KEKERABATAN BAHASA WAWONII DENGAN BAHASA MENUI (LINGUISTIK BANDINGAN HISTORIS)
SKRIPSI Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian Guna Memperoleh Gelar Sarjana pada Jurusan Bahasa dan Sastra Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo
OLEH JOFI IRFAN C1C1 12 035
FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2016
i
ii
iii
iv
v
vi
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ............................................................................................... PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................................... HALAMAN PENGESAHAN................................................................................. UCAPAN TERIMA KASIH................................................................................... DAFTAR ISI ........................................................................................................... DAFTAR TABEL ................................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................... ABSTRAK................................................................................................................
i ii iii iv v vi vii viii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang............................................................................................. 1.2 Rumusan Masalah........................................................................................ 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian.................................................................... 1.3.1 Tujuan Penelitian................................................................................. 1.3.2 Manfaat Penelitian............................................................................... 1.4 Batasan Operasional....................................................................................
1 4 5 5 5 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Bahasa........................................................................................ 2.2 Linguistik Bandingan Historis .................................................................... 2.3 Kekerabatan Bahasa ................................................................................... 2.4 Leksikostatistik............................................................................................ 2.4.1 Mengumpulkan Kosakata Dasar.......................................................... 2.4.2 Menghitung Kata Kerabat.................................................................... 2.4.3 Menghitung Waktu Pisah..................................................................... 2.4.4Menghitung Jangka Kesalahan.............................................................. 2.5 Klasifikasi Bahasa........................................................................................
7 8 9 10 10 11 16 17 18
BABIII METODE PENELITIAN 3.1 Metode dan Jenis Penelitian......................................................................... 3.1.1 Metode Penelitian................................................................................. 3.1.2 Jenis Penelitian.................................................................................... 3.2 Data dan Sumber Data................................................................................ 3.2.1 Data..................................................................................................... 3.2.2 Sumber Data........................................................................................ 3.3 Instrumen Penelitian..................................................................................... 3.4 Teknik Pengumpulan Data........................................................................... 3.5 Teknik Analisis Data....................................................................................
20 20 20 21 21 21 21 24 24
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pemilihan Kata Kerabat .............................................................................. 4.2 Penetapan Kata Kerabat............................................................................... 4.2.1 Pasangan Identik................................................................................ 4.2.2 Pasangan Berkorespondensi Fonemis ...............................................
28 37 46 53
v
4.2.3 Kemiripan Secara Fonetis................................................................... 4.2.4 Satu Fonem Berbeda........................................................................... 4.3 Tingkat Presentase Kata Kerabat................................................................ 4.4 Menghitung Waktu Pisah............................................................................ 4.5 Menghitung Jangka Kesalahan................................................................... 4.6 Menghitung Waktu Pisah Baru ..................................................................
53 54 55 56 57 58
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ................................................................................................ 5.2 Saran ..........................................................................................................
61 62
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................
63
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Klasifikasi Bahasa ..................................................................................
19
Tabel 2. Daftar 200 Kosakata menurut Morris Swadesh .................................
22
Tabel 3. Daftar Perbandingan Kosakata BW dan BM .....................................
28
Tabel 4. Kata Kerabat BW dan BM ...................................................................
38
Tabel 5. Pasangan Identik ...................................................................................
46
Tabel 6. Satu Fonem Berbeda .............................................................................
54
Tabel 7. Bagan Kekerabatan Bahasa .................................................................
60
vi
ABSTRAK Judul penelitian ini “Kekerabatan Bahasa Wawonii dan Bahasa Menui (Kajian Linguistik Bandingan Historis)”. Dalam penelitian ini terdapat beberapa permasalahan diantaranya mempermasalahkan Bagaimana hubungan kekerabatan antara bahasa Wawonii dan bahasa Menui dan juga waktu pisah antara kedua bahasa tersebut. Data dalam penelitian ini menggunakan daftar 200 kosakata menurut Morris Swadesh yang kemudian diterjemahkan kedalam bahasa daerah untuk dilakukan perbandingan. Hasil penelitian ini, dari 200 kosakata yang diperbandingkan, terdapat 173 kosakata yang berkerabat, yaitu 151 pasangan identik dan 22 pasangan yang satu fonemnya berbeda. Sedangkan waktu pisah antara kedua bahasa berkisar antara 552-522 tahun atau antara 1464-1494 M. Dihitung dari waktu sekarang. Berdasarkan persentase kata kerabat dan waktu pisah kedua bahasa, dapat dikatakan bahwa bahasa Wawonii dan bahasa Menui termasuk dalam klasifikasi bahasa atau berdialek karena persentase dari kedua bahasa tersebut mencapai angka 86,5%.
vii
1
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bangsa Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai suku/etnik yang terpatri di seluruh wilayah nusantara, baik dari Sabang maupun sampai Merauke. Tiap suku/etnik yang berada di wilayah nusantara ini telah memiliki bahasa daerah tersendiri, sehingga masing-masing daerah memiliki keanekaragaman bahasa sebagai salah satu ciri kemajemukan masyarakat Indonesia. Keadaan itu tentunya menunjukan suatu keadaan atau kondisi yang akan bebeda di tiap masyarakatnya. Berkaitan dengan perjalanan waktu, terlebih lagi penyebaran dan penguasaan bahasa nasional dalam hal ini bahasa Indonesia akan sangat dominan sehingga keberadaan bahasa daerah akan tergolong kecil. Akan tetapi, walaupun demikian, bahasa daerah diharapkan tetap memiliki kekuatan hidup dan berkembang, baik untuk menunjang pertumbuhan dan perekembangan bahasa nasional maupun perkembangannya sendiri. Terlepas dari situasi dan kondisi objektif setiap bahasa daerah yang ada di wilayah Nusantara ini, semua bahasa dijamin keberadaan dan kehidupannya oleh Undang-Undang Dasar 1945, terutama bahasa-bahasa yang tetap dipelihara oleh masyarakat pendukungnya. Konsekuensi dari jaminan konstitusionalnya ialah bahasa-bahasa daerah di wilayah Nusantara perlu mendapat perhatian, pembinaan, dan pengembangan sehingga menunjang pertumbuhan dan perkembangan bahasa Indonesia (Depdikbud, 1994: 2)
1
2
Bahasa juga memegang peranan penting dalam kehidupan manusia karena harus berkomunikasi dan berinteraksi dalam kelompok sosialnya. Dengan bahasa pula, manusia dapat menjalin hubungan silaturrahim dalam masyarakat itu sendiri. Karena konsepsi dasarnya ialah keterhubungannya secara personal ataupun antarpersonal sehingga menjadikan bahasa sebagai alat komunikasi. Inilah dasar utama sehingga bahasa menduduki atau selalu ditempatkan pada peringkat pertama dalam urusan kemasyarakatan, karena selain ia telah menjadi bagian dari unsur budaya, bahasa juga menunjukan keuniversalannya karena berlaku pada setiap suku bangsa. Terutama untuk memberikan atau mendeskripsikan suatu bahasa menurut tataran-tatarannya, sejarah perkembangannya, dan membandingkan bahasa yang satu dan bahasa yang lain (Pateda, 1998). Dalam kedudukannya sebagai bahasa di daerah Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah, bahasa Wawonii dan bahasa Menui merupakan salah satu bahasa daerah yang tetap hidup dan dilestarikan oleh masyarakat pemiliknya. Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin pesat seperti saat ini dan semakin tingginya keinginan untuk menempuh pendidikan dan mencari pekerjaan di kota-kota besar, tentunya akan mempengaruhi pemakaian bahasa daerahnya, sehingga minat untuk menggunakan bahasa daerah akan menjadi kurang. Bukan tidak mungkin jika dengan terjadinya percampuran atau perpindahan tempat seperti halnya dari desa ke kota akan menyebabkan bahasa lambat laun menjadi hilang. Menurut Abas (dalam La Ino, 2015: 27) seorang sosiolinguist memprediksikan bahwa bahasa-bahasa di Sulawesi khususnya di
3
Sulawesi Tenggara maupun Sulawesi Tengah akan mengalami kepunahan sekitar tahun 2035 mendatang. Prediksi ini didukung oleh suatu kenyataan pemakaian bahasa daerah pada masyarakat saat ini. Kajian
mengenai
bahasa
dalam
rangka
untuk
meningkatkan
pengembangan bahasa daerah di sulawesi, khususnya sulawesi tenggara pernah dilakasanakan yaitu penelitian bahasa tentang kekerabatan bahasa Tolaki Dialek Konawe dengan Bahasa Kepulauan Tukang Besi Dialek Kaledupa yang diteliti oleh Nitra Simpa di tahun 2004, Deskripsi Fonem Bahasa di Sulawesi Tenggara, salah satunya membahas tentang studi pada bahasa Wawonii yaitu penelitian La Ino yang terbit ditahun 2015, serta kekerabatan bahasa Wolio dan bahasa Bajo yang diteliti oleh Sinta Lamauji di tahun 2016. Berdasarkan hasil penelitian relevan tersebut mendorong penulis untuk melakukan penelitian bahasa daerah dalam konteks objek penelitian dan hasil penelitian yang berbeda. Penulis cenderung melakukan penelitian tentang “Kekerabatan Bahasa Wawonii dan Bahasa Menui”. Kekerabatan bahasa merupakan penelitian yang mempersoalkan bahasa dalam kurun waktu yang berbeda pula. Melalui penelitian kekerabatan bahasa Wawonii (BW) dan bahasa Menui (BM) dapat dilihat adanya kemiripan antara kedua bahasa tersebut. Contoh: Glos
BW
BM
Awan
Kundo
Kundo
Angin
Pue
Pue
Malu
Metangkoro
Mokokohapa
4
Data di atas menunjukan adanya persamaan dan perbedaan yang cukup besar sebagai bahasa yang berada dalam wilayah geografis yang berdekatan. Hal inilah yang menjadi dasar bagi penulis untuk melakukan penelitian ini. indikator yang akan digunakan untuk melihat silsilah atau kekerabatan Bahasa Wawonii dan Bahasa Menui adalah kosakata dasar yang dirumuskan oleh Morris Swadesh dengan pertimbangan bahwa daftar kosakata tersebut banyak dijadikan acuan untuk mempelajari kekerabatan bahasa-bahasa di dunia. Kosakata dasar Swadesh yang dijadikan acuan penelitian berjumlah 200 kosakata yang digunakan secara universal di dunia. Artinya, kosakata ini ada pada seluruh penduduk dunia dan kemungkinan tidak berubah dalam kurun waktu yang lama. Alasan lain penulis melakukan penelitian kekerabatan bahasa Wawonii dan bahasa Menui karena penulis belum mendapatkan adanya penelitian yang sama sampai saat ini, oleh karena itu penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi penelitian selanjutnya.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka masalah dalam penelitian ini, adalah: a. Bagaimanakah hubungan kekerabatan antara Bahasa Wawonii dan Bahasa Menui? b. Berapa lamakah waktu pisah antara Bahasa Wawonii dan Bahasa Menui?
5
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah: a. Untuk mendeskripsikan hubungan kekerabatan antara bahasa Wawonii dan bahasa Menui. b. Untuk mengetahui berapa lama waktu pisah antara bahasa Wawonii dan bahasa Menui. 1.3.2 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang hubungan antara bahasa Wawonii dan bahasa Menui, sehingga kedua bahasa tersebut dapat dilestarikan dan berkembang dilingkungan penuturnya. 2. Bagi pemerintah, penelitian ini sebagai salah satu upaya pelestarian dan pembinaan kebudayaan daerah dalam memperkaya perbendaharaan kebudayaan nasional indonesia. 3. Bagi peneliti, penelitian ini sebagai bahan masukan dan informasi bagi peneliti selanjutnya khususnya kekerabatan bahasa daerah. 1.4 Batasan Operasional Untuk menghindari kesalahan penafsiran tentang istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka peneliti memberikan batasan operasional yaitu:
6
1. Kekerabatan adalah hubungan dua bahasa atau lebih yang diturunkan dari sumber yang sama yang disebut bahasa purba. 2. Bahasa Wawonii adalah bahasa yang digunakan di kabupaten Konawe Kepuluan sebagai bahasa sehari-hari oleh masyaraktnya. 3. Bahasa Menui adalah bahasa yang berasal dari suku menui yang digunakan sebagai alat komunikasi di dalam masyarakat Kecamatan Menui Kepulauan Kabupaten Morowali.
7
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Bahasa Bahasa dalam masyarakat dipahami sebagai sistem yang memiliki ciri kebermaknaan yang diungkapkan oleh masyarakat penuturnya sebagai alat komunikasi antara individu ataupun kelompok. Brown (dalam Taringan, 1989:4) menyebutkan empat prinsip dasar hakikat bahasa yakni, (1) bahasa adalah suatu sistem, (2) bahasa adalah seperangkat lambang-lambang mana suka atau simbolsimbol arbiter, (3) lambang-lambang tersebut bersifat lokal tetapi mungkin juga bersifat visual, (4) bahasa di pergunakan sebagai alat komunikasi atau sarana pergaulan sesama manusia. Dardjowidjojo (2005: 16) bahasa adalah sistem simbol lisan yang dipakai oleh anggota suatu masyarakat untuk berkomunikasi dan berinteraksi antar sesamanya, berdasarkan pada budaya yang mereka miliki bersama. Bahasa juga adalah sistem lambang bunyi yang bersifat arbiter yang dipergunakan para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi (kridalaksana dalam Konisi, 2011/2012: 10). 2.2 Linguistik Bandingan Historis Menurut Keraf (1996: 22-23) Linguistik Bandingan Historis adalah suatu cabang ilmu yang mempersoalkan bahasa dalam bidang waktu serta perubahanperubahan unsur bahasa yang terjadi dalam bidang waktu tersebut. Ia mempelajari data-data dari suatu bahasa atau lebih, sekurang-kurangnya dalam dua periode. Data-data dari suatu bahasa dari dua periode atau lebih itu diperbandingkan secara
7
8
cermat untuk memperoleh kaidah-kaidah perubahan yang terjadi dalam bahasa tersebut. Linguistik Bandingan Historis pertama-tama merupakan sebuah cabang ilmu bahasa yang membandingkan bahasa-bahasa yang tidak memiliki data-data tertulis, atau pula dapat dikatakan bahwa linguistik bandingan historis adalah suatu cabang ilmu bahasa yang lebih menekankan teknik dan pra-sejara bahasa. Adapun tujuan linguistik bandingan historis antara lain: a. Mempersoalkan bahasa-bahasa yang serumpun dengan mengadakan perbandingan
mengenai
unsur-unsur
yang
menunjukan
kekerabatannya. b. Linguistik bandingan historis berusaha menemukan bahasa proto bahasa-bahasa modern. c. Mengadakan pengelompokan (sub-grouping) bahasa-bahasa yang termasuk dalam suatu rumpun bahasa. d. Liunguistik bandingan historis berusaha menemukan pusat-pusat penyebaran bahasa-bahasa proto (pusat penyebaran).
2.3 Kekerabatan Bahasa Istilah
linguistik
“kekerabatan”
(genetik
relationship)
merupakan
hubungan antara dua bahasa atau lebih yang diturunkan dari sumber bahasa induk yang sama, yang disebut bahasa purba (Kridaklasana, 2008: 116). Bahasa-bahasa yang berada dalam satu rumpun yang sama tentulah akan terjadi kekerabatan. Akan tetapi tingkat kekerabatan bahasa yang berada dalam
9
satu rumpun ini kemungkinan tidaklah sama. Sejauh mana tingkat keeratan hubungan bahasa yang satu dengan yang lainnya dapat dilihat dari kemiripan atau perbedaan bahasa-bahasa yang dibandingkan. Semakin mirip kedua bahasa, maka semakin erat hubungan kekerabatannya. Kekerabatan antara bahasa terjadi karena adanya fakta sejarah bahwa bahasa-bahasa tersebut berasal dari induk yang sama. Perubahan bahasa terjadi karena adanya imigrasi yang dilakukan sehingga dari induk yang sama menjadi renggang atau terputus sehingga menyebabkan perpecahan bahasa. Intensitas kekerabatan bahasa itu ditentukan oleh intentintas dan jangka waktu hubungan antara penutur bahasa yang bersangkutan. Sedangkan hubungan bahasa yang terputus dalam kurun waktu lama adalah pemicu sehingga menjadikan kekerabatan bahasa itu menjadi sedikit. Dari sudut pandang Linguistik bandingan historis menjadi persoalan kosakata yang diikut sertakan dalam perbandingan kekerabatan. Jika kata-kata itu menyangkut kata-kata budaya, maka kata-kata itu tidak bisa diikut sertakan dalam perbandingan linguistik bandingan historis kecuali kata-kata itu memiliki kata dasar yang sama (universal). 2.4 Leksikostatistik Leksikostatistik merupakan suatu teknik pengelompokan yang lebih cenderung mengutamakan peneropongan kata-kata (leksikon) secara statistik, untuk kemudian berusaha menetapkan pengelompokan itu berdasarkan presentase kesamaan dan perbedaan suatu bahasa dengan bahasa lain (Keraf, 1996: 121).
10
Teknik leksikostatistik digunakan untuk mengetahui bagaimana hubungan kekerabatan suatu bahasa dengan bahasa-bahasa lainnya serta presentase kekerabatan dari bahasa kerabat. Teknik leksikostatistik bisa dipakai secara bergandengan,
karena
untuk
menghitung
usia
bahasa
dengan
teknik
grotokgronologi harus dipergunakan teknik leksikostatistik. Sebaliknya untuk mengadakan pengelompokan bahasa dengan metode leksikostatistik tersirat juga dengan masalah waktu, yang menjadikan landasan bagi pengelompokkan itu. 2.4.1 Mengumpulkan Kosakata Dasar Uraian yang paling penting dalam membandingkan dua bahasa atau lebih adalah mengumpulkan kosakata dasar dari bahasa-bahasa yang akan diteliti. Katakata yang dipergunakan dalam pengelompokan merupakan perbendaharaan kosakata dasar (basic vocabulary) yang dianggap menjadi syarat mati-hidupnya sebuah bahasa (Keraf, 1996: 114). Karena kata-kata itu dianggap sebagai warisan pertama dari bahasa proto. Kata-kata itu mengalami perubahan tetapi perubahan itu sangat lamban. Dengan menyusun sebuah daftar kosakata tersebut, penulis mengumpulkan data-data dari bahasa-bahasa yang akan di perbandingkan, dengan menggunakan prinsip-prinsip korespondensi fonemis dan memperhatikan pula perubahan-perubahan yang terjadi maka ditetapkan kata-kata daftar kosakata yang dianggap sebagai kerabat. Dengan menghitung jumlah kesamaan antara bahasa-bahasa yang diperbandingkan dapat disusun kelompok-kelompok kerabat bahasa. Daftar kosakata itu adalah kosakata yang disusun oleh Morris Swadesh berisi 200 kata yang terdiri dari kata-kata non kultural, serta retensi kata dasarnya telah diuji
11
dalam bahasa-bahasa yang memiliki naska tertulis. Kata-kata itulah yang dipakai dalam menguji untuk menentukan bahasa-bahasa kerabat. 2.4.2 Menghitung Kata Kerabat Pada hakikatnya suatu bahasa induk dapat melahirkan beberapa macam atau cabang bahasa. Bahasa yang dilahirkan terpecah menjadi beberapa bahasa yang disebut dengan bahasa daerah. Bahasa-bahasa daerah itu ada yang disebut sebagai bahasa daerah kerabat jauh dan kerabat dekat. Dalam metode linguistik bandingan historis, suatu asumsi menyatakan untuk menemukan kata-kata kerabat yaitu, fonem proto bahasa yang sudah berkembang secara
berlainan dalam bahasa-bahasa kerabat akan mengalami
perubahan secara linguistik terhadap lingkungan bahasa masing-masing. Oleh karena itu dalam penelitian ini kata-kata atau fonem-fonem dalam posisi relatif sama dibandingkan satu sama lain sehingga kosakata yang sama dapat dikatakan kerabat, sedangkan kosakata yang berbeda ditetapkan sebagai kata yang tidak berkerabat. Menurut Natria Simpa (2004: 20) untuk menentukan apakah kata itu pasangan kata dalam suatu bahasa yang diperbandingkan tersebut berkerabat atau tidak, dapat dilihat dari variasi fonemis (perubahan-perubahan yang terjadi dalam fonem-fonem yang membangun kata itu, yaitu keidentikan fonem, kemiripan, korespondensi fonem dan perbedaan satu fonem). Dari pernyataan diatas dikemukakan bahwa untuk penentuan kata-kata kerabat dapat dilakukan dengan cara membandingkan kosakata dasar kedua bahasa yang diteliti. Pernyataan ini di perkuat oleh Keraf (1996: 128-130).
12
Dua bahasa dikatakan kerabat apabila memenuhi salah satu ketentuan berikut: a. pasangan itu identik: artinya pasangan kata yang makna dan fonemnya sama betul, misalnya: Glos
Sikka Lio
Api
api
api
Abu
awu
awu
Ulat
ule
ule
b. Pasangan itu berkorespondensi fonemis : artinya perubahan kedua bahasa itu terjadi timbal-balik dan teratur serta hanya berdistribusi dalam lingkungan artikulasi yang sama. Dalam hubungan ini okurensi fonemfonem yang menunjukan korespondensi itu dapat mengikut sertakan gejala-gejala kebahasaan yang disebut ko-okurensi. Misalnya : Glos
Sikka
Lio
Satu
ha
esa
Tetek
uhu
susu
Kotor
kumoy
koley
c. Pasangan fonetis yang mirip : artinya segmen-segmen yang membangun kata itu berada dalam lingkungan artikulasi yang sama (cara dan tepat artikulasi) Glos
Sikka
Lio
Dalam
dolan
dalen
Empat
hutu
sutu
13
Siapa
hai
sai
d. Satu fonem yang berbeda : artinya segmen-segmen yang membangun kata itu terdapat satu fonem yang berbeda akibat pengaruh lingkungan yang dimasukinya. Misalnya : Glos
Sikka
Lio
Tanah
taney
tanay
Empat
hutu
sutu
Dari kedua pernyataan di atas dikemukakan bahwa penentuan kata kerabat dapat dilakukan dengan cara pengelompokan kata-kata yang identik, pasangan kata yang berfonetis mirip, pasangan kata yang berkorespondensi fonemis dan pasangan kata yang berbeda satu fonem. Bahasa-bahasa di dunia pada dasarnya terdapat beberapa kelompok dan masing-masing kelompok itu terdiri dari sub, setiap sub memiliki lagi beberapa anggota kelompok. Dalam kelompok-kelompok bahasa tertentu akan ditemukan kata-kata kerabat. Menurut Keraf (1996: 143) tidak ada satu bahasapun yang tidak memiliki variasi
bahasa
atau
deverensial.
Diantara
variasi-variasi
bahasa
akan
memperlihatkan pola-pola tertentu. Pola-pola itu dipengaruhi oleh pola-pola sosial yang bersifat kedaerahan atau geografi. Keraf juga menyatakan untuk membandingkan atau menerapkan kosakata kerabat dan bukan kerabat “fonem bahasa proto yang telah berkembang secara berlainan dalam bahasa-bahasa kerabat, akan berkembang terus secara konsisten masing bahasa (1996: 127).
dalam lingkungan masing-
14
Keraf juga berpendapat (1996: 127-128) untuk menentukan kata berabat (cognase) dari bahasa-bahasa yang diselidiki, maka hendaknya diikuti prosedurprosedur berikut : 1. Glos yang tidak diperhitungkan Pertama-tama harus dikeluarkan gloss yang tidak di perhitungkan dalam penetapan kata kerabat atau non kerabat. Gloss yang tidak diperhitungkan itu adalah kata-kata kosong, yaitu gloss yang tidak ada katanya baik dalam salah satu bahasa maupun dalam kedua bahasa. Kedua, semua kata pinjaman entah dari bahasa-bahasa kerabat maupun dari bahasa-bahasa non-kerabat. Dalam hal ini lebih mudah untuk menetapkan pinjaman dari bahasa non kerabat daripada bahasa-bahasa kerabat. Ketiga, kata-kata jadian pada sebuah kata benda atau mengenai sebuah kata benda memperlihatkan bahwa kata itu bukan kata dasar. Keempat, bila dalam gloss ada dua kata dasar yang sama, yang satu merupakan kata dasar dan kata lain jadian dengan kata dasar yang sama, maka gloss untuk kata dasar yang di perhitungkan, sedangkan kata jadiannya tidak diperhitungkan. 2. Pengisolasian Morfem Terikat Bila dalam data-data yang telah dikumpulkan dalam morfem-morfem terikat, maka sebelum mengadakan perbandingan untuk mendapatkan kata kerabat atau non kerabat, semua morfem terikat itu harus diisolir terlebih dahulu. Dengan mengisolasi morfem tersebut, lebih mudahlah bagi kita untuk nmenetapkan apakah satu pasangan kata menunjukan kesamaan atau tidak.
15
3. Penetapan Kata Kerabat Bila dalam mengisolasi morfem terikat ternyata sebuah kata memiliki morfem dasar yang sama dengan sebuah kata untuk gloss lainnya, maka kata itu hanya diperhitungkan satu kali. Kata-kata yang sama dalam sebuah pasangan akan dinyatakan sebagai kata kerabat, sedangkan yang berbeda ditetapkan sebagai kata non-kerabat. Selanjutnya Keraf (1996: 128-129) juga menyatakan sebuah pasangan kata akan dinyatakan sebagai kata kerabat bila memenuhi salah satu ketentuan berikut: a) Pasangan Identik pasangan kata yang identik adalah pasangan kata yang semua morfemnya sama betul. b) Pasangan Korespondensi Fonemis Bila perubahan fonemis dari kedua bahasa itu terjadi secara timbal balik dan teratur, serta tinggi frekuensinya, maka bentuk yang berimbang antara kedua bahasa tersebut dianggap berkerabat. Dalam hubungan ini okurensi fonem-fonem yang menunjukan korespondensi itu dapat mengikut sertakan gejala-gejala kebahasaan yang lain disebut ko-okurensi. c) Kemiripan Secara Fonetis bila tidak dapat dibuktikan bahwa sebuah pasangan kata dalam kedua bahasa itu mengandung korespondensi fonemis, tetapi pasangan itu ternyata mengandung kemiripan secara fonetis dalam posisi artikulatoris yang sama, maka pasangan itu dapat dianggap sebagai kata kerabat (bandingkan dengan macam-macam perubahan secara fonetis dan
16
morfemis dalam bahasa). Yang dimaksud dengan mirip secara fonetis adalah bahwa ciri-ciri fonetisnya harus cukup serupa sehingga dapat dianggap sebagai alofon. d) Satu Fonem Berbeda Bila dalam satu pasangan kata terdapat perbedaan satu fonem, tetapi dapat dijelaskan bahwa
perbedaan itu terjadi karena pengaruh
lingkungan yang dimasukinya, sedangkan dari bahasa lain pengaruh lingkungan itu tidak mengubah fonemnya, maka pasangan itu dapat ditetapkan sebagai kerabat, asal segmennya cukup panjang. 2.4.3 Menghitung Waktu Pisah Perubahan suatu bahasa dari bahasa induk, terjadi dalam jangka waktu tertentu yang menimbulkan akumulasi perbedaan. Munculnya yang besar antara dua bahasa menjadi dasar
penentuan tahun pisah kedua bahasa yang
bersangkutan (Keraf, 1996: 130). Perubahan pada masa yang berkerabat dapat diteliti dangan menggunakan metode pengelompokan persentase kata kerabat, yang dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut: W = log. C 2 log. R Di mana W
= waktu perpisahan dalam ribuan (millenium) tahun yang lalu
R
= retensi atau persentase konstan
C
= persentase kerabat
Log
= logaritma dari
17
2.4.4 Menghitung Jangka Kesalahan Cara yang biasa dipergunakan untuk menghindari kesalahan dalam statistik adalah memberikan sebuah perkiraan suatu hal terjadi bukan dalam waktu tertentu, tetapi dalam suatu jangka waktu tertentu. Dalam waktu terjadi akumulasi perbedaan-perbedaan antara kedua bahasa itu, yang sekian hari bertambah besar, sehingga perlahan-lahan tetapi pasti menandai perpisahan kedua bahasa tersebut. Dalam metode statistik dikembangkan secara tertentu untuk menghitung jangka kesalahan yang mungkin timbul dalam perhitungan tersebut. Jangka kesalahan itu biasanya dibuat untuk tiga asumsi yang berbeda: a) ketetapan perhitungan diperkirakan berkisar 68% dari kebenaran, atau mudahnya dikatakan 0,7 mengandung kebenaran. b) ketetapan perhitungan dapat diperkirakan 90% atau 0,9 dari kebenaran. c) ketetapan diperkirakan 50% atau 0,5 dari keadaan yan sebenarnya. Untuk menghitung jangka kesalahan biasanya dipergunakan rumus kesalahan standar, yaitu 70% dari kebenaran yang diperkirakan. Kesalahan standar diperhitungkan dengan rumus berikut: √
Dimana S C n kerabat).
= kesalahan standar dalam persentase kata kerabat = persentase kata kerabat = jumlah kata yang diperbandingkan (baik kerabat maupun Non –
18
2.5 Klasifikasi Bahasa Metode leksikostatistik bukan semata-mata merupakan metode untuk menentukan waktu pisah kedua bahasa kerabat, melainkan sebagai metode untuk mengadakan
pengelompokan
bahasa-bahasa
kerabat.
Sebenarnya
dengan
mengetahui waktu pisah kedua berdasarkan bahasa-bahasa kerabat kata-kata kerabatnya sudah tersirat pada pengelompokan. Dengan memperlihatkan persentase kata kerabat yang tinggi, merupakan kelompok kata yang paling dekat keanggotaannya sedangkan yang persentase kerabatnya rendah merupakan bahasa yang agak jauh kekerabatannya. Swadesh mengelompokan suatu klasifikasi untuk menetapkan kapan dua bahasa disebut dialek, kapan sekelompok bahasa disebut keluarga bahasa (language family), bilamana sekelompok bahasa termasuk rumpun bahasa (stock) dan sebagainya. Klasifikasi yang dimaksud (Keraf, 1995: 134-135) adalah sebagai berikut: Tabel 1. Klasifikasi Bahasa Tingkat Bahasa
Waktu
pisah
dalam Persentase kata kerabat
abad Bahasa (language)
0-5
100-81
Keluarga (family)
5-25
81-36
Rumpun (stock)
25-50
36-12
Mikrofilum
50-75
12-4
Mesofilum
75-100
4-1
Makrofilum
100 ke atas
1 kurang dari 1%
19
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Dan Jenis Penelitian 3.1.1 Metode Penelitian Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif yang diharapkan dapat memberikan keterangan yang diperlukan untuk menjawab rumusan masalah. Metode ini digunakan terutama untuk penelitian yang berhubungan langsung dengan pengumpulan data, pengkajian data dengan tujuan membuat deskripsi yang sistematis dan akurat mengenai data, sifat dan hubungan dari fenomena yang diteliti (Djajasudarma, 1993: 8). 3.1.2 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini tarmasuk penelitian lapangan. Dikatakan penelitian lapangan karena data-data diperoleh dengan jalan peneliti langsung kelokasi penelitian untuk mendapatkan data sesuai dengan masalah penelitian. Lokasi penelitian ini bertempat di Kelurahan Langara
Kecamatan Wawonii Barat,
Kabupaten Konawe Kepulauan Sulawesi Tenggara dengan Kelurahan Ulunambo, Kecamatan Menui Kepulauan, Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah. 3.2 Data dan Sumber Data 3.2.1 Data Data dalam penelitian ini berupa kosakata dari Bahasa Wawonii dan Bahasa Menui yang menjadi pedanan kata-kata yang dirumuskan oleh Morris Swadesh yang berjumlah 200 kosakata dasar. Daftar 200 kosakata dasar tersebut
19
20
diberikan kepada informan untuk selanjutnya diterjemahkan kedalam bahasa Wawonii dan bahasa Menui. 3.2.2 Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini adalah penutur asli bahasa Wawonii dan bahasa Menui dengan merujuk pada 200 kosakata dasar yang dirumuskan oleh Morris Swadesh. Hal ini dilakukan karena teori Swadesh banyak dijadikan sebagai dasar penentuan kekerabatan bahasa-bahasa didunia. Kosakata dasar dari kedua bahasa yang diteliti melalui empat orang informan yang terdiri dari dua orang informan BW dan dua orang informan BM. Untuk mendapatkan data yang valid dan representatif, maka informan yang dipilih dengan kriteria sebagai berikut: 1. Tidak memiliki cacat artikulasi. 2. Berumur antara 25-60 tahun. 3. Penutur asli bahasa yang diteliti. 4. Informan bersedia diwawancarai dan mempunyai waktu yang cukup (Keraf 1996: 157). 3.3 Instrumen Penelitian Instrumen dalam penelitian ini adalah kuisioner yang berisi daftar 200 kosakata dasar yang dikemukakan oleh Morris Swadesh. Daftar kosakata tersebut diberikan kepada informan untuk diterjemahkan. Selain itu, digunakan alat lain berupa alat rekam untuk proses pengumpulan data. .
21
Tabel 2. Daftar 200 Kosakata Menurut Morris Swadeh NO GLOS
NO
GLOS
NO GLOS
NO GLOS
1
Tangan
51
Duduk
101 Sayap
151 Kuning
2
Kiri
52
Berdiri
102 Terbang
152 Hijau
3
Kanan
53
Orang
103 Tikus
153 Kecil
4
Kaki
54
Laki-laki
104 Daging
154 Besar
5
Berjalan
55
Perempuan
105 Lemak
155 Pendek
6
Jalan
56
Anak
106 Ekor
156 Panjang
7
Datang
57
Suami
107 Ular
157 Tipis
8
Belok
58
Istri
108 Cacing
158 Tebal
9
berenang
59
Ibu
109 Kutu
159 Sempit
10
Kotor
60
Bapak
110 Nyamuk
160 Lebar
11
Debu
61
Rumah
111 Laba-laba
161 Sakit
12
Kulit
62
Atap
112 Ikan
162 Malu
13
punggung
63
Nama
113 Busuk
163 Tua
14
Perut
64
Berkata
114 Datang
164 Baru
15
Tulang
65
Tali
115 Daun
165 Baik
16
Usus
66
Mengikat
116 Akar
166 Jahat
17
Hati
67
Menjahit
117 Bunga
167 Benar
18
Susu
68
Jarum
118 Buah
168 Malam
19
Bahu
69
Berburu
119 Rumput
169 Hari
20
Tahu
70
Menembak
120 Tanah
170 Tahun
22
21
Berpikir
71
Menikam
121 Batu
171 Kapan
22
Takut
72
Memukul
122 Pasir
172 Sembunyi
23
Dara
73
Mencuri
123 Air
173 Naik
24
Kepala
74
Membunuh
124 Mengalir
174 Di
25
Leher
75
Mati
125 Laut
175 Didalam
26
Rambut
76
Hidup
126 Garam
176 Di atas
27
Hidung
77
Menggaruk
127 Danau
177 Di bawah
28
Bernapas
78
Memotong
128 Hutan
178 Ini
29
Mencium
79
Kayu
129 Langit
179 Itu
30
Mulut
80
Membelah
130 Bulan
180 Jauh
31
Gigi
81
Tajam
131 Bintang
181 Dekat
32
Lidah
82
Tumpul
132 Awan
182 Dimana
33
Tertawa
83
Bekerja
133 Kabut
183 Saya
34
Menangis
84
Menanam
134 Hujan
184 Kamu, kau
35
Munta
85
Memilih
135 Guntur
185 Kita, kamu
36
Meludah
86
Bertumbuh
136 Kilat
186 Dia
37
Makan
87
Bengkah
137 Angin
187 Mereka
38
Mengunya
88
Memeras
138 Meniup
188 Apa
39
Memasak
89
Memegang
139 Panas
189 Siapa
40
Minum
90
Menggali
140 Dingin
190 Lain
41
Menggigit
91
Membeli
141 Kering
191 Semua
42
Mengisap
92
Membuka
142 Basah
192 Dan, dgn
23
43
Telinga
93
Mengetuk
143 Berat
193 Jika
44
Mendengar
94
Melempar
144 Api
194 Bagaimana
45
Mata
95
Jatuh
145 Membakar
195 Tidak
46
Melihat
96
Anjing
146 Asap
196 Hidung
47
Menguap
97
Burung
147 Abu
197 Satu
48
Tidur
98
Ayam
148 Hitam
198 Dua
49
Berbaring
99
Telur
149 Putih
199 Tiga
50
bermimpi
100
Buli
150 merah
200 Empat
3.4 Teknik Pengumpulan Data Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik catat dan rekam. Teknik catat dilakukan melalui kuisioner 200 kosakata dasar Bahasa Indonesia sesuai yang dikemukakan oleh Morris Swadesh. Kedua ratus kosakata tersebut kemudian diterjemahkan atau diartikan dalam BW dan BM. Teknik rekam dilakukan untuk memperjelas kosakata dasar yang dituturkan oleh penutur bahasa Wawonii dan bahasa Menui, sehingga data yang didapatkan tidak diragukan. 3.5 Teknik Analisis Data Dalam menganalisis data diperlukan langkah-langkah tertentu, yang merupakan teknik analisis leksikostatistik (Keraf, 1996: 130-132). Teknik ini sesuai dengan objek penelitian untuk menetapkan kata kerabat bahasa Wawonii dengan bahasa Menui atau kedua bahasa yang diteliti. Dalam penelitian ini analisis data dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut:
24
1. menetapkan pasangan-pasangan mana dari kedua bahasa tadi adalah kata kerabat (cognante). 2. Mengidentifikasikan data yang tersisa dengan cara memisahkan data yang tergolong kerabat secara identik. 3. Mengidentifikasikan data yang tersisa dengan cara memisahkan data yang berkorespondensi fonemis. 4. Mengidentifikasikan data yang tersisa dengan cara memisahkan data yang mirip secara fonemis 5. Mengidentifikasikan data yang tersisa dengan cara memisahkan data yang satu fonemnya berbeda. 6. menghitung waktu pisah serta jangka selahan antara BW dan BM. Adapun rumus-rumus yang digunakan dalam menganalisis data penelitian ini adalah: 1) tingkat persentase hubungan kekerabatan antara dua bahasa atau lebih dapat dihitung menggunakan rumus:
Ket: Di mana C
= persentase kekerabatan
J
= jumlah kata kerabat
n
= jumlah kata yang diperbandingkan
2) waktu pisah antara dua bahasa kerabat yang sudah diketahui prosentase kata kerabatnya, dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut :
25
W = log. C 2 log. R Ket: Dimana W
= waktu perpisahan dalam ribuan (millenium) Tahun
r
= retensi (persentase 1000 tahun)
C
= persentase kerabat
Log
= logaritma dari
3) Menghitung jangka kesalahan Dalam metode statistik dikembangkan secara tertentu untuk menghitung jangka kesalahan standar, yakni 70% dari kebenaran yang diperkirakan. Kesalahan standar diperhitungan tersebut dengan menggunakan rumus berikut : √
Ket : Dimana S
= kesalahan standar dalam persentase kata kerabat
C
= persentase kata kerabat
n
= jumlah kata yang diperbandingkan (baik kerabat maupun non
kerabat). 4) untuk mendapatkan waktu pisah yang baru digunakan rumus sebagai berikut :
Ket: Dimana W1 C1
= waktu pisah baru = persentase kerabat baru
26
r
= retensi
log
= logaritma dari
5) untuk menghitung waktu terpisahnya bahasa dari protonya, digunakan rumus sebagai berikut:
W+(W-W1)
27
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pemilihan Kata Kerabat Pemilihan kata kerabat bertujuan untuk menandai kata yang berkerabat dan tidak berkerabat. Kata yang berkerabat diberi tanda (+) dan yang tidak berkerabat diberi tanda (-). Daftar kosakata yang dasar dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3. Daftar Perbandingan Kosakata BW dan BM No
Glos
Bahasa Wawonii
1
tangan
lima
lima
+
2
kiri
moiri
kambia
-
3
kanan
moana
moana
+
4
kaki
karu
karu
+
5
berjalan
molingka
molingka
+
6
jalan
lingka
lingka
+
7
datang
leu
leu
+
8
belok
mebia
mebia
+
9
berenang
numangi
lumeo
-
10
kotor
mokosani
karampini
-
11
debu
hafu
gafu
+
12
kulit
kuli
kuli
+
13
punggung
bungku
bungku
+
14
perut
tia
tia
+
27
Bahasa Menui
Kerabat
28
15
tulang
wuku
fuku
+
16
usus
kompo
kompo
+
17
hati
ate
ate
+
18
susu
susu
susu
+
19
bahu
bahu
bahu
+
20
tahu
toori
toori
+
21
berpikir
mompehawa
mepikiri
-
22
takut
meme
meme
+
23
darah
rea
rea
+
24
kepala
ulu
ulu
+
25
leher
we u
fe u
+
26
rambut
wuu
fuu
+
27
hidung
enge
enge
+
28
bernapas
menaa
menaa
+
29
mencium
moengo
moengo
+
30
mulut
nganga
nganga
+
31
gigi
ngisi
ngisi
+
32
lidah
elo
elo
+
33
tetawa
motota
motota
+
34
menangis
gumara
umere
-
35
muntah
pemelu
pemelu
+
36
meludah
metupasi
meoniu
-
29
37
makan
mongka
mongka
+
38
mengunya
korubu
momamaki
-
39
memasak
montaha
monahu
-
40
minum
mondou
mondou
+
41
menggigit
mekiki
mekiki
+
42
mengisap
monsoso
montopi
-
43
telinga
biri
biri
+
44
mendengar
mompodea
mompodea
+
45
mata
mata
mata
+
46
melihat
moonto
moonto
+
47
menguap
momomaa
momomaa
+
48
tidur
moturi
moturi
+
49
berbaring
koledo
koledo
+
50
bermimpi
moipi
moipi
+
51
duduk
totoro
totoro
+
52
berdiri
mentade
mentade
+
53
orang
mia
mia
+
54
laki-laki
tama
tama
+
55
perempuan
tina
tina
+
56
anak
ana
ana
+
57
suami
wali
fali
+
58
istri
wali
fali
+
30
59
ibu
mamangku
mamangku
+
60
bapak
papangku
papangku
+
61
rumah
raha
raha
+
62
atap
bao
ato
-
63
nama
nge
nge
+
64
berkata
motae
motae
+
65
tali
nilo
ula
-
66
mengikat
moboke
mongko
-
67
menjahit
monseu
monseu
+
68
jarum
seu
seu
+
69
berburu
molulu
molulu
+
70
menembak
montemba
montemba
+
71
menikam
montobo
montobo
+
72
memukul
montidu
moarusi
-
73
mencuri
monako
monako
+
74
membunuh
mompopate
mompopate
+
75
mati
mate
mate
+
76
hidup
tora
tora
+
77
menggaruk
mekaberi
mekaberi
+
78
memotong
montoto
mompole
-
79
kayu
keu
keu
+
80
membela
mowoa
mofoa
+
31
81
tajam
mentaso
mentaso
+
82
tumpul
mokundu
mokundu
+
83
bekerja
kobua
karaja
-
84
menanam
mombula
mombula
+
85
memilih
mompilei
mompilei
+
86
bertumbuh
mompotora
mompotora
+
87
bengkah
kamba
kamba
+
88
memeras
mompio
mompio
+
89
memegang
mobini
mobini
+
90
menggali
mekeke
mongkeke
+
91
membeli
mooli
mooli
+
92
membuka
mowungkahi
mofungkahi
+
93
mengetuk
medeku
medeku
+
94
melempar
mowanse
mofanse
+
95
jatuh
tuna
tuna
+
96
anjing
dahu
dahu
+
97
burung
manu-manu
manu-manu
+
98
ayam
manu
manu
+
99
telur
bio
bio
+
100
bulu
wulu
fulu
+
101
sayap
pandi
pandi
+
102
terbang
dumapa
dumapa
+
32
103
tikus
wola
fola
+
104
daging
daging
daging
+
105
lemak
taba
taba
+
106
ekor
iki
iki
+
107
ular
ule
ule
+
108
cacing
ulengkora
ulengkora
+
109
kutu
kutu
kutu
+
110
nyamuk
wontu
fontu
+
111
laba-laba
kalabo
laba-laba
-
112
ikan
ika
ika
+
113
busuk
bonto
bonto
+
114
batang
puu
puu
+
115
daun
lewe
lefe
+
116
akar
haka
haka
+
117
bunga
bunga
bunga
+
118
buah
wua
fua
+
119
rumput
seko-seko
seko-seko
+
120
tanah
wita
fita
+
121
batu
watu
fatu
+
122
pasir
one
buranga
-
123
air
baho
baho
+
124
mengalir
solo
lamba
-
33
125
laut
tahi
tahi
+
126
garam
gara
gara
+
127
danau
lowi
lofi
+
128
hutan
larongkeu
larongkeu
+
129
langit
langi
langi
+
130
bulan
wula
fula
+
131
bintang
bituo
bituo
+
132
awan
kundo
kundo
+
133
kabut
gawu
gafu
+
134
hujan
usa
usa
+
135
guntur
rundu
kolobote
-
136
kilat
inda
inda
+
137
angin
pue
pue
+
138
meniup
mompuri
mompuri
+
139
panas
mokula
mokula
+
140
dingin
mokoseo
mokoseo
+
141
kering
motui
motui
+
142
basah
mobaho
mobaho
+
143
berat
mobea
mobea
+
144
api
api
api
+
145
membakar
montunu
montunu
+
146
asap
tumbo
ahu
-
34
147
abu
awu
afu
+
148
hitam
mohalo
mohalo
+
149
putih
mobula
mobula
+
150
merah
memea
memea
+
151
kuning
mokuni
mokuni
+
152
hijau
mouso
mouso
+
153
kecil
mehewu
okidi
-
154
besar
owose
ofose
+
155
pendek
ompudu
obuntu
-
156
panjang
ondau
orota
-
157
tipis
monipi
monipi
+
158
tebal
mokapa
mokapa
+
159
sempit
masuku
masuku
+
160
lebar
malua
ombole
-
161
sakit
mahaki
mahaki
+
162
malu
metangkoro
mokokohapa
-
163
tua
motua
motua
+
164
baru
sarai
sarai
+
165
baik
moiko
moiko
+
166
jahat
jahati
jahati
+
167
benar
kona
kona
+
168
malam
malo
malo
+
35
169
hari
oleo
oleo
+
170
tahun
tau
tau
+
171
kapan
teimpia
teimpia
+
172
sembunyi
metako
metako
+
173
naik
momone
sende
-
174
di
i
i
+
175
di dalam
i laro
i laro
+
176
di atas
i wawo
i fafo
+
177
di bawah
i pada
i pada
+
178
ini
ai
ia
+
179
itu
iso
koea
-
180
jauh
olai
olai
+
181
dekat
osanda
osanda
+
182
dimana
imaina
imaina
+
183
saya
kude
kude
+
184
kamu,kau
koo, komiu
koo, komiu
+
185
kita,kami
ikomiu, kami
ikomiu, kami
+
186
dia
nade
nade
+
187
mereka
ondade
ondade
+
188
apa
hapao
hapao
+
189
siapa
naio
naio
+
190
lain
suare
suere
+
36
191
semua
teteho
teteho
+
192
dan,dengan
ronga
ronga
+
193
jika
ki
ki
+
194
bagaimana
kanaumpe
kanaumpe
+
195
tidak
nahina
nahina
+
196
hitung
doa
doa
+
197
satu
asade
asade
+
198
dua
orua
orua
+
199
tiga
otolu
otolu
+
200
empat
opaa
opaa
+
4.2 Penetapan Kata Kerabat Dalam membandingkan kata kerabat dua bahasa atau lebih, terlebih dahulu mengumpulkan daftar kosakata dasar dari bahasa-bahasa yang akan diteliti dengan menggunakan daftar kosakata 200 kosakata dasar Morris Swadesh. Adapun kosakata yang berkerabat dalam BW dan BM dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4. Kata Kerabat Bahasa Wawonii dan Bahasa Menui No
No. Daftar Kata
Glos
BW
BM
1
1
tangan
lima
Lima
2
3
kanan
moana
Moana
3
4
kaki
karu
Karu
4
5
berjalan
molingka
Molingka
37
5
6
jalan
lingka
Lingka
6
7
datang
leu
Leu
7
8
belok
mebia
Mebia
8
11
debu
hafu
Gafu
9
12
kulit
kuli
Kuli
10
13
punggung
bungku
bungku
11
14
perut
Tia
tia
12
15
tulang
wuku
fuku
13
16
usus
kompo
kompo
14
17
hati
Ate
ate
15
18
susu
susu
susu
16
19
bahu
bahu
bahu
17
20
tahu
toori
toori
18
22
takut
meme
meme
19
23
darah
Rea
rea
20
24
kepala
Ulu
ulu
21
25
leher
we’u
fe’u
22
26
rambut
wuu
fuu
23
27
hidung
enge
enge
24
28
bernapas
menaa
menaa
25
29
mencium
moengo
moengo
26
30
mulut
nganga
nganga
38
27
31
gigi
ngisi
ngisi
28
32
lidah
Elo
elo
29
33
tertawa
motota
motota
30
35
muntah
pemelu
pemelu
31
37
makan
monka
mongka
32
40
minum
mondo’u
mondo’u
33
41
menggigit
mekiki
mekiki
34
43
telinga
biri
biri
35
44
mendengar
mompodea
mompodea
36
45
mata
mata
mata
37
46
melihat
moonto
moonto
38
47
menguap
momomaa
momomaa
39
48
tidur
moturi
moturi
40
49
berbaring
koledo
koledo
41
50
bermimpi
moipi
moipi
42
51
duduk
totoro
totoro
43
52
berdiri
mentade
mentade
44
53
orang
mia
mia
45
54
laki-laki
tama
tama
46
55
perempuan
tina
tina
47
56
anak
ana
ana
48
57
suami
wali
fali
39
49
58
istri
wali
fali
50
59
ibu
mamangku
mamangku
51
60
bapak
papangku
papangku
52
61
rumah
raha
raha
53
63
nama
nge
nge
54
64
berkata
motae
motae
55
67
menjahit
monseu
monseu
56
68
jarum
seu
seu
57
69
berburu
molulu
molulu
58
70
menembak
montemba
montemba
59
71
menikam
montobo
montobo
60
73
mencuri
monako
monako
61
74
membunuh
mompopate
mompopate
62
75
mati
mate
mate
63
76
hidup
tora
tora
64
77
menggaruk
mekaberi
mekaberi
65
79
kayu
keu
keu
66
80
membela
mowoa
mofoa
67
81
tajam
mentaso
mentaso
68
82
tumpul
mokundu
mokundu
69
84
menanam
mombula
mombula
70
85
memilih
mompile’i
mompile’i
40
71
86
bertumbuh
mompotora
mompotora
72
87
bengkah
kamba
kamba
73
88
memeras
mompio
mompio
74
89
memegang
mobini
mobini
75
90
menggali
mekeke
mekeke
76
91
membeli
mooli
mooli
77
92
membuka
mowungkahi
mofungkahi
78
93
mengetuk
medeku-deku
medeku-deku
79
94
melempar
mowanse
mofanse
80
95
jatuh
tuna
tuna
81
96
anjing
dahu
dahu
82
97
burung
manu-manu
manu-manu
83
98
ayam
manu
manu
84
99
telur
Bio
bio
85
100
bulu
wulu
fulu
86
101
sayap
pandi
pandi
87
102
terbang
dumapa
dumapa
88
103
tikus
wola
fola
89
104
daging
daging
daging
90
105
lemak
taba
taba
91
106
ekor
Iki
iki
92
107
ular
Ule
ule
41
93
108
cacing
ulengkora
ulengkora
94
109
kutu
kutu
kutu
95
110
nyamuk
wontu
fontu
96
112
ikan
Ika
ika
97
113
busuk
bonto
bonto
98
114
batang
La
la
99
115
daun
lewe
lefe
100
116
akar
haka
haka
101
117
bunga
bunga
bunga
102
118
buah
wua
fua
103
119
rumput
seko-seko
seko-seko
104
120
tanah
wita
fita
105
121
batu
watu
fatu
106
123
air
baho
baho
107
125
laut
tahi
tahi
108
126
garam
gara
gara
109
127
danau
lowi
lofi
110
128
hutan
larongkeu
larongkeu
111
129
langit
langi
langi
112
130
bulan
wula
fula
113
131
bintang
bitu’o
bitu’o
114
132
awan
kundo
kundo
42
115
133
kabut
gawu
gafu
116
134
hujan
usa
usa
117
136
kilat
inda
inda
118
137
angin
pue
pue
119
138
meniup
mompuri
mompuri
120
139
panas
mokula
mokula
121
140
dingin
mokoseo
mokoseo
122
141
kering
motu’i
motu’i
123
142
basah
mobaho
mobaho
124
143
berat
mobea
mobea
125
144
api
api
pi
126
145
membakar
montunu
montunu
127
147
abu
awu
afu
128
148
hitam
mohalo
mohalo
129
149
putih
mobula
mobula
130
150
merah
memea
memea
131
151
kuning
mokuni
mokuni
132
152
hijau
mouso
mouso
133
154
besar
owose
ofose
134
157
tipis
monipi
monipi
135
158
tebal
mokapa
mokapa
136
159
sempit
masuku
masuku
43
137
161
sakit
mahaki
mahaki
138
163
tua
motu’a
motu’a
139
164
baru
sarai
sarai
140
165
baik
moiko
moiko
141
166
jahat
jahati
jahati
142
167
benar
konao
konao
143
168
malam
malo
malo
144
169
hari
oleo
oleo
145
170
tahun
ta’u
ta’u
146
171
kapan
teimpia
teimpia
147
172
sembunyi
metako
metako
148
174
di
I
i
149
175
di dalam
i laro
i laro
150
176
di atas
i wawo
i fafo
151
177
di bawah
i pada
i pada
152
178
ini
Ai
ai
153
180
jauh
olai
olai
154
181
dekat
osanda
osanda
155
182
dimana
imaina
imaina
156
183
saya
kude
kude
157
184
kamu,kau
iko’o, ko’o
iko’o, ko’o
158
185
kita,kami
ontade, ikami
ontade, ikami
44
159
186
dia
nade
nade
160
187
mereka
ondade
ondade
161
188
apa
hapao
hapao
162
189
siapa
naio
naio
163
190
lain
suere
suere
164
191
semua
teteho
teteho
165
192
dan,dengan
ronga
ronga
166
193
jika
Ki
ki
167
194
bagaimana
kanaumpe
kanaumpe
168
195
tidak
nahina
nahina
169
96
hitung
doa
doa
170
197
satu
asade
asade
171
198
dua
orua
orua
172
199
tiga
otolu
otolu
173
200
empat
opa
opa
Berdasarkan hasil identifikasi data, penetapan kata kerabat antara bahasa Wawonii dan bahasa Menui didapatkan kata kerabat sebanyak 173 kosakata dari 200 kosakata dasar Swadesh.
45
4.2.1 Pasangan Identik Pasangan identik adalah pasangan kata yang semua fonemnya sama. Dalam bahasa Wawonii dan bahasa Menui, pasangan kata yang identik dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 5. Pasangan Identik No
No. Daftar Kata
Glos
BW
BM
1
1
tangan
lima
lima
2
3
kanan
moana
moana
3
4
kaki
karu
karu
4
5
berjalan
molingka
molingka
5
6
jalan
lingka
lingka
6
7
datang
Leu
leu
7
8
belok
mebia
mebia
8
12
kulit
kuli
kuli
9
13
punggung
bungku
bungku
10
14
perut
Tia
tia
11
16
usus
kompo
kompo
12
17
hati
Ate
ate
13
18
susu
susu
susu
14
19
bahu
bahu
bahu
15
20
tahu
toori
toori
16
22
takut
meme
meme
46
17
23
darah
Rea
rea
18
24
kepala
Ulu
ulu
19
27
hidung
enge
enge
20
28
bernapas
menaa
menaa
21
29
mencium
moengo
moengo
22
30
mulut
nganga
nganga
23
31
gigi
ngisi
ngisi
24
32
lidah
Elo
elo
25
33
tertawa
motota
motota
26
35
muntah
pemelu
pemelu
27
37
makan
monka
mongka
28
40
minum
mondo’u
mondo’u
29
41
menggigit
mekiki
mekiki
30
43
telinga
biri
biri
31
44
mendengar
mompodea
mompodea
32
45
mata
mata
mata
33
46
melihat
moonto
moonto
34
47
menguap
momomaa
momomaa
35
48
tidur
moturi
moturi
36
49
berbaring
koledo
koledo
37
50
bermimpi
moipi
moipi
38
51
duduk
totoro
totoro
47
39
52
berdiri
mentade
mentade
40
53
orang
mia
mia
41
54
laki-laki
tama
tama
42
55
perempuan
tina
tina
43
56
anak
ana
ana
44
59
ibu
mamangku
mamangku
45
60
bapak
bapangku
Papangku
46
61
rumah
raha
Raha
47
63
nama
nge
Nge
48
64
berkata
motae
Motae
49
67
menjahit
monseu
Monseu
50
68
jarum
seu
Seu
51
69
berburu
molulu
molulu
52
70
menembak
montemba
montemba
53
71
menikam
montobo
montobo
54
73
mencuri
monako
monako
55
74
membunuh
mompopate
mompopate
56
75
mati
mate
mate
57
76
hidup
tora
tora
58
77
menggaruk
mekaberi
mekaberi
59
79
kayu
keu
keu
60
81
tajam
mentaso
mentaso
48
61
82
tumpul
mokundu
mokundu
62
84
menanam
mombula
mombula
63
85
memilih
mompile’i
mompile’i
64
86
bertumbuh
mompotora
mompotora
65
87
bengkah
kamba
kamba
66
88
memeras
mompio
mompio
67
89
memegang
mobini
mobini
68
90
menggali
mekeke
mekeke
69
91
membeli
mooli
mooli
70
93
mengetuk
medeku
medeku
71
95
jatuh
tuna
tuna
72
96
anjing
dahu
dahu
73
97
burung
manu-manu
manu-manu
74
98
ayam
manu
manu
75
99
telur
bio
bio
76
101
sayap
pandi
pandi
77
102
terbang
dumapa
dumapa
78
104
daging
daging
daging
79
105
lemak
taba
taba
80
106
ekor
iki
iki
81
107
ular
ule
ule
82
108
cacing
ulengkora
ulengkora
49
83
109
kutu
kutu
kutu
84
112
ikan
ika
ika
85
113
busuk
bonto
bonto
86
114
batang
la
la
87
116
akar
haka
haka
88
117
bunga
bunga
bunga
89
119
rumput
seko-seko
seko-seko
90
123
air
baho
baho
91
125
laut
tahi
tahi
92
126
garam
gara
gara
93
128
hutan
larongkeu
larongkeu
94
129
langit
langi
langi
95
131
bintang
bituo
bituo
96
132
awan
kundo
kundo
97
134
hujan
usa
usa
98
136
kilat
inda
inda
99
137
angin
pue
pue
100
138
meniup
mompuri
mompuri
101
139
panas
mokula
mokula
102
140
dingin
mokoseo
mokoseo
103
141
kering
motu’i
motu’i
104
142
basah
mobaho
mobaho
50
105
143
berat
mobea
mobea
106
144
api
api
api
107
145
membakar
montunu
montunu
108
148
hitam
mohalo
mohalo
109
149
putih
mobula
mobula
110
150
merah
memea
memea
111
151
kuning
mokuni
mokuni
112
152
hijau
mouso
mouso
113
157
tipis
monipi
monipi
114
158
tebal
mokapa
mokapa
115
159
sempit
masuku
masuku
116
161
sakit
mahaki
mahaki
117
163
tua
motu’a
motu’a
118
164
baru
sarai
sarai
119
165
baik
moiko
moiko
120
166
jahat
jahati
jahati
121
167
benar
konao
konao
122
168
malam
malo
malo
123
169
hari
oleo
oleo
124
170
tahun
ta’u
ta’u
125
171
kapan
teimpia
teimpia
126
172
sembunyi
metako
metako
51
127
174
di
i
i
128
175
di dalam
i laro
i laro
129
177
di bawah
i pada
i pada
130
178
ini
ai
ai
131
180
jauh
olai
olai
132
181
dekat
osanda
osanda
133
182
dimana
imaina
imaina
134
183
saya
kude
kude
135
184
kamu,kau
iko’o, ko’o
iko’o, ko’o
136
185
kita,kami
ontade, ikami
ontade, ikami
137
186
dia
nade
nade
138
187
mereka
ondade
ondade
139
188
apa
hapao
hapao
140
189
siapa
naio
naio
141
190
lain
suere
suere
142
191
semua
teteho
teteho
143
192
dan,dengan
ronga
ronga
144
193
jika
ki
ki
145
194
bagaimana
kanaumpe
kanaumpe
146
195
tidak
nahina
nahina
147
196
hitung
doa
doa
148
197
satu
asade
asade
52
149
198
dua
orua
orua
150
199
tiga
otolu
otolu
151
200
empat
opa
opa
Berdasarkan hasil identifikasi data, penetapan kata kerabat berdasarkan pasangan identik didapatkan 151 kosakata dasar dari 173 kata kerabat.
4.2.2 Pasangan Berkorespondensi Fonemis Perubahan fonemis antara dua bahasa itu terjadi secara timbal balik dan teratur, serta tinggi frekuensinya, maka bentuk yang berimbang antara dua bahasa tersebut di anggap berkerabat. Dalam hubungan ini okurensi fonem-fonem yang menunjukan korespondensi itu dapat mengikut sertakan gejala-gejala kebahasaan yang lain disebut ko-okurensi. Akan tetapi dari pengamatan peneliti, dalam penelitian BW dan BM tidak menunjukan adanya pasangan kata yang berkorespondensi fonemis. 4.2.3 Kemiripan Secara Fonetis Pasangan yang mirip secara fonetis adalah pasangan kata yang memiliki ciri-ciri fonetis serupa sehingga dapat dianggap sebagai alofon. Akan tetapi berdasarkan pengamatan peneliti, dalam penelitian BW dan BM tidak didapatkan pasangan kata yang mempunyai kemiripan secara fonetis.
53
4.2.4 Satu Fonem Berbeda Bila dalam satu kesamaan kata terdapat perubahan satu fonem, tetapi dapat dijelaskan bahwa perubahan itu terjadi karena pengaruh lingkungan yang dimasukinya, sedangkan dalam bahasa lain pengaruh lingkungan itu tidak merubah fonemnya, maka pasangan itu ditetapkan sebagai kata kerabat. Dalam BW dan BM pasangan kata yang berbeda satu fonem dapat dilihat poada tabel berikut: Tabel 6. Satu Fonem Berbeda No
No. Daftar Kata
Glos
BW
BM
1
11
debu
hawu
hafu
2
15
tulang
wuku
fuku
3
25
leher
we’u
fe’u
4
26
rambut
wu
fu
5
57
suami
wali
fali
6
58
istri
wali
fali
7
80
membela
mowoa
mofoa
8
92
membuka
mowungkahi
mofungkahi
9
94
melempar
mowanse
mofanse
10
100
bulu
wulu
fulu
11
103
tikus
wola
fola
12
110
nyamuk
wontu
fontu
13
115
daun
lewe
lefe
14
118
buah
wua
fua
54
15
120
tanah
wita
fita
16
121
batu
watu
Fatu
17
127
danau
lowi
Lofi
18
130
bulan
wula
Fula
19
133
kabut
gawu
Gafu
20
147
abu
awu
Afu
21
154
besar
owose
Ofose
22
176
di atas
i wawo
i fafo
Berdasarkan hasil identifikasi data, penetapan kata kerabat berdasarkan kriteria satu fonem berbeda ditemukan 22 kosakata dari 173 kata kerabat. 4.3 Tingkat Persentase Kata Kerabat Tingkat persentase kata kerabat antara BW dan BM di hitung dengan menggunakan rumus:
Dimana : C = persentase kekerabatan J = jumlah kata kerabat n = jumlah kata yang diperbandingkan Dik:
J = 173 n = 200
Dit: Penye:
C = .....?
55
% 0,865x 100% C = 86,5% Jadi, persentase kekerabatan BW dan BM adalah 86,5 %. Selanjutnya akan dihitung waktu pisah kedua bahasa tersebut. 4.4 Menghitung Waktu Pisah Waktu pisah antara dua bahasa yang telah diketahui tingkat persentase kata kerabatnya, dapat dihitung menggunakan rumus :
Dimana : W
Dik : C r
= waktu pisah dalam ribuan tahun yang lalu
C
= persentase kata kerabat
r
= retensi (persentase konstan 1000 tahun) = 86,5 % (0,865) = 80,5 % (0,805)
Dit : W
= .......?
W
W
W
=
W
= 0, 537 atau 5.37 tahun yang lalu
W
= 0,537 x 1000 = 537 tahun yang lalu
56
Jadi, BW dan BM sudah terpisahkan sekitar 537 tahun yang lalu. Dengan demikian, perhitungan lama waktu pisah BW dan BM dapat dinyatakan sebagai berikut: 1. Bahasa Wawonii dan bahasa Menui menjadi dua bahasa sekitar 537 tahun yang lalu atau 1479 M. 2. Bahasa Wawonii dan bahasa Menui mulai pisah pada abat XIV.
4.5 Menghitung Jangka Kesalahan Untuk menghitung jangka kesalahan biasanya dipergunakan kesalahan 70% dari kebenaran yang diperkirakan. Kesalahan standar diperhitungkan menggunakan rumus berikut:
√ S=
Dimana : S = kesalahan standar dalam persentase kata kerabat c = persentase kata kerabat n = jumlah kata yang diperbandingkan Dik :
c = 86,5% (0,865) n = 200 S = .......?
Penye:
S=
S=
√
√
57
S=
√
S=√
=√ = 0,024
Jadi, hasil kesalahan standar adalah 0,024. Hasil kesalahan standar ini kemudian dijumlahkan dengan C untuk mendapatkan C1 untuk persentase kata kerabat baru. C1 = C+S = 0,865 + 0,024 C1 = 0,889 Jadi, persentase kata kerabat yang baru atau C1 yakni 0,889. Selanjutnya, akan dihitung lama waktu pisah. 4.6 Menghitung Waktu Pisah Baru Mempergunakan C yang baru, sekali lagi menghitung rumus waktu pisah dengan rumus waktu pisah.
Dimana : W1 = waktu pisah baru C1
= persentase kata kerabat baru
r
= retensi
log
= logaritma dari
Dik : C1
= 0,889
r
= 0,805
Dit : W1
= .......?
W1
58
W1
= 5.52 atau 0,552
W1
=
W1
= 5.52 tahun yang lalu atau
W1
= 0,552 x 1000 = 552 tahun yang lalu.
Setelah waktu pisah baru diketahui, maka untuk menghindari kesalahan digunakan rumus W1-W = 552-537 = 15. Angka inilah yang ditambah dan dikurang dengan waktu pisah yang lama untuk memperoleh waktu pisah kedua bahasa. Dengan demikian, W = 537+15 =552 dan W = 537-15 = 522. Jadi, dengan memperhitungkan angka dalam jangka kesalahan standar (0,7) dari keadaan sebenarnya, maka waktu pisah BW dan BM adalah dua bahasa yang berbeda kemudian kedua bahasa tersebut dideskripsikan sebagai berikut: 1. Bahasa Wawonii dan bahasa Menui mulai terpisah antara 552-522 tahun yang lalu atau tahun 1464 – 1494 M dihitung dari waktu sekarang (2016) 2. Bahasa Wawonii dan bahasa Menui mulai terpisah dari bahasa protonya sekitar 552 tahun yang lalu.
59
Tabel 7. Bagan Kekerabatan Bahasa NO
Bahasa Wawonii dan Bahasa Menui
1
Persentase kata kerabat
86,5%
2
Waktu pisah
552
3
Jangka kesalahan
0,024
4
Waktu pisah baru
522
5
Kekerabatan kedua dari bahasa protonya, 552 – 522 atau 1464 – 1494.
Pada tabel 7, bagan kekerabatan di atas menunjukan bahwa bahasa Wawonii dan bahasa Menui merupakan satu bahasa yang sama. Terbukti dari persentase kata kerabat 86,5% yang membuktikan hubungan bahasa pada tingkat tertinggi adalah dialek/bahasa (language), waktu pisah menjadi dua bahasa sekitar 552 tahun yang lalu atau 1464 M, sedangkan jangka kesalahan 0,024 dengan waktu tahun pisa baru 522 tahun yang lalu atau 1494 M. Mengingat perpisahan itu tidak dapat dihitung dengan tahun absolut, maka lebih baik digunakan satuan ribuan tahun (milenium) atau satuan ratusan tahun (abad). Jadi, angka-angka perpisahan tersebut hendaknya dibaca 0,5 ribu tahun yang lalu.
60
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data, penulis menyimpulkan bahwa bahasa Wawonii dan bahasa Menui terdapat 173 pasangan kata yang berkerabat yaitu 151 pasangan yang identik dan 22 pasangan kata yang memiliki perubahan satu fonem. Adapun pasangan kata yang memiliki korespondensi fonemis dan kemiripan secara fonetis tidak ditemukan dalam penelitian. Hal ini menandakan bahwa kekerabatan antara bahasa Wawonii dan bahasa Menui tergolong dalam satu bahasa yang sama karena hasil persentase kekerabatannya mencapai 86,5%. Berdasarkan data-data dari perbandingan antara bahasa Wawonii dan bahasa Menui dengan langkah-langkah penetapan kata kerabat dan perhitungan jangka kesalahan, maka melihat bahasa Wawonii dan bahasa Menui merupakan kategori satu bahasa yang sama dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Bahasa Wawonii dan bahasa Menui terpisah antara 552-522 tahun yang lalu atau antara 1464-1494 M. Dihitung dari waktu sekarang (2016). 2. Berdasarkan persentase kata kerabat dan waktu pisah kedua bahasa, dapat dikatakan bahwa bahasa Wawonii dan bahasa Menui termasuk dalam klasifikasi bahasa yang sama (language).
60
61
5.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian, penulis menyarankan beberapa hal. Antara lain: 1. Bahasa daerah merupakan salah satu akar budaya nusantara, maka penulis menyarankan agar adanya pembukuan kamus bahasa daerah khususnya bahasa Wawonii dan bahasa Menui sehingga akan mempermudah peneliti untuk mencari kosakata bahasa daerah sebagai acuan dasar dalam penelitian. 2. Bagi peneliti lain yang hendak melakukan penelitian yang sama atau serupa, titik pemakaian bahasa Wawonii dan bahasa Menui sangatlah luas bukan hanya di Kelurahan Langara, Kecamatan Wawonii Barat Kabupaten Konawe Kepulauan dan Kelurahan Ulunambo, Kecamatan Menui Kepulauan kabupaten Morowali. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis sangat mengharapkan dan menyarankan perlu diadakan penelitian lanjutan mengenai bahasa Wawonii dan bahasa Menui, terutama yang belum terjangkau baik dilakukan secara individu maupun berkelompok.
62
DAFTAR PUSTAKA Chaer, Abdul, dkk. 2004. Sosiolinguistik (Perkenalan Awal). Jakarta: Rineka Cipta. Dardjowidjojo. 2005. Psikolinguistik (Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia). Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Depdikbud. 1994. Survei Bahasa Dan Sastra di Timor-Timor. Jakarta. Djajasudarma. 1993. Metode Linguistik: Ancaman Metode Penelitian Dan Kajian. Bandung: Eresco. Keraf, Gorys. 1996. Linguistik Bandingan Historis, Cet. Ke III. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Konisi, La Yani. 2011/2012. Linguistik Umum. Kendari: Universitas Halu Oleo. La Ino. 2015. Deskripsi Fonem Bahasa di Sulawesi Tenggara, Cet. Pertama. Yogyakarta: Pustaka Puitika. Lamauji, Sinta. 2016. Kekerabatan Bahasa Wolio dan Bahasa Bajo. Kendari: Universitas Halu Oleo. Muhammad. 2009. Metode Penelitian Bahasa, Bandung: Nuha Medika Pateda, Monsoer. 1998. Linguistik (Sebuah Pengantar). Bandung: Angkasa Bandung. Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:Balai Pustaka. Simpa, Natria. 2004. Kekerabatan Bahasa Tolaki Dialek Konewe dengan Bahasa Kepulauan Tukang besi Dialek Kaledupa. Kendari: Universitas Halu Oleo. Taringan, Henry Guntur. 1988. Pengajar Kopetensi Bahasa. Jakarta:Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
62
63
BIODATA INFORMAN 1. Bahasa Wawonii a. Nama
: Lukman
Tempat tanggal lahir : Kampa, 18 Februari 1987 Umur
: 29 tahun
Pendidikan terakhir
: SMA
Alamat
: Kelurahan Langara
b. Nama
: Bahar
Tempat tanggal lahir : Kampa, Umur
: 29 tahun
Pendidikan terakhir
: SMA
Alamat
: Kelurahan Langara
2. Bahasa Menui a. Nama
: Martono
Tempat tanggal lahir : Torukuno, 21 April 1988 Umur
: 28 tahun
Pendidikan terakhir
: SMA
Alamat
: Kelurahan Ulunambo
b. Nama
: Iksan, S.Pd
Tempat tanggal lahir : Torukuno, 6 Juli 1985 Umur
: 31 tahun
Pendidikan terakhir
: S1
Alamat
: Kelurahan Ulunambo
64
65
66
67
68