PEMANFAATAN SIG UNTUK PEMETAAN PENYALAHGUNAAN PEMANFAATAN TROTOAR DI KOTA BLITAR Effantra Effendi Universitas Negeri Malang E-mail:
[email protected],
[email protected] ABSTRAK: Trotoar merupakan suatu area yang digunakan untuk aktivitas berjalan kaki. Dari segi pemanfaatannya, banyak trotoar yang disalahgunakan dari fungsinya bagi pejalan kaki menjadi tempat berdagang, tempat parkir, maupun jasa. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji (1) karakteristik penyalahgunaan pemanfaatan trotoar, (2) pola persebaran spasial penyalahgunaan pemanfaatan trotoar, (3) dampak spasial dari penyalahgunaan pemanfaatan trotoar terhadap penjalan kaki, (4) manfaat SIG untuk pemetaan penyalahgunaan pemanfaatan trotoar di Kota Blitar. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan metode survey. Hasil penelitian adalah: (1) karakteristik kelompok penyalahguna trotoar beragam. Karakteristik usia sebagian besar pada usia produktif dengan pendidikan SMA/sederajat, lama usaha 1-10 tahun dengan lama aktifitas 6-10,9 jam/hari. Sebagian besar tidak ditarik retribusi, biaya retribusi lebih dari Rp 2.000. (2) pola persebaran tersebar di tempat pariwisata dan tempat umum seperti pasar. Presentase terbesar pada pagi, siang dan malam hari terjadi di trotoar jalan Merapi sebesar 98,40%. (3) keberadaan kelompok penyalahguna trotoar sangat mengganggu kenyamanan pejalan kaki. (4) Pemanfaatan SIG untuk pemetaan penyalahgunaan pemanfaatan trotoar di Kota Blitar sangat membantu karena lebih mudah dan lebih fleksibel, mulai dari pemasukan data seperti digitasi peta administrasi hingga pemasukan keberadaan trotoar, pengolahan data seperti pemasukan titik koordinat kelompok penyalahguna trotoar yang sudah didapatkan, sampai pengeluaran data berupa peta penyalahgunaan pemanfaatan trotoar dan peta presentase penyalahgunaan pemanfaataan trotoar pada pagi, siang, dan malam hari. Hasil akhir berupa peta dengan skala 1:20.000. Kata Kunci: Pemanfaatan SIG, Penyalahgunaan Trotoar, Kota Blitar
Kota merupakan suatu bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsurunsur alami dan non alami dengan gejala-gejala pemusatan penduduk yang cukup besar dan corak kehidupan yang bersifat heterogen dan materialistis dibandingkan dengan daerah belakangnya (Bintarto, 1984:8). Perkembangannya suatu kota tidak akan sama antara satu kota dengan kota lain. Perkembangan kota terjadi dalam bentuk pembangunan sarana dan prasarana kota, pelebaran jalan, dan pembangunan-pembangunan fasilitas umum bagi warga kota. Salah satu fasilitas umum tersebut adalah trotoar. Trotoar merupakan suatu area yang digunakan untuk berbagai aktivitas berjalan kaki. Berjalan kaki merupakan salah satu aktivitas yang memerlukan ruang, dan bagian dari sistem transportasi dalam suatu kota. Kota Blitar merupakan salah satu kota yang ada
di Jawa Timur yang terletak di wilayah selatan. Kondisi trotoar yang ada di beberapa ruas jalan di Kota Blitar pada beberapa tahun terakhir telah mengalami penurunan baik dari segi kondisi fisiknya maupun dari segi pemanfaatannya. Dari segi pemanfaatannya, banyak trotoar yang disalahgunakan dari fungsi seharusnya, yaitu dari fungsinya bagi pejalan kaki menjadi tempat berdagang bagi para PKL, tempat parkir baik kendaraan roda dua maupun kendaraan roda tiga, maupun kegiatan lainnya seperti bengkel dan tambal ban. Berdasarkan latar belakang di atas, maka untuk penelitian ini dirumuskan untuk mengetahui (1) karakteristik kelompok penyalahgunaan pemanfaatan trotoar, (2) pola persebaran spasial penyalahgunaan pemanfaatan trotoar, (3) dampak spasial dari penyalahgunaan pemanfaatan trotoar terhadap penjalan kaki, (4) manfaat SIG untuk pemetaan penyalahgunaan pemanfaatan trotoar di Kota Blitar. METODE Jenis penelitian ini adalah deskripsi, yaitu menggambarkan objek yang akan dikaji atau diteliti dari data-data yang telah diperoleh kemudian disusun dan dianalisis. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui karakteristik, pola persebaran spasial, dampak dari penyalahgunaan pemanfaatan trotoar dan pemanfaatan SIG untuk pemetaan penyalahgunaan pemanfaatan trotoar di Kota Blitar. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey. Tujuan utama survey dalam penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan penyalahgunaan pemanfaatan trotoar di Kota Blitar. Subjek dalam penelitian ini adalah trotoar di Kota Blitar. Objek dalam penelitian ini adalah penyalahgunaan pemanfaatan trotoar yang ada di Kota Blitar. Pengambilan sampel untuk karakteristik kelompok penyalahguna trotoar dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling, dengan cara sampel diambil secara sengaja untuk diteliti. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif. HASIL Karakteristik kelompok penyalahguna trotoar dibagi menjadi beberapa kelompok yakni umur, pendidikan formal, lama usaha, alasan, lama aktifitas, retribusi dan biaya retribusi. Umur kelompok penyalahguna trotoar seluruhnya pada usia produktif yaitu usia 15-65 tahun. Pendidikan formal kelompok penyalahguna trotoar yaitu 37,14% lulusan SMP/Sederajat dan 62,86% lulusan SMA/Sederajat. Lama usaha mereka 80% sudah menempati trotoar selama 110 tahun dan 20% lebih dari 10 tahun. Alasan mereka menempati trotoar beralasan bahwa tempat tersebutdekat dengan rumah sebesar 31,43%, ramai sebesar 55,71%, dan strategis sebesar 12,86%. Kelompok penyalahguna trotoar yang menggunakan trotoar 6 sampai 10,9 jam setiap harinya sebanyak 58,57%,
yang menggunakan trotoar 11 sampai 15,9 jam sebanyak 20%, dan yang menggunakan trotoar lebih dari 16 jam sebanyak 21,43%. Penarikan retribusi hanya ada pada kawasan wisata dan tempat umum/penting seperti alun-alun dan stasiun. Hanya 20% kelompok penyalahguna yang ditarik biaya retribusi. Biaya retribusi mereka lebih dari Rp. 2.000. Pola persebaran spasial kelompok penyalahguna trotoar ini tersebar di seluruh trotoar tetapi terpusat di tempat wisata dan tempat umum seperti alunalun dan stasiun. Penyalahgunaan trotoar pada pagi hari berjumlah 384 titik tersebar di seluruh ruas trotoar di Kota Blitar. Penggunaanya untuk perdagangan sebanyak 349 titik, untuk jasa sebanyak 28 titik, dan untuk perparkiran sebayak 7 titik. Dari 384 titik tersebut, 314 titik merupakan penyalahgunaan permanen dan 70 titik merupakan penyalahgunaan sementara. Penyalahgunaan paling panjang jika di total semuanya terjadi di jalan Mastrip sepanjang 423,61 meter yang sebagian besar digunakan untuk perdagangan khususnya untuk kios-kios yang menjual helm, jam tangan dan jam dinding, sepatu, tukang potong rambut dan bedak PKL, kemudian jalan Ir. Soekarno sepanjang 401,99 meter yang sebagian besar digunakan untuk perdagangan karena jalan Ir. Soekarno merupakan kawasan wisata Makam Bung Karno. Penyalahgunaan paling panjang jika di total semuanya terjadi di jalan Mastrip sepanjang 423,61 meter yang sebagian besar digunakan untuk perdagangan khususnya untuk kios-kios yang menjual helm, jam tangan dan jam dinding, sepatu, tukang potong rambut dan bedak PKL, kemudian jalan Ir. Soekarno sepanjang 401,99 meter yang sebagian besar digunakan untuk perdagangan karena jalan Ir. Soekarno merupakan kawasan wisata Makam Bung Karno. Penyalahgunaan trotoar pada siang hari berjumlah 497 titik tersebar di seluruh ruas trotoar di Kota Blitar. Penggunaanya untuk perdagangan sebanyak 408 titik, untuk jasa sebanyak 51 titik, dan untuk perparkiran sebayak 38 titik. Dari 497 titik tersebut, 314 titik merupakan penyalahgunaan permanen dan 183 titik merupakan penyalahgunaan sementara. Penyalahgunaan paling panjang tetap terjadi di jalan Mastrip dan jalan Ir. Soekarno. Penyalahgunaan trotoar pada malam hari berjumlah 501 titik tersebar di seluruh ruas trotoar di Kota Blitar. Penggunaanya untuk perdagangan sebanyak 455 titik, untuk jasa sebanyak 26 titik, dan untuk perparkiran sebayak 20 titik. Dari 501 titik tersebut, 314 titik merupakan penyalahgunaan permanen dan 187 titik merupakan penyalahgunaan sementara. Penyalahgunaan paling panjang tetap terjadi di jalan Mastrip dan jalan Ir. Soekarno. Presentase terbesar penyalahgunaan pada pagi hari terjadi di jalan Merapi dengan presentase penyalahgunaan mencapai 98,40%, kemudian jalan Mastrip dengan presentase penyalahgunaan mencapai 46,76%. Presentase penyalahgunaan terbesar berikutnya yaitu trotoar jalan Dr. Moh. Hatta dengan presentase penyalahgunaan mencapai 30,78 %. Sedangkan presentase penyalahgunaan terkecil yakni trotoar di jalan Sudirman yakni dengan
presentase penyalahgunaan 0%, kemudian jalan S. Supriadi dengan presentase penyalahgunaan 1,47%, dan jalan Anjasmoro dengan presentase penyalahgunaan 3,08%. Presentase penyalahgunaan trotoar pada siang hari terbesar terjadi di trotoar jalan Merapi dengan besar presentase 98,40% tidak berubah dengan kondisi pada pagi hari, kemudian trotoar jalan Mastrip dengan presentase sebesar 50,61% mengalami kenaikan penggunaan 3,85% dari pagi hari. Presentase penyalahgunaan terbesar berikutnya adalah trotoat di jalan Dr. Moh. Hatta dengan besar presentase 30,78% yang tidak mengalami perubahan dari penggunaan pada pagi hari. Sedangkan untuk presentase penyalahgunaan terkecil yang terjadi di trotoar jalan Soedirman dengan presentase penyalahgunaan 0%, kemudian trotoar jalan S. Supriadi dengan besar presentase 1,54%, dan trotoar Ahmad Yani dengan presentase penyalahgunaan 3,74%. Presentase penyalahgunaan trotoar pada siang hari terbesar terjadi di trotoar jalan Merapi dengan besar presentase 98,40% tidak berubah dengan kondisi pada siang hari, kemudian trotoar jalan Mastrib dengan presentase sebesar 54,01% mengalami kenaikan penggunaan 3,4% dari siang hari. Presentase penyalahgunaan terbesar berikutnya adalah trotoat di jalan Dr. Moh. Hatta dengan besar presentase 40,19% yang mengalami kenaikan penggunaan sebesar 9,41% dari penggunaan pada siang hari. Sedangkan untuk presentase penyalahgunaan terkecil yang terjadi di trotoar jalan Soedirman dengan presentase penyalahgunaan 2%, kemudian trotoar jalan S. Supriadi dengan besar presentase 1,59%, dan trotoar Brantas dengan presentase penyalahgunaan 5,57%. Berdasarkan wawancara terhadap pejalan kaki diketahui bahwa 5 orang menganggap bahwa kondisi trotoar di Kota Blitar masih bagus yakni di jalan Ahmad Yani, Dr. Moh. Hatta, Imam Bonjol, Ir. Soekarno, dan Mawar. 8 orang menganggap kondisi trotoar cukup bagus yakni di jalan Ahmad Yani, Dr. Moh. Hatta, Imam Bonjol, dan Ir, Soekarno. 7 orang lainnya menganggap kondisi trotoar buruk yakni di jalan Dr. Wahidin, Mastrip, Mawar, dan S. Supriadi. Semua sampel yang di wawancara beranggapan bahwa keberadaan penyalahgunaan trotoar sangat mengganggu para pejalan kaki pada saat menggunakan trotoar, untuk kenyamanan 15 orang merasa kurang nyaman dan 5 orang lainnya merasa tidak nyaman. Alasan ketidaknyamanan yang diperoleh dari hasil wawancara menunjukkan bahwa 15 orang menganggap bahwa ketidak nyamanan dikarenakan adanya penyalahgunaan yang terdapat pada trotoar-trotoar yang tersebar di Kota Blitar, dan 5 orang lainya beranggapan bahwa ketidaknyamaan dikarenakan trotoar rusak. Melihat hasil wawancara tersebut sudah jelas bahwa keberadaan kelompok penyalahguna sangat mengganggu dan memberikan ketidaknyamanan terhadap pajalan kaki yang menggunakan trotoar. Pemanfaatan SIG dalam pemetaan penyalahgunaan pemanfaatan trotoar di Kota Blitar ini sangat membantu sekali karena lebih mudah dan lebih
fleksibel. Sistem informasi geografi memiliki 3 langkah utama yakni input, proses, dan output. Pemetaan penyalahgunaan trotoar di Kota Blitar ini memanfaatkan SIG dengan 3 langkah utama tersebut. Pertama input, yakni mempersiapkan peta yang digunakan seperti peta administrasi Kota Blitar Skala 1:15.000 yang didapatkan dari BAPPEDA Kota Blitar. Peta administrasi kemudian diregistrasi untuk memproyeksikan peta ke dalam sistem koordinatkoordinat yang berlaku. Setelah peta diregistrasi kemudian peta di digitasi untuk memperoleh data spasial seperti kecamatan, kelurahan, jalan, trotoar, dan lain-lain. Hasil dari tahap input yakni peta tematik sementara persebaran trotoar. Setelah tahap input kemudian dilanjutkan ke tahap proses. Dala tahap ini terdapat beberapa proses, yakni cek lapangan dan pemasukan data ke dalam peta. Cek lapangan terdiri dari cek keberadaan trotoar, karakteristik penyalahguna trotoar, persebaran penyalahgunaan pemanfaatan trotoar, dan panjang penggunaan trotoar. Data yang diperoleh dari observasi lapangan kemudian di input ke dalam peta tematik sementara persebaran trotoar dan menghasilkan peta penyalahgunaan pemanfaatan trotoar. Ada 3 kelompok dalam peta penyalahgunaan trotoar berdasarkan waktu. Yakni pagi hari, siang hari, dan malam hari. Setelah melalui tahap proses selesai kemudian dicocokan dengan citra satelit google earth untuk mengetahui kesesuian penyalahgunaan pemanfaatan di lapangan. Output dari semua proses tersebut adalah peta persebaran penyalahgunaan pemanfaatan trotoar di Kota Blitar dengan skala 1:15000. Karena keterbatasan tempat maka output petanya menggunakan skala 1:20.000. PEMBAHASAN Penyalahgunaan trotoar di Kota Blitar sangat bervariasi, baik karakteristik kelompok penyalahguna maupun penggunaannya. Karakteristik kelompok penyalahguna trotoar sangat bervariasi mulai dari usia, pendidikan, lama usaha di trotoar hingga biaya retribusi. Karakteristik usia kelompok penyalahguna trotoar dari sampel yang di ambil, semua menunjukkan bahwa usia kelompok penyalahguna merupakan usia produktif atau usia kerja yakni usia 15 tahun hingga 65 tahun. Tidak ada sampel yang termasuk dalam usia tidak produktif. Hal ini menunjukkan bahwa kelompok penyalahguna mampu bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Karakteristik pendidikan dari kelompok penyalahguna juga bervariasi. Tingkat pendidikan ini merupakan gambaran bagaimana tingkat kesadaran dan pengetahuan kelompok penyalahguna terhadap fasilitas umum yang disediakan pemerintah. Berdasarkan sampel yang diambil menunjukkan bahwa sebagian besar kelompok penyalahguna trotoar pendidikan terakhirnya SMA/Sederajat. Kelompok penyalahguna ini entah tidak tahu atau sengaja menggunakan trotoar untuk aktifitas mereka. Kesadaran dan pengetahuan kelompok penyalahguna sangat rendah sehingga mereka tidak memperdulikan fungsi
utama trotoar tersebut. Disisi lain yang menyebabkab yakni kurangnya lapangan pekerjaan yang ada di Kota Blitar dan minimnya ketrampilan yang dimiliki kelompok penyalahguna trotoar. Karakteristik kelompok penyalahguna yang lain yaitu lama usaha di atas trotoar. Sebagian besar kelompok penyalahguna trotoar yang menggunakan trotoar sudah beraktifitas selama 1-10 tahun. Kelompok penyalahguna ini termasuk kelompok penyalahguna pertama, maksudnya belum turun-temurun dari orang sebelumnya. Kelompok penyalahguna yang lain sudah beraktifitas di atas trotoar lebih dari 10 tahun. Kelompok penyalahguna ini merupakan turun-temurun dari orang tuanya atau saudaranya yang telah beraktifitas di atas trotoar sebelumnya. Lama aktifitas di atas trotoar ini sangat bertolak belakang dengan peraturan pemerintah yang melarang melakukan aktifitas perdagangan, jasa, dan perparkiran di atas trotoar. Keberadaan penyalahguna ini oleh pemerintah Kota Blitar justru di fasilitasi dengan tenda yang disediakan oleh pemerintah. Hal ini sangat disayangkan karena dapat merusak keindahan dan ketertiban di Kota Blitar. Alasan kelompok penyalahguna trotoar juga bervariasi. Sebagian besar mereka menganggap tempat tersebut ramai sehingga dapat meningkatkan penghasilan kelompok penyalahguna trotoar. Alasan lain yakni dekat dengan rumah sehingga tidak memerlukan biaya transportasi yang mahal. Melihat hal tersebut kelompok penyalahguna berasal dari daerah sekitar tempat mereka beraktifitas. Lama aktifitas setiap hari mereka juga bervariasi. Sebagian besar mereka beraktifitas pada jam efektif misalnya pada pagi hari ketika semua aktivitas pada hari tersebut dimulai atau malam hari ketika waktu luang setelah seharian bekerja untuk bersantai. Sehingga di beberapa tempat, pejalan kaki harus berjalan di jalan dan mengganggu pengguna jalan. Dari aktifitas tersebut ada beberapa titik yang ditarik biaya retribusi. Penarikan retribusi ini tidak diberlakukan di seluruh trotoar Kota Blitar. Hanya di beberapa tempat strategis saja yang dikenai biaya retribusi seperti di jalan Mastrib yang sudah berubah total menjadi kios-kios, di Jalan Merapi/Alun-alun sisi timur, jalan Dr. Moh Hatta dan Jalan Ir. Soekarno yang merupakan area wisata Makam Bung Karno. Biaya retribusi juga bervariasi ada yang Rp 2.000 dan ada juga yang Rp 3.000. Penarikan retribusi dilakukan oleh dinas pasar yang mengelola ketertiban pedagang kaki lima dan oleh perangkat desa setempat. Penarikan retribusi selain biaya sewa lahan juga bertujuan untuk biaya perawatan dan perbaikan trotoar yang rusak. Penyalahgunaan trotoar di Kota Blitar juga bervariasi penggunaannya. Sebagian besar penggunaan trotoar di Kota Blitar digunakan untuk perdagangan. Penggunaan disetiap waktu baik pagi, siang dan malam hari ada perbedaan penggunaan dan panjang penggunaannya. Perbedaan penggunaan trotor yang sangat sangat besar terjadi di trotoar jalan Bali, jalan Cemara, jalan
Dr. Moh. Hatta, jalan Dr. Wahidin, jalan Imam Bonjol, jalan Ir. Soekarno, jalan Kalimantan, jalan Tanjung, dan jalan Veteran. Penggunaan trotoar di jalan Bali, jalan Kalimantan, dan jalan Imam Bonjol pada pagi hari kecil sekali meskipun jalan ini merupakan jalan arteri. Tetapi pada siang hari penggunaan trotoar di jalan ini sudah mulai banyak seiring dengan ramainya para pengguna jalan yang melintas di jalan ini. Sebagian besar digunakan untuk perdagangan. Pada malam penggunaan trotoar ke tiga ruas trotoar ini juga semakin panjang karena banyak muncul warungwarung yang buka pada malam hari dan banyak remaja yang suka berkumpul di warung-warung kopi. Tidak berbeda jauh dari kondisi di atas, juga terjadi di trotoar jalan Cemara dan jalan Tanjung yang merupakan jalan kolektor yang jalan masuk dari kabupaten ke kota. Penggunaan trotoar di jalan Veteran sedikit berbeda pada aktifitas penggunaannya. Pada pagi hari penggunaan trotoar hanya untuk warung-warung yang buka pada pagi hari saja. Untuk siang dan malam hari sebagian besar digunakan untuk kios telepon selular, karena jalan veteran ini merupakan pusat penjualan telepon selular di Kota Blitar. Berbeda dari kondisi di atas terjadi di trotoar jalan Dr. Wahidin, jalan Dr. Moh. Hatta, dan jalan Ir. Soekarno. Penggunaan trotoar pada pagi dan siang hari sangat besar sekali sedangkan pada malam hari penggunaan trotoar di jalan ini sedikit sekali karena penggunaan trotoar di ketiga jalan ini bergantung pada aktifitas pariwisata Makam Bung Karno yang hanya buka dari pagi hingga sore hari. Penyalahgunaan trotoar tersebut berdampak pada kenyamanan pengguna trotoar khususnya pejalan kaki. Pejalan kaki merasa tidak nyaman karena harus berjalan di badan jalan yang digunakan untuk kendaraan bermotor. Tidak semua trotoar tersebut digunakan untuk berdagang, perparkiran atau jasa. Hanya di titik-titik tertentu seperti dekat pusat aktifitas umum (pasar, tempat wisata) dan perkantoran. Meskipun demikian keberadaan kelompok penyalahguna tersebut selain mengganggu kenyamanan penjalan kaki juga mengurangi keindahan kota. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Karakteristik kelompok penyalahguna trotoar sangat beragam mulai dari usia, tingkat pendidikan, lama usaha, lama aktifitas setiap hari, hingga penarikan retribusi. Usia kelompok penyalahguna trotoar semua menunjukkan pada usia produktif. Tingkat pendidikan kelompok penyalahguna trotoar sebagian besar SMA/sederajat dan SMP/seerajat. Lama usaha kelompok penyalahguna trotoar sebagian besar berkisar 1-10
tahun. Alasan kelompok penyalahguna trotoar menggunakan trotoar sebagian besar beralasan bahwa tempat tersebut ramai. Lama aktifitas setiap hari yang dilakukan kelompok penyahguna trotoar sebagian besar berkisar antara 6-10,9 jam setiap hari. Sebagian besar kelompok penyalahguna trotoar tidak ditarik biaya retribusi. Untuk kelompok yang ditarik retribusi biasanya lebih dari Rp. 2.000. 2. Pola persebaran penyalahgunaan trotoar di Kota Blitar merata di seluruh ruas trotoar Kota Blitar. Penyalahgunaan trotoar yang terjadi digunakan untuk perdagangan (warung, bedak warung, PKL, bedak PKL, kios, pasar, toko), jasa (jasa antara lain tambal ban, bedak tambal ban, tukang jok, bengkel velg, bengkel motor, jahit goni, tukang sol sepatu, tukang cat), dan perparkiran (lain parkir sepeda dan motor). Presentase penyalahgunaan terbesar pada pagi hari, siang hari, dan malam hari terjadi di trotoar jalan Merapi dengan presentase 98,40%. Sedangkan presentase penyalahgunaan terkecil pada siang hari dan siang hari terjadi di trotoar jalan Sudirman dengan besar presentase 0%, untuk malam hari presentase penyalahgunaan terkecil terjadi di trotoar jalan S. Supriadi dengan besar presentase 1,59% 3. Keberadaan kelompok penyalahguna trotoar mengganggu kenyamanan pejalan kaki yang menggunakan trotoar. 4. Pemanfaatan SIG untuk pemetaan penyalahgunaan pemanfaatan trotoar di Kota Blitar sangat membantu karena lebih mudah dan lebih fleksibel, mulai dari pemasukan data seperti digitasi peta administrasi hingga pemasukan keberadaan trotoar, pengolahan data seperti pemasukan titik koordinat kelompok penyalahguna trotoar yang sudah didapatkan, sampai pengeluaran data berupa peta penyalahgunaan pemanfaatan trotoar dan peta presentase penyalahgunaan pemanfaataan trotoar pada pagi, siang, dan malam hari. Hasil akhir berupa peta skala 1:15.000 karena keterbatasan tempat maka hasil akhir peta berskala 1:20.000. Saran Berdasarkan kesimpulan penelitian di atas, maka penelitian ini memberikan informasi dan saran sebagai berikut: 1. Kelompok penyalahguna trotoar Kelompok penyalahguna sebaiknya tidak menggunakan fasilitas umum khususnya trotoar untuk kepentingan selain untuk sarana pejalan kaki. 2. Pemerintah Daerah Pemerintah Daerah perlu mengadakan upaya untuk mengatasi permasalahan penyalahgunaan trotoar supaya Kota Blitar terlihat rapi dan indah, dengan cara memberikan ruang tertentu yang digunakan untuk para kelompok penyalahguna trotoar dan di tarik biaya retribusi supaya tertata dengan rapi.
3. Bagi peneliti lain Diharapkan mampu melanjutkan penelitian terutama dalam memperbanyak kajian lain seperti pemetaan solusi penempatan kelompok penyalahguna trotoar atau menambah parameter yang diteliti dan melakukan penelitian secara berkala supaya Kota Blitar tetap terlihat rapi dan indah. DAFTAR RUJUKAN Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta Arisandy EP, Daniel. 2010. Sistem Informasi Geografis Tutorial Arcview 3.3. Malang. Geo-Edu Mitramedia Badan Pusat Statistik (BPS). 2011. Kota Blitar Dalam Angka 2011. Blitar: BPS Kota Blitar BAPPEDA Kota Blitar. 2010. Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah. Blitar: BAPPEDA Bintarto, R. 1984. Interaksi Desa Kota dan Permasalahannya. Jakarta: Ghalia Indonesia Budiharjo, Eko dan Sudanti, Hardjohubojo. 1993. Kota Berwawasan Lingkungan. Bandung: Penerbit Alumni Budiyanto, Eko. 2009. Sistem Informasi Geografi dengan ArcView GIS. Yogyakarta: Penerbit ANDI Buranda, J.P dan Idris, M. Yusuf. 1985. Dasar-dasar Kartografi I. Malang: IKIP Malang Ernawi, Imam S. 2010. Morfologi–Transformasi dalam Ruang Perkotaan yang Berkelanjutan. (Online), (http://www.penataanruang.net/taru/upload/paper/Paper_Morfologi_Tra nsformasi.pdf, diakses 22 Agustus 2011) Hartono, Rudi. 1991. Kartografi (Buku Penunjang Perkuliahan). Malang: IKIP Malang Keates, J.S diterjemahkan oleh Amien, Muchamad. 1996. Rancangan dan Produksi Kartografi. Lodon: PT Longman Lestryorini, Tutik. 2000. Pemetaan Penyebaran PKL di Kotamadya Malang. Skripsi Tidak Diterbitkan. Malang: Program Sarjana UM Mayer, Robert R dan Greenwood, Ernest. 1984. Rancangan Penelitian Kebijakan Sosial: Pengantar oleh Harsja W Bachtiar. Jakarta: Pusteko Dikbud dan CV Rajawali dalam rangka ECD Project (USAID) Pamudji. 1985. Pembinaan perkotaan di Indonesia. Jakarta: PT Bina Aksara Prahasta, Eddy. 2002. Sistem Informasi Geografis: Tutorial ArcView. Bandung: Penerbit Informatika Bandung Prahasta, Eddy. 2011. Tutorial ArcGUS Desktop untuk Bidang Geodesi & Geomatika. Bandung: Penerbit Informatika Bandung PU. 1990. Petunjuk Perancanaan Trotoar. (Online), (http://binamarga.pu.go.id/referensi/nspm/standar6110.pdf, diakses 22 Agustus 2011) Ridwan, Juniarso dan Sodik, Achmad. 2008. Hukum Tata Ruang dalam Konsep Kebijakan Otonimi Daerah. Bandung: Penerbit Nuansa
Robinson, Arthur, dkk. 1995. Elements of Carthography. Toronto: John Willey dan Sons Saputro, Hendrik Dwi. 2007. Pemetaan sarana fisik dan guru sekolah dasar di Kecamatan Bungkal Kabupaten Ponorogo. Skripsi Tidak Diterbitkan. Malang: Program Sarjana UM Sumarmi. 1995. Pembangunan Kota dan Perasalahannya. Malang: IKIP Malang Sutjana, I Dewa Putu. 2010.Masalah Ergonomi dalam Pembangunan Trotoar. (Online), (http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/trotoar.pdf, diakses 22 Agustus 2011) Suryantoro, Agus. 2008. Bahan Ajar Pengantar Sistem Informasi Geografi. Malang: Geografi FMIPA Universitas Negeri Malang Wikipedia Indonesia. 2011. Pemetaan. (Online), (http://id.wikipedia.org/wiki/Pemetaan, diakses 22 Agustus 2011) Wikipedia Indonesia. 2011. Trotoar. (Online), (http://id.wikipedia.org/wiki/Trotoar, diakses 22 Agustus 2011) Wiwoho, Bagus Setiabudi. 2001. Representasi Data Tabulasi dan Hasil Interpretasi Foto Udara Dlam Kartografi. Malang: Departemen Pendidikan Nasional Universitas Negeri Malang FMIPA Jurusan Pendidikan Geografi Wulandary, Renny. 2009. Pemetaan penyalahgunaan pemanfaatan trotoar di Kecamatan Klojen Kota Malang. Skripsi Tidak Diterbitkan. Program Sarjana UM _______Dewan Perjuangkan Tambahan Anggaran Perbaikan Trotoar, (Online), (http://www.blitar.go.id/v7/index.php?option=com_content&view=artic le&id=4596&catid=79, diakses 22 Agustus 2011) _______Pedoman. (Online), (http://www.penataanruang.net/taru/upload/nspk/pedoman/pjlkaki.pdf, diakses 22 Agustus 2011) ______Profil Kabupaten Blitar/Kota. (Online), (http://ciptakarya.pu.go.id/profil/profil/barat/jatim/blitar.pdf, diakses tanggal 22 Agustus)