= 28-54 %
b.. Crowley (1987) dan Keraf (1990)
dialek
= 100-81 %
bahasa
= 81-36 %
keluarga = 13-27 %
rumpun = 5-12 %
d. Keraf (1990). tingkat bahasa
waktu pisah dalam abad
persentase kata kerabat
bahasa
0-5
100-81
keluarga
5-25
81-36
rumpun
25-30
36-12
mikrofilum
50-75
12-4
mesofilum
100 ke atas
1-1
Metode Analisis Data dalam LHK Penelitian ini menggunakan metode
Metode
analisis
sinkomparatif
lebih
menekankan pada deskripsi fonem dan
analisis sinkomparatif dan diakomparatif
penemuan
historis
Metode
secara deskriptif. Analisis ini bertujuan
sebelum
menemukan fonem, alofon beserta variann-
diakomparatif
ya, dan hubungan setiap fonem pada mas-
dengan maksud untuk menganalisis data
ing-masing sistem fonologi bahasa yang
bahasa-bahasa serumpun secara sinkronis.
diteliti (Antonsen, 1990:297). Hal ini pent-
Metode ini digunakan berdasarkan ken-
ing dilakukan untuk dijadikan landasan
yataan bahwa penelitian historis komparatif
asumsi bahwa bahasa yang diteliti merupa-
harus diawali dengan pendekatan sinkronis.
kan bahasa berkerabat, bukan bahasa yang
Maksudnya, dalam membandingkan bahasa
sama dan bukan pula bahasa yang tidak
-bahasa berkerabat, sebelum dianalisis
berkerabat sama sekali (Martinet, 1955 dan
secara diakronis, bahasa-bahasa tersebut
Maulton, 1961 dalam Fisiak, ed, 1985).
(Lass,
sinkomparatif menggunakan
1969:15). diterapkan metode
aspek
perubahan
fonologis
terlebih dahulu dianalisis secara sinkronis. Copyright © 2015, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 1, No.2 Oktober 2015, 373
Metode
analisis
diakomparatif
taif tersebut silsilah kekerabatan bahasa-
digunakan sebagai langkah lanjutan untuk
bahasa yang diteliti ditetapkan secara
membandingkan semua bahasa berkerabat
definitif.
yang diteliti secara diakronis. Cara kerja
Analisis data dalam penelitian ini
diakronis dilakukan bertahap. Pertama, da-
mengikuti urutan cara kerja yang mengacu
ta dalam bentuk daftar 200 kosakata dasar
pada tahapan dalam pencapaian tujuan
Swadesh
kuantitatif
penelitian. Sebagaimana yang dikemuka-
dengan menggunakan teknik leksikostatis-
kan di depan, bahwa tujuan penelitian ini
tik. Dengan teknik ini dapat diperoleh
meliputi
jumlah persentase kognat masing-masing
lompokan, dan rekonstruksi. Mengacu
bahasa (bandingkan Crowley, 1987:190).
kepada hal itu, maka cara kerja penelitian
Berdasarkan
ini menggunakan teknik-teknik seperti diu-
dianalisis
angka
secara
persentase
kognat
antarbahasa dapat ditetapkan anggota ke-
pembuktian
isolek,
penge-
raikan berikut ini.
lompok yang bersifat sementara dari bahasa-bahasa yang diteliti. Kedua, data diana-
Teknik Leksikostatistik
lisis secara kualitatif dengan memper-
Leksikostatistik adalah salah satu teknik
hatikan (1) pasangan kata yang semua
pengelompokan bahasa-bahasa atau dialek
fonemnya identik, (2) pasangan yang mem-
yang mengutamakan perhitungan kata-kata
iliki korespondensi fonemis, (3) pasangan
secara statistik untuk mengetahui jumlah
yang memiliki kemiripan secara fonetis, (4)
kesamaan kata-kata kerabat yang diper-
pasangan yang mempunyai satu fonem be-
bandingkan (Grimes, 1987 dalam Mead
da. Keraf (1991) menyarankan tiga langkah
1999). Leksikostatistik berisikan daftar
berikut
kosakata dasar setiap bahasa yang akan di-
yang
perlu
ditempuh
dalam
merekonstruksi fonem-fonem bahasa kera-
perbandingkan.
Morris
Swadesh
men-
bat: (a) mencatat semua korespondensi fo-
gusulkan 200 kosakata dasar yang univer-
nemis kelompok bahasa yang dibanding-
sal, yang meliputi kata-kata ganti, kata
kan, (b) membandingkan unsur-unsur yang
bilangan, kata-kata anggota badan (sifat
menunjukkan kontras dalam lingkungan
dan aktivitasnya), alam dan sekitarnya dan
yang lebih luas dan mencari pasangan-
alat-alat budaya sehari-hari.
pasangan baru untuk memperkuat temuan
Leksikostatistik sebagai salah satu
yang diperoleh dengan cara pertama, (c)
teknik pengelompokan bahasa telah banyak
merekonstruksi setiap fonem dari kata yang
dipakai oleh para pakar/ahli bahasa di
dibandingkan. Berdasarkan analisis kualiti-
dunia ini. Teknik
ini memakai statistik
Copyright © 2015, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 1, No.2 Oktober 2015, 374
yang berupa angka-angka sebagai dasar
berlaku umum pada setiap bahasa di dunia.
pemilahannya. Teknik
tersebut berusaha
Cara kerja leksikostatistik mengikuti pola-
menemukan hubungan kekerabatan dua
pola yang dikemukakan oleh Keraf (1990)
bahasa atau lebih dengan memperhi-
yakni, (1) mengumpulkan sejumlah kata
tungkan unsur-unsur persamaan yang ada
dari kosakta dasar, dan (2) menentukan
pada kosakatanya.
pasangan kosakata dasar yang sekerabat.
Menurut
Nothofer
teknik
Selanjutnya, upaya menentukan kosakata
beberapa
dasar yang sekerabat mengikuti langkah-
keunggulan bila dibandingkan metode-
langkah yang dikemukakan oleh Keraf
metode lain. Keunggulan-keunggulan yang
(1990) yakni, (1) mencari kosakata yang
dimaksud adalah antara lain (1) sebagai
bukan dari bahasa/kata pinjaman, (2) men-
daftar kosakata dasar yang cepat dapat
galami morfem tunggal/bebas saja dengan
menentukan hubungan kekerabatan satu
mengisolasi semua morfem terikat, dan (3)
bahasa (bahasa kerabat), (2) sebagai alat
membandingkan semua pasangan kata un-
pengelompokan bahasa/dialek yang sekera-
tuk
bat yang protobahasanya tidak begitu tua/
sekerabat dengan berdasarkan rekurensi, ko
kuno, dan (3) sebagai alat/metode penge-
-okurensi, dan analogi. Upaya menentukan
lompokan yang dapat digunakan pada
pasangan kata yang sekerabat itu dilakukan
tahap awal untuk menentukan klasifikasi
dengan mengidentifikasi semua pasangan
bahasa.
kata mirip/sama, pasangan kata yang mirip
leksikostatistik
Selanjutnya,
(1990)
memiliki
Nothofer
menentukan
pasangan
kata
yang
(1990)
secara fonetis, pasangan kata yang berkore-
menetapkan tiga asumsi dasar metode
spondensi bunyi, dan pasangan kata yang
leksikostatistik, yakni (1) kosakata dasar
hanya memiliki perbedaan satu fonem pada
diganti dengan kecepatan yang sama pada
satu fonem.
semua bahasa dalam waktu yang sama.
Rumus Persentase Hubungan Kekerabatan
Menurut asumsi ini bahwa setiap 1000 ta-
Tingkat hubungan kekerabatan dua bahasa
hun sekitar 18-20% kosakata dasar yang
atau lebih dapat diketahui dengan memakai
berubah dan berlaku umum pada semua
rumus sebagai berikut
bahasa secara serentak, (2) semua kosakata dasar yang terdapat pada daftar kosakata dasar kemungkinan besar kata-kata itu berganti secara serentak, dan (3) ada yang dinamakan kosakata dasar yang dianggap
Copyright © 2015, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 1, No.2 Oktober 2015, 375
Keterangan:
kekerabatan
H
= Hubungan kekerabatan
disusun.
J
= Jumlah kata kerabat,
G
= Glos (item)
bahasa-bahasa
Pengelompokan
itu
terhadap
dapat bahasa-
bahasa di Pantar itu masih bersifat sementara dan belum tuntas. Untuk memperoleh
Teknik ini dipergunakan untuk mem-
ketuntasan pengelompokan bahasa itu di-
buktikan isolek-isolek di pulau Pantar se-
perlukan bukti-bukti kualitatif. Bukti-bukti
bagai beda bahasa atau beda dialek. Setelah
kualitatif itu dapat berfungsi ganda. Per-
didapatkan hasil persentase kognat keem-
tama, untuk memperkuat pengelompokan
pat isolek tersebut, maka langkah selanjut-
yang telah ditetapkan berdasarkan bukti-
nya adalah pembuktian isolek-isolek yang
bukti kuantitatif, jika ternyata hasil penge-
beda bahasa dan yang beda dialek.
lompokannya saling mendukung. Kedua,
Teknik
ini
untuk
jika berdasarkan bukti-bukti kualitatif yang
mengelompokkan bahasa-bahasa di pulau
menghasilkan pengelompokan yang berten-
Pantar Nusa Tenggara Timur dilakukan
tangan
berdasarkan bukti-bukti kuantitatif dan
lumnya, maka bukti-bukti kualitatif ber-
bukti-bukti kualitatif. Pengelompokan ba-
fungsi
hasa berdasarkan pada bukti-bukti kuanti-
yang berdasarkan pada bukti-bukti kuanti-
tatif menggunakan teknik Leksikostatistik.
tatif, sekaligus pengelompokan yang ber-
Bukti-bukti kuantitatif semua bahasa yang
landaskan pada bukti-bukti kualitatif itu
diteliti
dengan
ditetapkan sebagai pengelompokan definitif
menggunakan daftar 200 kosakata dasar
(Blust, 1981). Bukti-bukti kualitatif yang
Swadesh (yang direvisi Blust, 1980).
diperlukan
Dengan menggunakan metode ini, bukti-
menggunakan daftar Holle dengan 1800
bukti kuantitatif dalam bentuk kemiripan
kata. Bukti-bukti kualitatif itu berwujud
dan kesamaan kosakata seasal dari setiap
fakta-fakta kebahasaan yang tergolong se-
bahasa yang diperbandingkan dapat dihi-
bagai unsur-unsur inovasi bersama yang
tung. Penghitungan jumlah persentase ber-
eksklusif. Hakikat pengelompokan yang
dasarkan jumlah pasangan kosakata seasal
bersifat kualitatif pada tahapan ini adalah
dibagi jumlah gloss yang terisi kali seratu
upaya penemuan kemiripan dan kesamaan
persen. Berdasarkan angka persentase itu
unsur-unsur kebahasaan yang inovatif dan
dapat diketahui tingkat semua bahasa
ekslusif baik tataran fonologi maupun
disekitarnya. Berdasarkan itu pula silsilah
leksikal pada bahasa-bahasa yang diteliti.
itu
pula
dipergunakan
dikumpulkan
dengan
pengelompokan
menggugurkan
itu
sebe-
pengelompokan
dikumpulkan
dengan
Copyright © 2015, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 1, No.2 Oktober 2015, 376
Penemuan kemiripan dan kesamaan inovasi
digunakan mengacu pada studi bahasa Au-
segi fonologi dapat ditelusuri pada kesa-
tronesia pertama kali, ketika bahasa-bahasa
maan pola atau kaidah perubahan fonem
Austronesia Barat (Tagalog, Jawa, dan Ba-
yang ada pada bahasa-bahasa itu. Pada tata-
tak Toba) dibandingkan untuk merekon-
ran leksikal, penemuan kemiripan dan
struksi protobahasa Indonesia (Dempwollf,
kesamaan inovasi itu tampak pada kemiri-
1938). Langkah penetapan protofonem dil-
pan dan kesamaan kosakata seasal yang
akukan dengan cara penetapan protofonem
hanya dimiliki oleh kelompok atau sub-
demi
kelompok bahasa-bahasa itu. Ciri-ciri yang
ditemukan melalui (a) penelusuran jumlah
ditemukan itu dihubungkan dan dibanding-
perangkat kosakata seasal yang menunjang
kan antarsesamanya (internal) dan di luar
penentuan
kelompok bahasa itu (eksternal) dengan
direkonstruksi, (b) pengamatan korespon-
cermat. Semua itu, kemudian disarikan da-
densi fonem dan penetapan formulasi
lam bentuk klasifikasi (a) bukti penyatu
sejumlah kaidah perubahan bunyi, dan (c)
kelompok, dan (b) bukti pemisah kelompok
penetapan etimon-etimon protobahasa da-
sekaligus penyatu subkelompok. Berdasar-
lam
kan bukti penyatu kelompok dan bukti
1996:30). Cara kerja tersebut mengikuti
pemisah kelompok yang bersifat kualitatif
urutan langkah rekonstruksi fonologi ter-
itulah tinggkat keeratan kelompok bahasa
lebih dahulu, kemudian dilanjutkan dengan
itu ditetapkan dalam bentuk garis silsilah
rekonstruksi leksikal. Cara kerja itu diu-
yang definitif.
raikan sebagai berikut.
Teknik Rekonstruksi
Teknik Rekonstruksi Fonologi
Setelah pengelompokan bahasa ditetapkan,
protofonem.
Setiap
protofonem
leksikal
Metode
protofonem
tertentu
(bandingkan
rekonstruksi
yang
Fernandez,
khususnya
langkah selanjutnya adalah penemuan pro-
fonologi pada hakikatnya proses penemuan
tobahasa pulau Pantar dan protobahasa di
dan pemerian proto fonem serta sistem
bawahnya. Teknik yang digunakan adalah
fonologi protobahasa Kaera, Teiwa, Ham-
teknik
rekonstruksi
ma, dan Tude. Proses ini ditempuh sebagai
fonologi maupun rekonstruksi leksikal.
langkah persiapan menuju proses rekon-
Cara kerja rekonstruksi protobahasa dil-
struksi leksikal. Langkah-langkah yang
aksanakan secara induktif yang dikenal
ditempuh
dengan pendekatan darai bawah ke atas
meliputi (a) penetapan wujud proto fonem
(Bottom-up Reconstruction). Teknik ini
beserta lingkungan yang dimasukinya; (b)
rekonstruksi,
baik
dalam rekonstruksi fonologi
Copyright © 2015, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 1, No.2 Oktober 2015, 377
perumusan pantulan fonem proto bahasa
sanya. Pengelompokan adalah penentuan
pada bahasa-bahasa Kaera, Teiwa, Hamma,
bahasa-bahasa dalam suatu susunan atau
dan Tude yang dapat diamati dalam kore-
protokerabat (family tree). Selanjutnya
spondensi
padanan
rekonstruksi protobahasa adalah penetapan
kosakata seasal; (c) perumusan kaidah
satuan-satuan kebahasaan sebagai proto-
korespondensi fonem antar bahasa itu ber-
bentuk. Dengan demikian, melalui penge-
dasarkan pantulan fonem proto bahasa
lompokan dan rekonstruksi dapat diperoleh
Kaera, Teiwa, Hamma, danTude
kejelasan
bunyi
berdasarkan
hubungan
kekerabatan
dan
keseasalan sesuai dengan jenjang struktur
dan silsilah kekerabatan bahasa.
Teknik Rekonstruksi Leksikal Rekonstruksi
leksikal
menemukan perangkat
bertujuan protokata
untuk yang
UCAPAN TERIMAKASIH
memiliki makna (tertentu) yang sama atau
Penulis mengucapkan terima kasih kepada
mirip pada bahasa Kaera, Teiwa, Hamma,
Mitra Bestari atas masukan-masukan yang
dan Tude sebagai bahasa yang diper-
telah diberikan untuk perbaikan substansi
bandingkan (Dyen, 1975:7). Rekonstruksi
artikel saya ini.
leksikal dilaksanakan setelah rekonstruksi fonologi dilakukan. Meskipun dilakukan
DAFTAR PUSTAKA
kemudian, rekonstruksi keduanya tidak
Arlotto, Anthony. 1981. Introduction to Historical Linguistics. Boston: Houghton Mifflin. Crowly. Terry. 1997. A n Introduction to Historical Linguistic. Port Moresby: University of Papua New Guinea Press. Fernandes, Inyo Yos. 1996. Relasi Historis Kekerabatan bahasa Flores. Kajian Linguistik Historis Komparatif terhadap sembilan bahasa di Flores. Flores: Nusa Dua Kasseng, Syaharudin, Alimuddin D.P., Andi Mahmuddin and Rasdiana P. 1987. Pemetaan Bahasa-Bahasa di Sulawesi Tenggara. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan bahasa. La Ino. 2004. “Pengelompokan Genetis Bahasa Blagar, Pura, dan Retta di Kabupaten Alor Provinsi Nusa Tenggara Timur.” Tesis untuk Program Pascasarjana. Universitas Udayana.
dapat
dipisahkan.
Dalam
rekonstruksi
fonologi harus melibatkan kata, melalui kosakata seasal itulah fonem dan perubahannya ditemukan. Setiap fonem dengan varian-variannya hanya dapat muncul dan secara gradual berubah, dalam struktur kata (Robinson, 1977:70).
4. SIMPULAN Berdasarkan hasil pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa pembuktian hubungan kekerabatan
dan
keseasalan
itu
pada
umumnya bertolak dari pengelompokan bahasa-bahasa dan rekonstruksi protobaha-
La Ino. 2009. “Pelacakan Bahasa Tereweng di Kabupaten Alor Nusa Tenggara Timur” Makalah pada Seminar Internasional Bahasa, Sastra, dan Budaya di Kupang NTT.
Copyright © 2015, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 1, No.2 Oktober 2015, 378
La Ino. 2013. Protobahasa Modebur, Kaera, dan Teiwa Bahasa Kerabat Non Austronesia di Pulau Pantar Nusa Tenggara Timur” Disertasi untuk Program Pascasarjana Universitas Udayana. La Ino. 2013. “Austronesia dan Non Austronesia di Pulau Pantar Serta Hubungan Kekerabatannya dengan Bahasa Austronesia Di Flores Timur” Makalah Disajikan Pada Seminar Internasional “Bahasa, Sastra, dan Budaya Austronesia-NonAustronesia, Globalisasi, dan Revitalisasi” di Denpasar Bali 6 s.d. 7 November 2013 La Ino. 2014. “Bahasa Retta Bahasa Retta Dan Hubungan Kekerabatannya Dengan Bahasa Blagar Dan Pura Kabupaten Alor Provinsi Nusa Tenggara Timur” Makalah disajikan pada Konggres Internasional Masyarakat Linguistik Indonesia tanggal 19-22 Februari 2014 di Lampung. La Ino. 2014. “Kekerbatan Bahasa Muna, Wolio, dan Tolaki dalam Angka: Suatu Analisis Leksikostatistik” dalam Jurnal Langua Vol. 4 No. 1 April 2014. Lembaga Kajian Ekolinguistik; Medan Mbete, Aron Meko. 1990. “Rekonstruksi Proto –Bali – Sasak – Sumbawa”. Disertasi untuk Program Pascasarjana UI Jakarta.
Copyright © 2015, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668