PROSIDING 20 11© Arsitektur
Elektro
Geologi
Mesin
HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK Perkapalan Sipil
PEMANFAATAN JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG DI KOTA MAKASSAR Muhammad Fathien Azmy & Triyatni Martosenjoyo Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Tamalanrea - Makassar, 90245 Telp./Fax: (0411) 589707/(0411) 589707 e-mail:
[email protected]
Abstrak Fasilitas jembatan penyeberangan orang (JPO) merupakan sarana yang berintikan memudahkan bagi pejalan kaki untuk mencapai satu titik ke titik yang lain di seberang jalan dengan mengedepankan azas kemudahan, azas keselamatan, azas kemandirian, dan azas kegunaan. Metode penelitian deskriptif eksplanatif, data fisik JPO dianalisis dengan mengunakan parameter yang telah ditetapkan dalam KepMen PU No. 30 tahun 2006 dan standarisasi yang manusiawi dan data presepsi pengunjung sebagai sampel diolah dengan menggunakan microsoft office excel 2007. Hasil penelitian menunjukan bahwa JPO di Makassar: (a) ketinggian anak tangga relatip masih tinggi utamanya bagi manula, wanita utamanya wanita hamil dan anak-anak; (b) tekstur lantai JPO relatip licin utamanya pada saat hujan; (c) lebar tangga dan lebar JPO kurang lebar; (d) JPO tidak dapat digunakan secara optimal bagi penderita cacat karena tak tersediakan fasilitas aksesibilitas utamanya pengguna kursi roda (tuna daksa). Persepsi pengguna JPO di Makassar terhadap azas kemudahan, azas kegunaan, azas keamanan dan azas kemandirian pemanfaatan JPO belum terpenuhi. Perlu ada petugas khusus disetiap JPO dan perlu secara berkala pemeliharaannya agar pemanfaatan JPO lebih nyaman dan aman. Kata Kunci: jembatan penyeberang orang, pemanfaatan
PENDAHULUAN Proses pertumbuhan dan perkembangan suatu kota senantiasa diiringi dengan terjadinya peningkatan kebutuhan berbagai fasilitas perkotaan seperti fasilitas sosial, ekonomi, fisik, sarana dan prasarana transfortasi, utilitas kota serta semakin meningkatnya interaksi dengan daerah sekitarnya. Peningkatan tersebut ditandai dengan adanya perubahan ruang, yaitu peningkatan fungsi ruang dan atau terjadinya pergeseran terhadap pola pengunaan lahan/ruang. Peningkatan itu pula menimbulkan banyak permasalahan perkotaan dan menimbulkan banyak tuntutan akan kebutuhan masyarakatnya. Kota Makassar sebagai kota terbesar di kawasan timur Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari satu juta jiwa dengan berbagai tingkatan status sosial dari masyarakatnya, mengharuskan pemda kota menyiapkan berbagai sarana dan prasarana perkotaan bagi masyarakatnya untuk melakukan aktifitasnya sehari-hari. Perkembangan kota Makassar yang demikian pesat yang juga merupakan kota daerah tujuan dari beberapa golongan masyarakat yang bersumber dari daerah sekitarnya (hyterland). Makin banyak ragam dan jumlah moda transfortasi yang digunakan bagi masyarakat, baik kendaraan pribadi maupun kendaraan umum mengakibat jalur transportasi makin dikembangkan dan ditingkatkan, khusus pada daerah yang padat pelebaran jalan tak terhindarkan. Kondisi ini mengharuskan disiapkan tangga penyeberangan atau jembatan penyeberangan orang (JPO) yang dapat dimanfaatkan bagi masyarakat pejalan kaki untuk mencapai satu titik ke titik yang lain diseberang jalan. Tangga penyeberangan atau JPO di kota Makassar saat ini tersebar dibeberapa titik, yaitu (1) jalan Jenderal Sudirman ada dua titik; (2) jalan Urip Sumoharjo; (3) jalan Andi Pangerang Pettarani; dan saat ini sementara dibangun di jalan Peritis Kemerdekaan depan pusat perbelanjaan Mtos. Dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 ayat 2 telah disebutkan bahwa setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan. Selanjutnya menurut pandangan HAM, setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk menikmati hasil pembangunan (Ariani, 2004).
Volume 5 : Desember 2011
Group Teknik Arsitektur TA8 - 1
ISBN : 978-979-127255-0-6
Pemanfaatan Jembatan Penyeberangan Orang… Arsitektur Elektro Geologi
Muhammad Fathien Azmy & Triyatni Martosenjoyo Mesin Perkapalan Sipil
Berdasarkan UUD 1945 dan dikaitkan empat azas aksesibilitas bagi semua kalangan yaitu azas kemudahan, azas kegunaan, azas keamanan dan azas kemandirian, pemerintah telah banyak membuat regulasi yang cenderung sangat kurang diimplementasikan dilapangan pada saat pembangunan gedung-gedung publik, termasuk sarana dan prasana diperkotaan dan cenderung kurangnya pengawasan dari instasi teknis terkait dalam pelaksanaan aksesibilitas untuk semua kalangan pada fasilitas lingkungan dan perkotaan tersebut, sebagaimana amanat UU dan keputusan Menteri PU nomor 30/PRT/M/2006 tentang aksesibilitas fisik gedung dan lingkungan, termasuk pengadaan tangga penyeberangan atau JPO sebagai sarana aksesibilitas alternatif dari satu titik ke titik seberang jalan yang lainnya.
METODA PENELITIAN Jenis Penelitian Ditinjau dari tujuan penelitian dan analisis datanya, maka penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif eksplanatif, yaitu jenis penelitian yang berupaya mencari fakta-fakta lapangan berdasarkan tujuan penelitian. Fakta-fakta berupa sejumlah data yang diperoleh dari obyek penelitian pada beberapa titik JPO yang tersebar dalam pusat kota Makassar yang ditetapkan sebelumya, selanjutnya akan dianalisis dan deskripsikan secara sistematik, faktual, dan akurat yang selanjutnya diukur berdasarkan standar aksesibilitas bagi tangga/JPO yang memenuhi azas kemudahan, azas kegunaan, azas keamanan dan azas kemandirian Populasi dan Sampel Populasi penelitian ini adalah bangunan tangga pernyeberangan (JPO) di kota Makassar yang telah ditentukan diatas. Rincian pemanfaatannya sebagai sarana aksesibilitas penyeberangan untuk semua kalangan merupakan titik pokok yang akan diukur dan dianalisis. Untuk populasi masyarakat pejalan kaki pengguna tangga penyeberangan dan masyarakat yang tidak menggunakan tangga penyeberangan yang melintas dan menyeberang. Sampel adalah meliputi beberapa bangunan JPO yang ada pada populasi, yang selanjutnya akan dibatasi mengingat keterbatasan waktu, dan tenaga peneliti, yaitu meliputi: (a) jalan Jenderal Sudirman dua titik; (b) jalan Urip Sumoharjo; dan (c) jalan A.P.Pettarai. Dalam hal sampel pengunjung ditentukan 20 orang pada tiap titik JPO akan ditentukan secara purposive sampling oleh peneliti. Jenis Data Jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah: (a) ukuran tangga penyeberangan (JPO) yang ada di perkotaan, meliputi: lebar tangga jumlah anak tangga, tinggi dan lebar anak tangga, kemiringan tangga ramp dan kelandaian serta kelengkapan lainnya; (b) material tangga dan tekstur anak tangga; (c) fungsi bagi tangga penguna dan dimintakan pendapat tentang keamanan anak tangga, kegunaan tangga, kemudahan pemanfaatan tangga secara mandiri. Teknik Pengumpulan Data Survei Lapangan (Field Research). Survei lapangan dilakukan dengan mempergunakan beberapa teknik pendekatan antara lain: (a) teknik observasi, yaitu pengamatan langsung terhadap penguna tangga penyeberangan (JPO) pada obyek penelitian dan melihat kondisi kualitas tangga pada tiap titik tangga yang diamati. Kegiatan ini dilakukan oleh dosen peneliti bersama dengan mahasiswa peneliti; (b) Teknik Interview (teknik wawancara menggunakan kuesioner), yaitu dosen peneliti melakukan tanya-jawab secara langsung dan dibantu oleh tiga mahasiswa peneliti melakukan penyebaran dan pengisian kuesioner (daftar pertanyan) kepada sampel penguna maupun yang tidak menggunakan tangga. Data dibutuhkan adalah presepsi terhadap pemanfaan tangga penyeberangan sebagai sarana aksesibilitas alternatif untuk mencapai titik diseberang dan sebaliknya dengan menitik beratkan pada azas kemudahan, azas keamanan, azas kegunaan dan azas kemandirian; (c) Teknik Field Note, yaitu suatu teknik survey yang dilakukan oleh mahasiswa peneliti dan didampingi oleh dosen peneliti dalam memperoleh data di lapangan dengan mengukur kondisi tangga penyeberangan (JPO) yang ada dan mencatat keseluruhan hal-hal yang ditemukan dilapangan. Teknik Analisis Data Secara keseluruhan, pembahasan ini menggunakan teknik statistik deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan sebagian data diolah secara kuantitatif. Deskriptif dan eksploratif dilakukan dengan menggambarkan dan menguraikan kondisi data JPO sebagai sarana aksesibilitas alternatif. Data yang diperoleh dianalisis dengan metode sebagai berikut: (a) Data fisik tangga penyeberangan (JPO) dianalisis dengan mengunakan parameter
ISBN : 978-979-127255-0-6
Group Teknik Arsitektur TA8 - 2
Volume 5 : Desember 2011
PROSIDING 20 11© Arsitektur
Elektro
Geologi
Mesin
HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK Perkapalan Sipil
yang telah ditetapkan dalam KepMen PU No. 30 tahun 2006 dan standarisasi yang manusiawi. (b) Data presepsi pengunjung sebagai sampel diolah dengan menggunakan microsoft office excel 2007, untuk memperoleh gambaran tentang azas kemudahan, azas keamanan, azas kegunaan dan azas kemandirian terhadap JPO.
HASIL DAN BAHASAN Pengaruh Kebisingan Kondisi fisik JPO secara umum yang menjadi obyek penelitian menunjukan relatip baik dan masih berfungsi sesuai peruntukannya, namun beberapa bagian lantai JPO mulai rusak dan perlu pemeliharaan utamanya di Jalan Urip Sumoharjo dan Jalan Andi Pangerang Pettarani. Ketinggian JPO dihitung mulai tangga pertama hingga lantai JPO rata-rata 5.57 meter, para pengguna JPO pada umumnya mengelukan tingginya JPO utamanya bagi perempuan, anak-anak dan manula. Tabel 1 memperlihatkan ketinggian anak tangga relatip masih memenuhi standar 15 – 18 cm, pendapat pengguna JPO pada gambar 4 masih 73% mengatakan relatip tinggi, namun tetap dimanfaatkan JPO dengan alasan demi keamanan menyeberang menuju satu titik diseberang. Lebar anak tangga relatip dibawah syarat bagi pijakan kaki orang dewasa yaitu 28cm, hanya JPO di Jalan Jenderal Sudirman lapangan Hasanuddin lebih baik mencapai 30cm. Kondisi ini dibenarkan pendapat masyarakat pengguna JPO yaitu 70% berpendapat kurang lebar dan 24% berpendapat cukup. Tabel 1. Kondisi Fisik Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) di Makassar Kondisi Fisik JPO di Jl. Jend. Jl. Jend.l Jl. Urip Sudirman (SD Sudirman (Lap. Sumoharjo No.
Sudirman)
Hasanuddin)
33 18 28 2 130 x 150 130 beton kasar 110 25.50 248 baik
31 18 30 1 140 x 125 140 beton kasar 110 26 250 baik
Jl. AP. Pettarani (Ramayana)
Obyek Penelitian
1 Jumlah anak tangga 2 Tinggi anak tangga (cm) 3 Lebar anak tangga (cm) 4 Jumlah bordes (buah) 5 Ukuran bordes (cm) 6 Lebar tangga (cm) 7 Material tangga 8 Tekstur tangga 9 Tinggi bolustrade (cm) 10 Panjang JPO (meter) 11 Lebar JPO (cm) 12 Kondisi JPO Sumber: Hasil survai, Juli 2011
29 18 28 1 165 x 150 165 beton kasar 108 21.20 170 rusak
37 15 28 3 140 x 130 140 beton kasar 105 40 240 rusak
Faktor kenyamanan pemanfaatan JPO secara umum berpendapat bahwa JPO tidak nyaman digunakan karena faktor ketinggian anak tangga dan banyaknya jumlah anak tangga serta bordes yang tersedia relatip sedikit sebagai tempat istirahat sejenak, faktor ketidak nyaman masyarakat berpendapat (1) tidak terpelihara JPO; (2) lebar JPO kurang, rata-rata 240cm bahkan JPO di jalan Urip Sumoharjo hanya 170cm; (3) banyak orang duduk di tangga; (4) bahkan JPO di depan SD Sudirman saat survai ada beberapa siswa SD bermain di atas jembatan, hal ini sangat berbahaya yang lepas dari pengawasan guru dan orang tua. Tralis pengaman JPO relatip masih luas lubangnya yang memungkinkan anak-anak masih bisa terpelosok. Lebar JPO 170-250cm dan lebar tangga 130-165cm, kondisi masih kurang lebar untuk ruang gerak bagi pengguna saat berpapasan dua orang dan masing-masing membawa tetengan atau membawa anak. Pemanfaatan JPO oleh masyarakat penyeberang jalan masih sangat minim yang menggunakan, hal ini tergambar pada gambar 1 bahwa ada 73% pejalan kaki yang menyeberang jalan tidak melalui JPO, yang didominasi laki-laki relatip masih muda (20-45 tahun) dengan alasan (1) masih ada alternatif/peluang menyeberang tanpa melalui JPO mencapai 12,70%; (2) tidak nyaman dan tidak aman 77,30%. Yang sering memanfaatkan JPO hanya 14% yang didominasi wanita dan wanita yang membawa anak dengan alasan lebih aman dan takut menyeberang dengan padatnya arus lalu lintas.
Volume 5 : Desember 2011
Group Teknik Arsitektur TA8 - 3
ISBN : 978-979-127255-0-6
Pemanfaatan Jembatan Penyeberangan Orang… Arsitektur Elektro Geologi
Gambar 1. Menyeberang dengan menggunakan JPO
Muhammad Fathien Azmy & Triyatni Martosenjoyo Mesin Perkapalan Sipil
Gambar 2. Tidak menggunakan JPO
Gambar 3. Sering menggunakan JPO
Berdasarkan kondisi fisik JPO dan persepsi masyarakat sebagai pengguna JPO bila ditinjau dari sudut azas kemudahan, azas keamanan, azas kegunaan dan azas kemandirian, memperlihatkan banyak kelemahan, diantaranya kemudahan mencapai dan menaiki tangga masih dirasakan sulit utamanya bagi wanita khususnya wanita hamil dan wanita membawa anak atau barang tentengan. Demikian juga bagi pengguna yang telah lanjut usia, termasuk anak usia SD, apalagi bagi penderita cacat tidak ada petunjuk aksesibilitas untuk mencapai JPO, hal ini juga dialami penggunakan kursi roda relatif tidak dapat menyeberang dengan menggunakan kursi roda karena tidak ada fasilitas ramp, berarti azas kemudahan dan azas mandiri tidak terdapat di JPO Makassar. Azas keamanan pemanfaatan JPO kadang ada gangguan dari orang-orang yang usil, gelandangan bahkan orang yang tidak waras sering mangkal di JPO, kondisi ini terjadi karena tidak adanya petugas untuk membantu pengguna JPO. Ini, salah satu faktor sehingga penggunaan JPO tak maksimal, dengan demikian JPO dari azas dan azas kegunaan perlu ditingkatkan agar JPO di Makassar dapat dimanfaatkan sesuai peruntukannya serta perlunya ada sosialisasi pemanfaatannya.
Gambar 4. Ketinggian anak tangga
Gambar 5. Lebar anak tangga
Material JPO mulai tangga, bordes dan jembatannya berbuat beton pracetak yang difinishing dengan plesteran adukan pasir dan semen, berdasarkan pengamatan peneliti bahwa material ini baik selama musim kemarau dan perlu pemeliharaan, namun saat musim hujan relatip licin. Hal ini, dibenarkan oleh pengguna JPO yaitu 58% mengatakan bahwa lantai JPO licin yang rawan tergelincir (gambar 6). Untuk penempatan titik JPO masyarakat berpendapat ada beberapa titik yang sudah sesuai yaitu di Jalan Jenderal Sudirman dekat sekolah dasar yang dapat menghubungkan lapangan karebori yang merupakan area publik. Penempatan titik JPO harus dipertimbangkan penempatan halte sebagai tempat naik turunnya penumpang. Pendapat masyarakat lainnya ada 35% perlu ditinjau dan yang menjawab tidak tahu 44% (gambar 7).
Gambar 6. Material JPO
Gambar 7. Penempatan titik JPO
SIMPULAN
Ketinggian anak tangga terlalu tinggi utamanya bagi wanita, manusia lanjut usia (manula), anak-anak dan penderita cacat. Lebar tangga dan lebar JPO kurang lebar. Tidak bisa digunakan bagi penderita cacat utamanya pengguna kursi roda karena fasilitas aksesibilitas (ramp) tidak tersedia.
ISBN : 978-979-127255-0-6
Group Teknik Arsitektur TA8 - 4
Volume 5 : Desember 2011
PROSIDING 20 11© Arsitektur
Elektro
Geologi
Mesin
HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK Perkapalan Sipil
Azas kemudahan, azas keamanan, azas kegunaan dan azas kemandiriaan pemanfaatan JPO di Makassar belum terpenuhi.
REKOMENDASI
Perlu ada sosialisasi pemanfaatan JPO bagi masyarakat. Perlu azas kemudahan, azas keamanan, azas kegunaan dan azas kemandiriaan dikembangkan pemanfaatan JPO di Makassar yang mengacu KepMen PU Nomor 30/PRT/M/2006.
DAFTAR PUSTAKA [1]. Azmy, Fathien,M. 2009. Model Sarana Pelayanan Aksesibilitas Penyadang Cacat Pada Bangunan Umum di Kota Makassar. Laporan hasil penelitian hibah bersaing. Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin, Makassar. [2]. Azmy, Fathien,M. 2010. Ramp sebagai Sarana Aksesibilitas Alternatif Pada Pusat Perbelanjaan di Makassar. Laporan hasil penelitian hibah bersaing. Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin, Makassar. [3].Daldjoeni, N., 1992. Seluk Beluk Masyarakat Kota. Bandung: Alumni. [4].DPRD Sulawesi Selatan, 2006, Kebijakan Pembangunan Kesejahteraan Sosial si Sulawesi Selatan, Paper, Semiloka Aksesibilitas Fisik Bagi Penyandang Cacat pada Fasilitas Umum dan Sosial, Makassar. [5].Haryadi, 1995, Arsitektur Lingkungan dan Prilaku, Suatu pengantar ke teori, metodologi, dan aplikasi, Direktorat Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta. [6].HPWCI, 2003, Himpunan Peraturan Tentang Pelayanan Penyandang Cacat di Indonesia [7].Kepmen PU Nomor 30/PRT/M/2006, Tentang Persyaratan Teknis Aksesibilitas pada Bangunan Umum dan Lingkungan [8]. Lynch, Kevin, 1970, The Image of the City, Cambridge, Mass: MIT Press. [9]. Mun’im, Ariani, 2006, Fasilitas Standar Aksesibilitas Penyandang Cacat dalam Peraturan Bangunan: Masa kini dan yang seharusnya disediakan, paper. [10]. Rapoport, Amos, 1977, Human Aspect Urban Form, Oxford: Pergamon Press [11]. -----------,1982, The Meaning of the Built Environment, Beverly Hills, California: Sage Publications. [12]. -----------,1986, The Use and Design of Open Spaces in Urban Neighborhood, dalam D. Frick (eds) The Quality of Urban Life, Berlin: Water de Gruiter and Co. [13]. Suhardi, Bambang, dkk. , 2007. Rancang Bangun Elemen Aksesibilitas Ramp pada Fasilitas Umum bagi Penyadang cacat dan Lansia dalam Mewujudkan Lingkungan Bebas Rintangan. Jurnal, Dikti, Hibah Bersaing. www. Google, Maret 2010.
Volume 5 : Desember 2011
Group Teknik Arsitektur TA8 - 5
ISBN : 978-979-127255-0-6
Pemanfaatan Jembatan Penyeberangan Orang… Arsitektur Elektro Geologi
ISBN : 978-979-127255-0-6
Muhammad Fathien Azmy & Triyatni Martosenjoyo Mesin Perkapalan Sipil
Group Teknik Arsitektur TA8 - 6
Volume 5 : Desember 2011